bab ii tinjauan pustaka 2.1 state of the art · pdf fileberisikan sejarah perusahaan, visi ......
TRANSCRIPT
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pembahasan didalam bab ini antara lain latar belakang perusahaan dimana
berisikan sejarah perusahaan, visi dan misi perusahaan, struktur organisasi, tujuan
dan sasaran perusahaan. Dasar teori berisikan tentang penjelasan mengenai teori
penunjang yang akan digunakan didalam penelitian yaitu mengenai COBIT secara
rinci serta cara melakukan audit.
2.1 State of The Art
State of the art ini diambil dari beberapa contoh penelitian terdahulu sebagai
panduan ataupun contoh untuk penelitian yang digunakan. Contoh yang diambil
berupa jurnal-jurnal mengenai audit menggunakan framework COBIT 5. Berikut
ini merupakan contoh-contoh jurnal yang didapat:
Jurnal berjudul “Measuring the Performance of IT Management in Financial
Enterprise by Using COBIT ” oleh I Gusti Ayu Dian Sasmita Ratih, I Putu Agung
Bayupati, I Made Sukarsa. Dimana penulis menggunakan framework COBIT 4.1
didalam mengaudit sebuah bank di Bali.
Metode yang digunakan untuk mendapatkan informasi mengenai performa
manajemen TI pada kasus ini adalah (1) memahami tatakelola TI pada Bank
Indonesia. (2) Dilakukan tes menggunakan kuisioner yang diambil dari framework
COBIT. (3) Dilakukan survey serta tanya jawab langsung yang nantinya akan
dibandingkan dengan tingkat kematangan performa TI. (4) mendefinisikan Critical
Success Factor (CSF), Key Goal Indicator (KGI), Key Performance Indicator
(KPI). (5) Memberikan saran untuk meningkatkan performa sistem.
Setelah melakukan pemetaan tujuan perusahaan terhadap tujuan bisnis dan
tujuan TI maka didapat beberapa domain serta proses TI. Proses tersebut
diantaranya : Plan and Organize (PO1 ,PO2 ,PO3 ,PO4 ,PO5 ,PO8 ,PO9 ,PO10).
Acquire and Implement(AI1, AI2, AI4, AI5, AI6 ). Deliver and Support (DS1, DS2,
DS3, DS4, DS7, DS8, DS10, DS13). Monitor and Evaluate(ME1, ME4).
2
Tidak semua proses TI diatas dilakukan audit karena keterbasan waktu dari
auditor, maka dari itu dilakukan kuisioner tingkat kepentingan untuk mengetahui
proses mana saja yang benar-benar diperlukan didalam proses audit.
Setelah dilakukan pencarian tingkat kepentingan maka proses TI yang
dianggap benar-benar penting adalah proses PO1, PO2, AI04, DS07, ME01, dan
ME04. Proses selanjutnya adalah membuat kuisioner untuk menentukan tingkat
kematangan sistem dan menyebarkannya kepada pihak yang telah ditunjuk.
Setelah melakukan analisis terhadap hasil kuisioner maka didapatkan hasil
proses TI sebagai berikut (PO1=3,31), (PO2=2,55), (AI4=2,94), (DS7=3,34),
(ME1=3,13), (ME4=3,44), dan nilai rata-rata adalah 3,12.
Terdapat gap antara hasil akhir kuesiner dengan hasil yang diharapkan, hasil
yang dirapkan rata-rata proses TI memiliki tingkat kematangan 5, sedangkan hasil
kuisioner memiliki tingkat kematangan 3,12. Maka diberikanlah suatu saran
perbaikan agar dapat mengurangi gap yang dimiliki perusahaan.
Saran yang diberikan mengacu pada COBIT 4.1 High Level Control
Objective.saran diberikan perproses TI yang masih memiliki gap antara hasil akhir
kuisioner dengan yang diharapkan oleh petinggi perusahaan.
Jurnal berjudul “Governance Audit of Application Procurement using
COBIT Framework” karya Gusti Ayu Theresia Krisanthi, I Made Sukarsa, I Putu
Agung Bayupati. Dimana penulis melakukan audit terhadap pengadaan aplikasi
pada Universitas Udayana menggunakan framework COBIT 4.1
Metode atau langkah penelitian yang dilakukan diantaranya (1) Melakukan
studi literatur. (2) Melakukanpengambilan data pada Universitas. (3) Melakukan
proses pemilihan domain dimana didalamnya menentukan tujuan bisnis, tujuan TI,
serta identifikasi proses TI. (4) Mengambil data yang dapat dilakukan dengan tanya
jawab, memberikan kuisioner tingkat kepentingan, serta kuisioner tingkat
kematangan. (5) Mengolah data. (6) Analisis data. (7) Memberikan saran
berdasarkan ITIL.V3.p
Pemetaan misi universitas terhadap tujuan bisnis, dan tujuan TI dilakukan
agar mendapatkan proses TI yang meliputi Plan and Organize(PO 2,3,6,8,10),
3
Acquire and Implementation(AI 1,2,5,7 ),dan Deliver, Service, and Support(DSS
3,4,7,8,11,13).
Hal selanjutnya yang dilakukan adalah pemilihan tingkat kepentingan dari
setiap proses TI yang didapatkan. Pemilihan tingkat kepentingan dilakukan agar
benar-benar menemukan proses TI yang sangat dibutuhkan. Maka dari itu
diberikan kuisioner kepada setiap unit manajemen yang mengerti tentang TI.
Hasil dari pemilihan tingkat kepentingan adalah proses TI yang benar-
benar penting diantaranya PO2, PO3, AI2, AI5, AI7, DS4, DS7, DS11. Proses
selanjutnya adalah pembuatan serta penyebaran kuisioner dari proses TI yang
didapatkan.
Hasil dari penyebaran kuisioner adalah sebagai berikut (PO2=2,86),
(PO3=2.79), (AI2=2,83), (AI5=2,75), (AI7=2,71), (DS4=2,83), (DS7=3,09),
(DS11=3.09), dan nilai rata-ratanya adalah 2.85
Dari hasil kuisioner maka diperoleh tingkat kematangan 3 untuk pengadaan
aplikasi pada Universitas Udayana maka dapat disimpulkan bahwa pengadaan
aplikasi sudah memiliki standar prosedurnya yang telah didokumentasikan. Namun
masih terdapat gap antara tingkat kematangan saat ini dengan tingkat kematangan
yang diharapkan. Tingkat kematangan saat ini yaitu 2.85 sedangkan tingkat tingkat
kematangan yang diharapkan adalah 5.
Saran agar dapat memperbaiki tingkat kematangan disini menggunakan
framework ITIL V3 yang telah dipetakan kedalam COBIT 4.1 dimana ITIL V3
memberikan rekomendasi untuk meningkatkan tingkat kematangan dengan cara
strategi servis.
Jurnal berjudul “IT Governance Analysis of XYZ Hospital Based on
COBIT 4.1” karya Dina Putri Ramadani, Angelina Prima Kurniati, Warih
Maharani. Dimana penulis melakukan audit terhadap tata kelola TI pada Rumah
Sakit XYZ daerah Bandung menggunakan framework COBIT 4.1.
Tahapan yang dilalui dalam melakukan proses audit antara lain (1) Studi
pustaka, (2)melakukan penelitian terhadap objek penelitian, (3) Pengumpulan data
dengan cara interview, (4)Pengumpulan data dengan cara kuisioner,
(5)Pengumpulan data dengan melihat dokumen, (6)Memetakan tujuan bisnis dan
4
tujuan TI, (7)Pemilihan proses TI, (8) Melakukan analisis tingkat kematangan,
(9)Melakukan rekomendasi perbaikan.
Jurnal berjudul “Information Technology Governance Using COBIT 4.1
Framework for Supporting Service of Information Technology (Case Study: PT.
Pupuk Sriwidjaja Palembang)” karya Stenly Heryudo, Angelina Prima Kurniati,
Erda Guslinar Perdana. Melakukan audit terhadap perusahaan pupuk yang dinilai
memiliki masalah pada aplikasi ERP yang berhubungan dengan integritas data.
Maka dari itu dilakukan penelitian terhadap perusahaan pupuk menggunakan
framework COBIT 4.1.
