bab ii tinjauan pustaka 2.1 kebijakan publikeprints.umm.ac.id/41806/3/bab ii.pdfhal itu william n...

42
28 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kebijakan Publik Kebijakan publik telah menjadi suatu diskursus penting di dalam kajian disiplin ilmu pengetahuan, khususnya bidang politik dan pemerintahan. Banyak para ahli dan pakar telah mendefinisikan arti kebijakan publik ke dalam berbagai pengertian. Sebelum memahami lebih lanjut tentang pengertian kebijakan publik, sebaiknya terlebih dahulu mengartikan makna kebijakan dan publik itu sendiri. Kebijakan menurut Easton adalah suatu keputusan politik yang dikembangkan oleh badan atau pejabat pemerintah yang memiliki otoritas dalam sebuah sistem politik, yang terdiri eksekutif, legislatif maupun yudikatif. Sedangkan ‘publik’ mengandung dua arti yang berbeda 32 . Pertama publik dapat diartikan dengan negara atau pemerintah, seperti terjemahan public administration sebagai administrasi negara. Kedua, ‘publik’ merupakan padanan kata dari ‘umum’ seperti public transportation (transportasi umum) atau public interest (kepentingan umum) 33 . Dengan begitu ‘publik’ dapat diartikan sebagai segala bentuk kegiatan yang menyangkut hajat hidup orang banyak. Apabila kemudian kebijakan dan publik menjadi satu padanan kata, maka akan melahirkan definisi baru, yaitu suatu produk hukum atau keputusan yang berasal dari pemerintah yang ditujukan untuk masyarakat luas. Adapun definisi lain dari kebijakan publik yang telah dikemukakan oleh para ahli misalnya saja James Anderson. Ia mengatakan bahwa kebijakan publik 32 Agustino, Leo, 2016, Dasar-dasar Kebijakan Publik, Bandung: Alfabeta 33 Ibid

Upload: others

Post on 30-Oct-2020

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kebijakan Publikeprints.umm.ac.id/41806/3/BAB II.pdfhal itu William N Dunn memberikan definisi mengenai apa itu evaluasi kebijakan. Menurutnya evaluasi

28

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kebijakan Publik

Kebijakan publik telah menjadi suatu diskursus penting di dalam kajian

disiplin ilmu pengetahuan, khususnya bidang politik dan pemerintahan. Banyak

para ahli dan pakar telah mendefinisikan arti kebijakan publik ke dalam berbagai

pengertian. Sebelum memahami lebih lanjut tentang pengertian kebijakan publik,

sebaiknya terlebih dahulu mengartikan makna kebijakan dan publik itu sendiri.

Kebijakan menurut Easton adalah suatu keputusan politik yang dikembangkan oleh

badan atau pejabat pemerintah yang memiliki otoritas dalam sebuah sistem politik,

yang terdiri eksekutif, legislatif maupun yudikatif. Sedangkan ‘publik’

mengandung dua arti yang berbeda32.

Pertama publik dapat diartikan dengan negara atau pemerintah, seperti

terjemahan public administration sebagai administrasi negara. Kedua, ‘publik’

merupakan padanan kata dari ‘umum’ seperti public transportation (transportasi

umum) atau public interest (kepentingan umum)33. Dengan begitu ‘publik’ dapat

diartikan sebagai segala bentuk kegiatan yang menyangkut hajat hidup orang

banyak. Apabila kemudian kebijakan dan publik menjadi satu padanan kata, maka

akan melahirkan definisi baru, yaitu suatu produk hukum atau keputusan yang

berasal dari pemerintah yang ditujukan untuk masyarakat luas.

Adapun definisi lain dari kebijakan publik yang telah dikemukakan oleh

para ahli misalnya saja James Anderson. Ia mengatakan bahwa kebijakan publik

32 Agustino, Leo, 2016, Dasar-dasar Kebijakan Publik, Bandung: Alfabeta

33 Ibid

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kebijakan Publikeprints.umm.ac.id/41806/3/BAB II.pdfhal itu William N Dunn memberikan definisi mengenai apa itu evaluasi kebijakan. Menurutnya evaluasi

29

adalah “purposive course of action or inaction undertaken by an actor or set of

actors in dealing with a problem or matter of concern” (suatu langkah atau tindakan

yang dilakukan secara sengaja oleh aktor atau sejumlah aktor berkenaan dengan

adanya masalah dan persoalan tertentu yang dihadapi)34. Aktor ini yang terlibat

biasanya adalah pemerintah selaku pembuat kebijakan yang ditujukan untuk

memecahkan permasalahan yang ada secara luas dan menyeluruh.

Pendapat lain tentang kebijakan publik juga dikemukakan oleh Thomas R.

Dye yang menyatakan “whatever governments choose to do or not to do” (suatu

pilihan atau tindakan apapun yang dilakukan atau pun tidak dilakukan oleh

pemerintah)35. Pengertian ini diperkuat oleh pendapat Knoepfel yaitu serangkaian

keputusan serta tindakan-tindakan sebagai akibat dari interaksi terstruktur dan

berulang di antara berbagai aktor, baik publik atau pemerintah maupun swasta yang

terlibat berbagai cara dalam merespons, mengidentifikasi dan memecahkan suatu

masalah yang secara politis didefinisikan sebagai masalah publik36.

Apa yang disampaikan oleh Knoepfel tersebut setidaknya memberikan kita

pemahaman mengenai apa itu kebijakan publik yaitu (1) kebijakan publik lebih

mengarah ke suatu tindakan nyata yang dilakukan oleh pemerintah dan bukan

sekedar apa yang dipikirkan atau yang ingin dilakukannya saja; (2) kebijakan dan

keputusan memiliki arti yang berbeda dimana kebijakan merupakan pemilihan dari

beberapa jumlah alternatif yang tersedia yang telah dibuat sebelumnya; (3) bersifat

34 Anderson, 1994 dalam Solichin Abdul Wahab, 2015, Analisis Kebijakan: Dari Formulasi ke

Penyusunan Model-Model Implementasi Kebijakan Publik, Jakarta: Bumi Aksara

35 Ibid

36 Knoepfel, 2007 dalam Solichin Abdul Wahab, 2015, Analisis Kebijakan: Dari Formulasi ke

Penyusunan Model-Model Implementasi Kebijakan Publik, Jakarta: Bumi Aksara

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kebijakan Publikeprints.umm.ac.id/41806/3/BAB II.pdfhal itu William N Dunn memberikan definisi mengenai apa itu evaluasi kebijakan. Menurutnya evaluasi

30

memecahkan masalah atau problem solving yang timbul pada masyarakat dan

menjadi masalah nasional yang harus segera diakhiri.

Dari sini kita dapat mengambil kesimpulan bahwa setiap kebijakan itu

dimaksudkan untuk memecahkan masalah yang ada di lapangan atau paling tidak

mengurangi kerumitan masalah publik yang telah masuk ke agenda pemerintah.

Dengan demikian kebijakan mencerminkan sebuah tanggapan sistem politik dan

administrasi terhadap sebuah realita sosial yang ada dan dianggap sudah tidak bisa

ditolerir lagi. Kebijakan publik tentu dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat

secara konkret apabila kebijakan tersebut memiliki luaran dan ada dampak yang

dirasakan karena berhasil diterapkan. Luaran ini lebih mengarah kepada apa yang

sesungguhnya telah dikerjakan oleh pemerintah.

Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan merupakan sebuah kebijakan

publik yang berskala nasional yang berasal dari Kementerian Pertanian. Kebijakan

PUAP dibuat secara khusus untuk memberikan modal usaha kepada petani. Sebab

adanya program PUAP karena kemiskinan yang dialami petani. Oleh karenanya

mereka mengalami kesulitan mendapatkan modal untuk bertani dan usaha bidang

agribisnis lainnya. Harapannya selain memudahkan akses modal kepada petani,

kebijakan PUAP dikembangkan untuk kegiatan agribisnis lainnya sesuai dengan

potensi desa masing-masing.

2.2 Implementasi Kebijakan Publik

Ditinjau dari segi etimologi, implementasi berasal dari terjemahan kata

bahasa inggris yaitu ‘implementation’, yang memiliki arti mengisi penuh atau

melengkapi sesuatu. Maksudnya adalah pertama bahwa implementasi membawa

kita pada suatu hasil sebagai sebab akibat, melengkapi dan menyelesaikan semua

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kebijakan Publikeprints.umm.ac.id/41806/3/BAB II.pdfhal itu William N Dunn memberikan definisi mengenai apa itu evaluasi kebijakan. Menurutnya evaluasi

31

kegiatan. Kedua adalah menyediakan sebuah sarana atau alat untuk melaksanakan

sesuatu, dan ketiga adalah melengkapi dengan alat37.

Pengertian implementasi tersebut di atas jika dirangkaikan dengan istilah

dari kebijakan publik, maka dapat dimaknai sebagai suatu kegiatan aktifitas dari

penyelesaian masalah atau melaksanakan sebuah kebijakan publik yang ditetapkan

menggunakan alat dan sarana untuk mencapai tujuan kebijakan. Memang tidaklah

semua proses dari sebuah implementasi dapat berjalan lancar, makanya diperlukan

juga sebuah evaluasi untuk mengetahui keberhasilan kebijakan itu sendiri.

Begitu banyak definisi dari implementasi kebijakan disampaikan oleh para

ahli dan akademisi. Mazmanian dan Sabatier mengungkapkan implementasi ialah

suatu pelaksanaan dari sebuah keputusan yang berupa undang-undang dan dapat

juga berbentuk perintah atau putusan badan peradilan. Keputusan ini menyebutkan

masalah yang ingin diselesaikan, secara tegas menyebutkan tujuan dan sasaran yang

ingin dicapai dan cara bagaimana untuk menerapkannya38.

Selain itu seorang ahli, Anderson mendefinisikan implementasi kebijakan

yaitu means administration of the law in which various actors, organizations and

procedurs or techniques work together to put adopted policies into effect in an effort

to attain policy or program goals. Apa yang disampaikan oleh Anderson itu dapat

diartikan bahwa implementasi kebijakan adalah menjalankan isi kebijakan ke dalam

apa yang ingin dicapai oleh kebijakan itu sendiri39. Kebijakan yang telah dibuat

haruslah dilaksanakan karena apabila dibiarkan begitu saja hanyalah akan

37 Tachjan, 2006, Implementasi Kebijakan Publik, Bandung : Asosiasi Ilmu Politik Indonesia (AIPI)

38 Agustino, Leo, 2016, Dasar-dasar Kebijakan Publik, Bandung : Alfabeta

39 Ibid

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kebijakan Publikeprints.umm.ac.id/41806/3/BAB II.pdfhal itu William N Dunn memberikan definisi mengenai apa itu evaluasi kebijakan. Menurutnya evaluasi

32

berbentuk sebuah impian belaka. Karena sebagus-bagusnya kebijakan yang sudah

dirancang dengan penuh perhitungan tanpa adanya suatu implementasi itu bersifat

nihil, tidak berarti sama sekali.

Implementasi kebijakan yang paling sederhana adalah berbentuk top-down

dan bottom-up. Maksudnya dari top-down adalah bahwa kebijakan ini dibuat oleh

individu dan pejabat atau pemerintah yang diarahkan kepada pencapaian tujuan

beserta sasaran yang disepakati bersama di dalam keputusan kebijakan. Pada

mekanisme ini masyarakat berlaku sebagai obyek penerima dari kebijakan, tanpa

bisa ikut campur untuk membuat kebijakan bersama dengan para stake holder.

Dengan kata lain kebijakan ini merupakan kebijakan yang bersifat substantif, yaitu

kebijakan diberikan untuk masalah urgen seperti kemiskinan.

Sedangkan maksud dari bottom-up adalah proses dari adanya kebijakan

yang diawali dengan proses penjaringan aspirasi masyarakat luas juga pemetaan

kebutuhan publik dengan mengakomodasi tuntutan dari lingkungan kemudian

diikuti dengan pencarian dan alternatif cara pemecahannya40. Era reformasi seperti

sekarang sangat memungkinkan masyarakat ikut berpartisipasi dalam memberikan

masukan kepada pemangku kepentingan untuk membuat kebijakan sesuai dengan

apa yang masyarakat butuhkan.

