bab ii tinjauan pustaka 2.1. penelitian terdahulu · housekeeping departement akan adanya pelatihan...
TRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Terdahulu
Penelitian maupun studi yang mengambil materi tentang karakteristik
individu, baik itu pada perusahaan ataupun pada hotel menjadi bahan
perbandingan dalam penelitian ini, maka akan diuraikan beberapa hasil
penelitian sebelumnya yang terkait dengan karakteristik individu.
Penelitian sebelumnya yang berjudul ”Analisis Karakteristik Individu
Room Attendant terhadap kualitas jasa di Hotel Golden Boutique Jakarta”
(sebuah laporan akhir) Yustia Agung Purnawan (2013).Penelitian ini bertujuan
mengetahui bagaimana karakteristik individu dimiliki oleh setiap room
attendant di Hotel Golden Boutique Jakarta dan apakah berpengaruh terhadap
kualitas jasa. Dalam hal ini pengertian karakteristik individu tersebut adalah
skill, knowledge, attitude, dan speed, poin-poin dari 4 sifat itulah yang
menentukan seorang room attendant dinilai bekerja dengan baik atau tidak,
karena pada dasarnya setiap room attendant melaksanakan tugas dan tanggung
jawabnya tidak terlepas dari sikap tersebut. Karakteristik Individu bersifat
intangible service karena yang karena hanya akan menghasilkan 2 jawaban dari
para pelanggan yaitu puas dan tidak puas, oleh sebab itu pihak Hotel Golden
Boutique Jakarta berusaha semaksimal mungkin untuk menjaga performa para
room attendant-nya agar tetap memberikan service yang berkualitas.Peneliti
menggunakan analisis Rank Spearman yang mengunakan program SPSS versi
15,0 for windows, uji hipotesis, dan uji-t dua arah. Berdasarkan dari
perhitungan Rank Spearman, dapat disimpulkan bahwa ada hubungan positif
antara Karakteristik Individu (X) dan Kualitas Jasa (Y) karena Ha=rs>0 Saran
yang dapat disampaikan peneliti adalah perlu lebih diperhatikan oleh bagian
housekeeping departement akan adanya pelatihan tentang pentingnya
karakteristik individu bagi room attendant dalam bekerja. Menganalisa
produktifitas karyawan-karyawanya agar bisa mengevaluasi kinerja room
attendant di hotel itu sendiri dan mengetahui tingkat kepuasan tamu melalui
guest complain agar mengetahui pula bagaimana kualitas para room
attendantnya.
Penelitian yang dilakukan pada PT. Taspen (Persero) Cabang Manado
yang berjudul “Pengaruh Karakteristik Individu Dan Lingkungan Kerja
Terhadap Kinerja Karyawan”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
perngaruh karakteristik individu dan lingkungan kerja terhadap kinerja
karyawan. Dan Penelitian di peroleh melalui wawancara dengan pihak
perusahaan serta penyebaran kuisioner 32 karyawan, dan menggunakan
pendekatan Analisa Korelasi Sederhana dan Regresi Linear Berganda. Hasil
Penelitian menunjukkan Karakteristik Individu dan Lingkungan Kerja secara
parsial lebih berpengaruh besat terhadap Kinerja Karyawan dibandingkan
dengan Karakteristik Individu. Hasil penelitian ini untuk menjawab hipotesis:
terdapat hubungan yang signifikan, Pengaruh Karakteristik Individu dan
Lingkungan Kerja terhadap Kinerja Karyawan dengan menggunakan uji t
didapatkan bahwa nilai t hitung> = 4,221 + 0,592 dari nilai t tabel = 1.611 dengan
tingkat signifikan lebih kecil dari nilai a = 0,05. Nilai R sebesar 0,743 dapat
diartikan bahwa hubungan antara variabel X (Karakteristik Individu dan
Lingkungan Kerja) terhadap variabel Y (Kinerja Karyawan) adalah kuat, karena
semakin mendekati angka 1. Nilai R Squere sebesar 0,552 atau 55,2%
menjelaskan besarnya pengaruh variabel X (Karakteristik Individu dan
Lingkungan Kerja) terhadap variabel Y (Kinerja Karyawan) Nilai R Squere
diatas dapat diartikan bahwa besarnya pengaruh variabel X terhadap Y adalah
sebesar 55,2% sedangkan sisanya 43,8% dipengaruhi oleh variabel lain di luar
variabel yang diteliti dalam penelitian ini seperti insentif dan bonus yang
diberikan kepada karyawan.