Proses audit memiliki 5 tahapan didalam penyelesaiannya diantaranya
(1)Identifikasi masalah dimana didalamnya terdapat studi kepustakaan serta
identifikasi permasalahan utama, (2)Proses pengambilan serta analisa data,
(3)Proses analisa menggunakan COBIT, (4)Proses analisis COBIT , (5)Proses akhir
meliputi pemberian saran dan kesimpulan akhir.
Penelitian ini menggunakan data dari perusahaan. Proses TI didapatkan
menggunakan visi misi perusahaan, serta tujuan bisnis perusahaan. Penelitian ini
menggunakan manajemen resiko untuk menentukan tingkat kematangan
perusahaan.
Hasil akhir dari penelitian mendapatkan 6 atribut kematangan, yaitu
(1)awareness and communication = 2.8 , (2)Policies, Plan and Procedure = 2.76
,(3)Tools and Automation = 2.7 ,(4)Skill and Expertise = 2.7 ,(5)Responsibilities
and accountabilities = 2.7 ,(6)Goal Settings and Measurements = 2.5.
Jurnal berjudul “Audit TeNOSS Menggunakan COBIT 5 pada Domain
Deliver, Service, and Support (DSS)” karya Desepta Isna Ulumi, Eko Darwiyanto,
Yanuar Firdaus. Melakukan audit terhadap TeNOSS(Telkom National Operation
Supprot System) yang merupakan objek di PT Telekomunikasi Indonesia yang
berperan sebagai monitoring terhadap peningkatan layanan kepada pelanggan
dengan menggunakan framework COBIT 5.
Pemilihan domain pada proses audit TeNOSS auditor memilih langsung
menggunakan domain DSS. Dari 6 proses DSS didapatkan 3 proses setelah
5
melewati proses pemetaan terhadap tujuan bisnis. Tiga proses yang dinilai
diantaranya DSS02, DSS05,DSS06.
Perancangan form assesment merupakan perancangan kuisioner yang
mengikuti standar COBIT 5 . untuk melaksanakan audit dengan form assesment
level 1-5 bestpractices serta work products tiap sub proses pada setiap domain.
Penilaian dilakukan setelah kuisioner disebar dan diisi oleh pihak yang
terkait. Hasil dari kuisioner dan analisa yang dilakukan kepada ketiga proses DSS
menunjukkan bahwa terdapat 2 proses yang berada pada level 3 yaitu DSS02 serta
DSS06, dan 1 proses berada pada level2 yaitu DSS05.
Target level yang diharapkan yaitu satu level lebih tinggi dari yang
didapatkan saat ini. Maka diberikanlah saran serta rekomendasi yang diharapkan
dapat membantu proses TI menjadi lebih baik lagi kedepannya. Untuk saran dan
perbaikan penulis menaruh pada bagian lampiran dan tidak disertakan didalam
jurnal.
Jurnal berjudul “Audit Teknologi Informasi menggunakan Framework
COBIT 5 Pada Domain DSS(Delivery, Service, Support)(Studi Kasus : iGracias
Telkom University)” hasil karya Rio Kurnia Candra, Imelda Atastina, Yanuar
Firdaus. Dilakukan audit pada iGracias (Integrated Academic Information System)
untuk mengetahui apakah teknologi informasi yang diimplementasikan sudah
sesuai dengan yang diharapkan dan mampu memudahkan proses bisnisdari Telkom
University.
Tahapan penelitian diawali dengan (1)Perencanaan yang meliputi studi
literatur, serta membuat daftar pertanyaan. (2)Pengumpulan data dengan cara
kuisioner, wawancara, serta melihat file atau dokumen. (3).Analisis data
berdasarkan COBIT 5 khususnya pada domain DSS. (4)Laporan yang berisi saran
dan rekomendasi atas gap yang terjadi.
Audit kali ini memfokuskan pada domain DSS, dimana hasil dari kuisioner
didapatkan bahwa level kapabilitas secara keseluruhan ada pada level 3. Lalu untuk
mengetahui apakah benar berada pada level 3 atau tidak maka dilakukan
pengumpulan evidence serta kondisi sebenarnya.
6
Rekomendasi yang diberikan dapat dikategorikan menjadi dua bagian yaitu
rekomendasi secara umum yang diberikan untuk meningkatkan level kapabilitas
secara umum, dan rekomendasi per proses yang terjadi untuk lebih meningkatkan
suatu proses yang belum memenuhi target kapabilitas.
2.2 Latar Belakang Perusahaan
Latar belakang perusahaan menjelaskan tentang sejarah, visi, misi serta
struktur dari perusahan yang akan dilakukan proses audit.
2.2.1 Sejarah PT.X
Didirikan pada tahun 1988, PT.X merupakan salah satu penyedia jasa TI
dan komunikasi yang paling komprehensif dan terdepan di Indonesia, yang
menghubungkan bisnis di seluruh pelosok Nusantara, yang menyediakan
komunikasi data, layanan informasi bisnis dan internet bahkan ke daerah-daerah
terpencil.
PT.X memiliki keahlian dan pengalaman yang membuatnya mampu
menangani sebagian atau seluruh kegiatan informasi dan komunikasi pengguna jasa
secara bertanggung jawab, memungkinkan mereka untuk berkonsentrasi pada
bisnis inti.
PT.X dapat menyediakan aplikasi atau elemen pendukung lainnya sebagai
bagian dari solusi, atau bekerja sama dengan mitra yang dipilih berdasarkan
keahlian dan relevansi untuk menyediakan solusi turn key sesuai dengan kebutuhan
masing-masing perusahaan.
PT.X memiliki kemampuan beradaptasi, fleksibilitas, kecekatan dan dapat
menjaga kepercayaan para pengguna jasanya. Bebas dari birokrasi dan mentalitas
silo (terkotak-kotak), PT.X dapat bereaksi cepat, bekerja secara efisien dan
mencapai hasil yang optimal dalam waktu singkat.
Kini PT.X melayani lebih dari 1.700 mitra perusahaan, menghubungkan
lebih dari 19.000 jaringan, memanfaatkan infrastruktur canggih berbasis Platform
Next Generation Network (NGN), dengan local support di lebih dari 44 kota yang
tersebar di berbagai propinsi di Indonesia.
7
2.2.2 Visi dan Misi Perusahaan
Visi dan misi dibutuhkan oleh setiap perusahaan agar dapat menyokong
kinerja perusahaan. Visi dan misi dari PT.X adalah sebagai berikut:
2.2.2.1 Visi
Visi dari PT.X adalah “untuk menjadi pemimpin dalam solusi informasi dan
komunikasi bisnis di Indonesia.”
2.2.2.2 Misi
Misi dari PT.X adalah “Untuk membuat bisnis lebih mudah bagi perusahaan
dan individu melalui solusi informasi dan komunikasi yang inovatif.”
2.2.3 Struktur Perusahaan
Setiap perusahaan tentunya memiliki struktur perusahaannya sendiri,
iStruktur organisasi menjelaskan bagaimana tugas kerja akan dibagi,
dikelompokkan dan dikoordinasikan secara formal. Suatu perusahaan ataupun
organisasi sangat dibutuhkan adanya suatu struktur organisasi.Berikut merupakan
struktur dari PT.X
Manager BNA
AM
Operation
AM
Commercial
Sales
Architect
AM
Account
Executive
Admin
Komersial
Engineer
Operational
Teknisi
Driver
Gudang
Office Boy
Admin
Keuangan
Satpam
Admin
Admin
Umum
CAR
HD
Gambar 2.1 Struktur Organisasi PT.X
Seperti yang dapat dilihat pada Gambar 2.1 Lintasarta cabang Bali
Nusatenggara Area diketuai oleh satu manajer BNA(Bali Nusatenggara Area) ,
yang memiliki dua asisten manajer(AM), satu Asisten Manager bagian komersial
8
dan satu lagi asisten manajer bagian operasional. Asisten Manajer komersial
mengetuai Sales Architect(SA), Account Executive(AE), Account Manajer (AM),
CAR. CAR mengetuai bagian HD. Sedangkan Asisten manajer operasional
mengetuai bagian gudang serta Engineer Operational (EO) atau senior engineer,
dan EO memiliki beberapa teknisi yang harus diketuai. Manager juga memiliki
keterkaitan dengan admin umum yang tidak terikat langsung dengan manajer.