Perlu juga diperhatikan bahwa impelementasi kebijakan memiliki catatan

penting untuk diperhatikan, perihal faktor yang menjadi penentu keberhasilan dari

program. Misalnya saja adalah karena respek anggota masyarakat kepada otoritas

dan keputusan pemerintah, kesadaran diri masyarakat untuk menerika kebijakan,

keberadaan sanksi hukum, kepentingan pribadi maupun kelompok, apakah ada

40 Tachjan, 2006, Implementasi Kebijakan Publik, Bandung : Asosiasi Ilmu Politik Indonesia (AIPI)

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kebijakan Publikeprints.umm.ac.id/41806/3/BAB II.pdfhal itu William N Dunn memberikan definisi mengenai apa itu evaluasi kebijakan. Menurutnya evaluasi

33

pertentangan dengan sistem dan nilai yang ada, estimasi waktu dan sosialisasi dan

juga koordinasi antara lembaga dan organisasi41. Beberapa poin tersebut perlu jadi

perhatian agar implementasi kebijakan di lapangan dapat berjalan sesuai dengan

tujuan yang diharapkan.

Berbagai model implementasi telah dikembangkan hingga sekarang. Hal ini

berguna untuk memudahkan pemahaman terhadap gambaran objek, situasi dan

kondisi sekaligus proses, bagaimana korelasi antar komponen yang satu dengan

komponen yang lain. Model yang telah ada di antaranya seperti model Donald van

Metter dan Carl varn Horn dengan istilah A Model of The Policy Implementation

Process, model George Edwar III dengan model implementasi Direct and Indirect

Impact on Implementation, dan juga ada model Daniel Mazmanian dan Paul A.

Sabatier dengan sebutan A Frame Work for Implementations Analysis, serta model

yang dikembangkan oleh Thomas R. Dye. Serta masih banyak berbagai model

implementasi kebijakan lain selain yang telah disebutkan.

Model adalah bagaimana cara memahami kebijakan ini diterapkan. Di

dalam menggambarkan menerapkan program PUAP penulis menggunakan model

implementasi kebijakan publik Merilee S Grindle. Pemilihan model implementasi

Grindle didasarkan karena bisa menjelaskan bagaimana bentuk penerapan dari

program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan di Ponorogo. Model Grindle

sering disebut sebagai implementation as a political and administrative process.

Artinya bahwa implementasi kebijakan itu merupakan sebuah proses politik dan

administrasi. Keberhasilan implementasi menurut Grindle adalah dimana terdapat

pengaruh besar terhadap ketercapaian tujuan yang ditetapkan sebagai hasil akhir.

41 Agustino, Leo, 2017, Dasar-dasar Kebijakan Publik, Bandung : Alfabeta

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kebijakan Publikeprints.umm.ac.id/41806/3/BAB II.pdfhal itu William N Dunn memberikan definisi mengenai apa itu evaluasi kebijakan. Menurutnya evaluasi

34

Grindle berkata bahwa berhasil atau tidaknya suatu kebijakan publik dapat

diukur melalui hasil pencapaian tujuan program. Bentuk implementasi dibedakan

menjadi dua bentuk, yaitu :42

1. Segi proses, menilai apakah pelaksanaan program PUAP di Kabupaten

Ponorogo sudah sesuai dengan tujuan kebijakan yang telah ditentukan;

2. Ketercapaian tujuan, memiliki dua indikator berupa dampak PUAP

terhadap objek serta perubahan apa yang ada pada kelompok sasaran.

Selain itu juga Grindle menentukan tingkat implementasi terdiri dari dua

bentuk, yaitu content of policy dan context of policy. Maksudnya ialah berikut ini:

1. Content of Policy

a. Interest Affected (Kepentingan yang Mempengaruhi)

b. Type of Benefits (Tipe Manfaat)

c. Extent of Change Envision (Derajat Perubahan yang Ingin Diraih)

d. Site of Decision Making (Letak Pengambilan Keputusan)

e. Program Implementator (Pelaksana Program)

f. Resources Commited (Sumber Daya yang Digunakan)

2. Context of Policy

a. Power, Interest and Strategy of Actor Involved (Kekuasaan,

Kepentingan dan Strategi dari Aktor yang Terlibat)

b. Institution and Regime Characteristik (Karakteristik Lembaga dan

Rezim yang Berkuasa)

c. Compliance and Responsiveness (Tingkat Kepatuhan dan Respon

dari Pelaksana

42 Agustino, Leo, 2016, Dasar-dasar Kebijakan Publik, Bandung : Alfabeta

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kebijakan Publikeprints.umm.ac.id/41806/3/BAB II.pdfhal itu William N Dunn memberikan definisi mengenai apa itu evaluasi kebijakan. Menurutnya evaluasi

35

2.3 Evaluasi Implementasi Kebijakan Publik

Evaluasi kebijakan publik adalah rangkaian terakhir dari suatu proses

perumusan kebijakan. Pada dasarnya evaluasi bertujuan untuk menilai suatu

kebijakan yang berlangsung atau telah selesai diterapkan. Penilaian tersebut akan

menentukan keberhasilan atau kegagalan dari kebijakan, sehingga akan muncul

saran atau pun perbaikan ke depannya. Istilah evaluasi dapat dipahami dengan suatu

penaksiran (appraisal), pemberi angka (rating) dan penilaian (assesment). Kata

yang mengatakan usaha untuk menganalisa hasil kebjakan dalam arti satuan

nilainya. Ketika tujuan dari kebijakan memberikan nilai maka hasil tersebut dapat

memberikan kemajuan dalam tujuan dan sasaran tersebut43.

Evaluasi merupakan kegiatan penting dalam menganalisa kebijakan yang

tengah dijalankan di lapangan maupun yang telah usai diterapkan. Sejalan dengan

hal itu William N Dunn memberikan definisi mengenai apa itu evaluasi kebijakan.

Menurutnya evaluasi adalah suatu prosedur yang harus dilakukan untuk mencari

informasi nilai dan besarnya manfaat dari kegiatan di masa lampau maupun yang

akan datang.44

William N Dunn kemudian memberikan pendapatnya tentang evaluasi

bahwasanya evaluasi adalah sumber informasi yang digunakan untuk menilai

kinerja dari suatu kebijakan. Selain itu evaluasi kebijakan publik menurutnya

adalah sumbangan terhadap kritik dan nilai yang mendasari pilihan dari tujuan dan

target yang ditentukan. Kemudian yang terakhir adalah sumbangan untuk metode

43 Dunn, William N, 2003, Pengantar Analisis Kebijakan Publik, Yogyakarta: Gajah Mada

University Press. Terj. Public Policy Analysis: An Introduction Second Edition

44 Syahruddin, 2009, Evaluasi Implementasi Kebijakan Pengembangan Kawasan Industri di

Kabupaten Karawang, Tesis Program Studi Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kebijakan Publikeprints.umm.ac.id/41806/3/BAB II.pdfhal itu William N Dunn memberikan definisi mengenai apa itu evaluasi kebijakan. Menurutnya evaluasi

36

analisa kebijakan yang mencakup rekomendasi ke depannya itu seperti apa dan

bagaimana.45

Jones ikut memberikan definisi evaluasi sebagai “evaluation is an activity

designed to judge the merits of government program which varies significantly in

the specification objects, the techniques of measurements, the methods of analysis

and the forms of recommendation.46”

Apa yang dikatakan Jones tersebut menunjukkan bahwasanya evaluasi

merupakan kegiatan yang dilakukan dengan cara sengaja dalam menguji kualitas

berbagai program pemerintah yang penting, dimana kegiatan tersebut misalnya

melihat kondisi obyek program di lapangan, perencanaan teknik pengukuran serta

format usulan setelah evaluasi dilaksanakan.

Sejalan dengan definisi tersebut, Spaulding juga mengartikan evaluasi

sebagai segala bentuk kegiatan yang dilakukan yang bertujuan untuk mengambil

keputusan yang menghasilkan rekomendasi dan perbaikan program. Pendapat

Spaulding dapat kita maknai bahwasanya hakikat dari evaluasi adalah kegiatan

yang dirancang dalam menuntaskan masalah dengan ideal melalui cara mengenal

masalah lebih dalam dengan fenomena yang ada, menghasilkan alternatif atau

solusi dari pilihan program yang tersedia, memberikan kritik penilaian atas

alternatif yang ada dan tersedia dan juga memberi usulan agar melakukan dan

menggunakan pilihan alternatif terbaik untuk mengurangi masalah47.

45 Syahruddin, 2009, Evaluasi Implementasi Kebijakan Pengembangan Kawasan Industri di

Kabupaten Karawang, Tesis Program Studi Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

46 Agustino, Leo, 2016, Dasar-dasar Kebijakan Publik, Bandung: Alfabeta

47 Spaulding, 2008 dalam Leo Agustino, 2016, Dasar-dasar Kebijakan Publik, Bandung: Alfabeta

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kebijakan Publikeprints.umm.ac.id/41806/3/BAB II.pdfhal itu William N Dunn memberikan definisi mengenai apa itu evaluasi kebijakan. Menurutnya evaluasi

37

Dari definisi yang dikemukakan oleh Dunn, Jones dan Spaulding kita dapat

menarik kesimpulan bahwasa evaluasi adalah bagian dari proses perumusan

kebijakan publik yang digunakan untuk memberikan nilai-nilai terhadap kebijakan

yang diimplementasikan. Apakah kebijakan sudah tepat sasaran atau belum, perlu

adanya perbaikan atau bahkan tidak perlu untuk dilanjutkan. Evaluasi perlu terus

dilakukan agar tujuan kebijakan yang hendak dicapai dapat diperoleh dengan hasil

yang maksimal.

Evaluasi lebih mengarah ke analisa hasil implementasi di lapangan, dalam

artian bahwa jika kebijakan ternyata memberikan dampak dan pengaruh maka dapat

dikatakan pula kebijakan tersebut telah sesuai dengan tujuan dan sasaran yang

ditetapkan. Akan tetapi jika belum sesuai maka perlu dilakukan perbaikan, dan

dianalisa bagian mana yang perlu diubah, ditambah maupun dihentikan.

Implementasi program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan telah

berjalan di Kabupaten Ponorogo mulai tahun 2008-2013. Oleh karena itu perlu

dilakukan evaluasi penilaian terhadap program, apakah PUAP telah berdampak

kepada masyarakat atau belum. Selain melihat bentuk implementasi PUAP di

lapangan dan kemudian diberikan penilaian, terdapat juga indikator lain di dalam

mengevaluasi program. Poin-poin indikator ini menurut M. Irfan Islamy adalah

sebagai berikut :

1. Apakah stretegi pendekatan program PUAP telah diidentifikasi,

dipilih kemudian juga dirumuskan dengen jelas?

2. Apakah unit pelaksana teknis program PUAP telah disiapkan?

3. Apakah aktor utama pelaksana PUAP telah ditetapkan dan sudah siap

menerima tanggung jawab pelaksana kebijakan PUAP?

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kebijakan Publikeprints.umm.ac.id/41806/3/BAB II.pdfhal itu William N Dunn memberikan definisi mengenai apa itu evaluasi kebijakan. Menurutnya evaluasi

38

4. Apakah prosedur operasi baku sudah jelas dan sudah dipahami oleh

pelaksana kebijakan?

5. Apakah koordinasi pelaksanaan program PUAP sudah dilakukan

dengan baik?

6. Bagaimana, kapan dan kepada siapa program PUAP dilaksanakan?

7. Apakah hak dan kewajiban, kekuasaan dan tanggung jawab sudah

diberikan dan dipahami dan dilaksanakan oleh pelaksana kebijakan

PUAP?

8. Apakah pelaksanaan kebijakan PUAP sudah diselaraskan dengan

rencana tujuan dan sasaran kebijakan?

9. Apakah teknik pengukuran dan kriteria penilaian keberhasilan dari

program PUAP sudah ada dan ditetapkan dengan baik?

