bab 2 tinjauan pustaka 2.1 pengertianagen perusahaan …repository.stimart-amni.ac.id/754/2/bab...
TRANSCRIPT
-
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 PengertianAgen Perusahaan Pelayaran
Agen Perusahaan pelayaran menurut Engkos Kosasih, Hananto Soewedo (2010),
Keagenan umum (general agent) adalah perusahaan pelayaraan yang ditunjuk oleh
perusahaan pelayaraan lain di Indonesia atau perusahaan pelayaran asing di luar negeri
(selaku principal) untuk mengurus segala sesuatu yang berkaitan dengan kepentingan kapal
principal.
MenurutUndang-Undang Nomer.17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran Pasal 1 Ayat 7, yang
dimaksud dengan agen umum adalah “perusahaan angkutan laut nasional atau perusahaan
nasional yang khusus didirikan untuk melakukan usaha keagenan kapal, yang ditunjuk oleh
perusahaan angkutan laut asing untuk mengurus kepentingan kapalnya selama berada di
Indonesia”.
Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM. 33 tahun 2001 pasal 1 nomor 13 dan 14 secara
garis besar dikenal dua jenis agen kapal yaitu:
1. General Agent
Adalah perusahaan pelayaran nasional yang ditunjuk oleh perusahaan asing untuk
melayani kapal-kapal milik perusahaan asing tersebut selama berlayar dan singgah
dipelabuhan Indonesia.
2. Sub Agent
Adalah perusahaan pelayaran yang ditunjuk oleh General Agent untuk melayani
kebutuhan tertentu kapal dipelabuhan tertentu. Sub Agent ini sebenarnya berfungsi
sebagai wakil atau agen dari General Agent.
“dalam tanggung jawabanya maka Sub Agent bertanggung jawab langsung pada General
Agent berkaitan dengan pengurusan Clearance in atau out serta penyelesaian biaya-biaya
yang timbul selama kapal berada dipelabuhan”.
Dalam pelaksanaan tugas keagenan, General Agent akan menunjuk port agent sebagai
pelaksanaya itu cabang perusahaan yang menjadiGeneral Agent tersebut. Bila suatu
pelabuhan tidak mempunyai cabang, General Agent akan menunjuk perusahaan pelayaran
lain untuk menjadi Sub Agent.
2.2 Fungsi keagenan
-
Di dalam kegiatan keagenan kapal, pelayanaan yang baik terhadap kapal adalah yang paling
utama. Untuk itu untuk menjaga dan meningkatkan pelayanaan terhadap General Agent maka
seorang agen harus menjalankan fungsi-fungsinya. Fungsi-fungsi agen diantaranya adalah:
1. Menyusun program operasional keagenan berdasarkan kebijakan perusahaan, baik
terhadap pelayanan liner service maupun tramper.
2. Memonitor pelaksanaan penanganan atau pelayanan keagenan, baik yang bersifat
kegiatan fisik maupun kegiatan jadwal datang dan keberangkatan kapal.
3. Mengadministrasikan kegiatan keagenan, baik yang berkaitan dengan kegiatan fisik
operasional maupun yang menyangkut keuangan.
4. Memberikan data dan evaluasi terhadap perkembangan kegiatan keagenan sebagai
masukan dalam menentukan kebijakan sebagaimana mestinya.
5. Mengupayakan kegiatan keagenan sedemikian rupa sehingga dapat memberikan
stimulan terhadap kegiatan-kegiatan pokok perusahaan.
2.3TugasKeagenan Kapal
tugas agen dimulai dengan penujukan kepada perusahaan pelayaran sebagai agen oleh
(pemilik/Operator) kapal-kapal asing, yang dikukukan dalam agency agreement. Sebelum
kapal tiba Principal memberitahukan kedatangan kapalnya dan jumlah muatan yang diperlu
ditangani. Unit keagenan dikantor pusat sebagai general agent akan menunjuk cabang-
cabang sebagai port agent (pelaksana untuk pelayanan kapal (husbanding) dan muatan dari
kapal principal (canvassing)). Umumnya jasa yang diberikan oleh agen adalah sebagai
berikut :
1. Pelayanan Operasional Kapal-Kapal Principal
Agen memberikaan operasional kapal-kapal principal dalam hal hal berikut:
a. port information (port faciliy, port formality, custom of the port )
b. Keperluan kapal, seperti bunker, air, provosion, repair, maintenance, crewing, surat-
surat dan sertifikat kapal, dan sebagainya. Penyelsain dokumen , B/L, manifest,
hatch list, stowage plan, crew list, dokumen untuk bongkar/muat, ship husbanding
(in & out clerance),imigrasi, bea cukai, kesehatan pelabuhan, port administrator,
dokumen kapal lainya);
c. Permintaan advance payment untuk port expenses, cargo expenses, keperluan kapal,
dan lain lain;
d. Memberikan informasi kepada principal.
