bab ii tinjauan pustaka 2.1 tinjauan pustaka 1. keselamatan...

27
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 1. Keselamatan Berkendara Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, keselamatan adalah suatu keadaan aman, dalam kondisi aman secara fisik, sosial, spiritual, finansial, politis, emosional pekerjaan, psikologi ataupun pendidikan dan terhindar dari ancaman terhadap faktor-faktor tersebut dan untuk mencapai hal ini, dapat dilakukan perlindungan terhadap suatu kejadian yangmemungkinkan terjadinya kerugian ekonomis atau kesehatan. Sedangkan dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan menjelaskan bahwa yang dimaksud Keselamatan adalah suatu keadaan terhindarnya setiap orang dari resiko kecelakaan selama berlalu lintas yang disebabkan oleh manusia, kendaraan, jalan, dan/atau lingkungan. Berkendara dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah : a. Duduk diatas sesuatu yg dinaiki, ditunggangi, (seperti kuda atau kereta), pangeran datang - seekor kuda putih; b. Menaiki (menumpang) suatu alat tunggangan (tumpangan), aturan-perlu dipatuhi untuk keselamatan penumpang c. Menjalankan kendaraan, mobil, motor. Berdasarkan Undang undang RI nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, keselamatan lalu lintas dan angkutan jalan adalah suatu keadaan terhindarnya setiap orang dari resiko kecelakaan selama berlalu lintas yang disebabkan oleh manusia, kendaraan, jalan, atau lingkungan. Dalam penelitian Novita Chrussiawati, 2015, Keselamatan Berkendara (Safety Riding) adalah suatu usaha yang dilakukan dalam meminimalisir tingkat bahaya dan memaksimalkan keamanan dalam berkendara, demi menciptakan suatu kondisi, dimana kita berada pada titik yang tidak membahayakan pengendara lain dan menyadari kemungkinan bahaya yang dapat terjadi di sekitar

Upload: others

Post on 22-Jul-2021

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 1. Keselamatan …repository.stimart-amni.ac.id/442/2/BAB DUA.pdf · Dalam kondisi hujan pandangan pengendara sangat terbatas, sehingga

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka

1. Keselamatan Berkendara

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, keselamatan adalah suatu keadaan

aman, dalam kondisi aman secara fisik, sosial, spiritual, finansial, politis,

emosional pekerjaan, psikologi ataupun pendidikan dan terhindar dari ancaman

terhadap faktor-faktor tersebut dan untuk mencapai hal ini, dapat dilakukan

perlindungan terhadap suatu kejadian yangmemungkinkan terjadinya kerugian

ekonomis atau kesehatan. Sedangkan dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun

2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan menjelaskan bahwa yang dimaksud

Keselamatan adalah suatu keadaan terhindarnya setiap orang dari resiko

kecelakaan selama berlalu lintas yang disebabkan oleh manusia, kendaraan, jalan,

dan/atau lingkungan.

Berkendara dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah :

a. Duduk diatas sesuatu yg dinaiki, ditunggangi, (seperti kuda atau kereta),

pangeran datang - seekor kuda putih;

b. Menaiki (menumpang) suatu alat tunggangan (tumpangan), aturan-perlu

dipatuhi untuk keselamatan penumpang

c. Menjalankan kendaraan, mobil, motor.

Berdasarkan Undang – undang RI nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas

dan Angkutan Jalan, keselamatan lalu lintas dan angkutan jalan adalah suatu

keadaan terhindarnya setiap orang dari resiko kecelakaan selama berlalu lintas

yang disebabkan oleh manusia, kendaraan, jalan, atau lingkungan.

Dalam penelitian Novita Chrussiawati, 2015, Keselamatan Berkendara

(Safety Riding) adalah suatu usaha yang dilakukan dalam meminimalisir tingkat

bahaya dan memaksimalkan keamanan dalam berkendara, demi menciptakan

suatu kondisi, dimana kita berada pada titik yang tidak membahayakan

pengendara lain dan menyadari kemungkinan bahaya yang dapat terjadi di sekitar

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 1. Keselamatan …repository.stimart-amni.ac.id/442/2/BAB DUA.pdf · Dalam kondisi hujan pandangan pengendara sangat terbatas, sehingga

8

kita serta pemahaman akan pencegahan dan penanggulangnnya. Implementasi dari

pengertian diatas yaitu bahwa disaat kita mengendarai kendaraan, haruslah

tercipta suatu landasan pemikiran yang mementingkan dan sangat mengutamakan

keselamatan, baik diri sendiri maupun bagi orang lain.

Untuk itu, berangkat dari dasar pemikiran keselamatan berkendara tersebut,

para pengendara haruslah menyadari arti dan pentingnya keselamatan berkendara,

hal ini bisa dicontohkan dengan semakin meningkatnya kecelakaan di jalan raya

dan berbagai kejadian kecelakaan yang terjadi disebabkan oleh berbagai kasus.

Walau terasa sangat sulit untuk menumbuhkannya, namun pemikiran yang

mengutamakan keselamatan tersebut haruslah merupakan kesadaran dari diri

sendiri yang terbentuk dan dibangun dari dalam hati untuk melaksanakan segala

aktifivitas yang mendasar pada safety riding. Bila dasar pemikiran safety riding

telah dimiliki maka akan dengan mudah setiap hal yang berkaitan dengan safety

riding diterapkan, baik dimulai dari diri sendiri maupun diterapkan kepada orang

lain.

2. Konsentrasi Berkendara

Dalam kamus besar bahasa indonesia konsentrasi adalah pemusatan

perhatian atau pikiran pada suatu hal, pemusatan tenaga, kekuatan, pasukan, dan

sebagainya di suatu tempat ada pasukan di daerah perbatasan, pemusatan beberapa

penerbitan dalam satu kekuasaan, persentase kandungan bahan di dalam satu

larutan.

Mengkaji aturan yang ada, yaitu pasal 283 pasal 106 ayat 1 Undang –

undang Nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ),

melakukan kegiatan saat mengemudi yang mengganggu konsentrasi baik itu

menggunakan ponsel, mabuk, menggunakan narkoba dan mengantuk tetap

dikenakan sangsi pidana. “Setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor

di jalan secara tidak wajar dan melakukan kegiatan lain atau dipengaruhi oleh

suatu keadaan mengakibatkan gangguan konsentrasi dalam mengemudi di jalan

sebagaimana dimaksud dalam pasal 106 ayat (1) dipidana dengan pidana

kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau denda paling banyak Rp 750.000,00

(tujuh ratus lima puluh ribu rupiah)“, UU No. 22 tahun 2009 Pasal 283.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 1. Keselamatan …repository.stimart-amni.ac.id/442/2/BAB DUA.pdf · Dalam kondisi hujan pandangan pengendara sangat terbatas, sehingga

9

Konsentrasi saat berkendara menjadi faktor vital sekaligus krusial yang

harus dijaga. Hilang konsentrasi dalam hitungan detik saja bisa menyebabkan

kecelakaan fatal di jalan raya. Pengalih konsentrasi berkendara mencakup tiga

faktor, yaitufaktor visual yang mengalihkan mata dari jalan, faktor manual yang

menyebabkan tangan lepas dari kemudi, danfaktor kognitif yaitu ketika pikiran

melayang ke berbagai hal.

