efek suhu pencampuran dan kecepatan putar …

132
i EFEK SUHU PENCAMPURAN DAN KECEPATAN PUTAR PROPELLER MIXER TERHADAP SIFAT FISIS DAN STABILITAS EMULSI ORAL A/M EKSTRAK ETANOL BUAH PARE (Momordica charantia L.): APLIKASI DESAIN FAKTORIAL SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Ilmu Farmasi Oleh: Ardani NIM : 068114029 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2010

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: EFEK SUHU PENCAMPURAN DAN KECEPATAN PUTAR …

 

  i

 

EFEK SUHU PENCAMPURAN DAN

KECEPATAN PUTAR PROPELLER MIXER TERHADAP

SIFAT FISIS DAN STABILITAS EMULSI ORAL A/M

EKSTRAK ETANOL BUAH PARE (Momordica charantia L.):

APLIKASI DESAIN FAKTORIAL

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh:

Ardani

NIM : 068114029

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2010

Page 2: EFEK SUHU PENCAMPURAN DAN KECEPATAN PUTAR …

 

  ii

 

EFEK SUHU PENCAMPURAN DAN

KECEPATAN PUTAR PROPELLER MIXER TERHADAP

SIFAT FISIS DAN STABILITAS EMULSI ORAL A/M

EKSTRAK ETANOL BUAH PARE (Momordica charantia L.):

APLIKASI DESAIN FAKTORIAL

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh:

Ardani

NIM : 068114029

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2010

Page 3: EFEK SUHU PENCAMPURAN DAN KECEPATAN PUTAR …

 

  iii

 

Page 4: EFEK SUHU PENCAMPURAN DAN KECEPATAN PUTAR …

 

  iv

 

Page 5: EFEK SUHU PENCAMPURAN DAN KECEPATAN PUTAR …

 

  v

 

HALAMAN PERSEMBAHAN

In a world of make believe, You can change all that you see But in the world of reality, You've taught me all that I need

Time like a river flows, Twisting and turning all the way Life is an endless road, You've been with me day by day

You're there for whatever I need The only way I can thank you is to be the best that I can be

If we hold on together, Just you and me (Diana Ross)

This S1 Thesis is wholeheartedly dedicated to: My awesome God My beloved grandmother My trustworted father and mother My lovely sister and brother My delightful friends My almamater

Page 6: EFEK SUHU PENCAMPURAN DAN KECEPATAN PUTAR …

 

  vi

 

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :

Nama : Ardani

Nomor Mahasiswa : 068114029

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul : EFEK SUHU PENCAMPURAN DAN KECEPATAN PUTAR PROPELLER

MIXER TERHADAP SIFAT FISIS DAN STABILITAS EMULSI ORAL A/M

EKSTRAK ETANOL BUAH PARE (Momordica charantia L.): APLIKASI

DESAIN FAKTORIAL

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencatumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 4 Januari 2010

Yang Menyatakan

(Ardani)

Page 7: EFEK SUHU PENCAMPURAN DAN KECEPATAN PUTAR …

 

  vii

 

PRAKATA

Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Penyayang dan Pengasih atas

semua berkat dan penyertaan-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat

menyelesaikan laporan akhir dengan baik. Laporan akhir ini disusun untuk

memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu Program

Studi Ilmu Farmasi (S. Farm).

Penulis memiliki banyak kesulitan dalam menyelesaikan laporan akhir ini.

Tetapi dengan adanya banyak bantuan dari berbagai pihak, akhirnya penulis dapat

menyelesaikan laporan akhir ini. Dengan segala kerendahan hati penulis ingin

mengucapkan terimakasih atas segala bantuan yang telah diberikan kepada:

1. Rita Suhadi, M. Si., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta

2. Dewi Setyaningsih, M.Sc., Apt., selaku dosen pembimbing yang telah

memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis

3. Rini Dwiastuti, M.Sc., Apt., selaku dosen penguji atas kesediaannya

meluangkan waktu untuk menjadi dosen penguji, serta kritik dan saran yang

diberikan.

4. Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku dosen penguji yang telah menguji sekaligus

memberikan kritik, saran, dan arahan kepada penulis.

5. Ayah, ibu, adik atas dukungan dan cinta kasihnya

6. Teman-teman satu penelitian, Lia, Vita, dan Yosep atas kerjasama dan

kebersamaannya di laboratorium

Page 8: EFEK SUHU PENCAMPURAN DAN KECEPATAN PUTAR …

 

  viii

 

7. Adik-adik kelas yang manis, Ana, Pika, Desi, Dian, Dewi dan semua anak-anak

kost Pelangi untuk dukungannya

8. Teman-teman angkatan 2006 khususnya teman-teman FST

9. Pak Musrifin, Mas Agung, Mas Ottok, serta laboran-laboran lain atas

bantuannya selama penulis menyelesaikan laporan akhir

10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu

penulis dalam menyelesaikan laporan akhir ini

Penulis menyadari bahwa dalam laporan akhir ini masih terdapat

kesalahan dan kekurangan mengingat keterbatasan kemampuan dan pengetahuan

penulis. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari

semua pihak. Akhir kata semoga laporan ini dapat berguna bagi pembaca.

Penulis

Page 9: EFEK SUHU PENCAMPURAN DAN KECEPATAN PUTAR …

 

  ix

 

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan

dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 4 Januari 2010

Penulis

Ardani

Page 10: EFEK SUHU PENCAMPURAN DAN KECEPATAN PUTAR …

 

  x

 

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ............................................................................................ i

HALAMAN JUDUL ............................................................................................... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iv

HALAMAN PERSEMBAHAN .............................................................................. v

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI .................................................. vi

PRAKATA ............................................................................................................ vii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................................ ix

DAFTAR ISI ............................................................................................................ x

DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiv

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xv

DAFTAR PERSAMAAN ................................................................................... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xviii

INTISARI ............................................................................................................. xix

ABSTRACT ........................................................................................................... xx

BAB I. PENGANTAR ............................................................................................. 1

A. Latar Belakang ................................................................................................ 1

B. Perumusan Masalah ........................................................................................ 3

C. Keaslian Penelitian ......................................................................................... 3

D. Manfaat Penelitian .......................................................................................... 4

E. Tujuan Penelitian ............................................................................................ 4

Page 11: EFEK SUHU PENCAMPURAN DAN KECEPATAN PUTAR …

 

  xi

 

BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA...................................................................... 5

A. Pare ................................................................................................................ 5

B. Emulsi ............................................................................................................ 8

1. Definisi ...................................................................................................... 8

2. Proses Emulsifikasi .................................................................................... 9

3. Emulgator ................................................................................................ 11

C. Pencampuran ................................................................................................ 13

D. Formulasi ...................................................................................................... 17

1. Sorbitan Monooleat (Span 80) ................................................................. 17

2. Polioksietilen Sorbitan Monooleat (Tween 80) ........................................ 18

3. Virgin Coconut Oil .................................................................................. 19

4. Gliserin .................................................................................................... 20

5. Sukrosa .................................................................................................... 20

6. Metil Paraben (Nipagin) .......................................................................... 21

E. Sifat Fisis dan Stabilitas Emulsi .................................................................. 21

1. Distribusi Ukuran Droplet ....................................................................... 21

2. Reologi dan Viskositas ............................................................................ 23

3. Stabilitas Emulsi ...................................................................................... 26

F. Metode Desain Faktorial ......................................................................................... 31

G. Landasan Teori ............................................................................................. 34

H. Hipotesis ....................................................................................................... 35

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ............................................................. 36

A. Jenis Rancangan Penelitian .......................................................................... 36

Page 12: EFEK SUHU PENCAMPURAN DAN KECEPATAN PUTAR …

 

  xii

 

B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ............................................... 36

1. Variabel Penelitian ................................................................................... 36

2. Definisi Operasional ................................................................................. 37

C. Alat dan Bahan Penelitian ............................................................................ 38

D. Alur Penelitian .............................................................................................. 39

E. Tata Cara Penelitian ...................................................................................... 40

1. Verifikasi Ekstrak Etanol Buah Pare ....................................................... 40

a. Ekstraksi Etanol Buah Pare .................................................................. 40

b. Uji Kualitatif Ekstrak Etanol Buah Pare secara Kromatografi Lapis

Tipis (KLT) .......................................................................................... 40

2. Formula .................................................................................................... 41

3. Pembuatan Emulsi ................................................................................... 41

4. Uji Sifat Fisis dan Stabilitas Emulsi ........................................................ 42

a. Uji Tipe Emulsi (Metode Warna) ....................................................... 42

b. Uji Ukuran Droplet ............................................................................. 42

c. Uji Viskositas ...................................................................................... 43

d. Uji Indeks Creaming ............................................................................ 44

F. Analisis Data ................................................................................................ 44

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 46

A. Verifikasi Ekstrak Etanol Buah Pare ............................................................ 46

1. Ekstraksi Etanol Buah Pare ...................................................................... 46

2. Uji Kualitatif Ekstrak Etanol Buah Pare secara Kromatografi Lapis

Tipis (KLT) ............................................................................................. 46

Page 13: EFEK SUHU PENCAMPURAN DAN KECEPATAN PUTAR …

 

  xiii

 

