bab ii tinjauan pustaka 2.1 tinjauan teori 2.1.1 perbankan...
TRANSCRIPT
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teori
2.1.1 Perbankan Syariah
1. Pengertian Perbankan Syariah
Menurut UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, bank syariah
adalah bank yang menjalankan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah, atau
prinsip hukum Islam yang diatur dalam Fatwa Majelis Ulama Indonesia seperti
prinsip keadilan dan keseimbangan ('adl wa tawazun), kemaslahatan (maslahah),
universalisme (alamiyah), serta tidak mengandung gharar, maysir, riba, zalim dan
objek yang haram.
Menurut pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa perbankan syariah
adalah bank yang berprinsip syariah untuk menjalankan segala kegiatannya serta
berprinsip adil dan berkelanjutan.
2. Fungsi dan Tujuan Bank Syariah
Perbankan Syariah melakukan kegiatan usahanya berasaskan pada prinsip
syariah, demokrasi ekonomi, dan prinsip kehati-hatian yang bertujuan menunjang
pelaksanaan pembangunan ekonomi nasional untuk meningkatkan keadilan dan
pemerataan kesejahteraan rakyat. Fungsi dari perbankan syariah sebagai berikut:
a. Bank Syariah dan UUS wajib menjalankan fungsi menghimpun dan
menyalurkan dana masyarakat.
9
b. Bank Syariah dan UUS dapat menjalankan fungsi sosial dalam
bentuk lembaga baitul mal, yaitu menerima dana yang berasal dari
zakat, infak, sedekah, hibah, atau dana sosial lainnya dan
menyalurkannya kepada organisasi pengelola zakat.
c. Bank Syariah dan UUS dapat menghimpun dana sosial yang berasal
dari wakaf uang dan menyalurkannya kepada pengelola wakaf
(nazhir) sesuai dengan kehendak pemberi wakaf (wakif).
d. Pelaksanaan fungsi sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan
ayat (3) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
2.1.2 Akuntansi Syariah
1. Paradigma Transaksi syariah dikutip dalam Standar Akuntansi Syariah
(2017) :
Transaksi syariah berlandaskan pada paradigma dasar bahwa alam
semesta merupakan amanah dan sarana kebahagiaan hidup seluruh umat
manusia untuk mencapai kesejahteraan hakiki. sehingga paradigma ini
menekankan umat manusia memiliki akuntabilitas dan nilai illahiah yang
menempatkan perangkat syariah dan ahlak sebagai parameter dan dapat
membentuk integritas dalam tata kelola yang baik (good governance) dan
disiplin pasar.
2. Asas dan prinsip transaksi syariah
Asas transaksi syariah, sebagai berikut :
10
a. Persaudaraan (ukhuwah)
b. Keadilan (adalah)
c. Kemaslahatan (maslahah)
d. Keseimbangan (tawazun)
e. Universalisme (syumuliyah)
3. Komponen Laporan Keuangan Syariah
Laporan keungan syariah yang lengkap dikutip dalam Standar Akuntansi
Syariah (2017) terdiri dari komponen sebagai berikut :
a. Laporan posisi keuangan pada akhir periode
b. Laporan laba rugi
c. Laporan perubahan ekuitas
d. Laporan arus kas
e. Laporan sumber dan penyaluran dana zakat
f. Laporan dan sumber penggunaan dana kebajikan
g. Catatatan atas laporan keuangan
h. Informasi Komparatif mengenai periode sebelumnya
i. Laporan posisi keuangan pada awal periode sebelumnya ketika
entitas syariah menerapkan suatu kebijakan.
4. Tujuan Laporan Keuangan Syariah
a. Meningkatkan kepatuhan terhadap prinsip syariah dalam semua
transaksi.
11
b. Informasi kepatuhan entitas syariah terhada pprinsip
syariah,informasi aset, kewajiban,pendapatan, dan beban yang
tidak sesuai dengan prinsip syariah.
c. Informasi untuk mengevaluasi pemenuhan tanggung jawab entitas
syariah terhadap amanah mengamankan,mengnvestaikan dana pada
keuntungan yang layak.
d. Informasi mengenai tingkat keuntungan informasi yang diperoleh
penanam mdal dan pemilik dana syirkah temprer, dan informasi
mengenai kewajibanfungsi sosial entitas syariah.
5. Landasan Akuntansi syariah
Landasan teori akuntansi syariah mengenai pencatatan hutang dan
kejujuran dalamsegala transaksi muamalah yang dilakukan berada pada Qs. Al-
Baqarah : 282.
