bab 2 tinjauan pustaka 2.1 dokumen-dokumen yang …repository.stimart-amni.ac.id/678/2/bab 2.pdf ·...
TRANSCRIPT
6
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dokumen-dokumen yang digunakan dalam proses kegiatan muat
barang
Menurut Wahyu Agung Prihartanto (2014) Pada kegiatan bongkar
muat container sudah sering dilakukan.Dalam kegiatan pastinya
diperlukan adanya dokumen untuk pelaksanaan bongkar muat
container. Dokumen tersebut adalah sebagai berikut :
1. Dokumen Pemuatan
a. Bill Of Loading
Merupakan bukti tanda terima barang dikeluarkan oleh
perusahaan pelayaran yang memungkinkan barang bisa di
transfer dari Shipper ke Consignee.
b. Cargo List
Daftar semua barang yang di muat di dalam kapal.
c. Tally Muat
Untuk semua barang yang di muat diatas kapal di catat di tally
muat.
2. Dokumen Pembongkaran
a. Tally Bongkar
Pada waktu barang di bongkar dilakukan pencatatan jumlah
colli dan kondisinya sebagaimana terlihat dan hasilnya di catat
dalam tally sheet bongkar.
b. Outturn Report
Daftar dari semua barang dengan mencatat jumlah colli dan
kondisi barang pada waktu bongkar.
c. Cargo Manifest
Keterangan rinci dari barang yang di angkut oleh kapal.
d. Special Cargo List
7
Daftar dari semua barang khusus yang di muat oleh kapal,
misalnya barang berbahaya, barang berharga, dll.
3. Dokumen Lainnya
a. Daily Report
Laporan harian jumlah tonage/kubikasi yang di bongkar/muat
per palka per hari.
b. Balance Sheet
Lembar kerja atau laporan harian jumlah tonage/ kubikasi
yang dihasilkan per party barang/palka, jumlah tenaga kerja
bongkar muat yang di gunakan dan kendala kendala terjadi
serta sisa jumlah barang yang belum di bongkar/muat, untuk
pembongkaran disebut discharging report dan pemuatan
disebut loading report.
c. Statement of Facts
Rekapitulasi dari seluruh time sheet yang di buat selama
kegiatan bongkar muat berlangsung.
d. Stowage Plan
Gambar dari irisan memanjang/penampang sebuah kapal
dengan muatan yang menunjukkan tempat-tempat penyusunan
muatan
e. Damage report
Laporan kerusakan barang yang di bongkar dari dan ke kapal
f. Ship Particular
Data-data kapal yang antara lain yang menyebutkan panjang
dan lebar kapal, design kapal, jumlah crane dan kapasitas
crane.
g. Manifest
Daftar barang yang akan di bongkar/muat dari dan ke kapal,
berisi nama kapal, voyage, jenis barang, tonage/kubikasi, No
B/L, shipper, consignee, asal tujuan oleh perusahaan
pelayaran.
8
h. Delivery Order
Bukti kepemilikan barang yang berisi nama kapal, pemilik
barang, jemis barang, party, jumlah colly ,jumlah
tonnage/kubikasi dll, yang dikeluarkan oleh perusahaan
pelayaran.
i. Mate’s Receipt
Bukti pemuatan barang ke kapal yang di keluarkan oleh
perusahaan pelayaran dan di periksa kebenarannya oleh chief
officer (mualim 1) berisi jenis barang yang dimuat, party,
jumlah tonnage/kubikasi, pengirim dan nama kapal
pengangkut.
2.2 Pelaksanaan bongkar muat barang dari dermaga ke kapal.
Menurut Da Lasse (2012) Kegiatan bongkar muat adalah kegiatan
perpindahan barang dari moda transportasi laut ke moda transportasi
datar atau sebalik nya peralatan bongkar muat peti kemas terdiri dari
alat alat angkat dan angkut mulai dari operasi kapal, haulage, lift on
lift off, receip dan delivery.
Urutan kegiatan operasi selengkapnya adalah :
1. Ship Operation
Meliputi memuat dan membongkar peti kemas antara kapal dan
dermaga. Semua peti kemas yang masuk maupun keluar mesti
melalui operasi kapal, sehingga operasi kapal secara mutlak
menentukan kecepatan handling pada keseluruhan terminal.