B. Pembuatan Emulsi ....................................................................................... 47

C. Pengujian Tipe Emulsi ................................................................................. 49

D. Karakterisasi Sifat Fisis dan Stabilitas Emulsi ............................................ 50

1. Karakterisasi Sifat Fisis Emulsi ................................................................ 53

2. Karakterisasi Stabilitas Emulsi ................................................................. 53

E. Efek Suhu Pencampuran dan Kecepatan Putar Terhadap Sifat Fisis dan

Stabilitas Emulsi .......................................................................................... 55

1. Ukuran Droplet ........................................................................................ 57

2. Viskositas Emulsi ..................................................................................... 59

3. Indeks Creaming ...................................................................................... 61

4. Pergeseran Ukuran Droplet ...................................................................... 63

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 66

A. Kesimpulan ................................................................................................... 66

B. Saran ............................................................................................................. 66

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 67

LAMPIRAN ........................................................................................................... 72

BIOGRAFI PENULIS ......................................................................................... 112

Page 14: EFEK SUHU PENCAMPURAN DAN KECEPATAN PUTAR …

 

  xiv

 

DAFTAR TABEL

Tabel I. Rancangan percobaan desain faktorial dengan dua faktor dan dua

level ......................................................................................................... 32

Tabel II. Formula emulsi oral A/M ekstrak etanol buah pare ................................ 41

Tabel III. Rancangan desain faktorial .................................................................... 42

Tabel IV. Respon sifat fisis dan stabilitas emulsi oral A/M ekstrak etanol

buah pare ............................................................................................ 52

Tabel V. Efek faktor terhadap sifat fisis dan stabilitas emulsi ............................... 55

Tabel VI. Persamaan desain faktorial respon ......................................................... 56

Tabel VII. Hasil analisis Anova dengan design expert 7.1.4 pada respon

percentile 90 ukuran droplet setelah 24 jam pembuatan emulsi ......... 58

Tabel VIII. Hasil analisis Anova dengan design expert 7.1.4 pada respon

viskositas emulsi setelah 24 jam pembuatan emulsi .......................... .60

Tabel IX. Hasil analisis Anova dengan design expert 7.1.4 pada respon

indeks creaming setelah 24 jam pembuatan emulsi ............................. 63

Tabel X. Hasil analisis Anova dengan design expert 7.1.4 pada respon

pergeseran ukuran droplet setelah 1 bulan penyimpanan emulsi ......... 65

Page 15: EFEK SUHU PENCAMPURAN DAN KECEPATAN PUTAR …

 

  xv

 

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Pare ........................................................................................................ 5

Gambar 2a. Propeller mixer dan 2b. Turbine mixer ............................................. 15

Gambar 3. Skematik High Pressure Homogenizer ................................................ 16

Gambar 4. Branson Sonic Bath ............................................................................. 16

Gambar 5. Penggiling koloid ................................................................................ 17

Gambar 6. Rumus bangun Span 80 ........................................................................ 17

Gambar 7. Rumus bangun Tween 80 ..................................................................... 18

Gambar 8. Rumus bangun gliserin ......................................................................... 20

Gambar 9. Rumus bangun sukrosa ....................................................................... 20

Gambar 10. Rumus bangun nipagin ....................................................................... 21

Gambar 11. Contoh grafik distribusi frekuensi ukuran droplet ............................ 23

Gambar 12. Gambaran skematik ketidakstabilan emulsi ..................................... 29

Gambar 13. Bagan alur penelitian ......................................................................... 39

Gambar 14. Profil KLT ekstrak etanol buah pare .................................................. 47

Gambar 15. Penentuan tipe emulsi menggunakan methylene blue (perbesaran

100X) ................................................................................................ 50

Gambar 16. Profil percentile 90 ukuran droplet selama satu bulan ....................... 54

Gambar 17. Profil viskositas emulsi selama satu bulan ......................................... 54

Gambar 18. Profil indeks creaming selama satu bulan ......................................... 54

Gambar 19. Grafik hubungan suhu pencampuran (a) dan kecepatan putar

(b) terhadap respon ukuran droplet setelah 24 jam pembuatan

emulsi ................................................................................................ 57

Page 16: EFEK SUHU PENCAMPURAN DAN KECEPATAN PUTAR …

 

  xvi

 

Gambar 20. Grafik hubungan suhu pencampuran (a) dan kecepatan putar

(b) terhadap respon viskositas emulsi setelah 24 jam

pembuatan emulsi ............................................................................. 59

Gambar 21. Grafik hubungan suhu pencampuran (a) dan kecepatan putar

(b) terhadap respon indeks creaming setelah 24 jam

pembuatan emulsi ............................................................................. 62

Gambar 22. Grafik hubungan suhu pencampuran (a) dan kecepatan putar

(b) terhadap respon pergeseran ukuran droplet setelah 1 bulan

penyimpanan emulsi.......................................................................... 64

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 17: EFEK SUHU PENCAMPURAN DAN KECEPATAN PUTAR …

 

  xvii

 

  DAFTAR PERSAMAAN

Persamaan 1 ........................................................................................................... 24

Persamaan 2 ........................................................................................................... 27

Persamaan 3 ........................................................................................................... 32

Persamaan 4 ........................................................................................................... 43

Persamaan 5 ........................................................................................................... 44

Persamaan 6 ........................................................................................................... 56

Persamaan 7 ........................................................................................................... 56

Persamaan 8 ........................................................................................................... 56

Persamaan 9 ........................................................................................................... 56

Page 18: EFEK SUHU PENCAMPURAN DAN KECEPATAN PUTAR …

 

  xviii

 

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Certificate of Analysis Ekstrak Etanol Buah Pare (Momordica

charantia L.) ..................................................................................... 72

Lampiran 2. Perhitungan Dosis Ekstrak Etanol Buah Pare dan Perhitungan

Bahan ................................................................................................ 75

Lampiran 3. Notasi Desain Faktorial .................................................................... 77

Lampiran 4. Data Uji Sifat Fisis dan Stabilitas Emulsi Oral A/M Ekstrak

Etanol Buah Pare ............................................................................... 78

Lampiran 5. Analisis SPSS Terhadap Ukuran Droplet Emulsi Oral A/M

Ekstrak Etanol Buah Pare.................................................................. 82

Lampiran 6. Uji Statistik Respon Sifat Fisis dan Stabilitas Emulsi Oral

A/M Ekstrak Etanol Buah Pare ......................................................... 94

Lampiran 7. Perhitungan Efek Faktor Terhadap Sifat Fisis dan Stabilitas

Emulsi Oral A/M Ekstrak Etanol Buah Pare ................................. 103

Lampiran 8. Analisis Anova Terhadap Sifat Fisis dan Stabilitas Emulsi

Oral A/M Ekstrak Etanol Buah Pare ............................................... 104

Lampiran 9. Cek Normalitas Respon Sifat Fisis dan Stabilitas Emulsi Oral

A/M Ekstrak Etanol Buah Pare ...................................................... 106

Lampiran 10. Dokumentasi .................................................................................. 110

Page 19: EFEK SUHU PENCAMPURAN DAN KECEPATAN PUTAR …

 

  xix

 

INTISARI

Proses pencampuran, meliputi suhu pencampuran dan kecepatan putar propeller mixer dapat mempengaruhi sifat fisis dan stabilitas sediaan emulsi oral A/M ekstrak etanol buah pare (Momordica charantia L.). Kecepatan putar yang digunakan akan memberikan energi kinetik sehingga menyebabkan adanya gaya geser pada emulsi yang memungkinkan terjadi perubahan sifat fisis emulsi. Energi panas berupa suhu pencampuran dapat mempengaruhi tegangan permukaan sehingga menentukan sifat fisis emulsi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana efek suhu pencampuran dan kecepatan putar propeller mixer terhadap sifat fisis dan stabilitas fisis dari emulsi yang dihasilkan. Oleh karena itu, dalam penelitian ini digunakan metode desain faktorial dua faktor yaitu suhu pencampuran – kecepatan putar dan dua level yaitu level tinggi – level rendah. Sifat fisis emulsi oral yang diukur adalah ukuran droplet, viskositas, dan indeks creaming. Stabilitas emulsi oral yang diukur adalah profil ukuran droplet, viskositas, dan indeks creaming selama penyimpanan satu bulan. Signifikansi efek suhu pencampuran dan kecepatan putar terhadap sifat fisis dan stabilitas emulsi oral ekstrak etanol buah pare (Momordica charantia L) dianalisis secara statistik menggunakan design expert 7.1.4. pada taraf kepercayaan 95%.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa interaksi antara suhu pencampuran dan kecepatan putar memberikan efek yang signifikan (p<0.05) terhadap indeks creaming sebagai parameter sifat fisis emulsi.

Kata kunci: suhu pencampuran, kecepatan putar propeller mixer, emulsi

oral A/M, ekstrak etanol buah pare, desain faktorial

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 20: EFEK SUHU PENCAMPURAN DAN KECEPATAN PUTAR …

 

  xx

 

ABSTRACT

The mixing process, includes mixing temperature and propeller mixer’s mixing rate can affect the physical properties and stability of Momordica charantia L. fruit ethanolic extract W/O oral emulsion. The mixing rate is used to provide kinetic energy to cause a shear force on the emulsion which changes the physical properties of emulsion. Heat energy in the form of mixing temperature can affects the surface tension which determines the physical properties of emulsion.