Penelitian yang dilakukan oleh Tito Adji Siswantoro dengan judul :
”Analisis pengaruh karakteristik individu dan karakteristik organisasi terhadap
pengembangan karir pegawai” (studi kasus pada kantor badan pengawas pasar
modal dan lembaga keuangan Departemen Keuangan). Penelitian ini bertujuan
untuk : 1) mengetahui pengaruh signifikan secara parsial karakteristik individu
yang meliputi keahlian individu, pendidikan dan pengalaman kerja terhadap
pengembangan karir pegawai pada Kantor Badan Pengawas Pasar Modal dan
Lembaga Keuangan Departemen Keuangan, 2) mengetahui pengaruh signifikan
secara parsial karakteristik organisasi yang meliputi sumber daya organisasi,
iklim organisasi dan struktur organisasi terhadap pengembangan karir pegawai
pada Kantor Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan
Departemen Keuangan, 3) mengetahui pengaruh signifikan secara simultan
keahlian individu, pendidikan, pengalaman kerja, sumber daya organisasi, iklim
organisasi dan struktur organisasi terhadap pengembangan karir pegawai pada
Kantor Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Departemen
Keuangan. Penelitian ini dilakukan pada Pegawai Kantor Badan Pengawas
Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Departemen Keuangan dengan
menggunakan populasi sebanyak 776 pegawai serta menggunakan sampel
sebanyak 155 responden. Metode sample dengan metode pengambilan sampel
acak berstrata proporsional. Metode pengumpulan data menggunakan
observasi, kuesioner, wawancara dan dokumentasi, sedangkan teknik analisis
data yang digunakan adalah uji instrumen penelitian meliputi uji validitas dan
uji rentabilitas; uji asumsi klasik meliputi uji heterokedastisitas, uji
autokorelasi, uji normalitas dan uji multikolinieritas; pengujian hipotesis
meliputi analisis regresi linier berganda; uji t, uji F dan koefisien determinasi
(R2). Hasil penelitian menunjukkan bahwa : 1) karakteristik individu yang
meliputi keahlian individu dan pengalaman kerja berpengaruh siginifikan
terhadap pengembangan karir, 2) karakteristik organisasi menunjukkan bahwa
sumber daya organisasi berpengaruh signifikan terhadap pengembangan karir,
sedangkan iklim organisasi dan struktur organisasi tidak berpengaruh signifikan
terhadap pengembangan karir pegawai pada Kantor Badan Pengawas Pasar
Modal dan Lembaga Keuangan Departemen (keahlian individu, pendidikan,
pengalaman kerja, sumber daya organisasi, iklim organisasi dan struktur
organisasi) dengan pengembangan karir menunjukkan R2 sebesar 0,564 dan
Adjusted R square sebesar 0,547. Hal ini berarti sebesar 54,7% variasi variabel
pengembangan karir dijelaskan oleh variabel independen dan sisanya sebesar
45,3% menggambarkan adanya variasi bebas lain yang tidak diamati dalam
penelitian ini misalnya kepemimpinan dan dukungan organisasi.
Persamaan dari ketiga penelitian terdahulu dengan sekarang adalah
penelitian sama-sama membahas tentang karakterstik individu dan sama-sama
menggunakan seluruh karyawan atau pegawai sebagai sampel. Penelitian sama-
sama menggunakan analisis regresi, korelasi, dan determinasi. Namun
perbedaan perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah :
penelitian pertama menekankan pada analisa karakteristik individu room
attendant terhadap kualitas jasa sedangkan kedua menekankan karakteristik
individu dan lingkungan kerja terhadap kinerja karyawan dan penelitian ketiga
menekankan karakteristik individu dan karakteristik organisasi terhadap
pengembangan karir pegawai. Adapun locus dri penelitian ini yaitu Hotel
Mercure Resort Sanur, dan fokus dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
apakah faktor karakteristik individu berpengaruh signifikan terhadap kualitas
pelayanan room attendant di Mercure Resort Sanur.
2.2. Karakteristik Individu
Sumber daya yang terpenting dalam suatu organisasi adalah sumber
daya manusia, orang-orang yang memberikan tenaga, bakat, kreativitas dan
usaha mereka kepada organisasi agar suatu organisasi dapat tetap eksistensinya.
Setiap manusia mempunyai karakteristik individu yang berbeda – beda antara
satu dengan yang lainnya. Masa depan seorang individu dalam organisasi tidak
bergantung pada kinerja saja. Manajer juga menggunakan ukuran subyektif
yang bersifat pertimbangkan. Apa yang dipersepsikan oleh penilai sebagai
karakter / perilaku karyawan yang baik atau buruk akan mempengaruhi
penilaian.
Thoha (2012) Organisasi merupakan wadah bagi individu untuk
mencapi tujuan, baik tujuan pribadi maupun tujuan organisasi. Individu
dengan karakter yang tersendiri dan organisasi yang juga memiliki karakter
tertentu yang saling menyesuaikan. Latar belakang individu dapat
menjadikan ciri-ciri tertentu pada setiap individu. Berkaitan dengan
karakteristik individu, bahwa individu membawa kedalam tatanan organisasi,
kemampuan, kepercayaan, pribadi, dan penghargaan kebutuhan dan
pengalaman masa lalunya. Ini semua adalah karakteristik yang dimiliki
individu dan karakteristik ini akan memasuki suatu lingkungan baru, yakni
organisasi.
Sejalan dengan hal diatas Robbins (1996: 78) mengungkapkan
beberapa karakteristik pribadi yang meliputi umur, jenis kelamin, status
perkawinan, banyaknya tanggung jawab dan status masa kerja.
Menurut Mathis (2002: 64) ada empat karakteristik individu yang
mempengaruhi bagaimana orang – orang membuat pilihan karir adalah antara
lain :
1. Minat, orang cenderung mengejar karir yang mereka yakini cocok dengan
minat mereka.
2. Jati Diri, karir merupakan perpanjangan dari jati diri seseorang juga hal
yang membentuk jati diri.
3. Kepribadian, faktor ini mencakup orientasi pribadi karyawan (sebagai
contoh karyawan bersifat realistis, menyenangkan dan artistik) dan
kebutuhan individual, latihan, kekuasaan dan kebutuhan prestis.