2. Quay Transfer Operation
Gerakan pemindahan peti kemas antara dermaga lapangan
(container yard) berperan mengatur dan mengimbangi kecepatan
operasi kapal. QTO sangat berpengaruh terhadap kecepatan
memuat dan membongkar peti kemas ke dan dari atas kapal.
Kebanyakan sistem terminal peti kemas tidak melakukan kegiatan
memuat atau membongkar secara langsung.
9
2.3 Peralatan yang di gunakan dalam proses muat barang.
a. Jenis Dan Fungsi
Menurut (Edy Hidayat: 2009) alat yang digunakan dalam bongkar
muat petikemas :
1) Container Crane
Merupakan alat utama kegiatan bongkar muat petikemas dari
dermaga ke kapal dan sebaliknya, yang di tempatkan secara di
permanen di dermaga.
2) Rubber Tyred Gantry
Peralatan Bongkar muat yang berfungsi memindah container
dari Chasis Truck ke Container Yard (CY).
3) Ship Crane
Alat ini biasanya terletak dibagian tengah kapal, berfungsi untuk
mengangkat cargo dari palka kapal, kemudian dipindahkan ke
dermaga. Lengan dari crane kapal harus cukup panjang, sehingga
dapat memindahkan dari palka ke dermaga. Sistem yang digunakan
pada crane kapal serupa dengan crane pada umumnya, yakni
menggunakan kabel baja, dengan motor sebagai penggeraknya dan
berbagai ukuran pully sebagai pemindah dayanya.
4) RS ( Reach Stacker )
Alat yang dapat bergerak yg memiliki spreader digunakan untuk
menaikkan / menurunkan ( lift on / lift off ) container di dalam CY
( container yard ) atau Depo Container.
5) FL ( Fork Lift )
Alat yang dapat bergerak dan memili garpu / fork yang digunakan
untuk menaikkan / menurunkan ( lift on / lift off ) container /
general cargo dalam suatu tempat ( CY atau Depo Container ) yang
memiliki kapasitas mengangkat cargo / SWL sampai dengan 32
ton.
10
6) Head Truck dan Chasis
Atau disebut juga dengan trailer digunakan di terminal petikemas
untuk mengangkut petikemas dari dermaga ke lapangan
penumpukan petikemas ke Gudang container freight station (CFS)
atau sebaliknya.
2.4 Hambatan-hambatan yang terjadi dalam kegiatan muat barang
Menurut (Thony Moh. Muni dkk: 2012) dalam melakukan
pelaksanaan muat barang tentu tidak berjalan dengan lancar seperti apa
yang direncanakan, tapi setidaknya bukan dari kesalahan dalam proses
pemuatan. Adapun kendala – kendala yang sering dialami saat pemuatan
oleh PT. Prima Nur Panurjwan:
1. Proses stuffing dalam yang tidak optimal sangat berpengaruh besar
bagi kelancaran kegiatan operasional depo peti kemas khususnya
pemuatan peti kemas ke kapal dan bagi kelancaran operasional alat
mekanis (reach stacker).
2. Konsistensi EMKL Konsistensi EMKL dalam penyelesaian proses
stuffing dalam sering terjadi kurang maksimal. Oleh karena itu
konsistensi dari EMKL dalam penyelesaian proses stuffing dalam
merupakan penunjang dalam kelancaran pemuatan peti kemas ke
kapal.
3. Petugas (kerani) stuffing
Kesalahan operasional yang sering dilakukanoleh keranistuffing,
mengakibatkan kebiasaan buruk EMKL menjadi tidak terkontrol.
Kesalahan operasional kerani stuffing yang sering mereka lakukan
adalah dengan memberikan hamparan peti kemas di luar area blok
hamparan atau di luar batas maksimum ground slot yang telah
ditentukan, tanpa berkoordinasi terlebih dahulu dengan foreman
stuffing/stripping.
11
4. TKBM (Tenaga Kerja Bongkar Muat) Kurangnya bimbingan dan
sosialisasi dari kepala TKBM sangat berpengaruh bagi kinerja buruh.
Bimbingan juga merupakan faktor yang sangat penting bagi buruh.