The aim of this study was to determine how far the effect of mixing temperature and propeller mixer’s mixing rate on the physical properties and stability of the emulsion. Therefore, in this study used factorial design method with two factor mixing temperature-mixing rate and two level high level-low level. The emulsion physical properties measured were droplet size, viscosity, and index of creaming. The emulsion stability measured were droplet size shift over one month storage and the profiles of droplet size, viscosity, and index of creaming for one month storage. The significance effect of mixing temperature and mixing rate on physical properties and stability of Momordica charantia L. fruit ethanolic extract W/O oral emulsion were analyzed statistically using the design expert 7.1.4. at 95% level of confidence.

The result of this study showed that the interaction between mixing temperature and mixing rate provided a significant effect (p <0.05) on the index of creaming as a physical property parameter of emulsion.  

Keywords : mixing temperature, propeller mixer’s mixing rate, oral W/O emulsion, Momordica charantia L. fruit ethanolic extract, factorial design

 

Page 21: EFEK SUHU PENCAMPURAN DAN KECEPATAN PUTAR …

 

  1

 

BAB I

PENGANTAR

A. LATAR BELAKANG

Pare (Momordica charantia L.) merupakan tanaman anggota keluarga

Cucurbitaceae yang telah digunakan dalam berbagai pengobatan. Beberapa bukti

ilmiah menunjukkan bahwa pare memiliki aktivitas hipoglikemik, antiviral,

antineoplastik, antiinfeksi, dan antispermatogenesis (Basch, E., Gabardi, S., and

Ulbricht, C., 2003; Abalaka, M.E., Olonitola, O.S., Onaolapo, J.A., and Inabo,

H.I., 2009; Jackson, H., and Jones, A.R., 1972).

Pengembangan ekstrak etanol buah pare terkait dengan aktivitas yang

diinginkan membutuhkan bentuk sediaan yang siap digunakan dalam uji klinik

pada manusia. Rasa pahit dari ekstrak etanol buah pare karena kandungan

kukurbitasin menyebabkan timbulnya kendala dalam pengembangannya sebagai

sediaan oral. Oleh karena itu, dibuat bentuk sediaan emulsi sistem air dalam

minyak (A/M) dari ekstrak etanol buah pare. Ekstrak etanol buah pare yang larut

air akan terdispersi membentuk droplet yang terlindung dalam fase minyak

sehingga rasa pahit bisa berkurang karena difusi droplet akan terhalangi dan

kontak dengan saliva akan berkurang.

Sediaan emulsi A/M mempunyai kelebihan bila dibandingkan dengan

sediaan padat seperti kapsul yang juga sering digunakan untuk menutupi rasa pada

sediaan oral. Sediaan kapsul memiliki kecepatan disolusi yang lebih rendah

sehingga bioavailabilitas oral sediaan akan menjadi rendah dan kemungkinan efek

Page 22: EFEK SUHU PENCAMPURAN DAN KECEPATAN PUTAR …

 

 

2

 

yang diharapkan tidak akan muncul. Sediaan emulsi sistem A/M memungkinkan

bioavailabilitas oral yang lebih tinggi karena droplet air yang mengandung zat

berkhasiat dari pare akan cepat diabsorpsi (Srivastava, Y., 1993). Emulsi pare

sistem A/M ini juga dapat dikembangkan lebih lanjut menjadi emulsi sistem

A/M/A untuk meningkatkan penggunaan secara oral yang berefek prolonged-

release.

Sediaan emulsi sistem A/M, terkait dengan sifat fisis dan stabilitasnya

dipengaruhi oleh emulgator yang digunakan dan proses pencampurannya.

Pemilihan dan komposisi emulgator yang tepat akan menghasilkan sistem emulsi

A/M yang stabil. Proses pencampuran dalam pembuatan sediaan emulsi

merupakan proses dispersi dari fase minyak dan air untuk membentuk emulsi

yang stabil. Selama proses pencampuran, kecepatan putar yang digunakan

menimbulkan gaya geser pada emulsi yang akan menentukan sifat fisis emulsi.

Semakin tinggi kecepatan putar, viskositas emulsi akan semakin kecil karena

emulsi memiliki sifat aliran pseudoplastis. Suhu pencampuran dapat

mempengaruhi tegangan permukaan sehingga memudahkan dalam proses

emulsifikasi. Namun, pada batas tertentu, kecepatan putar dan suhu pencampuran

akan memberikan energi kinetik yang dapat memecah ikatan dari interaksi antara

emulgator dengan fase dispers dan medium kontinyunya sehingga sistem emulsi

menjadi tidak stabil dan cepat memisah.

Variasi suhu pencampuran dan kecepatan putar diyakini akan

memberikan efek yang dapat diukur kebermaknaannya dalam menentukan

parameter-parameter sifat fisis emulsi, seperti ukuran droplet, viskositas, dan

Page 23: EFEK SUHU PENCAMPURAN DAN KECEPATAN PUTAR …

 

 

3

 

indeks creaming, serta stabilitas emulsi selama penyimpanan dalam jangka waktu

tertentu. Oleh karena itu, desain penelitian ini menggunakan desain faktorial pada

dua level dan dua faktor untuk mengevaluasi secara obyektif efek faktor. Suhu

pencampuran dan kecepatan putar merupakan faktor yang diteliti, sedangkan

variasi suhu pencampuran dan kecepatan putar adalah level yang dipilih.

Signifikansi efek suhu pencampuran dan kecepatan putar terhadap sifat fisis dan

stabilitas emulsi oral ekstrak etanol buah pare dianalisis dengan menggunakan

design expert 7.1.4. dengan Anova pada taraf kepercayaan 95%.

B. PERMASALAHAN

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat disusun permasalahan:

Apakah variasi suhu pencampuran dan kecepatan putar propeller mixer pada

level yang diteliti memberikan efek yang signifikan terhadap sifat fisis dan

stabilitas emulsi oral A/M ekstrak etanol buah pare (Momordica charantia L.)?

C. KEASLIAN PENELITIAN

Sejauh penelusuran pustaka yang dilakukan penulis, penelitian tentang

Efek Suhu Pencampuran dan Kecepatan Putar Propeller Mixer Terhadap Emulsi

Oral A/M Ekstrak Etanol Buah Pare (Momordica charantia L.) Dengan Aplikasi

Desain Faktorial belum pernah dilakukan.

Page 24: EFEK SUHU PENCAMPURAN DAN KECEPATAN PUTAR …

 

 

4

 

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat Teoritis

Menambah informasi bagi ilmu pengetahuan mengenai efek proses

pencampuran meliputi suhu pencampuran dan kecepatan putar terhadap

sediaan emulsi dan aplikasi desain faktorial dalam analisis pengaruh tersebut.

2. Manfaat Metodologis

Menambah informasi dalam bidang kefarmasian mengenai penggunaan desain

faktorial dalam mengamati efek suhu pencampuran dan kecepatan putar

terhadap sediaan emulsi.

3. Manfaat Praktis

Mengetahui pengaruh suhu pencampuran dan kecepatan putar dalam proses

pembuatan emulsi terhadap sifat fisis dan stabilitas emulsi.

E. TUJUAN PENELITIAN

1. Tujuan Umum

Membuat sediaan emulsi sistem air dalam minyak (A/M) dengan zat aktif

yang berasal dari bahan alam, yaitu ekstrak buah pare.

2. Tujuan Khusus

Mengetahui efek proses pencampuran meliputi suhu pencampuran, kecepatan

putar, dan interaksinya terhadap sifat fisis dan stabilitas emulsi.

Page 25: EFEK SUHU PENCAMPURAN DAN KECEPATAN PUTAR …

 

  5

 

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Pare

Tanaman pare merupakan tanaman anggota Cucurbitaceae dengan

sinonim Momordica chinensis, M. elegans, M. indica, M. operculata, M. sinensis,

Sicyos fauriel (Taylor, L., 2002). Pare banyak terdapat di daerah tropika dan

tumbuh baik di dataran rendah. Pare merupakan tanaman setahun, merambat atau

memanjat dengan alat pembelit atau sulur berbentuk spiral, banyak bercabang,

berbau tidak enak. Batang berusuk 5, panjang 2-5 m, yang muda berambut rapat.

Daun tunggal, bertangkai yang panjangnya 1,5-5,3 cm, letak berseling, bentuknya

bulat panjang, dengan panjang 3,5-8,5 cm, lebar 4 cm, berbagi menjari 5-7,

pangkal berbentuk jantung, warnanya hijau tua. Taju bergigi kasar sampai

berlekuk menyirip. Bunga tunggal, berkelamin dua dalam satu pohon, bertangkai

panjang, berwarna kuning. Buah bulat memanjang, dengan 8-10 rusuk

memanjang, berbintil-bintil tidak beraturan, panjangnya 8-30 cm, rasanya pahit.

Warna buah hijau, bila masak menjadi oranye yang pecah dengan 3 katup. Biji

banyak, coklat kekuningan, bentuknya pipih memanjang, keras (Anonim, 2005).

