bab ii tinjauan pustaka 2.1. kajian empirikeprints.stiei-kayutangi-bjm.ac.id/851/3/bab ii.pdf ·...

31
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Empirik Melakukan penelitian tentang evaluasi pelaksanaan program BOK di Puskesmas Kabupaten Barito Kuala, penulis mengacu pada beberapa penelitian sejenis agar dapat dijadikan sebagai bahan referensi sebagai berikut: Abdul Kadir Karding , 2008, Evaluasi Pelaksanaan Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) SMP. Negeri di Kota Semarang. Program BOS dilatarbelakangi oleh kenaikan harga BBM yang mengakibatkan turunnya dayabeli masyarakat yang berdampak negatif terhadap akses masyarakat miskin terhadap Pendidikan Dasar Sembilan Tahun. Sesuai UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional mengamanatkan bahwa Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu dan Pemerintah wajib memberikan layanan dan kemudahan serta menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap warga negara tanpa diskriminasi.” Dalam evaluasi Program BOS ini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besar cakupan dana BOS dalam rangka meningkatkan akses pendidikan bagi siswa/siswi keluaraga miskin dan tidak mampu dan bagaimanakah dampak pelaksanaan program BOS terhadap sekolah maupun masyarakat. Metode evaluasi diskriptif kualitatif yang didukung dengan data kuantitatif . Hasil evaluasi telah mengungkapkan bahwa

Upload: others

Post on 02-Mar-2021

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Empirikeprints.stiei-kayutangi-bjm.ac.id/851/3/BAB II.pdf · 2019. 10. 7. · 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Empirik Melakukan penelitian

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kajian Empirik

Melakukan penelitian tentang evaluasi pelaksanaan program BOK di

Puskesmas Kabupaten Barito Kuala, penulis mengacu pada beberapa

penelitian sejenis agar dapat dijadikan sebagai bahan referensi sebagai berikut:

Abdul Kadir Karding , 2008, Evaluasi Pelaksanaan Program Bantuan

Operasional Sekolah (BOS) SMP. Negeri di Kota Semarang. Program BOS

dilatarbelakangi oleh kenaikan harga BBM yang mengakibatkan turunnya

dayabeli masyarakat yang berdampak negatif terhadap akses masyarakat

miskin terhadap Pendidikan Dasar Sembilan Tahun. Sesuai UU No. 20 Tahun

2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional mengamanatkan bahwa “Setiap

warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang

bermutu dan Pemerintah wajib memberikan layanan dan kemudahan serta

menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap warga

negara tanpa diskriminasi.” Dalam evaluasi Program BOS ini dimaksudkan

untuk mengetahui seberapa besar cakupan dana BOS dalam rangka

meningkatkan akses pendidikan bagi siswa/siswi keluaraga miskin dan tidak

mampu dan bagaimanakah dampak pelaksanaan program BOS terhadap

sekolah maupun masyarakat. Metode evaluasi diskriptif kualitatif yang didukung

dengan data kuantitatif . Hasil evaluasi telah mengungkapkan bahwa

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Empirikeprints.stiei-kayutangi-bjm.ac.id/851/3/BAB II.pdf · 2019. 10. 7. · 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Empirik Melakukan penelitian

10

pelaksanaan BOS tahun 2007 untuk SMP.Negeri telah dilaksanakan dengan

baik meskipun masih terdapat beberapa catatan yakni ; Hasil penelitian

mengungkapkan BOS tahun 2007 untuk 41 SMP Negeri Sebesar

Rp.22.134.027.000 dari jumlah tersebut (30%) untuk pembayaran tenaga

honorer /GTT/ PTT, Tenaga Harlep, (25%) untuk belanja barang jasa dan

(20%) untuk kegiatan belajar mengajar, (15%). kegiatan kesiswaan dan (10%)

dan pemeliharaan gedung. Berdasarkan Laporan Pertanggungjawaban BOS

dan Realisasi RAPBS tahun 2007, ternyata kontribusi BOS sangat signifikan

yakni 31 %, orang tua/wali murid 42 % dan APBD Kota Semarang sebesar

27 %. Cakupan BOS terhadap layanan siswa miskin berkisar 20 % - 33%. Dari

totalitas siswa miskin baru dapat terlayani 20% - 25% hal ini disebabkan BOS

belum dapat menjangkau seluruh siswa miskin. Cakupan BOS terhadap

layanan siswa tidak mampu dari total siswa 32.102 siswa masih sekitar 8%

atau 2.386 siswa tidak mampu. atau 1365 siswa yang memperoleh layanan atau

sekitar 57% sisanya 1021 anak atau sekitar 43% belum mendapatkan layanan

pendidikan pihak sekolah. Potensi BOS terrnyata belum menjangkau semua

siswa miskin /tidak mampu untuk memperoleh layanan pendidikan secara

memadai. Dampak BOS ternyata dapat memperkuat kemampuan sekolah

dalam memberikan materi pembelajaran dan kegiatan tambahan kepada

siswa. Oleh karena itu beberapa komponen yang semula dibebankan orang

tua siswa melalui SPP menjadi berkurang, adanya peningkatan kuantitas dan

kualitas sarana pendidikan, beban biaya sekolah menjadi lebih berkurang,

dapat dirasakan masyarakat akan dapat mengurangi anak putus sekolah.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Empirikeprints.stiei-kayutangi-bjm.ac.id/851/3/BAB II.pdf · 2019. 10. 7. · 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Empirik Melakukan penelitian

11

Hambatan pelaksanaan BOS antara lain Pencairan BOS sering terlambat, hal

ini menjadi mengganggu kegiatan belajar mengajar. Rekomendasi antara

laian, Searah tujuan BOS hendaknya pemanfaatan dana BOS benar-benar

diarahkan untuk operasional sekolah yang menunjang kelancaran proses

belajar, sumber dana sekolah berasal dari APBD, BOS dan Sumbangan

orang tua siswa, ketiga komponen ternyata sumbangan orang tua murid

paling dominan. Keberadaan BOS tetap dipertahankan. Jumlah anggaran

perlu ditingkatkan dan serta realisasi pencaiaran dana BOS yang dilakukan tiap

triwulan dan pencairannya diawal bulan harus dapat terwujud, Hal ini

dimaksudkan agar efektif. Agar sasaran BOS tercapai secara efektif yaitu

memberikan akses bagi siswa keluarga miskin maupun siswa keluarga tidak

mampu mendapatkan layanan pendidikan dasar yang bermutu, sudah

seharusnya untuk melakukan seleksi secara transparan bagi siswa miskin/tidak

mampu dengan membentuk tim kecil yang melakukan tugas melakukan

pengecekan kondisi siswa yang sebenarnya di lapangan disamping

berdasarkan surat keterangan dari Kepala Kelurahan.

