bab ii tinjauan pustaka 2.1 tumbuhan mahoni (swietenia ...repository.ump.ac.id/7479/3/maritsa...

21
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tumbuhan Mahoni (Swietenia mahagoni (L.) Jacq) Menurut Haekal (2010), tumbuhan mahoni (Swietenia mahagoni (L.) Jacq) merupakan salah satu tumbuhan yang dianjurkan dalam pengembangan HTI (Hutan Tanaman Industri). Mahoni merupakan tumbuhan tropis dari famili Meliaceae. Tumbuhan tersebut berasal dari Hindia Barat yang dapat ditemukan tumbuh liar di hutan jati dan tempat-tempat lain yang dekat dengan pantai atau ditanam ditepi jalan sebagai pohon pelindung (Qodri dkk., 2014). Ada dua spesies yang cukup dikenal yaitu: Swietenia macrophyla yang berdaun lebar dan Swietenia mahagoni yang berdaun sempit. S. macrophylla merupakan jenis pohon tropis endemik Amerika Tengah dan Amerika Selatan yang memiliki persebaran alami yang luas, terbentang dari Meksiko Bolivia dan Brasil tengah. Tinggi spesies tersebut antara 30-35 m, daun dengan panjang 35-50 cm (Haekal, 2010). S. mahagoni memiliki ukuran lebih kecil dari segi pohon, dan daun dibandingkan dengan S. macrophylla (Prasetyono, 2012). 2.1.1 Klasifikasi Tumbuhan Mahoni Klasifikasi tumbuhan mahoni (S. mahagoni) menurut Cronquist (1981) sebagai berikut: Divisio : Magnoliophyta Classis : Magnoliopsida Ordo : Sapindales Famili : Meliacea Potensi Ekstrak Daun Mahoni…, Maritsa Adilah, FKIP UMP, 2018

Upload: phamhuong

Post on 07-Mar-2019

213 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tumbuhan Mahoni (Swietenia mahagoni (L.) Jacq)

Menurut Haekal (2010), tumbuhan mahoni (Swietenia mahagoni (L.) Jacq)

merupakan salah satu tumbuhan yang dianjurkan dalam pengembangan HTI

(Hutan Tanaman Industri). Mahoni merupakan tumbuhan tropis dari famili

Meliaceae. Tumbuhan tersebut berasal dari Hindia Barat yang dapat ditemukan

tumbuh liar di hutan jati dan tempat-tempat lain yang dekat dengan pantai atau

ditanam ditepi jalan sebagai pohon pelindung (Qodri dkk., 2014).

Ada dua spesies yang cukup dikenal yaitu: Swietenia macrophyla yang

berdaun lebar dan Swietenia mahagoni yang berdaun sempit. S. macrophylla

merupakan jenis pohon tropis endemik Amerika Tengah dan Amerika Selatan

yang memiliki persebaran alami yang luas, terbentang dari Meksiko Bolivia dan

Brasil tengah. Tinggi spesies tersebut antara 30-35 m, daun dengan panjang 35-50

cm (Haekal, 2010). S. mahagoni memiliki ukuran lebih kecil dari segi pohon, dan

daun dibandingkan dengan S. macrophylla (Prasetyono, 2012).

2.1.1 Klasifikasi Tumbuhan Mahoni

Klasifikasi tumbuhan mahoni (S. mahagoni) menurut Cronquist (1981)

sebagai berikut:

Divisio : Magnoliophyta

Classis : Magnoliopsida

Ordo : Sapindales

Famili : Meliacea

Potensi Ekstrak Daun Mahoni…, Maritsa Adilah, FKIP UMP, 2018

7

Genus : Swietenia

Species : Swietenia mahagoni (L) Jacq

2.1.2 Deskripsi Tumbuhan Mahoni

Tumbuhan mahoni merupakan tumbuhan tahunan dengan tinggi ± 5-25 m

(Gambar 2.1), berakar tunggang, berbatang bulat, percabangan banyak dan

kayunya bergetah. Daun pohon mahoni termasuk daun majemuk menyirip genap,

helaian daun berbentuk bulat telur, ujung dan pangkalnya runcing, tepi rata, tulang

daunnya menyirip dan panjang 3-15 cm. Daun muda berwarna merah, setelah tua

berwarna hijau (Prasetyono, 2012).

Bunga mahoni termasuk bunga majemuk yang tersusun dalam karangan

yang keluar dari ketiak daun. Ibu tangkai bunga berbentuk silindris dan berwarna

coklat muda. Kelopak bunga lepas satu sama lain, berbentuk seperti sendok dan

berwarna hijau. Mahkota bunga berbentuk silindris dan berwarna kuning

kecoklatan. Benang sari dari bunga mahoni melekat pada mahkota, sedangkan

kepala sarinya berwarna putih atau kuning kecoklatan. Mahoni baru berbunga

setelah berumur tujuh tahun (Yuniarti, 2008).

