bab ii kajian pustaka dan penelitian yang relevan...
TRANSCRIPT
4
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN
A. Deskripsi Teori
1. Media
a. Pengertian
Pada umumnya media digunakan dalam pembelajaran sebagai
perantara. Media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak
dari kata ”medium” yang berarti perantara. Gagne (1970) menyatakan
bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa
yang dapat merangsangnya untuk belajar. Media pembelajaran merupakan
alat yang berfungsi sebagai perantara atau penyampai isi berupa informasi
pengetahuan berupa visual dan verbal untuk keperluan pengajaran.
b. Tujuan dan Landasan Penggunaan media Pembelajaran
Ada tiga landasan pemikiran tentang penggunaan media pembelajaran.
landasan tersebut adalah sebagai berikut:
1) Landasan empirik ialah alasan mengapa media pembelajaran
dipergunakan ditinjau dari kondisi pebelajar dan bagaimana proses
belajar itu terjadi dan penggunaan media yang didasarkan pada
karakteristik pelajar.
2) Landasan historis adalah alasan penggunaan media pembelajaran
ditinjau dari sejarah konsep istilah media digunakan dalam
pembelajaran.
5
3) Landasan teknologis alasan penggunaan media yang didasarkan
pada kemudahan teknik.
Sedangkan tujuan penggunaan media pembelajaran adalah :
1) Agar proses belajar mengajar yang sedang berlangsung dapat
berjalan dengan tepat dan berdaya guna.
2) Untuk mempermudah bagi guru dalam menyampaikan informasi
materi kepada anak didik.
3) Untuk mempermudah bagi anak didik dalam menyerap atau
menerima materi yang disampaikan oleh guru.
4) Untuk dapat mendorong keinginan anak didik unuk mengetahui
lebih banyak dan mendalam tentang materi atau pesan yang
disampaikan oleh guru.
5) Untuk menghindari salah pengertian atau salah paham antara anak
didik yang satu dengan peseta didik yang lain terhadap materi yang
disampaikan oleh guru.
c. Manfaat media pembelajaran
Anonimos (2007 : tanpa halaman) dalam buku media audio-visual
manfaat media pembelajaran adalah sebagai berikut:
1) Media pengajaran dapat menarik dan memperbesar perhatian anak
didik terhadap materi pengajaran yang disajikan.
2) Media pengajaran dapat mengatasi perbedaan pengalaman belajar
anak didik berdasarkan latar belakang sosial dan ekonomi.
6
3) Media pengajaran dapat membantu anak didik dalam memberikan
pengalaman belajar yang sulit diperoleh dengan cara lain.
4) Media pengajaran dapat membantu perkembangan pikiran anak
didik secara teratur tentang hal yang mereka alami dalam kegiatan
belajar mengajar mereka, misalnya menyaksikan pemutaran film
tentang suatu kejadian atau peristiwa. Rangkaian dan urutan
kejadian yang mereka saksikan dan pemutaran film tadi akan dapat
mereka pelajari secara teratur dan berkesinambungan.
5) Media pengajaran dapat menumbuhkan kemampuan anak didik
untuk berusaha mempelajari sendiri berdasarkan pengalaman dan
kenyataan.
6) Media pengajaran dapat mengurangi adanya verbalisme.
d. Jenis-jenis Media Pembelajaran
Menurut Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal
Peningkatan Mutu Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Departemen
Pendidikan Nasional (2008 : 8-9), banyak cara diungkapkan untuk
mengindentifikasi media serta mengklasifikasikan karakterisktik fisik,
sifat, kompleksitas, ataupun klasifikasi menurut kontrol pada pemakai.
Namun demikian, secara umum media bercirikan tiga unsur pokok, yaitu:
suara, visual, dan gerak. Menurut Rudy Brets dalam Direktorat Tenaga
Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik Dan
Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional (2008 : 8-9), ada
tujuh klasifikasi media yaitu:
7
1) Media audio visual gerak, seperti: film suara, pita video, film televisi.