Arfianti Mawardi , 2014, Analisis Perencanaan Program di Bidang

Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinas Kesehatan

Kabupaten Ogan Komering Ilir.

Analisis situasi merupakan suatu langkah yang sangat penting dalam

perencanaan program kesehatan. Dengan menganalisis situasi kita dapat

mengetahui masalah kesehatan utama yang penting untuk diprioritaskan dalam

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Empirikeprints.stiei-kayutangi-bjm.ac.id/851/3/BAB II.pdf · 2019. 10. 7. · 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Empirik Melakukan penelitian

12

suatu usulan rencana kesehatan tahun berikutnya. Tanpa menganalisis situasi

pemecahan masalah kesehatan serta pengambilan kebijakan belum bisa

dianggap baik. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis proses perencanaan

program bidang Pengendalial Penyakit dan Penyahatan Lingkungan Dinas

Kesehatan Kabupaten Ogan Komering Ilir. Penelitian ini merupakan penelitian

deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian ini dilakukan di DInas

Kesehatan Kabupaten Ogan Komering Ilir, Puskesmas Kutaraya, Puskesmas

SP.Padang, Puskesmas Pedamaran dengan sample 16 orang. Metode yang

digunakan yaitu wawancara mendalam dan telaah dokumen. Kemampuan dan

pengetahuan SDM dalam penyusunan program kesehatan masih minim. Hal ini

juga disertai dengan belum ada pedoman khusus dalam penyusunan

perencanaan program. Anggaran pemerintah dalam pembangunan kesehatan

Kabupaten Ogan Komering Ilir dirasa belum maksimal. Perencanaan program

di tingkat Puskesmas dan Dinas Kesehatan belum sepenuhnya bisa

menggambarkan keadaan daerah tersebut. Proses perencanaan program

Bidang P2PL Dinas Kesehatan Kabupaten Ogan Komering Ilir mulai dari tingkat

puskesmas hingga Dinas Kesehatan belum baik. Hal ini disebabkan masih

belum spesifiknya penggambaran keadaan daerah itu sendiri. Untuk itu perlu

adanya peningkatan serta upaya dari Dinas Kesehatan dalam meningkatkan

kualitas perencanaan program kesehatan.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Empirikeprints.stiei-kayutangi-bjm.ac.id/851/3/BAB II.pdf · 2019. 10. 7. · 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Empirik Melakukan penelitian

13

Tabel 1. Deskripsi Penelitian Serupa dengan Penelitian Ini

Penelitian Judul Rancangan Penelitian

Subjek Penelitian

Analisis Data

Abdul (2008)

Evaluasi Pelaksanaan Bantuan Operasional Sekolah (BOS) SMP Negeri di Kota Semarang

Diskriptif Kualitatif dengan data Kuantitatif,

Pegawai Sekolah

Analisis yang mendalam secara diskriptif

Arfianti (2014)

Analisis Perencanaan Program di Bidang Pengendalian Penyaki dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinas Kesehatan Kabupaten Ogan Komering Ilir.

Diskriptif dengan pendekatan Kualitatif

Pegawai Puskesmas dan dinas

Analisis yang mendalam secara diskriptif

Dasmar (2013)

Studi Evaluasi Program Dana Bantuan Operasional Kesehatan di Kabupaten Luwu

Diskriptif dengan pendekatan Kualitatif

Pegawai Puskesmas dan dinas

Analisis yang mendalam secara diskriptif

2.2. Kajian Teori

2.2.1. Evaluasi Program Kesehatan

Setiap administrator yang diserahkan tanggungjawab mengelola program

kesehatan selalu dihadapkan pada suatu keadaan yang tidak pasti

(Uncertainty) sehingga untuk menjawab ketidakpastian tersebut dapat

disimpulkan ke dalam tiga macam pertanyaan yaitu; pertanyaan tentang

ketepatan program, pertanyaan tentang pelaksanaan program dan pertanyaan

tentang hasil yang dicapai dari pelaksanaan program. Untuk menjawab ketiga

pertanyaan tersebut dalam bidang administrasi disebut penilaian (Evaluation).

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Empirikeprints.stiei-kayutangi-bjm.ac.id/851/3/BAB II.pdf · 2019. 10. 7. · 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Empirik Melakukan penelitian

14

Evaluasi sering diartikan secara sempit dan hanya memandang evaluasi

berdasarkan aktifitasnya. Setiap kegiatan evaluasi biasanya dimaksudkan

untuk mengembangkan kerangka berfikir rangka pengambilan keputusan.

Evaluasi sangat diperlukan dalam rangka keberlanjutan (Sustainability)

program yang sedang berjalan dan program yang telah selesai dilaksanakan.

Azwar, (2010) mengutip pendapat Riecken mendefenisikan penilaian adalah

pengukuran terhadap akibat yang ditimbulkan dari pelaksanaan suatu program

dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan, sedangkan menurut The world

Health Organization penilaian adalah suatu cara belajar yang sistematis dari

pengalaman yang dimiliki untuk meningkatkan pencapain, pelaksanaan dan

perencanaan suatu program melalui pemilihan secara seksama berbagai

kemungkinan yang tersedia guna penerapan selanjutnya.

Menurut Arikunto (2003) program adalah kegiatan yang direncanakan

dengan seksama untuk dilaksanakan. Azwar (2010) mengutip pendapat

Deniston menyebutkan beberapa hal yang dapat dinilai dari suatu program

kesehatan adalah :

a. Kelayakan program yaitu, program dinilai layak (appropriatenees)

jika program tersebut telah dapat dilaksanakan dengan hasil yang sesuai

dengan situasi dan kondisi yang dihadapi.

b. Kecukupan program, yaitu suatu program dinilai cukup (adequancy)

jika program tersebut telah dapat dilaksanakan dengan hasil yang sesuai

dengan tujuan yang telah ditetapkan.

c. Efektifitas program, yaitu suatu program dinilai efektif (efectivness)

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Empirikeprints.stiei-kayutangi-bjm.ac.id/851/3/BAB II.pdf · 2019. 10. 7. · 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Empirik Melakukan penelitian

15

jika program tersebut telah dapat dilaksanakan dengan hasil yang dapat

menyelesaikan masalah dihadapi.

d. Efesiensi, yaitu suatu program dinilai efisien (efficiency) jika program

tersebut dapat dilaksanakan dengan hasil yang dapat menyelesaikan masalah

dan juga waktu pelaksanaanya tidak memerlukan penggunaan sumber daya

yang besar.

