bab ii tinjauan pustaka 2.1 definisi dan kinerja proyek 2

16
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Kinerja Proyek 2.1.1 Definisi Proyek Menurut Husen (2009), proyek adalah gabungan dari sumber- sumber daya seperti manusia, material, peralatan dan modal/biaya yang dihimpun dalam suatu wadah organisasi sementara untuk mencapai sasaran dan tujuan. Sedangkan menurut Larson (2006) sebuah proyek adalah usaha yang kompleks, tidak rutin, yang dibatasi oleh waktu, anggaran, sumber daya dan spesifikasi kinerja yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. Menurut PMBOK Guide (2004) yang dikutip oleh Santosa (2009) sebuah proyek memiliki beberapa karakteristik penting yang terkandung didalamnya yaitu : a. Sementara (temporary), berarti setiap proyek selalu memiliki jadwal yang jelas kapan dimulai dan kapan diselesaikan. Sebuah proyek berakhir jika tujuannya telah tercapai atau kebutuhan terhadap proyek itu tidak ada lagi sehingga proyek tersebut dihentikan. b. Unik, artinya bahwa setiap proyek menghasilkan suatu produk, solusi, service atau output tertentu yang berbeda-beda satu dan lainnya. c. Progressive elaboration, adalah karakteristik proyek yang berhubungan dengan dua konsep sebelumnya yaitu sementara dan unik. Setiap proyek terdiri dari langkah-langkah yang terus berkembang dan berlanjut sampai proyek berakhir. Setiap langkah semakin memperjelas tujuan proyek.

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Kinerja Proyek 2

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi dan Kinerja Proyek

2.1.1 Definisi Proyek

Menurut Husen (2009), proyek adalah gabungan dari sumber-

sumber daya seperti manusia, material, peralatan dan modal/biaya yang

dihimpun dalam suatu wadah organisasi sementara untuk mencapai

sasaran dan tujuan. Sedangkan menurut Larson (2006) sebuah proyek

adalah usaha yang kompleks, tidak rutin, yang dibatasi oleh waktu,

anggaran, sumber daya dan spesifikasi kinerja yang dirancang untuk

memenuhi kebutuhan pelanggan.

Menurut PMBOK Guide (2004) yang dikutip oleh Santosa (2009)

sebuah proyek memiliki beberapa karakteristik penting yang terkandung

didalamnya yaitu :

a. Sementara (temporary), berarti setiap proyek selalu memiliki jadwal

yang jelas kapan dimulai dan kapan diselesaikan. Sebuah proyek

berakhir jika tujuannya telah tercapai atau kebutuhan terhadap

proyek itu tidak ada lagi sehingga proyek tersebut dihentikan.

b. Unik, artinya bahwa setiap proyek menghasilkan suatu produk,

solusi, service atau output tertentu yang berbeda-beda satu dan

lainnya.

c. Progressive elaboration, adalah karakteristik proyek yang

berhubungan dengan dua konsep sebelumnya yaitu sementara dan

unik. Setiap proyek terdiri dari langkah-langkah yang terus

berkembang dan berlanjut sampai proyek berakhir. Setiap langkah

semakin memperjelas tujuan proyek.

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Kinerja Proyek 2

7

Menurut Santosa (2009), berdasarkan jenis pekerjaannya, proyek

diklasifikasikan antara lain sebagai berikut:

a. Proyek konstruksi. Proyek ini biasanya berupa pekerjaan

membangun atau membuat produk fisik. Sebagai contoh adalah

pembangunan jalan raya, gedung atau jembatan.

b. Proyek penelitian atau pengembangan. Proyek ini bisa berupa

penemuan produk baru, alat baru dan lain-lain.

c. Proyek yang berhubungan dengan manajemen jasa. Proyek ini sering

muncul dalam perusahaan maupun instansi pemerintahan.

