bab ii tinjauan pustaka 2.1 komunikasi antarbudayaeprints.umm.ac.id/40886/3/bab ii.pdf · 2018. 11....

34
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Antarbudaya Komunikasi dan kebudayaan merupakan dua konsep yang tidak dapat dipisahkan. Pusat perhatian komunikasi dan kebudayaan terletak pada variasi langkah dan cara manusia berkomunikasi melintasi komunitas manusia atau kelompok sosial. Pelintasan komunikasi itu menggunakan kode-kode pesan baik secara verbal maupun nonverbal yang secara alamiah selalu digunakan dalam semua konteks interaksi. Komunikasi antarbudaya terjadi bila pengirim pesan adalah anggota dari suatu budaya dan penerima pesannya adalah anggota dari suatu budaya lain. Komunikasi antarbudaya, komunikasi antar orang-orang yang berbeda budaya baik dalam arti ras, etnik, ataupun perbedaan sosio ekonomi (Tubbs dan Moss dalam Sihabudin, 2011:13). Menurut Porter & Samovar hampir setiap orang membutuhkan hubungan sosial dengan orang- orang lainnya dan kebutuhan ini terpenuhi melalui pertukaran pesan yang berfungsi sebagai jembatan untuk mempersatukan manusia-manusia yang tanpa berkomunikasi akan terisolasi (Mulyana & Rahmat dalam Sihabudin, 2011:14). Sebagai asumsi dasar bahwa diantara individu-individu dengan kebudayaan yang sama, umumnya terdapat kesamaan (homogenitas) yang lebih besar dalam hal latar belakang pengalaman secara keseluruhan dibandingkan dengan mereka yang berasal dari kebudayaan berlainan. Perbedaan-perbedaan kebudayaan antara para pelaku komunikasi ini serta perbedaan lainnya, seperti kepribadian individu, umur, penampilan fisik, menjadi permasalahan inheren

Upload: others

Post on 21-Nov-2020

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Antarbudayaeprints.umm.ac.id/40886/3/BAB II.pdf · 2018. 11. 27. · Seperti halnya orang Amerika tidak sama dengan lainnya, demikian pula Indonesia,

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Komunikasi Antarbudaya

Komunikasi dan kebudayaan merupakan dua konsep yang tidak dapat

dipisahkan. Pusat perhatian komunikasi dan kebudayaan terletak pada variasi

langkah dan cara manusia berkomunikasi melintasi komunitas manusia atau

kelompok sosial. Pelintasan komunikasi itu menggunakan kode-kode pesan

baik secara verbal maupun nonverbal yang secara alamiah selalu digunakan

dalam semua konteks interaksi. Komunikasi antarbudaya terjadi bila pengirim

pesan adalah anggota dari suatu budaya dan penerima pesannya adalah anggota

dari suatu budaya lain. Komunikasi antarbudaya, komunikasi antar orang-orang

yang berbeda budaya baik dalam arti ras, etnik, ataupun perbedaan sosio

ekonomi (Tubbs dan Moss dalam Sihabudin, 2011:13). Menurut Porter &

Samovar hampir setiap orang membutuhkan hubungan sosial dengan orang-

orang lainnya dan kebutuhan ini terpenuhi melalui pertukaran pesan yang

berfungsi sebagai jembatan untuk mempersatukan manusia-manusia yang tanpa

berkomunikasi akan terisolasi (Mulyana & Rahmat dalam Sihabudin, 2011:14).

Sebagai asumsi dasar bahwa diantara individu-individu dengan

kebudayaan yang sama, umumnya terdapat kesamaan (homogenitas) yang lebih

besar dalam hal latar belakang pengalaman secara keseluruhan dibandingkan

dengan mereka yang berasal dari kebudayaan berlainan. Perbedaan-perbedaan

kebudayaan antara para pelaku komunikasi ini serta perbedaan lainnya, seperti

kepribadian individu, umur, penampilan fisik, menjadi permasalahan inheren

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Antarbudayaeprints.umm.ac.id/40886/3/BAB II.pdf · 2018. 11. 27. · Seperti halnya orang Amerika tidak sama dengan lainnya, demikian pula Indonesia,

8

dalam proses komunikasi manusia. Young Yung Kim dalam Suranto (2010:31-

32) mengungkapkan, komunikasi antarbudaya merujuk pada suatu fenomena

komunikasi di mana para pesertanya memiliki latar belakang budaya yang

berbeda terlibat dalam suatu kontak antara satu dengan lainnya, baik secara

langsung atau tidak langsung.

2.2 Proses Komunikasi Antarbudaya

Pada hakikatnya proses komunikasi antarbudaya yaitu suatu proses yang

interaktif dan transaksional serta dinamis. Menurut Wahlstrom dalam Liliweri

(2003:24), komunikasi antarbudaya yang interaktif adalah komunikasi yang

dilakukan oleh komunikator dengan komunikan dalam dua arah/timbal balik

(two way communication) namun masih berada pada tahap rendah. Apabila ada

proses pertukaran pesan itu memasuki tahap tinggi, misalnya saling mengerti,

memahami perasaan dan tindakan bersama maka komunikasi tersebut telah

memasuki tahap transaksional.

Hybels dan Sandra dalam Liliweri (2003:24-25), komunikasi

transaksional meliputi tiga unsur penting yakni:

1. Keterlibatan emosional yang tinggi, yang berlangsung terus-menerus

dan berkesinambungan atas pertukaran pesan.

2. Meliputi seri waktu, artinya berkaitan dengan masa lalu, kini dan yang

akan datang.

3. Partisipan dalam komunikasi antarbudaya menjalankan peran tertentu.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Antarbudayaeprints.umm.ac.id/40886/3/BAB II.pdf · 2018. 11. 27. · Seperti halnya orang Amerika tidak sama dengan lainnya, demikian pula Indonesia,

9

Komunikasi antarbudaya yang dinamis merupakan gabungan dari

komunikasi interaktif maupun transaksional, karena proses tersebut

berlangsung dalam konteks sosial yang hidup, berkembang dan bahkan

berubah-ubah berdasarkan waktu, situasi dan kondisi tertentu. Karena proses

komunikasi yang dilakukan merupakan komunikasi antarbudaya maka

kebudayaan merupakan dinamisator atau “penghidup” bagi proses komunikasi

tersebut.

2.3 Unsur-Unsur Proses Komunikasi Antarbudaya

Liliweri (2003:25-30) membagi beberapa unsur-unsur proses

komunikasi antarbudaya antara lain:

1. Komunikator

Komunikator dalam komunikasi antarbudaya adalah pihak yang

memprakarsai komunikasi, artinya dia mengawali pengiriman pesan

tertentu kepada pihak lain yang disebut komunikan.

2. Komunikan

Komunikan dalam komunikasi antarbudaya adalah pihak yang

menerima pesan tertentu, dia menjadi tujuan/sasaran komunikasi dari

pihak lain (komunikator).

3. Pesan/Simbol

Dalam proses komunikasi, pesan berisi pikiran, ide atau gagasan,

perasaan yang dikirim komunikator kepada komunikan dalam bentuk

simbol. Simbol adalah sesuatu yang digunakan untuk mewakili maksud

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Antarbudayaeprints.umm.ac.id/40886/3/BAB II.pdf · 2018. 11. 27. · Seperti halnya orang Amerika tidak sama dengan lainnya, demikian pula Indonesia,

10

tertentu, misalnya dalam kata-kata verbal yang diucapkan, atau simbol

non verbal yang diperagakan melalui gerak-gerik tubuh/anggota tubuh,

warna, artifak, gambar, pakaian, dan lain-lain yang semuanya harus

dipahami secara konotatif.

