bab ii tinjauan pustaka 2.1 usaha mikro kecil dan...
TRANSCRIPT
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Usaha Mikro Kecil dan Menengah
Usaha Mikro Kecil dan Menengah atau lebih popular dengan singkatan
UMKM memiliki peran yang cukup penting dalam hal penyedia lapangan
pekerjaan. Menurut Keputusan Presiden no.99 tahun 1998 pengertian Usaha Kecil
adalah:
“Kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dengan bidang usaha yang
secara mayoritas merupakan kegiatan usaha kecil dan perlu dilindungi untuk
mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat.”
2.1.1 Jenis Usaha Mikro Kecil dan Menengah
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha
Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) :
Pasal 1
Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau
badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.
Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai,
atau menjadi bagian langsung maupun tidak langsung dari usaha
9
menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.
Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,
yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan
merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki,
dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung
dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih atau
hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.
2.1.2 Kriteria Usaha Mikro Kecil dan Menengah
Kriteria UMKM sesuai dengan Undang-Undang Nomor. 20 tahun 2008
tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM):
Pasal 6
(1) Kriteria Usaha Mikro adalah sebagai berikut:
a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 50.000.000,00 (Lima
Puluh Juta Rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 300.000.000,00
(Tiga Ratus Juta Rupiah).
(2) Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut:
a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 50.000.000,00 (Lima Puluh
Juta Rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 500.000.000,00 (Lima
Ratus Juta Rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
10
b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 300.000.000,00 (Tiga
Ratus Juta Rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 2.500.000.000,00
(Dua Milyar Lima Ratus Juta Rupiah).
(3) Kriteria Usaha Menengah adalah sebagai berikut:
a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 500.000.000,00 (Lima Ratus
Juta Rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 10.000.000.000,00
(Sepuluh Milyar Rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat
usaha.
b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 2.500.000.000,00 (Dua
Milyar Lima Ratus Juta Rupiah) sampai dengan paling banyak Rp.
50.000.000.000,00 (Lima Puluh Milyar Rupiah).
(4) Kriteria sebagaimana disebut pada ayat (1) huruf a, huruf b, dan ayat (2)
huruf a, huruf b, serta ayat (3) huruf a, huruf b, nilai nominalnya dapat
diubah sesuai perkembangan perekonomian yang diatur dalam Peraturan
Presiden.
2.2 Akuntansi Biaya
Akuntansi Biaya secara garis besar dapat dibagi dua tipe, yaitu akuntansi
keuangan dan akuntansi manajemen. Akuntansi biaya bukan merupakan tipe
tersendiri yang terpisah dari dua tipe akuntansi diatas, namun merupakan bagian
dari keduanya. Begitu juga menurut Mulyadi (2009:1) yang mengatakan bahwa
“Akuntansi merupakan bagian dari dua tipe akuntansi, yaitu akuntansi keuangan
dan akuntansi manajemen.”
11
Akuntansi biaya berfungsi sebagai sarana informasi bagi manajemen
dalam melaksanakan perencanaan dan pengendalian atas biaya produksi,
menentukan harga pokok hasil produksi serta mengambil keputusan yang terbaik
bagi perusahaan.
2.2.1 Pengertian Akuntansi Biaya
Pengertian akuntansi biaya menurut Bastian Bustami dan Nurlela (2009:3)
akuntansi biaya adalah:
“Bidang ilmu akuntansi yang mempelajari bagaimana cara
mencatat, mengukur dan pelaporan informasi biaya yang
digunakan. Disamping itu akuntansi biaya juga membahas tentang
penentuan harga pokok dari suatu produk yang diproduksi dan
dijual kepada pemesan maupun untuk pasar, serta untuk persediaan
produk yang akan dijual.”
Sedangkan Akuntansi Biaya menurut Mulyadi (2009;7) :
“Bahwa pengertian Akuntansi Biaya ialah proses pencatatan,
penggolongan, peringkasan dan penyajian biaya pembuatan dan
penjualan produk jasa dengan cara-cara tertentu serta penafsiran
terhadapnya”
Dalam hal ini, perusahaan manufaktur yang kegiatannya mengubah barang
mentah (bahan baku) menjadi produk jadi yang siap digunakan adalah pengguna
akuntansi biaya, karena perusahaan dapat mengendalikan dan memantau
penggunaan biaya yang terjadi dalam periode tertentu.