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak
secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan
hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. Dan
janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya,
meka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu
mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada
Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada hutangnya.
Jika yang berhutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah (keadaannya) atau
dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, maka hendaklah walinya mengimlakkan
12
dengan jujur. Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang
lelaki (di antaramu). Jika tak ada dua oang lelaki, maka (boleh) seorang lelaki
dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang
lupa maka yang seorang mengingatkannya. Janganlah saksi-saksi itu enggan
(memberi keterangan) apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu
menulis hutang itu, baik kecil maupun besar sampai batas waktu membayarnya.
Yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih menguatkan persaksian dan
lebih dekat kepada tidak (menimbulkan) keraguanmu. (Tulislah mu'amalahmu
itu), kecuali jika mu'amalah itu perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara
kamu, maka tidak ada dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak menulisnya. Dan
persaksikanlah apabila kamu berjual beli; dan janganlah penulis dan saksi saling
sulit menyulitkan. Jika kamu lakukan (yang demikian), maka sesungguhnya hal itu
adalah suatu kefasikan pada dirimu. Dan bertakwalah kepada Allah; Allah
mengajarmu; dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”
2.1.3 Internal Audit
1. Pengertian Internal Audit
Internal audit adalah kegiatan perlindungan yang objektif, dibuat untuk
meningkatkan kegiatan operasional. (Konsorium Organisasi Profesi Auditor
Internal: Amin Widjaja Tunggal.2009)
Menurut Lawrence Sawyer (2003) yang dikutip oleh Amin Widjaja Tunggal
(2009:4), internal audit adalah penelitian sistematis dan objektif terhadap operasi
pengendalian yang berbeda mengenai keakuratan informasi keuangan sehingga
13
dapat dipercaya, meminimalisir resiko perusahaan, kebijakan prosedur
pengendalian internal, kriteria operasi yang memuasakan, sumber daya yang dapat
digunakan secara efisien, dan pencapain tujuan organisasi.
Menurut Surat Keputusan Ketua Bapepam dan Lembaga Keuangan Nomor:
Kep-496/BL/2008 dikutip dalam jurnal (Meikhati & Rahayu, 2015), internal audit
adalah kegiatan pemberian kepercayaan dan konsultasi yang bersifat objektif dan
independen dengan cara mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas manajemen
risiko, pengendalian, dan proses tata kelola perusahaan yang baik.
Menurut IIA’s Board of Director Adopted dalam (Reding,et, all. 2013),
internal audit adalah independent (tidak terikat), assurance and consulting yang
objektif yang didesain untuk meningkatkan nilai dari operasi organisasi.
menjadikan organisasi memiliki sistematik objektif, mengevaluasi, serta
menikatkan efektivitas dari manajemen resiko.
Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa internal audit
adalah kegiatan perlindungan yang bersifat objektif untuk efektivitas dan efisiensi
tata kelola perusahaan.
2. Standar Internal Audit Menurut The Institute Of Internal Auditor yang
dikutip oleh Amin Widjaja Tunggal (2009:8) terdiri dari:
a. Standard Atribut
- Tujuan, kewenangan, dan tanggungjawab Sesuai dengan Standar
Profesi Internal audit (SPAI).
- Independesi dan objektivitas
14
Internal audit harus independen dan objektif dalam melaksanakan
tugasnya.
- Keahlian dan kecerdasan profesional.
- Program jaminan dan peningkatan kualitas fungsi auditor internal
Mengembangkan dan memelihara program jaminan dan
peningkatan kualitas dari fungsi internal audit, melakukan
pemantauan secara berkala mengenai kualitas internal maupun
eksternal serta memberikan jaminan bahwa fungsi audit sesuai
dengan kode etik.
b. Standard Kinerja
- Pengelolaan fungsi internal audit
Fungsi internal audit seperti perencanaan, komunikasi dan
persetujuan, kebijakan dan prosedur serta pemberian laporan
kepada pemimpin dan dewan pengawas serta pengelolaan sumber
daya yang efektif dan efisien.
- Lingkup pekerjaan
Fungsi internal audit melakukan evaluasi dan kontribusi dalam
pengelolaan resiko serta pengendalian.
- Perencanaan pekerjaan
- Pelaksanaan pekerjaan.
- Komunikasi hasil pekerjaan.
- Pemantauan tindak lanjut.
- Resolusi penerimaan resiko oleh manajemen.
