bab ii tinjauan pustaka a. 1.repository.poltekkes-tjk.ac.id/296/3/bab ii nindita asrofatun...

38
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar Manusia 1. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia Kebutuhan dasar manusia menurut Abraham Maslow atau yang disebut dengan hierarki kebutuhan dasar maslow yang meliputi lima kategori kebutuhan dasar, yaitu: a. Kebutuhan fisiologis (physiologic Needs) Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan paling dasar, yaitu kubutuhan fisiologis seperti oksigen, cairan (minuman). Nutrisi (makanan), keseimbangan suhu tubuh, eliminasi, tempat tinggal, istirahat dan tidur, serta kebutuhan seksual. b. Kebutuhan rasa aman dan perlindungan (Safety and Security Needs) Kebutuhan rasa aman dan perlindungan dibagi menjadi perlindungan fisik dan perlindungan psikologis. Perlindungan fisik meliputi perlindungan atas ancaman tubuh atau hidup. Ancaman tersebut dapat berupa penyakit, kecelakaan, bahaya dari lingkungan dan sebagainya. Perlindungan psikologis yaitu perlindungan atas ancaman dari pengalaman yang baru dan asing. Misalnya, kekhawatiran yang dialami seseorang ketika pertama kali masuk sekolah karena merasa terancam oleh keharusan untuk berinteraksi dengan orang lain dan sebagainya. c. Kebutuhan rasa cinta, memiliki dan dimiliki (Love and Belonging Needs) Kebutuhan rasa cinta, memiliki dan dimiliki antara lain memberi dan menerima kasih sayang, mendapatkan kehangatan keluarga, memiliki sahabat, diterima oleh kelompok sosial dan sebagainya.

Upload: others

Post on 04-Nov-2020

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1.repository.poltekkes-tjk.ac.id/296/3/BAB II nindita asrofatun nisa.pdf · dan menerima kasih sayang, mendapatkan kehangatan keluarga, memiliki sahabat,

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar Manusia

1. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia

Kebutuhan dasar manusia menurut Abraham Maslow atau yang

disebut dengan hierarki kebutuhan dasar maslow yang meliputi lima

kategori kebutuhan dasar, yaitu:

a. Kebutuhan fisiologis (physiologic Needs)

Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan paling dasar, yaitu

kubutuhan fisiologis seperti oksigen, cairan (minuman). Nutrisi

(makanan), keseimbangan suhu tubuh, eliminasi, tempat tinggal,

istirahat dan tidur, serta kebutuhan seksual.

b. Kebutuhan rasa aman dan perlindungan (Safety and Security

Needs)

Kebutuhan rasa aman dan perlindungan dibagi menjadi

perlindungan fisik dan perlindungan psikologis. Perlindungan fisik

meliputi perlindungan atas ancaman tubuh atau hidup. Ancaman

tersebut dapat berupa penyakit, kecelakaan, bahaya dari lingkungan

dan sebagainya. Perlindungan psikologis yaitu perlindungan atas

ancaman dari pengalaman yang baru dan asing. Misalnya,

kekhawatiran yang dialami seseorang ketika pertama kali masuk

sekolah karena merasa terancam oleh keharusan untuk berinteraksi

dengan orang lain dan sebagainya.

c. Kebutuhan rasa cinta, memiliki dan dimiliki (Love and

Belonging Needs)

Kebutuhan rasa cinta, memiliki dan dimiliki antara lain memberi

dan menerima kasih sayang, mendapatkan kehangatan keluarga,

memiliki sahabat, diterima oleh kelompok sosial dan sebagainya.

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1.repository.poltekkes-tjk.ac.id/296/3/BAB II nindita asrofatun nisa.pdf · dan menerima kasih sayang, mendapatkan kehangatan keluarga, memiliki sahabat,

8

d. Kebutuhan Harga Diri (Self-Esteem Needs)

Kebutuhan akan harga diri maupun perasaan dihargai oleh orang

lain. Kebutuhan ini terkait dengan keinginan untuk mendapatkan

kekuatan, meraih prestasi, rasa percaya diri, dan kemerdekaan diri.

Selain itu, orang juga memerlukan pengakuan dari orang lain.

e. Kebutuhan aktualisasi diri (Needs for Self Actualization)

Kebutuhan aktualisasi diri merupakan kebutuhan tertinggi dalam

Hierarki Maslow, berupa kebutuhan untuk berkontribusi pada

orang lain/lingkungan serta mencapai potensi diri sepenuhnya

(Haswita dan Sulistiyowati R, 2017).

2. Konsep Kebutuhan Dasar Aktivitas

Kebanyakan orang menilai tingkat kesehatan seseorang

berdasarkan kemampuannya untuk melakukan aktivitas sehari-hari.

Kemampuan beraktivitas merupakan kebutuhan dasar manusia yang

diharapkan oleh setiap manusia. Kemampuan tersebut meliputi

berdiri, berjalan, bekerja dan sebagainya. Dengan beraktivitas tubuh

akan menjadi sehat, seluruh sistem tubuh dapat berfungsi dengan baik

dan metabolisme tubuh dapat optimal. Disamping itu, kemampuan

bergerak (mobilisasi) juga dapat mempengaruhi harga diri dan citra

tubuh. Dalam hal ini, kemampuan aktivitas tubuh tidak lepas dari

sistem muskuloskeletal dan persarafan yang adekuat. ( Haswita dan

Sulistyowati R, 2017).

Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), Aktivitas adalah

kegiatan atau keaktifan. Jadi, segala sesuatu yang dilakukan atau

kegiatan-kegiatan yang terjadi baik fisik maupun non-fisik merupakan

suatu aktivitas.

Menurut WHO 2008, Aktivitas fisik adalah gerakan tubuh yang

dihasilkan otot rangka yang memerlukan suatu pengeluaran energi.

Kurangnya aktivitas fisik akan menjadi salah satu faktor independen

dalam suatu penyakit kronis yang menyebabkan kematian secara

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1.repository.poltekkes-tjk.ac.id/296/3/BAB II nindita asrofatun nisa.pdf · dan menerima kasih sayang, mendapatkan kehangatan keluarga, memiliki sahabat,

9

global. Jadi, dapat disimpulkan bahwa Aktivitas Fisik merupakan

kegiatan atau keaktifan dari gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot

rangka yang memerlukan pengeluaran energi dengan melibatkan

sistem muskuloskeletal otot dan tulang serta sistem persarafan.

3. Sistem Tubuh yang Berperan dalam Aktivitas

Menurut Haswita dan Sulistyowati, 2017, Sistem tubuh yang

berperan dalam aktivitas adalah sistem muskuloskelatal dan sistem

persarafan.

a) Sistem Muskuloskeletal

Sistem muskuloskeletal terdiri atas tulang (rangka), otot dan sendi.

Gabungan dari tiga organ tersebut yang dapat menyebabkan

terjadinya aktivitas dan pergerakan.

1) Tulang (Rangka)

Secara umum fungsi dari tulang (rangka) adalah sebagai berikut:

a. Menyokong jaringan tubuh, termasuk memberi bentuk pada

tubuh (postur tubuh)

b. Melindungi bagian tubuh yang lunak, seperti otak, paru-paru,

hati dan medulla spinalis

c. Sebagai tempat melekatnya otot dan tendon, termasuk juga

ligament

d. Sebagai sumber mineral, seperti garam, fosfat dan lemak.

e. Berperan dalam proses hematopoiesis (produksi sel darah)

2) Sendi

Sendi adalah hubungan diantara tulang. Setiap sendi di

klasifikasikan sesuai dengan struktur dengan tingkat

mobilisasinya. Ada empat klasifikasi sendi yaitu sinostatik,

kartilago gonus, fibrosa dan sinovial.

a) Sendi sinostatik

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1.repository.poltekkes-tjk.ac.id/296/3/BAB II nindita asrofatun nisa.pdf · dan menerima kasih sayang, mendapatkan kehangatan keluarga, memiliki sahabat,

10

Mengacu pada ikatan tulang dengan tulang. Tidak ada

pergerakan pada sendi ini, dan jaringan tulang yang dibentuk

di antara tulang mendukung kekuatan dan stabilitas. Contoh

klasik tipe sendi ini adalah sacrum, pada sendi vertebra.

b) Sendi kartilagus atau sendi sinkondrodial

Memiliki sedikit pergerakan, tetapi elastis dan menggunakan

kartilago untuk menyatukan permukaannya. Sendi kartilago

dapat ditemukan ketika tulang mengalami penekanan yang

konstan, seperti sendi, kostosternal antara sternum dan iga.

