bab ii tinjauan pustaka 2.1 konsep pengertian bayi 2.1.1...

32
10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pengertian Bayi 2.1.1 Pengertian Bayi Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dengan berat lahir 2.500 gram sampai 4000 gram, cukup bulan, langsung menangis dan tidak ada cacat bawaan, serta ditandai dengan pertumbuhan dan perkembangan yang cepat. Bayi merupakan makhluk yang sangat peka dan halus, apakah bayi itu akan terus tumbuh dan berkembang dengan sehat, sangat bergantung pada proses kelahiran dan perawatannya. Tidak saja cara perawatannya, namun pola pemberian makan juga sangat mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan bayi (Depkes RI, 2009). Bayi dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu bayi cukup bulan, bayi premature, dan bayi dengan berat bayi lahir rendah (BBLR) (Hayati, 2009). Bayi (Usia 0-11 bulan) merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat yang mencapai puncaknya pada usia 24 bulan, sehingga kerap diistilahkan sebagai periode emas sekaligus periode kritis (Goi, 2010). 2.1.2 Tahap pertumbuhan dan perkembangan bayi Pertumbuhan adalah sesuatu yang berkaitan dengan perubahan baik dari segi jumlah, ukuran, dan dimensi pada tingkat sel, organ yang di ukur maupun individu. Pertumbuhan pada masa anak-anak mengalami perbedaan yang bervariasi sesuai dengan bertambahnya usia anak secara umum, pertumbuhan fisik dimulai dari arah kepala ke kaki (cephalokauudal). Kemtangan pertumbuhan tubuh pada bagian kepala berlangsung lebih dahulu, kemudian secara berangsur-angsur diikuti oleh tubuh

Upload: haliem

Post on 16-Jun-2019

247 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Pengertian Bayi

2.1.1 Pengertian Bayi

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan 37

minggu sampai 42 minggu dengan berat lahir 2.500 gram sampai 4000 gram, cukup

bulan, langsung menangis dan tidak ada cacat bawaan, serta ditandai dengan

pertumbuhan dan perkembangan yang cepat. Bayi merupakan makhluk yang sangat

peka dan halus, apakah bayi itu akan terus tumbuh dan berkembang dengan sehat,

sangat bergantung pada proses kelahiran dan perawatannya. Tidak saja cara

perawatannya, namun pola pemberian makan juga sangat mempengaruhi

perkembangan dan pertumbuhan bayi (Depkes RI, 2009).

Bayi dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu bayi cukup bulan, bayi

premature, dan bayi dengan berat bayi lahir rendah (BBLR) (Hayati, 2009). Bayi (Usia

0-11 bulan) merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat yang

mencapai puncaknya pada usia 24 bulan, sehingga kerap diistilahkan sebagai periode

emas sekaligus periode kritis (Goi, 2010).

2.1.2 Tahap pertumbuhan dan perkembangan bayi

Pertumbuhan adalah sesuatu yang berkaitan dengan perubahan baik dari segi

jumlah, ukuran, dan dimensi pada tingkat sel, organ yang di ukur maupun individu.

Pertumbuhan pada masa anak-anak mengalami perbedaan yang bervariasi sesuai

dengan bertambahnya usia anak secara umum, pertumbuhan fisik dimulai dari arah

kepala ke kaki (cephalokauudal). Kemtangan pertumbuhan tubuh pada bagian kepala

berlangsung lebih dahulu, kemudian secara berangsur-angsur diikuti oleh tubuh

11

bagian bawah. Selanjutnya, pertumbuhan bagian bawah akan bertambah secara

teratur (Chamidah, 2009).

Ada perbedaan antara konsep pertumbuhan dan perkembangan pada bayi,

konsep pertumbuhan lebih kearah fisik, yaitu pertambahan berat tubuh bayi. Dalam

hal ini terjadi pertumbuhan organ-organ bayi seperti tulang, gigi, organ-organ dalam,

dan sebagainya. Sementara itu, konsep perkembangan lebih mengarah pada segi

psikologis, yaitu menyangkut perkembangan sosial, emosional, dan kecerdasan.

Perkembangan pada bayi terdiri dari beberapa tahap antara lain sebagai berikut

(Chamidah, 2009):

1) Periode usia 0-1 bulan (periode neonatus/bayi awal): terjadi penyesuaian

sirkulasi darah dan insiasi pernapasan serta fungsi lain.

2) Periode usia 1 bulan sampai dengan 1 tahun (periode bayi tengah): terjadi

pertumbuhan yang cepat dan maturasi fungsi terutama pada saraf. Maturasi

fungsi adalah pemataangan fungsi-fungsi organ tubuh, misalnya pada organ

pencernaan dari hanya bias mencerna susu hingga dapat mencerna makanan

padat.

3) Periode usia 1-2 tahun (periode bayi akhir): terjadi perkembangan motoric

besar dan halus, control fungsi ekskresi (buang air besar) dan pertumbuhan

lambat.

2.1.3 Ciri-ciri Pertumbuhan

Hidayat (2009), menyatakan bahwa seseorang dikatakan mengalami

pertumbuhan bila terjadi perubahan ukuran dalam hal bertambahnya ukuran fisik,

seperti berat badan, tinggi badan/panjang badan, lingkar kepala, lingkar lengan,

lingkar dada, perubahan proporsi yang terlihat pada proporsi fisik atau organ manusia

yang muncul mulai dari masa konsepsi sampai dewasa, terdapat ciri baru yang secara

12

perlahan mengikuti proses kematangan seperti adanya rambut pada daerah aksial,

pubis atau dada, hilangnya ciri-ciri lama yang ada selama masa pertumbuhan seperti

hilangnya kelenjar timus, lepasnya gigi sus, atau hilangnya refleks tertentu.

2.1.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi Pertumbuhan

Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan adalah

(Chamidah, 2009):

a. Gizi pada bayi

b. Penyakit kronis atau kelainan konginetal seperti tuberkolosis, anemia,

kelainan jantung bawaan mengakibatkan setardasi pertumbuhan jasmani.

c. Lingkungan fisis dan kimia meliputi sanitasi lingkungan yang kurang bagi

bayi, kurangnya sinar matahari, paparan sinar radio aktif, zat kimia dan rokok

mempunyai dampak yang negatif terhadap pertumbuhan anak.

d. Hubungan psikologis, yaitu hubungan anak dengan orang sekitarnya, seorang

anak yang tidak dikehendaki orang tuanya atau anak yang selalu merasa

tertekan akan mengalami hambatan didalam perkembangan maupun

pertumbuhan.

e. Faktor endokrin seperti gangguna hormone. Salah satu contohnya pada

penyakit hipoteroid yang akan menyebabkan anak mengalami hambatan

pertumbuha. Defisiensi hormon pertumbuhan akan menyebabkan anak

menjadi kerdil.

f. Sosial ekomoni, seperti kemiskinan yang selalu berkaitan dengan kekurangan

makanan kesehatan lingkungan yang jelek dan ketidaktahuan akan

menghambat pertumbuhan anak.

g. Pemberian ASI ekslusif pada usia 0-6 bulan dapat membantu pertambahan

berat badan bayi karena komponen ASI sesuai dengan kebutuhan bayi.

