bab ii tinjauan pustaka 2.1 state of the art review … ii.pdf · 2.3.1 visi dan misi rumah sakit...
TRANSCRIPT
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan pustaka pada bab ini berisi bahasan tentang teori dasar yang
berkaitan dengan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit Modul Farmasi.
2.1 State of the Art Review Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit
Analisis dan Perancangan Sistem Informasi Laboratorium Rumah Sakit
Kanker Dharmais (RSKD) yang dilakukan oleh Michael Yoseph Ricky
menggunakan metode penelitian yaitu metode analisis, metode perancangan
menggunakan Total Architecture Synthesis (TAS), dan metode perancangan basis
data. Metode analisis meliputi survei langsung ke RSKD dan wawancara dengan
pengguna sistem yang sedang berjalan. Metode perancangan menggunakan TAS
meliputi tahap-tahap perancangan sebagai berikut:
1. Menentukan initial scope.
2. Menentukan kebutuhan.
3. Mendesain arsitektur proses bisnis.
4. Mendesain arsitektur sistem.
5. Mengevaluasi arsitektur.
Prinsip dasar dari TAS adalah apapun arsitektur yang dipilih untuk
memenuhi kebutuhan yang ada, keterhubungan dari setiap layanan untuk
mendukung kebutuhan bahkan kebutuhan yang paling tidak terduga sekalipun
tetap harus dipersiapkan. TAS adalah sebuah metode perancangan yang
menggunakan pendekatan iteratif dalam mengumpulkan kebutuhan,
mendefinisikan proses bisnis, dan mendefinisikan arsitektur dari sebuah sistem.
Metode ini berawal dari inisiasi semua proses bisnis yang terpengaruh oleh
perkembangan proyek yang dibuat. Proses bisnis kemudian diurutkan sesuai
dengan tingkat kesulitan dan kepentingan bisnisnya. Iterasi untuk proyek dimulai
setelah proses ini selesai dilakukan. Iterasi terdiri atas pengumpulan kebutuhan,
pendefinisian proses bisnis, pendefinisian arsitektur sistem, dan evaluasi. Iterasi
pertama diawali dengan proses bisnis yang paling sulit dan banyak mengalami
6
perubahan. Semua aktivitas di atas secara iteratif akan saling berhubungan dan
mempengaruhi satu sama lainnya. Metode perancangan basis data meliputi
perancangan basis data konseptual logikal dan fisikal. Hasil dari penelitian ini
adalah dibuatnya suatu Aplikasi Sistem Informasi Rumah Sakit, dimana
komponen-komponen di dalamnya terintegrasi antara satu sistem dengan sistem
yang lain di RSKD (Michael, 2009).
Analisis Kebutuhan Pengembangan Sistem Informasi Rumah Sakit
Wahidin Sudirohusodo yang dilakukan oleh Nur Pratiwi Saud pada Tahun 2013
merupakan jenis penelitian kualitatif berdasarkan langkah-langkah Framework for
the Application of Systems Techniques (FAST) mulai dari studi pendahuluan,
analisis masalah, sampai analisis kebutuhan. Pemilihan sampel dilakukan secara
purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel sumber data dengan
pertimbangan tertentu yakni sumber data dianggap paling mengetahui tentang apa
yang diharapkan sehingga mempermudah peneliti menjelajahi objek atau situasi
sosial yang diteliti. Tujuan yang ingin diperoleh dalam pengambilan sampel
penelitian kualitatif adalah tuntasnya perolehan informasi dengan keragaman
variasi yang ada bukan pada banyak sampel sumber data.
Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dengan cara mengajukan
pertanyaan secara lisan pada bagian terkait untuk menggali informasi berdasarkan
kerangka Performance, Information, Economic, Control, Efficiency, Service
(PIECES). Observasi sistem informasi yang berjalan di rumah sakit dilakukan
dengan mengamati objek yang diteliti secara langsung dan melakukan telaah
dokumen yaitu mengumpulkan formulir atau dokumen sebagai masukan sistem
berjalan (input), proses, dan keluaran sistem berjalan (output). Proses analisis
dilakukan secara bertahap yaitu membuat transkrip hasil rekaman wawancara,
melakukan pengkodean berdasarkan jenis informasi, mencari, serta menemukan
tema dan hubungan hasil wawancara kemudian membuat interpretasi sesuai
dengan yang diteliti. Hasil penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel dan narasi
(Nur, 2013).
7
Laporan Tugas Akhir dengan judul Rancang Bangun Sistem Informasi
Manajemen Apotek Berbasis Web yang dibuat oleh I Made Ngurah Budiartha dari
Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Udayana menggunakan
metode pengumpulan data berupa metode observasi, metode kuisioner, dan
metode studi literatur. Metode observasi dilakukan melalui penelitian atau
wawancara langsung di lapangan dan mengadakan pengamatan terhadap masalah
sistem yang ingin dirancang. Metode kuisioner yaitu metode dengan memberikan
beberapa pertanyaan yang bertujuan untuk mengetahui permasalahan yang selama
ini sering terjadi di lapangan serta sejauh mana penggunaan Sistem Informasi
Apotek telah digunakan. Metode studi literatur merupakan metode yang dilakukan
dengan cara mengumpulkan data dari berbagai buku yang menunjang dalam
perancangan dan pembuatan sistem.
Alur perancangan sistem dimulai dari pendefinisan masalah mengenai
Sistem Informasi Manajemen Apotek. Langkah selanjutnya adalah
mengumpulkan data di apotek. Pemodelan data dilakukan setelah data yang
diperlukan dirasa cukup, pemodelan dalam hal ini adalah normalisasi yang
didasarkan pada proses yang terjadi di apotek. Perancangan desain user interface,
coding, serta pengujian sistem kemudian dilakukan untuk mengetahui apakah
sistem berjalan sesuai dengan harapan atau tidak (Budiartha, 2007).
2.2 Rumah Sakit Pendidikan
Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
fungsi pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan
pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat (Permenkes No 58 Tahun
2014). Pelayanan kesehatan yang diberikan mencakup upaya promotif,
pencegahan, pengobatan, dan rehabilitasi. Setiap rumah sakit wajib memberikan
pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, anti diskriminasi, dan efektif dengan
mengutamakan kepentingan pasien sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit.
Rumah sakit berdasarkan penyelenggaraan pendidikannya terdiri atas dua jenis,
yaitu Rumah Sakit Pendidikan dan Rumah Sakit Non-Pendidikan.
8
Rumah Sakit Pendidikan adalah rumah sakit yang mempunyai fungsi
sebagai tempat pendidikan, penelitian, dan pelayanan kesehatan secara terpadu
dalam Bidang Pendidikan Kedokteran, Pendidikan Berkelanjutan, dan Pendidikan
Kesehatan lainnya secara multiprofesi (Dikti, 2013). Residen (orang yang sedang
dalam periode pelatihan spesialisasi medis tertentu setelah lulus dari Fakultas
Kedokteran) melakukan pelayanan atau perawatan pasien di bawah pengawasan
Staff Medik Rumah Sakit. Rumah sakit ini diselenggarakan oleh pihak universitas
atau perguruan tinggi sebagai salah satu wujud pengabdian masyarakat atau Tri
Dharma Perguruan Tinggi. Rumah Sakit Pendidikan bertujuan untuk:
1. Menjamin terselenggaranya pelayanan kesehatan yang dapat digunakan
untuk penelitian kedokteran dan kesehatan lainnya dengan mengutamakan
kepentingan dan keselamatan pasien.
2. Memberi perlindungan dan kepastian hukum bagi pasien, pemberi
pelayanan, mahasiswa, dosen, subjek penelitian kedokteran dan kesehatan,
peneliti, penyelenggara Rumah Sakit Pendidikan, serta Institusi
Pendidikan.
3. Menjamin terselenggaranya pendidikan, pelayanan dan penelitian
kedokteran, serta kesehatan yang bermutu. (Dikti, 2013)
Rumah sakit yang tidak memiliki program pelatihan residensi dan tidak
ada kerja sama rumah sakit dengan universitas disebut Rumah Sakit Non-
Pendidikan.
2.3 Profil Rumah Sakit Perguruan Tinggi Negeri Unud
Rumah Sakit PTN Unud merupakan rumah sakit milik Universitas
Udayana yang berlokasi di Jimbaran, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten
Badung. Rumah sakit ini secara resmi dibuka pada Sabtu, 19 Oktober 2013.
Pendirian rumah sakit dilatarbelakangi UU Nomor 20 Tahun 2013 yang
mewajibkan setiap Fakultas Kedokteran Program Studi Pendidikan Dokter
mempunyai Rumah Sakit Pendidikan minimal Tipe B atau bekerja sama dengan
salah satu rumah sakit setempat. Pembangunannya sendiri digagas oleh Direktorat
Jendral Pendidikan Tinggi (Dikti) tanpa adanya campur tangan dari daerah dan
9
masih berada dibawah naungan Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Sanglah.
Bentuk pelayanan kesehatan yang diselenggarakan di rumah sakit salah satunya
adalah pelayanan farmasi. Layanan lain yang tersedia antara lain Poli Umum, Poli
Anak, Poli Interna, Poli Obgyn, Poli Bedah, Poli Rehab Medik, Poli Neuro, Poli
Geriatri, Poli Orthopedi, Poli Travel Medicine, Poli Penyakit Tropis, Poli Gigi,
Poli THT, Laboratorium, dan Radiologi.
Rumah Sakit Umum Pemerintah Pusat dan Daerah diklasifikasikan
menjadi Rumah Sakit Umum Kelas A, B, C dan Kelas D. Klasifikasi tersebut
didasarkan pada unsur pelayanan, ketenangan, fisik, dan peralatan. Rumah Sakit
Umum Kelas B adalah Rumah Sakit Umum yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medik sekurang-kurangnya 11 spesialistik dan
subspesialistik terbatas. Rumah Sakit Pendidikan merupakan Rumah Sakit Umum
Pemerintah Kelas A dan B yang dipergunakan sebagai tempat pendidikan tenaga
medik oleh Fakultas Kedokteran.
2.3.1 Visi dan Misi Rumah Sakit Perguruan Tinggi Negeri Unud
Visi RS PTN Unud adalah “Menjadi Rumah Sakit Pendidikan utamanya
dokter dan tenaga kesehatan serta bidang terkait yang mampu menjadi pemuka
dalam pelayanan kesehatan dengan unggulan penyakit tropik dan travel medicine,
pendidikan dan penelitian di Indonesia dengan sumber daya manusia yang unggul,
mandiri, dan berbudaya untuk mewujudkan masyarakat sehat yang mandiri dan
berkeadilan”. Misi RS PTN Unud adalah sebagai berikut:
1. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang paripurna, bermutu, dan
berkeadilan untuk seluruh lapisan masyarakat dengan unggulan penyakit
tropik dan travel medicine.
2. Menyelenggarakan pendidikan dokter utamanya dan tenaga kesehatan
serta bidang terkait yang mampu menghasilkan dokter dan tenaga
kesehatan serta bidang terkait yang profesional dan nasionalis.
3. Menyelenggarakan penelitian dalam bidang kedokteran dan kesehatan
serta bidang terkait yang bermanfaat bagi masyarakat dan lingkungan.
Seluruh corporate dan sumber daya manusia RS PTN Unud diharapkan
mampu melaksanakan kinerja yang mengacu pada visi dan misi organisasinya.
10
2.3.2 Struktur Organisasi Rumah Sakit PTN Unud
Struktur organisasi Rumah Sakit PTN Unud dapat dilihat pada Gambar 2.1.
RektorProf.Dr.dr.Ketut Suastika
SpPD KEMD FINASIM
Direktur UtamaDr.dr. RA Tuty Kuswardhani
SpPD KGer.MARS
Direktur Operasional dan Keuangan
DR.dr. AA. Wiradewi Lestari, SpPK
SPI
Dekan FK UnudProf.DR.dr. Putu Astawa,
SpOT
Direktur Pelayanan Medik dan Keperawatan
dr. Made Ayu Haryati MARS
Direktur Umum SDM Kerjasama Pendidikan dan Pelatihan
dr. I Wayan Wartawan MARS
Direktur Akademik Penelitian Pengembangan dan Pengabdian
dr. Ketut Suarjana, MPH
Bag. Pelayanan
Medik
Bag.
Pelayanan
Penunjang
Bag.Pelayanan
Keperawatan
Bag.