4. Media

Media merupakan tempat, saluran yang dilalui oleh pesan atau simbol

yang dikirim melalui media tertulis misalnya surat, telegram, faksimili.

Juga media massa baik cetak maupun elektronik seperti majalah, surat

kabar, radio, televisi, dan lain-lain.

5. Efek atau Umpan Balik

Manusia mengkomunikasikan pesan karena dia mengharapkan agar

tujuan dan fungsi komunikasi itu tercapai. Tujuan komunikasi

antarbudaya antara lain memberikan informasi, menjelaskan atau

menguraikan tentang sesuatu, memberikan hiburan, memaksakan

pendapat atau mengubah sikap komunikan. Dalam proses seperti itu,

seseorang umumnya menghendaki reaksi balikan yang biasa disebut

dengan umpan balik.

6. Suasana (Setting dan Context)

Satu faktor penting dalam komunikasi antarbudaya adalah suasana yang

kadang-kadang disebut setting of communication, yakni tempat dan

waktu serta suasana (sosial, psikologis) ketika komunikasi antarbudaya

berlangsung. Suasana berkaitan dengan waktu (jangka pendek/panjang,

jam/hari/minggu/bulan/tahun) yang tepat untuk bertemu atau

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Antarbudayaeprints.umm.ac.id/40886/3/BAB II.pdf · 2018. 11. 27. · Seperti halnya orang Amerika tidak sama dengan lainnya, demikian pula Indonesia,

11

berkomunikasi, sedangkan tempat (rumah, kantor, rumah ibadah) untuk

berkomunikasi, kualitas relasi (formalitas, informalitas) yang

berpengaruh terhadap komunikasi antarbudaya.

7. Gangguan (Noise atau Interference)

Gangguan dalam komunikasi antarbudaya adalah segala sesuatu yang

menjadi penghambat laju pesan yang ditukar antara komunikator

dengan komunikan, atau paling fatal adalah mengurangi makna pesan

antarbudaya.

2.4 Fungsi Komunikasi Antarbudaya

Menurut Liliweri (2003:36-41), fungsi komunikasi antarbudaya yaitu:

1. Fungsi pribadi

Fungsi pribadi adalah fungsi-fungsi komunikasi yang ditunjukkan

melalui perilaku komunikasi yang bersumber dari seorang individu.

Dari fungsi tersebut dibagi menjadi 4 yaitu:

a. Menyatakan identitas sosial

Dalam proses komunikasi antarbudaya terdapat beberapa perilaku

komunikasi individu yang digunakan untuk menyatakan identitas

diri maupun identitas sosial. Perilaku itu dinyatakan melalui

tindakan berbahasa baik secara verbal maupun nonverbal. Dari

perilaku berbahasa itulah dapat diketahui identitas diri maupun

sosial. Misalnya dapat diketahui asal-usul suku bangsa, agama

maupun tingkat pendidikan seseorang.

b. Menyatakan integrasi sosial

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Antarbudayaeprints.umm.ac.id/40886/3/BAB II.pdf · 2018. 11. 27. · Seperti halnya orang Amerika tidak sama dengan lainnya, demikian pula Indonesia,

12

Inti konsep integrasi sosial adalah menerima kesatuan dan persatuan

abtarpribadi, antarkelompok namun tetap mengakui perbedaan-

perbedaan yang dimiliki oleh setiap unsur. Perlu dipahami bahwa

salah satu tujuan komunikasi adalah memberikan makna yang sama

atas pesan yang dibagi antara komunikator dengan komunikan.

Dalam kasus komunikasi antarbudaya yang melibatkan perbedaan

budaya antara komunikator dengan komunikan maka integrasi sosial

merupakan tujuan utama komunikasi.

c. Menambah pengetahuan

Seringkali komunikasi antarpribadi maupun antarbudaya menambah

pengetahuan bersama, saling mempelajari kebudayaan.

d. Melepaskan diri/jalan keluar

Terkadang seseorang dalam berkomunikasi dengan orang lain untuk

melepaskan diri atau mencari jalan keluar atas masalah yang sedang

dihadapi. Sebagai contoh, seseorang lebih suka memilih teman yang

dalam banyak hal memiliki kecocokan yang sama, memiliki pikiran-

pikiran dan gagasan yang sama. Namun sebaliknya seseorang juga

suka berteman dengan orang yang dapat memenuhi kekurangan

yang dimiliki. Orang yang memiliki sifat humoris akan memilih

seseorang yang sangat serius dan merasa mereka berdua saling

melengkapi. Pilihan komunikan yang seperti itu dapat dikatakan

komunikasi yang berfungsi menciptakan hubungan yang

komplementer dan hubungan yang simetris. Hubungan

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Antarbudayaeprints.umm.ac.id/40886/3/BAB II.pdf · 2018. 11. 27. · Seperti halnya orang Amerika tidak sama dengan lainnya, demikian pula Indonesia,

13

komplementer selalu dilakukan oleh dua pihak mempunyai perilaku

yang berbeda. Sedangkan hubungan simetris dilakukan oleh dua

orang yang saling bercermin pada perilaku lainnya.

2. Fungsi sosial

a. Pengawasan

Praktek komunikasi antarbudaya di antara komunikator dan

komunikan yang berbeda kebudayaan berfungsi saling mengawasi.

Dalam setiap proses komunikasi antarbudaya fungsi ini bermanfaat

untuk menginformasikan “perkembangan” tentang lingkungan.

b. Menjembatani

Dalam proses komunikasi antarbudaya, maka fungsi komunikasi

yang dilakukan antara dua orang yang berbeda budaya itu

merupakan jembatan atas perbedaan diantara mereka. Fungsi

menjembatani itu dapat terkontrol melalui pesan-pesan yang mereka

pertukarkan, keduanya saling menjelaskan perbedaan tafsir atas

sebuah pesan sehingga menghasilkan makna yang sama.

c. Sosialisasi nilai

Fungsi sosialisasi merupakan fungsi untuk mengajarkan dan

memperkenalkan nilai-nilai kebudayaan suatu masyarakat kepada

masyarakat lain.

d. Menghibur

Fungsi menghibur juga sering muncul dalam proses komunikasi

antarbudaya yang menggambarkan orang-orang sibuk

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Antarbudayaeprints.umm.ac.id/40886/3/BAB II.pdf · 2018. 11. 27. · Seperti halnya orang Amerika tidak sama dengan lainnya, demikian pula Indonesia,

14

memanfaatkan waktu luang untuk mengunjungi teater dan

menikmati suatu pertunjukan kesenian lokal.

2.5 Hambatan-hambatan Komunikasi Antarbudaya

Barna dan Ruben dalam Devito (2011:545-549) mengungkapkan,

hukum Murphy (“Jika sesuatu bisa salah, dia akan salah”) terutama berlaku

untuk komunikasi antarbudaya. Komunikasi antarbudaya tentu saja

menghadapi hambatan dan masalah yang sama seperti yang dihadapi oleh

bentuk-bentuk komunikasi yang lain. Berikut adalah hambatan-hambatan

komunikasi antarbudaya:

1. Mengabaikan perbedaan antara individu dan kelompok dalam kultural

berbeda

Hambatan yang paling lazim adalah bilamana seseorang menganggap

bahwa yang ada hanya kesamaan dan bukan perbedaan. Hal ini terjadi

dalam hal nilai, sikap, dan kepercayaan. Dalam hal nilai-nilai dan

kepercayaan dasar, seseorang menganggap bahwa pada dasarnya

manusia itu sama, ini tidak benar. Bila seseorang mengasumsikan

kesamaan dan mengabaikan perbedaan, secara implisit

mengomunikasikan kepada lawan bicara bahwa ialah yang benar dan

cara mereka dianggap tidak penting.

