bab ii tinjauan pustaka · 2017. 4. 1. · pencampuran ini dilakukan agar bahan aktif tersebut...

36
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pestisida Peraturan menteri Pertanian Nomor : 07 /Permentan /SR. 140 /2 /2007 mendefinisikan bahwa pestisida adalah zat kimia atau bahan lain dan jasad renik serta virus yang digunakan untuk: 1) memberantas atau mencegah hama-hama tanaman, bagian-bagian tanaman atau hasil-hasil pertanian, 2) Memberantas rerumputan, 3) Mematikan daun dan mencegah pertumbuhan tanaman yang tidak diinginkan, 4) Mengatur atau merangsang pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian tanaman, tidak termasuk pupuk, 5) Memberantas atau mencegah hama-hama luar pada hewan-hewan piaraan dan ternak, 6) Memberantas dan mencegah hama-hama air, 7) Memberantas atau mencegah binatang-binatang dan jasad-jasad renik dalam rumah tangga, bangunan dan alat-alat pengangkutan,dan 8) Memberantas atau mencegah binatang-binatang yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia atau binatang yang perlu dilindungi dengan penggunaan pada tanaman, tanah atau air. Pestisida merupakan bahan kimia yang digunakan untuk membunuh hama, baik insekta, jamur maupun gulma. Pestisida telah secara luas digunakan untuk tujuan memberantas hama dan penyakit tanaman dalam bidang pertanian. Pestisida juga digunakan dirumah tangga untuk memberantas nyamuk, kecoa dan berbagai serangga penganggu lainnya. Dilain pihak pestisida ini secara nyata banyak menimbulkan keracunan pada orang (Kementan, 2007). Kematian yang disebabkan oleh keracunan pestisida jarang dilaporkan, hanya beberapa saja yang dipublikasikan terutama karena disalahgunakan (untuk bunuh diri). Dewasa ini bermacam-macam jenis pestisida telah diproduksi dengan

Upload: others

Post on 23-Jan-2021

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2017. 4. 1. · Pencampuran ini dilakukan agar bahan aktif tersebut mudah disimpan, diangkut dan dapat digunakan dengan aman, efektif dan ekonomis. Produk

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pestisida

Peraturan menteri Pertanian Nomor : 07 /Permentan /SR. 140 /2 /2007

mendefinisikan bahwa pestisida adalah zat kimia atau bahan lain dan jasad renik

serta virus yang digunakan untuk: 1) memberantas atau mencegah hama-hama

tanaman, bagian-bagian tanaman atau hasil-hasil pertanian, 2) Memberantas

rerumputan, 3) Mematikan daun dan mencegah pertumbuhan tanaman yang tidak

diinginkan, 4) Mengatur atau merangsang pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian

tanaman, tidak termasuk pupuk, 5) Memberantas atau mencegah hama-hama luar

pada hewan-hewan piaraan dan ternak, 6) Memberantas dan mencegah hama-hama

air, 7) Memberantas atau mencegah binatang-binatang dan jasad-jasad renik dalam

rumah tangga, bangunan dan alat-alat pengangkutan,dan 8) Memberantas atau

mencegah binatang-binatang yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia atau

binatang yang perlu dilindungi dengan penggunaan pada tanaman, tanah atau air.

Pestisida merupakan bahan kimia yang digunakan untuk membunuh hama,

baik insekta, jamur maupun gulma. Pestisida telah secara luas digunakan untuk

tujuan memberantas hama dan penyakit tanaman dalam bidang pertanian. Pestisida

juga digunakan dirumah tangga untuk memberantas nyamuk, kecoa dan berbagai

serangga penganggu lainnya. Dilain pihak pestisida ini secara nyata banyak

menimbulkan keracunan pada orang (Kementan, 2007).

Kematian yang disebabkan oleh keracunan pestisida jarang dilaporkan,

hanya beberapa saja yang dipublikasikan terutama karena disalahgunakan (untuk

bunuh diri). Dewasa ini bermacam-macam jenis pestisida telah diproduksi dengan

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2017. 4. 1. · Pencampuran ini dilakukan agar bahan aktif tersebut mudah disimpan, diangkut dan dapat digunakan dengan aman, efektif dan ekonomis. Produk

9

usaha mengurangi efek samping yang dapat menyebabkan berkurangnya daya

toksisitas pada manusia, tetapi sangat toksik pada serangga. Diantara jenis atau

pengelompokan pestisida tersebut diatas, jenis insektisida banyak digunakan

dinegara berkembang karena harganya lebih murah, sedangkan herbisida banyak

digunakan dinegara yang sudah maju. Bila dihubungkan dengan pelestarian

lingkungan maka penggunaan pestisida perlu diwaspadai karena akan

membahayakan kesehatan bagi manusia ataupun makhluk hidup lainnya.

2.1.1 Nomenklatur

Pestisida mempunyai tiga macam nama, yaitu :

A. Nama umum (Common name)

Yaitu nama yang telah didaftarkan pada International Standard Organization

(ISO). Nama umum biasanya dipakai sebagai nama bahan aktif suatu pestisida.

B. Nama kimia (Chemical name)

Yaitu nama dari unsur atau senyawa kimia dari suatu pestisida yang terdaftar

pada International Union for Pure dan Applied Chemistry

C. Nama dagang (Trade name)

Yaitu nama dagang dari suatu produk pestisida yang biasanya telah terdaftar

dan mendapat semacam paten dari masing-masing Negara

2.1.2 Formulasi Pestisida

Bahan terpenting yang bekerja aktif dalam pestisida terhadap hama sasaran

dinamakan bahan aktif (Active ingridient atau bahan tehnis). Dalam pembuatan

pestisida di pabrik (manufacturing plant), bahan aktif tersebut tidak dibuat secara

murni, tetapi dicampur sedikit dengan bahan-bahan pembawa lainnya. Bahan aktif

dengan kadar bahan aktif yang tinggi tersebut tidak dapatdigunakan sebelum diubah

bentuk dan sifat fisiknya dan dicampur dengan bahan lainnya (Kemenkes, 2012).

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2017. 4. 1. · Pencampuran ini dilakukan agar bahan aktif tersebut mudah disimpan, diangkut dan dapat digunakan dengan aman, efektif dan ekonomis. Produk

10

Pencampuran ini dilakukan agar bahan aktif tersebut mudah disimpan,

diangkut dan dapat digunakan dengan aman, efektif dan ekonomis. Produk jadi yang

merupakan campuran fisik antara bahan aktif dan bahan tambahan yang tidak aktif

(inert ingridient) dinamakan formulasi (formulated product). Formulasi sangat

menentukan bagaimana pestisida dengan bentuk dan komposisi tertentu harus

dipergunakan, berapa dosis atau takaran yang harus dipakai, berapa frekuensi dan

interfal penggunaan, serta terhadap sasaran apa pestisida dengan formulasi tersebut

dapat digunakan dengan efektif. Untuk keamanan distribusi dan penggunaannya

pestisida diedarkan dalam beberapa macam formulasi, yaitu sebagai berikut :

A. Fomulasi cair

Terdapat beberapa bentuk formulasi cair, yaitu :

1. Pekatan yang dapat diemulsikan

Formulasi pekatan yang dapat diemulsikan atau emulsifeable concentrate, lazim

disingkat EC, merupakan formulasi dalam bentukcair, dibuat dengan melarutkan

bahan aktif dalam palarut tertentu dan ditambah sulfaktan atau bahan pengemulsi.

Contoh : Agrothion 50 EC, Basudin 60 EC

2. Pekatan yang larut dalam air

Biasanya disebut water soluble concentrate (WSC), terdiri atas bahan aktif yang

dilarutkan dalam pelarut tertentu yang dapat bercampur baik dengan air. Contoh :

Azodrin 15 WSC

3. Pekatan dalam air

Disebut juga aqueous concentrate, merupakan pekatan pestisida yang dilarutkan

dalam air dari bentuk garam dari herbisida asam yang mempunyai kelarutan tinggi

dalam air. Contoh : 2-metil-4 khlorofenoksi asetat (MCPA) 2,4 – dikhloroferroksi

asetat (2,4 – D)

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2017. 4. 1. · Pencampuran ini dilakukan agar bahan aktif tersebut mudah disimpan, diangkut dan dapat digunakan dengan aman, efektif dan ekonomis. Produk

11

4. Pekatan dalam minyak

Oil concentrate merupakan formulasi cair yang mengandung bahan aktif

konsentrasi tinggi yang dilarutkan dalam pelarut hidrokarbon aromatik seperti

xilin atau nafta Contoh : Sevin 4 oil.

