bab ii tinjauan pustaka 2.1 tidur 2.1.1. definisi...

30
11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tidur 2.1.1. Definisi Tidur Terdapat berbagai definisi tidur. Menurut beberapa pakar, menurut Potter & Perry (2005), tidur adalah perubahan keadaan kesadaran yang terjadi secara terus- menerus dan berulang untuk menyimpan energi dan kesehatan. Sementara Martini (2001) mendefinisikan tidur sebagai suatu keadaan tidak sadar (unconsciousness) tetapi dapat dibangunkan dengan perangsangan sensori yang sesuai. Walaupun kedua definisi tersebut sedikit agak berbeda namun pada dasarnya mereka setuju bahwa tidur merupakan periode tanpa aktivitas. Dengan demikian secara singkat tidur dapat didefinisikan sebagai suatu aktivitas untuk mengistirahatkan fungsi tubuh dari aktivitas guna menjaga kesejahteraan fisik dan kualitas hidup individu. 2.1.2. Fungsi tidur Tidur dipercaya mengkontribusi pemulihan fisiologis dan psikologis (Potter & Perry, 2005). Selama tidur NREM, fungsi biologis menurun. Laju denyut jantung normal pada

Upload: hoangtuyen

Post on 03-Mar-2019

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tidur 2.1.1. Definisi Tidurrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6698/2/T1_462007047_BAB II.pdf · Walaupun kedua definisi tersebut sedikit agak

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tidur

2.1.1. Definisi Tidur

Terdapat berbagai definisi tidur. Menurut beberapa

pakar, menurut Potter & Perry (2005), tidur adalah

perubahan keadaan kesadaran yang terjadi secara terus-

menerus dan berulang untuk menyimpan energi dan

kesehatan. Sementara Martini (2001) mendefinisikan tidur

sebagai suatu keadaan tidak sadar (unconsciousness)

tetapi dapat dibangunkan dengan perangsangan sensori

yang sesuai. Walaupun kedua definisi tersebut sedikit agak

berbeda namun pada dasarnya mereka setuju bahwa tidur

merupakan periode tanpa aktivitas. Dengan demikian

secara singkat tidur dapat didefinisikan sebagai suatu

aktivitas untuk mengistirahatkan fungsi tubuh dari aktivitas

guna menjaga kesejahteraan fisik dan kualitas hidup

individu.

2.1.2. Fungsi tidur

Tidur dipercaya mengkontribusi pemulihan fisiologis

dan psikologis (Potter & Perry, 2005). Selama tidur NREM,

fungsi biologis menurun. Laju denyut jantung normal pada

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tidur 2.1.1. Definisi Tidurrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6698/2/T1_462007047_BAB II.pdf · Walaupun kedua definisi tersebut sedikit agak

12

orang dewasa sehat sepanjang hari rata-rata 70 hingga 80

denyut per menit atau lebih rendah jika individu berada

pada kondisi fisik yang sempurna. Akan tetapi selama tidur

laju denyut jantung turun sampai 60 denyut per menit atau

lebih rendah. Hal ini berarti bahwa denyut jantung 10

hingga 20 kali lebih sedikit dalam dalam setiap menit

selama tidur atau 60 hingga 120 kali lebih sedikit dalam

setiap jam. Secara jelas, tidur yang nyenyak bermanfaat

dalam memelihara fungsi jantung.

Teori lain tentang kegunaan tidur adalah tubuh

menyimpan energi selama tidur. Otot skelet berelaksasi

secara progresif, dan tidak adanya kontraksi otot

menyimpan energi kimia untuk proses seluler. Penurunan

laju metabolik basal lebih jauh menyimpan persediaan

energi tubuh (Potter & Perry, 2005). Tidur REM terlihat

penting untuk pemulihan kognitif. Tidur REM dihubungkan

dengan perubahan dalam aliran darah serebral,

peningkatan aktivitas kortika, peningkatan konsumsi

oksigen, dan pelepasan epinefrin. Hubungan ini dapat

membantu penyimpanan memori dan pembelajaran.

Selama tidur, otak menyaring informasi yang disimpan

tentang aktivitas hari tersebut.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tidur 2.1.1. Definisi Tidurrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6698/2/T1_462007047_BAB II.pdf · Walaupun kedua definisi tersebut sedikit agak

13

Kegunaan tidur pada perilaku seringkali tidak

diketahui sampai seseorang mengalami suatu masalah

akibat deprivasi tidur. Kurangnya tidur REM dapat

mengarah pada perasaan bingung dan curiga. Tidak ada

hubungan sebab dan akibat yang jelas keberadaannya

antara kehilangan tidur dan disfungsi tubuh yang spesifik

(Potter & Perry, 2005). Akan tetapi, berbagai fungsi tubuh

(misal: penampilan motorik, memori, dan keseimbangan)

dapat berubah ketika terjadi kehilangan tidur yang

memanjang.

Dari beberapa pendapat di atas dapat diambil

simpulan bahwa pada dasarnya tidur berfungsi untuk

mengembalikan tenaga untuk beraktifitas sehari-hari,

memperbaiki kondisi yang sedang sakit, tubuh menyimpan

energi selama tidur dan penurunan laju metabolik basal

menyimpan persediaan energi tubuh.

