struktur anatomis genitalia wanita- part2

13
Struktur Anatomis Genitalia Wanita- Part2 C..MEKANISME SISTEM REPRODUKSI WANITA PUBERTAS Sistem reproduksi wanita belum aktif sampai yang bersangkutan mencapai pubertas. Tidak seperti testis janin, ovarium janin belum berfungsi karena feminisasi sistem reproduksi wanita secara otomatis berlangsung jika tidak terdapat sekresi testosteron tanpa memerlukan keberadaan hormon-hormon seks wanita. Sistem reproduksi wanita tetap inaktif sejak lahir sampai pubertas, yang terjadi pada usia sekitar sebelas tahun karena GnRH hipothalamus secara aktif ditekan oleh mekanisme-mekanisme yang serupa dengan yang terjadi pada anak laki-laki prapubertas. Seperti pada anak laki-laki, hilangnya pengaruh-pengaruh inhibitorik tersebut oleh mekanisme yang belum diketahui menyebabkan dimulainya pubertas. Sekresi estrogen yang dihasilkan oleh ovarium aktif akan menginduksi pertumbuhan dan pematangan saluran reproduksi wanita serta perkembangan karekteristik seks sekunder wanita. Efek estrogen yang menonjol pada perkembangan karakteristik seks sekunder tersebut adalah mendorong penimbunan lemak di lokasi- lokasi strategis misalnya payudara dan paha sehingga terbentuk sosok melekuk-lekuk khas wanita. Pembesaran payudara pada saat pubertas terutama disebabkan oleh penimbunan lemak di jaringan payudara dan bukan disebabkan oleh perkembangan fungsional kalenjar-kalenjar mamaria. Tiga perubahan pubertas lainnya pada wanita:Pertunbuhan rambut ketiak dan pubis, lonjakan pertumbuhan

Upload: kevin-mitnick

Post on 04-Sep-2015

262 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

Makalah ini berisikan tentang struktur anatomis genitalia wanita

TRANSCRIPT

Struktur Anatomis Genitalia Wanita- Part2

C..MEKANISME SISTEM REPRODUKSI WANITA

PUBERTAS

Sistem reproduksi wanita belum aktif sampai yang bersangkutan mencapai pubertas. Tidak seperti testis janin, ovarium janin belum berfungsi karena feminisasi sistem reproduksi wanita secara otomatis berlangsung jika tidak terdapat sekresi testosteron tanpa memerlukan keberadaan hormon-hormon seks wanita. Sistem reproduksi wanita tetap inaktif sejak lahir sampai pubertas, yang terjadi pada usia sekitar sebelas tahun karena GnRH hipothalamus secara aktif ditekan oleh mekanisme-mekanisme yang serupa dengan yang terjadi pada anak laki-laki prapubertas. Seperti pada anak laki-laki, hilangnya pengaruh-pengaruh inhibitorik tersebut oleh mekanisme yang belum diketahui menyebabkan dimulainya pubertas.

Sekresi estrogen yang dihasilkan oleh ovarium aktif akan menginduksi pertumbuhan dan pematangan saluran reproduksi wanita serta perkembangan karekteristik seks sekunder wanita. Efek estrogen yang menonjol pada perkembangan karakteristik seks sekunder tersebut adalah mendorong penimbunan lemak di lokasi-lokasi strategis misalnya payudara dan paha sehingga terbentuk sosok melekuk-lekuk khas wanita. Pembesaran payudara pada saat pubertas terutama disebabkan oleh penimbunan lemak di jaringan payudara dan bukan disebabkan oleh perkembangan fungsional kalenjar-kalenjar mamaria. Tiga perubahan pubertas lainnya pada wanita:Pertunbuhan rambut ketiak dan pubis, lonjakan pertumbuhan pubertas, dan munculnya libido disebabkan oleh lonjakan skresi androgen adrenal pada pubertas, bukannya sebab estrogen. Namun, peningkatan estrogen pada masa pubertas memang menyebabkan lempeng hipofisis menutup, sehingga tidak lagi terjadi pertambahan tinggi tubuh, serupa dengan efek testosteron pada pria.

MENSTRUASI

Siklus menstruasi terjadi pada manusia dan primata. Sedang pada mamalia lain terjadi siklus estrus. Bedanya, pada siklus menstruasi, jika tidak terjadi pembuahan maka lapisan endometrium pada uterus akan luruh keluar tubuh, sedangkan pada siklus estrus, jika tidak terjadi pembuahan, endomentrium akan direabsorbsi oleh tubuh.