2) Media audio visual diam, seperti: film rangkai suara, dsb.
3) Audio semi gerak seperti: tulisan jauh bersuara.
4) Media visual bergerak, seperti: film bisu.
5) Media visual diam, seperti: halaman cetak, foto, microphone, slide
bisu.
6) Media audio, seperti: radio, telepon, pita audio.
7) Media cetak, seperti: buku, modul, bahan ajar mandiri.
Lalu (Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, 2002 : 137), “Media
adalah alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan
guna mencapai tujuan pengajaran”. Jadi dari uraian diatas media dapat
dikatakan sebagai perantara materi antara guru dan murid yang sangat
berpengaruh untuk menunjang dan menumbuhkan faktor internal siswa,
oleh karena itu perlu dipelajari apakah belajar itu, berikut akan dibahas
secara tuntas.
2. Belajar
a. Pengertian Belajar
Sedangkan (Hamzah, 2010 : 23), “Belajar adalah perubahan tingkah laku
secara relatif permanen dan secara potensial terjadi sebagai hasil dari praktik
atau penguatan yang dilandasi tujuan untuk mencapai tujuan tertentu. “Belajar
adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme, manusia atau
hewan, disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku
tersebut” Hintzman dalam Muhibbin Syah, 2009 : 63.
8
b. Jenis-jenis belajar
Oleh karena itu pembelajaran yang efektif akan diarahkan kepada
perubahan dari segala aspek negatif dari peserta didik. Ada beberapa macam
ragam belajar`menurut Muhibbin Syah, 2009 : 63, yaitu:
1) Ragam Abstrak
Ialah belajar yang menggunakan cara-cara berpikir abstrak.
Bertujuan untuk memperoleh pemahaman dan pemecahan masalah.
2) Ragam Keterampilan
Belajar dengan menggunakan gerakan-gerakan motorik, yakni
yang berhubungan dengan dengan urat saraf dan otot-otot. Bertujuan
untuk memperoleh dan menguasai keterampilan jasmaniah tertentu.
3) Ragam Sosial
Ialah belajar dengan memahami masalah-masalah dan teknik-
teknik untuk memecahkan masalah tersebut. Bertujuan untuk
menguasai pemahaman dan kecakapan dalam memecahkan masalah
sosial seperti masalah keluarga, persahabatan, masalah kelompok, dan
masalah lain yang bersifat kelompok.
4) Ragam Pemecahan Masalah
Ialah belajar yang pada dasarnya adalah belajar menggunakan
metode-metode ilmiah atau berpikir secara sistematis, logis, teratur,
dan teliti. Bertujuan untuk memperoleh kemampuan dan kecakapan
kognitif untuk memecahkan masalah secara rasional, lugas, dan tuntas.
9
5) Ragam Rasional
Ialah belajar dengan menggunakan kemampuan berfikir secara
logis dan sistematis sesuai dengan akal sehat. Bertujuan untuk
memperoleh aneka ragam kecakapan menggunakan prinsip-prinsip dan
konsep-konsep. Diharapkan siswa memiliki kemampuan rational
problem solving ”yaitu kemampuan memecahkan masalah dengan
menggunakan pertimbangan dan strategi akal sehat, logis, dan
sistematis”. Reber, 1988.
6) Ragam Kebiasaan
Ialah proses pembentukan kebiasaan-kebiasaan baru atau perbaikan
kebiasaan-kebiasaan yang telah ada. Tujuan-nya ialah agar siswa
memperoleh sikap-sikap dan kebiasaan perbuatan baru yang lebih tepat
dan positif dalam arti selaras dengan kebutuhan ruang dan waktu
kontekstual.