5. Aerosol

Formulasi cair dengan bahan aktif yang dilarutkan dalam pelarut organik,

kedalamnya ditambahkan gas yang bertekanan, kemudian dikemas menjadi

kemasan yang siap pakai, dibut dalam konsentrasi rendah. Contoh : Flygon

aerosol

6. Gas yang dicairkan

Liquified gases merupakan pestisida dengan bahan aktif berbentuk gas yang

dipampatkan pada tekanan tertentu dalam suatu kemasan. Contoh : Methyl

Bromida

B. Formulasi padat

Beberapa formulasi padat yang ada, sebagai berikut :

1. Tepung yang dapat disuspensikan (dilarutkan)

Disebut juga wetable powder (WP) atau dispersible powder (DP) merupakan

tepung kering yang halus, sebagai bahan pembawa inert (misalnya tepung tanah

liat) yang bila dicampur dengan air akan membentuk suspensi. Ke dalam

formulasi ini juga ditambahkan surfaktan sebagai bahan pembasah atau penyebar

untuk mempercepat pembasahan tepung untuk air, mencegah penggumpalan dan

pengendapan tepung, mencegah pembentukan busa yang berlebihan Contoh :

Ficam 50 WP

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2017. 4. 1. · Pencampuran ini dilakukan agar bahan aktif tersebut mudah disimpan, diangkut dan dapat digunakan dengan aman, efektif dan ekonomis. Produk

12

2. Tepung yang dapat dilarutkan

Formulasi yang dapat dilarutkan atau Soluble powder (SP) sama dengan WP, tapi

bahan aktif, bahan pembawa dan bahan lainnya dalam formulasi ini semuanya

mudah larut dalam air. Contoh : Dowpon M.

3. Butiran

Dinamakan juga Granula (G), bahan aktifnya menempel atau melapisi bahan

pembawa yang inert, seperti tanah liar, pasir, atau tongkol jagung yang ditumbuk.

Contoh Abate 1G.

4. Pekatan debu

Dust concentrate adalah tepung kering yang mudah lepas dengan ukuran kurang

dari 75 micron, mengandung bahan aktif dalam konsentrasi yang relatif tinggi,

antara 25 sampai 75%.

5. Debu

Terdiri atas bahan pembawa yang kering dan halus, mengandung bahan aktif alam

konsentrasi 1-10%. Ukuran debu kurang dari 70 micron. Contoh : lannate2 D.

6. Umpan

Disebut juga Bait (B), merupakan campuran bahan aktif pestisida dengan bahan

penambah yang inert, biasanya berbentuk bubuk, pasta atau butiran (biji/benih)

Contoh : Zink Fosfit (Umpan Bubuk) Klerat RM (biji beras yang dilapisi bahan

aktif pestisida)

7. Tablet

Ada dua bentuk, bentuk tablet yang bila terkena udara akan menguap menjadi

fumigan, biasanya digunakan untuk fumigasi gudang atau perpustakaan, contoh :

Phostoxin tablet. Bentuk lainnya adalah tablet yang penggunaannya diperlukan

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2017. 4. 1. · Pencampuran ini dilakukan agar bahan aktif tersebut mudah disimpan, diangkut dan dapat digunakan dengan aman, efektif dan ekonomis. Produk

13

pemanasan, uap yang dihasilkannya dapat membunuh/mengusir hama, contoh :

Fumakkila

8. Padat lingkar

Merupakan campuran bahan aktif pestisida dengan serbuk kayu atau sejenisnya

dan perekat yang dibentuk menjadi padatan yang melingkar. Contoh : Moon Deer

0,2 MC

2.1.3 Toksisitas Pestisida

Toksisitas merupakan istilah dalam toksikologi yang didefinisikan sebagai

kemampuan bahan kimia untuk menyebabkan kerusakan/injuri. Istilah toksisitas

merupakan istilah kualitatif, terjadi atau tidak terjadinya kerusakan tergantung pada

jumlah unsur kimia yang terabsorpsi. Sedangkan istilah bahaya (hazard) adalah

kemungkinan kejadian kerusakan pada suatu situasi atau tempat tertentu; kondisi

penggunaan dan kondisi paparan menjadi pertimbangan utama. Untuk menentukan

bahaya, perlu diketahui dengan baik sifat bawaan toksisitas unsur dan besar paparan

yang diterima individu. Manusia dapat dengan aman menggunakan unsur berpotensi

toksik jika mentaati aturan yang dibuat guna meminimalkan absopsi unsur tersebut.

Risiko didefinisikan sebagai frekwensi kejadian yang diprediksi dari suatu efek yang

tidak diinginkan akibat paparan berbagai bahan kimia atau fisik.

A. Kategori toksisitas

Label pestisida memuat kata-kata simbol yang tertulis dengan huruf tebal dan

besar yang berfungsi sebagi informasi

1. Kategori I

Kata–kata kuncinya ialah “Berbahaya Racun” dengan simbol tengkorak dengan

gambar tulang bersilang dimuat pada label bagi semua jenis pestisida yang sangat

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2017. 4. 1. · Pencampuran ini dilakukan agar bahan aktif tersebut mudah disimpan, diangkut dan dapat digunakan dengan aman, efektif dan ekonomis. Produk

14

beracun. Semua jenis pestisida yang tergolong dalam jenis ini mempunyai LD 50

yang aktif dengan kisaran antara 0-50 mg perkilogram berat badan.

2. Kategori II

Kata-kata kuncinya adalah “Awas Beracun” digunakan untuk senyawa pestisida

yang mempunyai kelas toksisitas pertengahan, dengan daya racun LD 50 oral

yang akut mempunyai kisaran antara 50-500 mg per kg berat badan.

3. Kategori III

Kata-kata kuncinya adalah “Hati-Hati” yang termasuk dalam kategori ini ialah

semua pestisida yang daya racunnya rendah dengan LD 50 akut melalui mulut

berkisar antara 500-5000 mg per kg berat badan (Panut 2008).

Tabel 2.1Kriteria Klasifikasi Pestisida Berdasarkan Bentuk Fisik, Jalan

Masuk ke Dalam tubuh dan Daya Racunnya

Klasifikasi LD50 untuk tikus (mg/kg)

Oral Dermal

Padat Cair Padat Cair

I. a. Sangat berbahaya sekali < 5 < 20 < 10 < 40

I. b. Sangat berbahaya 5 – 50 20 – 200 10 – 100 40 - 400

II. Berbahaya 50 – 500 200 – 2000 100 – 1000 400 – 4000

III. Cukup berbahaya > 500 >2000 > 1000 > 4000

IV.Tidak Berbahaya Jika

digunakan sesuai dengan

anjuran

>2000 > 3000 - -

Sumber : Kementan RI, 2012

Salah satu racun pestisida yang telah dilarang penggunaannya yaitu DDT

masuk klasifikasi II atau berbahaya. Keracunan DDT tidak saja disebabkan oleh daya

toksis DDT itu sendiri tetapi larutan yang dipakai seperti minyak tanah dapat

menyebabkan lebih beratnya tingkat keracunan. Tanda-tanda keracunan

organoklorin: keracunan pada dosis rendah, si penderita merasa pusing-pusing,mual,

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2017. 4. 1. · Pencampuran ini dilakukan agar bahan aktif tersebut mudah disimpan, diangkut dan dapat digunakan dengan aman, efektif dan ekonomis. Produk

15

sakit kepala, tidak dapat berkonsentrasi secara sempurna. Pada keracunan dosis yang

tinggi dapat kejang-kejang, muntah dan dapat terjadi hambatan pernafasan.

Tabel 2.2 Menunjukkan kelas toksisitas yang bahan aktif yang tergolong dalam kelas

toksisitas tersebut

Kelas Toksisitas Bahan Aktif Contoh Bahan Aktif

Ia Parathion, Tebupirimfos, Terbufos

Ib

Carbofuran, Cyfluthrin, Beta-cyfluthrin, Zeta-

cypermethrin, Dichlorvos, Methiocarb, Nicotine,

Tefluthrin

II

Allethrin, Bendiocarb, Bifenthrin, Bioallethrin,

Carbaryl, Carbosulfan, Chlorpyrifos, Cyhalothrin,

Cypermethrin, Alpha-cypermethrin, Cyphenothrin,

DDT, Deltamethrin, Diazinon, Esbiothrin, Paraquat,

Permethrin, Prallethrin, Profenofos, Propoxur,

Pyrethrin, Tetraconazole

III

Bacillus Thuringiensis, Buprozin, Diflubenzuran,

Malathion, Resmethrin, Temephos, DEET, d-

allethrin

IV Benfluralin, Benomyl, Bioresmethrin, Transfluthrin

2.2 Penggolongan Pestisida

Pestisida mempunyai sifat-sifat fisik, kimia dan daya kerja yang berbeda-

beda, karena itu dikenal banyak macam pestisida. Pestisida dapat digolongkan

menurut berbagai cara tergantung pada kepentingannya, antara lain:

2.2.1 Pestisida Berdasarkan Pengaruh Fisiologisnya

Klasifikasi pestisida berdasarkan pengaruh fisiologisnya, yang disebut

farmakologis atau klinis, adalah sebagai berikut :

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2017. 4. 1. · Pencampuran ini dilakukan agar bahan aktif tersebut mudah disimpan, diangkut dan dapat digunakan dengan aman, efektif dan ekonomis. Produk

16

A. Senyawa Organofosfat

Keracunan organofosfat dapat menyebabkan anemia pada penderita karena

terbentuknya sulfhemoglobin dan methemoglobin di dalam sel darah merah. Hal ini

menyebabkan hemoglobin menjadi tidak normal dan tidak dapat menjalankan

fungsinya dalam menghantarkan oksigen. Kehadiran sulfhemoglobin dan

methemoglobin dalam darah akan menyebabkan penurunan kadar Hb di dalam sel

darah merah sehingga terjadi hemolitik anemia. Pestisida yang termasuk dalam

golongan organofosfat antara lain Asefat, Kadusafos, Klorfenvinfos, Klorpirifos,

Kumafos, Diazinon, Diklorvos (DDVP), Malation, Paration, Profenofos, Triazofos.

