bab ii tinjauan pustaka 2.1 kajian teori 2.1.1 media siber...bab ii tinjauan pustaka 2.1 kajian...

13
12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Teori terdiri dari konsep-konsep, definisi, acuan dan proporsi yang menggambarkan suatu fenomena secara sistematis melalui penentuan hubungan antara variabel dengan tujuan untuk menjelaskan fenomena tersebut. 2.1.1 Media siber Media siber atau sering juga disebut cybermedia (media siber), internet media (media internet) dan new media (media baru) secara sederhana dapat diartikan sebagai media yang tersaji secara siber di situs web (website) internet. Media siber bisa dikatakan sebagai media ‘generasi ketiga’ setelah media cetak (printed media)- koran, tabloid, majalah, buku- dan media elektronik (electronic media)-radio, televise, dan film/video. Media siber didefinisikan sebagai produk dari komunikasi yang termediasi teknologi yang terdapat bersama dengan komputer digital (Creeber and Martin, 2009: 25). Definisi lain media siber adalah media yang di dalamnya terdiri dari gabungan berbagai elemen. Itu artinya terdapat konvergensi media di dalamnya, dimana beberapa media dijadikan satu (Lievrouw, 2011: 9). Media siber merupakan media yang menggunakan internet, media siber berbasis tekhnologi, berkarakter fleksibel, berpotensi interaktif, dan dapat berfungsi secara privat maupun secara publik (Mondry, 2008: 13). Media siber memiliki jangkauan yang luas yaitu menjangkau seluruh dunia yang memiliki akses internet. Hal ini memiliki arti bahwa konten- konten yang terdapat dalam Media siber dapat dengan mudah disebarkan dan

Upload: others

Post on 07-Feb-2021

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 12

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Kajian Teori

    Teori terdiri dari konsep-konsep, definisi, acuan dan proporsi yang

    menggambarkan suatu fenomena secara sistematis melalui penentuan

    hubungan antara variabel dengan tujuan untuk menjelaskan fenomena

    tersebut.

    2.1.1 Media siber

    Media siber atau sering juga disebut cybermedia (media siber),

    internet media (media internet) dan new media (media baru) secara sederhana

    dapat diartikan sebagai media yang tersaji secara siber di situs web (website)

    internet. Media siber bisa dikatakan sebagai media ‘generasi ketiga’ setelah

    media cetak (printed media)- koran, tabloid, majalah, buku- dan media

    elektronik (electronic media)-radio, televise, dan film/video.

    Media siber didefinisikan sebagai produk dari komunikasi yang

    termediasi teknologi yang terdapat bersama dengan komputer digital (Creeber

    and Martin, 2009: 25). Definisi lain media siber adalah media yang di

    dalamnya terdiri dari gabungan berbagai elemen. Itu artinya terdapat

    konvergensi media di dalamnya, dimana beberapa media dijadikan satu

    (Lievrouw, 2011: 9). Media siber merupakan media yang menggunakan

    internet, media siber berbasis tekhnologi, berkarakter fleksibel, berpotensi

    interaktif, dan dapat berfungsi secara privat maupun secara publik (Mondry,

    2008: 13).

    Media siber memiliki jangkauan yang luas yaitu menjangkau seluruh

    dunia yang memiliki akses internet. Hal ini memiliki arti bahwa konten-

    konten yang terdapat dalam Media siber dapat dengan mudah disebarkan dan

  • 13

    dipertukarkan antar pengguna melalui jaringan internet yang tersedia.

    Karakteristik ini dapat kita sebut sebagai kelebihan, karena media

    siber membuat setiap orang dapat terkoneksi dan memberi solusi terhadap

    kendala jarak dan waktu antar pengguna. selain itu Media siber menyajikan

    aspek kecepatan, karena begitu diposting atau di unggah maka langsung dapat

    diakses oleh semua orang.

    Internet merupakan sebuah media dengan segala karakteristiknya.

    Internet memiliki teknologi, cara penggunaan, lingkup layanan, isi, dan image

    sendiri. Internet tidak dimiliki, dikendalikan atau dikelola oleh sebuah badan

    tunggal tetapi merupakan sebuah jaringan komputer yang terhubung secara

    intensional dan beroperasi berdasarkan protokol yang disepakati bersama.

