pengelolaan agroekosistem dalam pengendalian opt berdasarkan konsep pengendalian hayati

24
PENGELOLAAN AGROEKOSISTEM DALAM PENGENDALIAN HAMA TERPADU SEBAGAI PERAN MANUSIA UNTUK KESEIMBANGAN ALAM DAN LINGKUNGAN DALAM ISLAM Oleh Nama : Elvrado Wega Senturi NIM : 125040201111016 Kelas : F Dosen : Khalid Rahman S.PdI M.PdI PROGRAMSTUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

Upload: elvrado-wega-s

Post on 19-Jan-2016

507 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

PAI

TRANSCRIPT

Page 1: Pengelolaan Agroekosistem Dalam Pengendalian Opt Berdasarkan Konsep Pengendalian Hayati

PENGELOLAAN AGROEKOSISTEM DALAM PENGENDALIAN HAMA

TERPADU SEBAGAI PERAN MANUSIA UNTUK KESEIMBANGAN ALAM DAN

LINGKUNGAN DALAM ISLAM

Oleh

Nama : Elvrado Wega Senturi

NIM : 125040201111016

Kelas : F

Dosen : Khalid Rahman S.PdI M.PdI

PROGRAMSTUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2014

Page 2: Pengelolaan Agroekosistem Dalam Pengendalian Opt Berdasarkan Konsep Pengendalian Hayati

BAB I

PENDAHULUAN

Memasuki abad 21, masyarakat dunia mulai sadar akan bahaya yang ditimbulkan oleh

pemakaian bahan kimia sintetis dalam pertanian. Orang semakin arif dalam memilih bahan

pangan yang aman bagi kesehatan dan ramah lingkungan. Gaya hidup sehat dengan slogan

back to nature telah menjadi trend baru dan meninggalkan pola hidup lama yang

menggunakan bahan kimia non alami, seperti pupuk, pestisida kimia sintetis dan hormon

tumbuh dalam produksi pertanian. Oleh karena itu, penerapan teknologi pertanian yang

berwawasan lingkungan harus mendapat perhatian dari semua pihak, sebagai landasan

pembangunan pertanian berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. Pola pembangunan

pertanian seperti ini, selain harus dapat memelihara tingkat produksi, juga harus mampu

mengurangi dampak kegiatan pertanian yang dapat menimbulkan pencemaran dan penurunan

kualitas lingkungan hidup. Salah satu kegiatan nyata yang perlu dilakukan adalah dengan

menjaga produksi pertanian dari gangguan organisme pengganggu tanaman (OPT) serta

memperhatikan jasa-jasa ekologis yang diemban oleh keanekaragaman hayati pertanian,

seperti jasa penyerbukan, jasa penguraian dan jasa pengendali hayati (Tobing, 2009).

Organisme penganggu tanaman (OPT) merupakan faktor pembatas produksi tanaman

di Indonesia baik tanaman pangan, hortikultura maupun perkebunan. Organisme pengganggu

tanaman merupakan salah satu penghambat produksi dan penyebab ditolaknya produk

tersebut masuk ke suat negara, karena dikawatirkan akan menjadi hama baru di negara yang

ditujunya. Selain itu, dalam kaitannya dengan terbawanya OPT pada produk yang akan

diekspor dan dianalis potensial masuk, menyebar dan menetap di suatu wilayah negara, akan

menjadi hambatan yang berarti dalam perdagangan internasional (Mulyaman, 2008). Petani

sebagai pelaku utama kegiatan pertanian sering menggunakan pestisida sintetis terutama

untuk hama dan penyakit yang sulit dikendalikan, seperti penyakit yang disebabkan oleh

virus dan patogen tular tanah (soil borne pathogens). Untuk mengendalikan penyakit ini

petani cenderung menggunakan pestisida sintetis secara berlebihan sehingga menimbulkan

dampak buruk bagi kesehatan dan lingkungan. Hal ini dilakukan petani karena modal yang

telah dikeluarkan cukup besar sehingga petani tidak berani menanggunag resiko kegagalan

usaha taninya.