Umumnya siklus menstruasi terjadi secara periodik setiap 28 hari (ada pula setiap 21 hari dan 30 hari) yaitu sebagai berikut :

Pada hari 1 sampai hari ke-14 terjadi pertumbuhan dan perkembangan folikel primer yang dirangsang oleh hormon FSH. Pada seat tersebut sel oosit primer akan membelah dan menghasilkan ovum yang haploid. Saat folikel berkembang menjadi folikel Graaf yang masak, folikel ini juga menghasilkan hormon estrogen yang merangsang keluarnya LH dari hipofisis. Estrogen yang keluar berfungsi merangsang perbaikan dinding uterus yaitu endometrium yang habis terkelupas waktu menstruasi, selain itu estrogen menghambat pembentukan FSH dan memerintahkan hipofisis menghasilkan LH yang berfungsi merangsang folikel Graaf yang masak untuk mengadakan ovulasi yang terjadi pada hari ke-14, waktu di sekitar terjadinya ovulasi disebut fase estrus.

Selain itu, LH merangsang folikel yang telah kosong untuk berubah menjadi badan kuning (Corpus Luteum). Badan kuning menghasilkan hormon progesteron yang berfungsi mempertebal lapisan endometrium yang kaya dengan pembuluh darah untuk mempersiapkan datangnya embrio. Periode ini disebut fase luteal, selain itu progesteron juga berfungsi menghambat pembentukan FSH dan LH, akibatnya korpus luteum mengecil dan menghilang, pembentukan progesteron berhenti sehingga pemberian nutrisi kepada endometriam terhenti, endometrium menjadi mengering dan selanjutnya akan terkelupas dan terjadilah perdarahan (menstruasi) pada hari ke-28. Fase ini disebut fase perdarahan atau fase menstruasi. Oleh karena tidak ada progesteron, maka FSH mulai terbentuk lagi dan terjadilan proses oogenesis kembali.

Ovulasi berlaku apabila telur yang matang dilepaskan daripada ovari ke salur fallopian dan bersedia untuk disenyawakan. Dalam masa yang sama, dinding rahim menebal sebagai persediaan untuk menyambut kedatangan telur yang sudah disenyawakan.Sekiranya tiada persenyawaan, dinding rahim akan gugur bersama darah dan haid terjadi.

SIKLUS MENSTRUASI

Fluktuasi kadar estrogen dan progesteron dalam sirkulasi yang terjadi selama siklus ovarium menyebabkan perubahan-perubahan mencolok uterus. Hal ini menyebabkan timbulnya daur haid atau siklus uterus (siklus menstruasi). Karena mencerminkan perubahan-perubahan hormon yang terjadi selama siklus ovarium, daur haid berlangsung rata-rata 28 hari seperti siklus ovarium walaupun dapat terjadi variasi yang cukup besar bahkan pada orang dewasa normal. Variabilitas tersebut terutama mencerminkan perbedaan lamanya fase folikel; lama (durasi) fase luteal hampir konstan. Menifestasi nyata perubhan siklus yang terjadi di uterus adalah pendarahan haid yang berlangsung sekali setiap daur haid (sekali sebulan). Namun, selama siklus tersebut, terjadi perubahan-perubahan yang kurang nyata, ketika uterus dipersiapkan untuk menerima implantasi ovum yang dibuahi dan kemudian lapisannya dilepaskan jika tidak terjadi pembuahan (haid), hanya untuk memperbaiki dirinya kembali dan mulai mempersiapkan diri untuk ovum yang akan dikeluarkan pada siklus berikutnya.

Uterus terdiri dari dua lapisan: miometrium lapisan otot polos di sebelah luar, dan endometrium lapisan bagian dalam yangm mengandung banyak pembuluh darah dan kelenjar. Esrtrogen merangsang pertumbuhan miometrium dan endometrium. Hormon ini juga meningkatkan sintesis reseptor progesteron di endometrium. Dengan demikian, progesteron hanya mampu mempengaruhi endometrium setelah endometrium dipersiapkan oleh estrogen.