    Sejumlah organisasi khususnya provider dan badan telekomunikasi berperan

    dalam operasi internet (McQuail, 1992 : 28-29).

    Dengan kata lain, Internet dapat diartikan sebagai jaringan komputer

    yang luas dan besar yang mendunia yaitu menghubungkan pengguna

    komputer dari suatu negara ke negara lain di seluruh dunia, yang di dalamnya

    terdapat berbagai sumber daya informasi dari mulai yang statis hingga yang

    dinamis dan interaktif. Pada tahun 1990, Mark Potes meluncurkan buku besar

    The second Media Age yang menandai periode baru dimana teknologi

    interaktif dan komunikasi jaringan, khususnya dunia maya akan mengubah

    masyarakat (Littlejohn: 2009: 413-415). Teori Media siber dikembangkan

    oleh Pierre Levy, yang mengemukakan bahwa media siber merupakan teori

    yang membahas mengenai perkembangan media. Media siber merupakan

    digitalisasi yang mana sebuah konsep pemahaman dari perkembangan zaman

    mengenai teknologi dan sains, dari semua yang bersifat manual menjadi

    otomatis dan semua yang bersifat rumit menjadi ringkas. Digital adalah

    sebuah metode yang compleks, dan fleksibel yang membuatnya menjadi

    sesuatu yang pokok dalam kehidupan manusia. Digital ini juga selalu

    berhubungan dengan media, karena, media ini adalah sesuatu yang terus

  • 14

    selalu berkembang dari media zaman dahulu (old media) sampai sekarang

    yang sudah menggunakan digital (modern media/new media).

    Media Siber memiliki karakteristik yang berbeda dengan media

    konvensional (cetak/elektronik), berikut karakteristik media siber: (1)

    Multimedia, dapat memuat atau menyajikan berita/ informasi dalam bentuk

    teks, audio, video, grafis, dan gambar secara bersamaan. (2) Aktualisasi, berisi

    info aktual karena kemudahan dan kecepatan penyajian. (3) Cepat, begitu

    diposting atau di unggah, langsung bias diakses semua orang. (4) Update,

    pembaruan (updating) informasi dapat dilakukan dengan cepat baik dari sisi

    konten maupun redaksional, misalnya kesalahan ketik/ejaan. (5) Kapasitas

    luas, halaman web bias menampung naskah sangat panjang. (6) Fleksibilitas,

    pemuatan dan editing naskah bisa kapan saja dan dimana saja, juga jadwal

    terbit (update) bias dilakukan setiap saat. (7) Luas, menjangkau seluruh dunia

    yang memiliki akses internet. (8) interaktif, dengan adanya fasilitas kolom

    komentar dan chat room (9) Terdokumentasi, informasi tersimpan di “bank

    data” dan dapat ditemukan ketika diperlukan dan (10) Hyperlinked, terhubung

    dengan sumber lain (links) yang terkait dengan informasi tersaji (Syamsul,

    2012: 11).

    2.1.2 Penerapan Kode Etik Jurnalistik

    Berdasarkan Undang Undang tentang Pers No. 40 Tahun 1999,

    Pengertian Pers adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang

    melaksanakan kegiatan jurnalistik meliputi mencari, memiliki, memperoleh,

    menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi baik dalam bentuk

    tulisan, gambar, suara, gambar dan suara, serta data dan grafik maupun dalam

    bentuk lainnya dengan menggunakan media elektronik, media cetak dan

    segala jenis saluran yang tersedia.

  • 15

    Undang undang sebelumnya tertulis bahwa pengertian pers adalah

    lembaga kemasyarakatan sebagai alat revolusi yang mempunyai karya sebagai

    salah satu media komunikasi massa yang bersifat umum berupa penerbitan

    yang teratur waktu terbitnya, diperlengkapi atau tidak diperlengkapi dengan

    alat-alat milik sendiri berupa percetakan alat-alat foto, klise, mesin-mesin

    stensil, atau alat-alat teknik lainnya (UU No. 11 Tahun 1966).