Munurut Azwar,(2010) yang mengutip pendapat Milton R.Roemer

ruang lingkup penilaian program kesehatan terdiri dari enam macam yaitu :

a. Status kesehatan yang dihasilkan, yaitu penilaian dilakukan terhadap

tingkat kesehatan (health status outcomes) yang dihasilkan dari

dilaksanakannya suatu program kesehatan.

b. Kualitas pelayanan yang diselenggarakan, yaitu penilaian yang

dilakukan terhadap kualitas pelayanan (estimated quality of services)

oleh suatu program. Penilaian dilakukan dengan membandingkannya

terhadap suatu tolok ukur dan ataupun kriteria yang telah ditetapkan

(minimum medical standar). Program dianggap baik jika kualitas

pelayanan telah sesuai dengan standar minimal yang telah ditetapkan.

c. Kuantitas pelayan yang dihasilkan, yaitu dasar penilaian ialah

adanya perbedaan pelayanan yang diselenggarakan (quantity of

services provided). Jika suatu program kesehatan lebih banyak

menekankan pelayanan pencegahan, maka program tersebut

dianggap lebih baik dari program yang terlalu mengutamakan

pelayanan pengobatan.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Empirikeprints.stiei-kayutangi-bjm.ac.id/851/3/BAB II.pdf · 2019. 10. 7. · 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Empirik Melakukan penelitian

16

d. Sikap masyarakat terhadap program kesehatan, yaitu dinilai

dari sikap masyarakat (attitude of recipients) yang memanfaatkan

program kesehatan. Penilaian seperti ini bersifat subjektif dan karena itu

sulit dipercaya.

e. Sumber daya yang tersedia, yaitu penilaian yang dilakukan terhadap

sumber daya (resources made available) baik terhadap sumber

dana, tenaga dan ataupun sumber sarana. Jika program tersebut

tersedia secara memadai, maka program tersebut dinilai cukup baik.

f. Biaya yang digunakan, yaitu penilaian terhadap biaya (cost of the

program) yang digunakan oleh program. Dasar penilaian adalah

melakukan perbandingan antara input dengan output. Jika

perbedaannya terlalu besar maka program tersebut dinilai tidak baik.

Dapat disimpulkan evaluasi program bertujuan untuk melihat apakah

program dirancang, dilaksanakan dan bermanfaat bagi pihak pihak yang

terlibat dalam program. Pada pelaksanaannya evaluasi program bermaksud

mencari informasi sebanyak mungkin untuk mendapatkan gambaran

rancangan dan pelaksanaan program. Hasil evaluasi akan digunakan bagi

pihak yang berkepentingan untuk mengambil keputusan. Dari beberapa

pengertian dapat disimpulkan bahwa evaluasi program adalah suatu rangkaian

kegiatan yang dilakukan dengan sengaja untuk melihat tingkat keberhasilan

program (Arikunto, 2003).

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Empirikeprints.stiei-kayutangi-bjm.ac.id/851/3/BAB II.pdf · 2019. 10. 7. · 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Empirik Melakukan penelitian

17

2.2.2 Tahapan Evaluasi Program

Arikunto, (2007) yang mengutip pendapat Stake, Stuffeben, Alkin

mengemukakan bahwa evaluasi berfokus pada empat aspek yaitu :

a. Konteks

b. Input

c. Proses implementasi

d. Produk

Serta mengacu evaluasi program secara umum mengacu pada empat

dimensi

yaitu:

a.Indikator input,

b.Indikator process,

c. Indikator outputs,

d. Indikator outcomes

Evaluasi merupakan sebuah cara atau metoda untuk membuktikan

keberhasilan atau kegagalan dari suatu pelaksanaan program dan evaluasi

sering digunakan pada tahap :

a. Perencanaan, yaitu digunakan untuk memilih dan menentukan prioritas

dari berbagai alternatif dan kemungkinan cara mencapai tujuan.

b. Pelaksanaan, yaitu digunakan untuk menentukan tingkat

kemajuan pelaksanaan program dibandingkan dengan rencana yang telah

ditentukan sebelumnya

c. Paska pelaksanaan, yaitu untuk melihat apakah pencapaian program

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Empirikeprints.stiei-kayutangi-bjm.ac.id/851/3/BAB II.pdf · 2019. 10. 7. · 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Empirik Melakukan penelitian

18

mampu mengatasi masalah yang di hadapi. Dilakukan setelah program

berakhir untuk menilai relevans, efektifitas, kemanfaatan dan keberlanjutan

dari sebuah program.

Secara umum terdapat dua jenis penelitian evaluasi yakni evaluasi

formatif dan evaluasi summatif. Evaluasi formatif biasanya melihat dan meneliti

pelaksanaan suatu program, mencari umpan balik untuk memperbaiki

pelaksanaan program tersebut. Evaluasi summatif biasanya dilaksanakan

pada akhir program untuk mengukur apakah tujuan program tersebut

tercapai. Dengan evaluasi para pengambil keputusan akan dapat menentukan

apakah program akan dilanjutkan, diperluas, dimodifikasi atau diberhentikan

(Singarimbun, 1995)

Evaluasi program dibidang kesehatan ,pada umumnya dilakukan

dengan teknik pendekatan evaluasi formal, karena lebih diprioritaskan pada

evaluasi dampak program (outcome) berdasarkan indikator-indikator yang telah

ditetapkan sebelumnya.Termasuk didalamnya dengan menganalisa faktor-

faktor pengganggu yang berhubungan atau berpengaruh kepada keberhasilan

program tersebut. Teknik evaluasi yang dipilih dilanjutkan dengan menentukan

rancangan studi evaluasi.

2.2.3. Manajemen Puskesmas 2.2.3.1 Fungsi-Fungsi Manajemen

Manajemen puskesmas didefenisikan sebagai rangkaian kegiatan yang

bekerja secara sistematis untuk menghasilkan keluaran puskesmas yang efektif

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Empirikeprints.stiei-kayutangi-bjm.ac.id/851/3/BAB II.pdf · 2019. 10. 7. · 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Empirik Melakukan penelitian

19

dan efisien. Rangkaian kegiatan sistematis yang dilaksanakan puskesmas

membentuk fungsi- fungsi manajemen. Ada tiga fungsi manajemen puskesmas

yang dikenal yakni perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian serta

pengawasan dan pertanggung jawaban. Semua fungsi manajemen tersebut

harus dilaksanakan secara terkait dan berkesinambungan .Fungsi manajemen

yang digunakan oleh puskesmas diadaptasi dari fungsi manajemen yang

dikemukakan oleh Terry (Endang S, 2011) yang terdiri dari ;

Planning (perencanaan) adalah sebuah proses yang harus dimulai dengan

merumuskan tujuan puskesmas sampai dengan menetapkan alternatif kegiatan

untuk mencapainya.