-
Hal-hal yang perlu diinformasikan oleh agen kepada principal adalah sebagai berikut
:
1) Sebelum kapal tiba
a) Port agent melalui general agentmemberi informasi kepada principal
tentang situasi pelabuhan, rencana sandar, posisi gudang, peralatan bongkar
muat, cargo prospect/booking yang sudah pasti, kalkulasi biaya
disbursement.
b) Agen juga memberitahu kapal tentang situasi pelabuhan, rencana sandar,
prospek muatan, program bongkar muat.
2) Waktu kapal tiba
Port agent memberitahu general agenttentang hari/jam tiba/sandar kapal, bunker
on board, rencana bongkar/muat, kedaan muatan kapal.
3) Waktu kapal dipelabuhan
Port agent memberitahu unit general agent tentang hasil bongkar/muat dan
hambatan bongkar/muat.
4) Waktu kapal berangkat
Port agent memberitahu ke general agent untuk diteruskan ke principal tentang
tanggal/jam selesai bongkar muat/ berangkat, draft kapal, bunker on bord/isi,
jumlah muatan, yang dibongkar /muat, sisi ruangan kapal, perkiraan freight,
perkiraan biaya -biaya disbursement.
2. Selanjutnya port agent segera kirimkan dokumen dokumen bongkar muat (tally sheet,
outern report, damaga cargo list, dan lain lain dan dokumen pemuatan (stowage plan,
copy B/L, manifest), untuk selanjutnya dikirimkan ke principal dan pelabuhan tujuan.
Memonitor perkembangan muatan
Dalam memonitor perkembangan muatan, agen melakukan hal-hal berikut:
a. Menjalin hubungan baik dengan para shipper dan beri pelayanan informasi kepada
consignee.
b. Menandatangani B/L atas nama principal.
c. Bila consigne belum memenuhi kewajiban, penyerahan barang hanya seizin
principal (tertulis).
2.4 Perkembangan Pelabuhan-pelabuhan Khusus
Pelabuhan khusus adalah salah satu pelabuhan yang dibangun dengan fasilitas-
fasilitas khusus untuk menangani bongkar muat barang yang khusus diperuntukkan untuk itu
agar bongkar muat barang lebih efisien. Seperti misalnya untuk barang-barang cair yang
-
diangkut dengan kapal-kapal tangker dan curah, seperti gula, pupuk, semen, batu bara. Semua
barang-barang tersebut harus menggunakan peralatan-peralatan khusus untuk bongkar
muatnya, sehingga membutuhkan fasilitas-fasilitas yang khusus juga, termasuk fasilitas-
fasilitas gudangnya. Disamping itu juga harus menyediakan area yang luas untuk menampung
barang-barang tersebut. Pelabuhan-pelabuhan khusus di Indonesia seperti Pelabuhan Tanjung
Intan Cilacap, Pelabuhan Batubara Paiton, Surabaya dan banyak lagi pelabuhan-pelabuhan
khusus lainnya. (NyomanBudiartha Raka Mandi, 2015)
2.5 Pengertian Dasar Perusahaan Pelayaran
Pelayaran dilihat dari kegiatanya ada dua macam yaitu:
1. Pelayaran Niaga (Shipping Business, commercial shipping atau merchant marine)
adalah suatu jasa dalam bidang penyedian ruang pada angkutan air atau angkutan laut
untuk kepentingan mengangkut muatan penumpang dan barang dagangan dari suatu
pelabuhan asal (muat) kepelabuhan tujuan (bongkar), baik didalam negeri
(interinsulair) maupun luar negeri (ocean going shipping)
2. Pelayaran bukan niaga yaitu: Pelayaran angkatan perang, pelayaran dinas pos,
pealayaran dinas penambang, pelayaran penjagaan pantai, pelayaran hidrografi, dan
sebagainya. (Suwarno, 2011)
2.6 Sistem Pemasaran Jasa Perusahaan Pelayaran Modern
Meliputi beberapa lembaga yang memainkan peranan penting dalam mempengaruhi operasi
perusahaan. Lembaga-lembaga tersebut adalah supplier, tingkahlaku para supplier,
mempengaruhi program pemasaran, kemampuan perusahaan untuk melayani langgananya.