13

h. Pemakaian obat-obatan, seperti pemakaian kortikosteroid dalam jangka lama

akan menghambat pertumbuhan. Demikian halnya dengan pemakaian obat

perangsang terhadap rangsangan susunan saraf pusat yang menyebabkan

terhambatnya produksi hormon perkembangan dan pertumbuhan.

i. Genetik atau Hereditas

j. Status Kesehatan Anak dalam Keluarga

2.1.5 Parameter Pertumbuhan Bayi

Pengukuran pertumbuhan pada bayi yang dijadikan patokan adalah berat badan

dan tinggi badan. Pengukuran berat badan digunakan untuk menilai hasil peningkatan

atau penurunan semua jaringan yang ada pada tubuh, misalnya tulang, otot, lemak,

organ tubuh, dan cairan tubuh sehingga dapat diketahui status keadaan gizi atau

tumbuh kembang anak. Selain itu berat badan juga dapat digunakan sebagai dasar

perhitungan dosis dan makanan yang diperlukan dalam tindakan pengobatan. Pada

usia beberapa hari, berat badan bayi mengalami penurunan yang sifatnya normal,

yaitu sekitar 10% dari berat badan waktu lahir. Hal ini disebabkan karena keluarnya

mekonium dan air seni yang belum diimbangi dengan asupan yang mencukupi,

misalnya produksi ASI yang belum lancar dan berat badan akan kembali pada hari

kesepuluh (Hidayat, 2009).

Bayi akan memiliki berat badan 2 kali berat lahirnya pada umur 5 sampai 6

bulan dan 3 kali berat lahirnya pada umur 1 tahun. Berat badannya bertambah 4 kali

lebih banyak dalam 2 tahun, 5 kali lebih banyak dalam 3 tahun, 6 kali lebih

banyak dalam 5 tahun dan 10 kali lebih banyak dalam 10 tahun. Rata-rata

pertambahan pada bayi adalah 90-150 gram/minggu (Dintansari dkk., 2010).

Pengukuran pertumuhan pada bayi selain berat badan adalah panjang badan.

Pengukuran panjang badan dilakukan ketika anak terlentang. Pengukuran panjang

14

badan digunakan untuk menilai status perbaikan gizi. Panjang badan bayi baru lahir

normal adalah 45-50 cm dan berdasarkan kurva pertumbuhan yang diterbitkan oleh

National Center For Health statistic (NCHS), bayi akan mengalami penambhan panjang

badan sekitar 2,5 cm setiap bulannya. Penambhan tersebut akan berangsur-angsur

berkurang sampai usia 9 tahun, yaitu hanya sekitar 5 cm/tahun dan penambahan ini

akan berhenti pada usia 18-20 tahun (Ernawati dkk., 2014).

2.2 Konsep Pijat Bayi

2.2.1 Pijat Bayi

Pijat bayi adalah pemijatan yang dilakukan dengan usapan-usapan halus pada

permukaan kulit bayi, dilakukan dengan menggunakan tangan yang bertujuan untuk

menghasilkan efek terhadap syaraf, otot, system pernafasan serta sirkulsi darah dan

limpha. Pijat adalah terapi sentuh tertua yang dikenal manusia dan yang paling

popular.Pijat adalah seni perawatan kesehatan dan pengobatan yang dipraktekkan

sejak berabad-abad silam. Bahkan diperkirakan ilmu ini telahsejak awal manusia

diciptakan ke dunia, mungkin karena pijat berhubungan sangat erat dengan

kehamilan dan proses kelahiran manusia (Santi, 2012).

Pijat bayi disebut juga stimulasi touch atau terapi sentuh. Disebut terapi

sentuh karena melalui pijat bayi inilah akan terjadi komunikasi antara ibu dan buah

hatinya. Sebenarnya, dikenal oleh berbagai bangsa dan kebudayaan didunia sejak

berabad-abad yang lalu.Pijat bayi berkembang dalam berbagai bentuk jenis gerakan,

terapi dan tujuan. Selain sebagai salah satu terapi yang banyak memberikan manfaat,

pijat bayi ini juga merupakan salah satu cara pengungkapan kasih saying antara orang

tua dengan anak. Melalui sentuhan pada kulit berdampak luar biasa pada

perkembangan fisik, emosi dan tumbuh kembang anak (Riksani, 2012).

15

2.2.2 Mekanisme Dasar pemijatan

Satu hal yang sangat menarik pada penelitian tentang pemijatan bayi adalah

penelitian tentang mekanika dasar pemijatan. Mekanisme dasar pijat bayi belum

banyak diketahui.Walaupun demikian, saat ini para pakar sudah mempunyai beberapa

teori tentang mekanisme ini serta mulai menemukan jawabannya. Diajukan beberapa

mekanisme untuk menolong menerangkan mekanisme dasar pijat bayi, antara lain

(Roesli, 2010):

a. Beta Endorphin Mempengaruhi Mekanisme Pertumbuhan

Pijatan akan meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak. Menurut

Schanberg 1989 dari Duke University Medical School melakukan penelitian

pada bayi-bayi tikus dan ditemukan bahwa jika hubungan taktil (jilat-jilatan)

ibu tikus kepada bayinya terganggu akan menyebabkan hal-hal berikut ini

(Roesli, 2010):

1) Penurunan enzim ODC (ornithine decarboxylase) suatu enzim yang

menjadi petunjuk peka bagi pertumbuhan sel dan jaringan.

2) Penurunan pengeluaran hormon pertumbuhan.

3) Penurunan kepekaan ODC jaringan terhadap pemberian hormon

pertumbuhan.

Pengurangan sensasi taktil akan meningkatkan pengeluaran suatu

neurochemical betha-endorphine, yang akan mengurangi pembentukan

hormon pertumbuhan karena menurunnya jumlah dan aktivitas ODC

jaringan (Roesli, 2010).

b. Aktivitas Nervus Vagus Mempengaruhi mekanisme penyerapan makanan

Pada bayi yang dipijat mengalami peningkatan tonus nervus vagus (saraf otak

ke-10) yang akan menyebabkan peningkatan kadar enzim penyerapan gastrin

16

dan insulin. Dengan demikian, penyerapan makanan akan menjadi lebih baik.

Itu sebabnya mengapa berat badan bayi yang dipijat meningkat lebih banyak

daripada yang tidak dipijat (Roesli, 2010).

c. Aktivitas Nervus Vagus Meningkatkan Volume ASI

Penyerapan makanan menjadi lebih baik karena peningkatan aktivitas Nervus

Vagus menyebabkan bayi cepat lapar sehingga akan lebih sering menyusu

pada ibunya. Akibatnya, ASI akan lebih banyak diproduksi. Seperti diketahui,

ASI akan semakin banyak diproduksi jika semakin banyak diminta. Selain itu,

ibu yang memijat bayinya akan merasa lebih tenang dan hal ini berdampak

positif pada peningkatan volume ASI (Roesli, 2010).

d. Produksi Serotonin Meningkatkan Daya Tahan Tubuh

Pemijatan akan meningkatkan aktivitas neurotransmitter serotonin, yaitu

meningkatkan kapasitas sel reseptor yang berfungsi mengikat glucocorticoid

(adrenalin, suatu hormone stress). Proses ini akan menyebabkan terjadinya

penurunan kadar hormon adrenalin (hormon stress). Penurunan kadar

hormon stress ini akan meningkatkan daya tahan tubuh, terutama IgM dan

IgG (Roesli, 2010).

e. Pijat dapat Mengubah Gelombang otak

Pijat bayi akan membuat bayi tidur lebih lelap dan meningkatkan kesiagaan

(alertness) atau konsentrasi. Hal ini disebabkan pijatan dapat mengubah

gelombang otak. Pengubahan ini terjadi dengan cara menurunkan gelombang

alpha dan meningkatkan gelombang beta serta tetha, yang dapat dibuktikan

dengan penggunaan EEG (electroensefalogram) (Roesli, 2010).

