bab ii tinjauan pustaka 2.1 analisis faktor 2.1.1...

26
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Faktor 2.1.1 Definisi Analisis Faktor Analisis faktor merupakan suatu teknik untuk menganalisis tentang saling ketergantungan dari beberapa variabel secara simultan dengan tujuan untuk menyederhanakan dari bentuk hubungan antara beberapa variabel yang diteliti menjadi sejumlah faktor yang lebih sedikit dari pada variabel yang diteliti. Hal ini berarti, analisis faktor dapat juga menggambarkan tentang struktur data dari suatu penelitian (Suliyanto, 2005). Analisis faktor adalah suatu teknik interdependensi (interdependence technique), dimana tidak ada pembagian variabel menjadi variabel bebas dan variabel tergantung dengan tujuan utama yaitu mendefinisikan struktur yang terletak di antara varaibel-variabel dalam analisis. Analisis ini menyediakan alat-alat untuk menganalisis struktur dari hubungan interen atau korelasi di antara sejumlah besar variabel dengan menerangkan korelasi yang baik antara variabel, yang diasumsikan untuk merepresentasikan dimensi-dimensi dalam data (Hair, 2010). Jadi, pada prinsipnya analisis faktor digunakan untuk mengelompokkan beberapa variabel yang memiliki kemiripan untuk dijadikan satu faktor, sehingga dimungkinkan dari beberapa atribut yang memengaruhi satu komponen variabel dapat diringkas menjadi beberapa faktor utama yang jumlahnya lebih sedikit. Universitas Sumatera Utara

Upload: lamque

Post on 17-Sep-2018

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Faktor 2.1.1 …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39908/4/Chapter II.pdf · ketergantungan dari beberapa variabel secara simultan dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Analisis Faktor

2.1.1 Definisi Analisis Faktor

Analisis faktor merupakan suatu teknik untuk menganalisis tentang saling

ketergantungan dari beberapa variabel secara simultan dengan tujuan untuk

menyederhanakan dari bentuk hubungan antara beberapa variabel yang diteliti

menjadi sejumlah faktor yang lebih sedikit dari pada variabel yang diteliti. Hal ini

berarti, analisis faktor dapat juga menggambarkan tentang struktur data dari suatu

penelitian (Suliyanto, 2005).

Analisis faktor adalah suatu teknik interdependensi (interdependence

technique), dimana tidak ada pembagian variabel menjadi variabel bebas dan variabel

tergantung dengan tujuan utama yaitu mendefinisikan struktur yang terletak di antara

varaibel-variabel dalam analisis. Analisis ini menyediakan alat-alat untuk

menganalisis struktur dari hubungan interen atau korelasi di antara sejumlah besar

variabel dengan menerangkan korelasi yang baik antara variabel, yang diasumsikan

untuk merepresentasikan dimensi-dimensi dalam data (Hair, 2010).

Jadi, pada prinsipnya analisis faktor digunakan untuk mengelompokkan

beberapa variabel yang memiliki kemiripan untuk dijadikan satu faktor, sehingga

dimungkinkan dari beberapa atribut yang memengaruhi satu komponen variabel dapat

diringkas menjadi beberapa faktor utama yang jumlahnya lebih sedikit.

Universitas Sumatera Utara

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Faktor 2.1.1 …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39908/4/Chapter II.pdf · ketergantungan dari beberapa variabel secara simultan dengan

2.1.2 Tujuan Analisis Faktor

Pada dasarnya, tujuan analisis faktor adalah:

1. Data Sumarization, yakni mengidentifikasi adanya hubungan antar variabel

dengan melakukan uji korelasi.

2. Data Reduction, yakni setelah melakukan korelasi, maka dilanjutkan dengan

proses membuat sebuah variabel set baru yang dinamakan faktor untuk

menggantikan sejumlah variabel tertentu.

Tujuan umum dari teknik analisis faktor adalah menemukan suatu cara untuk

mereduksi informasi yang terkandung di dalam sejumlah variabel-variabel original ke

dalam set variabel yang lebih kecil dari dimensi-dimensi gabungan dan baru. Untuk

menemukan tujuan tersebut, ada 4 hal yang mendukung yaitu mengkhususkan unit

analisis, mencapai ringkasan data atau pengurangan data, pemilihan variabel, dan

menggunakan hasil analisis faktor dengan teknik-teknik multivariat yang lain (Hair,

2010).

2.1.3 Fungsi Analisis Faktor

Terdapat 3 fungsi analisis faktor menurut Suliyanto (2005), diantaranya

adalah sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi dimensi-dimensi mendasar yang dapat menjelaskan korelasi

dari serangkaian variabel.

2. Mengidentifikasi variabel-variabel baru yang lebih kecil, untuk menggantikan

variabel tidak berkorelasi dari serangkaian variabel asli yang berkorelasi.

Universitas Sumatera Utara

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Faktor 2.1.1 …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39908/4/Chapter II.pdf · ketergantungan dari beberapa variabel secara simultan dengan

3. Mengidentifikasi beberapa variabel kecil dari sejumlah variabel yang banyak

untuk dianalisis multivariat lainnya.

2.1.4 Jumlah Sampel Ideal Dan Jenis Data Untuk Analisis Faktor

Secara umum, jumlah sampel dalam analisis faktor minimal 50 pengamatan.

Bahkan seharusnya ukuran sampel sebanyak 100 atau lebih besar. Biasanya ukuran

sampel dalam analisis ini dianjurkan memiliki paling sedikit 5 kali jumlah variabel

yang akan diamati, karena semakin banyak sampel yang dipilih akan mencapai

patokan rasio 10:1, dalam arti untuk satu variabel ada 10 sampel (Hair, 2010). Dalam

pengertian SPSS, hal ini berarti untuk setiap 1 kolom yang ada, seharusnya terdapat

10 baris data, sehingga jika ada 5 kolom (variabel), minimal seharusnya ada 50 baris

data (sampel).

