bab ii tinjauan pustaka 2.1 penelitian terdahulueprints.umm.ac.id/40952/3/bab ii.pdf · terhadap...
TRANSCRIPT
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Nia Yuniawati (2013) Pengaruh Pembiayaan Murabahah
Terhadap Peningkatan Pendapatan Usaha Kecil Menegah (Studi Kasus
pada KJKS-BMT EL-SYARIAH GUNUNG JATI). Penelitian
mengenai pengaruh pembiayaan murabahah terhadap peningkatan
pendapatan Usaha Kecil Menegah (UKM), dengan menggunakan
metodologi penelitian kuantitaf. Pembiayaan kepada UKM yang
membutuhkan modal dengan menggunakan akad murabahah.
Berdasarkan analisis data, secara simultan pembiayaan murabahah
terhadap peningkatan pendapatan usaha kecil besarnya kontribusi
ditentukan oleh faktor lain yaitu pendapatan lain.
Henita Sahany (2015) Pengaruh Pembiayaan Murabahah
Terhadap Perkembangan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)
BMT EL-SYIFA CIGANJUR. Penelitian ini menggunakan metode
penelitian kuantitatif. Pembiayaan murabahah mempunyai pengaruh
positif terhadap perkembangan usaha mikro kecil menengah. Dari hasil
uji t pada pembiayaan murabahah berpengaruh terhadap variabel
independen dan signifikasi.
11
Puspita Nasution (2016) Kebijakan Pembiayaan Murabahah
dalam Peningkatan Pendapatan Anggota Koperasi Syariah. Penelitian
ini menggunakan metodologi penelitian kuantitatif. Penelitian
mengenai kebijakan koperasi syariah dalam memberikan kebijakan
untuk anggota koperasi dalam memberikan pembiayaan untuk modal
usaha dengan akad murabahah agar dapat meningkatkan pendapatan.
Berdasarkan data yang telah diolah bahwa ada hubungan positif dan
kuat antara pembiayaan murabahah dan tingkat pendapatan.
Dari penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya
terdapat perbedaan dan persamaan dengan penelitian yang akan
dilakukan. Perbedaan dengan penelitian terdahulu adalah objek
penelitian terdahulu pada BMT dan Koperasi Syariah sedangkan
penelitian selanjutnya objeknya pada instansi perbankan syariah serta
nasabah pada penelitian terdahulu lebih kepada nasabah biasa, tetapi
penelitian selanjutnya lebih fokus pada nasabah pensiunan. Persamaan
dengan penelitian terdahulu adalah penggunaan akad murabahah.
2.2 Pengertian Dana Pensiun Syariah
Lembaga dana pensiun merupakan salah satu lembaga keuangan
bukan bank di Indonesia yang mempunyai aktivitas memberikan
jaminan kesejahteraan pada masyarakat baik untuk kepentingan
12
pensiun maupun akibat kecelakaan.5 Dana Pensiun Syariah
merupakah dana yang dikelola dan dilaksanakan berdasarkan prinsip
syariah. Pertumbuhan lembaga keuangan syariah di Indonesia,
berjalan dengan lambat tetapi pasti juga mendorong perkembangan
dana pensiun yang dilaksanakan sesuai dengan prinsip syariah.
Dana pensiun menurut UU No. 11 Tahun 1992 tentang Dana
Pensiun adalah badan hukum yang mengelola dan menjalankan
program yang menjanjikan manfaat pensiun. Berdasarkan definisi
tersebut, dana pensiun merupakan lembaga atau badan hukum yang
mengelola program pensiun yang dimaksudkan untuk memberikan
kesejahteraan kepada karyawan suatu perusahaan terutama yang telah
pensiun.6
2.2.1 Ada dua jenis dana pensiun
Menurut UU No.11 Tahun 1992 Dana Pensiun
digolongkan menjadi dua jenis, yaitu Dana Pensiun Pemberi
Kerja dan Dana Pensiun Lembaga Keuangan, berikut
penjelasannya:
1. Dana Pensiun Pemberi Kerja (DPPK)
DPPK adalah dana pensiun yang dibentuk oleh orang
atau badan yang memperkerjakan karyawan, selaku pendiri,
5 Ade Arthesa, Edia Handiman, Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank
(Jakarta: Indeks, 2006), 281. 6 Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah (Jakarta: Prenada Media
Group, 2009), 292.