    Pengertian Pers menurut R.Eep Saefulloh Fatah bahwa pers adalah

    pilar keempat bagi demokrasi yang memiliki peranan yang penting dalam

    membangun kepercayaan (trust), kredibilitas, dan bahkan legitimasi

    pemerintah. Pengertian pers oleh Frederich S. Siebert dalam bukunya

    (1956,Four Theories of the Press): Pers adalah semua media komunikasi

    massa yang memenuhi persyaratan publisistik maupun tidak dan media

    komunikasi massa yan memenuhi persyaratan publisistik tertentu.

    Menurut Ensiklopedi Pers Indonesia menyebutkan bahwa istilah pers

    merupakan sebutan bagi penerbit/ perusahaan/ kalangan yang berkaitan

    dengan media masa atau wartawan. Pengertian pers oleh Oemar Seno Adji:

    Pengertian pers terbagi atas dua yaitu pers dalam arti sempit dan pers dalam

    arti luas. Dalam arti sempit pers berarti penyiaran gagasan, pikiran atau berita

    berita dengan cara tertulis. Dalam arti luas berarti memancarkan pikiran

    ataupun gagasan serta perasaan seseorang baik menggunakan kata kata tertulis

    maupun lisan menggunakan semua alat media komunikasi yang ada. Seperti

    yang ada ketahui dari sejarah pers dan jurnalistik, batasan arti pers bertambah

    luas seiring berkembangnya teknologi, khusus nya teknologi komunikasi. Hal

    tersebut dapat terlihat misalnya dari pengertian pers berdasarkan perbedaan

    yang pada undang undang pada tahun 1966 dan tahun 1999.

    Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara tentunya ada norma dan

    etika yang harus ditaati agar tidak saling melanggar hak asasi. Dalam

    berkomunikasi telah dibuat aturan untuk ditaati oleh pers, yaitu Kode Etik

    Jurnalistik. Walaupun telah ada Kode Etik Jurnalistik yang berfungsi

    https://twitter.com/eepsfatahhttps://en.wikipedia.org/wiki/History_of_journalism

  • 16

    mengatur etika dalam dunia jurnalistik, berbagai tindak pelanggaran etika

    masih terus terjadi. Hal ini tentu terkait dengan kepentingan pers untuk

    mewujudkan tujuannya. Berbagai peristiwa muncul di ruang publik.

    Perkembangan teknologi komunikasi membuat peristiwa yang terjadi di

    berbagai belahan dunia bisa dengan mudah menerpa khalayak. Peristiwa

    inilah yang disampaikan oleh manusia kepada manusia lain sebagai

    konsekuensi naluri komunikasi dan naluri ingin tahu.

    Dengan adanya Kode Etik Jurnalistik, diharapkan dapat memberikan

    pengetahuan dan pembekalan kepada generasi muda khususnya mahasiswa

    mengenai dunia jurnalistik agar mereka mampu memahami penerapan kaidah

    kaidah jurnalistik terutama dalam penerapan Kode Etik Jurnalistik. Sehingga

    dunia jurnalistik kita di masa yang akan datang menjadi jurnalistik yang

    benar-benar beretika dan menjunjung kaidah-kaidah moral.

    Menurut (Hoetasoehoet,2006:45), Jurnalistik adalah ilmu terapan dari

    ilmu komunikasi. Ilmu komunikasi itu sendiri adalah ilmu yang mempelajari

    usaha manusia dalam menyampaikan isi pernyataannya kepada manusia lain.

    Jadi, ilmu jurnalistik adalah ilmu yang mempelajari cara penyampaian isi

    pernyataan melalui media massa periodik. Media massa periodik terdiri dari

    suratkabar, majalah, radio, televisi, film, dan media siber. Media massa

    periodik inilah yang dijalankan oleh Pers. Perkembangan pers sudah melalui

    tahap demi tahap yang mendewasakan. Pers era orde baru jauh berbeda

    dengan pers di era reformasi. Pada era modern ini, pers semakin terbuka

    memberitakan berbagai fakta dan peristiwa yang terjadi di dunia. Pers telah

    membawa masyarakat semakin terbuka dan mengetahui berbagai fakta dan

    peristiwa, bukan hanya sekedar mengetahui peristiwa yang terjadi di

    lingkungan tempat mereka tinggal tetapi juga berbagai peristiwa yang dialami

    manusia di setiap belahan dunia. Oleh karena itu pers berusaha melakukan

    berbagai tindakan penyesuaian. Pers harus peka dan tanggap terhadap

    lingkungan yang mereka hadapi dalam berbagai situasi dan kondisi.

