diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna...
TRANSCRIPT
METODE DAKWAH DI KALANGAN REMAJA PERKOTAAN
(Studi Kasus Aktifitas Dakwah Forum Komunikasi Remaja
“ROMANSA” di Kel. Tambakaji Ngaliyan Semarang)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S.1)
Dalam Ilmu Dakwah
Jurusan / prodi : Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI)
Oleh :
AHMAD SOLEH
071211017
FAKULTAS DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2012
ii
NOTA PEMBIMBING
Lamp. : 5 (lima) ekslampar
Hal : Persetujuan Naskah Skripsi
Kepada
Yth. Bapak Dekan Fakultas Dakwah
IAIN Walisongo Semarang
di Semarang
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Setelah membaca, mengadakan koreksi dan perbaikan sebagaimana
mestinya, maka kami menyatakan bahwa skripsi saudara:
Nama : Ahmad Soleh
NIM : 71211017
Fak. / Jur. : Dakwah / KPI
Judul Skripsi : METODE DAKWAH DI KALANGAN REMAJA
PERKOTAAN (Studi Kasus Aktifitas Dakwah
Forum Komunikasi Remaja “ROMANSA” di Kel.
Tambakaji Ngaliyan Semarang)
Dengan ini telah saya setujui dan mohon agar segera diujikan.
Demikian, atas perhatiannya diucapkan terima kasih.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Semarang, 14 Juni 2012
Pembimbing,
Bidang Substansi Materi Bidang Metodologi dan Tata Tulis
Dr. H. Moh. Zuhri, M.Ag Drs. H. Ahmad Anas M.Ag
NIP. 1948515 196709 1001 NIP. 19660513 199303 1002
iii
PENGESAHAN
SKRIPSI
METODE DAKWAH DI KALANGAN REMAJA PERKOTAAN
(Studi Kasus Aktifitas Dakwah Forum Komunikasi Remaja “ROMANSA”
di Kel. Tambakaji Ngaliyan Semarang)
Disusun oleh
AHMAD SOLEH
71211017
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
Pada tanggal 25 Juni 2012
Dan dinyatakan telah lulus memenuhi syarat
Susunan Dewan Penguji
Penguji I Penguji II
Drs. H. Ahmad Anas, M.Ag Dr. H. Muchlis Yahya, M.Si
NIP. 19660513 199303 1002 NIP. 19611017 198803 1002
Penguji III Penguji IV
Dra. Hj. Siti Sholihati, M.A Dra. Hj. Umul Baroroh, M.Ag
NIP. 19631017 199103 2001 NIP. 19660508 199101 2001
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. H. Moh. Zuhri, M.Ag Drs. H. Ahmad Anas, M.Ag
NIP. 1948515 196709 1001 NIP. 19660513 199303 1002
iv
DEKLARASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya
sendiri dan di dalamnya tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk
memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi di lembaga
pendidikan lainnya. Pengetahuan yang diperoleh dari hasil penerbitan maupun
yang belum / tidak diterbitkan, sumbernya dijelaskan di dalam tulisan dan
daftar pustaka.
Semarang, 16 Juni 2012
Ahmad Soleh
NIM: 71211017
v
ABSTRAKSI
Skripsi yang berjudul : Metode Dakwah di Kalangan Remaja Perkotaan
(Studi Kasus Aktifitas Dakwah Forum Komunikasi Remaja “ROMANSA” di Kel.
Tambakaji Ngaliyan Semarang). Mempunyai permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana Metode dakwah pada forum komunikasi remaja “ROMANSA” di
Kel. Tambakaji Ngaliyan Semarang ?
2. Apa hasil-hasil yang telah dicapai forum komunikasi remaja “ROMANSA”
dalam dakwahnya?
Penelitian ini bersifat kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif. Sumber
kajian dalam hal ini dibagi menjadi dua sumber utama dan sumber penunjang.
Sumber utama adalah sumber yang diambil dari bahan-bahan yang langsung dari
subyek penelitian dengan menggunakan alat pengukuran atau alat pengambilan
data langsuung pada obyek sebagai sumber informasi yang dicari. Data ini
diperoleh wawancara langsung dari pengurus Romansa dan perwakilan dari
masyarakat Tambakaji. Sumber penunjang adalah data yang diperoleh lewat pihak
lain, tidak langsung diperoleh dari peneliti dari subyek penelitian. Data ini
diperoleh dari dokumen-dokumen atau laporan yang telah tersedia, sehingga dapat
melengkapi sumber utama.
Adapun bentuk dakwah yang dilakukan Romansa, pertama adalah metode
ceramah yang membahas permasalahan-permasalahan pada remaja. Kedua adalah
dakwah melalui pendidikan dan pengajaran agama Islam dan yang ketiga adalah
metode bil hal.
Berdasarkan dakwah yang telah dilakukan oleh Romansa melalui metode
dakwahnya dapat dikatakan cukup efektif, berikut hasil-hasil yang telah dicapai
Romansa dalam dakwahnya : Pertama remaja di Tambakaji lebih bisa menghargai
dan menghormati yang lebih tua, menurunya tingkat kenakalan remaja di
Tambakaji. Kedua Romansa telah mengadakan TPQ sebagai sarana belajar
mengaji anak, sehingga anak-anak di Tambakaji mayoritas fasih dalam membaca
Al Quran. Ketiga Romansa mengadakan pesantren kilat untuk remaja saat bulan
Ramadhan hal ini dengan harapan remaja Tambakaji lebih banyak melakukan
aktifitas positif saat Ramadhan.
Berdasarkan analisis yang dilakukan maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Keberlangsungan dakwah pada masa kini masih banyak bersifat lisan.
Mengingat masyarakat perkotaan lebih bersifat rasional, maka hal ini perlu
ditindaklanjuti dengan kegiatan-kegiatan dakwah yang lebih luas cakupanya.
2. Dakwah yang telah dilakukan Romansa yaitu melakukan dakwah dari segi
metode, melalui metode ceramah, metode pendidikan dan pengajaran agama
dan metode bil hal.
Semua perilaku dakwah dalam organisasi Islam lebih meningkatkan kinerja serta
mengkaji eksistensi organisasi keagamaan khususnya di kalangan remaja
perkotaan.
vi
Motto
Artinya : “ Serulah ( manusia ) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan
perjalanan yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang
baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dia – lah yang lebih mengetahui
tentang siapa tersesat dari jalan – Nya dan Dia – lah yang lebih
mengetahui orang – orang yang mendapat petunjuk”.( Qs. An
Nahel: 125)
vii
PERSEMBAHAN
Buah karya yang sederhana ini penulis persembahkan
kepada :
Ayah Rusnali(Alm) dan ibunda Akuri tercinta,
Terimakasih atas segala dukungan dan kasih sayang yang
engkau curahkan kepada saya
Terimakasih juga atas kebaikan kakak-kakak, keponakan-
keponakan serta cucu-cucuku yang selalu berikan dukungan
kepada saya
Semoga Allah membalas kebaikan kalian berlipat ganda dan
Allah selalu memberikan kalian kemudahan dalam segala
urusan yang diridhoi-Nya
Terima kasih kepada sahabat-sahabatku
The king of gabrud(Torik), kang maskun, kang midun, kang
colek, serta temen-temen fakultas Dakwah angkatan 2007
Wabil khusus buat Khafidhoh yang insyaAllah menjadi
pendamping hidupku
Yang selalau menemaniku dalam suka maupun duka serta
memberikan semangat, motifasi dan dukungannya
Semoga Allah melipat gandakan pahala atas semua kebaikan
yang telah engkau korbankan untukku
viii
KATA PENGANTAR
Segala Puji bagi Allah yang maha pengasih dan maha penyayang yang tidak
pilih kasih dan tidak pilih sayang, pencurahan segala nikmat dan taufiq serta
inayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Shalawat dan
salam semoga selalu tercurah kepada terkasih Nabi Agung Muhammad SAW
pembawa rahmat bagi umat, shalawat salam juga semoga terlimpah pada para
sahabat, keluarga dan para pengikutnya.
Dalam penyusunan skripsi ini disamping atas usaha kemampuan dan
kemauan penulis juga atas prakarsa dari berbagai pihak baik langsung maupun
tidak langsung yang begitu besar pengorbananya demi terselesainya skripsi. Maka
penulis sampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang
terhormat.
1. Bapak Prof. Dr. H. Muhibbin M,Ag, selaku Rektor IAIN Walisongo
Semarang.
2. Bapak Dr. Muhammad Sulthon M,Ag, selaku Dekan Fakultas Dakwah
IAIN Walisongo Semarang.
3. Bapak Dr. H. Moh Zuhri, M,Ag selaku Dosen Pembimbing I dan Bapak
H. Ahmad Anas, M.Ag selaku Pembimbing II yang telah bersedia
meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan
serta pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.
ix
4. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang, yang
telah banyak memberikan Ilmu pengetahuan kepada penulis dalam bangku
perkuliahan.
5. Ayahanda dan Ibunda yang telah memberikan bantuan moril dan spiritual
serta do’a yang tak terhingga.
6. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu terselesaikannya skripsi ini.
Dengan segala kerendahan hati dan ucapan syukur, semoga Allah SWT
memberikan limpahan rahmat kepada semua pihak yang telah banyak
membantu penulis dengan limpahan kebaikan. Amin.
Pada akhirnya, penulis sadari betapa banyak kekurangan dalam penulisan
skripsi ini, akan tetapi dengan harapan yang sangat besar semoga karya
sederhana ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca, khususnya
penulis.
Semarang, 15 Juni 2012
Penulis,
Ahmad Soleh
NIM: 71211017
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING................................................................. ii
PENGESAHAN.............................................................................................. iii
DEKLARASI.................................................................................................. iv
ABSTRAKSI................................................................................................... v
MOTTO........................................................................................................... vi
PERSEMBAHAN........................................................................................... vii
KATA PENGANTAR.................................................................................... viii
DAFTAR ISI................................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah........................................................ 1
B. Rumusan Masalah................................................................. 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian............................................. 6
D. Tinjauan Pustaka................................................................... 7
E. Metode Penelitian.................................................................. 9
F. Sistematika Penulisan............................................................ 15
BAB II DAKWAH, ORGANISASI DAN REMAJA
A. Kajian Tentang Dakwah Islam.............................................. 17
1. Pengertian Dakwah......................................................... 17
2. Dasar Hukum dan Tujuan Dakwah................................. 21
3. Subyek dan Obyek Dakwah............................................ 25
4. Metode Dakwah.............................................................. 29
xi
B. Organisasi.............................................................................. 34
1. Pengertian Organisasi...................................................... 34
2. Bentuk-bentuk Organisasi............................................... 34
3. Syarat-syarat Organisasi................................................. 39
C. Remaja.................................................................................. 41
1. Pengertian Remaja.......................................................... 41
2. Klasifikasi Remaja.......................................................... 42
3. Karakteristik Remaja...................................................... 44
BAB III METODE DAKWAH DI KALANGAN REMAJA KEL.
TAMBAKAJI NGALIYAN SEMARANG
A. Letak Geografis Kelurahan Tambakaji................................ 47
1. Situasi dan Kondisi Geografis........................................ 47
2. Situasi dan Kondisi Sosiso Ekonomi.............................. 48
3. Situasi dan Kondisi Sosio Religius................................. 49
4. Tingkat Pendidikan........................................................ 49
5. Keadaan Sarana dan Prasarana ...................................... 50
B. Bentuk-bentuk Aktifitas dan Kreatifitas Forum Komunikasi
Remaja “ROMANSA” di Kel. Tambakaji............................ 51
1. Pembinaan Keagamaan................................................... 52
2. Kesejahteraan dan Kemasyarakatan................................ 53
3. Seni, Budaya dan Olahraga............................................. 55
C. Metode Dakwah Pada Forum Komunikasi Remaja
“ROMANSA”di Kel. Tambakaji.......................................... 59
1. Metode Ceramah............................................................. 60
2. Metode Pendidikan dan Pengajaran Agama.................... 62
3. Metode Bil Hal................................................................ 63
D. Hasil-hasil Yang Dicapai “ROMANSA” Dalam
Dakwahnya........................................................................... 64
1. Hasil Dari Metode Ceramah............................................ 65
2. Hasil Dari Metode Pendidikan dan Pengajaran Agama.. 66
xii
3. Hasil Dari Metode Bil Hal.............................................. 67
BAB IV ANALISIS METODE DAKWAH FORUM KOMUNIKASI
REMAJA ROMANSA DI KEL.TAMBAKAJI NGALIYAN
SEMARANG
A. Analisis Terhadap Aktifitas Dakwah.................................... 68
B. Analisis Terhadap Metode Dakwah..................................... 70
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................... 76
B. Saran-saran............................................................................ 77
C. Penutup................................................................................. 78
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dakwah merupakan bagian yang sangat penting di dalam Islam,
karena berkembang tidaknya ajaran agama Islam dalam kehidupan
masyarakat merupakan aktifitas dari berhasil tidaknya dakwah yang
dilaksanakan, sebagai ajaran yang menuntut penyampaian dan penyebaran.
Setiap muslim senantiasa berada dalam kisaran fungsi dan misi risalah
melalui media dakwah, baik ke dalam maupun ke luar lingkungan umat
Islam, dengan memperhatikan akidah, akhlak, dan ketentuan lainya yang
intinya sesuai dengan konsep Islam ( Saefudin, 1996 : 1 ).
Dakwah menurut istilah mengandung beberapa arti yang beragam.
Banyak para ahli ilmu dakwah memberikan definisi menurut versi sudut
pandang yang berbeda. Meskipun demikian akan lebih terasa kalau
semuanya itu saling melengkapi. Untuk lebih jelasnya di bawah ini akan
diuraikan beberapa devinisi dakwah :
Amrullah Ahmad berpendapat sebagai berikut :
“Dakwah Islam merupakan aktualisasi imani (teologis) yang
dimanifestasikan dalam suatu sistem kegiatan manusia beriman
dalam bidang kemasyarakatan yang dilaksanakan secara teratur
utuk mempengaruhi cara merasa, berfikir, bersikap, dan bertindak
manusia pada dataran kenyataan indifidual dan sosio kultural
dalam mengusahakan terwujudnya ajaran Islam dalam semua segi
2
kehidupan dengan menggunakan cara tersebut ( amrullah, 1984:
2)”..
Dalam proses dakwah perlu menggunakan metode, namun metode
tersebut harus disesuaikan dengan kondisi yang dihadapi. Untuk itu
dipertimbangkan metode yang akan digunakan dan cara penerapannya,
karena sukses dan tidaknya suatu program dakwah sering dinilai dari segi
metode yang dipergunakan. Hal ini disebabkan masalah yang dihadapi
oleh dakwah semakin berkembang dan kompleks, sehingga metode yang
berhasil di suatu tempat tidak dapat dijadikan tolak ukur daerah lain (
Abdullah, 1993 : 1 ).
Secara umum Allah telah memberikan pedoman tentang dasar
metode dakwah, sebagaimana tercantum dalam Al Qur‟an surat An – Nahl
ayat 125 :
Artinya : “ Serulah ( manusia ) kepada jalan Tuhanmu dengan
hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka
dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dia – lah
yang lebih mengetahui tentang siapa tersesat dari jalan –
Nya dan Dia – lah yang lebih mengetahui orang – orang
yang mendapat petunjuk “ (Departemen Agama RI, 2005:
282).
3
Berdasarkan firman Allah SWT dalam Al Qur‟an surat An – Nahl ayat 125
maka jelaslah bahwa dakwah Islam tidak mengharuskan secepatnya
berhasil dengan satu cara atau metode saja, namun berbagai cara dapat
dilakukan sesuai objek dakwah dan kemampuan masing– masing
pelaksanaan dakwah atau pimpinan dakwah.
Materi dakwah maupun metodenya yang tidak tepat, sering
memberikan gambaran ( image ) dan persepsi yang keliru tentang Islam.
Demikian pula kesalahpahaman tentang makna dakwah, menyebabkan
kesalahlangkahan dalam operasional dakwah. Sehingga dakwah sering
tidak membawa perubahan apa – apa, padahal tujuan dakwah adalah untuk
mengubah masyarakat sasaran dakwah ke arah kehidupan yang lebih baik
dan lebih sejahtera, lahiriah maupun batiniah ( Hafiduddin, 1998 : 67 ).