15
3. Standar Profesi Audit Internal (SPAI)
Menurut Hiro Tugiman (2006) pembagian Standar Profesi Audit Internal
menjadi lima kategori, yaitu:
a. Independensi
- Status organisasi
Dalam mempertahankan independensi internal audit, status
organisasi merupakan hal yang penting dan dapat memberi
kemudahan untuk memenuhi tanggung jawab dalam hal
pemeriksaan, oleh karena itu internal audit harus mendapatkan
dukungan dari manajemen senior dan dewan.
- Objektivitas
Objektivitas adalah sikap bebas tanpa terikat yang harus dimiliki
oleh internal audit dalam melakukan pemeriksaan sehingga hasil
penilaiannya sesuai dengan apa yang terjadi tanpa didasarkan pada
pihak lain.
b. Kemampuan Professional
Internal audit harus mencerminkan keahlian dan ketelitian profesional,
sebagai berikut:
- Kesesuaian dengan standar profesi
- Pengetahuan dan kecakapan
- Komunikasi hubungan antar manusia
- Pendidikan berkelanjutan
16
- Ketelitian professional
c. Lingkup Pekerjaan
Intenal audit mempunyai lingkup pekejaan berupa pemeriksaan dan
mengevaluasi efektivitas pengendalian internal dalam mewujudkan
tujuan peruahaan. Tedapat pembagian lingkup pekerjaan internal audit,
sebagai berikut:
- Perlindungan terhadap harta
- Kesesuaian dengan prosedur
- Keandalan informasi keuangan
- Pemakaian sumber daya secara ekonomis dan efisien
- Pelaksanaan tujuan
d. Pelaksanaan Kegiatan Pemeriksaan
- Perencanaan pemeriksaan
- Pegujian dan pengevaluasian informasi
- Penyampaian hasil pemerikaan
- Tindak lanjut hasil pemeriksaan
e. Manajemen Bagian Audit Internal
- Tujuan, kewenangan dan tanggung jawab
- Perencanaan
- Peraturan dan prosedur
17
- Manajemen personal
- Pengendalian mutu
4. Tujuan internal audit dikutip dalam buku Amin Widjaja Tunggal (2009:4)
a. Kebenaran dan kelengkapan informasi kegiatan perusahaan.
b. Kesesuaian dan penerapan peraturan perusahaan terhadap prosedur
dan kewajiban sesuai hukuman yang berlaku.
c. Menjaga aset perusahaan dari tindakan sewenang-wenang
d. Kelengkapan operasi yang efektif dan efisien untuk mencapai
tujuan.
e. Pengendalian internal yang berkelanjutan.
5. Fungsi Internal Audit
Menurut Amrizal (2004) dikutip dalam jurnal (T, .CA, & Riska
Natariasari, 2014)) tentang fungsi internal audit sebagai berikut:
a. Menelaah baik tidaknya penerapan dari sistem pengendalian
manajemen, pengendalian internal dan pengendalian operasional
lainnya serta mengefektifkan biaya.
b. Memastikan ketaatan sesuai dengan prosedur dan kebijakan yang
ditetapkan.
c. Memastikan dan menilai seberapa jauh aset perusahaan untuk
dilindungi dari segala bentuk kecurangan.
d. Memastikan keakuratan pengelolaan data yang dikembangkan dalam
organisasi
18
e. Menilai kualitas pekerjaan setiap bagian tugas manajemen.
f. Melakukan evaluasi dan perbaikan untuk meningkatkan efisiensi.
6. Prinsip Internal Audit
Prinsip yang relevan dengan profesi dan praktik internal audit (code of
ethics IIA) (dikutip dalam buku Amin Widjaja Tunggal (2009:23), sebagai
berikut:
a. Integritas
Auditor internal membangun kepercayaan sehingga memberikan
dasar untuk dipercaya atas pertimbangannya.
b. Objektivitas
Auditor internal menunjukkan tingkat obyektivitas yang tinggi dalam
mengumpulkan menilai dan menginformasikan tentang aktivitas
yang sedang diuji. Penilaian diberikan tanpa ada kepentingan pribadi
dan seimbang sehingga menjadi relevan dengan keadaan.
c. Kredibilitas
Menghargai nilai dan informasi yang diterima sehingga
pengungkapan informasi tanpa otoritas dilakukan dengan benar
kecuali terdapat kewajiban hukum dan profesionalitas.
d. Kompetensi
Auditor internal memakai pengetahuan, kecakapan, dan pengalaman
yang diperlukan dalam pekerjaan internal audit.