4. Latar belakang sosial, status sosial ekonomi dan tujuan pendidikan
pekerjaan orang tua karyawan merupakan faktor yang berfungsi dalam
kategori.
Sementara itu Bashaw & Grant ( Almalifah Mahmodha Siti, 2005:33)
mengemukakan beberapa ciri-ciri pribadi meliputi : jenis kelamin, status
perkawinan, usia, pendidikan, pendapatan keluarga, dan masa jabatan.
Sedangkan menurut Nimran (Sopiah,2008:13) bahwa karakteristik individu
adalah ciri-ciri biografis, kepribadian, persepsi dan sikap.
Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan karakteristik individu
meliputi keahlian, kepercayaan,umur,jenis kelamin,penghargaan kebutuhan,
kemampuan, pendidikan, pengalaman kerja, status perkawinan,banyaknya
tanggungan.
Karakteristik individu secara ekslusif memfokus pada pengembangan
karyawan untuk peluang – peluang karir dalam organisasi yang tediri dari :
2.2.1. Keahlian
Faktor yang mempengaruhi kemampuan karyawan
adalah faktor pengetahuan dan keterampilan. Secara psikologis,
kemampuan karyawan terdiri dari kemampuan potensi dan
kemampuan reality. Artinya, karyawan yang memiliki kemampuan di
atas rata – rata dengan pendidikan atau pengetahuan yang memadai
untuk menjalankan pekerjaan yang terampil dalam mengerjakan
pekerjaan sehari – hari maka ia akan lebih mudah mencapai
prestasi yang diharapkan. Oleh karena itu, karyawan perlu
ditempatkan pada pekerjaan yang sesuai dengan keahliannya (the righ
man in the righ place, the rig man on the righ job).Keahlian harus
mendapat perhatian utama kualifikasi seleksi. Hal ini yang akan
menentukan mampu tidaknya seseorang menyelesaikan pekerjaan yang
ditugaskan kepadanya. Keahlian ini mencakup tehnical skill, human
skill, conceptual skill, kecakapan untuk memanfaatkan kesempatan,
serta kecermatan penggunaan peralatan yang dimiliki perusahaan
dalam mencapai tujuan.
Menurut Robbin, (1996: 251) Keterampilan dibagi dalam 3 kategori:
a. Keterampilan teknis
Kebanyakan diarahkan untuk menata dan memperbaiki
keterampilan teknis karyawan dimana pekerjaan berubah akiabat
teknologi dan metode baru yang diperbaiki.
b. Keterampilan antar pribadi
Hampir semua karyawan termasuk dalam urut kerja. Kerja
mereka tergantung pada kemampuan mereka untuk berinteraksi
secara efktif dengan rekan sekerja dan atasan mereka.
c. Keterampilan dalam pemecahan masalah
Para karyawan harus mampu memecahkan masalah dalam
pekerjaannya. Ini mencakup kegiatan mempertajam logika, sebab
akibat mengembangkan alternatif, menganalisa alternatif, dan
memilih pemecahan.Karyawan harus mempunyai keterampilan
teknis dalam mengerjakan pekerjan serta keterampilan
merencanakan karir untuk suatu tujuan karir, sehingga
menumbuhkan kepercayaan pada diri.
2.2.2. Pendidikan
Pendidikan merupakan faktor penting dalam menentukan
kemampuan kerja karyawan. Pendidikan dan pengalaman kerja
merupakan langkah awal untuk melihat kemampuan seseorang
(Handoko, 1998 : 80). Menurut Hasibuan (2000: 54), pendidikan
merupakan indikator yang mencerminkan kemampuan seseorang untuk
dapat menyelesaikan suatu pekerjaan. Dengan latar belakang
pendidikan pula seseorang dianggap akan mampu menduduki suatu
jabatan tertentu.Selain itu pendidikan merupakan suatu pembinaan
dalam proses perkembangan manusia untuk berfikir dan cenderung
berkembangnya kemampuan dasar yang ada padanya. Dalam
kaitannya dengan pengembangan karir pendidikan yang memadai
dan sesuai akan memungkinkan pekerja dapat mengembangkan
kemampuannya untuk mencapai tujuan pribadi dan juga akan
menjadi pertimbangan untuk pengembangan karir.
Menurut Nadler (dalam Moekijat, 1995: 120) pendidikan
adalah proses pembelanjaan yang mempersiapkan individu untuk
pekerjaan yang berbeda pada masa yang akan datang. Dengan
demikian pendidikan karyawan penting artinya bagi suatu
organisasi, untuk dilaksanakan tenaga – tenaga kecakapan dan
keahlian dalam bidangnya masing – masing maka telah menjadi
keyakinan dalam tata personalia perlunya pendidikan.
Dengan pendidikan karyawan akan menambah kemampuannya. Ini
berarti ia melengkapi tujuan organisasi. Misalnya mengikuti
program pelatihan, mengambil kursus, mengejar gelar tambahan, atau
mencari tugas pekejaan baru, dapat ikut mengakibatkan kemajuan.
(Moekijat, 1995: 122). Pendidikan disini tidak hanya pendidikan yang
ditempuh dibangku sekolah, tetapi seorang karyawan juga
membutuhkan pendidikan tambahan melalui kursus – kursus dan
pelatihan.