Tambakaji yang termasuk sebagai daerah swasembada memiliki
penduduk yang mayoritas beragama Islam. Meskipun demikian tidak
semua masyarakat Tambakaji melaksanakan semua syariat Islam dengan
baik. Kehidupan masyarakat Tambakaji yang didominasi oleh orang tua
dan remaja, dari kalangan orang tua bapak-bapak ataupun ibu-ibu
masyarakat Tambakaji sudah cukup baik dalam melaksanakan syariat
Islam. Dengan melaksanakan berbagai aktifitas-aktifitas Islami, salah satu
kegiatan Islami yang sudah dilaksanakan oleh bapak-bapak maupun ibu-
ibu yaitu perkumpulan yasin tahlil rutin.
4
Berdasarkan pengamatan yang penulis lakukan, khususnya untuk
kalangan remaja di Tambakaji, masih jauh dari harapan umat Islam pada
umumnya yang dapat melaksanakan syariat Islam dengan baik, hal ini
disebabkan karena dampak arus globalisasi yang pada dasar sasaranya
adalah remaja. Karena suatu keadaan tentang remaja adalah penuh
kegoncangan, belum mempunyai prinsip hidup kuat. Keadaan seperti itu
sangat memerlukan agama dan membutuhkan suatu pegangan atau
kekuatan luar yang dapat membantu mereka dalam mengatasi dorongan-
dorongan dan keinginan-keinginan baru yang belum pernah mereka kenal
sebelum itu (Daradjad, 1976: 13).
Melihat perkembangan zaman yang semakin modern dan sasaran
dakwahnya di kalangan remaja, nampaknya kurang tepat jika dakwah
khususnya dikalangan remaja perkotaan menggunakan dakwah bil lisan.
Hal ini mengingat masyarakat kota khususnya kalangan remaja tidak
terlalu suka untuk digurui. Masyarakat kota cenderung percaya dengan
hal-hal yang bersifat rasional. Tidak semua remaja di Tambakaji
terpengaruh oleh dampak globalisasi. Hal ini dibuktikan sebagian remaja
di Tambakaji ada yang sudah melaksanakan syariat Islam, dan juga
membentuk suatu organisasi dakwah, yang sasaran utama dakwahnya
adalah remaja.
Kondisi semacam ini rupanya memang merupakan problematika
utama dakwah di masa kini. Dengan kata lain bagaimana agar dakwah
Islamiah khususnya di kalangan remaja perkotaan yang selama ini bersifat
5
bil – lisan dapat dilengkapi dengan dakwah Islamiah secara lebih lengkap,
luas dan menyeluruh. Sehingga nilai–nilai Islam benar–benar dapat
dipahami, dihayati serta diamalkan sepenuhnya sehingga agama dapat
membawa umatnya ke arah kemajuan dan kesejahteraan hidup. Sedangkan
sementara ini kondisi umat boleh dikatakan masih banyak yang hidup
dengan pola agraris yang disebut dengan peradaban gelombang pertama,
dan baru sedikit yang berpola hidup industry sebagai peradaban
gelombang yang kedua. Ketertinggalan umat Islam semacam ini jelas
terkait erat dengan pola dakwah yang berlangsung selama ini.
Di samping materi juga masalah metode dan media dakwah
khususnya di kalangan remaja perkotaan dalam menghadapi
perkembangan zaman perlu adanya optimalisasi fungsi dan
perkembangannya. Sehingga sudah saatnya untuk mengadakan evaluasi,
pembaharuan, dan pengembangan dakwah.
Dalam melaksanakan dakwah itu tidak hanya dilakukan oleh
perorangan saja, akan tetapi dilaksanakan secara kerja sama atau dengan
kata lain adalah dengan membentuk organisasi dakwah Islam.
Pengorganisasian dapat dirumuskan sebagai rangkaian aktifitas menyusun
suatu kerangka yang menjadi wadah. Bagi segenap kegiatan usaha dakwah
organisasi inilah yang merupakan sesuatu kekuatan bagi umat Islam yang
disusun dalam satu kesatuan baik material, spiritual, maupun fisik material
( Saefudin, 1996 : 2 ).
6
Menyadari akan kenyataan ini, maka penulis mencoba mengkaji
atas permasalahan–permasalahan tersebut, yang sudah dilakukan oleh
forum komunikasi remaja Romansa di Kel. Tambakaji Ngaliyan
Semarang, dengan bentuk skripsi yang berjudul “Metode Dakwah di
Kalangan Remaja Perkotaan (Studi Kasus Aktifitas Dakwah Forum
Komunikasi Remaja “ROMANSA” di Kel. Tambakaji Ngaliyan
Semarang).
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, rumusan masalah yang di ajukan
adalah:
1. Bagaimana Metode dakwah pada forum komunikasi remaja
“ROMANSA” di Kel. Tambakaji Ngaliyan Semarang ?
2. Apa hasil-hasil yang telah dicapai forum komunikasi remaja
“ROMANSA” dalam dakwahnya?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui metode dakwah pada forum komunikasi
remaja “ROMANSA” di Kel. Tambakaji Ngaliyan
Semarang.
7
b. Untuk mengetahui hasil dari kreatifitas metode dakwah
pada forum komunikasi remaja “ROMANSA” di Kel.
Tambakaji Ngaliyan Semarang.
2. Manfaat
a. Manfaat Teoritis
Diharapkan menambah wacana keilmuan di bidang ilmu
dakwah.
b. Manfaat Praktis
Hasil penelitian dapat dimanfaatkan oleh praktisi dakwah
tentang metode dakwah khususnya di kalangan remaja
perkotaan.
D. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka merupakan informasi dasar yang penulis gunakan
dalam menyusun penelitian ini dan untuk menghindari penulisan yang
sama, maka penulis menyajikan beberapa rujukan.
Pertama, skripsi Winarsih ( 2004 ), dengan judul Telaah Terhadap
Komunikasi dalam Organisasi Remaja Masjid Di Kel. Kalipancur
Semarang ( Studi Kasus Antar Remaja Islam “ AKARI” ). Dalam
penelitian ini Winarsih menerangkan bahwa aktifitas dan kreatifitas antar
remaja islam ( AKARI ) berisi suatu penyampaian ide mengenai berbagai
aktifitas Islami yang berkreasi yang dilaksanakan oleh anggota AKARI
dan di dukung oleh mayarakat setempat dalam suatu wadah organisasi.
8
Penelitian ini adalah penelitian kwalitatif deskriptif yaitu data yang
dikumpulkan berupa kata – kata, gambar bukan angka – angka.
Kedua, skripsi Edi Switno ( 1995 ), dengan judul Perkembangan
Dakwah Dalam Menghadapi Perkembangan Sosio Cultural Masyarakat
Modern “ Sebuah Analisis tentang Metode dan Materi Serta Media
Dakwah”. Dalam penelitian ini Edi Switno menerangkan bahwa
disamping materi juga masalah metode dan media dakwah dalam
perkembangan zaman perlu adanya optimalisasi fungsi dan
pengembangan. Sehingga sudah saatnya untuk mengadakan evaluasi,
pembaharuan dan pengembangan dakwah. Dalam penelitian ini digunakan
metode pengmpulan data dengan library research sebagai sumber
pengumpulan data primer.
Ketiga, skripsi Aproni ( 2000 ), dengan judul Pengaruh Pembinaan
Keagamaan di Luar Sekolah Terhadap Perilaku Sosial Remaja di
Kelurahan Tambakaji Semarang. Dalam penelitian ini Aproni
menerangkan bahwa sampai sejauh mana pengaruh pembinaan keagaaan
di luar sekolah yang terdapat di kelurahan Tambakaji yang berupa
pendidikan, pengajian, perkumpulan remaja, maupun Peringatan Hari
Besar Islam ( PHBI ) dalam membentuk perilaku kehidupan sosial remaja
Tambakaji yang meliputi segala segi kehidupan manusia, baik jasmani
maupun rohani, sehingga dalam kehidupan sehari–harinya para remaja
dapat berbuat dan berperilaku positif baik dalam kaitanya sebagai makhluk
individu, social maupun sebagai makhluk ciptaan Tuhan.
9
Populasi dalam penelitian ini adalah remaja yang ada di Kelurahan
Tambakaji Semarang yang berjumlah 500 orang, sedangkan sampel yang
di ambil 50 orang atau sekitar 10% hal ini di dasarkan pada pendapat
bahwa, jika subyeknya besar atau lebih dari 100 maka dapat di ambil 10%
atau 20% sampai 25%. Adapun teknik pengambilan sampelnya
menggunakan teknik random sampling sampel secara acak tanpa pandang
bulu.
Dari berbagai judul penelitian yang penulis uraikan di atas, maka
terlihatlah perbedaan penelitian dengan penelitian yang penulis ajukan.
Perbedaan ini terlihat jelas pada daerah dan pemfokusan obyek
penelitiannya kemudian berdasarkan perbedaan itu, maka akan berbeda
pula karakteristik masyarakatnya. Baik dalam bidang kebudayaannya,
pendidikan dan permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat tersebut.
Berdasarkan perbedaan itu, sehingga akan menghasilkan penelitian yang
berbeda pula.
E. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
a. Kualitatif
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yaitu
penelitian yang tidak mengadakan perhitungan dan lebih mudah
bila berhadapan dengan kenyataan ganda metode yang menyajikan
secara langsung hakekat hubungan antara penelitian dan respon
lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak
10
penajaman pengaruh bersama dan terhadap pola-pola ini yang
dihadapi (Lexy J. Moelong, 2001: 39).
Dengan metode ini, penajaman akan difokuskan pada
persepsi remaja Kelurahan Tambakaji terhadap kegiatan-kegiatan
yang dikoordinasikan oleh organisasi ROMANSA sebagai media
dakwah.
b. Deskriptif
Deskriptif adalah data yang dikumpulkan berupa kata-kata,
gambaran dan bukan angka-angka (Noeng Muhadjir, 1996: 5).
Dirancang untuk mengumpulkan informasi tentang keadaan-
keadaan nyata yang sekarang, kondisi informasi tentang organisasi
ROMANSA dan masyarakat Kel. Tambakaji.
Metode ini bertujuan untuk menggambarkan sifat suatu keadaan
yang sementara berjalan pada penelitian dilakukan dan
memberikan sebab-sebab dari satu gejala tertentu.
2. Definisi Konseptual dan Operasional
Ada kunci dasar dalam memahami penelitian ini yaitu, metode
dakwah dan remaja.
Metode dakwah secara konseptual di artikan sebagai cara–cara
tertentu yang dilakukan oleh seorang da‟I (komunikator) kepada mad‟u
untuk mencapai suatu tujuan atas dasar hikmah dan kasih sayang ( Munir,
2003 : 7 ).
11
Adapun metode –metode dakwah di antaranya yakni :
a. Metode Ceramah
Suatu cara lisan dalam rangka pengajian yang disampaikan oleh
da‟i kepada mad‟u atau dapat dikatakan menyajikan keterangan
kepada orang lain agar dapat dimengerti apa yang telah
disampaikan tersebut (Abdullah, 1989 : 54).
b. Metode Pendidikan dan Pengajaran Agama
Pengajaran adalah alat perantara untuk pencapaian tujuan
pendidikan, sedang pendidikan merupakan cara yang ditempuh
untuk mencapai tujuan dakwah.
c. Metode Tanya Jawab
Metode ini biasanya digunakan bersamaan dengan metode lain
seperti di dalam metode ceramah, metode tanya jawab biasanya
digunakan menyelingi pembicaraan-pembicaraan (ceramah) untuk
menyemangatkan mad‟u (Ulih, 1975 : 18).
d. Metode Keteladanan
Metode keteladanan atau dikenal dengan istilah direct method
yakni suatu cara memperlihatkan sikap gerak-gerak, kelakuan,
perbuatan dengan harapan orang lain melihat, menerima,
memperhatikan dan mencontoh (Abdullah, 1989 : 107).
e. Metode Bil Hal
Dakwah yang bersifat menanamkan, meresapkan dan
mengamalkan ajaran Islam.
12
Remaja secara konseptual diartikan yaitu suatu masa dari manusia
yang paling banyak mempengaruhi, sehingga membawanya dari masa
anak – anak menuju kepada masa dewasa, meliputi segala segi kehidupan
manusia, yaitu jasmani, rohani, pikiran, perasaan dan sosial ( Darajat, 1976
: 35 )
Menurut Zakiah Daradjat remaja adalah “masa peralihan dari anak-
anak menuju dewasa, pada masa seorang akan mengalami perubahan yang
cepat disegala bidang. Mereka bukan lagi anak-anak baik bentuk badan,
sikap maupun cara berfikir dan bertindak, tetapi bukan pula orang dewasa
yang telah matang (Daradjat, 1988 : 101). Zakiah Daradjat memberi
batasan bahwa masa remaja yang ditandai dengan terjadinya peruubahan
pada individu, biasanya dimulai pada usia 13 atau 14 tahun sampai usia 21
tahun (Daradjat, 1978 : 25 ).
Kartini Kartono juga berpendapat bahwa remaja adalah “masa
penghubung atau atau masa peralihan antara masa anak-anak dengan masa
dewasa. Pada masa ini anak (remaja) pada umumnya mengalami satu
bentuk krisis berupa keseimbangan jasmani dan rohani (Kartono, 1979 :
149)”. Dari beberapa pengertian tersebut di atas, dapat dipahami bahwa
remaja adalah suatu masa peralihan dari anak-anak menjadi dewasa, di
mana pada masa ini seseorang akan mengalami pertumbuhan dan
perkembangan yang pesat baik jasmani maupun rohani yaitu antara usia 13
tahun hingga 21 tahun.
13
3. Sumber dan Jenis Data
Sumber data adalah subyek darimana data bisa diperoleh
(Arikunto, 1998: 115). Ada dua macam sumber data yang digunakan
dalam penelitian ini, yaitu:
a. Sumber Data Primer
Sumber data primer adalah data yang diperoleh langsung dari
subyek penelitian dengan menggunakan alat pengukuran atau alat
pengambilan data langsung pada obyek sebagai sumber informasi yang
dicari (Azwar, 1997: 91). Data ini diperoleh wawancara langsung dari
pengurus Romansa.
b. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh lewat pihak lain,
tidak langsung diperoleh dari peneliti dari subyek penelitian (Azwar,
1997: 92). Data ini diperoleh dari dokumen-dokumen atau laporan
yang telah tersedia.
4. Metode Pengumpulan Data
Field research adalah penelitian yang dilaksanakan di lapangan,
atau terjun langsung pada kancah penelitian, yaitu Kelurahan Tambakaji
guna memperoleh data pokok tentang aktifitas forum komunikasi remaja
“ROMANSA“. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode-metode
sebagai berikut :
14
a. Observasi / Pengamatan
Yaitu “pengamatan dan pencatatan secara sistematik fenomena-
fenomena yang diselidiki“ ( Sutrisno Hadi, 1986 : 136 ) metode ini
digunakan secara langsung mengamati terhadap situasi dan kondisi
remaja. Dengan pengamatan atau pendekatan secara sistematik
fenomena–fenomena yang diselidiki aktifitas forum komunikasi remaja
“ROMANSA” melalui metode dakwahnya.
b. Interviuew/Wawancara
Yaitu pengumpulan data dengan tanya jawab sepihak yang diselidiki
dengan sistematik dan berlandaskan kepada tujuan penyelidikan
(Sutrisno, 1989 : 193). Metode ini digunakan untuk memperoleh data
dari pihak yang diwawancarai. Hal ini penulis lakukan dengan cara
mengadakan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan visi dan
misi, aktifitas dakwah serta metode-metode dakwah pada forum
komunikasi remaja “ROMANSA”.
c. Dokumentasi
Yaitu pemberian bukti-bukti dan keterangan-keterangan (seperti
kutipan-kutipan) transkrip, notulen penelitian ini adalah sumber data
yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah dokumen tertulis, metode
ini digunakan untuk mengumpulkan data yang ada hubungannya
dengan permasalahan.
15
5. Metode Analisis Data
Analisis data menurut Patton yang dikutip oleh Lexy J.Moleong
dalam buku Metodologi Penelitian Kualitatif adalah proses mengatur
urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola kategori dan
saham uraian dasar (Moleong, 1996: 15).
Semua data yang terkumpul, baik dari hasil observasi dan
wawancara penulis kumpulkan untuk dianalisis secara kualitatif deskriptif,
dengan menggunakan metode berfikir induktif : yaitu suatu proses berfikir
untuk menarik kesimpulan yang bersifat umum dari kasus–kasus yang
bersifat khusus dan terbatas ( Mundiri, 1991 : 11 – 12).