Admin umum bertanggung jawab terhadap admin komersial, admin, admin
keuangan, driver, satpam serta office boy (OB) yang ada di perusahaan.
2.2.4 Bisnis Proses PT.X
Setiap perusahaan tentunya mamiliki bisnis prosesnya masing-masing
untuk mengetahui proses apa saja yang terjadi didalam perusahaan, siapa yang
mengerjakan dan apa tujuannya. Gambar 2.2 merupakan bisnis proses PT.X dimana
bisnis proses dipengaruhi oleh 3 pihak, yaitu customer atau pelanggan, PT.X itu
sendiri, dan partner atau vendor yang bekerjasama dengan PT.X. Pertama-tama
akan dibahas terlebih dahulu bisnis proses PT.X yang terdiri dari 2 bagian, yaitu
Core Process yang merupakan proses utama dari proses bisnis pada dan Non Core
Process yang merupakan proses tambahan pada PT.X
9
Diagram Proses Bisnis Level 0 LintasartaC
ust
om
er
Lin
tasa
rta
Pa
rtn
er
&
Ve
nd
or
1. Business
Planning
2. Business
Controling
3. Marketing
Planning
4. Product
Development
& Management
5. Sales 6. Production
7. Network
Operation &
Maintenance
8. Customer
Service
9. Financial
Planning
10. Financial
Controlong11. Accounting
12. Treasury
Management13. HCM & GA 14. Logistic 15. IT 16. PR & Legal
Payment
ProcessOrder Process Setup Process
Inquiry &
Complaint
Process
Payment Process
Partner
Acquisition
Process
Procurement
Process
Vendor Acquisition
Process
Core Process
Non Core Process
Gambar 2.2 Diagram Bisnis Proses PT.X
10
Tabel 2.1 merupakan penjelasan lebih mendetail mengenai bisnis proses
yang terjadi pada PT.X
Tabel 2.1 Bisnis Proses pada Lintasarta
No Nama Proses
Bisnis
Tujuan Kegiatan
1 Business
Planning
1.Menyusun RKUP,
RKA, New Business
Planning
2.Evaluasi dan review
RKUP, RKA, dan new
business planning
Mengatur kegiatan penyusunan
rencana jangka panjang
perusahaan(RKUP), jangka
pendek perusahaan(RKA), dan
bisnis plan baru, mulai dari
analisa internal dan
ekternal(pasar, competitor,
teknologi, regulasi) sampai
dengan kegiatan evaluasi.
2 Business
Controlling
Menyusun evaluasi
performansi keuangan
dan performansi bisnis
Mengatur kegiatan evaluasi
performansi keuangan dan
operasional perusahaan mulai
dari menterjemahkan RKUP
sampai dengan evaluasi
performansi keuangan dan
review performansi bisnis
3 Marketing
Planning
Menyusun marketing
plan
Mengatur kegiatan penyusunan
marketing plan dari
menterjemahkan RKUP
kedalam marketing plan sampai
dengan melakukan evaluasi dan
review marketing plan
4 Product
Development
&
Management
Mengambangkan
produk baru,
management dan
evaluasi produk existing
Mengatur kegiatan
pengembangan produk dan
management produk existing
mulai dari menterjemahkan
RKUP, mengembangkan
produk, komersialisasi, sampai
dengan evaluasi performansi
produk
5 Sales Mengatur kegiatan
proses sales
Mengatur kegiatan sales dari
prospecting, negosiasi, sampai
denga permohonan pelanggan
terpenuhi.
11
6 Production/
Delivery
Memenuhi permohonan
pelanggan untuk
menggunakan jasa
maupun produk
lintasarta sesuai dengan
SDT(Standard Delivery
Time) jasa dengan tertib
administrasi
Mengatur kegiatan produksi,
mulai dari verifikasi
permohonan pelanggan,
merencanakan proses produksi,
sampai dengan permohonan
terpenuhi.
7 Network
Operation &
Maintenance
Menjaga dan
emningkatkan
performansi
operasional jaringan
serta mencegah atau
meminimalkan
terjadinya gangguan
pada jaringan, sehingga
service level yang telah
ditetapkan dapat
tercapai.
Mengatur kegiatan network
operation, mulai dari serah
terima jaringan melalukan
verifikasi, melakukan
preventive maintenance,
sampai dengan review
performansi jaringan.
8 Customer
Service
Mengatur kegiatan
complain handling agar
dapat berlangsung
efektif guna menjaga
performansi
Mengatur kegiatan complain
handling mulai dari penerimaan
aduan, penanganan gangguan
sampai dengan penyelesaian
gangguan
9 Financial
Planning
Menyusun rencana
anggaran perusahaan
Mengatur kegiatan penyusunan
anggaran, mulai dari
menterjemahkan RKA,
menyusun rencana keuangan
atau anggaran sampai dengan
evalusasi serta analisa
performansi keuangan
perusahaan.
10 Financial
Controlling
Mengendalikan dan
mengawasi realisasi
rencana kerja dan
anggaran yang sudah
ditetapkan management
Mengatur kegiatan pengawasan
realisasi anggaran dari mulai
mengkompilasi anggaran
operasional masing-masing
department sampai dengan
membuat laporan realisasi
anggaran secara periodik.
11 Accounting Mengelola semua
transaksi keuangan
perusahaan
Mengatur kegitan pengelolaan
transaksi keuangan perusahaan
mulai dari verifikasi transaksi
12
sampai dengan penyusunan
laporan keuangan secara akurat.
12 Treasury
Management
Mengelola perencanaan
keuangan baik
penerimaan maupun
pengeluaran perusahaan
Mengatur kegitan pengelolaan
rencana keuangan perusahaan
mulai dari penyusun rencana
kebutuhan dana, mengatur arus
kas dan kegitan penerimaan
pendapatan.
13 HRM & GA Mengelola sumberdaya
manusia, organisasi,
dan proses operasional
perkantoran
Mengetur kegiatan pengelolaan
sumber daya manusia mulai
dari recruitment, training, karir,
renumerasi, pengembangan
organisasi dan operasional
perkantoran
14 Logistic Mengatur kegiatan
proses pengadaan
barang dan jasa
Mengatur kegiatan proses
pengadaan barang dan jasa,
mulai dari menerima
permohonan, proses
pengadaan, pengujian, sampai
dengan mengatur proses
distribusi dan mutasinya.
15 IT Memenuhi kebutuhan
IT baik hardware
maupun software
Mengatur kegiatan IT Support,
mulai dari menerima
permintaan software,
hardware, evaluasi analisa
kebutuhan IT, perencanaan
pemenuhan sampai dengan
serah terima dan sosialisasi
kepada user serta evaluasi IT
Operation
16 PR & Legal Mengelola kegiatan
komunikasi perusahaan,
kesekretariatan
perusahaan dan
perlindungan hukum
terhadap operasional
perusahaan.
Memberikan perlindungan
hukum terhadap operasional
perusahaan.
2.2.5 Bisnis Proses Manajemen Produksi Komunikasi Data PT.X
Bisnis proses operasional komunikasi data bertujuan untuk menyusun
perencanaan serta pengawasan terhadap kegiatan proses produksi jasa komunikasi
13
data regional pada PT.X. Bisnis proses ini mengatur kegiatan manajemen produksi,
mulai dari menerima order dari fungsi CAM support, verifikasi order sampai
dengan penentuan media akses atau perangkat yang digunakan.
Beberapa istilah yang ada pada bisnis proses manajemen produksi
komunikasi data adalah sebagai berikut:
1. ISDS(Integrated Service & Delivery System) merupakan aplikasi back
office berbasis struktur informasi workflow yang digunakan menjalankan
bisnis proses PT.X
2. IIPS (Integrated Inventory and Procurement System) merupakan sistem
aplikasi monitoring dan dokumentasi barang yang digunakan dalam proses
operasional PT.X
3. GIS PT.X, merupakan sistem informasi yang berisi data coverage PT.X
4. FPA(Formulir Permohonan Akses) aplikasi yang dipergunakan untuk
mengajukan dan monitoring permohonan jaringan atau akses kepihak ke 3
5. FPI (Formulir Permohonan Internal) merupakan aplikasi yang digunakan
untuk mengajukan dan monitoring permohonan jaringan ujicoba internal
6. SPK (Surat Perintah Kerja) Merupakan surat perintah kerja yang
dikeluarkan untuk melaksanakan suatu pekerjaan tertentu
7. RFS(Ready for Service) merupakan tanggal kesepakatan jasa selesai
terpasang antara pihak pelanggan dengan PT.X
8. VSAT Nomadic merupakan layanan komunikasi data dengan media satelit
dengan antena remote bersifat mobile namun hanya bisa digunakan ketika
dalam keadaan diam
9. VSAT Xpress merupakan layanan internet yang menggunakan satelit, yang
dapat menjangkau seluruh pelosok Indonesia.