10. Apakah penilaian kinerja kebijakan PUAP telah menerapkan prinsip

efisiensi ekonomi dan politik serta juga sosial?48

Kriteria yang disampaikan tersebut berguna untuk mengetahui dan menilai

apakah program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan sudah sesuai seperti

yang direncanakan. Selain itu juga untuk mengetahui apakah tujuan dan sasaran

terpenuhi dan berjalan sesuai dengan rencana.

Evaluasi implementasi kebijakan ini dilakukan pada salah satu bagian dari

proses dan tahapan kebijakan publik, yaitu masih pada proses implementasi. Garis

besar tahap ini adalah mengetahui dan memberikan nilai apakah program PUAP

yang dilaksanakan sudah sesuai dengan rencana atau belum. Sebagai hasil akhir

maka akan ada rekomendasi, nilai terhadap program PUAP ke depannya.

48 Syahruddin, 2009, Evaluasi Implementasi Kebijakan Pengembangan Kawasan Industri di

Kabupaten Karawang, Tesis. FISIP-Universitas Indonesia

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kebijakan Publikeprints.umm.ac.id/41806/3/BAB II.pdfhal itu William N Dunn memberikan definisi mengenai apa itu evaluasi kebijakan. Menurutnya evaluasi

39

2.3.1 Tujuan Evaluasi Implementasi Kebijakan

Evaluasi memerankan peran utama dalam proses analisa kebijakan,

sebab memberikan informasi penting tentang kinerja dari suatu kebijakan.

Sudah sejauh mana tujuan-tujuan kebijakan telah dapat dicapai. Selanjutnya

evaluasi memberi kritik dan saran terhadap hasil penilaian kebijakan, dan ikut

berusaha memberikan ide pada rekomendasi ke depannya49. Secara jelasnya

William N Dunn menguraian tujuan evaluasi kebijakan ke dalam poin berikut:

1. Evaluasi kebijakan berusaha untuk memberikan informasi yang

penting tentang kinerja dari kebijakan. Hal ini untuk menilai aspek

instrumen atau tata cara pelaksanaan kebijakan serta menilai hasil

dari penggunaan instrumen tersebut

2. Evaluasi kebijakan berusaha menilai kepantasan tujuan dan atau

target dengan masalah yang dihadapi itu. Dengan kata lain apakah

tujuan dari kebijakan yang telah ditetapkan mampu menyelesaikan

segala bentuk permasalahan atau tidak

3. Evaluasi kebijakan memberikan sumbangan untuk kebijakan lain

utamanya dari segi metodologi. Hasil penilaian akan dijadikan

pelajaran bagi pelaku kebijakan lainnya di masa depan.

Hal senada juga diungkapkan oleh Jones50, bahwa evaluasi kebijakan

bisa digunakan untuk dua tujuan, yaitu menilai hal apa saja yang terjadi pada

keseluruhan proses kebijakan dan usaha menilai manfaat program pemerintah

49 Dunn, William N, 2003, Pengantar Analisis Kebijakan Publik, Yogyakarta: Gajah Mada

University Press. Terj. Public Policy Analysis: An Introduction Second Edition

50 Leo Agustino, 2016, Dasar-dasar Kebijakan Publik, Bandung: Alfabeta

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kebijakan Publikeprints.umm.ac.id/41806/3/BAB II.pdfhal itu William N Dunn memberikan definisi mengenai apa itu evaluasi kebijakan. Menurutnya evaluasi

40

tertentu. Evaluasi itu juga untuk menemukan kemungkinan penyimpangan yang

dilakukan baik oleh aktor maupun obyek kebijakan, menemukan kekurangan

maupun ketidakcocokan antara tujuan yang ditetapkan dengan hasilnya, dan

juga berusaha untuk menemukan keberhasilan yang baik yang bisa menjadi

percontohan kebijakan lain di waktu mendatang51.

Alhasil evaluasi ini ringkasnya akan memberikan kemungkinan atau

tindak lanjut berupa memberhentikan kebijakan lalu menggantikannya dengan

sebuah kebijakan yang baru, meneruskan kebijakan yang sudah ada dengan

melakukan beberapa perubahan, baik yang bersifat mendasar atau hanya pada

prosedur penerapannya saja (menyempurnakan kebijakan secara keseluruhan

untuk waktu ke depan), menjadikan keberhasilan dari suatu kebijakan tersebut

sebagai percontohan bagi kebijakan lebih lanjut. Atau bisa dikatakan pula

sebagai sebuah proses di dalam menilai seberapa jauh suatu kebijakan publik

memberikan hasil, yaitu dengan cara membandingkan hasil yang diperoleh

selama ini dengan tujuan maupun target kebijakan yang telah ditentukan52.

Evaluasi tentunya memiliki akibat sebagai bentuk dari dinamika sosial

yang berkembang ketika suatu kebijakan diimplementasikan. Akibat tersebut

dapat kita pahami sebagai sebuah effect, yaitu suatu dampak yang bersifat cepat

dan dapat langsung dirasakan. Sedangkan akibat dalam waktu yang lama

disebut dengan impact. Kedua akibat inilah baik segi effect maupun impact yang

perlu diketahui dengan cara melakukan evaluasi kebijakan publik.

51 Abidin, Said Zainal, 2016, Kebijakan Publik, Jakarta: Salemba Humanika

52 Anggraeni, Ratih, dkk, 2015, Evaluasi Kebijakan Publik (Evaluasi Terhadap Proses Pengadaan

Anjungan Mandiri Kepegawaian Berdasarkan Perpres No. 54 Tahun 2010 di Badan Kepegawaian

Daerah Kota Malang), Jurnal Administrasi Publik (JAP) Vol 1, No1

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kebijakan Publikeprints.umm.ac.id/41806/3/BAB II.pdfhal itu William N Dunn memberikan definisi mengenai apa itu evaluasi kebijakan. Menurutnya evaluasi

41

Tahapan yang berlangsung dalam sistem dan proses kegiatan evaluasi

adalah sebagai berikut :

Gambar 2.3.1 Tahap Evaluasi Kebijakan Menurut Dunn dan Lane (1986)

Seperti biasanya suatu kebijakan diimplementasikan terlebih dahulu ke

dalam sebuah aksi (policy actions) yang kemudian diarahkan pada pengaruh

yang diinginkan (policy impacts). Dari sini selanjutnya terdapat dua indikator

yang perlu dinilai, yaitu assesment of policy impact serta decisions on future of

policy or program. Adapun maksud dari assesment of policy impact yaitu

perkiraan yang dilakukan kepada dampak yang disebabkan oleh implementasi

dari suatu kebijakan53. Setidaknya dampak tersebut memberikan pengaruh-

pengaruh kepada beberapa kelompok sasaran dan kelompok lain54.

Sedangkan decisions on future of policy or program adalah suatu bentuk

keputusan terhadap kebijakan selanjutnya, apakah kebijakan perlu dilanjutkan,

atau mungkin dilanjutkan dengan beberapa syarat tambahan yang dipenuhi.

53 Ali, Farid, dkk, 2012, Studi Analisa Kebijakan Konsep, Teori dan Aplikasi Sampel Teknik Analisa

Kebijakan Pemerintah, Bandung: Refika Aditama

54 Thomas R Dye dalam Said Zainal Abidin, 2016, Kebijakan Publik, Jakarta: Salemba Humanika

Implementasi policy impact

Leads to

1. Assesment of policy impact

2. Decisions on Future of Policy or Program

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kebijakan Publikeprints.umm.ac.id/41806/3/BAB II.pdfhal itu William N Dunn memberikan definisi mengenai apa itu evaluasi kebijakan. Menurutnya evaluasi

42

2.4 Arah Kebijakan Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan

(PUAP)

Pertanian merupakan salah satu sub-sektor penting di Indonesia. Sektor ini

mempunyai peran cukup signifikan di dalam memenuhi sumber pangan dan gizi

nasional, membuka lapangan pekerjaan, sumber devisa bagi negara dan juga dapat

memperkuat perekonomian di masyarakat. Di sektor pertanian pula tahun 2016

diperoleh lebih dari 13,46% pendapatan nasional, di bawah industri pengolahan

(manufacturing) yang mencapai 20,51%55. Fakta ini menandakan bahwa pertanian

tidak boleh diabaikan karena sektor pertanian memiliki andil dalam memajukan

perekonomian masyarakat Indonesia.

Aktivitas pertanian lebih banyak dilakukan di desa dengan memanfaatkan

lahan yang ada. Sedang lahan pertanian Indonesia yang telah dimanfaatkan hingga

sekarang sebanyak 8,20 juta Ha. Sektor petanian juga menyerap lebih dari 76%

angkatan kerja nasional, atau masyarakat yang bekerja sebagai petani sebanyak

35,90 juta jiwa56. Kegiatan pertanian di Indonesia masih menemui permasalahan di

lapangan, seperti kemiskinan masyarakat desa. Faktor kemiskinan berpengaruh ke

kemampuan petani untuk melakukan usaha di bidang pertanian. Selain itu juga

berpengaruh terhadap ketidakmampuan petani untuk mendapatkan modal usaha.

Kemiskinan banyak dialami oleh masyarakat desa dan rata-rata bekerja di

sektor pertanian. Tahun 2017 tercatat sebanyak 26,58 juta penduduk berada di garis

55 www.bps.go.id. Diakses pada tanggal 29 Maret 2018

56 Anonymous, 2018, Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan

Utama. https://www.bps.go.id/statictable/2009/04/16/970/penduduk-15-tahun-ke-atas-yang-

bekerja-menurut-lapangan-pekerjaan-utama-1986---2017.html. Diakses pada tanggal 29 Maret

2018

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kebijakan Publikeprints.umm.ac.id/41806/3/BAB II.pdfhal itu William N Dunn memberikan definisi mengenai apa itu evaluasi kebijakan. Menurutnya evaluasi

43

kemiskinan, dimana 16,32 juta jiwa penduduk bekerja sebagai petani57. Adapun

besaran jumlah dari penduduk di desa dan kota dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.4 Jumlah Penduduk Miskin di Indonesia

Tahun

Jumlah Penduduk Miskin

(Persentase)

Jumlah Penduduk Miskin

(Juta Jiwa)

Desa Kota Desa+Kota Desa Kota Desa+Kota

2015 14,09 8,22 11,13 17.893,72 10.619,87 28.513,59

2016 13,96 7,73 10,70 17.278,69 10.485,65 27.764,34

2017 13,47 7,26 10,12 16.310,45 10.272,56 26.582,99

Sumber : Data diolah dari berbagai sumber

Kemiskinan paling banyak ditemukan di desa dan hal ini akan menjadi

sebab permasalahan lain, termasuk di dalam urusan pertanian. Karena kemiskinan

menjadi sebab bagi para petani kesulitan mendapat modal bertani. Melihat kedua

permasalahan publik yaitu kemiskinan dan akses modal mendorong Kementerian

Pertanian untuk membuat kebijakan yaitu berupa program Pengembangan Usaha

Agribisnis Perdesaan (PUAP). Perekonomian di desa harus dapat dikembangkan

dan salah satu cara untuk mewujudkan hal tersebut adalah menerapkan PUAP di

masyarakat perdesaan khususnya yang bekerja sebagai petani.

Tujuan dari adanya program PUAP tentunya adalah untuk memberikan

kemudahan akses terhadapa modal bagi petani, meningkatkan produksi pertanian

dan juga untuk mengentaskan kemiskinan. Perlu digarisbawahi bahwasanya untuk

mencapai target tersebut membutuhkan waktu dan proses yang panjang. Sehingga

program PUAP yang dijalankan hingga sekarang tidak langsung memberikan ke

dampak terhadap tujuan tersebut. Satu hal yang pasti dengan keberadaan PUAP di

57 https://www.bps.go.id/linkTableDinamis/view/id/1119. Diakses pada tanggal 29 Maret 2018

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kebijakan Publikeprints.umm.ac.id/41806/3/BAB II.pdfhal itu William N Dunn memberikan definisi mengenai apa itu evaluasi kebijakan. Menurutnya evaluasi

44

lapangan adalah kemudahan petani untuk mendapatkan modal selain berhutang

kepada bank dan juga koperasi.