F. Sistematika Penulisan
Sebagai gambaran secara menyeluruh dari sisi skripsi ini yang
akan memudahkan bagi pembaca untuk memahami, penulis memberikan
sistematika beserta penjelasan secara garis besarnya bahasan dalam skripsi
ini terdiri dari lima bab yang mempunyai kaitan erat antara yang satu
dengan yang lainnya. Adapun sistematika penulisn skripsi ini adalah
sebagai berikut :
Bab I merupakan bab pendahuluan yang meliputi beberapa sub bab
yang menguraikan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan
manfaat penulisan skripsi, tinjauan pustaka, kerangka teoritik, metode
penelitian skripsi yang meliputi jenis penelitian, definisi konseptual dan
operasional metode pengumpulan data, metode analisis data dan
sistematika penulisan.
16
Bab II merupakan landasan teori yang mendasari penulisan dalam
pembahasan skripsi. Dalam hal ini akan diuraikan dalam sub bab pertama
yang membahas kajian tentang dakwah yang terdiri dari pengertian, subjek
dan objek, dasar dan tujuan serta metode dan media dakwah. Sedangkan
sub bab kedua akan membahas mengenai pengertian organisasi, bentuk-
bentuk organisasi, unsur-unsur organisasi, dan syarat organisasi. Sub bab
ketiga akan mengupas masalah pengertia remaja, klasifikasi remaja,
karakteristik remaja.
Bab III berisi tentang eksistensi metode dakwah di kalangan remaja
perkotaan yaitu forum komunikasi remaja “ROMANSA” bab ini terbagi
dalam empat sub bab, yaitu sub bab pertama yang akan menjabarkan
mengenai letak geografis kelurahan Tambakaji, sub bab kedua akan
membahas aktifitas dan kreatifitas organisasi forum komunikasi remaja
“ROMANSA”. Sub bab ketiga membahas tentang metode dakwah yang
efektif pada organisasi forum komunikasi remaja “ROMANSA”. Sub bab
ke empat membahas tentang hasil-hasil dakwah pada forum komunikasi
Romansa.
Bab IV berisi tentang analisis metode dakwah forum komunikasi
remaja “ROMANSA” bab ini meliputi analisis terhadap aktifitas dan
metode-metode dakwah forum komunikasi remaja “ROMANSA”.
Bab V adalah merupakan bab penutup yang memuat kesimpulan,
saran –saran dan penutup.
17
BAB II
DAKWAH, ORGANISASI DAN REMAJA
A. Kajian Tentang Dakwah Islam
1. Pengertian Dakwah
a. Arti Dakwah Menurut Bahasa (Etimologi)
Ditinjau dari segi etimologi, dakwah berasal dari bahasa arab,
terambil dari akar kata da‟a ( دػا ), mempunyai arti seruan, himbauan
atau panggilan (Yunan, 1998 : 199). Dalam kamus Marbawi, dakwah
mempunyai arti seperti دػوة (ajak, mengutuk, menyumpah) دػوة
(dakwah) دػوة (panggilan kenduri, menjemput makan) (Al Marbawi, tt
: 203).
(Depag RI, 2007 : 264)
Artinya :
“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan
seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang
memberi kehidupan kepada kamu, ketahuilah bahwa
Sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya
dan Sesungguhnya kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan”
( Al Anfal : 24 )
18
b. Arti Dakwah Menurut Istilah (Terminologi)
Dakwah menurut istilah mengandung beberapa arti yang
beraneka ragam. Banyak ahli ilmu dakwah dalam memberikan
pengertian atau definisi terhadap istilah dakwah terdapat beraneka
ragam pendapat. Hal ini tergantung pada sudut pandang mereka di
dalam memberikan pengertian kepada istilah tersebut. Sehingga antara
definisi menurut ahli yang satu dengan lainnya senantiasa teerdapat
perbedaan dan kesamaan. Untuk lebih jelasnya di bawah ini akan
disajikan beberapa definisi dakwah sebagai berikut :
1) Menurut Munir Mulkhan dalam bukunya “Ideologisasi Gerakan
Dakwah” bahwa dakwah adalah usaha-usaha menyerukan dan
menyampaikan kepada perorangan dan seluruh umat manusia
dalam hal konsepsi Islam tentang pandangan dan tujuan hidup
manusia di dunia ini, yang meliputi amar ma‟ruf nahi munkar
dengan berbagai macam cara dan media yang di perbolehkan
akhlaq dan membimbing pengalamanya dalam perikehidupan
bermasyarakat dan perikehidupan bernegara (Mulkhan, 1996 : 52).
2) Muhammad Al-Bayevold dalam bukunya “Islam Agama Dakwah
Bukan Revolusi“ menyatakan bahwa dakwah adalah perubahan
sosial menuju masyarakat idaman, meninggalkan sikap egoistis dan
kecenderungan materialis menuju ke arah kebersamaan dan
kemaslahatan untuk tegaknya nilai-nilai kemanusiaan.
19
3) Menurut Asmuni Syukir dalam bukunya “Dasar-Dasar Strategi
Dakwah” memberikan pengertian dakwah dari dua segi atau dua
sudut pandang, yakni pengertian dakwah yang bersifat pembinaan
dan pengembangan. Pengertian dakwah yang bersifat pembinaan
adalah suatu usaha mempertahankan, melestarikan dan
menyempurnakan umat manusia yang hidup bahagia di dunia
maupun di akhirat. Sedangkan pengertian dakwah yang bersifat
pengembangan adalah usaha mengajak umat manusia yang belum
beriman kepada Allah SWT, agar mentaati Syariat Islam (memeluk
Islam) supaya nantinya dapat hidup bahagia dan sejahtera di dunia
dan akhirat (Asmuni, 2000: 20 ).
Dari beberapa definisi dakwah di atas dapat disimpulkan bahwa
dakwah adalah usaha untuk mengajak kepada seluruh umat manusia
dengan menyampaikan ajaran Islam agar tercapai perubahan ke arah
yang lebih baik, sehingga ahirnya dapat mencapai kebahagiaan di dunia
maupun akhirat.
Adapun unsur-unsur dakwah adalah sebagai berikut:
a. Da’i
Da‟i atau juru dakwah merupakan poros dari suatu proses
dakwah. Secara etimologi, da‟i berarti penyampai, pengajar dan
peneguh ajaran ke dalam diri mad‟u. Menurut muhammad Al-Ghozali
juru dakwah adalah para penasehat, para pemimpin, dan para pemberi
20
peringatan yang memberi nasehat dengan baik, mangarang dan
berkhutbah (Syabibi, 2008: 96).
b. Maddatu Al Dakwah (Pesan Illahiyah)
Yaitu ajaran Islam dengan berbagai dimensi dan substansinya,
yang dapat dikutip, dan ditafsirkan dari sumbernya (Al-Quran dan
Hadits) atau dapat pula dikutip dari rumusan yang telah disusun oleh
para ulama atau da‟i. Di dalam dakwah pesan illahiyah dapat disebut
juga sebagai materi dakwah, yaitu pesan-pesan yang harus
disampaikan oleh subyek kepada obyek dakwah (Anshari, 1993: 145).
c. Tariqatu Al Dakwah (Metode)
Adalah cara-cara yang digunakan oleh seorang
mubaligh(komunikator) untuk mencapai tujuan tertentu atas dasar
hikmah dan kasih sayang (Tasmara, 1997: 43).
d. Wasilah (media)
Yaitu sarana yang digunakan dalam berdakwah. Dapat berupa sarana
langsung tatap muka atau sarana bermedia apabila dakwah dilakukan
jarak jauh, seperti telepon, televisi, radio, surat kabar, majalah, dan
sebagainya.
e. Mad’u (yang didakwahi)
Yaitu sasaran dakwah atau peserta dakwah baik perseorangan
maupun kolektif.
f. Atsar (efek)
Adalah suatu efek dari mad‟u setelah didakwahi.
21
2. Dasar Hukum dan Tujuan Dakwah
a. Dasar Hukum Dakwah
Bagi seorang muslim, dakwah merupakan kewajiban yang tidak
bisa ditawarkan lagi. Oleh karenanya dakwah melekat erat bersamaan
pengakuan dirinya sebagai seorang muslim maka secara otomatis pula,
dia itu menjadi seorang juru dakwah. Hal ini berdasar pada firman Allah :
Artinya :“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah
dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara
yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih
mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan
Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat
petunjuk” (An Nahl : 125) (Depag RI, 2007 : 421).
Kata ud‟u ( ادع ) yang diterjemahkan dengan seruan sebagaimana
di atas adalah bentuk fiil amr yang menurut kaedah ushul fiqh :
االصم في االيسنهوجوب
“pokok dalam perintah (amr) menunjukan wajib perbuatan yang
diperintahkan”(Nazar, 2000 : 28).
Artinya bahwa setiap fiil amr adalah perintah dan setiap perintah
adalah wajib dan harus dilaksanakan selama tidak ada dalil lain yang
memalingkanya dari kewajiban itu kepada sunnah atau hukumnya
yang lain. Hanya saja terdapat perbedaan pendapat para ulama tentang
status kewajiban itu apakah wajib ain atau wajib kifayah.
22
Perbedaan pendapat ini bertumpu pada penafsiran ayat 104
surat Ali Imron :
Artinya :”Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang
menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf
dan mencegah dari yang munkar merekalah orang-orang yang
beruntung (QS. Ali Imron : 104).
Bahwa kata (يكى) menurut pendapat pertama huruf ي diberi makna
littab‟idh maka hukum dakwah adalah fardhu„ain, yakni setiap orang
Islam tanpa terkecuali, sebagaimana pendapat M. Natsir :
“....dakwah suatu kewajiban penuh atas umat Islam sendiri,
yang tidak mungkin dan dan tidak boleh diupahkan kepada
orang lain, dan tidak bisa ditopang oleh dakwah orang lain. Ia
harus dirasakan sebagai fardlu “ain”, suatu kewajiban yang
tidak seorang muslim atau muslim manapun yang dapat
terlepas diri dari padanya (Natsir, 1991: 118-119).
Sedangkan untuk pendapat kedua, bahwa kata ي diberi pengertian
littab‟idh (sebagian) sehingga menunjukan pada fardlu kifayah, seperti
halnya oleh Jalaludin dalam tafsirnya diterangkan sebagai berikut :
واليهيق بكم ايتاليهزو كم االيتي نهتبؼض ال ياذكسفسض كف
جامكاناحد
“Min adalah untuk arti sebagian karena apa yang telah disebutkan
(dakwah) itu adalah fardlu kifayah, tidak wajib atas seluruh umat dan
tidak patut untuk setiap orang, seperti orang yang bodoh” (Al Jalalain,
2000 : 58).
23
Dari keterangan tersebut di atas dapat dimbil suatu pengertian
bahwa kewajiban berdakwah merupakan tanggung jawab dan tugas
setiap muslim dan muslimah di manapun dan kapanpun berada.
Tugas dakwah ini wajib dilaksanakan bagi laki-laki dan wanita Islam
yang baligh dan berakal. Hanya saja kemampuan masing-masing. Hal
ini sesuai dengan sabda Rasulullah SAW. Sebagaimana diriwayatkan
oleh Imam Muslim :
فبهسا فا نى يستطغ فبقهب فرانك اضؼفي زاى يكى يكسافهيغيس بيد فاهى يستطغ
ا)زوا يسهى ( االي
“barang siapa diantara kamu sekalian melihat kemunkaran maka
rubahlah dengan kekuasaanya dan apabila tidak mampu (dengan
kekuasaanya) maka rubahlah dengan ucapanya dan apabila tidak
mampu dengan ucapan maka rubahlah dengan hatinya dan yang
demikian itu paling lemahnya iman.
b. Tujuan Dakwah
Dakwah yang pada dasarnya mengajak ke arah yang lebih baik
tentunya mempunyai tujuan yang diharapkan. Tujuan ini dimaksudkan
untuk pemberi arah atau pedoman bagi gerak langkah kegiatan dakwah.
Dakwah yang tidak ada tujuan merupakan pekerjaan sia-sia yang akan
menghamburkan pikiran, tenaga, dan biaya.
Tujuan dakwah dalam perspektif menejemen dakwah, terbagi atas
dua bagian, yakni tujuan-tujuan dakwah secara herarkinya terbagi menjadi
tujuan utama dan tujuan departemental.
24
Pertama, sebagai tujuan utama dakwah, yang dimaksud adalah nilai
atau hasil akhir yang ingin dicapai atau diperoleh keseluruhan tindakan
dakwah. Dalam hal ini yang menjadi tujuan utama dakwah adalah
terwujudnya kebahagian di dunia dan di akhirat yang diridlai Allah AWT
(Rosad, 1998: 21).
Memahami tujuan utama dakwah tersebut di mana tujuan tersebut
dalam kehidupan manusia merupakan final tujuan hidup, maka dapatlah
dikatakan bahwa pada dasarnya dakwah merupakan kebutuhan pokok
dalam kehidupan manusia untuk mengantarkan dirinya menuju pada
kehidupan yang paripurna, yaitu kehidupan yang bahagia baik di dunia
maupun di akhirat nanti. Disinilah letak kelanggengan dakwah bila
manusia menyadari akan arti dan fungsi serta tujuan akhirat nanti.
Disinilah letak kelanggengan dakwah bila manusia menyadarinya, guna
mencapai tujuan ahir tersebut. Sudah barang pasti segala aktifitas dakwah
senantiasa harus terarah menuju pada tercapainya kehidupan yang Islami
baik dalam individu mapn secara komunitas, dengan menjadikan Al Quran
dan Hadits Nabi sebagai “ term of reference-nya”.
Kedua, tujuan departemental dakwah, tujuan departemental ini
merupakan tujuan perantara untuk mencapai tujuan ahir. Yang dimaksud
tujuan departemental dakwah adalah nilai-nilai atau hasil-hasil yang
hendak dicapai dalam aktifitas dakwah pada bidang garapan dakwah
dalam segala aspek kehidupan manusia (Rosad, 1998 : 27).
25
Dari pemahaman terhadap pengertian di atas dapat dipahami
bersama bahwa medan dakwah atau ruang gerak dakwah Islamiah adalah
segala aspek kehidupan manusia dengan mengupayakan agar kehidupan
manusia dalam segala aspeknya bersendikan nilai-nilai Islam. Maka pada
tiang-tiang bidang kehidupan ditentukan tujuan departemental sebagai
perantara pada tercapainya tujuan akhir. Penetapan tujuan departemental
ini erat sekali kaitanya dengan upaya penyusunan strategi dakwah agar
dakwah dapat berhasil secara efisien dan efektif.
Dalam satu rumusan yang sederhana, dapat dikatakan tujuan
dakwah sebagai berikut :
Bagi setiap pribadi muslim, dengan melakukan dakwah berarti
bertujuan untuk melaksanakan salah satu kewajiban agamanya,
yaitu Islam.
Tujuan dari pada komunikasi dakwah ini, adalah terjadinya
perubahan tingkah laku sikap atau perbuatan yang sesuai dengan
risalah Al Quran dan Sunnah (Toto, 1987 : 47).
Tujuan dakwah ialah ingin merbah situasi dan bukan sebaliknya,
dari situasi jahiliah ke situasi tauhid dari situasi tanpa moral ke
situasi ahlakul karimah dan sekular serta serba materialistik ki
situasi Islam menuju ridho Allah semata (Natsir, 1991 : 9).
3. Subyek Dan Obyek Dakwah
a. Subyek Dakwah
Subyek dakwah atau da‟i adalah pelaksana dari pada kegiatan
dakwah, baik perorangan atau individu maupun bersama-sama yang
terorganisir (Aminudin, 1986: 40). Pada dasarnya da‟i adalah
pembantu dan penerus dakwah para Rasul yang mengajak manusia
pada jalan Allah. Dengan demikian da‟i atau mubaligh sebagai
26
komunikator, penerus dakwah Rasul, sudah barang tentu usahanya
tidak hanya menyampaikan pesan semata-mata, tetapi da‟i harus
mengerti dan memahami dari efek komunikasinya terhadap
komunikan, maka setiap mubaligh harus mampu mengidentifisir
dirinya sebagai pemimpin dari kelompok atau jamaahnya (Toto, 1998:
84). Di samping itu juga sebagai seorang pelaku utama untuk
mempengaruhi perubahan sikap dari komunikanya, yang dikenal
dengan “agent of change” (Toto, 1998: 91).