13
untuk menyelenggarakan Program Pensiun Manfaat Pasti,
bagi kepentingan sebagian atau seluruh karyawannya sebagai
peserta dan yang menimbulkan kewajiban terhadap pemberi
kerja. Dengan demikian, dana pensiun jenis ini disediakan
langsung oleh pemberi kerja. Pendiri DPPK ini harus
mendapat pengesahan dari Menteri Keuangan.7
2. Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK)
DPLK adalah dana pensiun yang dibentuk oleh bank
atau perusahaan asuransi jiwa untuk menyelenggarakan
program pensiun iuran pasti bagi perseorangan, baik
karyawan maupun pekerja mandiri yang terpisah dari DPPK
bagi karyawan Bank atau perusahaan asuransi jiwa yang
bersangkutan. Untuk masyarakat pekerja mandiri seperti
dokter, petani, nelayan, wirausaha dan lain sebagainya
memungkinkan untuk dimanfaatkan DPLK. Tidak menutup
kemungkinan, bagi karyawan sebuah perusahaan untuk
memanfaatkan DPLK sesuai dengan kemampuan mereka.8
Untuk dapat mendirikan dana pensiun, pemberi kerja harus
datang langsung ke Biro Dana Pensiun Bapepam Lembaga Keuangan,
Departemen Keuangan RI. Apabila perusahaan yang mengajukan
persyaratan permohonan sudah sesuai ketentuan dan memenuhi syarat,
7 Ibid, 295.
8 Ibid, 296.
14
maka Menteri Keuangan akan mengesahkan dana pensiun dalam waktu
tujuh hari kerja. Hal yang perlu diperhatikan untuk penetapan bentuk
dana pensiun antara lain:
1. Kemampuan finansial. Mengikuti program pensiun pada dasarnya
tidak membutuhkan biaya yang besar. Namun dalam memilih desain
program yang tepat, kita perlu memperhatikan kemampuan finansial
kita. Bagi yang mengharapkan program manfaat pasti, kemampuan
finansial pemberi kerja perlu menjadi pertimbangan utama.
2. Biaya. Penyelenggaraan dana pensiun, baik DPPK maupun DPLK
membutuhkan biaya. Setiap calon peserta perlu mempertimbangkan
besar biaya yang dibebankan kepadanya, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Dana pensiun membebankan biaya lebih
tinggi tidak serta-merta berarti lebih buruk daripada yang
menawarkan biaya lebih rendah. Calon peserta yang perlu
membandingkan biaya yang dibebankan kepadanya dengan manfaat
dan jasa yang akan diperoleh dari dana pensiun.9
2.3 Tujuan dan Fungsi Dana Pensiun
2.3.1 Tujuan Dana Pensiun
Tujuan program pensiun dapat di lihat dari segi ekonomi
dan sosial. Dari segi ekonomi, program pensiun merupakan
upaya pemberi kerja (perusahaan) untuk menarik dan
9 Nurul Huda, Lembaga Keuangan Islam (Jakarta: Kencana, 2010), 339.
15
mempertahankan karyawan perusahaan yang memiliki potensi,
cerdas, terampil dan produktif yang dapat diharapkan untuk
meningkatkan atau mengembangkan perusahaan. Dengan
menjadi peserta pensiun, karyawan diharapkan mempunyai
loyalitas dan dedikasi yang tinggi terhadap perusahaan dan
memberikan rasa aman kepada karyawan pada saat mencapai
usia pensiun.
Adapun dari segi sosial, program pensiun merupakan
wujud tanggung jawab sosial (corporate social responsbility)
pemberi kerja (perusahaan) karyawan pada saat tidak lagi
mampu bekerja dan juga kepada keluarga pada saat karyawan
meninggal dunia. Dengan menjadi peserta program pensiun,
karyawan diharapkan mempunyai rasa aman di masa yang akan
datang karena mempunyai penghasilan pada saat mencapai usia
pensiun.10
2.3.2 Adapun fungsi program dana pensiun bagi para peserta antara
lain:
1. Asuransi, yaitu peserta yang meninggal dunia atau cacat
sebelum mencapai usia pensiun dapat diberikan uang
pertanggungan atas beban bersama dari dana pensiun.
2. Tabungan, yaitu himpunan iuran peserta dan iuran pemberi
kerja merupakan tabungan untuk dan atas nama pesertanya
10 Dr. Mardani, Aspek Hukum Lembaga Keuangan Syariah Di Indonesia (Jakarta:
Prenada Media, 2015), 206-207.
16
sendiri. Iuran yang dibayarkan oleh karyawan dapat dilihat
setiap bulan sebagai tabungan dari para pesertanya.