B. Senyawa Organoklorin

Pestisida golongan ini bersifat mengganggu susunan syaraf dan larut dalam

lemak. Secara kimia tergolong insektisida yang toksisitasnya relatif rendah akan

tetapi mampu bertahan lama dalam lingkungan. Contohnya DDT.

C. Senyawa Arsenat

Keracunan akut ini menimbulkan gastroentritis dan diare. Pada keadaan

kronis menyebabkan pendarahan pada ginjal dan hati. Jenis pestisida yang paling

beracun adalah yang mirip dengan gas syaraf, yaitu jenis Organofosfat dan

Metilcarbamat. Pestisida jenis ini sangat berbahaya karena mereka menghambat

hemoglobin, suatu bahan yang diperlukan oleh system syaraf kita agar dapat

berfungsi dengan normal. Pestisida jenis ini menurunkan kadar Hemoglobin dan hal

inilah yang memunculkan gejala-gejala keracunan (WHO, 2009).

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2017. 4. 1. · Pencampuran ini dilakukan agar bahan aktif tersebut mudah disimpan, diangkut dan dapat digunakan dengan aman, efektif dan ekonomis. Produk

17

Tabel 2.3 Beberapa jenis pestisida gas syaraf yang paling berbahaya

ORGANOPOSPAT METILCARBAMAT

1. Azinophosmethyl

2. Demeton methyl

3. Dichlorvos / DDVP

4. Disulfoton

5. Ethion

6. Ethyl parathion / Parathion

7. Fenamiphos

8. Fensulfothin

9. Methamidophos

10. Methidathion

11. Methyl parathion

12. Mevinphos

13. Phorate

14. Sulfotepp

15. Terbufos

1. Aldicarb

2. Carbofuran

3. Fomentanate

4. Methomyl

5. Oxamyl

6. Propoxur

D. Senyawa Karbamat

Insektisida dari golongan karbamat adalah racun saraf yang bekerja dengan cara

menghambat aktifitas hemoglobin dengan gejala-gejala seperti senyawa organofosfat,

tetapi pengaruhnya jauh lebih reversible dari pada efek senyawa organofosfat.

Pestisida dari golongan karbamat relatif mudah diurai di lingkungan (tidak persisten) dan

tidak terakumulasi oleh jaringan lemak hewan. Karbamat juga merupakan insektisida

yang banyak anggotanya

E. Piretroid

Piretrum mempunyai toksisitas rendah pada manusia tetapi menimbulkan

alergi pada orang yang peka. Diekstrak dari bunga semacam krisan piretroid (bunga

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2017. 4. 1. · Pencampuran ini dilakukan agar bahan aktif tersebut mudah disimpan, diangkut dan dapat digunakan dengan aman, efektif dan ekonomis. Produk

18

Chrysantheum cinerariaefolium) dengan keunggulan, diantaranya diaplikasikan

dengan takaran relatif sedikit, spektrum pengendaliannya luas, tidak persisiten, dan

memiliki efek melumpuhkan yang sangat baik. Insektisida tanaman lain adalah

nikotin yang sangat toksik secara akut dan bekerja pada susunan saraf.

2.2.2 Ditinjau Dari Jenis Hama Sasaran Penggunaan pestisida

Klasifikasi pestisida berdasarkan sasaran yang disemprot adalah sebagai

berikut :

A. Akarisida, berasal dari kata akari, yang dalam bahasa Yunani berarti tungau atau

kutu. Akarisida sering juga disebut Mitesida. Fungsinya untuk membunuh

tungau atau kutu. Contohnya Kelthene MF dan Trithion 4 E.

B. Algasida, berasal dari kata alga, bahasa latinnya berarti ganggang laut, berfungsi

untuk membunuh algae. Contohnya Dimanin.

C. Alvisida, berasal dari kata avis, bahasa latinnya berarti burung, fungsinya sebagai

pembunuh atau penolak burung. Contohnya Avitrol untuk burung kakaktua.

D. Bakterisida, Berasal dari katya latin bacterium, atau kata Yunani bakron,

berfungsi untuk membunuh bakteri. Contohnya Agrept, Agrimycin, Bacticin,

Tetracyclin, Trichlorophenol Streptomycin.

E. Fungsida, berasal dari kata latin fungus, atau kata Yunani spongos yang artinya

jamur, berfungsi untuk membunuh jamur atau cendawan. Dapat bersifat

fungitoksik (membunuh cendawan) atau fungistatik (menekan pertumbuhan

cendawan). Contohnya Benlate, Dithane M-45 80P, Antracol 70 WP, Cupravit

OB 21, Delsene MX 200, Dimatan 50 WP.

F. Herbisida, berasal dari kata lain herba, artinya tanaman setahun, berfungsi untuk

membunuh gulma. Contohnya Gramoxone, Basta 200 AS, Basfapon 85 SP,

Esteron 45 Pg. Insektisida, berasal dari kata latin insectum, artinya potongan,

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2017. 4. 1. · Pencampuran ini dilakukan agar bahan aktif tersebut mudah disimpan, diangkut dan dapat digunakan dengan aman, efektif dan ekonomis. Produk

19

keratan segmen tubuh, berfungsi untuk membunuh serangga. Contohnya

Lebaycid, Lirocide 650 EC, Thiodan, Sevin, Sevidan 70 WP, Tamaron.

G. Molluskisida, berasal dari kata Yunani molluscus, artinya berselubung tipis atau

lembek, berfungsi untuk membunuh siput. Contohnya Morestan, PLP, Brestan

60.

H. Nematisida, berasal dari kata latin nematoda, atau bahasa Yunani nema berarti

benang, berfungsi untuk membunuh nematoda. Contohnya Nemacur, Furadan,

Basamid G, Temik 10 G, Vydate.

I. Ovisida, berasal dari kata latin ovum berarti telur, berfungsi untuk merusak telur.

J. Pedukulisida, berasal dari kata latin pedis, berarti kutu, tuma, berfungsi untuk

membunuh kutu atau tuma.

K. Piscisida, berasal dari kata Yunani Piscis, berarti ikan, berfungsi untuk

membunuh ikan. Contohnya Sqousin untuk Cypirinidae, Chemish 5 EC.

L. Predisida, berasal dari kata Yunani Praeda berarti pemangsa, berfungsi sebagai

pembunuh predator.

M. Rodentisida, berasal dari kata Yunani rodere, berarti pengerat berfungsi untuk

membunuh binatang pengerat. Contohnya Dipachin 110, Klerat RMB, Racumin,

Ratikus RB, Ratilan, Ratak, Gisorin.

N. Termisida, berasal dari kata Yunani termes, artinya serangga pelubang kayu

berfungsi untuk membunuh rayap. Contohnya Agrolene 26 WP, Chlordane 960

EC, Sevidol 20/20 WP, Lindamul 10 EC, Difusol CB.

O. Silvisida, berasal dari kata latin silva berarti hutan, berfungsi untuk membunuh

pohon atau pembersih pohon.

P. Larvasida, berasal dari kata Yunani lar, berfungsi membunuh ulat (larva).

Contohnya Fenthion, Dipel (Thuricide) (Kementan, 2011).

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2017. 4. 1. · Pencampuran ini dilakukan agar bahan aktif tersebut mudah disimpan, diangkut dan dapat digunakan dengan aman, efektif dan ekonomis. Produk

20

2.2.3 Ditinjau Dari Jenis dan Bentuk Zat Kimia Yang Dikandungnya

Klasifikasi pestisida berdasarkan jenis dan bentuk zat kimia adalah sebagai

berikut :

A. Organofosfat

Organofosfat berasal dari H3PO4 (asam fosfat). Pestisida golongan

organofosfat merupakan golongan insektisida yang cukup besar, menggantikan

kelompok chlorinated hydrocarbon yang mempunyai sifat:

1. Efektif terhadap serangga yang resisten terhadap chorinatet hydrocarbon.

2. Tidak menimbulkan kontaminasi terhadap lingkungan untuk jangka waktu yang

lama

3. Kurang mempunyai efek yang lama terhadap non target organisme

4. Lebih toksik terhadap hewan-hewan bertulang belakang, jika dibandingkan

dengan organoklorine.