  • 17

    Keberadaan dan pelaksanaan kode etik jurnalistik sebagai norma atau

    disebut landasan moral profesi wartawan dikaitkan dengan nilai-nilai

    Pancasila, oleh karena kode etik jurnalistik merupakan kaidah penentu bagi

    para jurnalis dalam melaksanakan tugasnya, sekaligus memberi arah tentang

    apa yang seharusnya dilakukan serta yang seharusnya ditinggalkan. Namun

    walau demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa dalam praktek sehari-hari

    masih terdapat (tidak semuanya) berbagai penyimpangan-penyimpangan

    terhadap kode etik jurnalistik maupun terhadap ketentuan-ketentuan lain

    (norma-norma hukum) yang berlaku bagi profesi ini.

    Hal ini barangkali dapat dimaklumi, sebab mereka yang berkecimpung

    di dalam dunia jurnalistik adalah manusia, sama halnya dengan profesi

    lainnya. Demikian pula bahwa terkadang suatu keadaan dan kondisi tertentu

    ikut mempengaruhi banyak hal di dalam bidang ini, sehingga mungkin saja

    memunculkan suatu pemikiran, bahwa diperlukan adanya perubahan-

    perubahan di dalam kode etik itu sendiri atau kesadaran manusianya yang

    perlu ditingkatkan.

    Pengertian kode etik profesi Keiser dalam (Lubis, 1994: 6-7), etika

    profesi adalah sikap hidup berupa keadilan untuk memberikan pelayanan

    profesional terhadap masyarakat dengan ketertiban penuh dan keahlian

    sebagai pelayanan dalam rangka melaksanakan tugas berupa kewajiban

    terhadap masyarakat.

    Sedangkan, (Suseno,1991:70) membedakan profesi sebagai profesi

    pada umumnya dan profesi luhur. Profesi adalah pekerjaan yang dilakukan

    sebagai kegiatan pokok untuk menghasilkan nafkah hidup dan yang

    mengandalkan suatu keahlian khusus. Pengertian profesi tersebut adalah

    pengertian profesi pada umumnya, sebab disamping itu terdapat pula yang

    disebut sebagai profesi luhur, yaitu profesi yang pada hakikatnya merupakan

    suatu pelayanan padamanusiaataumasyarakat.

  • 18

    Tujuan Etika Profesi menurut (Lubis,1994: 13) menyatakan bahwa yang

    menjadi tujuan pokok dari rumusan etika dalam kode etik profesi antara lain :

    a) Standar-standar etika, yang menjelaskan dan menetapkan tanggung

    jawab kepada lembaga dan masyarakat umum

    b) Membantu para profesional dalam menentukan apa yang harus mereka

    perbuat dalam mengahadapi dilema pekerjaan mereka.

    c) Standar etika bertujuan untuk menjaga reputasi atau nama para

    profesional.

    d) Untuk menjaga kelakuan dan integritas para tenaga profesi.

    e) Standar etika juga merupakan pencerminan dan pengharapan dari

    komunitasnya, yang menjamin pelaksanaan kode etik tersebut dalam

    pelayanannya.

    Pada prinsipnya jurnalistik merupakan cara kerja media massa dalam

    mengelola dan menyajikan informasi kepada khalayak, yang tujuannya adalah

    untuk menciptakan komunikasi yang efektif, dalam arti menyebarluaskan

    informasi yang diperlukan. Jurnalistik sendiri berasal dari bahasa Latin yaitu

    diurna dan dalam bahasa Inggris journal yang berarti catatan harian.

    Adinegoro mengatakan bahwa jurnalistik adalah kepandaian,

    kecerdasan, keterampilan dalam menyampaikan, mengelola dan

    menyebarluaskan berita, karangan, artikel, kepada khalayak seluas-luasnya

    dan secepat-cepatnya. Sedang dalam kamus Jurnalistik (1988: 9) dijelaskan

    bahwa jurnalistik adalah suatu kegiatan untuk menyiapkan, mengedit dan

    menulis untuk surat kabar atau majalah atau yang berkala lainnya.

    Sehubungan dengan pengertian kode etik di atas, menurut maka UU.