Dari pendapat diatas berdasarkan tingkat dan jenis
pendidikan yang dimiliki oleh karyawan dapat menentukan
pekerjaan yang akan diberikan kepadanya. Hal ini mempermudah
jalur karir yang akan ditempuh untuk mencapai tujuan karirnya.
Berdasarkan beberapa definisi yang ada pendidikan adalah
aktifitas yang bertujuan untuk mengembangkan keterampilan,
pengetahuan, nilai moral dan menjadi mengerti sehingga mempunyai
nilai lebih dalam segala aspek kehidupan.
2.2.3. Pengalaman Kerja
Selain pendidikan formal yang harus dimiliki individu juga perlu
memiliki pengalaman kerja, serta mampu beradaptasi dengan
lingkungannya dalam organisasi, untuk meniti suatu karir dan
mengembangkan potensi dirinya. Pengalaman kerja yang dimiliki
oleh pekerja dalam organisasi yang berbeda-beda, sehingga hal ini
disebabkan setiap pekerja mempunyai pengalaman dari pekerjaan
yang berbeda-beda yang telah diselesaikan berulang – ulang dalam
menempuh perjalanan karirnya.
Pengalaman (senioritas) yaitu promosi yang didasarkan pada
lamanya pengalaman kerja karyawan. Pertimbangan promosi
adalah pengalaman kerja seseorang, orang yang terlama bekerja
dalam perusahaan mendapat prioritas utama dalam tindakan promosi
(Hasibuan, 2000: 108). Dengan pengalaman, seseorang akan dapat
mengembangkan kemampuannya sehingga karyawan tetap betah
bekerja pada perusahaan dengan harapan suatu waktu ia akan
dipromosikan. Kelemahannya karyawan yang kemampuannya
terbatas karena sudah lama bekerja tetap dipromosikan. Dengan
demikian perusahaan akan dipimpin oleh orang yang berkemampuan
rendah, sehingga perkembangan perusahaan dapat disangsikan.
Menurut pendapat Siagian (1992: 52) menyatakan pengalaman kerja
menunjukkan berapa lama agar supaya karyawan bekerja dengan baik.
Disamping itu pengalaman kerja meliputi banyaknya jenis pekerjaan
atau jabatan yang pernah diduduki oleh seseorang dan lamanya
mereka bekerja pada masing-masing pekerjaan atau jabatan tersebut.
Dengan demikian masa kerja merupakan faktor individu
yang berhubungan dengan prilaku dan persepsi individu yang
mempengaruhi pengembangan karir karyawan. Misalnya, seseorang
yang lebih lama bekerja akan dipertimbangkan lebih dahulu dalam hal
promosi, pemindahan hal ini berkaitan erat dengan apa yang disebut
senioritas.Oleh karena itu pengalaman kerja yang didapat seseorang
akan meningkatkan kemampuannya dalam melaksanakan pekerjaan.
Pekerja yang mempunyai kemampuan tinggi akan memungkinkan
mampu mempertahankan dan mengembangkan karir yang telah
diraihnya.
Berdasarkan definisi diatas pengalaman kerja adalah
menunjukkan lamanya dalam melaksanakan, mengatasi suatu pekerjaan
dari beragam pekerjaan bahkan berulang – ulang dalam perjalanan
hidup.
Dalam program karir yang efektif harus mempertimbangkan
perbedaan persepsi dan keinginan para karyawan, apa yang karyawan
harapkan dari program karir yang dikembangkan oleh personalia
sesuai dengan ragam faktor usia, kedudukan, pendidikan dan faktor
lainnya.
2.3. Departemen Housekeeping
3.1 Pengertian Housekeeping
Menurut Dimyati (2002:59). Housekeeping adalah bagian yang bertugas
memelihara, kebersihan, kerapihan, dan kelengkapan kamar-kamar tamu,
restoran, bar, dan tempat-tempat umum dalam hotel, termasuk tempat untuk
karyawan, kecuali tempat yang menjadi tanggung jawab standar misalnya
kitchen area.
Pendapat Agusnawar dalam Rumekso (2005:7) Housekeeping adalah
bagian departemen yang mengatur atau menata peralatan, menjaga kebersihan,
memperbaiki kerusakan, dan memberi dekorasi dengan tujuan agar rumah
(hotel) tersebut tampak rapi, bersih, menarik dan menyenangkan bagi penghuni
atau tamu yang menginap.
Sedangkan menurut Rumekso (2005:7) Housekeeping Departement
juga berarti bagian yang bertugas dan bertanggung jawab untuk menjaga
kebersihan, kerapihan, keindahan, dan kenyamanan di seluruh area hotel, baik
di luar gedung maupun di dalam gedung, termasuk kamar-kamar tamu,
ruangan-ruangan yang disewa oleh para tamu, restaurant, office serta toilet.
Berdasarkan definisi para ahli diatas maka penulis menyimpulkan
bahwa pengertian housekeeping adalah salah satu bagian yang terdapat dalam
organisasi hotel yang mempunyai peranan memberikan pelayanan kenyamanan
dan kebersihan kamar atau area hotel.
2.3.2 Pengertian Room Attendant
Menurut Rumekso (2005:35) Room attendant adalah petugas floor
section yang menjaga kebersihan, kerapihan, kenyamanan dan kelengkapan
kamar tamu. Definisi tersebut menunjukkan bahwa room attendant sangat
berjasa dalam operasional hotel.