Organizing (pengorganisasian) adalah serangkaian kegiatan manajemen

untuk menghimpun semua sumber daya yang dimiliki puskesmas dan

memanfaatkan secara efesien untuk mencapai tujuan puskesmas.

Actuating (penggerakan pelaksanaan) adalah proses pembimbingan

kepada staf agar mampu dan mau bekerja secara optimal menjalankan tugas-

tugasnya sesuai dengan kemampuan dan keterampilan yang dimiliki serta

dukungan sumber daya yang tersedia.

Controling (pengawasan/pembimbingan) adalah proses untuk mengamati

secara terus menerus pelaksanaan kegiatan sesuai rencana yang sudah

disusun dan mengadakan perbaikan jika terjadi penyimpangan.

Evaluating (penilaian) adalah proses untuk menentukan nilai atau tingkat

keberhasilan dari pelaksanaan suatu program dalam mencapai tujuan yang

telah ditetapkan atau suatu proses yang teratur dan sistematis dalam

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Empirikeprints.stiei-kayutangi-bjm.ac.id/851/3/BAB II.pdf · 2019. 10. 7. · 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Empirik Melakukan penelitian

20

membandingkan hasil yang dicapai dengan tolak ukur atau kriteria yang telah

ditetapkan, dilanjutkan dengan pengambilan kesimpulan serta memberikan

saran-saran yang dapat dilakukan pada setiap tahap dari pelaksanaan program

( Azwar,2010)

2.2.3.2 Model Manajemen Puskesmas

Untuk dapat mewujutkan visi,misi dan tujuan Puskesmas diperlukan

model manajemen yang cocok dan efektif untuk Puskesmas. Menurut

Endang S (2010)

Beberapa model manajemen Puskesmas antara lain Model Manajemen

ARRIF, Model Manajemen ERIIME, Model Manajemen POAC/E dan Model

Manajemen P1- P2-P3.

Sesuai dengan Petunjuk Teknis BOK Model yang digunanakan

dalam manajemen Puskesmas adalah Model Manajemen P1-P2-P3

(Kementerian Kesehatan, 2012). Manajemen Puskemas terdiri dari P1

(Perencanaan), P2 (Penggerakan dan Pelaksanaan), dan P3

(Pengawasan,Pengendalian dan Penilaian).

a. P1 (Perencanaan) Puskesmas : Microplanning Puskesmas.

Microplanning puskesmas adalah penyusunan rencana lima tahunan

dengan tahapan tiap-tiap tahun ditingkat puskesmas.

Tujuan umum microplanning puskesmas adalah meningkatkan cakupan

pelayanan program prioritas yang mempunyai daya ungkit terbesar

terhadap penurunan angka kematian bayi, anak balita dan fertilitas dalam

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Empirikeprints.stiei-kayutangi-bjm.ac.id/851/3/BAB II.pdf · 2019. 10. 7. · 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Empirik Melakukan penelitian

21

wilayah kerjanya yang pada gilirannya dapat meningkatkan fungsi

puskesmas. Sedangkan tujuan khususnya adalah (1) Mengembangkan

dan membina pos-pos pelayanan terpadu KB Kesehatan di desa-desa

wilayah kerja Puskemas, sesuai dengan kemampuan yang dimiliki dan

masalah yang dihadapi sehingga dapat dilaksanakan secara efektif dan

efesien. (2) Meningkatkan peran serta mayarakat dalam pelayanan

kesehatan dan (3) meningkatkan kemampuan staf puskesmas dalam

berfikir secara analitik dan mendorong untuk berinisiatif untuk

mengembangkan ,kreasi dan motivasi (Depkes, 1989)

b. P2 (Penggerakan dan Pelaksanaan)

Tujuan penggerakan dan pelaksanaan puskesmas adalah meningkatkan

fungsi puskesmas melalui peningkatan kemampuan tenaga puskesmas

untuk bekerja sama dalam tim dan membina kerja sama lintas program dan

lintas sektor. Komponen P2 Puskesmas dilakukan melalui lokakarya mini

puskesmas yang terdiri dari empat komponen yang meliputi :

(1) Penggalangan kerja sama tim yaitu lokakarya yang dilaksanakan

setahun sekali di dalam rangka meningkatkan kerja sama antara

petugas puskesmas untuk meningkatkan fungsi puskesmas, melalui

suatu proses dinamika kelompok yang diikuti dengan analisis beban

kerja masing-masing tenaga yang dikaitkan dengan berbagai

kelemahan penampilan kerja puskesmas menurut hasil Stratifikasi

Puskesmas.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Empirikeprints.stiei-kayutangi-bjm.ac.id/851/3/BAB II.pdf · 2019. 10. 7. · 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Empirik Melakukan penelitian

22

(2) Penggalangan kerja sama lintas sektor yaitu dalam rangka

meningkatkan peran serta masyarakat dan dukungan sektor-sektor

terkait melalui suatu pertemuan lintas sektor setahun sekali.

(3) Rapat kerja tribulanan lintas sektor, sebagai tindak lanjut pertemuan

penggalangan kerja sama lintas sector untuk mengkaji hasil kegiatan

kerja sama dan memecahkan masalah yang dihadapi.

(4) Lokakarya mini bulanan puskesmas yaitu pertemuan antar tenaga

puskesmas pada setiap akhir bulan untuk mengevaluasi pelaksanaan

kerja bulan yang lalu dan membuat rencana kegiatan di bulan yang

akan datang.