17

2.2.3 Manfaat Pijat Bayi

Menurut ardhillah (2012), manfaat pijat bayi adalah merangsang syaraf motorik,

memperbaiki pola tidur, membantu pencernaan dan meningkatkan ketenangan

emosional, selain juga menyehatkan tubuh dan otot-ototnya.Bayi yang dipijat dengan

baik dan teratur dapat tumbuh lebih sehat dan berkembang lebih baik. Terapi sentuh,

terutama pijat menghasilkan perubahan fisiologis yang menguntungkan dan dapat

diukur secara ilmiah. Menurut Salsabila (2009), manfaat pijat bayi antara lain sebagai

berikut :

1. Efek biokimia yang positif dari pijat, antara lain menurunkan kadar hormon

stress, dan meningkatkan kadar serotonin

2. Efek fisik/klinis yang meliputi meningkatkan jumlah dan sitotoksisitas dari

system immunitas (sel pembunuh alami), mengubah gelombang otak secara

positif, memperbaiki sirkulasi darah dan pernafasan, merangsang fungsi

pencernaan serta pembuangan, meningkatkan kenaikan berat badan,

mengurangi depresi dan ketegangan, meningkatkan kesiagaan, membuat

tidur lelap, mengurangi rasa sakit, dan mengurangi kembung dan kolik (sakit

perut).

Berikut beberapa manfaat pijatan bayi (Suririnah, 2009):

1. Manfaat bagi ibu meliputi mempererat hubungan batin antara ibu dan anak,

mengurangi rasa stres dan menimbulkan rasa santai, merupakan sarana untuk

berkomunikasi dengan bayi, dan memperbanyak produksi ASI untuk ibu yang

menyusui.

2. Manfaat bagi bayi meliputi bayi dapat tidur dengan lebih baik karena merasa

rileks dan disayangi, membantu pencernaan dengan menyembuhkan kolik

dan kembung, membantu membentuk perkembangan mental bayi, dan

18

meningkatkan kekuatan otot dan sirkulasi darah serta mengurangi stres pada

bayi.

3. Meningkatkan berat badan karena pijat bayi bisa merangsang nervus vagus,

dimana saraf ini meningkatkan persitaltik usus sehingga pengosongan

lambung meningkat dengan demikian akan merangsang nafsu makan bayi.

Disisi lain pijat juga melancarkan peredaran darah dan meningkatkan

metabolism sel, dari rangkaian tersebut berat badan bayi akan meningkat.

Pada bayi prematur yang dilaukan pemijatan 3 x 10 menit selama 10 hari,

kenaikan berat badannya tiap hari 20%-47% dan pada bayi cukup bulan usia

1-3 bulan dipijat 15 menit, dua kali seminggu selama enam minggu, kenaikan

berat badannya lebih baik daipada yang tidak dipijat.

4. Meningkatkan pertumbuhan

5. Meningkatkan daya tahan tubuh

6. Meningkatkan konsentrasi bayi dan membuat bayi tidur lebih lelap

Umumnya, bayi yang dipijat akan tertidur lebih lelap, sedangkan pada waktu

bangun konsentrasinya akan lebih penuh. Di Touch research Institusi Amerika,

dilakukan penelitian pada sekelompok anak dengan pemberian soal

matematika. Setelah itu, dilakukan pemijatan pada anak-anak tersebut selama

2x15 menit setiap minggunya selama jangka waktu 5 minggu. Selanjutnya,

pada anak-anak tersebut diberikan lagi soal matematika lain. Ternyata, mereka

hanya memerlukan waktu penyelesaian setengah dari waktu yang

dipergunakan untuk menyelesaikan soal terdahulu, dan ternyata pula tingkat

kesalahannya hanya sebanyak 50 % dari sebelum dipijat (Roesli, 2010).

7. Membina ikatan kasih saying orang tua dan anak (bonding)

19

Sentuhan dan pandangan kasih orang tua pada bayinya akan

mengalirkan kekuatan jalinan kasih diantara keduanya. Pada perkembangan

anak, sentuhan orang tuaadalah dasar perkembangan komunikasi yang akan

memupuk cinta kasih secara timbale balik. Semua ini akan menjadi penentu

bagi anak untuk secara potensial menjadi anak berbudi pekerti baik yang

percaya diri (Suririnah, 2009).

8. Meningkatkan produksi ASI

Berdasarkan penelitian Cynthia mersmann, ibu yang memijat bayinya mampu

memproduksi ASI perah lebih banyak dibandingkan kelompok control.Pada

saat menyusui bayinya mereka merasa kewalahan karena ASI terus-menerus

menetes dari payudara yang tidak disusukan.Jadi, pijat bayi dapat

meningkatkan volume ASI peras sehingga periode waktu pemberian ASI

secara ekslusif dapat ditingkatkan, khususnya oleh ibu-ibu karyawati

(Suririnah, 2009).

2.2.4 Faktor-faktor yang Harus Diperhatikan Dalam Pijat Bayi

Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam pijat bayi adalah (Roesli, 2010):

a. Pelaksanaan Pemijatan Bayi

Pijat bayi dapat segera dimulai setelah bayi dilahirkan, sesui

keinginan orang tua. Dengan lebih cepat mengawali pemijatan, bayi akan

mendapatkan keuntungan yang lebih besar. Apalagi jika pemijatan dapat

dilakukan setiap hari dari sejak kelahiran sampai bayi berusia 6-7 bulan.

Pemijatan dapat dilakukan pada waktu-waktu berikut ini : Pagi hari, pada

saat orang tua dan anak siap untuk memulai hari baru dan Malam hari,

sebelum tidur. Ini sangat baik untuk membantu bayi tidur lebih nyenyak

(Roesli, 2010).

20

b. Persiapan Sebelum Memijat meliputi angan bersih dan hangat, menghindari

kuku dan perhiasan dan hal lain yang mengakibatkan goresan pada kulit

bayi, ruang untuk memijat diupayakan hangat dan tidak pengap, bayi sudah

selesai makan atau sedang tidak lapar, sediakan waktu untuk tidak diganggu

minimal selama 15 menit guna melakukan seluruh tahap-tahap pemijatan,

duduk pada posisi nyaman dan tenang, baringkan bayi diatas permukaan

kain yang rata, lembut, dan bersih, dan menyiapkan handuk, popok, baju

ganti, dan minyak bayi (baby oil atau lotion), meminta izin pada bayi

sebelum melakukan pemijatan dengan cara membelai wajah dan kepala bayi

sambil mengajaknya bicara, dan mengakhiri dengan peregangan. Setelah

melakukan persiapan itu, pemijatan bisa dimulai.

Urutan pijat bayi adalah sebagai berikut (Rakhmawati, 2009):

1. Kaki

Berikut merupakan tatacara pemijatan pada kaki bayi (Rakhmawati,

2009:

a. Perahan cara India Peganglah kaki bayi pada pangkal paha, seperti

memegang pemukul softball. Gerakkan tangan ke bawah secara

bergantian, seperti memerah susu kemudian peras dan putar,

pegang kaki bayi pada pangkal paha dengan kedua tangan secara

bersamaan. Peras dan putar kaki bayi dengan lembut dimulai dari

pangkal paha kearah mata kaki.

b. Telapak kaki: Urut telapak kaki bayi dengan kedua ibu jari secara

bergantian, dimulai dari tumit kaki menuju jari-jari diseluruh telapak

kaki.

21

c. Tarikan lembut jari: memijat jari-jari satu persatu dengan gerakan

memutar menjauhi telapak kaki, diakhiri dengan tarikan kasih yang

lembut pada tiap ujung jari.

d. Gerakan peregangan (stretch), yaitu dengan mempergunakan sisi

dari jari telunjuk, pijat telapak kaki mulai dari batas jari-jari kearah

tumit, kemudian ulangi lagi dari perbatasan jari ke arah tumit.