7) Ragam Apresiasi
Ialah belajar mempertimbangkan arti penting atau nilai suatu
obyek. Tujuan-nya ialah agar siswa memperoleh dan mengembangkan
kecakapan ranah rasa affective skill, yang dalam hal ini kemampuan
menghargai secara tepat terhadap nilai objek tertentu misalnya
apresiasi sastra, apresiasi musik, dan sebagainya.
8) Ragam Pengetahuan
Ialah belajar dengan cara melakukan penyelidikan mendalam
terhadap objek pengetahuan tertentu. Tujuan-nya ialah agar siswa
10
memperoleh pemahaman terhadap pengetahuan yang biasanya lebih
rumit dan memerlukan kiat untuk mempelajarinya.
Menurut Gagne (Winkel, 2007), proses belajar, terutama belajar yang
terjadi di sekolah, itu melalui tahap-tahap atau fase-fase: motivasi,
konsentrasi, mengolah, menggali 1, menggali 2, prestasi, umpan balik. Jadi
jelas dikatakan bahwa motivasi adalah dasar dari pembelajaran apapun, tanpa
motivasi tidak ada prestasi dan sebagainya. Dan motivasi ini juga yang
dijelaskan sebagai faktor internal (dari dalam).
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar
Oleh karena itu dalam belajar tentu ada faktor-faktor yang mempengaruhi
kelangsungan pembelajaran, menurut Muhibbin Syah, 2009 : 144 ada
beberapa faktor yang mempengaruhi yaitu:
1) Faktor internal dari dalam siswa, yakni keadaan jasmani dan rohani
siswa.
2) Faktor eksternal dari luar siswa, yakni kondisi lingkukan siswa.
3) Faktor pendekatan belajar, yakni jenis upaya belajar siswa yang
meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan
kegiatan mempelajari materi-materi pembelajaran.
Semua hal tadi sangat perlu untuk diketahui sehingga pendidik dapat memilih
media belajar dengan tepat, tentunya tidak membuat siswa bosan, karena jika
siswa merasa jenuh dengan pembelajaran siswa akan cenderung kurang
termotivasi dengan pembelajaran yang disajikan, meskipun materi pembelajaran
mungkin menarik bagi guru dan siswa kebanyakan.
11
“Kejenuhan belajar ialah rentang waktu tertentu yang digunakan untuk belajar,
tetapi tidak mendatangkan hasil” Reber, 1988. Oleh karena itu dalam rentang
waktu tertentu semisal 3 pertemuan dengan membahas materi yang sama, tetapi
siswa merasa tidak mengalami peningkatan dalam hal apapun, siswa merasa
pembelajaran ini pernah dilakukan sebelumnya sehingga baginya tidak ada
sesuatu yang luar biasa, kelihatanya sama saja dari dulu. Oleh karena itu arah
pendidikan harus jelas supaya tujuan pendidikan juga terarah dengan kegiatan
pembelajaran yang dilakukan.
“Tujuan pengajaran adalah agar murid memperoleh pengetahuan yang dapat
mengembangkan kecerdasan” Redja Mudyahardjo, 2008 : 66). Teori ini akan
diperkuat dengan metode dari B.F. Skinner, intinya yaitu suatu metode belajar
yang menekankan kepada penguatan dan penguatan itu sendiri tidak lepas dari
perulangan. Untuk lebih jelasnya dapat digambarkan dengan bagan sebagai
berikut:
(Skinner dalam Nasution, 1982), menyatakan bahwa “Ia memberi stimulus
(S1) tertentu menuju ke arah bentuk kelakuan yang diharapkan (F1), maka respon
(R1) itu diperkuat sehingga terjadi ikatan yang kuat antara rangsangan dan respon,
kemudian (R1) yang hasilnya berupa jawaban 1 akan menjadi stimulus untuk (S2)
yang dapat menimbulkan (R2), begitu seterusnya sampai proses pembelajaran
Frame 1
Respon 1
Jawaban 1
Frame 2
Respon 2
Jawaban 2
Frame 3
Respon 3
Dst
12
memperoleh hasil yang maksimal tentunya. Oleh karena itu belajar harus ada
unsur perulangan seperti yang telah dijelaskan oleh Skinner, gagasan ini sesuai
dengan kaidah-kaidah dari siklus PTK yang cenderung ada unsur perulangan.