2. Mengabaikan perbedaan antara kelompok kultural yang berbeda

Dalam setiap kelompok kultural terdapat perbedaan yang besar dan

penting. Seperti halnya orang Amerika tidak sama dengan lainnya,

demikian pula Indonesia, Yunani, Meksiko, dan sebagainya. Bila

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Antarbudayaeprints.umm.ac.id/40886/3/BAB II.pdf · 2018. 11. 27. · Seperti halnya orang Amerika tidak sama dengan lainnya, demikian pula Indonesia,

15

seseorang mengabaikan perbedaan ini maka ia terjebak dalam

stereotipe. Mengasumsikan bahwa semua orang yang menjadi anggota

kelompok yang sama (dalam hal ini kelompok bangsa atau ras) adalah

sama.

3. Mengabaikan perbedaan dalam makna

Makna tidak terletak pada kata-kata yang digunakan, melainkan pada

orang yang menggunakan kata-kata itu. Seseorang perlu sangat peka

terhadap prinsip ini dalam komunikasi antarbudaya. Sebagai contoh,

perbedaan makna kata agama bagi seorang penganut agama islam dan

bagi seorang ateis, atau kata makan malam bagi seorang petani miskin

dan bagi seorang eksekutif puncak sebuah perusahaan besar. Jadi

meskipun kata yang digunakan sama, makna konotatifnya akan sangat

berbeda bergantung pada definisi kultural pendengar.

4. Melanggar adat kebiasaan kultural

Setiap kultur mempunyai aturan komunikasi sendiri-sendiri. Aturan ini

menetapkan mana yang patut dan mana yang tidak patut. Pada beberapa

kultur, orang menunjukkan rasa hormat dengan menghindari kontak

mata langsung dengan lawan bicaranya. Dalam kultur lain,

penghindaran kontak mata seperti ini dianggap mengisyaratkan

ketiadaan minat. Misalnya, seorang Amerika berbicara dengan pria

Indonesia yang lebih tua, ia diharapkan menghindari kontak mata

langsung. Bagi orang Indonesia, kontak mata langsung dalam situasi ini

akan dianggap tidak sopan.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Antarbudayaeprints.umm.ac.id/40886/3/BAB II.pdf · 2018. 11. 27. · Seperti halnya orang Amerika tidak sama dengan lainnya, demikian pula Indonesia,

16

5. Menilai perbedaan secara negatif

Meskipun seseorang menyadari adanya perbedaan di antara kultur-

kultur, tetap tidak boleh menilai perbedaan ini sebagai hal yang negatif.

Sebagai contoh, menjulurkan lidah bagi orang Barat merupakan suatu

penghinaan, tetapi bagi orang Cina Selatan modern, menjulurkan lidah

merupakan ungkapan rasa malu karena telah membuat kesalahan sosial.

6. Kejutan budaya

Kejutan budaya mengacu pada reaksi psikologis yang dialami seseorang

karena berada di tengah suatu kultur yang berbeda dengan kulturnya

sendiri. Kejutan budaya ini normal, kebanyakan orang mengalaminya

bila memasuki kultur yang baru dan berbeda. Sebagian dari kejutan ini

timbul karena perasaan terasing, menonjol, dan berbeda dari yang lain.

Bila seseorang kurang mengenal adat kebiasaan masyarakat yang baru

ini, maka tidak dapat berkomunikasi secara efektif.

2.6 Identitas Budaya

Identitas budaya dilihat bukan sebagai refleksi atas kondisi suatu hal

yang tetap dan alamiah, melainkan sebagai proses menjadi. Tidak ada esensi

bagi identitas yang perlu dicari, namun identitas budaya terus-menerus

diproduksi di dalam vektor kemiripan dan perbedaan. Identitas budaya

bukanlah esensi melainkan posisi yang terus-menerus berubah, dan titik

perbedaan di sekitar identitas budaya bisa membentuk identitas budaya menjadi

beragam dan berkembang. Titik perbedaan itu antara lain, identifikasi kelas,

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Antarbudayaeprints.umm.ac.id/40886/3/BAB II.pdf · 2018. 11. 27. · Seperti halnya orang Amerika tidak sama dengan lainnya, demikian pula Indonesia,

17

gender, seksualitas, umur, etnisitas, kebangsaan, moralitas, agama, dan lain-lain

(Hall dalam Barker, 2005:181).

Identitas budaya merupakan ciri yang muncul karena seseorang itu

merupakan anggota dari sebuah kelompok etnis tertentu. Meliputi pembelajaran

tentang dan penerimaan tradisi, sifat bawaan, bahasa, agama dan keturunan dari

suatu kebudayaan. Ting Toomey dalam Samovar (2010:184) menganggap

identitas sebagai konsep diri yang direfleksikan atau gambaran diri bahwa kita

berasal dari keluarga, gender, budaya, etnis, dan proses sosialisasi individu.

Fong dalam Samovar (2010:184) menjelaskan, identitas budaya sebagai

identifikasi komunikasi dari sistem perilaku simbolis verbal dan non-verbal

yang memiliki arti dan yang dibagikan diantara anggota kelompok yang

memiliki rasa saling memiliki dan yang membagi tradisi, warisan, bahasa, dan

norma-norma yang sama. Identitas budaya merupakan konstruksi sosial.

Identitas budaya adalah rincian karakteristik atau ciri-ciri sebuah kebudayaan

yang dimiliki oleh sekelompok orang yang diketahui batas-batasnya tatkala

dibandingkan dengan karakteristik atau ciri-ciri fisik/biologis semata-mata,

tetapi mengkaji identitas kebudayaan sekelompok manusia melalui tatanan

berpikir (cara berpikir, orientasi berpikir), perasaan (cara merasa dan orientasi

perasaan), dan cara bertindak (motivasi tindakan atau orientasi tindakan).

Kenneth Burke dalam Liliweri (2007:72) menjelaskan, untuk

menentukan identitas budaya itu sangat tergantung pada ‘bahasa’ (bahasa

sebagai unsur kebudayaan nonmaterial), bagaimana representasi bahasa

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Antarbudayaeprints.umm.ac.id/40886/3/BAB II.pdf · 2018. 11. 27. · Seperti halnya orang Amerika tidak sama dengan lainnya, demikian pula Indonesia,

18

menjelaskan sebuah kenyataan atas semua identitas yang dirinci kemudian

dibandingkan. Menurutnya, penamaan identitas seseorang atau sesuatu itu

selalu meliputi konsep penggunaan bahasa, terutama untuk mengerti suatu kata

secara denotatif dan konotatif.

2.7 Pembentukan Identitas Budaya

Liliweri (2007:83-86) menjelaskan identitas budaya dikembangkan

melalui proses yang meliputi beberapa tahap, yaitu:

1. Identitas budaya yang tak disengaja

Pada tahap ini, identitas budaya terbentuk secara tidak disengaja atau

tidak disadari. Seseorang yang terpengaruh oleh tampilan budaya

dominan hanya karena merasa budaya miliknya kurang akomodatif, lalu

ikut-ikutan membentuk identitas baru.

2. Pencarian identitas budaya

Pencarian identitas budaya meliputi sebuah proses penjajakan, bertanya,

dan uji coba atas sebuah identitas lain. Seseorang terus mencari dan

belajar tentang hal itu dengan melakukan penelitian lebih mendalam,

atau bertanya kepada keluarga dan teman-temannya.