19
7. Jenis Internal Audit
Jenis-jenis internal audit (Amin Widjaja, 2012), yang dilakukan oleh
internal auditor, sebagai berikut :
a. Audit keuangan adalah audit yang dilakukan untuk memeriksa
apakah laporan keuangan sesuai dengan ketentuan yang sesuai
dengan prinsip akuntansi.
b. Audit non-keuangan yang terdiri dari :
- Audit kepatuhan adalah audit internal yang melihat apakah aktivitas
unit kerja sesuai aturan.
- Audit operasional adalah audit internal yang menentukan bagaimana
sumber daya dapat dikelola denagn efisien dan ekonomis.
- Audit investigasi adalah audit kecurangan untuk melihat indikasi
kecurangan yang dapat menimbulkan kerugian.
2.1.4 Pengendalian Internal
1. Pengertian Pengendalian Internal
Menurut Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) (dikutip dalam buku
Amin Widjaja Tunggal (2009:77) Pengendalian internal adalah pelaksanaan yang
dilakukan oleh dewan komisaris, manajemen, dan personel lain yang bertujuan
untuk memberikan kepercayaan tentang kebenaran laporan keuangan, efektivitas
dan efisiensi operasi serta kesesuaian terhadap hukum yang berlaku.
20
COSO 2017 mendefinisikan pengendalian internal adalah suatu proses
yang terdiri dari lima komponen saling berkaitan, dipengaruhi oleh dewan direksi,
manajemen dan personel lainnya, yang dirancang untuk memberikan jaminan
ketercapaian tujuan, diantaranya: efektivitas dan efisiensi operasi, keandalan
laporan keuangan dan kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.
Menurut The Information Control And Audit (ISACA) dikutip dalam buku
Amin Widjaja Tunggal (2009:77), Pengendalian internal adalah prosedur, aturan,
dan struktur organisasi untuk menjamin pencapaian tujuan bisnis agar kejadian
yang tidak diinginkan dapat dicegah dan dideteksi.
Menurut Michael P. Cangemi dan Tommie Singleton dalam buku
“Managing The Audit Function-A Corporate Audit Departemen Procedures
Guide (2003.66) dikutip dalam buku Amin Widjaja Tunggal (2009:78),
pengendalian internal adalah aturan, praktik, prosedur dan alat untuk indikator
kepatuhan terhadap kebujakan perusahaan, mempromosikan efisiensi, indikator
kepatuhan terhadap regulasi, mengatur peristiwa yang buruk dari efek dari
kecurangan, kejahatan, dan kegiatan yang merusak, serta keakuratan dan
keandalan data.
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pengendalian
internal adalah segala alat indikator berupa prosedur dan regulasi untuk
meminimalisir kecurangan dan tujuan perusahaan
21
2. Tujuan Pengendalian Internal
- Menurut Tuankota (2014:127) dikutip dalam (Apsta, 2017) tujuan
pengendalian internal, sebagai berikut:
a. Memastikan pencatatan akuntansi yang akurat dan dapat diandalkan.
b. Menjaga dan mengamankan aktiva.
c. Memotivasi para karyawan untuk mengikuti kebijakan, peraturan, dan
SOP perusahaan.
d. Peningkatan efisiensi operasional.
- Tiga tujuan pengendalian internal yang dikemukakan oleh COSO 2017,
yaitu :
a. Efektivitas dan efisiensi operasi
Efektivitas dan efisiensi operasi berhubungan dengan kinerja
perusahaan.
b. Keandalan laporan keuangan
Tujuan pelaporan keuangan mengacu pada kualitas
pelaporan keuangan yang menjadi tujuan penting dari internal
control. Transaksi keuangan harus valid, kumplit, resmi, bernilai,
tepat waktu dan dicatat secara akurat sehingga kualitas laporan
keuangan terjaga.
c. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku
Point ketiga berkaitan dengan kepatuhan dimana
pengendalian harus memberikan jaminan bahwa hukum dan
peraturan yang berlaku dapat dipatuhi. Tujuan internal control ini
22
tampaknya menjadi semakin penting dalam dunia bisnis saat ini,
karena kompleksitas aturan yang diterapkan perusahaan semakin
meningkat.