Gambar 1. Pare (Kress, H., 1997)

Page 26: EFEK SUHU PENCAMPURAN DAN KECEPATAN PUTAR …

 

 

6

 

Buah pare yang belum masak mengandung saponin, flavonoid, dan

polifenol, serta glikosida kukurbitasin, charantin, asam butirat, asam palmitat,

asam linoleat, dan asam stearat (Rita, W.S., Suirta, I.W., and Sabikin, A., 2008).

Begum, S., Ahmed, M., Siddiqui, B.S., Khan, A., Saify, Z.S., and Arif, M., (1997)

juga telah berhasil mengisolasi senyawa steroid, monosiklik alkohol, dan beberapa

senyawa triterpenoid. Isolasi dari ekstrak buah pare diperoleh empat jenis

momordikosida yang tidak pahit rasanya, yaitu momordikosida F1 (C45H68O12), F2

(C36H58O8), G (C45H68O12), dan I (C36H58O8) (Okabe, H., Miyahara, Y., and

Yamauchi, T., 1982a).

Pare telah digunakan untuk menurunkan kadar gula darah pada penderita

diabetes mellitus. Aktivitas antiviral dan antineoplastik secara in vitro juga telah

dilaporkan. Uji klinis menunjukkan bahwa perasan pare, buah, dan serbuk

keringnya memberikan efek hipoglikemik sedang dan konvulsi pada anak-anak,

mengurangi fertilitas mencit, meningkatkan γ-glutamiltransferase dan fosfatase

dalam hewan, dan sakit kepala (Basch, E., et al., 2003). Efek buah pare sebagai

anti-virus HIV terletak pada kandungan protein momorcharin alfa dan beta, atau

pada protein MAP30 (Momordica Antiviral Protein 30) (Manitto, P., 1981;

Anonim, 2006; Liu, W. K., Sze, S.F., and Yeung, H.W., 1993). Pare juga

digunakan secara topikal untuk mengobati luka pada kulit penderita diabetes

(Teoh, S.L., Latiff, A.A., and Das, S., 2008).

Ekstrak etanol pare memiliki aktivitas hipoglikemik pada dosis 500

mg/kg yang menyebabkan 10-15% penurunan glukosa darah setelah 1 minggu

(Biyani, et al., 2003). Ekstrak etanol buah pare memiliki aktivitas antibakteri,

Page 27: EFEK SUHU PENCAMPURAN DAN KECEPATAN PUTAR …

 

 

7

 

yaitu pada konsentrasi 0,1 mg/ml (terhadap S. pyogenes) dan pada konsentrasi 1

mg/ml (terhadap E. coli dan S. aureus) (Abalaka, M.E., et al., 2009). Dari uji

aktivitas antitumor dengan bacterium tumefaciens A-208 terhadap isolat aktif dari

ekstrak etanol buah pare yang bersifat toksik terhadap larva udang Artemia salina

L. dengan LC50 230 ppm menunjukkan bahwa isolat tersebut aktif antitumor. Dari

hasil identifikasi menggunakan Kromatografi Gas-Spektroskopi Massa, isolat

aktif antitumor buah pare diduga merupakan gabungan dari beberapa senyawa

dengan 3 senyawa mayor yang sebagian besar merupakan asam organik, yaitu

asam heksadekanoat, asam oktadekanoat, dan ester dioktilheksadioat (Rita, W.S.,

et al., 2008).

Ekstrak buah pare juga ditemukan mampu menghambat spermatogenesis

pada mencit jantan (Sutyarso, 1992) dan anjing jantan (Dixit, V.P., Kimnna, P.,

and Bhargava, S.K., 1978). Selama 60 hari pemberian jus buah pare jumlah anak

tikus berkurang sampai dengan 90% (Stepka, W., Wilson, K.E., and Madge, G.E.,

1974). Mekanisme fisiologi penghambatan spermatogenesis buah pare pada tikus

jantan belum ditemukan. Beberapa peneliti berpendapat bahwa zat pahit dalam

pare, yaitu momordikosida K (C37H58O9) dan L (C36H58O9) (Okabe, H., Miyahara,

Y., and Yamauchi, T., 1982b), yang merupakan golongan kukurbitasin, terlibat

dalam penghambatan spermatogenesis melalui aktivitas sitotoksik (West, M.E.,

Sidrak, G.H., and Street, S.P.W., 1971). Selain itu, aktivitas penghambatan

spermatogenesis ekstrak buah pare juga dikaitkan dengan aktivitas steroid karena

kukurbitasin memiliki struktur dasar siklopentan perhidrofenantrena yang juga

merupakan struktur dasar steroid. Menurut Jackson, H., dan Jones, A.R., (1972),

Page 28: EFEK SUHU PENCAMPURAN DAN KECEPATAN PUTAR …

 

 

8

 

steroid berperan menghambat spermatogenesis secara reversibel. Uji toksisitas

pada mencit menunjukkan bahwa ektrak etanol buah pare tidak mengganggu faal

liver sampai pada dosis 750mg/kgBB mencit (Sutyarso, 1992). Menurut penelitian

Saribulan (1993), tingkat toksisitas ekstrak etanol buah pare termasuk kategori

praktis tidak toksik, yaitu terletak pada rentang (5-15 g/kg). Studi toksikologi

menunjukkan bahwa pare aman untuk kesehatan manusia dan tidak memiliki efek

toksik (Chopra, R.N., Nayar, S.L., and Chopra, I.C., 1956).

B. Emulsi

1. Definisi

Emulsi merupakan suatu sistem heterogen, minimal terdiri dari satu

macam cairan yang tidak saling campur dan terdispersi ke dalam cairan lain dalam

bentuk droplet atau globules yang biasanya berdiameter lebih dari 0,1µm (Allen,

L.V., 2002). Tipe emulsi A/M, merupakan emulsi yang mempunyai fase dalam air

dan fase luar minyak dan tipe emulsi M/A, merupakan emulsi yang mempunyai

fase dalam minyak dan fase luar air (Ansel, H.C., 1989).

Uji penentuan tipe emulsi dilakukan untuk memastikan apakah emulsi

yang dibuat merupakan tipe M/A atau A/M. Uji yang sering dilakukan adalah :

• Uji miscibility dalam minyak atau air. Emulsi hanya akan tercampur

dengan liquid yang memiliki fase kontinyu yang sama.

• Uji staining. Menggunakan pewarna yang larut air atau larut minyak,

yang pada salah satu fase akan terlarut atau terwarnai (Aulton, M.E.,

2002).

Page 29: EFEK SUHU PENCAMPURAN DAN KECEPATAN PUTAR …

 

 

9

 

2. Proses emulsifikasi

a. Teori Tegangan Permukaan

Menurut teori ini semua cairan mempunyai kecenderungan menerima

suatu bentuk yang mempunyai luas permukaan terbuka dalam jumlah yang

paling kecil. Dalam tetesan cairan yang bulat, ada tenaga (kekuatan) yang

cenderung meningkatkan hubungan dari molekul-molekul zat untuk menahan

distorsi dari tetesan menjadi suatu bentuk yang kurang bulat. Jika dua atau lebih

tetesan cairan yang sama saling bertemu kecenderungan untuk bergabung

membuat satu tetesan yang lebih besar dan mempunyai luas permukaan yang

lebih kecil dibandingkan dengan luas permukaan total dari tetesan-tetesan

tersebut sebelum bergabung. Zat-zat yang dapat meningkatkan penurunan

tahanan untuk pecah dapat merangsang suatu cairan untuk menjadi tetesan yang

lebih kecil. Zat-zat yang menurunkan tegangan ini disebut surface active agent

(surfactant) (Ansel, H.C., 1989).

b. Oriented Wedge Theory

Teori ini menganggap lapisan monomolekular dari zat pengemulsi

melingkari suatu tetesan fase dalam emulsi. Zat pengemulsi mengarahkan

dirinya di sekitar dan dalam suatu sistem yang mengandung dua cairan yang

saling tidak bercampur, zat pengemulsi akan memilih larut dalam salah satu

fase dan terikat kuat dalam fase tersebut dibandingkan dengan fase lainnya.

Karena molekul-molekul mempunyai suatu bagian hidrofilik dan suatu bagian

hidrofobik, maka molekul-molekul tersebut akan mengarahkan dirinya ke

masing-masing fase. Umumnya suatu zat pengemulsi yang mempunyai

Page 30: EFEK SUHU PENCAMPURAN DAN KECEPATAN PUTAR …

 

 

10

 

karakteristik hidrofilik lebih besar daripada sifat hidrofobiknya akan

membentuk suatu emulsi minyak dalam air dan suatu emulsi air dalam minyak

sebagai hasil penggunaan zat pengemulsi yang lebih hidrofobik daripada

hidrofilik (Ansel, H.C., 1989).

c. Teori Plastik

Teori ini menempatkan zat pengemulsi pada antarmuka minyak dan

air, mengelilingi tetesan fase dalam sebagai suatu lapisan tipis atau film yang

diadsorbsi pada permukaan dari tetesan. Lapisan tersebut mencegah kontak dan

bersatunya fase terdispersi, makin kuat dan makin lunak lapisan tersebut akan

makin besar dan makin stabil emulsinya. Pembentukan emulsi tipe A/M atau

M/A tergantung pada derajat kelarutan dari zat pengemulsi dalam kedua fase

tersebut, zat yang larut dalam air akan merangsang terbentuknya emulsi M/A

dan zat pengemulsi yang larut dalam minyak sebaliknya (Ansel, H.C., 1989).

d. Teori Lapisan Listrik Rangkap

Jika terdispersi ke dalam air, satu lapis air yang langsung berhubungan

dengan permukaan minyak akan bermuatan sejenis, sedangkan lapisan

berikutnya akan mempunyai muatan yang berlawanan dengan lapisan di

depannya. Dengan demikian seolah-olah tiap tetesan minyak dilindungi oleh

dua benteng lapisan listrik yang saling berlawanan. Benteng tersebut akan

menolak setiap usaha dari tetesan minyak yang akan bergabung menjadi satu

molekul besar, karena susunan listrik yang menyelubungi setiap tetesan minyak

mempunyai susunan yang sama. Dengan demikian, antara sesama tetesan akan

tolak menolak, stabilitas emulsi akan bertambah (Parrott, E.I., 1971).