Progesteron bekerja pada endometrium yang telah dipersiapkan oleh estrogen untuk mengubahnya menjadi lapisan yang ramah dan mengandung gbanyak nutrisi bagi ovum yang sudah dibuahi. Di bawah pengaruh progesteron, jaringan ikat endometrium menjadi longgar dan edematosa akibat penimbunan elektrolit dan air yang mempermudah implantasi ovum yang dibuahi. Progesteron juga mempersiapkan endometrium untuk menampung mudighah yang baru berkembang dengan merangsang kelenjar-kelenjar endometrium agar mengeluarkan dan menyimpan glikogen dalam jumlah yang besar dan dengan mneybabkan pertumbuhan besar-besaran pembuluh darah endometrium. Progesteron juga menurunkan kontraktilitas uterus agar lingkungan di uterus tenang dan kondusif untuk implantasi dan pertumbuhan mudighah.

Daur haid terdiri dari 3 fase (fase menstruasi/haid, fase proliferasi, dan fase sekresi atau progestasional). Fase menstruasi adalah fase yang paling jelas karean ditandai oleh pengeluaran darah dan debris edometrium dari vagina. Berdasarkan perjanjian, hari pertama haid dianggap sebagai awal siklus baru. Fase ini bersamaan dengan berakhirnya fase luteal ovarium dan permulaan fase folikel. Sewaktu korpus luteum berdegenerasi karena tidak terjadi pebuahan dan implantasi ovum yang dikeluarkan dari siklus sebelumnya, kadar estrogen dan progesteron turun drastis. Karena efek netto estrogen dan progesteron adalah mempersiapkan endometrium untuk implantasi ovum yang dibuahi, penarikan kembali kedua hormon steroid tersebut menyebabkan lapisan endometrium yang kaya akan nutrisi dan pembuluh darah itu tidak lagi ada yang mendukung secara hormonal. Penurunan kadar hormon-hormon ovarium itu juga merangsang epngeluaran prostaglandin uterus yang menyebabkan vasokonstriksi pembuluh-pembuluh endometrium sehingga aliran darah ke endometrium terganggu. Penurunan pengaliran oksigen yang terjadi menyebabkan kematian endometrium, termasuk pembuluh-pembuluh darah. Pendarahan yang timbul melalui disintegrasi pembuluh darah itu membilas jaringan endometrium yang mati kedalam lumen uterus. Pada setiap kali haid, seluruh lapisan endometrium terlepas, kecuali satu lapisan dalam dan tipis yang terdiri dari sel-sel epitel dan kalenjar yang akan menjadi bakal regenerasi endometrium.

Prostaglandin juga merangsang kontraksi ritmik ringan miometrium. Kontraksi-kontraksi ini membantu mengeluarkan darah dan debris endometrium dari rongga uterus melalui vagina sebagai darah haid. Kontrasksi uterus yang kuat akibat pembentukan prostaglandin yang berlebihan menyebabkan kejang haid (dismenore) yang dialami oleh sebagian wanita.

Jumlah rata-rata darah yang keluar setiap kali haid adalah 50-150 ml. Darah yantg mengalir lambat melalui endometrium akan membeku di dalam rongga uterus. Fibrinolisin, suatu pelarut fibrin yang menguraikan fibrin yang membentuk jaringan bekuan, akan bekerja pada bekuan ini. Dengan demikian, darah haid tidak lagi membeku karena darah tersebut sudah membeku dan sudah dicairkan setelah keluar dari vagina. Namun, apabila darah terlalu cepat mengalir keluar, fibrinolisin mungkin belum memiliki cukup waktu untuk bekerja, sehingga darah haid dapat membeku jiuka jumlahnya sangat banyak. Selain darah dan debris endometrium, darah haid mengandung banyak leukosit. Sel-sel darah putih ini berperan penting dalam pertahanan endometrium terhadap infeksi.

Haid biasanya berlangsung selama lima sampai tujuh hari setelah degenerasi korpus luteum bersamaan dengan bagian awal fase folikel ovarium. Penurunan estrogen dan progesteron akibat degenerasi korpus luteum secara simultan menyebabkan terlepasnya endometrium (haid) dan perkembangan folikel-folikel baru di ovarium dai bawah pengaruh hormon-hormon gonadotropik yang kadarnya meningkat. Penurunan sekresi hormon gonad menghilangkan inhibisi pada hipothalamus dan hipofisis anterior sehingga sekresi FSH dan LH meningkat dan fase folikel baru kembali dimulai. Setelah lima sampai tujuh hari di bawah pengaruh FSH dan LH, folikel-folikel yang baru berkembang mengeluarkan cukup banyak estrogen untuk mendorong pemulihan dan pertumbuhan endometrium.