Sependapat dengan Sulastiyono dalam (Rumekso:35) Room attendant adalah
petugas kamar tamu yang mempunyai tanggung jawab untuk menjaga
kebersihan, kerapihan dan kelengkapan kamar. Adapun petugas yang
melaksanakan pembersihan, merapihkan dan melengkapi kebutuhan tamu di
kamar adalah pramugraha atau (Room boy) sedangkan pengawasan terhadap
proses pekerjaan yang dilaksanakan oleh room attendant tersebut adalah Room
supervisor.
Sedangkan menurut Rumekso dalam Sulastiyono (2011:42) Room
attendant adalah petugas yang mempersiapkan tempat tidur pada waktu
membersikan kamar. Harus diingat bahwa pada waktu tamu masuk kamar,
pandangan pertamanya akan ditunjukan pada kerapihan tempat tidur.
Berdasarkan pengertian para ahli diatas maka penulis menyimpulkan
pengertian room attendant adalah petugas yang bertanggung jawab atas
kebersihan kamar tamu, perlengkapan-perlengkapan kamar, serta memberikan
apa saja yang dibutuhkan / diperlukan oleh tamu selama menginap di hotel.
2.2.3 Tugas dan Tanggung Jawab Room Attendant
Adapun peran dan tanggung jawab room attendant adalah sebagai berikut :
1. Mengelola kamar yang menjadi tanggung jawabnya, baik buruk kamar
sangat tergantung pada room attendant baik yang berhubungan dengan
ketelitian, kerajinan, maupun kualitas. Room attendant yang rajin, teliti,
terampil dalam bekerja akan menghasilkan kamar yang bersih, rapi dan
nyaman.
2. Melaporkan bila ada kerusakan perlengkapan didalam kamaar kepada
atasan (floor supervisor) agar segera dibuatkan work order (WO) kepada
Engineering Department agar segera diperbaiki.
3. Semua perlengkapan yang ada di dalam kamar harus siap pakai, oleh
sebab itu di dalam mengerjakan kamar, room attendant harus lebih diteliti
dan memeriksa semua perlengkapan yang ada dalam kamar.
4. Melayani tamu
Dalam memberi pelayanan pada tamu tidak dibatasi waktunya, sebab
setiap tamu meminta pelayanan baik pagi,siang,sore maupun malam hari.
Agar tamu dapat mendapat kepuasan maka room attendant harus
memberikan pelayanan yang berkualitas. Pelayanan tersebut terdiri dari 5
dimensi :
a) Reability adalah kemampuan untuk memberikan pelayanan secara
cepat dan tepat kepada konsumen.
b) Responsiveness adalah kesadaran atau keinginan untuk membantu
konsumen dan memberi pelayanan dengan tepat.
c) Assurance adalah pengetahuan dan kesopanan serta kepercayaan
diri para petugas hotel. Dimensi assurance ini memiliki ciri- ciri
kemauan untuk melakukan pendekatan, memberi perlindungan dan
usaha untuk mengerti keinginan tamu.
d) Tangibles yaitu penampilan para pegawai dan fasilitas-fasilitas fisik
lainnya seperti perlengkapan dan peralatan yang menunjang
pelaksanaan pelayanan.
5. Melaksanakan perintah atasan baik yang terkait dengan tugas sehari-hari
seperti membersihkan kamar, menyiapkan kamar yang akan segera
ditempati tamu maupun tugas-tugas tambahan untuk perawatan kamar.
6. Menjalin kerjasama antar room attendant, bila ada room attendant yang
sudah selesai bertugas mengetahui ada room attendant lain belum selesai
mengerjakan tugas maka room attendant tersebut harus membantu teman
yang lain yang belum selesai. Jika ada room attendant yang memerlukan
tambahan sheet, pillow case serta towel, room attendant tersebut dapat
memperolehnya dari room attendant lain yang mempunyai jumlah yang
lebih serta selesai dalam mengerjakan tugasnya.
7. Menjalin kerjasama dengan seksi lain yang ada di lingkungan
Housekeeping Department:
a) Dengan linen section
Semua linen supllies yang digunakan room attendant disiapkan dan
dipenuhi oleh linen section.
b) Dengan laundry section
i. Di pagi hari ketika room attendant melakukan checking room dan
menjumpai pakaian tamu yang akan dicuci room attendant section
mengumpulkan dan menghubungi laundry section untuk
mengambilnya.
ii. Pada siang atau sore hari room attendant membantu petugas
laundry untuk membuka pintu-pintu kamar untuk mengembalikan
pakaian yang sudah bersih.
c) Dengan Public Area Section
i. Room attendant sering meminta bantuan houseman untuk making
bed bila tugas atau pekerjaan houseman sudah selesai.
ii. Pada siang dan sore hari adalah tugas houseman untuk
membersihkan samapah yang ada di dalam room attendant trolley
serta koridor disekitar area kerja room attendant.
iii. Terkadang tamu meminta tambahan meja dan kursi untuk
mengerjakan tugasnya didalam kamar. Room attendant akan
meminta bantuan houseman untuk mengambil dan memasang di
dalam kamar tamu tersebut.