Program PUAP menjadi salah satu cara Pemerintah dalam mewujudkan

pembangunan pada bidang pertanian. Sebagaimana yang telah tercantum dalam

dokumen Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Nasional 2005-202558

yang menyebutkan bahwa pembangunan yang ada di desa harus bersinergi dengan

kegiatan perkotaan agar terjadi keseimbangan sosial ekonomi masyarakat yang

diwujudkan melalui pengembangan pertanian yang mampu mendorong terjadinya

kegiatan usaha agribisnis. Sehingga nanti tidak ada kesenjangan ekonomi antara

masyarakat desa dan perkotaan.

Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mengungkapkan bahwasanya

kebijakan program di bidang pertanian termasuk Pengembangan Usaha Agribisnis

Perdesaan (PUAP) sejatinya bertujuan untuk mencapai enam target sasaran berupa

swasembada beras, kedelai dan jagung serta meningkatkan produksi gula dan

daging atau untuk diversifikasi pangan nasional59. Apa yang disampaikan oleh

Menteri Pertanian adalah sebagaimana visi dari Kementerian Pertanian itu sendiri

yaitu “terwujudnya sistem pertanian bio indsutri berkelanjutan yang menghasilkan

beragam pangan sehat dan produk bernilai tambah tinggi berbasis sumber daya

lokal untuk kedaulatan pangan dan kesejahteraan petani”. Visi tersebut kemudian

dijabarkan melalui empat misi lain yaitu (1) mewujudkan kedaulatan pangan secara

58 Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Nasional 2005-2025

https://www.bappenas.go.id/id/data-dan-informasi-utama/dokumen-perencanaan-dan-

pelaksanaan/dokumen-rencana-pembangunan-nasional/rpjp-2005-2025/rpjpn-2005-2025/

59 Anonymous. 2015. Enam Sasaran Renstra 2015-2019 Kementan. https://ekonomi.kompas.com/

read/2015/06/04/143221226/Enam.Sasaran.Renstra.2015-2019.Kementan. Diakses pada tanggal 29

Maret 2018

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kebijakan Publikeprints.umm.ac.id/41806/3/BAB II.pdfhal itu William N Dunn memberikan definisi mengenai apa itu evaluasi kebijakan. Menurutnya evaluasi

45

nasional; (2) mewujudkan sistem pertanian bioindustri yang berkelanjutan; (3)

mewujudkan kesejahteraan para petani Indonesia; (4) dan juga mengupayakan

terwujudkannya reformasi birokrasi60.

Adapun makna yang dapat kita artikan dari adanya penjabaran visi dan misi

Kementerian Pertanian adalah mulai dari tujuan utamanya yaitu dalam hal

peningkatan kesediaan dan diversifikasi dalam mencapai kedaulatan pangan,

peningkatan nilai tambah dan daya saing produk dalam hal panganan dan pertanian,

peningkatan ketersediaan bahan baku bio industri serta bio energi, mengupayakan

adanya peningkatan pendapatan dan kesejahteraan para petani serta berusaha untuk

meningkatkan kinerja pemerintah bidang pertanian yang baik, jujur, amanah dan

profesional. Kualitas Sumber Daya Manusia pemerintah harus selalu ditingkatkan,

demi mewujudkan reformasi birokrasi yang diinginkan. Karena birokrasi menjadi

salah satu cerminan maju tidaknya suatu negara.

Sebagaimana yang tercantum dalam Permentan Nomor 06 Tahun 2015

tentang Pedoman Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan Tahun Anggaran

2015, sasaran PUAP adalah ditujukan untuk mengembangkan kegiatan usaha di

bidang agribisnis desa yang disesuaikan potensi desa, khususnya pertanian. Selain

itu adalah untuk mengembangkan Gabungan Kelompok Tani masing-masing desa

menjadi lembaga ekonomi mandiri yang mampu mengelola usaha simpan pinjam.

Tidak lupa pula sasaran PUAP adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

masyarakat khususnya para petani, baik petani penggarap maupun petani pemilik

dan peternak. Sehingga dengan begitu akan berkembang kegiatan usaha bidang

60 Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (RENSTRA SKPD) Dinas Pertanian

Kabupaten Ponorogo Tahun 2016-2021

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kebijakan Publikeprints.umm.ac.id/41806/3/BAB II.pdfhal itu William N Dunn memberikan definisi mengenai apa itu evaluasi kebijakan. Menurutnya evaluasi

46

agribisnis di desa seperti persewaan alat mesin pertanian, penjualan bibit dan benih

tanam-tanaman, pengadaan pupuk maupun unit usaha simpan pinjam. Keberhasilan

dari program PUAP nantinya dapat diukur melalui indikator, apakah program sudah

diberikan kepada seluruh Gapoktan.

2.5 Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP)

Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan atau PUAP adalah program

kebijakan yang berasal dari Kementerian Pertanian. Kemudian wewenangnya

diserahkan kepada Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian. Kebijakan

ini ada berdasar Peraturan Menteri Pertanian Nomor 6/Permentan/OT.140/2/2015

Tentang Pedoman Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan.

PUAP berupa bantuan dana yang diserahkan kepada Gabungan Kelompok

Tani (Gapoktan) di seluruh Indonesia. Adapun tujuan dari PUAP tersebut adalah

untuk mengentaskan kemiskinan dan pengangguran melalui proses pertumbuhan

dan pengembangan kegiatan usaha agribisnis, meningkatkan kemampuan peran

serta pengetahuan pelaku usaha agribisnis, Gapoktan maupun Penyuluh Pertanian

Lapangan (PPL)61 serta memberdayakan kelembagaan petani dan perekonomian

masyarakat desa62.

Sedangkan sasaran yang dituju untuk program PUAP itu sendiri adalah

semakin berkembang usaha agribisnis di desa, meningkatnya kesejahteraan hidup

rumah tangga tani miskin baik petani, peternak skala kecil dan buruh tani. Di dalam

61 Penyuluh merupakan orang yang ditugaskan oleh bupati atau walikota untuk mendampingi petani,

Kelompok Tani maupun Gabungan Kelompok Tani di dalam melaksanakan PUAP (Peraturan

Menteri Pertanian No 6/Permentan/OT.140/2/2015 Tentang Pedoman Pengembangan Usaha

Agribisnis Perdesaan)

62 Anonymous, 2015, Petunjuk Teknis Pendamping PUAP TA 2015, Direktorat Jenderal Prasarana

dan Sarana Pertanian, Kementerian Pertanian Republik Indonesia

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kebijakan Publikeprints.umm.ac.id/41806/3/BAB II.pdfhal itu William N Dunn memberikan definisi mengenai apa itu evaluasi kebijakan. Menurutnya evaluasi

47

pelaksanaan program PUAP ini juga telah ditentukan cara indikator-indikator

keberhasilan dari hasil dan dari segi dampak. Adapun indikatornya keberhasilan

dari program PUAP adalah sebagai berikut :

Tabel 2.5 Indikator Keberhasilan Program PUAP

INDIKATOR KEBERHASILAN

PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN

Hasil Dampak

1. Tersalurkannya dana program

PUAP ini kepada para petani di

desa, buruh tani (pekerja) dan

seluruh anggota Gapoktan

2. Terlaksana penguatan kapasitas

beserta kemampuan Sumber

Daya Manusia (SDM) pengurus

dari Gapoktan, dari Penyuluh

dan Penyelia Mitra Tani (PMT)

1. Kemampuan Gapoktan yang

meningkat dalam memberikan

fasilitasi dan mengelola

bantuan modal usaha bagi

petani

2. Meningkatnya jumlah para

petani, buruh dan rumah tangga

tani yang mendapatkan bantuan

modal usaha

3. Meningkatnya aktivitas usaha

agribisnis di desa

Sumber : Permentan Nomor 06 Tahun 2015 Tentang Pedoman PUAP Tahun

Anggaran 2015

Program PUAP yang diberikan kepada petani mengharuskan Gapoktan itu

mempunyai persyaratan seperti harus memiliki Sumber Daya Manusia di dalam

mengelola bersama usaha agribisnis maupun pertanian, mempunyai organisasi

kepengurusan yang aktif dan dikelola sendiri oleh para petani. Pengurus yang

tergabung dalam Gapoktan pun harus murni bekerja sebagai petani, bukan seorang

Kepala Desa atau Lurah maupun Sekretaris Desa.

Bantuan dana yang diberikan kepada petani merupakan stimulus di dalam

mengembangkan usaha. Karena sesuai Rencana Strategis Kementerian Pertanian

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kebijakan Publikeprints.umm.ac.id/41806/3/BAB II.pdfhal itu William N Dunn memberikan definisi mengenai apa itu evaluasi kebijakan. Menurutnya evaluasi

48

disebutkan bahwasanya belum ada perkembangan kelembagaan petani yang secara

khusus menangani pembiayaan pertanian. Lembaga keuangan di Indonesia pun

belum ada keberpihakannya kepada petani. Nyatanya kredit usaha diberikan ke

mereka yang bergerak dari sektor dagang, industri maupun bidang jasa.63

Sebelum menerima program PUAP, tiap-tiap Gapoktan diwajibkan untuk

melengkapi persyaratan administrasi berupa SK Pembentukan Gapoktan dan RUA

(Rencana Usaha Anggota) yang isinya adalah usaha yang akan dijalani oleh anggota

Gapoktan setelah menerima dana PUAP. Selanjutnya adalah Rencana Usaha

Kelompok atau RUK dan yang terakhir adalah Rencana Usaha Bersama. Adapaun

proses penyaluran program PUAP dapat dilihat pada gambar 2.5 berikut:

Gambar 2.5 Tahap Proses Penyaluran Dana PUAP

63 Anonymous, 2016, Review Rencana Strategis 2015-2019, Direktorat Jenderal Prasarana dan

Sarana Pertanian, Kementerian Pertanian

Bank Operasi

SP2D

Tim Pembina PUAP Provinsi

Direktur Jenderal Prasaran dan Saranan Pertanian

Kementerian Pertanian

(Selaku KPA)

Direktur Pembiayaan Pertanian

(selaku PPK pada Ditjen PSP)

KPPN

Jakarta V

SPM-LS

BPTP

Sekretariat

PUAP

PMT

Penyuluh

Gapoktan

Tim Teknis

Kabupaten/Kot

Unit Bank Terdekat

(tempat Gapoktan

membuka rekening

Verifik

asi

Dokum

en

Transfer dana

PUAP ke rekening

Gapoktan

Usulan RUB &

dok.pendukung

Pengesahan dokumen

Ya

Tidak

Usulan RUB &

dok.pendukung

Rekap dokumen SPPLS

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kebijakan Publikeprints.umm.ac.id/41806/3/BAB II.pdfhal itu William N Dunn memberikan definisi mengenai apa itu evaluasi kebijakan. Menurutnya evaluasi

49

Tahap pertama dari alur penyampaian dana PUAP dimulai dengan

penyusunan Rancangan Usaha Bersama (RUB) oleh Gapoktan. RUB hendaknya

memperhatikan segi kelayakan usaha pertanian seperti budidaya tanaman pangan

dan hortikultura, perkebunan, peternakan dan juga usaha non budidaya misalnya

usaha industri pengolahan hasil pertanian, pemasaran skala kecil maupun usaha

yang masih berbasis pertanian seperti jual benih tanaman. RUB harus diverifikasi

terlebih dahulu kemudian disetujui oleh Tim Teknis Kabupaten. Apabila RUB ini

telah disetujui maka kemudian disampaikan ke Tim Pembina PUAP Provinsi.

Di tingkat provinsi, Tim Pembina PUAP meneliti kembali dokumen RUB.

Bagi yang tidak lengkap persyaratannya maka akan dikembalikan ke Tim Teknis

Kabupaten untuk diperbaiki lagi dan dilengkapi. Sedangkan RUB dan dokumen

administrasi lainnya kemudian direkap untuk disampaikan kepada Sekretaris Tim

PUAP Pusat atau Direktur Pembiayaan Pertanian yang ditembus kepada Direktur

Pembiayaan Pertanian, Ditjen Prasaran dan Sarana Pertanian.

