makalah opt

27
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Selada (Lactuca sativa L) merupakan salah satu komoditi hortikultura yang memiliki prospek dan nilai komersial yang cukup baik. Semakin bertambahnya jumlah penduduk Indonesia serta meningkatnya kesadaran penduduk akan kebutuhan gizi menyebabkan bertambahnya permintaan akan sayuran. Kandungan gizi pada sayuran terutama vitamin dan mineral tidak dapat disubtitusi melalui makanan pokok, Nazaruddin (2003). Sistem hidroponik dapat memberikan suatu lingkungan pertumbuhan yang lebih terkontrol. Dengan pengembangan teknologi, kombinasi sistem hidroponik dengan membran mampu mendayagunakan air, nutrisi, pestisida secara nyata lebih efisien (minimalis system) dibandingkan dengan kultur tanah (terutama untuk tanaman berumur pendek). Penggunaan sistem hidroponik tidak mengenal musim dan tidak memerlukan lahan yang luas dibandingkan dengan kultur tanah untuk menghasilkan satuan produktivitas yang sama (Lonardy, 2006). Tanaman sukun dapat digolongkan menjadi sukun yang berbiji disebut breadnut dan yang tanpa biji disebut breadfruit. Sukun tergolong tanaman tropik sejati, tumbuh paling baik di dataran rendah yang panas. Tanaman ini tumbuh baik di daerah basah,

Upload: d4nk3rz

Post on 09-Aug-2015

94 views

Category:

Education


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah opt

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Selada (Lactuca sativa L) merupakan salah satu komoditi hortikultura yang memiliki

prospek dan nilai komersial yang cukup baik. Semakin bertambahnya jumlah penduduk

Indonesia serta meningkatnya kesadaran penduduk akan kebutuhan gizi menyebabkan

bertambahnya permintaan akan sayuran. Kandungan gizi pada sayuran terutama vitamin dan

mineral tidak dapat disubtitusi melalui makanan pokok, Nazaruddin (2003).

Sistem hidroponik dapat memberikan suatu lingkungan pertumbuhan yang lebih terkontrol.

Dengan pengembangan teknologi, kombinasi sistem hidroponik dengan membran mampu

mendayagunakan air, nutrisi, pestisida secara nyata lebih efisien (minimalis system)

dibandingkan dengan kultur tanah (terutama untuk tanaman berumur pendek). Penggunaan

sistem hidroponik tidak mengenal musim dan tidak memerlukan lahan yang luas

dibandingkan dengan kultur tanah untuk menghasilkan satuan produktivitas yang sama

(Lonardy, 2006).

Tanaman sukun dapat digolongkan menjadi sukun yang berbiji disebut breadnut dan yang

tanpa biji disebut breadfruit. Sukun tergolong tanaman tropik sejati, tumbuh paling baik di

dataran rendah yang panas. Tanaman ini tumbuh baik di daerah basah, tetapi juga dapat

tumbuh di daerah yang sangat kering asalkan ada air tanah dan aerasi tanah yang cukup.

Sukun bahkan dapat tumbuh baik di pulau karang dan di pantai. Di musim kering, disaat

tanaman lain tidak dapat atau merosot produksinya, justru sukun dapat tumbuh dan berbuah

dengan lebat. Tidak heran, jika sukun dijadikan sebagai salah satu cadangan pangan nasional.

Sukun dapat dijadikan sebagai pangan alternatif karena keberadaannya tidak seiring dengan

pangan konvensional (beras), artinya keberadaan pangan ini dapat menutupi kekosongan

produksi pangan konvensional (Pitojo, 1999).

Tanaman sukun dapat digolongkan menjadi sukun yang berbiji disebut breadnut dan yang

tanpa biji disebut breadfruit. Sukun tergolong tanaman tropik sejati, tumbuh paling baik di

dataran rendah yang panas. Tanaman ini tumbuh baik di daerah basah, tetapi juga dapat

Page 2: Makalah opt

tumbuh di daerah yang sangat kering asalkan ada air tanah dan aerasi tanah yang cukup.