3. Pensiun, yaitu seluruh himpunan iuran peserta dan iuran
pemberi kerja serta hasil pengelolaannya akan dibayarkan
dalam bentuk manfaat pensiun sejak bulan pertama sejak
mencapai usia pensiun selama seumur hidup peserta dan
janda/duda peserta.11
2.4 Terdapat dua Jenis Program Pensiun
Dana pensiun merupakan sarana penghimpun dana guna
meningkatkan kesejahteraan pesertanya serta meningkatkan peran serta
masyarakat dalam melestarikan pembangunan nasional yang meningkat
dan berkelanjutan.
2.4.1 Program Pensiun Manfaat Pasti (PPMP)/ Defined Benefit. Pada
PPMP, besar manfaat pensiunan ditentukan berdasarkan
ketentuan yang telah ditetapkan di awal. ketentuan tersebut
biasanya dikaitkan dengan masa kerja dan besar penghasilan
kita. Dengan kata lain, pada PPMP besar iuran adalah perkiraan
kebutuhan dana yang harus disisihkan sekarang untuk
merealisasikan pembayaran manfaat pensiun. Kelebihan dan
kekurangan program ini antara lain:
11Ibid, 207.
17
2.4.1.1 Kelebihan:
1. Besar manfaat pensiun mudah dihitung.
2. Lebih memberikan kepastian kepada peserta.
3. Lebih mudah memberikan penghargaan untuk masa kerja
lalu.
2.4.1.2 Kekurangan:
1. Beban biaya mudah berfluktuasi.
2. Nilai hak peserta sebelum pensiun tidak mudah ditentukan.
2.4.2 Program Pensiunan Iuran Pasti (PPIP)/ Defined Contribution.
Pada PPIP, besar manfaat pensiunan sangat tergantung pada
besar iuran yang disetor dan hasil pengembangan dana. Jadi,
sifatnya mirip tabungan, namun memiliki kelebihan fasilitas
penundaan pajak dari pemerintah. Besar iuran baik dari pemberi
kerja maupun peserta ditetapkan dalam Peraturan Dana Pensiun.
Kelebihan dan kekurangan program ini antara lain:
2.4.2.1 Kelebihan
1. Beban biaya stabil dan mudah diperkirakan.
2. Nilai hak peserta setiap saat mudah ditetapkan.
3. Risiko investasi dan mortalitas ditanggung oleh
peserta.
2.4.2.1 Kekurangan
1. Besar manfaat pensiun tidak mudah ditentukan.
18
2. Lebih sulit memperkirakan besar penghargaan untuk
masa kerja lampau.12
2.5 Manajemen Kekayaan Dana Pensiun
Pendanaan suatu program pensiun apakah dalam rangka
memenuhi ketentuan atau untuk tujuan pengelolaan manajemen
keuangan akan menyebabkan terjadinya akumulasi kekayaan yang
nantinya digunakan untuk membayar manfaat pensiun dan biaya
administrasi. Penggunaan secara produktif atas kekayaan dana pensiun
akan mengurangi biaya-biaya langsung suatu program pensiun manfaat
pasti dan meningkatkan manfaat pensiun yang dapat dibayarkan bagi
pensiun iuran pasti.13
Menurut Peraturan Menteri Keuangan Nomor
199/PMK.010/2008 mengenai Investasi Dana Pensiun dapat
menginvestasikan dananya pada:
1. Surat berharga Negara
2. Tabungan pada bank
3. Deposito berjangka pada bank
4. Deposito on call pada bank
5. Sertifikat deposito pada bank
6. Sertifikat Bank Indonesia
7. Saham yang tercatat di bursa efek di Indonesia
12 Nurul Huda, Lembaga Keuangan Islam (Jakarta: Kencana, 2010), 338. 13 Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah ( Jakarta: Kencana,
2010), 296.
19
8. Obligasi yang tercatat di bursa efek di Indonesia
9. Sukuk yang tercatat di bursa efek Indonesia
10. Unit penyertaan reksadana dari:
a. Reksadana pasar uang, reksadana pendapatan tetap, reksadana
campuran dan reksadana saham.
b. Reksadana terproteksi, reksadana dengan penjaminan dan
reksadana indeks.
c. Reksadana berbentuk kontrak investasi kolektif penyertaan
terbatas.
d. Reksadana yang unit penyertaannya diperdagangkan di bursa
efek.
11. Efek beragun asset dari kontrak investasi kolektif efek beragun asset
12. Unit penyertaan dana investasi real estate berbentuk kontrak
investasi kolektif.