2.1.3. Mekanisme terjadinya tidur

Mekanisme terjadinya tidur telah banyak dipelajari

dan para ahli berkesimpulan bahwa tidur diatur secara

hormonal. Tidur yang menyehatkan adalah yang dapat

mengikuti/menyesuaikan ritme atau siklus tertentu yang

dikenal dengan istilah bioritme atau bioritme internal (ritme

kebutuhan biologis yang terjadi di dalam tubuh. Bioritme

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tidur 2.1.1. Definisi Tidurrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6698/2/T1_462007047_BAB II.pdf · Walaupun kedua definisi tersebut sedikit agak

14

inilah yang seringkali dikenal dengan istilah ritme circadian

(Kozier., Erb., Berman. & Snyder., 2003)

Namun demikian terkadang bioritme ini bisa

dikacaukan oleh keadaan eksternal (pengaruh dari luar)

seperti misalnya yang sering terjadi pada penderita jet lag

(kekacauan siklus biologi akibat telah mengadakan

penerbangan jarak jauh)

2.1.4. Tahap-tahap tidur

Untuk mengetahui apa yang terjadi pada seseorang

yang sedang tidur diperlukan alat EEG (Electro

Encephalogram) dengan cara meletakkan elektroda pada

tiga tempat utama yaitu di kepala untuk mengukur

gelombang yang berasal dari otak, di pelipis untuk

mengukur pergerakan bola mata dan di dagu untuk

mengukur tegangan otot. Dapat juga ditambahkan

beberapa elektroda yang diletakkan pada kasur untuk

mengukur pergerakan tubuh, demikian juga dapat diamati

kecepatan bernafas, detak jantung, pergerakan kaki,

maupun perubahan suhu tubuh selama kita tidur (Coates,

2001)

Elektroda ini tidak akan mengganggu tidur kita,

kecuali terasa sedikit lain dari biasanya. Jadi selama tidur

alat ini bekerja terus dan setelah malam berakhir kita akan

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tidur 2.1.1. Definisi Tidurrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6698/2/T1_462007047_BAB II.pdf · Walaupun kedua definisi tersebut sedikit agak

15

memperoleh setumpuk kertas yang berupa pencatatan

gelombang oleh suatu pena khusus yang dihubungkan

dengan elektroda. Dan dari hasil pencatatan inilah maka

seseorang ahli dapat menarik kesimpulan mengenai apa

yang terjadi selama kita tidur. Alat Ini dapat memperlihatkan

fluktuasi energi (gelombang otak) pada kertas grafik. Pada

dasarnya ada dua macam tidur yaitu tidur REM ( Rapid Eye

Movement = gerakan mata cepat) dan tidur NREM (Non

Rapid Eye Movement = gerakan mata tidak cepat). Tidur

REM merupakan tidur dalam kondisi aktif atau tidur

paradoksial yang ditandai dengan : mimpi yang bermacam-

macam, otot-otot kendor, kecepatan jantung dan

pernafasan tidak teratur, sering lebih cepat, perubahan

tekanan darah, gerakan otot tidak teratur, gerakan mata

cepat, pembebasan steroid, sekresi lambung meningkat,

ereksi penis pada pria.

Saraf-saraf simpatetik bekerja selama tidur REM.

Dalam tidur REM diperkirakan terjadi proses penyimpanan

secara mental yang digunakan sebagai pelajaran, adaptasi

psikologis dan memori

Tidur NREM merupakan tidur yang nyaman dan

dalam tidur gelombang pendek karena gelombang otak

selama NREM lebih lambat daripada gelombang alpha dan

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tidur 2.1.1. Definisi Tidurrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6698/2/T1_462007047_BAB II.pdf · Walaupun kedua definisi tersebut sedikit agak

16

beta pada orang yang sadar atau tidak dalam keadaan

tidur. Tanda-tanda tidur NREM adalah mimpi berkurang,

keadaan istirahat, tekanan darah turun, kecepatan

pernafasan turun, metabolisme turun, gerakan mata lambat.

Tidur NREM mempunyai empat tahap yang masing-

masing tahap ditandai dengan pola gelombang otak.

a. Tahap I.

Merupakan tahap transisi, berlangsung selama lima

menit yang mana seseorang beralih dari sadar menjadi

tidur. Seseorang merasa kabur dan relaks, mata

bergerak ke kanan dan ke kiri, kecepatan jantung dan

pernafasan turun secara jelas. Gelombang alpha

sewaktu seseorang masih sadar diganti dengan dengan

gelombang beta yang lebih lambat. Seseorang yang

tidur pada tahap I dapat dibangunkan dengan mudah.

b. Tahap II.

Merupakan tahap tidur ringan, dan proses tubuh terus

menurun. Mata masih bergerak-gerak, kecepatan

jantung dan pernafasan turun secara jelas, suhu tubuh

dan metabolisme menurun. Gelombang otak ditandai

dengan “sleep spindles” dan gelombang K komplek.

Tahap II berlangsung pendek dan berakhir dalam waktu

sepuluh sampai lima belas menit.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tidur 2.1.1. Definisi Tidurrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6698/2/T1_462007047_BAB II.pdf · Walaupun kedua definisi tersebut sedikit agak

17

c. Tahap III.

Pada tahap ini kecepatan jantung, pernafasan serta

proses tubuh berlanjut mengalami penurunan akibat

dominasi sistem saraf parasimpatik, seseorang menjadi

lebih sulit dibangunkan. Gelombang otak menjadi lebih

teratur dan terdapat penambahan gelombang delta

yang lambat.

d. Tahap IV.

Merupakan tahap tidur dalam yang ditandai dengan

predominasi gelombang delta yang melambat.

kecepatan jantung dan pernafasan turun. Seseorang

dalam keadaan rileks, jarang bergerak dan sulit

dibangunkan. Selama tidur seseorang mengalami

empat sampai enam kali siklus tidur dalam waktu 7

sampai 8 jam. Siklus tidur sebagian besar merupakan

tidur NREM dan berakhir dengan tidur REM.