Buah mahoni mempunyai tipe buah kotak, bulat telur, berlekuk lima, dan

berwarna cokelat. Di dalam buah terdapat biji berbentuk pipih dengan ujung agak

tebal dan warnanya coklat kehitaman (Hariana, 2008).

Mahoni merupakan pohon penghasil kayu keras yang dapat digunakan

sebagai bahan untuk membuat perabot rumah tangga serta barang ukiran.

Perbanyakan pohon mahoni dapat dilakukan dengan biji (Prasetyono, 2012). Di

Potensi Ekstrak Daun Mahoni…, Maritsa Adilah, FKIP UMP, 2018

8

Indonesia sendiri tumbuhan berkayu keras ini mempunyai nama lokal lainnya

yaitu mahoni, maoni atau moni (Hartati, 2013).

(a) (b)

Gambar 2.1. Tumbuhan Mahoni (Swietenia mahagoni (L) Jacq) : (a) pohon

mahoni, (b) daun mahoni (Sumber: Dokumen Pribadi, 2017)

2.1.3 Manfaat Tumbuhan Mahoni

Mahoni banyak digunakan di bidang kesehatan. Mahoni dapat memberikan

efek hepatoprotektif terhadap kerusakan hati yang disebabkan oleh parasetamol.

Ekstrak etanolik daun mahoni juga dapat memberikan aktivitas neuroprotektif dan

aktivitas antibakteri dan antifungal (Rasyad dkk., 2012). Adapun ekstrak

metanolik biji mahoni memiliki aktivitas farmakologik antara lain aktivitas

antiinflamasi, analgesik, antipiretik (dan dapat menghambat polimerisasi hem

lebih baik ketimbang klorokuin. Campuran ekstrak air dan metanolik dari biji

mahoni dapat memberikan aktivitas anti hiperglikemik, aktivitas antioksidan,

Potensi Ekstrak Daun Mahoni…, Maritsa Adilah, FKIP UMP, 2018

9

aktivitas anti ulcer, aktivitas antifungal, aktivitas hipoglikemik, aktivitas

penghambatan aggregasi platelet, dan aktivitas antimikrobial (Oktavia dkk.,

2013).

2.1.4 Metabolit Sekunder Tumbuhan

Metabolit sekunder merupakan senyawa organik yang tidak berperan

langsung dalam pertumbuhan dan perkembangan, namun diperlukan untuk

kelangsungan hidupnya. Metabolit sekunder dihasilkan oleh berbagai organisme

(tumbuhan, hewan, jamur, mikroorganisme) yang meliputi berbagai senyawa dari

golongan: terpen (isoprenoid), senyawa fenolik (fenilpropanoid), dan senyawa

mengandung nitrogen (terutama alkaloid) (Robinson, 1995). Tanpa senyawa

tersebut organisme akan menderita kerusakan atau menurunnya kemampuan

bertahan hidup. Fungsi senyawa tersebut pada suatu organisme diantaranya untuk

bertahan terhadap predator, kompetitior dan mendukung proses reproduksi

(Ardwiantoro, 2011).

Terpen termasuk kelompok terbesar dari metabolit sekunder disebut juga

terpenoid atau isoprenoi. Terpen merupakan aneka produk tumbuhan yang

mempunyai beberapa sifat umum lipid dengan satuan rumus bangun lima-karbon

(unit isopren). Umumnya berperan sebagai antiherbivora, karena bersifat toksik

dan mencegah pemakanan oleh serangga dan mamalia (Robinson, 1995).

Senyawa fenolik (fenilpropanoid) merupakan substansi aromatik yang

disintesis melalui jalur asam shikimat atau asam malonat. Salah satu senyawa

yang tergolong fenolik (tanin dan flavonoid). Tanin merupakan salah satu

senyawa metabolit sekunder yang termasuk dalam golongan polifenol mempunyai

Potensi Ekstrak Daun Mahoni…, Maritsa Adilah, FKIP UMP, 2018

10

rasa sepat dan memiliki kemampuan menyamak kulit. Secara kimia, tanin dibagi

menjadi dua golongan, yaitu tanin terkondensasi dan tanin terhidrolisis. Tanin

terkondensasi hampir terdapat ditanaman paku-pakuan, gymnospermae,

angiospermmae yang terutama pada jenis tanaman berkayu, sedangkan tanin yang

terhidrolisis penyebarannya terbatas pada tanaman. Tanin dapat mencegah

pemakanan oleh herbivora, karena menyebabkan inaktifasi enzim pencernaan

herbivora. Juga bersifat antimikroba (Harbone, 1987). Flavonoid merupakan

golongan terbesar dari senyawa fenol. Flavonoid dan flavonol disintesis tanaman

dalam responnya terhadap infeksi mikroba, sehingga secara in vitro efektif

terhadap mikroorganisme. Senyawa ini merupakan antimikroba karena

kemampuannya membentuk kompleks dengan protein ekstraseluler terlarut serta

dinding sel mikroba (Robinson, 1995).