Karena itu kenali faktor – faktor yang dapat mengurangi konsentrasi

berkendara. Dalam penelitian Marsaid, M. Hidayat, Ahsan, 2013 hal – hal yang

dapat menggangu konsentrasi berkendara adalah sebagai berikut :

a. Lengah

Pengendara yang lengah memang menyebabkan terjadinya kecelakaan yang

dapat menimbulkan korban meninggal. Hal ini karena pengendara yangsedang

lengah mengemudikan kendaraannya terjadi penurunan konsentrasi dan sikap

responsifbilitas dalam berkendara. Ditambah lagi jika mengemudi dengan

kecepatan tinggi. Kondisi seperti ini dapat menyebabkan korban sampai

meninggal dunia.

b. Mengantuk

Pengendara yang mengantuk pada umumnya disebabkan karena kurang

istirahat, misalnya kerja lembur dan belum sempat tidur namun memaksakan

pulang dengan mengendarai motornya. Faktor mengantuk dapat juga disebabkan

karena pengendara sepeda motor terus menerus menghirup gas karbon dari hasil

pembakaran kendaraan lain. Hasil pembakaran kendaraan bermotor mengandung

karbon yang dapat mempengaruhi daya kerjaotak sehingga menimbulkan efek

mengantuk. (Raymond, 2008).

c. Kelelahan

Faktor kelelahan merupakan salah satu faktor penyebab kecelakaan,

kelelahan dapat mengurangi kemampuan pengemudi dalam mengantisipasi

keadaan lalu lintas dan mengurangi konsentrasi dalam berkendara. Suma’mur

(2009) mengungkapkan, katalelah (fatigue) menunjukkan keadaan tubuh fisik dan

mental yang berbeda, tetapi semuanya berakibat kepada penurunan daya kerja dan

berkurangnya ketahanan tubuh. Menurut Suma’mur (2009), tanda-tanda yang ada

hubungannya dengan kelelahan, antara lain : perasaan berat dikepala, menjadi

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 1. Keselamatan …repository.stimart-amni.ac.id/442/2/BAB DUA.pdf · Dalam kondisi hujan pandangan pengendara sangat terbatas, sehingga

10

lelah seluruh badan, menguap, merasa kacau pikiran, mengantuk, merasa berat

padamata, merasa susah berfikir, tidak dapat berkonsentrasi, tidak dapat

memfokuskan perhatian terhadap sesuatu, dan merasa kurang sehat.

d. Mabuk

Seseorang dalam keadaan mabuk akan kehilangan pengendalian diri,

gerakan tubuh tidak terkoordinasi, pandangan kabur, berbicara tidak jelas dan

hilang kesadaran. Oleh karena itu, sangat berbahaya jika mengemudikan

kendaraan dalam keadaan terpengaruh alkohol karena akan mengganggu

konsentrasi, penilaian, penglihatan dan koordinasi. (Ditjen Perhubungan Darat

2006).

e. Tidak tertib

Pelanggaran yang sering terjadi dilapangan adalah pengendara mengebut

karena terburu-buru ingin sampai tempat tujuan dengan mengambil jalur pada

arah yang berlawanan sehingga beresiko membahayakan pihak lawan.

Pelanggaran terhadap rambu danlampu lalu lintas juga turut berperan dalam

menyebabkan kecelakaan lalu lintas. Hal ini menyebabkan kurangnya public

safety awareness yang dimiliki masyarakat sehingga menyebabkan masyarakat

tidakmengutamakan keselamatan dan lebih banyak mengutamakan kecepatan dan

faktor ekonomi dalam berlalu lintas. (Dephub RI, 2008)

f. Tidak terampil

Faktor pengendara tidak terampil merupakan pengendarayang tidak mampu

mengendalikan kendaraannya segingga menimbulkan kecelakaan, seperti tidak

berjalan sesuai jalurnya atau terlalu kekanan, tidak menjaga jarak aman. Oleh

karena itu, dalam berkendara diperlukan latihan dan pengalaman dalam

berkendara sehingga memiliki ketrampilan alamiah menghadapi bermacam-

macam situasi lalu lintas.

g. Kecepatan tinggi

Kecepatan tinggi akan meningkatkan peluang terjadinya kecelakaan dan

tingkat keparahan dari konsekuensi kecelakaan tersebut. Kecepatan yang

berlebihan adalah kecepatan yang lebih tinggi dari kecepatan yang dimungkinkan

atau diizinkan oleh kondisi lalu lintas dan jalan. Hal ini memberikan pengertian

yang sangat relatif bagi pengemudi, dan sesungguhnya batas kecepatan tidak akan

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 1. Keselamatan …repository.stimart-amni.ac.id/442/2/BAB DUA.pdf · Dalam kondisi hujan pandangan pengendara sangat terbatas, sehingga

11

diperlukan seandainya pengemudi dapatmenyesuaikan dengan kondisi di lapangan

tanpa adanya peraturan kecepatan.

3. Kondisi Jalan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, yang dimaksud Kondisi adalah

persyaratan atau keadaan. Sedangkan Jalan adalah seluruh bagian jalan, termasuk

bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukan bagi lalu lintas

umum yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah

permukaan tanah dan / air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan rel dan jalan

kabel. (UU No. 22 Tahun 2009).

Kondisi jalan adalah keadaan jalan, lebar jalan, naik turun dan kemiringan

jalan, kualitas jalan, berlubang atau bergelombangnya jalan. Banyak hal yang

mempengaruhi kecelakaan dijalan raya yang disebabkan oleh jalan. Dalam

penelitianMarsaid, M. Hidayat, Ahsan, 2013 indikator yang menyebabkan

kecelakaan di jalan raya yang dipengaruhi faktor jalan adalah :

a. Jalan berlubang

Jalan berlubang adalah kondisi dimana permukaan jalan tidak rata akibat

adanya cekungan ke dalam yang memiliki kedalaman dan diameter yang tidak

berpola, ini disebabkan sistem pelapisan yang kurang sempurna. Banyak jalan

berlubang yang memiliki diameter serta kedalaman yang cukup besar, hal ini

sangat beresiko menyebabkan sepeda motor kehilangan keseimbangan ketika

melewatinya, jika pengendara kurang terampil menguasai keadaan, sepeda motor

dapat oleng dan terjatuh. Tingkat keparahan yang ditimbulkan akibat kecelakaan

karena jalan berlubang cukup parah bergantung pada model kecelakaan dan

lubang yang ada.

