bab ii tinjauan pustaka 2.1 penelitian terdahulueprints.umm.ac.id/38450/3/bab ii.pdfpersonel...

20
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Syahelmi (2009) menyatakan bahwa metode analisis kualitatif deskriptif dengan kesimpulan perusahaan dijalankan dengan prinsip integritas, profesionalisme, kepuasan nasabah, keteladanan dan penghargaan kepada sumber daya manusia. Prosedur pemberian kredit oleh perusahaan sudah sangat baik, dimana prosedur pemberian kredit sangat sederhana, tidak berbeli-belit dan relatif singkat. Dalam menghadapi kredit macet perusahaan sudah berupaya untuk menyelesaikan kredit tersebut dengan berbagai cara tergantung dari kondisi nasabah atau penyebab kredit tersebut macet. Ernawati (2004), hasil dari penelitian yang dilakukan menyatakan secara umum sistem pengendalian pemberian kredit masih ada kelemahan. Hal ini bisa dilihat dari sistem pengendalian intern yang masih adanya perangkapan jabatan karyawan, sehingga tidak ada pembagian tugas yang jelas. Kemudian tidak diberikannya cuti pada karyawan untuk menghilangkan kejenuhan dalam bekerja. Fibriyanti (2006), diperoleh hasil bahwa dalam penyaluran kredit agar sesuai dengan target yang telah di terapkan masih ada kelemahan. Hal ini dapat dilihat pada struktur organisasi, prosedur dan sistem kredit, pengendalian intern pada BPR masih terdapat perangkapan jabatan serta belum adanya pemisahan

Upload: others

Post on 10-Nov-2020

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/38450/3/BAB II.pdfpersonel organisasi tentang pengendalian, lingkungan pengendalian mencerminkan sikap dan tindakan

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Syahelmi (2009) menyatakan bahwa metode analisis kualitatif deskriptif

dengan kesimpulan perusahaan dijalankan dengan prinsip integritas,

profesionalisme, kepuasan nasabah, keteladanan dan penghargaan kepada

sumber daya manusia. Prosedur pemberian kredit oleh perusahaan sudah sangat

baik, dimana prosedur pemberian kredit sangat sederhana, tidak berbeli-belit

dan relatif singkat. Dalam menghadapi kredit macet perusahaan sudah

berupaya untuk menyelesaikan kredit tersebut dengan berbagai cara tergantung

dari kondisi nasabah atau penyebab kredit tersebut macet.

Ernawati (2004), hasil dari penelitian yang dilakukan menyatakan secara

umum sistem pengendalian pemberian kredit masih ada kelemahan. Hal ini

bisa dilihat dari sistem pengendalian intern yang masih adanya perangkapan

jabatan karyawan, sehingga tidak ada pembagian tugas yang jelas. Kemudian

tidak diberikannya cuti pada karyawan untuk menghilangkan kejenuhan dalam

bekerja.

Fibriyanti (2006), diperoleh hasil bahwa dalam penyaluran kredit agar

sesuai dengan target yang telah di terapkan masih ada kelemahan. Hal ini dapat

dilihat pada struktur organisasi, prosedur dan sistem kredit, pengendalian intern

pada BPR masih terdapat perangkapan jabatan serta belum adanya pemisahan

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/38450/3/BAB II.pdfpersonel organisasi tentang pengendalian, lingkungan pengendalian mencerminkan sikap dan tindakan

6

tugas dan tanggung jawab pada bagian kredit sehingga masing-masing belum

menjalankan tugas secara efektif.

Maryati (2009), menyatakan bahwa hasil penelitian yang dilakukan adalah

pengendalian internal dalam menunjang efektivitas pada perusahaan tidak ada

karyawan yang merangkap jawaban, sistem pengendalian internal yang

diterapkan perusahan sudah baik karena struktur organisasinya sudah

memisahkan dan tanggung jawab wewenang secara jelas.

Firmansyah (2013), hasil dari penelitian yang didapatkan adalah prosedur

pemberian kredit pada PT. BPR Armindo Kencana sudah berjalan dengan baik

namun pada strukturnya tidak terdapat bagian penagihan, perusahaan

mempunyai karyawan yang baik dan sesuai dengan bidangnya.