Akademik
· Rawat Jalan· Ka.Poli Umum : Dr. Luh Sudarmini· Ka. Poli Spesialis :Dr. Uttara, SpAn,MARS· Rawat Inap· UGD dan OK· ICU· Rehabilitasi Medik· Home Care· Nursing Home· Rekam Medik·
Bag
SDM
Bag. Pendidikan
dan Pelatihan
Bag. Pemasaran
dan Kerjasama
Bag.
Perencanaan
dan Evaluasi
Bag.
Keuangan
Bag. Penelitian dan
Pengembangan
· Medik· Dr Luh Sudiramini · Keperawatan Non Medik :·
Bid. PendidikanDr. Ida Ayu Kusumawardani, SpKJ,MARS
· Farmasi :
· IBN Maharjana S.Apt Farm
· Lab
· Radiologi
· Gizi
· CSSD
· Laundry
· Tata Usaha· Administrasi Umum · (Sarana, Rumah Tangga)· Hukum· IPAL
· Pemasaran dan · Kerjasama · (pelayanan Sarana)·
· Akuntansi· Verifikasi· Bendahara· Renumerasi
Koordinator Pendidikan S1 :Dr. Desak Indrasari Utami SpSDr. Pande Dwipayana SpPDKoordinator. PPDS:Dr. Lanang SpOTKoordinator Pendidikan Sp1:Dr. I Nyoman Semadi SpB SpBTKVDr. AA Mas Putrawati Triningrat SPMKoordinator HTADr. I Putu Eka Widyadharma Msc SpSKeperawatan dan AnalisisNs. Ni Putu Kusumayuni S.Kep Koordinator Ilmu Kesehatan Masyarakat (S2IKM)Ketut Hari Mulyawan, MPHKoordinator Ilmu FisioterapiKoordinator Pendidikan Kedoteran Gigi
· Bidang SDM
· Bidang Renumerasi
Dewan Pengawas1. PR.DR. Ir. Budi Susrusa
2. Prof. DR.dr. Wiryana, SpAn3. dr. Wayan Sutarga, MPH
Bag. Umum
· Bid. PenelitianDr.dr. Sri Budayanti
Bag. Pengabdian
· Bid. Pengabdian· Dr. Ni Nyoman· Metriani Nesa, SpA
Purchasing
Gambar 2.1 Struktur Organisasi Rumah Sakit PTN Unud (Sumber: Rumah Sakit PTN Unud)
11
Rumah Sakit PTN Unud dipimpin oleh seorang Direktur Utama yang
setara dengan Dekan Fakultas Kedokteran dan Satuan Pengawas Internal (SPI).
Direktur Utama berada langsung di bawah Rektor Universitas Udayana dan
diawasi oleh Dewan Pengawas. Bidang yang ada secara garis besar dibagi
menjadi empat bagian yang dikepalai oleh seorang direktur, meliputi Direktur
Pelayanan Medik dan Keperawatan, Direktur Umum SDM Kerjasama Pendidikan
dan Pelatihan, Direktur Operasional dan Keuangan, serta Direktur Akademik
Penelitian Pengembangan dan Pengabdian. Direktur Bagian mengepalai beberapa
subbagian dan bertanggungjawab langsung kepada Direktur Utama.
2.4 Pengertian Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) adalah suatu departemen, unit atau
bagian rumah sakit di bawah pimpinan Apoteker dibantu oleh beberapa orang
Asisten Apoteker yang memenuhi persyaratan peraturan perundang-undangan
yang berlaku dan kompeten secara profesional, sebagai tempat atau fasilitas
penyelenggaraan yang bertanggung jawab atas seluruh pekerjaan serta pelayanan
kefarmasian untuk keperluan rumah sakit itu sendiri. Perencanaan, pemilihan,
penetapan spesifikasi, pengadaan, pengendalian mutu, penyimpanan, dispensing,
distribusi bagi pasien, pemantauan efek, pemberian informasi dan sebagainya
merupakan tugas, fungsi, dan tanggung jawab IFRS.
Pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung
jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud
mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. Sediaan
farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional, dan kosmetik. Pekerjaan
kefarmasian yang dilakukan meliputi pembuatan termasuk pengendalian mutu
sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian atau
penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan
informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat, obat tradisional, dan
kosmetika. (Permenkes Nomor 58 Tahun 2014)
12
2.4.1 Tugas dan Fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Instalasi Farmasi Rumah Sakit dalam melaksanakan tugasnya berdasarkan
pada standar pelayanan farmasi di rumah sakit yang dikeluarkan oleh Direktorat
Jendral Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2004 dan evaluasinya
mengacu pada Pedoman Survei Akreditasi Rumah Sakit yang digunakan secara
nasional di samping ketentuan di masing-masing rumah sakit. Tugas dari Instalasi
Farmasi Rumah Sakit diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal.
2. Menyelenggarakan kegiatan pelayanan farmasi yang profesional
berdasarkan prosedur kefarmasian dan etika profesi.
3. Melaksanakan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE).
4. Memberi pelayanan bermutu melalui analisa dan evaluasi untuk
meningkatkan mutu pelayanan farmasi.
5. Melakukan pengawasan berdasarkan aturan-aturan yang berlaku.
6. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan di bidang farmasi.
7. Mengadakan penelitian dan pengembangan di bidang farmasi.
8. Memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan dan
formalium rumah sakit.
Instalasi Farmasi Rumah Sakit dalam melaksanakan tugas dan pelayanan
farmasi yang luas tersebut mempunyai berbagai fungsi, yaitu:
1. Pengelolaan Perbekalan Farmasi
Kegiatan pelayanan kefarmasian dalam hal pengelolaan perbekalan
farmasi diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Memilih perbekalan farmasi sesuai kebutuhan pelayanan rumah sakit
yang merupakan proses kegiatan sejak dari meninjau masalah
kesehatan yang terjadi di rumah sakit, identifikasi pemilihan terapi,
bentuk dan dosis, menentukan kriteria pemilihan dengan
memprioritaskan obat esensial, standarisasi sampai menjaga dan
memperbaharui standar obat.
13
b. Merencanakan kebutuhan perbekalan farmasi secara optimal yang
merupakan proses kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah, dan harga
perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran untuk
menghindari kekosongan obat dengan menggunakan metode yang
dapat dipertanggungjawabkan dan dasar perencanaan yang telah
ditentukan.
c. Mengadakan perbekalan farmasi yang berpedoman pada perencanaan
yang telah dibuat sesuai kebutuhan yang berlaku melalui pembelian
(tender dan langsung), produksi sediaan farmasi (produksi steril dan
non-steril), serta sumbangan, droping, atau hibah.
d. Memproduksi perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan
pelayanan kesehatan di rumah sakit yang merupakan kegiatan
membuat, mengubah bentuk, dan pengemasan kembali sediaan farmasi
steril dan non-steril untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan
di rumah sakit.
e. Menerima perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan
persyaratan kefarmasian.
f. Menyimpan perbekalan farmasi ke Unit Pelayanan di rumah sakit yang
dibedakan menurut bentuk sediaan dan jenisnya, suhu, kestabilan,
mudah tidaknya terbakar, tahan atau tidaknya terhadap cahaya disertai
sistem informasi yang selalu menjamin ketersediaan perbekalan
farmasi sesuai kebutuhan.
g. Mendistribusikan perbekalan farmasi ke Unit Pelayanan di rumah sakit
untuk pasien rawat inap, pasien rawat jalan, dan untuk pendistribusian
perbekalan farmasi di luar jam kerja (ruang rawat yang menyediakan
perbekalan farmasi emergency).
2. Pelayanan Kefarmasian dalam Penggunaan Obat dan Alat Kesehatan
Kegiatan pelayanan kefarmasian dalam penggunaan obat dan alat
kesehatan diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Mengkaji instruksi pengobatan atau resep pasien meliputi seleksi
persyaratan administrasi, persyaratan farmasi, dan persyaratan klinis.
14
b. Mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan pengggunaan obat
dan alat kesehatan.
c. Mencegah dan mengatasi masalah yang berkaitan dengan obat dan alat
kesehatan.
d. Memantau efektivitas dan kemampuan penggunaan obat dan alat
kesehatan.
e. Memberikan informasi kepada petugas kesehatan, pasien, atau
keluarga.
f. Memberi konseling kepada pasien atau keluarga.
g. Melakukan pencampuran obat suntik.
h. Melakukan penyimpanan nutrisi parental.
i. Melakukan penanganan obat kanker.
j. Melakukan penentuan kadar obat dalam darah.
k. Melakukan pencatatan setiap kegiatan.
l. Melaporkan seluruh kegiatan.
Pelayanan informasi dan pelaporan tersebut wajib didasarkan pada
kepentingan masyarakat. Intalasi Farmasi Rumah Sakit merupakan satu-satunya
unit di rumah sakit yang bertanggung jawab sepenuhnya pada pengelolaan semua
aspek berkaitan dengan obat atau perbekalan kesehatan yang digunakan di rumah
sakit.
2.4.2 Peranan Apoteker Pengelola Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Apoteker adalah Sarjana Farmasi yang telah lulus pendidikan profesi dan
telah mengucapkan sumpah berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku
serta berhak melakukan pekerjaan kefarmasian di Indonesia sebagai Apoteker
(Kepmenkes RI No. 1027/MenKes/SK/IX/2004). Apoteker merupakan tenaga
kesehatan profesional yang banyak berhubungan langsung dengan masyarakat
sebagai sumber informasi obat, oleh karena itu informasi obat yang diberikan
pada pasien haruslah berupa informasi yang lengkap dan mengarah pada orientasi
pasien bukan pada orientasi produk. Seorang Apoteker harus mampu memberi
informasi yang tepat dan benar sehingga pasien memahami dan yakin bahwa obat
15
yang digunakannya dapat mengobati penyakit yang dideritanya dan merasa aman
menggunakannya. Apoteker merupakan tenaga profesional kesehatan dalam
mengelola Instalasi Farmasi Rumah Sakit, oleh karena itu tidak hanya dituntut
keahliannya dari segi teknis kefarmasian saja tetapi juga dari segi manajemen.
2.5 Pengelolaan Perbekalan Farmasi
Pengelolaan perbekalan farmasi di suatu Instalasi Farmasi Rumah Sakit
dapat dibagi menjadi beberapa proses diantaranya adalah Proses Manajemen
Inventory Obat, Peracikan Obat, Harga Jual, Penjualan, dan Administrasi.
2.5.1 Proses Manajemen Inventory Obat
Pengadaan sediaan farmasi harus direncanakan dengan baik agar obat
tersedia dengan jenis dan jumlah yang tepat sesuai kebutuhan dan menghindari
terjadinya kekosongan obat. Sediaan farmasi yang fast moving (barang yang
sering dibeli) disediakan dalam jumlah yang lebih banyak sedangkan sediaan
farmasi yang slow moving (barang yang jarang dibeli) disediakan dalam jumlah
cukup sehingga setiap resep yang masuk dapat dilayani. Proses Manajemen
Inventory Obat secara garis besar terdiri atas tiga bagian penting yaitu Bagian
Penerimaan Barang (Receiving), Pembelian Barang (Purchasing), dan Gudang
(Store).
2.5.1.1 Proses Bagian Penerimaan Barang (Receiving)
Bagian Penerimaan Barang (Receiving) bertugas menerima barang dari
Distributor. Staff IFRS melakukan pengecekan barang berdasarkan Purchase
Order (PO) dan Delivery Order (DO) kemudian meng-input-kan data obat ke
sistem. Staff IFRS melakukan pengecekan terhadap barang yang dikirim oleh
Distributor, jika jumlah barang yang diterima sudah sesuai dengan jumlah barang
di formulir pemesanan maka staff dapat mem-posting data transaksi tersebut dan
membuat laporan penerimaan barang atau Receiving Report (RR) untuk
diserahkan ke Bagian Accounting khususnya Account Payable (AP). User di
Bagian Accounting akan memeriksa formulir pemesanan, invoice, dan laporan
penerimaan untuk memproses pencatatan hutang dan proses pengajuan
pembayaran.
16
Staff IFRS akan melakukan transaksi pengembalian barang (retur) ke
Distributor jika terjadi masalah misalnya barang yang datang dari Distributor
tidak sesuai dengan kualitas yang ditetapkan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit,
barang sudah atau mendekati kadaluwarsa (expired) atau masalah lainnya.