Unsur perulangan dilakukan untuk memperoleh hasil yang maksimal. Tidak hanya
unsur perulangan, tetapi unsur penguatan juga sangat penting untuk meningkatkan
level motivasi. (Gagne dalam Nasution, 1982) “Ada dua macam variabel yang
mempengaruhi hal belajar yakni variabel intern (di dalam pelajar), dan variabel
ekstern (di luar pelajar), tanpa variabel intern berupa (motivasi, pengetahuan)
variabel ekstern tak dapat bekerja demikian juga variabel intern tak dapat
berkembang tanpa stimulus dari luar”. Oleh karena stimulus yang digunakan
dalam hal ini adalah film.
Film yang merupakan sorotan utama dalam kajian ini maka diharapkan film
mampu memberi stimulus yang besar. Stimulus yang besar akan menyebabkan
timbulnya motivasi yang besar juga, hal ini sesuai yang diungkapkan oleh (Gagne
dalam Nasution, 1982), yang menyatakan bahwa “Mengajar berarti
mengendalikan kondisi-kondisi situasi belajar seperti menarik perhatian,
menyajikan stimulus yang serasi dan memberikan petunjuk atau penjelasan verbal
dan urutan tertentu”. Sedangkan menurut (Nasution, 2008 : 43) “Mengajar-belajar
adalah kegiatan guru dan murid untuk mencapai tujuan tertentu”. Jadi belajar itu
sendiri lebih diprioritaskan untuk siswanya.
d. Prinsip-prinsip belajar
Di dalam tugas penyelenggaraan belajar guru perlu memperhatikan beberapa
prinsip belajar menurut (Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, 2008 : 16), yaitu:
13
1) Apapun yang dipelajari siswa, dialah yang harus belajar, bukan orang lain.
Untuk itu, siswalah yang harus bertindak aktif.
2) Setiap siswa belajar sesuai dengan tingkat kemampuannya.
3) Siswa akan dapat belajar dengan baik bila mendapat penguatan langsung
pada setiap langkah yang dilakukan selama proses belajar.
4) Penguasaan yang sempurna dari setiap langkah yang dilakukan siswa akan
membuat proses belajar lebih berarti.
5) Motivasi belajar siswa akan lebih meningkat apabila ia diberi tanggung
jawab dan kepercayaan penuh atas belajarnya.
Jadi dari prinsip belajar yang dikemukakan selalu tidak dapat lepas dari
prestasi, bahkan dikatakan harus ada penguatan yang dilakukan dalam setiap
langkah pembelajaran supaya dapat menimbulkan prestasi dan motivasi
belajar siswa.
3. Sejarah
Dalam pokok bahasan sejarah ini akan dijabarkan beberapa pengertian
sejarah menurut para ahli yaitu: Pengertian sejarah menurut W.H. Walsh
(1992 : 45) “Sejarah itu menitik beratkan pada pencatatan yang berarti dan
penting saja bagi manusia”. Catatan itu meliputi tindakan-tindakan dan
pengalaman-pengalaman manusia di masa lampau pada hal-hal yang penting
sehingga merupakan cerita yang berarti. Sedangkan menurut Roeslan
Abdulgani (2002 : 30), “sejarah adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan
yang meneliti dan menyelidiki secara sistematis keseluruhan perkembangan
masyarakat serta kemanusiaan di masa lampau beserta kejadian-kejadian
14
dengan maksud untuk kemudian menilai secara kritis seluruh hasil
penelitiannya tersebut”, untuk selanjutnya dijadikan perbendaharaan pedoman
bagi penilaian dan penentuan keadaan sekarang serta arah proses masa depan.