Dengan jari tangan lain regangkan dengan lembut punggung kaki

pada daerah pangkal kaki kearah tumit.

e. Titik tekan bagian kedua ibu jari secara bersamaan di seluruh

permukaan telapak kaki dari arah tumit ke jari-jari.

f. Punggung kaki dipijat dengan mempergunakan kedua ibu jari secara

bergantian mulai dari pergelangan kaki kearah jari-jari secara

bergantian.

g. Peras dan putar pergelangan kaki (ankle circles), yaitu dengan

gerakan seperti memeras dengan mempergunakan ibu jari dan

jarijari lainnya di pergelangan kaki bayi.

h. Perahan cara swedia, yaitu dengan cara memegang pergelangan kaki

bayi. Kemudian menggerakkan tangan secara bergantian dari

pegelangan kaki ke pangkal paha.

i. Gerakan menggulung, yaitu dengan memegang pangkal paha

dengan kedua tangan Anda. Buatlah gerakan menggulung dari

pangkal paha menuju pergelangan kaki.

j. Gerakan akhir: Setelah gerakan 1 sampai 10 dilakukan pada kaki

kanan dan kiri rapatkan kedua kaki bayi. Meletakkan kedua tangan

secara bersamaan pada pantat dan pangkal paha. mengusap kedua

22

kaki bayi dengan tekanan lembut dari paha ke arah pergelangan

kaki. Ini merupakan gerakan akhir bagian kaki.

2. Perut

Berikut merupakan tatacara pemijatan perut pada bayi

(Rakhmawati, 2009):

a. Mengayuh sepeda, yaitu dari atas ke bawah perut, bergantian dengan

tangan kanan dan kiri.

b. Mengayuh sepeda dengan kaki diangkat, yaitu mengangkat kedua

kaki bayi dengan salah satu tangan. Dengan tangan yang lain, pijat

perut bayi dari perut bagian atas sampai ke jari-jari kaki.

c. Bulan-Matahari, yaitu membuat lingkaran searah jarum jam dengan

jari tangan kiri mulai dari perut sebelah kanan bawah (daerah usus

buntu) ke atas, kemudian kembali ke 18 daerah kanan bawah (seolah

membentuk gambar matahari (M)) beberapa kali. Gunakan tangan

kanan untuk membuat gerakan setengah lingkaran mulai dari bagian

kanan bawah perut bayi sampai bagian kiri perut bayi (seolah

membentuk gambar bulan (B)), lakukan kedua gerakan ini bersama-

sama. Tangan kiri selalu membuat bulatan penuh (matahari)

sedangkan tangan kanan akan membuat gerakan setengah lingkaran

(bulan).

d. Gerakan I-Love-U pada bayi. “I”, Pijatlah perut bayi mulai dari

bagian kiri atas ke bawah dengan menggunakan jari-jari tangan kanan

membentuk huruf “I”. “Love”, pijatlah perut bayi membentuk huruf

“L” terbalik, mulai dari kanan atas ke kiri atas, kemudian dari kiri

atas ke kiri bawah. “You”, pijatlah perut bayi membentuk huruf “U”

23

terbalik, mulai dari kanan bawah (daerah usus buntu) ke atas,

kemudian ke kiri, ke bawah, dan berakhir di perut kiri bawah.

e. Gelembung atau jari-jari berjalan (walking fingers), yaitu meletakkan

ujung jari-jari satu tangan pada perut bayi bagian kanan. Gerakkan

jari-jari Anda pada perut bayi dari bagian kanan ke bagian kiri guna

mengeluarkan gelembung-gelembung udara.

3. Dada

Berikut merupakan tatacara pemijatan dada pada bayi

(Rakhmawati, 2009):

a. Jantung besar dengan membuat gerakan yang menggambarkan

jantung dengan meletakkan ujungujung jari kedua telapak tangan

Anda di tengah dada bayi atau ulu hati. Buat 19 gerakan ke atas

sampai di bawah leher, kemudian ke samping di atas tulang selangka,

lalu ke bawah membentuk bentuk jantung dan kembali ke ulu hati.

b. Kupu-kupu, yaitu membuat gerakan diagonal seperti gambaran

kupu-kupu, dimulai dengan tangan kanan membuat gerakan memijat

menyilang dari tengah dada atau ulu hati ke arah bahu kanan dan

kembali ke ulu hati. Gerakkan tangan kiri ke bahu kiri dan kembali

ke ulu hati.

4. Tangan

Berikut merupakan tatacara pemijatan tangan pada bayi

(Rakhmawati, 2009):

a. Memijat ketiak (armpits), yaitu dengan membuat gerakan memijat

pada daerah ketiak dari atas ke bawah. Perlu diingat, kalau terdapat

24

pembengkakan kelenjar di daerah ketiak, sebaiknya gerakan tidak

dilakukan.

b. Perahan cara India, yaitu arah pijatan yang menjauhi tubuh. Fungsi

pemijatan cara ini adalah untuk relaksasi atau melemaskan otot.

Peganglah lengan bayi bagian pundak dengan tangan kanan seperti

memegang pemukul soft ball, tangan kiri memegang pergelangan

tangan bayi. Gerakan tangan kanan mulai dari bagian pundak ke arah

pergelangan tangan, kemudian gerakkan tangan kiri dari pundak ke arah

pergelangan tangan. Demikian seterusnya, gerakan tangan kanan dan

kiri ke bawah secara bergantian dan berulang-ulang seolah memerah

susu sapi.

c. Peras dan putar lengan bayi dengan lembut mulai dari pundak ke

pergelangan tangan.

d. Membuka tangan, yaitu dengan memijat telapak tangan dengan kedua

ibu jari, dari pergelangan tangan ke arah jari-jari.

e. Putar jari-jari, yaitu memijat lembut jari bayi satu per satu menuju ke

arah ujung jari dengan gerakan memutar. Akhirilah gerakan ini dengan

tarikan lembut pada tiap ujung jari.

f. Punggung tangan, yaitu dengan meletakkan tangan bayi diantara kedua

tangan. Usap punggung tangannya dari pergelangan tangan ke arah jari-

jari dengan lembut.

g. Peras dan putar pergelangan tangan, yaitu dengan memeras sekeliling

pergelangan tangan dengan ibu jari dan jari telunjuk.

h. Perahan cara Swedia, yaitu dari arah pergelangan tangan ke arah badan.

Pijatan ini berguna untuk mengalirkan darah ke jantung dan paru-paru.

25

Gerakkan tangan kanan dan kiri secara bergantian mulai dari

pergelangan tangan kanan bayi ke arah pundak Lanjutkan dengan

pijatan dari pergelangan kiri bayi ke arah pundak.

i. Gerakan menggulung, yaitu dengan memegang lengan bagian atas atau

bahu dengan kedua telapak tangan. Bentukklah gerakan menggulung

dari pangkal lengan menuju kearah pergelangan tangan atau jari-jari.

5. Muka

Berikut merupakan tatacara pemijatan muka pada bayi

(Rakhmawati, 2009):

a. Dahi, yaitu meletakkan jari-jari kedua tangan pada pertengahan dahi.

Tekankan jari-jari dengan lembut mulai dari tengah dahi keluar ke

samping kanan dan kiri seolah menyetrika dahi atau membuka lembaran

buku. Gerakkan ke bawah ke daerah pelipis, buatlah lingkaran-lingkaran

kecil di daerah pelipis, kemudian gerakkan ke dalam melalui daerah pipi

di bawah mata.

b. Alis, yaitu dengan meletakkan kedua ibu jari diantara kedua alis mata.

Gunakan kedua ibu jari untuk memijat secara lembut pada alis mata dan

di atas kelopak mata, mulai dari tengah ke samping seolah menyetrika

alis.

c. Hidung, yaitu dengan meletakkan kedua ibu jari pada pertengahan alis.