Data dalam analisis faktor minimal adalah interval, sehingga apabila data yg

diperoleh berupa data ordinal, harus ditransformasikan menjadi data interval,

misalnya dengan menggunakan metode successive interval (Suliyanto,2005).

2.1.5 Penentuan Jumlah Faktor

Untuk menentukan banyaknya jumlah faktor yang terbentuk dalam analisis

faktor dapat dilakukan beberapa pendekatan berikut:

1. Penentuan berdasarkan apriori.

Dalam metode penentuan ini, jumlah faktor telah ditentukan sebelumnya oleh

peneliti.

Universitas Sumatera Utara

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Faktor 2.1.1 …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39908/4/Chapter II.pdf · ketergantungan dari beberapa variabel secara simultan dengan

2. Penentuan berdasarkan eigenvalue.

Untuk menentukan jumlah faktor yang terbentuk dapat didasarkan pada

eigenvalue. Jika suatu variabel memiliki eigenvalue > 1, dianggap sebagai suatu

faktor, sebaliknya jika suatu variabel hanya memiliki eigenvalue < 1, tidak

dimasukkan dalam model.

3. Penentuan berdasarkan scree plot.

Scree plot pada dasarnya merupakan grafik yang menggambarkan hubungan

antara faktor dengan eigenvalue, pada sumbu Y menunjukkan eigenvalue, sedangkan

pada sumbu X menunjukkan jumlah faktor. Untuk dapat menentukan berapa jumlah

faktor yang diambil, ditandai dengan slope yang sangat tajam antara faktor yang satu

dengan faktor berikutnya.

4. Penentuan berdasarkan persentase varian (percentage of variance).

Persentase varian menunjukkan jumlah variasi yang berhubungan pada suatu

faktor yang dinyatakan dalam persentase. Untuk dapat menentukan berapa jumlah

faktor yang diambil, harus memiliki nilai persentase varian > 0,5. Sedangkan apabila

menggunakan kriteria kumulatif persentase varian, besarnya nilai kumulatif

persentase varian > 60%.

Untuk mengetahui peranan masing-masing variabel dalam suatu faktor dapat

ditentukan dari besarnya loading variabel yang bersangkutan. Loading dengan nilai

terbesar berarti mempunyai peranan utama pada faktor tersebut. Variabel yang

memiliki nilai loading < 0,5 dianggap tidak memiliki peranan yang berarti terhadap

Universitas Sumatera Utara

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Faktor 2.1.1 …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39908/4/Chapter II.pdf · ketergantungan dari beberapa variabel secara simultan dengan

faktor yang terbentuk sehingga variabel tersebut dapat diabaikan dalam pembentukan

faktor.

2.1.6 Penamaan Faktor Yang Terbentuk

Untuk menamai faktor yang telah dibentuk dalam analisis faktor, dapat

dilakukan dengan cara berikut.

1. Memberikan nama faktor yang dapat mewakili nama-nama variabel yang

membentuk faktor tersebut.

2. Memberikan nama faktor berdasarkan variabel yang memiliki nilai factor

loading tertinggi. Hal ini dilakukan apabila tidak dimungkinkan untuk

memberikan nama faktor yang dapat mewakili semua variabel yang membentuk

faktor tersebut.

2.1.7 Uji Ketepatan model Analisis Faktor

Uji ketepatan model digunakan untuk melihat apakah faktor-faktor yang telah

terbentuk berdasarkan analisis faktor benar-benar telah valid. Ada beberapa cara

untuk menguji ketepatan model dari faktor-faktor yang telah terbentuk, yaitu sebagai

berikut:

1. Dengan membagi sampel awal menjadi dua sama besarnya. Apabila ada jumlah

sampel ganjil, maka satu sampel harus dihilangkan atau dimasukkan kepada dua

bagian sampel tersebut. Kemudian sampel yng telah dibagi dua dianalisis satu

persatu. Apabila hasil analisis faktor antara sampel pertama dan sampel kedua

tidak banyak perbedaan, faktor yang terbentuk dinyatakan baik.

Universitas Sumatera Utara

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Faktor 2.1.1 …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39908/4/Chapter II.pdf · ketergantungan dari beberapa variabel secara simultan dengan

2. Dengan melihat nilai perbandingan antara observed correlation dengan

reproduced correlations. Diharapkan perubahan matriks korelasi yang baru tidak

jauh berbeda dengan matriks korelasi asal. Untuk itu, perlu dilakukan

perhitungan atas perubahan yang terjadi, yaitu dengan menghitung selisih nilai

koefisien korelasi dari matriks korelasi asal dengan koefisien korelasi dari

matriks korelasi baru. Jika nilai mutlak dari selisih tersebut melebihi nilai 0,05,

dimasukkan dalam kategori bahwa koefisien korelasi tersebut tidak sama

(berubah). Kemudian dihitung jumlah koefisien yang berbeda dan tergolong

sama. Jumlah relatif dari koefisien yang tergolong sama dijadikan indikator

ketepatan model. Model dikatakan baik apabila koefisien yang tidak berubah atau

sama lebih banyak (> 50%) daripada yang tergolong berubah. Dalam

perkembangannya metode ini lebih banyak digunakan.

2.1.8 Langkah-langkah Analisis Faktor

Menurut Suliyanto (2005), langkah-langkah dalam analisis faktor adalah

sebagai berikut:

a. Merumuskan masalah

b. Membuat matriks korelasi

Proses analisis faktor didasarkan pada matriks korelasi antara variabel yang satu

dengan variabel-variabel lain, untuk memperoleh analisis faktor yang semua varaibel-

variabelnya harus berkorelasi. Untuk menguji ketepatan dalam model faktor, uji

statistik yang digunakan adalah barletts test sphericity dan Kiser-Mayer-Olkin

(KMO) untuk mengetahui kecukupan sampelnya.