5. Karena Alam/Cuaca
Hujan akan menghambat proses stuffing dalam, khususnya pada
barang karungan (Beras, Pupuk, Gandum).
6. Pengurusan Dokumen
Karena masih birokrasi dan perijinan terkadang menyebabkan
terjadinya keterlambatan dokumen, sehingga proses stuffing dalam
yang akan dilakukan menjadi tidak sesuai dengan yang direncanakan.
7. Kurangnya kerjasama antara bagian operasional lapangan dengan
pihak EMKL atau kurangnya koordinasi.
8. Nomor booking dikarenakan shipper akan menambah booking tanpa
menghubungi CS terlebih dahulu, CS belum mengeluarkan nomor
booking tambahan yang diorder oleh shipper.
9. Inpeksi peti kemas tidak dapat dilaksanakan secara akurat
dikarenakan sarana dan prasarana kurang memadai dan SDM terbatas.
10. Adanya para EMKL melakukan kecurangan terhadap sesama para
EMKL dalam pemilihan peti kemas, akhirnya mengakibatkan
pertengkaran sesama EMKL, ini disebabkan karena
2.5 Pengertian perusahaan pelayaran
Menurut Suwarno (2011) Perusahaan pelayaran adalah badan usaha
milik Negara atau swasta, berbentuk perusahaan Negara persero,
perseroan terbatas (PT), perseroan comandier (CV), dan lain-lain yang
melakukan usaha jasa dalam bidang penyediaan ruang kapal laut untuk
kepentingan mengangkut muatan penumpang (orang) dan barang
(dagangan) dari satu pelabuhan asal (muat) ke pelabuhan tujuan
(bongkar) baik didalam negri (interinsulair) maupun luar negri (ocean
going shipping).
12
2.6 Kegiatan Bongkar Muat
Menurut Yosua Raka (2017) Bongkar muat barang yang meliputi
kegiatan pembongkaran barang dari palka kapal ke atas dermaga di
lambung kapal atau sebaliknya (stevedoring), kegiatan pemindahan
barang dari dermaga di lambung kapal kegudang/lapangan penumpukan
atau sebaliknya (cargodoring) dan kegiatan pengambilan barang dari
gudang atau lapangan di bawa ke atas truck atau sebaliknya
(receiving/delivery).
Pelabuhan adalah tempat kapal meakukan aktifitas bongkar muat dan
pelayanan bongkar muat tersebut akan berpengaruh terhadap kapal dan
produktivitas pelabuhan itu sendiri.
Bongkar muat adalah salah satu kegiatan yang di lakukan dalam
proses forwarding,kegiatan muat adalah proses memindahkan barang dari
gudang, menaikkan lalu menumpuknya di atas kapal sedangkan kegiatan
bongkar adalah proses menurunkan barang dari kapal lalu menyusunnya
ke dalam gudang di pelabuhan atau container yard.
2.7 Ruang Lingkup Pelaksanaan Bongkar Muat
Menurut Wahyu Agung Prihartanto (2014) Lingkup kegiatan
Bongkar muat sebagai berikut:
1. Ship Operation
Merupakan Kegiatan pemuatan barang dari dermaga ke kapal atau
kegiatan pembongkaran dari kapal ke dermaga.
Pada saat pelaksanaan kegiatan muat, terjadi kegiatan siklus ganco
sebagai berikut:
a. Persiapan Dan pengaitan muatan
b. Pengangkatan muatan ke palka
c. Penurunan muatan dan pelepasan ganco
d. Pengembalian Hook.
13
2. Quay Transfer Operation
Merupakan kegiatan pemindahan muatan di dermaga dari sisi
lambung kapal ke lokasi penumpukan atau sebaliknya.
Pada saat kegiatan pemindahan muatan, terjadi kegiatan sebagai
berikut:
a. Muatan di ambil dari tempat dimana muatan didaratkan oleh
hook di sisi dermaga
b. Muatan di pindahkan dari sisi dermaga ke area penumpukan
c. Menempatkan atau menumpuk muatan di tempat penyimpanan
d. Peralatan di kembalikan ke sisi dermaga, untuk menyelesaikan
siklus.
3. Receiving/delivery
Merupakan kegiatan penerimaan dan penyerahan barang-barang
muatan yang berlangsung dari sisi lambung kapal/dermaga, di
gudang atau di lapangan penumpukan.