Sukun bahkan dapat tumbuh baik di pulau karang dan di pantai. Di musim kering, disaat

tanaman lain tidak dapat atau merosot produksinya, justru sukun dapat tumbuh dan berbuah

dengan lebat. Tidak heran, jika sukun dijadikan sebagai salah satu cadangan pangan nasional.

Sukun dapat dijadikan sebagai pangan alternatif karena keberadaannya tidak seiring dengan

pangan konvensional (beras), artinya keberadaan pangan ini dapat menutupi kekosongan

produksi pangan konvensional (Pitojo, 1999).

Di Indonesia, daerah penyebaran hampir merata di seluruh daerah, terutama Jawa Tengah

dan Jawa Timur. Mengingat penyebaran sukun terdapat di sebagian besar kepulauan

Indonesia, serta jarang terserang hama dan penyakit yang membahayakan, maka hal ini

memungkinkan sukun untuk dikembangkan. Pohon sukun mulai berbuah setelah berumur

lima sampai tujuh tahun dan akan terus berbunga hingga umur 50 tahun. Produktivitasnya

cukup tinggi. Dalam satu tahun akan diperoleh buah sukun sebanyak 400 buah pada umur 5

sampai 6 tahun, dan 700 – 800 buah per tahun pada umur 8 tahun. Sukun mempunyai

komposisi gizi yang relatif tinggi. Dalam 100 gram berat basah sukun mengandung

Sagu (Metroxylon sp.) di duga berasal dari Maluku dan Irian. Hingga saat ini belum ada data

yang mengungkapkan sejak kapan awal mula sagu ini dikenal. Di wilayah Indonesia bagian

Timur, sagu sejak lama dipergunakan sebagai makanan pokok oleh sebagian penduduknya

terutama di Maluku dan Irian Jaya. Teknologi eksploitasi, budidaya dan pengolahan tanaman

sagu yang paling maju saat ini adalah di Malaysia.

Sagu dari genus Metroxylon, secara garis besar digolongkan menjadi dua, yaitu : yang

berbunga atau berbuah dua kali (Pleonanthic) dan berbunga atau berbuah sekali

(Hapaxanthic) yang mempunyai nilai ekonomis penting, karena kandungan karbohidratnya

lebih banyak. Golongan ini terdiri dari 5 varietas penting yaitu :

a.       Metroxylon sagus, Rottbol atau sagu molat

b.      Metroxylon rumphii, Martius atau sagu Tuni.

c.       Metroxylon rumphii, Martius varietas Sylvestre Martius atau sagu ihur

d.      Metroxylon rumphii, Martius varietas Longispinum Martius atau sagu Makanaru

e.       Metroxylon rumphii, Martius varietas Microcanthum Martius atau sagu Rotan

Dari kelima varietas tersebut, yang memiliki arti ekonomis penting adalah Ihur, Tuni, dan

Molat.

Page 3: Makalah opt

            Sagu mempunyai peranan sosial, ekonomi dan budaya yang cukup penting di Propinsi

Papua karena merupakan bahan makanan pokok bagi masyarakat terutama yang bermukim di

daerah pesisir. Pertanaman sagu di Papua cukup luas, namun luas areal yang pasti belum

diketahui. Berdasarkan data penelitian dan pengambangan pertanian dapat diperkirakan luas

hutan sagu di Papua mencapai 980.000 ha dan kebun sagu 14.000 ha, yang tersebar pada

beberapa daerah, yaitu Salawati, Teminabuan, Bintuni, Mimika, Merauke, Wasior, Serui,

Waropen, Membramo, Sarmi dan Sentani.

Sentra penanaman sagu di dunia adalah Indonesia dan Papua Nugini, yang diperkirakan

luasan budi daya penanamannya mencapai luas 114.000 ha dan 20.000 ha. Sedangkan luas

penanaman sagu sebagai tanaman liar di Indonesia adalah Irian Jaya, Maluku, Riau, Sulawesi

Tengah dan Kalimantan.