Universitas Sumatera Utara

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Faktor 2.1.1 …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39908/4/Chapter II.pdf · ketergantungan dari beberapa variabel secara simultan dengan

1. Nilai KMO sebesar 0,9 adalah baik sekali

2. Nilai KMO sebesar 0,8 adalah baik

3. Nilai KMO sebesar 0,7 adalah sedang/agak baik

4. Nilai KMO sebesar 0,6 adalah cukup

5. Nilai KMO sebesar 0,5 adalah kurang

6. Nilai KMO sebesar < 0,5 adalah ditolak

c. Penentuan jumlah faktor.

Penentuan jumlah faktor yang ditentukan untuk mewakili variabel-variabel yang

akan dianalisis didasarkan pada besarnya eigenvalue serta persentase total variannya.

Hanya faktor yang memiliki eigenvalue sama atau lebih besar dari satu yang

dipertahankan dalm model analisis faktor, sedangkan yang lainnya dikeluarkan dari

model.

d. Rotasi faktor.

Hasil dari ekstraksi faktor dalam matriks faktor mengidentifikasikan hubungan

antar faktor dan variabel individual, namun dalam faktor-faktor tersebut banyak

variabel yang berkorelasi sehingga sulit diinterpretasikan. Melalui rotasi faktor

matriks, faktor matriks ditransformasikan ke dalam matriks yng lebih sederhana

sehingga mudah diinterpretasikan. Rotasi faktor menggunakan prosedur varimax.

e. Interpretasi faktor.

Interpretasi faktor dilakukan dengan mengklasifikasikan variabel yang

mempunyai factor loading minimum 0,4 sedangkan variabel dengan faktor loading

kurang dari 0,4 dikeluarkan dari model.

Universitas Sumatera Utara

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Faktor 2.1.1 …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39908/4/Chapter II.pdf · ketergantungan dari beberapa variabel secara simultan dengan

f. Penyeleksian surrogate variable.

Mencari salah satu variabel dalam setiap faktor sebagai wakil dari masing-

masing faktor. Pemilihan ini didasarkan pada nilai factor loading tertinggi.

g. Model Fit (ketepatan model)

Tahap akhir dari ananlisis faktor adalah mengetahui ketepatan dalam memilih

teknik analisis faktor antara principal component analysis dan maximum likelihood

dengan melihat jumlah residual (perbedaan) antara korelasi yang diamati dengan

korelasi yang diproduksi. Semakin kecil persentase nilai residual (dalam hal ini

adalah nilai root mean square error = RMSE), maka semakin tepat penentuan teknik

tersebut.

2.1.9 Asumsi Analisis Faktor

Prinsip utama dalam analisis faktor adalah korelasi, artinya variabel yang

memiliki korelasi erat akan membentuk suatu faktor, sedangkan variabel yang ada

dalam suatu faktor akan memiliki korelasi yang lemah dengan variabel yang terdapat

pada faktor yang lain. Karena prinsip utama analisis faktor adalah korelasi, maka

asumsi dalam analiss faktor berkaitan erat dengan korelasi berikut:

a. Korelasi atau keterkaitan antarvariabel harus kuat.

Hal ini dapat diidentifikasi dari nilai determinannya yg mendekati nol. Nilai

determinan dari matriks korelasi yang elemen-elemennya menyerupai matriks

identitas akan memiliki nilai determinan sebesar satu. Artinya, jika nilai

determinan mendekati satu, maka matriks korelasi menyerupai matriks

identitas, dimana antar item/variabel tidak saling terkait karena matriks

Universitas Sumatera Utara

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Faktor 2.1.1 …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39908/4/Chapter II.pdf · ketergantungan dari beberapa variabel secara simultan dengan

identitas memiliki elemen pada diagonal bernilai satu, sedangkan lainnya

bernilai nol.

b. Indeks perbandingan jarak antara koefisien korelasi dengan koefisien korelasi

parsialnya secara keseluruhan harus kecil.

Hal ini dapat diidentifikasi dengan nilai Kiser Meyer Olkin measure of

sampling adequency (KMO). KMO merupakan sebuah indeks perbandingan

jarak antara koefisien korelasi dengan koefisien parsialnya secara keseluruhan.

Jika jumlah kuadrat koefisien korelasi parsial di antara seluruh pasangan

variable bernilai kecil dibandingkan dengan jumlah kuadrat koefisien korelasi,

maka akan menghasilkan nilai KMO yang mendekati satu. Nilai KMO yang

kecil menunjukkan bahwa analis faktor bukan merupakan pilihan yang tepat.

Untuk dapat dilakukan analisis faktor, nilai KMO diangggap cukup apabila

nilai KMO > 0,5.

c. Indeks perbandingan jarak antara koefisien korelasi dengan koefisien korelasi

parsialnya secara keseluruhan harus kecil.

Hal ini dapat diidentifikasi dengan nilai Measure of Sampling Adequency

(MSA). MSA adalah sebuah indeks perbandingan jarak antara koefisien

korelasi dengan koefisien korelasi parsialnya secara parsial setiap item/variabel.

Untuk dapat dilakukan analisis faktor, nilai MSA dianggap cukup apabila nilai

MSA > 0,5. Apabila ada item/variabel yang tidak memiliki nilai MSA > 0,5,

variabel tersebut harus dikeluarkan dari analisis faktor secara bertahap satu

persatu.

Universitas Sumatera Utara

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Faktor 2.1.1 …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39908/4/Chapter II.pdf · ketergantungan dari beberapa variabel secara simultan dengan

d. Dalam beberapa kasus, setiap variabel yang akan dianalisis dengan

menggunakan analisis faktor harus menyebar secara normal.

2.2 Metode Pendugaan Parameter Principal Component Analysis (PCA)

Secara sederhana, sebuah variabel akan mengelompok ke suatu faktor (yang

terdiri atas variabel-variabel yang lainnya pula) jika variabel tersebut berkorelasi

dengan sejumlah variabel lain yang masuk dalam kelompok faktor tertentu. Ketika

sebuah variabel berkorelasi dengan variabel lain, variabel tersebut berbagi varians

dengan variabel lain tersebut, dengan jumlah varians yang dibagikan adalah besar

korelasi pangkat dua (𝑅𝑅2). Varians adalah akar dari standar deviasi, yakni jumlah

penyimpangan data dari rata-ratanya (Santoso, 2012).