3. Komponen Pengendalian Internal
Teori Komponen Pengendalian internal dikembangkan oleh COSO
(Commitee of Sponsoring Organization of The Treadway Commision) yang
dididirikan pada tahun 1986. COSO merupakan organisasi non profit yang
memiliki tujuan untuk meningkatkan mutu laporan keuangan dengan cara
pengendalian dan etika yang efektif. Maka, Komponen Pengendalian internal
menurut COSO dalam buku (COSSO, 2017) sebagai berikut:
a. Lingkungan Pengendalian
Ciri suatu organisasi, memiliki integritas dan etika yang baik,
mempengaruhi kesadaran orang lain, terdapat disiplin dan struktur,
kebijakan dan penerapan SDM.
b. Perkiraan Resiko
Menilai dan mengidentifikasi entitas yang terlibat dan resiko yang
sesuai dengan tujuan serta menentukan dasar bagaimana
mengelola suatu resiko dan membuat rencana lain apabila suatu
resiko terjadi salah satu nya dalah memahami kelebihan dan
kekurangan dari perusahaan.
23
c. Aktivitas Pengendalian
Mengontrol aktivitas yang sesuai dengan kebijakan dan prosedur
yang ditetapkan sehingga dengan mengontrol diharapkan dapat
terjadi kedisiplinan. Aktivitas pengendalian adalah prosedur dan
kebijakan yang menjamin bahwa arahan manajemen dilaksanakan.
aktivitas pengendalian (Elder et al., 2013) dikutip dalam (Apsta,
2017) berupa pemisahan tugas agar meminimalkan resiko error
dari pekerja yang dapat menghambat pencapaian tujuan
perusahaan, pengolahan informasi, dan mereview pekerja.
d. Informasi dan komunikasi
Aktivitas yang mengharapkan entitas untuk saling bertukar
informasi untuk melaksanakan, mengelola dan mengendalikan
tujuan perusahaan.
e. Monitoring
Melakukan monitoring, yang diharapkan dapat berubah secara
dinamis dan sesuai dengan kondisi yang sedang terjadi.
4. Pengendalian Internal dalam pencegahan fraud (kecurangan)
Menurut (Amrizal, 2004) struktur pengendalian yang baik dalam
mencegah fraud, dengan menerapkan tiga komponen, yaitu Lingkungan
pengendalian, Sistem akuntansi, dan prosedur pengendalian.
24
a. Lingkungan Pengendalian
Lingkungan pengendalian untuk mencegah fraud dengan
memaksimalkan gaya operasi manajemen, struktur organisasi,
komite audit, metode komunikasi, fungsi internal audit, kebijakan
dan prosedur.
b. Sistem Akuntansi
Sistem akuntansi yang dapat mencegah fraud adalah autorisasi,
kelengkapan, validitas,valuasi, jklasifikasi dan waktu.
c. Prosedural kontrol
prosedural kontrol, seperti pemisahan tugas,kebijakan kewenangan,
memadai peyimpanan dan dokumen, kontrol fisik dan aset,
melakukan pemeriksaan tanpa kepentingan apapun.
2.1.5 Fraud (Kecurangan)
1. Pengertian Fraud (Kecurangan)
Menurut Idolor (2010) dikutip dalam (B.A Badejo, B.A. Okuneye, 2017)
kecurangan adalah tindakan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok
orang yang secara sadar dan sengaja untuk mengubah kebenaran demi keuntungan
pribadi.
Menurut Amin Widjaja (2012) dikutip dalam Sayid, A. (2014) fraud
adalah tindakan penipuan yang disengaja dalam bentuk kecurangan dan
penjiplakan.
25
Menurut The Professional Standards and Responsibilies Commitee 2003,
fraud adalah tindakan yang disengaja dan dilakukan oleh orang dalam atau orang
luar untuk kepentingan pribadi yang tidak wajar.
Menurut The IIA’S dikutip dalam (Reding, at all, 2013) fraud adalah
tindakan ilegal yang termasuk dalam kategori penipuan, peyembunyian, dan
pelanggaran terhadap kepercayaan. Kecurangan adalah kejahatan oleh seseorang
dan organisasi ntuk memperoleh uang, harta, dan pelayanan untuk keuntungan
pribadi dan kepentingan bisinis.
2. Sebab Terjadinya Fraud
Menurut Amin Widjaja Tunggal (2012:10) dikutip dalam jurnal (Sayid,
2014) terdapat kondisi yang menyebabkan terjadinya fraud, yaitu sebagai
berikut :
a. Insentif dan tekanan
Hal-hal yang menyebabkan seseorang terdorong untuk melakukan
fraud.
b. Kesempatan
Keadaan dimana seseorang bisa melakukan fraud, karena terdapat
kesempatan yang disebabkan oleh kelalaian perusahaan berupa tidak
baiknya nya pengedalian internal.
c. Sikap dan rasionalitas
karakter dan sikap yang seolah-olah membenarkan tindakan tidak
jujur berupa tindakan fraud.