Selain itu, ketertarikan konsumen terhadap produk hortikultura yang bersih dan

cantik, serta kurang tersedianya pengendalian non kimia yang efektif, maka pestisida sintetis

Page 3: Pengelolaan Agroekosistem Dalam Pengendalian Opt Berdasarkan Konsep Pengendalian Hayati

tetap menjadi primadona bagi petani (Istikorini, 2002). Penggunaan pestida yang kurang

bijaksana seringkali menimbulkan masalah kesehatan, pencemaran lingkungan dan gangguan

keseimbangan ekologis (resistensi hama sasaran, gejala resurjensi hama, terbunuhnya musuh

alami) serta mengakibatkan peningkatan residu pada hasil. Terdapat kecenderungan

penurunan populasi total mikroorganisme seiring dengan peningkatan takaran pestisida

(Emalinda et al., 2003). Oleh karena itu perhatian pada alternatif pengendalian yang lebih

ramah lingkungan semakin besar untuk menurunkan penggunaan pestisida sintetis.

Pelaksanaan program pengendalian hama terpadu (Integreted Pest Management)

merupakan langkah yang sangat strategis dalam kerangka tuntutan masyarakat dunia terhadap

berbagai produk yang aman dikonsumsi, menjaga kelestarian lingkungan, serta pengelolaan

sumberdaya alam yang berkelanjutan yang memberikan manfaat antar waktu dan antar

generasi (Saptana at al., 2010). Salah satu komponen pengendalian hama terpadu (PHT) yang

sesuai untuk menunjang pertanian berkelanjutan pembangunan pertanian secara hayati karena

pengendalian ini lebih selektif (tidak merusak organisme yang berguna dan manusia) dan

lebih berwawasan lingkungan. Pengendalian hayati berupaya memanfaatkan pengendali

hayati dan proses-proses alami. Aplikasi pengendalian hayati harus kompatibel dengan

peraturan (karantina), pengendalian dengan jenis tahan, pemakaian pestisida dan lain-lain.

Berbagai kendala yang menyangkut komponen hayati antara lain adalah adanya kesan

bahwa cara pengendalian hayati lambat kurang diminati. Oleh karena itu terasa pentingnya

suatu komitmen untuk menentukan suatu gerak terpadu melalui konsep pengendalian hayati

yang menguntungkan dan berkelanjutan dalam pemanfaatannya. Dalam agama islam juga

dijelaskan bahwa tugas manusia diciptakan di alam semesta salah satunya untuk menjaga

kelestarian alam dan lingkungan agar tidak terjadi kerusakan di muka bumi. Dalam konsep

pengendalian hama terpadu dengan mementingkan keseimbangan lingkungan sejalan dengan

ayat-ayat dalam Al-Qur’an untuk perintah menjaga alam semesta. Pengendalian hama dengan

menggunakan pestisida kimiawi secara tidak bijaksana akan menyebabkan kerusakan

lingkungan dan juga keseimbangan makhluk hidup di ekosistem menjadi terganggu maka

sebagai manusia kita mempunyai kewajiban untuk menjaga alam dan lingkungan sekitar

dengan sebaik-baiknya.

Page 4: Pengelolaan Agroekosistem Dalam Pengendalian Opt Berdasarkan Konsep Pengendalian Hayati

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengenalan Pengendalian Hama Terpadu

Konsep pengendalian hama terpadu (PHT) muncul pada tahun 1960an sebagai

pemikiran kepedulian terhadap lingkungan akibat penggunaan pestisida dan dampaknya

terhadap lingkungan. PHT merupakan pengembangan metode-metode pengendalian alternatif

dalam perlindungan tanaman terhadap serangga hama. Dengan demikian, yang berkembang

adalah metode pengendalian yang bersifat silver bullet, yaitu satu metode yang prinsipnya

adalah dapat mengendalikan adanya peledakan populasi hama dan menekan kerusakan

tanaman. Karakter dari mertode ini adalah pengandalan dari suatu teknik pengendalian.

Pengembangan PHT selanjutnya lebih mengarah pada pengelolaan agroekosistem yang

dikembangkan berdasarkan teori-teori ekologi, terutama dalam merancang suatu

agroekosistem yang lebih tahan terhadap peledakan populasi hama. Pada umumnya yang

ditekankan adalah pemanfaatan kekuatan alami yang dimungkinkan dengan melakukan

pengurangan penggunaan insektisida pada suatu agroekosistem (Pimentel dan Goodman

1978; Levins dan Wilson 1979).

Pada umumnya konsep PHT dipraktekkan dengan prinsip penggunaan pestisida

secara bijaksana (intelligent pest management = IPM), yang ditunjukkan dengan adanya

konsep ambang ekonomi, dan teori-teori ekologi yang dikembangkan gagal diterapkan.