Page 31: EFEK SUHU PENCAMPURAN DAN KECEPATAN PUTAR …

 

 

11

 

e. Teori Pasak

Teori ini mempertimbangkan bangun geometrik emulgator dan

menjelaskan mengapa suatu emulgator menyebabkan pembentukan emulsi

M/A, yang lain emulsi A/M. Dalam hal emulgatornya larut air, bagian

hidrofilnya akan menebal dan memenuhi ruang melalui keteraturan steriknya

atau akibat proses hidratasinya. Pada emulgator lipofil, misal pada sabun kation

bervalensi banyak, terjadi hal sebaliknya. Rantai rangkap asam lemak

membutuhkan ruang yang lebih besar, sehingga kecenderungan disosiasi garam

alkali tanah berkurang dan proses hidratasi gugus hidroksilnya lebih rendah.

Efek pasak menyebabkan melengkungnya batas antar permukaan mengelilingi

tetesan air (Voigt, R., 1994).

3. Emulgator

Emulgator adalah surfaktan yang mengurangi tegangan antar muka

antara fase minyak dan air, meminimalkan energi permukaan dari droplet yang

terbentuk. Emulgator merupakan suatu molekul yang mempunyai rantai

hidrokarbon nonpolar dan polar pada tiap ujung rantai molekulnya. Penggunaan

campuran dua macam emulgator biasanya lebih stabil dibanding penggunaan

emulgator tunggal dengan menjumlahkan HLB secara langsung. Emulgator dapat

dicampurkan dengan perbandingan dan proporsi yang sesuai (Allen, L.V., 2002).

Page 32: EFEK SUHU PENCAMPURAN DAN KECEPATAN PUTAR …

 

 

12

 

Metode pemilihan emulgator yang tepat untuk menghasilkan emulsi yang

stabil masih bersifat semiempiris, yaitu berdasarkan pada konsep Hydrophile-

Lipoophile Balance (HLB), metode Phase Inversion Temperature (PIT), dan

metode mikroskopik untuk emulsi multifase (Eccleston, G.M., 2007).

a. Konsep Hydrophile-Lipoophile Balance (HLB)

Harga HLB memberikan informasi tentang keseimbangan hidrofil

lipofil, yang dihasilkan dari ukuran dan kekuatan gugus hidrofil dan lipofil.

Suatu zat lipofil disusun dalam harga HLB yang lebih rendah, zat hidrofil

dalam harga HLB yang lebih tinggi (Voigt, R., 1994).

Umumnya emulgator yang mempunyai harga HLB 3 sampai 6

menghasilkan emulsi A/M, sedangkan yang mempunyai harga HLB 8 sampai

18 menghasilkan emulsi M/A (Anief, M., 2000). Metode pemilihan emulgator

berdasarkan pada tipe minyak yang memerlukan emulgator dengan harga HLB

yang spesifik untuk menghasilkan emulsi yang stabil. Sejumlah emulgator

ataupun campurannya memiliki nilai HLB yang mendekati nilai required HLB

minyak sehingga dapat dihasilkan emulsi yang stabil (Eccleston, G.M., 2007).

b. Metode Phase Inversion Temperature (PIT)

Menurut Shinoda, K., dan Arai, H., (1964), terdapat HLB temperature

atau Phase Inversion Temperature (PIT), yaitu suhu di mana komponen

hidrofilik dan lipofilik dalam suatu emulgator nonionik berada dalam

keseimbangan yang mengakibatkan terjadinya inversi pada emulsi.

Page 33: EFEK SUHU PENCAMPURAN DAN KECEPATAN PUTAR …

 

 

13

 

Metode PIT lebih memperhatikan karakteristik emulsi dibanding

emulgator dalam pemilihan emulgator yang akan digunakan. Metode ini

berdasarkan pada stabilitas emulsi M/A yang mengandung surfaktan nonionik

yang dikaitkan dengan derajat hidrasi dari lapisan antarmuka. Stabilitas emulsi

akan berkurang dengan meningkatnya temperatur ataupun dengan adanya

penambahan garam karena adanya perubahan hidrasi yang signifikan pada

lapisan antarmuka. Inversi fase, karena adanya perubahan kecenderungan

lapisan emulgator larut dalam air pada temperatur rendah menjadi cenderung

larut dalam minyak pada temperatur tinggi, di mana terjadi pada temperatur

spesifik untuk emulsi tertentu dan dapat ditentukan secara eksperimental

(Eccleston, G.M., 2007).

c. Metode mikroskopik

Mekanisme stabilisasi emulsi oleh surfaktan dapat dipelajari

menggunakan metode mikroskopik. Metode ini berdasarkan pada pengamatan

campuran emulgator yang baik akan menstabilkan emulsi melalui pembentukan

multilayers dari fase gel yang stabil (Eccleston, G.M., 2007).

C. Pencampuran

Proses pencampuran dalam pembuatan sediaan emulsi merupakan proses

dispersi dari fase minyak dan air untuk membentuk emulsi yang baik. Prinsip

mekanisme pencampuran cair-cair ada tiga, yaitu 1) Bulk transport : terjadi

gerakan sejumlah besar material dari satu tempat ke tempat lain, 2) Turbulent

mixing : terjadi dari gerakan secara acak dari molekul yang dipaksa bergerak

Page 34: EFEK SUHU PENCAMPURAN DAN KECEPATAN PUTAR …

 

 

14

 

secara turbulen, 3) Molecular diffusion : merupakan analog dari diffusion mixing

dimana terjadi gerakan acak partikel secara individu, terjadi redistribusi partikel-

partikel (Aulton, M.E., 2002). Berdasarkan viskositas cairan yang dicampur, maka

mekanisme pencampuran cairan dibagi menjadi dua, yaitu laminar mixing dan

turbulent mixing. Aliran laminar biasanya terjadi pada cairan dengan viskositas

tinggi, biasanya lebih dari 10 Pas. Turbulent mixing biasanya terjadi pada cairan

dengan viskositas kurang dari 10 mPas (Nienow, A.W., Harnby, N., and Edwards,

M.F., 1997).

Selama proses pencampuran, kecepatan putar mixer yang digunakan akan

menyebabkan adanya gaya geser pada emulsi yang memungkinkan terjadi

perubahan sifat fisis emulsi (Amiji, M.M., and Sandmann, B.J., 2003).

Pencampuran dengan kecepatan putar tertentu dapat memberikan energi kinetik

yang cukup pada sistem emulsi sehingga diperoleh droplet dengan diameter kecil

(Prinderre, P., Piccerelle, P., Cauture, E., Kalantzis, G., Reynier, J.P., and

Joachim J., 1998).

Suhu pencampuran dapat mempengaruhi tegangan permukaan sehingga

juga dapat mempengaruhi sifat fisis emulsi. Peningkatan suhu pencampuran akan

meningkatkan gerakan kinetik, baik dari droplet fase terdispersi maupun dari agen

pengemulsi pada antar permukaan minyak – air (Nielloud, F., and Mestres, G.M.,

2000).

Page 35: EFEK SUHU PENCAMPURAN DAN KECEPATAN PUTAR …

 

 

15

 

Pada pencampuran secara mekanik, alat yang digunakan adalah mixer

(Sheth, B.B., and Bandelin, F.J., 1992). Mixer yang sesuai adalah mixer yang

elemen putarnya dapat menghasilkan gaya geser yang cukup tinggi (Aulton, M.E.,

2002). Alat untuk membuat emulsi dapat dibagi menjadi empat kategori, yaitu:

1. Pengaduk mekanik

Suatu emulsi dapat diaduk dengan menggunakan pengaduk dengan

bantalan pada ujung tangkai, yang ditempatkan langsung ke dalam sistem yang

diemulsikan. Jika viskositas rendah, pencampur sederhana dengan baling-

baling yang masuk dari bagian atas dapat digunakan. Jika diperlukan

pengocokan kuat atau viskositas sediaan sedang, digunakan pencampur tipe

turbin. Derajat pengocokan dikendalikan oleh kecepatan rotasi pendorong,

tetapi pola mengalir cairan dan efisiensi hasil dari pencampuran dikontrol oleh

macam pendorong, posisi pendorong dalam wadah, adanya pembelok aliran,

dan bentuk umum dari wadah (Lachmann, L., 1989).

a b

Gambar 2a. Propeller mixer dan 2b. Turbine mixer (Abbottstown Stamping Co., 2008)

2. Homogenizer

Dalam suatu homogenizer, dispersi dari dua cairan dicapai dengan

melewatkan campuran melalui suatu lubang masuk kecil pada tekanan tinggi.