2.5.1.2 Proses Bagian Pembelian Barang (Purchasing)
Bagian Pembelian Barang (Purchasing) bertugas melakukan pemesanan
atau order barang ke Distributor berdasarkan permintaan pembelian barang dari
Gudang atau Purchase Request (PR). Transaksi permintaan pembelian barang
akan diolah dengan mengelompokkan transaksi berdasarkan Distributor dan
meng-input-kan harga, diskon, pajak, serta informasi lain. Staff IFRS akan
melakukan konfirmasi dengan pihak Distributor mengenai harga, diskon, dan
informasi lainnya sehingga didapatkan kesepakatan mengenai harga, jumlah
barang dan lain-lain. Staff IFRS setelah itu membuat formulir pemesanan barang
ke Distributor atau yang disebut dengan Purchase Order (PO). Draft pemesanan
barang akan ditujukan ke Kepala Gudang Farmasi untuk dimintai persetujuan,
setelah disetujui formulir tersebut akan dikirim ke Distributor.
2.5.1.3 Proses Bagian Gudang (Store)
Transaksi permintaan barang ke gudang atau yang disebut dengan Store
Requisition (SR) dibuat oleh Bagian Layanan untuk tindakan medis pasien dan
memenuhi ketersediaan farmasi di masing-masing Unit Layanan. Data yang dapat
dilihat dalam permintaan ini adalah:
1. Item code (kode barang yang diminta).
2. Description (nama barang beserta spesifikasinya).
3. Unit (satuan barang, misal: botol, pepel dan sebagainya).
4. Qty requisition (jumlah barang yang diminta).
5. Qty issued (jumlah barang yang diberikan dan diisi oleh Staff IFRS).
Data Transaksi Pengiriman Barang (Delivery Request) untuk pemenuhan
SR diperiksa oleh Kepala Gudang Farmasi, jika telah sesuai maka Kepala Gudang
Farmasi akan memberikan persetujuan (approval). Staff IFRS melakukan
pengiriman barang dari Gudang dan dicatat ke kartu stok gudang farmasi. Staff
IFRS akan melakukan transaksi permintaan barang ke Bagian Pembelian atau
17
yang biasa disebut dengan Purchase Request (PR) apabila jumlah barang yang
dipesan tidak mencukupi atau menunjukkan jumlah stok minimum. Tiga bulan
sekali dilakukan penyesuaian stok fisik dengan stok pada sistem melalui transaksi
yang disebut stok opname, tujuannya adalah menyesuaikan atau menyamakan
stok barang pada sistem dengan stok fisik barang serta untuk mengetahui selisih
antara stok sistem dengan stok fisik.
Penyimpanan obat di Gudang Instalasi Farmasi menggunakan gabungan
antara Metode FIFO dan FEFO. Metode First in First Out (FIFO) merupakan
metode yang menempatkan obat-obatan yang baru masuk di belakang obat yang
terlebih dahulu datang sedangkan Metode First Expired First Out (FEFO)
merupakan metode dengan cara menempatkan obat-obatan yang mempunyai
expired date lebih lama diletakkan dibelakang obat-obatan yang mempunyai
expired date lebih pendek. Proses penyimpanannya memprioritaskan Metode
FEFO kemudian FIFO. Barang yang expired date-nya paling dekat diletakkan di
depan meskipun barang tersebut datangnya belakangan. Penyimpanan
dikelompokkan berdasarkan jenis dan macam sediaan, abjad, dan khasiat obat.
Obat yang karena sesuatu hal tidak dapat digunakan lagi atau dilarang
penggunaannya harus dimusnahkan dengan cara dibakar, ditanam atau cara lain
yang ditetapkan oleh Dirjen Pengawas Obat dan Makanan. Pemusnahan dilakukan
oleh Apoteker dibantu sekurang-kurangnya seorang Asisten Apoteker. Kegiatan
pemusnahan wajib dibuatkan Berita Acara Pemusnahan. Pemusnahan dilakukan
apabila produk tidak memenuhi persyaratan mutu, telah kadaluwarsa, tidak
memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam pelayanan kesehatan atau
kepentingan ilmu pengetahuan, dan dicabut izin edarnya. Tahap pemusnahan obat
terdiri atas:
1. Membuat daftar sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis
pakai yang akan dimusnahkan.
2. Menyiapkan Berita Acara Pemusnahan.
3. Mengkoordinasikan jadwal, metode, dan tempat pemusnahan kepada pihak
terkait.
4. Menyiapkan tempat pemushanan.
18
5. Melakukan pemusnahan disesuaikan dengan jenis dan bentuk sediaan serta
peraturan yang berlaku.
Penarikan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai
dilakukan terhadap produk yang izin edarnya dicabut oleh Badan Pengawas Obat
dan Makanan (BPOM). Penarikan dilakukan oleh BPOM atau pabrikan asal.
Rumah sakit harus mempunyai sistem pencatatan terhadap kegiatan penarikan.
2.5.2 Peracikan Obat
Bagian Produksi Instalasi Farmasi bertugas untuk melakukan peracikan
obat berdasarkan resep yang telah dibuat oleh Dokter untuk penanganan medis
pasien. Peracikan merupakan kegiatan menyiapkan, menimbang, mencampur,
mengemas, dan memberikan etiket pada kemasan. Resep adalah permintaan
tertulis dari seorang Dokter kepada Apoteker baik dalam bentuk paper maupun
elektronik untuk menyediakan dan menyerahkan obat ke pasien sesuai peraturan
yang berlaku (Permenkes Nomor 58 Tahun 2014). Apoteker berkewajiban
menyediakan, menyimpan, dan menyerahkan perbekalan farmasi yang bermutu
baik dan keabsahannya terjamin.
Penerimaan resep dilakukan dengan memeriksa keabsahan, nomor resep,
dan ketersediaan obat. Apoteker mengecek ketersediaan obat, jika obat tersedia
maka dilakukan proses peracikan, jika obat tidak tersedia maka dicek ada atau
tidak pengganti obat atas persetujuan Dokter atau pasien. Instalasi Farmasi Rumah
Sakit akan mengusahakan obat dari sumber lain atau membuat permintaan
pembelian barang. Peracikan dilakukan dengan menyiapkan etiket atau penandaan
obat pada kemasan dan meracik obat berdasarkan ketentuan yang telah ditetapkan.
Pemeriksaan akhir dilakukan sebelum menyerahkan obat ke pasien meliputi
kesesuaian hasil peracikan dengan resep, keseuaian salinan resep dengan resep
asli, dan kebenaran kuitansi. Penyerahan obat disertai dengan pemberian
informasi mengenai obat tersebut agar tidak terjadi penyalahgunaan pemakaian
obat.
19
Peracikan obat dalam sistem mencakup Proses Insert, Edit, Delete, dan
Search daftar obat racikan. Insert resep obat racikan digunakan untuk
mendaftarkan obat racikan yang belum terdaftar pada sistem. Edit dan Delete
digunakan untuk memanipulasi data obat racikan yang telah didaftarkan pada
sistem. Search digunakan untuk melihat daftar obat racikan yang tersimpan di
sistem berdasarkan key tertentu.
2.5.3 Harga Jual
Komponen-komponen yang mempengaruhi harga jual suatu obat terdiri
dari harga bahan baku, harga produksi, biaya pemasaran, profit margin distributor,
profit margin pengecer (di apotek atau rumah sakit), dan pajak (pajak impor dan
PPN). Pabrik obat atau Pedagang Besar Farmasi (PBF) dalam menyalurkan obat
generik kepada pemerintah, rumah sakit, apotek, dan sarana pelayanan kesehatan
lainnya harus menggunakan Harga Netto Apotek (HNA) + Pajak Pertambahan
Nilai (PPN) sebagai harga patokan tertinggi.
Apotek, rumah sakit, dan sarana pelayanan kesehatan lainnya yang
melayani penyerahan obat generik harus menggunakan Harga Eceran Tertinggi
(HET) sebagai harga patokan tertinggi dan dilakukan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan ditambah dengan jasa service sebesar Rp. 500,00 untuk
resep tunggal dan Rp. 1000,00 untuk resep racikan. Komponen tarif pelayanan
farmasi terdiri atas bahan dan jasa sarana, jasa pelayanan, dan jasa service.
Besarnya jasa pelayanan di Instalasi Farmasi adalah sebesar 100% dari profit
margin yang ditetapkan. Besarnya jasa service adalah sebesar 100% dari jasa
service yang ditetapkan. Penyerahan obat-obatan yang dilakukan oleh Instalasi
Farmasi terutang PPN sebesar 10% berdasarkan KMK-253/KMK.03/2002 dan
KMK-402/KMK.03/2002 tentang Pajak Pertambahan Nilai atas Penyerahan
Barang Dagangan oleh Pedagang Eceran selain yang menggunakan norma
perhitungan penghasilan netto sehingga atas penyerahan obat-obatan kepada
pasien rawat jalan akan terutang PPN sebesar 10%.
HET = HNA + PPN 10% + Margin 25%...........................................................(2.1)
20
Contoh perhitungannya misal nama obat Piroxicam dengan HNA dus
5x10 kapsul 10mg/Rp. 7.600,00 = Rp. 152/kapsul. HET = Rp. 152,00 x 1,1 x 1,25
= Rp.209,00/kapsul. Harga resep untuk 10 kapsul Piroxicam = (Rp. 209,00 x 10)
+ Rp. 500,00 = Rp. 2.590,00.
2.5.4 Penjualan
Penjualan sediaan farmasi dapat berupa pelayanan resep, penjualan obat
bebas, kosmetik, dan alat kesehatan. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam
memberikan pelayanan kepada konsumen adalah sebagai berikut:
1. Kelengkapan Obat
Obat-obat yang dibutuhkan oleh konsumen hendaknya tersedia dengan
lengkap baik obat bebas, obat bebas terbatas, maupun obat keras sehingga dapat
melayani dan memenuhi kebutuhan konsumen.
2. Harga Obat
Harga obat merupakan faktor yang mempengaruhi pelayanan kefarmasian
di Instalasi Farmasi Rumah Sakit. Obat disesuaikan dengan kemampuan
masyarakat sehingga masyarakat dapat memperoleh harga yang terjangkau dan
kualitas yang terjamin.
3. Pelayanan
Pelayanan yang baik dari Instalasi Farmasi Rumah Sakit terhadap
konsumen meliputi keramahan dalam pelayanan, keamanan, kenyamanan ruang
tunggu, dan kemudahan dalam memperoleh informasi tentang obat dapat
memberikan nilai tambah bagi Instalasi Farmasi Rumah Sakit.
Pendistribusian sediaan farmasi dilakukan atas dasar jenis perbekalannya
yang dibagi menjadi dua golongan yaitu perbekalan farmasi habis pakai serta obat
dan alat kesehatan. Setiap petugas di Nurse Station dapat langsung mengadakan
permintaan untuk jenis barang habis pakai ke gudang dengan menggunakan buku
permintaan. Buku tersebut berisi nomor, nama perbekalan, jumlah yang
dibutuhkan, jumlah yang diberikan oleh gudang, dan tanda tangan petugas dari
masing-masing depo.
21
Unit Dose Dispensing System (UDDS) merupakan metode pelayanan yang
diterapkan dimana sediaan farmasi obat oral dan injeksi pada pasien rawat inap
dalam bentuk dosis tunggal diserahkan untuk sekali pemakaian selama
pengobatan berlangsung. Sistem distribusi ini berlaku di Pelayanan Rawat Inap.
Setelah Staff IFRS menerima resep dan melakukan skrining resep, petugas lalu
mencatat obat-obat yang digunakan di dalam catatan penggunaan obat yang
berbeda di setiap pasien dan obat akan disiapkan sesuai jadwal pemberiannya.
Petugas mengatur jadwal minum obat sesuai dengan signa (aturan pakai obat)
yang tertulis pada resep. Obat oral diberikan langsung oleh Apoteker atau Asisten
Apoteker Rawat Inap sesuai jadwal sedangkan untuk obat-obat parenteral dikirim
ke Nurse Station menggunakan pneumatic tube dan diberikan oleh perawat. Obat
dan alat kesehatan yang dibayar pasien hanya yang telah digunakan dan hal ini
sangat menguntungkan bagi pasien terutama dari segi biaya.
Individual Prescription merupakan pelayanan sediaan farmasi obat dan
alat kesehatan kepada pasien secara individual dengan resep yang telah diberikan
oleh dokter kepada pasien tersebut. Sistem distribusi ini berlaku di Pelayanan
Farmasi Rawat Jalan serta pasien rawat inap yang mendapat resep saat pulang.