Lambatnya penerapan PHT berdasarkan teori-teori ekologi yang telah dikembangkan,

disebabkan pada awalnya pengembangan PHT terfokus pada pengembangan-pengembangan

metode alternatif dari penggunaan pestisida dalam pengendalian hama (Lewis et al, 1997).

PHT hendaknya diterapkan berdasarkan evaluasi fakta-fakta mengapa suatu agro-ekosistem

menjadi rentan terhadap eksplosi hama dan bagaimana membuat suatu agroekosistem

menjadi lebih tahan terhadap eksplosi hama. Pemikiran ini merubah konsep PHT dari suatu

hubungan linier antara hama sasaran dan suatu strategi pengelolaan hama, menjadi suatu

hubungan yang berupa jaringan (web) antara serangga hama, musuh alami dan keragaman

tanaman (Altieri dan Altieri, 2004).

Penekanan dari konsep ini adalah pencegahan timbulnya masalah hama, dengan

meningkatkan ‘kekebalan’ agroekosistem dengan memadukan teknik-teknik pengelolaan

hama melalui aktivitas-aktivitas budidaya yang lain, sehingga produktivitas lahan dan

kesehatan tanaman dapat terjaga, serta mendapatkan keuntungan ekonomi. Konsep ini

Page 5: Pengelolaan Agroekosistem Dalam Pengendalian Opt Berdasarkan Konsep Pengendalian Hayati

menekankan pada pencarian faktor-faktor penyebab suatu agroekosistem menjadi rentan

terhadap hama. Makalah ini akan mengemukakan pemikiranpemikiran dalam pengelolaan

hama dengan memahami faktor-faktor penyebab rentannya suatu agroekosisitem terhadap

infestasi hama, serta teknik pengelolaan agroekosistem tersebut dalam pengendalian hama.

B. Faktor-Faktor Penyebab Kerentanan Agroekosistem Terhadap Eksplosi Hama

Agroekosistem yang merupakan suatu ekosistem pertanian dapat dikatakan produktif

jika terjadi keseimbangan antara tanah, hara, sinar matahari, kelembaban udara dan

organisme-organisme yang ada, sehingga dihasilkan suatu pertanaman yang sehat dan hasil

yang berkelanjutan (Altieri dan Altieri, 2004). Gangguan-gangguan terhadap agroekosistem

tersebut dapat diatasi karena telah ada sistem yang dapat mengatasi atau mentoleransi adanya

cekaman biotik dan abiotik yang ada. Jika terdapat gangguan pada suatu agroekosistem oleh

patogen, serangga hama atau degradasi lahan, maka untuk mencegah terjadinya kerentanan

pada agroekosistem tersebut perlu dilakukan pengembalian keseimbangan (resiliance), yaitu

dengan mengembalikan fungsi dari masing-masing komponen yang ada dalam agroekositem

tersebut.

C. Pengelolaan Agroekosistem

Faktor-faktor penyebab rentannya suatu agroekosistem terhadap eksplosi hama dapat

diatasi dengan melakukan pengelolaan agroekosistem supaya menjadi lebih tahan terhadap

eksplosi hama. Tujuan dari pengelolaan agroekosistem adalah menciptakan keseimbangan

dalam lingkungan, hasil yang berkelanjutan, kesuburan tanah yang dikelola secara biologis

dan pengaturan populasi hama melalui keragaman hayati serta penggunaan input yang rendah

(Altieri, 1994). Untuk mencapai tujuan ini, strategi yang dikembangkan adalah optimalisasi

daur hara dalam tanah dan pengembalian bahan organik, konservasi air dan tanah serta

keseimbangan populasi hama dan musuh alaminya. Strategi ini mengarah pada suatu

pengaturan lanskap yang ada, sehingga didapatkan kemantapan fungsi dari keragaman hayati

yang membantu dalam proses menuju agroekosistem yang sehat.

Konsep ekologi dalam PHT, merupakan konsep dari proses alami dan interaksi-

interaksi biologi yang dapat mengoptimalkan sinergi fungsi dari komponen-komponennya.