Dikarenakan bahwa proyek mempunyai karakteristik tertentu yang

berbeda dengan aktivitas lain dengan demikian diperlukan adanya

manajemen proyek. Sedangkan manajemen proyek adalah aplikasi

pengetahuan, ketrampilan, alat dan teknik dalam aktifitasaktifitas proyek

untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan proyek (PMBOK 2004).

Berdasarkan definisi tersebut di atas dapat disimpulkan manajemen

proyek adalah penerapan ilmu pengetahuan, keahlian dan ketrampilan,

cara teknis yang terbaik dan dengan sumber daya yang terbatas, untuk

mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditentukan agar mendapatkan

hasil yang optimal dalam hal kinerja biaya, mutu dan waktu serta

keselamatan kerja (Husen, 2009).

2.1.2 Kinerja Proyek

Kinerja Proyek merupakan bagaimana cara kerja proyek tersebut

dengan membandingkan hasil kerja nyata dengan perkiraan cara kerja

pada kontrak kerja yang disepakati oleh pihak owner dan kontraktor

pelaksana. Soeharto (2001) mengemukakan suatu contoh dimana dapat

terjadi bahwa dalam laporan suatu kegiatan dalam proyek berlangsung

lebih cepat dari jadwal sebagaimana yang diharapkan. Akan tetapi

ternyata biaya yang dikeluarkan melebihi anggaran. Bila tidak segera

dilakukan tindakan pengendalian, maka dapat berakibat proyek tidak

dapat diselesaikan secara keseluruhan karena kekurangan dana.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Kinerja Proyek 2

8

Untuk memudahkan pengendalian proyek, pengelola proyek

seharusnya mempunyai acuan sebagai sasaran dan tujuan pengendalian.

Oleh karena itu, indikator-indikator tujuan akhir pencapaian proyek

haruslah ditampilkan dan dijadikan pegangan selama pelaksanaan

proyek. Indikator yang biasanya menjadi sasaran pencapaian tujuan akhir

proyek adalah indikator kinerja biaya, indikator kinerja waktu, indikator

kinerja mutu dan indikator kinerja K3.

2.2 Pengendalian Waktu dan Biaya Proyek

2.2.1 Pengendalian Waktu Proyek

Penjadwalan dibuat untuk menggambarkan perencanaan dalam

skala waktu. Penjadwalan menentukan kapan aktivitas dimulai, ditunda,

dan diselesaikan, sehingga pembiayaan dan pemakaian sumber daya

akan disesuaikan waktunya menurut kebutuhan yang akan ditentukan.

Unsur utama dari penjadwalan adalah peramalan (forecasting),

walaupun perlu disadari bahwa perubahan-perubahan dapat saja terjadi

di masa mendatang dan akan mempengaruhi pola rencananya sendiri.

Lamanya waktu penyelesaian proyek berpengaruh besar dengan

pertambahan biaya proyek secara keseluruhan. Maka dari itu dibutuhkan

laporan progress harian, mingguan maupun bulanan untuk melaporkan

hasil pekerjaan dan waktu penyelesaian untuk setiap item pekerjaan

proyek dan dibandingkan dengan waktu penyelesaian rencana agar waktu

penyelesaian dapat terkontrol setiap periodenya.

Mengenai adanya perubahan-perubahan yang selalu terjadi pada

saat pelaksanaan, maka faktor-faktor yang harus diperhatikan untuk

membuat jadwal yang cukup efektif yaitu:

1. Jadwal tersebut harus dapat dipertanggungjawabkan secara teknis.

2. Disusun berdasarkan perkiraan yang akurat dimana perkiraan waktu,

sumber daya, serta biaya dibandingkan dengan kegiatan pada proyek

sebelumnya.

3. Sesuai dengan sumber daya yang tersedia.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Kinerja Proyek 2

9

4. Sesuai dengan penjadwalan proyek lain, yang mempergunakan

sumber daya yang sama.

5. Fleksibel terhadap perubahan-perubahan, misalnya perubahan

spesifikasi proyek.

6. Mendetail dipakai sebagai alat pengukur hasil yang di capai dan

pengendalian kemajuan proyek.