b. Jalan rusak

Jalan rusak berbeda dengan jalan berlubang, jalan rusak yaitu kondisi

dimana permukaan jalan tidak mulus yang disebabkan karena jalan belum diaspal,

jalan yang terdapat bebatuan, kerikil atau material lain yang berada di permukaan

jalan aspal yang sudah mengalami kerusakan. Jalan rusak menyebabkan

pengendara sulit mengendarai, mengendalikan dan menyeimbangkankendaraan.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 1. Keselamatan …repository.stimart-amni.ac.id/442/2/BAB DUA.pdf · Dalam kondisi hujan pandangan pengendara sangat terbatas, sehingga

12

c. Jalan licin / basah

Pada umumnya jalan yang licin /basah disebabkan karena air hujan,namun

ada juga yang disebabkan faktor lain seperti tumpahan oli kendaraan. Jalan yang

basah atau licin erat kaitannya dengan hujan.Jika ditelaah lebih mendalam

kecelakaan yang disebabkan jalan yang basah/licin sebenarnya tidak berdiri

sendiri, hal ini berhubungan dengan beberapa faktorpenyebab lainnya contohnya

faktor pengendara dan kondisi kendaraan terutama performa ban. Ban

yangpermukaannya sudah halus atau tipis ketika bertemu dengan jalan yang licin

tidak akan menimbulkan daya gesek antara ban dan jalan, sehingga beresiko

tinggi terpeleset.

d. Lampu jalan tidak ada

Pada malam hari pengendara sepeda motor mengalami kesulitan melihat

pengendara lain dengan jelas. Bahkan dengan bantuan lampu depan sekalipun,

pengendara seringkali mengalami kesulitan untuk mengetahui kondisi jalan

ataupun sesuatu yang ada dijalan. Untuk itu dibutuhkan bantuan lampu

penerangan jalan. Penerangan jalan adalah lampu yang disediakan bagi pengguna

jalan.

e. Jalan menikung

Jalan yang memiliki tikungan tajam adalah jalan yang memiliki kemiringan

sudut belokan kurang dari atau lebih dari 180 derajat. Untuk melewati kondisi

jalan tersebut dibutuhkan keterampilan dan teknis khusus dalam berkendara agar

tidak hilangnya kendali pada kendaraan yang berakibat jatuh dan menyebabkan

terjadinya kecelakaan lalu lintas. Tikungan yang tajam juga dapat menghalangi

pandangan pengendara atau menutupi rambu lalu lintas.

f. Hujan

Cuaca yang buruk seperti hujan mempengaruhi kelancaran berlalu lintas

dan memicu kecelakaan lalu lintas. Dalam kondisi hujan pandangan pengendara

sangat terbatas, sehingga mudah sekali terjadi kesalahan antisipasi. Selain itu

hujan mengakibatkan jalan menjadi basah dan licin yangjuga merupakan faktor

penyebab kecelakaan lalu lintas. Hal-hal lain yang dapat memicu kecelakaan saat

cuaca hujan adalah jika pengendara tidak hati-hati. Hujan juga mempengaruhi

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 1. Keselamatan …repository.stimart-amni.ac.id/442/2/BAB DUA.pdf · Dalam kondisi hujan pandangan pengendara sangat terbatas, sehingga

13

kerja kendaraan seperti jarak pengereman menjadi lebih jauh, jalan menjadi lebih

licin, dan jarak pandang menjadi lebih pendek karena lebatnya hujan.

Ditinjau dari sisi penyediaan (supply), keberadaan jaringan jalan yang

terdapat dalam suatu kota sangat menentukan pola jaringan pelayanan angkutan

umum. Karakteristik jaringan jalan meliputi jenis jaringan, klasifikasi, kapasitas,

serta kualitas jalan.

1. Jenis jaringan jalan

Beberapa jenis ideal jaringan jalan (Morlok, 1978 : 682) adalah jaringan jalan

grid (kisi-kisi), radial, cincin-radial, spinal (tulang belakang), heksagonal, dan

delta. Gambar berikut menggambarkan jenis jaringan jalan tersebut :

Gambar : 2.1

Jenis jaringan jalan

Sumber : Morlok (1978:684)

2. Klasifikasi Jalan

Jalan mempunyai suatu sistem jaringan jalan yang mengikat dan

menghubungkan pusat-pusat pertumbuhan dengan wilayah yang berada

dalam pengaruh pelayanannya dalam suatu hubungan hirarki. (Setijowarno

dan Frazila, 2001: 107) Menurut peranan pelayanan jasa distribusinya, sistem

jaringan jalan terdiri dari :

a. Sistem jaringan jalan primer, yaitu sistem jaringan jalan dengan peranan

pelayanan jasa distribusi untuk pengembangan semua wilayah di tingkat

nasional dengan semua simpul jasa distribusi yang kemudian berwujud

kota.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 1. Keselamatan …repository.stimart-amni.ac.id/442/2/BAB DUA.pdf · Dalam kondisi hujan pandangan pengendara sangat terbatas, sehingga

14

b. Sistem jaringan jalan sekunder, yaitu sistem jaringan jalan dengan

peranan pelayanan distribusi untuk masyarakat di dalam kota.

Pengelompokkan jalan berdasarkan peranannya dapat digolongkan

menjadi :

1. Jalan arteri, yaitu jalan yang melayani angkutan jarak jauh dengan

kecepatan rata-rata tinggi dan jumlah jalan masuk dibatasi secara efisien.

Arteri primer sendiri terbagi menjadi dua yaitu :

a. Jalan arteri primer

Ruas jalan yang menghubungkan antar kota jenjang kesatu yang

berdampingan atau menghubungkan kota jenjang kesatu dengan kota

jenjang kedua.

Karakteristik jalan arteri primer adalah :

1. Didesain berdasarkan kecepatan 60 km / jam

2. Lebar daerah manfaat jalan minimal 11 meter

3. Jumlah jalan masuk / akses langsung minimal 500 meter, jarak

antara akses lahan langsung berupa kapling luas lahan harus diatas

1000 m2 dengan pemanfaatan untuk perumahan.

4. Persimpangan jalan diatur dengan pengaturan tertentu yang sesuai

dengan volume lalu lintas, marka jalan, lampu lalu lintas, lampu

penerangan jalan.

5. Mempunyai 4 lajur lalu lintas atau lebih dan seharusnya dilengkapi

dengan median

6. Apabila persyaratan jarak akses jalan dan atau akses lahan tidak

dapat dipenuhi, maka pada jalan arteri primer harus disediakan

jalur lambat (frontage road) dan juga jalur khusus untuk kendaraan

tidak bermotor (sepeda, becak, dan lainnya).

b. Jalan arteri sekunder

Ruas jalan yang menghubungkan antar kota kedua dengan kota

jenjang kedua, atau kota jenjang kesatu dengan kota jenjang ketiga.

Karakteristik jalan arteri sekunder adalah :

1. Lebar badan jalan tidak kurang dari 11 meter.

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 1. Keselamatan …repository.stimart-amni.ac.id/442/2/BAB DUA.pdf · Dalam kondisi hujan pandangan pengendara sangat terbatas, sehingga

15

2. Dirancang berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 30 km /

jam.