13. Kontrak opsi saham yang tercatat di bursa efek di Indonesia.
14. Penempatan langsung pada saham.
15. Tanah di Indonesia.
16. Bangunan di Indonesia.
Dana pensiun yang dijalankan secara syariah, maka kebijakan
investasinya juga harus memenuhi prinsip-prinsip syariah. Investasi
yang dilakukan hanya boleh pada instrument-instrumen yang
diperbolehkan sesuai Fatwa DSN-MUI. Dana pensiun syariah harus
mengelola dan menginvestasikan dananya pada portofolio instrument
20
syariah. Kebijakan investasi dana pensiun syariah pada instrument yang
telah ditentukan, disamping terpenuhinya prinsip syariah juga minimal
harus mencakup komponen:
1. Tingkat keuntungan (rate of return) yang diperoleh dapat dilakukan
dengan berbagai cara, antara lain dengan memaksimalkan
keuntungan dengan memperhatikan keamanan dana dan kebutuhan
likuiditas. Beberapa strategi dapat dilakukan baik dengan tidak
menyebutkan suatu jumlah tertentu, menyebutkan besar jumlah
pengembangan yang diinginkan atau menyatakan tingkat bunga
nominal keuntungan.
2. Risiko yang dapat diterima, yaitu penentuan jumlah risiko yang
mungkin dihadapi dalam kegiatan investasi.
3. Kebutuhan likuiditas, dana pensiun membutuhkan likuiditas lebih
kecil, apabila ada kebutuhan likuiditas khusus, maka perlu
ditetapkan dalam pedoman kebijakan investasi.
4. Diversifikasi yang merupakan metode untuk mencapai tingkat
keuntungan yang diinginkan, menjaga berkurangnnya dana dari
risiko investasi dan memenuhi kebutuhan likuiditas. Diversifikasi
portofolio dapat dilakukan dengan menggunakan jenis kekayaan,
sektor dan kualitas perangkat asset yang akan dijadikan sebagai
instrument investasi. 14
14 Ibid, 298- 299.
21
Contoh kemungkinan alokasi dana pensiun menurut Jane Vessey
dapat dilihat pada table sebagai berikut:
Tabel 2.1 Contoh Alokasi Dana Pensiun15
Jenis Investasi Alokasi
Deposito 40% - 50%
Surat Berharga Pasar Uang 5% - 10%
Saham 15% - 20%
Obligasi 25% - 35%
Real Estate/Direct Investment 0% - 10%
Sumber: Subagiyo, 103
2.6 Mekanisme DPLK Syariah
Program dana pensiun syariah di Indonesia sejauh ini masih
dilaksanakan secara terbatas oleh DPLK di beberapa bank syariah dan
asuransi syariah. Pada umumnya produk DPLK syariah merupakan
salah satu produk penghimpun dana yang ditawarkan oleh bank atau
asuransi syariah untuk memberikan jaminan kesejahteraan saat hari tua
atau pada akhir masa jabatan karyawan ataupun nasabahnya.
2.6.1 Prosedur yang harus dilalui oleh peserta program DPLK syariah,
umumnya adalah:
1. Peserta merupakan perorangan atau badan usaha.
2. Usia minimal 18 tahun atau telah menikah.
15 Subagiyo, et al., Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya (Yogyakarta: Sekolah
Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN, 1999), 103.
22
3. Mengisi formulir pendaftaran kepesertaan DPLK syariah.
4. Iuran bulanan dengan minimum jumlah tertentu, misalnya
Rp. 100.000.
5. Menyerahkan kopian kartu identitas diri dan kartu keluarga.
6. Membayar biaya pendaftaran
7. Membayar iuran tambahan berupa premi bagi peserta
program dana pensiun plus asuransi jiwa.
8. Memenuhi semua akad yang ditetapkan oleh DPLK syariah.
2.6.2 Karakteristi produk dana pensiun
Produk dana pensiun yang ditawarkan oleh DPLK syariah,
pada umumnya menawarkan produk pensiun dengan konsep
tabungan dan produk pensiun plus asuransi jiwa. Karakteristik
produk dana pensiun dengan konsep tabungan antara lain:
1. Berbentuk setoran tabungan dengan jadwal penarikan diatur
dalam ketentuan.
2. Selama masa kepesertaan tidak dilindungi oleh asuransi jiwa.
3. Manfaat pensiun sebesar total iuran dan hasil investasinya.
2.6.3 Karakteristik produk dana pensiun plus asuransi jiwa antara
lain:
1. Berbentuk setoran tabunga dengan jadwal penarikan diatur
dalam ketentuan.