Selanjutnya, perusahaan menghadapi saingan-saingan yang perusahaan menghadapi saingan-
saingan yang berusaha memenuhi kebutuhan pasar yang sama. Antara perusahaan dan
pasarnya terdapat bermacam-macam lembaga penjualan, lembaga-lembaga yang membantu
penjualan dan lembaga-lembaga konsultan, yang dapat menambah kegunaan waktu, tempat,
bentuk dan pemilikan pada pasar. Semua lembaga tersebut beraksi terhadap tenaga-tenaga
dan beroperasi dalam lingkungan yang lebih luas, berupa politik pemerintah,perekonomian,
teknologi dan kebudayaan (Suwarno, 2011).
-
2.7 Prosedur Clearance in dan Clearance outkapal di PelabuhanTanjungIntan Yang
DilakukanAgen
-
Gambar 1. Prosedur Pelayanan kedatangan Kapal (Clearance In)
(Sumber :Kementrian Perhubungan Direktorat Jendral Perhubungan Laut).
2.7.1 Prosedur Clearance in di Pelabuhan Tanjung Intan
1. Pesusahaan Pelayaran
Sebelum kapal tiba di pelabuhan sebagai berikut:
a. Berita Kedatangan Kapal
Dengan adanya berita kedatangan kapal berupa (Master Cable) yang diterima
oleh stasiun Radio Pantai,akan diteruskan kepada perusahaan pelayaran.
b. Perusahaan pelayaran
1) Dengan adanya berita Kedatangan Kapal ini 1 X 24 jam sebelum kapal tiba
perusahaan pelayaran memberikan pemberitahuan kepada instansi terkait.
2) Mengajukan permohonan fasilitas Pelabuhan dan lainya yang berkaitan
dengan aktifitas bongkar muat sesuai dengan kebutuhan masing-masing.
3) Mengadakan miting dengan instansi terkait untuk kerperluan tambat kapal.
c. Kapal masuk diperairan pelabuhan
Kapal masuk ke Pelabuhan untuk ditempatkan pada posisi yang telah ditetapkan
sesuai dengan hasil meeting yang dilakukan dan apabila dibutuhkan masuknya
kapal perlu di Pandu atau Tunda telah disediakan oleh PT Pelindo (Persero)
sebagai penyedia jasa.
d. Kapal Tiba di Pelabuhan
Setelah kapal tiba di Pelabuhan masing-masing instansi terkait sesuai dengan
hasil meeting melakukan aktifitas masing-masing
2. Syahbandar
Tugas Syahbandar akan mengadakan pengawasan dan pengadilan terhadap kapal
dengan cara melakukan pemeriksaan dokumen kapal, meneliti fisik kapal, Hasil dari
pemeriksaan ini dibutuhkan untuk menentukan keluar tidaknya Surat Persetujuan
Berlayar (SIB) untuk berlayar selanjutnya.
3. Kesehatan Pelabuhan
Kesehatan Pelabuhan melakukan pemeriksaan terhadap tanggung jawabnya,
Keterangan Kesehatan Maritim (Marine Declaration Of Health), Suara Tikus,
(Deratting Certification) , Daftar anak buah kapal, Buku kesehatan.
4. Perusahaan Pelayaran
-
Perusahaan Pelayaran melakukan pemeriksaan terhadap surat kapal yang mungkin
habis masa berlakunya dan melakukan perpanjangan.