Dengan demikian, varians total pada sebuah variabel dapat dibagi menjadi

tiga bagian:

1. Common variance, yakni varians yang dibagi dengan varians lainnya atau

jumlah varians yang dapat diekstrak dengan proses factoring.

2. Specific variance, yakni varians yang berkaitan dengan variabel tertentu saja.

Jenis varians ini tidak dapat dijelaskan dengan korelasi hingga menjadi bagian

dari variabel lain. Namun varians ini masih berkaitan secara unik dengan satu

variabel.

3. Error variance, yakni varians yang tidak dapat dijelaskan lewat korelasi. Jenis

ini muncul karena proses pengambilan data yang salah, pengukuran variabel

yang tidak tepat dan sebagainya.

Universitas Sumatera Utara

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Faktor 2.1.1 …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39908/4/Chapter II.pdf · ketergantungan dari beberapa variabel secara simultan dengan

Dari penjelasan tersebut di atas, dapat dikatakan jika sebuat variabel

berkorelasi dengan variabel lain, maka common variance (disebut juga communality)

akan meningkat. Proses common analysis hanya berhubungan denngan common

variance, sedangkan proses component analysis akan mengaitkan semua varians

tersebut. Pada umumnya, component analysis akan digunakan jika tujuan utama

analisis faktor adalah data reduction, dan beranggapan bahwa sejumlah specific

variance dan error variance berjumlah kecil.

Principal component analysis menggunakan total varians dalam analisisnya.

Metode ini menghasilkan faktor yang memiliki specific variance dan error variance

yang lebih kecil. Kalau ada beberapa faktor yang dihasilkan, faktor yang duluan

dihasilkan adalah yang memiliki common variance terbesar, sekaligus specific dan

error variance terkecil (Simamora, 2004).

2.3 Metode Pendugaan Parameter Maximum Likelihood

Pendugaan metode maksimum likelihood adalah metode yang

memaksimumkan fungsi kemungkinan. Misalkan X1, X2, …, Xn menyatakan contoh

acak yang diambil dari suatu fungsi kepadatan probabilitas yang dinyatakan dengan

f(x, 𝜇𝜇), dimana 𝜇𝜇 adalah parameter fungsi kepadatan tersebut. Maka fungsi likelihood

adalah:

∏=

=n

iixfL

1

),()( θθ

Parameter dari model faktor yang akan diduga dengan metode maksimum

likelihood adalah faktor loading dan faktor unik. Faktor loading adalah matriks

Universitas Sumatera Utara

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Faktor 2.1.1 …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39908/4/Chapter II.pdf · ketergantungan dari beberapa variabel secara simultan dengan

koefisien pengaruh antara variabel dengan faktor, dengan entri konstanta yang belum

diketahui. Faktor unik adalah vektor yang tidak dapat diukur secara langsung tetapi

berhubungan dengan variabel observasi. Masalah yang timbul sekarang adalah

bagaimana cara menduga parameter-parameter dalam analisis faktor tersebut, upaya

pendugaan parameter-parameter model tersebut memerlukan teknik analisis statistika

yang mampu memberikan solusi bagi permasalahan yang ada. Maka menjadi salah

satu aspek menarik yang ingin diketahui adalah pendugaan dengan metode

kemungkinan maksimum (maximum likelihood) terhadap model faktor tersebut untuk

dipelajari secara lebih rinci (Priyanto, 2008).

Jika common factor F dan specific factor ε dapat diasumsikan menjadi data

yang berdistribusi normal, kemudian estimasi maximum likelihood dari factor loading

dan specific variance dapat diperoleh. Ketika Fj dan εj secara bersama-sama dalam

keadaan normal, maka observasi Xj − μ = LFj + εj akan menjadi normal (Johnson,

2007).

2.4 Makanan Tambahan

2.4.1 Definisi Makanan Tambahan

Pada saat ASI tidak cukup lagi memenuhi kebutuhan gizi bayi, maka makanan

pendamping ASI harus ditambahkan untuk diet bayi. Transisi dari ASI eksklusif ke

makanan padat yang biasa dimakan oleh keluarga, disebut sebagai makanan

tambahan, biasanya dimulai dari umur di atas 6 bulan (WHO, 2013).

Universitas Sumatera Utara

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Faktor 2.1.1 …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39908/4/Chapter II.pdf · ketergantungan dari beberapa variabel secara simultan dengan

Makanan tambahan adalah makanan tambahan yang diberikan pada saat bayi

memerlukan zat-zat gizi yang kadarnya sudah berkurang pada ASI, dengan tujuan

melengkapi zat-zat ASI yang mulai berkurang, mengembangkan kemampuan bayi

untuk menerima bermacam-macam makanan dengan berbagai rasa dan bentuk,

mengembangkan kemampuan bayi untuk mengunyah dan menelan, mencoba adaptasi

terhadap makanan yang mengandung kadar energi tinggi (Suryanah, 1996).

Makanan tambahan diberikan sebagai komplemen ASI agar anak memperoleh

cukup energi, protein, dan zat-zat gizi lain (vitamin dan mineral) untuk pertumbuhan

dan perkembangan bayi. Pemberian ASI boleh dilanjutkan selama hal itu masih

memungkinkan, karena ASI dapat memberikan sejumlah energi dan protein yang

bermutu tinggi, serta mempererat hubungan psikologis antara ibu dan bayi

(Prasetyono, 2012).

2.4.2 Jenis Makanan Tambahan

Pemberian makanan tambahan (pendamping ASI) perlu dipertimbangkan,

yakni fungsi pencernaan bayi, kebutuhan makan bayi, serta tingkat usia bayi. Ketiga

faktor tersebut akan memengaruhi jenis makanan yang harus diberikan kepada bayi

(Sutomo, 2010).