Tekankan ibu jari dari pertengahan kedua alis turun melalui tepi hidung

ke arah pipi dengan membuat gerakan ke samping dan ke atas seolah

membuat bayi tersenyum.

26

d. Mulut bagian atas, yaitu dengan meletakkan kedua ibu jari di atas mulut

di bawah sekat hidung. Gerakkan kedua ibu jari dari tengah ke samping

dan ke atas ke daerah pipi seolah membuat bayi tersenyum.

e. Mulut bagian bawah, yaitu dengan meletakkan kedua ibu jari di tengah

dagu. Tekankan dua ibu jari pada dagu dengan gerakan dari tengah ke

samping, kemudian ke atas ke arah pipi seolah membuat bayi

tersenyum.

f. Lingkaran kecil di rahang (small circles around jaw), yaitu dengan jari kedua

tangan, buatlah lingkaran-lingkaran kecil di daerah rahang bayi.

g. Belakag telinga, yaitu dengan mempergunakan ujung-ujung jari, berikan

tekanan lembut pada daerah belakang telinga kanan dan kiri. Gerakkan

ke arah pertengahan dagu di bawah dagu.

6. Punggung

Berikut merupakan tatacara pemijatan punggung pada bayi

(Rakhmawati, 2009):

a. Gerakan maju mundur (kursi goyang), yaitu dengan membuat bayi

tengkurap secara melintang di depan dengan kepala di sebelah kiri dan

kaki di sebelah kanan. Pijatlah sepanjang punggung bayi dengan gerakan

maju mundur menggunakan kedua telapak tangan, dari bawah leher

sampai ke pantat bayi, lalu kembali lagi ke leher.

b. Gerakan menyetrika, yaitu dengan memegang pantat bayi dengan

tangan kanan. Dengan tangan kiri, pijatlah mulai dari leher ke bawah

sampai bertemu dengan tangan kanan yang menahan pantat bayi seolah

menyetrika punggung.

27

c. Gerakan menyetrika dan mengangkat kaki, yaitu dengan mengulangi

gerakan menyetrika punggung, hanya kali ini tangan kanan memegang

kaki bayi dan gerakan dilanjutkan sampai ke tumit kaki bayi.

d. Gerakan melingkar, yaitu dengan jari-jari kedua tangan, buatlah

gerakan-gerakan melingkar kecilkecil mulai dari batas tengkuk turun ke

bawah di sebelah kanan dan kiri tulang punggung sampai pantat. Mulai

dengan lingkaran-lingkaran kecil di daerah leher, kemudian lingkaran

yang lebih besar di daerah pantat.

e. Gerakan menggaruk, yaitu menekan dengan lembut ke lima jari-jari

tangan kanan Anda pada punggung bayi. Buat gerakan menggaruk ke

bawah memanjang sampai ke pantat bayi.

f. Gerakan relaksasi yang dipakai untuk memulai gerakan pada setiap

bagian badan bayi. Membuat goyangan-goyangan ringan, tepukan-

tepukan halus, dan melambunglambungkan secara lembut adalah

contoh gerakan relaksasi.Sentuhan relaksasi ini dapat dipakai untuk

memulai gerakan pada setiap bagian badan bayi.

g. Gerakan peregangan lembut, yaitu dengan meregangkan tangan dan

kaki bayi, memijat perut dan pinggul serta meluruskan tulang belakang

bayi. Peregangan lembut ini dilakukan diakhir pemijatan atau diantara

pijatan. Setiap gerakan peregangan dapat dilakukan sebanyak 4-5 kali.

Berikut ini bentuk gerakn-gerakan peregangan (Rakhmawati, 2009):

1. Tangan disilangkan, yaitu dengan memegang kedua pergelangan

tangan bayi dan silangkan keduanya di dada. Luruskan kembali

kedua tangan bayi ke samping. Ulangi gerakan ini sebanyak 4-5 kali.

28

2. Membentuk diagonal tangan-kaki, yaitu mempertemukan ujung kaki

dan ujung tangan kiri bayi di atas tubuh bayi sehingga membentuk

garis diagonal. Selanjutnya, tarik kembali kaki kanan dan tangan kiri

bayi ke posisi semula. Pertemukan ujung kaki kiri dengan ujung

tangan kanan di atas tubuh bayi. Selanjutnya, tarik kembali tangan

dan kaki bayi ke posisi semula. Gerakan membentuk diagonal ini

dapat diulang sebanyak 4-5 kali.

3. Menyilangkan kaki, yaitu dengan memegang pergelangan kaki kanan

dan kaki kiri bayi, lalu silangkan ke atas. Buatlah silangan sehingga

mata kaki kanan luar bertemu mata kaki kiri dalam. Setelah itu,

kembalikan posisi kaki pada posisi semula. Pegang kedua

pergelangan kaki bayi dan silangkan kedua kakinya ke atas sehingga

mata kaki kanan dalam bertemu dengan mata kaki kiri luar. 25

Setelah itu, kembalikan pada posisi semula. Gerakan ini dapat

diulang sebanyak 4-5 kali.

4. Menekuk kaki, yaitu dengan memegang pergelangan kaki kanan dan

kiri bayi dalam posisi kaki lurus, lalu tekuk lutut kaki perlahan

menuju ke arah perut.Gerakan menekuk lutut ini dapat diulang

sebanyak 4-5 kali.

5. Menekuk kaki bergantian, yaitu sama seperti menekuk kaki, tetapi

dengan mempergunakan kaki secara bergantian.

2.3 Konsep Tidur

2.3.1 Pengertian Tidur

Tidur adalah normal, proses alamiah dan merupakan kondisi istirahat yang

diperlukan oleh manusia secara rutin. Keadaan tidur ini ditandai oleh berkurangnya

29

gerakan tubuh dan penurunan kewaspadaan terhadap lingkungan sekitarnya

(Sekartini, 2012). Tidur adalah kebutuhan semua manusia dan untuk kesehatan fisik

dan psikologis. Tidur merupakan proses perbaikan dan pertumbuhan jaringan

(Maryunani, 2010).

Perubahan yang terjadi selama tidur tidak menyebabkan semua aktivitas

susunan syaraf berkurang, melainkan terjadi perubahan keseimbangan antara aktivitas

dan inaktivitas dari berbagai system saraf di otak.Beberapa fungsi saraf menjadi

inaktif, sementara system yang lain aktif, misalnya sel-sel saraf di korteks 26 otak

tidak seluruhnya menjadi inaktif selama tidur. Perubahan ini menyimpulkan bahwa

tidur bukan proses pasif, tetapi merupakan aktifitas yang dapat dibangkitkan

(Sekartini, 2012).

Tidur merupakan prioritas utama bagi bayi.Ketika baru lahir, bayi

menghabiskan waktunya dengan tidur.Tumbuh kembang bayi sangat tergantung dari

tidur. Tanpa tidur, bayi tidak akan tumbuh secara optimal, karena pada saat itulah

terjadi perbaikan (repair) sel-sel otak dan sekitar 75 % hormone pertumbuhan

diproduksi (Sekartini, 2012).

Tidur mempunyai efek yang besar terhadap kesehatan mental, emosi

dan fisik, serta sistem imuntias tubuh. Adanya abnormalitas pada otak juga

dapat diketahui dari bagaimana pola tidur anak tersebut dan gangguan tidur

akan mengakibatkan efek sebaliknya. Aktivitas tidur merupakan salah satu

stimulus bagi proses tumbuh kembang otak, karena 75 persen hormon

pertumbuhan dikeluarkan saat anak tidur. Hormon pertumbuhan ini yang

bertugas merangsang pertumbuhan tulang dan jaringan.Selain itu, hormon

pertumbuhan juga memungkinkan tubuh memperbaiki dan memperbarui

seluruh sel yang ada di tubuh, dari sel kulit, sel darah sampai sel saraf otak.