Aringga (2014), menganalisis pengendalian internal pada fungsi

pemberian kredit PT.Bank Jatim cabang Kepanjen, penelitian ini menggunakan

metode diskriptif dengan pendekatan studi kasus, hasil penelitian ini

menunjukan bahwa sistem pengendalian internal pada perusahaan belum

memenuhi unsur unsur sistem pengendalian internal yang baik, ini dibuktikan

pada struktur organisasi yaitu adanya perangkapan tugas antara pimpinan

cabang dan pimpinan operasional dan kesamaan tugas antara staf pemasaran

dana dan kredit dengan staf analisis kredit.

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Sistem Pengendalian Intern

Muhammad dan Wibowo (2011:96) mengemukakan bahwa, pengendalian

internal adalah suatu sistem dan prosedur yang secara otomatis dapat saling

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/38450/3/BAB II.pdfpersonel organisasi tentang pengendalian, lingkungan pengendalian mencerminkan sikap dan tindakan

7

memeriksa, dalam arti bahwa data akuntansi yang dihasilkan oleh suatu bagian

atau fungsi secara otomatis dapat diperiksa oleh bagian atau fungsi lain dalam

suatu organisasi atau satuan usaha.

Pengendalian intern memiliki arti yang sangat luas. Menurut Mulyadi

pengendalian intern meliputi struktur organisasi, mengecek ketelitian dan

keandalan data akuntansi mendorong efisiensi dan mendorong dipatuhi

manajemen. Pengendalian intern meliputi memiliki tujuan untuk menjaga

kekayaan perusahaan memeriksa dan mengawasi kebenaran data akuntansi yang

ada dalam perusahaan.

2.2.2 Tujuan Umum Sistem Pengendalian Intern

Menurut Bank Indonesia dalam Pedoman Standard Sistem Pengendalian

Intern Bagi Bank Umum (2003) meyatakan bahwa tujuan dari pengendalian intern

sebagai berikut:

a. Kepatuhan terhadap peraturan dan perundang-undangan yang berlaku (tujuan

kepatuhan).

Tujuan kepatuhan adalah untuk menjamin bahwa semua kegiatan usaha

bank telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan dan peraturan perundang-

undangan yang berlaku, baik ketentuan yang dikeluarkan oleh pemerintah,

otoritas pengawasan bank maupun kebijakan, ketentuan, dan prosedur intern

yang ditetapkan oleh bank.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/38450/3/BAB II.pdfpersonel organisasi tentang pengendalian, lingkungan pengendalian mencerminkan sikap dan tindakan

8

b. Tersedianya informasi keuangan dan manajemen yang benar, lengkap dan tepat

waktu (tujuan informasi).

Tujuan informasi adalah untuk menyediakan laporan yang benar, lengkap,

tepat waktu dan relevan yang diperlukan dalam rangka pengambilan keputusan

yang tepat dan dapat dipertanggung jawabkan.

c. Efisiensi dan efektivitas dari kegiatan usaha bank (tujuan operasional).

Tujuan operasional dimaksudkan untuk meningkatkan efektivitas dan

efisiensi dalam menggunakan aset dan sumber daya lainnya dalam rangka

melindungi bank dari risiko kerugian.

d. Meningkatkan efektivitas budaya risiko (risk culture) pada organisasi secara

menyeluruh (tujuan budaya risiko).

Tujuan budaya risiko dimaksudkan untuk mengidentifikasi kelemahan dan

menilai penyimpangan secara dini dan menilai kembali kewajaran kebijakan

dan prosedur yang ada di bank secara berkesinambungan.