Berdasarkan definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud dengan akuntansi biaya adalah:
12
1. Suatu proses pencatatan hingga tahap pelaporan mengenai biaya-biaya
yang dikeluarkan oleh perusahaan.
2. Merupakan suatu alat manajemen untuk menyusun rencana dan
pengendalian atas biaya dan aktivitas suatu perusahaan.
3. Bahan pertimbangan bagi pihak manajemen untuk mengambil keputusan.
2.2.2 Tujuan Akuntansi Biaya
Menurut Mulyadi (2009:7-8), akuntansi biaya memiliki tiga tujuan pokok
yaitu:
1. Penentuan harga pokok produksi
Akuntansi biaya bertugas mencatat, menggolongkan, dan meringkas biaya-
biaya pembuatan produk atau penyerahan jasa.
2. Pengendalian biaya
Akuntansi biaya didahului dengan penentuan biaya yang seharusnya
dikeluarkan untuk memproduksi satu satuan produk. Akuntansi biaya
bertugas untuk memantau apakah pengeluaran biaya yang sesungguhnya
sesuai dengan biaya yang seharusnya tersebut.
3. Pengambilan keputusan khusus
Akuntansi biaya bertugas untuk mengembangkan berbagai konsep
informasi biaya untuk pengambilan keputusan seperti: biaya kesempatan
(oppoturnity cost), biaya hipotesis (hypothetical cost), biaya tambahan
(incremental cost), biaya terhindarkan (avoidable cost), dan pendapatan
yang hilang (forgone revenues).
13
Sedangkan menurut Carter dan Usry (2010:13) di dalam buku akuntansi
biaya yang diterjemahkan oleh Krista menyatakan bahwa akuntansi biaya
memiliki empat tujuan, yaitu:
1. Anggaran
2. Pengendalian biaya
3. Penetapan harga
4. Menetapkan laba
2.3 Biaya
Kegiatan operasional perusahaan tidak terlepas dari timbulnya biaya yang
dikeluarkan untuk memperoleh manfaat atas penggunaan sumber daya. Untuk
menjamin agar usaha perusahaan mampu menghasilkan laba, maka manajemen
perusahaan harus merencanakan dan mengendalikan dengan baik dua faktor
penentu laba, yaitu pendapatan dan biaya.
2.3.1 Pengertian Biaya
Pengertian biaya menurut Carter dan Usry (2010;29) diterjemahkan oleh
Krista menyatakan bahwa:
“Biaya sebagai nilai tukar, pengeluaran, dan pengorbanan untuk
memperoleh manfaat”.
Dalam suatu proses produksi diperlukan biaya yang memadai sebagai
bentuk pengorbanan untuk memperoleh kemakmuran bagi produsen. Pengorbanan
tersebut dapat berupa pembelian bahan baku, pengupahan dan penggajian
14
pegawai, dan lain-lain. Dapat disimpulkan bahwa biaya tidak dapat dipisahkan
dengan proses produksi. Namun, kebanyakan masyarakat yang menyamakan
definisi antara biaya dan beban. Hal tersebut merupakan kekeliruan yang bersifat
umum karena minimnya wawasan yang dimiliki masyarakat pada umumnya.
2.3.2 Klasifikasi Biaya
Pengertian klasifikasi biaya menurut Bastian Bustami dan Nurlela
(2009;12) adalah:
“Klasifikasi biaya atau penggolongan biaya adalah suatu proses
pengelompokkan biaya secara sistematis atas keseluruhan elemen
biaya yang ada ke dalam golongan-golongan tertentu yang lebih
ringkas untuk dapat memberikan informasi yang lebih ringkas dan
penting”.
Dibawah ini adalah beberapa cara penggolongan biaya yang umum menurut
Mulyadi (2009;13), biaya dapat digolongkan menurut:
1. Objek Pengeluaran
Dalam cara penggolongan ini, nama objek pengeluaran merupakan dasar
penggolongan biaya. Contoh penggolongan biaya atas dasar objek pengeluaran
dalam perusahaan kertas adalah sebagai berikut: biaya benang, biaya gaji dan
upah, biaya soda, biaya depresiasi mesin, biaya asuransi, biaya bunga, biaya zat
warna.