Ini diperjelas dengan pernyataan menurut Moh. Yamin (2003 : 22), yaitu
“sejarah adalah suatu ilmu pengetahuan yang disusun atas hasil penyelidikan
beberapa peristiwa yang dapat dibuktikan dengan bahan kenyataan”.
Lalu menurut Ibnu Khaldun (1332-1406) Sejarah didefinisikan sebagai
catatan tentang masyarakat umum manusia atau peradaban manusia yang
terjadi pada sifat masyarakat itu. Dari beberapa uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa sejarah adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari
segala peristiwa atau kejadian yang telah terjadi pada masa lampau dalam
kehidupan umat manusia. Dalam kehidupan manusia, peristiwa sejarah
merupakan suatu peristiwa yang abadi, unik, dan penting. Peristiwa sejarah
tidak berubah-ubah dan tetap dikenang sepanjang masa. Peristiwa sejarah
hanya terjadi satu kali dan tidak pernah terulang persis sama untuk kedua
kalinya. Peristiwa sejarah mempunyai arti dalam menentukan kehidupan
orang banyak. Tidak hanya itu (Widja, 1988 : 8) menyatakan, “Sejarah yaitu
suatu studi yang berusaha mendapatkan pengertian tentang segala sesuatu
yang telah dialami”.
Pengertian dan pemahaman belajar yang didapat dari dari keturunan
sebelumnya (pengalaman belajar) semacam ini sangat sulit untuk dirawat, oleh
karena itu media film diharapkan dapat menggali konsep utama dalam belajar
sejarah yaitu dengan meminimalkan kebingungan yang ada dengan jawaban
15
yang didapat dari banyak pertanyaan. Oleh karena itu perlu dipahami dulu
pengertian sejarah. (Widja, 1988 : 7) “Kata history berasal dari kata „istoria‟
yang berarti belajar dengan bertanya-tanya, jadi belajar sejarah adalah belajar
dengan dasarnya yang paling penting adalah bertanya bukan bertindak, atau
berpikir.
4. Prestasi
a. Pengertian
Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh seseorang setelah ia
melakukan perubahan belajar, baik di sekolah maupun di luar sekolah. Di
dalam pembelajaran prestasi tentu sangat penting karena sangat
menentukan ketuntasan pembelajaran. Mempunyai arti kurang lebih
prestasi adalah standart test untuk mengukur kecakapan atau pengetahuan
bagi seseorang didalam satu atau lebih dari garis-garis pekerjaan atau
belajar. Prestasi ialah hal sesuatu yang telah dicapai (Purwodarminto, 1979
: 251). Kata “prestasi” berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie.
Kemudian dalam bahasa Indonesia berubah menjadi hasil usaha (Arifin,
1991 : 2-3).
Zainal Arifin menyatakan bahwa “prestasi” adalah kemampuan,
keterampilan dan sikap seseorang dalam menyelesaikan suatu hal (Arifin,
1991 : 3). Kemampuan dan sikap juga berpengaruh kepada nilai, dan nilai
juga sangat berpengaruh pada prestasi belajar siswa. Oleh karena itu
pembelajaran dengan menggunakan media film ini sangat diperlukan. Dari
beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian prestasi
16
adalah hasil yang diperoleh seseorang dari usaha yang telah dilakukannya
dengan segenap kemampuan, keterampilan dan sikap yang dimilikinya.
b. Jenis-jenis Prestasi Belajar
Jenis-jenis prestasi secara garis besar dibagi menjadi 3 ranah yaitu ranah
kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik. Ranah kognitif berkenaan
dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek yaitu:
1) Pengetahuan, yang merupakan tipe hasil belajar yang paling rendah.
Yang termasuk dalam aspek pengetahuan adalah pengetahuan faktual
dan pengetahuan hafalan seperti rumus, batasan, definisi, istilah, pasal
dalam UU, nama-nama tokoh, nama-nama kota dan sebagainya.