7. Dapat menampilkan kegiatan pokok yang kritis.

Teknis penjadwalan proyek juga dapat menggunakan bar chart. Ini

bertujuan untuk mengidentifikasi unsur waktu dan urutan dalam

merencanakan suatu kegiatan, terdiri dari waktu mulai, waktu selesai,

dan pada saat pelaporan.

Penggambaran bar chart terdiri dari kolom dan baris. Pada kolom

tersusun urutan kegiatan yang disusun secara berurutan. Pada baris

menunjukkan periode waktu yang dapat berupa hari, minggu, ataupun

bulan. Selain metode bar chart dapat juga dipakai metode kurva S yang

merupakan hasil plot dari bar chart. Kurva S bertujuan untuk

mempermudah melihat kegiatan-kegiatan yang masuk dalam suatu

jangka waktu pengamatan progress pelaksanaan proyek.

Kurva S merupakan gambaran diagram % (persen) kumulatif biaya

yang diplot pada suatu sumbu, dimana sumbu x menyatakan satuan

waktu sepanjang durasi proyek dan sumbu y menyatakan nilai % (persen)

kumulatif biaya selama durasi proyek tersebut. Grafik dari

hasil pembuatan kurva S dapat menunjukkan apakah proyek tersebut

mengalami keterlambatan atau tidak. Dengan kurva S juga dapat dilihat

instensitas pekerjaan. Kemiringan curam menunjukkan pada saat itu

pekerjaan besar (intensitas tinggi) dan kemiringan andai menunjukkan

pekerjaan pada saat itu sedikit seperti Gambar 2.1 di bawah ini.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Kinerja Proyek 2

10

Gambar 2.1 Grafik Kurva “S”

2.2.2 Pengendalian Biaya Proyek

Menurut Asiyanto (2005) Prakiraan anggaran biaya yang telah

dibuat pada tahap perencanaan digunakan sebagai patokan untuk

pengendalian biaya. Pengendalian biaya proyek diperlukan agar proyek

dapat terlaksana sesuai dengan biaya awal yang telah direncanakan.

Pada suatu proyek, manajer proyek perlu memperhatikan tentang

anggaran yang telah ditetapkan dalam perencanaan proyek, manajer tidak

dapat menafsirkan bahwa sebesar anggaran itulah akhir biaya proyek.

Anggaran adalah suatu perkiraan yang disusun berdasarkan informasi

yang tersedia pada saat pembuatan anggaran. Ada beberapa asumsi yang

digunakan untuk merumuskan ketidakpastian yang dihadapi proyek

sehingga menjadi bagian dari anggaran proyek. Oleh sebab itu, rencana

proyek yang dibuat sebelum dimulai dan dituangkan dalam Petunjuk

Operasional (PO) haruslah memuat sifat:

1. Rencana proyek yang mengalami perubahan selama proyek itu

berjalan.

2. Rencana proyek dapat menjadi landasan bersama semua pihak dalam

komunikasi mengenai proyek selama masa kerja proyek.

Waktu

Pro

gre

ss

Fis

ik (

%)

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Kinerja Proyek 2

11

BIAYA PROYEK

BIAYA

LANGSUNG

BIAYA TAK

LANGSUNG

MATERIALTENAGA

KERJA

SUB

KONTRAKTORALAT

OVERHEAD

KANTOR

OVERHEAD

LAPANGAN

Gambar 1.2 Komponen Biaya Proyek

Berdasarkan Gambar 2.2 di atas, biaya proyek pada proyek

konstruksi dibedakan menjadi dua jenis yaitu:

1. Biaya langsung adalah semua biaya yang langsung berhubungan

dengan pelaksanaan pekerjaan konstruksi dilapangan. Biaya-biaya

yang dikelompokkan dalam biaya langsung adalah biaya

bahan/material, biaya tenaga kerja/upah, biaya sub kontraktor dan

biaya peralatan (equipment).