3. Akses langsung dibatasi tidak boleh lebih pendek dari 250 meter.

4. Kendaraan angkutan barang ringan, bus untuk pelayanan kota dapat

diijinkan

5. Persimpangan pada jalan arteri sekunder diatur dengan pengaturan

tertentu yang sesuai dengan volume lalu lintasnya.

6. Lokasi berhenti dan parkir pada badan jalan sangat dibatasi dan

seharusnya tidak diijinkan pada jam sibuk

7. Harus mempunyai perlengkapan jalan yang cukup seperti rambu,

lampu pengatur lalu lintas, lampu jalan, dan lain – lain.

8. Dianjurkan tersedianya jaur khusus yang dapat digunakan untuk

sepeda dan kendaraan lambat lainnya.

9. Jarak selang dengan kelas jalan yang sejenis lebih besar dari jarak

selang dengan kelas jalan yang lebih rendah.

2. Jalan kolektor, yaitu jalan yang melayani angkutan pengumpulan dan

pembagian dengan ciri-ciri merupakan perjalanan jarak dekat dengan

kecepatan rata-rata rendah dan jumlah jalan masuk dibatasi.

3. Jalan lokal, yaitu jalan yang melayani angkutan setempat dengan ciri-ciri

perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah dengan jumlah jalan

masuk tidak dibatasi.

Berdasarkan wewenang pembinaan jalan, menurut Peraturan Pemerintah

No. 38 Tahun 2004, klasifikasi jalan berdasarkan pembinaan jalan terbagi atas :

1. Jalan Nasional

Yang termasuk jalan nasional, jalan arteri primer yang menghubungkan

antar ibu kota provinsi dan jalan lainnya yang mempunyai nilai strategis

terhadap kepentingan nasional.

2. Jalan Provinsi

Yang termasuk jalan provinsi adalah :

a. Jalan kolektor primer

Jalan yang menghubungkan ibu kota provinsi dengan dengan ibu

kota kabupaten / kota.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 1. Keselamatan …repository.stimart-amni.ac.id/442/2/BAB DUA.pdf · Dalam kondisi hujan pandangan pengendara sangat terbatas, sehingga

16

b. Jalan kolektor sekunder

Jalan yang menghubungkan antar ibu kota kabupaten / kota.

c. Jalan lain yaitu yang mempunyai kepentingan strategis terhadap

kepentingan provinsi.

d. Jalan dalam daerah khusus ibu kota yang tidak termasuk jalan

nasional.

Penetapan status suatu jalan sebagai jalan provinsi dilakukan

berdasarkan keputusan menteri dalam negeri atas usul pemerintahan yang

bersangkutan dengan memperhatikan keputusan menteri.

3. Jalan Kabupaten

Yang termasuk jalan kabupaten adalah :

a. Jalan kolektor primer yang tidak termasuk jalan nasional.

b. Jalan lokal primer.

c. Jalan sekunder dan jalan lainnya yang tidak termasuk kelompok

jalan nasional.

Penetapan status suatu jalan sebagai jalan kabupaten dilakukan

dengan keputusan Gubernur , atas usul pemerintah kota yang

bersangkutan.

4. Jalan Kota

Yang termasuk dalam jalan kota adalah jaringan jalan sekunder di

dalam kota. Penetapan status suatu ruas jalan arteri sekunder atau ruas –

ruas jalan kolektor sekunder sebagai jalan kolektor sekunder, sebagai

jalan kota, dilakukan dengan keputusan Wali Kota yang bersangkutan.

Berdasarkan Kelas Jalan :

Klasifikasi menurut kelas jalan berkaitan dengan kemapuan untuk

memerima beban lalu lintas, dinyatakan dalam muatan sumbu terberat (

MST ) dalam satuan ton, Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 1993

Tentang Prasarana dan Lalu Lintas pada bagian kelas jalan jaringan

trayek dan jaringan lalu lintas menyebutkan mengenai kelas jalan sebagai

berikut :

1. Jalan Kelas I.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 1. Keselamatan …repository.stimart-amni.ac.id/442/2/BAB DUA.pdf · Dalam kondisi hujan pandangan pengendara sangat terbatas, sehingga

17

Yaitu jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk

muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2,5 meter, ukuran

panjang tidak melebihi 18 meter dan muatan sumbu terberat yang

diijinkan lebih besar dari 10 ton.

2. Jalan Kelas II.

Yaitu jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk

muatan dengan ukuaran lebar tidak melebihi 2,5 meter, ukuran

panjang tidak melebihi 18 meter, dan muatan sumbu terberat yang

diijinkan lebih besar dari 10 ton.

3. Jalan Kelas IIIA.

Yaitu jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk

dengan ukuran lebar tidak melebihi 2,5 meter, ukuran panjang tidak

melebihi 18 meter, dan muatan sumbu terberat yang diijinkan lebih

besar dari 8 ton.

4. Jalan Kelas IIIB.

Yaitu jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk

muatan dengan ukuran lebar tidak melabihi 2,5 meter, ukuran

panjang tidak melebihi 12 meter dan muatan sumbu terberat yang

diijinkan lebih besar dari 8 ton.

5. Jalan Kelas IIIC.

Yaitu jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk

muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2,1 meter, ukuran

panjang tidak melebihi 9 meter, dan muatan sumbu terberat yang

diijinkan lebih besar dari 8 ton.

4. Pengguna Jalan

Pengguna jalan adalah orang yang menggunakan jalan untuk berlalu lintas

(UU No.22 Tahun 2009). Ketentuan – ketentuan pengguna jalan pada dasarnya

menyangkut pengaturan kecepatan maksimal bagi kendaraan dan larangan

terhadap kegiatan yang dianggap mengganggu kelancaran lalu lintas.

Di dalam pelaksanaannya pengguna jalan dilarang untuk memakainya

dengan cara – cara yang dapat merintangi, membahayakan kebebasan atau

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 1. Keselamatan …repository.stimart-amni.ac.id/442/2/BAB DUA.pdf · Dalam kondisi hujan pandangan pengendara sangat terbatas, sehingga

18

keamanan lalu lintas, atau hal – hal yang menimbulkan kerusakan pada jalan

tersebut. Ketentuan – ketentuan itu juga memuat larangan – larangan dan

keharusan yang mengatur pengguna jalan.

