bab ii tinjauan pustaka 2.1 2.1 -...

27
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Hipertensi 2.1.1 Definisi Hipertensi Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik dengan konsisten di atas 140/90 mmhg. Diagnosis hipertensi tidak berdasarkan pada peningkatan tekanan darah yang hanya sekali. Ada dua macam hipertensi, yaitu hipertensi esensial (primer) dan skunder. Sembilan puluh persen dari semua kasus hipertensi adalah primer. Tidak ada penyebab yang jelas tentang hipertensi primer, sekalipun ada beberapa teori yang menunjukan adanya faktor-faktor genetik, perubahan hormon, dan perubahan simpatis. Hipertensi sekunder adalah akibat dari penyakit tertentu (Baredero, Dayrit, & Siswadi, 2008) 2.1.2 Klasifikasi Menurut Cahyono (2008 : 95), tekanan darah tubuh normal adalah 120/80 (tekanan darah sistolik 120 mmHg dan tekanan darah diastolik 80 mmHg). Namun, tekanan darah tersebut tidak memiliki nilai yang baku. Hal itu berbeda-beda tergantung pada aktivitas fisik dan emosi. Tekanan sistolik adalah tekanan yang berhubungan dengan volume darah yang dipompa setiap kali dedak jantung. Adapun tekanan diastolik adalah tekanan yang mengukur daya tahan dari pembuluh darah sehingga tekanan diastolik dianggap lebih penting bagi menilai derajat hipertensi seseorang (Susianto, Widjaja, & Mailoa, 2008). Klasifikasi penderita hipertensi berdasarkan tekanan darah menurut di jelaskan dalam tabel berikut:

Upload: buiphuc

Post on 07-Jun-2019

217 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1 - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/42218/3/jiptummpp-gdl-muhammadiq-51111-3-babii.pdf · akibat dari penyakit tertentu ... Menurut Cahyono (2008

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Hipertensi

2.1.1 Definisi Hipertensi

Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik

dengan konsisten di atas 140/90 mmhg. Diagnosis hipertensi tidak berdasarkan

pada peningkatan tekanan darah yang hanya sekali. Ada dua macam hipertensi,

yaitu hipertensi esensial (primer) dan skunder. Sembilan puluh persen dari semua

kasus hipertensi adalah primer. Tidak ada penyebab yang jelas tentang hipertensi

primer, sekalipun ada beberapa teori yang menunjukan adanya faktor-faktor

genetik, perubahan hormon, dan perubahan simpatis. Hipertensi sekunder adalah

akibat dari penyakit tertentu (Baredero, Dayrit, & Siswadi, 2008)

2.1.2 Klasifikasi

Menurut Cahyono (2008 : 95), tekanan darah tubuh normal adalah

120/80 (tekanan darah sistolik 120 mmHg dan tekanan darah diastolik 80

mmHg). Namun, tekanan darah tersebut tidak memiliki nilai yang baku. Hal itu

berbeda-beda tergantung pada aktivitas fisik dan emosi. Tekanan sistolik adalah

tekanan yang berhubungan dengan volume darah yang dipompa setiap kali dedak

jantung. Adapun tekanan diastolik adalah tekanan yang mengukur daya tahan dari

pembuluh darah sehingga tekanan diastolik dianggap lebih penting bagi menilai

derajat hipertensi seseorang (Susianto, Widjaja, & Mailoa, 2008).

Klasifikasi penderita hipertensi berdasarkan tekanan darah menurut di

jelaskan dalam tabel berikut:

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1 - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/42218/3/jiptummpp-gdl-muhammadiq-51111-3-babii.pdf · akibat dari penyakit tertentu ... Menurut Cahyono (2008

10

Table 2.1 Klasifikasi penderita hipertensi berdasarkan tekanan darah (Cahyono, 2008 : 95)

Klasifikasi

Tekanan Darah

Tekanan Sistolik

(mmHg)

Tekanan Diastolik

(mmHg)

Keterangan

Normal <120 Dan <80 Tekanan darah normal.

teruskan pola hidup

sehat dan cek lagi dalam

2 tahun

Prehipertensi 120-139 Atau 80-89 Beresiko menderita

hipertensi. Sebaiknya

mengubah pola hidup

menjadi lebih sehat dan

pengobatan yang teratur

dari dokter.

Hipertensi tahap

I

140-159 Atau 90-99 Pada tahap ini

memerlukan perbaikan

pola hidup yang lebih

sehat dan pengobatan

yang teratur dari dokter. Hipertensi tahap II ≥160 Atau ≥100

2.1.3 Menifestasi Klinis

Hipertensi sering disebut sebagai pembunuh diam-diam karena sering

tanpa gejala yang memberi peringatan akan adanya masalah. Kadang- kadang

orang menganggap sakit kepala, pusing, atau hidung berdarah sebagai gajala

peringatan meningkatnya tekanan darah. Padahal hanya sedikit orang yang

mengalami perdarahan di hidung atau pusing jika tekanan darahnya meningkat.

Pada sebagian besar kasus hipertensi tidak menimbulkan gejala apa pun, dan bisa

saja baru muncul gejala setelah terjadi komplikasi pada organ lain, seperti ginjal,

mata, otak, dan jantung. Gejala seperti sakit kepala , migrain sering ditemukan

sebagai gejala klinis hipertensi primer, walaupun tidak jarang yang berlangsung

tanpa adanya gejala. Pada survei hipertensi di indonesia, tercatat berbagai keluhan

yang dikaitkan dengan hipertensi, seperti sakit kepala, mudah marah, telinga

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1 - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/42218/3/jiptummpp-gdl-muhammadiq-51111-3-babii.pdf · akibat dari penyakit tertentu ... Menurut Cahyono (2008

11

berdengung, suka tidur, dan rasa berat di tengkuk (Junaedi, Yulianti & Rianata,

2013).

2.1.4 Etiologi

Banyak faktor yang menyebabkan hipertensi. Namun, faktor yang sering

menjadi penyebab penyakit ini adalah aterosklerosis(penebalan dinding arteri

yang menyababkan hilangnya elastisitas pembuluh darah), keturunan,

meningkatnya jumlah darah yang di pompa ke jantung, penyakit ginjal, dan

sistem saraf simpatis. Kelebihan berat badan, tekanan psikologis, steres dan

ketegangan yang dialami ibu hamil juga bisa memicu hipertensi. Kasus hipertensi

dipengaruhi oleh suatu zat yang dihasilkan oleh ginjal, yakni renin. Zat ini akan

berubah menjadi angiotensin( zat penyebab arteri kecil menyempit) penyempitan

inilah yang mengakibatkan hipertensi (Yulianti & Maloedyn, 2006).