Bisnis proses manajemen produksi komunikasi data PT.X dapat dilihat pada
gambar 2.2 .
14
15
Gambar 2.2 Bisnis Proses Manajemen Produksi Komunikasi PT.X
16
Tabel 2.2 merupakan penjelasan lebih mendetail mengenai bisnis proses
operasional komunikasi data yang terjadi pada PT.X
Tabel 2.2 Bisnis Proses Komunikasi Data
No Kegiatan
1 Menjalankan prosedur Administrasi Pasang Baru dan Perubahan.
2 Melakukan verifikasi kelengkapan data order (kemasan, lokasi).
-Jika data order tidak lengkap, dikembalikan ke proses no 1
-Jika data order lengkap dan menggunakan media akses VSAT, dilanjukan
ke proses no.4
-Jika data order lengkap dan menggunakan media akses non SAT,
dilanjukan ke proses no.3
3 Melakukan verifikasi teknis dan melakukan booking kapasitas &
perangkat non VSAT.
-Jika ketersediaan kapasitas /perangkat habis dilanjutkan ke proses no.6
-Jika ketersediaan kapasitas / perangkat mencukupi dilanjutkan ke proses
no.8
4 Melakukan verifikasi teknis dan booking kapasitas perangkat dan B/W
Satelit.
-Jika kemasan jasa VSAT Nomadic , dilanjutkan ke proses no.5
-Jika VSAT Fix dan kapasitas tersedia, dilanjutkan ke proses no.8
-Jika VSAT Fix dan kapasitas tidak tersedia, dilanjutkan ke proses no.6
5 Melakukan permohonan pengadaan Mounting dan jasa instalasi (Input
FPBJ), dengan menjalankan prosedur pengadaan barang dan jasa.
6 Pengecekan kemungkinan pemenuhan kapasitas / perangkat.
-Jika mampu untuk dipenuhi, dilanjutkan ke proses no.7
-Jika tidak mampu untuk dipenuhi, dilanjutkan ke proses no.15
7 Proses pemenuhan kapasitas / perangkat.
8 Pengecekan kebutuhan jaringan.
-Jika kebutuhan Akses dilanjutkan ke proses no.9
-Jika kebutuhan CIR dilanjutkan ke proses no. 24
9 Pengecekan kebutuhan Infrastruktur.
-Jika menggunakan infrastruktur baru , dilanjutkan ke proses no.10
-Jika menggunakan infrastruktur lama, dilanjutkan ke proses no.9
10 Pengecekan kebutuhan survey di lokasi pelanggan.
-Jika perlu survey, dilanjutkan ke proses no.11
-Jika tidak memerlukan survey, dilanjutkan ke proses no.23
11 Melakukan penjadwalan survey dengan pelanggan
12 Melakukan survey di lokasi pelanggan
13 Melakukan evaluasi hasil survey dilokasi pelanggan.
-Jika hasil survey OK, dilanjutkan ke proses no.23
17
-Jika hasil survey OK dan memerlukan infrastruktur pihak ke-3 atau Jasa
VSAT Xpress, dilanjutkan ke proses no.22
-Jika hasil survey tidak OK, dilanjutkan ke proses no.14
14 Mencari solusi alternatif.
-Jika memerlukan solusi percepatan dilanjutkan ke proses no.15
-Jika memerlukan solusi alternatif atau Mitra dilanjutkan ke proses no.16
15 Menjalankan prosedur solusi percepatan
16 Menetukan solusi alternatif atau Mitra dan meminta persetujuan CAM
17 Memberikan persetujuan solusi alternatif yang diajukan.
-Jika tidak setuju, dilanjutkan ke proses no 18
-Jika setuju menggunakan VSAT, dilanjutkan ke proses no 20,
-Jika setuju menggunakan Mitra, dilanjutkan ke proses no 22
18 Info PBM (Pelayanan Belum Memungkinkan).
19 Melakukan update status permohonan menjadi PBM.
20 Jika menggunakan solusi VSAT LA, dilanjutkan dengan mengupdate data
order (media akses)
21 Melakukan booking Bandwidth satelit yang akan dipergunakan untuk
proses instalasi
22 Jika menggunakan solusi Mitra, dilanjutkan dengan mengisi form
permohonan akses (FPA) pihak ke-3 (Menjalankan Prosedur Permohonan
Infrastruktur Pihak ke-3)
23 Memberikan informasi mengenai commited RFS / komitmen
mengenai waktu (tahapan) proses instalasi sampai dengan aktivasi kepada
pelanggan
24 Menjalankan prosedur-prosedur provisioning dan aktivasi data com
(sesuai media akses) Selesai
2.2.6 Bisnis Proses Aktivasi Komunikasi Data
Proses operasional selanjutnya adalah Provisioning & aktivasi
komunikasi data media VSAT Regional, dimana kegiatan ini Mengatur
provisioning & aktivasi mulai dari identifikasi kebutuhan akses, kegiatan instalasi,
provisioning, aktivasi, termasuk kegiatan isolir, bila dalam jangka waktu tertentu
pelanggan belum mengembalikan BAO, hingga online billing. Bisnis prosesnya
dapat dilihat pada gambar 2.4
Beberapa istilah yang ada pada bisnis proses aktivasi komunikasi data
adalah sebagai berikut:
18
1. ISDS(Integrated Service & Delivery System) merupakan aplikasi yang
digunakan untuk input permintaan pasang baru atau perubahan sesuai yang
ada di formulir FPB atau FBB serta melakukan monitoring titik proses
produksi di unit kerja terkait
2. FPB(Formulir Permohonan Berlangganan) adalah formulir yang digunakan
sebagai dasar permintaan pelanggan untuk menggunakan jasa PT.X
3. SPK (Surat Perintah Kerja) Merupakan surat perintah kerja yang
dikeluarkan untuk melaksanakan suatu pekerjaan tertentu
4. UAT(User Acceptance Test) merupakan kegiatan yang dilakukan bersama
dengan pelanggan untuk membuktikan bahwa jasa yang digunakan oleh
pelanggan sudah berjalan sebagaimana mestinya.
5. BAA (Berita Acara Aktivasi) merupakan berita acara yang digunakan antara
PT.X dengan pelanggan sebagai bukti bahwa PT.X telah memenuhi layanan
yang telah dipilih oleh pelanggan sesuai standar jasa PT.X
6. BAO(Berita Acara Operasional) merupakan berita acara yang dikeluarkan
oleh PT.X dan ditandatangani oleh pelanggan yang menyatakan bahwa jasa
yang di-deliver oleh PT.X telah operasional.
7. Mitra merupakan sebuah institusi yang berbadan hukum, yang terikat
kontrak dengan PT.X didalam menunjang implementasi aktivasi jasa PT.X
8. VSAT (Very Small Aperture Terminal) merupakan media transmisi
telekomunikasi data yang menggunakan satelit.
9. VSAT Nomadic merupakan layanan komunikasi data menggunakan media
satelit dengan antena remote bersifat mobile, namun hanya dapat digunakan
ketika dalam keadaan diam
10. VSAT Xpress merupakan layanan internet menggunakan satelit, yang bisa
menjangkau seluruh pelosok indonesia.
11. VSAT Mobile merupakan layanan komunikasi data dengan media satelit
dengan antena remote yang bersifat mobile dan dapat digunakan baik dalam
keadaan diam maupun keadaan bergerak.
19
Gambar 2.3 Bisnis Proses Aktivasi Komunikasi Data
20
Tabel 2.3 merupakan penjelasan lebih mendetail mengenai bisnis proses
aktivasi komunikasi data yang terjadi pada PT.X
Tabel 2.3 Bisnis Proses Aktivasi Komunikasi Data
No Kegiatan
1 Menjalankan Prosedur Manajemen Produksi
2 Melakukan identifikasi jenis kebutuhan akses yang akan digunakan.
· Jika kebutuhan akses VSAT nya tanpa Internet, dilanjutkan ke proses
no.3
· Jika kebutuhan ada Internet, secara paralel mengerjakan proses no.5
3 Melakukan proses instalasi.
Jika Jasa VSAT LA lanjut ke proses no 4.