5. Mempunyai cara kerja menghambat fungsi hemoglobin.

Lebih dari 50.000 komponen organofosfat telah disynthesis dan diuji untuk

aktivitas insektisidanya. Tetapi yang telah digunakan tidak lebih dari 500 jenis saja

dewasa ini. Semua produk organofosfat tersebut berefek toksik bila tertelan, dimana

hal ini sama dengan tujuan penggunaannya untuk membunuh serangga. Obat tersebut

digunakan untuk pengobatan gangguan neuromuskuler seperti myastinea gravis.

Fisostigmin juga digunakan untuk antidotum pengobatan toksisitas ingesti dari

substansi antikholinergik (mis: trisyklik anti depressant, atrophin dan sebagainya).

Fisostigmin, ekotiopat iodide dan organophosphorus juga berefek langsung untuk

mengobati glaucoma pada mata yaitu untuk mengurangi tekanan intraokuler pada

bola mata. Organophosphat disintesis pertama di Jerman pada awal perang dunia ke

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2017. 4. 1. · Pencampuran ini dilakukan agar bahan aktif tersebut mudah disimpan, diangkut dan dapat digunakan dengan aman, efektif dan ekonomis. Produk

21

II. Bahan tersebut digunakan untuk gas saraf sesuai dengan tujuannya sebagai

insektisida. Pada awal synthesisnya diproduksi senyawa tetraethyl pyrophosphate

(TEPP), parathion dan schordan yang sangat efektif sebagai insektisida, tetapi juga

cukup toksik terhadap mamalia. Penelitian berkembang terus dan ditemukan

komponen yang poten terhadap insekta tetapi kurang toksik terhadap orang (mis:

malathion), tetapi masih sangat toksik terhadap insekta.

Tabel 2.4 Nilai LD50 insektisida organofosfat

Komponen LD50 (mg/Kg)

Akton 146

Coroxon 12

Diazinon 100

Dichlorovos 56

Ethion 27

Malathion 1375

Mecarban 36

Methyl parathion 10

Parathion 3

Sevin 274

Systox 2.5

TEPP 1

Organophosphat adalah insektisida yang paling toksik diantara jenis pestisida

lainnya dan sering menyebabkan keracunan pada orang. Termakan hanya dalam

jumlah sedikit saja dapat menyebabkan kematian, tetapi diperlukan lebih dari

beberapa mg untuk dapat menyebabkan kematian pada orang dewasa. Organofosfat

menghambat aksi pseudokholinesterase dalam plasma dan kholinesterase dalam sel

darah merah dan pada sinapsisnya. Enzim tersebut secara normal menghidrolisis

asetylcholin menjadi asetat dan kholin. Pada saat enzim dihambat, mengakibatkan

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2017. 4. 1. · Pencampuran ini dilakukan agar bahan aktif tersebut mudah disimpan, diangkut dan dapat digunakan dengan aman, efektif dan ekonomis. Produk

22

jumlah asetylkholin meningkat dan berikatan dengan reseptor muskarinik dan

nikotinik pada system saraf pusat dan perifer. Hal tersebut menyebabkan timbulnya

gejala keracunan yang berpengaruh pada seluruh bagian tubuh. Penghambatan kerja

enzim terjadi karena organophospat melakukan fosforilasi enzim tersebut dalam

bentuk komponen yang stabil. Seseorang yang keracunan pestisida organofosfat akan

mengalami gangguan fungsi dari saraf-saraf tertentu.

Tabel 2.5 Efek muskarinik, nikotinik dan saraf pusat pada toksisitas

Organofosfat

Efek Gejala

A. Muskarinik - Salivasi

- Kejang perut

- Nausea dan vomitus

- Bradicardia

- Miosis

- Berkeringat

B. Nikotinik - Pegal-pegal, lemah

- Tremor

- Paralysis

- Dyspnea

- Tachicardia

C. Sistem saraf pusat - Bingung, gelisah, insomnia, neurosis

- Sakit kepala

- Emosi tidak stabil

- Bicara terbata-bata

- Convulsi

- Depresi respirasi dan gangguan jantung

- Koma

B. Karbamat

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2017. 4. 1. · Pencampuran ini dilakukan agar bahan aktif tersebut mudah disimpan, diangkut dan dapat digunakan dengan aman, efektif dan ekonomis. Produk

23

Insektisida karbamat telah berkembang setelah organofosfat. Insektisida ini

daya toksisitasnya rendah terhadap mamalia dibandingkan dengan organofosfat,

tetapi sangat efektif untuk membunuh insekta. Struktur karbamat seperti

physostigmin, ditemukan secara alamia dalam kacang Calabar (calabar bean). Bentuk

carbaryl telah secara luas dipakai sebagai insektisida dengan komponen aktifnya

adalah SevineR. Mekanisme toksisitas dari karbamate adalah sama dengan

organofosfat, dimana enzim ACHE dihambat dan mengalam karbamilasi.

C. Organokhlorin

Organokhlorin atau disebut “Chlorinated hydrocarbon” terdiri dari beberapa

kelompok yang diklasifikasi menurut bentuk kimianya. Yang paling populer dan

pertama kali disinthesis adalah “Dichloro-diphenyltrichloroethan”atau disebut DDT.

Tabel 2.6 Klasifikasi insektisida organokhlorin

Kelompok Komponen

Cyclodienes Aldrin, Chlordan, Dieldrin,

Heptachlor, Endrin. Toxaphen, Kepon,

Mirex

Hexachlorocyclohexan Lindane

Derivat Chlorinated-ethan DDT

Mekanisme toksisitas dari DDT masih dalam perdebatan, walaupun

komponen kimia ini sudah disinthesis sejak tahun 1874. Tetapi pada dasarnya

pengaruh toksiknya terfokus pada neurotoksin dan pada otak. Saraf sensorik dan

serabut saraf motorik serta kortek motorik adalah merupakan target toksisitas

tersebut. Dilain pihak bila terjadi efekkeracunan perubahan patologiknya tidaklah

nyata. Bila seseorang menelan DDT sekitar 10mg/Kg akan dapat menyebabkan

keracunan, hal tersebut terjadi dalam waktu beberapa jam. Perkiraan LD50 untuk

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2017. 4. 1. · Pencampuran ini dilakukan agar bahan aktif tersebut mudah disimpan, diangkut dan dapat digunakan dengan aman, efektif dan ekonomis. Produk

24

manusia adalah 300-500 mg/Kg. DDT dihentikan penggunaannya sejak tahun 1972,

tetapi penggunaannya masih berlangsung sampai beberapa tahun kemudian,bahkan

sampai sekarang residu DDT masih dapat terdeteksi. Gejala yang terlihat pada

intoksikasi DDT adalah sebagai berikut: Nausea, vomitus; Paresthesis pada lidah;

bibir dan muka; Iritabilitas; Tremor; Convulsi; Koma; Kegagalan pernafasan;

Kematian.

D. Piretroid

Insektisida ini lebih dikenal sebagai synthetic pyretroid (SP) yang bekerja

mengganggu syaraf. Golongan SP banyak digunakan dalam pengendalian vektor

untuk serangga dewasa(space spraying dan IRS) kelambu celup atau Insecticide

Treated Net (ITN),Long lasting Insectisidal Net (LLIN) dan berbagai formulasi

rumah tangga. Contoh: metoflutrin, transflutrin, permetri, dan sipermetrin.

E. Insec Growth Regulator (IGR)

Kelompok senyawa yang dapat mengganggu proses perkembangan dan

pertumbuhan serangga. IGR terbagi dalam dua klas yaitu :

1. Juvenoid atau sering juga dikenal dengan Juvenile Hormone Analog (JHA).

Pemberian juvenoid pada serangga berakibat pada perpanjangan stadium larva

dan kegagalan menjadi pupa. Contoh: fenoksikarb, metopren, piriproksifen.

2. Penghambat sintesis Khitin atau chitin synthesis Inhibitor (CSI) menggenggu

proses ganti kulit dengan cara menghambat pembentukan kitin. Contoh:

diflubensuron, heksaflumuron dan lain-lain (Kementan, 2012).

2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Keracunan Pestisida

Bahaya pestisida dapat diperkecil bila diketahui cara-cara bekerja dengan

aman dan tidak mengganggu kesehatan. Adapun resiko dari penggunaan pestisida

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2017. 4. 1. · Pencampuran ini dilakukan agar bahan aktif tersebut mudah disimpan, diangkut dan dapat digunakan dengan aman, efektif dan ekonomis. Produk

25

seperti studi sebelumnya di luar dan di Indonesia menunjukkan bahwa faktor-faktor

resiko keracunan pestisida yang menimbulkan hemoglobin darah menjadi tidak

normaldan mendapati penurunan dalam beberapa komponen hematologi seperti

Hemoglobin. Ada dua factor yang mempengaruhi keracunan yaitu:

2.3.1 Faktor dari dalam tubuh

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi keracunan pestisida antara lain :

A. Usia

Umur adalah fenomena alam, semakin lama seseorang hidup maka umurpun

akan bertambah. Semakin bertambahnya umur seseorang semakin banyak yang

dialaminya, dan semakin banyak pula pemaparan yang dialaminya, dengan

bertambahnya umur seseorang maka fungsi metabolisme akan menurun dan ini juga

akan berakibat menurunnya aktifitas hemoglobin darahnya sehinggga akan

mempermudah terjadinya keracunan pestisida yang menyebabkan Hb turun. Usia

juga berkaitan dengan kekebalan tubuh dalam mengatasi tingkat toksisitas suatu zat,

semakin tua umur seseorang maka efektifitas sistem kekebalan di dalam tubuh akan

semakin berkurang (Satya, 2008).