2.1.5 Faktor resiko

Beberapa faktor berikut sering berperan dalam kasus-kasus hipertensi,

yaitu faktor keturunan , faktor obesitas, faktor stres, faktor pola makan.

a. Faktor keturunan

Pada 70-80% kasus hipertensi esensial, didapatkan riwayat

hipertensi di dalam keluarga. Apabila riwayat hipertensi didapatkan pada

kedua orang tua, maka kemungkinan hipertensi esensial lebih besar.

Hipertensi juga banyak dijumpai pada penderita kembar monozigot (satu

telur), apabila salah satu menderita hipertensi (Situmorang, 2015).

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1 - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/42218/3/jiptummpp-gdl-muhammadiq-51111-3-babii.pdf · akibat dari penyakit tertentu ... Menurut Cahyono (2008

12

b. Faktor Obesitas

Diantara semua faktor risiko yang dapat dikendalikan , berat

badan adalah salah satu yang paling erat kaitannya dengan hipertensi.

Dibandingkan dengan orang kurus, orang yang gemuk lebih besar

peluangnya terkena hipertensi. Di perkirakan sebnyak 70% kasus baru

penyakit hipertensi adalah orang dewasa yang berat badanya sedang

bertambah. Dugaannya adalah jika berat badan seseorang bertambah,

volume darah akan bertambah pula, sehingga beban jantung untuk

memompa darah juga bertambah. Sering kali kenaikan volume darah dan

beban badan pada tubuh yang bertambah berhubungan dengan

hipertensi, karena semakin besar bebannya, semakin berat juga kerja

jantung dalam memompah darah keseluruh tubuh. Kemungkinan lain

adalah dari faktor produksi insulin, yakni suatu hormon yang di produksi

oleh pankreas untuk mengatur kadar gula darah. Jika berat badan

bertambah, terdapat kecendrungan pengeluaran insulin yang bertambah.

Semakin banyak cairan termasuk darah yang ditahan, tekanan darah akan

semakin tinggi. Untuk mengetahui seseorang itu memiliki berat badan

berlebih atau tidak, yaitu dengan cara menghitung BMI (body masa

index) atau Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan rumus :Berat Badan

(Kilogram) dibagi tinggi badan (meter)

BMI <18 : Kurang berat badan

BMI >18,1-25,0 : Normal

BMI >25,0-27,0 : Gemuk atau Kelebihan berat badan

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1 - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/42218/3/jiptummpp-gdl-muhammadiq-51111-3-babii.pdf · akibat dari penyakit tertentu ... Menurut Cahyono (2008

13

BMI >27,0 : Sangat gemuk atau obesitas

(Situmorang, 2015).

c. Faktor Stres

Di dalam dinding jantung dan beberapa pembuludarah terdapat

suatu reseptor yang selalu memantau perubahan tekanan darah dalam

arteri maupun vena. Jika mendeteksi perubahan , reseptor ini akan

mengirim sinyal ke otak agar tekanan darah kembali normal. Otak

menanggapi sinyal tersebut dengan dilepaskannya hormon dan enzim

yang mempengaruhi kerja jantung, pembuluh darah, dan ginjal.

Apabila stres terjadi , yang terlepas adalah hormon epinefrin atau

adrenalin. Aktivitas ini meningkatkan tekanan darah secara berkala. Jika

stres berkepanjangan, peningkatan tekanan darah menjadi permanen

(Marliani & Tantan, 2007).

d. Faktor Rokok

Health (2005, dalam Situmorang 2015) merokok dapat

mempermudah terjadinya penyakit jantung. Dan tekanan darah. Hal ini

disebabkan pengaruh nikotin dalam peredaran darah. Kerusakan

pembulu darah juga diakibatkan oleh pengendapan kolesterolm pada

pembulu darah, sehingga jantung bekeja lebih cepat.

e. Faktor Pola Makan Yang Salah

Health (2005, dalam Situmorang 2015)makanan yang diawetkan

dan konsumsi garam dapur serta bumbu penyedap dalam jumlah tinggi

seperti monosodium ghulamat (MSG), dapat menaikakan tekanan darah

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1 - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/42218/3/jiptummpp-gdl-muhammadiq-51111-3-babii.pdf · akibat dari penyakit tertentu ... Menurut Cahyono (2008

14

karena mengandung natrium dalam jumlah yang berlebih, sehingga dapat

menahan air (retensi) sehingga meningkatkan jumlah volume darah,

akibatnya jantung harus bekerja lebih keras untuk memompanya dan

tekanan darah menjadi naik, selain itu natrium yang berlebihan akan

menggumpal pada dinding pembulu darah, dan natrium akan terkelupas

sehingga akibatnya menyumbat pembulu darah.

f. Lingkungan Dan Faktor Goegrafi

Faktor lingkungan dan geografi dapat mempengaruhi

kemungkinan tinggi rendahnya tekanan darah seseorang. Sebagai contoh,

orang yang hidup di pinggir pantai yang setiap hari minum air tanah

setempat kemungkinan menderita lebih besar karena ia cenderung

mengonsumsi kadar garam tinggi dari air yang diminumnya. (Permadi,

2011).

2.1.6 Pencegahan

Menurut Soenanto (2009), yang dapat dilakukan dalam upaya pencegahan

hipertensi adalah sebagai berikut:

1. Menerapkan gaya hidup sehat, mengurangi atau membatasi makanan

yang mengandung lemak kolesterol tinggi, makanan berminyak, santan,

gorengan –gorengan. Mengonsumsi makanan berserat tinggi, seperti

buah-buahan dan sayur-sayuran.

2. Ciptakan suasana damai, santai, rileks didalam hati, pikiran dalam setiap

keadaan dan tindakan.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1 - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/42218/3/jiptummpp-gdl-muhammadiq-51111-3-babii.pdf · akibat dari penyakit tertentu ... Menurut Cahyono (2008

15

3. Mengendalikan stres, emosi, ketegangan saraf, ketergesa-gesahan dalam

berpikir dan bertindak.