Dengan demikina, haid berhenti dan fase proliferatif siklus uterus dimulai bersamaan dengan bagia terakhir fase folikel ovarium pada saat endometrium mulai memperbaiki dirinya dan mengalami proliferasi di bawah pengaruh estrogen yang berasal dari folikel-folikel baru yang sedang tumbuh. Sewaktu darah haid berhenti di uterus, tertinggal satu lapisan tipis endometrium setebal kurang dari 1mm. Estrogen merangsang proliferasi sel pitel, kalenjar, dan pembuluh darah di endometrium sehingga ketebalan lapisan ini dapat mencapai sampai 3 hingga 5 mm. Fase proliferasi yang didominasi oleh estrogen berlangsung dari akhir haid sampai ovulasi. Kadar estrogen puncak memicu lonjakan LH yang menyebabkan ovulasi.

Setelah ovulasi, pada saat sebuah korpus luteu terbentuk, uterus memasuki fase sekretorik atau progestasional yang bersamaan waktunya dengan fase luteal ovarium. Korpus luteum mengeluarkan sebagian besar hormon progesteron dan estrogen. Progesteron bekerja pada endometrium tebal yang sudah dipersiapkan oleh estrogen untuk mengubahnya menjadi jaringan yang kaya pembuluh dan glikogen. Periode ini disebut fase sekretorik, karena kalenjar-kalenjar endometrium secara aktif mengeluarkan glikogen, atau fase progestasional (sebelum kehamilan), dalam kaitannya dengan pembentukan endometrium yanag subur yang mampu menunjang perkembangan mudighah. Jika tidak terjadi pembuahan dan implantasi, korpus luteum berdegenerasi dan fase folikel dan fase haid kembali dimulai.

FAKTA OVULASI

Telur cuma berupaya hidup 12-24 jam selepas dilepaskan dari ovari.

Selalunya cuma satu telur sahaja yang dilepaskan setip kali ovulasi.

Ovulasi boleh dipengaruhi oleh tekanan, sakit atau kiranya terdapat gangguan pada rutin seharian.

Sesetengah wanita mungkin mengalami pendarahan faraj semasa ovulasi.

Implantasi selalunya terjadi 6-12 hari selepas ovualsi.

Setiap wanita dilahirkan dengan berjuta-juta telur yang tidak matang yang menunggu untuk dilepaskan.

Haid masih boleh berlaku walaupun ovulasi tidak berlaku.

Ovulasi juga masih boleh berlaku walaupun haid tidak datang.

Sesetengah wanita mungkin merasa sedikit sakit pada bawah perut semasa ovulasi terjadi.

Sekiranya telur tidak disenyawakan, ia akan diserap kedalam dinding rahim dan akan gugur bersama-sama darah hai

Ovulasi dan luteinisasi selanjutnya folikel yang ruptur dipicu oleh peningkatan sekresi LH yang masif dan mendadak. Lonjakan LH ini menyebabkan empat perubahan utama pada folikel:

1. Lonjakan tersebut menghentika sintesis estrogen oleh folikel

2. Memulai kembali meiosis di oosit pada folikel yang sedang berkembang, tampaknya dengan menghambat pengeluaran oocyte maturation-inhibitng substance oleh sel-sel granulosa. Zat ini diperkirakan menjadi penyebab terhentinya meiosis do oosit primer setelsh oosit terbungkus di dalam sel-sel granulosa pada ovarium janin.

3. Memicu pembentukan prostaglandin spesifik yang bekerja lokal. Prostaglandin tersebut menginduksi ovulasi dengan mendorong perubahan-perubahan vaskular yang menyebabkan pembengkakan folikel dengan cepat sementara menginduksi pencernaan dinding folikel oleh enzim-enzim. Efek-efek ini bersama-sama menyababkan rupturnya dinding yang membungkus folikel.

4. Menyebabkan differensiasi sel-sel folikel menjadi sel-sel luteal. Karena lonjakan LH memicu ovulasi dan luteinisasi, pembentukan korpus luteum secara otomatis mengikuti ovulasi. Dengan demikian, lonjakan LH pada pertengahan siklus adalah titik dramatis; menghentikan fase folikel dan memulai fase luteal.

Dua cara sekresi LH yang berbeda (sekresi tonik LH yang menyebabkan sekresi hormon ovarium dan lonjakan LH yang menyebabkan ovulasi). Tidak hanya berlangsung saat yang berbeda dan menimbulkan efek yang berlainan pada ovarium tetapi juga dikontrol oleh mekanisme yang berbeda. Sekresi LH tonik ditekan secara parsial oleh estrogen kadar rendah selama fase folikel danj ditekan secara total oleh progesteron yang kadarnya meningkat selama