26
3. Jenis-jenis kecurangan (fraud Triangle)
Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) dalam buku (Reding, at
all., 2013), menjabarkan pohon fraud atau kecurangan sebagai berikut:
a. Korupsi.
Korupsi yang dilakukan di perusahaan, pemerintahan dan
kepentingan pribadi
b. Pengambilan aset secara ilegal
Pengambilan aset yang tidak sesuai dengan hukum yang berlaku,
dibagi menjadi tiga, yaitu:
-Skimming atau penjarahan, yaitu dana diambil sebelum
pencatatan
- Lapping atau pencurian, yaitu pengambilan uang sesudah masuk
kas dan dicatat, seperti beban tagihan yang tidak sesuai dengan
kejadian.
- Kitting atau penggelapan dana yang tidak diketahui seperti
mengelebungkan dana.
c. Kecurangan laporan keuangan
Mendata keuangan palsu, seperti kesalahan pencatatan dan angka
dalam laporan keuangan. Kesalahan tersebut dapat berupa laporan
pemasukkan perusahaan, laporan mengenai biaya atau beban yang
ditanggung perusahaan dan lain-lain
27
4. Metode Pencegahan Fraud
Menurut The Fraud Guide states dalam buku (Reding, et all., 2013)
terdapat lima komponen atau alur dalam pencegahan fraud, sebagai
berikut:
a. Investigasi latar belakang pekerja
Seseorang dimungkinkan untuk melakukan fraud, oleh karenanya
perlu komitmen yang tinggi untuk tidak melakukan hal itu.
Investigasi terhadap latar belakang pegawai, vendor, dan rekan
bisnis membantu mengetahui seberapa tinggi komitmennya untuk
tidak melakukan kecurangan dan menerapkan sifat kejujuran dalam
setiap pekerjaanya, sehingga akan mengurangi tingkat resiko fraud
pada perusahaan.
b. Membuat pelatihan anti kecurangan.
Perusahaan membuat program pelatihan kepada pegawai tentang
apa itu fraud dan bagaimana cara untuk melaporkan tindakan fraud
yang terjadi di perusahaan. Hal ini dilakukan secara berkala agar
menambah kewaspadaan pegawai terhadap fraud.
c. Mengevaluasi kinerja dan program kompensasi.
Mengevaluasi kinerja dari tiap departemen apakah sudah bekerja
dengan baik sesuai dengan fungsi dan tugasnya, lalu membuat
program yang meningkatkan semangat kerja pegawai dengan
memberikan pelatihan atau insentif yang bertujuan untuk mencegah
tindakan kecurangan.
28
d. Mengatur dan mengontrol pegawai yang keluar dari perusahaan.
Dalam sebuah perusahaan tentu terdapat pegawai yang keluar dari
pekerjaannya, sehingga perlunya aturan untuk mengontrol pegawai
yang keluar untuk mencegah dan mendeteksi tindakan kecurangan,
tindakan pencegahan ini dilakukan dengan melakukan wawancara
oleh internal audit dan membuat aturan mengenai prosedur
pengunduran diri pegawai.
e. Pembatasan kewenangan
Kewenangan yang tiada batas dapat membuka peluang seorang
pegawai melakukan kecurangan, terlebih seseorang yang diberikan
kewenangan dalam hal transaksi yang potensial.
2.1.6 Peran Internal Audit, Pengendalian Internal, dan Pencegahan Fraud
Dalam Pandangan Islam
1. Peran Internal Audit
Audit bukanlah hal yang baru dalam Islam, penerapan audit dilakukan
pada lembaga keuangan. Pada zaman Khulafur rasyidin, audit dilakukan pada
aktivitas lembaga keuangan yaitu BMT ( Badan Mal Tamwil). Lembaga keuangan
BMT yang merupakan lembaga penyaluran dana ke masyarakat. (Qonita
Mardiyah dan Sepky Mardian. 2015).
Fungsi audit dilakukan untuk memberikan keyakinan terhadap laporan
keuangan oleh karenanya, penting dalam memastikan setiap informasi yang
didapatkan dalam pemeriksaaan yang dilakukan. fungsi tersebut terdapat dalam
29
Qs. Al. Hujurat : 6 “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang
fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak
menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya
yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu” (Qs. Al-Hujurat : 6)
Kaitan internal audit dengan Qs. Al. Hujurat: 6, pentingnya internal audit
untuk melaksanakan pemeriksaan terhadap kegiatan operasional dan laporan
keuangan secara teliti, hati-hati dan tanpa kepentingan apappun, sehingga tidak
menimbulkan kerugian perusahaan, seperti kecurangan laporan keuangan,
pengambilanaset secara ilegal, dan korupsi.