Homogenizer umumnya terdiri dari dua pompa yang menaikkan tekanan

dispersi pada kisaran 500 sampai 5000 psi, dan suatu lubang yang dilalui cairan

Page 36: EFEK SUHU PENCAMPURAN DAN KECEPATAN PUTAR …

 

 

16

 

dan mengenai katup penghomogenan yang terdapat pada tempat katup dengan

spual yang kuat ketika tekanan meningkat, spiral ditekan dan sebagian dispersi

tersebut bebas di antara katup dan tempat katup. Pada titik ini, energi yang

tersimpan dalam cairan sebagai tekanan dilepaskan secara spontan sehingga

produk menghasilkan turbulensi yang kuat dan shear hidraulik (Lachmann, L.,

1989).

Gambar 3. Skematik High Pressure Homogenizer (Singh, S.K., and Naini, V., 2007)

3. Ultrasonifier

Alat ini digunakan untuk membuat emulsi dengan viskositas sedang dan

ukuran partikel kecil. Dispersi dipaksa melalui suatu mulut pada tekanan biasa,

dan dibiarkan masuk melewati suatu pisau. Tekanan yang dibutuhkan berkisar

kira-kira 150-350 psi dan menyebabkan pisau bergetar cepat menghasilkan

suatu bunyi ultrasonik sehingga droplet-droplet fase dalam akan bergerak dan

saling bertumbukan membentuk droplet dengan ukuran yang lebih kecil

(Lachmann, L., 1989).

Gambar 4. Branson Sonic Bath (HiTechTrader.com, 2009)

Page 37: EFEK SUHU PENCAMPURAN DAN KECEPATAN PUTAR …

 

 

17

 

4. Penggiling koloid

Penggiling koloid melaksanakan prinsip shear tinggi, yang secara normal

digerakkan antara rotor dan stator dari penggiling tersebut. Penggiling koloid

terutama digunakan untuk mengecilkan zat padat dan untuk mendispersi

suspensi yang mengandung zat padat yang sedikit dibasahi, tetapi juga berguna

untuk pembuatan emulsi yang relatif kental (Lachmann, L., 1989).

Gambar 5. Penggiling koloid (Mollet, H., and Grubenmann, A., 2001)

D. Formulasi

1. Sorbitan Monooleat (Span 80)

Gambar 6. Rumus bangun Span 80 (Aulton, M.E., 2002)

Sorbitan ester merupakan cairan berminyak kuning kecoklatan dengan

gugus hidrofobik yang membantu kelarutan minyak dan merupakan emulgator

untuk emulsi A/M. Senyawa ini tidak larut dalam air tetapi dapat terdispersi dalam

air dingin atau air hangat (Martin, A., Swarbick, J., and Cammarata, A., 1993),

bercampur dengan alkohol, tidak larut dalam propilenglikol, larut dalam hampir

semua minyak mineral dan nabati, sedikit larut dalam eter (Anonim, 1988).

Page 38: EFEK SUHU PENCAMPURAN DAN KECEPATAN PUTAR …

 

 

18

 

Umumnya digunakan dalam pembuatan emulsi, krim, dan salep sebagai

emulgator. Bila digunakan tanpa campuran apapun, membentuk emulsi A/M.

Namun dikombinasikan dengan polysorbate dengan komposisi tertentu dapat

membentuk emulsi A/M maupun M/A (Aulton, M. E., and Diana, M. C., 1991).

Span 80 memiliki nilai HLB 4,3 (Martin, A., et al., 1993).

2. Polioksietilen Sorbitan Monooleat (Tween 80)

Gambar 7. Rumus bangun Tween 80 (Aulton, M.E., 2002)

Tween 80 adalah ester oleat dari sorbitol dan anhidrida yang

berkopolimerisasi dengan lebih kurang 20 molekul etilena oksida untuk tiap

molekul sorbitol dan anhidrida sorbitol. Polysorbate dalam bentuk cairan

berminyak, berwarna kuning sampai oranye, atau dalam bentuk padatan lilin. Zat

ini bersifat netral, tidak mudah menguap, dan stabil terhadap suhu (Aulton, M. E.,

and Diana, M. C., 1991). Tween 80 sangat larut dalam air, larut dalam etanol

(95%) P dan etilasetat P, tidak larut dalam parafin cair P (Anonim, 1993), tidak

larut dalam alkohol polihidrik. Tween 80 mempunyai titik lebur yang berada pada

suhu 50-60C, nilai pH 6,0-8,0, dan stabil dalam larutan dengan pH 2-12

(Greenberg, L.A., 1954).

Page 39: EFEK SUHU PENCAMPURAN DAN KECEPATAN PUTAR …

 

 

19

 

Polysorbate menghasilkan emulsi M/A dengan tekstur yang halus, stabil

pada konsentrasi elektrolit yang tinggi dan perubahan pH. Umumnya, polysorbate

dimodifikasi dengan sorbitan ester dalam penggunaannya untuk pembuatan

emulsi A/M atau M/A (Aulton, M. E., and Diana, M. C., 1991). Tween 80

memiliki nilai HLB 15,0 (Martin, A., et al., 1993). Tween 80 memiliki Phase

Inversion Temperature (PIT) pada suhu 930C (Benerito, R.R., and Singleton,

W.S., 1956).

3. Virgin Coconut Oil

Virgin Coconut Oil (VCO) merupakan minyak yang diproses dari buah

kelapa tanpa mengalami pemanasan. VCO mempunyai kenampakan bening serta

mengandung banyak asam laurat yang dalam tubuh manusia dirubah menjadi

monolaurin dan dapat membunuh virus, bakteri, cendawan, dan protozoa (Timoti,

H., 2005). Minyak kelapa mengandung fosfatida, gums, sterol, dan tokoferol.

Tokoferol berfungsi sebagai antioksidan alami yang dapat memperpanjang

periode terjadinya proses oksidasi sampai timbulnya bau tengik (Syah, A.N.A.,

2005). Required HLB untuk VCO adalah 6 (Philip, H., 2004). VCO memiliki

kelarutan dalam air, yaitu membentuk campuran homogen berwarna putih ketika

dicampur dengan sedikit air. Pada dasarnya tidak larut dalam air pada temperatur

kamar (Patil, M., 2009).

Page 40: EFEK SUHU PENCAMPURAN DAN KECEPATAN PUTAR …

 

 

20

 

4. Gliserin

HO OH

OH Gambar 8. Rumus bangun gliserin (Rowe, R.C., Sheskey, P.J., and Owen, S.C., 2006)

Gliserin mengandung tidak kurang dari 95,0% dan tidak lebih dari 101,0%

C3H8O3. Gliserin merupakan cairan jernih seperti sirup, tidak berwarna, rasa

manis, hanya boleh berbau khas lemah (tajam atau tidak enak), higroskopik, dan

netral terhadap lakmus. Gliserin dapat bercampur dengan air dan dengan etanol,

tidak larut dalam kloroform, dalam eter, dalam minyak lemak dan dalam minyak

menguap. Bobot jenisnya tidak kurang dari 1,249 (Anonim, 1995). Pada larutan

oral, gliserin digunakan sebagai pelarut, sweetening agent, preservatif

(antimikroba), dan viscosity-increasing agent (Rowe, R.C., et al., 2006).

5. Sukrosa

Gambar 9. Rumus bangun sukrosa (Anonim, 1995)

Sukrosa merupakan hablur putih atau tidak berwarna, tidak berbau, rasa

manis, stabil di udara, larutannya netral terhadap lakmus. Sukrosa sangat mudah

larut dalam air, lebih mudah larut dalam air mendidih, sukar larut dalam etanol,

tidak larut dalam kloroform dan dalam eter (Anonim, 1995). Sukrosa digunakan

secara luas dalam formulasi sediaan oral. Larutan sukrosa digunakan sebagai

vehicles dalam sediaan cair oral untuk meningkatkan/memperbaiki rasa dan

meningkatkan viskositas (Rowe, R.C., et al., 2006).

Page 41: EFEK SUHU PENCAMPURAN DAN KECEPATAN PUTAR …

 

 

21

 

6. Metil Paraben (Nipagin)

HO COOCH3

Gambar 10. Rumus bangun nipagin (Anonim, 1995)

Metilparaben merupakan serbuk atau hablur kecil, putih, tidak berbau atau

berbau khas lemah (Anonim, 1995). Metilparaben larut dalam 500 bagian air,

dalam 20 bagian air mendidih, larut dalam 60 bagian gliserol P panas, dan dalam

40 bagian minyak lemak nabati, jika didinginkan larutan tetap jernih. Metil

paraben melebur pada suhu 1250C-1280C (Anonim, 1979).