Tugas juru dakwah adalah mengajak dan menyeru kepada
manusia supaya manusia itu mau mengikuti petunjuk Allah dan hidup
menurut ajaran agama Islam. Adapun manusia itu menerima petunjuk
dan mengikuti ajakanya ataupun seruan da‟i, hal itu adalah uruusan
Allah. Dalam hal ini Allah telah memberikan garis besarnya :
( 02)ال ػسا : ........ فااػهيك انبهغ اوا تونو.......
Artinya : “....Dan jika mereka berpaling, maka kewajiban kamu
hanyalah menyampaikan(ayat-ayat Allah) ”....(Q.S Ali Imron:
20) (Depag RI, 2007: 78).
Sebab yang menentukan bahwa manusia menerima dakwah atau
menolaknya adalah Hidayah Allah, sebagaimana firman-Nya dalam
surat Al An‟am ayat 125 : yang artinya sebagai berikut :
“Dan barang siapa yang Allah menghendaki akan memberikan
petunjuk kepadanya, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk
memasuki agama islam. Dan barang siapa Allah menghendaki
akan sesatnya, niscaya Allah akan menjadikan dadanya sesak
lagi sempit seolah-olah ia sedang mendaki naik ke langit.
27
Demikian Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang
tidak beriman (Depag RI, 2007: 23).
Agar pesan dalam dakwah itu sampai pada orang yang
menerimanya, dimengerti, dipahami dan dihayati oleh penerima,
seorang da‟i dituntut persyaratan-persyaratan pengetahuan agama
yang luas, pengetahuan kemasyarakatan dan inforamasi umum yang
aktual. Lebih dari itu dituntut pula persyaratan untuk memiliki sifat-
sifat mulia, watak yang luhur dan bukti perbuatan nyata (Anwar,
1993: 174).
b. Objek dakwah
Dakwah merupakan aktifitas lanjutan tugas Rasulullah SAW,
sehingga obyek yang dituju juga sasaran risalah Muhammad SAW,
yakni seluruh umat manusia tanpa terkecuali, baik pria maupun wanita,
beragama maupun tidak beragama, pemimpin maupun rakyat biasa,
mereka disebut mad‟u atau penerima dakwah (Sanwar, 1998: 66).
Sebagai sasaran dakwah adalah manusia sebagai
pribadi/individu maupun anggota masyarakat. Manusia sebagai
individu tidak dapat dipisahkan dengan masyarakat sedangkan
masyarakat itu sendiri terdiri dari atau terbentuk dari para individu.
Antara individu dengan masyarakat terjadi hubungan timbal balik,
saling mengisi, saling membentuk dan saling mempengaruhi. Atau
terjadi hubungan antara dua atau lebih individu manusia dimana
kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah atau
memperbaiki kelakuan individu yang lain atau sebaliknya. Hal ini yang
28
disebut dengan interaksi sosial. Berkaitan dengan pengaruh sosio
kultural terhadap perkembangan dan pertumbuhan individu cukup
berarti. Dalam hal ini Emile Dorkheim, memberikan suatu pendapat
mengenai pengaruh kesadaran kelompok terhadap jiwa perseorangan :
“Jiwa kelompok adalah menjadi dasar dari kesadaran kolektif,
sedang jiwa perseorangan merupakan dasar dari kesadaran
individual, akan tetapi kesadaran kelompok itulah yang
kemudian dapat menguasai jiwa perseorangan itu. Hal ini
nampak dalam hal-hal yang berhubungan dengan pembentukan
nilai atau norma-norma sosial yang tidak dimiliki oleh individu-
individu dalam masyarakat tetapi lama kelamaan terbentuk oleh
masyarakat. Setiap individu dapat dipaksa olehmasyarakat untuk
menerimanya. Suatu sistem yang mengikat kehidupan orang
sekaligus meurpakan lingkungan yang dapat mempengaruhi dan
menguasai segala bentuk kehidupan manusia adalah apa yang
kita sebut masyarakat (Arifin, 1997 : 56-57)”.
Adapun orang-orang yang menjadi obyek, oleh Shalahudin
Sanusi, dikelompokan menurut aspek-aspek berikut ini :
1) Biologis
Dapat dibagi kepada menurut jenis kelamin yaitu laki-laki dan
wanita, menurut umur yaitu anak-anak, pemuda dan orang tua.
2) Geografis
Digolongkan kepada masyarakat desa dan kota.
3) Ekonomi
Dapat digolongkan menurut keadaan perekonomian, tingkat
kekayaan dan pendapatanya kepada orang kaya, orang sedang dan
orang miskin.
4) Agama
Digolongkan kepada orang Islam dan bukan Islam.
29
5) Pendidikan
Dapat digolongkan kepada orang yang berpendidikan tinggi,
menengah dan rendah.
6) Pekerjaan
Dapat dikategorikan kepada golongan buruh, petani, pengusaha,
pegawai, seniman dan militer.
7) Kelompok
Kelompok ini terdiri dari pada kelompok primer ke kelompok
sekunder dan kelompok tertier. Kelompok primer adalah keluarga,
kelompok sepermainan dan tetangga. Kelompok sekunder seperti
organisasi petani dan sebagainya. Sedangkan kelompok tertier
seperti kelompok sepak bola dan sebagainya (Sanusi, 2001 : 99).
4. Metode Dakwah
Menurut kamus umum bahasa Indonesia, metode diartikan sebagai
“cara yang telah teratur dan terpikirkan baik-baik untuk mencapai suatu
maksud” (Purwadarminta, 1985: 649). Dengan demikian metode berarti
cara untuk mencapai tujuan dakwah.
Dalam berdakwah dikenal beberapa metode dakwah, tetapi kajian
ini hanya akan dibahas mengenai metode yang berkaitan erat dengan
skripsi ini, baik yang berhubungan langsung maupun tidak langsung
berkenaan dengan judul skripsi ini antara lain:
30
a. Metode Ceramah
Yakni “ suatu cara lesan dalam rangka pengajian dakwah yang
dilaksanakan oleh da‟i kepada mad‟u atau dapat dikatakan
amenyajikan keterangan kepada orang lain agar dapat dimengerti apa
yang disajikan (Dzikron, 1989: 54). Metode ini sebagaimana telah
disinggung dalam Al Quran surat An Nahl 125 dengan menggunakan
.(memberi nasehat yang baik) تانحستظانوػ
b. Metode Tanya Jawab
Metode ini biasanya digunakan bersamaan dengan metode lain
yaitu metode ceramah juga melengkapi metode di atas dalam rangka
mencapai tujuan dakwah, tanya jawab wajar pula digunakan
menyelingi pembicaraan-pembicaraan (ceramah) untuk
menyemangatkan mad‟u. Tanya jawab ini sering pula disebut dengan
questioning.
c. Metode Pendidikan dan Pengajaran Agama
Pengajaran adalah alat perantara bagi pencapaian tujuan
pendidikan, sedang pendidikan merupakan cara yang ditempuh untuk
mencapai tjuan dakwah (Asmuni, 2000: 159).
Pendidikan agama sebagai metode dakwah pada dasarnya
membina (melestarikan) fitrah anak yang dibawa sejak kecil atau sejak
lahir, yaitu fitrah beragama (perasaan berTuhan). Karena pendidikan
Islam merpakan proses pengarahan perkembangan kehidupan dan
31
keberagamaan peserta didik ke arah kehidpan Islami (mulkhan, 1996:
237).
d. Metode Keteladanan
Metode keteladanan atau dikenal dengan istilah “demonstration
method” atau “direct method” yakni suatu cara memperlihatkan sikap
gerak-gerik, kelakuan, perbuatan dengan harapan orang dapat melihat,
menerima, memperhatikan, dan mencontoh(Kadir, 1991: 35). Sehingga
dilihat dari sudut dakwah, metode demonstrasi itu sangat menimbulkan
kesan yang besar, karena panca inderaa dan bathin sekaligus dapat
dipekerjakaan.
e. Metode Bil Hal
Dakwah bil hal atau dakwatul hal, adalah cara untuk menanamkan,
meresapkan dan mengamalkan ajaran Islam dengan sebenarnya tanpa
melalui banyak bicara, untuk pemenuhan kebuutuhan manusia baik
duniawi maupun ukhrawi. Karenanya tepat apabila pada era
pembangunan dewasa ini, ditetapkan program dakwah bil ha sebagai
prioritas dengan tujuan meningkatkan harkat dan martabat uumat
terutama dari golongan berpenghasilan rendah (Hamka dan Rafik,
1998: 322).
Setelah mengenal metode dakwah, da‟i juga harus memahami
prinsip-prinsip dakwah. Prinsip-prinsip tersebut menurut Achmad
Mubarok dalam pengantarnya di buku Psikologi Dakwah terangkum
dalam:
32
1. Berdakwah itu harus dimulai dari diri sendiri, dan kemudian
menjadikan keluarganya sebagai contoh masyarakat.
2. Secara mental da‟i harus siap menjadi ahli waris para nabi yakni
mewarisi perjuangan yang berisiko, al’ulama waratsat al ambiya‟.
Semua nabi harus mengalami kesulitan dalam berdakwah kepada
kaumnya meski sudah dilengkapi mukjizat
3. Da‟i harus menyadari bahwa masyarakat membutuhkan waktu
untuk dapat memahami pesan dakwah.
4. Da‟i harus juga menyelami alam pikiran masyarakat sehingga
kebenaran Islam tidak disampaikan dengan menggunakan logika
masyarakat.
5. Dalam menghadapi kesulitan da‟i harus bersabar, jangan bersedih
atas kekafiran masyarakat dan jangan sesak napas terhadap tippu
daya mereka, karena sudah menjadi sunnatullah bahwa setiap
pembawa kebenaran akan dilawan oleh orang kafir, bahkan setiap
nabi-pun harus mengalami diusir oleh kaumnya. Seorang da‟i
harus bisa mengajak, sedangkan yang memberi petunjuk adalah
Allah Swt.
6. Citra positif adalah akan sangat melancarkan komunikasi dakwah,
sebaliknya citra buruk akan membuat semua aktivitas dakwah
menjadi kontradiktif. Citra positif bisa dibangun dengan
kesungguhan dan konsistensi dalam waktu lama, tetapi citra buruk
dapat dibangun seketika hanya oleh satu kesalahan fatal.
33
7. Da‟i haruus memperhatikan tertib urutan pusat perhatian dakwah,
yaitu prioritas pertama berdakwah dengan hal-hal yang bersifat
universal yakni al-khair (kebajikan), yad’una ila al-khair, baru
kepada amr ma’ruf dan kemudian nahi munkar. Al khair adalah
kebaikan universal yang datang secara normatif dari Tuhan,
kemudian keadilan dan kejujuran, sedangkan al-ma’ruf adalah
sesuatu yang secara sosial dipandang sebagai kepantasan.
Sedangkan prinsip-prinsip dakwah jika ditinjau dari da‟i
makna persepsi dari masyarakat secara jama‟ adalah:
a. Dakwah sebagai tabligh, wujudnya adalah ketika mubaligh
menyampaikan ceramah atau pesan dakwah kepada masyarakat
(mad‟u)
b. Dakwah sebagai ajakan
c. Dakwah sebagai pekerjaan menanam, dapat diartikan sebagai
dakwah mengandung arti mendidik manusia agar mereka
bertingkah laku sesuai dengan hukum Islam, karena bagaimanapun
juga mendidik adalah pekerjaan nilai-nilai ke dalam jiwa manusia.
d. Dakwah sebagai akulturasi nilai, dan
Dakwah sebagai pekerjaan membangun (Wahyu, 2010: 22-25).
34
B. Organisasi
1. Pengertian Organisasi
a. Menurut pendapat Richad A. Jonshon, Fremont E. Kast, and James E.
Rosenz Weig yang dikutip oleh Sutarto (1993: 32-33) bahwa
organisasi adalah
“ The organization is an assemblage of people, matreals, machines,
and other resovrcer geared to task accomplishment trough a series of
interactions and integrated into a social system”
Organisasi adalah kumpulan orang, barang, dan mesin dan sumber-
sumber lain yang menghubungkan penyempurnaan tugas melalui
rangkaian saling pengaruh dan bersatu padu ke dalam suatu sistem
sosial.
b. Sutarto (1993: 36) sendiri berpendapat bahwa organisasi adalah sistem
saling pengaruh antar orang dalam kelompok yang bekerja sama untuk
mencapai tujuan tertentu.
2. Bentuk-bentuk Organisasi
Sebelum dikemukakan tentang macam-macam bentuk organisasi
akan diajukan terlebih dahulu beberapa pendapat. Beberapa pendapat yang
dikemukakan di sini hanyalah yang berbeda dan itupun hanya dibatasi
sampai lima pendapat ;
1) Lyman A. Keith dan Carlo E. Gebullini
a. Line Srtuktur
b. Functionalization
c. Staff-and-servise division kemudian diubah menjadi line and staff
an staff structure
a. Stuktur jalur
b. Fungsional
c. Staf dan satuan pelayanan, kemudian berubah menjadi struktur
jalur dan staf
35
2) Lawrence L. Bethel, Frankin S. Atweter, George H. E Smith dan harvey
A. Stockman Jr.
a. Line or military
b. Line and staff
c. Functional (pure)
d. Line and functional staff
e. Line, functional, staff, and committee
a. Jalur atau militer jalur staf
b. Jalur dan staf
c. Fngsional (murni)
d. Jalur dan staf fungsional
e. Jalur staf fungsional dan panitia
3) Robert Y. Durrand
a. Line and staff
b. Line
c. Fuunctional
a. Jalur dan staf
b. Jalur
c. Fungsional
4) Dalton E. Mc Farland
a. Line organization
b. Staff stucture
c. Functional structre
a. Organisasi jalur
b. Stuktur staf
c. Struktur fungsional
5) William R. Spriegel
a. The line, military, or scalar organization
b. The functional organization
c. The committee
a. Organisasi jalur, militer, atau hirarki
b. Organisasi fungsional
c. Panitia
36
Dalam beberapa pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan
sementara bahwa bentuk organisasi dapat dibedakan menjadi bentuk jalur;
fungsional; jalur dan staf; jalur dan staf fungsional; jalur dan staf fungsional
dan panitia; staf; panitia.
Guna lebih memperjelas dapat diikuti terlebih dahulu pendapat dari
The Liang Gie yang membedakan adanya bentuk organisasi ditinjau dari
pola hubungan kerja serta lalu lintas wewenang dan tanggungjawab, dan
ditinjau dari jumlah orang yang memegang pimpinan. Ditinjau dari segi
yang pertama dibedakan bentuk lurus (jalur) bentk lurus dan staf, bentuk
fungsional, ditinjau dari segi yang kedua dibedakan menjadi bentuk
pimpinan tunggal dan bentuk pimpinan dewan.