B. Jenis kelamin

Kadar Hemoglobin darah laki-laki lebih tinggi dari wanita yaitu 14- 18 gr/dl

(Setedjo, 2008). Kadar hemoglobin yang rendah dalam darah di akibatkan

terbentuknya methemoglobin yang menghancurkan sel darah.

C. Status kesehatan

Pestisida memiliki efek toksis terhadap sasaran yaitu hama, tetapi juga

berdampak negative terhadap kesehatan manusia. Pengaruh pestisida mempengaruhi

sintesa heme yang selanjutnya akan menyebabkan kerusakan pada darah. Reaksi

kimia terjadi pembentukan methemoglobin di dalam sel darah merah. Akibat

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2017. 4. 1. · Pencampuran ini dilakukan agar bahan aktif tersebut mudah disimpan, diangkut dan dapat digunakan dengan aman, efektif dan ekonomis. Produk

26

pestisida dietilditiokarbonat dan terjadi ikatan nitrit dengan haemoglobin sehingga

membentuk methemoglobin yang menyebabkan haemoglobin tidak mampu

mengikat oksigen. Orang-orang yang sering kontak dengan pestisida akan terkena

dampak toksisitasnya (Afriyanto, 2008).

D. Status gizi

Pengaruh status gizi pada orang dewasa akan mengakibatkan: 1) kelemahan

fisik dan daya tahan tubuh; 2) mengurangi inisiatif dan meningkatkan kelambanan

dan; 3) meningkatkan kepekaan terhadap infeksi dan lain-lain jenis penyakit.

Semakin buruk status gizi seseorang akan semakin mudah terjadi keracunan, dengan

kata lain seseorang yang mempunyai status gizi yang baik cenderung memiliki

aktifitas hemoglobin yang lebih baik (Afriyanto, 2008).

E. Anemia

Kadar hemoglobin terdapat pada sel darah merah yang memiliki gugus hem dimana

pembentukannya melalui proses reduksi dengan bantuan NADH, sedangkan kadar

kholinesterase dalam kerjanya menghidrolisa membutuhkan energi, dimana pada saat

pembentukan energi membutuhkan NADH (Afriyanto, 2008).

F. Genetik

Beberapa kejadian pada hemoglobin yang abnormal seperti hemoglobinS. Kelainan

homozigot dapat mengakibatkan kematian pada usia muda sedangkan yang

heterozigot dapat mengalami anemia ringan. Pada ras tertentu ada yang mempunyai

kelainan genetik, sehingga aktifitas hemoglobin darahnya rendah dibandingkan

dengan kebanyakan orang.

2.3.2 Faktor dari luar tubuh

A. Suhu lingkungan

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2017. 4. 1. · Pencampuran ini dilakukan agar bahan aktif tersebut mudah disimpan, diangkut dan dapat digunakan dengan aman, efektif dan ekonomis. Produk

27

Suhu lingkungan berkaitan dengan waktu menyemprot, matahari semakin

terik atau semakin siang maka suhu akan semakin panas. Kondisi demikian akan

mempengaruhi efek pestisida melalui mekanisme penyerapan melalui kulit petani

penyemprot (Kemenkes, 2012).

B. Cara penanganan pestisida

Penanganan pestisida sejak dari pembelian, penyimpanan, pencampuran, cara

menyemprot hingga penanganan setelah penyemprotan berpengaruh terhadap resiko

keracunan bila tidak memenuhi ketentuan (Kemenkes, 2012).

D. Penggunaan Alat Pelindung Diri

Pestisida umumnya adalah racun bersifat kontak, oleh karenanya penggunaan

alat pelindung diri pada petani waktu menyemprot sangat penting untuk menghindari

kontak langsung dengan pestisida (Depkes RI, 2000). Pestisida umumnya merupakan

racun kontak, oleh karenanya penggunaan alat pelindung diri pada petani waktu

menyemprot sangat penting untuk menghindari kontak langsung dengan pestisida.

Pemakaian alat pelindung diri lengkap ada 7 macam yaitu : baju lengan panjang,

celana panjang, masker, topi, kaca mata, kaos tangan dan sepatu boot. Penggunaan

APD yang lengkap pada waktu menyemprot dapat mencegah dan mengurangi

terjadinya keracunan pestisida, dengan memakai APD kemungkinan kontak langsung

dengan pestisida dapat dikurangi sehingga resiko racun pestisida masuk dalam tubuh

melalui bagian pernafasan, pencernaan dan kulit dapat dihindari. Perilaku petani

yang terbiasa menggunakan APD yang tidak lengkap yaitu hanya menggunakan rata-

rata 3 APD yang berupa baju lengan panjang, celana panjang dan topi. Pestisida

umumnya adalah racun bersifat kontak, oleh karenanya penggunaan alat pelindung

diri sangat bermanfaat untuk melindungi badan dari kontak langsung dengan

pestisida (Depkes RI, 2000).

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2017. 4. 1. · Pencampuran ini dilakukan agar bahan aktif tersebut mudah disimpan, diangkut dan dapat digunakan dengan aman, efektif dan ekonomis. Produk

28

E. Dosis pestisida

Dosis pestisida yang tidak sesuai dosis berhubungan dengan kejadian

keracunan pestisida organofosfat petani penyemprot. Dosis yang tidak sesuai

mempunyai risiko 4 kali untuk terjadi keracunan dibandingkan penyemprotan yang

dilakukan sesuai dengan dosis aturan (Kemenkes, 2012). Dosis adalah jumlah

pestisida yang telah di campur atau diencerkan dengan air yang digunakan untuk

menyemprot hama dengan satuan luas tertentu. Besarnya suatu dosis pestisida

biasanya tercantum dalam label pestisida. Contoh dosis insektisida Diasinon 60 EC

adalah satu liter per hektar untuk sekali aplikasi. Semua jenis pestisida adalah racun,

dosis yang semakin besar maka akan semakin besar terjadinya keracunan pestisida.

Karena bila dosis penggunaan pestisida bertambah, maka efek dari pestisida juga

akan bertambah. Dosis pestisida yang tidak sesuai dosis berhubungan dengan

kejadian keracunan pestisida organofosfat petani penyemprot. Dosis yang tidak

sesuai mempunyai risiko 4 kali untuk terjadi keracunan dibandingkan penyemprotan

yang dilakukan sesuai dengan dosis aturan. Untuk dosis penyemprotan di lapangan,

khususnya pestisida golongan organofosfat dosis yang dianjurkan adalah 0,5 – 1,5

kg/Ha (Depkes RI, 1992).

Kebiasaan petani yang manambah dosis, apabila pestisida tersebut tidak dapat

membunuh hama, maka petani akan meningkatkan dosis, selanjutnya apabila hama

tersebut masih belum dapat ditangani petani tersebut akan mencampur pestisida yang

satu dengan pestisida yang lain yang harganya murah. Dosis yang tidak sesuai aturan

juga dapat mengakibatkan resistensi dan resurjensi hama tanaman. Dosis pestisida

yang tidak sesuai anjuran dapat menjadi penyebab keracunan pada petani dan lebih

berbahaya lagi apabila pestisida dengan dosis yang tidak sesuai tersebut dicampur

bersama akan menimbulkan efek dari bahan aktif masing-masing pestisida tersebut

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2017. 4. 1. · Pencampuran ini dilakukan agar bahan aktif tersebut mudah disimpan, diangkut dan dapat digunakan dengan aman, efektif dan ekonomis. Produk

29

apabila masuk dalam tubuh petani. Menurut penelitian Marsaulina (2005) dosis yang

tidak sesuai aturan mempengaruhi keracunan pestisida dengan OR 2,6 dan p =

0,005. Dari penelitian Afriyanto (2008) menunjukkan ada hubungan antara dosis

dengan keracunan pestisida dengan RP 8,250 dan 95 % CI = 2,042 – 33,334.

Efek tersebut antara lain efek adisi (efek dari masing-masing bahan aktif),

efek sinergis (efek yang lebih besar dari masing-masing bahan aktif) dan efek

antagonis (efek berkurangnya bahan aktif yang satu diikuti dengan peningkatan efek

bahan aktif yang lain) (Aprini, 2009).

F. Jumlah Jenis Pestisida

Masing-masing pestisida mempunyai efek fisiologis yang berbeda-beda

tergantung dari kandungan zat aktif dan sifat fisik dari pestisida tersebut. Pada saat

penyemprotan penggunaan pestisida > 3 jenis dapat mengakibatkan keracunan pada

petani. Banyaknya jenis pestisida yang digunakan menyebabkan beragamnya

paparan pada tubuh petani yang mengakibatkan reaksi sinergik dalam tubuh

(Kemenkes, 2012).