2.2.3 Komponen-Komponen Pengendalian Intern

Komponen dalam pengendalian intern menurut Winarno (1994:89), ada

beberapa :

a. Lingkungan pengendalian

Lingkungan pengendalian merupakan pondasi bagi komponen pengendalian

yang lain. Komponen ini paling menonjol adalah gaya manajemen dalam

menjalankan perusahaan.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/38450/3/BAB II.pdfpersonel organisasi tentang pengendalian, lingkungan pengendalian mencerminkan sikap dan tindakan

9

b. Pencegahan resiko

Manajemen harus mengidentifikasi dan kemudian mencegah berbagai resiko

yang mengancam.

c. Kegiatan pengendalian

Kegiatan pengendalian meliputi penerapan berbagai prosedur yang akan

dipatuhi oleh pihak manajemen.

d. Informasi dan komunikasi

Data yang ada dalam perusahaan dikumpulkan dan dikomunikasikan dengan

berbagai pihak yang memerlukan data tersebut dan akan menjadi informasi

perusahan yang disediakan untuk pihak-pihak yang berkepentingan dalam

perusahaan.

e. Pemantauan

Pemantauan adalah kegiatan yang akan menjamin berjalannya kualitas yang

baik dalam perusahaan.

2.2.4 Ciri-ciri Sistem Pengendalian Internal Yang Baik

Menurut Mulyadi (2002:164) ada 4 ciri-ciri Sistem Pengendalian Internal yang

baik, yaitu:

a. Struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsional secara tepat

atau struktur organisasi harus dimiliki oleh setiap perusahaan sesuai dengan

kebutuhan perusahaan. Struktur organisasi yang baik adalah yang sederhana

dan fleksibel. Bila ada perkembangan atau perluasan perusahaan tidak

mengganggu secara berarti struktur yang telah ada, seperti adanya pemisahan

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/38450/3/BAB II.pdfpersonel organisasi tentang pengendalian, lingkungan pengendalian mencerminkan sikap dan tindakan

10

yang tegas antara fungsi operasi, fungsi penyimpanan dan fungsi pencatatan

(termasuk pemeriksaan intern). Pemisahan ini menciptakan informasi yang

wajar, mencegah terjadinya manipulasi pencatatan yang dilakukan oleh bagian

operasi. Namun ini tidak berarti bahwa masing-masing bagian dilarang

mengadakan kerjasama yang baik untuk kelancaran operasi perusahaan.

b. Sistem Pemberian Wewenang Serta Prosedur Pencatatan Yang Layak

Penetapan tanggung jawab harus dibarengi oleh pelimpahan wewenang yang

seimbang agar tanggung jawab dapat dipenuhi sewajarnya. Dalam pelaksanaannya

harus memiliki media untuk mengawasi pencatatan dari kegiatan dan transaksi.

Hal ini diciptakan melalui perencanaan daftar-daftar dan formulir yang sesuai,

perencanaan arus pembukuan serta prosedur persetujuan yang logis.

c. Praktik Yang Sehat Harus Diikuti Dalam Melaksanakan Tugas dan Fungsi Dari

Setiap Bagian Organisasi

Praktik yang sehat adalah setiap pegawai dalam perusahaan melaksanakan

tugasnya sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. Praktik yang sehat diikuti

dalam pelaksanaan tugas dan fungsi setiap bagian dalam organisasi akan besar

sekali pengaruhnya atas efisiensi sistem pengawasan intern dan efisiensi usaha.

Ada beberapa cara yang umumnya ditempuh oleh perusahaan dalam menciptakan

praktik yang sehat, diantaranya sebagai berikut:

a) Penggunaan formulir bernomor urut tercetak yang pemakaiannya harus

dipertanggung jawabkan oleh pihak yang berwenang.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/38450/3/BAB II.pdfpersonel organisasi tentang pengendalian, lingkungan pengendalian mencerminkan sikap dan tindakan

11

b) Pemeriksaan mendadak dilaksanakan tanpa pemberitahuan lebih dahulu

kepada pihak yang akan diperiksa, dengan jadwal yang tidak teratur.

c) Perputaran jabatan diadakan secara rutin agar dapat menjaga independensi

pejabat dalam melaksanakan tugasnya sehingga persekongkolan diantara

mereka dapat dihindari dan sebagainya.

d. Pegawai Yang Kualitasnya Seimbang Dengan Tanggung Jawabnya

Sistem pengawasan intern yang bersifat secara wajar tidak saja tergantung pada

rencana organisasi yang efektif, sistem pemberian wewenang dan prosedur

pencatatan yang memadai dan praktik yang sehat, tetapi juga tergantung pada

kemampuan, pengalaman serta kejujuran pegawai untuk melaksanakan

prosedur yang telah ditentukan secara baik. Pimpinan harus mengadakan

analisis terhadap posisi dan syarat yang dituntut, menyusun program latihan

pegawai dan menetapkan sistem penilaian prestasi karyawan.