Dengan demikian, lahan dengan keragaman hayati yang tinggi, mempunyai peluang tinggi

untuk terjaga kesuburan tanahnya melalui aktivasi biota tanah. Selain itu, perkembangan

populasi herbivore dapat terjaga melalui peningkatan peran arthropoda berguna dan

antagonis. Pengelolaan agroekosistem untuk mendapatkan produksi yang berkelanjutan dan

Page 6: Pengelolaan Agroekosistem Dalam Pengendalian Opt Berdasarkan Konsep Pengendalian Hayati

sesedikit mungkin berdampak negatif terhadap lingkungan dan sosial, serta input rendah

dimungkinkan dengan menerapkan prinsip-prinsip ekologi sebagai berikut (Reijntes et al.,

1992):

1. Meningkatkan daur ulang dan optimalisasi ketersediaan dan keseimbangan alur hara.

Prinsip ini dapat dilakukan dengan melakukan rotasi dengan tanaman-tanaman pupuk

hijau.

2. Memantapkan kondisi tanah untuk pertumbuhan tanaman dengan mengelola bahan

organik dan meningkatkan biota tanah. Pemberian biomassa pada lahan akan

menambah bahan organik yang selanjutnya akan meningkatkan biota tanah yang

berguna dalam peningkatan kesuburan tanah.

3. Meminimalkan kehilangan karena keterbatasan ketersediaan air melalui pengelolaan

air. Air dibutuhkan tanaman untuk dapat berproduksi optimal, sehingga

ketersediaannya pada waktu dan jumlah yang cukup, sangat berpengaruh terhadap

produktivitas lahan. Pengelolaan air dapat dilakukan dengan teknik-teknik

pengawetan air tanah.

4. Meningkatkan keragaman spesies dan genetik dalam agroekosistem, sehingga

terdapat interaksi alami yang menguntungkan dan sinergi dari komponen-komponen

agroekosistem melalui keragaman hayati.

Tujuan akhir dari pengelolaan agroekosistem adalah memadukan komponen-

komponen yang ada sehingga efisiensi biologis dapat diperbaiki, keragaman hayati dapat

dilestarikan dan dihasilkan produksi yang berkelanjutan. Seperti telah dibahas di atas,

pertanaman monokultur dapat memicu eksplosi hama, karena budidaya monokultur dapat

menyebabkan agroekosistem menjadi tidak stabil. Ketidakstabilan agroekosistem masih dapat

diperbaiki dengan menambahkan keragaman tanaman pada suatu pertanaman dan lanskap

(Gillesman, 1999) yang disebut sebagai rekayasa ekologi (ecological engineering).

Keragaman tanaman yang tinggi dapat menciptakan interaksi dan jaring-jaring makan yang

mantap dalam suatu agroekosistem. Keragaman tanaman dalam suatu agroekosistem

merupakan konsep dasar dalam pengendalian hayati (Noris dan Kogan, 2006).

D. Pengendalian Hama Melalui Pengelolaan Agroekosistem

Pengendalian hama merupakan salah satu aktivitas dari budidaya tanaman. Kegiatan

ini dapat dilakukan melalui perancangan agroekosistem yang stabil. Berdasarkan fakta-fakta

yang telah diuraikan di atas, perancangan agroekosistem yang stabil melibatkan pengelolaan

Page 7: Pengelolaan Agroekosistem Dalam Pengendalian Opt Berdasarkan Konsep Pengendalian Hayati

komponen-komponen dalam agro-ekosistem tersebut. Perancangan agroekosistem untuk

pengendalian hama dapat dilakukan melalui pengeloaan habitat yang targetnya adalah:

1. Meningkatkan keragaman vegetasi melalui sistem tanam polikultur.

2. Meningkatkan keragaman genetik melalui penggunaan varietas dengan ketahanan

horizontal yang dirakit dari plasma nutfah lokal.

3. Memperbaiki pola tanam dan menerapkan sistem rotasi tanaman kacang-kacangan,

pupuk hijau, tanaman penutup tanah dan dipadukan dengan ternak.

4. Mempertahankan keragaman lanskap dengan meningkatkan koridor-koridor biologis.

Dalam program pengendalian hama, penambahan keragaman vegetasi bukan

merupakan suatu strategi pengendalian yang dapat berdiri sendiri (standalone tactic) dalam

menyelesaikan masalah hama yang ada. Teknik-teknik pengendalian hama yang

penekanannya adalah pengendalian ramah lingkungan dengan pemanfaatan sumberdaya alam

yang telah ada untuk menuju sistem pertanian yang berkelanjutan, perlu dikembangkan.

Teknikteknik tersebut difokuskan pada optimalisasi peran musuh alami sebagai faktor

mortalitas biotik bagi serangga hama atau sebagai penghambat perkembangan patogen

penyakit. Salah satu teknik pengendalian hama dan penyakit yang ramah lingkungan adalah

penggunaan pestisida botani.