5. Karantina Hewan dan Tumbuhan
a. Mengadakan pemeriksaa hewan, asalnya baik yang tidak dibongkar maupun yang
akan dimuat.
b. Memberikan persetujuan, penolakan atau bahkan penolakan
c. Memberikan surat kesehatan hewan
d. Mengadakan pemeriksaa tumbuhan, yang dibongkar maupun yang akandimuat.
e. Mengadakan fumigasi, penolakan,pemusnahan
f. Memberikan surat pelepasan karantina tumbuhan.
6. PT. Pelindo
Menyediakan fasilitas jasa labuh, pandu, tunda, air untuk kapal atau minum, dan
fasilitas lainya.
7. Kantor Imigrasi
Kantor Imigrasi mengadakan Pengawasan, penelitian dan pemeriksaan passport awak
atau penupang kapal dari luar negeri.
8. Bea dan Cukai
a) Menerima Pemberitahuan Umum (PU) setelah kapal tiba di Pelabuhan
b) Memeriksa barang yang turun dari kapal untuk menghindari masuknya barang
illegal.
c) Pemeriksaan fisik barang diatas kapal apabila diperlukan.
2.7.2 ProsedurCelearance Out di PelabuhanTanjungIntan.
-
Gambar 2. Prosedur Pelayanan keberang katan Kapal (Clearance out)
(Sumber : Kementrian Perhubungan Direktorat Jendral Perhubungan Laut)
Clearance out adalah izin keluar dari area pelabuhan dan dinyatakan kapal tersebut sudah
terbebas dari masalah yang ada di pelabuhan dan dapat melanjutkan kegiatan pelayaran ke
pelabuhan selanjutnya.Adapun lagkah-langkah agen dalam proses Clearance out.
Saat kapal meninggalkan Pelabuhan perlu pengecekan dokumen-dokumen instansi terkait
seperti:
1. Kantor Kesehatan Pelabuhan
Kantor Kesehatan Pelabuhan mengeluarkan surat kesehatan (Health Clearance)
dengan meneliti buku kesehatan, daftar awak kapal.
2. Kantor Bea dan Cukai
Petugas Bea dan Cukai mengawasi saat kapal meninggalkan pelabuhan
-
3. Kantor Imigrasi
Kantor Imigrasi memberikan Clearance pada crew list dan pasort atau seaman book
tentunya bagi yang memiliki kompeten terhadap pelayaran.
4. Kantor Karantina Hewan dan Tumbuhan
Kantor Karantina Hewan dan Tumbuhan telah memberikan pelepasan atau surat
kesehatan bagi Hewan atau Tumbuhan yang dibawa.
5. PT. Pelindo (Persero)
Setelah semua kondisi kapal diteliti seperti lambung timbul, muatan kapal, dan tidak
adanya pelanggaran terhadap peraturan dan secara umum tidak membahayakan maka
segera melaporkan ke ADPEL.
6. Kantor Syahbandar
Syahbandar mengadakan penelitian fisik kapal, dokumen kapal, dan dokumen awak
kapal dengan kelengkapan tersebut syahbandar akan memberikan surat ijin berlayar
(SIB) setelah instansi terkait memberikan clearance dan kapal dapat meninggalkan
pelabuhan dengan lancer, aman, tertib, dan selamat (Iswanto, 2009).
2.9 Instansi-Instansi dan Perusahaan Yang Terkait Dalam Proses Keagenan Di
Pelabuhan Tanjung Intan.
1. Kantor Kesyahbandaran Dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Kelas II Cilacap.
Menurut Peraturan Mentri Perhubungan Nomor PM 36 Tahun 2012 tentang
Organisasi dan tata cara kerja kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuahn pasal
1,2 dan 3.
Kantor syahbandaran dan Otoritas Pelabuhan adalah Unit pelaksana teknis
dilingkungan kementrian perhubungan yang berada dibawah dan bertanggungjawab
kepada Direktur Jendral Perhubungan Laut.
Kantor kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan mempunyai tugas melaksanakan
pengawasan, dan penegakan hukum di bidang keselamatan dan kemanan pelayaran,
koordinasi kegiatan pemerintah di pelabuhan serta peraturan dan pengadilan
pengawasankegiatan kepelabuhanan pada pelabuhan yang diusahakan secara
komersial.
Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuahan memiliki tugas:
a. Pelaksanaan pengawasan dan pemenuhan kelaiklautan kapal, sertifikasi
keselamatan kapal, pencegahan pencemaran dari kapal dan penetapan status
hukum kapal.