30

Proses pembaruan sel ini akan berlangsung lebih cepat bila si bayi sering

terlelap sesuai dengan kebutuhan tidur bayi. Selain itu, tidur juga membantu

perkembangan psikis emosi, kognitif, konsolidasi pengalaman dan

kecerdasan.Oleh karena itu kebutuhan tidur pada bayi sesuai usianya perlu

mendapat perhatian dari keluarga agar nantinya bayi dapat mencapai

pertumbuhan dan perkembangan yang optimal (Sekartini, 2012).

2.3.2 Siklus Tidur

Menurut Maryunani (2010), Tidur dibagi menjadi 2 siklus, yaitu :

1) Tidur REM (tidur aktif)

a. Karakteristik (Maryunani, 2010):

1. Ekspirasi dan nadi yang tidak teratur

2. Pergerakan tubuh

3. Pergerakan mata yang cepat dan singkat.

b. Tidur REM ditandai oleh adanya aktivitas. Banyak oksigen digunakan,

suplai darah ke otak meningkat, temperature meningkat, gelombang otak

menunjukkan peningkatan aktivitas. Sensori menstransmisikan impuls

sama seperti saat tidak tidur. Stimulasi visual,auditori, dan vestibular

bergabung diotak membentuk mimpi (Maryunani,2010).

2) Tidur Non-REM (tidur tenang)

Terdapat 4 tahap tidur Non-REM, yaitu (Maryunani,2010):

1. Tahap I: Mengantuk, terjadi penurunan kesadaran terhadap dunia luar.

2. Tahap II: Mudah dibangunkan.

3. Tahap III: Tidur menjadi lebih dalam, nafas dan denyut jantung sangat

stabil, otot relaksasi, gelombang otak sangat lambat 28

31

4. Tahap IV : Tidur yang paling dalam, sangat sulit dibangunkan, kecuali

dengan stimulus yang kuat.anak dapat berpindah dari satu tempat ke

tempat lain tanpa terbangun.

2.3.3 Fisiologi Tidur

Tidur adalah proses fisiologis yang bersiklus dan bergantian dengan periode

yang lebih lama dari keterjagaan. Tidur ditandai dengan aktifitas fisik yang minimal,

perubahan proses fisiologis tubuh, dan penurunan respon terhadap rangsangan

eksternal. Tidur melibatkan suatu urutan keadaan fisiologis yang dipertahankan oleh

integrasi tinggi aktivitas system saraf pussat yang berhubungan dengan perubahan

dalam system saraf perifer, endokrin, kardiovaskuler, pernapasan, dan muscular.

Control dan pengaturan tidur tergantung pada hubungan antara dua mekanisme

serebral yang mengativasi secaara intermitten dan menekan pusat otak tertinggi untuk

mengontrol tidur dan terjaga (Atmadja, 2010).

Sistem aktivasi reticular (SAR) berlokasi pada batang otak teratas. SAR

dipercaya terdiri atas sel yang mempertahankan kewaspadaan dan terjag. SAR

menerima stimulus sensori visual, auditori, nyeri, dan taktil. Aktivitas korteks serebral

(missal, proses emosi atau pikiran) juga menstimulasi SAR. Keadaan terjaga atau siaga

yang berkepanjangan sering dihubungkan dengan gangguan proses berpikir yang

progresif dan terkadang dapat menyebabkan aktivitas perilaku yang abnormal

(Saryono & Widianti, 2010).

Tidur dapat dihasilkan dari pelepasan serotonin dalam sistem tidur raphe pada

pons dan otak depan bagian tengah. Daerah juga disebut bulbar synchronizing region

(BSR). Ketika individu mencoba tertidur, mereka akan menutup mata dan berada

dalam keadaan rileks. Stimulus ke SAR menurun. Jika ruangan gelap dan tenang,

aktivasi SAR selanjutnya akan menurun. SAR melepaskan ketokelamin pada saat

32

sadar, BSR mengambil alih yang kemudian menyebabkan tidur (Saryono & Widianti,

2010).

2.3.4 Kebutuhan Tidur

Kebutuhan tidur manusia tergantung pada tingkat perkembangan. Table

berikut merangkum kebutuhan tidur manusia berdasarkan usia (Hidayat, 2009):

Tabel 2.1 Kebutuhan Tidur Manusia

Usia Tingkat perkembangan

Jumlah kebutuhan

0-1 bulan Bayi baru lahir 14-18 jam/hari 1 bulan-18 bulan Masa bayi 12-14 jam/hari 18 bulan-3 tahun Masa anak 11-12 jam/hari 3 tahun-6 tahun Masa prasekolah 11-12 jam/hari 6 tahun-12 tahu Masa sekolah 11 jam /hari 12-18 tahun Masa remaja 8,5 jam/hari 18 tahun-40 tahun Masa dewasa 7-8 jam/hari 40 tahun-60 tahun Masa muda paruh baya 7 jam/hari 60 tahun ke atas Masa dewasa tua 6 jam/hari

2.3.5 Fungsi Tidur Bagi Bayi

Aktivitas tidur merupakan salah satu stimulus bagi proses tumbuh kembang

otak, karena 75% hormon pertumbuhan dikeluarkan saat anak tidur. Pada waktu

bangun, penggunaan oksigen dan nutrisi digunakan untuk keperluan kegiatan fisik

dan mentalnya. Keadaan katabolik mengakibatkan teraktifitasnya hormon adrenalin

(epineprin) dan kortikosteroid tubuh. Selama tidur, keadaan sebaliknya yaitu anabolik

terjadi, yang memungkinkan berjalannya proses konservasi energi, perbaikan sel-sel

tubuh dan pertumbuhan. Akibat konsentrasi adrenalin dan kortisol turun, maka

tubuh mulai membentuk hormon pertumbuhan. Hormon pertumbuhan tersebut

bertugas merangsang pertumbuhan tulang dan jaringan. Selain itu, hormon

pertumbuhan juga memungkinkan tubuh memperbaiki dan memperbarui seluruh sel

yang ada di tubuh, dari sel kulit, sel darah sampai sel saraf otak. Proses pembaruan sel

33

ini akan berngsung lebih cepat bila si bayi sering terlelap sesuai dengan kebutuhan

tidur bayi (Ubaya, 2010; Afrina & Widodo, 2012).

Selain membantu proses pertumbuhan, tidur juga membantu perkembangan

psikis emosi, kognitif, konsolidasi pengalaman dan kecerdasan. Oleh karena itu

kebutuhan tidur pada bayi sesuai usianya perlu mendapat perhatian dari keluarga agar

nantinya bayi dapat mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal

(Rafknowledge, 2004; Soedjatmiko, 2006; Jahja, 2009 dalam Ubaya, 2010).

Periode tidur yang lama menjamin bahwa otak akan melalui siklus tidur yang

lengkap, termasuk tidur REM. Tidur REM terlihat penting untuk pemulihan kognitif.

Tidur REM dihubungkan dengan perubahan aliran darah serebral, peningkatan

aktivitas kortikal, peningkatan konsumsi oksigen, dan pelepasan epinefrin.

Sinkronisasi ini membantu penyimpanan memori dan pembelajaran karena otak

menyaring informasi yang disimpan tenntang aktivitas hari tersebut (Arifin

dkk.,2010).