c) Sendi fibrosa atau sendi sisdosmodial

Adalah sendi tempat kedua permukaan tulang disatukan

dengan ligament atau membran. Serat atau ligamennya

fleksibel dan dapat diregangkan, dapat bergerak dengan

jumlah terbatas. Misalnya, sepasang tulang pada kaki bawah

(tibia dan fibula) adalah sendi sindesmotik

d) Sendi sinovial

Sendi sinovial atau sendi yang sebenarnya adalah sendi yang

dapat digerakkan secara bebas karena permukaan tulang yang

berdekatan dilapisi dengan kartilago artikular dan

dihubungkan oleh ligament sejajar dengan membaran

sinovial. Tipe lain dari sendi sinovial adalah sendi ball-and-

socket seperti sendi pinggul dan sendi hinge seperti sendi

interfalang pada jari. (Andri & Wahid, 2016)

3) Otot

Menurut Andri & Wahid (2016), Gerakan tulang dan sendi

merupakan proses aktif yang harus terintegrasi secara hati-hati

untuk mencapai koordinasi. Otot skelet, karena kemampuannya

untuk berkontraksi dan berelaksasi, merupakan elemen kerja

dari pergerakan. Elemen kontraktil otot skelet dicapai oleh

struktur anatomis dan ikatannya pada skelet. Kontraksi otot

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1.repository.poltekkes-tjk.ac.id/296/3/BAB II nindita asrofatun nisa.pdf · dan menerima kasih sayang, mendapatkan kehangatan keluarga, memiliki sahabat,

11

dirangsang oleh impuls elektrokimia yang berjalan dari saraf ke

otot melalui sambungan mioneural. Impuls elektrokimia

menyebabkan aktin tipis yang mengandung filamen. menjadi

memendek, kemudian otot berkontraksi. Adanya stimulus

tersebut membuat otot relaksasi.

Menurut Tarwoto & Wartonah (2010), Ada dua tipe kontraksi

otot yaitu:

a. Isotonik, jenis kontraksi ini tidak terjadi pemendekan otot

selama kontraksi, karena tidak memerlukan sliding myofibril,

tetapi terjadi secara paksa. Misalnya, saat kita mengangkat

barang sangat berat, mendorong meja, dengan tangan lurus

sehingga terjadu tegangan.

b. Isometrik, kontraksi isotonik adalah kontraksi dimana terjadi

pemendekan otot teatapi tegangan pada otot tetap konstan.

Kontraksi ini memerlukan energi yang besar. Contoh jenis

kontraksi ini adalah saat mengangkat beban menggunakan

otot bisep, branchii, kegiatan makan, menyisir, dan lainnya.

b) Sistem Persarafan

Secara spesifik, sistem persarafan memiliki beberapa fungsi, yaitu:

1) Saraf aferen (reseptor), berfungsi menerima rangsangan dari

luar kemudian meneruskannya ke susunan saraf pusat

2) Sel saraf atau neuron, berfungsi membawa impuls dari bagian

tubuh satu ke bagian tubuh lainnya

3) Sistem saraf pusat (SSP), berfungsi memproses impuls dan

kemudian memberikan respon melalui saraf eferen.

4) Saraf eferen, berfungsi menerima respon dari SSP kemudian

meneruskan ke otot rangka. (Haswita & Sulistyowati, 2017)

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Aktivitas

Menurut Andri & Wahid (2016), Faktor-faktor yang mempengaruhi

aktivitas adalah, sebagai berikut:

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1.repository.poltekkes-tjk.ac.id/296/3/BAB II nindita asrofatun nisa.pdf · dan menerima kasih sayang, mendapatkan kehangatan keluarga, memiliki sahabat,

12

a) Gaya Hidup

Perubahan gaya hidup dapat mempengaruhi kemampuan aktivitas

seseorang karena gaya hidup berdampak pada prilaku atau

kebiasaan sehari-hari.

b) Proses Penyakit/Cedera

Proses penyakit dapat mempengaruhi kemampuan aktivitas karena

mengganggu fungsi sistem tubuh. Sebagai contoh, orang yang

menderita fraktur femur akan mengalami keterbatasan pergerakan

pada bagian ektremitas bawah.

c) Kebudayaan

Kebudayaan kemampuan melakukan aktivitas dapat juga

dipengaruhi oleh kebudayaan. Sebagai contoh, orang yang

memiliki budaya sering jalan jauh memiliki kemampuan mobilitas

yang kuat, sebaliknya yang mengalami gangguan mobilitas (sakit)

karena adat atau budaya tertentu yang melarang untuk beraktivitas.

d) Tingkat Energi

Energi adalah sumber untuk melakukan aktivitas. Karena, bila

ingin melakukan aktivitas yang baik tentu tubuh harus memiliki

energi yang cukup untuk memenuhinya karena bila energi kurang

maka aktivitas yang bisa kita lakukan juga tidak akan baik.

e) Usia dan Perkembangan

Terdapat perbedaan kemampuan aktivitas pada masing-masing usia

tentu berbeda. Karena, kemampuan dan kematangan alat fungsi

gerak sejalan dengan perkembangan usia. Sebagai contoh, dari

mulai bayi kita belum bisa berjalan sampai bisa berjalan pada usia

1-2 tahun. Hal itu yang membuktikan bahwa usia mempengaruhi

aktivitas.

5. Konsep Dasar Intoleransi Aktivitas

Intoleransi Aktivitas adalah ketidakcukupan energi psikologis atau

fisiologis untuk mempertahankan atau menyelasaikan aktivitas

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1.repository.poltekkes-tjk.ac.id/296/3/BAB II nindita asrofatun nisa.pdf · dan menerima kasih sayang, mendapatkan kehangatan keluarga, memiliki sahabat,

13

kehidupan sehari-hari yang harus atau yang ingin dilakukan. (Nanda

Klasifikasi 2015-2017)

6. Batasan Karakteristik

Menurut Nanda, klasifikasi (2015-2017) batasan karakteristik yang

khas pada klien dengan intoleransi aktivitas adalah

a. Dispnea setelah beraktivitas

b. Keletihan

c. Ketidaknyamanan setelah beraktivitas

d. Perubahn elektrokardiogram (EKG) seperti, aritmia, abnormalitas

konduksi dan iskemia.

e. Respons frekuensi jantung abnormal terhadap aktivitas

f. Respons tekanan darah abnormal terhadap aktivitas

g. Menyatakan merasa letih

h. Menyatakan merasa lemah

Menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI, 2016),

batasan karakterisktik meliputi, gejala mayor dan gejala minor, yaitu:

a. Gejala dan Tanda Mayor:

1. Mengeluh lelah

2. Frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi istirahat

b. Gejala dan Tanda Minor:

1. Dispnea saat/setelah aktivitas

2. Merasa tidak nyaman setelah beraktivitas

3. Merasa lemah

4. Tekanan darah berubah >20% dari kondisi istirahat

5. Gambaran EKG menunjukkan aritmia

6. Gambaran EKG menunjukkan iskemia

7. Sianosis

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1.repository.poltekkes-tjk.ac.id/296/3/BAB II nindita asrofatun nisa.pdf · dan menerima kasih sayang, mendapatkan kehangatan keluarga, memiliki sahabat,

14

7. Faktor yang Berhubungan

a) Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen

b) Tirah baring

c) Kelemahan umum

d) Imobilitas

e) Gaya hidup monoton

8. Kondisi Klinis Terkait

Menurut SDKI (2016), Kondisi klinis yang dapat mengakibatkan

masalah intoleransi aktivitas yaitu:

a) Anemia

b) Gagal jantung kongestif

c) Penyakit jantung koroner

d) Penyakit katup jantung

e) Aritmia

f) PPOK

g) Gangguan Metabolik

h) Gangguan Muskuloskeletal

i) Gagal ginjal kronis

j) Thalasemia

B. Tinjauan Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan

merupakan suatu proses pengumpulan data yang sistematis dari

berbagai sumber untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status

kesehatan klien.

Tahap pengkajian merupakan dasar utama dalam memberikan

asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan individu (klien). Oleh

karena itu, pengkajian yang benar, akurat, lengkap dan sesuai dengan

kenyataan sangat penting sebagai data untuk merumuskan diagnosis

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1.repository.poltekkes-tjk.ac.id/296/3/BAB II nindita asrofatun nisa.pdf · dan menerima kasih sayang, mendapatkan kehangatan keluarga, memiliki sahabat,

15

keperawatan dan dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai

dengan respon individu yang sesuai dengan standar praktik yang telah

ditentukan oleh American Nurse Association (ANA).

Pada pengkajian terdapat dua tipe data, yaitu data subjektif dan

data objektif. Data subjektif adalah data yang didapatka dari klien

sebagai suatu pendapat terhadap suatu situasi dan kejadian. Data

tersebut tidak dapat ditentukan oleh perawat secara independen tetapi

melalui suatu interaksi atau wawancara dengan klien. Data subjektif

diperoleh dari riwayat keperawatan termasuk persepsi klien, perasaan,

dan ide tentang status kesehatannya. Sedangkan, data objektif adalah

data yang dapat diobservasi dan diukur oleh perawat. Data ini

diperoleh melalui kepekaan perawat (senses) selama melakukan

pemeriksaan fisik melalui 2S (sight, smell) dan HT (hearing,

touch/taste). Yang termasuk data objektif adalah frekuensi

pernapasan, tekanan darah, adanya edema dan berat badan. Tahap

pengkajian untuk memperoleh data dapat dibedakan berdasarkan

sumber yang dilakukan pengkajian. Bila sumber adalah klien secara

langsung disebut autoanamnesa sedangkan bila data diperoleh dari

keluarga dikarenakan klien tidak sadar atau gangguan verbal disebut

alloanamnesa.