Khusus didaerah tempat saya tinggal (Kab. Luwu Utara, Sulawesi Selatan) sagu

merupakan salah satu makanan pokok yang sangat populer dan digemari oleh semua

kalangan, tak heran jika ada yang berkata “rasanya tak lengkap bila dalam sehari tak

menkonsumsi kapurung (ada juga yang menyebutnya pugalu)” hehehe.  Selain itu sagu kini

dapat diolah dalam berbagai kreasi.

B. Tujuan

1. Mengidentifikasi berbagai jenis hama dan penyakit yang menyerang tanaman Selada

2. Mengidentifikasi berbagai jenis hama dan penyakit yang menyerang tanaman Sukun

3. Mengidentifikasi berbagai jenis hama dan penyakit yang menyerang tanaman sagu

C. Manfaat

1. Dapat mengetahui berbagai jenis hama dan penyakit yang menyerang tanaman pada

selada

2. Dapat mengetahui berbagai jenis hama dan penyakit yang menyerang tanaman pada

sukun

3. Dapat mengetahui berbagai jenis hama dan penyakit yang menyerang tanaman pada sagu

Page 4: Makalah opt

BAB. II

Tinjauan pustaka

a. Selada (Lactuca sativa L)

Selada (Lactuca sativa L) adalahmerupakan salah satu komoditi hortikultura yang

memiliki prospek dan nilai komersial yang cukup baik. Semakin bertambahnya

jumlah penduduk Indonesia serta meningkatnya kesadaran penduduk akan

kebutuhan gizi menyebabkan bertambahnya permintaan akan sayuran. Kandungan

gizi pada sayuran terutama vitamin dan mineral tidak dapat disubtitusi melalui

makanan pokok

Klasifikasi

Kingdom: Plantae (Tumbuhan)

     Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)

         Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

             Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)

                 Sub Kelas: Asteridae

                     Ordo: Asterales

                         Famili: Asteraceae

                             Genus: Lactuca

                                 Spesies: Lactuca sativa L.

Terdapat dua kelompok besar budidaya selada (Lactuca Sativa) yang berkembang di Indonesia.

Pertama, selada daun bentuk korp-nya bulat lepas, daunnya hijau mengembang. Kedua, selada

korp (heading lettuce) bentuk korp-nya bulat atau lonjong dan korp-nya padat.

Dari dua jenis diatas yang paling banyak dibudidayakan adalah tipe selada daun, bentuk daunnya

bergelombang cenderung berkerut-kerut, atau populer dengan nama selada keriting. Selada

keriting toleran ditanam di daerah tropis dan panas sekalipun. Jenis selada keriting bahkan bisa

tumbuh dengan subur di dataran rendah dan panas seperti Jakarta.

Page 5: Makalah opt

Pada dasarnya suhu optimal bagi budidaya selada kriting berkisar antara 15-25°C dengan

ketinggian 900 meter hingga 1.200 meter dari permukaan laut. Jenis tanah yang disukai selada

kriting adalah lempung berdebu, lempung berpasir, dan tanah yang masih mengandung humus.

Meskipun demikian, selada keriting masih toleran terhadap tanah yang miskin hara asalkan

diberi pengairan dan pupuk organik yang memadai.

b. Sukun merupakan tanaman tahunan yang tumbuh baik pada lahan kering

(daratan), dengan tinggi pohon dapat mencapai 10 m atau lebih. Buah muda

berkulit kasar dan buah tua berkulit halus. Daging buah berwarna putih agak

krem, teksturnya kompak dan berserat halus. Rasanya agak manis dan memiliki

aroma yang spesifik. Berat buah sukun dapat mencapat 1 kg per buah.

Pembentukan buah sukun tidak didahului dengan proses pembuahan bakal biji

(parthenocarphy), maka buah sukun tidak memiliki biji. Buah sukun akan menjadi tua

setelah tiga bulan sejak munculnya bunga betina. Buah yang muncul awal akan menjadi tua

lebih dahulu, kemudian diikuti oleh buah berikutnya. Kayunya lunak dan kulit kayu berserat

kasar. Semua bagian tanaman bergetah encer. Daun dan batang Daunnya lebar sekali,

bercanggap menjari, dan berbulu kasar. Batangnya besar, agak lunak, dan bergetah banyak.