-
b. Pelaksanaan pemeriksaan manajemen keselamatan kapal.
c. Pelaksanaan pengawasan keselamatan dan keamanan pelayaran terkait dengan
kegiatan bongkat muat barang berbahaya dan beracun (B3) pengisian bahan
bakar, ketertiban embarkasi dan debarkasi penumpang, pembangunan fasilitas
pelabuahan, pengerukan dan reklamasi, kelaik layar dan kepelautan, tertib lalu
lintas kapal di perairan pelabuhan dan alur pelayaran pemanduan dan penundaan
kapal, serta penerbitan surat persetujuan berlayar.
2. PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia III Cabang Cilacap
PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero), adalah badan usaha milik negara yang
bergerak dalam bidang penyediaan jasa kepelabuhanan, yang mana dalam Undang-
Undang Nomor 17 Tahun 2008 Pasal 1 ayat 28 PT. Pelindo termasuk badan usaha
yang kegiatanya khusus dibidang pengusahaan terminal dan fasilitan pelabuhan
lainnya.
3. Kantor Pelayanaan dan Pengawasan Bea dan Cukai Cilacap.
a. Pabean
Pabean sebagai alat pemerintah bertindak sebagai penjaga gawang lalu lintas
komoditi internasional. Di samping itu pengamankan pemasukan keuangan
Negara bagi kepentingan APBN, pabean embantu eksportir dan importir dalam
memperlancar arus barang dan penumpang, tetapi tidak untuk sebaliknya.
b. Bea Cukai
Bagi eksportir, bea cukai bertindak sebagai pihak yang meneliti dokumen,
pembayaran pajak, dan memberikan izin barang untuk dimuat dikapal. Bagi
importir bertindak sebagai agen dan akanmemberikan izin untuk pelepasan
barang-barang bila telah dilakukan pembayaran, dengan menunjukan dokumen
B/L atau di Indonesia PPUD. (Adrian Sutedi 2014)
4. Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Cilacap (Health And Quarantine)
Kantor kesehatan pelabuhan yang selanjutnya disingkat KKP adalah unit pelaksan
teknis kementrian kesehatan diwilayah pelabuhan atau Bandar udara.Peraturan
Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2014.
5. Kantor Imigrasi Kelas II Cilacap (Imigration)
Menurut Undang-undang Republik Indoneisa Nomor 6 Tahun 2011 pasal 1 dan 12
Keimigrasian adalah hal ihwal lalu lintas orang yang keluar masuk Indonesia serta
pengawasanya dalam rangka menjaga tegakan kedaulatan Negara.
-
Tempat pemeriksaan imigrasi adalah tempat pemeriksaan di pelabuhan laut, Bandar
udara, pos lintas batas, atau tempat lain sebagai tempat keluar masuknya wilayah
Indonesia.
6. Kantor Karantina Tumbuhan Dan Hewan
Menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan Dan
Tumbuhan adalah tempat pengasingan dan tindakan sebagai upaya pencegahan
masuk dan tersebarnya hama da penyakit atau organism pengganggu dari luar negri
dari suatu area kearea lain di dalam negeri atau keluarnya dari dalam wilayah
republik Indonesia.
.
2.10 Pengertian PNBP
Menurut Rihfenti Ernayani, dkk (2016) bahwa Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)
merupakan salah satu sumber pendapatan Negara yang pemungutanya dilakukan berdasarkan
perundang-undangan di bawah undang-undang, seperti peraturan pemerintah maupun pada
departemen yang bersangkutan. PNBP merupakan pungutan yang dilakukan yang dilakukan
pemerintah di luar perpajakan atas pelayanan dan pemanfatan sumber daya alam yang
diberikan dan dapat dipaksakan.