1. Larangan

Larangan yang harus dipatuhi oleh semua pengguna jalan adalah sebagai

berikut : (Soerjanto Soekanto, 2000 :73)

a. Berjalan di sebelah kanan jalur lalu lintas yang bukan diperuntukan untuk

jalan orang.

b. Berhenti di jalan lalu lintas yang bukan diperuntukan untuk orang.

c. Berhenti di jalur lalu lintas yang berupa tikungan persimpangan atau

jembatan.

d. Jalan terus apabila dilarang oleh suatu alat pengatur lalu lintas. Misalnya

di perempatan traffict ligth (lampu lalu lintas).

e. Jalan terus apabila melewati tanda pada atas jalan apabila ada tanda

perintah berhenti.

f. Berjalan samping menyamping.

g. Memarkirkan kendaraan di tempat lain selain dari di sebelah kiri dan

atau tempat khusus parkir kendaraan.

h. Memberhentikan kendaraan di jalan lalu lintas disuatu tempat dengan

cara sengaja, sehingga tidak cukup tempat bagi kendaraan lain untuk

lewat.

i. Melewati atau memotong suatu kendaraan yang berjalan pada jurusan

yang sama.

j. Mempercepat kendaraan waktu lewat.

k. Melewati kereta atau trem yang berhenti di jalur lalu lintas untuk

menurunkan atau menaikkan penumpang pada sebelah tempat

menurunkan atau menaikkan itu (kecuali jika ada bukti pelarian trotoar

atau ada jalur aman di permukaan jalan).

l. Keluar ke jalan dari halaman atau lapangan yang letaknya di tepi jalan,

apabila jalan tersebut tidak bebas.

m. Melewati bukit lalu lintas dari sebelah kanan.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 1. Keselamatan …repository.stimart-amni.ac.id/442/2/BAB DUA.pdf · Dalam kondisi hujan pandangan pengendara sangat terbatas, sehingga

19

n. Bagi pemakai jalan yang memerlukan pertolongan atau cacat berada di

luar jalur lalu lintas kendaraan apabila tidak disertai pengiring.

o. Bagi pemakai jalan berada di jalan lalu lintas selain dari yang ditetapkan

untuk dia atau nyata disediakan untuk dia dan waktu menyeberangi jalan

tersebut.

p. Golongan pemakai jalan yang telah diijinkan memakainya. Mengadakan

atau mempunyai alat di jalan, di tepi jalan atau diatas jalan yang dapat

memberikan syarat atau tanda yang sangat menyerupai tanda pengaturan

lalu lintas, sehingga menimbulkan timbulnya kekalutan atau kekeliruan.

2. Keharusan

Yang wajib dilakukan oleh pemakai jalan adalah sebagai berikut: (Soerjanto

Soekanto, 2000 :73)

a. Pengemudi kendaraan yang bukan kendaraan bermotor diharuskan tetap

berjalan pada sebelah kiri betul di jalur lalu lintas, kecuali.

1. Jikalau keadaan jalan tidak mengijinkannya.

2. Jikalau perlu meninggalkan jalan kiri tersebut untuk melewati

pemakai – pemakai jalan yang lain, atau benda – benda.

b. Setiap orang di jalan diharuskan mendahulukan :

1. Kendaraan yang berjalan di atas rel

2. Kendaraan pemadam api

3. Kendaraan orang sakit

4. Kenderaan orang pemberi pertolongan waktu kecelakaan lalu lintas

5. Pawai penguburan

6. Barisan militer

7. Rombongan polisi pawai

8. berbaris teratur atau bersepeda berkelompok diserta pengiringnya.

9. Lalu lintas yang hidup di tempat itu, dimana dinyatakan dengan

rambu atau tanda, bahwa disana harus didahulukan lalu lintas dari

muka.

10. Ketika hendak masuk ke jalan raya datang dari jalan sampingan

kepada lalu lintas di jalan raya.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 1. Keselamatan …repository.stimart-amni.ac.id/442/2/BAB DUA.pdf · Dalam kondisi hujan pandangan pengendara sangat terbatas, sehingga

20

11. Persimpangan di jalan raya dimana menurut rambu lalu lintas di

jalan tersebut harus didahulukan.

12. Dan hal – hal lain yang didahulukan lalu lintas dari kiri, jika tibanya

di persimpangan kira – kira sama.

c. Orang harus menepi untuk orang – orang dan kendaraan – kendaraan

serta barang – barang lain yang nyata harus berada di jalan itu berhubung

dengan sesuatu pekerjaan dan juga untuk orang cacat serta orang yang

membutuhkan pertolongan.

d. Perihal kecepatan – kecepatan maksimum bagi kendaraan bermotor

antara lain ditetapkan syarat – syarat sebagai berikut :

1. Otobis dengan jumlah berat yang diperbolehkan lebih dari 2.000 kg

menjalankan kendaraannya dengan kecepatan lebih dari 50 km/jam.

2. Mobil gerobak dengan jumlah berat yang diperbolehkan lebih dari

2.000 kg menjalankan kendaraannya dengan kecepatan lebih dari 50

km/jam.

3. Otobis dan mobil bergerak dengan sebuah kereta gandengan dan

traktor dengan sebuah kereta tempelan menjalankan kendaraannya di

jalan dengan kecepatan lebih dari 40 km/jam.

4. Di beberapa jalan yang letaknya tidak di daerah perumahan kota

dapat ditetapkan.

1) Kecepatan maksimum 70 km/jam untuk otobis dan mobil

gerobak dengan jumlah berat yang diperbolehkan lebih dari

2.000 kg.

2) Kecepatan maksimum 50 km/jam untuk otobis dan mobil

gerobak dengan sebuah gandengan dan untuk traktor dengan

sebuah kereta tempelan.

e. Di daerah perumahan kota dapat ditetapkan :

1. Kecepatan maksimum 40 km/jam untuk semua atau beberapa macam

kendaraan.

2. Kecepatan maksimum 25 km/jam.

a) Di jalan tempat lalu lintas yang ramai pada jam – jam tertentu

bagi semua kendaraan.

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 1. Keselamatan …repository.stimart-amni.ac.id/442/2/BAB DUA.pdf · Dalam kondisi hujan pandangan pengendara sangat terbatas, sehingga

21

b) Untuk otobis dan mobil gerobak dengan sebuah kereta

gandengan dan untuk traktor dengan sebuah tempelan.

f. Jika keselamatan jalan menghendaki maka ambil jalur daerah perumahan

kota, dapat ditetapkan kecepatan maksimum 40 km/jam untuk semua

atau beberapa macam kendaraan dan kecepatan maksimum 25 km/jam di

luar dan di dalam daerah perumahan kota untuk otobis dan mobil gerobak

dengan jumlah berat yang diperbolehkan lebih dari 2.000 kg.

g. Selain dapat ditetapkan kecepatan maksimum 40 km dan 25 km/jam, jika

keadaan setempat menghendakinya untuk semua atau beberapa macam

kendaraan di dekat dan di atas jembatan – jembatan persimpangan –

persimpangan jalan yang berbahaya untuk lalu lintas.

5. Kepatuhan Akan Rambu Lalu Lintas

Patuh adalah menurut (perintah), taat (pada aturan), berdisiplin, gadis itu

sangat - pada agamanya, rakyatselalu - kepada pemerintah. Kepatuhan adalah

suatu kondisi yang tercipta dan berbentuk melalui proses dari serangkaian

perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan

dan ketertiban. Sikap atau perbuatan yang dilakukan bukan lagi atau sama sekali

tidak dirasakan sebagai beban, bahkan sebaliknya akan mebebani dirinya bila

mana ia tidak dapat berbuat sebagaimana lazimnya (Prijadarminto, 2003).