Adapun tujuan Lokakarya mini puskesmas adalah

a. Disampaikannnya hasil rapat dari tingkat kabupaten, kecamatan dan

lain sebagainya.

b. Diketahuinya hasil dan evaluasi kegiatan puskesmas bulan yang lalu

c. Diketahuinya hambatan dan masalah dalam pelaksanaan kegiatan bulan lalu

d. Dirumuskannya cara pemecahan masalah

e. Disusunnya rencana kerja harian petugas selama satu bulan

yang akan datang

f. Diberikannya tambahan pengetahun baru bagi pesrta rapat

g. Disusunnya Plan of Action (POA) baik POA tahunan maupun bulanan

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Empirikeprints.stiei-kayutangi-bjm.ac.id/851/3/BAB II.pdf · 2019. 10. 7. · 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Empirik Melakukan penelitian

23

h. Diketahuinya masalah di Puskesmas berdasarkan hasil stratifikasi

puskesmas. (Endang S, 2011)

c. P3 (Pengawasan, Pengendalian dan Penilaian) : Stratifikasi Puskesmas

Stratifikasi puskesmas adalah upaya untuk melakukan penilaian prestasi

kerja Puskesmas dengan mengelompokkan puskesmas dalam tiga strata

puskesmas yaitu puskesmas dengan prestasi kerja baik (strata I), puskesmas

dengan prestasi kerja cukup (Strata II), puskesmas dengan prestasi kerja

kurang (strata III)

2.2.3.3 Perencanaan Tingkat Puskesmas

Sesuai dengan pedoman perencanaan tingkat puskesmas (Depkes, 2006)

penyusunan Perencanaan Tingkat Puskesmas dilakukan melalui 4 (empat)

tahap sebagai berikut :

2.2.3.2.1 Tahap Persiapan

Pada tahap ini staf puskesmas yang terlibat dalam proses penyusunan

Perencanaan Tingkat Puskesmas agar memperoleh kesamaan pandangan dan

pengetahuan untuk melaksanakan tahap-tahap perencanaan. Tahap ini

dilakukan dengan cara :

1. Kepala Puskesmas membentuk Tim Penyusun Perencanaan

Tingkat Puskesmas yang anggotanya terdiri dari staf puskesmas.

2. Kepala Puskesmas menjelaskan tentang pedoman Perencanaan

Tingkat Puskesmas kepada tim agar dapat memahami pedoman tersebut

demi keberhasilan penyusunan Perencanaan Tingkat Puskesmas.

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Empirikeprints.stiei-kayutangi-bjm.ac.id/851/3/BAB II.pdf · 2019. 10. 7. · 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Empirik Melakukan penelitian

24

3. Puskesmas mempelajari kebijakan dan pengarahan yang telah ditetapkan

oleh Dinas Kesehatan Kabupaten.

2.2.3.2.2 Tahap Analisis Situasi

Tahap ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi mengenai keadaan

dan permasalahan yang dihadapi puskesmas melalui proses analisis terhadap

data yang dikumpulkan. Tim yang telah disusun oleh Kepala Puskesmas

melakukan pengumpulan data. yaitu data umum dan data khusus.

1. Data Umum

a. Peta wilayah kerja serta fasilitas pelayanan. Data wilayah ini

mencakup luas wilayah, jumlah desa.

b. Data sumber daya (Puskesmas,termasuk Puskesmas Pembantu dan

Bidan di Desa) yang mencakup : Ketenagaan, Obat dan bahan

habis pakai, peralatan, sumber pembiayaan (pusat, daerah,

masyarakat dan sumber lainnya) dan sarana dan prasarana.

c. Data Peran Serta Masyarakat. Data ini mencakup jumlah Posyandu,

kader, dukun bayi dan tokoh masyarakat.

d. Data Penduduk dan Sasaran Program

e. Data Sekolah

f. Data Kesehatan Lingkungan

2. Data Khusus (Hasil Penilaian Kinerja Puskesmas)

Status Kesehatan terdiri dari : a. Kejadian Luar Biasa (KLB), b. Cakupan

program pelayanan kesehatan 1 (satu) tahun terkhir dari setiap desa

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Empirikeprints.stiei-kayutangi-bjm.ac.id/851/3/BAB II.pdf · 2019. 10. 7. · 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Empirik Melakukan penelitian

25

(dapat dilihat dari laporan kinerja puskesmas), c. Hasil Survey (bila ada),

dapat dilakukan sendiri oleh puskesmas atau pihak lain.

2.2.3.2.3 Tahap Penyusunan Rencana Usulan Kegiatan (RUK)

Penyusunan Rencana Usulan Kegiatan (RUK) dilaksanakan

dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

a. Menyusun RUK bertujuan untuk mempertahankan kegiatan yang

sudah dicapai pada periode sebelumnya dan memperbaiki program yang

bermasalah.

b. Menyusun rencana kegiatan yang baru yang disesuaikan kondisi

kesehatan diwilayah kerja dan kemampuan puskesmas.

Penyusunan RUK terdiri dari 2 langkah yaitu Analisa Masalah dan Penyusunan Rencana Usulan Kegiatan.

1. Analisa Masalah

Analisa masalah dapat dilakukan melalui kesepakatan kelompok tim

penyusun perencanaan tingkat puskesmas dan konsil kesehatan

kecamatan/ badan penyantun puskesmas melalui tahapan :

a. Identifikasi Masalah

Masalah adalah kesenjangan antara harapan dan kenyataan .Identifikasi

masalah dilaksanakan dengan membuat daftar masalah yang

dikelompokkan menurut jenis program,cakupan,mutu, ketersediaan sumber

daya.

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Empirikeprints.stiei-kayutangi-bjm.ac.id/851/3/BAB II.pdf · 2019. 10. 7. · 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Empirik Melakukan penelitian

26

b. Menetapkan Urutan Prioritas Masalah

Mengingat adanya keterbatasan kemampuan mengatasi masalah sekaligus

ketidak tersediaan teknologi atau adanya keterkaitan satu masalah dengan

masalah lainnya, maka perlu dipilih masalah prioritas dengan jalan

kesepakatan tim. Bila tidak terjadi kesepakatan dapat ditempuh dengan

menggunakan keriteria lain. Dalam penentuan prioritas dapat

mempergunakan berbagai macam metode seperti USG, MCUA, Hanlon,

CARL dan sebagainya. Penetapan metode diserahkan dan disesuaikan

dengan kemampuan pemahaman petugas, situasi dan kondisi puskesmas.

c. Merumuskan Masalah

Hal ini mencakup apa masalahnya, siapa yang terkena masalahnya, berapa

besar masalahnya, dimana masalah itu terjadi dan bila mana masalah

itu terjadi (What, Who, When, Where and How)

d. Mencari Akar Penyebab Masalah

Mencari akar penyebab masalah dapat dilakukan antara lain dengan

menggunakan metode

1. Diagram sebab akibat dari ishikawa (fishbone)

2. Pohon masalah (problem trees)

e. Menetapkan Pemecahan Masalah

Menetapkan cara pemecahan masalah dapat dilakukan dengan

kesepakatan di antara tim. Bila tidak terjadi kesepakatan dapat digunakan

kriteria matriks. Untuk itu harus dicari alternatif pemecahan masalah. Brain

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Empirikeprints.stiei-kayutangi-bjm.ac.id/851/3/BAB II.pdf · 2019. 10. 7. · 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Empirik Melakukan penelitian

27

storming (curah pendapat) adalah suatu metoda untuk dapat

membangkitkan ide/gagasan

/pendapat tentang suatu topik atau masalah tertentu dari setiap anggota tim

dalam periode waktu yang singkat dan bebas dari kritik.