2. Biaya tak langsung adalah semua biaya proyek yang tidak secara

langsung berhubungan dengan konstruksi di lapangan tetapi biaya

ini harus ada dan tidak dapat dilepaskan dari proyek tersebut. Biaya-

biaya yang dikelompokkan dalam biaya tidak langsung adalah biaya

overhead kantor dan overhead lapangan.

2.2.3 Pengendalian Kinerja Proyek

Menurut R. J. Mockler sebagaimana dikutip Soeharto (2001),

Pengendalian adalah usaha yang sistematis untuk menentukan standar

yang sesuai dengan sasaran perencanaan, merancang sistem informasi,

membandingkan pelaksanaan dengan standar menganalisa kemungkinan

adanya penyimpangan antara pelaksanaan dan standar, kemudian

mengambil tindakan pembetulan yang diperlukan agar sumber daya

digunakan efektif dan efisien dalam rangka mencapai sasaran.

Untuk dapat melakukan pengendalian perlu adanya perencanaan,

karena perencanaan dibuat sebagai bahan acuan bagi pelaksanaan

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Kinerja Proyek 2

12

pekerjaan yang meliputi spesifikasi teknik, jadwal, dan anggaran. Hal ini

diperlukan mengingat roses pengendalian berjalan sepanjang daur hidup

proyek guna mewujudkan performa yang baik di dalam setiap tahap.

Setiap operasi pekerjaan selalu diawali dengan membuat rencana,

kemudian selama berlangsungnya pelaksanaan harus diperhatikan upaya

mengukur hasil-hasil yang dicapai untuk dibandingkan terhadap rencana

semula.

Gambar 2.3 berikut merupakan langkah-langkah proses

Pengendalian Kinerja.

Gambar 2.2 Langkah-Langkah Proses Pengendalian Kinerja

Sumber: Dipohusodo (1996)

Upaya pengendalian merupakan proses pengukuran, evaluasi dan

membetulkan kinerja proyek. Untuk proyek konstruksi, ada tiga unsur

yang perlu dikendalikan dan diukur, yaitu (a) Kemajuan (progress) yang

dicapai dibandingkan terhadap kesepakatan kontrak, (b) Pembiayaan

terhadap rencana anggaran, dan (c) Mutu hasil pekerjaan terhadap

spesifikasi teknis.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Kinerja Proyek 2

13

Menurut Dipohusodo (1996), proses pengendalian kinerja dalam

pelaksanaan proyek konstruksi secara umum terdiri dari 3 langkah

pokok, yaitu:

1. Menetapkan standar kinerja. Standar ini dapat berupa biaya yang

dianggarkan dan jadwal.

2. Mengukur kinerja terhadap standar dengan jalan membandingkan

antara performansi aktual dengan standar performansi. Hasil

pekerjaan dan pengeluaran yang telah terjadi dibandingkan

dengan jadwal dan biaya yang telah direncanakan.

3. Melakukan tindakan koreksi apabila terjadi penyimpangan

terhadap standar yang telah ditetapkan.

2.3 Konsep Earn Value Analysis (Analisa Nilai Hasil)

Konsep Earned Value Analysis (Analisa Nilai Hasil) merupakan bagan

dari konsep Analisis Varians. Dimana dalam Analisis Varians hanya

menunjukkan perbedaan hasil kerja pada waktu pelaporan dibandingkan

dengan anggaran atau jadwalnya (PMBOK 2004). Adanya kelemahan dari

metode Analisis Varians adalah hanya menganalisa varians dan jadwal

masing-masing secara terpisah sehingga tidak dapat mengungkapkan masalah

kinerja kegiatan yang sedang dilakukan.