4. Menghindari produk tembakau (rokok dan alkohol).

5. Rajin melakukan olahraga secara teratur, sesuai dengan kemampuan

tubuh, meningkatkan aktivitas fisik.

6. Diet rendah garam.

7. Menurunkan berat badan bila kegemukan.

2.1.7 Pengobatan/Penatalaksanaan

1. Menurut Dalimarta, Purnama, & Sutarnia (2008 : 28-29) menjelaskan

secara garis besar pengobatan hipertensi dibagi menjadi dua, yaitu

pengobatan non-obat (non-farmakologis) dan pengobatan dengan obat

medis.

Pengobatan non-farmakologis (non-obat)

a. Mengatasi obesitas atau menurunkan kelebihan berat badan.

b. Mengurangi asupan garam ke dalam tubuh. Cara pengobatan itu akan

lebih baik jika digunakan sebagai pelengkap pada pengobatan

farmakologis.

c. Ciptakan keadaan rileks. Berbagai cara rileks, seperti meditasi, yoga, atau

hipnosis dapat dilakukan untuk mengotrol sistem syaraf yang akhirnya

dapat menurunkan tekanan darah.

d. Melakukan olahraga, seperti aerobik atau jalan cepat selama 30-45 menit

sebanyak 3-4 kali seminggu.

2. Pengobatan Fakarmakologis (obat medis)

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1 - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/42218/3/jiptummpp-gdl-muhammadiq-51111-3-babii.pdf · akibat dari penyakit tertentu ... Menurut Cahyono (2008

16

Pengobatan hipertensi dilandasi oleh beberapa prinsip sebagai berikut.

a. Pengobatan hipertensi sekunder yang lebih mendahulukan pengobatan

penyebab hipertensi

b. Pengobatan hipertensi esensial ditunjukan untuk menurunkan tekanan

darah dan mengurangu timbulnya komplikasi

c. Upaya menurunkan tekanan darah dicapai dengan menggunakan obat

anti-hipertensi

d. Pengobatan hipertensi adalah pengobatan jangka panjang, bahkan

kemungkinan seumur hidup.

2.1.8 Komplikasi

Permadi (2011) mengemukakan beberapa komplikasi yang disebabkan

oleh penyakit hipertensi antara lain:

a. Asam Urat

Kelebihan asam urat dalam darah menyebabkan perkristalan pada

persendian dan pembulu kapiler darah. Akibatnya, jika persendian digerakkan

terjadi gesekan kristal-kristal yang menimbulkan rasa nyeri. Jika bergerak,

kristal-kristal asam urat tertekan kedinding pembulu darah kapiler sehingga

ujung kristal yang runcing menusuk dinding pembuluh darah kapiler.

Akibatnya, timbul rasa nyeri. Kondisi ini diduga menghambat sirkulasi darah

yang mengakibatkan tekanan darah meningkat(Hipertensi). Penumpukan

kristal asam urat yang kronis menyebabkan persendian tidak dapat di

gerakkan (Permadi, 2011).

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1 - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/42218/3/jiptummpp-gdl-muhammadiq-51111-3-babii.pdf · akibat dari penyakit tertentu ... Menurut Cahyono (2008

17

b. Stroke

Tekanan darah tinggi menekan dinding-dinding pembuluh darah

disemua jaringan tubuh, tidak terkecuali pembulu darah di otak yang sangat

halus dan rumit. Kondisi ini diperburuk oleh perapuhan pembuludarah yang

terjadi secara alamiah seiring bertambahnya umur seseorang. Jika terjadi

pecahnya pembulu darah di otak maka otak akan kekurangan oksigen.

Terganggunya suplai oksigen ke otak dikenal dengan nama stroke. Yang perlu

diketahui, jika otak tidak mendapat oksigen dalam waktu beberapa menit

maka bisa menimbulkan kematian.

Jadi, wajar jika risiko stroke meningkat 3-4 kali lipat pada penderita

hipertensi dibanding dengan orang yang tidak menderita hipertensi. Risiko ini

semakin besar pada penderita hipertensi yang merokok dan kolestrol tinggi.

Untuk pencegahan stroke , jaga agar tekanan darah selalu normal. Jika

serangan stroke sudah terjadi maka penanganan diarahkan ke perawatan

pascastroke. Jagalah tensi darah senormal mungkin (Permadi, 2011).

c. Jantung

Penyakit jantung berhubungan erat dengan penyakit hipertensi.

Tekanan darah yang tinggi menambah beban jantung dalam memompa darah

keseluruh tubuh. Dalam jangka panjang dan pada satu titiktertentu, keadaan

ini mengakibatkan kerusakan organ „jantung, bahkan kematian. Beberapa

kelainan jantung yang sudah dikenal, di antaranya jantung koroner, kejang

jantung, dan jantung berdebar (Permadi, 2011).

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1 - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/42218/3/jiptummpp-gdl-muhammadiq-51111-3-babii.pdf · akibat dari penyakit tertentu ... Menurut Cahyono (2008

18

d. Kolestrol Meningkat

Jika lemak jahat (kolestrol) dalam tubuh jumlahnya berlebih akan

menimbulkan sumbatan-sumbatan pada saluran darah. Kondisi ini

menyebabkan terganggunya aliran darah, akibatnya tekanan darah meningkat

(hipertensi). Penyakit lain yang ditimbulkan adalah serangan jantung dan

stroke (Permadi, 2011).

e. Mimisan

Mimisan ditandai dengan sering keluar darah dari lubang hidung.

Penyakit ini terjadi karena adanya kelemahan pembuluh darah (terutama di

hidung) yang dialami si penderita. Dalam kondisi tersebut, pembuludarah

tidak lagi kuat menahan tekanan darah dari dalam sehingga darah keluar.