2. Fungsi Pokok dalam Perusahaan
Dalam perusahaan manufaktur ada tiga fungsi pokok, yaitu fungsi
produksi, fungsi pemasaran dan fungsi administrasi dan umum. Oleh karena itu
15
dalam perusahaan manufaktur, biaya dapat dikelompokkan menjadi tiga
kelompok, yaitu:
a. Biaya Produksi
Merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi
produk jadi yang siap dijual. Contohnya adalah biaya bahan baku.
b. Biaya Pemasaran
Merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk melaksankan kegiatan
pemasaran produk. Contohnya adalah biaya iklan, biaya promosi, biaya
angkut.
c. Biaya Administrasi dan umum
Merupakan biaya untuk mengkoordinasi kegiatan-kegiatan produksi dan
pemasaran produk. Contoh biaya ini adalah gaji karyawan bagian
keuangan, personalia dan bagian akuntansi.
3. Penggolongan Biaya Hubungan Biaya dengan Sesuatu yang Dibiayai
Sesuatu yang dibiayai dapat berupa produk atau departemen dalam
hubungannya dengan sesuatu yang dibiayai, biaya dapat dikelompokkan menjadi
dua golongan, yaitu :
a. Biaya langsung (Direct Cost)
Biaya langsung adalah biaya yang terjadi, yang penyebab satu-satunya
adalah karena adanya sesuatu yang dibiayai. Jika sesuatu yang dibiayai
tersebut tidak ada, maka biaya langsung ini tidak akan terjadi. Dengan
demikian biaya langsung akan mudah diidentifikasi dengan sesuatu yang
dibiayai.
16
Contoh: gaji dari supervisor suatu departemen, biaya bahan baku dan
tenaga kerja langsung.
b. Biaya tidak langsung (Indirect Cost)
Biaya tidak langsung adalah biaya yang terjadi tidak hanya disebabkan
oleh sesuatu yang dibiayai. Biaya tidak langsung dalam hubungannya
dengan produk disebut dengan istilah biaya produksi tidak langsung atau
biaya overhead pabrik (factory overhead cost). Biaya ini tidak mudah
diidentifikasikan dengan produk tertentu.
Contoh: sewa gedung dan gaji manajer pabrik.
4. Periode biaya dalam Hubungannya dengan Perubahan Volume
Kegiatan
Dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan, biaya dapat
digolongkan menjadi :
a. Biaya Variabel
Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya yang sebanding dengan
perubahan volume kegiatan.
Contoh: biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung.
b. Biaya Semivariabel
Biaya semivariabel adalah biaya yang berubah tidak sebanding dengan
perubahan volume kegiatan. Biaya semivariabel mengandung unsur biaya
tetap dan unsur biaya variabel.
Contoh: biaya asuransi kecelakaan dan kesehatan, dan perbaikan mesin-
mesin pabrik.
17
c. Biaya Semifixed
Biaya semifixed adalah biaya yang tetap untuk tingkat volume kegiatan
tertentu dan berubah dengan jumlah yang konstan pada volume produksi
tertentu.
Contoh: biaya tenaga kerja.
d. Biaya tetap
Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisar volume
kegiatan tertentu.
Contoh : gaji direktur produksi, penyusutan peralatan.
5. Jangka waktu manfaatnya
Atas dasar jangka waktu manfaatnya, biaya dapat dibagi menjadi dua,
yaitu:
a. Pengeluaran modal (Capital Expenditures)
Merupakan biaya yang mempunyai manfaat lebih dari satu periode
akuntansi (biasanya periode akuntansi adalah satu tahun kalender).
Contoh: pembelian aktiva tetap.
b. Pengeluaran pendapatan (Revenue Expenditures)
Merupakan biaya yang hanya mempunyai manfaat dalam periode
akuntansi terjadinya pengeluaran tersebut.
Contoh: pembayaran gaji karyawan.