1. Usia 6-7 bulan

Pada usia ini, bayi mengawali pengenalan makanan. Fungsi pencernaan sudah

cukup baik, walaupun belum optimal. Sehingga pada tahap awal sebaiknya bayi

diberikan makanan yang sudah dihaluskan, encer dan lembut.

Universitas Sumatera Utara

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Faktor 2.1.1 …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39908/4/Chapter II.pdf · ketergantungan dari beberapa variabel secara simultan dengan

2. Usia 7-9 bulan

Pada usia ini sistem pencernaan bayi sudah semakin berkembang. Gigi geligi

mulai tumbuh, tingkat keinginan bayi untuk mengeksplorasi makanan juga

mulai tumbuh, karena itu pada usia ini bayi mulai dikenalkan dengan makanan

berbentuk lembek dan lembut.

3. Usia 9-12 bulan

Pada usia ini gigi geligi bayi sudah tumbuh banyak. Perkembangan motorik

bayi juga berkembang pesat. Bayi mulai dapat berjalan serta aktif bergerak.

Sistem pencernaan bayi juga mulai berfungsi dengan baik. Pada usia ini bayi

sudah dapat diperkenalkan dengan makanan semi padat, seperti nasi tim dan

makanan yang dicincang kasar.

2.4.3 Waktu yang Tepat Memberikan Makanan Tambahan

Makanan pendamping ASI harus diberikan tepat waktu, yang berarti bayi

harus bisa mulai menerima makanan selain ASI dari umur di atas 6 bulan. Hal ini

harus memadai, yaitu makanan pendamping harus diberikan dalam jumlah,

konsistensi, dan menggunakan berbagai makanan yang tepat untuk memenuhi

kebutuhan gizi anak yang sedang tumbuh tetapi dengan tetap memberikan ASI

(WHO, 2013).

Menurut Suririnah (2009) setiap bayi akan mempunyai penerimaan makanan

yang berbeda. Berikut tanda-tanda bayi yang sudah siap menerima makanan

tambahannya, jika bayi usia 4-6 bulan:

Universitas Sumatera Utara

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Faktor 2.1.1 …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39908/4/Chapter II.pdf · ketergantungan dari beberapa variabel secara simultan dengan

1. Sudah diberikan ASI tapi masih tetap lapar, dan tidak pernah cukup dari

biasanya. Ini dapat dilihat jika berat badan bayi tidak bertambah.

2. Mengonsumsi susu formula dengan jumlah yang berlebihan dari bisanya.

3. Refleks mendorong dengan lidahnya untuk menolak benda yang masuk ke

mulutnya telah menghilang.

4. Menunjukkan ketertarikannya dengan makanan keluarga.

5. Sudah dapat duduk dengan sedikit bantuan.

6. Sudah dapat mengontrol kepala dengan baik, dapat menggerakkan kepala ke

arah lain ketika merasa kenyang.

7. Sudah mempunyai gigi geligi.

WHO (2013) merekomendasikan bahwa bayi mulai menerima makanan

pendamping ASI pada usia 6 bulan, awalnya 2-3 kali sehari antara 6-8 bulan,

meningkat menjadi 3-4 kali sehari antara 9-11 bulan dan 12-24 bulan dengan

makanan ringan bergizi tambahan yang ditawarkan 1-2 kali per hari, seperti yang

diinginkan.

Jadwal waktu ketat, tidak dianjurkan. Menurut Mitayani (2010), berikut ini

merupakan pedoman cara memberikan makanan pada bayi umur 0-6 bulan:

1. ASI merupakan makanan utama, diberikan setiap saat sesuai kehendak bayi.

2. Pada usia 5 bulan, bayi dapat diberikan buah yang dihaluskan sedikit demi

sedikit.

3. Pada usia 6 bulan, dapat diberikan makanan lumat seperti bubur tepung, tim

saring, nasi pisang dilumatkan, sebanyak 2 kali sehari.

Universitas Sumatera Utara

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Faktor 2.1.1 …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39908/4/Chapter II.pdf · ketergantungan dari beberapa variabel secara simultan dengan

4. Mulai usia 7 bulan, makanan lumat dapat diganti dengan makanan lembek

secara bertahap.

5. Usahakan memberikan ASI sampai anak berusia 2 tahun.

Menurut Roesli (2001), terlambat memulai makanan padat sejak bayi usia 6

bulan maka:

1. Bayi akan berhenti tumbuh.

Bayi yang tumbuh baik karena ASI pada 6 bulan pertama akan berhenti tumbuh

pada 6 bulan kedua.

2. Akan lebih sulit melatih bayi makan apabila mereka sudah berumur di atas 8

bulan karena mereka sudah mulai gelisah dan tidak mau mencoba hal-hal baru,

sementara pada usia 6-7 bulan banyak bayi merasa sangat lapar sehingga

mereka akan makan apa saja yang diberikan pada mereka.

2.4.4 Risiko Pemberian Makanan Tambahan pada Usia Kurang dari Enam Bulan

Menurut Suririnah (2009), pemberian makanan tambahan pada bayi usia 0-6

bulan akan menyebabkan beberapa hal yang dapat merugikan kesehatan bayi

diantaranya:

1. Menimbulkan keluhan perut dan pencernaan dan bahkan akan menimbulkan

masalah serius. Hal ini disebabkan oleh karena pencernaan bayi belum dapat

mencerna makanan dengan sempurna.

2. Risiko alergi makanan terutama pada keluarga dengan riwayat alergi meningkat.

Setelah usia 6 bulan, sistem kekebalan tubuh dan pencernaan bayi sudah lebih

matang sehingga dapat mengurangi risiko alergi berat.

Universitas Sumatera Utara

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Faktor 2.1.1 …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39908/4/Chapter II.pdf · ketergantungan dari beberapa variabel secara simultan dengan

2.5 ASI Eksklusif

2.5.1 Definisi ASI Eksklusif

ASI merupakan makanan pertama, utama, dan terbaik bagi bayi, yang bersifat

alamiah. ASI mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan dalam proses pertumbuhan

dan perkembangan bayi (Prasetyono, 2012).