Jika Jasa VSAT Xpress lanjut ke proses 6.
4 Melakukan provisioning jaringan / network. Lanjut Point 9.
5 Melakukan provisioning jaringan / network & Setup Internet.Lanjut Point
9.
6 Menginformasikan kepada Mitra, bahwa pelaksanaan provisioning &
setup internet dapat segera dilakukan.
7 Informasi pelaksanaan pekerjaan diterima, dan kemudian melakukan
proses Provisioning network (VSAT) & setup internet dengan melakukan
koordinasi dengan team pasang baru Lintasarta.
8 Menginformasikan status penyelesaian pekerjaan provisioning & setup
internet telah selesai dilakukan.
9 Melakukan aktivasi
10 Melakukan proses BAO, menjalankan prosedur Berita Acara Operasional
/ BAO Data Com (LAPD2- PRO-012)
2.2.7 Bisnis Proses Preventive Maintenance
Proses aktivasi selesai, selanjutnya merupakan bisnis proses preventive
maintenance jaringan akses pelanggan. Dimana proses ini bertujuan untuk Untuk
menjaga, mempertahankan, dan meningkatkan kualitas layanan serta mencegah
atau meminimalkan terjadinya gangguan pada perangkat di remote site sesuai
dengan service level yang telah ditetapkan. Bisnis prosesnya dapat dilihat pada
gambar 2.5
Beberapa istilah yang ada pada bisnis proses aktivasi komunikasi data
adalah sebagai berikut:
1. Preventive Maintenance yang merupakan kegiatan inspeksi sistematis atau
rutin, deteksi, koreksi, dan pencegahan kegagalan awal sebelum terjadi
21
aktual atau kegagalan utama, meminimalkan terjadinya gangguan dan
meningkatkan availabilitas jaringan.
2. IOSS(Integrated Operation and Support System) adalah aplikasi yang
digunakan untuk menjalankan proses penanganan gangguan di level fungsi
operasional. Di dalamnya termasuk proses pencatatan status penanganan
gangguan sampai dengan selesai
3. Corrective Maintenance adalah kegiatan yang dilakukan untuk mendeteksi,
mengisolasi dan memperbaiki kesalahan agar perangkat, peralatan atau
sistem dapat dikembalikan keoperasi normal
4. Jaringan akses pelanggan adalah jaringan komunikasi data yang digunakan
oleh pelanggan, baik berupa jaringan wireless maupun wireline.
5. NMS (Network Management System) merupakan suatu sistem yang berguna
untuk memantau, mengendalikan, dan mengkonfigurasi jaringan dan
perangkat, di sisi sentral maupun di sisi pelanggan
6. Service Interuption merupakan terhentinya layanan sambungan jaringan
komunikasi data yang digunakan oleh pelanggan.
7. Remote Site adalah ruangan operasional untuk penempatan perangkat lunak
milik perusahaan dilokasi pelanggan. Ruangan operasional ini didukung
oleh sarana penunjang yang dibutuhkan
22
Gambar 2.4 Preventive Maintenance PT.X
23
Tabel 2.4 merupakan penjelasan lebih mendetail mengenai bisnis proses
aktivasi komunikasi data yang terjadi pada PT.X
Tabel 2.4 Bisnis Proses Preventive Maintenance
No Kegiatan
1 Melakukan penjadual PM Jaringan Akses Pelanggan yang masuk jadual
PM di bulan N+1 yang muncul di menu PM Jaringan Akses Pelanggan
Periodik modul IOSS. Fungsi Admin akan memilih jaringan yang akan
dijadualkan di bulan depan di menu ini.
2 Melakukan pemeliharaan gangguan jaringan atas dasar analisa
gangguan atau permintaan dari Customer.
3 Jaringan akses Pelanggan yang akan diproses PM dicek validitas data
teknis maupun administrasinya untuk selanjutnya diinput di menu
Perencanaan PM jaringan Akses Pelanggan di modul IOSS.
4 Melakukan konfirmasi Jadwal PM ke Pelanggan melalui email untuk
mendapatkan persetujuan Pelanggan dengan tembusan ke Data Com
Operation & Maintenance.
5 Mengirim surat (atau dikirim via faksimili) ke Pelanggan yang berisi
informasi resmi tentang kegiatan PM dengan tembusan ke Data Com
Operation & Maintenance.
6 Memberikan konfirmasi kegiatan PM.
· Jika pelanggan setuju maka dilanjutkan ke proses no. 7.
· Jika pelanggan tidak setuju maka dilanjutkan ke proses no.18.
7 Mencatat dan/atau mengupdate Jadwal yang telah disetujui oleh
Pelanggan. Jika diperlukan konfirmasi ulang, Data Com Operation
Maintenance dapat langsung menghubungi Pelanggan sesuai dengan data
contact person dari Customer Care.
8 Melakukan persiapan pelaksanaan termasuk pembuatan FMB (Form
Mutasi Barang) jika perlu pengadaan perangkat baru, pengurusan
perijinan dan koordinasi dengan
pihak ke-3 atau Vendor PM (jika diperlukan).
9 Melakukan Cetak SPK (Surat Perintah Kerja) dan menyiapkan form PM
yang diperlukan.
10 Melakukan Pelaksanaan Kegiatan PM.
· Jika pelaksanaan berhasil maka dilanjutkan ke proses no. 11.
· Jika pelaksanaan tidak berhasil maka dilanjutkan ke proses no.18.
11 Mencatat hasil kegiatan di lapangan untuk selanjutnya diinput di aplikasi,
close SPK dan penanda tanganan Berita Acara (BA) antara Lintasarta
dengan pihak ke- 3/vendor PM jika pekerjaan dilakukan vendor PM.
12 Menganalisa dan verifikasi hasil PM Jaringan untuk menentukan ada
tidaknya tindak lanjut untuk jaringan hasil PM tersebut.
· Jika memerlukan tindak lanjut maka dilanjutkan ke proses no. 13
· Jika tidak memerlukan tindak lanjut maka dilanjutkan ke proses no. 14
24
13 Melakukan Kegiatan PM Jaringan ini memerlukan proses tindak lanjut
dengan memanggil Prosedur Tindak Lanjut Pemeliharaan Jaringan Akses
Pelanggan. (LAP-D2-NOP-003)
14 Melakukan input kesimpulan dan close PM.
15 Membuat laporan atau surat rekomendasi hasil PM yang harus
ditindaklanjuti oleh Pelanggan. Hasilnya di upload ke aplikasi back office.
(Selesai)
16 Mengirim hasil PM ke pelanggan
17 Menerima hasil PM
18 Melakukan pembatalan proses PM secara sistem dan diinput ulang
sebagai proses baru jika diperlukan. (Selesai)
2.3 Metode Penelitian
Terdapat beberapa metode penelitian yang dapat digunakaan didalam
pembuatan tugas akhir maupun penelitian, menurut Yusuf didalam bukunya yang
berjudul metode penelitian kuantitatif, kualitatif, & penelitian gabungan,
mengemukakan tiga metode penelitian, yaitu kuantitatif, kualitatif, serta gabungan.
2.3.1 Metode Penelitian Kuantitatif
Pendekatan kuantitatif memandang tingkah laku manusia dapat diramal dan
realitas sosial, objektif dan dapat diukur. Oleh karena itu, penggunaan penelitian
kuantitatif dengan instrumen yang valid dan reliabel serta analisis statistik yang
sesuai dan tepat menyebabkan hasil penelitian yang dicapai tidak menyimpang dari
kondisi yang sesungguhnya. Hal itu ditopang oleh pemilihan masalah, identifikasi
masalah pembatasan dan perumusan masalah yang akurat, serta dibarengi dengan
penetapan populasi dan sampel yang benar (Yusuf 2013, h.58).
Jadi dapat disimpulkan bahwa penelitian kuantitatif merupakan suatu
metode penelitian yang dapat diukur dan memiliki alat ukur sehingga hasil
penelitian yang nantinya didapat selama melakukan penelitian tidak berbeda jauh
dengan keadaan yang sebenarnya dilapangan.