    No. 40 Tahun 1999 Bab 1 Pasal 1 Poin 14, bahwa “Kode Etik Jurnalistik

    adalah himpunan etika profesi kewartawanan”, sedang wartawan dalam point

    4 dinyatakan sebagai “orang yang secara teratur melakukan kegiatan

    jurnalistik”.

  • 19

    2.2 Penelitian Terdahulu yang Berkaitan

    No. Nama

    Peneliti

    Judul

    Penelitian

    Tujuan

    Penelitian

    Metode

    Penelitian

    Hasil Penelitian

    1. Shinta Bela

    Dewayanti

    Program

    Studi (Prodi)

    Ilmu

    Komunikasi,

    Fakultas Ilmu

    Sosial dan

    Ilmu Politik

    (FISIP),

    Universitas

    Sebelas Maret

    ,Surakarta

    Studi

    Deskriptif

    Kualitatif

    Praktek

    Penerapan

    Kode Etik

    Jurnalistik

    (KODE ETIK

    JURNALISTI

    K) dalam

    Kegiatan

    Jurnalistik di

    Kalangan

    Wartawan

    Harian

    JOGLOSEMA

    R

    Mengetahui

    penerapan Kode

    Etik Jurnalistik

    dalam kegiatan

    Harian

    JOGLOSEMAR

    Studi

    Deskriptif-

    Kualitatif.

    Rumusan masalah yang

    diangkat adalah

    bagaimana praktek

    penerapan Kode Etik

    Jurnalistik dalam

    kegiatan jurnalistik di

    Harian JOGLOSEMAR?

    Surat kabar ini telah

    melakukan cara-cara yang

    profesional dalam

    melakukan laporan

    investigasi.

    Sehingga, cara-cara yang

    dilakukan dapat

    dipertimbangkan bagi

    kepentingan publik. Hal

    tersebut juga tertulis

    didalam Pasal 2 dalam

    KODE ETIK

    JURNALISTIK.

    Wartawan Harian

    JOGLOSEMAR selalu

    melakukan kroscek atau

    mengonfirmasi kembali

    informasi dan peristiwa

    yang terjadi dengan

    wartawan lainnya. Harian

    JOGLOSEMAR selalu

  • 20

    mengutamakan

    keberimbangan fakta,

    menghargai hak

    narasumber,

    mengofirmasi keinginan

    narasumber yang tak mau

    disebutkan identitasnya.

    Wartawan Harian

    JOGLOSEMAR juga

    menyajikan berita secara

    obyektif dan tidak

    mendapat intervensi dari

    pihak manapun.

    2. Fadjarani

    Sulistyowati

    Program

    Studi (Prodi)

    Ilmu

    Komunikasi,

    Fakultas Ilmu

    Sosial dan

    Ilmu Politik

    (FISIP),

    Universitas

    Atma Jaya

    Yogyakarta.

    Organisasi

    Profesi Jurnalis

    dan Kode Etik

    Jurnalis

    Mengetahui

    pelaksanaan KODE

    ETIK

    JURNALISTIK

    pada wartawan

    Metode

    Penelitian

    Kualitatif

    Rumusan masalah yang

    dipaparkan oleh Fadjarani

    bagaimana cara organisasi

    profesi jurnalis mampu

    meningkatkan

    profesionalisme wartawan.

    yang dikendalikan Kode

    Etik Jurnalistik .

    Kelemahan dari penerapan

    Kode Etik Jurnalistik

    dalam praktik profesi

    wartawan ini adalah tidak

    dapat dipantau secara

    cermat seperti kode etik

    lainnya. Banyaknya

    Organisasi Profesi Jurnalis

    membuat variasi yang

    bermacam-macam dengan

    iklim jurnalisme yang

    sehat sehingga sampai

  • 21

    saat ini tidak bisa

    melakukan pencabutan

    izin kerja bagi para

    wartawan jika melakukan

    pelanggaran. Penegakan

    profesionalisme pers

    didukung dengan kualitas

    wartawan dan tegaknya

    etika jurnalistik. Tugas

    yang dilakukan oleh

    Organisasi Profesi Jurnalis

    sebagai pemantau

    pelaksanaan KODE ETIK

    JURNALISTIK. Hal ini

    pun berkaitan dengan

    profesi wartawan yang

    sangat rentan dari segi

    keamanan dalam bekerja

    serta posisi tawar di

    berbagai perusahaan.