Senyawa mengandung nitrogen, seperti alkaloid, biosintesisnya terutama dari

asam amino. Alkaloid sejati berasal dari asam amino dasar dan mengandung

nitrogen dalam cincin heterosiklik, misalnya nikotin dan atropine. Senyawa

alkaloid mempunyai kemampuan untuk melindungi tumbuhan dari serangga,

antifungus, dan dapat menghambat pembentukan peptidoglikan sebagai penyusun

dinding sel bakteri sehingga lapisan dinding sel tidak berbentuk secara utuh dan

menyebabkan kematian sel tersebut (Robinson, 1995).

2.1.5 Kandungan Kimia Tumbuhan Mahoni

Tumbuhan mahoni merupakan salah satu tumbuhan yang memiliki potensi

sebagai antimikroba. Menurut Fera (2002), biji mahoni memiliki kemampuan

dalam mengahmbat pertumbuhan bakteri E.coli dan B. subtilis. Penelitian yang

Potensi Ekstrak Daun Mahoni…, Maritsa Adilah, FKIP UMP, 2018

11

dilakukan oleh Rasyad dkk., (2012); Matin dkk., (2013); dan Septian dkk., (2013),

menunjukan bahwa biji dan daun mahoni mengandung senyawa aktif berupa

alkaloid, flavonoid, saponin, tanin, terpenoid dan steroid.

Alkaloid pada tumbuhan mahoni memiliki kemampuan sebagai antibakteri,

namun mekanisme antibakteri dari alkaloid belum diketahui secara pasti (Fera,

2002). Menurut Oktavia dkk., (2013) menyebutkan bahwa terdapat kemungkinan

gugus basa alkaloid apabila mengalami kontak dengan bakteri akan bereaksi

dengan senyawa-senyawa asam amino yang akan menyusun dinding sel bakteri

dan juga DNA bakteri, sehingga akan menimbulkan kerusakan dan mendorong

terjadinya lisis sel bakteri yang akan menyebabkan kematian sel.

Flavonoid dari tumbuhan berfungsi sebagai kerja antimikroba dan antivirus.

Senyawa flavonoid dapat merusak membran sitoplasma yang dapat menyebabkan

bocornya metabolit penting dan menginaktifkan system enzim bakteri. Kerusakan

ini memungkinkan nukleotida dan asam amino merembes keluar dan mencegah

masuknya bahan-bahan aktif ke dalam sel, keadaan ini dapat menyebabkan

kematian bakteri (Oktavia dkk., 2013).

Tanin memiliki aktivitas antibakteri, secara garis besar mekanismenya

adalah dengan merusak membran sel bakteri. Senyawa astringent tanin dapat

menginduksi pembentukan ikatan senyawa kompleks terhadap enzim atau substrat

mikroba dan pembentukan suatu ikatan kompleks tanin terhadap ion logam yang

dapat menambah daya toksisitas tanin itu sendiri (Akiyama dkk., 2001). Ajizah

(2004), menjelaskan bahwa kemampuan aktivitas antibakteri senyawa tanin

adalah dengan cara mengkerutkan dinding sel atau membran sel sehingga

Potensi Ekstrak Daun Mahoni…, Maritsa Adilah, FKIP UMP, 2018

12

permeabilitas sel menjadi terganggu. Akibat terganggunya permeabilitas tersebut,

sel tidak dapat melakukan aktivitas hidup sehingga pertumbuhannya terhambat

atau bahkan mati.

Saponin adalah senyawa aktif permukaan dan bersifat seperti sabun.

Mekanisme sebagai antibakteri dengan menurunkan tegangan permukaan sel

sehingga menyebabkan kerusakan sel (Qodri dkk., 2014). Terpenoid sebagai

antibakteri diduga melibatkan kerusakan membran oleh senyawa lipofilik .

Terpenoid bereaksi dengan porin (protein transmembran) pada membran luar

dinding sel bakteri membentuk ikatan polimer yang kuat dan merusak porin

(Rachmawati dkk., 2011). Steroid dapat berinteraksi dengan membran fosfolipid

sel yang bersifat permeabel terhadap senyawa-senyawa lipofilik sehingga

menyebabkan integritas membran menurun serta morfologi membran sel berubah

yang menyebabkan sel rapuh dan lisis (Ahmed, 2007).

2.1.6 Metode Ekstraksi

Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut

sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair

(Departemen Kesehatan RI, 2000). Hasil dari proses ekstraksi adalah ekstrak,

yaitu sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi senyawa aktif dari

simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai,

kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang

tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan

(Departemen Kesehatan RI, 2000). Simplisia sendiri didefinisikan sebagai bahan

alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan

Potensi Ekstrak Daun Mahoni…, Maritsa Adilah, FKIP UMP, 2018

13

apapun juga dan kecuali dikatakan lain, berupa bahan yang telah dikeringkan

(Departemen Kesehatan RI, 2000).