8. Menjalin kerjasama dengan seksi lain di department lain. Agar semua tugas
dapat dikerjakan secara sinsergis maka diperlukan koordinasi antar karyawan,
antar department, dalam hal ini room attendant melakukan kerjasama :
a) Dengan waiter/waitress room service (Food &Beverage)
i. Mencatat order dari tamu, room attendant menghubungi
waiter/waitress.
ii. Mengumpulkan alat-alat makan dan minum yang kotor kemudian
menghubungi waiter untuk mengambilnya.
iii. Bekerja sama ketika akan memasukan atau memasang room
service,doorknob menu, maupun special menu kedalan setiap
kamar tamu.
b) Dengan Front Office Chasier (FOC). Bila tamu yang check out yang
perlu dilaporkan pada FOC adalah :
i. Jika ada mini bar consume minuman yang diminum tamu agar
ditagih pada tamu saat membayar di Front Office Chasier.
ii. Bila ada barang milik hotel yang terbawa oleh tamu FOC akan
menanyakan kepada tamu yang bersangkutan setelah mendapat
laporan dari petugas kamar.
c) Dengan Reception
i. Receptionist dan room attendant bekerjasama dalam penjualan kamar
apakah kamar sudah siap dijual atau belum.
ii. Untuk mengantisipasi agar setiap tamu yang datang segera mendapat
kamar, receptionist akan mengirimkan Expected Arrival List yaitu
daftar kamar yang sudah dipesan tamu kepada Housekeeping Office
agar disiapkan kamar lebih dini.
d) Dengan Front Office
Front office meminta bantuan pada room attendant untuk memasang VIP
Treatmet kedalam kamar yang akan segera ditempati oleh tamu-tamu
penting (VIP).
2.4. Pengertian Kualitas Pelayanan
Menurut Suwithi dalam Anwar (2002:84) “ Kualitas pelayanan adalah
mutu dari pelayanan yang diberikan kepada pelanggan, baik pelanggan internal
maupun pelanggan eksternal berdasarkan standar prosedur pelayanan”.
Kemudian menurut Kotler (2000:25), kualitas pelayanan merupakan totalitas
dari bentuk karakteristik barang dan jasa yang menunjukkan kemampuannya
untuk memuaskan kebutuhan pelanggan, baik yang nampak jelas maupun yang
tersembunyi. Bagi perusahaan yang bergerak di sektor jasa, pemberian
pelayanan yang berkualitas pada pelanggan merupakan hal mutlak yang harus
dilakukan apabila perusahaan ingin mencapai keberhasilan.
Dan Menurut Fitzsimmons bersaudara dalam Sulastiyono (2011:35-36)
menjelaskan bahwa kualitas pelayanan adalah sesuatu yang kompleks, dan
tamu akan menilai kualitas pelayanan melalui lima prinsip dimensi pelayanan
sebagai ukuranya, yaitu sebagai berikut :
1. Reliabilitas ( Reliability ), adalah kemampuan untuk memberikan secara
tepat dan benar jenis pelayanan yang telah dijanjikan kepada tamu.
2. Responsif ( Responsiveness ), yaitu kesadaran atau keinginan untuk cepat
bertindak membantu tamu dan memberikan pelayanan yang tepat waktu.
3. Kepastian/jaminan ( Assurance ), adalah pengetahuan dan kesopan santunan
serta kepercayaan diri para pegawai. Dimensi assurance memiliki ciri-ciri :
kompetensi untuk memberikan pelayanan, sopan dan memiliki sifat respek
terhadap tamu.
4. Empati ( Empathy ), memberikan perhatian individu tamu secara khusus.
Dimensi empathy ini memiliki ciri-ciri : kemauan untuk melakukan
pendekatan, memberikan perlindungan dan usaha untuk mengerti keinginan,
kebutuhan dan perasaan tamu.
5. Nyata ( Tangibles ), yaitu sesuatu yang nampak atau yang nyata , yaitu :
penampilan para pegawai, dan fasilitas-fasilitas pisik, lainnya seperti
peralatan dan perlengkapan yang menunjang pelaksanaan pelayanan.
(Fandy Tjiptono, 2002) Kualitas pelayanan (service quality) merupakan
konsep yang abstrak dan sukar dipahami, karena kualitas pelayanan memiliki
karakteristik tidak berwujud, bervariasi, tidak tahan lama, serta produksi dan
konsumsi jasa terjadi secara bersamaan Kualitas pelayanan sendiri berfokus
pada upaya pemenuhan kebutuhan dan keinginan pelanggan, serta ketepatan
penyampaiannya untuk mengimbangi harapan pelanggan. Harapan pelanggan
ada tiga tipe, yaitu
a. will expectation, yaitu tingkat kerja yang diperkirakan konsumen yang akan
diterimanya berdasarkan informasi yang diketahuinya
b. should expectation, yaitu tingkat kerja yang dianggap sudah sepantasnya
diterima konsumen,
c. ideal expectation, yaitu tingkat kinerja optimum yang diharapkan dapat
diterima konsumen.