2. Penyusunan Rencana Usulan Kegiatan (RUK)

Penyusunan rencana usulan kegiatan (RUK) meliputi upaya kesehatan

wajib, upaya kesehatan pengembangan dan upaya kesehatan

pengembangan dan upaya kesehatan penunjang yang meliputi :

Kegiatan tahun yang akan datang (meliputi kegiatan rutin,

sarana/prasarana, operasional dan program hasil analisis masalah).

Kebutuhan sumber daya berdasarkan ketersediaan sumber daya

yang ada pada tahun sekarang.

Rekapitulasi rencana usulan kegiatan dan sumber daya yang

dibutuhkan ke dalam format RUK puskesmas.

Rencana usulan kegiatan disusun dalam bentuk matriks dengan

memperhatikan berbagai kebijakan yang berlaku, baik kesepakatan

global, nasional, maupun daerah sesuai dengan masalah yang

ada sebagai hasil kajian data dan informasi yang tersedia di

puskesmas.

1. RUK Upaya Kesehatan Wajib

a. Menyusun RUK Upaya kesehatan wajib ke dalam matriks

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Empirikeprints.stiei-kayutangi-bjm.ac.id/851/3/BAB II.pdf · 2019. 10. 7. · 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Empirik Melakukan penelitian

28

b. Mengajukan RUK Upaya kesehatan wajib ke Dinas

Kesehatan Kabupaten untuk mendapat pembahasan

pembiayaannya. Apabila sumber pembiayaan berasal dari non

pemerintah maka diusulkan kepada yang bersangkutan.

c. Waktu penyusunan RUK dilaksanakan dengan memperhatikan

siklus perencanaan Kabupaten. RUK harus sudah selesai atau

sudah diterima Dinas Kesehatan sebelum dilakukan

pembahasan anggaran dengan Tim Anggaran Kabupaten.

2. RUK Upaya Kesehatan Pengembangan a. Identifikasi Upaya kesehatan Pengembangan

Upaya kesehatan pengembangan dapat dipilih dari daftar upaya

kesehatanPuskesmas yang telah ada atau dapat berupa

inovasi yang dikembangkan sesuai dengan permasalahan

kesehatan yang terjadi diwilayah kerja puskesmas.

Apabila puskesmas mempunyai kemampuan, identifikasi

masalah dapat dilakukan bersama masyarakat melalui

pengumpulan data secara langsung dilapangan dengan metoda

Survey Mawas Diri (SMD). Tetapi jika kemampuan tidak dimiliki

oleh puskesmas maka identifikasi dilakukan melalui kesepakatan

kelompok (Delbecq Technique) oleh petugas puskesmas.

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Empirikeprints.stiei-kayutangi-bjm.ac.id/851/3/BAB II.pdf · 2019. 10. 7. · 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Empirik Melakukan penelitian

29

Dari hasil identifikasi ini kemungkinan akan muncul usulan

puskesmas yang sangat beragam. Dengan pertimbangan

kondisi sumber daya yang ada, baik tenaga, sarana maupun

biaya maka perlu dibuat penyusunan prioritas.

b. Menyusun RUK Upaya Kesehatan Pengembangan dalam

bentuk matriks

c. Mengajukan RUK Upaya Kesehatan Pengembangan

RUK upaya pengembangan diajukan ke Dinas Kesehatan

kabupaten bersama dengan RUK upaya kesehatan wajib untuk

dibahas pembiayaannya di Kabupaten. Puskesmas dapat

melibatkan potensi yang ada di wilayahnya untuk ikut serta

dalam pembiayaan kesehatan. Penggalangan dana dapat

dilakukan kepada masyarakat, perusahaan, swasta atau

Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) melalui advokasi dan

sosialisasi rencana kegiatan yang telah disusun dengan

didukung oleh data yang telah diolah, sehingga dapat

dipahami oleh masyarakat dan mitra kerja puskesmas.

2.2.3.2.4 Tahap Penyusunan Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK)

Tahap penyusunan RPK baik upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan

pengembangan, upaya kesehatan penunjang maupun upaya inovasi

dilaksanakan secara bersama-sama, terpadu dan terintegrasi. Hal ini sesuai

dengan azas penyelenggaraan Puskesmas yaitu keterpaduan. Langkah

langkah penyusunan RPK adalah :

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Empirikeprints.stiei-kayutangi-bjm.ac.id/851/3/BAB II.pdf · 2019. 10. 7. · 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Empirik Melakukan penelitian

30

o Mempelajari alokasi kegiatan dan biaya yang telah disetujui

o Membandingkan alokasi kegiatan yang disetujui dengan RUK

yang diusulkan dan situasi pada saat penyusunan RPK

o Menyusun rancangan awal, rincian dan volume kegiatan yang

dilaksanakan serta sumber daya pendukung menurut bulan dan

lokasi pelaksanaan.

o Mengadakan Lokakarya Mini Tahunan untuk membahas

kesepakatan RPK.

Penyusunan RPK tahunan dilaksanakan pada awal bulan pertama

tahun berjalan Membuat RPK yang telah disusun dalam bentuk

matriks.

2.2.4 Sumber Pembiayaan Puskesmas

Anggaran yang dialokasikan ke puskesmas terdiri dari Anggaran

Pendapatan Belanja Daerah (APBD), subsidi Pusat kepada Pemerintah

Daerah, dan Bantuan Luar Negri (BLN). Masing-masing sumber tersebut

mempunyai rincian kegiatan yang harus dipertanggungjawabkan. Alokasi

anggaran tersebut dalam implementasinya menjadi terkotak-kotak

(fragmented), karena anggaran yang sudah ditetapkan untuk suatu

program tidak dapat dialihkan untuk program lain meskipun kebutuhan

program tersebut sangat mendesak. Kondisi ini menyebabkan penggunaan

anggaran menjadi tidak fleksibel dan tidak efisien.