Metilparaben digunakan secara luas sebagai preservatif antimikroba untuk

kosmetik, produk makanan, dan dalam formulasi farmasetik. Metilparaben dapat

digunakan sebagai zat tunggal ataupun kombinasi dengan paraben lainnya ataupun

dengan antimikroba lain. Paraben efektif pada range pH yang luas dan memiliki

aktivitas antimikroba spektrum luas, dan paling efektif terhadap yeast dan mold

(Rowe, R.C., et al., 2006).

E. Sifat Fisis dan Stabilitas Emulsi

1. Distribusi Ukuran Droplet

Distribusi ukuran droplet dalam emulsi penting baik untuk stabilitas

maupun dalam pertimbangan biofarmasetika. Emulsi terdiri dari droplet yang

bersifat polidispersi. Ukuran droplet suatu emulsi bisa bervariasi dari kurang dari

0,05 µm hingga lebih dari 100 µm (Friberg, S.E., and Goldsmith, L.B., 1996).

Ukuran droplet yang lebih besar akan cenderung mengalami coalescence sehingga

ukuran droplet menjadi lebih besar lagi. Droplet dengan ukuran yang lebih kecil

Page 42: EFEK SUHU PENCAMPURAN DAN KECEPATAN PUTAR …

 

 

22

 

memberikan stabilitas emulsi yang lebih baik. Distribusi ukuran droplet

dipengaruhi oleh karakteristik emulgator dan metode pembuatan (Eccleston,

G.M., 2007).

Untuk meningkatkan viskositas emulsi dapat dengan memperkecil

diameter rata-rata droplet. Hal ini dapat dilakukan melalui homogenisasi.

Pengecilan diameter droplet akan meningkatkan luas permukaan total. Jika ukuran

droplet rata-rata meningkat dalam waktu tertentu dan diikuti dengan menurunnya

jumlah droplet, maka dapat diasumsikan terjadi coalescence. Oleh karena itu,

perlu untuk membandingkan laju coalescence untuk berbagai variasi formulasi

emulsi (Billany, M.R., 1988).

Metode mikroskopik merupakan metode sederhana yang digunakan

dalam menentukan diameter ukuran droplet dengan menggunakan satu alat

mikroskop yang bukan merupakan alat yang rumit dan memerlukan penanganan

yang khusus (Martin, A., et al., 1993). Di bawah mikroskop tersebut di tempat di

mana droplet terlihat diletakkan mikrometer untuk memperlihatkan ukuran droplet

tersebut. Droplet diukur sepanjang garis tetap yang dipilih secara sembarang.

Garis ini biasanya dibuat horizontal melewati pusat droplet (Martin, A., et al.,

1993). Kerugian dari metode mikroskopik adalah bahwa garis tengah yang

diperoleh hanya dua dimensi dari droplet tersebut, yaitu dimensi panjang dan

lebar. Selain itu, jumlah droplet yang harus dihitung sekitar 300-500 droplet agar

mendapat suatu perkiraan yang baik dari distribusi, sehingga metode ini

membutuhkan waktu dan ketelitian (Martin, A., et al., 1993).

Page 43: EFEK SUHU PENCAMPURAN DAN KECEPATAN PUTAR …

 

 

23

 

Distribusi ukuran droplet, jika jumlah droplet yang terletak dalam suatu

kisaran ukuran tertentu diplot terhadap kisaran diameter droplet rata-rata, akan

diperoleh kurva distribusi frekuensi. Grafik kurva distribusi frekuensi biasa

ditunjukkan seperti pada gambar 11.

Gambar 11. Contoh grafik distribusi frekuensi ukuran droplet (Martin, A., et al., 1993)

Plot ini memberikan gambaran yang jelas dari distribusi bahwa suatu

garis tengah rata-rata tidak dapat dicapai. Hal ini perlu diperhatikan karena

mungkin saja terdapat dua sampel yang garis tengah atau diameter rata-ratanya

sama tetapi distribusi berbeda. Dari kurva distribusi frekuensi juga dapat terlihat

ukuran droplet berapa yang sering muncul atau terjadi pada sampel yang disebut

modus (Martin, A., et al., 1993).

2. Reologi dan Viskositas

Reologi mendeskripsikan aliran liquid dan deformasi solid. Produk yang

diemulsikan dimungkinkan mengalami berbagai shearing stress selama

pembuatan atau penggunaannya. Pada kebanyakan proses ini sifat aliran produk

penting untuk penampilan emulsi yang tepat pada kondisi penggunaan dan

Page 44: EFEK SUHU PENCAMPURAN DAN KECEPATAN PUTAR …

 

 

24

 

pembuatannya. Kebanyakan emulsi, kecuali emulsi encer menunjukkan aliran

non-Newton (Martin, A., et al., 1993).

Viskositas adalah suatu pernyataan tahanan dari suatu cairan untuk

mengalir, maka makin tinggi viskositas akan makin besar tahanannya. Faktor-

faktor yang berhubungan dengan fase dispersi meliputi rasio fase, distribusi

ukuran partikel, dan viskositas fase dispersi. Pengurangan ukuran partikel akan

menaikkan viskositas. Makin luas distribusi ukuran partikel, makin rendah

viskositasnya jika dibandingkan dengan sistem yang memiliki ukuran partikel

rata-rata serupa, tetapi dengan distribusi ukuran partikel yang lebih sempit.

Viskositas juga dipengaruhi oleh konsentrasi fase dalam, yaitu berdasarkan

persamaan Einstein sebagai berikut.

η = η0 (1 + 2,5φ) .......... (1)

Keterangan : η = viskositas emulsi

η0 = viskositas fase kontinyu

φ = rasio fase dalam terhadap fase kontinyu

Dari persamaan tersebut, semakin besar rasio fase, maka viskositas emulsi akan

semakin meningkat. Semakin besar konsentrasi fase dalam, maka rasio volume

fase akan semakin besar sehingga viskositas emulsi akan meningkat. Namun,

harus diperhatikan bahwa dengan semakin besarnya volume fase dalam, maka

akan berpengaruh pada kestabilan emulsi (Mollet, H., and Grubenmann, A.,

2001).

Page 45: EFEK SUHU PENCAMPURAN DAN KECEPATAN PUTAR …

 

 

25

 

Sifat utama fase kontinyu yang mempengaruhi sifat alir dari suatu emulsi

adalah viskositas, yang menentukan viskositas bulk dari fase kontinyu itu sendiri.

Tipe zat pengemulsi akan mempengaruhi flokulasi dan daya tarik-menarik droplet

sehingga mempengaruhi viskositas emulsi (Martin, A., et al., 1993). Stabilitas

emulsi dipengaruhi oleh viskositas fase kontinyu karena menentukan difusi

droplet (Mollet, H., and Grubenmann, A., 2001).

Sistem yang kurva alirannya (hubungan antara tegangan geser (absis)

terhadap kecepatan deformasi (ordinat)) menunjukkan garis lurus, dan melalui

titik nol, artinya yang menunjukkan proporsionalitas linier antara koefisien

viskositas terhadap tegangan geser, dinyatakan mengikuti tipe aliran Newton.

Sistem yang kurva alirannya menunjukkan profil yang berbeda jenisnya, di mana

viskositas merupakan besaran yang tergantung dari hasil perbandingan antara

tegangan geser dengan kecepatan deformasi dinyatakan mengikuti tipe aliran non-

Newton (Voigt, R., 1994).

Pengukuran viskositas dapat menggunakan berbagai jenis viskometer,

antara lain:

1. Viskometer kapiler, yang ditentukan adalah waktu tempuh cairan di dalam

sebuah kapiler standar. Viskometer kapiler digunakan untuk bahan-bahan

yang mengikuti tipe aliran Newton. Viskometer kapiler yang banyak dipakai

adalah viskometer UBBELOHDE, dan untuk mengukur viskositas dari cairan

yang volumenya kecil digunakan viskometer kapiler bertekanan menurut

HESS.

Page 46: EFEK SUHU PENCAMPURAN DAN KECEPATAN PUTAR …

 

 

26

 

2. Falling sphere viskometer, digunakan untuk bahan-bahan yang mengikuti tipe

aliran Newton. Viskometer ini berdasarkan hukum Stokes. Sebagai skala

pengukurannya adalah waktu jatuh sebuah bola di dalam cairan.

3. Viskometer rotasi, digunakan untuk bahan-bahan baik yang mengikuti tipe

aliran Newton maupun non-Newton. Sampel yang diukur berada dalam celah

cincin di antara dua silinder yang disusun konsentris, di mana salah satu

silindernya dapat berputar. Pada silinder sebelah dalam akan dihasilkan

momen putar karena adanya kekentalan di bagian dalamnya, yang besarnya

diukur dengan menggunakan sudut putaran sebuah permelingkar.

Penyimpangan yang terbaca dan ditunjukkan oleh jarum penunjuk pada

sebuah skala adalah proporsional dengan momen putar dan juga dengan

tegangan geser. Alat dari jenis ini yang dikenal adalah Rotovisko, Rheomat

15, Rheotest (Voigt, R., 1994).