Cabangnya banyak, pertumbuhannya cenderung ke atas. Bunga Bunga sukun berkelamin

tunggal (bunga betina dan bunga jantan terpisah), tetapi berumah satu. Bunganya keluar dari

ketiak daun pada ujung cabang dan ranting. Bunga jantan berbentuk tongkat panjang yang

disebut ontel. Bunga betina berbentuk bulat bertangkai pendek (babal) seperti pada nangka.

Bunga betina merupakan bunga majemuk sinkarpik seperti pada nangka. Akar Tanaman

sukun mempunyai akar tunggang yang dalam dan akar samping dangkal. Akar samping

dapat tumbuh tunas yang sering digunakan untuk bibit.

Tanaman sukun dapat tumbuh dan dibudidayakan pada berbagai jenis tanah mulai dari tepi

pantai sampai pada lahan dengan ketinggian kurang lebih 600 m dari permukaan laut. Sukun

juga toleran terhadap curah hujan yang sedikit maupun curah hujan yang tinggi antara 80 –

100 inchi per pertahun dengan kelembaban 60 – 80%, namun lebih sesuai pada daerah-

daerah yang cukup banyak mendapat penyinaran matahari. Tanaman sukun tumbuh baik di

tempat yang lembab panas, dengan temperatur antara 15 – 38 °C.

Page 6: Makalah opt

Klasifikasi tanaman

Kingdom : Plantae

Divisio : Magnoliophyta

Class : Magnoliopsida

Ordo : Urticales

Familia : Moraceae

Genus : Artocarpus

Spesies : Artocarpus communis

Syarat tumbuh.

Pohon sukun merupakan tanaman tropis sehingga hampir semua daerah di-Indonesia

dapat tumbuh, bahkan Sukun di Irian Jaya dan Halmahera diduga merupakan tanaman asli

Indonesia. Sukun dapat tumbuh dari dataran rendah hingga dataran tinggi dan dari asalnya

didaerah kepulauan sukun pun cocok dikembangkan di Indonesia yang merupakan daerah

kepulauan. Namun untuk berproduksi optimal, faktor lingkungan merupakan satu hal yang

sangat menentukan yaitu ketinggian tempat, iklim dan tanah.

1. Ketinggian tempat.

Tanaman sukun tumbuh dari dataran rendah hingga dataran tinggi 700 m di atas permukaan laut.

Pada ketinggian 700 m diatas permukaan laut tanaman sukun masih mau tumbuh asalkan

daerahnya tak begitu dingin. Umumnya tanaman sukun akan tumbuh optimal didataran rendah

hingga sedang, pada ketinggian 0 - 400 m di atas permukaan laut. Daerah-daerah dingin atau

pegunungan yang jauh dari permukaan laut jarang di tumbuhi sukun, kalaupun daerah tersebut

ditemukan tanaman sukun biasanya tanaman lebih cenderung tumbuh rimbun dan kurang

berbuah normal.

2. Suhu.

Page 7: Makalah opt

Sukun pun mampu tumbuh di daerah yang memiliki temperatur harian rata-rata 20-40 °C.

pertumbuhan optimal didapat di daerah dan kisaran suhu 21 - 33 °C.

3. Curah Hujan dan Keiembaban.

Selain tumbuh dapat di sembarang ketinggian tanaman sukun dapat tumbuh di daerah kering

seperti Madura, NTT, sampai daerah basah seperti Jawa Barat. Kisaran hujannya 1500 - 2500

mm/tahun. Kelembaban ini penting untuk menunjang pertumbuhan, pembungaan dan

pembesaran buah.