18
2.4 Harga Pokok Produksi
2.4.1 Pengertian Harga Pokok Produksi
Menurut Mulyadi (2010:17) mendefinisikan harga pokok produksi adalah
sebagai berikut :
“Harga pokok produksi atau disebut juga harga pokok adalah
pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang yang
telah terjadi atau kemungkinan terjadi untuk memperoleh
penghasilan.“
Sedangkan menurut Hansen dan Mowen (2009:45) harga pokok produksi
adalah:
“Harga pokok produksi merupakan jumlah biaya barang yang
diselesaikan selama periode berjalan. Biaya yang hanya dibebankan
ke barang yang diselesaikan adalah biaya produksi dari bahan baku
langsung, tenaga kerja langsung dan biaya overhead”.
Berdasarkan definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa harga pokok
produksi merupakan biaya yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan untuk
menghasilkan produk, yang meliputi biaya bahan baku langsung, biaya tenaga
kerja langsung, dan biaya overhead pabrik.
2.4.2 Manfaat Informasi Harga Pokok Produksi
Menurut Mulyadi (2010:65) dalam perusahaan berproduksi umum,
informasi harga pokok produksi yang dihitung untuk jangka waktu tertentu
bermanfaat bagi manajemen untuk :
1. Menentukan harga jual produk.
2. Memantau realisasi produksi.
3. Menghitung laba atau rugi periodik.
19
4. Menentukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk dalam
proses yang disajikan dalam neraca.
2.4.3 Unsur-unsur Harga Pokok Produksi
Yang termasuk kedalam unsur – unsur harga pokok produksi adalah sebagai
berikut:
1. Biaya Bahan Baku Langsung (Direct Material Cost)
Dalam melakukan proses produksi bahan baku merupakan unsur paling
dibutuhkan bahan baku adalah unsur pokok dalam melakukan proses
produksi.
Pengertian biaya bahan baku menurut Mulyadi (2010:14) adalah sebagai
berikut:
“Bahan baku atau bahan langsung merupakan bahan yang
membentuk bagian yang menyeluruh produk jadi dan dapat diolah
dalam perusahaan manufaktur dapat diperoleh dari pembelian
lokal, impor dari pengolahan sendiri”.
Sedangkan biaya bahan baku menurut Sunarto (2010:5) adalah:
“Biaya bahan baku adalah harga pokok bahan yang dipakai dalam
produksi untuk membuat barang. Biaya bahan baku merupakan
bagian dari harga pokok barang jadi yang akan dibuat”.
Selain bahan baku perusahaan juga menjadikan bahan penolong sebagai
bahan yang diolah menjadi bagian produk selesai yang pemakainya tidak
dapat dikuti jejak atau manfaatnya pada produk selesai tertentu.
20
2. Biaya Tenaga Kerja Langsung (Direct Labor Cost)
Tenaga kerja adalah usaha fisik atau mental yang dilakukan oleh
karyawan untuk mengolah bahan baku yang tersedia yang menjadi barang
jadi atau produk. Biaya tenaga kerja termasuk dalam perhitungan biaya
produksi digolongkan biaya tenaga kerja langsung dan biaya tenaga kerja
tidak langsung.
Pengertian biaya tenaga kerja langsung menurut Supriyono (2009:194)
adalah:
“Biaya tenaga kerja langsung adalah balas jasa yang diberikan oleh
perusahaan kepada tenaga kerja langsung dan jejak manfaatnya
dapat diidentifikasikan pada produk tertentu”.
Pengertian biaya tenaga kerja langsung menurut Bastian Bustami dan
Nurlela (2009:12) adalah sebagai berikut:
“Biaya tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang digunakan
dalam merubah atau mengkonversi bahan baku menjadi produk
selesai dan dapat ditelusuri secara langsung kepada produk selesai”.
Sedangkan pengertian biaya tenaga kerja langsung menurut Mulyadi
(2010:319) menyatakan bahwa:
“Tenaga kerja merupakan usaha fisik atau mental yang
dikeluarkan karyawan untuk mengolah produk. Biaya tenaga kerja
adalah harga yang dibebankan untuk penggunaan tenaga kerja
manusia tersebut”.