2. Selama masa kepesertaan tidak dilindungi oleh asuransi jiwa.
3. Manfaat pensiun yang akan diterima adalah sebesar:
23
a. Manfaat asuransi apabila peserta meninggal dunia
sebelum memasuki usia pensiun.
b. Total iuran ditambah hasil investasinya apabila telah
memasuki usia pensiun.
2.6.4 Para peserta DPLK syariah memiliki beberapa hak, antara lain:
1. Menetapkan sendiri usia pensiun, umumnya antara 45 sampai
dengan 65 tahun.
2. Bebas menentukan pilihan atau perubahan jenis investasi.
3. Melakukan penarikan sejumlah iuran tertentu selama masa
kepesertaan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
4. Mendapatkan informasi saldo dana pensiun/statement setiap
periode tertentu, misalnya 6 bulan atau melalui telepon setiap
saat diinginkan.
5. Menunjuk dan mengganti pihak yang ditunjuk sebagai ahli
warisnya.
6. Memilih perusahaan asuransi jiwa guna memperoleh
pembayaran dana pensiun bulanan.
7. Mengalihkan kepesertaan ke DPLK lain.
8. Memperoleh manfaat pensiun.16
16 Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah (Jakarta: Media Group,
2009), 296.
24
2.7 Sumber dan Alokasi Dana Lembaga Keuangan Syariah
2.7.1 Sumber Lembaga Keuangan Syariah
Dana Lembaga Keuangan Syariah (LKS) adalah uang
tunai yang dimiliki atau dikuasai oleh LKS dalam bentuk tunai
atau aktiva lain yang dapat segera diubah menjadi uang tunai.
Uang tunai yang dimiliki atau dikuasai oleh LKS tidak hanya
berasal dari para pemilik LKS itu sendiri, tapi juga berasal dari
titipan atau penyertaan dana orang lain atau pihak lain yang
sewaktu-waktu atau pada suatu saat tertentu akan ditarik
kembali, baik sekaligus maupun secara berangsur-angsur.
Berdasarkan uraian tersebut maka sumber dana bank syariah
terdiri dari:
1. Modal inti (core capital)
Modal inti adalah dana modal sendiri yaitu dana yang berasal
para pemegang saham bank, yakni pemilik bank. Pada
umumnya dana modal inti terdiri dari:
2. Modal yang disetor oleh pemegang saham
Sumber utama dari modal perusahaan adalah saham. Sumber
dana ini hanya akan timbul apabila pemilik menyertakan
dananya pada bank melalui pembelian saham dan untuk
penambahan dana berikutnya dapat dilakukan oleh bank
dengan mengeluarkan dan menjual tambahan saham baru.
25
3. Cadangan
Adalah sebagian laba bank yang tidak dibagi, yang
disisihkan untuk menutup timbulnya resiko kerugian
dikemudian hari.
4. Laba ditahan
Adalah sebagian laba yang seharusnya dibagikan kepada
para pemegang saham, tetapi oleh pemegang saham sendiri
melalui Rapat Umum Pemegang Saham diputuskan untuk
diinvestasikan kembali dalam bank. Laba ditahan ini juga
merupakan cara untuk menambah dana modal lebih lanjut.
5. Kuasi ekuitas (mudharabah account).
Bank menghimpun dana berbagi hasil atas dasar prinsip
mudharabah yaitu akad kerjasama antara pemilik modal
(shahib al maal) dengan pengusaha (mudharib) untuk
melakukan suatu usaha bersama dan pemilik dana tidak
boleh mencampuri pengelolaan bisnis sehari-hari.