2) Pemahaman, yang merupakan hasil belajar yang lebih tinggi dari
pengetahuan. Bentuk pemahaman misalnya menjelaskan sesuatu yang
dibaca atau didengar dengan bahasa atau susunan kalmat sendiri.
Pemahaman dibagi menjadi 3 kategori.
3) Tingkat terendah adalah pemahaman terjemah, mulai dari terjemah
dalam arti yang sebenarnya misalnya dari bahasa Inggris ke bahasa
Indonesia, mengartikan Bhineka Tunggal Ika, atau mengartikan merah
putih.
4) Tingkat kedua adalah pemahaman tafsiran yaitu menghubungkan
bagian-bagian terdahulu dengan yang diketahui berikutnya atau
menghubungkan beberapa bagian dari grafik dengan kejadian. Contoh
pemahaman tafsiran yaitu menghubungkan pengetahuan dengan
17
konjugasi kata kerja, subjek, possessive pronoun sehingga tahu
menyusun kalimat yang benar dalam bahasa Inggris.
5) Tingkat ketiga adalah pemahaman ekstrapolasi yaitu membuat
perkiraan atau ramalan dari acuan yang ada.
6) Aplikasi, yaitu kemampuan untuk menggunakan apa yang telah
dipelajari dalam situasi konkrit yang baru. Ini mencakup penggunaan
peraturan, metode, konsep-konsep, hukum dan teori.
7) Analisis, yaitu kemampuan untuk menguraikan suatu materi atau
bahan ke dalam bagian-bagiannya sehingga strukturnya dapat
dipahami. Ini mencakup identifikasi bagian, analisis hubungan antar
bagian dan pengenalan prinsip-prinsip organisasi yang digunakan.
8) Sintesis, yaitu kemampuan untuk menggabungkan bagian-bagian
untuk membentuk keseluruhan yang baru. Bagian-bagian tersebut
dihubungkan satu sama lain sehingga diperoleh pola atau struktur yang
baru.
9) Evaluasi, yaitu pemberian keputusan tentang nilai sesuatu yang
mungkin dilihat dari segi tujuan, gagasan, cara bekerja, pemecahan,
metode, materi dan lain-lainnya. Dalam evaluasi diperlukan suatu
kriteria tertentu untuk mempermudah mengetahui tingkat kemampuan
evaluasi seseorang.
Sedangkan ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Tipe
belajar afektif tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperti
18
perhatiannya terhadap pelajaran, disiplin, kebiasaan belajar dan hubungan
sosial. Dalam ranah afektif terdapat lima kategori hasil belajar yaitu :
1) Receiving atau attending, yaitu semacam kepekaan dalam
menerima rangsangan dari luar yang datang kepada siswa dalam
bentuk masalah situasi, gejala dan lain-lainnya.
2) Responding atau jawaban, yaitu reaksi yang diberikan oleh
seseorang terhadap stimulasi yang datang dari luar. Hal ini
mencakup ketepatan reaksi, perasaan, kepuasan dalam menjawab
stimulus dari luar.
3) Valuing atau penilaian, yaitu kemampuan untuk dapat memberikan
penilaian, atau pertimbangan dan pentingnya keterikatan pada
suatu objek atau kejadian tertentu dengan reaksi seperti menerima,
menolak atau acuh tak acuh.
4) Pengorganisasian, yaitu pengembangan dari nilai kepada suatu
sistem organisasi, termasuk hubungan satu nilai dengan dengan
nilai lain, pemantapan dan prioritas nilai yang dimilikinya. Yang
termasuk dalam organisasi ialah konsep tentang nilai, organisasi
sistem nilai dan lain-lainnya.
5) Karakteristik nilai atau internalisasi nilai yaitu keterpaduan semua
sistem nilai yang telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi
pola kepribadian dan tingkah lakunya.