21
Berdasarkan pengertian biaya tenaga kerja langsung yang telah
dikemukakan di atas maka dapat disimpulkan bahwa biaya tenaga kerja
langsung adalah upah yang diberikan kepada para tenaga kerja yang secara
langsung mengolah bahan mentah menjadi barang lain.
3. Biaya Overhead (Overhead Cost)
Biaya overhead pabrik merupakan biaya langsung. Namun biaya
overhead pabrik merupakan suatu komponen dalam melaksanakan proses
produksi.
Menurut Firdaus Ahmad Dunia dan Wasilah Abdullah (2009:246)
pengertian biaya overhead pabrik adalah sebagai berikut:
“Biaya overhead pabrik adalah biaya-biaya yang harus terjadi
meksipun biaya tersebut secara langsung tidak mempunyai
hubungan yang dapat diukur dan diamati terhadap satuan-satuan
aktivitas tertentu”.
Menurut Bastian Bustami dan Nurlela (2009:13) biaya overhead dapat
dikelompokkan menjadi elemen:
a. Bahan Baku Tidak Langsung (Bahan Pembantu atau Penolong)
adalah bahan yang digunakan dalam penyelesaian produk tetapi
pemakaiannya relatif lebih kecil dan biaya ini tidak dapat ditelusuri
secara langsung kepada produk selesai. Contoh: amplas, pola kertas,
oli dan minyak pelumas, paku, sekrup dan mur,staples, asesoris
pakaian, vanili, garam, pelembut, pewarna.
22
b. Tenaga Kerja Tidak Langsung adalah tenaga kerja yang
membantu dalam pengolahan produk selesai, tetapi dapat ditelusuri
kepada produk selesai. Contoh: Gaji satpam pabrik, gaji pengawas
pabrik, pekerja bagian pemeliharaan, penyimpanan dokumen pabrik,
gaji operator telepon pabrik, pegawai pabrik, pegawai bagian gudang
pabrik, gaji resepsionis pabrik, pegawai yang menangani barang.
c. Biaya Tidak Langsung Lainnya adalah biaya selain bahan tidak
langsung dan tenaga kerja tidak langsung yang membantu dalam
pengolahan produk selesai, tetapi tidak dapat ditelusuri kepada
produk selesai. Contoh : Pajak bumi dan bangunan pabrik, listrik
pabrik, air, dan telepon pabrik, sewa pabrik, asuransi pabrik,
penyusutan pabrik, peralatan pabrik, pemeliharaan mesin dan pabrik,
gaji akuntan pabrik, reparasi mesin dan peralatan pabrik.
Untuk menghitung Biaya Overhead Pabrik per unit menggunakan
rumus sebagai berikut:
2.5 Metode Pengumpulan Harga Pokok Produksi
Menurut Mulyadi (2009:16-17), Dalam pembuatan produk terdapat dua
kelompok biaya, yaitu biaya produksi dan biaya non produksi. Biaya produksi
merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan dalam pengolahan bahan baku menjadi
23
produk, sedangkan biaya non produksi merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan
untuk kegiatan non produksi, seperti kegiatan pemasaran dan kegiatan
administrasi dan umum.
2.5.1 Metode Harga Pokok Pesanan (job order cost method)
Metode harga pokok pesanan adalah metode pengumpulan harga pokok
produk dimana biaya dikumpulkan untuk setiap pesanan atau kontrak atau jasa
secara terpisah dan setiap pesanan atau kontrak dapat dipisahkan identitasnya.
Pengolahan produk akan dimulai setelah datangnya pesanan dari langganan atau
pembeli melalui dokumen pesanan penjualan (sales order), yang memuat jenis
dan jumlah produk yang dipesan, spesifikasi pesanan, tanggal pesanan diterima
dan harus diserahkan (Mulyadi, 2009).
2.5.1.1 Karakteristik Metode Harga Pokok Pesanan
Menurut Mulyadi (2010:38) karakteristik usaha perusahaan yang
produksinya berdasarkan pesanan tersebut diatas berpengaruh terhadap
pengumpulan biaya produksinya.
Metode pengumpulan biaya produksi dengan metode harga pokok pesanan
yang digunakan dalam perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan
memiliki karakteristik sebagai berikut :
1. Perusahaan memproduksi berbagai macam produk sesuai dengan
spesifikasi pemesan dan setiap jenis produk perlu dihitung harga pokok
produksinya secara individual.