Tujuan ekstraksi adalah untuk menarik komponen kimia yang terdapat

dalam bahan alam baik dari tumbuhan, hewan dan biota laut dengan pelarut

organik tertentu. dinding sel dan masuk dalam rongga sel yang mengandung zat

aktif. Zat aktif akan larut dalam pelarut organik dan karena adanya perbedaan

antara konsentrasi di dalam dan konsentrasi di luar sel, mengakibatkan terjadinya

difusi pelarut organik yang mengandung zat aktif keluar sel. Proses ini

berlangsung terus menerus sampai terjadi keseimbangan konsentrasi zat aktif di

dalam dan di luar sel (Fadli, 2016).

Faktor-faktor yang menentukan hasil ekstraksi adalah jangka waktu

sampel kontak dengan cairan pengekstraksi (waktu ekstraksi), perbandingan

antara jumlah sampel terhadap jumlah cairan pengekstraksi (jumlah bahan

pengekstraksi), ukuran bahan dan suhu ekstraksi. Semakin lama waktu ekstraksi,

kesempatan untuk bersentuhan makin besar sehingga hasilya juga bertambah

sampai titik jenuh larutan. Perbandingan jumlah pelarut dengan jumlah bahan

berpengaruh terhadap efisiensi ekstraksi. Jumlah pelarut yang berlebihan tidak

akan mengekstraksi lebih banyak, pelarut akan mengekstraksi secara optimal

dalam jumlah tertentu (Departemen Kesehatan RI, 2000).

Ekstraksi akan lebih cepat dilakukan dalam suhu tinggi, tetapi hal tersebut

dapat mengakibatkan beberapa komponen mengalami kerusakan. Penggunaan

suhu 50oC menghasilkan ekstrak yang optimum dibandingkan suhu 40

oC dan

60oC (Voight, 1994). Salah satu metode ekstraksi bahan alam, yaitu metode

Potensi Ekstrak Daun Mahoni…, Maritsa Adilah, FKIP UMP, 2018

14

maserasi (metode perendaman). Penekanan utama dalam metode maserasi adalah

tersedianya waktu kontak yang cukup antara pelarut dan jaringan yang diekstraksi

(Mukhriani, 2014).

Maserasi merupakan cara yang sederhana, maserasi dilakukan dengan cara

merndam serbuk simplisia dalam pelarut. Pelarut akan menembus dinding sel dan

masuk kedalam rongga sel yang mengandung zat-zat aktif sehingga zat aktif akan

larut. Karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan dan zat aktif di dalam

sel, maka larutan yang pekat didesak keluar. Pelarut yang digunakan dapat berupa

air, etanol, air-etanol atau pelarut lain (Khunaifi, 2010).

Pelarut merupakan salah satu faktor yang menentukan dalam proses

estraksi. Cairan pelarut dalam proses pembuatan ekstrak adalah pelarut yang baik

(optimal) untuk senyawa kandungan yang berkhasiat atau yang aktif, yaitu yang

dapat melarutkan hampir semua metabolit sekunder yang terkandung. Dengan

demikian senyawa tersebut dapat terpisahkan dari bahan dan dari senyawa

kandungan lainnya, serta ekstrak hanya mengandung sebagian besar senyawa

kandungan yang diinginkan. Pemilihan pelarut organik yang digunakan dalam

mengekstrak komponen bioaktif merupakan faktor penentu untuk pencapaian

tujuan dan sasaran ekstraksi komponen (Mukhriani, 2014).

2.2 Bahan Antibakteri

Mikroorganisme dapat dibunuh atau dihambat pertumbuhannya secara

fisika atau kimia. Bahan kimia yang mengganggu pertumbuhan dan metabolisme

mikroba disebut bahan antimikroba. Mikroba yang dimaksudkan bisa berupa

bakteri, fungi, virus, dan protozoa. Dalam penggunaan umum, istilah antimikroba

Potensi Ekstrak Daun Mahoni…, Maritsa Adilah, FKIP UMP, 2018

15

menyatakan penghambatan pertumbuhan, dan bila dimaksudkan untuk kelompok-

kelompok organisme yang khusus, maka seringkali digunakan istilah-istilah

seperti antibakteri atau antifungi (Pelczar & Chan, 2008).

Bahan antibakteri adalah obat atau senyawa yang digunakan untuk

membunuh bakteri patogen yang merugikan manusia ataupun senyawa yang

mampu menghambat pertumbuhan bakteri tersebut dalam konsentrasi yang cukup

rendah untuk menghindari kerusakan yang tidak diinginkan terhadap inangnya

(Brooks dkk., 2005). Bahan antibakteri tersebut dapat bersifat bakteriostatik yang

dapat menghambat pertumbuhan bakteri atau bersifat bakterisida yang dapat

mematikan bentuk-bentuk vegetatif bakteri (Pelczar & Chan, 2008).

Antimikroba yang ideal harus menunjukkan sifat toksisitas selektif, yaitu

harus membunuh atau menghambat bakteri patogen dan tidak membahayakan

inangnya serta harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut (Brooks dkk., 2005):

a. Mempunyai kemampuan untuk mematikan atau menghambat pertumbuhan

mikroorganisme yang luas (broad spectrum antibiotic).

b. Tidak menimbulkan terjadinya resistensi dari mikroorganisme patogen.

c. Tidak menimbulkan efek samping (side effect) yang buruk pada tubuh,

seperti reaksi alergi, kerusakan syaraf, iritasi lambung, dan sebagainya.

d. Tidak mengganggu keseimbangan flora normal tubuh seperti flora usus atau

flora kulit.