Instalasi Farmasi setelah menerima resep dan mengecek kelengkapannya, petugas
menghitung harga obat dan meminta persetujuan pasien. Petugas menyiapkan obat
kemudian memberikan obat tersebut dengan memberikan penjelasan penggunaan
obat serta informasi yang berkaitan dengan obat.
Floor Stock (FS) adalah stok obat yang ada di setiap Nurse Station yang
berisi bahan medis dan alat kesehatan habis pakai dan merupakan bagian dari
pelayanan keperawatan. Distribusi floor stock berasal dari logistik melalui Kepala
Layanan Keperawatan. Setiap Nurse Station mengirimkan permintaan floor stock
ke Instalasi Farmasi melalui pneumatic tube. Penggunaan Sistem Distribusi Floor
Stock dapat mengembalikan obat yang tidak terpakai serta mempercepat
pelayanan pada kondisi emergency.
22
2.5.5 Administrasi
Administrasi dan pelaporan merupakan kegiatan yang berkaitan dengan
pencatatan manajemen inventory serta penyusunan laporan yang berkaitan dengan
transaksi secara rutin atau tidak rutin dalam periode bulanan, triwulan, atau
tahunan. Kegiatan administrasi dan pelaporan dilakukan dengan tujuan untuk:
1. Menyediakan data yang akurat sebagai bahan evaluasi.
2. Menyediakan informasi yang akurat.
3. Menyediakan arsip yang memudahkan penelusuran surat dan laporan.
4. Mendapatkan data atau laporan yang lengkap untuk membuat
perencanaan.
5. Anggaran yang tersedia untuk pelayanan dan perbekalan farmasi dapat
dikelola secara efisien dan efektif.
Administrasi yang biasa dilakukan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit
meliputi administrasi pembukuan, administrasi pelayanan, administrasi
pergudangan, administrasi pembelian, dan administrasi kepegawaian.
Administrasi yang teratur sangat dibutuhkan untuk menjamin terselenggaranya
sistem pembukuan yang baik, oleh karena itu tugas administrasi di Instalasi
Farmasi Rumah Sakit dikoordinir oleh koordinator yang bertanggung jawab
langsung kepada Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit.
2.6 Deskripsi Obat
Obat adalah suatu bahan yang digunakan dalam menetapkan diagnosa,
mencegah, mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala
penyakit, luka, atau kelainan badaniah dan rohaniah pada manusia atau hewan
termasuk memperelok tubuh manusia (Anief, 1991). Istilah-istilah dalam
pendefinisian obat yang perlu diketahui adalah:
1. Obat tradisional adalah obat jadi atau obat berbungkus yang berasal dari
bahan tumbuh-tumbuhan, hewan, mineral, sediaan galenik, atau campuran
dari bahan-bahan tersebut yang usaha pengobatannya berdasarkan
pengalaman.
23
2. Obat jadi adalah obat dalam keadaan murni atau campuran dalam bentuk
serbuk, cairan, salep, tablet, pil, supositoria atau bentuk lain yang
mempunyai nama teknis sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
3. Obat paten adalah obat jadi dengan nama dagang yang terdaftar atas nama
si pembuat atau yang dikuasakannya dan dijual dalam bungkus asli dari
pabrik yang memproduksinya.
4. Obat baru adalah obat yang berisi suatu zat baik sebagai bagian yang
berkhasiat maupun yang tidak berkhasiat, misalnya lapisan, pengisi,
pelarut, bahan pembantu (vehiculum) atau komponen lain yang belum
dikenal.
5. Obat esensial adalah obat yang paling dibutuhkan untuk pelaksanaan
pelayanan kesehatan bagi masyarakat yang meliputi diagnosa, profilaksi
terapi, dan rehabilitasi.
6. Obat generik berlogo adalah obat esensial yang tercantum dalam Daftar
Obat Esensial Nasional (DOEN) dan mutunya terjamin karena diproduksi
sesuai dengan persyaratan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) dan
diuji ulang oleh Badan Pemeriksaan Obat dan Makanan Departemen
Kesehatan.
7. Obat wajib apotek adalah obat keras yang dapat diserahkan tanpa resep
Dokter oleh Apoteker di apotek.
Obat memiliki karakteristik atau ciri yang menandai identitas obat tersebut
diantaranya adalah sebagai berikut:
1. No Batch adalah nomor yang menandakan bahwa sejumlah produk obat
yang mempunyai sifat dan mutu yang seragam dihasilkan dalam satu
siklus pembuatan atas suatu perintah pembuatan tertentu. Esensi suatu
batch adalah homogenitasnya.
2. Expired Date adalah tanggal yang menyatakan bahwa sebelum tanggal
tersebut suatu obat atau produk tertentu masih memenuhi spesifikasi
standar mutu yang dipersyaratkan sehingga setelah tanggal yang tercantum
produk tersebut tidak layak pakai.
24
3. No ID atau nomor identitas terkecil setiap penerimaan suatu batch obat
yang harus dicantumkan oleh distributor.
4. Obat bebas dan obat bebas terbatas diwajibkan di dalam kemasannya
disertakan brosur yang menerangkan indikasi obat, cara pemakaian obat,
nama obat, dosis (jumlah takaran), kontra indikasi, cara penyimpanan obat,
kemungkinan adanya gangguan terhadap obat serta gejala-gejalanya. Obat
yang tidak disertai keterangan tersebut dinyatakan sebagai obat keras.
Istilah dalam brosur obat tersebut mengandung maksud:
a. Indikasi obat adalah petunjuk kegunaan obat dalam pengobatan
penyakit.
b. Kontra indikasi adalah petunjuk penggunaan obat yang tidak
diperbolehkan karena berlawanan dengan kondisi tubuh.
c. Efek samping adalah efek yang timbul dan bukan merupakan efek
yang diinginkan. Efek samping bersifat merugikan atau berbahaya.
d. Dosis obat adalah besarnya obat yang boleh digunakan untuk orang
dewasa atau anak-anak berdasarkan berat badan atau umur.
5. Tanda Obat adalah tanda yang dibuat untuk menggolongkan obat ke dalam
kategori tertentu sehingga mempermudah dalam pengelolaan obat-obatan
yang jumlahnya sangat banyak. Tanda obat misalnya tanda lingkaran hijau
untuk obat bebas, tanda lingkaran biru untuk obat bebas terbatas, dan tanda
lingkaran merah untuk obat keras.
6. No Registrasi adalah nomor izin edar yang menyatakan bahwa obat sudah
terdaftar dan sudah dievaluasi mengenai keamanan dan mutu obat tersebut.
Obat akan berfungsi apabila tepat digunakan dalam pengobatan suatu
penyakit dengan dosis dan waktu yang tepat, apabila obat salah digunakan dalam
pengobatan atau dengan dosis yang berlebih maka akan menimbulkan keracunan
dan bila dosisnya kecil tidak akan memperoleh penyembuhan.
2.6.1 Penggolongan Obat
Penggolongan obat dimaksudkan meningkatkan keamanan dan ketepatan
penggunaan serta pengamanan distribusi. Pemerintah menggolongkan obat
menjadi lima golongan untuk mengawasi penggunaan obat oleh rakyat
25
diantaranya adalah obat bebas, obat bebas terbatas, obat wajib apotek, obat keras,
psikotropika dan narkotika.
1. Obat Bebas
Obat bebas adalah obat yang boleh digunakan tanpa resep dokter disebut
juga obat OTC (Over The Counter). Penandaan obat bebas diatur berdasarkan
S.K. Menkes RI Nomor 2380/A/SKA/I/1983 tentang Tanda Khusus untuk Obat
Bebas dan Obat Bebas Terbatas.
Gambar 2.2 Lambang Obat Bebas
(sumber: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 1983)
Obat golongan ini di Indonesia ditandai dengan lingkaran berwarna hijau
dengan garis tepi berwarna hitam. Contoh obat yang termasuk obat bebas adalah
tablet multivitamin, bodrex, biogesic, panadol, entrostop dan sebagainya.
2. Obat Bebas Terbatas
Obat bebas terbatas adalah obat yang sebenarnya termasuk obat keras
tetapi masih dapat dijual bebas tanpa resep dokter dan disertai dengan tanda
peringatan.
Gambar 2.3 Lambang Obat Bebas Terbatas
(sumber: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 1983)
Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas terbatas adalah
lingkaran biru dengan garis tepi berwarna hitam. Contoh obat yang termasuk obat
bebas terbatas adalah tinctura iodii (P3) = antiseptik.
3. Obat Wajib Apotek
Obat Wajib Apotek (OWA) merupakan obat keras yang dapat diberikan
oleh Apoteker Pengelola Apotek kepada pasien. Tujuan OWA adalah memperluas
keterjangkauan obat untuk masyarakat, maka obat-obatan yang digolongkan
dalam OWA adalah obat yang diperlukan bagi kebanyakan penyakit yang diderita
pasien.
26
4. Obat Keras
Obat keras (dulu disebut obat daftar G = gevaarlijk = berbahaya) yaitu
obat berkhasiat keras yang untuk memperolehnya harus dengan resep dokter,
berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
02396/A/SKA/III/1986 penandaan obat keras dengan lingkaran bulat berwarna
merah dan garis tepi berwarna hitam serta huruf K yang menyentuh garis tepi.
Gambar 2.4 Lambang Obat Keras
(sumber: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 1986)
Contoh obat yang termasuk obat keras adalah semua obat injeksi, obat
antibiotik (chloramphenicol, penicillin, tetracyclin, ampicillin), obat antibakteri
(sulfadiazin, sulfasomidin) dan sebagainya.
5. Obat Psikotropika dan Narkotika
Psikotropika adalah zat atau obat yang dapat menurunkan aktivitas otak
atau merangsang susunan syaraf pusat dan menimbulkan kelainan perilaku disertai
dengan timbulnya halusinasi (mengkhayal), ilusi, gangguan cara berpikir,
perubahan alam perasaan, dan dapat menyebabkan ketergantungan serta
mempunyai efek stimulasi (merangsang) bagi para pemakainya. Logonya
berbentuk seperti palang (+).
Gambar 2.5 Lambang Obat Psikotropika
(sumber: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 1986)
Contoh obat psikotropika adalah ecstasy dan sabu-sabu. Obat psikotropika
dibagi menjadi empat golongan, yaitu:
a. Psikotropika Golongan I adalah psikotropika yang hanya dapat
digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam
terapi serta mempunyai potensi kuat yang mengakibatkan
ketergantungan.
27
b. Psikotropika Golongan II adalah psikotropika yang berkhasiat untuk
pengobatan dan digunakan dalam terapi atau untuk tujuan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan
ketergantungan.
c. Psikotropika Golongan III adalah psikotropika yang berkhasiat untuk
pengobatan dan digunakan dalam terapi atau untuk tujuan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan
ketergantungan.
d. Psikotropika Golongan IV adalah psikotropika yang berkhasiat untuk
pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi atau untuk tujuan
ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan
ketergantungan.
Narkotika (dulu disebut daftar obat O = opiat) adalah zat atau obat yang
berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang
dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa,
mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri. Obat narkotika dibagi menjadi tiga
golongan yaitu Narkotika Golongan I, Narkotika Golongan II, dan Narkotika
Golongan III. Narkotika Golongan I hanya dapat digunakan untuk kepentingan
pengembangan ilmu pengetahuan dan dilarang digunakan untuk kepentingan
lainnya. Narkotika Golongan II dan III merupakan bahan baku baik alamiah
maupun sintetis dapat diedarkan tanpa wajib daftar pada Departemen Kesehatan.
Contoh obat narkotika adalah optium, morfin, kokain dan sebagainya.
2.6.2 Bentuk Sediaan Obat
Bentuk sediaan obat adalah obat yang diberikan pada pasien berbentuk
kapsul, serbuk, suspensi oral, salep dan sebagainya. Bentuk sediaan obat yang
diberikan akan mempengaruhi kecepatan dan besarnya obat yang diabsorbsi.
Absorbsi adalah proses yang terjadi dari waktu obat masuk ke dalam tubuh hingga
obat masuk ke dalam aliran darah untuk disirkulasikan. Bentuk sediaan obat
antara lain:
28
1. Tablet adalah bentuk obat padat yang biasanya berbentuk pipih dan
ditengah-tengah tablet biasanya terdapat garis pembagi. Tablet dibagi
menjadi empat macam, yaitu:
a. Tablet kempa merupakan tablet yang langsung ditelan, misalnya
procold dan konidin.
b. Tablet kunyah merupakan tablet yang tidak ditelan tetapi dikunyah
seperti contohnya antacid.
c. Tablet salut merupakan tablet yang dilapisi dengan lapisan gula agar
menghilangkan rasa pahit obat ketika ditelan atau tidak mudah rusak di
lambung.
d. Tablet efervesen merupakan tablet yang dilarutkan dalam segelas air,
misalnya tablet Calcium D. Redoxon (C.D.R).