G. Masa kerja menjadi penyemprot

Semakin lama petani menjadi penyemprot, maka semakin lama pula kontak

dengan pestisida sehingga resiko keracunan terhadap pestisida semakin tinggi.

Penurunan aktifitas hemoglobin dalam plasma darah karena keracunan pestisida akan

berlangsung mulai seseorang terpapar hingga 2 minggu setelah melakukan

penyemprotan (Kemenkes, 2012).

H. Lama menyemprot

Dalam melakukan penyemprotan sebaiknya tidak boleh lebih dari 3 jam, bila

melebihi maka resiko keracunan akan semakin besar. Seandainya masih harus

menyelesaikan pekerjaannya hendaklah istirahat dulu untuk beberapa saat untuk

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2017. 4. 1. · Pencampuran ini dilakukan agar bahan aktif tersebut mudah disimpan, diangkut dan dapat digunakan dengan aman, efektif dan ekonomis. Produk

30

memberi kesempatan pada tubuh untuk terbebas dari pemaparan pestisida. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa istirahat minimal satu minggu dapat menaikkan

aktivitas kholinesterase dalam darah pada petani penyemprot. Istirahat minimal satu

minggu pada petani keracunan ringan dapat menaikkan aktivitas kholinesterase

dalam darah menjadi normal (87,50%). Sedangkan petani dengan keracunan sedang

memerlukan waktu istirahat yang lebih lama untuk mencapai aktivitas haemoglobin

normal (Mariani R. dkk, 2005)

I. Frekuensi Penyemprotan

Semakin sering seseorang melakukan penyemprotan, maka semakin tinggi

pula resiko keracunannya. Penyemprotan sebaiknya dilakukan sesuai dengan

ketentuan. Waktu yang dianjurkan untuk melakukan kontak dengan pestisida

maksimal 2 kali dalam seminggu.

J. Tindakan penyemprotan pada arah angin

Penyemprotan yang baik searah dengan arah angin dan penyemprot

hendaklah mengubah posisi penyemprotan apabila angin berubah.

K. Waktu menyemprot

Waktu penyemprotan perlu diperhatikan dalam melakukan penyemprotan

pestisida, hal ini berkaitan dengan suhu lingkungan yang dapat menyebabkan

keluarnya keringat lebih banyak terutama pada siang hari. Sehingga waktu

penyemprotan pada siang hari akan semakin mudah terjadinya keracunan pestisida

melalui kulit.

Salah satu masalah utama yang berkaitan dengan gejala keracunan pestisida

adalah bahwa gejala dan tanda keracunan khususnya pestisida dari golongan

organofosfat umumnya tidak spesifik bahkan cenderung menyerupai gejala penyakit

biasa seperti pusing, mual dan lemah sehingga oleh masyarakat dianggap sebagai

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2017. 4. 1. · Pencampuran ini dilakukan agar bahan aktif tersebut mudah disimpan, diangkut dan dapat digunakan dengan aman, efektif dan ekonomis. Produk

31

suatu penyakit yang tidak memerlukan terapi khusus. Menurut Gallo (1991) ada

beberapa faktor yang mempengaruhi keracunan pestisida antara lain dosis, toksisitas

senyawa pestisida, lamanya terpapar pestisida dan jalan pestisida masuk dalam

tubuh.

2.4 Kadar Haemoglobin

Hemoglobin merupakan senyawa pembawa oksigen pada sel darah merah.

hemoglobin dapat diukur secara kimia dan sejumlah zat pewarna yang terdapat

dalam bentuk larutan dalam sel darah merah. Hemoglobin merupakan protein utama

manusia yang berfungsi mengangkut oksigen. Hemoglobin adalah bagian dari

eritrosit (sel darah merah yang dibentuk dalam sumsum tulang ). Hemoglobin adalah

molekul yang mengandung 4 sub unit yang berinteraksi sehingga menimbulkan efek

kooperatif, yaitu bila sebuah molekul hemoglobin mengambil satu molekul oksigen,

ia cenderung memperoleh 4 molekul oksigen.

2.4.1 Mekanisme Dalam Darah

Dalam sel darah merah terdapat hemoglobin (Hb) yaitu molekul protein

yang mengandung zat besi dan merupakan pigmen darah yang membuat darah

berwarna merah. Zat besi merupakan komponen yang sangat penting dari

hemoglobin itu (Minarno, 2008). Kandungan sulfur yang tinggi dalam pestisida

menimbulkan ikatan sulfhemoglobin, hal ini menyebabkan hemoglobin menjadi

tidak normal dan tidak dapat menjalankan fungsinya dalam menghantar oksigen.

Sulfhemoglobin merupakan bentuk hemoglobin yang berikatan dengan atom sulfur

didalamnya (Setya, 2008)

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2017. 4. 1. · Pencampuran ini dilakukan agar bahan aktif tersebut mudah disimpan, diangkut dan dapat digunakan dengan aman, efektif dan ekonomis. Produk

32

2.4.2 Sintesis Hemoglobin

Setiap sel darah merah mengandung sekitar 640 juta molekul hemoglobin dan

setiap molekul hemoglobin orang dewasa normal mengandung Hb A yang terdiri atas

empat rantai polipeptida. Dua rantai globin yang berbeda (masing-masing dengan

molekul heme individu) bergabung untuk membentuk hemoglobin. Salah satu rantai

alfa ditunjuk. Rantai kedua disebut “non-alpha”. Dengan pengecualian dari minggu-

minggu pertama dari embriogenesis, salah satu rantai globin selalu alfa. Sejumlah

variabel mempengaruhi sifat rantai non-alfa di molekul hemoglobin. Kombinasi dari

dua rantai alfa dan dua rantai non-alfa menghasilkan molekul hemoglobin lengkap

(total empat rantai per molekul)

Kombinasi dari dua rantai alfa dan dua rantai gamma bentuk “janin”

hemoglobin, disebut “hemoglobin F”. Pasangan dari satu rantai alfa dan satu non-

alpha rantai menghasilkan dimer hemoglobin (dua rantai). Dimer hemoglobin tidak

efisien memberikan oksigen, namun dua dimer bergabung untuk membentuk

tetramer hemoglobin, yang merupakan bentuk fungsional hemoglobin. Karakteristik

biofisik kompleks tetramer hemoglobin memungkinkan kontrol indah serapan

oksigen di paru-paru dan rilis di jaringan yang diperlukan untuk mempertahankan

kehidupan (Setya, 2008)

Gambar 2.1 Struktur Hem

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2017. 4. 1. · Pencampuran ini dilakukan agar bahan aktif tersebut mudah disimpan, diangkut dan dapat digunakan dengan aman, efektif dan ekonomis. Produk

33

Tabel 2.7 Batas Normal Kadar Haemoglobin

Kelompok Umur Hemoglobin

(g/100 ml)

Anak

6 bulan s/d 6 tahun

6 tahun s/d 14 tahun

11

12

Dewasa

Laki-laki

Wanita

Wanita hamil

13

12

11

Sumber : WHO dalam Arisman, 2002

2.4.3 Anemia

Anemia adalah suatu keadaan kadar hemoglobin (protein pembawa

oksigen) dalam sel darah merah berada di bawah normal. Sel darah merah

mengandung hemoglobin yang memungkinkan mereka mengangkut oksigen dari

paru-paru, dan mengantarkannya ke seluruh bagian tubuh. Penyebab anemia yang

paling sering adalah perdarahan yang berlebihan, rusaknya sel darah merah secara

berlebihan hemolisisatau kekurangan pembentukan sel darah merah (hematopoiesis

yang tidak efektif). Seseorang dikatakan anemia bila konsentrasi hemoglobinnya

kurang dari 13,5 g/dL atau hematokrit kurang dari 41% pada laki-laki, dan

konsentrasi hemoglobin kurang dari 11,5 g/dL atau Hct kurang dari 36% pada

perempuan.

2.4.4 Struktur Hemoglobin

Satu satuan hemoglobin mempunyai bobot molekul sekitar 65.000 yang

mengandung 4 molekul protein yang disebut globin. Sembilan puluh lima persen

dari molekul protein ini adalah globin dan sisanya berupa heme.