2.8 Sejarah Container
Menurut Andi Susilo (2013) setelah PD II berakhir, banyak
perusahaan pelayaran terutama di Amerika Serikat. Banyak menyadari
bahwa kegiatan bongkar-muat cargo dari kapal harus dilakukan se-
efisien dan se-ekonomis mungkin.Oleh karena itu, baru pada sekitar
tahun 19500-an mereka mulai mengadakan riset untuk memecahkan
persoalan cargo handling .Hasilnya menyimpulkan bahwa dengan
metode conventional cargo handling sama sekali tidak efisien dan mahal.
Kemudian pada 1957 dimulai perubahan secara besar-besaran dari Break
Bulk (curah) menuju Containerized oleh perusahaan Pan Atlantic
Steamship Co. Containerization berarti merupakan investasi dari pemilik
kapal karenaharus membuat kapal yang di peruntukkan untuk muat
container.
14
2.9 Pengertian Peti Kemas
Menurut Christian angga & Renaldi Muir (2012) Peti kemas pada
dasarnya dapat didefinisikan menurut kata peti dan kemas. Peti adalah
suatu kotak berbentuk geometrik yang terbuat dari bahan-bahan alam
(kayu, besi, baja, dll). Kemas merupakan hal-hal yang berkaitan dengan
pengepakan atau kemasan. Jadi peti kemas adalah suatu kotak besar
berbentuk empat persegi panjang, terbuat dari campuran baja dan
tembaga atau bahan lainnya (aluminium, kayu/fiber glass) yang tahan
terhadap cuaca. Digunakan untuk tempat pengangkutan dan
penyimpanan sejumlah barang yang dapat melindungi serta mengurangi
terjadinya kehilangan dan kerusakan barang serta dapat dipisahkan dari
sarana pengangkutan dengan mudah tanpa harus mengeluarkan isinya.
Berat dan ukuran standard peti kemas pada dasarnya telah distandarisasi
oleh International Organization for Standardization (ISO).
2.10 Jenis dan ukuran petikemas.
1. Menurut Edy Hidayat (2009) jenis petikemas general cargo container
Yaitu :
a. General purpose container petikemas yang biasanya dipakai untuk
mengangkut muatan umum (general cargo)
b. Open side container petikemas yang bagian sampingnya dapat
dibuka untuk memasukan dan mengeluarkan barang yang karena
ukuran atau beratnya lebih mudah dimasukan atau dikeluarkan
melalui samping petikemas.
c. Open top container yaitu petikemas yang bagian atasnya dapat
dibuka agar barang dapat dimasukan atau dikeluarkan lewat atas.
Tipe petikemas ini dikeluarkan untuk mengangkut barang berat
yang hanya dapat dimasukan lewat atas dengan menggunakan
derek crane.
2. Menurut Edy Hidayat (2009) ukuran muatan dalam pembongkaran
atau pemuatan kapal petikemas dinyatakan dalam TEU (twenty food
15
equivalen unit). Oleh karena itu ukuran standar dari petikemas dimulai
dari panjang 20 feet. Maka satu petikemas 20’ dinyatakan sebagai 1
TEU dan petikemas 40’ dinyatakan sebagai 2 TEU.
Badan internasional standar organization ISO, telah menetapkan
ukuran ukuran petikemas sebagai berikut:
a. Petikemas ukuran 20 feet
Ukuran luar : 20’ (P) x 8’ (L) x 8,6’ (T) atau 6,058 m x 2,438m
x 2,591 m
Ukuran dalam : 5,919 m x 2,340 m x 2,380 m
Kapasitas : 33 cbm
Max pay load : 22,1 ton
b. Petikemas ukuran 40 feet
Ukuran luar : 40’ (P) x 8’ (L) x 8,6’ (T) atau
12,192 m x 2,438 m x 2,591 m
Ukuran dalam : 12,045 m x 2,309 m x 2,379 m
Kapasitas : 67,3 cbm
Max pay load : 27,396 ton
2.11 Keuntungan dan Kerugian Memakai Peti Kemas
Menurut Wahyu Agung Prihartanto (2014) keuntungan dan kerugian
peti kemas sebagai berikut :
1. Keuntungan Pemakaian Petikemas
a. Biaya Transport
1). Biaya Angkut yang rendah (lower freight rates)
2). Biaya Asuransi yang rendah ( lower insurance rate)
3). Jumlah Muatan yang minim ( minimal load quantity)
b. Inventory cost
1).Biaya Penumpukan yang rendah ( lower storage cost )
2).Biaya Pengepakan yang rendah (lower packing and
packaging cost )
3).Faster inventory turnover.