Mekanisme kerja bahan antimikroba dapat dikelompokkan menjadi lima

kelompok utama, yaitu:

a. Penghambatan terhadap sintesis dinding sel

Potensi Ekstrak Daun Mahoni…, Maritsa Adilah, FKIP UMP, 2018

16

Dinding sel bakteri berisi polimer mukopeptida kompleks (peptidoglikan)

yang secara kimia berisi polisakarida dan campuran rantai polipeptida yang tinggi,

polisakarida ini berisi gula amino N-acetylglucosamine dan asam acetylmuramic

(hanya ditemui pada bakteri). Dinding sel berfungsi mempertahankan bentuk

mikroorganisme dan pelindung sel bakteri, yang mempunyai tekanan osmotik

internal yang tinggi 3-5 kali lebih besar pada bakteri gram-positif daripada bakteri

gram-negatif (Brooks dkk., 2005). Struktur dinding sel dapat dirusak dengan cara

menghambat pembentukannya atau mengubahnya setelah selesai terbentuk

(Pelczar & Chan, 1988). Trauma pada dinding sel atau penghambatan dalam

pembentukan dinding sel tersebut dapat menimbulkan lisis pada sel (Brooks dkk.,

2005).

b. Penghambatan terhadap Permeabilitas Membran sel

Sitoplasma semua makhluk hidup dibatasi oleh selaput yang disebut membran

sel. Membran sel bersifat selectif permeable dan tersusun atas fosfolipid dan

protein. Membran sel berfungsi mengatur keluar masuknya zat antar sel dengan

lingkungan luar, melakukan pengangkutan zat-zat yang diperlukan baik kedalam

maupun keluar sel. Selain sifatnya yang selectif permeable, pada membran sel

juga terdapat enzim proten untuk mensintesis peptidoglikan komponen membran

luar (Volk & Wheeler, 1988).

Beberapa bahan antimikroba seperti fenol, kresol, detergen dan beberapa

antibiotik dapat menyebabkan kerusakan pada membran sel. Bahan- bahan

tersebut akan menyerang dan merusak membran sel sehingga fungsi semi

permeabilitas membran sel mengalami kerusakan. Kerusakan tersebut akan

Potensi Ekstrak Daun Mahoni…, Maritsa Adilah, FKIP UMP, 2018

17

mengakibatkan terhambatnya berbagai proses di dalam sel atau mengakibatkan

kematian sel (Djide & Sartini, 2008).

c. Menghambat Sintesis Protein

DNA, RNA dan protein memegang peranan sangat penting di dalam

proses kehidupan normal sel. Hal ini berarti bahwa gangguan apapun yang terjadi

pada pembentukan atau pada fungsi zat-zat tersebut dapat mengakibatkan

penghentian sintesis protein dan kematian sel pada akhirnya (Volk & Wheeler,

1988). Bakteri mempunyai 70S ribosom, sedangkan sel mamalia mempunyai 80S

ribosom yang mempunyai komposisi kimia dan spesifikasi fungsi yang berbeda.

Inilah sebabnya antibakteri dapat menghambat sintesis protein dalam ribosom

bakteri tanpa berpengaruh pada ribosom mamalia (Brooks dkk., 2005).

Kebanyakan antibiotik menghambat sintesis protein dengan mengikat ribosom

prokariot. Beberapa tahap berbeda yang dapat terpengaruh adalah ikatan tRNA-

aminoasil, ikatan formasi peptida, mRNA reading dan translokasi (Brooks dkk.,

2005).

d. Penghambatan terhadap sintesis asam nukleat

Mekanisme obat antibakteri yang berfungsi menghambat sintesis asam nukleat

yaitu dengan cara menghambat DNA polymerase, DNA helicase atau RNA

polymerase, sehingga menghalangi proses replikasi ataupun transkripsi dan

dengan jelas menghambat pertumbuhan dan pembelahan sel (Volk & Wheeler,

1988). Obat ini tidak menunjukkan toksistas selektif seperti antibiotik lainnya

karena tidak membedakan respon sintesis asam nukleat antara prokariot dan

eukariot (Djide & Sartini, 2008). Bahan antibakteri dapat menghambat atau

Potensi Ekstrak Daun Mahoni…, Maritsa Adilah, FKIP UMP, 2018

18

mematikan mikroorganisme dengan cara kerja yang berbeda-beda. Berbagai

proses serta substansi yang terdapat dalam bahan antibakteri bekerja menurut

salah satu dari cara diatas. Contohnya adalah senyawa fenol yang dapat

mendenaturasikan protein dan merusak membran sel (Pelczar & Chan, 2008).

e. Mengganggu metabolisme sel mikroba

Pada umumnya mikroba membutuhkan asam folat untuk kelangsungan

hidupnya yang disintesis dari asam amino para benzoat (PABA). Antimikroba

bersifat sebagai antimetabolit dimana antimikroba bekerja memblok terhadap

metabolit spesifik mikroba, seperti sulfonamida. Sulfonamida menghambat

pertumbuhan sel dengan menghambat sintesis asam folat oleh bakteri.