Pemberian ASI eksklusif adalah menyusui bayi secara murni. Bayi hanya

diberi ASI saja tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh,

air putih, dan tanpa pemberian makanan tambahan lain seperti pisang, bubur susu,

biskuit, atau nasi tim (Danuatmaja, 2003).

Pemberian ASI eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI selama 6 bulan tanpa

tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, dan air putih, serta

tanpa tambahan makanan padat, seperti pisang, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan

nasi tim, kecuali vitamin, mineral, dan obat. Pemberian ASI eksklusif juga

berhubungan dengan tindakan memberikan ASI kepada bayi hingga berusia 6 bulan

tanpa makanan dan minuman lain, kecuali sirop obat (Prasetyono, 2012).

Program ASI eksklusif merupakan program anjuran pemberian ASI kepada

bayi tanpa diberi makanan lain, termasuk susu formula, kuah sup, atau apapun, selain

ASI selama 6 bulan. Badan Kesehatan Dunia WHO menganjurkan program ASI

eksklusif selama 6 bulan karena terbukti bagi yang memperoleh ASI eksklusif

menjadi lebih cerdas, sehat, dan tidak mudah terinfeksi penyakit (Sutomo, 2010).

Bayi biasanya berkembang cepat setidak-tidaknya pada umur 6 bulan pertama

walaupun hanya mendapatkan ASI, maka perkiraan komposisi ASI pada berbagai

Universitas Sumatera Utara

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Faktor 2.1.1 …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39908/4/Chapter II.pdf · ketergantungan dari beberapa variabel secara simultan dengan

tahap laktasi dapat dipakai sebagai taksiran batas atas kebutuhan hampir semua zat

gizi pada masa tersebut (Budianto, 2009).

2.5.2 Kandungan ASI

Menurut Yuliarti (2010), kandungan yang terdapat di dalam ASI, antara lain:

1. ASI mengandung 88,1% air sehingga ASI yang diminum bayi selama

pemberian ASI eksklusif sudah mencukupi kebutuhan bayi dan sesuai dengan

kesehatan bayi. Bayi baru lahir yang hanya mendapat sedikit ASI pertama

(kolostrum-cairan kental kekuningan) tidak memerlukan tambahan cairan

karena bayi dilahirkan dengan cukup cairan di dalam tubuhnya. ASI dengan

kandungan air yang lebih tinggi biasanya akan keluar pada hari ketiga atau

keempat.

2. ASI mengandung bahan larut yang rendah. Bahan larut tersebut terdiri dari

3,8% lemak, 0,9% protein, 7% laktosa, dan 0,2% bahan-bahan lain. Salah satu

fungsi utama air adalah untuk menguras kelebihan bahan-bahan larut melalui

air seni. Zat-zat yang dapat larut (misalnya sodium, potasium, nitrogen, dan

klorida) disebut sebagai bahan-bahan larut. Ginjal bayi yang pertumbuhannya

belum sempurna hingga usia 3 bulan mampu mengeluarkan kelebihan bahan

larut lewat air seni untuk menjaga keseimbangan kimiawi di dalam tubuhnya.

Karena ASI mengandung sedikit bahan larut maka bayi tidak membutuhkan

banyak air seperti layaknya anak-anak atau orang dewasa.

Universitas Sumatera Utara

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Faktor 2.1.1 …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39908/4/Chapter II.pdf · ketergantungan dari beberapa variabel secara simultan dengan

2.5.3 Manfaat Pemberian ASI Eksklusif

a. Bagi Bayi

Menurut Danuatmaja (2003), manfaat ASI secara eksklusif pada bayi terdiri

dari:

1. ASI merupakan nutrisi dengan kualitas dan kuantitas terbaik.

ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal, berkomposisi seimbang, dan

secara alami disesuaikan dengan kebutuhan masa pertumuhan bayi. ASI adalah

makanan yang paling sempurna, baik kualitas maupun kuantitasnya. Dengan

melaksanakan manajemen laktasi secara baik, ASI sebagai makanan tunggal

akan mencukupi kebutuhan tumbuh kembang bayi hingga usia 6 bulan. Setelah

usia 6 bulan, bayi harus mulai mendapatkan makanan padat, tetapi pemberian

ASI dapat terus dilanjutkan sampai bayi berumur 2 tahun atau lebih.

2. ASI dapat menjaga dan meningkatkan daya tahan tubuh.

Bayi baru lahir secara alamiah mendapatkan immunoglobulin (zat kekebalan

atau daya tahan tubuh) dari ibunya melalui plasenta, tetapi kadar zat tersebut

dengan cepat akan menurun segera setelah kelahirannya. Badan bayi baru lahir

akan memproduksi sendiri immunoglobulin secara cukup saat mencapai usia

sekitar 4 bulan. Pada saat kadar immunoglobulin bawaan dari ibu menurun dan

yang dibentuk sendiri oleh tubuh bayi belum mencukupi, terjadilah suatu

periode kesenjangan immunoglobulin pada bayi. Kesenjangan ini dapat

dikurangi atau dihilangkan dengan pemberian ASI. ASI merupakan cairan yang

mengandung kekebalan atau daya tahan tubuh sehingga dapat menjadi

Universitas Sumatera Utara

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Faktor 2.1.1 …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39908/4/Chapter II.pdf · ketergantungan dari beberapa variabel secara simultan dengan

pelindung bayi dari berbagai penyakit infeksi bakteri, virus, dan jamur. Selain

itu, ASI akan merangsang terbentunya antibodi bayi lebih cepat (imunisasi aktif

dan pasif).

3. ASI dapat meningkatkan kecerdasan.

Perkembangan kecerdasan anak sangat berkaitan erat dengan pertumbuhan

otak. Faktor utama yang memengaruhi pertumbuhan otak anak adalah nutrisi

yang diterima saat pertumbuhan otak, terutama saat pertumbuhan otak cepat.