16
c. Service level
1). Time reliability
2). Higher Frequency
2. Jenis Petikemas dibagi dalam 6 kelompok yaitu :
a. General Cargo
General Cargo Container adalah petikemas yang dipakai
untuk mengangkut muatan umum Petikemas yang termasuk
general cargo adalah :
1) General Purpose Container adalah petikemas yang dipakai
untuk mengangkut muatan umum
2) Open Side Container adalah petikemas yang bagian
sampingnya dapat dibuka untuk memasukkan dan
mengeluarkan barang yang karena ukuran atau beratnya
lebih mudah dimasukkan atau dikeluarkan melalui samping
petikemas.
3) Open Top Container
4) Ventilated Container
b. Thermal Container
1) Insulated Container
2) Reefer Container
3) Heated Container
c. Thank Container
d. Dry Bulk
e. Platform
f. Specials
2.12 Sistem Terminal Peti Kemas
Menurut Da Lasse (2012) Sistem Terminal Peti kemas ada 2 yaitu:
1. Konfigurasi Terminal
Terminal peti kemas sepenuhnya bergantung pada peralatan
(Handling Equipment), dan Back Up-area yang terdiri marshaling
17
area dan container yard (CY) untuk stacking. Untuk satu terminal
tunggal dengan panjang kade 350-400 meter di butuhkan area seluas
10-12 ha dan 60-70% dari luas back-up area peruntukannya sebagai
CY, selebihnya sebagai area persiapan dan CFS.
Pada layout Terminal peti kemas dari sisi laut kea rah sisi darat
adalah:
a. Waterfront
b. Dermaga di atasnya Terpasang rel dan Quay Container Crane
c. Marshalling area untuk penerimaan sementara muatan impor dan
persiapan muatan ekspor
d. Stacking area untuk menumpuk peti kemas impor dan ekspor
e. Container Freight Station atau gudang
f. Di luar front Gate terbentang acces road dua arah masing-masing
dua jalur
g. Di lingkar paling luar terpasang dua jalur rel kereta api
h. Lapangan penumpukan kereta api tujan ekspor dan hinterland.
2. Operasi Terminal
Aliran Peti kemas di terminal berjalan dari kapal ke lapangan.
Penempatan peti kemas di lapangan (CY) di laksanakan dalam sistem
blok, dan selanjutnya di setiap blok diposisikan dengan subsistem
slow-row-tier.posisi per unit peti kemas di lapangan bersifat unik,
sehingga tiada satupun petikemas yang tidak tertata secara baik.
2.13 Pengertian dan fungsi pelabuhan
Menurut Edy Hidayat (2009 ) Pelabuhan merupakan tempat yang
tediri atas daratan dan atau perairan dengan batas-batas tertentu sebagai
tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan pengusahaan yang
dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar, naik turun penumpang,
dan atau bongkar muat barang, berupa terminal dan tempat berlabuh
kapal yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan keamanan
pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat
18
perpindahan intra dan antarmoda transportasi. (UU RI No.17 Th 2008)
memberikan definisi pelabuhan sebagai berikut:
1. Pelabuhan Utama adalah pelabuhan yang fungsi pokoknya melayani
kegiatan angkutan laut dalam negeri dan internasional, alih muat
angkutan laut dalam negeri dan internasional dalam jumlah besar,
dan sebagai tempat asal tujuan penumpang dan/atau barang, serta
angkutan penyerbangan dengan jangkawan pelayanan antar provinsi.
2. Pelabuhan pengumpul adalah pelabuhan yang fungsi pokoknya
melayani kegiatan angkutan laut dalam negeri, alih muat angkutan
laut dalam negeri dalam jumlah menengah, dan sebagai tempat asal
tujuan penumpang dan/atau barang, serta angkutan penyeberangan
dengan jangkauan layanan antar provinsi.