Atas dasar beberapa pendapat tersebut di atas dengan perubahan
seperlunya dan pendapat yang terahir ini juga dengan perubahan seperlunya
ahirnya dapat disusun macam-macam bentuk organisasi secara skematis
sebagai berikut :
Bentuk-bentuk Organisasi
Ditinjau dari jumlah pucuk ditinjau dari saluran wewenang
pimpinan : 1. Bentuk jalur
1.Bentuk tunggal 2. Bentuk fungsional
2.Bentuk jamak 3. Bentuk jalur dan staff
4. Bentuk fungsional dan staff
5. Bentuk jalur
6. Bentuk jalur, fungsional dan staff
37
Dari diagram tersebut, dapat dijelaskan pengertian masing-masing
bentuk organisasi sebagai berikut (Sutarto, 1993 : 36);
a. Bentuk organisasi tunggal adalah organisasi yang puncak pimpinanya ada
di tangan seorang. Sebutan jabatan untuk tunggal antara lain presiden,
direktur, kepala, ketua, di dalam struktur organisasi pemerintah dikenal
sebutan jabatan menteri, gubernur, bupati, walikota, walikotamadya,
camat, lurah. Dalam struktur organisasi perguruan tinggi dikenal dengan
jabatan rektor, dekan.
b. Bentuk organisasi jamak adalah organisasi yang pucuk pimpinanya ada di
tangan beberapa orang sebagai satu kesatuan. Sebutan jabatan yang
digunakan antara lain presidium, direksi, direkturium, dewan, majlis.
c. Bentuk organisasi jalur adalah organisasi yang wewenang dari pucuk
pimpinan dilimpahkan kepada satuan-satuan organisasi di bawahnya
dalam semua bidang pekerjaan, baik pekerjaan pokok maupun pekerjaan
bantuan.
d. Bentuk organisasi fungsional adalah organisasi yang wewenang dari pucuk
pimpinan dilimpahkan kepada satuan-satuan organisasi di bawahnya
dalam bidang pekerjaan tertentu oleh pimpinan tiap bidang berhak
memerintah kepada semua pelaksana yang ada sepanjang menyangkut
bidang pekerjaanya.
e. Bentuk organisasi jalur dan staff adalah organisasi yang wewenang dari
pucuk pimpinan dilimpahkan kepada satuan-satuan organisasi di
bawahnya dalam semua bidang pekerjaan pokok maupun pekerjaan
38
bantuan. Dan di bawah pucuk pimpinan atau pimpinan satuan organisasi
yang memerlukan diangkat pejabat yang tidak memiliki wewenang
komando, tetapi hanya dapat memberikan nasehat tentang bidang keahlian
pejabat tertentu.
f. Bentuk organisasi fungsional dan staff adalah organisasi yang wewenang
dari pucuk pimpinan dilimpahkan kepada satuuan-satuan organisasi di
bawahnya dalam bidang pekerjaan tertentu. Pimpinan tiap bidang kerja
dapat memerintah semua pelaksana yang ada sepanjang menyangkut
bidang kerjanya dan di bawah pucuk pimpinan atau pimpinan satuan
diangkat pejabat yang tidak memiliki wewenang komando, tetapi hanya
dapat memberikannasehat tentang bidang keahlian tertentu.
g. Bentuk organisasi fungsional dan jalur adalah organisasi yang wewenang
dari puncak pimpinan dilimpahkan kepada satuan-satuan organisasi di
bawahnya dalam bidang pekerjaan tertentu, pimpinan tiap bidang kerja
berhak memerintah kepada semua pelaksana yang ada sepanjang
menyangkut bidang kerja. Dan tiap-tiap satuan pelaksana ke bawah
memiliki wewenang dalam semua bidang kerja.
h. Bentuk jalur, fungsional dan staff adalah organisasi yang wewenang pucuk
pimpinan dilimpahkan kepada satuan-satuan organisasi di bawahnya
dalam bidang pekerjaan tertentu, pimpinan tiap bidang berhak
memerintahkepada semua pelaksana yang ada sepanjang menyangkut
bidang kerja.
39
i. Antara bentuk organisasi berdasarkan jumlah pucuk pimpinan dengan
bentuk organisasi berdasarkan wewenang dapat dibedakan tetapi tidak
dapat dipisahkan dalam pemakaianya.
3. Syarat-syarat Organisasi
Tiap-tiap organisasi disamping mempunyai elemen yang umum
juga mempunyai syarat yang umum. Syarat tersebut diantaranya adalah
bersifat dinamis, memerlukan informasi, mempunyai tujuan dan struktur.
a. Dinamis
Organisasi sebagai suatu sistem terbuka terus-menerus mengalami
perubahan, karena selalu menghadapi tantangan baru dari lingkungan dan
perlu menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan yang selalu berubah
tersebut.
Sifat dinamis ini pertama kali disebabkan karena adanya perubahan
ekonomi dalam lingkungan. Semua organisasi memerlukan sumber
keuangan untuk melakukan aktifitasnya. Oleh karena itu kondisi ekonomi
mempengaruhi secara tajam pada kehidupan organisasi. Organisasi harus
memberikan perhatian kepada tiap-tiap segi ekonomi.
Selain itu, yang menjadikan organisasi bersifat dinamis adalah
perubahan kondisi sosial. Karena semua organisasi tergantung pada bakat
dan inisiatif manusia, maka organisasi mesti tetap dinamis untuk
menyesuaikan diri dengan perubahan kondisi sosial. Jika kondisi sosial
berubah, organisasi juga harus berubah.
40
b. Memerlukan Informasi
Semua organisasi memerlukan informasi untuk hidup. Tanpa
informasi organisasi tidak dapat dijalankan, bahkan dengan tidak adanya
informasi suatu organisasi dapat macet atau mati sama sekali. Untuk
mendapatkan informasi adalah melalui proses komunikasi, tanpa
komunikasi tidak mungkin kita mendapatkan informasi. Oleh karena itu
komunikator memang peranan penting dalam organisasi untuk
mendapatkan informasi yang dibutuhkan oleh organisasi. Informasi yang
dibutuhkan ini baik dari dalam organisasi maupun dari luar organisasi (Arni
Muhammad, 1995: 29-30).
c. Memiliki Tujuan
Organisasi adalah merupakan kelompok orang yang bekerjasama
untk mencapai tujuan tertentu. Oleh karena itu setiap organisasi harus
mempnyai tujuan sendiri-sendiri. Tentu saja suatu organisasi dengan
organisasi yang lain bervariasi (Arni Muhammad, 1995: 30).
Tujuan organisasi hendaknya dihayati oleh seluruh anggota
organisasi sehingga setiap anggota dapat diharapkan mendukung
pencapaian tujuan organisasi melalui partisipasi mereka secara individual.
Sebagian orang telah menyadari, bahwa dengan masuknya dia menjadi
anggota suatu organisasi atau bekerja pada suatu perusahaan, berarti secara
otomatis dan menerima tujuan organisasi tersebut (Arni Muhammad, 1995:
30).
41
d. Terstruktur
Dalam organisasi juga dikenal istilah struktur yang merupakan
bentuk pola hubungan dalam lingkungan organisasi. Ishak dan Ayatullah
mengatakan bahwa struktur organisasi merpakan konsep yang abstar dan
untuk melihatnya dapat melalui bagan organisasi (Ishak dan Ayatullah,
2003: 24).
Organisasi dalam usaha pencapaian tujuanya, biasanya membuat
aturan-aturan, undang-undang dan hirarki hubungan dalam organisasi, hal
ini dinamakan dengan struktur organisasi.
Tiap organisasi mempunyai satu struktur, beberapa dari organisasi
mempunyai batas yang tajam dan struktur yang komplek sedangkan yang
lainya mempunyai batas yang agak longgar dan struktr sederhana.
Struktur mejadikan organisasi membakukan prosedur kerja dan
mengkhususkan tugas yang menghubungkan dengan proses produksi.
Biasanya suatu organisasi mengembangkan suatu struktur yang membantu
organisasi mengontrol dirinya sendiri (Arni Muhammad, 1995: 30-31).
C. Remaja
1. Pengertian Remaja
Orang barat menyebut remaja dengan puber merupakan transisi
dari anak-anak menjadi dewasa, sedangkan di negara kita ada yang
menggunakan istilah akil baligh, pubertas, dan yang paling banyak
menyebutnya remaja dengan adolensi yang dapat diartikan sebagai pemuda
yang keadaanya sedang mengalami ketenagan.
42
Bila ditinjau dari segi biologis yang dimaksud remaja ialah 12
sampai dengan 21 tahun, usia 12 tahun merupakan awal pubertas bagi
seorang gadis, yang disebut remaja mendapat menstruasi (datang bulan)
yang pertama, sedangkan usia 13 tahun merupakan awal pubertas bagi
seorang pemuda ketika ia mengalami massa mimpi pertama yang tanpa
disadari telah mengeluarkan sperma.
2. Klasifikasi Remaja
Sebenarnya sampai sekarang belum ada kata sepakat antara para
ahli ilmu pengetahuan tentang batas umur bagi remaja karena hal itu
tergantung kepada keadaan masyarakat di mana remaja itu hidup, dan
bergantung pula kepada dari mana remaja itu ditinjau. Dari segi pandangan
masyarakat misalnya, akan terlihatlah bahwa semakin maju suatu
masyarakat semakin panjang masa remaja itu, karena untuk diterima
menjadi anggota masyarakat yang bertanggung jawab diperlukan
kepandaian tertentu dan kematangan sosial yang meyakinkan. Lain halnya
dengan masyarakat desa yang masih sederhana, yang hidup dari hasil tani,
menangkap ikan atau berburu, masa remaja itu sangat pendek, bahkan
mungkin tidak ada, atau tidak jelas karena anak dapat langsung berpindah
dewasa apabila pertumbuhan jasmaninya sudah matang, orangpun langsung
dapat dihargai dan sanggup memikul tanggung jawab sosial.
Berbicara tentang pandangan berbagai ahli tentang masa
remajapun tidak ada persatuan hukum, maka usia masa remaja adalah di
atas 12 tahun dan di bawah18 tahun serta belum pernah menikah, artinya
43
apabila terjadi suatu pelanggaran dari seorang dalam usia tersebut maka
hukuman baginya tidak sama dengan hukuman orang dewasa.
Jika kita berbicara dari segi psikologis, maka batas usia remaja
lebih banyak bergantung kepada keadaan masyarakat di mana remaja itu
hidup. Yang dapat ditentukan dengan pasti adalah permulaanya, yaitu
puber pertama atau mulai berubahan jasmani dari anak menjadi dewasa,
kira-kira umur akhir 12 tahun atau permulaan 13 tahun. Akan tatapi akhir
masa remaja tidak sama, pada masyarakat desa, di mana setiap anak telah
ikut bekerja dengan orang tuanya, si anak cepat dapat ikut aktif dalam
mencari rizki, ketrampilan dan ilmu pengetahuan untuk tidak suka
mencapainya. Maka segera setelah pertumbuhan jasmaninya tampak
sempurna, maka ia diberi kepercayaan dan tanggung jawab sebagai seorang
dewasa, dia telah dapat menikah sedangkan demikian masa remajanya
berakhir mungkin sekali umurnya 15 tahun atau 16 tahun. Pada masyarakat
yang lebih maju sedikit, di mana perlu sedikit ilmu pengetahuan formil
yang didapat di sekolah dan ketrampilan sosial tertentu, maka umur
tersebut diperpanjang sampai 18 tahun (Daradjat, 1976: 108-109).
Masa remaja itu terbagi menjadi dua tingkat, yaitu pertama masa
remaja pertama, kira-kira umur 13 tahun sampai dengan 16 tahun, di mana
pertumbuhan jasmani dan kecerdasan berjalan sangat cepat. Dan kedua
masa remaja terakhir, kira-kira dari usia 17 tahun sampai dengan 21 tahun,
yang mana merupakan pertumbuhan terakhir dalam pembinaan pribadi
44
sosial. Sedangkan kemantapan beragama biasanya dicapai pada umur 24
tahun (Daradjat, 1979: 145).
a. Emosi yang meluap-luap
Keadaan emosi remaja masih labil karena erat hubunganya dengan
keadaan hormon. Suatu saat ia bisa sedih sekali, di lain waktu ia bisa
marah sekali. Emosi remaja lebih kuat dan lebih menguasai diri mereka
dari pada pikiran yang relatis.
b. Mulai tertarik pada lawan jenis
Secara biologis manusia terbagi atas dua jenis, yaitu laki-laki dan
perempuan. Dalam kehidupan sosial remaja, mereka mulai tertarik
kepada lawan jenisnya dan mulai berpacaran.
c. Menarik perhatian lingkungan
Pada masa remaja mulai mencari perhatian dari lingkunganya,
berusaha mendapatkan status dan peranan seperti kegiatan remaja di
kampungnya. Kampung yang diberi peranan.
d. Terikat dengan kelompok
Remaja dalam kehidupan sosial sungguh tertarik kepada kelompok
sebayanya sehingga tidak jarang orang tua di nomorduakan sedangkan
kelompoknya di nomorsatukan.
3. Karakteristik Remaja
a. Keadaan jiwa agama yang tidak stabil
Tidak jarang kita melihat remaja pada umur-umur ini mengalami
kegoncangan atau ketidakstabilan dalam beragama. Misalnya mereka
45
kadang-kadang sangat tekun menjalankan ibadah tapi pada waktu lain
enggan melaksanakanya bahkan mungkin menunjukan dalam
kehidupan dapat membawa akibat terhadap sikapnya kepada agama,
seperti contoh seorang pemuda berumur 22 tahun seorang mahasiswa
mengalami kegoncangan jiwa setelah hubungan putus dengan teman
wanitanya. Pemuda yang pada mulanya tekun beragama juga dalam
beribadah selain itu aktif pada kegiatan sosial keagamaan, setelah
hubungan dengan teman karibnya yang wanita itu putus, ia merasa
putus asa dan kecewa terhadap Tuhan lalu berhenti sembahyang tidak
mau lagi aktif dalam kegiatan keagamaan.
b. Pertumbuhan Fisik
Pertumbuhan fisik mengalami perubahan dengan cepat, lebih cepat
dibandingkan dengan massa anak-anak massa dewasa. Perkembangan
fisik mereka jelas terlihat pada tungkai dan tangan, tulang kaki dan
tangan, otot-otot tubuh berkembang pesat, sehingga anak kelihatan
bertubuh tinggi, tetapi kepalanya masih mirip dengan anak-anak
c. Perkembangan Seksual
Seksual mengalami perkembangan yang kadang-kadang
menimbulkan masalah dan menjadi penyebab timbulnya perkelahian,
bunuh diri dan sebagainya. Tanda-tanda perkembangan seksual pada
anak laki-laki, sedangkan pada anak perempuan sudah mendapatkan
menstruasi.
46
Ciri-ciri lainya yang ada pada anak laki-laki ialah pada lehernya
menonjol buah jakun yang membuat nada suaranya menjadi pecah.
d. Cara berpikir kualitas
Cara berpikir kualitas yaitu menyangkut hubungan sebab dan
akibat, remaja sudah mulai berpikir kritis sehingga ia akan melawan
bila orang tua, guru, lingkungan, masih menganggapnya sebagai anak
kecil.
Dalam era informasi dan globalisasi ini dapat juga lahir unsur-
unsur yang memperkuat “disintegrasi” seperti suku, ras, dan agama.
Dalam hal ini remaja harus berperan sebagai pemersatu agama dan
ukhuwah Islamiyah. Oleh karena itu perlu upaya peningkatan mutu dan
kualitas kegiatan remaja. Salah satu upaya penting yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan kualitas dakwah di kalangan remaja
adalah menyusun kurikulum dan pokok-pokok bahasan dakwah yang
disesuaikan dengan kebutuhan dan problem remaja yang sedang
dihadapi.
47
BAB III
METODE DAKWAH DI KALANGAN
REMAJA TAMBAKAJI KEC. NGALIYAN KOTA SEMARANG
Dalam bab ini penulis akan menggambarkan kondisi wilayah yang
dijadikan obyek penelitian, yakni Kelurahan Tambakaji dan Forum Komunikasi
Remaja (FKR) “ROMANSA” yang kemudian penulis juga akan memberikan
gambaran mengenai data-data yang telah penulis kumpulkan.
A. Letak Geografis Kelurahan Tambakaji
1. Situasi dan Kondisi Geografis
Tambakaji adalah salah satu kelurahan di bagian barat dari pusat
kota Semarang, Jawa Tengah tepatnya 12 km dari pusat kota. Daerah ini
berlokasi di Kecamatan Ngaliyan. Sedangkan batas-batas wilayah
Kelurahan Tambakaji adalah sebagai berikut;
Wilayah utara daerah perbatasanya adalah Kecamatan Tugu
Wilayah barat daerah perbatasanya adalah Kecamatan Gondiriyo
Wilayah selatan daerah perbatasanya adalah Kecamatan Beringin
Wilayah timur daerah perbatasanya adalah Kecamatan Ngaliyan
Kelurahan Tambakaji merupakan daerah yang banyak penduduknya yaitu
berjumlah 21.027 dengan luas daerah 383.040 Ha.