6. Titipan (wadiah)
Selain menerima dana investasi, bank juga menerima dana
titipan. Dana titipan adalah dana pihak ketiga yang dititipkan
pada bank yang umumnya berupa giro atau tabungan. Pada
umumnya motivasi utama orang menitipkan dana pada bank
adalah untuk keamanan dana mereka dan memperoleh
26
keleluasaan untuk menarik kembali dananya sewaktu-
waktu.17
2.7.2 Alokasi dana Lembaga Keungan Syariah (LKS)
Pada sisi alokasi dana Lembaga Keuangan Syariah harus
mempersiapkan strategi penggunaan dana-dana yang
dihimpunnya sesuai dengan rencana alokasi berdasarkan
kebijakan yang telah digariskan. Alokasi ini bertujuan untuk
mencapai tingkat profitabilitas yang cukup dan tingkat resiko
yang rendah dan mempertahankan kepercayaan masyarakat
dengan menjaga agar posisi likuiditas tetap aman.18
Alokasi dana
adalah menjual kembali dana yang diperoleh dari penghimpunan
dana dalam bentuk simpanan.19
Penyaluran dana kepada nasabah, secara garis besar
produk pembiayaan syariah terbagi ke dalam empat kategori
yang dibedakan berdasarkan tujuan penggunaannya, yaitu:
1. Pembiayaan dengan prinsip jual beli (Ba’i)
Prinsip jual beli dilaksanakan sehubungan dengan adanya
perpindahan kepemilikan barang atau benda. Tingkat
keuntungan bank ditentukan di depan dan menjadi bagian
harga atas barang yang dijual. Transaksi jual beli dapat
17 Muhammad, Manajemen Bank Syariah (Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2002),
232-233 18
Jeni Susyanti, Pengelolaan Lembaga Keuangan Syariah (Malang: Empat Dua,
2016), 31-32. 19 Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2010), 95
27
dibedakan berdasarkan bentuk pembayarannya dan waktu
penyerahan barangnya, yakni sebagai berikut:
a. Pembiayaan Murabahah
Bank bertindak sebagai penjual, sementara nasabah
sebagai pembeli. Harga jual adalah harga beli bank dari
pemasok ditambah keuntungan (margin). Kedua belah
pihak harus menyepakati harga jual dan jangka waktu
pembayaran. Harga jual dicantumkan dalam akad jual
beli dan jika telah disepakati tidak dapat berubah selama
berlakunya akad.
2. Pembiayaan dengan prinsip sewa (Ijarah)
Transaksi ijarah didasarkan pada perpindahan
manfaat. Pada dasarnya prinsip ijarah sama dengan prinsip
jual beli, tetapi yang membedakan adalah objek transaksinya.
Jika pada jual beli objek transaksinya adalah barang, maka
pada ijarah transaksinya adalah jasa. Pada akhir masa
sewanya, bank dapat saja menjual barang yang disewakannya
kepada nasabah, karena itu dalam perbankan syariah dikenal
ijarah muntahhiyah bittamlik yaitu, sewa yang diikuti dengan
perpindahan kepemilikan. Kesepakatan harga sewa dan harga
jual telah ditetapkan pada awal perjanjian.
28
3. Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil (syirkah)
Produk pembiayaan syariah yang didasarkan atas prinsip
bagi hasil adalah sebagai berikut:
a. Pembiayaan Musyarakah
Transaksi musyarakah dilandasi adanya keinginan para
pihak yang bekerja sama untuk meningkatkan nilai aset
yang mereka miliki secara bersama-sama. Semua bentuk
usaha yang melibatkan dua pihak atau lebih dimana
mereka secara bersama-sama memadukan seluruh bentuk
sumber daya. Secara spesifik bentuk kontribusi dari pihak
yang bekerja sama dapat berupa dana, barang
perdagangan (trading asset), kewiraswastaan
(enterpreneurship), kepandaian (skill), kepemilikan
(property), peralatan (equipment) atau intangible asset
(seperti hak paten atau goodwill), kepercayaan/reputasi
(credit worthiness) dan barang-barang lainnya yang dapat
dinilai dengan uang.
b. Pembiayaan Mudharabah
Mudharabah adalah bentuk kerja sama antara dua atau
lebih dimana pemilik modal (shahib al mall)
mempercayakan sejumlah modal kepada pengelola
(mudharib) dengan suatu perjanjian pembagian
keuntungan. Bentuk ini menegaskan kerja sama dalam
29
paduan kontribusi 100% modal kas shahib al mall dan
keahlian dari mudharib.
4. Pembiayaan dengan akad pelengkap
Untuk mempermudah pelaksanaan pembiayaan, biasanya
diperlukan juga akad pelengkap. Akad pelengkap ini tidak
ditujukan untuk mencari keuntungan, tapi ditujukan untuk
mempermudah pelaksanaan pembiayaan. Meskipun tidak
ditujukan untuk mencari keuntungan dalam akad pelengkap
ini dibolehkan untuk meminta pengganti biaya-biaya yang
dikeluarkan untuk akad ini. Berikut ini jenis-jenis tentang
akad pelengkap:
a. Wakalah
Aplikasinya wakalah pada perbankan, dapat terjadi
apabila nasabah memberikan kuasa kepada pihak bank
untuk mewakili dirinya melakukan pekerjaan jasa
tertentu. Misalnya pembukaan L/C, inkaso dan transfer
uang. Bank dan nasabah yang melakukan transaksi
tersebut harus cakap hukum.20
2.8 Manfaat Dana Pensiun
Manfaat dana pensiun yang berkaitan erat dengan tujuan
pemerintah yang bertujuan untuk mewujudkan keadilan sosial bagi
20 Adiwarman A. Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan (Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 2010), 97.