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2017. 4. 1. · Pencampuran ini dilakukan agar bahan aktif tersebut mudah disimpan, diangkut dan dapat digunakan dengan aman, efektif dan ekonomis. Produk

34

Gambar 2.2 Struktur Hemoglobin

2.4.5 Fungsi Hemoglobin

Mengangkut oksigen ke jaringan dan mengembalikan karbondioksida dari

jaringan ke paru-paru. Untuk berlangsungnya proses tersebut sel darah merah

mengandung Hb sebagai protein khusus. Selain itu Hb juga berfungsi untuk

mempertahankan derajad keasaman cairan darah dan cairan tubuh (sebagai

penyangga atau buffer). Adapun faktor-faktor yang mempengeruhi kadar hemoglobin

adalah :

A. Asupan gizi

Suatu proses penyerapan makanan secara normal melalui proses absorbsi,

penyimpanan metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk

mempertahankan kehidupan, pertumbuhan, dan fungsi normal dari organ-organ yang

menghasilkan energi. Status gizi juga merupakan keadaan dari keseimbangan

konsumsi dan penyerapan zat gizi. (Fitria,2011)

Sintesis hemoglobin membutuhkan makronutrien dan mikronutrien yang

diperoleh dari asupan rutin dan cadangan dalam tubuh. Sehingga apabila asupan

gizinya baik maka akan berpengaruh terhadap kenaikan kadar hemoglobin. Sama

halnya dengan glukosa, kadar glukosa dalam darah dipengaruhi oleh asupan rutin

dan cadangan dalam tubuh. Setelah jumlah glukosa dalam darah turun, maka tubuh

memecah cadangan glukosa maupun non-glukosa menjadi glukosa. Keseimbangan

antara asupan dengan pemakaian zat makanan menentukan status gizi seseorang.

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2017. 4. 1. · Pencampuran ini dilakukan agar bahan aktif tersebut mudah disimpan, diangkut dan dapat digunakan dengan aman, efektif dan ekonomis. Produk

35

B. Perdarahan

Perdarahan adalah keluarnya darah dari sirkulasi kardiovaskuler dan biasanya

terdapat kerusakan atau ruptura pada susunan kardiovaskuler (jantung, arteri, vena,

dan kapiler). Kadang perdarahan terjadi tanpa kerusakan dinding pembuluh darah

atau tidak dapat dilihat kerusakannya secara mikroskopis, keadaan ini disebut

hemorrhagi per-diapedesis yang mempengaruhi kadar hemoglobin rendah. Anemia

yang terjadi sesudah kehilangan darah merangsang sum-sum tulang untuk bekerja

lebih giat membentuk sel yang lebih banyak. Selama masa regenerasi pembentukan

eritrosit melebihi banyaknya persediaan hemoglobin (Hb) sehingga sel darah merah

kekurangan Hb dan terjadi hypochrome.

C. Pajanan pestisida

Pestisida adalah substansi yang digunakan untuk mencegah atau membunuh

hama (pest). Hama yaitu organisme yang bersaing untuk mendapatkan makanan,

mengganggu kenyamanan, atau berbahaya bagi kesehatan manusia. Penggunaan

pestisida sudah sangat meluas, berkaitan dengan dampak positifnya yaitu

meningkatnya produksi pertanian dan menurunnya penyakit-penyakit yang

penularannya melalui perantaraan makanan (food-borne diseases) atau punvector

(vector-borne diseases). Idealnya, pestisida mempunyai efek toksikhanya pada

organisme targetnya, yaitu hama. Namunpada kenyataanya, sebagian besar bahan

aktif yang digunakan sebagai pestisida tidak cukup spesifik toksisitasnya, sehingga

berdampak negatif terhadap kesehatan manusia. Reaksi kimia terjadinya

pembentukan methemoglobin di dalam sel darah merah diakibatkan oleh

keberadaan pestisida dietilditiokarbamat. Selain itu disebabkan karena terjadi

ikatan nitrit dengan Hb sehingga membentuk methemoglobin yang menyebabkan

Hb tidak mampu mengikat oksigen. Methemoglobin terbentuk ketika zat besi di

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2017. 4. 1. · Pencampuran ini dilakukan agar bahan aktif tersebut mudah disimpan, diangkut dan dapat digunakan dengan aman, efektif dan ekonomis. Produk

36

dalam Hb teroksidasi dari ferro menjadi ferri. Sulfhemoglobin dan methemoglobin

di dalam sel darah merah tidak dapat diubah kembali menjadi hemoglobin normal.

Untuk membuktikan adanya hubungan dalam Patil Jyotsnaetal, (2003) dalam

penelitian kepada para petani anggur yang terpapar pestisida mendapati penurunan

dalam beberapa parameter hematologi seperti Hemoglobin, Hematokrit dan Red

Blood Cell. Hasil Penelitian Runia (2008) Faktor-faktor yang berhubungan dengan

keracunan pestisida dan kejadian Anemia pada petani hortikultura di desa Tejosari

Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang. Jumlah petani yang menderita keracunan

adalah sebanyak 75 orang (96,15%) dan petani yang menderita anemia adalah

sebanyak 63 orang (80,8%). Kejadian anemia dapat terjadi pada penderita keracunan

organofosfat dan karbamat adalah karena terbentuknya sulfhemoglobin dan

methemoglobin di dalam sel darah merah Penelitian yang dilakukan D. Ramsingh

(2009) di India juga didapati bahwa terdapat pengaruh pestisida dalam kadar

hemoglobin dimana pestisida ini menyebabkan penurunan produksi atau peningkatan

penghancuran sel darah merah.Hal ini menyebabkan Hb tidak normal.Reddy dan

Kanojia (2012) melakukan penelitian pada petani di beberapa desa di India

menyimpulkanhal yang sama dimana didapati penurunan pada parameter hematologi

seperti Hemoglobin, Hct dan RBC.

2.5 Toksikologi Pestisida

Senyawa-senyawa organokhlorin (organoklorin,chlorinated, hydrocarbons)

sebagian besar menyebabkan kerusakan pada komponen-komponen selubung

selsyaraf (Schwann cells) sehingga fungsi syaraf terganggu. Peracunan

dapatmenyebabkan kematian atau pulih kembali. Kondisi pulih bukan disebabkan

karenasenyawa organokhlorin telah keluar dari tubuh tetapi karena disimpan dalam

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2017. 4. 1. · Pencampuran ini dilakukan agar bahan aktif tersebut mudah disimpan, diangkut dan dapat digunakan dengan aman, efektif dan ekonomis. Produk

37

lemak tubuh. Semua insektisida organokhlorin sukar terurai oleh faktor-

faktorlingkungan dan bersifat persisten, Mereka cenderung menempel pada lemak

danpartikel tanah sehingga dalam tubuh jasad hidup dapat terjadi akumulasi,

demikian pula di dalam tanah. Akibat peracunan biasanya terasa setelah waktu yang

lama, terutama bila dose kematian (lethal dose) telah tercapai. Hal inilah yang

menyebabkan sehingga penggunaan organokhlorin pada saat ini semakin berkurang

dan dibatasi. Efek lain adalah biomagnifikasi, yaitu peningkatanperacunan

lingkungan yang terjadi karena efek biomagnifikasi (peningkatan biologis) yaitu

peningkatan daya racun suatu zat terjadi dalam tubuh jasad hidup,karena reaksi

hayati tertentu.

Semua senyawa organofosfat (organofosfat, organophospates) dan

karbamat (karbamat, carbamates) bersifat perintang ChE (enzim cholineesterase),

ensim yang berperan dalam penerusan rangsangan syaraf. Peracunan dapat terjadi

karena gangguan dalam fungsi susunan syaraf yang akan menyebabkan kematian

atau dapat pulih kembali. Umur residu dari organofosfat dan karbamat ini tidak

berlangsung lama sehingga peracunan kronis terhadap lingkungan cenderung tidak

terjadi karena faktor-faktor lingkungan mudah menguraikan senyawa-senyawa

organofosfat dan karbamat menjadi komponen yang tidak beracun. Walaupun

demikian senyawa ini merupakan racun akut sehingga dalam penggunaannya faktor-

faktor keamanan sangat perlu diperhatikan. Karena bahaya yang ditimbulkannya

dalam lingkungan hidup tidak berlangsung lama, sebagian besar insektisida dan

sebagian fungisida yang digunakan saat ini adalah dari golongan organofosfat dan

karbamat.

Parameter yang digunakan untuk menilai efek peracunan pestisida terhadap

mamalia dan manusia adalah nilai LD50 (lethal dose 50%) yang menunjukkan

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2017. 4. 1. · Pencampuran ini dilakukan agar bahan aktif tersebut mudah disimpan, diangkut dan dapat digunakan dengan aman, efektif dan ekonomis. Produk

38

banyaknya pestisida dalam miligram (mg) untuk tiap kilogram (kg) berat seekor

binatang-uji, yang dapat membunuh 50 ekor binatang sejenis dari antara 100 ekor

yang diberi dose tersebut. Yang perlu diketahui dalam praktek adalah LD50 akut oral

(termakan) dan LD50 akut dermal (terserap kulit). Nilai-nilai LD50 diperoleh dari

percobaan-percobaan dengan tikus putih. Nilai LD50 yang tinggi (di atas 1000)

menunjukkan bahwa pestisida yang bersangkutan tidak begitu berbahaya bagi

manusia. LD50 yang rendah (di bawah 100) menunjukkan hal sebaliknya (WHO

dalam: Kemenkes, 2012)