2. Kapsul adalah suatu cangkang (shell) yang dibuat dari gelatin, CMC, atau
calsium alginate dan berisi obat racikan.
3. Serbuk adalah bentuk sediaan obat yang terdiri dari butiran-butiran padat
kecil dan sebelum digunakan dilarutkan dalam air.
4. Pil adalah bentuk sediaan padat yang berbetuk oval atau bulat. Permukaan
pil biasanya lebih halus daripada tablet dan tidak ada garis pembagi.
5. Larutan (injeksi) adalah campuran antara zat terlarut dan zat pelarut. Zat
pelarut misalnya air, gliserin, alkohol dan sebagainya sedangkan zat
terlarut adalah obat yang larut dalam zat pelarut. Contoh larutan yaitu
larutan oralit serta obat yang digunakan secara injeksi seperti infus.
6. Sirup adalah suatu larutan obat dalam larutan gula yang jenuh dan
biasanya diberi essence.
7. Suspensi adalah campuran obat berupa zat padat terbagi halus yang
terdispersi di dalam medium cairan. Cairan yang dipakai biasanya adalah
air dan harus dikocok terlebih dahulu sebelum digunakan. Suspensi dapat
berupa suspensi oral, mixture, magma, dan gel.
8. Salep adalah sediaan setengah padat untuk dipakai pada kulit.
9. Krim adalah sediaan lunak untuk dipakai pada kulit dan biasanya
digunakan sebagai pelumas atau pelindung.
29
10. Pasta adalah salep yang mengandung banyak serbuk seperti amilum dan
ZnO yang bersifat sebagai pengering dan melindungi kulit.
11. Aerosol adalah bentuk sediaan obat dalam bentuk cair atau semi cair
(busa) yang digunakan dengan cara disemprotkan.
Pembuatan bentuk obat didasarkan atas keperluan pasien dan rute
penggunaan obat yang akan dilalui. Bentuk sediaan obat dengan kemasan adalah
berbeda. Kemasan obat merupakan cara penyajian obat dari produsen, misalnya
bentuk sediaan tablet dikemas dalam botol atau pepel, vitamin dikemas dalam
bentuk tablet 250 mg atau sirup, obat cair dikemas dalam bentuk vial atau ampul,
serbuk dikemas dalam bentuk sachet dan lain sebagainya.
2.6.3 Rute Penggunaan Obat
Rute penggunaan obat dibedakan menjadi bentuk sediaan obat untuk
pemakaian luar dan untuk pemakaian dalam. Penggunaan dalam merupakan
penggunaan di mana obat melalui mulut, tenggorokan, masuk ke perut disebut
oral sedangkan cara penggunaan lainnya dianggap sebagai pemakaian luar.
1. Pemakaian melalui kulit dengan jalan merobek atau menembus kulit yaitu
per injeksi atau paramental. Obat yang melalui suntikan atau paramental
biasanya berbentuk larutan, suspensi, atau emulsi. Contoh obat yang
digunakan adalah injeksi Vit. C, injeksi luminal, cairan infus intravena.
2. Pemakaian secara inhalasi yaitu berupa gas yang kemdian dihirup melalui
hidung. Penggunaan obat secara inhalasi ini menyebabkan obat dalam
keadaan gas atau uap diabsorbsi sangat cepat melalui hidung, trakea, paru-
paru, dan selaput lendir pada jalan pernafasan.
3. Pemakaian melalui selaput lendir seperti melalui vagina, mata, telinga,
dubur dan sebagainya. Contoh pada selaput lendir mata dapat digunakan
larutan mata untuk pengobatan mata seperti obat tetes mata.
4. Penggunaan obat pada permukaan kulit (topical), dimaksudkan untuk
mendapatkan efek di luar atau di dalam kulit. Bentuk obat untuk topikal
dapat berupa padat, cair, dan semi padat misalnya salep, krim, dan larutan
untuk mengompres luka seperti revanol.
30
2.7 Pengertian Sistem
Menurut Jogiyanto H.M. (2006), sistem adalah suatu jaringan kerja dari
prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan
suatu kegiatan atau untuk menyelesaikan suatu sasaran tertentu. Menurut Djekky
R. Djoht, sistem adalah agregasi atau pengelompokan objek yang dipersatukan
oleh beberapa bentuk interaksi yang tetap atau saling bergantung, sekelompok unit
yang berbeda, yang dikombinasikan sedemikian rupa sehingga membentuk suatu
keseluruhan yang berfungsi, beroperasi, atau bergerak dalam satu kesatuan.
Menurut Umar Fahmi Achmadi, sistem adalah tatanan yang menggambarkan
adanya rangkaian berbagai komponen yang memiliki hubungan serta tujuan
bersama secara serasi, terkoordinasi yang bekerja atau berjalan dalam jangka
waktu tertentu dan terencana. Sebuah sistem umumnya tersusun atas sejumlah
sistem yang lebih kecil yang biasa disebut dengan subsistem. Elemen pembentuk
sebuah sistem yang baik diantaranya adalah:
1. Tujuan
Sistem memiliki tujuan (goal) yang menjadi pemotivasi mengarahkan
sistem. Sistem menjadi tidak terarah dan tidak terkendali tanpa adanya tujuan.
Tujuan utama yang umum ada tiga macam (Hall, 2001), yaitu:
a. mendukung fungsi kepengurusan manajemen,
b. mendukung pengambilan keputusan manajemen, dan
c. mendukung kegiatan operasi perusahaan.
Tujuan sistem informasi bergantung pada kegiatan yang ditangani, namun
kecenderungan penggunaan sistem informasi lebih ditujukan pada usaha yang
menuju keunggulan kompetitif artinya mampu bersaing dan mengungguli pesaing.
2. Masukan
Masukan (input) sistem adalah segala sesuatu yang masuk ke dalam sistem
dan selanjutnya menjadi bahan untuk diproses. Masukan dapat berupa data
transaksi dan data non-transaksi (misalnya surat pemberitahuan) serta instruksi.
31
3. Proses
Proses merupakan bagian yang melakukan transformasi dari masukan
menjadi keluaran yang berguna. Proses dapat berupa suatu tindakan yang
bermacam-macam seperti meringkas data, melakukan perhitungan, dan
mengurutkan data.
4. Keluaran
Keluaran (output) merupakan hasil dari pemrosesan. Keluaran dalam
sistem informasi dapat berupa suatu informasi, cetakan laporan dan sebagainya.
5. Mekanisme Pengendalian dan Umpan Balik
Mekanisme pengendalian (control mechanism) diwujudkan dengan
menggunakan umpan balik (feedback) dari keluaran. Umpan balik ini digunakan
untuk mengendalikan masukan maupun proses. Tujuannya adalah untuk mengatur
agar sistem berjalan sesuai dengan tujuan.
6. Batas
Batas (boundary) sistem adalah pemisah antara sistem dan daerah luar
sistem (lingkungan). Batas menentukan konfigurasi, ruang lingkup, atau
kemampuan sistem.
7. Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu di luar sistem yang dapat merugikan
atau menguntungkan sistem itu sendiri. Lingkungan bagi sebuah organisasi dapat
berupa vendor, pelanggan, pemilik, pemerintah, bank, dan pesaing.
2.8 Pengertian Informasi
McFadden (1999) mendefinisikan informasi sebagai data yang telah
diproses sedemikian rupa sehingga meningkatkan pengetahuan seseorang yang
menggunakan data tersebut. Menurut Davis (1999), informasi adalah data yang
telah diolah menjadi sebuah bentuk yang berarti bagi penerimanya dan bermanfaat
dalam pengambilan keputusan saat ini atau saat mendatang. Data merupakan
deskripsi tentang benda, kejadian, aktivitas, dan transaksi yang tidak mempunyai
makna atau tidak berpengaruh secara langsung kepada pemakai sehingga perlu
diolah agar menghasilkan informasi yang berguna.
32
Gambar 2.6 Siklus Informasi
(Sumber: Pengenalan Sistem Informasi, 2003)
Gambar 2.6 memperlihatkan siklus informasi yang menggambarkan
pengolahan data dalam bentuk mentah yang belum mengandung informasi
sehingga perlu diolah lebih lanjut. Data dibaca sebagai input kemudian diproses
melalui suatu model membentuk informasi. User kemudian menerima informasi
tersebut sebagai landasan untuk membuat suatu keputusan dan melakukan
tindakan operasional yang akan membuat sejumlah data baru. Data baru tersebut
selanjutnya menjadi input pada proses berikutnya, begitu seterusnya sehingga
membentuk suatu siklus informasi atau information cycle. Informasi yang baik
harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
1. Akurat (Acurate)
Informasi yang diperoleh harus bebas dari kesalahan dan mencerminkan
suatu maksud. Informasi diharuskan akurat karena informasi yang tidak akurat
akan banyak timbul gangguan (noise) yang dapat mengubah atau merusak
informasi tersebut.
2. Tepat Waktu (Time Lines)
Informasi sampai pada yang membutuhkan tidak boleh terlambat.
Penyampaian informasi yang terlambat tidak akan mempunyai nilai, hal ini
disebabkan karena informasi merupakan landasan dalam pengambilan keputusan
maka akan berakibat fatal untuk organisasi maupun perusahaan.
3. Sejalan (Relevan)
Informasi harus bermanfaat bagi yang membutuhkannya. Relevansi
informasi untuk setiap orang adalah berbeda. Informasi yang baik hanya akan
dihasilkan oleh data yang baik dengan pemrosesan data yang tepat.
33
4. Veribility
Informasi yang disajikan harus dapat membandingkan sesuatu agar
memberikan nilai tambah bagi pemakai informasi. Penyajian informasi yang
dilakukan harus efektif, apakah itu dalam bentuk format, desain dan sebagainya
untuk memenuhi prinsip tersebut.
Informasi yang baik harus memenuhi kriteria di atas untuk mendukung
pengambilan keputusan yang tepat agar dapat meningkatkan kualitas suatu
organisasi atau perusahaan.
2.9 Konsep Dasar Sistem Informasi
Menurut Jogiyanto H.M. (2005), sistem informasi adalah suatu sistem di
dalam organisasi yang mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi,
mendukung operasi, bersifat manajerial dan kegiatan strategi dari suatu organisasi,
serta menyediakan pihak luar tertentu dengan laporan-laporan yang diperlukan.
Hal-hal yang dikerjakan oleh sistem informasi terkait dengan kemampuan
yang dapat dilakukannya adalah sebagai berikut:
1. Melaksanakan komputasi numerik dan bervolume besar.
2. Menyediakan komunikasi dalam organisasi atau antar organisasi yang
cepat dan akurat.
3. Menyimpan informasi dalam jumlah yang sangat besar dalam ruang yang
kecil tetapi mudah diakses.
4. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi orang-orang yang bekerja dalam
kelompok di suatu tempat atau beberapa lokasi.
5. Menyajikan informasi dengan jelas.
6. Pembiayaan yang jauh lebih murah daripada pengerjaan secara manual.
Kemampuan ini mendukung sasaran bisnis yang mencakup peningkatan
produktivitas, pengurangan biaya, peningkatan pengambilan keputusan,
peningkatan layanan ke pelanggan, serta pengembangan aplikasi-aplikasi strategis
yang baru. Sistem informasi memberikan nilai tambah terhadap proses, produksi,
kualitas, manajemen, pengambilan keputusan, dan pemecahan masalah serta
keunggulan kompetitif yang sangat berguna bagi kegiatan bisnis (Kroenke, 1992).
34
Gambar 2.7 Interaksi Komponen Penting dalam Perusahaan
(Sumber: Pengenalan Sistem Informasi, 2003)
Perusahaan masa kini melibatkan komponen perilaku dan teknologi yang
berinteraksi di dalam lingkungan sosioteknologi (bidang kajian yang berusaha
melihat pengaruh evolusi teknologi dalam kehidupan sosial) (O‟Brien, 1996).
Gambar 2.7 memperlihatkan keadaan ini. Kelima komponen dasar tersebut saling
berinteraksi dan saling mempengaruhi. Itulah sebabnya para manajer harus
menjamin bahwa pengaturan terhadap setiap komponen tersebut dapat terlaksana
dengan baik sesuai dengan visi dan misi perusahaan.