48
2. Situasi dan Kondisi Sosio Ekonomi
Kelurahan Tambakaji, dilihat letak geografisnya yang dikitari oleh
berbagai sektor kehidupan, menjadikan tidak konsentrasi kehidupanya
hanya pada satu sektor saja. Kehidupan masyarakat Tambakaji tidak
terfokus hanya pada satu sektor saja, misalnya pertanian, meskipn dilihat
letak geografisnya tersedia banyak lahan pertanian. Penduduknya
memiliki mata pencaharian yang beraneka ragam; ada yang menjadi
petani penggarap tanah milik sendiri, buruh tani, nelayan, pengusaha
industri, buruh industri, buruh bangunan, pedagang, pengangkutan
pegawai negeri/ABRI, pensiunan dan sebagainya; sebagaimana terlampir
dalam tabel berikut:
Tabel I
Jenis jenis Pekerjaan Penduduk Tambakaji
No Jenis Pekerjaan Jumlah
1 Petani penggarap tanah milik sendiri 45
2 Buruh tani 154
3 Nelayan 3
4 Pengusaha 291
5 Buruh industri 4.290
6 Buruh bangunan 281
7 Pedagang 360
8 Pengangkutan 18
9 Pegawai negeri (Sipil & ABRI) 959
10 Pensiunan 357
11 Lain-lain (jasa) 671
Jumlah 7.431
Sumber: Monografi Kel. Tambakaji tahun 2012
49
3. Situasi dan Kondisi Sosio Religius
Tambakaji sebagai daerah yang termasuk daerah swasembada
memiliki penduduk yang mayoritas beragama Islam. Adapun agama lain
yang di anut penduduk Tambakaji adalah Kristen Katolik, Kristen
protestan, Hindu dan Budha. Hal ini sebagaimana terlampir dalam tabel
berikut:
Tabel II
Situasi dan Kondisi Penganut Agama Penduduk Tambakaji
No Agama Jumlah
Penduduk
1 Islam 19.766
2 Kristen Katolik 552
3 Kristen Protestan 679
4 Budha 18
5 Hindu 12
Jumlah 21.027
Sumber: Monografi Kel. Tambakaji tahun 2012
4. Tingkat Pendidikan
Kelurahan Tambakaji merupakan daerah yang bebas dari buta tiga
A, sebab dilihat dari tingkat pendidikan jumlah penduduk yang ada hanya
beberapa persen yang tidak sekolah, itu pun sebagian besar dari kalangan
orang tua yang sudah lanjut usia tidak pernah mengenyam pendidikan
sekolah dan anak-anak yang masih balita. Adapun tingkat pendidikan
masyarakat di Kelurahan Tambakaji ada yang lulusan setingkat Sekolah
Dasar, SMP, SMA, dan Akademik atau Perguruan Tinggi. Agar lebih
jelas, hal itu dapat dilihat dalam tabel berikut:
50
Tabel IV
Keadaan Pendidikan Penduduk Tambakaji
No Jenis Pendidikan Jumlah
1 Perguruan tinggi 1.132
2 Tamat Akademik 1.515
3 Tamat SMA 5.040
4 Tamat SMP 3.655
5 Tamat SD 4.751
6 Tidak tamat SD 558
7 Belum tamat SD 2.312
8 Tidak Sekolah 865
Jumlah 19.828
Sumber: Monografi Kel. Tambakaji tahun 2012
5. Keadaan Sarana dan Prasarana
Keadaan sarana dan prasarana yang tersedia dapat dikatakan baik.
Hal ini didasarkan atas fasilitas yang tersedia seperti sekolah, mushola,
masjid, dan sebagainya.
Agar lebih jelas hal itu dapat dilihat dari tabel berikut:
Tabel V
Keadaan Sarana dan Prasarana
No Jenis Sarana dan Prasarana Jumlah
1 TK/TPA 8
2 SD/MI 7
3 SMP/MTS 1
4 SMA/MA 1
5 Masjid 14
6 Musola 33
7 Gereja -
Jumlah 64
Sumber: Monografi Kel. Tambakaji tahun 2012
51
B. Bentuk-Bentuk Aktifitas dan Kreatifitas dakwah Forum Komunikasi
Remaja “ROMANSA” di Kelurahan Tambakaji
Romansa adalah organisasi remaja yang bernuansa Islami yang ada
di Tambakaji RW 1 Kec. Ngaliyan Semarang. Romansa sendiri
mempunyai harapan yaitu :
1) Menjadikan kehidupan remaja yang ada di Tambakaji RW 1 lebih
agamis
2) Remaja Tambakaji RW 1 lebih bisa menghargai orang lain dan lebih
peduli dengan harkat dan martabat sesama.
Semua itu tentu ada usaha dan upaya yang Romansa lakukan
melalui metode dakwahnya. (wawancara dengan Arif (ketua Romansa),
Mei 2012).
Pada hakekatnya, segala kegiatan di masyarakat yang bersifat
keagamaan dapat diserahkan kepada Forum Komunikasi Remaja
ROMANSA, baik sebagai pembelajaran maupun untuk memantapkan
dirinya sebagai Muslim yang baik. Pengarahan dan bimbingan antara satu
anggota dengan anggota yang lainnya ditujukan untuk menjadikan mereka
muslim yang baik, meskipun hal itu juga tidak bisa lepas dari jiwa mereka
sendiri.
Demi mewujudkan dakwah Islam yang efektif khususnya di
kalangan remaja, maka aktifitas dan kreatifitas Forum Komunikasi Remaja
ROMANSA yang terpenting adalah ditekankan pada kepribadian yang
Islami, mendidik kemauan yang besar dan tekad untuk maju dan tangguh.
52
Kemudian Forum Komunikasi Remaja ROMANSA dapat
menyampaikan dakwahnya. Ini semua dilakukan untuk kemajuan umat
Islam, khususnya di kalangan remaja perkotaan. Kegiatan ROMANSA
yang sudah terprogram adalah:
1. Pembinaan Keagamaan
Aktifitas ini dilakukan Romansa dengan harapan remaja
Tambakaji khususnya di Rw 1 dapat melaksanakan syariat Islam
dengan baik dan menjadi muslim yang kaffah (seutuhnya). Adapun
aktifitas dari pembinaan keagamaan yang sudah berjalan yaitu :
a. Pengajian rutin mingguan
Adapun jadwal pelaksanaanya sebagai berikut:
Tabel VI
No Hari Waktu Penceramah Tempat
1 Minngu ke 1 7.30 WIB Thoriq Rumah
2 Minggu ke 2 7.30 WIB Anwar Rumah
3 Minggu ke 3 7.30 WIB Hesti Rumah
4 Minggu ke 4 7.30 WIB Hasan Rumah
Sumber: dokumentasi pengurus Romansa tahun 2012
b. Diskusi tentang keagamaan
Acara ini dilaksanakan dua kali dalam sebulan adapun jadwal
pelaksanaanya yaitu:
Tabel VII
No Hari Waktu Penceramah Tempat
1 Minngu ke 1 19.30 WIB Thoriq Masjid Al-Barokah
2 Minggu ke 3 19.30 WIB Anwar Masjid Al-Barokah
Sumber: dokumentasi pengurus Romansa tahun 2012
53
c. Pengajaran TPQ
Jadwal pelaksanaanya adalah sebagai berikut :
Tabel VIII
No Hari Waktu Tempat Ustadz
1 Sabtu 15.30 WIB Masjid Al-Barokah Toriq & Jamal
2 Minggu 15.30 WIB Masjid Al-Barokah Hasan&Anwar
3 Senin 15.30 WIB Masjid Al-Barokah Indy & Hesti
4 Selasa 15.30 WIB Masjid Al Barokah Toriq &Anwar
5 Rabo 15.30 WIB Masjid Al-Barokah Hasan &Jamal
6 Kamis 15.30 WIB Masjid Al-Barokah Indy &Hesti
Sumber : dokumentasi pengurus Romansa tahun 2012
2. Kesejahteraan dan Kemasyarakatan
Kegiatan ini dilakukan Romansa bertujuan agar remaja RW 1
Tambakaji lebih bisa menghargai dan lebih bisa peduli dengan nasib
sesama. Kegiatan yang sudah berjalan diantaranya yaitu:
a. Berpartisipasi dalam kegiatan PHBI dan PHBN
PHBI singkatan dari Peringatan Hari-hari Besar Islam
sedangkan PHBN adalah singkatan dari Peringatan Hari-hari Besar
Nasional. Dalam acara ini Romansa sering dilibatkan sebagai seksi
dekorasi dan dokumentasi.
Adapun jadwal pelaksanaan PHBI dan PHBN warga
Tambakaji RW 1 adalah sebagai berikut:
54
1) Pelaksanaan PHBI
Tabel IX
No Kegiatan Waktu
Pelaksanaan Tempat Pembicara
1
Maulid
Nabi
Muhammad
10 Februari 2012
Pukul 20.00WIB
Halaman
Masjid Al
Barokah
Ust. Nastain
2
Isro Mi‟roj 17 Juni 2012
Pukul 20.00WIB
Halaman
Mushola At-
Taqwa
Ust. Ari Sumari
Sumber : dokumentasi pengurus Romansa tahun 2012
2) Pelaksanaan PHBN
Tabel X
No Kegiatan Waktu
Pelaksanaan Tempat Pembicara
1
Tasyakuran
memperingati
HUT
kemerdekaan
RI
Malam 17
Agustus 2011
Pukul 20.00
WIB-Selesai
Lapangan
RW1
Kelurahan
Tambakaji
Ust. Labib
Sumber : dokumentasi pengurus Romansa tahun 2011
b. Mengadakan ziarah setahun sekali
Kegiatan ini Romansa lakukan dengan maksud supaya
remaja Tambakaji RW 1 dapat meningkatkan Iman dan Taqwa
kepada Allah SWT.
Adapun jadwal dari ziarah kubur yang telah Romansa
lakukan adalah sebagai barikut:
55
Tabel XI
No Kegiatan Waktu
Pelaksanaan Tempat
Pemimpin
Tahlilan
1
Zirah ke
makam
Walisongo
8 - 9 Januari
2011
Pukul 08.00
Wib sampai
selesai
Demak,
Kudus,
Tuban,
Lamongan,
Gresik,
Surabaya,
Cirebon
Ust. Anwar,
Ust. Toriq,
Ust. Hasan
2
Ziarah ke
makam
Walsongo
22-23 Januari
2012 pukul
07.00WIB
sampai selesai
Demak,
Kudus,
Tuban,
Lamongan,
Gresik,
Surabaya,
Cirebon
Ust. Anwar,
Ust. Toriq,
Ust. Hasan
Sumber : dokumentasi pengurus Romansa tahun 2011&2012
3. Seni, Budaya dan Olahraga
a. Seni budaya yang bernuansa Islami
Romansa dalam seni budaya membentuk grup musik
rebana. Demi kelancaran dan berkembangnya musik rebana
tersebut, Romansa membuat jadwal latihan, berikut data jadwal
latihan:
Tabel XII
No Kegiatan Waktu Tempat
1 Latihan rebana Kamis ke 1 Pukul
20.00- selesai
Mushola
Nurul Qolbi
2 Latihan rebana Kamis ke 2 Pukul
20.00- selesai
Mushola
Nurul Qolbi
3 Latihan rebana Kamis ke 3 Pukul
20.00- selesai
Mushola
Nurul Qolbi
4 Latihan rebana Kamis ke 4 Pukul
20.00-selesai
Mushola
Nurul Qolbi
Sumber : dokumentasi pengurus Romansa tahun 2012
56
b. Festifal olahraga
Festifal olahraga ini bertujuan agar mempererat antar
remaja Tambakaji RW 1. Kegiatan ini biasa dilakukan bersamaan
dengan peringatan PHBN seperti peringatan HUT kemerdekaan
RI. Adapun jadwal dan jenis perlombaannya yaitu:
Tabel XIII
No Jenis Lomba Waktu Tempat
1
Bola Voly Minggu 7 Agustus
2011 Pukul 15.00
WIB
Halaman
Kelurahan
Tambakaji
2
Bulu Tanggkis Rabo 10 Agustus
2011 Pukul 19.30
WIB
Halaman
Kelurahan
Tambakaji
3
Tenis Meja Jumat 12 Agustus
2011 Pukul 20.00
WIB
Halaman
rumah Bpk.
Rangga
4
Catur 15 Agustus 2011
pukul 20.00 WIB
Halaman
kelurahan
Tambakaji
Sumber : dokumentasi pengurus Romansa tahun 2011
untuk lebih jelasnya tentang struktur organisasi Romansa penulis
gambarkan tentang stuktur kepengurusan Romansa periode tahun 2011-2012
sebagai berikut ;
57
Tabel XIV
Struktur Organisasi ROMANSA
Sumber: dokumentasi pengurus Romansa tahun 2012
Untuk menciptakan organisasi ideal dan profesional, setelah adanya
bagan maka Romansa memandang perlu adanya sebuah badan pengurus yang
terdiri dari;
1. Pelindung : Bpk. Wiwid
2. Ketua I : Arief
Ketua II : Bayu
3. Sekretaris I : Ayu Aida
Sekretaris II : Fajar
Bendahara I : Fitri
Bendahara II : Eko
4. Sie. Dakwah : Anwar
Pelindung
Ketua I Ketua II
Sekretaris I
Bendahara I
Sekretaris II
Bendahara II
Sie. Dakwah Sie. Humas Sie. Humas
ANGGOTA (46 orang)
58
5. Sie. Humas : Wawan
6. Sie. Olahraga : Randi
Adapun anggota Romansa yang masih aktif yaitu :
Tabel XV
No Nama Pendidikan No Nama Pendidikan
1 Thoriq SD, SMP,
MAN, IAIN
16 Jannah SD, SMP
2 Hasan SD, MTs, MAN 17 Hesti SD, MTs, MAN
3 Arif SD, SMP, SMA 18 Agus SD, SMP, MA
4 Anwar Mi, MTs, MAN,
IAIN
19 Ustanto SD, SMP
5 Fajar SD, SMP, SMA 20 Rizal SD, MTs, MA
6 Fitri SD, SMP, SMA 21 Verry SD, SMP
7 Eko SD, SMP 22 Ely MI, SMP, SMA
8 Randi SD, MTs 23 Laely SD, SMP
9 Ayu aida SD, SMP 24 Rahman SD, SMP
10 Wawan SD, SMP, SMA 25 Jamal MI, SMP, MAN
11 Septi SD, SMP 26 Bambang SD, SMP
12 Nisa MI, SMP 27 Indy SD, MTs, MAN
13 Lilis SD, SMP, SMA 28 Ana SD, SMP
14 Konilah SD, SMP 29 Budi SD, SMP
15 Ikoh MI, MTs 30 Riko SD, SMP
Sumber: dokumentasi pengurus Romansa tahun 2012
Sedangkan anggota Romansa yang bertugas sebagai penceramah
(ustadz) dan saat ini masih aktif adalah:
1. Thoriq
2. Hasan
3. Hesti
4. Anwar
5. Indy
6. Jamal
Mereka adalah jamaah senior yang aktif mengikuti kegiatan di
Romansa dan memiliki kualifikasi untuk menjadi da‟i di Romansa. Untuk
59
lebih jelasnya mengenai keadaan pendidikan ustadz dapat dilihat dari tabel
sebagai berikut :
Tabel XVI
No Nama Pendidikan
1 Thoriq SD, SMP, MAN, IAIN
2 Hasan SD, MTs, MAN
3 Hesti SD, MTS, MAN
4 Anwar Mi, MTs, MAN,IAIN
5 Indy SD, MTs, MAN
6 Jamal MI, SMP, MAN
Sumber: dokumentasi pengurus Romansa tahun 2012
Para ustadz tersebut, memiliki tanggung jawab utama saat acara
dimulai untuk mengisi pengajian pada setiap malam Minggu sesuai jadwal
yang sudah terprogram.
C. Metode Dakwah Pada Forum Komunikasi Remaja Romansa Kelurahan
Tambakaji Ngaliyan Semarang
Dakwah adalah usaha yang harus diselenggarakan berupa menggajak
orang yang belum memeluk Islam untuk masuk dan menerima Islam. Usaha-
usaha amar ma‟ruf nahi munkar serta usaha-usaha perbaikan dan istilah
dalam rangka realisasi ajaran Islam dalam segenap segi kehidupan. Namun
dakwah akan lebih efektif bilamana didukung oleh beberapa orang yang
diatur dan disusun sedemikian rupa sehingga merupakan suatu kesatuan yang
melaksanakan secara bersama-sama tugas dakwah yang sifatnya sangat
komplek itu (Rosyad, 1998 : 11).
60
Dan bagaimana cara dakwah itu agar sukses atau efektif? Ada baiknya
untuk menjawab pertanyaan ini, oleh Prof. H. Anwar Masy‟ari, MA. Menukil
keterangan Syeh Abdul Badi‟ Syaqar bahwa :
“Barhasilnya dakwah Islamiah yang telah dilaksanakan oleh
Rasulullah di muka bumi ini bukanlah karena tugas dakwah tersebut
datangnya dari Allah SWT. (Tuhan itu tentu kuasa dan dengan iradat-
Nya lalu dakwah itu dijamin keberhasilanya), bukan pula karena
tugas tersebut telah dilaksanakan dan disampaikan kepada umat
manusia, bukan pula karena ada pemaksaan, melainkan karena tugas
dakwah itu dilakukan secara berjamaah dan gotong royong antara
sesama umat Islam yang telah memiliki Iman yang sempurna dan daya
juang yang tinggi. Di samping itu segolongan jamaah tadi berusaha
dengan sungguh meyakinkan dakwahnya dalam hati sanubari mereka
dan menerapkan dalam kehidupan (Anwar, 1993 : 38)”.