Konsep Earned Value Analysis (Analisa Nilai Hasil) adalah konsep

menghitung besarnya biaya yang menurut anggaran sesuai dengan pekerjaan

yang telah diselesaikan/dilaksanakan. Bila ditinjau dari jumlah pekerjaan yang

diselesaikan maka berarti konsep ini mengukur besarnya unit pekerjaan yang

telah diselesaikan, pada suatu waktu bila dinilai berdasarkan jumlah anggaran

yang disediakan untuk pekerjaan tersebut. Dengan perhitungan ini diketahui

hubungan antara apa yang sesungguhnya telah dicapai secara fisik terhadap

jumlah anggaran yang telah dikeluarkan. Dengan metode ini, dapat diketahui

kinerja proyek yang telah berlangsung, dengan demikian dapat dilakukan

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Kinerja Proyek 2

14

dengan langkah-langkah perbaikan bila terjadi penyimpangan dari rencana

awal proyek.

Ditinjau dari progress fisik pekerjaan berarti konsep ini untuk mengukur

besarnya unit pekerjaan yang telah diselesaikan pada waktu tertentu serta

dinilai berdasarkan jumlah anggaran yang disediakan untuk pekerjaan tertentu.

Flemming dan Koppelman yang dikutip oleh Soemardi, B.W., R.D.

Wirahadikusumah, M. Abduh dan N. Pujoartanto (2007) menjelaskan konsep

earned value analysis dibandingkan manajemen biaya tradisional. Seperti

dijelaskan pada Gambar 4, manajemen biaya tradisional hanya menyajikan dua

dimensi saja yaitu hubungan yang sederhana antara biaya aktual dengan biaya

rencana.

Dengan manajemen biaya tradisional, status kinerja tidak dapat diketahui.

Pada Gambar 4 dapat diketahui bahwa biaya aktual memang lebih rendah,

namun kenyataan bahwa biaya aktual yang lebih rendah dari rencana ini tidak

dapat menunjukkan bahwa kinerja yang telah dilakukan telah sesuai dengan

target rencana. Sebaliknya, konsep earned value analysis memberikan dimensi

yang ketiga selain biaya aktual dan biaya rencana. Dimensi yang ketiga ini

adalah besarnya pekerjaan secara fisik yang telah diselesaikan atau disebut

earned value/percent complete. Dengan adanya dimensi ketiga ini, seorang

manajer proyek akan dapat lebih memahami seberapa besar kinerja yang

dihasilkan dari biaya yang telah dikeluarkan (Gambar 2.4).

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Kinerja Proyek 2

15

Gambar 2.3 Perbandingan Manajemen Biaya Tradisional dengan Konsep

Earned Value Analysis.

Sumber: Soemardi dkk (2007)

2.3.1 Analisa Kinerja Proyek dengan Earned Value Analysis

Ada tiga elemen dasar yang menjadi acuan dalam menganalisa

kinerja dari proyek berdasarkan konsep earned value anlysis. Ketiga

elemen tersebut adalah:

1. Planned Value (PV), merupakan besarnya biaya yang dianggarkan

untuk pekerjaan yang dijadwalkan selama periode tertentu.

2. Actual Cost (AC) adalah jumlah biaya aktual yang dikeluarkan dari

pekerjaan yang sudah dilaksanakan sampai periode waktu tertentu.

3. Earned Value (EV) adalah jumlah biaya yang dianggarkan atau nilai

yang diterima dari penyelesaian pekerjaan yang telah dilaksanakan

selama periode waktu tertentu. Earned Value ini dihitung

berdasarkan akumulasi dari pekerjaan-pekerjaan yang telah

diselesaikan.

Dari ketiga besaran PV, AC dan EV tersebut dapat diperoleh

besaran-besaran lain yang akan memberikan informasi yang berbeda

mengenai status proyek atau penyimpangan-penyimpangan yang terjadi.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Kinerja Proyek 2

16

Besaran-besaran itu adalah Cost Variance (CV), Schedule Variance

(SV), Cost Performance Index (CPI) dan Schedule Performance Index

(SPI) yang dijelaskan pada Gambar 2.5.