4. Sinar Matahari.

Pohon sukun memiliki kebutuhan sinar matahari yang sedikit rumit, sewaktu masih muda

tanaman lebih baik bila ternaungi, tetapi setelah tanaman dewasa pohon sukun membutuhkan

sinar matahari penuh.

c. Sagu merupakan tanaman asli Indonesia. Sagu (Metroxylon sp.) di duga berasal dari

Maluku dan   Papua. Di tempat tersebut dijumpai keragaman plasma nutfah sagu yang

paling tinggi. Namun hingga saat ini belum ada data yang mengungkapkan sejak

kapan awal mula sagu ini dikenal. Sagu merupakan salah satu sumber karbohidrat

potensial disamping beras, khususnya bagi masyarakat kawasan timur Indonesia

seperti Irian Jaya dan Maluku, yaitu sebagai pangan utama.  Potensi sagu  sebagai

sumber bahan pangan dan bahan industri telah disadari sejak tahun 1970-an, namun

sampai sekarang pengembangan tanaman sagu di Indonesia masih jalan di tempat.

Klasifikasi tanaman sagu berdasarkan database tanaman dari pelayanan er daya

alam (USDA, 2005) menyebutkan bahwa sagu termasuk dalam Famili

(Arecaceae-Palm), Genus (Metroxylon) dan Spesies (Metroxylon sagu Rottb). 

Page 8: Makalah opt

Beccari (1918) us Metroxylon kelompok Eumetroxylon mempunyai 3 spesies

(M.sagu Rottb., M rumphii Mart, dan M. Squarossum Becc.) Klasifikasi Beccari

didasarkan pada ukuran dan bentuk buah, oleh sebab itu dianggap sebagai

klasifikasi yang belum akurat.

Tanaman sagu dengan bahasa latin Metroxylon sagu Rottboell, berarti tanaman

yang menyimpan pati pada batangnya (Metro : empulur, xylon : xylem, sagu :

pati).  Menurut Flach (1995) tanaman sagu merupakan tanaman hapaxanthik

(berbunga satu kali dalam satu siklus hidup) dan soboliferous (anakan). Satu

siklus hidup tanaman sagu dari biji sampai membentuk biji diperlukan waktu

hingga 11 tahun dalam empat periode fase pertumbuhan awal atau gerombol

(russet) diperlukan waktu 3.75 tahun, fase pembentukan batang diperlukan waktu

4.5 tahun, fase infoloresensia (pembungaan) diperlukan waktu 1 tahun dan fase

pembentukan biji diperlukan waktu selama 1 tahun (Flach, 2005)

Sagu termasuk tanaman palem dengan tinggi sedang, setelah berbunga

mati. Akar berserabut yang ulet, mempunyai akar nafas. Batang berdiameter

hingga 60 cm, dengan tinggi hingga 25 m.  Batang merupakan tempat

penimbunan utama pati yang dihasilkan melalui proses fotosintesis.  Batang

terbentuk  setelah ada russet berakhir yaitu setelah berumur 45 bulan dan

kemudian membesar dan memanjang dalam waktu 54 bulan (Flach, 2005). 

Batang tanaman sagu memiliki kulit luar yang keras (lapisan epidermal) dan

empulur tempat menyimpan pati. Bentuk daun menyirip sederhana, dengan

tangkai daun sangat tegar, melebar pada pangkalnya menuju pelepah yang

melekat pada batang, pelepah dan tangkai daun berduri tajam. Perbungaan malai

di pucuk, bercabang-cabang sehingga menyerupai payung, bunga muncul dari

percabangan berwarna coklat pada waktu masih muda, gelap dan lebih merah

pada waktu dewasa; bunga berpasangan tersusun secara spiral, masing-masing

pasangan berisi 1 bunga jantan dan 1 bunga hermafrodit, biasanya sebagian besar

bunga jantan gugur sebelum mencapai antesis. Buah pelok membulat-merapat

turun sampai mengerucut sungsang, tertutup dengan sisik, mengetupat, kuning

kehijauan, berubah menjadi bewarna kuning jerami atau sesudah buah jatuh;

Page 9: Makalah opt

bagian dalamnya dengan suatu lapisan bunga karang berwarna putih. Biji

setengah membulat, selaput biji merah tua.

Tanaman Sagu dikenal dengan nama Kirai di Jawa Barat, bulung, kresula,

bulu, rembulung, atau resula di Jawa Tengah; lapia atau napia di Ambon; tumba

di Gorontalo; Pogalu atau tabaro di Toraja; rambiam atau rabi di kepulauan Aru.