2. Pengendalian Internal
Islam memandang pengendalian internal adalah suatu hal yang penting,
khususnya mencatat segala transaksi muamalah dengan sesama manusia, serta
memberikan kepercayaan penuh terhadaporang yang sudah diberi amanah dalam
melakukan tugasnya. kaitan pengendalian internal dengan pencegahan fraud
mengenai pemberian kepercayaan untuk menelusuri, mencatat transaksi, serta
pemberian sanksi terdapat dalam Qs. Al- Baqarah :283.
“Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu'amalah tidak secara tunai)
sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang
tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang). Akan tetapi jika sebagian
kamu mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang dipercayai itu
menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah
Tuhannya; dan janganlah kamu (para saksi) menyembunyikan persaksian. Dan
30
barangsiapa yang menyembunyikannya, maka sesungguhnya ia adalah orang
yang berdosa hatinya; dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”
(Qs. Al-Baqarah:283)
3. Fraud (Kecurangan)
Kecurangan merupakan perbuatan yang dilarang dalam Islam, karena akan
merugikan pihak lain, dan membenarkan perbuatan curang yang dilakukan adalah
benar, padahal Allah berfirman dalam Qs. Al-Baqarah : 188, bahwa Allah
melarang mengambil harta secara bathil, kaitan dalam hal ini adalah perbuatan
fraud, seperti korupsi, engambilan aset secara ilegal, dan kecurangan laporan
keuangan.
“Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain
di antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa
(urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian
daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu
mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 188)
Apapun yang dikerjakan oleh manusia Allah maha meliha, mengawasi dan
megetahui. sehingga tak ada alasan seseorang atau sekelompok orang ntuk
melakukan kecurangan “Padahal sesungguhnya bagi kamu ada (malaikat-
malaikat) yang mengawasi (pekerjaanmu), yang mulia (di sisi Allah) dan
mencatat (pekerjaan-pekerjaanmu itu), mereka mengetahui apa yang kamu
kerjakan “ (Qs. Al-Infithar : 20-22).
31
Cara menghilangkan perilaku seseorang untuk melakukan kecurangan,
Perusahaan perlu untuk menerapkan aturan dan kebijakan pencegahan
kecurangan, serta saling memotivasi untuk menyebarkan kebaikan. Hal ini sesuai
dengan firman Allah dalam Qs. Ali Imran: 104 “Dan hendaklah ada di antara
kalian segolongan umat yang mengajak (manusia) kepada kebaikan, menyeru
kepada yang ma'ruf dan mencegah kemungkaran, dan mereka itulah orang-orang
yang beruntung”
2.2 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu adalah penelitian yang menjadi sumber rujukan bagi
peneliti untuk melakukan kajian penelitian secara mendalam mengenai peran
internal audit dan pengendalian internal dengan pencegahan fraud. Penelitian
terdahulu yang masih relevan sebagai berikut:
Dalam penelitian yang dilakukan oleh (Gusnardi, 2009) adalah terdapat
pengaruh antara Peran Komite Audit, Pengendalian Internal, Audit Internal dan
GCG terhadap Pencegahan Kecurangan, artinya peran maksimal dari audit
internal dan pengendalian internal dapat mencegah dari suatu kecurangan atau
fraud dalam perusahaan. Hubungan peran iternal audit, pengendalian internal
dalam penelitian ini memiliki hubungan positif yang signifikan dan dapat menjadi
rujukan bahwasanya jika diterapkan di perbankan khususnya perbankan syariah
dapat mencegah terjadi nya kecurangan.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh (Yuniarti, 2017) yang berjudul “The
effect of internal control and anti-fraud awareness on fraud prevention (A survey
32
on inter-governmental organizations)” menunjukkan bahwa terdapat pengaruh
yang signifikan antara pengendalian internal terhadap pencegahan kecurangan.
Dijabarkan pula bahwa hubungan internal control dengan pencegahan fraud
berhubungan positif signifikan sebesar 0,741
Dalam Penelitian yang dilakukan oleh (T, .CA, & Riska Natariasari,
2014), yang berjudul “Pengaruh Peran Audit Internal Terhadap Pencegahan
Kecurangan” menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang siginfikan antara peran
audit internal terhadap pencegahan kecurangan dengan melalui uji t, dimana ttabel
sebesar 2,010 lebih kecil daripada thitung sebesar 6,695, berhubungan positif
antara internal audit dengan pencegahan kecurangan.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh (Essa Dianca Marsandy, 2018)
Peran Audit Internal berpengaruh positif dan signifikan terhadap Pencegahan
Fraud, hal ini dikarenakan nilai T statistic (10.868) > nilai t-statistik (1.65).