Kepatuhan berarti mengikuti suatu spesifikasi, standar atau hukum yang

telah diatur dengan jelas dan biasanya diterbitkan oleh lembaga atau organisasi

yang berwenang dalam suatu bidang tertentu. Lingkup suatu aturan dapat bersifat

internasional maupun nasional, misalnya standar internasional yang diterbitkan

oleh ISO (International Organization for Standardization) dan aturan – aturan

nasional seperti UU No. 22 Tahun 2009. Dalam UU No. 22 Tahun 2009 terdapat

aturan – aturan yang mengatur mengenai lalu lintas dan angkutan jalan. Apabila

para pengendara tersebut mengikuti hukum yang diatur dengan jelas di UU No. 22

Tahun 2009 maka pengendara tersebut bisa dikatakan patuh.

Dalam Keputusan Menteri No. 61 Tahun 1993 tentang Rambu Lalu Lintas

Di Jalan pasal 1 ayat (1) Rambu Lalu Lintas adalah salah satu dari perlengkapan

jalan, berupa lambang, huruf, angka, kalimat dan / atau perpaduan diantaranya

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 1. Keselamatan …repository.stimart-amni.ac.id/442/2/BAB DUA.pdf · Dalam kondisi hujan pandangan pengendara sangat terbatas, sehingga

22

sebagai peringatan, larangan, perintah atau petunjuk bagi pemakai jalan.

Pemasangan rambu pada jalan memiliki fungsi sebagai alat yang utama dalam

mengatur, memberi peringatan dan mengarahkan lalu lintas. Agar dapat berfungsi

dengan baik, perencanaan dan pemasangan rambu harus mempertimbangkan

keseragaman bentuk dan ukuran rambu, desain rambu, lokasi rambu, operasi

rambu, serta pemeliharaan rambu.

Menurut Undang – undang Republik Indonesia nomor 22 tahun 2009

(pasal 1:17) Rambu lalu lintas adalah bagian perlengkapan jalan yang berupa

lambang, huruf, angka, kalimat dan atau perpaduan yang berfungsi sebagai

peringatan, larangan perintah, atau petunjuk bagi pengguna jalan.

Agar rambu yang digunakan dapat berfungsi dengan efektif, maka rambu

tersebut harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :

a. Memenuhi kebutuhan.

b. Menarik perhatian dan mendapat respek penguna jalan.

c. Memberikan pesan yang sederhana dan mudah dimengerti.

d. Menyediakan waktu yang cukup kepada pengguna jalan dalam memberikan

respon.

Rambu sesuai dengan fungsinya dikelompokkan menjadi 4 jenis yaitu :

1. Rambu Peringatan

Rambu peringatan digunakan untuk memberikan peringatan

kemungkinan ada bahaya atau tempat berbahaya di bagian jalan

didepannya, berwarna dasar kuning dengan lambang atau tulisan

berwarna hitam dan dapat dilengkapi dengan papan tambahan.Rambu

peringatan ditempatkan dengan jarak tertentu pada sisi jalan sebelum

tempat berbahaya dan dapat diulangi dengan ketentuan jarak antara

rambu dengan awal bagian jalan yang berbahaya dinyatakan dengan

papan tambahan.

Rambu peringatan ditempatkan sekurang-kurangnya pada jarak

50 meter atau pada jarak tertentu sebelum tempat bahaya dengan

memperhatikan kondisi lalu lintas, cuaca dan keadaan jalan yang

disebabkan oleh faktor geografis, geometris, permukaan jalan, dan

kecepatan rencana jalan.Rambu peringatan memiliki dua buah bentuk

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 1. Keselamatan …repository.stimart-amni.ac.id/442/2/BAB DUA.pdf · Dalam kondisi hujan pandangan pengendara sangat terbatas, sehingga

23

berupa bujur sangkar dan empat persegi panjang.Berikut adalah jenis-

jenis rambu peringatan sesuai dengan Tabel I Keputusan Menteri

Perhubungan Nomor KM. 61 Tahun 1993 :

Gambar : 2.2

Rambu-rambu peringatan

Sumber : satlantas-polrestabes semarang

2. Rambu Larangan

Rambu larangan digunakan untuk menyatakan perbuatan yang

dilarang untuk dilakukan oleh pemakai jalan, ditempatkan sedekat

mungkin dengan titik larangan dimulai serta dapat dilengkapi dengan

papan tambahan, berwarna dasar putih dengan warna lambang hitam

atau merah. Untuk memberikan petunjuk pendahuluan pada pemakai

jalan dapat ditempatkan rambu petunjuk lain pada jarak yang layak

sebelum titik larangan dimulai.Berikut adalah jenis-jenis rambu

larangan sesuai dengan Tabel IIA Keputusan Menteri Perhubungan

Nomor KM. 61 Tahun 1993 :

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 1. Keselamatan …repository.stimart-amni.ac.id/442/2/BAB DUA.pdf · Dalam kondisi hujan pandangan pengendara sangat terbatas, sehingga

24

Gambar 2.3

Rambu-rambu larangan

Sumber : satlantas-polrestabes semarang

3. Rambu Perintah

Rambu perintah digunakan untuk menyatakan perintah yang

wajib dilakukan oleh pemakai jalan, ditempatkan sedekat mungkin

dengan titik wajib dimulai, dapat dilengkapi dengan papan tambahan,

serta dengan warna dasar biru dan lambang/tulisan berwarna putih serta

merah untuk garis serong sebagai batas akhir perintah.Untuk

memberikan petunjuk pendahuluan pada pemakai jalan dapat

ditempatkan rambu petunjuk pada jarak yang layak sebelum titik

kewajiban dimulai.

Berikut adalah jenis-jenis rambu perintah sesuai dengan Tabel IIB

Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM. 61 Tahun 1993 :

Gambar : 2.4

Rambu-rambu perintah

Sumber : satlantas-polrestabes semarang

4. Rambu Petunjuk

Rambu petunjuk digunakan untuk menyatakan petunjuk mengenai

jurusan, jalan, situasi, kota, tempat, pengaturan, fasilitas dan lain-lain

bagi pemakai jalan. Rambu petunjuk ditempatkan sedemikian rupa

sehingga mempunyai daya guna sebesar- besarnya dengan

memperhatikan keadaan jalan dan kondisi lalu lintas.