Gambar 2.4 Grafik Kurva S Earned Value

Sumber: Soemardi dkk (2007)

1. Cost Variance (CV)

Cost Varians (CV) merupakan selisih antara nilai yang diperoleh

setelah menyelesaikan paket-paket pekerjaan dengan biaya aktual

yang terjadi selama pelaksanaan proyek. Cost variance positif

menunjukkan bahwa nilai paket-paket pekerjaan yang diperoleh

lebih besar dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan untuk

mengerjakan paket-paket pekerjaan tersebut. Sebaliknya, nilai

negatif menunjukkan bahwa nilai paket-paket pekerjaan yang

diselesaikan lebih rendah dibandingkan dengan biaya yang sudah

dikeluarkan (Soeharto, 2001).

.................................................................(1)

2. Schedule Variance (SV)

Schedule Variance (SV) digunakan untuk menghitung

penyimpangan antara PV dengan EV. Nilai positif menunjukkan

bahwa paket-paket pekerjaan proyek yang terlaksana lebih banyak

CV = EV – AC

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Kinerja Proyek 2

17

dibanding rencana. Sebaliknya nilai negatif menunjukkan kinerja

pekerjaan yang buruk karena paket-paket pekerjaan yang terlaksana

lebih sedikit dari jadwal yang direncanakan (Soeharto, 2001).

.................................................................(2)

Harga CV dan SV beserta artinya dapat dijelaskan seperti dalam

Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Harga CV dan SV

Varians

Jadwal

(SV)

Varians

Biaya

(CV)

Keterangan

Positif Positif Pekerjaan lebih cepat dari jadwal

dan biaya lebih kecil dari anggaran

Nol Positif Pekerjaan sesuai jadwal dan biaya

lebih kecil dari anggaran

Positif Nol Pekerjaan lebih cepat dan biaya

sesuai anggaran

Nol Nol Pekerjaan sesuai dengan jadwal dan

anggaran

Negatif Negatif Pekerjaan selesai terlambat dan

biaya lebih tinggi dari anggaran

Nol Negatif Pekerjaan terlaksana sesuai jadwal

dan biaya lebih tinggi dari anggaran

Negatif Nol Pekerjaan selesai terlambat dan

biaya sesuai anggaran

Negatif Positif Pekerjaan selesai terlambat dan

biaya lebih kecil dari aggaran

Positif Negatif Pekerjaan selesai lebih cepat dengan

biaya lebih besar dari anggaran

Sumber: (Soeharto, 2001)

SV = EV – PV

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Kinerja Proyek 2

18

3. Cost Performance Index (CPI)

Cost Performance Index (CPI), merupakan faktor efisiensi biaya

yang telah dikeluarkan dapat diperlihatkan dengan membandingkan

nilai pekerjaan yang secara fisik telah diselesaikan (EV) dengan

biaya yang telah dikeluarkan dalam periode yang sama (AC).

.................................................................(3)

Dimana,

CPI = 1 : biaya sesuai rencana

CPI > 1 : biaya lebih kecil/hemat

CPI < 1 : biaya lebih besar/boros

Nilai CPI ini menunjukkan bobot nilai yang diperoleh (relatif

terhadap nilai proyek keseluruhan) terhadap biaya yang

dikeluarkan. CPI kurang dari 1 menunjukkan kinerja biaya yang

buruk, karena biaya yang dikeluarkan (AC) lebih besar

dibandingkan dengan nilai yang didapat (EV) atau dengan kata lain

terjadi pemborosan (Soeharto, 2001).

4. Schedule Performance Index (SPI)

Schedule Performance Index (SPI), merupakan Faktor efisiensi

kinerja dalam menyelesaikan pekerjaan dapat diperlihatkan oleh

perbandingan antara nilai pekerjaan yang secara fisik telah

diselesaikan (EV) dengan rencana pengeluaran biaya yang

dikeluarkan berdasar rencana pekerjaan (PV).

.................................................................(4)

Dimana,

SPI = 1 : proyek tepat waktu

SPI > 1 : proyek lebih cepat

SPI < 1 : proyek terlambat

Nilai SPI menunjukkan seberapa besar pekerjaan yang mampu

diselesaikan (relatif terhadap proyek keseluruhan) terhadap satuan

CPI = EV / AC

SPI = EV / PV

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Kinerja Proyek 2

19

pekerjaan yang direncanakan. Nilai SPI kurang dari 1 menunjukkan

bahwa kinerja pekerjaan tidak sesuai dengan yang diharapkan karena

tidak mampu mencapai target pekerjaan yang jadwalkan.