Pengendalian intern berfungsi melindungi aset yang dimiliki perusahan,

menjaga ketepatan informasi akuntansi perusahaan.

2.2.5 Unsur-Unsur Sistem Pengendalian Intern

Menurut Mulyadi (2002:175) adapun unsur-unsur Sistem Pengendalian Intern

yaitu:

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/38450/3/BAB II.pdfpersonel organisasi tentang pengendalian, lingkungan pengendalian mencerminkan sikap dan tindakan

12

1. Lingkungan Pengendalian

Lingkungan pengendalian intern merupakan alat untuk menciptakan suasana

pengendalian dalam suatu organisasi dan harus mampu mempengaruhi kesadaran

personel organisasi tentang pengendalian, lingkungan pengendalian

mencerminkan sikap dan tindakan manajemen. Lingkungan pengendalian adalah

menetapkan corak suatu organisasi, mempengaruhi kesadaran pengendalian

orang-orangnya. Lingkungan pengendalian mencakup adanya integritas dan nilai

etika, komitmen terhadap kompetensi, partisipasi dewan komisaris atau komite

audit, filosofi dan gaya operasi manajemen, struktur organisasi, pemberian

wewenang dan tanggung jawab, kebijakan dan praktik sumber daya manusia.

2. Penaksiran Resiko

Penaksiran resiko untuk tujuan pelaporan keuangan adalah identifikasi, analisis

dan pengelolaan, serta resiko entitas yang berkaitan dengan penyusunan laporan

keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum. Penaksiran resiko

bagi manajemen juga harus mempertimbangkan masalah biaya dan manfaat yang

akan dicapai. Resiko dapat timbul atau berubah karena keadaan berikut ini:

a. Perubahan dalam lingkungan operasi

b. Personel baru

c. Sistem informasi yang baru atau diperbaiki

d. Pertumbuhan yang pesat

e. Teknologi baru

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/38450/3/BAB II.pdfpersonel organisasi tentang pengendalian, lingkungan pengendalian mencerminkan sikap dan tindakan

13

3. Aktivitas Pengendalian

Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang dibuat untuk

memberikan keyakinan bahwa petunjuk yang dibuat oleh manajemen telah

dilaksanakan, sehingga resiko dalam mencapai tujuan dapat diminimalkan.

Aktivitas pengendalian adalah kebijaksanaan dan prosedur yang membantu

meyakinkan bahwa tindakan yang diperlukan telah dilaksanakan untuk

menghadapi resiko dalam mencapai tujuan entitas. Aktivitas pengendalian

memiliki berbagai tujuan dan diterapkan diberbagai tingkat organisasi dan fungsi.

Umumnya aktivitas pengendalian berkaitan dengan otorisasi transaksi dan

kegiatan yang memadai, pemisahan tugas, desain dan penggunaan dokumen serta

catatan yang memadai, penjagaan asset dan catatan yang memadai, serta

pemeriksaan independen atas kinerja.

4. Informasi dan Komunikasi

Sistem akuntansi yang mengandung prosedur-prosedur yang mesti ditaati oleh

personel perusahaan harus mampu memberikan informasi yang akurat kepada

pihak yang membutuhkannya terutama bagi manajemen dan dapat menjalin

komunikasi antar bagian yang ada sehingga didapat pelaksanaan yang seragam.

Kualitas informasi yang dihasilkan oleh sistem berdampak kemampuan

manajemen untuk mengambil keputusan seharusnya dalam mengelola dan

mengendalikan aktivitas entitas dan untuk menyusun laporan keuangan yang

andal. Sedangkan komunikasi mencakup pemberian pemahaman atas peran dan

tanggung jawab individual berkenaan dengan pengendalian intern atas pelaporan

keuangan. Komunikasi meliputi luasnya pemahaman personel tentang bagaimana

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/38450/3/BAB II.pdfpersonel organisasi tentang pengendalian, lingkungan pengendalian mencerminkan sikap dan tindakan

14

aktivitas mereka dalam sistem informasi pelaporan keuangan berkaitan dengan

pekerjaan orang lain dan cara pelaporan penyimpangan.