Pengkajian yang dilakukan pada klien dengan gangguan aktivitas

seperti pada intoleransi aktivitas meliputi:

1. Identitas Klien

Identitas klien (meliputi nama, tempat dan tanggal lahir, jenis

kelamin, status kawin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, no

MR, dan diagnose medis)

2. Keluhan Utama

Keluhan utama adalah alasan seseorang mencari pertolongan.

Keluhan utama yang biasa dikeluhkan dan khas pada pasien infrak

miokard akut adalah dispnea (sesak napas) pada saat/setelah

beraktivitas, kelelahan dan kelemahan fisik.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1.repository.poltekkes-tjk.ac.id/296/3/BAB II nindita asrofatun nisa.pdf · dan menerima kasih sayang, mendapatkan kehangatan keluarga, memiliki sahabat,

16

3. Riwayat Penyakit Sekarang

Pengkajian Riwayat penyakit sekarang yang mendukung keluhan

utama pada klien dengan gangguan intoleransi aktivitas adalah

nyeri, kelemahan otot, kelelahan, tingkat dalam melakukan

aktivitas, daerah dan lamanya terjadi gangguan aktivitas.

4. Riwayat Penyakit Dahulu

Pengkajian Riwayat penyakit dahulu yang mendukung dengan

mengkaji apakah pernah menderita gangguan aktivitas khususnya

intoleransi aktivitas. Jika pernah, disebabkan oleh penyakit apa

misalnya seperti gangguan kardiovaskuler (gagal jantung, infark

miokard), gangguan pernapasan (asma, PPOK).

5. Pemeriksaan Fisik

a) Sistem Kardiovaskuler (/KMB Sistem Kardiovaskular, M.

Asikin dkk 2017)

Gejala :

1. Kelemahan, kelelahan, tidak dapat tidur, pola hidup tidak

menetap, jadwal olahraga tidak teratur

2. Riwayat infrak miokard sebelumnya, penyakit arteri koroner,

GJK, hipertensi, DM, hiperkolestrolemia

3. Riwayat mengejan saat buang air besar dan kejadian pingsan

saat buang air besar

4. Nyeri dada yang tidak hilang dengan istirahat, lokasi nyeri

biasanya di anterior dada, termasuk nyeri substernal dan

prekordium yang dapat menyebar ke lengan, dagu, dan wajah

Tanda :

1. Takikardi, dipsnea dan nyeri dada saat istirahat atau

beraktivitas, mudah lelah

2. TD normal, meningkat, atau menurun; mungkin terjadi

postural drainase

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1.repository.poltekkes-tjk.ac.id/296/3/BAB II nindita asrofatun nisa.pdf · dan menerima kasih sayang, mendapatkan kehangatan keluarga, memiliki sahabat,

17

3. Denyut nadi normal, kuat, atau lemah atau nyaris tidak teraba

dengan pengisian kapiler yang lambat

4. Bunyi jantung : terdapat bunyi S3 dan S4 yang mengidikasi

kondisi patologis, misalnya gagal jantung, penururunan

kontraktilitas atau daya regang ventrikel jantung

5. Murmur menunjukkan gagal katup atau disfungsi otot

papilaris

6. Fiction rub dicurigau menandakan adanya perikarditis

7. Edema : tanda dari distensi vena jugularis, edema perifer,

edema dependen, edema umum

8. Tugor kulit lambat, kering, atau lembab serta penurunan

keluaran urin

b) Sistem Pernapasan

Gejala :

1. Dispnea saat aktivitas, tidur sambil duduk atau dengan

beberapa bantal

2. Batuk dengan/tanpa sputum

3. Riwayat penyalit paru kronis

4. Penggunaan bantuan pernapasan, misal oksigen atau

medikasi

Tanda :

1. Pernapasan takipnea, napas dangkal, pernapasan laboral,

penggunaan otot aksesori

2. Pernafasan nasal faring

3. Batuk kering/nyaring/non produktif atau mungkin batuk terus

menerus dengan tanpa sputum

4. Sputum, mungkin bercampur darah, merah muda/berbuih,

edema pulmonal

5. Bunyi napas ; mungkin tidak terdengar dengan krakels

banner dan mengi

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1.repository.poltekkes-tjk.ac.id/296/3/BAB II nindita asrofatun nisa.pdf · dan menerima kasih sayang, mendapatkan kehangatan keluarga, memiliki sahabat,

18

6. Fungsi mental; mungkin menurun, letargik, kegelisahan,

warna kulit pucat sianosis

c) Aktivitas/istirahat

Gejala :

1. Keletihan, kelelahan terus sepanjang hari

2. Insomnia

3. Nyeri dada dengan aktivitas

4. Dispnea pada saat istirahat atau pada pengerahan tenaga

Tanda :

1. Gelisah,

2. Perubahan status mental: letargi, TTV berubah pada

aktivitas

Pada laporan tugas akhir ini, selain pengkajian umum terdapat

pengkjian khusus tentang aktivitas, meliputi:

a) Kemampuan Fungsi Motorik

Pengkajian fungsi motorik antara lain pada kaki dan tangan

kanan dan kiri untuk menilai ada atau tidaknya kelemahan,

kelelahan atau spastic.

b) Kesejajaran Tubuh

Pemeriksaan kesejajaran tubuh bertujuan untuk mengidentifikasi

perubahan postur akibat pertumbuhan dan perkembangan

normal, hal-hal yang perlu dipelajari untuk mempertahankan

postur tubuh yang baik, faktor yang menyebabkan postur tubuh

yang buruk (misal, kelelahan, harga diri rendah) serta

kelemahan otot atau kerusakan motorik lainnya. Pemeriksaan ini

dilakukan dengan menginspeksi pasien dari sisi lateral, anterior

dan posterior yang berguna untuk mengamati klien tentang:

a. Bahu dan pinggul sejajar

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1.repository.poltekkes-tjk.ac.id/296/3/BAB II nindita asrofatun nisa.pdf · dan menerima kasih sayang, mendapatkan kehangatan keluarga, memiliki sahabat,

19

b. Jari-jari kaki mengarah ke depan

c. Tulang belakang lurus tidak melengkung ke sisi yang lain

c) Gaya Berjalan

Pengkajian cara berjalan dilakukan untuk mengidentifikasi

kemampuan klien dena resiko cedera akibat jatuh. Hal ini

dilakukan dengan meminta klien berjalan sejauh ±10 kaki di

dalam ruangan, kemudian amati hal-hal berikut:

a. Kepala tegak, pandangan lurus, dan tulang belakang lurus

b. Tumit menyentuh tanah lebih dulu daripada jari kaki

c. Kaki dorsofleksi pada fase ayunan

d. Lengan mengayun ke depan bersamaan dengan ayunan kaki

di sisi yang berlawanan

e. Gaya berjalan halus, terkoordinasi dan berirama, ayunan

tubuh dari sisi ke sisi minimal dan tubuh bergerak lurud ke

depan dan gerakan dimulai dan diakhiri dengan santai

Pengkajian ini memungkinkan perawat untuk mengetahui

keseimbangan, postur, keamanan dan kemampuan berjalan

tanpa bantuan.

1) Kategori tingkat kemampuan

Tabel 2.1 Tabel Kategori Tingkat Kemampuan

Tingkat Aktivitas Kategori

Tingkat 0 Mampu merawat diri sendiri secara penuh

Tingkat 1 Memerlukan penggunaan alat

Tingkat 2 Memerlukan bantuan atau pengawasan orang

lain dan peralatan

Tingkat 3 Memerlukan bantuan atau pengawasan orang

lain dan peralatan

Tingkat 4 Sangat tergantung dan tidak dapat melakukan

atau berpartisipasi dalam perawatan

Sumber : (Andri & Wahid, 2016)

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1.repository.poltekkes-tjk.ac.id/296/3/BAB II nindita asrofatun nisa.pdf · dan menerima kasih sayang, mendapatkan kehangatan keluarga, memiliki sahabat,

20

2) Kemampuan rentang gerak

Tabel 2.2 Tabel Kemampuan Rentang Gerak

Gerak sendi Derajat rentang gerak

Bahu:

Adduksi: gerakan lengan ke lateral

dari posisi samping keatas kepala,

telapak tangan menghadap ke posisi

yang paling jauh

180

Siku:

Fleksi: angkat lengan bawah kearah

depan dan kearah atas menuju bahu

150

Pergelangan Tangan:

Fleksi: tekuk jari-jari tangan kea rah

bagian dalam lengan bawah

80-90

Ekstensi:luruskan pergelangan tangan

dari posisi fleksi

80-90

Hiperekstensi: tekuk jari-jari tangan

kea rah belakang sejauh mungkin

70-90

Abduksi : tekuk pergelangan tangan

ke sisi ibu jari ketika telapak tangan

menghadap ke atas

0-20

Adduksi:tekuk pergelangan tangan

kea rah kelingking. Telapak tangan

menghadap ke atas

30-50

Tangan dan Jari:

Fleksi : buat kepalan tangan

90

Ekstensi: luruskan jari 90

Hiperekstensi: tekuk jari-jari tangan

kebelakang sejauh mungkin

30

Abduksi: kembangakan jari tangan

Adduksi: rapatkan jari-jari tangan

dari posisi abduksi

20

20

Sumber : (Andri & Wahid, 2016)

d) Penampilan dan Pergerakan Sendi

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1.repository.poltekkes-tjk.ac.id/296/3/BAB II nindita asrofatun nisa.pdf · dan menerima kasih sayang, mendapatkan kehangatan keluarga, memiliki sahabat,

21

Pemeriksaan ini meliputi inspeksi, palpasi serta pengkajian

rentang gerak aktif atau rentang gerak pasif. Hal-hal yang dikaji

antara lain:

a. Adanya kemerahan atau pergerakan sendi

b. Adanya deformitas

c. Perkembangan otot yang terkait dengan masing-masing sendi

d. Adanya nyeri tekan

e. Krepitasi

f. Peningkatan temperature disekitar sendi

g. Derajat gerak sendi

Menurut carpenito dalam Wahyudi 2016, terdapat tiga rentang

gerak yaitu:

1. Rentang gerak pasif

Rentang gerak pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan

otot-otot dan persendian dengan menggerakkan otot orang

lain secara pasif, misalnya perawat menganggkat kaki pasien.

2. Rentang gerak aktif

Hal ini untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta

sendi dengan cara menggunakan otot-ototnya secara aktif

misalnya berbaring pasien menggerakkan kakinya

3. Rentang gerak fungsional

Berguna untuk memperkuat otot-otot dan sendi dengan

melakukan aktivitas yang diperlukan

e) Kemampuan dan Keterbatasan Gerak

Pengkajian ini bertujuan untuk mendapatkan data tentang

adanya indikasi rintangan dan keterbatasan pada pergerakan

klien dan kebutuhan untuk memperoleh bantuan. Hal-hal yang

perlu di kaji adalah:

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1.repository.poltekkes-tjk.ac.id/296/3/BAB II nindita asrofatun nisa.pdf · dan menerima kasih sayang, mendapatkan kehangatan keluarga, memiliki sahabat,

22

a. Bagaimana penyakit klien mempengaruhi kemampuan untuk

bergerak

b. Adanya hambatan dalam bergerak (misal, terpasang selang

infuse, gips yang berat dan ketakutan untuk bergerak)

c. Kewaspadaan mental dan kemampuan klien untuk mengikuti

petunjuk

d. Keseimbangan dan koordinasi klien

e. Adanya hipotensi ortostatik sebelum berpindah tempat

f. Derajat kenyamanan klien

c. Penglihatan

f) Perubahan Intoleransi Aktivitas

Pengkajian intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan

perubahan pada sistem pernapasan, antara lain: suara napas,

analisa gas darah, gerakan dinding thorak, adanya nyeri pada

saat respirasi, mukus, batuk yang produktif di ikuti panas. Pada

sistem kardiovaskuler seperti nadi, tekanan darah, gangguan

sirkulasi perifer, adanya thrombus, serta perubahan tanda vital

setelah melakukan aktivitas atau perubahan posisi.

Pengkajian pada toleransi aktivitas ini juga dapat bermanfaat

untuk membantu meningkatkan kemandirian klien yang

mengalami gangguan kardiovaskuler dan respiratorik, tidur tidak

mencukupi, nyeri, depresi atau kurang motivasi. Alat ukur yang

bisa digunakan adalah frekuensi, kekuatan, dan irama denyut

jantung. Frekuensi, kedalaman, dan irama pernapasan serta

tekanan darah yang dapat dijadikan sebagai alat ukur untuk

gangguan intoleransi aktivitas. (Andri & Wahid, 2016)

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1.repository.poltekkes-tjk.ac.id/296/3/BAB II nindita asrofatun nisa.pdf · dan menerima kasih sayang, mendapatkan kehangatan keluarga, memiliki sahabat,

23

g) Kekuatan Otot dan Gangguan Koordinasi

Dalam mengkaji kekuatan otot dapat ditentukan kekuatan secara

bilateral atau tidak. Derajat kekuatan otot dapat ditentukan

dengan:

Tabel 2.3 Kekuatan Otot dan Gangguan Koordinasi

Skala Presentase Kekuatan

Normal

Karakteristik

0 0 Paralisis sempurna

1 10 Tidak ada gerakan, kontraksi otot dapat

dipalpasi atau dilihat

2 25 Gerakan otot penuh melawan gravitasi

dengan topangan

3 50 Gerakan yang normal melawan

gravitasi

4 75 Gerakan yang normal melawan

gravitasi dan melawan tahanan

minimal

5 100 Kekuatan normal, gerakan penuh yang

normal melawan gravitasi dan

menahan tahanan penuh

Sumber : (Andri & Wahid, 2016)

h) Perubahan Fisiologis

Menurut Andri & Wahid (2016), Perubahan yang dapat

terjadi pada klien dengan gangguan aktivitas seperti pada

intoleransi aktivitas adalah:

1. Sistem Metabolik

Ketika mengkaji fungsi metabolik, perawat menggunakan

pengukuran antropometrik untuk mengvaluasi atrofi otot,

menggunakan pencatatan asupan dan haluran serta data

laboratorium untuk mengevaluasi status cairan, elektrolit,

maupun kadar serum protein, penyembuhan luka dan pola

evaluasi klien untuk melihat perubahan fungsi

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1.repository.poltekkes-tjk.ac.id/296/3/BAB II nindita asrofatun nisa.pdf · dan menerima kasih sayang, mendapatkan kehangatan keluarga, memiliki sahabat,

24

gastrointestinal yang bisa menyebabkan intoleransi

aktivitas.

2. Sistem Respiratori

Pengkajian sistem respiratori minimal harus dilakukan

setiap dua jam pada klien gangguan aktivitas. Perawat

melakukan inspeksi pergerakan dinding dada selama

siklus pernapasan inspirasi/ekspirasi penuh, jika ada

atelaksis, gerakan dadanya asimetris. Kemudian auskultasi

semua area paru untuk mengidentifikasi suara napas,

crackles atau wheezing pada klien intoleransi aktivitas.

3. Sistem Kardiovaskuler

Pada klien intoleransi aktivitas perlu dilakukan

pemantauan tekanan darah, nadi apek maupun nadi

perifer, observasi tanda-tanda adanaya statis vena

(misalnya, oedema dan penyembuhan luka yang buruk).

Pada klien yang berumur diatas 40 tahun biasanya bunyi

jantung tiga (gallop) bisa terdengar pada nadi apek dan

merupakan indikasi penyakit gangguan kardiovaskuler

yaitu gagal jantung kongestif atau congestive heart failure.

Kaji adanya oedema pada sacrum, tungkai dan kaki.

Mengkaji sistem vena karena thrombosis vena yang dapat

membahayakan pada klien gangguan intoleransi aktivitas.

4. Sistem Muskuloskeletal

Pada klien yang mengalami intoleransi aktivitas lama akan

cenderung takut dan dapat menyebabkan muskuloskeletal

pada tubuhnya terganggu. Pengkajian yang pertama kali di

lakukan meliputi penurunan tonus otot, kehilangan massa

otot dan kontraktur. Pengkajian rentang gerak untuk

melihat gerakan sendi.

5. Sistem Integumen

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1.repository.poltekkes-tjk.ac.id/296/3/BAB II nindita asrofatun nisa.pdf · dan menerima kasih sayang, mendapatkan kehangatan keluarga, memiliki sahabat,

25

Mengkaji kulit klien terhadap tanda-tanda kerusakan

integritas kulit. Kulit harus di observasi ketika klien

bergerak. Perhatikan kebersihannya, atau pemenuhan

eliminasinya. Pengkajian dilakukan minimal setiap dua

jam sekali, hal ini perlu dilakukan pada klien intoleransi

aktivitas yang mengalami tirah baring dalam waktu lama.

6. Sistem Eliminasi

Evaluasi intake dan output cairan selama 24 jam, dehidrasi

(meningkatkan resiko kerusakan kulit, pembentukan

thrombus, infeksi pernapasan, dan konstipasi)

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis

mengenai respons klien terhadap masalah kesehatan atau proses

kehidupan yang yang dialaminya baik yang berlangsung aktual

maupun potensial. Diagnosis keperawatan bertujuan untuk

mengidentifikasi respons klien individu, keluarga, komunitas terhadap

situasi yang berkaitan dengan kesehatan (SDKI DPP PPNI (2016).