Kualitas pelayanan terdiri dari dua bagian yang saling mempengaruhi,
yaitu kualitas pelayanan internal dan kualitas pelayanan eksternal. Kualitas
pelayanan internal akan mendorong terwujudnya kepuasan karyawan (sebagai
pelanggan internal), kepuasan yang tercipta akan mendorong timbulnya
loyalitas terhadap perusahaan. Kemudian loyalitas karyawan akan mengarah
pada peningkatan produktivitas, produktivitas yang tinggi akan menciptakan
kualitas pelayanan eksternal, yang kemudian akan menentukan kepuasan
pelanggan eksternal (Fandy Tjiptono, 1997). Kualitas pelayanan dipengaruhi
oleh dua hal, yaitu pelayanan yang diharapkan (expected service) dan pelayanan
yang diterima (perceived service). Kemudian kualitas pelayanan akan
mempengaruhi tingkat kepuasan pelanggan. Apabila pelayanan yang diterima
oleh pelanggan (perceived service) sesuai dengan yang diharapkan, maka
kualitas pelayanan dinilai memuaskan, dan sebaliknya jika pelayanan yang
diterima pelanggan lebih rendah atau kurang dari yang diharapkan, maka
pelayanan dinilai kurang memuaskan. Dalam hal ini perusahaan dituntut untuk
dapat memenuhi harapan pelanggan agar kepuasan pelanggan dapat tercapai.
Untuk memenuhi hal tersebut, perusahaan dapat melakukan service excellence
atau pelayanan yang unggul, yaitu sikap atau cara karyawan dalam melayani
pelanggan secara memuaskan Secara garis besar ada empat unsur dalam konsep
ini, yaitu kecepatan, ketepatan, keramahan, dan kenyamanan. Keempat
komponen tersebut merupakan satu kesatuan yang terintegrasi, maksudnya
pelayanan tidak akan menjadi excellence jika salah satu komponen tersebut
tidak terpenuhi.
Persepsi terhadap kualitas pelayanan merupakan penilaian menyeluruh
atas keunggulan suatu jasa. Persepsi kualitas yang baik/ positif diperoleh bila
kualitas yang dialami (experienced quality) memenuhi harapan pelanggan
(expected quality). Bicara mengenai persepsi kualitas pelayanan yang baik,
Gronross, 1990, mengemukakan enam kriteria kualitas pelayanan yang
dipersepsikan baik, yaitu:
1. Professionalism and skill.
Pelanggan mendapati bahwa penyedia jasa, karyawan, sistem operasional,
dan sumber daya fisik, memiliki pengetahuan dan keterampilan yang
dibutuhkan untuk memecahkan masalah mereka secara professional
(outcome-related criteria)
2. Attitudes and Behavior.
Pelanggan merasa bahwa karyawan jasa (customer contact personnel)
menaruh perhatian besar pada mereka dan berusaha membantu
memecahkan masalah mereka secara spontan dan ramah (process-related
criteria).
3. Accessibility and Flexibility.
Pelanggan merasa bahwa penyedia jasa, lokasi, jam operasi, karyawan, dan
sistem operasionalnya, dirancang dan dioperasikan sedemikian rupa
sehingga pelanggan dapat mengakses jasa tersebut dengan mudah. Selain
itu, juga dirancang dengan maksud agar dapat menyesuaikan permintaan
dan keinginan pelanggan secara luwes (process-related criteria)
4. Reliability and Trustworthiness.
Pelanggan merasa bahwa apa pun yang terjadi atau telah disepakati,
mereka bisa mengandalkan penyedia jasa beserta karyawan dan sistemnya
dalam memenuhi janji dan melakukan segala sesuatu dengan
mengutamakan kepentingan pelanggan (processrelated criteria)
5. Recovery.
Pelanggan menyadari bahwa bila terjadi kesalahan atau sesuatu yang tidak
diharapkan dan tidak dapat diprediksi, maka penyedia jasa akan segera
mengambil tindakan untuk mengendalikan situasi dan mencari solusi yang
tepat (process-related criteria)
6. Reputation and Credibility.
Pelanggan meyakini bahwa operasi dari penyedia jasa dapat dipercaya dan
memberikan nilai/tambahan yang sepadan dengan biaya yang dikeluarkan
(image-related criteria).
Dimensi Kualitas Pelayanan
Zeithaml, Parasuraman, dan Berry mengidentifikasi lima dimensi kualitas
pelayanan, yaitu:
1. Bukti Fisik (tangible)
Bukti fisik (tangible), meliputi gedung, fasilitas teknologi, penampilan
karyawan dan sebagainya, lebih menekankan pada bukti fisik atau dapat
diraba keberadaannya. Dimana keberadaan bukti fisik yang berupa fasilitas
halaman parkir, kebersihan interior dan eksterior lingkungan perusahaan dan
kerapihan berpakaian dari karyawan akan mempengaruhi kepuasan
pelanggan, karena pelanggan akan merasa nyaman dan mudah untuk
melakukan transaksi jika didukung bukti fisik tersebut.
2. Keandalan (reliability)
Keandalan (reliability) mencakup kemampuan karyawan memberikan
pelayanan yang dijanjikan dengan segera, akurat, dan memuaskan.
Keandalan yang dimaksud adalah bagaimana karyawan memberikan
pelayanan pada pelanggan dengan cepat, mudah, dan tepat serta waktu
pelayanan pada pelanggan yang memadai atau sesuai jam kerja perusahaan.
Dengan begitu dapat diketahui bahwa keandalan dalam pelayanan suatu jasa
pembiayaan akan berpengaruh pada tinggi rendahnya kepuasan
pelanggannya.
3. Daya tanggap (responsiveness)
Daya tanggap (responsiveness) mencakup kemampuan dalam memberikan
pelayanan secara cepat dan tepat, dalam hal ini kemampuan teller untuk
memberikan layanan dengan cepat pada saat pelanggan melakukan transaksi
sehingga pelanggan tidak terlalu lama menunggu antrian. Daya tanggap dari
karyawan berpengaruh pada kepuasan pelanggan, karena harapannya untuk
dilayani secara cepat dan tepat saat bertransaksi terpenuhi.