2.3.2 Metode Penelitian Kualitatif
Berbeda dengan penelitian kuantitatif, para peneliti kualitatif mencari
makna, pemahaman, pengertian, tentang suatu fenomena, kejadian, maupun
kehidupan manusia dengan terlibat langsung dan atau tidak langsung dalam setting
25
yang diteliti, kontekstual, dan menyeluruh. Peneliti bukan mengumpulkan data
sekali jadi atau sekaligus dan kemudian mengolahnya, melainkan tahap demi tahap
dan makna disimpulkan selama proses berlangsung dari awal kegiatan hingga
kegiatan selesai(Yusuf 2013, h.58).
Jadi dapat disimpulkan bahwa penelitian kualitatif merupakan penelitian
mengenai kehidupan manusia didalam suatu fenomena yang terjadi, yang prosesnya
tidak bisa sekali jalan, melainkan melalui tahapan yang harus dilakukan agar
penelitian dapat berjalan dengan baik.
2.4 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data merupakan teknik atau cara-cara yang dapat
digunakan peneliti untuk mengumpulkan data. Metode (cara atau teknik) menunjuk
suatu kata yang abstrak dan tidak ditunjukkan dalam benda, tetapi hanya dapat
dilihat penggunaannya melalui angket, wawancara, pengamatan, ujian,
dokumentasi, dan lainnya. Peneliti dapat menggunakan salah satu atau gabungan
tergantung dari masalah yang dihadapi (Alma 2004, h.69)
Jadi metode pengumpulan data dapat disimpulkan sebagai suatu cara yang
digunakan oleh peneliti didalam penelitiannya untuk memperoleh data yang
dibutuhkan didalam penelitian dengan menggunakan satu atau beberapa metode
gabungan yang diperlukan tergantung dari penelitian yang dilakukannya.
2.4.1 Angket (Questionnare)
Angket merupakan daftar pernyataan yang diberikan kepada orang lain yang
bersedia memberikan respon sesuai dengan permintaan pengguna. Tujuan
penyebaran angket ialah mencari informasi lengkap mengenai suatu maslaah dan
responden tanpa merasa khawatir bila responden memberikan jawaban yang tidak
sesuai dengan kenyataan dalam pengisian daftar pertanyaan(Alma 2004, h.71). Di
samping itu, responden mengetahui informasi tertentu yang diminta. Angket dapat
dibagi menjadi beberapa jenis diantaranya:
1. Angket Terbuka atau angket tidak berstruktur merupakan angket yang
diberikan kepada responden dalam bentuk sederhana sehingga didalam
26
pengisiannya dapat diisi sesuai dengan keadaan responden itu sendiri.
Keuntungan dari angket terbuka dari pihak responden ialah responden dapat
mengisi sesuai dengan keinginan serta keadaan yang dialaminya, bagi pihak
peniliti ialah peneliti mendapatkan data yang bervariasi.
2. Angket Tertutup atau angket berstruktur merupakan angket yang disediakan
dalam bentuk sedemikian rupa sehingga responden diminta unutk memilih
satu jawaban yang sesuai dengan karakteristik dirinya.
3. Daftar Cek merupakan suatu daftar yang berisi subjek dan aspek yang akan
diamati. Daftar cek dapat menjamin bahwa peneliti mencatat tiap-tiap
kegiatan sekecil apapun yang dianggap penting.
2.4.2 Wawancara(Interview)
Wawancara adalah suatu cara pengumpulan data yang digunakan untuk
memperoleh informasi langsung dari sumbernya . wawancara dapat dilakukan
apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden secara lebih mendalam
serta jumlah responden sedikit(Alma 2004, h.74). Ada beberapa jenis wawancara
apabila dibagi berdasarkan sifat pertanyaannya diantaranya:
1. Wawancara terpimpin yang merupakan wawancara dimana pertanyaan
yang diajukan kepada responden sudah menurut daftar pertanyaan yang
telah disusun
2. Wawancara bebas dimana terjadi tanya jawab bebas antara pewawancara
dengan responden, tetapi pewawancara tetap menggunakan tujuan
penelitian sebagai pedoman memberikan pertanyaan kepada responden.
3. Wawancara bebas terpimpiin yang merupakan perpaduan antara wawancara
terpimpin dengan wawancara bebas. Dalam melaksanakan wawancara ini,
pewawancara membawa pedoman yang hanya merupakan garis besar
tentang hal-hal yang akan ditanyakan.
2.4.3 Pengamatan (Obervation)
Observasi yaitu melakukan pengamatan secara alngsung ke objek penelitian
untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan. Apabila objek penelitian bersifat
27
perilaku dan tindakan manusia, fenomena alam(kejadian-kejadian yang ada dialam
sekitar), proses kerja dan penggunaan responden kecil.
2.4.4 Ujian(Test)
Ujian atau tes merupakan cara pengumpulan data yang prosesnya
memberikan serangkaian pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk mengukur
keterampilan pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh
individu atau kelompok. Ada beberapa jenis tes yang dapat diberikan diantaranya:
1. Tes kepribadian yang merupakan tes yang digunakan untuk
mengungkapkan kepribadian seseorang
2. Tes bakat yang merupakan tes yang digunakan untuk mengukur bakat
seseorang terletak pada bidang mana.
3. Tes prestasi yang merupakan tes yang digunakan untuk mengukur
pencapaian seseorang setelah mempelajari sesuatu.
4. Tes intelegensi merupakan tes yang digunakan untuk membuat penaksiran
atau perkiraan terhadap tingkat intelektual seseorang dengan cara
memberikan berbagai tugas kepada oarang yang akan diukur
intelegensinya.
5. Tes sikap yang merupakan tes yang digunakan untuk mengadakan
pengukuran terhadap berbagai sikap seseorang.
2.4.5 Dokumentasi
Dokumentasi merupakan suatu cara yang ditujukan untuk memperoleh data
langsung dari tempat penelitian, meliputi buku yang relevan, peraturan-peraturan,
laporan kegiatan, foto-foto, film dokumenter, serta data yang relevan dengan
penelitian yang dilakukan.
2.5 Audit Sistem Informasi
Audit sistem informasi merupakan salah satu bentuk audit operasional,
tetapi kini audit SI sudah dikenal sebagai satu satuan jenis audit tersendiri yang
tujuan utamanya lebih untuk meningkatkan tatakelola TI (IT governance). Sebagai
28
suatu audit operasional terhadap manajemen sumber daya informasi, yaitu
efektivitas, efisiensi dan ekonomis tidaknya unit fungsional sistem informasi pada
suatu organisasi atau pengelolaan sistem informasi pada suatu organisasi.
Pelaksanaan audit ini biasanya dilakukan oleh auditor intern dengan menerapkan
pengetahuan teknis audit dan sistem informasi maupun pengalamannya, untuk
mengevaluasi unit maupun departmen sistem informasi, pengelolaan sumberdaya
informasi, pengembangan sistem aplikasi, serta mengevaluasi sistem yang sudah
diimplementasikan.
Panduan yang dipergunakan dalam audit SI ini untuk di Indonesia adalah
Standar Atestasi, dan aturan-aturan yang dikeluarkan oleh organisasi profesi
akuntansi seperti IAI di Indonesia, AICPA di USA, atau CICA untuk Kanada,
maupun yang lebih khusus lagi, yaitu : dari ISACA atau IIA. Model referensi sistem
pengendalian intern lazimnya adalah CobIT
2.6 Model Framework TI
Ada beberapa framework yang dapat digunakan sebagai alat untuk
mengukur suatu perusahaan, diantaranya:
2.6.1 ITIL
ITIL dikembangkan oleh The Office of Government Commerce (OGC), yaitu
suatu badan di bawah pemerintah Inggris, yang bekerja sama dengan The IT Service
Management Forum (ITSMF), suatu organisasi independen mengenai manajemen
pelayanan TI dan British Standard Institute (BSI), suatu badan penetapan standar
pemerintah Inggris. ITIL merupakan suatu framework pengelolaan layanan TI (IT
Service Management – ITSM), yang sudah diadopsi sebagai standar industri
pengembangan industri perangkat lunak di dunia. ITIL dikembangkan pertama kali
pada pada akhir tahun 1980.