Dari hasil penelitian yang penulis lakukan tentang metode dakwah pada
Forum Komunikasi Remaja Romansa, ada beberapa metode dakwah yang
efektif yang telah Romansa lakukan, diantaranya ;
a. Metode Ceramah
Metode ini banyak diminati para remaja, karena metode ini
dilaksanakan bersamaan dengan acara arisan remaja yang dilaksanakan
satu minggu sekali yaitu pada malam Minggu. Metode ceramah dilakukan
di ahir acara, yaitu dalam acara arisan remaja yang kemudian di ahiri tanya
jawab tentang permasalahan-permasalahan yang ada pada Islam,
diantaranya membahas tentang bab fiqh,aqidah, dan syariah. Metode ini
Romansa lakukan bertujuan agar remaja sedikit banyak mengerti hukum-
hukum yang ada pada Islam, memberikan penerangan terhadap jamaah
tentang pengetahuan agama, baik yang bersifat teoritis maupun praktis,
61
dan mengetahui tentang praktek ibadah, agar diamalkan dalam kehidupan
sehari-hari, karena belakangan ini akibat arus globalisasi pengetahuan
remaja tentang agama dan hukum-hukum Islam sangat minim.
Kegiatan ceramah ini dilaksanakan pada malam Minggu di rumah
ketua Romansa, yaitu sekitar pukul 20.00 WIB. Sebelum ceramah dimulai
biasanya diberikan beberapa pengantar dan berbagai pengumuman.
Pemberian ceramah pada ahir acara merupakan waktu dan kesempatan
yang tepat. Karena pada saat itu jamaah telah berkumpul dan ceramah bisa
didengarkan semua jamaah. Sehingga diharapkan jamaah dapat menyimak
isi ceramah dengan baik, dan diterapkan dalam kehidupan mereka.
Kegiatan ceramah ini disampaikan oleh ustadz Jam‟iyyah, yaitu :
Tabel XVII
No Nama Ustadz Waktu pelaksana Jumlah mad,u
1 Toriq Minggu pertama di
bulan Mei
25 orang
2 Hasan Minggu ke dua di
bulan Mei
27 orang
3 Anwar Minggu ke tiga di
bulan Mei
20 orang
4 Hesti Minggu ke empat di
bulan Mei
30 orang
Sumber: dokumentasi pengurus Romansa bulan Mei 2012
Adapun mad‟u dari acara minggu pertama dengan minggu
berikutnya berbeda-beda, kondisional. Hal ini mengingat kondisi dari
jamaah yang tidak menentu.
Dari pernyataan di atas, Sesuai dengan ungkapan wawancara
penulis dengan remaja yang terlibat dalam acara tersebut. Menurut Fajar
62
memang metode dakwah yang paling digemari dan diminati para remaja
Tambakaji yaitu metode ceramah, karena dari metode ceramah itu
diselingi tanya jawab permasalahan-permasalah yang ada pada remaja
dilihat dari segi agama Islam. Hal ini yang membuat acara semakin seru
dan menarik. Oleh karena itu acara ini banyak diminati para remaja
(wawancara dengan Fajar, anggota Romansa yang mengikuti acara: Mei
2012).
b. Metode pendidikan dan pengajaran agama
Dalam metode ini Romansa membentuk dakwahnya dengan
mengadakan TPQ yang ada di masjid Al Barokah dengan tujuan supaya
anak-anak di Tambakaji khususnya RW1 bisa membaca Al-Quran
dengan fasih dan tidak buta aksara arab. Supaya anak mendapatkan
pendidikan agama Islam sebagai bekal menghadapi arus globalisasi yang
dapat merusak akidah Islam.
Adapun jadwal pelaksanaanya yaitu:
Tabel XVIII
No Hari Waktu Tempat Ustadz
1 Sabtu 15.30 WIB Masjid Al-Barokah Toriq & Jamal
2 Minggu 15.30 WIB Masjid Al-Barokah Hasan&Anwar
3 Senin 15.30 WIB Masjid Al-Barokah Indy & Hesti
4 Selasa 15.30 WIB Masjid Al Barokah Toriq &Anwar
5 Rabo 15.30 WIB Masjid Al-Barokah Hasan &Jamal
6 Kamis 15.30 WIB Masjid Al-Barokah Indy &Hesti
Sumber : dokumentasi pengurus Romansa tahun 2012
Metode ini banyak diminati para anak yang ada di Tambakaji,
karena anak tidak usah jauh-jauh dalam menuntut ilmu baca tulis Al
Quran. Kegiatan ini dilakukan oleh Romansa di masjid Al Barokah yaitu
63
dari hari Sabtu sampai dengan Kamis, dimulai setelah solat ashar sampai
selesai.
Dari uraian di atas sesuai dengan wawancara yang telah penulis
lakukan kepada bapak Selamet, ujarnya; saya sangat senang dengan
keberadaan Romansa di Tambakaji. Karena Romansa telah mengadakan
TPQ yang dapat mengajarkan putra putri kami dalam baca tulis Al
Quran, sebelum Romansa mengadakan TPQ kami para orang tua cemas
dengan anak-anak kami, mau belajar ngaji dimana. Jadi kami para orang
tua berterima kasih sekali dengan Romansa yang telah mengadakan TPQ
di daerah Tambakaji (Selamet, perwakilan dari orang tua di Tambakaji:
Mei 2012).
c. Metode Bil Hal
Dakwah Islam itu sendiri dan dakwah bil hal merupakan suatu
ajakan untuk mengamalkan ajaran agama Islam dengan sebaik-baiknya.
Di samping itu sebagai ajakan untuk membina diri sebagai uswatun
hasanah sebagai media utama dan lebih ampuh bagi keberhasilan
dakwah. Dakwah bil hal yang dilakukan tanpa melalui banyak bicara,
yang diarahkan pada pemenuhan dua kebutuhan manusia, yaitu
kepentingan duniawi dan ukhrowi.
Metode ini dilakukan oleh Romansa yaitu dengan menggalang
dana untuk santunan kepada anak-anak yatim yang ada di Tambakaji
RW 1 dan sekitarnya. Romansa dalam menggalang dana dengan cara
keliling dari rumah ke rumah warga membawa kotak amal, supaya warga
64
mengisi kotak amal dengan nominal seikhlasnya Adapun pelaksanaan
dakwah metode bil hal ini Romansa lakukan setahun sekali saat
bersamaan dengan pengajian peringatan tahun baru Islam. Berkaitan
dengan metode bil hal ini, penulis juga melakukan wawancara dengan
warga di Tambakaji, sebagai perwakilan dari warga, yaitu penulis
wawancara dengan bapak Kartono, ujarnya ; memang sudah menjadi
jadwal rutin Romansa menggalang dana untuk santunan terhadap anak-
anak yatim sebagai bentuk dakwah bil halnya. Romansa melakukan itu
bertepatan dengan acara pengajian dalam rangka menyambut tahun baru
Hijriyah yang dilakukan rutin oleh warga Tambakaji. Saya selaku wakil
dari warga, mengucapkan terimakasih kepada Romansa yang telah
menggalang dana untuk santunan terhadap anak yatim di Tambakaji RW
1. Karena dengan adanya kegiatan tersebut acara penyambutan tahun
baru Hijriyah semakin ramai. Kami para warga juga selalu mendukung
dakwah Romansa yang bersifat bil hal (wawancara dengan bapak
Kartono: Mei 2012).
D. Hasil-hasil Yang Dicapai Romansa Dalam Dakwahnya
Untuk mendapatkan hasil dakwah yang optimal sesuai dengan
rencana perlu ada langkah-langkah pengendalian dan penilaian dakwah.
Adapun langkah-langkah itu adalah :
a. Menetapkan standar
b. Mengadakan pemeriksaan dan penelitian terhadap pelaksanaan tugas
tugas dakwah yang telah ditetapkan
65
c. Membandingkan pelaksanaan tugas dengan standar
d. Mengadakan tindakan perbaikan atau pembetulan (Rosyad, 1996 :
142).
Untuk menjawab dari sub bab ini yaitu penulis melakukan
pengamatan dan wawancara dari pihak yang menjadi objek penelitian.
Dalam hal ini yaitu warga masyarakat Tambakaji.
Adapun hasil-hasil dakwah yang dicapai oleh Romansa adalah
sebagai berikut:
1. Metode Ceramah
Adapun hasil dakwah yang telah dicapai Romansa melalui metode
ceramah adalah; remaja khususnya di Tambakaji RW 1 menjadi gemar
mengkaji hukum-hukum yang ada pada Islam dan rasa keingintahuanya
tentang agama Islam yang lebih mendalam itu besar. Dalam metode
ceramah memang Romansa mengambil segmennya yaitu remaja, karena
mengingat remaja adalah usia yang paling rentan dan mudah terpengaruh
oleh hal-hal yang baru ia ketahui. Metode ceramah bertujuan sebagai bekal
pengetahuan untuk remaja, remaja sedikit banyak mengerti hukum-hukum
yang ada pada Islam, memberikan penerangan terhadap jamaah tentang
pengetahuan agama, baik yang bersifat teoritis maupun praktis, dan
mengetahui tentang praktek ibadah, agar diamalkan dalam kehidupan
sehari-hari, karena belakangan ini akibat arus globalisasi pengetahuan
remaja tentang agama dan hukum-hukum islam terkikis.
66
2. Metode Pendidikan dan Pengajaran Agama
Hasil dari metode pendidikan dan pengajaran agama yang telah
dilakukan oleh Romansa adalah;
a. Mengajar TPQ di masjid Al Barokah
Adapun jadwal pelaksanaan TPQ sebagaai berikut:
Tabel XIX
No Hari Waktu Tempat Ustadz
1 Sabtu 15.30 WIB Masjid Al-Barokah Toriq & Jamal
2 Minggu 15.30 WIB Masjid Al-Barokah Hasan&Anwar
3 Senin 15.30 WIB Masjid Al-Barokah Indy & Hesti
4 Selasa 15.30 WIB Masjid Al Barokah Toriq &Anwar
5 Rabo 15.30 WIB Masjid Al-Barokah Hasan &Jamal
6 Kamis 15.30 WIB Masjid Al-Barokah Indy &Hesti
Sumber : dokumentasi pengurus Romansa tahun 2012
b. Mengadakan pesantren remaja pada saat Ramadhan
Adapun jadwalnya adalah sebagai berikut:
No Hari Waktu Tempat Ustadz
1 Ke-1
sampai ke-7
15.30 WIB Masjid Al-Barokah Toriq, Jamal,
Hesti dan Indy
2
Ke-8
sampai ke-
14
15.30 WIB Masjid Al-Barokah Hasan, Anwar,
Toriq dan
Jamal
3
Ke-15
sampai ke-
22
15.30 WIB Masjid Al-Barokah Indy, Hesti,
hasan
4
Ke-23
sampai ke-
27
15.30 WIB Masjid Al-Barokah Jamal, hesti
dan indy
Sumber: dokumentasi pengurus Romansa 2011
67
3. Metode bil hal
Hasil yang dicapai Romansa dengan menggunakan metode ini
adalah kepedulian remaja lebih bisa menghargai sesama, contoh yang
dilakukan Romansa dalam metode bil hal yaitu:
a. Menggalang dana untuk santunan terhadap anak yatim yang ada di
Tambakaji.
Penggalangan dana ini dilakukan dengan bentuk keliling dari
rumah ke rumah warga membawa kotak amal, supaya warga mengisi
kotak amal dengan nominal seikhlasnya Adapun pelaksanaan santunan
terhadap anak yatim ini Romansa lakukan setahun sekali saat bersamaan
dengan pengajian peringatan tahun baru Islam.
b. Membentuk grup rebana dan mengadakan latihan rutin
Adapun jadwal pelaksanaan latihannya tertera pada data tabel XII
c. Pembuatan kalender
d. Pembuatan kalender merupakan agenda rutin Romansa saat tahun baru
Masehi. Hal tersebut sesuai dengan wawanca yang penulis lakukan
dengan pengurus Romansa yaitu arif. Ujarnya, sudah menjadi jadwal
rutin saat pergantian tahun Romansa membuat kalender bernuansa Islami
(wawancara dengan Arif anggota Romansa: Mei 2012).
68
BAB IV
ANALISIS METODE DAKWAH FORUM KOMUNIKASI REMAJA
ROMANSA
Setelah penulis jabarkan mengenai landasan teori dalam bab dau dan
obyek serta hasil penelitian dalam bab tiga. Dalam bagian ini penulis akan
melakukan analisis terhadap metode dakwah yang dilakukan oleh ROMANSA di
kel. Tambakaji.
A. Analisis Terhadap Aktifitas Dakwah Forum Komunikasi Remaja
ROMANSA Di Kel. Tambakaji Ngaliyan Semarang
Sebagaimana telah penulis jabarkan dalam bab dua, bahwa salah satu
unsur dakwah adalah adanya media yang bisa dipakai untuk menyampaikan
dakwah. Berkaitan dengan hal ini, aktifitas yang dilakukan oleh ROMANSA
secara global sudah menyentuh remaja yang ada di Tambakaji, sehingga ini
sedikit banyak akan mempengaruhi para remaja di Tambakaji untuk bisa
lebih baik lagi dalam menjalankan syariat Islam.
Dengan tingkat partisipasi yang tinggi ini, sebenarnya ROMANSA
telah memiliki satu modal untuk lebih mampu mengembangkan diri. Tingkat
partisipasi ini juga menunjukan bahwa dakwah yang terjadi pada ROMANSA
telah berjalan dengan baik.
69
Mengenai aktifitas dakwah yang dilaksanakan oleh ROMANSA di
tengah masyarakat mendapat tanggapan yang positif. Hal ini bisa penulis lihat
dari pendapat beberapa masyarakat di mana ROMANSA berkembang. Di
antaranya adalah pendapat bapak Parto yang merasa bangga dengan kegiatan
yang selama ini dilaksanaka oleh ROMANSA. Menurut Parto, hal ini sangat
bermanfaat bagi anak-anak muda sebagai generasi penerus, karena di mata
Parto kegiatan yang dilaksanakan oleh organisasi ROMANSA senantiasa
berlandaskan pada nilai dan ajaran Islam. Dia mencontohkan kegiatan musik
rebana yang dirintis oleh para aktifis ROMANSA. Ternyata bisa
memberikan kontribusi yang berarti bagi remaja yang sebelumnya tidak
mengenal rebana menjadi bisa memainkan musik rebana (Parto, 2012).
Begitu juga dengan bapak Selamet yang sangat gembira dengan
kehadiran organisasi remaja semacam ROMANSA karena melihat
masyarakat khususnya kalangan remaja yang ahir-ahir ini tengah dilanda
krisis akhlak. Menurutnya diperlukan langkah-langkah alternatif untuk
menyelamatkan generasi muda dengan berbagai metode dakwah yang telah
dilakukan oleh ROMANSA.
Dengan melihat uraian di atas, bisa dikatakan bahwa dalam persoalan
kegiatan, ROMANSA telah mampu melaksanakan dakwahnya dengan cukup
baik, hanya kelemahan yang dialami adalah ketidak mampuan pengurus
dalam mengemas materi-materi dakwah yang akan disampaikan. Di sini yang
harus diperhatikan oleh para pengurus ROMANSA adalah dakwah dengan
cara bil hikmah. Yaitu berdakwah di mana da‟i dalam hal ini adalah Romansa
70
dalam mengadakan setiap dakwahnya dapat menyesuaikan situasi dan kondisi
dari mad‟u (objek dakwah).