Direktur Pembiayaan Pertanian pada Direktorat Jenderal Prasarana dan

Sarana Pertanian menyalurkan dana kepada Gapoktan yang telah ditetapkan dan

diverifikasi sebelumnya. Kemudian Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara

(KPPN) menyalurkan dana PUAP kepada rekening Gapoktan secara langsung.

2.6 Implementasi dan Evaluasi PUAP di Indonesia

Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) yang dibuat

oleh Kementerian Pertanian RI menjadi salah satu terobosan yang bagus bagi para

petani di Indonesia. Karena program ini berguna untuk mengatasi permasalahan

yang selama ini dihadapi oleh masyarakat tani, seperti kurangnya akses modal,

pemenuhan bibit unggul, penggunaan obat-obat tani maupun ketersediaan pupuk.

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kebijakan Publikeprints.umm.ac.id/41806/3/BAB II.pdfhal itu William N Dunn memberikan definisi mengenai apa itu evaluasi kebijakan. Menurutnya evaluasi

50

PUAP telah dijalankan di berbagai tempat di Indonesia, dengan berbagai hasil

implementasi yang bervariasi. Dengan kata lain tidak semua program PUAP yang

dijalankan tersebut berhasil dan dapat dirasakan manfaatnya secara langsung. Ada

pula program PUAP yang diberikan justru tidak berkembang, sehingga tidak bisa

dirasakan oleh petani.

Penelitian yang dilakukan pada Desa Sukaresmi, Kecamatan Cisaat,

Kabupaten Sukabumi menyebutkan bahwa PUAP juga dimanfaatkan di luar usaha

tani, seperti budidaya ikan dan ternak, usaha dagang maupun untuk kebutuhan

keluarga. Menurut penelitian yang dilakukan PUAP digunakan oleh 61,55 %

responden untuk murni modal bertani, 19,23 % untuk modal bertani dan juga usaha

sampingan dan 19,23 % lainnya untuk modal dan konsumsi. Modal yang diperoleh

tersebut dimanfaatkan untuk membeli benih, pupuk, upah pekerja atau buruh tani

dan obat-obat pertanian64.

Apabila dilihat dari segi produksi pertanian, PUAP memberikan dampak

yang nyata terhadap petani penerima dana bantuan. Penelitian menunjukkan para

petani penerima PUAP lebih memiliki kualitas produksi padi yang lebih baik bila

dibandingkan dengan non penerima. Perbandingannya yaitu hasil tani padi sebesar

6.160,19 Kg untuk penerima PUAP dan 5.525,41 Kg untuk non penerima PUAP.

Akan tetapi jika dilihat dari analisa regresi fungsi produktivitas, PUAP tidak

memberikan pengaruh terhadap produktivitas padi. Ini disebabkan bahwa para

petani penerima dan non penerima PUAP tidak berusaha merubah pemanfaatan

faktor produksi65..

64 Lasmini, Fuji, 2010, Analisis Keragaan dan Pengaruh Penyaluran Dana PUAP pada Gapoktan

Subur Rejeki dengan Pengelolaan Dana Berbasis Syariah, Skripsi. Institut Pertanian Bogor

65 Ibid.

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kebijakan Publikeprints.umm.ac.id/41806/3/BAB II.pdfhal itu William N Dunn memberikan definisi mengenai apa itu evaluasi kebijakan. Menurutnya evaluasi

51

Analisa pendapatan pun juga demikian adanya. Terdapat perbedaan antara

petani penerima dan non penerima PUAP rata-rata sebesar Rp 657.800. Tetapi dari

hitungan R/C rasio atas biaya total atau pun tunai para petani justru tidak ada

perbedaan yang mencolok. Sebabnya adalah karena PUAP tidak berpengaruh

secara nyata terhadap peningkatan pendapatan. Bila ditelisik lebih dalam lagi, para

petani penerima PUAP lebih banyak menggunakan tenaga kerja atau buruh tani di

dalam produksi usaha tani, dengan demikian pengeluaran untuk biaya total bertani

akan menjadi lebih besar. Atau dengan kata lain pendapatan petani yang diperoleh

tersebut telah berkurang dalam hal biaya upah tenaga kerja.66

Hasil yang hampir sama juga ditunjukkan oleh penelitian yang dilakukan di

Kecamatan Sekernan, Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi. Secara garis besar

perkembangan PUAP memberikan manfaat kepada petani, baik secara sosial

maupun ekonomi. Beberapa manfaat yang dirasakan oleh petani tersebut misalnya

saja mempermudah dalam mendapatkan modal, dapat menghindari rentenir atau

tengkulak, persatuan anggota Gapoktan semakin solid, tidak susah payah untuk

mendapatkan pupuk murah, Gapoktan menjadi tempat studi banding bagi para

petani lainnya, usaha agribisnis menjadi berkembang dan juga menumbuhkan

Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKMA)67.

Penelitian ini menyebutkan terdapat usaha tani yang berbeda-beda yang

dikerjakan oleh masing-masing beberapa Gapoktan, namun tetap dalam lingkup

66 Lasmini, Fuji, 2010, Analisis Keragaan dan Pengaruh Penyaluran Dana PUAP pada Gapoktan

Subur Rejeki dengan Pengelolaan Dana Berbasis Syariah, Skripsi. Institut Pertanian Bogor

67 Suandi, Yusman Damayanti, Yulismi, 2013, Model Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan

pada Usaha Tani Padi Sawah di Kecamatan Serkernan Kabupaten Muaro Jambi Provinsi Jambi,

Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Humaniora Volume 14, Nomor 2, Juli-Desember 2012

ISSN 0852-8349

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kebijakan Publikeprints.umm.ac.id/41806/3/BAB II.pdfhal itu William N Dunn memberikan definisi mengenai apa itu evaluasi kebijakan. Menurutnya evaluasi

52

usaha pada bidang pertanian. Gapoktan Tani Mandiri memiliki usaha dalam

mengembangkan tanaman palawija seperti padi, hortikultura, bakulan dan industri

kecil yang lainnya. Gapoktan kedua yaitu Klopak Meranti hanya berfokus kepada

usaha pertanian saja yaitu penenaman padi. Sedangkan Gapoktan ketiga Sumber

Rezeki mempunyai usaha seperti pengembangan bibit padi sawah dan tanaman

hortikultura68.

Sebenarnya program PUAP di Kabupaten Muaro Jambi,. Provinsi Jambi

sudah berjalan sedemikian rupa namun belum dapat mengembangkan usaha

ekonomi mikro seperti Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis. Sebagai catatan,

bagaimananpun juga PUAP sudah mampu membantu petani dalam mendapatkan

kesempatan kerja serta mengurangi jumlah petani miskin. Dengan begitu PUAP

tetaplah memberikan pengaruh kepada kehidupan para petani. Sebagai catatan

meski dampak PUAP tersebut benar adanya, namun pengelolaan PUAP tetaplah

dikelola dengan mendapatkan pengawasan. Tujuannya adalah agar dana PUAP

yang dipinjamkan tidak digunakan untuk keperluan lain di luar kegiatan bertani.69

Ada juga hasil dampak PUAP lain yang juga dirasakan oleh petani, seperti

mereka lebih merasa nyaman, aman dan tenang, bahwasanya PUAP tersebut

memiliki bunga yang relatif sedikit rendah dan mudah dijangkau dibandingkan

dengan lembaga keuangan yang lainnya. Para petani pun merasa hal ini tidak begitu

memberatkan, dan bunga yang cukup kecil ini akan memudahkan di dalam proses

68 Suandi, Yusman Damayanti, Yulismi, 2013, Model Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan

pada Usaha Tani Padi Sawah di Kecamatan Serkernan Kabupaten Muaro Jambi Provinsi Jambi,

Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Humaniora Volume 14, Nomor 2, Juli-Desember 2012

ISSN 0852-8349

69 Ibid

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kebijakan Publikeprints.umm.ac.id/41806/3/BAB II.pdfhal itu William N Dunn memberikan definisi mengenai apa itu evaluasi kebijakan. Menurutnya evaluasi

53

pengembalian dana PUAP kepada Gapoktan. Sehingga secara tidak .langsung dapat

menghindari para rentenir70. Apabila kita menyadari memang kemiskinan atau

ketidakberdayaan petani bersifat struktural, artinya dari keadaan sebelumnya sudah

seperti itu. Perlu melakukan inisiasi yang lebih untuk keluar dari zona miskin.

PUAP memang tidak hanya dimanfaatkan oleh petani untuk usaha taninya

saja. Oleh sebab itu kontrol dan pengawasan perlu dilakukan oleh Gapoktan serta

dinas terkait selaku pemerintah yang mewakili urusan pertanian. Temuan lain di

lapangan menunjukkan bahwasanya PUAP digunakan untuk hal-hal selain usaha

pertanian oleh petani. Contohnya digunakan untuk mendirikan rumah, melunasi

hutang pribadi, melarikan diri, tidak peduli terhadap pinjaman yang harus

dikembalikan maupun digunakan untuk membeli dan membayar cicilan motor.

Sebabnya adalah karena sosialisasi dan pengawasan PUAP masih sangat kurang.

Sehingga petani tidak berusaha mengembangkan usahanya di bidang agribisnis

maupun di usaha tani lainnya71.

Permasalahan lainnya yaitu dana PUAP tersebut tidak hanya dipinjamkan

kepada petani anggota Gapoktan terkait, sehingga dana yang berada di Gapoktan

mengalami kekosongan. Tentu saja keadaan seperti ini merugikan Gapoktan itu

sendiri. Akibatnya terjadi hambatan, kemacetan dana PUAP di lapangan, juga

tunggakan lain. Dari sini dapat dilihat akan ada kesulitan dalam pencatatan

keuangan. Tunggakan ini juga berakibat kepada lambatnya proses pengembalian

dana pinjaman. Adapun tunggakan ini terjadi karena para petani mengalami

70 Nursyaifullah, 2015, Efektivitas Pelaksanaan Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan

(PUAP) di Kecamatan Bungaraya Kabupaten Siak, JOM FISIP Nomor 2 Volume 2 Oktober 2015

71 Ibid

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kebijakan Publikeprints.umm.ac.id/41806/3/BAB II.pdfhal itu William N Dunn memberikan definisi mengenai apa itu evaluasi kebijakan. Menurutnya evaluasi

54

kegagalan panen pada pertanian mereka, juga dikarenakan serangan hama dan

penyakit yang secara otomatis mengurangi produktivitas.72 Kegagalan panen

merupakan sesuatu yang tidak terduga, maka hal tersebut harus diantisipasi.

Hemat penulis PUAP itu sendiri merupakan bentuk kebijakan pemerintah

yang sangat bagus. Karena PUAP berupa dana bantuan yang dikelola secara

swadaya dan mandiri oleh masyarakat. Dengan begitu program yang diberikan akan

dikelola secara terus menerus. Mengingat potensi yang luar biasa dari sektor

pertanian ini, tidak mengherankan apabila program PUAP ditujukan untuk

meningkatkan produksi, maupun membantu masyarakat kecil. Kesuksesan dalam

memanfaatkan program PUAP tergantung dari pembinaan yang dilakukan oleh

dinas maupun kekompakan dari pengurus Gapoktan dan masyarakat itu sendiri.

Kasus seperti ini juga terjadi di Desa Sikijang, Kecamatan Logas Tanah Darat

Kabupaten Kuantan Singingi, Riau73.