2.6.2 COSO
COSO merupakan kependekan dari Committee of Sponsoring Organization
of the Treadway Commission, sebuah organisasi di Amerika yang berdedikasi
29
dalam meningkatkan kualitas pelaporan finansial mencakup etika bisnis, kontrol
internal dan corporate governance. Komite ini didirikan pada tahun 1985 untuk
mempelajari faktor-faktor yang menunjukkan ketidaksesuaian dalam laporan
finansial.
2.6.3 ISO
ISO/IEC 15504, atau dikenal juga dengan SPICE (Software Process
Improvement and Capability dEtermination) adalah suatu kerangka kerja untuk
penilaian proses yang dikembangkan bersama oleh ISO (International
Organization for Standardization) dan IEC (International Electrotechnical
Commission). ISO/IEC 15504 awalnya diturunkan dari standar siklus hidup
proses ISO12207 dan digunakan sebagai dasar pembuatan CMMI.
2.6.4 CMMI (Capability Maturity Model Integration)
Capability Maturity Model Integration (CMMI) merupakan suatu model
pendekatan dalam penilaian skala kematangan dan kemampuan sebuah organisasi
perangkat lunak. CMMI pada awalnya dikenal sebagai Capability Maturity Model
(CMM) yang dikembangkan oleh Software Enginnering Institute di Pittsburgh pada
tahun 1987. Namun perkembangan selanjutnya CMM menjadi CMMI. CMMI
mendukung proses penilaian secara bertingkat. Penilaiannya tersebut berdasarkan
kuisioner dan dikembangkan secara khusus untuk perangkat lunak yang juga
mendukung peningkatan proses.
CMMI adalah suatu pendekatan perbaikan proses yang memberikan unsur-
unsur penting proses efektif bagi organisasi. Praktik-praktik terbaik CMMI
dipublikasikan dalam dokumen-dokumen yang disebut model, yang masing-masing
ditujukan untuk berbagai bidang yang berbeda. Menurut CMMI for Development
Version 1.3 Maturity Level di CMMI ada 5, mulai dari yang terendah Maturity
Level 1 hingga Maturity Level 5.
Maturity level 1 (Initial.)Pada Maturity Level 1 ini proses biasanya ad hoc
dan kacau. Perusahaan biasanya tidak menyediakan lingkungan yang stabil untuk
mendukung proses yang akan dilakukan. Sukses dalam organisasi masih tergantung
30
pada kemampuan individu orang-orang dalam organisasi dan bukan pada
penggunaan sistem.
Meskipun tingkat kematangan level 1 masih kacau, perusahaan tetap
menghasilkan produk dan jasa yang bekerja, namun produk dan jasa yang
dihasilkan sering melebihi anggaran dan jadwal yang ditentukan dalam rencana
mereka. Tingkat kematangan 1 organisasi juga biasanya ditandai dengan
kecenderungan untuk meninggalkan proses yang dikerjakan didalam waktu krisis,
dan tidak dapat mengulangi keberhasilan yang pernah dilakukan.
Maturity level 2 ( Managed). Tingkat kematangan 2 perusahaan telah
memastikan bahwa proses yang direncanakan telah dilaksanakan sesuai dengan
kebijakan perusahaan, didalam pelaksanaanya perusahaan mempekerjakan orang-
orang terampil yang memiliki sumber daya yang memadai untuk menghasilkan
output yang sesuai dengan rencana. Proses juga melibatkan pemangku kepentingan
yang relevan serta dilakukan monitoring didalam pengerjaannya. Proses yang
dilakukan pada tingkat kematangan level 2 memastikan bahwa proses yang
dikerjakan dipertahankan selama masa kritis berlangsung. Ketika proses sudah
mencapai level 2 kegiatan dilakukan dan dikelola sesuai dengan rencana mereka
didokumentasikan.
Pada tingkat kematangan level 2 proses yang dikerjakan terlihat manajemen
didalam pengerjaannya (misalnya kegiatan apa yang harus dilakukan pertama kali,
berapa waktu yang diperlukan didalam pengerjaan dan berapa biaya yang
dibutuhkan). Komitmen ditetapkan antara para pemangku kepentingan yang
relevan dan direvisi sesuai kebutuhan. produk kerja secara tepat dikendalikan.
Produk dan layanan pekerjaan memuaskan dan memiliki standar dan prosedur
sederhana didalam pengerjaannya.
Maturity level 3 (Defined) . Maturity level 3 ditandai dengan proses yang
terkarakterisasi serta dipahami dengan baik oleh personil yang terlibat didalamnya,
serta proses telah dideskripsikan didalam standar operasional prosedur serta metode
pengerjaannya yang terdapat didalam sistem informasi perusahaan. Perusahaan
telah memiliki standarnya sendiri didalam melakukan proses dan standar ini sudah
dilakukan peningkatan dari waktu ke waktu.pening
31
Perbedaan lain yang penting adalah bahwa pada tingkat kematangan level
3, proses biasanya memiliki penjelesan lebih detail dari pada tingkat kematangan
level 2. Sebuah proses yang jelas menyatakan tujuan, masukan, kriteria masuk,
kegiatan, peran, langkah-langkah, langkah-langkah verifikasi, output, dan kriteria
outpot proses. Pada tingkat kematangan level 3, proses yang dikelola lebih proaktif
menggunakan pemahaman tentang hubungan timbal balik dari kegiatan proses dan
langkah-langkah rinci proses, produk kerja, dan layanannya.
Maturity level 4 (Managed). Pada tingkat kematangan 4, organisasi dan
proses memiliki tujuan kuantitatif untuk kualitas dan kinerja proses dan
menggunakannya sebagai kriteria dalam mengelola proyek. Tujuan kuantitatif
didasarkan pada kebutuhan pelanggan, pengguna akhir, organisasi, dan proses
pelaksana. Kualitas dan kinerja proses dipahami dalam hal statistik dan dikelola
sepanjang proses berjalan. Untuk subproses yang dipilih, langkah-langkah khusus
untuk mengerjakan proses dikumpulkan dan dianalisis secara statistik.
Ketika memilih subproses untuk analisis, sangat penting untuk memahami
hubungan antara berbagai subproses dan dampaknya terhadap pencapaian tujuan
untuk kualitas dan kinerja proses. Perbedaan penting antara tingkat kematangan 3
dan 4 adalah prediktabilitas kinerja proses. Pada tingkat kematangan 4, kinerja
proyek dan subproses dipilih dikendalikan menggunakan statistik dan teknik
kuantitatif lainnya, dan prediksi berdasarkan pada sistem analisis statistik yang
digunakan untuk mengolah data.
Maturity level 5 (Optimizing). Pada kematangan level 5, sebuah perusahaan
melakukan peningkatkan proses secara berkala berdasarkan pemahaman kuantitatif
tujuan bisnis dan kebutuhan perusahaan. Organisasi menggunakan pendekatan
kuantitatif untuk memahami perbedaan yang ada dalam proses dan hal yang
menyebabkan proses hasil. Kematangan level 5 berfokus pada terus meningkatkan
kinerja proses melalui proses bertahap dan inovatif dan teknologi perbaikan.
Kualitas dan proses kinerja organisasi tujuan ditetapkan, terus direvisi untuk
mencerminkan perubahan bisnis tujuan dan kinerja organisasi, dan digunakan
sebagai kriteria dalam mengelola proses perbaikan. Efek dari proses dikerahkan
perbaikan diukur dengan menggunakan statistik dan lainnya kuantitatif teknik dan
32
dibandingkan dengan tujuan kinerja kualitas dan proses. proses proyek
didefinisikan, set organisasi standar proses, dan teknologi pendukung adalah target
dari terukur kegiatan perbaikan.
Perbedaan penting antara tingkat kematangan 4 dan 5 adalah fokus pada
mengelola dan meningkatkan kinerja organisasi. Pada tingkat kematangan 4,
organisasi dan proyek fokus pada pemahaman dan mengendalikan kinerja di tingkat
sub proses dan menggunakan hasil untuk mengelola proyek. Pada tingkat
kematangan 5, organisasi yang bersangkutan dengan keseluruhan kinerja organisasi
menggunakan data yang dikumpulkan dari beberapa proyek. Analisis data
mengidentifikasi kekurangan atau kesenjangan dalam kinerja. kesenjangan ini
digunakan untuk mendorong perbaikan proses organisasi yang menghasilkan
peningkatan terukur dalam kinerja.