2.1.5. Pola tidur

Pola tidur didefinisikan Noor (2003) sebagai model,

bentuk, atau corak tidur dalam jangka waktu yang relatif

menetap serta meliputi jadwal jatuh tidur dan bangun, irama

tidur, frekuensi tidur dalam sehari, mempertahankan kondisi

tidur, dan kepuasan tidur.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tidur 2.1.1. Definisi Tidurrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6698/2/T1_462007047_BAB II.pdf · Walaupun kedua definisi tersebut sedikit agak

18

Tidur dengan pola yang berkualitas lebih penting

jika dibandingkan dengan jumlah jam tidur. Adapun yang

dimaksud dengan tidur yang berkualitas adalah tidur yang

nyenyak, tidak terlalu sering terbangun di tengah malam,

dan apabila terbangun akan mudah untuk tertidur kembali

serta tidak mengalami gangguan-gangguan yang berarti

(Handayani, 2008). Pada beberapa orang, mereka merasa

cukup dengan hanya tidur selama 5 jam saja setiap malam

(Kozier, Erb, Berman & Snyder, 2003).

Secara umum durasi atau waktu lama tidur

mengikuti pola seperti di bawah ini sesuai dengan tahap

tumbuh kembang manusia.

a. Bayi baru lahir

Bayi baru lahir tidur selama 16 sampai 18 jam sehari.

Biasanya terbagi dalam 7 periode tidur. Tidur NREM

ditandai dengan pernafasan yang teratur, mata

menutup, tidak adanya gerakan tubuh atau mata. Tidur

REM adalah tidur dengan gerakan mata yang cepat,

dapat diobservasi melalui kelopak mata menutup, ada

pergerakan tubuh dan pernafasan yang tidak teratur.

Sebagian besar dari waktu tidur adalah tidur pada tahap

III dan IV NREM. Hampir 5 % dari tidurnya adalah tidur

REM.

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tidur 2.1.1. Definisi Tidurrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6698/2/T1_462007047_BAB II.pdf · Walaupun kedua definisi tersebut sedikit agak

19

b. Bayi

Sebagian bayi tidur selama 22 jam sehari, sebagian lain

tidur selama 12 sampai 14 jam sehari. Sekitar 20 %

sampai dengan 30 % tidurnya adalah tidur REM.

Pertama bayi bangun setiap 3 atau 4 jam, minum ASI

dan kemudian tidur lagi. Sebelum usia 4 bulan bayi tidur

sepanjang malam dan membutuhkan tidur siang yang

bervariasi. Pada umumnya mereka terjaga pada awal

pagi. Pada akhir tahun pertama bayi biasanya tidur

siang satu atau dua kali dan tidur selama kurang lebih

14 jam sehari. Sekitar separuh dari tidur bayi adalah

tidur dangkal. Selama tidur ini bayi masih tampak

bergerak, batuk. Sebaiknya orang tua memastikan dulu

bahwa bayinya benar benar dalam keadaan bangun

sebelum menggendongnya. Pada beberapa bayi usia 5

dan 9 bulan terbangun pada tengah malam. Untuk

orang tua yang memandang ini sebagai suatu masalah

perawat perlu mengkaji pola tidur bayi dan

membandingkannya dengan pola tidur orang tuanya.

c. Toddler

Kebutuhan tidur pada toddler menurun menjadi 10

sampai dengan 12 jam sehari. Sekitar 20 % sampai 30

% tidurnya adalah tidur REM. Kebanyakan dari mereka

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tidur 2.1.1. Definisi Tidurrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6698/2/T1_462007047_BAB II.pdf · Walaupun kedua definisi tersebut sedikit agak

20

masih membutuhkan tidur siang meskipun kebutuhan

untuk tidur siang secara bertahap akan berkurang. Anak

yang terbangun pada malam hari mungkin mereka takut

kegelapan atau mengalami mimpi buruk.

d. Preschool

Anak preschool biasanya memerlukan waktu tidur 11

sampai 12 jam semalam. Banyak anak pada usia ini

tidak menyukai waktu tidur. Bisa jadi anak usia 4

sampai 5 tahun mengalami kurang istirahat dan mudah

sakit jika kebutuhan tidurnya tidak terpenuhi. Tidur

sebentar pada siang hari atau suasana yang tenang

pada siang hari mungkin dibutuhkan pada anak usia ini.

Anak preschool sering kali terbangun malam hari.

e. Anak usia sekolah

Anak usia sekolah tidur antara 8 sampai dengan 12 jam

semalam tanpa tidur siang. Anak usia 8 tahun

membutuhkan waktu tidur paling tidak 10 jam setiap

malam. Pada anak usia 11 sampai 12 tahun seringkali

mereka tidur pada jam 10 malam. Tidur REM pada anak

usia ini berkurang sekitar 20 %. Meskipun beberapa

anak masih mengalami bangun di malam hari dan

mimpi buruk namun masalah ini akan membaik dengan

sendirinya seiring dengan bertambahnya usia.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tidur 2.1.1. Definisi Tidurrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6698/2/T1_462007047_BAB II.pdf · Walaupun kedua definisi tersebut sedikit agak

21

f. Adolesen

Kebanyakan remaja memerlukan waktu tidur sekitar 8

sampai 10 jam tiap malamnya untuk mencegah

terjadinya kelemahan dan kerentanan terhadap infeksi.