Empat peranan penting sistem informasi dalam organisasi (Alter, 1992)
adalah sebagai berikut:
1. Berpartisipasi dalam pelaksanaan tugas-tugas.
2. Mengaitkan perencanaan, pengerjaan, pengendali dalam sebuah subsistem.
3. Mengkoordinasikan subsistem yang ada.
4. Mengintegrasikan subsistem.
Sistem informasi merupakan salah satu peranan penting dalam perusahaan,
oleh sebab itu diperlukan manajemen khusus yang mampu mengontrol sistem
informasi dengan baik sehingga dapat mendukung visi dan misi perusahaan.
Sistem informasi terdiri dari kompenen-komponen yang disebut dengan
istilah Blok Bangunan (Building Block), yaitu Blok Masukan (Input Blok), Blok
Model (Model Block), Blok Keluaran (Output Block), Blok Teknologi
(Technology Block), Blok Basis Data (Database Block), dan Blok Kendali
(Controls Block).
35
1. Blok Masukan (Input Block)
Masukan (input) mewakili data yang masuk kedalam sistem informasi.
Input merupakan metode dan media untuk menangkap data yang akan
dimasukkan berupa dokumen-dokumen dasar.
2. Blok Model (Model Block)
Blok Model terdiri dari kombinasi prosedur, logika, dan model matematik
yang akan memanipulasi data input dan data yang tersimpan di basis data dengan
cara tertentu untuk menghasilkan keluaran yang diinginkan.
3. Blok Keluaran (Output Block)
Produk dari sistem informasi adalah keluaran berupa informasi yang
berkualitas dan dokumentasi yang berguna untuk semua tingkatan manajemen
serta semua pemakai sistem.
4. Blok Teknologi (Technology Block)
Teknologi merupakan kotak alat (tool box) dalam sistem informasi.
Teknologi digunakan untuk menerima input, menjalankan model, menyimpan dan
mengakses data, menghasilkan dan mengirimkan keluaran, serta membantu
pengendalian dari sistem secara keseluruhan. Teknologi terdiri dari tiga bagian
utama, yaitu teknisi (humanware atau brainware), perangkat lunak (software), dan
perangkat keras (hardware).
5. Blok Basis Data (Database Block)
Blok Basis Data merupakan kumpulan data yang saling berhubungan satu
dengan yang lainnya, tersimpan dalam perangkat keras komputer, dan digunakan
perangkat lunak untuk memanipulasinya dengan menggunakan perangkat lunak
paket yang disebut dengan Database Management System (DBMS).
6. Blok Kendali (Controls Block)
Blok Kendali mengendalikan sistem agar terhindar dari hal-hal yang tidak
diinginkan (kesalahan-kesalahan, ketidakefesienan dan lain sebagainya) dengan
merancang pengendalian untuk meyakinkan bahwa hal-hal yang dapat merusak
sistem dapat dicegah dan diatasi.
36
2.10 Pengertian Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS)
Setiap rumah sakit wajib melakukan pencatatan dan pelaporan semua
kegiatan penyelenggaraan rumah sakit dalam bentuk Sistem Informasi
Manajemen Rumah Sakit (SIMRS) berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI
Nomor 82 Tahun 2013. Pembentukan SIMRS dilakukan dalam rangka
meningkatkan efesiensi dan efektifitas penyelenggaraan rumah sakit di Indonesia.
Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS) adalah suatu sistem
teknologi informasi yang memproses dan mengintegrasikan seluruh alur proses
pelayanan rumah sakit dalam bentuk jaringan koordinasi, pelaporan, dan prosedur
administrasi untuk memperoleh informasi secara tepat dan akurat. Setiap rumah
sakit harus melaksanakan pengelolaan dan pengembangan SIMRS yang mampu
meningkatkan dan mendukung proses pelayanan kesehatan di rumah sakit,
meliputi:
1. Kecepatan akurasi, integrasi, peningkatan pelayanan, peningkatan
efisiensi, kemudahan pelaporan dalam pelaksanaan operasional.
2. Kecepatan pengambilan keputusan, akurasi dan identifikasi masalah, serta
kemudahan penyusunan strategi dalam pelaksanaan manajerial.
3. Budaya kerja, transparasi, koordinasi antar unit, pemahaman sistem, dan
pengurangan biaya administrasi dalam pelaksanaan organisasi.
Sebuah SIMRS idealnya mencakup integrasi fungsi-fungsi klinikal,
keuangan, serta manajemen yang nantinya menjadi subsistem dari SIMRS.
Subsistem ini merupakan unsur dari sistem informasi berdasarkan fungsi-fungsi
yang ada untuk menyederhanakan pelayanan pada rumah sakit seperti Subsistem
Modul Farmasi.
Sistem Informasi Farmasi adalah sebuah sistem untuk mengelola data atau
informasi tentang input data barang, transaksi, atau distribusi barang-barang
kebutuhan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit sampai dengan pembuatan laporan.
Variabel yang ada secara garis besar dalam Sistem Informasi Farmasi adalah
transaksi pembelian barang ke distributor, penjualan obat ke pasien, retur obat,
laporan penjualan harian, laporan obat slow moving dan fast moving, laporan
analisis, dan grafik penjualan.
37
2.11 Analisis dan Desain Sistem
Menurut H.M. Jogiyanto, analisis sistem adalah penguraian dari suatu
sistem informasi yang utuh dalam bagian-bagian komponennya dengan maksud
untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi permasalahan, kesempatan, hambatan
yang terjadi, dan kebutuhan yang diharapkan sehingga dapat diusulkan
perbaikannya. Analisis dengan teknik informasi fokus pada struktur data
tersimpan dalam sebuah sistem yang disebut dengan analisis data centered. Model
proses dalam teknik ini digambarkan dengan diagram aliran data yang disebut
dengan hubungan entitas. Langkah-langkah dasar analisis sistem adalah sebagai
berikut:
1. Identify, yaitu tahap mengidentifikasi masalah.
2. Understand, yaitu tahap memahami kerja dari sistem yang ada.
3. Analyze, yaitu tahap menganalisa sistem.
4. Report, yaitu tahap membuat laporan dari hasil analisis.
Desain dalam pembangunan perangkat lunak merupakan upaya untuk
mengkonstruksi sebuah sistem yang memberikan kepuasan akan spesifikasi
kebutuhan fungsional, memenuhi kebutuhan secara implisit atau eksplisit dari segi
performansi maupun penggunaan sumber daya, kepuasan pada proses desain dari
segi biaya, waktu, dan perangkat. Kualitas perangkat lunak biasanya dinilai dari
segi kepuasan pengguna perangkat lunak terhadap perangkat lunak yang
digunakan.
2.11.1 Perancangan Sistem dengan Metode TAS
Perancangan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit Modul Farmasi
menggunakan metode Total Architecture Synthesis (TAS). Langkah-langkah
dalam metode perancangan menggunakan TAS adalah sebagai berikut:
1. Menentukan initial scope.
2. Menentukan kebutuhan.
3. Mendesain arsitektur proses bisnis.
4. Mendesain arsitektur sistem.
5. Mengevaluasi arsitektur.
38
Prinsip dasar dari TAS adalah apapun arsitektur yang dipilih untuk
memenuhi kebutuhan yang ada, keterhubungan dari setiap layanan untuk
mendukung kebutuhan bahkan kebutuhan yang paling tidak terduga sekalipun
tetap harus dipersiapkan. TAS adalah sebuah metode perancangan yang
menggunakan pendekatan iteratif dalam mengumpulkan kebutuhan,
mendefinisikan proses bisnis, dan mendefinisikan arsitektur dari sebuah sistem.
Metode ini berawal dari inisiasi semua proses bisnis yang terpengaruh oleh
perkembangan proyek yang dibuat. Proses bisnis kemudian diurutkan sesuai
dengan tingkat kesulitan dan kepentingan bisnisnya. Iterasi untuk proyek dimulai
setelah proses ini selesai dilakukan. Iterasi terdiri dari pengumpulan kebutuhan,
pendefinisian proses bisnis, pendefinisian arsitektur sistem, dan evaluasi. Iterasi
pertama diawali dengan proses bisnis yang paling sulit dan banyak mengalami
perubahan. Penggunaan metode TAS menjadikan proses pengumpulan akan
kebutuhan informasi dari sebuah perusahaan bukan lagi menjadi sebuah aktivitas
yang terpisah dari proses bisnis dan arsitektur sistem.
2.11.2 Data Flow Diagram (DFD)
Perancangan Diagram Arus Data (DAD) atau dalam bahasa Inggris disebut
Data Flow Diagram (DFD) adalah suatu diagram yang menggunakan notasi-
notasi untuk menggambarkan arus dari data yang penggunaanya sangat membantu
untuk memahami sistem secara logika, terstruktur, dan jelas. DFD juga bisa
dikatakan sebagai suatu model logika data atau proses yang dibuat untuk
menggambarkan dari mana asal data dan kemana tujuan data yang keluar dari
sistem, dimana data disimpan, proses apa yang menghasilkan data tersebut dan
interaksi antara data yang tersimpan, serta proses yang dikenalkan pada data
tersebut. DFD merupakan alat perancangan sistem berorientasi alur data dengan
konsep dekomposisi yang digunakan untuk penggambaran analisa maupun
rancangan sistem yang mudah dikomunikasikan oleh profesional sistem kepada
pemakai maupun pembuat program.
39
Simbol-simbol yang digunakan dalam DFD untuk mewakili entitas luar
atau batas sistem, alur data (data flow), proses, dan simpanan data (data store)
berdasarkan simbol Gane dan Sarson dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Simbol DFD
No Lambang Nama Keterangan
1.
Terminator Mewakili entitas eksternal yang berkomunikasi
dengan sistem yang sedang dikembangkan, biasanya
terminator dikenal dengan nama entitas luar.
2.
Alur Data Menunjukkan arus dari data berupa masukan untuk
sistem atau hasil dari proses sistem.
3.
Proses Menggambarkan bagian dari sistem yang
mentransformasikan input menjadi output.
4.
Data Store Menggambarkan suatu penyimpanan data yang dapat
berupa file atau database di sistem komputer dan
arsip atau catatan manual.
(Sumber: Metode Desain dan Analisis Sistem Edisi 6, 2004)
DFD diperlukan dalam merancang software aplikasi. Perangkat ini
digunakan untuk menjelaskan software aplikasi sebagai jaringan kerja antar proses
yang berhubungan satu sama lain. Diagram ini menunjukkan bagaimana aliran
data dari suatu proses ke proses lain atau ke tempat penyimpanan data. DFD
dibuat secara bertingkat, dimana suatu proses akan dijelaskan secara rinci pada
DFD tingkat yang lebih tinggi (Jogiyanto, 1989). DFD dikembangkan secara
logika tanpa mempertimbangkan lingkungan fisik tempat data tersebut mangalir,
misalnya lewat telepon, surat dan sebagainya atau lingkungan fisik dimana data
tersebut akan disimpan, misalnya harddisk, tape, diskette dan lain sebagainya.
2.11.2.1 Konteks Diagram
Konteks diagram adalah Data Flow Diagram tingkat atas (DFD Top Level)
yang merupakan diagram tidak detail dari sebuah sistem informasi,
menggambarkan aliran data ke dalam dan ke luar sistem entitas eksternal. Konteks
diagram menggambarkan sistem dalam satu lingkaran dan hubungan dengan
entitas luar. Lingkaran tersebut menggambarkan keseluruhan proses dalam sistem.
Hal yang harus diperhatikan dalam menggambar konteks diagram, yaitu:
40
1. Terminologi Sistem
Terminologi sistem terdiri atas beberapa bagian diantaranya adalah:
a. Batas sistem adalah batas antara daerah kepentingan sistem.
b. Lingkungan sistem adalah segala sesuatu yang berhubungan atau
mempengaruhi sistem tersebut.
c. Interface adalah aliran yang menghubungkan sebuah sistem dengan
lingkungan sistem tersebut.
2. Menggunakan Satu Simbol Proses
Simbol di dalam lingkaran konteks (simbol proses) adalah kegiatan
pemrosesan informasi (batas sistem). Kegiatan informasi adalah kegiatan
mengambil data dari file, mentransformasikan data, atau melakukan filling
data misalnya mempersiapkan dokumen, memasukkan, memeriksa,
mengklasifikasi, mengatur, menyortir, menghitung, dan meringkas data.
3. Entitas eksternal atau terminator dengan entitas lainnya tidak
diperbolehkan melakukan komunikasi langsung.