30
seluruh rakyat Indonesia. Dengan dana pensiun, ada upaya
penghimpunan dana sehingga masyarakat memperoleh penghasilan atau
pensiun meskipun sudah tidak bekerja lagi. Bagi pemberi kerja, dana
pensiun bermanfaat karena akan menyebabkan karyawan meningkatkan
motivasi dan ketenangan dalam bekerja sehingga dapat meningkatkan
produktivitas.
2.8.1 Manfaat dana pensiun bagi pemberi kerja dan karyawan adalah
sebagai berikut:
1. Kewajiban moral bagi pemberi kerja.
Sebagian perusahaan mempunyai kewajiban moral
memberikan ketenangan bagi karyawannya terutama pada
saat memasuki masa pensiun. Bagi perusahaan, karyawan
bukanlah hanya salah satu faktor produksi, melainkan asset
perusahaan yang harus mendapatkan penghargaan atas
loyalitas mereka pada perusahaan pemberi kerja. Menjadi
kewajiban moral bagi pemberi kerja untuk memberikan dana
pensiun pada saat karyawan telah memasuki masa pensiun.
Perusahaan dapat mengikutkan karyawan ke dalam program
pensiun atau membentuk dana pensiun untuk seluruh
karyawannya.
2. Loyalitas karyawan dalam kompetisi tenaga kerja.
Loyalitas karyawan akan semakin terlihat jika perusahaan
dapat memberikan jaminan atau kepastian terhadap masa tua
31
mereka, sehingga hal tersebut akan memberikan dampak
positif bagi peningkatan produktivitas karyawan. Selain itu,
perusahaan akan memenangkan kompetisi tenaga kerja yang
berkualitas dan akan menjadi penentu keunggulan bersaing.
3. Rasa aman dan motivasi bagi karyawan.
Rasa aman pada diri karyawan akan masa tuanya terutama
jaminan finansial, akan meningkatkan motivasi kerja
karyawan. Banyak yang meyakini bahwa motivasi kerja
tinggi yang timbul akan mampu meningkatkan produktivitas
perusahaan.21
2.8.2 Manfaat dana pensiun bagi perekonomian
Iuran dana pensiun merupakan sumber dana pembiayaan
domestik yang potensial. Dana pensiun ini mampu meningkatkan
kapasitas produksi nasional, terutama melalui investasi di pasar
modal. Peningkatan jumlah dana pensiun dalam perekonomian
yang sekaligus diikuti oleh meningkatnya peran pasar uang dan
pasar modal, akan memberikan banyak bagi berbagai pihak.
Manfaat bagi dunia usaha adalah tersedianya pemodal potensial,
di pihak lain pengelola program pensiun memiliki kesempatan
meningkatkan kesejahteraan anggotanya melalui keuntungan-
keuntungan investasinya.22
21 Ade Arthesa, Edia Handiman, Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank
(Jakarta: Indeks, 2006), 288. 22 Subagiyo, et al., Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya (Yogyakarta: Sekolah
Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN, 1999), 105.
32
2.9 Pengertian Pemberdayaan
Secara konseptual, pemberdayaan berasal dari kata kekuasaan
(power). Pemberdayaan meredistribusikan kekuasaan dari kaum
berdaya kepada kaum tidak berdaya. Pemberdayaan adalah suatu
proses menolong kelompok atau individu yang dirugikan untuk
bersaing dan berkarya secara efektif, karena semua orang mempunyai
kesempatan yang sama dalam berkompetisi dalam sebuah permainan
dimana semua permainan memiliki kesempatan untuk menang.23
Menurut Edi Suharto, Secara konseptual, pemberdayaan atau
pemerkuasaan (empowerment) berasal dari kata power (kekuasaan atau
keberdayaan), karena ide utama pemberdayaan bersentuhan dengan
kemampuan untuk membuat orang lain melakukan apa yang kita
inginkan, terlepas dari keinginan dan minat mereka. 24
Jim Ife meningkatkan kekuasaan atas mereka yang kurang
beruntung (empowerment aims to increase the power of
disadvantage).25
Pemberdayaan adalah Upaya mempersiapkan
23 Masykur Hakim dan tanu Widjaya, Model Masyarakat Madani, (Jakarta:
Intimedia Cipta Grafika, 2003), 16.