Pada tahap awal Gapoktan Cahaya Tani mencairkan dana PUAP sebesar Rp

58.000.000,- ke anggota untuk dipinjamkan. Semula masyarakat tertib untuk

mengembalikan atau mengangsur dana pinjaman PUAP kepada Gapoktan. Akan

tetapi lama kelamaan terjadi keterlambatan pelunasan dana atau ada penunggakan

yang dilakukan oleh petani. Alhasil ada kemacetan perputaran uang PUAP pada

Gapoktan. Sebab kemacetan tersebut adalah karena dana simpan pinjam PUAP

tidak digunakan sebagaimana mestinya yaitu dimanfaatkan untuk bertani. Akan

72 Nursyaifullah, 2015, Efektivitas Pelaksanaan Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan

(PUAP) di Kecamatan Bungaraya Kabupaten Siak, JOM FISIP Nomor 2 Volume 2 Oktober 2015

73 Pratiwi, Siska Dian, 2017, Efektivitas Pelaksanaan Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan

(PUAP) Di Desa Sikijang Kecamatan Logos Tanah Darat Kabupaten Kuantan Singingi, JOM FISIP

Volume 4 No 1 – Februari 2017

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kebijakan Publikeprints.umm.ac.id/41806/3/BAB II.pdfhal itu William N Dunn memberikan definisi mengenai apa itu evaluasi kebijakan. Menurutnya evaluasi

55

tetapi petani justru menggunakan dana untuk selain kepentingan pertanian.74 Perlu

diwaspadai memang penggunaan dana oleh petani, agar dana yang dipinjam tidak

digunakan untuk kepentingan lain. Peminjaman dana PUAP memang tidak dapat

dikontrol satu per satu oleh pengurus Gapoktan, namun pengurus mengontrolnya

dengan tiap tahap pelunasa, apakah dia membayar tepat waktu atau tidak.

Sama seperti penelitian yang sebelumnya, uang dana PUAP banyak yang

digunakan di luar usaha produksi tani. Misalnya saja digunakan untuk mendirikan

bangunan rumah, bayar cicilan motor dan lainnya. Keadaan ini diperparah dengan

menurunnya produksi hasil kebun dan pertanian. Hingga pada akhirnya keadaan ini

memperpanjang masalah, dan akan sulit untuk diselesaikan. Penyelia Mitra Tani

(PMT) yang semula memiliki tugas untuk mendampingi petani sudah habis

kontraknya. Sehingga tugas kontrol, pendampingan dan pengawasan berhenti. Di

sinilah keadaan tersebut bertambah rumit berkepanjangan.75

Pada penelitian di Gapoktan Cahaya Tani ini peneliti menemukan bahwa

ada kriteria yang ditentukan dalam menentukan siapa yang bisa mendapatkan dana

PUAP. Beberapa kriteria di antaranya adalah bahwa si calon penerima dana PUAP

tidak boleh terikat dengan lembaga kredit keuangan (Bank), paling tidak merupakan

pelaku pada bidang usaha agribisnis apapun itu dan setidaknya mencerminkan sikap

jujur, amanah dan bertanggungjawab. Kriteria yang dibuat ini sangatlah bersifat

subjektif, tidak bisa diukur secara kuantitas. Sehingga penilaian ini didasarkan atas

pandangan masyarakat yang memiliki pengaruh dan kedudukan, misalnya saja

74 Pratiwi, Siska Dian, 2017, Efektivitas Pelaksanaan Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan

(PUAP) Di Desa Sikijang Kecamatan Logos Tanah Darat Kabupaten Kuantan Singingi, JOM FISIP

Volume 4 No 1 – Februari 2017

75 Ibid

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kebijakan Publikeprints.umm.ac.id/41806/3/BAB II.pdfhal itu William N Dunn memberikan definisi mengenai apa itu evaluasi kebijakan. Menurutnya evaluasi

56

Kepala Desa, ketua RT dan RW, Sekretaris Desa dan tetangga lainnya. Apabila

pandangan mayoritas masyarakat baik maka pengurus Gapoktan dapat memberikan

dana PUAP yang diinginkan.76

Kendala-kendala PUAP yang terjadi di dalam penerapannya disebabkan

oleh kondisi dan faktor yang berbeda-beda. Setiap tempat memiliki tantangan

tersendiri. Begitu pula apa yang terjadi pada penelitian kali ini. Kendala tersebut

contohnya adalah kesadaran masyarakat tani yang kurang dalam mengembalikan

dana PUAP kepada Gapoktan. Kalau alasan ini masih bisa dimaklumi mengingat

terjadi beberapa faktor yang menyebabkan keterlambatan pengembalian dana.

Seperti gagal panen atau produksi tani yang menurun, harga komoditas pertanian

yang menurun atau kurang mengerti sistem bertani yang baik dan benar.

Penelitian ini menyimpulkan bahwasanya PUAP yang diterima oleh para

petani memang tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kesejahteraan dan

kenaikan jumlah produksi usaha tani. Akan tetapi paling tidak PUAP ini sudah

cukup membantu para masyarakat tani di desa setempat, utamanya dalam kasus

permodalan yang mudah didapat dengan bunga pengembalian yang relatif kecil.77

Beberapa penelitian tentang PUAP yang telah dilakukan menunjukkan hasil

yang beragam dan juga tentunya menggunakan metode yang berbeda-beda. Baik

dilakukan secara kualitatif maupun kuantitatif. Penelitian yang dilakukan di

Kabupeten Bogor ini contohnya menggunakan analisis Importances Performances

Analysis. Metode ini bertujuan untuk memberikan informasi yang masih memiliki

76 Pratiwi, Siska Dian, 2017, Efektivitas Pelaksanaan Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan

(PUAP) Di Desa Sikijang Kecamatan Logos Tanah Darat Kabupaten Kuantan Singingi, JOM FISIP

Volume 4 No 1 – Februari 2017

77 Ibid

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kebijakan Publikeprints.umm.ac.id/41806/3/BAB II.pdfhal itu William N Dunn memberikan definisi mengenai apa itu evaluasi kebijakan. Menurutnya evaluasi

57

kaitan dengan objek penelitian perkembangan PUAP, seperti kepuasan rasa petani

terhadap pengelolaan PUAP, pelayanan Gapoktan yang diberikan kepada anggota

dan petani maupun efektivitas kinerja dari pengurus itu sendiri. Pada penelitian

PUAP yang disampaikan sangat detail, mulai dari peningkatan pendapatan petani

setelah adanya dan sebelum adanya program PUAP, hasil analisis kerja Gapoktan

dalam mengelola bantuan dana PUAP, evaluasi dampak yang dirasakan, ukuran ke

perubahan tingkat kemiskinan yang dialami serta rata-rata konsumsi rumah tangga

per bulan oleh petani.78

Sebelum mengukur tingkat keberhasilan PUAP, ternyata peneliti juga

mengumpulkan aspek lain yang sekiranya diperlukan dari responden, seperti

mengukur tingkat usia responden,, mengukur tingkat pendidikan, mengumpulkan

data tentang lamanya melakukan usaha pertanian ini atau pengalaman dari bertani,

mengukur luas lahan tani yang dimiliki para petani penggarap, mengetahui status

kepemilikan lahan sawah maupun perkebunan, seberapa banyaknya jumlah anggota

keluarga yang ditanggung, dan usaha yang utama di dalam melakukan usaha tani

dan agribisnis.

Bentuk pelaksanaan PUAP di Desa Citapen Kecamatan Ciawi, Kabupaten

Bogor menunjukkan hasil yang cukup bagus. Kegiatan di bidang pertanian sudah

mencakup dalam usaha budidaya tanaman pangan, penyediaan benih tanaman

pertanian yang berkualitas, melakukan pembibitan unggul dengan penanaman di

polibek, pengadaan pupuk buatan dan maupun yang bersubsidi bagi petani desa,

78 Angriani, Triane Widya, 2012, Analisis Dampak Pelaksanaan Program Pengembangan Usaha

Agribisnis Perdesaan (PUAP) Studi Kasus Gapoktan Rukun Tani, Desa Citapen, Kecamatan Ciawi,

Kabupaten Bogor, Tesis. Fakultas Ekonomi Program Magister Perencanaan dan Kebijakan Publik,

Universitas Indonesia

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kebijakan Publikeprints.umm.ac.id/41806/3/BAB II.pdfhal itu William N Dunn memberikan definisi mengenai apa itu evaluasi kebijakan. Menurutnya evaluasi

58

bergerak di industri pengolahan makanan seperti sale pisang maupun pangsit dan

telah berhasil mengembangkan unit usaha bidang simpan pinjam menjadi sebuah

LKMA (Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis)79.

Bentuk lain dalam pengelolaan yang bagus adalah proses manajemen dan

pemasaran yang dilakukan. Petani yang ada di desa sudah tidak perlu repot untuk

menjualkan sayuran dan hasil pertaniannya. Mereka sudah bisa menjualnya kepada

Gapoktan. Nantinya Gapoktan itu sendiri yang akan menjual produknya di pasar80.

Berdasarkan data penerima bantuan PUAP di Gapoktan Rukun Tani pada

awalnya berjumlah sedikit, hanya berjumlah 130 orang saja. Akan tetapi jumlah

tersebut akhirnya bertambah hingga 236 orang penerima. Hal ini menunjukkan

kegiatan pertanian di daerah tersebut menunjukkan hasil yang bagus. Jenis usaha

yang termasuk banyak dilakukan oleh para petani seperti tanaman di bidang

hortikultura, dan selanjutnya ialah tanaman pangan seperti padi, jagung dan kedelai,

dan yang lainnya bergerak pada usaha peternakan dan industri rumah tangga

pertanian. Dari kegiatan pertanian dan peternakan maupun industri rumah tangga

yang masih menjadi persoalan sebagian besar masyarakat tani adalah kurangnya

ilmu maupun pengetahuan di bidang ini81.

Laporan keuangan PUAP dari Gapoktan terkait, yaitu Gapoktan Rukun Tani

juga menunjukkan hasil yang bagus. Laba yang didapatkan dari peminjaman dana

PUAP oleh Gapoktan kepada para petani anggota mengalami kenaikan. Laba yang

79 Angriani, Triane Widya, 2012, Analisis Dampak Pelaksanaan Program Pengembangan Usaha

Agribisnis Perdesaan (PUAP) Studi Kasus Gapoktan Rukun Tani, Desa Citapen, Kecamatan Ciawi,

Kabupaten Bogor, Tesis. Fakultas Ekonomi Program Magister Perencanaan dan Kebijakan Publik,

Universitas Indonesia

80 Ibid

81 Opcit

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kebijakan Publikeprints.umm.ac.id/41806/3/BAB II.pdfhal itu William N Dunn memberikan definisi mengenai apa itu evaluasi kebijakan. Menurutnya evaluasi

59

didapatkan sudah mencapai Rp 14.868.000. Apabila dijumlahkan dengan dana awal

sebesar Rp 100.000.000 berarti sekarang dana sudah mencapai Rp 114.868.000.

Margin keuntungan sudah lebih dari seratus persen dari semula. Dari sini berarti

PUAP telah digunakan dengan benar. Dampak laba yang diperoleh

mengindikasikan bahwa telah terjadi peningkatan produksi dan terbukanya jumlah

lapangan pekerjaan yang baru.82

Setelah membaca beberapa litaratur mengenai bentuk implementasi PUAP

di beberapa daerah di Indonesia, penulis menyimpulkan bahwa kegagalan yang

menyangkut simpan pinjam PUAP adalah terkadang masyarakat menganggap

bahwasanya dana PUAP yang diberikan kepada mereka tidak perlu dikembalikan

lagi kepada pengurus Gapoktan. Meskipun begitu tetapi yang perlu diketahui oleh

masyarakat adalah walaupun PUAP berbentuk bantuan, namun bantuan bersifat

simpan pinjam yang harus dikembalikan kepada Gapoktan. Oleh karena itu butuh

pengawasan dari Penyuluh Pertanian Lapangan dan dinas yang mengurus tentang

pertanian. Perlu diketahui bantuan ini digunakan untuk kepentingan bersama, bukan

kepentingan golongan apalagi pribadi.

Adapun permasalahan lain yang dihadapi oleh para petani tidak jauh

berbeda dari masalah yang ada di tempat lain. Mereka mengeluhkan terjadinya

kegagalan panen akibat kekeringan di musim kemarau maupun cuaca ekstrim,

serangan hama dan penyakit. Ditambah para masyarakat masih kurang mengerti

82 Angriani, Triane Widya, 2012, Analisis Dampak Pelaksanaan Program Pengembangan Usaha

Agribisnis Perdesaan (PUAP) Studi Kasus Gapoktan Rukun Tani, Desa Citapen, Kecamatan Ciawi,

Kabupaten Bogor, Tesis. Fakultas Ekonomi Program Magister Perencanaan dan Kebijakan Publik,

Universitas Indonesia

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kebijakan Publikeprints.umm.ac.id/41806/3/BAB II.pdfhal itu William N Dunn memberikan definisi mengenai apa itu evaluasi kebijakan. Menurutnya evaluasi

60

tentang pengetahuan dan teknologi pertanian yang baik yang perlu diterapkan di

dalam melakukan usaha tani.