2.7 COBIT 5
COBIT 5 merupakan sebuah kerangka atau framework menyeluruh yang
dapat membantu perusahaan dalam mencapai tujuannya untuk tata kelola dan
manajemen TI perusahaan.
2.7.1 Sejarah Perkembangan COBIT
COBIT muncul pertama kali pada tahun 1996 yaitu COBIT versi 1 yang
menekankan pada audit, COBIT versi 2 pada tahun 1998 yang menekankan pada
tahap pengendalian, COBIT versi 3 pada tahun 2000 yang berorientasi kepada
manajemen, COBIT versi 4 pada bulan desember 2005 dan versi 4.1 pada bulan
mei 2007 lebih mengarah pada tata kelola TI, dan terakhir COBIT versi 5 pada
bulan juni 2012 yang menekankan tata kelola TI pada perusahaan.
2.7.2 Definisi COBIT 5
COBIT 5 merupakan sebuah kerangka menyeluruh yang dapat membantu
perusahaan dalam mencapai tejuannya untuk tata dan manajemen TI perusahaan.
Secara sederhana COBIT 5 membantu perusahaan menciptakan nilai optimal dari
TI dengan cara menjaga keseimbangan antara mendapatkan keuntungan dan
mengoptimalkan tingkat resiko dan penggunaan sumbar daya. COBIT 5
33
memungkinkan TI untuk dikelola dan diatur dalam cara yang lebih menyeluruh
untuk seluruh lingkup perusahaan, meliputi seluruh lingkup bisnis dan lingkup area
fungsional TI, dengan mempertimbangkan kepentingan para stakeholder internal
dan eksternal yang berhubungan dengan TI.
COBIT 5 bersifat umum dan berguna untuk segala jenis ukuran perusahaan,
baik itu sektor komersial, sektor non profit atau pada sektor pemerintahan atau
publik. COBIT 5 didasarkan pada lima prinsip kunci untuk tata kelola dan
manajemen TI perusahaan. Kelima prinsip ini memungkinkan perusahaan untuk
membangun sebuah kerangka tata kelola dan manajemen yang efektif, yang dapat
mengoptimalkan investasi dan penggunaan TI untuk mendapatkan keuntungan bagi
para stakeholder.
2.7.3 Lima Prinsip Dalam Cobit 5
Cobit 5 memiliki lima prinsip utama untuk tata kelola serta manajemen
perusahaan TI diantaranya :
1. Memenuhi Kebutuhan Stakeholder. Perusahaan menciptakan nilai bagi para
stakeholder-nya dengan menjaga keseimbangan antara realisasi keuntungan
dan optimasi risiko dan penggunaan sumber daya. COBIT 5 menyediakan
semua proses yang dibutuhkan dan pemicupemicu lainnya untuk
mendukung penciptaan nilai bisnis melalui penggunaan TI. Oleh karena itu
setiap perusahaan memiliki tujuan yang berbeda, sebuah perusahaan dapat
mengkustomisasi COBIT 5 agar sesuai dengan konteks perusahaan itu
sendiri melalui pengaliran tujuan (goal cascade), menerjemahkan tujuan
utama perusahaan menjadi tujuan yang dapat diatur, spesifik dan
berhubungan dengan TI, serta memetakan tujuan-tujuan tersebut menjadi
prosesproses dan praktik-praktik yang spesifik.
2. Melingkupi Seluruh Perusahaan
COBIT 5 mencakup semua fungsi dan proses dalam perusahaan. COBIT 5
tidak hanya fokus pada ‘fungsi TI’, namun memperlakukan informasi dan
teknologi yang berhubungan dengannya sebagai suatu aset yang perlu
ditangani oleh semua orang dalam perusahaan seperti juga aset-aset
34
perusahaan yang lain. COBIT 5 mempertimbangkan semua pemicu untuk
tata kelola dan manajemen yang berhubungan dengan TI agar dapat
digunakan secara menyeluruh dalam perusahaan, termasuk semua orang dan
semua hal internal dan eksternal yang berhubungan dengan tata kelola dan
manajemen informasi dan TI perusahaan.
3. Menerapkan Suatu Kerangka Tunggal yang Terintegrasi
Ada beberapa standar dan best practices yang berhubungan dengan TI,
masing-masing menyediakan panduan dalam sebuah bagian dari aktivitas
TI. COBIT 5 adalah sebuah kerangka tunggal dan terintegrasi karena
COBIT 5 selaras dengan standar dan kerangka kerja lain yang relevan dan
terbaru, dan hal tersebut memungkinkan perusahaan untuk menggunakan
COBIT 5 sebagai kerangka kerja untuk tata kelola dan manajemen secara
menyeluruh dan terintegrasi.
4. Menggunakan Pendekatan yang Menyeluruh
Tata kelola dan manajemen TI perusahaan yang efektif dan efisien
memerlukan suatu pendekatan yang menyeluruh, dan melibatkan beberapa
komponen yang saling berinteraksi. COBIT 5 mendefinisikan serangkaian
pemicu untuk mendukung implementasi sistem yang komprehensif tentang
tata kelola dan manajemen TI perusahaan. Pemicu adalah faktor yang secara
individual maupun kolektif mempengaruhi apakah sesuatu dapat berjalan
dengan baik, dalam kasus ini adalah apakah tata kelola dan manajemen TI
perusahaan dapat berjalan dengan baik.
5. Pemisahan Tata Kelola dari Manajemen
Kerangka COBIT 5 memuat suatu perbedaan yang jelas antara tata kelola
dan manajemen. Dua disiplin yang berbeda ini juga meliputi aktivitas yang
berbeda, memerlukan struktur organisasi yang berbeda dan melayani tujuan
yang berbeda pula.
2.7.4 Model Kapabilitas Dalam COBIT 5
Para pengguna COBIT 4.1, RiskIT, dan ValIT mungkin sudah mengenal
adanya model kematangan proses dalam kerangka-kerangka tersebut. Model
35
tersebut digunakan untuk mengukur tingkat kematangan proses yang berhubungan
dengan TI dalam suatu perusahaan, untuk mendefinisikan persyaratan tingkat
kematangan, dan untuk menentukan celah diantara tingkat-tingkat kematangan
serta bagaimana untuk meningkatkan proses dalam rangka untuk mencapai
tingkatan kematangan yang diinginkan.
Sedangkan pada COBIT 5, dikenalkan adanya model kapabilitas proses,
yang berdasarkan pada ISO/IEC 15504, standar mengenai Software Engineering
dan Process Assessment. Model ini mengukur performansi tiap-tiap proses tata
kelola (EDM-based) atau proses manajemen (PBRM based), dan dapat
mengidentifikasi area-area yang perlu untuk ditingkatkan performansinya. Model
ini berbeda dengan model proses maturity dalam COBIT 4.1, baik itu pada desain
maupun penggunaannya.
Keuntungan model kapabilitas proses COBIT 5 dibandingkan dengan
model kematangan proses dalam COBIT 4.1, diantaranya :
1. Meningkatkan fokus pada proses yang sedang dijalankan, untuk
meyakinkan apakah sudah berhasil mencapai tujuan dan memberikan
outcome yang diperlukan sesuai dengan yang diharapkan.
2. Konten yang lebih disederhanakan dengan mengeliminasi duplikasi, karena
penilaian model kematangan dalam COBIT 4.1 memerlukan penggunaan
sejumlah komponen spesifik, termasuk model kematangan umum, model
kematangan proses, tujuan pengendalian dan proses pengendalian untuk
mendukung proses penilaian model kematangan dalam COBIT 4.1.
3. Meningkatkan keandalan dan keberulangan dari aktivitas penggunaan
kapabilitas proses dan evaluasinya, mengurangi perbedaan pendapat
diantara stakeholder dan hasil penilaian.
4. Meningkatkan kegunaan dari hasil penilaian kapabilitas proses, karena
model baru ini memberikan sebuah dasar bagi penilaian yang lebih formal
dan teliti.
5. Sesuai dengan standar penilaian yang dapat diterima secara umum sehingga
memberikan dukungan yang kuat bagi pendekatan penilaian proses yang
ada dipasaran.
36