2.3.2 Analisa Perkiraan Akhir Proyek

Metode Earned Value Analysis ini juga dapat di gunakan untuk

memperkirakan biaya akhir proyek dan juga waktu penyelesaian proyek.

Perkiraan dihitung berdasarkan kecenderungan kinerja dan asumsi

bahwa kecendrungan tersebut tidak akan berubah sampai akhir proyek.

Perkiraan ini berguna untuk memberikan gambaran ke depan kepada

pihak kontraktor, sehingga dapat melakukan langkah-langkah perbaikan

yang diperlukan (Soeharto, 2001).

2.3.2.1 Perkiraan Biaya Total Proyek

1. Estimate to Complete (ETC)

ETC merupakan perkiraan biaya untuk pekerjaan tersisa,

dengan asumsi bahwa kecenderungan kinerja proyek akan

tetap sampai dengan akhir proyek. Menurut Soeharto (2001),

perkiraan tersebut dapat diekstrapolasi dengan beberapa

cara:

a. Pekerjaan sisa memakan biaya sebesar anggaran.

Asumsi bahwa sisa pekerjaan akan memakan biaya

sesuai dengan anggaran, tidak tergantung dari prestasi

yang telah dicapai sampai dengan saat pelaporan.

b. Kinerja sama besar sampai akhir proyek.

Analisa ini beranggapan angka kinerja pada saat

pelaporan akan tetap bertahan sampai akhir proyek.

c. Campuran

1. ETC untuk Progress < 50%

Bila penyelesaian pekerjaan masih di bawah 50 %,

maka sisa pekerjaan akan memakan biaya sesuai

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Kinerja Proyek 2

20

dengan anggaran, tidak tergantung dari prestasi yang

telah dicapai sampai saat ini, sehingga :

...........................(5)

2. ETC untuk Progress > 50%

Bila penyelesaian pekerjaan pada saat pelaporan

sudah lebih dari 50 %, maka prestasi yang dicapai

cukup realistis untuk menganalisa pekerjaan tersisa

(ETC).

.............(6)

2. Estimate at Complete (EAC)

EAC merupakan perkiraan biaya total pada akhir proyek

yang diperoleh dari biaya aktual ditambah dengan ETC.

.....................................................(7)

2.3.2.2 Perkiraan Waktu Penyelesaian Proyek

Waktu keseluruhan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan

suatu pekerjaan dalam proyek dapat diperkirakan dengan

mengasumsikan bahwa kecenderungan angka kinerja jadwal

akan berlangsung tetap seperti saat pelaporan sampai dengan

akhir proyek. Prakiraan waktu dengan dirumuskan sebagai

berikut:

..............................(8)

Dimana,

TE (Time Estimated) : Perkiraan waktu penyelesaian.

ATE ( Actual Time Expended) : Waktu yang telah ditempuh.

OD (Original Duration) : Waktu yang direncanakan.

ETC = Anggaran Total – EV

ETC = (Anggaran Total – EV) / CPI

EAC = AC + ETC

TE = ATE + (OD−(ATE x SPI)

SPI)

SPI

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Kinerja Proyek 2

21

2.3.3 Analisa Prakiraan Rencana Terhadap Penyelesaian Proyek

Indeks prestasi penyelesaian proyek atau To Complete Performance

Indeks (TCPI) adalah nilai indeks kemungkinan dari sebuah prakiraan.

Indeks ini digunakan untuk menambah kepercayaan dalam pelaporan

penilaian pada sisa pekerjaan.

....................................................(9)

Dimana, TCPI < 1 : Mengalami Kenaikan Kinerja

TCPI > 1 : Mengalami Penurunan Kinerja

TCPI = (Anggaran Total − EV

EAC − AC)