Tidur pada usia ini 20 % adalah tidur REM. Pada masa

remaja anak laki-laki mengalami Nocturnal Emission

(orgasme dan megeluarkan cairan semen pada waktu

tidur malam) yang biasa kita kenal dengan ustilah mimpi

basah. Pada usia ini anak laki-laki memerlukan

informasi bahwa mimpi basah adalah normal untuk

mencegah terjadinya kebingungan dan ketakutan

g. Dewasa muda

Pada masa dewasa muda ini umumnya mereka sangat

aktif dan membutuhkan waktu tidur antara 7 sampai 8

jam semalam.

h. Dewasa tengah

Pada masa dewasa tengah ini mungkin mengalami

insomnia dan sulit tidur. Mereka biasanya tidur selama 6

sampai 8 jam semalam. Sekitar 20 % adalah tidur REM.

i. Dewasa akhir

Pada masa dewasa akhir kebutuhan untuk tidur kurang

lebih 6 jam semalam. Sekitar 20 % sampai 25 % adalah

tidur REM. Tidur tahap IV mengalami penurunan.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tidur 2.1.1. Definisi Tidurrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6698/2/T1_462007047_BAB II.pdf · Walaupun kedua definisi tersebut sedikit agak

22

Periode REM menjadi lebih lama. Banyak diantara

mereka bangun tengah malam dan perlu waktu lama

untuk kembali tidur.

2.1.6. Faktor-faktor yang mempengaruhi pola tidur

Banyak sekali faktor yang mempengaruhi kualitas

dan kuantitas tidur. Kualitas tidur merujuk pada

kemampuan seseorang untuk dapat tidur dan mendapatkan

tidur REM dan NREM yang tepat, atau dapat la merujuk

pada nyenyak atau tidaknya tidur seseorang. Sedangkan

kuantitas tidur adalah jumlah total waktu tidur seseorang,

atau juga dapat diterjemahkan lamanya seseorang untuk

tidur selama 24 jam (dalam satu hari) (Handayani, 2008).

Faktor-faktor yang mempengaruhi tidur dapat di

uraikan sebagai berikut : (Kozier., Erb., Berman. & Snyder,

2003)

a. Penyakit

Sakit yang menyebabkan nyeri dapat

menimbulkan masalah tidur. Seseorang yang sedang

sakit membutuhkan waktu tidur lebih lama daripada

keadaan normal. Dan seringkali pada orang yang sakit

pola tidurnya juga akan terganggu.

Bagi pasien tuberkulosis, penyakit yang disertai

terjadinya nyeri dada, batuk, sesak nafas, nyeri otot, dan

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tidur 2.1.1. Definisi Tidurrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6698/2/T1_462007047_BAB II.pdf · Walaupun kedua definisi tersebut sedikit agak

23

keringat malam mengakibatkan tergantungnya

kenyamanan tidur dan istirahat penderita (Doengoes,

2000).

b. Lingkungan

Lingkungan dapat mendukung atau menghambat

tidur. Temperatur lingkungan yang tidak nyaman dan

ventilasi yang kurang akan berpengaruh terhadap tidur.

Penerangan ruangan juga menjadi faktor lain yang

berpengaruh terhadap tidur, seseorang yang terbiasa

tidur dengan ruangan yang gelap akan mengalami

kesulitan jika harus tidur pada ruangan yang terang.

Kondisi ruang rawat inap dapat menyebabkan

gangguan pola tidur pasien tuberkulosis, seperti aktifitas

yang menimbulkan kegaduhan, lampu yang menyala

terang, temperatur udara yang panas karena kurangnya

ventilasi, terganggu oleh dengkuran pasien lain ataupun

yang terpaksa dibangunkan karena adanya prosedur

tindakan tertentu (Kozier., Erb., Berman. & Snyder,

2003).

c. Stres emosi

Depresi dan kecemasan seringkali mengganggu

tidur. Seseorang yang dipenuhi dengan masalah

mungkin tidak bisa cukup rileks untuk bisa tidur.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tidur 2.1.1. Definisi Tidurrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6698/2/T1_462007047_BAB II.pdf · Walaupun kedua definisi tersebut sedikit agak

24

Kecemasan akan meningkatkan kadar norepinephrin

dalam darah yang akan merangsang sistem saraf

simpatetik. Perubahan ini menyebabkan berkurangnya

tahap IV NREM dan tidur REM.

Bagi pasien TB, masalah stres dan emosi juga

mengakibatkan gangguan pola tidur. Masalah stress dan

emosi yang diakibatkan karena perubahan kondisi

lingkungan dari lingkungan rumah yang tenang ke

lingkungan rumah sakit, dimana banyak orang yang

mondar-mandir, berisik dan lain sebagainya (Doengoes,

2000), mengalami perasaan isolasi karena penyakit

menular (Doengoes, 2000), adanya proses pengobatan

yang lama (Nodesul, 2005), dan perasaan cemas

sehubungan dengan adanya ancaman kematian yang

dibayangkan akibat ketidakmampuan untuk bernafas

(Engram, 2003).

d. Kelelahan

Kelelahan akan berpengaruh terhadap pola tidur

seseorang. Semakin lelah seseorang maka akan

semakin pendek periode tidur paradoxical (REM)

e. Obat-obatan

Beberapa obat-obatan yang mengandung obat

keras misalnya diuretik, anti-depresan, beta bloker dan

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tidur 2.1.1. Definisi Tidurrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6698/2/T1_462007047_BAB II.pdf · Walaupun kedua definisi tersebut sedikit agak

25

narkotika sangat berpengaruh terhadap kualitas

tiduryang sebagian mengandung obat keras sehingga

dapat menstimulasi sistem saraf pusat.

f. Diet

Diet L-trptophan, tinggi energi tinggi protein

(TETP) seperti yang terkandung dalam keju dan susu

akan mempermudah orang untuk tidur. Hal ini bisa

menjelaskan mengapa minum susu hangat akan

membantu seseorang untuk bisa tidur.

g. Motivasi

Keinginan untuk tetap terjaga sering kali

berpengaruh terhadap tidur seseorang. Sebagai contoh

adalah saat dimana seseorang ingin tetap terjaga ketika

melihat pertunjukan musik maka orang tersebut akan

tetap terjaga meskipun dalam keadaan lelah.