Sulfanamida secara struktur mirip dengan asam folat, asam amino para benzoat

PABA), dan bekerja secara kompetitif untuk enzim-enzim yang langsung

mempersatukan PABA dan sebagian petidin menjadi asam dihidrofolat (Djide &

Sartini, 2008).

2.3 Faktor Yang Mempengaruhi Aktivitas Zat Antimikroba

Beberapa hal yang dapat mempengaruhi kerja zar antimikroba menurut

Pelczar & Chan (2008), antara lain :

1. Konsentrasi Atau Intensitas Zat Antimikroba

Semakin tinggi konsentrasi suatu zat antimikroba maka semakin tinggi

daya antimikrobanya. Artinya banyak bakteri akan terbunuh lebih cepat apabila

konsenrasi zat antimikroba lebih tinggi.

Potensi Ekstrak Daun Mahoni…, Maritsa Adilah, FKIP UMP, 2018

19

2. Jumlah Organisme

Semakin banyak jumlah organisme yang ada maka makin banyak pula

waktu yang dibutuhkan untuk membunuhnya.

3. Suhu

Kenaikkan suhu mampu meningkatkan keefektifan suatu bahan

antimikroba. Hal tersebut disebabkan zat kimia merusak mikroorganisme melalui

reaksi kimia. Reaksi kimia dapat dipercepat dengan meninggikan suhu.

4. Spesies Mikroorganisme

Spesies mikroorganisme menunjukkan ketahanan yang berbeda-beda

terhadap suatu bahan kimia tertentu.

5. Adanya Bahan Organik

Adanya bahan organik asing dapat menurunkan keefektifan bahan

antimikroba dengan cara menonaktifkan bahan antimikroba tersebut. Adanya

bahan organik dalam campuran bahan antimikroba dapat mengakibatkan :

a. Penggabungan bahan/ zat antimikroba dengan bahan organik dapat

membentuk produk yang tidak bersifat antimikroba.

b. Penggabungan zat antimikroba dengan bahan organik menghasilkan suatu

endapan sehingga zat antimikroba tidak mungkin lagi mengikat

mikroorganisme.

c. Akumulasi bahan organik pada permukaan sel mikroba menjadi suatu

pelindung yang akan mengganggu kontak antara zat antimikroba dengan sel

mikroba sasaran.

6. Keasaman (pH) Atau Kebasaan (pOH)

Potensi Ekstrak Daun Mahoni…, Maritsa Adilah, FKIP UMP, 2018

20

Mikroorganisme yang hidup pada pH asam akan lebih mudah dibasmi

pada suhu rendah dan dalam waktu yang singkat bila dibandingkan dengan

mikroorganisme yang hidup pada pH basa.

2.4 Bakteri

Bakteri adalah sel prokariotik yang khas dan uniseluler serta tidak

mengandung struktur yang terbatasi membran di dalam sitoplasmanya. Sel-selnya

secara khas berbentuk bulat (kokus), batang (basilus) atau spiral (spirilium).

Diameter bakteri sekitar 0,5-1,0 µm dengan panjang 1,5-2,5 µm. Bakteri tidak

memiliki membran internal yang memisahkan nukleus dari sitoplasma serta tidak

terdapat membran internal yang melingkupi struktur atau tubuh lain di dalam sel.

Bahan sel prokariotik (sitoplasma dan isinya) dikelilingi oleh membran sitoplasma

(membran plasma). Di sebelah luar membran sitoplasma terdapat dinding sel

yang amat kaku karena mengandung peptidoglikan (Pelczar & Chan, 2008).

Berdasarkan komposisi dan struktur dinding sel, bakteri dibedakan menjadi

dua golongan, yaitu bakteri gram positif dan bakteri gram negatif. Dinding sel

pada bakteri gram positif mengandung lapisan peptidoglikan tunggal yang tebal

(15-80 nm) dengan polimer-polimer asam tekoat yang melekat padanya. Lapisan

periplasmik pada bakteri gram positif antara dinding sel dengan membran

sitoplasma lebih kecil dibanding pada bakteri gram negatif (Djide & Sartini,

2008).

Bakteri gram negatif memiliki struktur dan komposisi yang lebih kompleks

dibanding bakteri gram positif. Bakteri gram negatif tersebut memiliki dinding sel

yang tipis, memilki 3 lapisan peptidoglikan yang tipis dan berada pada lapisan

Potensi Ekstrak Daun Mahoni…, Maritsa Adilah, FKIP UMP, 2018

21

periplasmik yang ukurannya lebih besar daripada bakteri gram positif (1-71 nm),

kandungan lemak tinggi tetapi peptidoglikannya rendah. Selain itu terdapat

membran luar yang melapisi sebelah luar lapisan peptidoglikan (Pelczar & Chan,

2008).