Pada penderita hipertensi, dengan tingginya tekanan darah maka besar

kemungkinan terjadinya mimisan (Permadi, 2011)

2.2 Teori Kepatuhan

2.2.1 Definisi Kepatuhan .

Prijadarminto (2003, dalam Nugroho.P, 2015 : 25) mengemukakan

kepatuhan adalah suatu kondisi yang tercipta dan berbentuk melalui proses dari

serangkaian perilaku yang menunjukkan nilainilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan,

keteraturan dan ketertiban. Sikap atau perbuatan yang dilakukan bukan lagi atau

sama sekali tidak dirasakan sebagai beban, bahkan sebaliknya akan mebebani

dirinya bila mana ia tidak dapat berbuat sebagaimana lazimnya. Menurut Bastable

(2002) kepatuhan pada program kesehatan merupakan perilaku yang dapat

diobservasi dan dengan begitu dapat langsung diukur.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1 - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/42218/3/jiptummpp-gdl-muhammadiq-51111-3-babii.pdf · akibat dari penyakit tertentu ... Menurut Cahyono (2008

19

2.2.2 Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan

a. Tingkat Pendidikan

Menurut Notoatmodjo (2010, dalam Rasajati, Raharjo & Ningrum,

2015 : 19) perubahan atau tindakan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan

yang dihasilkan oleh pendidikan kesehatan ini didasarkan kepada

pengetahuan dan kesadarannya melalui proses pemebelajaran. Kepatuhan

pengobatan hipertensi bisa disebabkan karena faktor lain selain tingkat

pendidikan, dapat pula disebabkan karena perbedaan pekerjaan/ kesibukan

sehingga penderita hipertensi tiak punya waktu untuk berobat kepuskesmas

b. Tingkat Pengetahuan

Tingkat pengetahuan merupakan salah satu faktor yang dapat

mempengaruhi kepatuhan seseorang terhadap pengobatannya. Tingginya

tingkat pengetahuan akan menunjukan bahwa seseorang telah mengetahui,

mengerti dan memahami maksud dari pengobatan yang mer eka janlani

(Pratama & Ariastuti 2015 : 8).

c. Motivasi

Motivasi merupakan proses yang menjelaskan intensitas, arah, dan

ketekunan seorang individu untuk mencapai tujuannya, dalam hal ini adalah

kesembuhan dari hipertensi. Tingginya motivasi seseorang menunjukan

tingginya kebutuhan maupun dorongan responden untuk mencapai sebuah

tujuan (Pratama & Ariastuti 2015 : 8).

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1 - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/42218/3/jiptummpp-gdl-muhammadiq-51111-3-babii.pdf · akibat dari penyakit tertentu ... Menurut Cahyono (2008

20

d. Dukungan Petugas Kesehatan

Dukungan petugas kesehatan sangat dibutuhkan oleh penderita

hipertensi. Karena dari petugas kesehatanlah sebagian besar informasi

mengenai penyakit dan pengobatan diperoleh. Dukungan petugas kesehatan

selain berupa pemberian informasi, juga berupa pelayanan yang baik dan

sikap selama proses pelayanan (Pratama & Ariastuti 2015 : 8). Adanya

dukungan petugas kesehatan berupa edukasi dapat menambah pengetahuan

penderita hipertensi mengenai penyakit yang dideritanya seperti pentingnya

melakukan pengobatan secara rutin untuk menghindari terjadinya komplikasi.

Hal ini juga dapat dijadikan sebagai motivasi bagi penderita hipertensi untuk

lebih memperhatikan kesehatannya. Dengan adanya sikap dan dukungan

yang baik dari petugas kesehatan, penderita hipertensi diharapkan mampu

meningkatkan kepatuhannya untuk berobat(Annisa, Wahiduddin & Ansar

2014 : 6-7)

e. Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga

terhadap penderita yang sakit. Anggota keluarga memandang bahwa orang

yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan

jika diperlukan. Ada beberapa jenis dukungan yang dapat diberikan oleh

keluarga antaralain: dukungan informasional, dukungan penilaian, dukungan

instrumental, dan dukungan emosional (Pratama & Ariastuti 2015 : 9). Satria

(2008, dalam Lestari 2011 : 4) menejelaskan dukungan informasional

mencakup pemberian nasihat-nasihat, petunjuk, saran, atau umpan balik.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1 - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/42218/3/jiptummpp-gdl-muhammadiq-51111-3-babii.pdf · akibat dari penyakit tertentu ... Menurut Cahyono (2008

21

Dukungan emosional mencakup ungkapan empati, kepedulian, dan perhatian

sehingga responden merasa nyaman, dicintai, dan diperhatikan. Dukungan

emosional diberikan dalam bentuk memahami, perhatian dan simpati pada

kesulitan seseorang. Keluarga atau teman dapat memberikan dukungan

informatif dengan memberikan saran tentang apa yang harus dilakukan untuk

menghadapi masalah.

f. Keterjangkauan Pelayanan Kesehatan

Keterjangkauan pelayanan kesehatan adalah mudah atau sulitnya

seseorang untuk mencapai tempat pelayanan kesehatan. Keterjangkauan yang

dimaksudkan adalah dari segi jarak, waktu tempuh dan kemudahan

transportasi untuk mencapai pelayanan kesehatan. (Annisa, Wahiduddin &

Ansar 2014 : 6). Jarak rumah yang dekat dengan pelayanan kesehatan

membuat responden lebih mudah untuk berobat sehingga lebih rutin minum

obat sesuai dengan anjuran dokter (Rasajati, Raharjo & Ningrum, 2015 : 21).

2.2.3 Jenis-jenis Kepatuhan

Menurut Cramer (2011) dalam Elen Konis (2012 : 13-14) kepatuhan

dapat dibedakan menjadi:

a. Kepatuhan penuh (total complience)

Pada keadaan ini penderita tidak hanya berobat secara terartur sesuai

batas waktu yang ditetapkan melainkan juga patuh memakai obat secara

teratur sesuai petunjuk.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1 - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/42218/3/jiptummpp-gdl-muhammadiq-51111-3-babii.pdf · akibat dari penyakit tertentu ... Menurut Cahyono (2008

22

b. Penderita sama sekali tidak patuh (non complience)

Penderita yang putus berobat atau tidak menggunakan obat sama

sekali.

2.3 Teori Ketidakpatuhan

2.3.1 Definisi Ketidakpatuhan

Menurut Becker & Green (1975, dalam Bastable, 2002)

Ketidakpatuhan menggambarkan penolakan seseorang untuk mengikuti program

yang telah ditentukan. Literatur penuh dengan penelitian yang memperlihatkan

tingginya tingkat ketidakpatuhan pasien. Yang diperkirakan sebesar 30% sampai

50%. Ketidakpatuhan merupakan penyebab kegagalan terapi, hal ini berdampak

pada memburuknya keadaan pasien karena akan terjadinya komplikasi dan

kerusakan pada organ tubuh (Pujasari, et al., 2015 : 100).