4. Jaminan (assurance)
Jaminan (assurancce) mencakup pengetahuan dan ketrampilan para
karyawan dalam melayani kebutuhan pelanggan, etika para karyawan, dan
jaminan keamanan dari perusahaan atas pelanggan saat bertransaksi. Adanya
jaminan keamanan dari suatu perusahaan akan membuat pelanggan merasa
aman dan tanpa ada rasa ragu-ragu untuk melakukan transaksi, disamping itu
jaminan dari suatu perusahaan pembiayaan akan berpengaruh pada kepuasan
pelanggan karena apa yang diinginkan pelanggan dapat dipenuhi oleh
perusahaan yaitu dengan pengetahuan dan ketrampilan dari karyawan.
Kesopanan dan keramahan dari karyawan akan membuat pelanggan merasa
dihargai sehingga mereka puas dengan pelayanan perusahaan.
5. Empati (empathy)
Empati mencakup perhatian khusus dari karyawan terhadap segala
kebutuhan dan keluhan pelanggan, dan adanya komunikasi yang baik antara
karyawan dengan pelanggan. Dengan adanya perhatian khusus dan
komunikasi yang baik dari karyawan suatu perusahaan atas pelanggan akan
berpengaruh juga pada kepuasan pelanggan, karena pelanggan akan merasa
diperhatikan oleh perusahaan yaitu apa yang dibutuhkan dan dikeluhkannya
ditanggapi secara baik oleh pihak perusahaan.
2.5. Tinjauan Tentang Hotel
Dilihat dari asal katanya, kata hotel berasal dari bahasa latin hospes
yang mempunyai pengertian untuk menunjukkan orang asing yang menginap di
rumah sesesorang. Kemudian dalam perkembangannya kata hospes menjadi
hoste dalam bahasa Prancis dan seterusnya menjadi hotel dengan pengertian
sebagai rumah penginapan. Menurut Manurung dan Tarmoezi (2005:1)
menyatakan bahwa : Hotel adalah suatu gedung yang digunakan untuk tempat
penginapan dengan tujuan komersial dan menyediakan jasa pelayanan secara
profesianal bagi para tamu termasuk penyediaan makan, minuman dan fasilitas
lainnya.
Menurut Rumekso (2005:1) hotel adalah bangunan yang menyediakan
kamar-kamar untuk menginap para tamu, makanan,dan minuman,serta fasilitas-
fasilitas lain yang diperlukan, dan dikelola secara professional untuk
mendapatkan keuntungan
Menurut SK. Menteri Perhubungan No.Pm.10 / Pw.301 / Phb.77 dalam
(Rumekso 2005 :1)menyatakan bahwa : Hotel adalah bentuk akomodasi yang
dikelola secara komersial, disediakan bagi setiap orang untuk memperoleh
pelayanan dan penginapan berikut makan dan minum
Menurut SK. Menparpostel No. Km.34 / NK 103 / MPPT.87 dalam
(Rumekso 2005:1) Hotel merupakan suatu jenis akomodasi yang
menggunakan sebagian atau seluruh bangunan untuk mneyediakan jasa
pelayanan/penginapan, makan, minum, serta jasa lainnyabagi umum yang
dikelola secara komersial
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian
hotel adalah salah satu jenis akomodasi yang mempergunakan sebagian atau
seluruh bangunan yang menyediakan fasilitas berupa jasa pelayanan
penginapan, makan dan minum, dan fasilitas lainya yang dikelola secara
komersial.
Rumekso (2005:2) menjelaskan klasifikasi hotel sebagai berikut :
Berdasarkan jumlah kamarnya, hotel dibagi menjadi :
a) Hotel Kecil, memiliki kamar dibawah 25 buah kamar.
b) Hotel Menengah, memiliki 25 sampai 100 kamar.
c) Hotel Sedang, memiliki 100 sampai 300 kamar.
d) Hotel besar memiliki lebih dari 300 kamar.
Berdasarkan tariff kamar, Type of Plan, hotel dibedakan menjadi:
1) American Plan Hotel, dimana harga kamar sudah termasuk harga makanan
yang telah ditentukan, terdiri dari:
a) Full American Plan (FAP) : harga Kamar sudah termasuk makan tiga
kali, yaitu breakfast, lunch, dinner.
b) Modified American Plan (MAP), yaitu harga kamar sudah termasuk
makan dua kali, yaitu breakfast dan lunch atau breakfast dan dinner.
c) Bermuda Plan yaitu sewa kamar sudah termasuk American Breakfast.
2) Continental Plan (CP), yaitu harga kamar sudah termasuk Continental
Breakfast.
3) Europan Plan (EP), yaitu sewa kamar tidak termasuk harga makan dan
minum.jadi hanyasewa kamar saja, Room Rate Only
2.6. Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, dimana adanya hubungan dua
arah antara variabel X yaitu karakteristik individu dengan variabel Y yakni
kualitas pelayanan, Sejalan dengan tinjauan konsep di atas maka rumusan
hipotesisnya dapat dikemukakan sebagai berikut : “Diduga bahwa karakteristik
individu memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kualitas pelayanan di
Hotel Mercure Resort Sanur”.