Bakteri gram negatif berbeda dari bakteri gram positif yaitu bakteri gram

negatif lebih rentan terhadap antibiotik-antibiotik seperti streptomisi. Bakteri

gram positif pada umumnya lebih rentan terhadap antibiotik penisilin dan kurang

rentan terhadap desintegrasi oleh perlakuan mekanis (sepeti diberi tekanan yang

tinggi atau getaran ultrasonik) atau bila diberi enzim-enzim tertentu (Volk &

Wheeler, 1988).

2.4.1 Bakteri Staphylococcus aureus

2.4.1.1 Klasifikasi Staphylococcus aureus

Klasifikasi dari bakteri Staphylococcus aureus menurut Holt dkk., (1998)

sebagai berikut :

Kingdom : Bacteria

Phyllum : Firmicutes

Classis : Bacilli

Ordo : Bacillales

Familia : Staphylococcaceae

Genus : Staphylococcus

Species : Staphylococcus aureus

Potensi Ekstrak Daun Mahoni…, Maritsa Adilah, FKIP UMP, 2018

22

2.4.1.2 Karakteristik Staphylococcus aureus

S. aureus merupakan bakteri gram positif berbentuk bulat dengan ukuran

diameter sekitar 1 μm biasanya tersusun dalam bentuk menggerombol yang tidak

teratur. Bakteri tersebut tidak membentuk spora dan tidak bergerak. Sel-selnya

terdapat dalam kelompok seperti buah anggur, akan tetapi pada biakan cair

mungkin terdapat secara terpisah (tunggal), berpasangan berbentuk tetrad

(jumlahnya 4 sel), dan berbentuk rantai. Koloni bakteri tersebut berwarna abu-

abu sampai kuning emas tua (Ali, 2005).

2.4.1.3 Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus

S. aureus mudah tumbuh pada berbagai pembenihan dengan aktif

melakukan metabolisme, melakukan fermentasi karbohidrat dan menghasilkan

bermacam-macam pigmen dari warna putih hingga kuning gelap. S. aureus

tumbuh dengan baik pada berbagai media bakteriol di bawah suasana aerobic atau

mikroaerofilik. Tumbuh dengan cepat pada temperatur 20o-37

oC. Koloni pada

media padat berbentuk bulat, lambat dan mengkilat (Ali, 2005). Beberapa media

yang dapat digunakan untuk penanaman S. aureus antara lain Mueller Hinton

Agar, Gliseril Monostearat Agar, MSA, dan Nutrient Agar (Jawetz dkk., 2011).

2.4.1.4 Patogenitas dan gambaran klinis bakteri Staphylococcus aureus

Sifat khas infeksi S. aureus yang bersifat patogen adalah penahanan lokal.

Infeksi tersebut antara lain, meningitis, endokarditis, perikarditis, dan bisul.

Jaringan atau alat tubuh dapat diinfeksi oleh bakteri S. aureus dapat menyebabkan

timbul penyakit dengan tanda-tanda yaitu peradangan dan pembentukan abses.

Biasanya reaksi peradangan berlangsung hebat, terlokalisasi, dan nyeri yang

Potensi Ekstrak Daun Mahoni…, Maritsa Adilah, FKIP UMP, 2018

23

mengalamai pernanahan sentral. Infeksi S. aureus juga dapat disebabkan oleh

kontaminasi langsung pada luka. Misalnya pada infeksi luka pasca bedah atau

infeksi setelah trauma. Apabila S. aureus menyebar dan terjadi bakterimia, maka

dapat terjadi endokartidis, osteomielitis akut hematogen, meningitis, atau infeksi

paru-paru (Jawetz dkk., 2011).

2.4.2 Bakteri Pseudomonas aeuoginosa

2.4.2.1 Klasifikasi bakteri Pseudomonas aeruginosa

Klasifikasi bakteri Pseudomonas aeruginosa menurut Holt dkk., (1998)

sebagai berikut:

Kingdom : Bacteria

Phyllum : Proteobacteria

Classis : Gamma proteobacteria

Ordo : Pseudomonadales

Familia : Pseudomonadaceae

Genus : Pseudomonas

Species : Pseudomonas aeruginosa

2.4.2.2 Karakteristik Pseudomonas aeruginosa

P. aeruginosa merupakan bakteri yang tersebar luas di alam dan biasanya

ditemukan pada lingkungan yang lembab. Bakteri tersebut membentuk koloni

yang bersifat saprofit pada manusia yang sehat, tetapi menyebabkan penyakit

pada manusia dengan pertahanan tubuh yang lemah (Mayasari, 2005).

P. aeruginosa berbentuk batang dan motil, berukuran sekitar 0,6 x 2 um.

Bakteri ini bersifat gram negatif dan tampak dalam bentuk tunggal, berpasangan

Potensi Ekstrak Daun Mahoni…, Maritsa Adilah, FKIP UMP, 2018

24

dan kadang-kadang rantai pendek. P.aeruginosa merupakan bakteri obligat aerob

yang mudah tumbuh pada berbagai medium kultur, kadang-kadang menghasilkan

aroma yang manis atau berbau seperti anggur atau seperti jagung taco (Jawetz

dkk., 2011).