2.3.2 Faktor yang berhubungan

Becker & Green (1975, dalam Pujasari, et al., 2015) membagi faktor

ketidak patuhan menjadi 2 yaitu: Faktor Internal (predispoising factor) meliputi

faktor pasien, Faktor kondisi, penyakit dan faktor terapi.

Faktor Eksternal (enabling factor dan reinforcing factor) meliputi faktor

sistem pelayanan dan faktor sosial ekonomi.

2.4 Konsep Demografi

2.4.1 Definisi Demografi

Kependudukan atau demografi bersal dari Bahasa Yunani, demos yang

berarti rakyat dan grafein yang berarti menulis, demografi adalah tulisan-tulisan

tentang rakyat atau penduduk. Demografi mempelajari struktur dan proses

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1 - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/42218/3/jiptummpp-gdl-muhammadiq-51111-3-babii.pdf · akibat dari penyakit tertentu ... Menurut Cahyono (2008

23

penduduk di suatu wilayah. Struktur penduduk meliputi jumlah, persebaran dan

komposisi penduduk. Struktur ini berubah-ubah yang disebabkan oleh proses

demografi yaitu kelahiran, kematian dan imigrasi. Ketiga faktor ini disebut

dengan komponen pertumbuhan penduduk. Selain ketiga faktor tersebut struktur

penduduk ditentukan juga oleh faktor yang lain misal perkawinan, perceraian.

Perubahan struktur yaitu perubahan dalam jumlah maupun komposisi akan

memberikan pengaruh sosial, ekonomi, dan politis terhadap penduduk yang

tinggal disuatu wilayah (Faqih, 2010 : 3).

2.4.2 Komposisi penduduk demografi

a. Usia

Mubarak, (2006, dalam Sari & Utami, 2009) Mengemukakan umur

individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun.

Menurut Adioetomo (2010 : 22, dalam Yunikasari, 2015 : 32) terdapat

kesepakatan dalam studi demografi bahwa umur seseorang dihitung menurut

ulang tahunnya terakhir. Misalnya, jika seseorang anak berumur 5 tahun 3

bulan maka dalam studi demografi umurnya adalah 5 tahun. Struktur umur

penduduk yang dibedakan menjadi tiga kelompok besar, yaitu 1) Penduduk

usia muda, yaitu penduduk usia di bawah 15 tahun atau kelompok umur 0-14

tahun 2) Penduduk usia produktif, yaitu penduduk umur 15-59 tahun; 3)

Penduduk usia lanjut, yaitu penduduk umur 60 tahun ke atas.

Dalam penelitiannya Fitriana, R & Harysko. (2014)

mengemukakan bahwa seseorang yang berusia dewasa muda itu lebih patuh

dalam menjalani pengobatan dibandingkan dengan yang berusia dewasa

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1 - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/42218/3/jiptummpp-gdl-muhammadiq-51111-3-babii.pdf · akibat dari penyakit tertentu ... Menurut Cahyono (2008

24

akhir. Ini dikarenakan dewasa muda lebih mempunyai keinginan yang tinggi

untuk hidup sehat.

b. Jenis Kelamin

Menurut Hunggu (2007, dalam Purnomo, 2014) jenis kelamin (seks)

adalah perbedaan antara perempuan dengan laki-laki secara biologis sejak

seseorang lahir. Seks berkaitan dengan tubuh laki-laki dan perempuan,

dimana laki-laki memproduksikan sperma, sementara perempuan

menghasilkan sel telur dan secara biologis mampu untuk menstruasi, hamil

dan menyusui. Perbedaan biologis dan fungsi biologis laki-laki dan

perempuan tidak dapat dipertukarkan diantara keduanya, dan fungsinya tetap

dengan laki-laki dan perempuan pada segala ras yang ada dimuka bumi.

Hasil penelitian dari Parmono & Nurhidayati (2017) menyatakan

jenis kelamin perempuan lebih banyak patuh menjalankan pengobatan

hipertensi pada usia dewasa dan lansia, hal ini disebabkan karena laki-laki

cendrung kurang peduli dengan status kesehatannya. Hal ini dapat dilihat

masih ada penderita hipertensi jenis kelamin laki-laki yang merokok, tidak

mengatus istirahat dan tidurnya.

c. Tingkat Pendidikan

Suliha, (2002, dalam Sari & Utami, 2009) mengemukakan pendidikan

adalah upaya yang memberikan pengetahuan sehingga terjadi perubahan

prilaku positif yang meningkat. Wirosuhardjo (2007 : 21, dalam Yunikasari,

2015 : 33) mengemukakan penduduk menurut tingkat pendidikan, tercemin

pada a). kepandaian membaca dan menulis (Literacy) Penduduk dikatakan

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1 - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/42218/3/jiptummpp-gdl-muhammadiq-51111-3-babii.pdf · akibat dari penyakit tertentu ... Menurut Cahyono (2008

25

dapat membaca dan menulis jika mereka dapat membaca dan menilis atau

kalimat sederhana; membaca dan menulis huruf Braile; orang cacat yang

pernah bisa membaca dan menulis. Sedangkan mereka tergolong buta aksara

jika mereka tidak bisa membaca dan menulis atau bisa membaca tetapi tidak

bisa menulis. b) Tingkat pendidikan yang ditamatkan yaitu seseorang yang

meninggalkan sekolah setelah mengikuti pelajaran pada kelas tertinggi sampai

akhir dengan mendapat tanda tamat/ijasah, baik dari sekolah negeri maupun

swasta (Wirosuhardjo, 2007 : 21).

Dalam penelitiannya Fitriana, R & Harysko. (2014) juga dijelaskan

bahwa responden yang pendidikannya tinggi lebih patuh menjalani

pengobatan dibandingkan dengan responden yang berpendidikan rendah.

Dikarenakan responden yang berpendidikan tinggi memiliki pengetahuan

yang tinggi bagaimana menjaga kesehatannya.

d. Tingkat Ekonomi

Dalam kehidupan masyarakat proses terjadinya pelapisan sosial atau

penggolongan status sosial dapat terjadi dengan sendirinya atau sengaja

disusun untuk mengejar suatu tujuan bersama. Penggolongan tingkat ekonomi

keluarga berbeda antara satu dengan yang lain dalam masyarakat. Menurut

pendapat seorang ahli bahwa “golongan sosial ekonomi dapat dibagi menjadi

tiga tingkatan yaitu tinggi, menengah atau sedang dan rendah. Dengan adanya

tingkatan ekonomi masyarakat itulah, maka sangat mempengaruhi gaya hidup,

tingkah laku, sikap mental seseorang di masyarakat (Zuhri, 2010). Parmono &

Nuridayati (2017) Menyatakan bahwa penderita hipertensi dengan pendapatan

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1 - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/42218/3/jiptummpp-gdl-muhammadiq-51111-3-babii.pdf · akibat dari penyakit tertentu ... Menurut Cahyono (2008

26

lebih dari UMR berpeluang patuh 3,680 kali dibandingkan penderita

hipertensi dengan pendapatan kurang dari UMR.