5. Pemantauan

Pemantauan adalah proses penilaian kualitas kinerja struktur pengendalian

intern yang diterapkan untuk mencapai tujuan dan ditinjau sewaktu-waktu apabila

kelayakannya tidak sesuai lagi dengan situasi yang ada. Sistem pemantauan yang

efektif dan efesien yang akan menghindari timbulnya piutang tak tertagih.

2.2.6 Hubungan Sistem Informasi Akuntansi dengan Pengendalian Intern

Sistem informasi akuntansi merupakan sistem yang direncanakan untuk

mengontrol semua aktivitas akuntansi yang dilakukan dan akan menghasilkan

informasi yang berguna untuk pihak intern dan ekstern perusahaan. sedangan

pengendalian intern adalah aktivitas yang dilakukan untuk mengawasi,

mengevaluasi yang terjadi agar tidak terjadinya penyelewengan dalam

perusahaan. Semakin kecil kesalahan atau menyimpangan yang dilalukan maka

semakin baik sistem pengendalian intern yang ada dalam perusahaan. Pada intinya

sistem informasi akuntansi akan lebih efektif dalam perusahaan bila sistem

pengendalian intern dalam perusahaan tersebut baik. Karena dengan sistem

pengendalian yang baik maka perusahaan dapat mengevaluasi sistem informasi

akuntansi yang baik.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/38450/3/BAB II.pdfpersonel organisasi tentang pengendalian, lingkungan pengendalian mencerminkan sikap dan tindakan

15

2.2.7 Sistem Pengendalian untuk Kredit

Peranan sistem pengendalian intern bank atau lembaga yang mengelola

keuangan dimana aktiva berupa uang adalah sangat penting, dengan adanya sistem

pengendalian intern diharapkan pemberian kredit dapat berjalan dengan baik, hal

hal yang akan diterapkan atas pemberian kredit menurut hartadi (1992:174) adalah

sebagai berikut:

a) Dapat dihindarinya kegagalan dalam pemberian kredit pada kreditur.

b) Akan memudahkan manajemen dalam mengambil kebijakan dalam pemberian

kredit secara tepat dan cepat.

c) Memudahkan manajemen untuk mengetahui dengan cepat dan mencegah

terjadinya kesalahan dan penyelewengan yang merugikan perusahaan.

2.2.8 Standard Operating Procedure Bank

Standard operating procedure dapat didefinisikan sebagai dokumen tertulis yang

memuat prosedur kerja secara rinci, tahap demi tahap dan sistematis bank. SOP

merupakan serangkaian instruksi yang tertulis tentang kegiatan rutin yang

dilakukan oleh sebuah bank. Standard operating procedure memiliki beberapa

fungsi yang dapat dijadikan acuan dalam sebuah bank yaitu :

1. Pedoman pimpinan melakuan pengawasan.

2. Pembanding untuk perubahan yang lebih baik.

3. Dasar hukum yang dapat digunakan untuk kebaikan semua pihak.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/38450/3/BAB II.pdfpersonel organisasi tentang pengendalian, lingkungan pengendalian mencerminkan sikap dan tindakan

16

2.2.9 Pengertian Kredit

Menurut Saraswati (2012:3) istilah kredit berasal dari bahasa Yunani, Credere

yang berarti kepercayaan (Truth atau Faith). Oleh karena itu dasar dari kredit

adalah adanya kepercayaan. Seseorang atau badan usaha yang memberikan kredit

(kreditur) memberikan kepercayaan bahwa penerima kredit (debitur) di masa

mendatang akan sanggup memenuhi segala sesuatu yang telah disepakati kedua

pihak.

Menurut Kasmir (2002:98-99) aspek-aspek yang perlu dinilai dalam pemberian

suatu fasilitas kredit yaitu:

a. Aspek Yuridis/hukum, tujuannya adalah untuk menilai keaslian dan keabsahan

dokumen-dokumen yang diajukan oleh pemohon kredit. Penilaian aspek ini

juga dimaksudkan agar jangan sampai dokumen yang diajukan palsu atau

dalam kondisi sengketa, sehingga menimbulkan masalah.

b. Aspek Pemasaran, merupakan aspek untuk menilai apakah kredit yang dibiayai

akan laku dipasar dan bagaimana strategi pemasaran yang akan dilakukan.