4. Terminator yang mempunyai banyak masukan dan keluaran diperbolehkan
untuk digambarkan lebih dari satu sehingga mencegah penggambaran
yang terlalu rumit dengan memberikan tanda asterik (*) atau garis silang
(#).
5. Terminator yang mewakili individu sebaiknya diwakili oleh peran yang
dipermainkan individu tersebut.
6. Aliran data ke proses dan keluar sebagai output keterangan aliran data
berbeda.
Pembuatan konteks diagram sangat penting dilakukan karena diagram ini
merupakan gambaran tentang keseluruan sistem yang akan dibuat.
2.11.2.2 Data Flow Diagram Level
DFD dapat digunakan untuk menggambarkan diagram fisik maupun
diagram logis, dimana DFD Level n merupakan hasil pengembangan dari konteks
diagram ke dalam komponen yang lebih detail yang disebut dengan top down
partitioning. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan DFD Level
n adalah:
41
1. Pemberian nomor pada DFD Level n.
2. Penyimpanan dengan penyimpanan lainnya tidak dihubungkan langsung
dan harus melalui proses.
3. Tempat penyimpanan data dengan entitas eksternal atau terminator tidak
dihubungkan langsung (harus melalui proses) dan sebaliknya.
4. Dilarang membuat suatu proses menerima input tetapi tidak pernah
mengeluarkan output yang disebut dengan istilah “black hole”.
5. Dilarang membuat suatu tempat penyimpanan menerima input tetapi tidak
pernah digunakan untuk proses yang disebut istilah “gray hole”.
6. Dilarang membuat suatu hasil proses yang lengkap dengan data yang
terbatas, disebut dengan istilah “magic process”.
7. Terminator yang mempunyai banyak masukan dan keluaran diperbolehkan
untuk digambarkan lebih dari satu sehingga mencegah penggambaran yang
terlalu rumit dengan memberikan tanda asterik (*) atau garis silang (#),
begitu juga dengan bentuk penyimpanan.
8. Aliran data ke proses dan keluar sebagai output keterangan aliran data
berbeda.
DFD level mempermudah menggambarkan suatu proses agar lebih
terperinci. Beberapa hal harus diperhatikan dalam pembuatan DFD sehingga
menghasilkan DFD yang seimbang dan dapat menggambarkan proses tentang
sistem yang dibuat.
2.11.3 Standard Operating Procedure (SOP)
Standard Operating Procedure (SOP) adalah dokumen tertulis yang
memuat prosedur kerja secara rinci, tahap demi tahap, dan sistematis. SOP
memuat serangkaian instruksi secara tertulis tentang kegiatan rutin atau berulang-
ulang yang dilakukan oleh sebuah organisasi. SOP dilengkapi dengan referensi,
lampiran, formulir, diagram, dan alur kerja. SOP sering disebut sebagai manual
SOP yang digunakan sebagai pedoman untuk mengarahkan dan mengevaluasi
suatu pekerjaan.
42
Fungsi dari SOP adalah untuk menjelaskan secara detail mengenai proses
kerja yang berlangsung secara rutin yang harus diikuti dalam suatu perusahaan
atau organisasi. Tujuan dari SOP adalah sebagai berikut:
1. Menjaga konsistensi dan tingkat kinerja petugas atau tim dalam organisasi
atau unit.
2. Mengetahui dengan jelas peran dan fungsi setiap posisi dalam organisasi.
3. Memperjelas alur tugas, wewenang, dan tanggung jawab dari petugas
terkait.
4. Melindungi organisasi dan staff dari malpraktek atau kesalahan
administrasi lainnya.
5. Menghindari kesalahan, keraguan, duplikasi, dan inefisiensi.
Bentuk simbol flowchart yang digunakan dalam pembuatan SOP dapat
dilihat pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2 Simbol SOP
No Lambang Nama Keterangan
1.
Terminal Menunjukkkan awal atau akhir
suatu proses
2.
Manual Operation Melakukan proses secara
manual
3.
Manual Input
Menunjukan proses masukan
data secara manual
4.
Display Menampilkan data
5.
Process Menunjukkan proses
pelaksanaan instruksi
6.
Decision
Menunjukkkan proses
pemilihan alternatif atau
pengecekan kondisi
7.
Predefined Process Menunjukkan proses yang
telah didefinisikan
43
8.
On-page Connector Merupakan penghubung pada
satu halaman
9.
Off-page Connector
Merupakan penghubung pada
halaman lain
10.
Document
Merupakan dokumen (arsip)
dari hasil proses
11.
Arrow Merupakan arah aliran proses
(Sumber: Metode Desain dan Analisis Sistem Edisi 6, 2004)
Flowchart merupakan gambaran dengan menggunakan simbol.
Berdasarkan Tabel 2.2 setiap simbol menggambarkan proses tertentu. Flowchart
dapat memperjelas urutan poses suatu kegiatan, ketika ada penambahan proses
maka dapat dilakukan dengan lebih mudah.
2.11.4 Entity Relationship Diagram (ERD)
Entity Relationship Diagram (ERD) atau dalam bahasa Indonesia disebut
dengan Diagram Relasi Entitas merupakan model konseptual sebagai simbol
hubungan yang terjadi dalam database yang ada pada DFD. ERD menggunakan
sejumlah notasi dan simbol untuk menggambarkan struktur dan hubungan antar
data. Dasarnya ada tiga macam simbol yang digunakan, yaitu:
1. Entitas (Objek Data)
Entitas adalah objek sebagai perwakilan sesuatu yang nyata dan dapat
dibedakan dari sesuatu yang lain berada dalam lingkungan sistem. Entitas
dilambangkan dengan persegi panjang. Entitas ini akan menjadi tabel dalam
database.
44
2. Atribut
Atribut adalah karakteristik dari entitas atau relationship yang
menyediakan penjelasan detail tentang entitas atau relationship tersebut. Simbol
yang digunakan untuk atribut ini berbentuk elips. Atribut akan menjadi kolom
dalam database.
Tabel 2.3 Notasi Atribut ERD
Nama Keterangan Diagram
Identifier Primary key dalam tabel
Descriptor Kolom dalam tabel
Multivalued
Descriptor
Memiliki sekelompok
nilai
Derived Nilainya dapat di
peroleh dari atribut lain
Complex atau
Composite
attribute
Memiliki nilai yang bisa
di kelompokkan lagi
menjadi nilai yang lebih
kecil
(Sumber: Metode Desain dan Analisis Sistem Edisi 6, 2004)
3. Relationship
Relationship merupakan hubungan yang terjadi antara satu entitas atau
lebih digambarkan dengan belah ketupat. Relasi terbagi menjadi tiga jenis, yaitu:
a. Hubungan Satu ke Satu (One to One Relation)
Entitas A dapat berhubungan paling banyak dengan satu entitas lainnya
misal Entitas B begitu juga sebaliknya.
45
mengepalai JurusanDosen
Kode_Dosen
Nama_Dosen Nama_Jurusan Kode_Dosen
Kode_Jurusan
1 1
Gambar 2.8 Relasi Satu ke Satu
Gambar 2.8 menerangkan hubungan satu ke satu antara dosen dan
jurusan, artinya satu dosen hanya boleh mengepalai satu jurusan pada
universitas begitu juga sebaliknya.
b. Hubungan Satu ke Banyak atau Banyak ke Satu (One to Many Relation
or Many to One Relation)
Entitas A sebagai 1 (one) dapat berhubungan dengan banyak Entitas B
sebagai N (many) tetapi sebaliknya Entitas B berhubungan paling
banyak dengan satu entitas misal Entitas A.
mengajar Mata_kuliahDosen
Kode_Dosen
Nama_Dosen Kode_Dosen SKS
Kode_MK
1 N
Nama_MK
Semester
Gambar 2.9 Relasi Satu ke Banyak
Gambar 2.9 menerangkan hubungan satu ke banyak antara dosen
dengan mata kuliah, artinya satu dosen boleh mengajar banyak mata
kuliah tetapi satu mata kuliah hanya dapat diajar oleh satu dosen.
46
c. Hubungan Banyak ke Banyak (Many to Many Relation)
Entitas A dapat berhubungan banyak dengan Entitas B dan demikian
juga sebaliknya dimana Entitas B dapat berhubungan banyak dengan
Entitas A.
mengikuti Mata_kuliahMahasiswa
NIM
Nama_Mhs Semester SKS
1 N
Kode_MK
Nama_MK
NIM
Nama_MK
1N
Gambar 2.10 Relasi Banyak ke Banyak
Gambar 2.10 menerangkan hubungan banyak ke banyak antara
mahasiswa dengan mata kuliah, artinya banyak mahasiswa dapat
mengkuti banyak mata kuliah begitu juga sebaliknya.
ERD dibuat untuk menggambarkan atau membuat model suatu database
dengan diagram yang sederhana sehingga memudahkan dalam membuat sebuah
database yang sederhana maupun kompleks. ERD juga akan memudahkan
pengguna, dalam hal ini adalah orang yang merancang database tersebut dalam
membuat perubahan database jika sewaktu-waktu terjadi.
2.11.5 Normalisasi Tabel
Proses normalisasi merupakan proses pengelompokan data elemen
menjadi tabel-tabel yang menunjukkan entitas dan relasinya. Proses normalisasi
selalu diuji pada beberapa kondisi, apakah terdapat kesulitan pada saat
menambah, menghapus, mengubah, dan membaca pada suatu database. Relasi
akan dipecah menjadi beberapa tabel lagi apabila terdapat kesulitan pada
pengujian tersebut. Tahapan dalam teknik normalisasi adalah sebagai berikut:
47
1. Bentuk Tidak Normal (Unnormalized Form)
Bentuk ini merupakan kumpulan data yang akan direkam, tidak ada
keharusan mengikuti suatu format tertentu dan dapat saja data tidak lengkap atau
terduplikasi. Data dikumpulkan apa adanya sesuai dengan kedatangannya.
2. Bentuk Normal ke Satu (First Normal Form)
Bentuk normal ke satu memiliki ciri yaitu setiap data dibentuk dalam flat
tabel (tabel datar), data dibentuk dalam satu record demi satu record dan nilai dari
field-field berupa ”atomic value”, tidak ada set atribut yang berulang-ulang atau
bernilai ganda.
3. Bentuk Normal ke Dua (Second Normal Form)
Bentuk normal kedua memiliki syarat yaitu bentuk data telah memenuhi
kriteria bentuk normal kesatu. Atribut bukan kunci haruslah bergantung secara
fungsi pada kunci utama (primary key, atribut yang mengidentifikasi secara unik
suatu kejadian yang spesifik dan dapat mewakili setiap kejadian dari suatu
entitas). Pembentukan normal kedua haruslah sudah ditentukan field-field kunci
bersifat unik dan dapat mewakili atribut lain yang menjadi anggotanya.
4. Bentuk Normal Ketiga (Third Normal Form)
Pembentukan normal ketiga, relasi haruslah dalam bentuk normal kedua
dan semua atribut bukan primer tidak punya hubungan yang transitif. Setiap
atribut yang bukan merupakan kunci haruslah bergantung hanya pada primary key
secara menyeluruh.
5. Bentuk Normal Boyce-Codd (Boyce-Codd Normal Form)
Bentuk Normal Boyce-Codd merupakan bentuk paksaan yang lebih kuat
dari bentuk normal ketiga. Relasi harus dalam bentuk normal ke satu dan setiap
atribut harus bergantung fungsi pada super key (kunci super).
2.12 Konsep Database Management System (DBMS)
Perancangan sistem yang baik harus sesuai dengan beberapa komponen
konsep dalam Database Management System (DBMS).
48
2.12.1 Definisi Database
Basis data (database) dapat diartikan sebagai kumpulan data yang terdiri
atas satu atau beberapa tabel yang terintegrasi satu sama lainnya, dimana setiap
pemakai (user) diberi wewenang (otoritas) untuk dapat mengakses (mengubah,
menambah, menghapus, menganalisis, memperbaiki) data dalam tabel-tabel
tersebut (Kok Yung, 2002). Database seperti yang dijelaskan lebih bersifat ke
database relational yaitu database yang mengorganisasikan data dalam bentuk
tabel. Database yang baik di dalamnya tidak ada kerangkapan data atau yang
sering disebut redudansi data. Database mempunyai beberapa kriteria penting,
yaitu:
1. Bersifat data oriented dan bukan program oriented. Database lebih
mengutamakan bagaimana mengelola data secara hemat dan tepat bukan
mengutamakan pembuatan program yang canggih.