Menurut M. Asikin dkk (2017) diagnosa keperawatan yang

muncul pada pasien dengan infrak miokard yaitu :

a. Nyeri akut b.d hipoksia miokard (oklusi arteri koroner)

b. Risiko penurunan curah jantung b.d perubahan laju, irama, dan

konduksi elektrikal; penurunan preload dan peningkatan resistensi

vaskular sistemik; infrak atau diskinetik jantung

c. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan

oksigen akibat adanya iskemia dan jaringan nekrotik miokard

d. Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan ventilasi-perfusi

Sesuai dengan judul yang penulis ambil, pada laporan tugas akhir ini

diagnosis yang akan di lakukan intervensi tergantung dengan keadaan

klien, akan tetapi penulis akan lebih fokus pada diagnosis intoleransi

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1.repository.poltekkes-tjk.ac.id/296/3/BAB II nindita asrofatun nisa.pdf · dan menerima kasih sayang, mendapatkan kehangatan keluarga, memiliki sahabat,

26

aktivitas yang bertujuan untuk mengukur tingkat aktivitas klien infrak

mikard.

3. Rencana Asuhan Keperawatan

Rencana keperawatan merupakan tahapan selanjutnya dari

diagnosis keperawatan yang sudah ditegakkan. Dalam rencana

keperawatan pada infark miokard penulis akan lebih fokus pada

rencana untuk diagnosis intoleransi aktivitas.

Tabel 2.4 Rencana Keperawatan Infrak Miokard Akut (SDKI 2016, Nanda

NIC-NOC 2015, Doengoes M 2012, M. KM B Sistem Kardiovaskular M.

Asikin dkk 2017)

No Diagnosa Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)

1. Nyeri akut b.d

hipoksia miokard

(oklusi arteri

koroner)

Nyeri akut

Definisi : pengalaman

sensorik atau

emosional yang

berkaitan dengan

kerusakan jaringan

aktual atau fungsional,

dengan onset

mendadak atau lambat

dan berintensitas

ringan hingga berat

yang berlangsung

kurang dari 3 bulan.

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan selama …x24 jam

klien menunjukkan nyeri dada

hilang/terkontrol dengan kriteria

hasil :

1. Ekspresi klien rileks

2. Frekuensi nadi normal

3. TD normal

4. Pola nafas normal

5. Nafsu makan membaik

6. Tidak menarik diri

1. Catat karakteristik nyeri,

catat laporan verbal,

petunjuk nonverbal, dan

respons hemodinamik

(contoh : menangis,

meringis, gelisah,

berkeringat,

mencengkaram dada,

nafas cepat, TD/frekuensi

jantung berubah)

2. Kaji keluhan nyeri dada,

termasuk karakteristik,

onset/durasi, frekuensi,

kualitas,

intensitas/keparahan

nyeri, (skala 1-10), dan

faktor pencetus nyeri

3. Instruksikan klien untuk

melaporkan nyeri dengan

segera

4. Ciptakan lingkungan

yang tenang, aktivitas

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1.repository.poltekkes-tjk.ac.id/296/3/BAB II nindita asrofatun nisa.pdf · dan menerima kasih sayang, mendapatkan kehangatan keluarga, memiliki sahabat,

27

perlahan dan tindakan

yang nyaman, misalnya

menggosok punggung

dengan lembut. Lakukan

pendekatan pada klien

dengan tenang dan

percaya diri

5. Bantu atau instruksikan

teknik relaksasi, misalnya

napas dalam secara

perlahan dan distraksi

6. Cek TTV

7. Kolaborasi dengan tenaga

kesehatan lainnya dengan

pemberian : oksigen

tambahan, anti-angina

(nitrogliserin), analgesik,

misalnya morfin sulfat.

2. Risiko penurunan

curah jantung b.d

perubahan laju,

irama, dan konduksi

elektrikal;

penurunan preload

dan peningkatan

resistensi vaskular

sistemik; infrak atau

diskinetik jantung

Risiko penurunan

curah jantung

Definisi : Resiko

ketidakadekuatan

darah yang dipompa

oleh jantung untuk

memenuhi kebutuhan

metabolik tubuh.

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan selama …x24 jam

klien menunjukkan curah

jantung adekuat dengan kriteria

hasil:

1. TD dalam rentang normal

2. Toleransi terhadap aktivitas

3. Nadi perifer kuat

4. Ukuran jantung normal

5. Tidak ada distensi vena

jugularis

6. Tidak ada disritmia

7. Tidak ada bunyi jantung

abnormal

8. Tidak ada angina

9. Tidak ada edema perifer

10. Tidak ada edema paru

11. Tidak ada diaporesis

12. Tidak ada mual

Perawatan Jantung

1. Evaluasi adanya nyeri

dada (intensitas, lokasi,

durasi)

2. Catat adanya disritmia

jantung

3. Catat adanya tanda dan

gejala penurunan cardiac

output

4. Monitor status

kardivaskuler

5. Monitor status

pernapasan yang

menandakan gagal

jantung

6. Monitor abdomen sebagai

indicator penurunan

perfusi

7. Monitor balance cairan

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1.repository.poltekkes-tjk.ac.id/296/3/BAB II nindita asrofatun nisa.pdf · dan menerima kasih sayang, mendapatkan kehangatan keluarga, memiliki sahabat,

28

13. Tidak ada kelelahan 8. Monitor adanya

perubahan tekanan darah

9. Monitor respon pasien

terhadap efek pengobatan

antiaritmia

10. Atur periode dan istirahat

untuk menghindari

kelelahan

11. Monitor toleransi

aktivitas

12. Monitor adanya dispnea,

fatigue, takipnea dan

ortopnea

13. Anjurkan untuk

mengurangi stress

Monitor Vital Sign

1. Monitor TD, nadi, suhu

dan RR

2. Catat adanya fluktuasi

tekanan darah

3. Monitor TD, nadi, RR

sebelum, selama dan

sesudah beraktivitas

4. Monitor kualitas nadi

5. Monitor adanya pulsus

paradoksus

6. Monitor adanay pulsus

alterans

7. Monitor jumlah dan

irama jantung

8. Monitor bunyi jantung

9. Monitor frekuensi dan

irama pernapasan

10. Monitor suara paru

11. Monitor pola pernapasan

12. Monitor suhu, warna dan

kelmbapan kulit

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1.repository.poltekkes-tjk.ac.id/296/3/BAB II nindita asrofatun nisa.pdf · dan menerima kasih sayang, mendapatkan kehangatan keluarga, memiliki sahabat,

29

Lakukan penilaian secara

komprehensif terhadap

sirkulasi perifer (misal. Cek

nadi perifer, edema, pengisian

kapiler dan suhu ektremitas)

3. Intoleransi aktivitas

b.d

ketidakseimbangan

suplai dan

kebutuhan oksigen

akibat adanya

iskemia dan jaringan

nekrotik miokard

Intoleransi aktivitas

Definisi:

ketidakcukupan

energy psikologis atau

fisiologis untuk

melanjutkan atau

menyelesaikan

aktifitas kehidupan

sehari-hari yang harus

atau dilakukan

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan selama … x 24

jam klien dapat menunjukkan

toleransi terhadap aktivitas

dengan kriteria:

1. Klien dapat menentukan

aktivitas yang sesuai

dengan peningkatan nadi,

tekanan darah, dan

frekuensi napas,

mempertahankan irama

dalam batas normal

2. Mempertahankan warna dan

kehangatan kulit dengan

aktivitas

3. EKG dalam batas normal

4. Melaporkan peningkatan

aktivitas harian

a) Energi Conservation

Indikator :

1. Menunjukkan

keseimbangan antara

aktivitas dengan

istirahat

2. Menggunakan teknik

3. Mengenali keterbatasan

energi

4. Menyesuaikan gaya

hidup sesuai tingkat

energi

5. Mempertahankan gizi

yang

Managemen Energi

Aktivitas:

1. Tentukan keterbatasan

pasien terhadap aktivitas

2. Tentukan penyebab lain

dari kelelahan

3. Dorong klien untuk

mengungkapkan perasaan

tentang keterbatasannya

4. Observasi tanda-tanda

vital sebelum, selama dan

sesudah beraktivitas

5. Observasi nutrisi sebagai

sumber energi yang

adekuat

6. Observasi respon jantung-

paru terhadap aktivitas

(misalnya EKG,

takikardia, disritmia,

dispnea, pucat, dan

frekuensi pernafasan)

7. Batasi stimulus

lingkungan (misalnya

pencahayaan, dan

kegaduhan)

8. Dorong untuk lakukan

periode aktivitas saat

pasien memiliki banyak

tenaga.