2.3 Kerangka Pemikiran
Menurut Surat Keputusan Ketua Bapepam dan Lembaga Keuangan
Nomor: Kep-496/BL/2008 dikutip dalam jurnal (Meikhati & Rahayu, 2015),
internal audit adalah kegiatan pemberian kepercayaan dan konsultasi yang bersifat
objektif dan independen dengan cara mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas
manajemen risiko, pengendalian, dan proses tata kelola perusahaan yang baik,
oleh karena itu peran internal audit sangatlah penting. Untuk melihat apakah
internal audit sudah berjalan dengan baik, terdapat Standar Profesional Audit
Internal (SPAI) Menurut Hiro Tugiman (2006), yaitu independensi, kemampuan
33
profesional, lingkup pekerjaan, Pelaksanaan kegiatan pemeriksan, dan Manajemen
bagian internal.
Menurut Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) (dikutip dalam buku
Amin Widjaja Tunggal (2009:77), pengendalian internal adalah pelaksanaan yang
dilakukan oleh dewan komisaris, manajemen, dan personel lain yang bertujuan
untuk memberikan kepercayaan tentang kebenaran laporan keuangan, efektivitas
dan efisiensi operasi serta kesesuaian terhadap hukum yang berlaku. Teori
komponen pengendalian internal dikembangkan oleh COSO (Commitee of
Sponsoring Organization of The Treadway Commision) yang dididirikan pada
tahun 1986, yaitu lingkungan pengendalian, penaksiran resiko, aktivitas
pengendalian, informasi dah komunikasi, serta pemantauan.
Menurut Tugiman (2006), apabila seluruh indikator (SPAI) terpenuhi, maka
peran internal audit berjalan optimal, sehingga Menurut Laporan “2002 Report to
Nation on Occupnational Fraud and Abuses” dikutip dalam jurnal (T, Dr.
Andreas, & Riska Natariasari, 2014) menjelaskan bahwasanya kinerja internal
audit yang efektif dapat menurunkan tindakan fraud sebanyak 35 %, hal ini sangat
penting mengingat peran internal audit yang sangat besar dalam pencegahan
kecurangan. Peran internal audit dalam ruang lingkup independensi yang
melaksanakan tanggungjawab nya dengan bebas tidak terikat, lalu pengupayaan
pencapaiam kemampuan internal audit, lingkup pekerjaan yang memanfaatkan
pelaksanaan kerja secara kolektif, pengkomunikasian hasil temuan, serta
pemeriksan dan pelaksanaan yang menggunakan kemampuan profesional nya
dalam mendeteksi kecurangan memiliki hubungan dengan pencegahan
34
kecurangan, semakin tinggi peran internal audit maka pencegahan kecurangan
akan terus meningkat.
Menurut Toray (2012) dikutip dalam (Meikhati & Rahayu, 2015), ,
manajemen percaya untuk mengawasi operasional dan menjaga harta diperlukan
sehingga dalam peneltian yang dilakukan oleh (Yuniarti, 2017), apabila
menerapkan komponen pengendalian internal, maka akan mampu meningkatkan
pencegahan fraud. Hal ini menunjukkan pengendalian internal dengan pencegahan
fraud memiliki hubungan yang lurus atau positif.
Berdasarkan penelitian terdahulu yang masih relevan, maka dibuatlah
gambar kerangka pemikiran untuk memperjelas ide dan tujuan penelitian sebagai
berikut:
35
Gambar 2. 1 Kerangka Pemikiran
Peran Internal audit (X1)
1. Independency
2. Kemampuan
profesional
3. Lingkup pekerjaan
4. Pelaksanaan kegiatan
pemeriksaan
5. Manajemen internal
audit
Pengendalian Internal (X2)
1. Lingkungan
pengendalian
2. Penaksiran resiko
3. Aktivitas pengendalian
4. Sistem informasi dan
komunikasi
5. Pemantauan
Pencegahan fraud atau pencegahan
kemungkinan seseorang untuk
melakukan kecurangan
1. Investigasi latar pekerja
2. Membuat pelatihan anti
kecurangan.
3. Mengevaluasi kinerja dan
program kompensasi.
4. Mengatur dan mengontrol
pegawai yang keluar dari
Perusahaan.
5. Pembatasan wewenang