2.5 Motivasi

2.5.1 Pengertian Motivasi

Dalam pengertian umum, motivas dikatakan sebagai kebutuhan yang

mendorong suatu perbuatan kearah suatu tujuan tertentu. Motivasi diartikan

sebagai kebutuhan psikologis yang telah memiliki corak atau arah yang ada dalam

diri individu yang harus dipenuhi agar kehidupan kejiwaannya terpelihara, yaitu

senantiasa berada dalam keadaan seimbang yang nyaman (homeostatis, equelibrium).

Kebutuhan ini berupa kekuatan dasar yang selanjutnya berubah menjadi suatu

vektor yang disebut motivasi, karena memiiki kekuatan sekaligus arah. Arah yang

menggambarkan bahwa manusia tidak hanya memiliki kebutuhan melainkan

keinginan untuk mencapai sesuatu yang sesuai dengan kebutuhannya. (Tawale,

Budi, & Nurcholis, 2011) sedangkan menurut Weiner (1990, dalam Nursalam &

Efendi, 2008) yang dikutip Elliot et al (2000, dalam Nursalam & Efendi, 2008)

mengemukakan bahwa motifasi didefinisikan sebagai kondisi internal yang

membangkitkan kita untuk bertindak, mendorong kita menuju tujuan tertentu,

dan membuat kita tetap tertarik dalam kegiatan tertentu. Menurut Uno (2007,

dalam Nursalam & Efendi, 2008) Motivasi dapat diartikan sebagai dorongan

internal dan eksternal dalam diri seseorang yang diindikasikan dengan (1) adanya

hasrat dan minat untuk melakukan kegiatan, (2) adanya dorongan dan kebutuhan

untuk melakukan kegiatan, (3) adanya harapan dan cita-cita, (4) penghargaan dan

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1 - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/42218/3/jiptummpp-gdl-muhammadiq-51111-3-babii.pdf · akibat dari penyakit tertentu ... Menurut Cahyono (2008

27

penghormatan atas diri, (5) adanya lingkungan yang baik , dan (6) adanya kegiatan

yang menarik. Motivasi adalah tentang apa yang membuat seseorang bertindak.

Sargent, dikutip oleh Howard (1999, dalam Nursalam & Efendi, 2008)

2.5.2 Teori Motivasi

Menurut Swansburg (2001 dalam Nursalam & Efendi, 2008) dari

beberapa motivasi mengklasifikasikan motivasi dalam teori-teori isi dan teori-

teori proses.

2.5.2.1 Teori isi motivasi

Teori isi motivasi berfokus pada faktor-faktor atau kebutuhan dalam diri

seseorang untuk menimbulkan semangat, mengarahkan, mempertahankan, dan

menghentikan prilaku.

1. Teori motivasi Kebutuhan (Abraham A. Maslow)

Maslow menyusun suatu teori tentang kebutuhan manusia secara

hierarkial, yang sebenarnya terdiri dari dua kelompok, yakni kelompok

defisiensi dan kelompok pengembangan. Termasuk di dalam kelompok

defisiensi, secara hirarkis adalah fisiologis, rasa aman, kasih sayang dan

penerimaan, dan kebutuhan akan harga diri. Kelompok pengembang

mencakup kebutuhan aktulisasi diri Ahmadi & Supriyono (1991 dalam

Nursalam & Efendi, 2008).

Mangkunegara (2005 dalam Nursalam & Efendi, 2008)

menjabarkan hierarki Maslow sebagai berikut:

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1 - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/42218/3/jiptummpp-gdl-muhammadiq-51111-3-babii.pdf · akibat dari penyakit tertentu ... Menurut Cahyono (2008

28

a. Kebutuhan fisologis, yaitu kebutuhn akan pemenuhan unsur biologis,

kebutuhan makan, minum, bernafas, seksual dan lain sebagainya.

Kebutuhan ini merupakan kebutuhan yang paling mendasar.

b. Kebutuhan akan rasa aman, yaitu kebutuhan dari ancaman, dan bahaya

lingkungan.

c. Kebutuhan akan kasih sayang dan cinta, yaitu kebutuhan untuk

diterima dlam kelompok , berafiliasi, berinteraksi, mencintai dan

dicintai.

d. Kebutuhan akan harga diri, yaitu kebutuhan untuk dihormati dan

dihargai.

e. Kebutuhan aktualisasi diri, yaitu kebutuhan untuk menggunakan

kemampuan, skill dan potensi, berpendapat dengan mengemukakan

penilaian dan kritik terhadap sesuatu.

2. Teori ERG (Alderfer’s ERG theory)

Teori ERG (Existence, Relatedness and Growth), dikembangkan

oleh Clayton Alderfer. Menurut teori ini, komponen existence adalah

mempertahankan kebutuhan dasar dan pokok manusia. Merupakan

kebutuhansetiap manusia untuk mempertahankan eksistensinya secara

terhormat. Hampir sama dengan teori maslow, kebutuhan dasar manusia

itu selain kebutuhan fisiologis, termasuk di dalam komponen “existence”,

juga kebutuhan akan keamanan. Relatedness tercermin dari sifat manusia

sebagai insan sosial yang ingin berafiliasi, harga diri dan penerimaan oleh

lingkungan sosial. Growth lebuh menekankan kepada keinginan seseorang

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1 - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/42218/3/jiptummpp-gdl-muhammadiq-51111-3-babii.pdf · akibat dari penyakit tertentu ... Menurut Cahyono (2008

29

untuk tumbuh dan berkembang, mengalami kemajuan dalam kehidupan,

pekerjaan dan kemampuan, serta mengaktualisasikan diri Siagian(2004

dalam Nursalam & Efendi, 2008).