2.11 Tata Cara Pembayaran PNBP
Menurut Rihfenti Ernayani, dkk (2016) bahwa Berpedoman pada peraturan pemerintah
nomor 29 tahun 2009 tentang tata cara penentuan jumlah, pembayaran, dan penyetoran
penerimaan bukan pajak yang terutang, peraturan-peraturan pemerintah nomor 09 tahun 2012
tentang jenis dan tarif atas jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada
kementerian energi dan sumber daya alam, dan surat edaran Direktorat jendral mineral dan
Batubara nomor 04.E/35/DJB/2012 tentang penyampaian iuran tetap dan iuan produksi, maka
dapat disampaikan beberapa aturan mengenai cara pembayaran PNBP adalah sebagai berikut:
1. Untuk pelaksanaan penyetoran penerimaan negara bukan pajak disebut wajib bayar.
Penerimaan Negara Bukan Pajak yang terutang ditentukan dengan cara ditetapkan
oleh instansi pemerintah dan dihitung sendiri oleh wajib bayar.
2. Wajib bayar wajib membayar seluruh penerimaan negara bukan pajak yang terutang
secara tunai paling lambat pada saat jatuh tempo pembayaran sesuai ketentuan
-
peraturan perundang-undangan. Jika wajib bayar melampaui jatuh tempo pembayaran
yang ditetapkan, wajib bayar di kenakan sanksi administrasi berupa denda besar 2%
(dua persen) per bulan dari bagian yang terutang dan bagian dari bulan dihitung 1
(satu) bulan penuh. Sanksi administrasi berupa denda sebagaimana dimaksud
dikenakan untuk paliung lamat 24 bulan.
3. Jenis penerimaan Negara bukan pajak sumber daya alam pertambangan Keputusan
menteri yang berlaku batu bara terbagi menjadi dua yaitui uran tetap dan royaliti.
4. Setelah perhitungan PNBP dilakukan maka wajib bayar segera membayar PNBP
melalui bank atau Pos persepsi dengan menggunakan surat setoran bukan pajak
(SSPB) untuk pembayaran dalam mata uang rupiah.
2.12 Penerimaan Negara Bukan Pajak
Berdasarkan tahun undang-undang Nomor 20 Tahun1997 tentang penerimaan Negara bukan
pajak, PNBP didefinisikan sebagai seluruh penerimaan pemerintah pusat yang tidak berasal
dari penerimaan perpajakan. Dalam kontek anggaran pendapatan dan belanja Negara,
penerimaan hibah dipisahkan dari PNBP. (Agung Dinarjito 2017)
2.13 Pemungutan, Pembayaran, dan Penyetoran
Menurut Agung Dinarjito (2017) Pemungutan, pembayaran dan penyetoran
merupakan beberapa aktivitas utama dalam pengelolaan PNBP. Pemungutan dapat
didefinisikan sebagai aktivitas pejabat instansi pemerintah yang ditunjuk untuk mengambil
sejumlah uang PNBP yang besarnya ditetapkan dalam peraturan perundangan (termasuk
kontrak) sebagaian dalam proses penhak negara atas pemberian pelayanan jasa atau barang
dari masyarakat pengguna (wajib bayar). Kemudian, pembayaran adalah pemberian sejumlah
uang yang sudah ditetapkan dalam peraturan perundangan oleh masyarakat yang meminta
layanan jasa atau barang baik diberikan di awal (sebelum pelayanan) maupun di akhir
(setelah pelayanan), sedangkan penyetoran dapat didefinisikan sebagai kegiatan
menyampaikan sejumlah utang sebagai penerimaan PNBP oleh bendahara penerima maupun
secara langsung oleh masyarakat pengguna (wajib bayar) kerekening kas umum negara di
bank sentral maupun melalui sub rekening kas umum negara melalui Bank Persepsi.
Mekanisme penerimaan dan penyetoran PNBP telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 20
Tahun 1997, yaitu:
1. Pasal 4: “Seluruh Penerimaan Negara Bukan Pajak wajib disetor langsung secepatnya
ke Kas Negara.
-
2. Pasal 5: “Seluruh Penerimaan Negara Bukan Pajak dikelola dalam sistem Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara.
3. Pasal 6:
a) Menteri dapat menunjuk Instansi Pemerintah untuk menagih dan atau memungut
Penerimaan Negara Bukan Pajak yang terutang.
b) Instansi Pemerintah yang ditunjuk sebagaimana dimaksud pada ayat (1), wajib
menyetor langsung Penerimaan Negara Bukan Pajak yang diterima ke Kas
Negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4.
c) Tidak dipenuhinya kewajiban instansi Pemerintah untuk menagih dan atau
memungut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan menyetor sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), dikenakan sanksi sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.NBP.