  • 22

    3. Fitri

    Meliy

    a Sari

    Program

    Studi (Prodi)

    Ilmu

    Komunikasi,

    Fakultas

    Ilmu

    Sosial

    dan

    Ilmu

    Politi

    k

    (FISI

    P),

    Unive

    rsitas

    Dipon

    egoro

    ,

    Sema

    rang

    Analisis

    Penerapan

    Kode Etik

    Jurnalistik pada

    Harian Serambi

    Indonesia

    Mengetahui

    Penerapan Kode

    Etik Jurnalistik

    pada harian

    Serambi Indonesia

    Metode

    Penelitian

    Analisis Isi

    Kuantitatif

    Rumusan masalah yang

    dipaparkan oleh peneliti

    Fitri merupakan Harian

    Serambi Indonesia yang

    konsisten dalam

    menerapkan kode etik

    jurnalistik dalam setiap

    pem-

    beritaan yang diterbitkan

    pada Januari-Juni 2012

    dili-

    hat dari persentase jumlah

    sampel, khususnya pada

    berita kriminal. Namun,

    terdapat juga pelanggaran

    di

    dalamnya, seperti memuat

    kata-kata budak seks. Dari

    2 kategori yang dibuat

    oleh peneliti yang

    memenuhi

    kode etik jurnalistik yaitu:

    kategori berita kriminal

    tentang tindakan

    kekerasan terpenuhi 96,9

    persen

    dan kategori berita

    kriminal tentang tindakan

    asusila

    terpenuhi 3,4 persen. Pada

    kategori berita kriminal

    tentang kekerasan yang

    terjadi di Aceh, kasus

    yang

  • 23

    paling dominan terjadi

    adalah kasus

    penganiayaan

    yaitu 22 berita (37,9%),

    penipuan 15 berita

    (25,9%),

    pembunuhan 9 berita

    (15,5%), pencurian 8

    berita

    (13,8%), penyelundupan 1

    berita (1,7%) dan pencu-

    likan juga 1 berita (1,7%).

    Sedangkan berita kriminal

    tentang asusila hanya 2

    berita (3,4%) saja

    Peneliti pertama melakukan penelitian tentang penerapan Kode Etik

    Jurnalistik dalam kegiatan jurnalistik investigasi yang dilakukan oleh Harian

    JOGLOSEMAR. Penelitian kedua membahas cara organisasi profesi jurnalis

    mampu meningkatkan profesionalisme wartawan. yang dikendalikan Kode

    Etik Jurnalistik . Penelitian yang terakhir membahas tentang konsistensi

    Harian Serambi Indonesia terhadap pelaksanaan Kode Etik Jurnalistik dalam

    mengemas berbagai berita. Pada penelitian pertama dan ketiga melakukan

    penelitian pada media cetak yaitu Harian JOGLOSEMAR dan Harian Serambi

    Indonesia. Penelitian kedua melakukan penelitian pada Organisasi Jurnalis.

  • 24

    Sedangkan , penelitian ini akan dilakukan di media portal berita siber

    yang dinaungi sebuah media cetak yaitu SuaraMerdeka.com . Penelitian ini

    lebih fokus kepada individu yang berprofesi sebagai wartawan untuk

    mengetahui pengambilan keputusan wartawan tersebut dalam menjalankan

    tugas dengan pedoman Kode Etik Jurnalistik.

    2.3 Kerangka Pikir

    Munculnya berbagai Pelanggaran

    Kode Etik Jurnalistik di Indonesia

    Praktik Penerapan Kode Etik Jurnalistik

    pada Wartawan Siber

    Aspek- aspek yang diteliti : topik berita

    yang diliput,cara-cara professional, etika

    jurnalisme,dan permasalahan yang terjadi

    saat pelanggaran.

    SuaraMerdeka.com

    Sebagai Salah Satu

    Portal Berita di

    Indonesia

    Metode Penelitian

    Deskriptif-Kualitatif

    dengan Pendekatan

    Etnometodologi untuk

    Mengetahui Praktik

    Penerapan Kode Etik

    Jurnalistik pada

    Wartawan Siber di

    SuaraMerdeka.com