3. Pelabuhan pengumpan adalah pelabuhan yang fungsi pokoknya
melayani kegiatan angkutan laut dalam negeri dalam jumlah terbatas,
dan sebagai tempat asal tujuan penumpang dan/atau barang, serta
angkutan penyeberangan dengan jangkauan pelayanan dalam
provinsi.
4. Pelabuhan laut adalah pelabuhan yang dapat digunakan untuk
melayani kegiatan angkutan laut dan/atau angkutan penyeberangan
yang terletak di laut atau di sungai.
2.14 Fasilitas Penunjang Pelabuhan
Menurut (Edy Hidayat:2009) Fasilitas Penunjang Pelabuhan adalah
sebagai berikut:
1. Gudang adalah bangunan yang di gunakan untuk menyimpan barang-
barang yang berasal dari kapal atau yang akan di muat ke kapal.
Gudang di bedakan berdasarkan jenis lini-1, untuk penumpukan
sementara dan lini-2, sebagai tempat untuk melaksanakan
konsolidasi/distribusi barang.
19
2. Terminal adalah lokasi khusus yang di peruntukan sebagai tempat
kegiatan pelayanan bongkar/muat barang atau petikemas dan kegiatan
naik turun penumpang di dalam pelabuhan.
3. Jalan adalah suatu lintasan yang dapat dilalui oleh kendaraan maupun
pejalan kaki, yang menghubungkan antara terminal/lokasi yang lain,
dimana fungsi utamanya untuk memperlancar perpindahan kendaraan
di pelabuhan.
4. Dermaga adalah bangunan pelabuhan yang digunakan untuk merapat
dan menambatkan kapal yang melakukan bongkar muat barang atau
curah, dan naik turunnya penumpang.
5. Lapangan penumpukan (Container Yard) adalah suatu bangunan atau
tempat yang luas dan terletak dekat dermaga yang digunakan untuk
menyimpan barang / petikemas yang akan dimuat atau setelah di
bongkar dari kapal, atau fasilitas penumpukan dan penyimpanan
dengan kondisi terbuka.
6. Fender adalah bumper yang digunakan untuk meredam benturan yang
terjadi pada saat kapal akan merapat ke dermaga atau pada saat kapal
yang sedang di tambatkan tergoyang oleh gelombang atau arus yang
terjadi di pelabuhan.
7. Bolder adalah perangkat pelabuhan untuk menambatkan kapal di
dermaga untuk mengikat tali di kapal.
2.15 Prosedur Pemeliharaan Peralatan Bongkar muat
Menurut Edy Hidayat (2009). dalam pemeliharaan peralatan dikenal
sistem pemeliharaan yang terencana (Planed Maintenance System-PMS)
yang artinya adalah suatu kegiatan untuk memelihara secara terencana
berdasarkan kata kala sesuai dengan buku petunjuk pabrik (Maker), agar
fasilitas produksi dapat bekerja/beroperasi secara kontinyu tampa adanya
gangguan atau untuk mengembalikan kondisi nominal secara ekonomis
dan aman.
2.16 Pengertian Stuffing dan Kelancaran Pemuatan
20
Menurut Moh.Munir (2012) stuffing adalah pemyusunan peti kemas
di dalam kapal maupun terminal peti kemas atau pengepakan barang
yang dilakukan ke dalam container, Para ahli menyimpulkan stuffing
adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk memindahkan suatu barang
dalam container atau memasukan barang dari luar container ke dalam
container. Pengertian kelancaran adalah kecepat atau bergerak maju
dengan cepat. muatan barang kiriman yang akan dikirim ke suatu Negara
dengan menggunakan sarana angkutan udara, darat, maupun laut. seluruh
jenis barang yang dapat dinaikkan ke dalam kapal dan diangkut dari
suatu tempat ke tempat lain dan hampir seluruh jenis barang yang
diperlukan oleh manusia dan dapat diangkut dengan kapal apakah berupa
barang yang bersifat bahan baku atau merupakan hasil produksi dari
suatu proses pengolahan. Semakin lama peti kemas siap dimuat di depo
semakin tinggi biaya peti kemas yang siap dimuat ke kapal, hal ini
menimbulkan ketidak lancaran pemuatan peti kemas ke kapal.