Rambu petunjuk yang menyatakan tempat fasilitas umum, batas

wilayah suatu daerah, situasi jalan, dan rambu berupa kata-kata serta

tempat khusus dinyatakan dengan warna dasar biru, sedangkan Rambu

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 1. Keselamatan …repository.stimart-amni.ac.id/442/2/BAB DUA.pdf · Dalam kondisi hujan pandangan pengendara sangat terbatas, sehingga

25

petunjuk pendahulu jurusan rambu petunjuk jurusan dan rambu penegas

jurusan yang menyatakan petunjuk arah untuk mencapai tujuan antara

lain kota, daerah/ wilayah serta rambu yang menyatakan nama jalan di

nyatakan dengan warna dasar hijau dengan lambang dan/atau tulisan

warna putih.Serta rambu petunjuk jurusan kawasan dan objek wisata

dinyatakan dengan warna dasar coklat dengan lambang dan/atau tulisan

warna putih serta dapat dinyatakan dengan papan tambahan.

Selain rambu-rambu yang disebutkan diatas, adapun yang disebut

rambu sementara. Rambu sementara adalah rambu lalu lintas yang tidak

dipasang secara tetap dan digunakan dalam keadaan dan kegiatan

tertentu. Bentuk, lambang, warna dan arti rambu juga berlaku ketentuan

untuk rambu sementara. Dan untuk kemudahan penggunaan rambu

sementara dapat dibuat portable atau variabel. Berikut adalah jenis-jenis

rambu petunjuk sesuai dengan Tabel III Keputusan Menteri

Perhubungan Nomor KM. 61 Tahun 1993.

Gambar : 2.5

Rambu-rambu petunjuk

Sumber :satlantas-polrestabes semarang

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 1. Keselamatan …repository.stimart-amni.ac.id/442/2/BAB DUA.pdf · Dalam kondisi hujan pandangan pengendara sangat terbatas, sehingga

26

5. Papan Tambahan

Papan tambahan digunakan untuk memuat keterangan yang

diperlukan untuk menyatakan hanya berlaku untuk waktu-waktu

tertentu, jarak-jarak dan jenis kendaraan tertentu ataupun perihal

lainnya sebagai hasil manajemen dan rekayasa lalu lintas.Papan

tambahan berwarna dasar putih dengan tulisan dan bingkai berwarna

hitam serta tidak boleh menyatakan suatu keterangan yang tidak

berkaitan dengan rambunya sendiri.Berikut ini adalah contoh papan

tambahan yang ditempatkan pada rambu :

Gambar : 2.6

Papan rambu tambahan

Sumber :satlantas-polrestabessemarang

2.2 Penelitian Terdahulu

Pada tabel 2.1 dijelaskan tentang penelitian terdahulu, variable penelitian,

teknik analisa serta hasil penelitian adalah sebagai berikut :

Tabel 2.1

Penelitian Terdahulu

NO Sumber Penelitian Variable Yang

Diteliti

Teknis

Analisa

Hasil

Penelitian

1. Sahabudin, Hendro

Wartatmo, Susy

Kuschitawati

dengan judul : “

Pengendara sebagai

Faktor Risiko

Terjadinya

Kecelakaan Lalu

Variabel

terikat :

Kejadian

kecelakaan

lalu lintas

Variabel bebas

: Merokok,

Penggunaan

kuantitatif. Berkendara

sambil

menggunakan

telepon seluler,

kecepatan dan

kepemilikan

SIM C

mempunyai

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 1. Keselamatan …repository.stimart-amni.ac.id/442/2/BAB DUA.pdf · Dalam kondisi hujan pandangan pengendara sangat terbatas, sehingga

27

Lintas

Sepeda Motor

Tahun 2010”

TS, Konsumsi

Obat-obatan,

Agresifitas,

Kelelahan,

Kecepatan,

Pemeriksaan

kendaraan,

Kepemilikan

SIM C

hubungan dan

sebagai faktor

risiko

terjadinya

kejadian KLL

sepeda motor.

2. Marsaid, M.

Hidayat, Ahsan.

dengan judul

“Faktor yang

berhubungan

dengan kejadian

kecelakaan lalu

lintas pada

pengendara sepeda

motor diwilayah

polres kabupaten

Malang”

Faktor yang

berhubungan

dengan

kecelakaan

(manusia,

kendaraan,

lingkungan

fisik)

Analisis

multivariat

dan univariat

Terdapat

hubungan yang

berpengaruh

manusia,

kendaraan, dan

lingkungan

terhadap

kecelakaan lalu

lintas

3. Heni Mei Darwati.

dengan judul :

“Pengaruh tingkat

kepatuhan hukum

terhadap

Tertib berlalu lintas

siswa”

Tingkat

kepatuhan

hukum

terhadap tata

tertib berlalu

lintas

Penelitian

kuantitatif

dengan

menggunakan

uji

pengaruh

antarvariabel-

variabel yang

akan diteliti.

36,1%

responden dari

36 responden

masuk dalam

kategori cukup

patuh. 21 atau

58,3%

responden dari

36

responden

masuk dalam

kategori sangat

tertib.

4.

Nur Setiaji

Pamungkas Tahun

2011, dengan judul

: “ Analisis

Karakteristik

Kecelakaan dan

Faktor – faktor

Variable yang

akan diteliti

adalah :

1.Karakteristik

jalan

2. Faktor

Penyebab

Analisis

kualitatif dan

Kuantitatif

Dari hasil

penelitian :

sebagian besar

kejadian

kecelakaan di

Surabaya

disebabkan

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 1. Keselamatan …repository.stimart-amni.ac.id/442/2/BAB DUA.pdf · Dalam kondisi hujan pandangan pengendara sangat terbatas, sehingga

28

Penyebab

kecelakaan Pada

Jalan Bebas

Hambatan

Surabaya”

Kecelakaan

3. Tingkat

Kecelakaan

oleh faktor

manusia

(63,09 %).

Faktor

kendaraan

menyumbang

sebesar (28,33

%) sedangkan

faktor jalan dan

lingkungan

menyumbang

(8,58 %),

sebagai

penyebab

terjadinya

kecelakaan di

kota Surabaya

mayoritas

kecelakaan

merupakan

jenis

kecelakaan

yang hanya

mengakibatkan

kerugian

materi yaitu

sebesar 49,79

%.

Hal ini terkait

karena rata –

rata kecelakaan

yang terjadi

adalah

kecelakaan

tunggal yaitu

sebesar 58,37

%

Sumber : Jurnal yang dipublikasikan tahun 2016

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 1. Keselamatan …repository.stimart-amni.ac.id/442/2/BAB DUA.pdf · Dalam kondisi hujan pandangan pengendara sangat terbatas, sehingga

29

Dari beberapa peneliti terdahulu ada empat faktor yang bisa

mempengaruhi keselamatan dalam berkendara sepeda motor, yaitu manusia

(pengendara sepeda motor). Faktor yang kedua yang dapat berpengaruh terhadap

keselamatan berkendara sepeda motor adalah kondisi jalan, antara lain jalan rusak,

jalan berlubang, jalan licin, jalan menikung, tidak adanya lampu jalan. Faktor

ketiga yang dapat berpengaruh terhadap keselamatan berkendara sepeda motor

adalah kendaraan bermotor, antara lain rem blong, ban pecah, mesin rusak.