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Empirikeprints.stiei-kayutangi-bjm.ac.id/851/3/BAB II.pdf · 2019. 10. 7. · 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Empirik Melakukan penelitian

31

Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan

Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

antara Pemerintah Pusat dan Daerah, memperlihatkan bahwa sebagian

besar urusan Pemerintahan telah diserahkan kepada Daerah termasuk

Bidang Kesehatan. Konsekuensi logis dari penyerahan ini adalah segala

sesuatu yang menyangkut perencanaan, pembiayaan dan pelaksanaan

sepenuhnya menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah.

(Bappenas,2012)

2.2.5. Pengertian Standar Pelayanan Minamal (SPM) Bidang

Kesehatan

SPM sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor

65 Tahun 2005 Tentang Pedoman penyusunan dan Penerapan

Standar Pelayanan Minimal pasal 8 ayat (1) menyatakan bahwa untuk

mendukung penerapan SPM, Menteri yang bersangkutan menyusun

petunjuk teknis yang ditetapkan dengan Peraturan Menteri. Dalam hal

penerapan SPM pasal 9 ayat (1) menyatakan bahwa Pemerintah Daerah

menerapkan SPM sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Peraturan

Menteri. Ayat (2) SPM yang telah ditetapkan Pemerintah Daerah untuk

penyusunan perencanaan dan penganggaran penyelenggaraan Pemerintah

Daerah. Ayat (3) Pemerintah Daerah menyusun rencana pencapaian

SPM yang memuat target tahunan pencapaian SPM dengan mengacu

pada batas waktu pencapaian SPM sesuai dengan Peraturan

Menteri.(Bappenas,2012)

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Empirikeprints.stiei-kayutangi-bjm.ac.id/851/3/BAB II.pdf · 2019. 10. 7. · 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Empirik Melakukan penelitian

32

SPM bidang kesehatan disusun dengan prinsip-prinsip sebagai berikut :

a. Diterapkan pada urusan wajib.

b. Diberlakukan untuk seluruh daerah kabupaten /kota

c. Menjamin akses masyarakat mendapat pelayanan dasar tanpa

mengorbankan mutu dan mempunyai dampak luas pada masyarakat

(Positive Health Externality)

d. Merupakan indikator kinerja bukan sekedar standar teknis, dikelola

dengan manajerial professional sehingga tercapai efesiensi dan

efektifitas penggunaan sumber daya

e. Bersifat dinamis

f. Ditetapkan dalam rangka penyelenggaraan pelayanan kesehatan

dasar

Beberapa pendapat ahli seperti (Schroeder,1994, Moss & Barrch 2002;

Reason,2002) yang dikutip oleh Aditama (2010) menyatakan bahwa

manfaat standar dalam pelayanan adalah mengurangi variasi proses, dasar

untuk mengukur mutu dan kinerja, keamanan/kesalamatan klien (client

safety) dan petugas penyedia pelayanan.

SPM yang digunakan oleh Departemen Kesehatan (2008) diatur dalam

Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 741/MENKES/PER/VII/2008 pada

Bab II pasal 2 ayat (1) menyatakan bahwa Kabupaten /Kota

menyelenggarakan pelayanan kesehatan sesuai SPM kesehatan. Ayat (2)

SPM kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berkaitan dengan

pelayanan kesehatan yang meliputi jenis pelayanan beserta indikator

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Empirikeprints.stiei-kayutangi-bjm.ac.id/851/3/BAB II.pdf · 2019. 10. 7. · 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Empirik Melakukan penelitian

33

kinerja dan target Tahun 2010-Tahun 2015;

a. Pelayanan Kesehatan Dasar;

1. Cakupan kunjungan Ibu hamil K4 95% pada tahun 2015

2. Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani 80% pada tahun 2015

3. Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang

memiliki kompetensi kebidanan 90% pada tahun 2015

4. Cakupan nifas 90% pada tahun 2015

5. Cakupan neonatus dengan komplikasi yang ditangani 80% pada tahun

2010

6. Cakupan kunjungan bayi 90% pada tahun 2010

7. Cakupan Desa/kelurahan Universal Child Immunization (UCI) 100%

pada tahun 2010

8. Cakupan pelayanan anak balita 90% pada tahun 2010

9. Cakupan pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6-

24 bulan keluarga miskin 100% pada tahun 2010

10. Cakupan balita gizi buruk mendapat Perawatan 100% pada tahun 2010

11. Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat 100%

pada tahun 2010

12. Cakupan peserta KB aktif 70% pada tahun 2010

13. Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit 100%

pada tahun 2010

14. Cakupan pelayanan kesehatan dasar masyarakat miskin 100%

pada tahun 2015

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Empirikeprints.stiei-kayutangi-bjm.ac.id/851/3/BAB II.pdf · 2019. 10. 7. · 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Empirik Melakukan penelitian

34

b. Pelayanan Kesehatan Rujukan

1. Cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin

100% pada tahun 2015

2. Cakupan pelayanan gawat darurat level 1 yang harus diberikan

sarana kesehatan (RS) di Kabupaten/kota 100% pada tahun 2015

c. Penyelidikan epidemiologi dan penanggulangan Kejadian Luar

Biasa/KLB.

Cakupan Desa/Kelurahan mengalami KLB yang dilakukan

penyelidikan epidemiologi <24 jam 100% pada tahun 2015.

d. Promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat. Cakupan Desa Siaga Aktif 80% pada tahun 2015

2.2. 6 Bantuan Operasional Kesehatan (BOK)

2.2.6.1 Defenisi Bantuan Operasional Kesehatan (BOK)

Sesuai dengan Petunjuk Teknis Nomor : 2556/Menkes/Per/XII/2011 BOK

(Kemenkes, 2012) adalah bantuan dana dari Pemerintah melalui

Kementerian Kesehatan dalam membantu pemerintahan kabupaten dan

pemerintahan kota melaksanakan pelayanan kesehatan sesuai SPM

kesehatan menuju Millenium Development Goals (MDGs) dengan

meningkatkan kinerja puskesmas dan jaringannya serta Upaya

Kesehatan Bersumber daya Masyarakat (UKBM) dalam

menyelenggarakan pelayanan kesehatan promotif dan preventif.

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Empirikeprints.stiei-kayutangi-bjm.ac.id/851/3/BAB II.pdf · 2019. 10. 7. · 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Empirik Melakukan penelitian

35

2.2.6.2 Tujuan

Tujuan umum adalah meningkatnya akses dan pemerataan pelayanan

kesehatan masyarakat utamanya kegiatan promotif dan preventif

untuk mewujudkan pelayanan kesehatan sesuai SPM bidang

kesehatan dengan fokus pencapaian target millennium Development

goals (MDGs) pada tahun 2015.