3. Identitas budaya yang diperoleh

Suatu bentuk identitas yang dicirikan oleh kejelasan dan keyakinan

terhadap penerimaan diri seseorang melalui internalisasi kebudayaan,

sehingga ia membentuk identitasnya.

4. Konformitas: Internalisasi

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Antarbudayaeprints.umm.ac.id/40886/3/BAB II.pdf · 2018. 11. 27. · Seperti halnya orang Amerika tidak sama dengan lainnya, demikian pula Indonesia,

19

Proses pembentukan identitas dapat diperoleh melalui internalisasi yang

membentuk konformitas. Jadi, proses internalisasi berfungsi untuk

membuat norma-norma yang dimiliki seseorang menjadi sama

(konformitas) dengan norma-norma yang dominan, atau membuat

norma-norma yang dimiliki berasimilasi ke dalam kultur dominan.

5. Resistensi dan separatisme

Resistensi dan separatisme adalah pembentukan identitas sebuah kultur

dari sebuah komunitas tertentu (yang kadang-kadang merupakan

komunitas minoritas dari sebuah suku bangsa, etnik, bahkan agama)

sebagai suatu komunitas yang berperilaku eksklusif untuk menolak

norma-norma kultur dominan.

6. Integrasi

Pembentukan identitas budaya dapat dilakukan melalui proses integrasi

budaya, di mana individu atau sekelompok orang mengembangkan

identitas baru yang merupakan hasil dari integrasi pelbagai budaya dari

komunitas atau masyarakat asal.

2.8 Teori Pengelolaan Identitas

Teori pengelolaan identitas yang dikembangkan oleh Tadasu Todd

Imahori dan William R. Cupach dalam Littlejohn dan Foss (2014:294-298)

menunjukkan bagaimana identitas terbentuk, terjaga, dan berubah dalam suatu

hubungan. Seseorang yang terlibat dalam proses konstan untuk membicarakan

identitas mereka. Hal ini menuntut adanya pengetahuan tentang siapa mereka

secara budaya dan secara individu. Ketika membentuk identitas sebuah

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Antarbudayaeprints.umm.ac.id/40886/3/BAB II.pdf · 2018. 11. 27. · Seperti halnya orang Amerika tidak sama dengan lainnya, demikian pula Indonesia,

20

hubungan, perbedaan budaya sebenarnya terlihat jelas dan mereka akan

menemukan diri mereka terlibat dalam komunikasi interkultural (intercultural

communication) ketika mereka mempertimbangkan aspek-aspek budaya dari

hubungan mereka. Dalam sebuah hubungan, hal ini terjadi ketika seseorang

harus melewati perbedaan budaya yang menonjol. Identitas atau rupa yang

diinginkan seseorang dapat didukung atau diancam dan dalam pembicaraan

mengenai identitas dalam suatu hubungan, anda dapat mengharapkan sebagian

dari keduanya, walaupun sebagian besar orang berusaha meyakinkan untuk

mendukung identitas orang lain dengan menerima dan menyetujui identitas

yang mereka harapkan untuk diri mereka dan saling memberi jumlah otonomi

dan kebebasan tertentu tanpa adanya penggangguan atau campur tangan.

Negosiasi bukan hanya mengenai apa yang di inginkan untuk diri

mereka dan untuk hubungan itu sendiri walaupun hal ini selalu menjadi

bagiannya, tetapi tentang dukungan/ancaman terhadap identitas budaya itu

sendiri. Ada banyak potensi bagi ancaman rupa (identitas) yang berhubungan

dengan kebudayaan karena identitas budaya sering kali besar dalam hubungan

tersebut.

Pengelolaan identitas tidak pernah berakhir, secara khusus Imahori dan

Cupach menyebut tiga tahapan hubungan yakni percobaan (trial), kecocokan

(emmeshment), dan negosiasi ulang (renegotiation). Berikut penjelasannya:

1. Tahap percobaan (trial), hubungan interkultural hanya mulai menelusuri

perbedaan budaya. Perbedaan budaya yang menonjol dapat menjadi

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Antarbudayaeprints.umm.ac.id/40886/3/BAB II.pdf · 2018. 11. 27. · Seperti halnya orang Amerika tidak sama dengan lainnya, demikian pula Indonesia,

21

penghalang dalam hubungan. Terdapat empat tantangan besar pada

tahap percobaan:

- Masalah kebekuan identitas (identity freezing), kebekuan sendiri

terjadi karena adanya perasaan terbatasi atau tersudutkan ke dalam

bentuk-bentuk budaya tertentu dan tidak diterima sebagai seseorang

yang utuh dan kompleks. Kemudian individu mengatasinya dengan

berbagai cara, seperti menunjukkan dukungan untuk mereka sendiri

atau menunjukkan beberapa aspek positif dari identitas budaya

mereka, menunjukkan dukungan yang baik dengan tertawa dan

melontarkan lelucon, mencontohkan dukungan bagi orang lain, atau

dukungan negatif dalam bentuk penghindaran.

- Masalah non-dukungan, terjadi karena nilai budaya diabaikan.

Masalah ini sering ditangani dengan berbagai cara seperti kebekuan

identitas.

- Masalah dialektika rupa sendiri dan orang lain, adalah kebimbangan

antara mendukung rupa (identitas) sendiri dan rupa (identitas) orang

lain. Hal ini terjadi ketika anda ingin mendukung identitas budaya

orang lain, tetapi anda juga ingin menonjolkan budaya anda sendiri

dan ternyata sulit untuk melakukannya. Metode-metode untuk

mengatasinya meliputi menahan dasar seseorang, memberi,

mendukung kedua identitas secara bergantian, menghindari masalah

bersama-sama.

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Antarbudayaeprints.umm.ac.id/40886/3/BAB II.pdf · 2018. 11. 27. · Seperti halnya orang Amerika tidak sama dengan lainnya, demikian pula Indonesia,

22

- Masalah dialektis rupa positif negatif atau kesalahpahaman.

Masalah ini timbul karena tekanan antara ingin menegaskan sebuah

nilai budaya (rupa positif) tetapi tidak ingin menghalangi atau

membatasi (rupa negatif). Bentuk penyelesaian ini meliputi tinggal

pada zona nyaman yang tetap berdasarkan pada apa yang telah

mereka pelajari satu sama lain, menggunakan tanda-tanda

peringatan yang jelas atau tersembunyi untuk menentukan apa yang

harus dikatakan atau apa yang tidak harus, menghindari atibrut

budaya bersama-sama, dan memberikan dukungan non-verbal.

2. Tahap kecocokan (emmeshment), di sini individu atau kelompok akan

menemukan sebuah tingkat kenyamanan dalam dirinya. Mereka akan

berbagi aturan-aturan dan simbol serta mereka juga mengembangkan

pemahaman umum tentang satu sama lain. Dengan kata lain, mereka

memiliki kebutuhan yang lebih kecil untuk komunikasi interkultural,

tetapi menggunakan interaksi interkultural.

3. Tahap negosiasi ulang (renegotiation), perbedaan budaya lebih mudah

diatasi karena sudah ada landasan untuk melakukannya (telah melewati

beragam masalah). Perbedaan budaya sendiri telah didefinisikan sebagai

bagian dari hubungan.