2.1.7. Gangguan pola tidur

Gangguan tidur adalah suatu kondisi dimana

seseorang mengalami resiko perubahan jumlah dan

kualitas pola istirahat yang menyebabkan ketidaknyamanan

(Japardi, 2002).

Ganguan tidur merupakan salah satu keluhan yang

paling sering ditemukan pada penderita yang berkunjung ke

praktek. Gangguan tidur dapat dialami oleh semua lapisan

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tidur 2.1.1. Definisi Tidurrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6698/2/T1_462007047_BAB II.pdf · Walaupun kedua definisi tersebut sedikit agak

26

masyarakat baik kaya, miskin, berpendidikan tinggi dan

rendah maupun orang muda, serta yang paling sering

ditemukan pada usia lanjut (Japardi, 2002).

Pada orang normal, gangguan tidur yang

berkepanjangan akan mengakibatkan perubahan-

perubahan pada siklus tidur biologiknya, menurun daya

tahan tubuh serta menurunkan prestasi kerja, mudah

tersinggung, depresi, kurang konsentrasi, kelelahan, yang

pada akhirnya dapat mempengaruhi keselamatan diri

sendiri atau orang lain. Menurut beberapa peneliti

gangguan tidur yang berkepanjangan didapatkan 2,5 kali

lebih sering mengalami kecelakaan mobil dibandingkan

pada orang yang tidurnya cukup (Japardi, 2002).

Hampir semua orang pernah mengalami gangguan

tidur selama masa kehidupannya. Diperkirakan tiap tahun

20%-40% orang dewasa mengalami kesukaran tidur dan

17% diantaranya mengalami masalah serius (Japardi,

2002).

Dalam sumber lain disebutkan, jika gangguan tidur

tidak segera diatasi maka jangka waktu yang lama akan

berhubungan dengan penyakit-penyakit serius seperti

tekanan darah tinggi, serangan jantung, gangguan jantung,

stroke, kegemukan, dan luka akibat kecelakaan. Selain itu

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tidur 2.1.1. Definisi Tidurrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6698/2/T1_462007047_BAB II.pdf · Walaupun kedua definisi tersebut sedikit agak

27

gangguan tidur juga dapat berpengaruh terhadap masalah

kesehatan psikis seperti depresi, gangguan jiwa, kerusakan

mental, mempengaruhi pertumbuhan janin dan anak-anak,

serta terjadinya penurunan kualitas hidup. Menurut

penelitian Doghramji, penanganan yang tidak segera

dilakukan pada orang yang mengalami insomnia atau

gangguan tidur lainnya dapat menyebabkan kerusakan

fungsional tubuh sehingga memerlukan biaya perawatan

yang mahal. Dikatakan pula bahwa tidur yang berlebih

tanpa diiringi kualitas tidur yang baik juga dapat

berhubungan dengan meningkatnya angka kematian,

kesakitan, dan kecelakaan yang dapat mengancam jiwa

(Handayani, 2008).

Menurut data Internasional of Sleep Disorder,

prevalensi penyebab-penyebab gangguan tidur adalah

sebagai berikut: Penyakit asma (61-74%), gangguan pusat

pernafasan (40-50%), kram kaki malam hari (16%),

psychophysiological (15%), sindroma kaki gelisah (5-15%),

ketergantungan alkohol (10%), sindroma terlambat tidur (5-

10%), depresi (65). Demensia (5%), gangguan perubahan

jadwal kerja (2- 5%), gangguan obstruksi sesak saluran

nafas (1-2%), penyakit ulkus peptikus (<1%), narcolepsy

(mendadak tidur) (0,03%-0,16%) (Japardi, 2002).

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tidur 2.1.1. Definisi Tidurrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6698/2/T1_462007047_BAB II.pdf · Walaupun kedua definisi tersebut sedikit agak

28

Klasifikasi gangguan tidur menurut International

Classification of Sleep Disorders, adalah sebagai berikut :

1. Dissomnia

Dissomnia adalah suatu keadaan dimana

seseorang mengalami kesukaran menjadi jatuh tidur

(failling as sleep), mengalami gangguan selama tidur

(difficulty in staying as sleep), bangun terlalu dini atau

kombinasi diantaranya (Japardi, 2002).

a. Gangguan tidur intrisik

Narkolepsi, gerakan anggota gerak periodik, sindroma

kaki gelisah, obstruksi saluran nafas, hipoventilasi,

post traumatik kepala, tidur berlebihan (hipersomnia),

idiopatik (Japardi, 2002).

b. Gangguan tidur ekstrinsik

Tidur yang tidak sehat, lingkungan, perubahan posisi

tidur, toksik, ketergantungan alkohol, obat hipnotik

atau stimulan (Japardi, 2002).

c. Gangguan tidur irama sirkadian

Jet-lag sindroma, perubahan jadwal kerja, sindroma

fase terlambat tidur, sindroma fase tidur belum

waktunya, bangun tidur tidak teratur, tidak tidur

selama 24 jam (Japardi, 2002).