B. Analisis Metode Dakwah Forum Komunikasi Remaja ROMANSA di
Kel. Tambakaji Nagaliyan Semarang
Metode dakwah adalah cara-cara yang dipergunakan da‟i untuk
menyampaikan pesan dakwah atau serentetan kegiatan untuk mencapai tujuan
dakwah (Wahyu, 2010: 21). Dalam hal ini yang bertindak selaku da‟i adalah
Romansa. Romansa mempunyai tujuan dari setiap metode yang digunakan
pada setiap dakwahnya. Berikut ini metode-metode dakwah yang dilakukan
Romansa:
a. Metode ceramah
Metode ini dilakukan Romansa setiap malam Minggu, yaitu dalam
acara arisan remaja yang kemudian diahiri tanya jawab tentang
permasalahan-permasalahan yang ada pada Islam, diantaranya membahas
tentang bab fiqh,aqidah, dan syariah. Metode ini Romansa lakukan
bertujuan agar remaja sedikit banyak mengerti hukum-hukum yang ada
pada Islam. Karena belakangan ini akibat arus globalisasi pengetahuan
remaja tentang hukum-hukum Islam sangat minim.
b. Metode pendidikan dan pengajaran agama
Dalam metode ini Romansa membentuk dakwahnya dengan
mengadakan pengajaran TPQ yang ada di masjid Al Barokah tepatnya di
Tambakaji RW 1. Dengan tujuan supaya anak-anak di Tambakaji dan
71
sekitarnya bisa membaca Al-Quran dengan fasih dan mendapatkan
pendidikan agama Islam sebagai bekal menghadapi arus globalisasi yang
dapat merusak akidah Islam.
Orang-orang Islam di Indonesi bahkan mungkin di dunia, boleh
dikatakan merupakan hasil dari proses pendidikan yang verbal. Sejak kecil
mereka diarahkan pada manghafal ayat-ayat Al Quran dan rumusan-
rumusan yang dibutuhkan untuk hal-hal yang bersifat ritual. Sholat,
pembacaan doa-doa dan membaca kitab suci Al Quran, menuntut agar
kurikulum pendidikan agama Islam sebagian besar diisi dengan pengajaran
yang menunjang dicapainya kecakapan-kecakapan verbal yang
berhubungan dengan tiga hal tersebut. Konstelasi masyarakat pendidikan
Islam di Indonesia diwarnai adanya madrasah-madrasah berbagai tingkat,
pondok pesantren, pengajian-pengajian, khotbah, siaran radio, institut
agama Islam dan sebagainya yang merupakan manifestasi hubungan
komunikatif.
Pendidikan secara luas adalah sebagai upaya mengubah orang
dengan pengetahuan tentang sikap dan perilakunya sesuai dengan
kerangka nilai tertentu, maka dengan demikian pendidikan Islam identik
dengan dakwah Islam. Jadi selayaknya setiap muslim adalah da‟i sekaligus
pendidik, karena dari arah pendidikan Islam tidak lain pendekatan manusia
pada tingkat kesempurnaan dan pengembangaan kemampuan. Hal ini
senada dengan apa yang dikatakan oleh Dr. Muhammad Javad As Sahlani
bahwa pendidikan Islam sebagai proses mendekatkan manusia kepada
72
tingkat kesempurnaaan dan mengembangkan kemampuanya ( Rahmat,
1989 : 115). Gambaran manuusia sempurna ialah yang sudah mencapai
ketinggian iman dan ilmu, sebagaimana firman Allah dalam QS Al
Mujadalah ayat 11 yang artinya:
“Allah meninggikan orang-orang yang beriman diantara kamu
sekalian dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa
derajat”
Betapa pentingnya ilmu dalam pandanga Al Quran, ditunjukan
dengan lima ayat yang pertama-tama turun dalam surat Al Alaq yang
berbunyi “Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu menciptakan”.
Begitu turun wahyu Al Quran Allah menyuruh manusia untuk membaca,
baik dengan alat panca inderanya maupun dengan mata hatinya. Jika
mansia menuruti ajaran Al Quran tidaklah ia menjadi buta huruf dan buta
mata hatinya. Membaca adalah jalan memperoleh ilmu dan ilmu
menjadikan manusia arif dan bijaksana. Pendidikan merupakan usaha
kemanusiaan yang dilakukan secara sadar dan rasional. Adapun hakekat
dari pendidikan adalah:
“penggalian pengalaman dari suatu generasi ke generasi berikutnya dan
yang dialihkan itu bukanlah pengalaman individual. Melainkan
pengalaman dari generasi-generasi lampau yang mencakup semua
dimensi”(Amienrais, 1990: 158).
Hakekat pendidikan agama adalah penanaman moral beragama
pada anak. Dan pendidikan agama sebagai metode dakwah pada membina
(melestarikan fitrah manusia yang dibawa sejak lahir, yakni fitrah
beragama “perasaan berTuhan”). Yang mana bila fitrah itu tidak
73
dilestarikan melalui pendidikan, dihawatirkan fitrah itu akan luntur
menjadi atheis atau menganut agama selain Islam.
c. Metode bil hal
Metode ini dilakukan oleh Romansa yaitu dengan menggalang
dana untuk memberikan santunan kepada anak-anak yatim, bakti sosial
bersifat Islami, santunan terhadap kaum dhu‟afa yang ada di Tambakaji
dan sekitarnya. Romansa juga membentuk grup rebana dan pembuatan
kalender bernuansa Islami sebagai bentuk dakwah bil halnya.
Kita katakan bahwa problematika utama dakwah masa kini adalah
bagaimana dakwah bil lisan dapat disempurnakan dengan dakwah bil hal.
Sebab dengan dakwah bil hal yang sempurna inilah kebenaran Islam akan
lebih mudah diterima oleh seluruh lapisan masyarakat. Islam merupakan
agama rahmatan lil alamin yang mampu menyelamatkan kehidupan
manusia di dunia maupun di ahirat kelak.
Dakwah Islam itu sendiri dan dakwah bil hal merupakan suatu
ajakan untuk mengamalkan ajaran agama Islam dengan sebaik-baiknya. Di
samping itu sebagai ajakan untuk membina diri sebagai uswatun hasanah
sebagai media utama dan lebih ampuh bagi keberhasilan dakwah. Dakwah
bil hal yang dilakukan tanpa melalui banyak bicara, yang diarahkan pada
pemenuhan dua kebutuhan manusia, yaitu kepentingan duniawi dan
ukhrowi.
74
Dengan demikian seorang da‟i yang hendak menggunakan dakwah
tersebut dituntut melakukan perbaikan terhadap dirinya sendiri. Ia harus
lebih dahulu mampu mengajar dan mendidik dirinya sendiri agar menjadi
seorang yang salih dan termasuk golongan orong-orang yang memiliki
sifat yang utama.
Rasulullah itu mempunyai dua kekuasaan, yaitu kekuasaan
keagamaan dan kekuasaan keduniaaan, tetapi beliau enggan menunjukan
dirinya sebagai sultan, raja, atau kepala negara. Beliau tidak mau
menempatkan dirinya dengan gaya orang yang berkuasa.
Demikianlah dakwah Nabi dengan jalan bil hal dalam segi
pergaulan dan bermasyarakat. Beliau tampil di tengah-tengah masyarakat
sambil memberikan bimbingan dan dakwah Islamiah kedalam semua
lapisan masyarakat. Dengan demikian dakwah Rasulullah sangat meresap
ke dalam jiwa orang yang menerimanya dan mempunyai pengaruh yang
sangat besar dalam kalbu mereka.
Demikian pula Rasulullah dalam berdakwah juga menempuh jalan
memberikan harta keoada kaumnya yang memerlukan sebagai perwujudan
dakwah bil hal. Dengan pemberian harta ini dinilai sebagai strategi yang
efektif dalam rangka melunakan hati para mad‟u yang dalam kondisi
ekonomi lemah. Sasaran dakwah bil hal dalam rangka meningkatkan
harkat dan martabat umat terutama dari golongan yang berpenghasilan
rendah, adalah para dhu‟afa, kaum lemah yang ada di kota maupun di desa
terutama di tempat-tempat terpencil yang rawan pangan, lahan gersang,
75
daerah transmigrasi baru, akibat bencana alam dan sebagainya. Oleh
karenanya tepat apabila dalam era pembangunan dewasa ini ditetapkan
program dakwah bil hal sebagai prioritas menghadapi sosio kultural
masyarakat perkotaan yang serba komplek ini. Namun dalam realisasinya
harus ditunjang dengan penggalian dan pemanfaatan zakat, infaq, sodaqoh
dan sumber dana lainya perlu diintensifkan. Terutama dalam upaya
meningkatkan kualitas perekonomian umat Islam yang secara riil sebagian
besar berada pada tingkat ekonomi kelas menengah kebawah. Dengan
dana tersebut dapat dijadikan sebagai “finishing touch” untuk pemerataan
(Madjid, 1990: 104). Yang kurang mampu bisa lebih meningkatkan
penghidupanya dengan lebih baik.
76
Bab V
PENUTUP
Setelah penulis uraikan tentang permasalah yang ada di bab I, tentang
metode dakwah di kalangan remaja perkotaan, maka sampailah penulis kepada
bagian terahir dari penulisan skripsi ini. Yaitu ; kesimpulan, saran-saran dan
penutup.
A. Kesimpulan
Setelah melakukan penelitian secara seksama terhadap proses metode
dakwah pada Forum Komunikasi Remaja “Romansa” di Kel. Tambakaji RW 1
dalam mengantisipasi kenakalan remaja. Kemudian setelah dilakukan analisa
terhadap data-data yang diperoleh dari proses penelitian tersebut, maka penulis
dapat mengambil kesimpulan bahwa :
1. Jamaah dari Romansa ini terdiri dari remaja
2. Metode yang digunakan Romansa dalam mengantisipasi kenakalan
remaja adalah metode ceramah, metode pendidikan dan pengajaran
agama dan metode bil hal.
3. Metode ceramah diterapkan untuk menyampaikan ajaran-ajaran Islam
yang berkaitan dengan pengetahuan keagamaan.
4. Metode pendidikan dan pengajaran agama diterapkan Romansa dalam
mengajar TPQ, pesantren remaja saat Ramadhan.
77
5. Metode bil hal diterapkan Romansa dengan penggalangan dana untuk
anak yatim, membentuk grup rebana, dan pembuatan kalender bernuansa
Islami.
6. Hasil yang dicapai oleh romansa dalam mengantisipasi kenakalan remaja
a. Adanya perubahan dari para jamahnya, jamaah yang dulunya
melakukan kemaksiatan sekarang dapat menghindarinya, di samping
itu pikirannya menjadi jernih dalam melakukan aktivitas karena
terbiasa mendengarkan ceramah keagamaan.
b. Adanya perubahan positif bagi jamaah yang terpancar dari
perilakunya sehari-hari sehingga menjadi contoh bagi keluarga dan
tetangganya serta mendatangkan rasa simpati yang pada akhirnya akan
menarik mereka untuk ikut dalam kegiatan di Romansa.
B. Saran-saran
1. Untuk mencapai tujuan dakwah bil hal yang berkenaan dengan pemberian
harta kepada yang berhak menerima, hendaknya dioptimalisasikan
pengelolaan dana dengan sebaik-baiknya dan dapat dipertanggung
jawabkan baik kepada masyarakat muslim lebih-lebih kepada Yang Maha
Kuasa.
2. Dakwah Islamiah akan berjalan baik, berdaya guna dan berhasil guna
manakala unsur-unsur yang ada benar-benar difungsikan dengan baik,
perlu profesionalisme yang tinggi.
78
3. Perlu adanya upaya evaluasi sehabis dakwah, hal ini dapat dimaksudkan
untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan dakwah selama ini. Apakah
hanya asal-asalan atau memang sungguhan?
C. Penutup
Puji syukur panjatkan kehadirat Allah SWT. Atas taufik dan hidayah-
Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Penulis sadar bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak
kekurangannya. Maka penulis mohon kepada pembaca akan kritik dan saran
yang bersifat membangun demi kesempurnaan penulisan skripsi ini.
Penulis senantiasa berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat
khususnya bagi penulis sendiri dan bagi pembaca pada umuumnya. Semoga
Allah selalu melimpahkan karunianya dan meridhoi amal perbuatan hamba-
Nya.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Dzikron. 1993. Filosof Dakwah, Semarang : Fakultas Dakwah IAIN
Walisongo.
Ahmad, Amrullah. 1984. Dakwah Islam dan Perubahan Sosial, Yogyakarta :
PLP2M.
Arifin, 1997. Psikologi Dakwah, Jakarta: Bulan Bintang.
Anshari, Endang, 1976. Pokok-Pokok Pikiran Tentang Islam, Jakarta : Usaha
Interpriso.
Anshari, Hafi, 1993. Pemahaman dan pengamalan dakwah (pedoman untuk
mjahid dakwah), surabaya: Al Ikhlas.
Anwar, Masy’ari, H. 1993. Butir-Butir Problematika Dakwah Islamiah, Surabaya:
Bina Ilmu.
Basit, Abdul. 2006. Wacana Dakwah Kontemporer, Purwokerto : Pustaka Pelajar.
Daradjat, Zakiah, 1976. Pembinaan Remaja, Jakarta, Bulan Bintang.
...........................,1977. Membina Nilai-nilai Moral di Indonesia, Jakarta : Bulan
Bintang.
Daradjat, Zakiah, 1988. Kesehatan Mental, Jakarta : Gunug Agung.
Departemen Agama RI, 2005 Al-quran dan Terjemah, Bandung: JART
Hafiduddin, Didin. 1988. Metode Dakwah, Jakarta : Gema Insani.
Hartomo, dan Azis. 2004. Ilmu Sosial Dasar, Jakarta : Bumi Aksara
Ilaihi, Wahyu, 2010. Komunikasi Dakwah, Bandung : Rosda Karya.
Jaya, Yahya. 1996. Spiritual Islam Dalam Menumbuh Kembangkan Kepribadian
dan Mental, Jakarta : Ruhama.
Kartono, Karini, 1979. Psikologi Anak, Bandung : Alumni.
Madjid, Nurkholis, 1990. Tantangan Dunia Islam Abad 21, Bandung : Mizan.
Masy’ari, Anwar, 1993. Butir-butir Problematika Dakwah Islamiah, Surabaya :
Bina Ilmu.
M. Yunan Nasution, H, 1999. Islam dan Problematika Kemasyarakatan, Jakarta:
Bulan Bintang.
Moleong, Lexy, J, 1996. Metodologi Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Rake
Muchlis Yahya, dkk, 2003. Panduan Skripsi Fakultas Dakwah, Semarang:
Fakultas Dakwah IAIN Walisongo
Mulkhan, A.Munir, 1996. Ideologi Gerakan Dakwah, Jakarta: Sippres.
Munir, M, 2003. Metode Dakwah, Jakarta: Prenata Media.
Nazar, Bakri, 2000. Fiqh Dan Ushul Fiqh, Padang: Aksara Persada.
Partadireja, Ace, 1985. Dakwah Melalui Kebutuhan Pokok Manusia, dalam
Amrullah Ahmad, dalam Islam dan Perubahan Sosial, Yogyakarta : PLPM
Sanusi, Salahuddin, 2001. Pembahasan Sekitar Prinsip-Prinsip Dakwah Islam,
Solo: Ramadani.
Sarasin Muhajir, Noeng, 1996. Metodologi Penelitian Kualitatif, Yogyakarta:
Rake Sarasin
Sanwar, Aminudin. 1998. Pengantar Ilmu Dakwah, Semarang : Fakultas Dakwah
IAIN Walisongo.
Saefudin, J. A, 1996. Fiqhul Dakwah K.H.E.Abdurrahman, Bandung : Al – Huda,
Fathi.
Sutarto, 1993. Metode Penelitian Filsafat, Jakarta: raja Grafindo Persada.
Syabibi, M. Ridho, 2008. Metodologi Ilmu Dakwah, Yogyakarta: Pustaka Pelajar
offset.
Syukir, Asmuni, 2000. Dasar-Dasar Strategi Dakwah, Surabaya : Al Ikhlas.
Tasmara, Toto, 1998. Komunikasi Dakwah, Jakarta: Gaya Media Pratama.
Ulih, S. 1975. Suatu Pengantar Metode Pengajaran, Salatiga : CV Sanda.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama : Ahmad Soleh
TTL : Pemalang 17 Maret 1987
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Jl Krakatau Gg Merpati No 41 RT 01 RW 02 Kel.
Wanarejan Kec. Taman Kab. Pemalang
Telf : 085640255863
Jenjang Pendidikan
1. SD Negeri 16 Mulyoharjo : Lulus Tahun 2000
2. MTsN Model Pemalang : Lulus Tahun 2003
3. MAN Pemalang : Lulus Tahun 2006
4. IAIN Walisongo Semarang : Lulus Tahun 2012
Semarang, juni 2012
Penulis,
Ahmad Soleh
Nim: 071211017