2. Digunakan oleh beberapa program aplikasi tanpa perlu mengubah
database-nya, artinya database dapat di export atau di import ke dalam
bentuk database lain yang tidak sejenis sehingga tidak perlu membuat
database baru.
3. Berkembang dengan mudah, baik volume maupun strukturnya. Database
bersifat fleksibel terhadap perkembangan data sesuai prosedur, baik
volume atau struktur data yang digunakan.
4. Memenuhi sistem baru secara mudah. Database harus mendukung
terhadap sistem baru misalnya mendukung berbagai sistem operasi
sehingga mudah digunakan.
5. Digunakan dengan cara yang berbeda-beda. Database harus dapat
digunakan dengan berbagai cara untuk mempermudah pemakaian sistem.
6. Kerangkapan dapat diminimalkan. Hal yang paling utama adalah dengan
sistem basis data kerangkapan data harus dapat diminimalkan sehingga
penggunaan ruang (space) memori lebih sedikit.
Database digunakan untuk menyimpan informasi atau data yang
terintegrasi dengan baik di dalam komputer. Berapa istilah database yang perlu
diketahui dapat dilihat pada Tabel 2.4.
49
Tabel 2.4 Istilah dalam Database
Istilah Pengertian
Tabel Kumpulan data (nilai) yang diorganisasikan ke dalam baris (record) dan kolom
(field).
Field Kolom dari sebuah tabel.
Record Kumpulan nilai yang saling terkait.
Key Field yang dapat dijadikan kunci dalam operasi tabel.
Data Value Data aktual atau informasi yang disimpan di setiap data elemen. Isi atribut
disebut nilai data.
Tuple Baris pada sebuah relasi atau kumpulan elemen yang saling berkaitan
menginformasikan tentang suatu entitas secara lengkap.
SQL Bahasa yang digunakan untuk mengakses database.
(Sumber: Metode Desain dan Analisis Sistem Edisi 6, 2004)
Istilah dalam database perlu diketahui karena dapat membantu dalam
pembuatan basis data. Konsep dasar database adalah kumpulan cerita atau
potongan dari pengetahuan. Sebuah database memiliki penjelasan terstruktur dari
jenis fakta yang tersimpan di dalam skema. Model yang umum digunakan adalah
model relasional yang mewakili semua informasi dalam bentuk tabel saling
berhubungan dimana setiap tabel terdiri atas baris dan kolom.
2.12.2 Definisi DBMS
Pengelolaan database memerlukan suatu perangkat lunak yang disebut
Database Management System (DBMS). DBMS merupakan suatu program sistem
perangkat lunak yang memungkinkan user untuk membuat, memelihara,
mengontrol, dan mengakses database secara praktis dan efisien. Basis data adalah
kumpulan datanya sedangkan program pengelolanya berdiri sendiri dalam suatu
paket program untuk membaca data, mengisi data, menghapus data, melaporkan
data dalam basis data sehingga user akan lebih mudah mengontrol dan
memanipulasi data yang ada.
Contoh perangkat lunak DBMS yang sering digunakan dalam aplikasi
program yaitu MySQL. MySQL adalah sebuah program database yang mampu
menerima dan mengirimkan datanya sangat cepat, multi user, serta menggunakan
perintah dasar Structured Query Language (SQL). MySQL merupakan dua bentuk
lisensi yaitu free software dan shareware. MySQL yang biasa digunakan adalah
MySQL Free Software yang berada di bawah lisensi GNU/GPL. MySQL adalah
50
sebuah database yang dapat digunakan sebagai client maupun server. Tipe data
dalam MySQL dapat dilihat pada Tabel 2.5 sampai Tabel 2.7.
Tabel 2.5 Tipe Data String
Tipe Data Keterangan
CHAR(M) String dengan panjang tetap yaitu M karakter. String yang dimasukkan
panjangnya kurang dari M maka sisanya diisi dengan spasi. Nilai
terbesar untuk M adalah 255
CHAR Sinonim dengan CHAR(1)
VARCHAR(M) String dengan panjang variabel M merupakan jumlah maksimum
karakter yang bisa disimpan. Nilai terbesar untuk M yaitu 65535.
BINARY(M) Serupa dengan CHAR(M) tetapi disimpan dalam bentuk biner
VARBINARY(M) Serupa dengan VARCHAR(M) tetapi disimpan dalam bentuk biner
TINYBLOB BLOB dengan ukuran paling kecil
BLOB[(M)] BLOB dengan ukuran lebih besar daripada TINYBLOB
MEDIUMBLOB BLOB berukuran medium
LONGBLOB BLOB berukuran paling besar
TINYTEXT String text dengan ukuran paling kecil
TEXT[(M)] String text dengan ukuran lebih besar daripada TINYBLOB
MEDIUMTEXT String text berukuran medium
LONGTEXT String text berukuran paling besar
ENUM(‘nilai1’,
’nilai2’,…)
Tipe kolom yang kemungkinan nilai kolomnya berupa salah satu string
yang disebutkan pada ENUM. Jumlah elemen ENUM dapat mencapai
65535. Nilai untuk kolom dapat juga diisi dengan nomor indeks. Daftar
berikut menunjukkan nilai dan indeksnya:
· NULL (indeks NULL)
· „‟ (indeks 0)
· „nilai1‟ (indeks 1)
· „nilai2‟ (indeks 2), dan seterusnya.
SET(‘nilai1’,
’nilai2’,…)
Suatu objek string yang bisa berisi nol, satu, atau beberapa nilai. Sebuah
kolom bertipe SET maksimum berisi 64 elemen yang berbeda.
(Sumber: Metode Desain dan Analisis Sistem Edisi 6, 2004)
Tabel 2.6 Tipe Data Numerik
Tipe Data Keterangan
BIT Menyatakan tipe bit. Satu bit dapat berupa bilangan 0 atau 1.
· BIT identik dengan BIT(1), yang berarti 1 buah bit
· BIT(2) berarti terdapat 2 bit
Angka maksimal di dalam kurung yaitu 64, yang berarti 64 bit
TINYINT[(M)] Menyatakan data bilangan bulat yang berkisar antara -128 sampai 127.
Bila ditambahkan kata UNSIGNED (berarti bilangan tidak bertanda),
jangkauan berkisar dari 0 sampai 127
BOOL atau
BOOLEAN atau
TINYINT(1)
Nilai benar dan salah. Nilai 0 dianggap salah dan nilai selain nol
dianggap benar
SMALLINT[(M)] Data bilangan bulat yang berkisar antara -32768 sampai 32767. Bila
ditambahkan kata UNSIGNED (berarti bilangan tidak bertanda),
jangkauan bilangan berkisar dari 0 sampai 65535
MEDIUMINT[(M)] Data bilangan bulat yang berkisar antara -8388608 sampai 8388607. Bila
ditambahkan kata UNSIGNED (berarti bilangan tidak bertanda),
jangkauan berkisar dari 0 sampai dengan 16777215
51
INT[(M)] atau
INTEGER[(M)]
Data bilangan bulat yang berkisar antara -2147683648 sampai
2147683647. Bila ditambahkan kata UNSIGNED (berarti bilangan tidak
bertanda), jangkauan bilangan berkisar dari 0 sampai 4294967295
BIGINT[(M)] Data bilangan bulat yang berkisar antara
-9223372036854775808 sampai 9223372036854775807. Bila
ditambahkan kata UNSIGNED (berarti bilangan tidak bertanda),
jangkauan bilangan berkisar dari 0 sampai 18446744073709551615
FLOAT[(M),(D)] Tipe bilangan pencacah antara -3.402823466E+38 sampai dengan
1.175494351E-38, 0, dan -1.175494351E-38 sampai 3.402823466E+38
· M, jumlah digit desimal
· D, jumlah digit desimal di belakang titik desimal
· Jika kata UNSIGNED disertakan dibelakangnya, nilai negatif tidak
diperkenankan
DOUBLE[(M),(D)]
atau DOUBLE
PRECISION[(M),
(D)]
Tipe bilangan pencacah antara
-1.7976931348623157E+308 sampai dengan
-2.2250738585072014E-308, 0, dan
-2.2250738585072014E-308 sampai3.402823466E+38
· M, jumlah digit desimal
· D, jumlah digit desimal di belakang titik desimal
· Jika kata UNSIGNED disertakan nilai negatif tidak diperkenankan
FLOAT(p) Tipe bilangan pecahan. Dalam hal ini, p adalah jumlah presisi dalam bit.
· Jika p berkisar antara 0 sampai dengan 24, tipe data identik FLOAT
tanpa nilai M ataupun D
· Jika p berkisar antara 25 sampai dengan 53, tipe data identik
DOUBLE tanpa nilai M ataupun D
DEC[(M[,D])]
atau DECILAM
[(M[,D])]
Bilangan dengan jumlah digit dibelakang titik desimal
· M, jumlah digit desimal
· D, jumlah digit dibelakang titik desimal
· Nilai terbesar untuk M adalah 65
· Jika D tidak disertakan, dianggap D bernilai 0 (yang berarti tidak ada
bagian pecahan)
· Cocok digunakan jika terdapat data yang butuh kakurasian tinggi,
misalnya uang
(Sumber: Metode Desain dan Analisis Sistem Edisi 6, 2004)
Tabel 2.7 Tipe Tanggal dan Waktu
Tipe Data Keterangan
DATE Tipe untuk data tanggal. Tanggal yang didukung berkisar antara „1000-
01-01‟ sampai dengan „999-12-31‟. Perlu diketahui, notasi tanggal biasa
ditulis dengan format tahun-bulan-tanggal
TIME Tipe untuk data waktu yang berformat: „jam:menit:detik‟
DATETIME Tipe data kombinasi tanggal dan waktu. Format „tahun-bulan-tanggal
jam:menit:detik‟
TIMESTAMP Tipe kolom yang nilainya akan diisi secara otomatis dengan tanggal dan
jam saat ada operasi INSERT atau UPDATE
YEAR[(2|4)] Tipe untuk tahun. Bila angka tidak disebutkan, tahun dianggap berformat
4 digit. Angka 2 berarti tahun dalam format 2 digit.
· Format 4 digit, tahun dapat berkisar 1901 sampai dengan 2155. Bisa
juga 000
· Format 2 digit, tahun dapat berkisar 70 sampai dengan 69. 70 berarti
1970 dan 69 berarti 2069
· Nilai untuk YEAR(4) dapat diisi berupa string ataupun bilangan
(Sumber: Metode Desain dan Analisis Sistem Edisi 6, 2004)
52
2.12.3 Bahasa DBMS
DBMS merupakan perantara bagi pemakai dengan database dalam media
penyimpanan seperti harddisk maupun removable disk. Cara berinteraksi antara
pemakai dengan database tersebut diatur dalam suatu bahasa khusus yang
ditetapkan oleh perusahaan pembuat DBMS. Bahasa itu disebut sebagai bahasa
database atau database language yang terdiri atas sejumlah perintah (statement)
yang diformulasikan dan dapat dikenali oleh DBMS untuk melakukan suatu aksi
seperti permintaan (query) data tertentu. Contoh bahasa database seperti
Structured Query Language (SQL). Bahasa database biasanya dapat dibagi ke
dalam dua kategori, yaitu:
1. Data Definition Language (DDL)
DDL adalah bahasa yang dispesifikasikan untuk mendefinisikan data dan
objek database. Entri dibuat ke dalam kamus data jika perintah ini digunakan.
Beberapa perintah yang termasuk dalam DDL dapat dilihat pada Tabel 2.8.
Tabel 2.8 Perintah DDL
Perintah Fungsi
CREATE TABLE Membuat tabel baru
ALTER TABLE Menambah satu atau lebih kolom (field) pad tabel yang baru
dibuat
RENAME TABLE Mengubah nama tabel
DROP TABLE Menghapus suatu tabel
(Sumber: Metode Desain dan Analisis Sistem Edisi 6, 2004)
2. Data Manipulation Language (DML)
DML adalah bahasa yang dipergunakan user untuk mengakses atau
memanipulasi data yang telah diorganisasikan sebelumnya dalam model data yang
tepat. Beberapa perintah yang termasuk dalam DML dapat dilihat pada Tabel 2.9.
Tabel 2.9 Perintah DML
Perintah Fungsi
SELECT Menentukan data atau informasi yang akan keluar dari tabel
INSERT Menyisipkan suatu record
UPDATE Mengubah isi record pada suatu tabel
DELETE Menghapus sebuah field
(Sumber: Metode Desain dan Analisis Sistem Edisi 6, 2004)