Faktor yang keempat adalah kepatuhan akan tata tertib berlalu lintas,

antara lain melengkapi kendaraan sesuai peraturan, berkendara dalam kepatuhan

hukum, melengakapi diri dengan dokumen mengemudi, memakai atribut

kendaraan yang lengkap, tidak melanggar rambu-rambu lalu lintas.

Dari jurnal pertama yang diteliti adalah pengendara sebagai faktor resiko

terjadinya kecelakaan lalu lintas sepeda motor. Dalam jurnal ini yang menjadi

variabel diantaranya adalah agresifitas, kelelahan, merokok, penggunaan telepon

selular, kecepatan, konsumsi obat. Jadi dari jurnal ini terdapat hubungan dengan

penelitian ini karena variabel dalam jurnal tersebut mempunyai kesamaandengan

indikator pada variabel X1 diantaranya adalah pengaruh alkohol, penggunaan

handphone, serta kondisi megantuk. Kesamaan dari faktor itu adalah sama-sama

menyangkut faktor pengendara yang mempengaruhi keselamatan.

Dari jurnal ke dua, hasil penelitian menunjukkan hubungan yang

bermakna antara faktor manusia dengan keselamatan pada pengendara sepeda

motor. Selain itu hasil penelitian ini juga menunjukkan hubungan yang bermakna

antara faktor lingkungan fisik (kondisi jalan) dengan keselamatan pada

pengendara sepeda motor.

Jurnal ke tiga, Jurnal ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh

tingkat kepatuhan hukum terhadap tertib berlalu lintas siswa. Jenis penelitian

dalam jurnal ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan uji variabel-

variabel yang akan diteliti. Salah satu indikatornya adalah tidak melanggar rambu-

rambu lalu lintas. Jadi jurnal tersebut mempunyai kesamaan dengan penelitian ini.

Jurnal keempat, dari jurnal ini hasil identifikasi data diketahui bahwa

faktor-faktor penyebab kecelakaan diruas jalan tol Surabaya – Gempol dapat

dikelompokan menjadi tiga golongan yaitu faktor manusia, kendaraan dan jalan.

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 1. Keselamatan …repository.stimart-amni.ac.id/442/2/BAB DUA.pdf · Dalam kondisi hujan pandangan pengendara sangat terbatas, sehingga

30

Dari dua faktor tersebut mempunyai kesamaan dengan penelitian ini, yaitu faktor

manusia dan faktor jalan.

Penelitian terdahulu dan penelitian ini mempunyai kesamaan dan

perbedaan. Dimana persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini terdapat

variabel independen yaitu faktor manusia dan jalan. Sedangkan perbedaannya

dengan peneliti terdahulu, peneliti terdahulu menggunakan variabel dengan

jumlah indikator lebih dari tiga sedangkan penelitian sekarang menggunakan tiga

indikator disetiap variabel. Pada penelitian terdahulu menggunakan variabel

dependen yaitu kecelakaan lalu lintas sedangkan penelitiaan yang sekarang

menggunakan variabel dependen yaitu keselamatan berkendara. Selain itu

kesimpulan yang didapat dari penelitian terdahulu dengan penelitian ini juga

berbeda.

2.3 Hipotesis

Hipotesis adalah sebuah taksiran atau referensi yang dirumuskan serta

diterima untuk sementara yang dapat menerangkan fakta – fakta yang diamati

ataupun kondisi – kondisi yang diamati, dan digunakan sebagai petunjuk langkah

penelitian selanjutnya, “ Good and Scates 1954. Maka untuk memberikan jawaban

sementara atas masalah yang dikemukakan diatas maka peneliti mengajukan

hipotesis sebagai berikut :

1. Diduga konsentrasi berkendara berpengaruh positif terhadap keselamatan

berkendara pada ruas Jl. Arteri – Soekarno Hatta Semarang.

2. Diduga kondisi jalan berpengaruh positif terhadap keselamatan

berkendara di ruas Jl. Arteri Soekarno – Hatta Semarang.

3. Diduga kepatuhan akan rambu lalu lintas berpengaruh positif terhadap

keselamatan berkendara di ruas Jl. Arteri – Soekarno Hatta Semarang.

4. Diduga konsentrasi berkendara, kondisi jalan, kepatuhan akan rambu lalu

lintas, secara simultan berpengaruh positif terhadap keselamatan

berkendara.

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 1. Keselamatan …repository.stimart-amni.ac.id/442/2/BAB DUA.pdf · Dalam kondisi hujan pandangan pengendara sangat terbatas, sehingga

31

2.4 Diagram Alur Penelitian

Data tidak cukup

Gambar 2.7

Diagram alur penelitian

Latar Belakang Masalah

Pengumpulan Data

Landasan Teori

Metodologi Penelitian

Konsentrasi

Berkendara

(X 1)

Kepatuhan Akan

Rambu Lalu Lintas

(X 3)

Kondisi Jalan

(X 2)

Pengolahan Data

Analisis Data

Keselamatan Berkendara

( Y )

Kesimpulan dan Saran

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 1. Keselamatan …repository.stimart-amni.ac.id/442/2/BAB DUA.pdf · Dalam kondisi hujan pandangan pengendara sangat terbatas, sehingga

32

2.5 Kerangka Pikir Teoritis

H 1

H 2

H 3

H 4

= Variabel = Pengukur

= Indikator = Pengaruh

H = Hipotesis

Gambar 2.8

Kerangka Pikir Teoritis

X.1.1

Konsentrasi

berkendara

( X1 )

X.1.2

X.1.3

X2.1 Y1

Kondisi jalan

( X2 )

Keselamatan

berkendara

( Y1 )

Y2 X2.2

Y3 X2.3

X3.1

Kepatuhan

akan rambu

lalu lintas

( X3 )

X3.2

X3.3

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 1. Keselamatan …repository.stimart-amni.ac.id/442/2/BAB DUA.pdf · Dalam kondisi hujan pandangan pengendara sangat terbatas, sehingga

33

Indikator variable dependen (Y) Keselamatan Berkendara :

Y 1 = Mengecek kendaraan sebelum bepergian

Y 2 = Tidak berboncengan lebih dari satu

Y 3 = Gaya berkendara terampil dan baik

Indikator variable independen (X1) Konsentrasi Berkendara :

X 1.1 = Tidak menggunakan HP (Hand Phone) saat berkendara

X1.2 = Tidak dalam keadaan mabuk saat berkendara

X 1.3 = Tidak sedang mengantuk saat berkendara

Indikator variable independen (X2) Kondisi Jalan :

X 2.1 = Jalan rusak

X 2.2 = Jalan berlubang

X 2.3 = Jarak pandang terbatas.

Indikator variable (X3) Kepatuhan Akan Rambu Lalu Lintas :

X 3.1 = Tidak melanggar rambu-rambu

X 3.2 = Mematuhi lampu lalulintas

X 3.3 = Tidak melawan arah