2.4.2.3 Pertumbuhan Bakteri Pseudomonas aeruginosa

Bakteri P.aeruginosa tumbuh baik pada suhu 370C-42

0C, kemampuan

untuk tumbuh pada suhu 42oC membantu membedakan dari spesies Pseudomonas

lain dari grup fluoresens. P aeruginosa tidak memfermentasi karbohidrat, tetapi

banyak galur yang mengoksidasi glukosa. Semua spesies Pseudomonas dapat

tumbuh baik dalam sample nutrient agar dan dalam kebanyakan media selektif

seperti Eosin Methylen Blue (EMB), GSP (Glutamat Salt Agar) dan Mc Conkey

Agar (Todar, 2004).

2.4.2.4 Patogenitas dan gambaran klinis bakteri Pseudomonas aeruginosa

P.aeruginosa menyebabkan infeksi pada luka fisik dan luka bakar,

menimbulkan nanah hijau kebiruan, menyebabkan meningitis, infeksi saluran

kemih, pneumonia nekrotikans, dan infeksi mata (Jawetz dkk., 2011).

2.5 Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian Ananda (2014) menyebutkan bahwa ekstrak air daun

mahoni dengan dosis 2,4 g/60 ml memberikan rata-rata diameter zona hambat

terbesar yaitu 16,03 mm terhadap bakteri Aeromonas hydrophila. Hasil uji in vivo

menunjukan bahwa pemberian ekstrak air daun mahoni dosis 2,4 g/60 ml dapat

menyembuhkan peradangan pada tubuh ikan dan memperbaiki kondisi hati

menjadi merah pucat, tidak bengkak dan kenyal.

Potensi Ekstrak Daun Mahoni…, Maritsa Adilah, FKIP UMP, 2018

25

Hasil penelitian Fadli (2017) menunjukkan bahwa ekstrak partisi etil asetat

biji mahoni ( Swietenia mahagoni (L) Jacq) mempunyai aktivitas antimikroba

yang baik, dapat menghambat mikroba (Bacillus subtilis, Escherichia coli,

Salmonella thypi, Staphylococcus epidermis, Streptococcus mutans, Vibrio sp,

dan Candida albican.)

Hasil penelitian Ayyappadhas dkk., (2012) menunjukkan bahwa ekstrak

daun mahoni (Swietenia macrophylla) mengandung flavonoid, terpenoid, dan

tanin yang memiliki aktivitas antibakteri terhadap berbagai bakteri patogen

terutama terhadap Staphylococcus aureus, Pseudomonas aeruginosa, Salmonella

typhi, Pyogens streptococcus dan Escherichia coli. Hasil skrining fitokimia

menunjukkan adanya alkaloid, flavonoid, terpenoid, tanin, glikosida, dan

antrakuinon. Telah dilaporkan bahwa flavonoid, terpenoid dan tannin memiliki

aktivitas antibakteri terhadap berbagai bakteri patogen terutama terhadap

Staphylococcus aureus, Pseudomonas aeruginosa, pyogens Streptococcus,

Salmonella typhi dan Escherichia coli dll. Dalam penelitian ini, ekstrak petroleum

eter dan kloroform menunjukkan aktivitas antibakteri yang baik karena adanya

flavonoid dan terpenoid. Tanin menunjukkan aktivitas antibakteri terhadap semua

mikroorganisme yang diuji. Staphylococcus aureus merupakan yang paling

tahan/resisten terhadap tanin yang diisolasi dari bahan tanaman diikuti dengan

Streptococcus pyogens, Salmonella typhi, Escherichia coli, Proteus vulgar dan

Pseudomonas auruginosa. Telah ditemukan bahwa ekstrak etanol dan petroleum

eter menunjukkan aktivitas antibakteri yang lebih tinggi terhadap mikroorganisme

yang dipilih. Ekstrak etanol dan petroleum eter menunjukkan aktivitas antibakteri

Potensi Ekstrak Daun Mahoni…, Maritsa Adilah, FKIP UMP, 2018

26

yang baik pada konsentrasi tinggi (20 mg/ml). Disimpulkan bahwa daun

Swietenia macrophylla terbukti menjadi tanaman obat yang sangat berguna

sebagai agen antibakteri.

Hasil penelitian Oktavia dkk., (2013) menunjukkan bahwa ekstrak etanol

biji mahoni berpengaruh terhadap pertumbuhan bakteri Escherichia coli FNCC

0091 yang diuji dengan metode difusi cakram. Perlakuan ekstrak etanol biji

mahoni dengan konsentrasi 100% dan 80% memiliki aktivitas antibakteri yang

terbaik dengan zona hambat sebesar 2,33 mm dan 2,13 mm.

Potensi Ekstrak Daun Mahoni…, Maritsa Adilah, FKIP UMP, 2018