19
Ranah psikomotorik tampak dalam bentuk skill (ketrampilan) dan
kemampuan bertindak individu. Ranah psikomotorik terbagi menjadi
lima kategori yaitu :
1) Peniruan, yang terjadi ketika siswa mengamati suatu gerakan dan
mulai memberi respon serupa dengan yang diamati. Pada
umumnya peniruan terjadi dalam bentuk global dan tidak
sempurna.
2) Manipulasi, yang menekankan pada perkembangan kemampuan
mengikuti pengarahan, penampilan gerakan-gerakan pilihan dan
menetapkan suatu penampilan melalui latihan. Pada tingkat ini
tidak sekedar meniru tingkah laku tetapi menampilkan sesuatu
menurut petunjuk-petunjuk.
3) Ketetapan, yang memerlukan kecermatan, proporsi dan kepastian
yang lebih tinggi dalam penampilan. Respon-respon telah
terkoreksi dan kesalahan-kesalahan telah dibatasi sampai pada
tingkat minimum.
4) Artikulasi, yang menekankan pada koordinasi suatu rangkaian
gerakan dengan urutan yang tepat dan adanya konsistensi internal
antar gerakan-gerakan yang berbeda.
5) Pengalaman, dimana tingkah laku yang ditampilkan paling sedikit
mengeluarkan energi fisik dan psikis. Selain itu gerakannya juga
dilakukan secara rutin.
20
5. Film
Film adalah media Audio Visual Aids (AVA). Menurut (Syaiful Bahri
Djamarah dan Aswan Zain, 2002 : 141), “Media Audio Visual (AVA) adalah
media yang mempunyai unsur suara dan gambar. (Djamarah dan Aswan Zain,
2002 : 141) menyatakan bahwa media AVA masih terbagi ke dalam 2 bagian
yaitu:
a. Audio Visual Diam, yaitu media yang menampilkan suara dan gambar
diam seperti film bingkai suara (sound slides), film rangkai suara, cetak
suara.
b. Audio Visual Gerak, yaitu media yang dapat menampilkan unsur suara
dan gambar yang bergerak seperti film suara dan video-cassette.
Maka dalam pembelajaran sangat perlu untuk menggunakan media. Proses
belajar mengajar menurut (Sadiman, 2008 : 11-12) “Pada hakikatnya adalah
proses komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan dari sumber pesan melalui
saluran / media tertentu ke penerima pesan. Pesan, sumber pesan, saluran / media
dan penerima pesan adalah komponen proses komunikasi. Pesan yang di
komunikasikan adalah isi ajaran atau didikan yang ada dalam kurikulum. Sumber
pesan bisa guru, siswa, orang lain ataupun penulis buku dan prosedur media.
Yang menjadi Saluran adalah media pendidikan dan penerima pesan adalah siswa
atau juga guru”.
Oleh karena itu film atau gambar hidup adalah kombinasi antara gerakan,
kata-kata, musik, dan warna, (Oemar, 1986 : 102). Maka dapatlah dikatakan
media seperti ini mampu mengikat perhatian para siswa dengan mudahnya serta
21
dapat menanggulangi masalah abstraksi, kontekstualitas, keterhubungan tersebut.
Beberapa petunjuk lagi dalam memanfaatkan media pembelajaran menurut
(Iskandar Agung, 2010 : 63), yaitu:
1) Mengkaji bentuk-bentuk media pembelajaran.
2) Mengkaji segenap hal terkait dengan penggunaan media pembelajaran.
3) Merancang dan membahas penggunaan media pembelajaran.
4) Mencari Bantuan ahli.
5) Menyusun rencana kerja.
Dalam pembelajaran seorang guru pun harus mampu memanfaatkan media
belajar ataupun alat bantu lainya (Iskandar Agung, 2010 : 74). Dengan bantuan
media film diharapkan mampu menutupi model pembelajaran yang tidak variatif.