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tidur 2.1.1. Definisi Tidurrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6698/2/T1_462007047_BAB II.pdf · Walaupun kedua definisi tersebut sedikit agak

29

2. Parasomnia

Parasomnia yaitu merupakan kelompok

heterogen yang terdiri dari kejadian-kejadian episode

yang berlangsung pada malam hari pada saat tidur atau

pada waktu antara bangun dan tidur. Kasus ini sering

berhubungan dengan gangguan perubahan tingkah laku

danaksi motorik potensial, sehingga sangat potensial

menimbulkan angka kesakitan dan kematian, Insidensi

ini sering ditemukan pada usia anak berumur 3-5 tahun

(15%) dan mengalami perbaikan atau penurunan

insidensi pada usia dewasa (3%) (Japardi, 2002).

Ada 3 faktor utama presipitasi terjadinya

parasomnia yaitu (Japardi, 2002):

a. Peminum alkohol

b. Kurang tidur (sleep deprivation)

c. Stres psikososial

Kelainan ini terletak pada aurosal yang sering terjadi

pada stadium transmisi antara bangun dan tidur.

Gambaran berupa aktivitas otot skeletal dan perubahan

sistem otonom. Gejala khasnya berupa penurunan

kesadaran (konfuosius), dan diikuti aurosal dan amnesia

episode tersebut. Seringkali terjadi pada stadium 3 dan 4

(Japardi, 2002).

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tidur 2.1.1. Definisi Tidurrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6698/2/T1_462007047_BAB II.pdf · Walaupun kedua definisi tersebut sedikit agak

30

3. Gangguan tidur berhubungan dengan gangguan

kesehatan/psikiatri

a. Gangguan mental

Psikosis, ansietas, gangguan afektif, panik (nyeri

hebat), alkohol (Japardi, 2002).

b. Berhubungan dengan kondisi kesehatan

Penyakit degeneratif (demensia, parkinson, multiple

sklerosis), epilepsi, status epilepsi, nyeri kepala,

Huntington, post traumatik kepala, stroke, Gilles de-la

tourette sindroma (Japardi, 2002).

c. Berhubungan dengan kondisi kesehatan

Penyakit asma,penyakit jantung, ulkus peptikus,

sindroma fibrositis, refluks gastrointestinal, penyakit

paru kronik (PPOK) (Japardi, 2002).

2.2 Tuberculosis Paru

Menurut data international of sleep disorder di atas,

gangguan penyakit pusat pernafasan termasuk didalamnya

penyakit tuberkulosis memiliki prevalensi yang cukup tinggi

(40-50%) sebagai penyebab gangguan tidur. tuberkulosis

merupakan penyakit infeksi penyebab kematian dengan

urutan atas atau mortalitas tinggi, angka kejadian penyakit

(morbiditas), diagnosis dan terapi yang cukup lama. Di

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tidur 2.1.1. Definisi Tidurrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6698/2/T1_462007047_BAB II.pdf · Walaupun kedua definisi tersebut sedikit agak

31

Indonesia, tuberkulosis masih menempati urutan kedua (7,5

persen) pola penyebab kematian semua umur setelah

stroke. Angka kematian tuberkulosis (death rate) secara

nasional, diperkirakan sebesar 68 per 100.000 penduduk

dan angka kematian kasus (case fatality rate) sebesar 24

persen. Berdasarkan laporan WHO dalam Global Report

2009, pada tahun 2008 Indonesia berada pada peringkat 5

dunia penderita tuberkulosis terbanyak setelah India, China,

Afrika Selatan dan Nigeria.

2.2.1. Pengertian Tuberculosis Paru

Menurut Departemen Kesehatan (2002),

Tuberculosis adalah penyakit menular yang disebabkan

oleh kuman TBC (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian

besar kuman TBC menyerang paru, tetapi juga mengenai

organ tubuh lainnya.

2.2.2. Etiologi

Tuberculosis paru disebabkan oleh Mycobacterium

tuberculosis, sejenis kuman berbentuk batang dengan

ukuran panjang 1 – 4 µm dan tebal 0,3 – 0,6 µm. Sebagian

besar kuman terdiri dari asam lemak (lipid). Lipid inilah

yang membuat kuman lebih tahan terhadap asam sehingga

disebut bakteri tahan asam. Sifat lain kuman ini adalah

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tidur 2.1.1. Definisi Tidurrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6698/2/T1_462007047_BAB II.pdf · Walaupun kedua definisi tersebut sedikit agak

32

aerob yaitu kuman lebih menyenangi jaringan yang tinggi

kandungan O2 nya. Dalam hal ini tekanan O2 pada bagian

apikal paru–paru lebih tinggi dari bagian lain sehingga

bagian apical ini merupakan tempat predileksi penyakit

tuberculosis (Mansjoer, 2002). Mereka yang paling beresiko

tertular basil adalah mereka yang tinggal berdekatan

dengan orang yang terinfeksi aktif khususnya individu yang

sistem imunnya tidak adekuat.

2.2.3. Gejala Penyakit

Gejala penyakit tuberkulosis dapat dibagi menjadi gejala

umum dan gejala khusus yang timbul sesuai dengan organ

yang terlibat, gambaran secara klinis tidak terlalu khas

terutama pada kasus baru, sehingga cukup sulit untuk

menegakkan diagnosa secara klinik.

1. Gejala umum tuberkulosis

Menurut Mansjoer (2002) adalah sebagai berikut:

a. Demam biasanya subfebril menyerupai demam

influenza, tapi kadang–kadang panas badan

mencapai 40 derajat celcius.

b. Batuk terjadi karena adanya iritasi pada bronkus.