Pentignya tidur pada proses belajar juga berkaitan dengan kenyataan bahwa

tidur meningkatkan produksi protein. Protein berguna untuk membangun kembali

sel-sel saraf (neuron) dalam otak. Tanpa protein sinaps-sinaps baru tidak akan

terbentuk, dan ini akan mempengaruhi jumlah informasi yang bisa disimpan oleh

orang yang kekurangan tidur. Akan tetapi, peran hormon pertumbuhan yang

berfungsi sebagai promotor sintesis protein bersifat terbatas dikarenakan

pelepasannya tidak berhubungan dengan kadar glukosa darah dan asam amino

(Home, 1983 dalam Potter & Perry, 2006; Garliah, 2009).

34

2.4 Konsep Kualitas Tidur

2.4.1 Definisi Kualitas Tidur

Kualitas tidur adalah mutu atau keadaan fisiologis tertentu yang didapatkan

selama seseorang tidur, yang memulihkan proses-proses tubuh yang terjadi pada

waktu orang itu bangun. Jika kualitas tidurnya bagus artinya fisiologi/faal tubuh

dalam hal ini sel otak misalnya pulih kembali seperti semula saat bangun tidur.

Kualitas tidur adalah kepuasan terhadap tidur, sehingga orang tersebut tidak

memperlihatkan perasaan lelah, mudah terangsang dan gelisah, lesu, dan apatis,

kehitaman di sekitar mata, kelopak mata bengkak, konjungtiva merah, perhatian

terpecah, sakit kepala dan sering menguap atau mengantuk (Sagala, 2011).

Kualitas tidur mempengaruhi baik secara fisiologi maupun psikologi

individu. Kualitas tidur secara langsung mempengaruhi kualitas aktivitas saat

terjaga, termasuk kewaspadaan mental, produktivitas, keseimbangan emosi,

kreativitas, tanda vital fisik dan bahkan berat badan (Smith, 2012 dalam William,

2012). Pada periode terjaga anak mungkin menunjukkan berbagai perilaku. perilaku

ringan ketika kualitas tidurnya tercukupi termasuk menggosok wajah, membalik,

menangis singkat, menyesuaikan selimut, melihat sekeliling, dan berbicara yang tidak

dimengerti. Kualitas tidur yang buruk juga berpengaruh pada perkembangan fisik dan

juga sikapnya keesokan harinya. Bayi yang tidur cukup tanpa sering terbangun akan

lebih bugar dan tidak gampang rewel (Wong, 2009).

Kualitas tidur bayi dikatakan tidak adekuat jika mengalami gangguan tidur

dengan kriteria jika pada malam hari jumlah waktu tidur kurang dari 9 jam, frekuensi

terbangun lebih dari 3 kali, danlama terbangunnya lebih dari 1 jam. Selama tidur bayi

terlihat selalu rewel,menangis, dan sulit tidur kembali (Wahyuni, 2008 dalam Ubaya,

2010). Ciri-ciri bayi cukup tidur yaitu, ia akan dapat jatuh tertidur dengan mudah di

35

malam hari, bugar saat bangun tidur, tidak rewel, dan tidak memerlukan tidursiang

yang melebihi kebutuhan sesuai dengan perkembangannya (Ubaya, 2010).

2.4.2 Pengukuran Kualitas Tidur

Dua metode obyektif yang tersedia untuk mempelajari tidur yaitu

polisomnografi (PSG) dan aktigrafi (ACG). PSG didasarkan pada rekaman EEG,

sedangkan ACG menggunakan informasi aktifitas motorik. Pemeriksaan PSG dapat

memberi informasi lengkap tentang perubahan keadaan tidur-bangun, sedangkan

ACG memberikan perjiraan kualitas tidur, maka PSG dianggap sebagai standar baku

emas untuk penelitian tentang tidur. Indikasi yang paling sering untuk melakukan

PSG adalah kecurigaan klinis mengenai kelainan pernafasan saat tidur (Sadeh:

Pediatri 2011).

Pemeriksaan PSG sebagai instrumen diagnosis untuk penelitian epidemiologi

tentang gangguan tidur pada ank memiliki beberapa kelemahan. Pertama, peralatan

tidak praktis. Kedua, skoring PSG tergantung pada penilaian subyektif dari rekaman

EEG, dan ketimpangan inter informant. Ketiga, PSG pada umunya dilakukan di

laboratorium tidur, yang dapat mempengaruhi kualitas tidur (Sadeh: Pediatri 2011).

Penggunaan ACG didasarkan pada pengetahuan bahwa keadaan tidur-bangun

dapat diketahui dari variasi aktifitas motorik. Aktifitas motorik menghilang saat

subyek tertidur dan akan meningkat kembalu saat terbangun. Pemeriksaan ACG

mempergunakan peralatan kecil yang diletakkan di tangan, yang dapat merekam dan

meyimpan data aktifitas motorik menghitung hentakan akselerasi yang lebih besar

dari 0,1 gram. Walaupun tahapan tidur tidak dapat dibedakan dengan menggunakan

data aktifitas motorik, data ACG dan rekaman PSG dilaporkan berkorelasi amat baik.

Kualitas tidur dan diperkirakan dengan menggunakan ACG, khususnya bila

dikombinasi dengan data subyektif (Sadeh: Pediatri 2011).

36

Kelemahan ACG adalah kurang peka untuk mendeteksi keadaan terjaga,

beberapa subyek dengan masalah sulit memulai tidur yang berbaring dengan tenang

di tempat tidur dapat salah di data sebagai keadaan tidur. Kelemahan lainnya adalah

gerakan malam hari dapat salah diinterpretasi sebagai keadaan terjaga. Pada

kenyataannya, ACG tidak diindikasikan untuk diagnosis rutin pada setiap masalah

tidur. Karena keterbatasannya, ACG hanya dapat memberi perkiraan kualitas tidur.

Cara ketiga untuk menilai tidur adalah dengan perkiraan secara subyektif

menggunakan kuesioner atau interview. Cara tersebut pada penelitian epidemiologi

seringkali merupakan aliternatif yang paling mungkin. Kuesioner mudah dibuat dan

dianalisis, namun validitas dan reliabilitasnya amat rendah (Sadeh: Pediatri 2011).

Beberapa kuesioner yang pernah diajukan kepada orangtua dan telah divalidasi

misalnya Children’s Sleep Behaviour Scale, the Children’s Sleep Disturbance Scale, the Pediatric

Sleep Questionnaire dan the children’s sleep habit questionnaire. Namun kuesioner-kuesioner

tersebut belum divalidasi terhadap PSG ataupun ACG. Satu kuesioner yang telah

divalidasi terhadap ACG adalah Brief Scanning Questionnaire for infant sleep problem

(Sadeh: Pediatri 2011).

2.4.3 Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Tidur Bayi

Adekuat atau tidak adekuatnya kualitas tidur bayi tidak terjadi begitu saja. Ada

faktor-faktor yang bersumbangsih mempengaruhi kualitas tidur bayi. Berikut adalah

faktor-faktor yang diyakini berperan dalam mempengaruhi kualitas tidur bayi (Ubaya,

2010):

a. Lingkungan

Keadaan lingkungan yang aman dan nyaman bagi seseorang dapat

mempercepat terjadinya proses tidur. Lingkungan fisik tempat bayi tidur

berpengaruh penting pada kemampuan untuk tertidur dan tetap tertidur.