Dalam aspek ini yang akan dinilai adalah prospek usaha sekarang dan dimasa

yang akan datang.

c. Aspek Keuangan, tujuannya untuk menilai keuangan perusahaan yang diihat

dari laporan keuangan yaitu neraca dan laporan laba rugi (laba tiga tahun

terakhir).

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/38450/3/BAB II.pdfpersonel organisasi tentang pengendalian, lingkungan pengendalian mencerminkan sikap dan tindakan

17

d. Aspek teknis atau operasi, dalam aspek ini yang dinilai adalah masalah lokasi,

kemudian kelengkapan sarana dan prasarana yang dimiliki, termasuk lay out

gedung dan ruangan.

e. Aspek Manajemen, untuk menilai pengalaman peminjam dalam mengelola

usahanya, termasuk sumber daya manusia yang dimilikinya.

f. Aspek Sosial Ekonomi, untuk menilai dampak usaha yang diberikan terutama

bagi masyarakat luas baik ekonomi maupun sosial.

g. Aspek AMDAL, aspek ini sangat penting dalam rangka apakah usaha yang

dibuatnya sudah menuai kriteria analisis dampak lingkungan tersebut.

2.2.10 Tujuan Kredit

Menurut Kasmir (2002:105) pemberian suatu fasilitas kredit mempunyai

beberapa tujuan yang hendak dicapai yang tentunya tergantung dari tujuan bank

itu sendiri. Tujuan pemberian kredit tidak akan terlepas dari misi bank tersebut

didirikan, adapun tujuan kredit adalah:

a. Mencari Keuntungan, tujuan utama pemberian kredit adalah untuk

memperoleh keuntungan. Hasil keuntungan ini diperoleh dalam bentuk bunga

yang diterima oleh bank sebagai balas jasa dan biaya administrasi kredit yang

dibebankan kepada nasabah. Oleh karena itu sangat penting bagi bank untuk

memperbesar keuntungan mengingat biaya operasional bank juga relatif cukup

besar.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/38450/3/BAB II.pdfpersonel organisasi tentang pengendalian, lingkungan pengendalian mencerminkan sikap dan tindakan

18

b. Membantu Usaha Nasabah, adapun tujuannya yaitu untuk membantu usaha

nasabah yang memerlukan dana, baik dana untuk investasi maupun dana untuk

modal kerja. Dengan dana tersebut, maka pihak debitur akan dapat

mengembangkan dan memperluas usahanya. Dalam hal ini baik bank maupun

nasabah sama-sama diuntungkan.

c. Membantu Pemerintah, tujuannya adalah membantu pemerintah dalam

berbagai bidang. Bagi pemerintah semakin banyak kredit yang disalurkan oleh

pihak perbankan maka semakin baik mengingat semakin banyak kredit berarti

adanya pengeluaran dana dalam rangka peningkatan pembangunan diberbagai

sektor terutama sektor riil.

2.2.11 Unsur-Unsur Kredit

Menurut Abdulkadir dan Rilda (2000:59) adapun unsur-unsur yang

terkandung tersebut dalam pemberian kredit yaitu:

a. Kepercayaan

Analisis yang dilakukan terhadap permohonan kredit yang akan diberikan itu

dapat dikembalikan sesuai dengan persyaratan yang disepakati bersama.

b. Agunan

Setiap kredit yang akan diberikan selalu disertai barang yang berfungsi sebagai

jaminan bahwa kredit yang akan diterima oleh calon debitur pasti akan dilunasi

dan ini meningkatkan kepercayaan pihak bank.