3. Teori Motivasi dua faktor (Frederick Herzberg’s Two Factors theory)

Herzberg, seorang psikolog yang berusaha mengembangkan

kebenaran teorinya melakukan penelitian kepada sejumlah pekerja untuk

menemukan jawaban dari, “Apa yang ebenarnya diinginkan seseorang dari

pekerjaannya?” Timbulny keinginan Herzberg untuk meneliti adalah karena

adanya keyakinan bahwa terdapat hubungan yang mendasar antara

seseorang dengan pekerjaanya dan karena itu sikap seseorang terhadap

pekerjaanya akan sangat mungkin menentukan tingkat keberhasilan dan

kegagalannya Siagian(2004 dalam Nursalam & Efendi, 2008).

4. Teori Motivasi Berprestasi (n-ach, oleh David McClelland)

Seseorang mempunyai motivasi untuk bekerja karena adanya

kebutuhan untuk berprestasi. Motivasi merupakan fungsi dari tiga

variabel, yaitu (1) harapan untuk melakukan tugas dengan berhasil, (2)

persepsi tentang nilai tugas, dan (3) kebutuhan untuk sukses.

Kebutuhan berprestasi ini bersifat intrinsik dan relatif stabil.

Orang dengan n-ach yang tinggi dicirikan dengan keinginan untuk

menyelesaikan tugas dan meningkatkan penampilan mereka, menyukai

tantangan, dimana hasil kerja mereka akan dibandingkan dengan prestasi

orang lain.

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1 - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/42218/3/jiptummpp-gdl-muhammadiq-51111-3-babii.pdf · akibat dari penyakit tertentu ... Menurut Cahyono (2008

30

Mereka dengan n-ach tinggi menyukai tantangan yang sedang,

realistis dan tidak untung-untungan. Mereka menyukai pekerjaan yang

mudah dan juga pekerjaan yang mereka yakini sangat sulit untuk

diselesaikan dengan baik. Keberhasilan mengerjakan tugas menjadi

aspirasi mereka untuk mengerjakan tantangan yang lebih sulit. Hal ini

berkebalikan pada orang dengan n-ach yang rendah. Tugas yang sangat

mudah akan mereka kerjakan, karena yakin benar tugas tersebut dapat

diselesaikan dengan baik . sebaliknya tugas yang sangat sulit yang gagal

dikerjakan tidak membawa arti apapun, karena sejak semula sudah

diketahui bahwa tugas tersebut akan gagal dikerjakan.

2.5.2.2 Teori Peroses Motivasi

1. Teori penguatan (Skinner‟s Reinforcement theory)

Skinner mengemukakan suatu teori proses motivasi yang disebut

operant conditing. Pembelajaran timbul sebagai akibat dari perilaku, yang juga

disebut modifikasi perilaku. Perilaku merupakan operant, yang dapat

dikendalikan dan diubah melalui penghargaan dan hukuman. Perilaku

positif yang diinginkan harus dihargai atau diperkuat, karena penguatan

akan memberikan motivasi, meningkatkan kekuatan dari suatu respons atau

menyebabkan pengulangannya.

2. Teori Penghargaan (Victor H. Vroom’s Expectancy theory)

Teori harapan dikembangkan oleh Vroom yang diperluas oleh

Porter dan Lawler. Intinya dari teori harapan terletak pada pendapatan

yang mengemukakan bahwa kuatnya kecendrungan seseorang bertindak

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1 - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/42218/3/jiptummpp-gdl-muhammadiq-51111-3-babii.pdf · akibat dari penyakit tertentu ... Menurut Cahyono (2008

31

bergantung pada harapan bahwa tindakan tersebut akan diikuti oleh suatu

hasil tertentu dan terdapat daya tarik pada hasil tersebut bagi orang yang

bersangkutan. Siagian(2004 dalam Nursalam & Efendi, 2008)

3. Teori Keadilan (Adam‟s Equity theory)

Teori keadilan yang dikembangkan oleh Adam, didasarkan pada

asumsi puas atau tidaknya seseorang terhadap apa yang dikerjakan

merupakan hasil dari membandingkan antara input usaha, pengalaman,

skill, pendidikan dan jam kerjanya dengan outcome atau hasil yang

didapatkan dari pekerjaan tersebut. Mangkunegara (2005 dalam Nursalam

& Efendi, 2008).

4. Teori Penetapan Tujuan (Edwin Locke’s theory)

Dalam teori ini , Edwin Locke mengemukakan kesimpulan bahwa

penetapan suatu tujuan tidak hanya berpengaruh terhadap pekerjaan sata,

tetapi juga mempengaruhi orang tersebut untuk mencari cara yang efektif

untuk mengerjakannya. Mangkunegara (2005 dalam Nursalam & Efendi,

2008). Kejelasan tujuan yang hendak dicapai oleh seseorang dalam

melaksanakan tugasnya akan menumbuhkan motivasi yang tinggi, tujuan

yang sukar sekalipun apanila ditetapkan sendiri oleh orang yang

bersangkutan ataupun ditentukan oleh organisasi yang membawahinya

tetapi dapat diterima sebagai tujuan yang pantas dan layak dicapai, akan

menyebabkan prestasu yang meningkat. Siagian (2004 dalam Nursalam &

Efendi, 2008).

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1 - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/42218/3/jiptummpp-gdl-muhammadiq-51111-3-babii.pdf · akibat dari penyakit tertentu ... Menurut Cahyono (2008

32

2.5.3 Macam Motivasi

Movasi seseorang dapat timbul dan tumbuh berkembang melalui dari dalam diri

sendiri (intrinsik), dan datang dari lingkungan atau ekstrinsik Eliot et al (2000

dalam Nursalam & Efendi, 2008). Motivasi intrinsik bermakna keinginan dari diri

sendiri untuk bertindak tanpa adanya rangsangan dari luar Eliot (2000, dalam

Nursalam & Efendi, 2008). Motivasi intrinsik akan lebih menguntungkan dan

memberikan keajegan dalam belajar. Motivasi ekstrinsik dijabarkan sebagai

motivasi yang datang dari luar individu yang tidak dapat dikendalikan oleh

individu tersebut Sue Howard (1999 dalam Nursalam & Efendi, 2008) Eliot at al

(2000 dalam Nursalam & Efendi, 2008) mencontohkan dengan nilai, hadiah dan

atau penghargaan yang digunakan untuk merangsang motivasi seseorang.