24 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat (Bandung:
Refika Aditama, 2005), 57. 25 Suhendra, Peranan Birokrasi dalam Pemberdayaan Masyarakat (Alfabeta:
Bandung, 2006), 77.
33
masyarakat agar mereka mampu mewujudkan kemajuan, kemandirian
dan kesejahteraan dalam suasana keadilan social yang berkelanjutan.26
Pemberdayaan adalah Sebuah proses dalam bingkai usaha
memperkuat apa yang lazim disebut community self-reliance atau
kemandirian. Dalam proses ini masyarakat didampingi untuk membuat
analisis masalah yang dihadapi, dibantu untuk menemukan alternatif
solusi masalah tersebut serta diperlihatkan strategi memanfaatkan
berbagai kemampuan yang dimiliki.27
Pemberdayaan adalah sebuah transisi dari rasa
ketidakberdayaan dalam kehidupan untuk kemudian aktif dan mandiri
dengan kenyataan untuk membangun kemampuan dalam mengambil
tindakan dan mengambil inisiatif untuk lingkungan dan masa depan.28
Dari beberapa pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa
pemberdayaan adalah suatu proses meningkatkan kehidupan suatu
individu atau kelompok masyarakat yang semula tidak menghasilkan
suatu karya dapat membuat sebuah hasil karya yang dapat
meningkatkat produktifitas dan dapat meningkatkan perekonomian
mereka.
26 Sumaryadi, Perencanaan Pembangunan Otonom dan Pemberdayaan Masyarakat
(Jakarta: Citra Utama, 2005), 11. 27 Abu Huraerah, Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat (Humaniora:
2008), 87. 28 Adib Susilo, “Model Pemberdayaan Masyarakat Persepektif Islam”, Jurnal
Falah, Vol. I No. 2 (Agustus 2016), 195.
34
2.10 Pemberdayaan Secara Ekonomi dalam Perspektif Islam
Pemberdayaan bukanlah suatu pemberian melainkan suatu
pembelajaran pengembangan pada pola pikir pribadi, yaitu sebuah
transisi dari rasa ketidakberdayaan dalam kehidupan untuk
kemudian hidup aktif dan mandiri dengan kenyataan untuk
membangun kemampuan dalam mengambil tindakan dan mengambil
inisiatif untuk lingkungan dan masa depan. Kemudian membangun
rasa kebersamaan sebagai sesama golongan yang harus selalu
terberdayakan sehingga terbentuk lingkungan yang kondusif untuk
saling bekerjasama dalam membangun kekuatan bersama, lalu
kebutuhan-kebutuhan pokoknya (material dan spiritual) akan selalu
dapat terpenuhi sehingga dapat menuntun diri mereka sendiri kepada
tatanan kehidupan yang berdaya dan sejahtera.29
Konsep pemberdayaan telah diterapkan oleh Rasulullah
SAW. beliau memberikan contoh terkait prinsip keadilan, persamaan
dan partisipasi di tengah-tengah masyarakat. Sikap toleransi yang
hakiki tadi sudah diterapkan sejak pemerintahan Rasulullah SAW,
sehingga mempunyai prinsip untuk selalu menghargai etos kerja,
saling tolong menolong bagi semua warga Negara untuk
melaksanakan ajaran-ajaran agama. Dengan adanya persamaan
29
Ibid, 16.
35
beserta kesempatan dalam berusaha maka tidak ada lagi kesenjangan
ekonomi dan sosial antara yang satu dengan yang lain.30
Secara garis besar terdapat dua pendekatan yang digunakan
Islam dalam pemberdayaan masyarakat:31
1. Pendekatan Parsial-Kontinu, yaitu pendekatan dengan cara
pemberian bantuan langsung, seperti kebutuhan pokok, sarana
dan prasarana.
2. Mengadakan upaya perubahan tingkah laku terhadap fakir
miskin yang sudah sadar dan bersemangat tadi, dengan
pendidikan keterampilan, meningkatkan kemampuan manajerial,
pengetahuan-pengetahuan melalui pelatihan, penyuluhan,
pendampingan, pengembangan teknologi, stimulant, informasi
dan keteladanan.
3. Mengupayakan perubahan status melalui perwujudan komitmen
kemitraan dan suntikan dana seperti modal usaha secara
struktural, setelah sudah terampil dan aktif.
30 Ibid, 18. 31 Afzalur, Doktrin Ekonomi Islam, (Yogyakarta: CV. Taberi, 1995), 74-75.