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/38450/3/BAB II.pdfpersonel organisasi tentang pengendalian, lingkungan pengendalian mencerminkan sikap dan tindakan

19

c. Jangka Waktu

Pengembalian kredit didasarkan pada jangka waktu tertentu yang layak, setelah

jangka waktu berakhir kredit dilunasi.

d. Risiko

Jangka waktu pengembalian kredit mengandung risiko terhalang, atau

terlambat, atau macetnya pelunasan kredit, baik di sengaja atau tidak sengaja,

risiko ini menjadi beban bank.

e. Bunga Bank

Setiap pemberian kredit selalu disertai imbalan jasa berupa bunga yang wajib

dibayar oleh calon debitur, dan ini merupakan keuntungan yang diterima oleh

bank.

2.2.12 Macam-Macam Kredit

Menurut Aidil (2014:30) Untuk membedakan kredit menurut faktor -faktor

dan unsur-unsur yang ada dalam pengertian kredit, maka perbedaan kredit dapat

dibedakan atas dasar:

a. Sifat penggunaan kredit.

a) Kredit Konsumtif, adalah kredit yang digunakan untuk keperluan konsumsi

atau uang akan habis terpakai untuk memenuhi kebutuhannya.

b) Kredit Produktif, adalah kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha,

baik usaha-usaha produksi, perdagangan maupun investasi.

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/38450/3/BAB II.pdfpersonel organisasi tentang pengendalian, lingkungan pengendalian mencerminkan sikap dan tindakan

20

b. Keperluan kredit.

a) Kredit produksi, kredit ini diperlukan perusahaan untuk meningkatkan

produksi baik peningkatan kuantitatif yaitu jumlah hasil produksi maupun

peningkatan kualitatif yaitu peningkatan kuantitas atau mutu hasil produksi.

b) Kredit Perdagangan, kredit ini dipergunakan untuk keperluan perdagangan

pada umumnya yang berarti peningkatan utility of place dari suatu barang,

barang-barang yang diperdagangkan ini juga diperlukan bagi industri.

c) Kredit Investasi, kredit yang diberikan kepada para pengusaha untuk

investasi, berarti untuk penambahan modal dan kredit bukan untuk

keperluan perbaikan ataupun penambahan barang modal atau fasilitas-

fasilitas yang erat hubungannya dengan itu. Misalnya untuk membangun

pabrik.

c. Kredit menurut Jaminan.

Kredit ini pada umumnya ada dua yaitu:

a) Kredit tanpa jaminan, sering juga disebut kredit blangko.

b) Kredit jaminan, kredit jenis inilah yang digunakan oleh kebanyakan bank di

Indonesia yaitu memberikan kredit jaminan. Jaminan kredit dapat berupa

tanah, rumah, pabrik dan atau mesin-mesin pabrik, perusahaan serta surat

berharga.

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/38450/3/BAB II.pdfpersonel organisasi tentang pengendalian, lingkungan pengendalian mencerminkan sikap dan tindakan

21

d. Kredit Menurut Jangka Waktu Kredit.

a) Kredit jangka pendek, yaitu kredit yang berjangka waktu selama-lamanya

satu tahun. Jadi pemakaiannya tidak melebihi satu tahun.

b) Kredit jangka menengah, yaitu kredit yang jangka waktunya antara satu

sampai tiga tahun.

c) Kredit jangka panjang, yaitu kredit yang jangka waktunya lebih dari tiga

tahun.

2.2.13 Ruang lingkup perkreditan

Pengambilan keputusan untuk melaksanakan penarikan dan penyaluran kredit

tidak mudah, karena kesalahan kebijakan yang diambil akan dapat membawa

dalam likuiditas yang rendah. BPR yang memberikan hutang juga membawa

resiko yang tinggi, resiko ini juga dipengaruhi oleh beberapa faktor misalnya

tingginya biaya penagihan kemungkinan kerugian piutang tak tertagih dan

sebagainya.