Tanaman sagu masuk dalam Ordo Spadicflorae, Famili Palmae. Di kawasan Indo

Pasifik terdapat 5 marga (genus) Palmae yang zat tepungnya telah dimanfaatkan,

yaitu Metroxylon, Arenga, Corypha, Euqeissona, dan Caryota. Genus yang

banyak dikenal adalah Metroxylon dan Arenga, karena kandungan acinya cukup

tinggi. 

Sagu dapat tumbuh sampai pada ketinggian 700 m di atas permukaan laut

(dpl), namun produksi sagu terbaik ditemukan sampai ketinggian 400 m dpl.

Menurut klasifikasi Schmidt dan Ferguson (1951), tipe iklim A dan B sangat ideal

untuk pertumbuhan sagu dengan rata-rata hujan tahunan 2.500−3.000 mm/tahun. 

Sagu dapat tumbuh baik di daerah 100 LS - 150 LU dan 90 – 180 darajat BT, yang

menerima energi cahaya matahari sepanjang tahun. Sagu dapat ditanam di daerah

dengan kelembaban nisbi udara 40%. Kelembaban yang optimal untuk

pertumbuhannya adalah 60%.  Sedangkan suhu optimal untuk pertumbuhan sagu

berkisar antara 24,50−29 C dan suhu minimal 15 C, dengan kelembapan nisbi⁰ ⁰

90% (Haryanto dan Pangloli 1992 ).

Page 10: Makalah opt

BAB III

PEMBAHASAN

Bakteri merupakan organisme yang paling banyak jumlahnya dan lebih tersebar luas

dibandingkan mahluk hidup yang lain . 

Bakteri memiliki ratusan ribu spesies yang hidup di darat hingga lautan dan pada

tempat-tempat yang ekstrim. 

Bakteri ada yang menguntungkan tetapi ada pula yang merugikan. Bakteri memiliki

ciri-ciri yang membedakannya dengan mahluk hidup yang lain. Bakteri adalah

organisme uniselluler dan prokariot serta umumnya tidak memiliki klorofil dan

berukuran renik (mikroskopis)

Pengertian jamur merupakan kelompok organisme eukariotik yang membentuk

dunia jamur atau regnum fungi. Kita telah mengenal jamur dalam kehidupan sehari-hari

meskipun tidak sebaik tumbuhan lainnya. Hal itu disebabkan karena jamur hanya

tumbuh pada waktu tertentu, pada kondisi tertentu yang mendukung, dan lama hidupnya

terbatas.

Selada (Lactuca sativa L) adalah merupakan salah satu komoditi hortikultura

yang memiliki prospek dan nilai komersial yang cukup baik. Semakin bertambahnya

jumlah penduduk Indonesia serta meningkatnya kesadaran penduduk akan kebutuhan gizi

menyebabkan bertambahnya permintaan akan sayuran. Kandungan gizi pada sayuran

terutama vitamin dan mineral tidak dapat disubtitusi melalui makanan pokok

a. Pengendalian hama dan penyakit

Hama dan penyakit yang biasa menyerang budidaya selada keriting adalah

sebagai berikut:

Page 11: Makalah opt

Jangel (Bradybaena similaris ferussac), bentuknya seperti siput berukuran 2 cm.

Hama ini menyerang tanaman di segala umur. Biasa bersembunyi pada pangkal

daun bagian dalam. Serangan hama ini membuat daun berlubang.

Tangek (Parmalion pupilaris humb), bentuknya mirip dengan jangel namun tidak

memiliki siput. Akibat serangannya sama membuat lubang pada daun. Hama ini

lebih banyak menyerang di musim kemarau dibanding musim hujan.

Busuk lunak (soft rot), penyebabnya bakteri Erwinia Carotovora. Penyakit ini

menyerang bagian daun. Serangan dimulai dari tepi daun, warna daun menjadi

coklat kemudian layu. Selain bisa menyerang tanaman yang masih ditanam,

penyakit ini juga bisa menyerang selada yang siap diangkut ke pasar.

Busuk pangkal daun, penyebabnya Felicularia Filamentosa. Penyakit ini

menyerang pangkal daun, serangan biasa terjadi menjelang panen.