Batuk ini diperlukan untuk membuang produk- produk

radang keluar, sifat batuk dimulai dari batuk kering

(non produktif) kemudian setelah muncul peradangan

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tidur 2.1.1. Definisi Tidurrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6698/2/T1_462007047_BAB II.pdf · Walaupun kedua definisi tersebut sedikit agak

33

menjadi produktif (menghasilkan sputum). Keadaan

yang lanjut adalah berupa batuk darah karena

terdapat pembuluh darah yang pecah.

c. Sesak nafas pada penyakit yang ringan (baru tumbuh)

belum dirasakan sesak nafas, sesak nafas akan

ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, dimana

infiltrasinya sudah setengah bagian paru-paru.

d. Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang sudah sampai

ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis

e. Maleise sering ditemukan anoreksia, tidak ada nafsu

makan, berat badan turun, sakit kepala, nyeri otot dan

keringat malam.

2. Gejala Khusus

a. Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila

terjadi sumbatan sebagian bronkus (saluran yang

menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar

getah bening yang membesar, akan menimbulkan

suara “mengi”, suara nafas melemah yang disertai

sesak.

b. Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-

paru), dapat disertai dengan keluhan sakit dada.

c. Bila mengenai tulang maka akan terjadi gejala seperti

infeksi tulang yang pada suatu saat dapat membentuk

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tidur 2.1.1. Definisi Tidurrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6698/2/T1_462007047_BAB II.pdf · Walaupun kedua definisi tersebut sedikit agak

34

saluran dan bermuatan pada kulit diatasnya, pada

muaranya ini akan keluar cairan nanah.

2.2.4 Klasifikasi Penyakit

Klasifikasi TB paru terdapat beberapa pegangan

yang prinsipnya hampir sama. Dalam Pedoman

Penanggulangan TB Nasional dijelaskan bahwa

klasifikasi berdasarkan gejala klinis, radiologis dan hasil

pemeriksaan bakteriologis dan riwayat pengobatan

sebelumnya (Dep Kes, 2006). Klasifikasi ini digunakan

untuk menetapkan strategi pengobatan dan

penanganan pemberantas TB, yaitu :

1. TB paru BTA positif adalah :

a. BTA positif mikroskopis positif 2

b. BTA positif mikroskopis positif biakan positif

c. BTA positif mikroskopis positif radiologis positif

d. Gambaran radiologis sesuai dengan TB paru

2. TB paru BTA negatif adalah :

a. Gejala klinis dan gambaran radiologis sesuai

dengan TB paru aktif

b. Bakteriologis ( sputum BTA ) negatif

c. Mikroskopis negatif , biakan, klinis dan radiologis

positif

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tidur 2.1.1. Definisi Tidurrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6698/2/T1_462007047_BAB II.pdf · Walaupun kedua definisi tersebut sedikit agak

35

3. Bekas TB paru yaitu :

a. Bakteriologis ( mikroskopis dan biakan ) negatif

b. Gejala klinis tidak adaatau ada gejala sisa akibat

kelainan paru yang ditinggalkan

c. Radiologis menunjukkan gambaran lesi TB

inaktif, terlebih menunjukkan gambaran serial

foto toraks yang sama/tidak berubah

d. Riwayat pengobatan OAT yang adekuat, akan

lebih mendukung.

2.3 Hubungan Faktor Penyakit Pasien Tuberkulosis dengan

Pola Tidur Pasien Tuberkulosis

Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi penyebab

kematian dengan urutan atas atau mortalitas tinggi, angka

kejadian penyakit (morbiditas), diagnosis dan terapi yang cukup

lama. Di Indonesia, tuberkulosis masih menempati urutan

kedua (7,5 persen) pola penyebab kematian semua umur

setelah stroke.

Menurut data international of sleep disorder,

gangguan penyakit pusat pernafasan termasuk didalamnya

penyakit tuberkulosis memiliki prevalensi yang cukup tinggi (40-

50%) sebagai penyebab gangguan tidur (Alawiyah, 2009).

Temuan data international of sleep disorder didukung oleh

pendapat Doenges (2000), Mansjoer (2002), dan Kozier., Erb.,

Berman & Snyder (2003) bahwa bagi pasien tuberkulosis,

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tidur 2.1.1. Definisi Tidurrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6698/2/T1_462007047_BAB II.pdf · Walaupun kedua definisi tersebut sedikit agak

36

penyakit yang disertai terjadinya nyeri dada, batuk, sesak

nafas, nyeri otot, dan keringat malam mengakibatkan

tergantungnya kenyamanan tidur dan istirahat penderita.

Berpijak dari penjelasan tersebut di atas maka dapat

dikatakan jika penyakit tuberkulosis merupakan salah satu

faktor yang mengganggu pola tidur penderita sebagai akibat

terjadinya nyeri dada, batuk, sesak nafas, nyeri otot, keringat

malam, sakit kepala, dan demam tinggi.

2.4 Hubungan Faktor Lingkungan Ruang Rawat Inap Pasien

dengan Pola Tidur Pasien Tuberkulosis

Selain faktor penyakit, masalah faktor lingkungan

ruang rawat inap pasien juga mempengaruhi pola tidur pasien

tuberkulosis. Dijelaskan oleh Kozier., Erb., Berman. & Snyder

(2003), kondisi ruang rawat inap yang menyebabkan gangguan

pola tidur pasien tuberkulosis, antara lain: aktifitas yang

menimbulkan kegaduhan, lampu yang menyala terang,

temperatur udara yang panas karena kurangnya ventilasi,

terganggu oleh dengkuran pasien lain ataupun yang terpaksa

dibangunkan karena adanya prosedur tindakan tertentu.