24
2. Biaya produksi harus digolongkan berdasarkan hubungannya dengan
produk menjadi dua kelompok berikut ini : biaya produksi langsung dan
biaya produksi tidak langsung.
3. Biaya produksi langsung terdiri dan biaya bahan baku dan biaya tenaga
kerja langsung, sedangkan biaya produksi tidak langsung disebut dengan
istilah biaya overhead pabrik.
4. Biaya produksi langsung diperhitungkan sebagai harga pokok produksi
pesanan tertentu berdasarkan biaya yang sesungguhnya terjadi,
sedangkan biaya overhead pabrik diperhitungkan ke dalam harga pokok
pesanan berdasarkan tarif yang ditentukan di muka.
5. Harga pokok produksi per unit dihitung pada saat pesanan selesai
diproduksi dengan cara membagi jumlah biaya produksi yang
dikeluarkan untuk pesanan tersebut dengan jumlah unit produk yang
dihasilkan dalam pesanan yang bersangkutan.
2.5.1.2 Manfaat Informasi Harga Pokok Pesanan
Menurut Mulyadi (2009:39) dalam perusahaan yang produksinya
berdasarkan pesanan, informasi harga pokok produksi per pesanan bermanfaat
bagi manajemen untuk:
1. “Menentukan harga jual yang akan dibebankan kepada pemesan.
2. Mempertimbangkan penerimaan atau penolakan pesanan.
3. Memantau realisasi biaya produksi.
4. Menghitung laba atau rugi tiap pesanan.
5. Menentukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk
dalam proses yang disajikan dalam neraca”.
25
2.5.2 Metode Harga Pokok Proses
Menurut Mulyadi (2010:63) metode harga pokok proses adalah :
“Suatu metode dimana biaya produksi dikumpulkan untuk setiap
proses selama jangka waktu tertentu dan biaya produksi per satuan
dihitung dengan cara membagi total biaya produksi dalam proses
tertentu, selama periode tertentu, dengan jumlah satuan produk yang
dihasilkan dari proses tersebut selama jangka waktu yang
bersangkutan.”
2.5.2.1 Karakteristik Metode Harga Pokok Proses
Menurut Mulyadi (2010:63) metode pengumpulan produksi ditentukan
oleh karakteristik proses produk perusahaan. Dalam perusahaan yang berproduksi
massa, karakteristik produksinya adalah sebagai berikut :
1. Produk yang dihasilkan merupakan produk standar.
2. Produk yang dihasilkan dari bulan ke bulan adalah sama.
3. Kegiatan produksi dimulai dengan diterbitkannya perintah produksi yang
berisi rencana produksi produk standar untuk jangka waktu tertentu.
2.5.2.2 Manfaat Informasi Harga Pokok Proses
Menurut Mulyadi (2009:65) dalam perusahaan yang berproduksi massa,
informasi harga pokok produksi yang dihitung untuk jangka waktu tertentu
bermanfaat bagi manajemen untuk:
1. “Menentukan harga jual produk.
2. Memantau realisasi biaya produksi.
3. Menghitung laba atau rugi periodik.
4. Menentukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk
dalam proses yang disajikan dalam neraca”.
26
2.5.3 Perbedaan Metode Harga Pokok Pesanan dengan Metode Harga Pokok
Proses
Perbedaan diantara dua metode pengumpulan biaya produksi tersebut
menurut Mulyadi (2009:64) terletak pada:
1. Pengumpulan Biaya Produksi
Metode harga pokok pesanan mengumpulkan biaya produksi menurut
pesanan, sedangkan metode harga pokok proses mengumpulkan biaya
produksi per departemen produksi per periode akuntansi.