E. Pengendalian OPT Berdasarkan Konsep Pengendalian hayati

Pengendalian hayati didasarkan pada pemahaman siklus hidup OPT dan mencegah

perkembangan OPT tersebut. Untuk mengembankan teknik pengendalian secara hayati maka

langkah-langkah yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :

1. Definisi masalah. Pertama harus dipahami masalah, mengetahui penyebab hama

penyakitnya, di mana penyebab hama penyakit bertahan, bagaimana cara menularnya

penyakit dan memahami faktor-faktor yang mendukung perkembangan ekobiologi

dan epidemiologinya. Pada sebagian besar kasus, informasi ini dapat diperoleh dari

literature pertanian. Informasi yang dapat diperoleh adalah tingkat kerusakan, periode

ketika tanaman rentan, tingkat ambang ekonomi.

2. Langkah-langkah pencegahan. Langkah selanjutnya analisis praktek budidaya,

selangkah demi selangkah. Dengan pengetahuan tentang hama atua patogen yang

diperoleh selama definisi masalah, orang bias mengetahui apakah praktek budidaya

dapat diubah untuk membatasi berkembangnya patogen. Sumber informasi utama

dapat diperoleh dari petani.

Page 8: Pengelolaan Agroekosistem Dalam Pengendalian Opt Berdasarkan Konsep Pengendalian Hayati

3. Langkah-langkah pengendalian. Langkah-langlah pengendalian yang khusus

dipertimbangkan, dimulai dari langkah-langkah yang lebih lemah dan kemudian ke

yang lebih kuat yang lebih memiliki efek samping lingkungan.

F. Prospek Pengendalian Hayati

Prospek pengendalian hayati perlu ditinjau dari berbagai aspek, terutama aspek teknis

sejak kegiatan di laboratorium dan rumah kaca. Jumlah dan jenis penelitian yang sudah

diperoleh oleh ahli-ahli di bidang pengendalian hayati sangat besar pada tingkat laboratorium

dan rumah kaca, namun hanya sebagian kecil saja yang telah dimanfaatkan di tingkat

lapangan dalam skala ekonomi. Hal ini tidak perlu menjadi alasan untuk menyatakan bahwa

prospek pengendalian hayati dalam praktek kecil atau kurang relevan. Keanekaragaman dari

mikrooragnisme yang antagonistik dan kekayaan sumberdaya alam di Indonesia, sebenarnya

menjanjikan peluang yang cukup besar untuk dimanfaatkan dalam pengendalian hayati

penyakit tanaman.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia no. 6 tahun 1995 pasal 4

tentang Perlindungan tanaman disebutkan bahwa perlindungan tanaman dilaksanakan dengan

menggunakan sarana dan cara yang tidak mengganggu kesehatan dan atau mengancam

keselamatan manusia, menimbulkan gangguan dan kerusakan sumberdaya alam atau

lingkungan hidup (Suniarsyih, 2009). Untuk maksud tersebut yang paling cocok pertanian

untuk masa depan adalah pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture). Adapun definisi

pertanian berkelanjutan adalah pengelolaan sumberdaya untuk usaha pertanian guna

membantu kebutuhan manusia yang berubah sekaligus mempertahankan atau meningkatkan

kualitas lingkungan dan melestarikan sumberdaya alam. Dalam pertanian berkelanjutan

perlindungan tanaman harus dilakukan dengan prinsip-prinsip pengendalian hama terpadu

(PHT) (Istikorini, 2002).

G. Pandangan Islam tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup

Dalam pandanagn Islam, manusia ialah makhluk terbaik diantara semua ciptaan

Tuhan dan berani memegang tanggungjawab mengelola bumi, maka semua yang ada di bumi

diserahkan untuk manusia. Oleh karena itu manusia diangkat menjadi khalifah di muka bumi.