Hasil temuan pada penelitian ini menyatakan bahwa program PUAP telah

diimplementasikan oleh Gapoktan dengan baik. Bukti ini bisa dilihat dari jumlah

petani yang menerima dana PUAP, laporan keuangan Gapoktan yang memiliki laba

meningkat dan juga lancarnya pengembalian dana PUAP kepada Gapoktan.

Kendala-kendala lain yang dihadapi penulis rasa itu merupakan hal yang wajar

terjadi di dalam dunia pertanian. Adapun catatan lain yang perlu diperhatikan oleh

Gapoktan adalah masalah kinerja yang perlu ditingkatkan, pembuatan rencana

kerja, pertemuan atau rapat perlu intens dilakukan dan segera mungkin Gapoktan

harus memiliki laporan keuangan yang tidak manual lagi. Dampak dari adanya

PUAP ini terbukti telah meningkatkan pendapatan para petani dan menurunkan

tingkat kemiskinan.83

Lahirnya program PUAP didasarkan atas permasalahan mendasar yang

dirasakan oleh sebagian besar masyarakat Indonesia di berbagai daerah. Lebih

khususnya adalah masyarakat yang bekerja sebagai petani. Mulai dari kemiskinan

yang menyebabkan mereka akan kesulitan mendapatkan akses modal, potensi pada

bidang pertanian dan perkebunan yang luar biasa yang dimiliki oleh negara

Indonesia, lemahnya lembaga keuangan mikro di perdesaan, dan juga teknologi

pertanian yang kurang maju (tradisional). Sehingga program PUAP memang

diperuntukkan untuk mengatasi permasalahan tersebut. Penelitian yang dilakukan

83 Angriani, Triane Widya, 2012, Analisis Dampak Pelaksanaan Program Pengembangan Usaha

Agribisnis Perdesaan (PUAP) Studi Kasus Gapoktan Rukun Tani, Desa Citapen, Kecamatan Ciawi,

Kabupaten Bogor, Tesis. Fakultas Ekonomi Program Magister Perencanaan dan Kebijakan Publik,

Universitas Indonesia

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kebijakan Publikeprints.umm.ac.id/41806/3/BAB II.pdfhal itu William N Dunn memberikan definisi mengenai apa itu evaluasi kebijakan. Menurutnya evaluasi

61

oleh Sasmita Siregar dkk juga mengatakan demikian84. Mereka menulis bahwa

modal untuk melakukan usaha tani adalah masalah utama yang mereka rasakan.

Ditambah dengan kelembagaan tani seperti Gabungan Kelompok Tani yang lemah,

kredit yang sulit, dan pemerintah yang masih kurang memperhatikan lingkungan

sosial dan budaya serta potensi yang ada di masing-masing desa.

Penelitian yang dilakukan menggunakan Statistik Non Parametrik dengan

menguji beda rata-rata sampel berpasangan yaitu Uji Tanda (T-Test berpasangan).

Dampak yang dirasakan oleh petani dengan adanya PUAP ini secara nyata dapat

berpengaruh terhadap proses produksi usaha tani, misalnya petani lebih mandiri

karena mereka mudah mendapatkan alat bertani dengan modal dari PUAP, serta

petani dapat memperbesar skala usaha dengan memilih bibit-bibit unggul yang

berkualitas. Sekali lagi hasil temuan penelitian dilakukan menyatakan bahwa PUAP

berdampak sangat positif terhadap jalannya usaha tani di desa tersebut.85

Implementasi PUAP mendapat perhatian pemerintah selaku pembuat

kebijakan. Evaluasi dilakukan dengan sistematis, terukur dan konsisten. Pembinaan

hal serupa juga dilakukan oleh Tim Teknis Kecamatan kepada Gapoktan dengan

cara mengadakan kunjungan, rapat, penyuluhan dan pendampingan. Kegiatan

evaluasi dan monitoring bertujuan untuk membandingan perencanaan yang dibuat

dengan implementasi di lapangan dengan luaran hasil yang terjadi.

Sebagai hasilnya PUAP berdampak pada perbedaan hasil pendapatan para

petani sebelum menerima program PUAP. Dengan begitu program PUAP berhasil

84 Siregar, Sasmita, dkk, 2013, Peranan Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan

(PUAP) Terhadap Peningkatan Pendapatan Petani, Jurnal Agrium, April 2013 Volume 18 No 1

85 Ibid

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kebijakan Publikeprints.umm.ac.id/41806/3/BAB II.pdfhal itu William N Dunn memberikan definisi mengenai apa itu evaluasi kebijakan. Menurutnya evaluasi

62

meningkatkan jumlah total pendapatan petani. Hasil ini diperoleh dengan uji beda

rata-rata sampel berpasangan terhadap pendapatan masyarakat tani sebelum dan

sesudah menerima program PUAP. Maka diperoleh signifikan 0,00 < ∝ = 0,05 yang

dimana Thitung = 8.417 > Ttabel = 2,04, H0 ditolak dan H1 diterima. PUAP telah

merangsang para petani untuk lebih berinovasi terhadap usaha tani, memilih benih

berkualitas dan melakukan perawatan tanaman yang baik. Keberhasilan program

tentu tidak terlepas dari peran pemerintah daerah setempat yang diwakili oleh

Penyuluh Lapangan di tingkat kecamatan, yang masih di bawah naungan UPTD

(Unit Pelaksana Teknis Dinas) khususnya Dinas Pertanian86.

Penelitian tentang PUAP yang dilakukan di tempat lain juga menunjukkan

keberhasilan program PUAP yang telah berhasil dilaksanakan. Tempat penelitian

berada di lima kabupaten di Provinsi Kalimantan Selatan, yaitu Kabupeten Barito

Kuala, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kabupaten Kotabaru, Kabupaten Tabalong

dan Kabupaten Tanah Laut87. Penelitian tidak membahas hingga kepada dampak

yang dirasakan oleh para petani, namun sebatas pada proses program PUAP telah

berhasil disalurkan kepada Gapoktan atau tidak. Sebagai hasilnya tercatat sejumlah

419 Gapoktan sudah menerima program PUAP. Rincian masing-masingnya adalah

Kabupaten Barito Kuala 99 Gapoktan, Kabupaten Hulu Sungai Selatan 84

Gapoktan, Kabupaten Kotabaru 83 Gapoktan, Kabupaten Tabalong 68 Gapoktan,

dan Kabupaten Tanah Laut 85 Gapoktan.

86 Siregar, Sasmita, dkk, 2013, Peranan Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan

(PUAP) Terhadap Peningkatan Pendapatan Petani, Jurnal Agrium, April 2013 Volume 18 No 1

87 Hadi, Sholih Nugroho dkk, 2014, Kinerja Perkembangan Gapoktan PUAP dan Pemberdayaan

Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis di Kalimantan Selatan, Prosiding Seminar Nasional 2013:

Inovasi Teknologi Pertanian 2014 ISSN/ISBN: ISBN: 978-979-540-085-1

http://kalsel.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/prosiding/55%20sholih.pdf

Page 36: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kebijakan Publikeprints.umm.ac.id/41806/3/BAB II.pdfhal itu William N Dunn memberikan definisi mengenai apa itu evaluasi kebijakan. Menurutnya evaluasi

63

Pengelolaan dana PUAP diserahkan sepenuhnya kepada Gapoktan, tetapi

masih berada di bawah kontrol dan pengawasan dinas terkait di kabupaten atau

kota. Pada nantinya Gapoktan ini diarahkan untuk menjadi Lembaga Keuangan

Mikro Agribinsis (LKMA). Maksudnya adalah bahwa lembaga ini merupakan

layanan keuangan dalam skala yang kecil dan bergerak di bidang kredit dan simpan

pinjam, serta lebih dikhususkan lagi bagi mereka para petani yang berkecimpung di

bidang pertanian, peternakan dan perikanan yang ada di desa maupun di perkotaan.

Berbeda dengan penelitian sebelumnya, tempat penelitian kali ini berada di

daerah Ibu Kota, yaitu di Jakarta Selatan yang notabene merupakan ibukota negara.

Dari beberapa usaha yang dijalankan oleh Gapoktan di daerah Jakarta Selatan

terdapat tiga jenis usaha unggulan, yaitu pengolahan hasil pertanian semacam

pengolahan makanan atau tanaman obat, pembuatan jahe instan yang dikerjakan

oleh Gapoktan Sansivera, Gapoktan Ciganjur Sejahtera, Gapoktan Wijaya Kusuma

dan Gapoktan Jati Mandiri. Di samping itu ada juga pengolahan pembuatan bunga

rosela dan bir pletok yang telah dipasarkan hingga luar negeri88.

Ada juga usaha dalam budidaya tanaman hias berupa tanaman anggrek,

yang dilakukan oleh Gapoktan Primatara Taman Anggrek Ragunan. Sedangkan

lainnya adalah usaha campuran seperti budidaya tanaman hias dan pengolahan hasil

pertanian. Kegiatan lain yang dilakukan oleh Gapoktan Primatara Taman Anggrek

contohnya saja adalah membuat usaha dari tanaman obat keluarga (TOGA),

88 Wibowo, Hendro & Nur Hayati, 2013, Strategi Program Pengembangan Usaha Agribisnis

Pedesaan (PUAP) Dalam Pembentukan Lembaga Keuangan Mikro Syariah Berbasis Agribisnis

(LKMA), Proceeding Seminar Nasional dan Call for Papers Sancall 2013 ISBN: 978-979-636-147-

2

Page 37: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kebijakan Publikeprints.umm.ac.id/41806/3/BAB II.pdfhal itu William N Dunn memberikan definisi mengenai apa itu evaluasi kebijakan. Menurutnya evaluasi

64

pembudidayaan buah-buahan belimbing, tanaman cabai dan sayur-sayuran. Usaha

ini dapat dikatakan masih bergerak di bidang usaha agribisnis89.

Gapoktan yang ada di provinsi Jakarta Selatan tersebut juga telah berhasil

mengembangkan Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKMA) yang merupakan

lembaga keuangan mikro yang ditumbuhkan dari Gapoktan pelaksana PUAP

dengan fungsi utamanya adalah untuk mengelola aset dasar dari dana PUAP dan

dana keswadayaan angggota. Sehingga tahapan berawal dari kegiatan usaha

ekonomi produktif yang dikembangkan Gapoktan melalui progam komunitas yang

berbasis pada agribisnis. Dari sini terlihat bahwa program PUAP tidak hanya selalu

berurusan dengan masalah simpan pinjaman dana, tetapi memang harus ada

kegiatan di luar usaha simpan pinjam PUAP90.

Dana yang dikelola oleh LKMA kemudian dimanfaatkan secara maksimal

untuk membiayai usaha agribisnis seluruh anggota. LKMA berdiri dalam bentuk

koperasi dimana modal yang terdiri dari Setoran Pokok dan Sertifikat Modal

koperasi dari para anggota, yang notabene adalah Kelompok Tani itu sendiri.