2. Perhitungan Harga Pokok Produksi Per Satuan
Metode harga pokok pesanan menghitung harga pokok produksi per
satuan dengan cara membagi total biaya yang dikeluarkan untuk pesanan
tertentu dengan jumlah satuan produk yang dihasilkan dalam pesanan
yang bersangkutan. Perhitungan ini dilakukan pada saat pesanan telah
selesai diproduksi. Metode harga pokok proses menghitung harga pokok
produksi per satuan dengan cara membagi total biaya produksi yang
dikeluarkan selama periode tertentu dengan jumlah satuan produk yang
dihasilkan selama periode yang bersangkutan. Perhitungan ini dilakukan
setiap akhir periode akuntansi (biasanya akhir bulan).
3. Penggolongan Biaya Produksi
Di dalam metode harga pokok pesanan, biaya produksi harus dipisahkan
menjadi biaya produksi langsung dan biaya produksi tidak langsung.
Biaya produksi langsung dibebankan kepada produk berdasar biaya yang
sesungguhnya terjadi, sedangkan biaya produksi tidak langsung
27
dibebankan kepada produk berdasarkan tarif yang ditentukan di muka. Di
dalam metode harga pokok proses, pembedaan biaya produksi langsung
dan biaya produksi tidak langsung seringkali tidak diperlukan, terutama
jika perusahaan hanya menghasilkan satu macam produk (seperti
perusahaan semen, pupuk, bumbu masak) karena harga pokok per satuan
produk dihitung setiap akhir bulan, maka umumnya biaya overhead
pabrik dibebankan kepada produk atas dasar biaya yang sesungguhnya
terjadi.
4. Unsur Biaya yang Dikelompokkan dalam Biaya Overhead Pabrik
Di dalam metode harga pokok pesanan, biaya overhead pabrik terdiri dari
biaya bahan penolong, biaya tenaga kerja tidak langsung dan biaya
produksi lain selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung.
Dalam metode ini biaya overhead pabrik dibebankan kepada produk atas
dasar tarif yang ditentukan di muka. Di dalam metode harga pokok
proses, biaya overhead pabrik terdiri dari biaya produksi selain biaya
bahan baku, bahan penolong, dan biaya tenaga kerja (baik yang langsung
maupun yang tidak langsung). Dalam metode ini biaya overhead pabrik
dibebankan kepada produk sebesar biaya yang sesungguhnya terjadi
selama periode akuntansi tertentu.
2.6 Metode Penentuan Harga Pokok Produksi
Metode penentuan harga pokok produksi adalah cara memperhitungkan
unsur-unsur biaya ke dalam harga produksi. Menurut Mulyadi (2009:17), ada dua
28
cara dalam penentuan harga pokok produksi, yaitu dengan menggunakan full
costing dan variable costing. Agar mengetahui dimana letak perbedaan dari kedua
metode tersebut, maka kita harus pahami masing-masing dari kedua metode
tersebut.
2.6.1 Full Costing Method
Metode full costing merupakan metode penentuan kos produksi yang
memperhitungkan semua unsur biaya produksi ke dalam kos produksi yang terdiri
dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik,
baik yang berperilaku variabel maupun tetap. Dengan demikian, harga produksi
menurut metode full costing terdiri dari unsur biaya produksi berikut ini:
- Biaya bahan baku xx
- Biaya tenaga kerja langsung xx
- Biaya overhead pabrik variabel xx
- Biaya overhead pabrik tetap xx
- Total Harga Pokok Produksi xx
2.6.2 Variable Costing Method
Variable costing merupakan metode penentuan kos produksi yang hanya
memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku variabel kedalam kos
produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan
biaya overhead pabrik variabel. Dengan demikian kos produksi menurut metode
variabel costing terdiri dari unsur biaya produksi berikut ini:
29
- Biaya bahan baku xx
- Biaya tenaga kerja langsung xx
- Biaya overhead pabrik variabel xx
- Total Harga Pokok Produksi xx
Setelah melakukan perhitungan Harga Pokok Produksi, maka disusun
jurnal guna mengetahui biaya produksi yang terjadi pada perusahaan tersebut.
Jurnal tersebut terdiri atas 5 macam, yaitu:
1. Jurnal untuk mencatat biaya bahan baku
2. Jurnal untuk mencata biaya tenaga kerja
3. Jurnal untuk mencatat biaya overhead pabrik
4. Jurnal untuk mencatat harga pokok produk jadi
5. Jurnal untuk mencatat harga pokok persediaan produk dalam proses.