Tujuan khusus adalah ;

a. Meningkatnya cakupan puskesmas dalam pelayanan yang bersifat

promotif dan preventif

b. Tersedianya dukungan biaya untuk upaya pelayanan kesehatan yang

bersifat promotif dan preventif bagi masyarakat

c. Terselenggaranya proses lokakarya mini di puskesmas dalam

perencanaan pelayanan kesehatan bagi masyarakat

2.6.4 Kebijakan Operasional BOK

Kebijakan Operasional Pelaksanaan kegiatan BOK adalah sebagai berikut :

a. Bantuan Pemerintah untuk pelayanan kesehatan, diutamakan upaya

promotif dan preventif.

b. Merupakan APBN Kementerian Kesehatan, penyalurannya melalui

mekanisme Tugas Pembantuan ke Kabupaten/Kota.

c. Pemerintah Daerah tidak mengurangi alokasi APBD untuk Puskesmas.

d. Alokasi dana BOK kabupaten/Kota ditetapkan SK Menteri Kesehatan.

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Empirikeprints.stiei-kayutangi-bjm.ac.id/851/3/BAB II.pdf · 2019. 10. 7. · 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Empirik Melakukan penelitian

36

e. Dana BOK terdiri dari manajemen kabupaten/kota dan Operasional

Puskesmas.

f. Alokasi Dana BOK per puskesmas ditetapkan oleh Kepala Dinas

Kesehatan Kabupaten/Kota.

g. Dana BOK dimanfaatkan untuk mendukung kegiatan

puskesmas dan jaringannya (Poskesdes dan Posyandu)

h. Pemanfaatan dana BOK didasarkan pada hasil rencana aksi yang

disepakati dalam lokakarya mini puskesmas yang

diselenggarakan secara periodik (bulanan dan tribulanan)

i. Besaran satuan biaya mengacu pada standar biaya tahun berjalan

j. Pelaksanaan kegiatan di Puskesmas berpedoman pada prinsip

keterpaduan, kewilayahan, efisien dan efektif

2.6.5 Ruang Lingkup Kegiatan BOK

Sesuai dengan Petunjuk Teknis BOK Tahun 2012 (Kementerian

Kesehatan, 2012) ruang lingkup kegiatan BOK adalah sebagai berikut :

a. Upaya Kesehatan yang meliputi :

a. Kesehatan Ibu dan Anak Serta Keluarga Berencana

b. Imunisasi

c. Perbaikan Gizi Masyarakat

d. Promosi Kesehatan

e. Kesehatan Lingkungan

f. Pengendalian Penyakit

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Empirikeprints.stiei-kayutangi-bjm.ac.id/851/3/BAB II.pdf · 2019. 10. 7. · 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Empirik Melakukan penelitian

37

b. Penunjang pelayanan kesehatan yang meliputi :

a. Pembelian Bahan Kontak

b. Refreshing/penyegaran/orientasi kader kesehatan

c. Rapat Koordinasi dengan lintas sektor/tokoh masyarakat/tokoh

agama/ kader kesehatan

d. Operasional Posyandu dan Poskesdes

c. Penyelenggaraan manajemen kesehatan, meliputi :

a. Perencanaan Tingkat Puskesmas berupa penyusunan

kegiatan rencana kegiatan secara terpadu dengan

mengintegrasikan berbagai sumber dana yang ada

b. Lokakarya mini puskesmas berupa kegiatan penyusunan

rencana aksi bulanan

c. (POA bulanan) termasuk kegiatan kegiatan yang dibiayai dari

BOK

d. Evaluasi berupa kegiatan penilaian pencapaian program

dan kegiatan puskesmas dalam kurun waktu satu tahun dari

yang direncanakan

d. Pemeliharaan ringan yaitu dalam rangka meningkatkan kualitas

pelayanan di puskesmas, maksimal 5 % dari total dana BOK puskemas

dapat dimanfaatkan untuk pemeliharaan ringan di puskesmas dan

jaringannya.

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Empirikeprints.stiei-kayutangi-bjm.ac.id/851/3/BAB II.pdf · 2019. 10. 7. · 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Empirik Melakukan penelitian

38

2.6.6 Kegiatan yang dapat Dibiayai BOK

Kegiatan yang dapat dibiayai yaitu :

a. Pendataan sasaran (ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, bayi,

balita, kasus resiko tinggi, rumah tangga, siswa, sekolah,

pasangan usia subur, wanita usia subur, tempat-tempat umum,

dll)

b. Surveilens

c. Kunjungan rumah/lapangan

d. Pelayanan di Posyandu

e. Kegiatan sweeping, penjaringan dan penemuan kasus

f. Pengambilan spesimen

g. Pengendalian dan pemberantasan vektor

h. Kegiatan Promosi kesehatan

i. Kegiatan pemantauan

j. Pengambilan vaksin

k. Rujukan dari Poskesdes ke Puskesmas dan atau dari

Puskesmas ke Rumah Sakit terdekat untuk kasus KIA resiko

tinggi dan komplikasi kebidanan bagi peserta jampersal

l. PMT penyuluhan dan PMT untuk balita 6-59 bulan dengan gizi

kurang

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Empirikeprints.stiei-kayutangi-bjm.ac.id/851/3/BAB II.pdf · 2019. 10. 7. · 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Empirik Melakukan penelitian

39

2..2.6.7 Mekanisme Pendanaan

Dana BOK bersumber dari dana APBN adalah merupakan dana Tugas

Pembantuan (TP). Dalam penggunaan uang ada beberapa koridor bahwa

dana BOK tidak boleh digunakan untuk membiayai beberapa hal seperti:

Upaya kuratif dan rehabilitatif, gaji,uang lembur, insentif, pemerliharaan

gedung (sedang dan berat), pemeliharaan kenderaan, biaya listrik, telepon

dan air. Pengadaan obat, vaksin dan alat kesehatan. Penggunaan dana

sesuai dengan Standar Biaya Umum (SBU) yang berlaku. Bila tidak ada

dalam standar biaya umum maka dapat digunakan besaran satuan biaya

sesuai dengan kebutuhan real cost, atau mengacu pada Plan Of Action

(POA) yang ditandatangani oleh Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) dan

membuat Surat Pernyataan Tanggung jawab Mutlak (SPTJM).

Anggaran Pembangunan Daerah (APBD) membiayai kegiatan yang tidak

masuk dalam lingkup kegiatan BOK .Dana BOK, APBD dan sumber lainnya

harus harus saling mengisi/sinergi untuk mendukung kegiatan puskesmas.