2.9 Akulturasi

Koentjaraningrat dalam Soyomukti (2013:445) mengungkapkan,

akulturasi adalah proses yang timbul bila suatu kelompok manusia dengan suatu

kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur dari suatu kebudayaan asing

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Antarbudayaeprints.umm.ac.id/40886/3/BAB II.pdf · 2018. 11. 27. · Seperti halnya orang Amerika tidak sama dengan lainnya, demikian pula Indonesia,

23

yang berbeda sedemikian rupa sehingga unsur kebudayaan asing itu lambat laun

diterima dan diolah kedalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya

kepribadian kebudayaan sendiri.

Akulturasi meliputi fenomena yang timbul sebagai hasil jika kelompok-

kelompok manusia yang mempunyai kebudayaan berbeda-beda bertemu dan

mengadakan kontak secara langsung dan terus menerus, yang kemudian

menimbulkan perubahan dalam pola kebudayaan yang original dari salah satu

kelompok atau pada kedua-duanya. Akulturasi juga dipahami sebagai proses

ketika masyarakat yang berbeda-beda kebudayaannya mengalami perubahan

oleh kontak yang lama dan langsung, tetapi dengan tidak sampai kepada

percampuran yang komplet dan bulat dari dua kebudayaan itu.

2.10 Identitas Etnis Minangkabau

Evers dan Chadwick dalam Ramadhani (2006:1), Minangkabau adalah

nama suatu etnis terbesar di Sumatera Barat. Bahasanya yaitu bahasa

Minangkabau yang merupakan bahasa intraetnis bagi orang Minangkabau yang

bermukim di daerah asalnya dan perantauan yang sebagian besar terdiri dari

daerah perkotaan. Sesuatu yang membuat budaya Minangkabau menjadi khas

salah satunya yaitu adat bersendikan agama islam. Konsep adat bersendikan

agama islam adalah dalam mewujudkan kehidupan tidak hanya duniawi semata,

tetapi juga memiliki landasan agama untuk memperkuat keyakinan sebagai

manusia yang beragama, memperkokoh keberadaan adat Minangkabau dalam

mencapai tujuan hidup bermasyarakat.

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Antarbudayaeprints.umm.ac.id/40886/3/BAB II.pdf · 2018. 11. 27. · Seperti halnya orang Amerika tidak sama dengan lainnya, demikian pula Indonesia,

24

1. Suku

Dalam etnis Minangkabau terdapat banyak klan, yang oleh orang

Minang sendiri hanya disebut dengan istilah suku. Beberapa suku besar mereka

adalah suku Piliang, Bodi Caniago, Tanjuang, Koto, Sikumbang, Malayu,

Jambak; selain terdapat pula suku pecahan dari suku-suku utama tersebut.

Kadang beberapa keluarga dari suku yang sama, tinggal dalam suatu rumah

yang disebut Rumah Gadang.

Di masa awal terbentuknya budaya Minangkabau, hanya ada empat

suku dari dua lareh (laras) atau kelarasan . Suku-suku tersebut adalah:

• Suku Koto

• Suku Piliang

• Suku Bodi

• Suku Caniago

Dan dua kelarasan itu adalah:

1. Lareh Koto Piliang yang digagas oleh Datuk Ketumanggungan

2. Lareh Bodi Caniago, digagas oleh Datuk Perpatih Nan Sebatang

Perbedaan antara dua kelarasan itu adalah:

• Lareh Koto Piliang menganut sistem budaya Aristokrasi Militeristik

• Lareh Bodi Caniago menganut sistem budaya Demokrasi Sosialis

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Antarbudayaeprints.umm.ac.id/40886/3/BAB II.pdf · 2018. 11. 27. · Seperti halnya orang Amerika tidak sama dengan lainnya, demikian pula Indonesia,

25

Dalam masa selanjutnya, munculah satu kelarasan baru bernama Lareh

Nan Panjang, diprakarsai oleh Datuk Sakalok Dunia nan Bamego-mego.

Sekarang suku-suku dalam Minangkabau berkembang terus dan sudah

mencapai ratusan suku, yang terkadang sudah sulit untuk mencari

persamaannya dengan suku induk. Di antara suku-suku tersebut adalah:

• Suku Tanjung

• Suku Sikumbang

• Suku Sipisang

• Suku Bendang

• Suku Melayu (Minang)

• Suku Guci

• Suku Panai

• Suku Jambak

• Suku Kutianyie atau Suku Koto Anyie

• Suku Kampai

• Suku Payobada

• Suku Pitopang atau Suku Patopang

• Suku Mandailiang

• Suku Mandaliko

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Antarbudayaeprints.umm.ac.id/40886/3/BAB II.pdf · 2018. 11. 27. · Seperti halnya orang Amerika tidak sama dengan lainnya, demikian pula Indonesia,

26

• Suku Sumagek

• Suku Dalimo

• Suku Simabua

• Suku Salo

• Suku Singkuang atau Suku Singkawang

2. Tempat Tinggal

Rumah adat atau tempat tinggal etnis Minangkabau dikenal dengan

Rumah Gadang. Rumah gadang merupakan salah satu wujud budaya materil

yang sangat bermakna dan menjadi kebanggaan masyarakat Minangkabau.

Bagi masyarakat Minangkabau, rumah gadang bukan sekedar tempat hunian

belaka, tetapi merupakan pencerminan sistem materilineal yang mereka anut

serta simbol rasa kebersamaan, kegotongroyongan, demokrasi dan sekaligus

sebagai identitas sebuah kaum serta kepenghuluan yang melekat pada kaum

tersebut.

Ketika rumah gadang mereka sudah rusak dan perlu diperbaiki, tetapi

tidak diperbaiki juga, maka kehormatan kaum dengan kepenghuluannya

menjadi taruhan, sebab keberadaan rumah gadang merupakan penanda pula

bagi masyarakat siapa penghulu kaum tersebut. Rusak rumah gadang, rusak

nama kaum dan rusak pula gelar kepenghuluan kaum. Maka, harkat, martabat

dan kehormatan merupakan suatu nilai amat berharga yang dipandang

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Antarbudayaeprints.umm.ac.id/40886/3/BAB II.pdf · 2018. 11. 27. · Seperti halnya orang Amerika tidak sama dengan lainnya, demikian pula Indonesia,

27

masyarakat mutlak perlu dan senantiasa harus ditegakkan (Syafwan, 2016:105-

107).

3. Pernikahan

Tradisi Maantaan Kampie Siriah (meminang) adalah tradisi peminangan

adat yang dilakukan oleh pihak perempuan yang bertandang ke rumah laki-laki.

Dalam proses Maantaan Kampie Siriah (meminang) ini pihak dari perempuan

membawa sirih yang disusun dalam suatu tempat yang dinamakan kampie yang

dilengkapi dengan alat pemakannya seperti gambia, sada, dan sonto, kapur,

tembakau serta makanan-makanan. Di saat proses ini yang diperbincangkan

diantaranya adalah:

a) membahas dan memastikan uang ilang untuk laki-laki yang telah

disepakati oleh mamakmamak kedua belah pihak,

b) melakukan tukar tanda (berupa cincin) antara kedua belah pihak dan

melaksanakan ikatan perjanjian,

c) memperikatkan antara mamak perempuan dengan mamak laki-laki

dengan mengucapkan suatu akad,

d) pihak perempuan memberikan uang urak selo kepada pihak laki-laki

di luar uang ilang, dimana uang urak selo harus diberikan pada

malam itu (Rezza et al, 2013:3).