9. Rencanakan periode

aktivitas saat pasien

memiliki banyak tenaga

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1.repository.poltekkes-tjk.ac.id/296/3/BAB II nindita asrofatun nisa.pdf · dan menerima kasih sayang, mendapatkan kehangatan keluarga, memiliki sahabat,

30

6. Melaporkan aktivitas

yang sesuai dan energi.

b) Indikator Toleransi

Aktivitas:

1. Saturasi oksigensaat

melakukan aktivitas

membaik/dalam

rentang normal

2. nadi saat melakukan

aktivitas dalam

rentang normal

3. tidak sesak napas saat

melakukan aktivitas

4. tekanan darah saat

melakukan aktivitas

dalam rentang normal

5. mudah melakukan

ADL

Self Care : ADL

Indikator:Mampu melakukan

ADL secara mandiri (seperti

makan, memakai baju,toileting,

mandi, berdandan, menjaga

kebersihan, oral hygiene,

berjalan, berpindah tempat)

10. Hindari aktivitas selama

periode istirahat

11. Dorong klien untuk

melakukan aktivitas

sesuai sumber energi

12. Instruksikan pasien atau

keluarga untuk mengenal

tanda dan gejala

kelelahan yang

memerlukan pengu-

rangan aktivitas.

13. Bantu pasien atau

keluarga untuk

menentukan tujuan akhir

yang realistis

14. Jelaskan pola peningkatan

bertahap dari tingkat

aktivitas. Contoh: bangun

dari kursi, bila tidak ada

nyeri lakukan ambulasi,

kemudian istirahat selama

satu jam setelah makan

15. Evaluasi program pening-

katan tingkat aktivitas

16. Evaluasi tanda vital saat

terjadi kemajuan aktivitas

Terapi Aktivitas:

1. Bantu pasien untuk

mengidentifikasi aktivitas

yang mampu dilakukan

2. Bantu untuk memilih

aktivitas konsisten yang

sesuai dengan

kemampuan fisik,

psikologi dan sosial

3. Bantu untuk

mengidentifikasi dan

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1.repository.poltekkes-tjk.ac.id/296/3/BAB II nindita asrofatun nisa.pdf · dan menerima kasih sayang, mendapatkan kehangatan keluarga, memiliki sahabat,

31

mendapatkan sumber

yang diperlukan untuk

aktiivtas yang diinginkan

4. Bantu pasien atau

keluarga

untukmengidentifikasi

kekurangan dalam

berakti- vitas

5. Bantu pasien untuk

mengembangkan

motivasi diri dan

penguatan

6. Monitor respon fisik,

emosi, soial, dan spiritual

Tentukan komitmen klien

untuk peningkatan frekuensi

atau rentang untuk aktivitas

4. Gangguan

pertukaran gas

berhubungan dengan

penurunan suplai

oksigen ditandai

dengan sesak nafas

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan selama … x 24

jam klien dapat menunjukkan

pertukaran gas adekuat dengan

kriteria:

1. Status mental dalam rentang

normal

2. Klien bernafas dengan

mudah

3. Tidak ada dipsnea

4. Tidak ada somnolen

5. PaO2 dalam batas normal

6. PaCO2 dakam batas normal

7. pH arteri dalam batas normal

8. Saturasi O2 dalam batas

normal

9. Ventilasi perfusi seimbang

Manajemen jalan nafas :

a. Atur posisi klien untuk

memkasimalkan ventilasi

dan mengurangi dipsnea

b. Lakukan fisioterapi dada

sesuai kebutuhan

c. Anjurkan klien untuk

bernafas pelan dan dalam

d. Auskultasi bunyi nafas,

area penurunan ventilasi

atau tidak ada ventilasi

dan adanya bunyi nafas

tambahan

e. Observasi status respirasi

dan oksigenasi sesuai

keburtuhan

Terapi Oksigen :

i. Pertahankan kepatenan

jalan nafas

ii. Observasi aliran oksigen

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1.repository.poltekkes-tjk.ac.id/296/3/BAB II nindita asrofatun nisa.pdf · dan menerima kasih sayang, mendapatkan kehangatan keluarga, memiliki sahabat,

32

iii. Berikan oksigen sesuai

kebutuhan

Observasi Respirasi :

1. Observasi kecepatan,

irama, dan kedalaman

respirasi

2. Catat pergerakan dada,

kesimetrisan, penggunaan

otot bantu pernafasan, dan

retraksi dinding dada

3. Observasi pola nafas

4. Palpasi ekspansi paru

5. Perkusi toraks anterior dan

posterior bagian apeks dan

dasar kedua paru

6. Auskultasi bunyi paru

stelah pemberian

pengobatan

7. Observasi peningkatan

kegelisahan dan

kecemasan

8. Observasi kemampuan

klien untuk batuk efektif

9. Observasi hasil

pemeriksaan foto thoraks

4. Implementasi

Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam

rencana perawatan. Tindakan keperawatan mencakup tindakan mandiri

(independen) dan tindakan kolaborasi. Tindakan independen adalah

aktivitas perawat yang didasarkan pada kesimpulan atau keputusan

sendiri dan bukan merupakan petunjuk atau perintah dari petugas

kesehatan lain. Tindakan kolaborasi adalah tindakan yang didasarkan

hasil keputusan bersama, seperti dokter dan petugas kesehatan lain

(Tarwoto dkk 2015)

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1.repository.poltekkes-tjk.ac.id/296/3/BAB II nindita asrofatun nisa.pdf · dan menerima kasih sayang, mendapatkan kehangatan keluarga, memiliki sahabat,

33

5. Evaluasi

Evaluasi merupakan tindakan untuk melengakapi proses keperawatan

yang dapat dilihat dari perkembangan dan hasil kesehatan klien.

Tujuannya untuk mengetahui sejauh mana perawatan dapat dicapai

dan memberikan umpan balik terhadap asuhan keperawatan yang

diberikan. Langkah-langkah evaluasi adalah sebagi berikut:

a) Daftar tujuan klien

b) Lakukan pengkajian apakah pasien dapat melakukan sesuatu

c) Bandingkan antara tujuan dan kemampuan klien

d) Diskusikan dengan klien, apakah tujuan dapat tercapai atau tidak

C. Tinjauan Konsep Penyakit

1. Definisi

Infark Miokard Akut adalah nekrosis sebagian otot jantung akibat

berkurangnya suplai darah ke bagian otot tersebut akibat oklusi atau

trombosis arteria atau dapat juga akibat keadaan syok atau anemia

akut. (Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Paula Krisanty , 2016).

Infark Miokard Akut adalah suatu keadaan ketika secara tiba-tiba

terjadi pembatasan atau pemutusan aliran darah ke jantung, yang

menyebabkan kematian jaringan pada otot jantung (miokardium)

karena kekurangan suplai oksigen. Proses iskemik miokardium lama

yang mengakibatkan kematian (nekrosis) jaringan otot miokardium

tiba-tiba. (Aspiani, 2015)

Infark miokard merupakan suatu keadaan pada miokard yang

disebabkan oleh tidak adnya aliran darah yang cukup pada waktu yang

berkelanjutan, sehingga terjadi kekurangan oksigen pada jaringan

tersebut yang mengakibatkan kematian jaringan miokard, atau dengan

kata lain kematian sel miokard terjadi akibat kekurangan oksigen yang

berkepanjangan. Hal ini merupakan respons letal terakhir terhadap

iskemia miokard yang tidak dapat teratasi. Jika aliran darah terputus

atau hantaran oksigen setlah sekitar 20 menit berkurang , maka sel

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1.repository.poltekkes-tjk.ac.id/296/3/BAB II nindita asrofatun nisa.pdf · dan menerima kasih sayang, mendapatkan kehangatan keluarga, memiliki sahabat,

34

miokard mulai mati (nekrosis miokard/infrak). Setelah periode ini,

kemampuan sel untuk menghasilkan ATP secar aerob akan lenyap,

sehingga sel tidak dapat memenuhi kebutuhan energinya. (KMB

Sistem Kardiovaskular M. Asikin dkk 2018).

2. Etiologi

Infark miokard disebabkan oleh sejumlah kelainan atau gangguan yaitu

dibagi menjadi 2 jenis :

a. Aterosklerosis dengan jenis trombosis dan penyumbatan arteri

koroner

b. Non-aterosklerosis dengan jenis:

1) Oklusi koroner akibat vaskulitis

2) Hipertrofi vemtrikel

3) Penggunaan obat-obatan, misalnya kokain, amfetamin, dan

efedrin

4) Faktor yang mempengaruhi kebutuhan oksigen

5) Faktor yang menrunkan penghantaran oksigen, misalnya

hipoksemia atau anemia berat

6) Diseksi aorta

7) Arteritis

Infark miokard terjadi karena suplai darah ke otot jantung berkurang,

sebagai akibat tersumbatnya pembuluh darah arteri koronia. Faktor-

faktor resiko penyakit ini diantaranya adalah:

a. Faktor-faktor resiko besar

1) Usia

2) Jenis kelamin

3) Tekanan darah tinggi

4) Hiperlipidemia

5) Merokok

b. Faktor-faktor resiko kecil:

1) Obesitas

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1.repository.poltekkes-tjk.ac.id/296/3/BAB II nindita asrofatun nisa.pdf · dan menerima kasih sayang, mendapatkan kehangatan keluarga, memiliki sahabat,

35

2) Kurang gerak

3) Diabetes melitus

3. Patofisiologi

Infark miokar akut sering terjadi pada orang yang memiliki satu

atau lebih faktor resiko, seperti obesitas, merokok, hipertensi, dan lain-

lain. faktor ini disertai dengan proses kimiawi terbentuknya

lipoproyein di tunika intima yang dapat menyebabkan interaksi fibrin

dan platelet sehingga menimbulkan cedera endotel pembuluh darah

koroner. Interaksi tersebut menyebabkan invasi dan akumulasi lipid

yang akan membentuk plak fibrosa. Timbunan plak menimbulkan lesi

komplikata yang dapat menimbulkan tekanan pada pembuluh darah

dan apabila ruptur dapat terjadi trombus.