2.6 Pencemaran Lingkungan

Pestisida yang diaplikasikan untuk memberantas suatu hama tanaman atau

serangga penyebar penyakit tidak semuanya mengenai tanaman. Sebagian akan jatuh

ke tanaman, atau perairan disekitarnya, sebagian lagi akan menguap keudara, yang

mengenai tanaman akan diserap tanaman tersebut ke dalam jaringan kemudian

mengalami metabolisme, karena pengaruh enzim tanaman. Pestisida yang diserap

oleh tanah atau perairan akan terurai karena pengaruh suhu, kelembaban, jasad renik

dan sebagainya. Sedangkan yang menguap ke udara akan terurai karena pengaruh

suhu, kelembaban dan sinar matahari khususnya sinar ultra violet. Penguraian bahan

pestisida tersebut tidak terjadi seketika itu juga, melainkan sedikit demi sedikit. Sisa

yang tertinggal inilah yang kemudian diserap sebagai residu. Jumlah residu pestisida

dipengaruhioleh suhu, kelembaban, jasad renik, sinar matahari dan jenis dari

pestisida tersebut. Peningkatan kegiatan agroindustri selain meningkatkan produksi

pertanianjuga menghasilkan limbah dari kegiatan tersebut. Penggunaan pestisida,

disamping bermanfaat untuk meningkatkan produksi pertanian tapi juga

menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan pertanian dan juga terhadap

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2017. 4. 1. · Pencampuran ini dilakukan agar bahan aktif tersebut mudah disimpan, diangkut dan dapat digunakan dengan aman, efektif dan ekonomis. Produk

39

kesehatan manusia. Pada masa sekarang ini dan masa mendatang, orang lebih

menyukai produk pertanian yang alami dan bebas dari pengaruh pestisida walaupun

produk pertanian tersebut di dapat dengan harga yang lebih mahal dari produk

pertanian yang menggunakan pestisida.

Pestisida yang paling banyak menyebabkan kerusakan lingkungan dan

mengancam kesehatan manusia adalah pestisida sintetik, yaitu golongan

organoklorin. Tingkat kerusakan yang disebabkan oleh senyawa organoklorin lebih

tinggi dibandingkan senyawa lain, karena senyawa ini peka terhadap sinar matahari

dan tidak mudah terurai. Karena pestisida adalah racun, yang dapat mematikan jasad

hidup, maka dalam penggunannya dapat memberikan pengaruh yang tidak

diinginkan terhadap kesehatan manusia serta lingkungan pada umumnya. Pestisida

yang disemprotkan segera bercampur dengan udara dan langsung terkena sinar

matahari. Dalam udara pestisida dapat ikut terbang menurut aliran angin.

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2017. 4. 1. · Pencampuran ini dilakukan agar bahan aktif tersebut mudah disimpan, diangkut dan dapat digunakan dengan aman, efektif dan ekonomis. Produk

40

DAFTAR PUSTAKA

Afriyanto, 2008.Kajian Keracunan Pestisida Pada Petani Penyemprot Cabe Di

Desa Candi Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang. Thesis.

Universitas Dipenogoro.

Anis, 2005, Perlu Deteksi Dini Penyakit bagi Pekerja,

http://www.suaramerdeka.com/harian/0512/26/ragam1.htm

Arisman 2002. Gizi Dalam Daur Kehidupan. Penerbit buku Kedokteran EGC.

DepKes RI, 1992. Pestisida dan Pengunaannya. Jakarta, Sub Dit P2 Pestisida

Depkes, RI, 2000. Modul Pelatihan Pemeriksaan Residu Pestisida” Pengenalan

Pestisida” Depkes RI, Dirjen P2M dan PL.

Djau R. 2009, Faktor risiko kejadian Anemia dan keracunan pestisida pada pekerja

penyemprot gulma di kebun kelapa sawit PT.Agro Indomas Kab. Seruyan

Kalimantan Tengah (Tesis). Semarang: Program Studi Magister Kesehatan

Lingkungan Universitas Diponegoro;2009.

Dorland, W.A. 2002, Kamus Kedokteran Dorland.Edisi 29.Jakarta: Penerbit buku

kedokteran EGC:2002.H 987

Hidayat, A. A. A. (2007). Metode penelitian keperawatan dan teknik analisa data.

Jakarta: Salemba Medika.

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2017. 4. 1. · Pencampuran ini dilakukan agar bahan aktif tersebut mudah disimpan, diangkut dan dapat digunakan dengan aman, efektif dan ekonomis. Produk

41

Indonesia,(2007), Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 07/Permentan/SR.140/

2/2007: tentang Syarat dan Tata Cara Pendaftaran Pestisida, Jakarta:

Kementan R.I.

Indonesia,(2012), Pedoman Penggunaan Insektisida(Pestisida) Dalam Pengendalian

Vektor, Jakarta: Kemenkes R.I.Dirjen PP dan PL

Kementrian Pertanian, 2011. Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida. Jakarta:

Direktorat Jenderal Prasaranan dan Sarana Kementrian Pertania.

Mariani R, Iwan D, Nani S, 2005, Pengaruh Istirahat terhadap Aktivitas

Kholinesterase petani penyemprot pestisida organofosfat di kecamatan

Pacet Jawa Barat, Badan Litbangkes Jawa Barat.

Ngatidjan, 2006. Toksikologi. Bagian Farmakologi & Toksikologi Fakultas

Kedokteran universitas Gadjah Mada. Yogyakarta

Notoatmodjo, S. (2002). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nursalam dan Siti Pariani. (2001). Pendekatan praktis metodologi riset keperawatan.

Jakarta: Sagung Seto.

Nursalam. (2003). Konsep dan penetapan metodologi penelitian ilmu keperawatan:

Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta:

Salemba Medika.

Pohan. Nurhasmawaty, 2004. Pestisida dan Pencemarannya. Universitas Sumatera

Utara

Ramsingh D.2010, The assessment of the chronic toxicity and carcinogenicity of

pesticides. Dalam: Hayes’ handbook of pesticide toxicology. Krieger R,

editor. Elsevier Inc; Manhattan: 2010.

Rimanth, 2007. Bahaya Pestisida Terhadap

Kesehatanhttp://bushido02.wordpress.com/2007/11/08/bahaya-

pestisida-terhadap-kesehatan-manusia/ diakeses tanggal 12 Maret 2012 Rini, 2001. Petunjuk Penggunaan Pestisida, Penerbit Swadaya, Jakarta

Runia Y. 2008, Faktor-faktor yang berhubungan dengan keracunan pestisida

Organofosfat, Karbamat dan kejadian Anemia pada petani hortikultura di

desa Tejosari Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang (Tesis).

Semarang: Program Studi Magister Kesehatan Lingkungan Universitas

Diponegoro). Sartono,IM., I W. Treman.,IN, Sudita, 2013.: Persebaran Lahan Perkebunan Sistem

Tumpang Sari Beda Umur di Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli,

ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPG/article

Sugiono, 2012. MetodePenelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D.Bandung : cv

Alfabeta.

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2017. 4. 1. · Pencampuran ini dilakukan agar bahan aktif tersebut mudah disimpan, diangkut dan dapat digunakan dengan aman, efektif dan ekonomis. Produk

42

MG Catur Yuantari, 2011

DAMPAK PESTISIDA ORGANOKLORIN TERHADAP KESEHATAN MANUSIA DAN LINGKUNGAN SERTA PENANGGULANGANNYA: 1. Staff Pengajar Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Semarang

1). Kategori toksisitas

Label pestisida memuat kata-kata simbol yang tertulis dengan huruf tebal dan besar

yangberfungsi sebagi informasi

a. Kategori I

Kata–kata kuncinya ialah “Berbahaya Racun” dengan simbol tengkorak

dengangambar tulang bersilang dimuat pada label bagi semua jenis pestisida yang

sangatberacun. Semua jenis pestisida yang tergolong dalam jenis ini mempunyai LD

50 yangaktif dengan kisaran antara 0-50 mg perkg berat badan.

b. Kategori II

Page 36: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2017. 4. 1. · Pencampuran ini dilakukan agar bahan aktif tersebut mudah disimpan, diangkut dan dapat digunakan dengan aman, efektif dan ekonomis. Produk

43

Kata-kata kuncinya adalah “Awas Beracun” digunakan untuk senyawa pestisidayang

mempunyai kelas toksisitas pertengahan, dengan daya racun LD 50 oral yangakut

mempunyai kisaran antara 50-500 mg per kg berat badan.

c. Kategori III

Kata-kata kuncinya adalah “Hati-Hati” yang termasuk dalam kategori ini ialahsemua

pestisida yang daya racunnya rendah dengan LD 50 akut melalui mulutberkisar

antara 500-5000 mg per kg berat badan. (Anshari,2010 ; Panut 2008,Priyanto,2007;

A.Adiwisastra,1985)

Keracunan DDT tidak saja disebabkan oleh daya toksis DDT itu sendiri tetapi larutan

yangdipakai seperti minyak tanah dapat menyebabkan lebih beratnya tingkat

keracunan. Tandatandakeracunan organoklorin: keracunan pada dosis rendah, si

penderita merasa pusingpusing,mual, sakit kepala, tidak dapat berkonsentrasi secara

sempurna. Pada keracunandosis yang tinggi dapat kejang-kejang, muntah dan dapat

terjadi hambatan pernafasan.