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Antarbudayaeprints.umm.ac.id/40886/3/BAB II.pdf · 2018. 11. 27. · Seperti halnya orang Amerika tidak sama dengan lainnya, demikian pula Indonesia,

28

4. Merantau

Etnis Minang terkenal dengan bakat manggaleh (dagang) suatu naluri

berbisnis. Suatu ciri yang dengan mudah ditandai dan dilihat yang merupakan

ciri dari etnis Minangkabau adalah bakat perantau yang ulung. Mereka terkenal

dengan daya membaurnya yang tinggi, mampu beradaptasi dengan cepat

dengan lingkungannya. Semangat kerukunan yang bermuara dari bakat daya

baur antaretnis ini yang diajarkan oleh adat dan budayanya. Di mano bumi

dipijak di sinan langit dijunjuang (di mana bumi dipijak di sana langit

dijunjung) dikaitkan dengan kalau buyuang pai marantau induak cari dunsanak

cari, induak samang cari dahulu (kalau buyung pergi merantau cari orang tua

(dituakan), cari saudara, terlebih dahulu mencari induk semang). Artinya adalah

“sandaran” atau landasan berpijak di daerah baru yang perlu dicari dan

dikokohkan lebih dahulu. Ini adalah ajaran turun-temurun yang mendarah

daging, terbukti dan teruji mempunyai nilai yang sangat tinggi yang dirasakan,

terutama dalam tata pergaulan antaretnis. Menurut Hakimy dalam Latief dan

Bandaro (2002:18), adat Minangkabau adalah suatu ajaran yang dituang

berbentuk petatah petitih atau dengan kata lain, norma-normanya dinyatakan

dengan arti kiasan yang dalam, dengan suatu ajaran dasar alam takambang jadi

guru (belajar kepada alam). Untuk mengerti Adat Minangkabau harus mampu

berpikir, menyelidiki, dan mempelajari dengan arif ketentuan-ketentuan yang

terdapat pada alam. Sebagai suatu ajaran, adat itu tidak hanya sebagai aturan

hidup bermasyarakat, tetapi juga sebagai tuntunan baik secara perorangan

maupun secara bersama dalam setiap tingkah laku dan perbuatan dalam

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Antarbudayaeprints.umm.ac.id/40886/3/BAB II.pdf · 2018. 11. 27. · Seperti halnya orang Amerika tidak sama dengan lainnya, demikian pula Indonesia,

29

pergaulan yang berdasarkan budi pekerti yang baik dan mulia, dan harus

dipahami dengan menggunakan nalar. Jadi adat itu adalah norma atau kaedah

hukum yang tidak tertulis, yang lentur atau suatu ajaran bimbingan dalam hidup

(Latief dan Bandaro, 2002:4-80).

5. Konsep Matrilineal dan Warisan

Sistem kekerabatan dalam masyarakat Minangkabau adalah matrilineal

(garis keturunan ibu), sehingga sistem kekerabatan memerhitungkan dua

generasi di atas ego laki-laki dan satu generasi di bawahnya. Urutannya sebagai

berikut.

• Ibunya ibu.

• Saudara perempuan dan laki-laki ibunya ibu.

• Saudara laki-laki ibu.

• Anak laki-laki, perempuan saudara perempuan ibu ibunya ego.

• Saudara laki-laki dan perempuan ego.

• Anak laki-laki dan perempuan saudara perempuan ibu.

• Anak laki-laki dan perempuan saudara perempuan ego.

• Anak laki-laki dan perempuan anak perempuan saudara perempuan

ibunya ibu.

Banyak istilah mengenai perempuan dalam masyarakat Minangkabau,

yang melambangkan peran dan kedudukannya yang tinggi, yang tidak ditemui

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Antarbudayaeprints.umm.ac.id/40886/3/BAB II.pdf · 2018. 11. 27. · Seperti halnya orang Amerika tidak sama dengan lainnya, demikian pula Indonesia,

30

pada laki-laki Minang. Khusus kepada kaum ibu digunakan istilah Bundo

Kanduang. Sebutan itu bukanlah sekedar lambang atau istilah sanjungan tetapi

mempunyai arti dan tanggung jawab yang dalam. Bustami dalam Latief dan

Bandaro (2002:80), tatanan kekerabatan adat Minangkabau guna menjamin

hubungan keakraban masyarakat adat tersebut. Perempuan mempunyai sifat

menentukan, memegang peranan dalam banyak hal, merupakan titik tumpuan

dalam menjaga keseimbangan. Perempuanlah yang menyimpan benda atau

pusako kebesaran, menetapkan persiapan dan pelaksanaan upacara-upacara.

Dalam banyak hal segala sesuatunya dirundingkan lebih dahulu pada forum

perempuan. Karena besarnya peran dan tanggung jawab diletakkan pada

pundak perempuan Minang dalam melestarikan sistem kekerabatan matrilineal

adat Minangkabau ini, maka tumpuannya adalah Bundo Kanduang. Sosok

Bundo Kanduang dalam adat Minangkabau digambarkan sebagai perempuan

atau ibu yang ideal, sebagai ibu yang berwibawa, arif bijaksana, dan tempat

meniru keteladanan.

Kesatuan keluarga kecil seperti di atas disebut paruik, pada sebagian

masyarakat ada kesatuan yang disebut kampueng yang memisahkan paruik

dengan suku. Kepentingan keluarga diurus oleh laki-laki yang bertindak sebagai

niniek mamak. Dalam hal jodoh masyarakat Minangkabau memilih dari luar

suku, tetapi pola itu kini mulai hilang. Bahkan akibat pengaruh dunia modern,

perkawinan endogami lokal tidak lagi dipertahankan.

Budaya matrilineal di Sumatera Barat merupakan budaya yang kental

dengan nuansa emansipasi dan ajaran feminis. Perempuan merupakan harta

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Antarbudayaeprints.umm.ac.id/40886/3/BAB II.pdf · 2018. 11. 27. · Seperti halnya orang Amerika tidak sama dengan lainnya, demikian pula Indonesia,

31

pusaka bagi suatu keluarga sehingga keberadaannya mendapatkan posisi yang

sangat terhormat bagi masyarakat. Budaya Minang juga sarat dengan budaya

dan ajaran muslim sehingga nilai-nilai kultural religius banyak mempengaruhi

pola berpikir masyarakat Minangkabau.

Jadi suku seseorang di Minangkabau mengikuti suku ibunya. Seorang

perempuan memiliki kedudukan istimewa di dalam kaum. Orang sesuku tidak

boleh menikah. Yang menguasai harta pusaka adalah ibu dan yang mengikat

tali kekeluargaan rumah gadang adalah hubungan dengan harta pusaka dan sako

(gelar). Wanita tertua di kaum dijuluki limpapeh atau amban puruak. Ia

mendapat kehormatan sebagai penguasa seluruh harta kaum. Pembagian harta

diatur olehnya. Sedangkan laki-laki tertua di kaum dijuluki tungganai. Ia

bertugas sebagai mamak kapalo warih. Ia hanya berkuasa untuk memelihara,

mengolah, dan mengembangkan harta milik kaum, tapi tidak untuk

menggunakannya. Orang-orang akademis memberi suatu istilah untuk

mengkaji sistem masyarakat di minangkabau yang bergariskan keturunan ibu

yaitu matrilineal agar untuk mempermudah pemaknaannya. Matrilineal berasal

dari kata “matri” artinya (ibu) dan “lineal” (garis), sehingga berarti “garis ibu”.

Maksudnya yaitu istilah untuk menyebutkan sistem kekerabatan yang mengacu

pada garis keturunan ibu. Di Minangkabau sistem kekerabatan tentunya

merupakan penjabaran ajaran syarak Hablumminanas, dan merupakan

formulasi untuk menyikapi fitrah Allah Swt yang menjadikan manusia

berkelompok-kelompok dan berbangsa-bangsa (Iva, 2015:33-39).