B. Penelitian Yang Relevan
1. Khafiq Andri Prasetyo dalam penelitian yang berjudul “Media Permainan
Edukatif dengan Menggunakan Macromedia Flash 8.0 pada Mata
Pelajaran Matematika untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas
V SD Negeri Dadapayam 02 Suruh”. Kesimpulan dari penelitian ini
adalah suatu media berupa gambar yang digunakan untuk mengerjakan
hasil pengkuadratan suatu bilangan. Hal ini membuat siswa kelas V di SD
Suruh senang dan termotivasi dalam pembelajaran matematika. Saran dari
penulis mengenai media pembelajaran permainan edukatif Macromedia
Flash 8.0 pada materi lain perlu dipertimbangkan.
2. Erna Puji Rahayu dalam penelitian yang berjudul “Upaya Meningkatkan
Motivasi dan Hasil Belajar Siswa SDN 1 Ngaringan Semester II Tahun
22
Pelajaran 2010 / 2011”. Kesimpulan dari penelitian ini adalah penerapan
belajar kelompok sebagai medianya berhubung rendahnya motivasi itu
yang dapat dilihat dari nilai yang banyak di bawah KKM.
3. Christina Tuti Indrarini dalam penelitian yang berjudul “Minat Siswa
Terhadap Mapel Sejarah di SMU Negeri 3 Salatiga dan Faktor yang
Melatarbelakanginya Pada Tahun Pelajaran 2002 / 2003. Kesimpulan dari
penelitian ini adalah pencarian faktor yang diprioritaskan untuk
mengungkap minat siswa terhadap pelajaran sejarah.
C. Kerangka Berpikir
Dengan memperhatikan tuntutan standar kompetensi lulusan yang diharapkan,
maka dapat dikatakan bahwa secara umum siswa diharapkan mampu untuk
menyelesaikan masalah dalam pemahaman belajar dengan menggunakan pola
pikir yang dilatih selama belajar. Maka perlu diperhatikan kembali proses
pembelajaran yang diawali dengan memberikan suatu deskripsi berupa film
merupakan suatu tantangan bagi siswa, oleh sebab materi yang dipelajari juga
padat, maka pemahaman materi yang tuntas dapat dicapai dan diukur dengan
prestasi yang yang menggunakan ukuran berupa nilai, dan prestasi itu sendiri akan
tercapai jika ada respon dari siswa atas stimulus yang telah diberikan guru yaitu
film. Lalu dari respon yang telah muncul, akan dikuatkan dengan stimulus lain
yaitu film pada siklus I, lalu pada siklus ke II akan lebih dikuatkan lagi sehingga
hasil belajar dapat meningkat karena respon yang semakin tinggi, dan respon yang
semakin tinggi akan membuat proses kognitif seseorang juga naik.
23
Itu artinya kekayaan pengetahuan siswa juga bertambah, secara otomatis nilai
juga akan meningkat, karena nilai yang baik didapat dari tes dan untuk
menghadapi tes dibutuhkan pengetahuan yang luas. Atas dasar pembahasan itulah
maka perumusan kerangka berpikir yang diangkat dari penelitian ini adalah
sebagai berikut:
Hasil Belajar
Rendah
Prasiklus
Belum
Menggunakan
Film dan
Masih
Konvensional
Siklus I
Pembelajaran
Dengan 5
buah Film
Hasil Belajar
Mencapai
Rata-Rata
Kelas
Tindakan
Peningkatan
Prestasi
Belajar
Siklus II
Pembelajaran
dengan
Menggunakan
9 buah Film
Kondisi
Setelah
Dilaksanakan
Siklus I
24
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas, maka dapat
dirumuskan hipotesis tindakan, jadi penelitian dengan media film ini dapat
meningkatkan prestasi belajar Siswa kelas 10 SMA Harapan Bangsa pada mata
pelajaran Sejarah.