Sebagai makhluk terbaik, manusia diberikan beberapa kelebihan diantara makhluk ciptaan-

Nya, yaitu kemuliaan, diberikan fasilitas di daratan dan lautan, mendapat rizki dari yang baik-

baik, dan kelebihan yang sempurna atas makhluk lainnya. Bumi dan semua isi yang berada

didalamnya diciptakan Allah untuk manusia, segala yang manusia inginkan berupa apa saja

Page 9: Pengelolaan Agroekosistem Dalam Pengendalian Opt Berdasarkan Konsep Pengendalian Hayati

yang ada di langit dan bumi. Daratan dan lautan serta sungai-sungai, matahari dan bulan,

malam dan siang, tanaman dan buah-buahan, binatang melata dan binatang ternak. Sebagai

khalifah di bumi, manusia diperintahkan beribadah kepada-Nya dan diperintah berbuat

kebajikan dan dilarang berbuat kerusakan. Selain konsep berbuat kebajikan terhadap

lingkungan yang disajikan Al-Qur’an seperti dipaparkan di atas, Rasulullah SAW

memberikan teladan untuk mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari. (Ali Munir,

2009)

Hal ini dapat diperhatikan dari Hadist-Hadist Nabi, seperti Hadist tentang pujian

Allah kepada orang yang menyingkirkan duri dari jalan; dan bahkan Allah akan mengampuni

dosanya, menyingkirkan gangguan dari jalan ialah sedekah, sebagian dari iman,dan

merupakan perbuatan baik. Dalam konsep khilafah menyatakan bahwa manusia telah dipilih

oleh Allah di muka bumi ini (khalifatullah fil’ardh). Sebagai wakil Allah, manusia wajib

untuk bisa merepresentasikan dirinya sesuai dengan sifat-sifat Allah. Salah satu sifat Allah

tentang alam adalah sebagai pemelihara atau penjaga alam (rabbul’alamin). Jadi sebagai

wakil (khalifah) Allah di muka bumi, manusia harus aktif dan bertanggung jawab untuk

menjaga bumi. Artinya, menjaga keberlangsungan fungsi bumi sebagai tempat kehidupan

makhluk Sebagai khalifah di muka bumi, manusia memiliki kewajiban melestarikan alam

semesta dan lingkungan hidup dengan sebaik-baiknya agar hidup di dunia menjadi makmur

sejahtera penuh keberkahan dan menjadi bekal di hari akhir kelak. (Syamsul Arifin, 2012)

Hal ini secara langsung diungkapkan oleh Allah dalam salah satu firmanNya dalam

surat Al a’raf ayat 56 yang kurang lebihnya berbunyi; “Dan janganlah kamu membuat

kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya

dengan rasa takut (Tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya

rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.” Selain itu Allah juga

berfirman dalam surat Ar ruum ayat 41 yang artinya; “Telah nampak kerusakan di darat dan

di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusi, supaya Allah merasakan kepada mereka

sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). ”Ayat

ini dengan jelas menunjukkan bahwa kerusakan alam lingkungan pada akhirnya akan

memberikan dampak buruk kepada diri manusia sendiri. (Syamsul Arifin, 2012)

Sebagai contoh, perilaku manusia dalam melakukan pengendalian hama dan penyakit

pada lahan pertanian dengan kurag bijaksana dalam penggunaan pestisida kimiawi yang

dapat membuat pencemaran lingkungan yang mengakibatkan kesehatan bagi manusia

Page 10: Pengelolaan Agroekosistem Dalam Pengendalian Opt Berdasarkan Konsep Pengendalian Hayati

lainnya. Begitu juga dengan keseimbangan makhluk hidup di alam semesta karena aplikasi

yang berlebihan dapat mematikan musuh alami yang menjadi predator bagi hama tetapi hama

jika terus dibarikan aplikasi pestisida kimiawi secara terus menerus akan menjadi tahan/kebal

dengan pestisida, jadi apabila musuh alami sudah tidak ada untuk mengendalikan hama yang

semakin meledak pertumbuhannya kerusakan alam akan cepat terjadi. Maka dari itu konsep

pengendalian hama terpadu harus dilakukan agar keseimbangan makhluk hidup dalam suatu

ekosistem maupun agroekosistem dapat selalu terjaga. Kesadaran manusia dalam perannya

sebagai khalifah yang telah ditunjuk oleh Allah di muka bumi seyogyanya mulai bertindak

arif dan bijaksana dalam mengelola kekayaan alam dan bumi sehingga terhindar dari

kerusakan dan kelestarian bumi dan lingkungan hidup tetap terjaga.

Dalam Q.S Ar Ruum ayat 9 dijelaskan seperti dibawah ini :

Artinya : Dan apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di muka bumi dan

memperhatikan bagaimana akibat (yang diderita) oleh orang-orang sebelum mereka? orang-

orang itu adalah lebih kuat dari mereka (sendiri) dan telah mengolah bumi (tanah) serta

memakmurkannya lebih banyak dari apa yang telah mereka makmurkan. Dan telah datang

kepada mereka rasul-rasul mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata. Maka Allah

sekali-kali tidak berlaku zalim kepada mereka, akan tetapi merekalah yang berlaku zalim

kepada diri sendiri.