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Antarbudayaeprints.umm.ac.id/40886/3/BAB II.pdf · 2018. 11. 27. · Seperti halnya orang Amerika tidak sama dengan lainnya, demikian pula Indonesia,

32

6. Pakaian Adat

Pakaian Bundo Kanduang atau Limpapeh Rumah Nan Gadang Yang

pertama adalah Pakaian Limpapeh Rumah Nan Gadang atau sering pula disebut

pakaian Bundo Kanduang. Pakaian ini merupakan lambang kebesaran bagi para

wanita yang telah menikah. Pakaian tersebut merupakan simbol dari pentingnya

peran seorang ibu dalam sebuah keluarga. Limapeh sendiri artinya adalah tiang

tengah dari bangunan rumah adat Sumatera Barat. Peran limapeh dalam

mengokohtegakan bangunan adalah analogi dari peran ibu dalam sebuah

keluarga. Jika limapeh rubuh, maka rumah atau suatu bangunan juga akan

rubuh, begitupun jika seorang ibu atau wanita tidak pandai mengatur rumah

tangga, maka keluarganya juga tak akan bertahan lama. Secara umum, pakaian

adat Bundo Kanduang atau Limpapeh Rumah Nan Gadang memiliki desain

yang berbeda-beda dari setiap nagari atau sub suku. Akan tetapi, beberapa

kelengkapan khusus yang pasti ada dalam jenis-jenis pakaian tersebut.

Perlengkapan ini antara lain tingkuluak (tengkuluk), baju batabue, minsie,

lambak atau sarung, salempang, dukuah (kalung), galang (gelang), dan

beberapa aksesoris lainnya.

Baju Tradisional Pria Minangkabau Pakaian adat Sumatera Barat untuk

para pria bernama pakaian penghulu. Sesuai namanya, pakaian ini hanya

digunakan oleh tetua adat atau orang tertentu, dimana dalam cara pemakaiannya

pun di atur sedemikian rupa oleh hukum adat. Pakaian ini terdiri atas beberapa

kelengkapan yang di antaranya Deta, baju hitam, sarawa, sesamping, cawek,

sandang, keris, dan tungkek.

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Antarbudayaeprints.umm.ac.id/40886/3/BAB II.pdf · 2018. 11. 27. · Seperti halnya orang Amerika tidak sama dengan lainnya, demikian pula Indonesia,

33

Pakaian Adat Pengantin Padang Selain baju bundo kanduang dan baju

penghulu, ada pula jenis pakaian adat Sumatera Barat lainnya yang umum

dikenakan oleh para pengantin dalam upacara pernikahan. Pakaian pengantin

ini lazimnya berwarna merah dengan tutup kepala dan hiasan yang lebih

banyak. Hingga kini, pakaian tersebut masih kerap digunakan tapi tentunya

dengan sedikit tambahan modernisasi dengan gaya atau desain yang lebih unik

7. Upacara Adat

Sebagian besar masyarakat Minangkabau beragama Islam. Masyarakat

desa percaya dengan hantu, seperti kuntilanak, perempuan menghirup ubun-

ubun bayi dari jauh, dan menggasing (santet), yaitu menghantarkan racun

melalui udara. Upacara-upacara adat di Minangkabau meliputi:

• Upacara Tabuik adalah upacara peringatan kematian Hasan

dan Husain di Padang Karabela;

• Upacara Kitan dan Katam berhubungan dengan lingkaran

hidup manusia, seperti:

upacara Turun Tanah/Turun Mandi adalah upacara

bayi menyentuh tanah pertama kali,

upacara Kekah adalah upacara memotong rambut

bayi pertama kali.

• Upacara selamatan orang meninggal pada hari ke-7, ke-40,

ke-100, dan ke-1000.

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Antarbudayaeprints.umm.ac.id/40886/3/BAB II.pdf · 2018. 11. 27. · Seperti halnya orang Amerika tidak sama dengan lainnya, demikian pula Indonesia,

34

2.11 Identitas Etnis Jawa

1. Pakaian Adat

Masyarakat Jawa Timur memiliki pola dasar pakaian sehari-hari. Untuk

kaum pria, hampir seluruh daerah memakai celana model kombor (gomboran),

yaitu celana kolor longgar dengan tinggi di atas mata kaki dan sarung yang

dikenakan dengan berbagai cara. Untuk kaum wanita lebih, banyak

mengenakan sarung batik dibanding dengan kain wiron.

Dari berbagai keragaman pakaian adat yang ada di Jawa Timur, pakaian-

pakaian adat yang khas antara lain dari daerah Madura dan Tengger. Pakaian

khas Madura pada umumnya, yaitu hitam serba longgar dengan kaos bergaris

merah putih atau merah hitam di dalamnya, lengkap dengan tutup kepala dan

kain sarung. Pakaian yang terdiri dari baju pesa'an dan celana gomboran ini

merupakan pakaian pria untuk rakyat kebanyakan, baik sebagai pakaian sehari-

hari ataupun sebagai pakaian resmi. Sedangkan kaum wanita Madura umumnya

memakai kebaya sebagai pakaian sehari-hari maupun pada acara resmi. Kebaya

tanpa kutu baru atau kebaya rancongan digunakan oleh masyarakat kebanyakan.

Keunikan pakaian sehari-hari masyarakat Tengger adalah pada cara mereka

memakai sarung yang berfungsi sebagai pengusir hawa dingin. Terdapat

beberapa cara menggunakan sarung yang mereka pakai, antara lain seperti

Kakawung, Sesembong, Sempetan, Kekemul, Sengkletan, Kekodong, dan

Sampiran.

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Antarbudayaeprints.umm.ac.id/40886/3/BAB II.pdf · 2018. 11. 27. · Seperti halnya orang Amerika tidak sama dengan lainnya, demikian pula Indonesia,

35

2. Upacara Adat Jawa

Salah satu ciri masyarakat Jawa adalah bahwa mereka merupakan

masyarakat yang begitu percaya terhadap suatu kekuatan di luar alam yang

mengatasi mereka. Mereka percaya pada suatu hal dibalik penampakan fisik

yang mereka lihat. Itulah sebabnya mengapa masyarakat Jawa percaya adanya

roh, dan hal-hal spiritual lainnya. Mereka kagum terhadap kejadian-kejadian

disekitar mereka, terhadap fenomena-fenomena alam sehari-hari yang kadang

sulit dipahami dengan rasio. Rasa kagum inilah yang melahirkan bermacam-

macam ritual tradisi sebagai bentuk penghormatan terhadap alam (Haq,

2011:4).

Upacara adat jawa umumnya ini meruapakan hasil penggabungan

budaya Jawa dan agama Islam di pada abad 16 masehi. Pada awalnya, upacara

menggunakan doa-doa agama budha atau menggunakan doa-doa agama hindu.

Kemudian setelah mengalami penggabungan dengan agama Islam,

digantikanlah doa-doa itu menjadi doa-doa yang biasa digunakan di agama

Islam.

Begitu juga dengan sesaji yang dulu biasanya digunakan ketika adanya

upacara kenduren ini, namun pada saat ini sesaji-sesaji itu tidak di gunakan lagi.

Untuk saat ini upacara kenduren ini hanya ditujukan untuk makan-makan

bersama, itupun sebagai tanda syukur kepada Allah SWT, bukan untuk

persembahan-persembahan seperti budaya Kejawen pada zaman dulu.