2.2.14 Aspek Pertimbangan Pemberian Kredit

Dalam pemberian kredit harus dipertimbangkan resiko kredit yang akan

diambil, seorang manajer kredit yang baik harus dapat memperkirakan

probabilitas kegagalan daripada pemakaian kredit yang akan diberikan. Dalam hal

ini menurut suhardjono (2003:173) mengemukakan beberapa faktor yang perlu

dipertimbangkan dalam penilaian kredit yaitu:

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/38450/3/BAB II.pdfpersonel organisasi tentang pengendalian, lingkungan pengendalian mencerminkan sikap dan tindakan

22

a) Character (kepribadian) untuk mengetahui sejauh mana tingkat kejujuran dan

juga tekad dari calon debitur.

b) Capacity (kemampuan) kemampuan debitur untuk melunasi kewajiban dari

kegiatan usaha yang dilakukan dan dibiayai dengan kredit dari lembaga

perkreditan.

c) Capital (modal) dana yang dimiliki sendiri oleh debitur yang harus diteliti oleh

kreditur untuk mengetahui sejauh mana modal yang dimiliki yang digunakan

untuk mengukur tingakt resiko likuiditas dan solvabilitas.

d) Collateral (jaminan) barang jaminan yang akan diserahkan debitur kepada

kreditur sebagai jaminan atas kredit yang diterimanya.

e) Condition of economy (kondisi) situasi dan kondisi politik, sosial, ekonomi,

budaya dan lain lainnya yang mempengaruhi keadaan perekonomian pada

suatu saat atau kurun waktu yang kemungkinan akan dipengaruhi oleh

kelancaran usaha debitur.

2.2.15 Ukuran Efektivitas Sistem Pengendalian Intern pada Bank

Menurut kamus bahasa besar Indonesia, kata efektif mempunyai arti efek,

pengaruh, akibat atau dapat membawa hasil. Jadi, efektivitas adalah keaktifan,

daya guna, adanya kesesuaian dalam suatu kegiatan orang yang melaksanakan

tugas dengan sasaran yang dituju. Efektivitas pada dasarnya menunjukkan pada

taraf tercapainya hasil, sering atau senantiasa dikaitkan dengan pengertian efisien,

meskipun sebenarnya ada perbedaan diantara keduanya. Efektivitas menekankan

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/38450/3/BAB II.pdfpersonel organisasi tentang pengendalian, lingkungan pengendalian mencerminkan sikap dan tindakan

23

pada hasil yang dicapai, sedangkan efisiensi lebih melihat pada bagaimana cara

mencapai hasil yang dicapai itu dengan membandingkan antara input dan

outputnya.

Menurut Sondang dalam Othenk (2008), efektivitas adalah pemanfaatan

sumber daya, sarana dan prasarana dalam jumlah tertentu yang secara sadar

ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah barang atas jasa kegiatan

yang dijalankannya. Efektivitas menunjukkan keberhasilan dari segi tercapai

tidaknya sasaran yang telah ditetapkan. Jika hasil kegiatan semakin mendekati

sasaran, berarti makin tinggi efektivitasnya. Sejalan dengan pendapat tersebut,

Abdurahmat dalam Othenk (2008), efektivitas adalah pemanfaatan sumber daya,

sarana dan prasarana dalam jumlah tertentu yang secara sadar ditetapkan

sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah pekerjaan tepat pada waktunya. Dapat

disimpulkan bahwa efektivitas berkaitan dengan terlaksananya semua tugas

pokok, tercapainya tujuan, ketepatan waktu, dan partisipasi aktif dari anggota

serta merupakan keterkaitan antara tujuan dan hasil yang dinyatakan, dan

menunjukan derajat kesesuaian antara tujuan yang dinyatakan dengan hasil yang

dicapai.

Menurut Bank Indonesia dalam Pedoman Standart Sistem Pengendalian

Intern Bagi Bank Umum (2003) meyatakan bahwa tujuan dari pengendalian intern

sebagai berikut:

a. Kepatuhan terhadap peraturan dan perundang-undangan yang berlaku (tujuan

kepatuhan).

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/38450/3/BAB II.pdfpersonel organisasi tentang pengendalian, lingkungan pengendalian mencerminkan sikap dan tindakan

24

b. Tersedianya informasi keuangan dan manajemen yang benar, lengkap dan tepat

waktu (tujuan informasi).

c. Efisiensi dan efektivitas dari kegiatan usaha bank (tujuan operasional).

d. Meningkatkan efektivitas budaya risiko (risk culture) pada organisasi secara

menyeluruh (tujuan budaya risiko).

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa efektivitas sistem

pengendalian intern pada bank dapat diukur dari salah satu ketercapaian tujuan

sistem pengendalian intern bank.