Pesan yang disampaikan dalam surat Ar Ruum ayat 9 di atas menggambarkan agar

manusia tidak mengeksploitasi sumber daya alam secara berlebihan yang dikwatirkan

terjadinya kerusakan serta kepunahan sumber daya alam, sehingga tidak memberikan sisa

sedikitpun untuk generasi mendatang. Untuk itu Islam mewajibkan agar manusia menjadi

pelaku aktif dalam mengolah lingkungan serta melestarikannya.Mengolah serta melestarikan

lingkungan tercermin secara sederhana dari tempat tinggal (rumah) seorang muslim.

Rasulullah SAW menegaskan dalam sebuah Hadits yang diriwayatkan oleh Thabrani :

Artinya ”Dari Abu Hurairah : jagalah kebersihan dengan segala usaha yang mampu kamu

lakukan. Sesungguhnya Allah menegakkan Islam di atas prinsip kebersihan. Dan tidak akan

masuk syurga, kecuali orang-orang yang bersih” . (HR. Thabrani).

Dari Hadits di atas memberikan pengertian bahwa manusia tidak boleh kikir untuk

membiayai diri dan lingkungan secara wajar untuk menjaga kebersihan agar kesehatan diri

dan keluarga/masyarakat kita terpelihara.Demikian pula, mengusahakan penghijauan di

sekitar tempat tinggal dengan menanamkan pepohonan yang bermanfaat untuk kepentingan

Page 11: Pengelolaan Agroekosistem Dalam Pengendalian Opt Berdasarkan Konsep Pengendalian Hayati

ekonomi dan kesehatan, disamping juga dapat memelihara peredaran suara yang kita hisap

agar selalu bersih, bebas dari pencemaran

Di dalam surat Ar Ruum ayat 41 Allah SWT memperingatkan bahwa terjadinya kerusakan di

darat dan di laut akibat ulah manusia. (Syamsul Arifin, 2012)

Artinya : Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan

manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka,

agar mereka kembali (ke jalan yang benar).

Serta surat Al Qashash ayat 77 menjelaskan sebagai berikut

Artinya : Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan)

negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan

berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan

janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai

orang-orang yang berbuat kerusakan.

Firman Allah SWT di dalam surat Ar Ruum ayat 41 dan surat Al Qashash ayat 77

menekankan agar manusia berlaku ramah terhadap lingkungan (environmental friendly) dan

tidak berbuat kerusakan di muka bumi ini. (Syamsul Arifin, 2012)

Page 12: Pengelolaan Agroekosistem Dalam Pengendalian Opt Berdasarkan Konsep Pengendalian Hayati

BAB III

KESIMPULAN

Perilaku manusia dalam melakukan pengendalian hama dan penyakit pada lahan

pertanian dengan kurag bijaksana dalam penggunaan pestisida kimiawi yang dapat membuat

pencemaran lingkungan yang mengakibatkan kesehatan bagi manusia lainnya. Begitu juga

dengan keseimbangan makhluk hidup di alam semesta karena aplikasi yang berlebihan dapat

mematikan musuh alami yang menjadi predator bagi hama tetapi hama jika terus dibarikan

aplikasi pestisida kimiawi secara terus menerus akan menjadi tahan/kebal dengan pestisida,

jadi apabila musuh alami sudah tidak ada untuk mengendalikan hama yang semakin meledak

pertumbuhannya kerusakan alam akan cepat terjadi. Maka dari itu konsep pengendalian hama

terpadu harus dilakukan agar keseimbangan makhluk hidup dalam suatu ekosistem maupun

agroekosistem dapat selalu terjaga. Kesadaran manusia dalam perannya sebagai khalifah

yang telah ditunjuk oleh Allah di muka bumi seyogyanya mulai bertindak arif dan bijaksana

dalam mengelola kekayaan alam dan bumi sehingga terhindar dari kerusakan dan kelestarian

bumi dan lingkungan hidup tetap terjaga.

Dalam agama islam juga dijelaskan bahwa tugas manusia diciptakan di alam semesta

salah satunya untuk menjaga kelestarian alam dan lingkungan agar tidak terjadi kerusakan di

muka bumi. Dalam konsep pengendalian hama terpadu dengan mementingkan keseimbangan

lingkungan sejalan dengan ayat-ayat dalam Al-Qur’an untuk perintah menjaga alam semesta.