Kemudian dana tersebut dikelola dalam bentuk pembiayaan dan anggota kelompok

tani pun mendapat modal untuk mengembangkan usahanya dengan tujuan hasil tani

bisa mencapai maksimal. Setelah Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis ada,

lembaga tersebut memberikan pembiayaan kepada para Kelompok Tani dengan

akad mirip syariah seperti pembiayaan dengan memakai akad jual di depan atau

89 Wibowo, Hendro & Nur Hayati, 2013, Strategi Program Pengembangan Usaha Agribisnis

Pedesaan (PUAP) Dalam Pembentukan Lembaga Keuangan Mikro Syariah Berbasis Agribisnis

(LKMA), Proceeding Seminar Nasional dan Call for Papers Sancall 2013 ISBN: 978-979-636-147-

2

90 Ibid

Page 38: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kebijakan Publikeprints.umm.ac.id/41806/3/BAB II.pdfhal itu William N Dunn memberikan definisi mengenai apa itu evaluasi kebijakan. Menurutnya evaluasi

65

murabahah dan bai’ salam, pembiayaan menggunakan akad bagi hasil atau

mudaharabah dan musyarakah.91

Kesimpulan dari penelitian ini memungkinkan setelah LKMA ini berdiri

akan ada beberapa pencapaian yang akan diraih, seperti rasa solidaritas bersama,

tumbuh dari bawah dan memiliki orientasi kepada bisnis, dapat dijadikan sebagai

tempat lembaga untuk menyimpan uang dan memberikan jasa kredit, mempunya

tata cara dan prosedur maupun persyaratan meminjam dan menabung yang telah

disepakati bersama oleh para anggota, mempunyai pengurus yang amanah dan jujur

serta mampu mengelola dana keuangan dengan baik dan amanah.

Harapan dari adanya program PUAP memang adalah adanya peningkatan

kesejahteraan petani dalam hal ekonomi. Petani harus mampu memanfaatkan ini

dengan sebaik-mungkin. Karena di tempat peneliatan lain, di Kecamatan Kalawat,

Kabupaten Minahasa.Utara, PUAP berhasil meningkatkan hasil usaha produksi

pertanian dan juga penghasilan/pendapatan bagi para petani. Dikatakan di dalam

jurnal bahwa program PUAP telah berjalan sangat membantu petani dalam usaha.

Usaha-usaha di bidang pertanian pun meningkat.

Biaya untuk produksi dalam sekali masa tanam sebelum adanya PUAP rata-

rata adalah sebesar Rp 3.285.424,- sedangkan sesudah ada PUAP produksi menjadi

sebesar Rp 6.287.080,-. Selain itu juga terjadi kenaikan pendapatan denga adanya

program bantuan PUAP. Di dalam setiap panen selama kuran lebih tiga bulan petani

mendapat penghasilan rata-rata sebesar Rp 1.637.551,- per Ha dan setelah adanya

91 Wibowo, Hendro & Nur Hayati, 2013, Strategi Program Pengembangan Usaha Agribisnis

Pedesaan (PUAP) Dalam Pembentukan Lembaga Keuangan Mikro Syariah Berbasis Agribisnis

(LKMA), Proceeding Seminar Nasional dan Call for Papers Sancall 2013 ISBN: 978-979-636-147-

2

Page 39: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kebijakan Publikeprints.umm.ac.id/41806/3/BAB II.pdfhal itu William N Dunn memberikan definisi mengenai apa itu evaluasi kebijakan. Menurutnya evaluasi

66

program PUAP terjadi kenaikan menjadi Rp 3.357.524,- per Ha. Maka dari itu

terbukti apabila digunakan dengan baik, program PUAP sangatlah membantu

petani dalam kegiatan usahanya.92

Faktor yang menjadi pendukung dan juga penghambat juga terdapat di

dalam penyelenggaraan program PUAP di Desa. Ngompro, Kecamatan Pangkur,

Kabupaten Ngawi, Jawa Timur. Faktor dari pendukung secara internal beberapa di

antaranya adalah pengurus dari Gapoktan itu sendiri yang dapat mengelola dana

dengan baik dan jujur. Bisa dibilang kualitas Sumber Daya Manusia pengurus

Gapoktan yang dapat menjalankan program.93

Adapula sumber faktor pendukung secara eksternal yaitu terdapat Sumber

Daya Alam (SDA) yang terbilang cukup subur, ada sistem irigasi/pengairan yang

lancar, alat mesin pertanian Gapoktan yang dapat menunjang kegiatan petani dan

juga karena pupuk bersubsidi yang turut menjadi faktor pendukung. Selain itu tidak

ketinggalan pula terdapat faktor faktor penghambat baik dari segi internal maupun

eksternal.

Faktor penghambat dari sis internal ini berasal dari para anggota Gapoktan

itu sendiri yang masih memerlukan edukasi dan bimbingan dari para pengurus dan

dinas terkait. Karena dalam proses peminjaman para petani masih ada yang telat

92 Zanzes, Gilbarto Frofika, dkk, 2015, Analisis Efektivitas Program Usaha Agribisnis Perdesaan

(PUAP) serta Dampaknya Terhadap Tingkat Pendapatan (Studi Kasus Pada Gabungan Kelompok

Tani Wahana Sari), e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Manajemen Volume

3 Tahun 2015

93 Pangestika, Cindhera Rian dkk, 2015, Implementasi Program Pengembangan Usaha Agribisnis

Perdesaan (PUAP) (Studi Kasus Gapoktan Tri Langgeng Desa Ngompro Kecamatan Pangkur

Kabupaten Ngawi, Jurnal Administrasi Publik (JAP) Vol 3 No 5 Hal 752-757

https://media.neliti.com/media/publications/81703-ID-implementasi-program-pengembangan-

usaha.pdf

Page 40: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kebijakan Publikeprints.umm.ac.id/41806/3/BAB II.pdfhal itu William N Dunn memberikan definisi mengenai apa itu evaluasi kebijakan. Menurutnya evaluasi

67

melakukan pengembalian dana PUAP kepada pengurus Gapoktan. Sedangkan dari

faktor ekternalnya adalah keadaan cuaca dan iklim yang tidak menentu. Ini tentu

berakibat terhadap kesediaan pasokan air ketika kemarau dan justru mendapati air

yang melimpah ketika penghujan, yang justru dapat membahayakan tanamann

pertanian di lahan mereka. Selain itu angin kencang dan hama penyerang turut

menjadi faktor penghambat.94

Perkembangan PUAP di tempat lain juga mengalami pertambahan nilai

uang, dengan arti bahwa dana awal yang diberikan telah mampu dikelola menjadi

semakin besar. Akan tetapi memang tidak semuanya PUAP di Gapoktan berubah.

Seperti pada implementasi PUAP di Kabupaten Tanjung Jabung Timur, provinsi

Jambi. Penelitian yang dilakukan terlihat adanya dana PUAP yang kurang begitu

berhasil. Di antara 19 Gapoktan yang ada hanya satu saja yang mengalami dana

berkembang, yaitu sekitar 5,27% dari seluruh Gapoktan yang ada di wilayah

kabupaten. Sedangkan untuk sisanya Gapoktan belum berkembang. Tentunya hal

ini perlu mendapatkan pembinaan rutin dan bimbingan secara khusus dari dinas

terkait.95

Pada dasarnya pengelolaan program PUAP adalah tergantung bagaimana

pengurus Gabungan Kelompok Tani dalam memanfaatkannya. Hasil penelitian di

94 Pangestika, Cindhera Rian dkk, 2015, Implementasi Program Pengembangan Usaha Agribisnis

Perdesaan (PUAP) (Studi Kasus Gapoktan Tri Langgeng Desa Ngompro Kecamatan Pangkur

Kabupaten Ngawi, Jurnal Administrasi Publik (JAP) Vol 3 No 5 Hal 752-757

https://media.neliti.com/media/publications/81703-ID-implementasi-program-pengembangan-

usaha.pdf

95 Wulandari, Siti Abir, 2016, Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Usaha Agribisnis

Perdesaan (PUAP) di Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Jurnal Media Agribisnis (MeA) Vol. 1

No. 1 Tahun 2016

Page 41: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kebijakan Publikeprints.umm.ac.id/41806/3/BAB II.pdfhal itu William N Dunn memberikan definisi mengenai apa itu evaluasi kebijakan. Menurutnya evaluasi

68

Kecamatan Kebun Tebu, Kabupaten Lampung Barat menunjukkan bahwa PUAP

berhasil diterapkan. Sebagai hasilnya respon sebagian dari para petani cukup besar.

Respon di sini yaitu penyaluran dana yang dapat diakses oleh petani. Begitu juga

petani menyampaikan dana PUAP disalurkan ke anggota sesuai dengan Rencana

Usaha Bersama yang telah dibuat kepada Gapoktan.96

Respon petani ini dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti pendidikan yang

ditempuh oleh petani secara formal. Pendidikan tentunya akan memberi pengaruh

terhadap kebiasaan pola pikir dan kemampuan dalam menerima hal baru termasuk

teknologi pertanian. Selain itu para pengurus Gapoktan memiliki SDM yang

mumpuni (berkualitas). Gapoktan di Kecamatan Kebun Tebu juga sudah membuat

AD/ART yang digunakan untuk menentukan langkah serta acuan organisasi ke

depannya97.

Hasil penelitian di tempat berbeda menunjukkan adanya trend positif dari

program PUAP, yaitu di Desa Watas Kecamatan Balik Bukit. Perkembangan PUAP

telah dijalankan dengan seefektif mungkin dengan pelayanan yang mudah dalam

prosedur pinjaman, tepatnya anggota mengangsur dana pinjam dan juga bunga jasa

yang relatif rendah untuk petani anggota. Pendampingan dari dinas dilakukan

sebanyak 5-8 pertemuan dalam satu tahun.98 Kemampuan SDM Gapoktan dapat

dikatakan baik dan mumpuni, sebab pengurus memberikan sistem pinjaman yang

96 Budianto, Hilman, dkk, 2016, Respon Anggota Kelompok Tani Terhadap Program

Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) Di Kecamatan Kebun Tebu Kabupaten

Lampung Barat, Jurnal JIIA, Volume 4 No. 2 Mei 2016

97 Ibid

98 Al Fanny, Meydi Tia, 2017, Efektivitas Program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan

Dalam Peningkatan Pendapatan Petani Sayur (Desa Watas Kecamatan Balik Bukit Lampung

Barat), Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung

Page 42: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kebijakan Publikeprints.umm.ac.id/41806/3/BAB II.pdfhal itu William N Dunn memberikan definisi mengenai apa itu evaluasi kebijakan. Menurutnya evaluasi

69

tidak berat. Tingkat penyaluran dana PUAP pun demikian adanya. Akan tetapi dari

PUAP belum cukup mampu untuk memberikan dampak terhadap kenaikan

pendapatan para petani.

Tidak diragukan lagi bahwa program PUAP telah memberikan banyak

dampak positif terhadap jalannya usaha pertanian di berbagai daerah di Indonesia.

Seperti halnya dampak yang dirasakan oleh masyarakat petani yang di Kecamatan

Kalawat, Kabupaten Minahasa Utara. Sebelum menerima program PUAP lahan

yang dipunyai petani untuk digarap tidak begitu luas. Hanya berkisar 0,1-2 Ha saja.

Setelah menerima dana maka terjadi peningkatan luas lahan, sebesar 88%. Luas

lahan rata-rata yang dimiliki oleh petani berkisar menjadi 2 Ha99.

Luasnya lahan ikut mempengaruhi terhadap besarnya jumlah hasil panen.

Karena semakin besar lahan yang dimiliki maka hasil panen juga ikut besar. Oleh

sebab itu apabila lahan yang dimiliki petani itu sedikit, maka hasil pertanian tidak

akan menghasilkan panen yang banyak. Kecuali terdapat beberapa hal yang dapat

mempengaruhi kualitas hasil panen, seperti serangan hama, bencana alam maupun

iklim yang tidak menentu. Maka hal tersebut sudah berbeda lagi bahasannya.

Sebelum mendapatkan dana PUAP, rata-rata penghasilan petani sebesar Rp

1.637.500,- per hektar dalam satu kali panen (tiga bulan), dan setelah adanya

program PUAP terjadi peningkatan sebesar Rp 3.357.500,- per hektarnya. Dari sini

artinya program PUAP dari pemerintah sudah sangat membantu petani dalam

proses kegiatan produksi pertanian100.

99 Kaawoan, Gabriela Hana, 2014, EVALUASI PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS

PERDESAAN DI KECAMATAN KALAWAT KABUPATEN MINAHASA UTARA,

https://ejournal.unstrat.ac.id/index.php/cocos/article/download/4491/4020

100 Ibid