Dalam budidaya selada keriting organik, tidak diperbolehkan menyemprot hama

dan penyakit dengan pestisida sintetis. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan

dengan memperhatikan pemupukan, kebersihan kebun, rotasi tanaman dan kalau

terpaksa lakukan penyemprotan dengan pestisida nabati.

Penyiraman teratur dan pemupukan yang tepat terbukti efektif mengendalikan

hama. Namun, pengendalian hama yang paling efektif adalah dengan melakukan

budidaya tanaman sehat, mengatur kebersihan lingkungan seperti menjaga irigasi

dan drainase serta menjamin kecukupan nustrisi bagi tanaman terutama untuk

kekebalan tubuh tanaman itu sendiri seperti unsur kalium. Unsur kalium bisa

didapatkan dengan menambahkan bahan-bahan daun bambu pada saat pembuatan

kompos.

b. Sukun merupakan tanaman tahunan yang tumbuh baik pada lahan kering

(daratan), dengan tinggi pohon dapat mencapai 10 m atau lebih. Buah muda

berkulit kasar dan buah tua berkulit halus. Daging buah berwarna putih agak

krem, teksturnya kompak dan berserat halus. Rasanya agak manis dan

memiliki aroma yang spesifik. Berat buah sukun dapat mencapat 1 kg per

buah.

Page 12: Makalah opt

Hama yang biasa menyerang tanaman sukun adalah penggerek batang

(Xyleberus sp.) dan lalat buah (Dacus sp.). Lubang gerekan pada batang

disumbat rapat dengan aspal atau batangnya disiram dengan larutan

insektisida sistemik dapat mengatasi serangan. Hama penggerek ini dapat

mematikan pohon. Oleh karena itu, bila ada serangan harus cepat diberantas.

Penyakit yang biasa mengancam tanaman sukun adalah mati pucuk

(Fusarium sp.), busuk buah lunak (Phytophthora palmivora), dan busuk

tangkai buah (Rhizopus sp.). Namun, penyakit ini belum merupakan ancaman

serius (Eko, 1992).

Fungi merupakan salah satu faktor biotik terbanyak yang menyebabkan

tanaman hutan menjadi sakit. Umumnya penyakit tidak hanya disebabkan oleh

satu jenis patogen akan tetapi disebabkan oleh beberapa patogen yang datang

atau muncul secara bersamaan ataupun berurutan. Hal ini dapat disebabkan

beberapa produksi hutan tanaman yang disebabkan berkurangnya produksi

hutan tanaman yang diusahakan (Semangun, 2001) .

Fungi adalah penyebab penyakit paling umum, yaitu jasad renik yang tidak

mengandung klorofil dalam struktur tubuhnya. Unit vegetatifnya merupakan

struktur satu sel atau benang hifa yang disebut miselium jika berada dalam

komplek besar (Widyastuti, dkk, 2004).

Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian tentang Identifikasi Hama Dan

Fungi Pada Tanaman Sukun (Artocarpus communis) di Kabupaten

Simalungun, Langkat, dan Deli Serdang.

KURANG BAKTERI

c. Sagu merupakan tanaman asli Indonesia. Sagu (Metroxylon sp.) di duga

berasal dari Maluku dan   Papua. Di tempat tersebut dijumpai keragaman

plasma nutfah sagu yang paling tinggi. Namun hingga saat ini belum ada data

yang mengungkapkan sejak kapan awal mula sagu ini dikenal.

Pengendalian Hama dan Penyakit

Pada tanaman sagu terdapat hama dan penyakit yang dapat mengurangi hasil

panen. Beberapa jenis hama dan penyakit adalah sebagai berikut.

Page 13: Makalah opt

Hama

a. Kumbang (Oryctes rhinoceros sp.)