Pengendalian hama dengan menggunakan pestisida kimiawi secara tidak bijaksana akan

menyebabkan kerusakan lingkungan dan juga keseimbangan makhluk hidup di ekosistem

menjadi terganggu maka sebagai manusia kita mempunyai kewajiban untuk menjaga alam

dan lingkungan sekitar dengan sebaik-baiknya.

Page 13: Pengelolaan Agroekosistem Dalam Pengendalian Opt Berdasarkan Konsep Pengendalian Hayati

DAFTAR PUSTAKA

Altieri, M. A. 1994. Biodiversity and Pest Management in Agroecosystems. Haworth Press,

New York.

Altieri, N and Altieri, M. A. 2004. Agroecological bases of ecological engineering for pest

management. In: G. M. Gurr, S. D. Wratten dan M. A. Altieri (Eds.), Ecological

Engineering for Pest Management. Comstock Publishing Associates, New York. p. 32 –

54.

Anonim, 2008. Pestisida sintetis dan bahayanya bagi kesehatan manusia dan lingkungan.

http://www.pertaniansehat.or.id/?pilih=news&mod=yes&aksi=lihat&id=66. April 2014.

Arifin, Syamsul. 2012. Manusia dan Lingkungan Hidup dalam Islam.

http://syamsul89.blogspot.com/2012/01/manusia-dan-lingkungan-hidup-dalam.html.

April 2014.

Emalinda, O., A.P. Wahyudi dan Agustian. 2003. Pengaruh herbisida glifosat terhadap

pertumbuhan dan keragaman mikroorganisme dalam tanah serta pertumbuhan tanaman

kedelai (Glicune max (L.) Merr.) pada ultisol. Stigma. Vol. XI. 309-314.

Gillesman, S. R. 1999. Agroecology: Agroecological Processes in Agriculture. Ann Arbor

Press, Michigan.

Istikorini, Y. 2002. Pengendalian penyakit tumbuhan secara hayati yang ekologis dan

berkelanjutan. http://rudyct.com/PPS702-ipb/05123/yunik_istikorini.htm. April 2014.

Levins, R. and Wilson. 1979. Ecological theory and pest management. Annual Review of

Entomology 25: 7 – 29.

Lewis, W.J., van Lenteren, J.C., Pathak, S.C. and Tumlinson, J.H. 1997. A total system

approach to sustainable pest management. Proceedings of the National Academy of

Sciences USA 94: p.12243 – 12248.

Mulyaman, 2008. Sinergisme sistem perlindungan tanaman, tantangan dan peluang

penanganan opt untuk akses pasar. http://smulyaman.blogspot.com/2010/01/jadwal-

hari-ini-12-januari-2010.html. April 2014.

Page 14: Pengelolaan Agroekosistem Dalam Pengendalian Opt Berdasarkan Konsep Pengendalian Hayati

Munir, Ali. 2009. Manusia Khalifah Penjaga Kelestarian Alam.

http://alamendah.org/2009/08/25/manusia-khalifah-penjaga-kelestarian-alam/. April

2014.

Noris, R. F. dan Kogan, M. 2006. Ecology of interactions between weeds and arthropods.

Annual Review of Entomology 50: 479 – 503.

Pimentel, D dan Goodman, N. 1978. Ecological basis for the management of insect

populations. Oikos 30: 422 – 437.

Reijntes, C., Haverkort, B. Dan Water-Bayer, A. 1992. Farming for the Future, Macmillan,

London.

Saptana , T. Panaji, H. Tarigan dan A. Setianto. 2010. Analisis Kelembagaan pengendalian

hama terpadu mendukung agribisnis kopi rakyat dalam rangka otonomi daerah

http://ejournal.unud.ac.id/abstrak/%283%29%20soca-saptanadkk-kelembagaan%20hpt

%281%29.pdf. April 2014.

Suniarsyih, N. S, 2009. Pengendalian hama penyakit dan gulma secara terpadu (PHPT).

http://wibowo19.wordpress.com/2009/01/18/pengendalian-hama-penyakit-dan-gulma-

secara-terpadu-phpt/. April 2014.

Tobing, M.C. 2009. Keanekaragaman hayati dan pengelolaan serangga hama dalam

agroekosistem.http://www.usu.ac.id/Pidato%20Pengukuhan%20Guru

%20Besar_M_Cyccu.pdf. April 2014.