Trombus yang menyumbat pembuluh darah dapat menyebabkan

aliran darah berkurang sehingga suplai oksigen yang diangkat darah ke

jaringan miokardium berkurang yang berakibat penumpukan asam

laktat. Asam laktat yang meningkat mnyebabkan nyeri dan perubahan

pH endokardium yang menyebabkan perubahan elektrofisiologi

endokardium, yang pada akhirnya menyebabkan perubahan sistem

konduksi jantung sehingga jantung mengalami disritmia. Iskemik yang

berlangsung lebih dari 30 menit menyebabkan kerusakan otot jantung

yang ireversibel dan kematian oto jantung (infark).

Miokardium yang mengalami kerusakan otot jantung atau nekrosis

tidak dapat lagi memenuhi fungsi kontaksi dan mengakibatkan

keluarnya enxim dari intrasel ke pembuluh darah yang dapat dideteksi

dengan pemeriksaan laboratorium. Obat jantung yang infark

mengalami perubahan selama penyembuhan. Mula-mula otot jantung

yang mengalami infark nampak memar dan sianotik karena darah di

daerah sel tersebut berhenti. Dalam jangka waktu 24 jam timbul edema

sel dan terjadi respon peradangan yang disertai infiltrasi leukosit.

Infark miokardium akan mnyebabkan fungsi ventrikel terganggu

karena otot kehilangan daya kontraksi, sedangkan otot yang iskemik

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1.repository.poltekkes-tjk.ac.id/296/3/BAB II nindita asrofatun nisa.pdf · dan menerima kasih sayang, mendapatkan kehangatan keluarga, memiliki sahabat,

36

disekitarnya juga mengalami gangguan dalam daya kontraksi. Secara

fungsional infark miokardium akan mengakibatkan perubahan pada

daya kontaksi, gerakan dinding abnormal, penurunan stroke volume,

pengurangan ejeksi, peningkatan volume akhir sistolik, dan penurunan

volume akhir diastolik ventrikel. Keadaan tersebut menyebabkan

kegagalan jantung dalam memompa darah (dekompensasi kordis)

ketika darah tidak lagi dipompa, suplai darah dan oksigen sistemik

menjadi tidak adekuat sehingga menimbulkan gelaja kelelahan. Selain

itu dapat terjadi akumulasi cairan di paru (edema paru) dengan

manifestasi sesak nafas.

Kebanyakan klien mencari pengobatan karena manifestasi nyeri

dada seperti angina tetapi lebih hebat. Serangan tersebut terjadi ketika

klien dalam keadaan istirahat, sering terjadi di dini hari. Paling nyata

dirasakan didaerah subternal kemudian menjalar ke kedua lengan,

kerongkong atau dagu, atau abdomen sebelah atas (seringkali mirip

dengan kolik kolelitiasis, kolesistisis akut, ulkus peptikum akut, dan

pankreatitis akut). Mual dan muntah seringkali menyertai nyeri.

a. Iskemia

Kebutuhan akan oksigen yang melebihi suplai oksigen oleh

pembuluh darah yang terserang penyakit menyebabkan iskemia

miokardium lokal. Pada iskemia yang bersifat sementara akan

menyebabkan perubahan reversibel pada tinfkat sel dan

jaringan, dan menekan fungsi miokardium sehingga akan

mengubah metabolisme yang bersifat aerob menjadi

metabolisme anaerob. Pembentukan fosfat berenergi tinggi

akan menurun. Metabolisme anaerob akan menghasilkan asam

laktat sehingga pH sel menurun.

Hipoksia, berkurangnya energi serta asidosis dengan cepat

mengganggu fungsi ventrikel kiri, kekuatan kontaksi

berkurang, serabut memendek, daya dan kecepatan berkurang.

Gerakan dinding segmen yang mengalami iskemia mejadi

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1.repository.poltekkes-tjk.ac.id/296/3/BAB II nindita asrofatun nisa.pdf · dan menerima kasih sayang, mendapatkan kehangatan keluarga, memiliki sahabat,

37

abnormal, bagian tersebut akan menonjol keluarsetiap kali

kontaksi. Berkurangnya kontraksi dan gangguan gerakan

jantung akan mengubah hemodinamika. Penurunan ini bersifat

beragam sesuai ukuran segmen yang mengalami iskemia dan

derajat respon refleks kompensasi sistem saraf otonom.

Penurunan fungsi ventrikel kiri dapat mengurangi curah

jantung sehingga akan memperbesar volume ventrikel

akibatnya tekanan jantung kiri akan meningkat. Juga tekanan

akhir diastolik ventrikel kiri dan tekanan dalam kapiler paru

akan meningkat.

Manifestasi hemodinamika pada iskemia sering terjadi,

yaitu oeningkatan darah yang ringan dan denyut jantung

sebelum timbulnya nyeri yang merupakan respon kompensasi

simpatis terhadap berkurangnya fungsi miokardium. Apabila

iskemia cukup luas maka tekanan darah akan menurun.

Iskemia miokardium secara khas disertai perubahan

kardiogram akibat perubahan elektrofisiologi seluler, yaitu

gelombang T terbalik dan depresi segmen ST. Serangan

iskemia biasanya mereda dalam beberapa menit bila

ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen sudah

diperbaiki. Perbubahan metabolik, fungsional, hemodinamik,

dan elektrokardiografik bersifat reversibel.

b. Infark

Infark terjadi bila iskemia berlangsung lebih dari 30-45 menit.

Bagian yang mengalami infark akan berhenti berkontraksi

secara permanen. Jaringan yang mengalami infark dikelilingi

daerah iskemia.

Infark miokardium biasanya menyerang ventrikel kiri,

infark transmural biasanya mengenai seluruh tebal dinding

miokard, sedangkan infark subendokardial nekrosisnya hanya

terjadi pada bagian dalam dinding ventrikel. Letak infark

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1.repository.poltekkes-tjk.ac.id/296/3/BAB II nindita asrofatun nisa.pdf · dan menerima kasih sayang, mendapatkan kehangatan keluarga, memiliki sahabat,

38

berkaitan dengan penyakit pada daerah tertentu dalamsirkulasi

koroner, misalnya infark anterior dinding anterior disebabkan

lesi pada ramus desendens arterior arteria koronaria sinistra,

infark dinding inferior biasanya disebabkan oleh lesi pada

arteria koronaria kanan.

Infark miokardium akan mengurangi fungsi ventrikel

karena otot yang nekrosis, kehilangan daya kontraksi,

sedangkan otot yang iskemia disekitarnya juga mengalami

gangguan kontraksi

Secara fungsional infark miokardium akan menyebabkan

perubahan :

1. Daya kontraksi menurun

2. Gerakan dinding abnormal

3. Perubahan daya kembang dinding ventrikel

4. Pengurangan curah sekuncup

5. Pengurangan fraksi ejeksi

6. Penigkatan volume akhir sistolik dan akhir diastolik

ventrikel kiri

Gangguan fungsional ini tergantung dari berbagai faktor,

seperti :

1. Ukuran infark: 40% berkaitan dengan syok kardiogenik

2. Lokasi infark: dinding anterior lebih besar mengurangi

fungsi mekanik dibandingkan dinding inferior.

3. Fungsi miokardium yang terlibat : infark yang sudah lama

akan membahayakan fungsi miokardium sisanya.

4. Sirkulasi kolateral: dapat berkembang sebagai respon

iskemia yang kronis dan hipoperfusi regional guna

memperbaiki aliran darah yang menuju ke miokardium

yang mengancam.

5. Mekanisme kompensasi dari kardiovaskular: bekerja untuk

mempertahankan curah jantung dan perfusi ventrikel.

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1.repository.poltekkes-tjk.ac.id/296/3/BAB II nindita asrofatun nisa.pdf · dan menerima kasih sayang, mendapatkan kehangatan keluarga, memiliki sahabat,

39

Dengan menurunnya fungsi ventrikel, diperlukan tekanan

pengisian diastolik dan volume ventrikel untuk meregangkan

serabut miokardium sehingga meningkatkan kekuatan

kontraksi (sesuai hukum Starling). Tekana pengisian sirkulasi

dapat ditingkatkan melalui retensi natrium dan air oleh ginjal

sehingga infark miokardium biasanya disertai pembesaran

ventrikel kiri. Akibat dilatasi kompensasi kordis jantung dapat

terjadi hipertrofi kompensasi jantung sebagai usaha untuk

meningkatkan daya kontraksi dan pengosongan ventrikel.