37

Pengaturan lingkungan tidur yang meliputi tata cahaya, ventilasi, tata warna,

suhu, dan juga keadaan boksnya. Hindarkan juga suara bising yang

membuatnya mudah terjaga. Jangan gunakan pewangi ruangan dan obat

pengusir nyamuk yang bisa membuatnya sesak. Untuk menghindari bayi dari

gigitan nyamuk sebaiknya disiasati dengan menggunakan kelambu (Ubaya,

2010).

b. Aktivitas Fisik

Keletihan akibat aktivitas fisik yang tinggi dapat memerlukan lebih banyak

tidur untuk menjaga keseimbangan energi yang telah dikeluarkan. Hal

tersebut dapat terlihat bila bayi melakukan aktivitas sehari-hari. Dengan

diberikan perawatan spa bayi yang terdiri dari treatment renang bayi dan pijat

bayi akan merangsang bayi lebih rileks dan tenang. Rendaman air hangat

dengan kombinasi aromaterapi serta hantaman air yang ditimbulkan dari air

yang bergolak saat renang dapat memberi sensasi dan pijatan yang

menghilangkan lelah, melancarkan peredaran darah dan menciptakan

relaksasi. Pemijatan yang diberikan setelah bayi berenang dapat mensekresi

hormon melatonin yang dapat menstimulus tidur lebih lelap. Dengan

demikian tidur bayi akan semakin lelap sehingga dapat meningkatkan jumlah

jam tidur siang dan malam (Ubaya, 2010).

c. Nutrisi

Faktor penting untuk memaksimalkan periode emas pertumbuhan otak

adalah terpenuhinya nutrisi dan kecukupan tidur bayi. ASI terbukti

mengandung alfa protein yang cukup tinggi, alfa protein merupakan protein

utama pada Whey pada protein yang merupakan protein halus dan mudah

38

dicerna. Alfa protein kaya akan asam amino essensial yang sangat berguna

untuk tumbuh kembang bayi, terutama triptofan. Triptofan adalah asam

amino yang berperan dala proses neurotransmitter dan pengatur pola hidup

(neurobehavioral) dimana salah satu fungsinya adalah mengatur pola tidur.

Bayi yang sulit tidur atau sering terbangun dari tidurnya karena merasa belum

kenyang. Karena itu, penuhi kebutuhan makan dan minum bayi sebelum

tidur. Jika kebutuhan fisiknya dipenuhi maka bayi tidak lagi sering terbangun

di tengah malam. Yang perlu diperhatikan, ditinjau dari kesehatan gigi,

kebiasaan memberikan susu di malam hari sebaiknya dihentikan setelah gigi

bayi muncul (sekitar usia 6 bulan setelah masa ASI eksklusif). Sebagai

gantinya, berikan air putih jika ia memang haus atau tenangkan bayi terutama

sus akan membuat kantong kemih kencang pada malam harinya dan keadaan

ini akan membuat bayi lebih sering terbangun (Ubaya, 2010).

d. Penyakit

Setiap penyakit yang menyebabkan nyeri, ketidaknyamanan fisik dapat

menyebabkan masalah tidur. Pada bayi adanya gangguan atau rasa sakit pada

gigi, telinga, kulit, saluran napas, saluran cerna, saluran kemih, otot atau

tulangnya dapat mengganggu tidur bayi (Tircin, 2000; Hidayat, 2006; Perry

and Potter, 2006; saputra, 2009 dalam Ubaya 2010).

e. Tempat Tidur Dan Posisi Tidur Bayi

Pengaturan tempat tidur berpengaruh pada kemampuan untuk tertidur dan

tetap nyaman dalam keadaan tidur. Untuk pengaturan tidur bayi sebaiknya

tidur bersama orang tua, karena tidur bersama orang tua memberikan

beberapa manfaat yaitu dapat mempermudah pemberian ASI dan dapat

39

memberikan respon cepat saat bayi terbangun dan menangis. Posisi tidur bayi

sebaiknya dengan posisi terlentang (Ubaya, 2010).

2.4.4 Gangguan Tidur Pada Bayi dan anak-anak

Penyebab gangguan tidur yang sering terjadi pada bayi (Pediatri, 2011):

1. Lapar

Anak mempunyai kebutuhan yang berkepanjangan untuk menyusu di tengah

malam baik dari ASI maupun dari susu botol. Anak pergi tidur pada saat

menyusu ASI atau dengan botol. Anak sering terbangun (mungkin setiap

jam). Anak kembali tidur setelah menyusu; tindakan kenyamanan lain (misal :

menimang atau menggendong) biasanya tidak efektif.

2. Mimpi Buruk

Anak usia 6 sampai 12 bulan yang pada awalnya tidak mengalami gangguan

tidur malam, namun terbangun dengan tiba-tiba. Hal tersebut dimungkinkan

mimpi buruk yang dialami bayi.

3. Menangis di malam hari yang terlatih (Asosiasi tidur yang tidak tepat)

Anak secara khas terlelap di tempat lain selain di tempat tidurnya, misal, kursi

goyang atau tempat tidurnya sendiri dalam keadaan tidur, terbangun,

menangis sampai rutinitas yang biasa dilakukan, misal, menimang.

4. Rasa takut malam hari

Anak menolak pergi tidur atau terbangun selama malam hari karena takut.

Anak mencari kehadiran fisik orangtua dan dengan keberadaan orangtua di

dekatnya, ia mudah terlelap, kecuali rasa takut tersebut berlebihan.

2.5 Pengaruh Antara Pijat Bayi Dengan Kualitas Tidur

Penekanan pada pijatan bayi dapat menyebabkan ujung-ujung saraf yang

terdapat dipermukaan kulit bereaksi terhadap sentuhan. Selanjutnya saraf tersebut

40

mengirimkan pesan-pesan ke otak melalui jaringan saraf yang berada di medulla

spinalis. Proses tersebut dapat menyebabkan perangsangan pada reseptor saraf

sensorik perifer terutama reseptor tekanan. Rangsangan tersebut mengaktifkan sistem

saraf parasimpatis. Perangsangan sistem saraf parasimpatis yang paling utama terlibat

dalam proses tidur adalah beberapa area dalam saraf otonom parasimpatis nuclei rafe

dan nucleus tractus solitarius, yang merupakan region sensorik medulla dan pons yang

dilewati oleh sinyal sensorik viseral yang memasuki otak melalui saraf-saraf vagus dan

glosovaringeus. Rangsangan pada saraf vagus (saraf parasimpatis) akan merangsang sel

enterochromaffin dalam saluran gastrointestinal untuk mengeluarkan hormon serotonin,

sehingga akan meningkatkan durasi tidur (Roesli, 2009).

Durasi tidur yang baik memiliki peran yang krusial pada kondisi

perkembangan kesehatan jiwa anak dan dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh,

sehingga tidak mudah terserang penyakit. Selain itu, nuclei rafe juga berproyeksi

menuju ke hipotalamus, sehingga perangsangan pada nuclei rafe juga akan

mengakibatkan perangsangan pada hipotalamus. Perangsangan pada hipotalamus

menyebabkan disekresikanya Corticotropin Releasing Factor (CRF). Selanjutnya CRF

merangsang kelenjar pituitary untuk meningkatkan produksi proopioidmelanocortin

(POMC) sehingga produksi enkephalin oleh medulla adrenal meningkat. Kelenjar

pituitary juga menghasilkan endorphin sebagai neurotransmitter yang dapat

mempengaruhi suasana hati menjadi rileks. Peningkatan endorphin dan enkephalin

menyebabkan tubuh menjadi rileks, dan menimbulkan perasaan tenang sehingga

keteganganpun berkurang dan memudahkan bayi untuk tidur. Dengan perasaan

rileks dan tenang bayi akan lebih mudah untuk memperoleh tidur yang lelap dan

berkualitas. Keadaan tenang dan rileks menyebabkan gelombang otak melambat.

Lambatnya gelombang otak akan membuat seseorang dapat beristirahat dan tertidur.

41

Perubahan gelombang otak yang terjadi adalah penurunan gelombang alpha dan

peningkatkan gelombang beta dan theta, dimana gelombang-gelombang otak tersebu

sangat berpengaruh dalam proses tidur (Roesli, 2009).