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Antarbudayaeprints.umm.ac.id/40886/3/BAB II.pdf · 2018. 11. 27. · Seperti halnya orang Amerika tidak sama dengan lainnya, demikian pula Indonesia,

36

3. Pernikahan

Dalam pernikahan adat Jawa ada yang dikenal juga upacara perkawinan

yang sangat unik dan sakral. Banyak tahapan yang harus dilalui dalam upacara

adat Jawa yang satu ini, mulai dari siraman, siraman, upacara ngerik,

midodareni, srah-srahan atau peningsetan, nyantri, upacara panggih atau temu

penganten, balangan suruh, ritual wiji dadi, ritual kacar kucur atau tampa kaya,

ritual dhahar klimah atau dhahar kembul, upacara sungkeman dan lain

sebagainya.

Rangkaian upacara adat pengantin Jawa secara kronologis diuraikan

dari awal sampai akhir sebagai berikut :

1. Upacara siraman pengantin putra-putri

2. Upacara malam midodareni

3. Upacara akad nikah / ijab kabul

4. Upacara panggih / temu

5. Upacara resepsi

6. Upacara sesudah pernikahan

4. Warisan

Secara umum, asas pewarisan yang dipakai dalam masyarakat adat

bergantung dari jenis sistem kekerabatan yang dianut. Namun menurut

Hazairin, hal itu bukan suatu hal yang paten. Artinya, asas tersebut tidak pasti

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Antarbudayaeprints.umm.ac.id/40886/3/BAB II.pdf · 2018. 11. 27. · Seperti halnya orang Amerika tidak sama dengan lainnya, demikian pula Indonesia,

37

menunjukkan bentuk masyarakat di mana hukum warisan itu berlaku. Seperti

misalnya, asas individual tidak hanya ditemukan pada masyarakat yang

menganut sistem bilateral, tetapi juga ditemukan pada masyarakat yang

menganut asas patrilineal, misalnya pada masyarakat Batak yang menganut

sistem patrilineal, tetapi dalam mewaris, memakai asas individual.

Suku Jawa yang hukum adat-nya bersistem parental, maka hal-hal yang

menjadi catatan adalah:

a. Saudara adalah anak kandung dari Suami Pertama.

b. Saudara tidak tinggal bersama secara langsung.

c. Ibu Saudara memiliki anak-anak lagi dari hasil perkawinannya yang

sekarang sebanyak 6 orang.

d. Sehingga jumlah keseluruhan anaknya adalah 7 orang, yang mana

jumlah anak laki-laki 2 dan anak perempuan 5, serta meninggalkan

seorang suami.

e. Warisan Ibu berasal dari neneknya, artinya bukan berasal dari harta

bersama dengan suami kedua-nya, artinya harta tersebut adalah harta

bawaan, yang akan diwariskan kepada anak keturunannya.

Di dalam masyarakat Jawa, semua anak mendapatkan hak mewaris,

dengan pembagian yang sama, tetapi ada juga yang menganut asas sepikul

segendongan, artinya anak laki-laki mendapatkan dua bagian dan anak

perempuan mendapatkan satu bagian, hampir sama dengan pembagian waris

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Antarbudayaeprints.umm.ac.id/40886/3/BAB II.pdf · 2018. 11. 27. · Seperti halnya orang Amerika tidak sama dengan lainnya, demikian pula Indonesia,

38

terhadap anak dalam Hukum Islam. Pada dasarnya, yang menjadi ahli waris

adalah generasi berikutnya yang paling karib dengan Pewaris (ahli waris utama)

yaitu anak-anak yang dibesarkan dalam keluarga (brayat) si Pewaris. Terutama

anak kandung. Sementara untuk anak yang tidak tinggal bersama, tidak masuk

ke dalam ahli waris utama. Tetapi ada juga masyarakat Jawa yang mana anak

angkat (yang telah tinggal dan dirawat oleh orang tua angkatnya) mendapatkan

warisan dari kedua orang tuanya, baik orang tua kandung atu angkat. Jika anak-

anak tidak ada, maka kepada orang tua dan jika orang tua tidak ada baru

saudara-saudara pewaris.

5. Budaya Arek

Di sebelah timur Matraman adalah tlatah arek yang menjadi wilayah

kebudayaan yang cukup dikenal dengan ciri khas Jawa Timurnya. Masyarakat

Arek dikenal punya semangat juang yang tinggi, terbuka, dan mudah

beradaptasi. Dan satu yang menjadi ciri khas masyarakat Arek adalah bondo

nekat.

Surabaya dan Malang menjadi pusat kebudayaan Arek. Kedua kota

besar ini menjadi pusat kebudayaan Arek karena kondisi sosial masyarakatnya

yang begitu komplek dan heterogen, bisa dikatakan menjadi pusat bidang

pendidikan, ekonomi, dan parawisata di Jawa Timur. Setelah industrialisasi

masuk, wilayah ini menjadi menarik bagi pendatang. Menjadikannya salah satu

melting pot atau kuali peleburan kebudayaan di Jatim. Pendatang dari berbagai

kelompok etnis ada di sini untuk mencari ”gula” ekonomi yang tumbuh pesat.

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Antarbudayaeprints.umm.ac.id/40886/3/BAB II.pdf · 2018. 11. 27. · Seperti halnya orang Amerika tidak sama dengan lainnya, demikian pula Indonesia,

39

Meski luas wilayahnya hanya 17 persen dari keseluruhan luas Jatim, separuh

(49 persen) aktivitas ekonomi Jatim ada di kawasan ini.

Sebagai etnis Jawa yang biasa disebut dengan komunitas Arek, etnis ini

memiliki keunggulan dalam hal kepemilikan tekad, solidaritas, dan semangat

egalitarianisme yang tinggi. Bahasa walikan juga menjadi salah satu identitas

yang melekat pada etnis arek yang berada di Malang. Komunitas Arek dikenal

mempunyai semangat juang yang tinggi, terbuka terhadap perubahan dan

mudah beradaptasi. Perilaku budaya mereka dikenal sebagai perilaku bandha

nekat. Komunitas arek memiliki kecenderungan untuk mau mendengarkan

saran dari orang lain. Mereka memiliki sesanti yok apa enake, yakni hasrat

untuk menyelesaikan segala macam persoalan melalui upaya suka sama suka

atau win-win solution (Sutarto dan Sudikan, 2004:1-14).

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Antarbudayaeprints.umm.ac.id/40886/3/BAB II.pdf · 2018. 11. 27. · Seperti halnya orang Amerika tidak sama dengan lainnya, demikian pula Indonesia,

40

2.12 Fokus Penelitian

Fokus penelitian ini yaitu pengelolaan identitas dalam komunikasi etnis

Minangkabau dengan masyarakat Jawa di Malang. Bentuk identitas yang

difokuskan peneliti sebagai berikut:

- Pernikahan

- Upacara adat selamatan/tasyakuran

- Bahasa/dialek

- Tradisi Idul Fitri

- Makanan

Dari bentuk-bentuk identitas yang telah disebutkan di atas, peneliti kemudian

ingin mengetahui bagaimana etnis Minangkabau mengelola identitasnya ketika

berada di tempat rantau. Bentuk-bentuk identitas tersebut kemudian dianalisis

dengan teori pengelolaan identitas yang terdiri dari tiga tahapan, yakni tahap

percobaan (trial), kecocokan (emmeshment) dan negosiasi ulang

(renegotiation). Hasil dari penelitian ini akan menunjukkan bagaimana identitas

terbentuk, terjaga dan berubah dalam hubungan berbeda budaya.