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1.repository.poltekkes-tjk.ac.id/296/3/BAB II nindita asrofatun nisa.pdf · dan menerima kasih sayang, mendapatkan kehangatan keluarga, memiliki sahabat,

40

Gambar 2.1 Pathways Infark Miokard

(Sumber : Aspiani, 2015)

Faktor resiko Proses kimiawi Terbentuk lipoprotein di tunika intima

Interaksi fibrin dan platelet Cedera endotel dan

pembuluh darah koroner

Invasi dan

akumulasi lipid

Plak fibrosa Trombus Aliran darah

tersumbat

Aliran darah koroner

menurun

Suplai oksigen ke

miokard menurun

Penimbunan

asam laktat Nyeri Diagnosa

keperawatan : Nyeri

akut

Perubahan pH

endokardium

Perubahan

sistem konduksi Disritmia

Iskemia Infark Gangguan kontaksi dan

keluarnya enzim intrasel

Gangguan fungsi

ventrikel

Kegagalan jantung

memompa darah

Penurunan stroke volume, peningkatan volume

akhir sistolik, penurunan volume akhir sistolik

Penurunan

curah jantung

Suplai oksigen

sistemik menurun Kelelahan

Diagnosa keperawatan:

Intoleran aktivitas

Diagnosa

keperawatan:

penurunan

curah jantung

Akomodasi

cairan Edema paru Sesak nafas

Diagnosa keperawatan:

gangguan pertukaran gas

Henti jantung

henti nafas Aritmia

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1.repository.poltekkes-tjk.ac.id/296/3/BAB II nindita asrofatun nisa.pdf · dan menerima kasih sayang, mendapatkan kehangatan keluarga, memiliki sahabat,

41

4. Manifestasi Klinis

Infrak miokard dapat dideteksi dari manifestasi klinis yang terdapat

pada pasien. Tanda dan gejala yang ditemui pada pasien dengan infrak

miokar, yaitu :

1. Nyeri dada biasanya intens dan berlangsung terus-menerus selama

30-60 menit. Nyeri terasa pada bagian retrosternal dan sering kali

menjalar keleher,bahu, dan lengan kiri. Nyeri dada dirasakan

seperti tertekan, terbakar, atau bahkan tertusuk benda tajam

2. Gejala pada epigastrum, misalnya rasa mual dan kembung, serta

muntah. Adanya gejalan prodormal, misalnya letih, rasa tidak enak

pada dada

3. Sesak nafas

4. Keringat berlebihan

5. Gelisah

(KMB Sistem Kardiovaskular M. Asikin dkk 2017).

Gejala dan kompliksi berkembang sesuai dengan lokasi dan tingkat

penyempitan lumen arteri, pembentukan trombus, dan penyumbatan

aliran darah ke miokardium. Tanda dan gejalanya meliputi :

1. Kurangnya suplai oksigen ke miokardium (infrak miokard)

2. Ketidakmampuan jantung mempompa darah secara efektif

untukmengoksigenasikan jaringan dan sel

3. Angina pektoris

4. Acute Coronary Syndrome (ACS)

5. Kematian jantung mendadak

Jika gejala-gejala diatas hanya muncul pada saat beraktivitas, maka

kondisi tersebut dinamakan angina stabil. Akan tetapi, jika gejala

tersebuut muncul bahkan pada saat beristirahat, konsisi ini dinamakan

angina tidak stabil. Kondisi ACS terjadi apabila gejala iskemik

berkepanjangan dan tidak cepat reda. (Asuhan Keperawatan dengan

Gangguan Sistem Kardiovaskular, Abdul Majid 2017)

Page 36: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1.repository.poltekkes-tjk.ac.id/296/3/BAB II nindita asrofatun nisa.pdf · dan menerima kasih sayang, mendapatkan kehangatan keluarga, memiliki sahabat,

42

5. Pemeriksaan Diagnostik

Sejumlah pemeriksaan diperlukan untuk menegakkan diagnosis infrak

miokard. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah sebagai

berikut :

a. EKG

Pada infark, diawali dengan elevasi ST dan intervensi gelombang

T, yang akhirnya terjadi gangguan gelombang Q. Selain itu, infark

dapat ditandai dengan depresi segmen ST

b. Enzim jantung

Peningkatan enzim jantung, misalnya teroponin, CK, CKMD,

miogsslobin, dan LDH.

c. Leukosit

Pada awalnya, jumlah leukosit normal. Namun, akan meningkat

dalam 2 jam dan memuncak dalam2-4 hari.

d. LED

Meningkat dalam 3 hari dan tetap tinggi selama beberapa minggu.

e. Pencitraan jantung

CT, PET, dan ekokardiografi.

6. Komplikasi

Pada kondisi lanjut, infark miokard dapat mengakibatkan sejumlah

keadaan. Komplikasi yang dapat muncul akibat infrak miokard ialah

sebagai berikut :

1. Aritmia

Aritmia sering kali terjadi segera setelah serangan infrak miokard

akut. Biasanya, aritmia dapat membaik dengan sendirinya.

Aritmia dapat timbul akibat perubahan keseimbangan elektrolit

dan penurunan pH. Area pada jantung yang mudah teriritasi dapat

mulai melepaskan potensial aksi sehingga terjadi aritmia. Nodus

SA dan nodus AV atau jalur transduksi (serat Purkinje atau berkas

His), dapat merupakan bagian dari zona iskemik atau nekrotik

Page 37: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1.repository.poltekkes-tjk.ac.id/296/3/BAB II nindita asrofatun nisa.pdf · dan menerima kasih sayang, mendapatkan kehangatan keluarga, memiliki sahabat,

43

yang mempengaruhi pencetusan atau penghantaran sinyal.

Fibrilasi ventrikel merupakan aritmia yang paling serius dan dapat

mnyebabkan kematian.

2. Syok Kardiogenik

Syok Kardiogenik dapat terjadi akibat dari tiga komplikasi

mekanis utama, yaitu ruptur dinding bebas ventrikel, ruptur

septum ventrikel, serta ruptur otot papilaris yang disertai

regurgitasi mitral.

3. Perikarditis

Perikarditis terjadi sebagai bagian dari reaksi peradangan pada

perikardium yang melapisi miokard yang telah infrak. Biasanya,

terjadi dalam 24-96 jam setelah infrak niokard.

7. Diagnosa

Menurut M. Asikin dkk (2017) diagnosa keperawatan yang

muncul pada pasien dengan MCI yaitu:

a. Nyeri akut berhubungan dengan hipoksia miokard (oklusi arteri

koroner)

b. Resiko penurunan curah jantung berhuubungan dengan perubahan

laju, irama, dan konduksi elektrikal.

c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidak seimbangan

suplai oksigen akibat adanya iskemia dan jaringan nekrotik

miokard.

8. Penatalaksanaan

Tujuan awal tata laksana infark miokard akut yaitu mengembalikan

perfusi miokard sesegera mungkin, meredakan nyeri, serta mencegah

dan tata laksana komplikasi. Tata laksana awal meliputi :

1. Pemberian oksigen tambahan melalui sungkup/kanula hidung dan

pemantauan saturasi oksigen.

2. Mengurangi nyeri dada dengan :

Page 38: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1.repository.poltekkes-tjk.ac.id/296/3/BAB II nindita asrofatun nisa.pdf · dan menerima kasih sayang, mendapatkan kehangatan keluarga, memiliki sahabat,

44

a. Nitrat, merupakan vasodilator paten yang berguna untuk

vasodilatasi sistemik, sehingga mengurangi aliran balik vena ke

jantung untuk menurunkan kerja jantung.

b. Morfin

c. NSAID

3. Terapi fibrinolitik dengan pemberian tissue-type plasminogen

activator (t-PA), serta aspirin dan heparin dalam 90 menit sejak

onset gejala.

4. Modifikasi pola hidup

a. Keseimbangan antara istirahat, olahraga, dan modifikasi gaya

hidup untuk mengurangi risiko aterosklerosis dan hipertensi

b. Menghentikan kebiasaan merokok

c. Menurunkan berat badan

d. Mengurangi stres

Setelah tata laksana awal dan stabilisasi klien, tujuan berikutnya

yaitu mengembalikan aktivitas normal dan mencegah komplikasi

jangka panjang.

1. Obat penghambat enzim pengonversi angioestin (ACE inhibitor)

untuk mengurangi preload dan afterload

2. Beta bloker untuk menurunkan kecepatan denyut jantung,

sehingga kerja jantung menjadi berkurang

3. Statin untuk menurunkan kolesterol yang merupakan penyebab

aterosklerosis

4. Pembedahan

a. Coronary artery bypass grafting (CABG)

b. Pertaneous coronary intervention (PCI)