Gejala dari serangan hama ini adalah terdapat lubang pada pucuk daun bekas

gerekan kumbang, setelah berkembang tampak terpotong seperti di gunting

dalam bentuk segitiga. Pengendalian dapat dilakukan secara mekanis dan

bilogis. Pengendalian secara mekanis adalah dengan cara pohon – pohon sagu

yang mendapat serangan ditebang dan dibakar. Pengendalian secara biologis

dapat dengan menggunakan musuh alami.

b. Kumbang sagu (Rhynchophorus sp)

Ciri dari serangan hama ini adalah, serangan sekunder setelah kumbang

oryctes biasanya meletakkan telur di luka bekas oryctes. Bila serangan terjadi

pada titik tumbuh dapat menyebabkan kematian pohon.  Pengendalian dapat

dilakukan dengan cara mekanik dan biologis.

c. Ulat daun Artona (Artona catoxantha, Hamps. Atau Brachartona

catoxantha)

Ulat daun selain merusak daun pada sagu, juga menyerang pada daging buah,

ulat daun ini menyerang jaringan dalam daun. Pengendalian pada ulat daun

dapat dilakukan secara mekanik dan biologis.

d. Babi hutan

Binatang ini merusak sagu tingkat semai dan sapihan (umur 1-3 tahun),

memakan umbut (pucuk batang yang masih muda). Pengendalian hama

binatang ini adalah dengan cara memburu dan membunuhnya agar populasi

terkendali.

e. Kera (Macaca irus)

Binatang ini mempunyai potensi untuk merusak bagian  sagu muda dan selalu

merusak lebih banyak daripada yang dibutuhkan. Pengendalian untuk

binatang ini sama dengan  pengendalian binatang babi hutan.

Page 14: Makalah opt

Penyakit

Penyakit yang biasanya terdapat pada tanaman sagu adalah bercak kuning

yang disebabkan oleh cendawan Cercospora. Gejala dari penyakit ini adalah

daun berbercak – bercak coklat.

KURANG BAKTERI

Page 15: Makalah opt

BAB IV

KESIMPULAN

1. Dalam budidaya selada keriting organik, tidak diperbolehkan menyemprot hama dan

penyakit dengan pestisida sintetis. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan

memperhatikan pemupukan, kebersihan kebun, rotasi tanaman dan kalau terpaksa

lakukan penyemprotan dengan pestisida nabati.

2. Hama yang biasa menyerang tanaman sukun adalah penggerek batang (Xyleberus sp.)

dan lalat buah (Dacus sp.). Lubang gerekan pada batang disumbat rapat dengan aspal

atau batangnya disiram dengan larutan insektisida sistemik dapat mengatasi serangan.

Hama penggerek ini dapat mematikan pohon. Oleh karena itu, bila ada serangan harus

cepat diberantas. Penyakit yang biasa mengancam tanaman sukun adalah mati pucuk

(Fusarium sp.), busuk buah lunak (Phytophthora palmivora), dan busuk tangkai buah

(Rhizopus sp.).

3. Penyakit yang biasanya terdapat pada tanaman sagu adalah bercak kuning yang

disebabkan oleh cendawan Cercospora. Gejala dari penyakit ini adalah daun

berbercak – bercak coklat.

Page 16: Makalah opt

DAFTAR ISI

Kata pengantar ............................................................................................i

Daftar isi .....................................................................................................ii

Bab II pendahuluan .....................................................................................1

A. Latar belakang ........................................................................................1

B.Tujuan.......................................................................................................2

C.Manfaat.................................................................................... ………....3

Bab II tinjauan pustaka............................................... ……………………4

A. Tinjauan pustaka .................................................................................... 4

Bab III Pembahasan dan pengendalian hama dan penyakit........................ 6

A. Pembahasan.. ........................................................................................ 6

B. Penyakit…………. ............................................................................... 10

C Pengendalian hama ……........................................................................11

Bab IV Kesimpulan……………….............................................................12

A. Kesimpulan

Daftar pustaka ............................................................................................13

Page 17: Makalah opt

TUGAS TERSTRUKTUR

ORGANISME PENGANGGU TUMBUHAN

TANAMAN SELADA,SUKUN,SAGU

Page 18: Makalah opt

Disusun oleh:

SURYATI

A1G013013 (Agribisnis Paralel) ALIH JENJANG

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS PERTANIAN

PURWOKERTO

2014