Berpijak dari penjelasan tersebut di atas maka dapat

dikatakan jika faktor lingkungan ruang rawat inap merupakan

salah satu faktor yang mengganggu pola tidur penderita

sebagai akibat aktifitas yang menimbulkan kegaduhan, lampu

yang menyala terang, temperatur udara yang panas karena

kurangnya ventilasi, terganggu oleh dengkuran pasien lain

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tidur 2.1.1. Definisi Tidurrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6698/2/T1_462007047_BAB II.pdf · Walaupun kedua definisi tersebut sedikit agak

37

ataupun yang terpaksa dibangunkan karena adanya prosedur

tindakan tertentu.

2.5 Hubungan Faktor Stres dan Emosi Pasien dengan Pola

Tidur Pasien Tuberkulosis

Selain faktor penyakit dan lingkungan ruang rawat

inap pasien, faktor stres dan emosi juga ikut mempengaruhi

pola tidur pasien tuberkulosis. Dijelaskan oleh Doenges (2000),

perpindahan penderita TB dari lingkungan rumah yang

cenderung cukup tenang ke lingkungan rumah sakit, dimana

banyak orang yang mondar-mandir, berisik dan lain sebagainya

(Doengoes, 2000) akan berakibat stres dan emosi pasien

meningkat. Selain itu Doengoes (2000) juga menjelaskan

bahwa adanya perasaan isolasi karena penyakit menular juga

menyebabkan stres dan emosi pada pasien. Kemudian

menurut Nodesul (2005), adanya proses pengobatan yang

lama pada pasien juga menjadi faktor pemicu stres dan emosi

pasien. Engram (2003) juga menjelaskan bahwa adanya

perasaan cemas sehubungan dengan adanya ancaman

kematian yang dibayangkan akibat ketidakmampuan untuk

bernafas juga salah satu hal yang memicu stress dan emosi

pasien. Tidak jauh berbeda Kozier., Erb., Berman. & Snyder

(2003) juga menyatakan bahwa banyak orang yang mondar-

mandir, berisik, mengalami perasaan isolasi karena penyakit

menular, adanya proses pengobatan yang lama, cemas tidak

dapat membayar biaya pengobatan, dan perasaan cemas

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tidur 2.1.1. Definisi Tidurrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6698/2/T1_462007047_BAB II.pdf · Walaupun kedua definisi tersebut sedikit agak

38

sehubungan dengan adanya ancaman kematian merupakan

pemicu stres dan emosi pada pasien.

2.6 Kerangka Teori

Banyak faktor yang mempengaruhi kualitas dan

kuantitas tidur, seperti halnya : faktor penyakit, lingkungan,

kelelahan, stres emosi, obat-obatan, diet, dan motivasi.

Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat

digambarkan model kerangka teori sebagai berikut :

Gambar 2.1. Kerangka Teori

Sumber : Kozier., Erb., Berman. & Snyder (2003)

Penyakit

Lingkungan

Stres Emosi

Kelelahan

Diet

Motivasi

Pola Tidur

Obat-Obatan

Tuberkulosis (nyeri dada, batuk, sesak nafas, nyeri otot, dan keringat malam).

Kegaduhan, lampu terang, temperatur ruang, dengkuran pasien lain, terpaksa dibangunkan karena tindakan tertentu.

Banyak orang yang mondar-mandir, berisik, mengalami perasaan isolasi karena penyakit menular, adanya proses pengobatan yang lama, cemas tidak dapat membayar biaya pengobatan, dan perasaan cemas sehubungan dengan adanya ancaman kematian.

Kondisi badan capek

Diuretic, anti-depresan, beta bloker dan narkotika

Diet L-trptophan

Keinginan tetap terjaga

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tidur 2.1.1. Definisi Tidurrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6698/2/T1_462007047_BAB II.pdf · Walaupun kedua definisi tersebut sedikit agak

39

Keterangan :

: Faktor yang diteliti

: Faktor yang tidak diteliti

2.7 Kerangka Konsep

Berdasarkan uraian pada tinjauan teori maka dapat

disusun kerangka konsep sebagai berikut

Variabel bebas Variabel Terikat

Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian

Keterangan :

1. Variabel Independen (Xi) = Penyakit Tuberkulosis (X1),

Lingkungan Ruang Rawat Inap (X2), Stress dan Emosi (X3)

2. Variabel Dependen (Y) = Pola Tidur Pasien Rawat Inap

Tuberkulosis

2.8 Hipotesis penelitian

Hipotesis penelitian adalah jawaban sementara

terhadap pertanyaan penelitian dan harus diuji

Penyakit Tuberkulosis

(X1)

Pola Tidur Pasien Rawat Inap Tuberkulosis (Y)

Lingkungan Ruang Rawat

Inap (X2)

Stres dan Emosi Pasien

(X3)

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tidur 2.1.1. Definisi Tidurrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6698/2/T1_462007047_BAB II.pdf · Walaupun kedua definisi tersebut sedikit agak

40

kebenarannya lewat pengumpulan data-data dan

penganalisaan data penelitian (Azwar, 2003).

Berdasarkan definisi hipotesis tersebut di atas maka

hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini, yaitu:

1. Terdapat hubungan penyakit tuberkulosis dengan pola tidur

pasien rawat inap tuberkulosis di Rumah Sakit Paru dr. Ario

Wirawan Salatiga.

2. Terdapat hubungan lingkungan ruang rawat inap pasien

dengan pola tidur pasien rawat inap tuberkulosis di Rumah

Sakit Paru dr. Ario Wirawan Salatiga

3. Terdapat hubungan stres dan emosi pasien dengan pola

tidur pasien rawat inap tuberkulosis di Rumah Sakit Paru dr.

Ario Wirawan Salatiga.