2.6 Perbedaan Tingkat Kepatuhan dalam Pengobatan Hipertensi

Berdasarkan Data Demografi

Susan (2002, dalam Rostanti, Bawotong, & Onibala, 2016 : 2)

mengemukakan kepatuhan adalah istilah yang dipakai untuk menjelaskan

ketaatan atau pasrah pada tujuan yang telah ditentukan. Kepatuhan memiliki

nada yang cenderung menipulatif atau otoriter dimana perawatan kesehatan atau

pendidik dianggap sebagai tokoh yang berwenang dan konsumen dianggap

bersikap patuh. Ketidakpatuhan merupakan penyebab utama kegagalan dalam

pengobatan hipertensi. Tujuan yang paling penting untuk mengontrol hipertensi

adalah kepatuhan harian dan kepatuhan jangka panjang untuk pengobatan.

(Khanam, et al., 2014 : 2).

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1 - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/42218/3/jiptummpp-gdl-muhammadiq-51111-3-babii.pdf · akibat dari penyakit tertentu ... Menurut Cahyono (2008

33

WHO (2012 dalam Rasajati, Raharjo, & Ningrum, 2015 : 17)

mengemukakan Secara global, prevalensi hipertensi pada orang dewasa berusia

25 tahun dan lebih adalah sekitar 40% pada tahun 2008. Di seluruh dunia,

hipertensi diperkirakan menyebabkan 7,5 juta kematian, sekitar 12,8% dari total

seluruh kematian. Sedangkan Prevalensi hipertensi di Indonesia berdasarkan

pengukuran tekanan darah pada orang usia 18 tahun ke atas di sejumlah daerah

telah mencapai 31,7% dari total penduduk.

Dalam penelitian Suciati, (2013 : 22-23) menjelaskan bahwa demografi

dalam kepatuhan berupa umur, jenis kelamin dan tingkat pendidikan. Jenis

kelamin dapat mempengaruhi tingkat kepatuhan berobat seorang pasien.

Perempuan lebih taat berobat dari pada laki-laki. Dan tinggi rendahnya

pendidikan menentukan patuh tidaknya seseorang terhadap pengobatan. Makin

tinggi pendidikan seseorang makin teratur berobatnya. Hal ini didukung oleh

penelitian Parmono & Nurhidayati (2017) yang menyatakan bahwa jenis kelamin

perempuan lebih patuh dalam menjalankan pengobatan dibanding laki-laki.

Notoatmodjo (2010), dalam Purmono & Nurhidayati (2017) menjelaskan

perempuan lebih sering berobat daripada laki-laki. Jenis kelamin dapat

mempengaruhi persepsi seseorang terhadap ancaman dan keseriusan penyakit.

Perempuan banyak mempersepsikan hipertensi sebagai penyakit yang

mengancam, dapat menyebabkan stroke dan penyakit jantung sehingga

mengancam kesehatan.

Menurut penelitian Fitrina & Harysko (2014) mengatakan bahwa usia

dewasa muda lebih patuh dalam menjalani pengobatan dibandingkan dengan usia

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1 - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/42218/3/jiptummpp-gdl-muhammadiq-51111-3-babii.pdf · akibat dari penyakit tertentu ... Menurut Cahyono (2008

34

dewasa akhir. Ini dikarenakan usia dewasa muda lebih mempuyai keinginan

untuk hidup yang lebih sehat. Dan usia dewasa muda lebih memiliki hapan hidup

yang tinggi.

Hasil penelitian Ekarini (2012) bahwa dari 28 orang (37,3%) responden

yang berpendidikan tinggi ada sebanyak 82% responden patuh menjalanin

pengobtan dan 18% tidak patuh, 27 orang (36,0%) rsponden yang berpendidikan

menengah ada sebanyak 93% patuh dalam pengobatan dan 7% responden tidak

patuh, namun sebaliknya dari 20 orang (26,7%) responden yang berpendidikan

rendah hampir sama jumlahnya antara yang patuh maupun yang tidak patuh yaitu

sebanyak 55% responden patuh menjalani pengobatan sedangkan sisanya 45%

respondn tidak patuh. Hal tersebut menunjukan bahwa tingkat pendidikan dapat

mempengaruhi kepatuhan klien hipertensi dalam menjalani

pengobatan.meskipun belum tentu responden denagna pendidikan tinggi

mempunyai kepatuhan tinggi dalam menjalani pengobatan, akan tetapi dapat juga

responden dengan pendidikan rendah mempunyai kepatuhan yang tinggi dalam

pengobatan. Hal ini dapat terjadi memgingat bahwa individu adalah sosok yang

unik yang memiliki beranekaragam kepribadian, sifat, budaya maupun

kepercayaan.

Kepatuhan pengobatan hipertensi pada lansia di Desa Cukil Wilayah

kerja Puskesmas Tengaran Kabupaten Semarang dengan pendapatan lebih dari

UMR (65,2%) lebih besar proposinya dibandingkan dengan kelompok usia

dewasa (57,6%). Hasil analisis p value 0,000 yang berarti ada hubungan antara

sosial ekonomi dengan kepatuhan pengobatan hipertensi. Hasil anlisis diperoleh

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1 - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/42218/3/jiptummpp-gdl-muhammadiq-51111-3-babii.pdf · akibat dari penyakit tertentu ... Menurut Cahyono (2008

35

nilai OR = 3,680, artinya penderita hipertensi dengan pendapatan lebih dari

UMR berpeluang patuh 3,680 kali dibandingkan penderita hipertensi dengan

pendapatan kurang dari UMR (Parmono & Nuridayati, 2017). Hal tersebut

didukung oleh pernayataan dari WHO (2001), dalam Parmono & Nuridayati

(2017) yaitu peningkatan prevalensi penderita hipertensi di negara berkembang

berkaitan dengan peningkatan status sosial ekonomi yang membaik, dan menurut

Suparyanto (2010), dalam Parmono & Nuridayati (2017) menjelaskan salah satu

faktor yang mempengaruhi kepatuhan adalah kemampuan finansial dalam

memenuhi kebutuhan. Motivasi adalah suatu set atau kumpulan perilaku yang

memberikan landasan bagi seseorang untuk bertindak dalam suatu cara yang

diarahkan kepada tujuan spesifik tertentu. Motivasi muncul dalam dua bentuk

dasar, yaitu motivasi ekstrinsik dan motivasi intrinsik Soeroso(2003 dalam

Mubin, Samiasih & Hermawati, 2010).