ASI selain merupakan nutrisi yang ideal, dengan komposisi tepat, dan sangat

sesuai dengan kebutuhan bayi, juga mengandung nutrisi-nutrisi khusus yang

sangat diperlukan pada pertumbuhan optimal otak bayi.

4. Pemberian ASI dapat meningkatkan jalinan kasih sayang atau bonding.

Bayi yang sering berada dalam dekapan ibunya karena menyusui, dapat

merasakan kasih sayang ibu dan mendapatkan rasa aman, tenteram, dan

terlindungi. Perasaan seperti menjadi dasar perkembangan emosi bayi, yang

kemudian membentuk kepribadian anak menjadi baik dan penuh percaya diri.

b. Bagi Ibu

Menyusui tidak hanya bermanfaat bagi bayi, tetapi juga bermanfaat bagi ibu.

Menurut Sutomo (2010), beberapa manfaat pemberian ASI sebagai berikut:

1. KB alamiah.

Menyusui dapat disebut sebagai cara kontrasepsi alamiah. Selama menyusui,

ibu dapat menunda kehamilan, tentunya dengan syarat ibu belum mengalami

menstruasi.

Universitas Sumatera Utara

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Faktor 2.1.1 …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39908/4/Chapter II.pdf · ketergantungan dari beberapa variabel secara simultan dengan

2. Menyusui mampu mencegah perdarahan pasca persalinan sehingga ibu

terhindar dari defisiensi zat besi atau anemia.

3. Diet alami.

Menyusui dapat mengurangi berat badan ibu. lemak yang tersimpan selama

masa kehamilan, digunakan sebagai energi pembentuk ASI, sehingga kadar

lemak dalam tubuh ibu berkurang.

4. Menyusui dapat mengembalikan kembali bentuk rahim secara cepat.

5. Menyusui dapat mengurangi risiko kejadian kanker payudara dan kanker rahim.

2.6 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Ibu Memberikan Makanan Tambahan

pada Bayi Usia 0-6 Bulan.

Faktor-faktor yang memengaruhi pemberian makanan tambahan pada bayi

usia kurang dari enam bulan adalah faktor pendidikan ibu, faktor pengetahuan ibu,

faktor pekerjaan ibu, dan faktor sosial-budaya (Wahyu 2007 dikutip oleh Visyara

2012).

Selain faktor-faktor tersebut di atas, ada beberapa faktor lain yang

memengaruhi yaitu faktor ekonomi, faktor petugas kesehatan, faktor kesehatan ibu,

dan faktor kesehatan bayi sejak lahir (Sunartyo 2008 dikutip oleh Sulistinah 2010).

2.6.1 Faktor Pendidikan Ibu

Faktor pendidikan ibu berkaitan dengan jenjang pendidikan formal yang

ditempuh ibu sampai mendapatkan ijazah. Pada umumnya, semakin tinggi jenjang

pendidikan seseorang, maka pola pikir yang dimiliki akan semakin bagus untuk

menanggapi dan memandang suatu fenomena yang ada di sekelilingnya. Jadi, ibu

Universitas Sumatera Utara

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Faktor 2.1.1 …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39908/4/Chapter II.pdf · ketergantungan dari beberapa variabel secara simultan dengan

dengan pendidikan yang tinggi biasanya akan mengerti bagaimana cara menjaga dan

memenuhi kehidupan bayi agar tetap sehat dan terhindar dari penyakit, begitu juga

sebaliknya. Termasuk dalam hal ini, pada pemberian makanan tambahan pada bayi

usia 0-6 bulan.

2.6.2 Faktor Pengetahuan Ibu

Faktor pengetahuan ibu adalah faktor yang berhubungan dengan tingkat

pengenalan informasi tentang pemberian makanan tambahan pada bayi usia kurang

dari enam bulan. Akibat kurang informasi, banyak ibu menganggap susu formula

sama baiknya, bahkan lebih dari ASI. Hal ini menyebabkan ibu lebih cepat

memberikan susu formula jika merasa ASI-nya kurang atau terbentur kendala

menyusui. Untuk itu, ibu dan keluarga perlu mendapatkan informasi tentang

fisiologis laktasi, keuntungan pemberian ASI, kerugian pemberian susu formula,

pentingnya rawat gabung, cara menyusui yang baik dan benar, dan siapa yang harus

dihubungi jika terdapat keluhan atau masalah seputar menyusui (Danuatmaja,2003).

2.6.3 Faktor Pekerjaan Ibu

Faktor pekerjaan ibu adalah faktor yang berhubungan dengan aktivitas ibu

setiap harinya untuk memperoleh penghasilan guna memenuhi kebutuhan hidupnya

yang menjadi alasan pemberian makanan tambahan pada bayi usia kurang dari enam

bulan. Pekerjaan ibu bisa saja dilakukan di rumah, di tempat kerja baik yang dekat

maupun jauh dari rumah. Ibu yang belum bekerja sering memberikan makanan

tambahan dini dengan alasan melatih atau mencoba agar pada waktu ibu mulai

bekerja bayi sudah terbiasa.

Universitas Sumatera Utara

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Faktor 2.1.1 …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39908/4/Chapter II.pdf · ketergantungan dari beberapa variabel secara simultan dengan

2.6.4 Faktor Budaya

Faktor budaya adalah faktor yang berhubungan dengan nilai-nilai dan

pandangan masyarakat yang lahir dari kebiasaan yang ada, dan pada akhirnya

mendorong masyarakat untuk berperilaku sesuai dengan tuntutan budaya. Misalnya

budaya yang baru berkembang sekarang ini adalah pandangan untuk tidak

memberikan ASI karena bisa menyebabkan perubahan bentuk payudara yang

membuat wanita tidak cantik. Masih banyak ibu, khususnya yang sangat

memperhatikan bentuk tubuhnya, masih mengikuti tradisi ini.

Tradisi lainnya misalnya ibu beranggapan bahwa susu sapi lebih dari ASI.

Pengaruh itu akan semakin buruk apabila disekeliling kamar bersalin dipasang

gambar-gambar atau poster yang memuji penggunaan susu buatan. Produsen susu dan

makanan pendamping ASI yang semestinya turut berperan serta dalam program yang

notabene bisa menyehatkan generasi penerus, justru banyak yang melakukan

penyimpangan.

2.6.5 Faktor Ekonomi

Faktor ekonomi adalah faktor yang berhubungan dengan kondisi keuangan

yang menyebabkan daya beli untuk makanan tambahan menjadi lebih besar. Faktor

ekonomi ini menyangkut besarnya penghasilan yang diterima, yang jika

dibandingkan dengan pengeluaran, masih memungkinkan ibu untuk memberikan

makanan tambahan bagi bayi usia kurang dari enam bulan.

Universitas Sumatera Utara

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Faktor 2.1.1 …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39908/4/Chapter II.pdf · ketergantungan dari beberapa variabel secara simultan dengan

Biasanya semakin baik perekonomian keluarga maka daya beli akan makanan

tambahan juga mudah, sebaliknya semakin buruk perekonomian keluarga, maka daya

beli akan makanan tambahan lebih sukar.

2.6.6 Faktor Kesehatan Ibu

Faktor kesehatan ibu adalah faktor yang berhubungan dengan kondisi ibu

yang menyebabkan ibu memberikan makanan tambahan pada bayi usia kurang dari

enam bulan, misalnya kegagalan laktasi, penyakit yang membuat ibu tidak dapat

memberi ASI, serta adanya kelainan payudara yaitu terjadinya pembendungan air

susu karena penyempitan laktus laktiferus oleh karena tidak dikosongkan dengan

sempurna, kelainan puting susu seperti puting susu terbenam dan cekung sehingga

menyulitkan bagi bayi untuk menyusu, mastitis (suatu peradangan pada payudara

disebabkan oleh kuman terutama staphylococcus aureus melalui luka pada putting

susu), tidak ada susu (agalaksia), dan air susu sedikit keluar (Oligogalaksia).

Menyusui menjadi kontra indikasi bila ibu menderita penyakit berat seperti kegagalan

jantung, penyakit ginjal atau paru-paru yang serius dengan penyakit tuberkulosis

aktif, masih dapat menyusui bayinya bila diberi terapi dalam dua bulan ibu tidak

infeksi lagi, biasanya bayi juga diberi terapi pencegahan dengan imunisasi BCG.

Kurangnya dukungan sosial dalam mengatasi masalah diatas maka ibu cenderung

memberikan makanan tambahan pada bayi usia kurang dari enam bulan sebagai

pengganti ASI.

Universitas Sumatera Utara

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Faktor 2.1.1 …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39908/4/Chapter II.pdf · ketergantungan dari beberapa variabel secara simultan dengan

2.6.7 Faktor Petugas Kesehatan

Faktor petugas kesehatan adalah kualitas petugas kesehatan yang akhirnya

menyebabkan ibu memilih untuk memberikan makanan tambahan pada bayi atau

tidak. Petugas kesehatan adalah orang yang mengerjakan sesuatu pekerjaan di bidang

kesehatan atau orang mampu melakukan pekerjaan di bidang kesehatan. Petugas

kesehatan sangat berperan dalam memotivasi ibu untuk tidak memberi makanan

tambahan pada bayi usia kurang dari enam bulan. Biasanya, jika dilakukan

penyuluhan dan pendekatan yang baik kepada ibu yang memiliki bayi usia kurang

dari enam bulan, maka pada umumnya ibu mau patuh dan menuruti nasehat petugas

kesehatan, oleh karena itu petugas kesehatan diharapkan menjadi sumber informasi

tentang kapan waktu yang tepat memberikan makanan tambahan dan risiko

pemberian makanan tambahan dini pada bayi.

2.6.8 Faktor Kesehatan Bayi

Faktor kesehatan bayi adalah faktor yang menyangkut kondisi bayi antara lain

galaktosemia, bibir sumbing dan celah palatum, yang menyebabkan ibu memberikan

makanan tambahan pada bayinya. Galaktosemia yaitu kelainan metabolisme sejak

lahir yang ditandai adanya kekurangan enzim galaktokinase yang dibutuhkan untuk

mengurangi laktosa menjadi galaktosa, jika bayi diberi ASI atau bahan lain yang

mengandung laktosa maka kadar laktosa dalam darah dan air kemih akan meningkat

secara klinis akan timbul katarak. Bentuk lain adalah kekurangan enzim yang dapat

menyebabkan bayi diare, muntah-muntah, hati dan limpa membesar kemudian bayi

menjadi kuning. Bibir sumbing dan celah palatum menyebabkan bayi kesulitan

Universitas Sumatera Utara

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Faktor 2.1.1 …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39908/4/Chapter II.pdf · ketergantungan dari beberapa variabel secara simultan dengan

menciptakan tekanan negatif dalam rongga mulut yang diperlukan dalam proses

menyusui, keadaan ini dapat menyebabkan ibu memberikan makanan tambahan.

2.7 Kerangka Operasional

Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas dan arah dari alur penelitian ini

adalah seperti tergambar dalam kerangka operasional di bawah ini:

Variabel Independen

Gambar 2.1. Kerangka Operasional Penelitian

1. Pendidikan Ibu

2. Pengetahuan Ibu

3. Budaya

4. Ekonomi

5. Pekerjaan Ibu

6. Kesehatan Ibu

7. Kesehatan Bayi

8. Petugas Kesehatan

Analisis Faktor

Metode Principal Component (PCA)

Metode maximum likelihood

Model Principal Component (PCA)

Model maximum likelihood

Kesesuaian Model

Pemberian Makanan Tambahan Pada Bayi Usia

Universitas Sumatera Utara