3. Stabilitas Emulsi

Emulsi yang stabil adalah di mana droplet fase terdispersinya tetap

memiliki sifat asalnya dan terdistribusi secara merata dalam fase kontinyu.

a. Flokulasi

Flokulasi menggambarkan adanya penggabungan antara droplet

emulsi yang lemah dan reversibel yang dipisahkan oleh suatu lapisan film

dari fase kontinyu. Penggabungan ini meningkat karena adanya interaksi

gaya tarik-menarik dan tolak-menolak antara droplet-droplet dan bersifat

Page 47: EFEK SUHU PENCAMPURAN DAN KECEPATAN PUTAR …

 

 

27

 

reversibel dengan adanya pengadukan ringan. Flokulasi biasanya menjadi

prekursor terjadinya coalescence (Eccleston, G.M., 2007).

b. Creaming atau Sedimentasi

Creaming atau sedimentasi adalah pemisahan emulsi menjadi 2

bagian, di mana bagian yang satu memiliki fase dispersi lebih banyak dari

bagian lain. Kebanyakan minyak memiliki densitas yang lebih kecil

dibanding air sehingga droplet minyak dalam emulsi M/A akan berada

pada permukaan emulsi dan membentuk suatu lapisan tersendiri. Pada

emulsi A/M, suatu lapisan bawah terbentuk akibat sedimentasi droplet air

(Eccleston, G.M., 2007). Peningkatan creaming memungkinkan terjadinya

coalescence dari droplet (Aulton, M.E., 2002).

Menurut hukum Stokes, kecepatan terbentuknya creaming dapat

dikurangi dengan ukuran droplet yang kecil, meningkatkan viskositas dari

fase kontinyu, mengurangi perbedaan densitas antara kedua fase, dan

mengontrol konsentrasi fase dispersi (Aulton, M.E., 2002).

18ηg )ρ(ρ d v 21

2 −= .......... (2)

Keterangan:

v = kecepatan creaming

d = diameter tetesan

ρ1= kerapatan fase dispersi

ρ2= kerapatan fase kontinyu

η = viskositas

g = percepatan gravitasi

Page 48: EFEK SUHU PENCAMPURAN DAN KECEPATAN PUTAR …

 

 

28

 

c. Coalescence

Coalescence dari droplet minyak pada emulsi M/A tertahan dengan

adanya lapisan emulgator yang teradsorbsi kuat secara mekanis di sekitar

setiap droplet. Dua droplet yang saling berdekatan satu sama lain akan

menyebabkan permukaan yang berdekatan tersebut menjadi rata.

Perubahan dari bentuk bulat menjadi bentuk lain menghasilkan

peningkatan luas permukaan dan karenanya meningkatkan energi bebas

permukaan total, penyimpangan bentuk droplet ini akan tertahan dan

pengeringan film fase kontinyu dari antara dua droplet akan tertunda

(Aulton, M.E., 2002).

d. Ostwald ripening

Ostwald ripening cenderung terjadi pada emulsi yang bersifat

polidispersi dan terdapat fase air dan minyak yang bercampur secara

signifikan, di mana ukuran droplet semakin besar karena droplet berukuran

besar bergabung menjadi droplet yang lebih besar sedangkan droplet

berukuran lebih kecil akan menjadi semakin kecil. Proses destabilisasi ini

cenderung terjadi pada emulsi dengan droplet yang berukuran kecil

(kurang dari 1 µm) memiliki kelarutan yang lebih tinggi daripada droplet

yang berukuran lebih besar dan tidak stabil secara termodinamik

(Eccleston, G.M., 2007).

Page 49: EFEK SUHU PENCAMPURAN DAN KECEPATAN PUTAR …

 

 

29

 

e. Inversi

Merupakan proses emulsi berubah dari satu tipe ke tipe lain,

misalnya dari M/A ke A/M (Anief, M., 2000). Inversi dapat terjadi karena

adanya penambahan elektrolit, perubahan rasio fase, ataupun karena

perubahan temperatur. Inversi fase dapat diminimalisir dengan

menggunakan emulgator yang tepat dalam konsentrasi optimum,

mempertahankan konsentrasi fase dispersi antara 30-60%, dan dengan

menyimpan emulsi di tempat dingin (Ali, J., Baboota, S., and Ahuja, A.,

2008). Volume fase dalam yang semakin besar akan menyebabkan terjadi

perluasan lapisan antarmuka sehingga dapat mempengaruhi stabilitas

emulsi. Jika volume fase dalam melebihi fase kontinyu, emulsi menjadi

tidak stabil yang pada akhirnya terjadi inversi fase (Mollet, H., and

Grubenmann, A., 2001).

Gambar 12. Gambaran skematik ketidakstabilan emulsi (Eccleston, G.M., 2007)

Page 50: EFEK SUHU PENCAMPURAN DAN KECEPATAN PUTAR …

 

 

30

 

Kondisi penyimpanan yang tidak sesuai juga dapat menyebabkan

ketidakstabilan emulsi. Peningkatan temperatur akan menyebabkan peningkatan

kecepatan creaming, dan memperlihatkan penurunan viskositas fase kontinyu

secara nyata. Peningkatan temperatur juga akan menyebabkan peningkatan

gerakan kinetik, baik dari droplet fase terdispersi maupun emulgator pada antar

permukaan minyak – air. Efek tersebut pada fase dispersi akan memungkinkan

barier energi untuk diatasi dengan mudah dan dengan demikian jumlah tumbukan

antara gelembung akan meningkat. Peningkatan pergerakan dari emulgator akan

menghasilkan monolayer yang lebih luas, dan dengan demikian coalescence akan

lebih mungkin terjadi. Peningkatan temperatur dapat menyebabkan penurunan

viskositas. Jika fase internal fase yang digunakan adalah liquid, peningkatan

temperatur dapat menyebabkan droplet lebih deformable karena penurunan yang

simultan dari viskositas dan tegangan permukaan (Nielloud, F., and Mestres,

G.M.,2000).

Pertumbuhan mikroorganisme pada emulsi dapat menyebabkan

kerusakan dan karena itulah penting untuk melindungi sediaan dari adanya

mikroorganisme selama pembuatan, penyimpanan, dan pemakaian, dan karena itu

suatu sediaan mengandung preservatif yang sesuai.

Uji stabilitas emulsi penting untuk mengetahui apakah sebuah emulsi

tetap stabil selama periode waktu tertentu, uji yang biasa dilakukan adalah :

• Uji makroskopik. Stabilitas fisik dari emulsi dapat diketahui dengan uji

derajat creaming atau coalescence yang terjadi pada periode waktu

Page 51: EFEK SUHU PENCAMPURAN DAN KECEPATAN PUTAR …

 

 

31

 

tertentu. Ini dilakukan dengan menghitung rasio volume emulsi yang

mengalami pemisahan dibandingkan volume total emulsi.

• Analisis ukuran droplet. Jika rata-rata ukuran droplet meningkat seiring

bertambahnya waktu (bersamaan dengan penurunan jumlah droplet), dapat

diasumsikan bahwa coalescence adalah penyebabnya.

• Perubahan viskositas. Adanya variasi pada ukuran atau jumlah droplet dan

perpindahan gerakan emulgator yang berlebihan selam periode waktu

tertentu dapat dideteksi dengan perubahan viskositas secara nyata supaya

perbandingan stabilitas relatif dan produknya hampir sama sehubungan

dengan kecepatan pembentukan creaming (Aulton, M.E., 2002).

F. Metode Desain Faktorial

Desain faktorial merupakan aplikasi persamaan regresi yaitu teknik untuk

memberikan model hubungan antara variabel respon dengan satu atau lebih

variable bebas. Dengan desain faktorial dapat didesain suatu percobaan untuk

mengetahui faktor yang dominan berpengaruh secara signifikan terhadap suatu

respon (Bolton, S., 1997). Selain itu, dengan desain faktorial, dapat dievaluasi

efek dari dua atau lebih faktor secara simultan, serta interaksinya. Berbeda dengan

penelitian klasik, di mana hanya dapat dievaluasi salah satu faktor sementara

faktor lain harus dibuat konstan.

Page 52: EFEK SUHU PENCAMPURAN DAN KECEPATAN PUTAR …

 

 

32

 

Evaluasi dua faktor dengan desain faktorial (two level factorial design)

dilakukan berdasarkan rumus :

Y = bo + b1X1 + b2X2 + b12X1X2 .......... (3)

Dengan: Y = respon hasil atau sifat yang diamati

X1, X2 = level bagian A, level bagian B

bo, b1, b2, b12 = koefisien dapat dihitung dari hasil percobaaan

bo = rata-rata hasil semua percobaan

Pada desain faktorial dua level dan dua faktor diperlukan empat percobaan

(2n=4, dengan 2 menunjukkan level dan n menunjukkan jumlah faktor). Penamaan

formula untuk jumlah percobaan = 4 adalah formula (1) untuk percobaan I, a

untuk percobaan II, b untuk percobaan III, dan ab untuk percobaan IV (Bolton, S.,

1997). Respon yang ingin diukur harus dapat dikuantitatifkan.

Tabel I. Rancangan percobaan desain faktorial dengan dua faktor dan dua level Percobaan Faktor A Faktor B Interaksi

(1) - - + a + - - b - + - ab + + +

Keterangan:

(-) = level rendah

(+) = level tinggi

Percobaan (1) = faktor A level rendah, faktor B rendah

Percobaan a = faktor A level tinggi, faktor B rendah

Percobaan b = faktor A level rendah, faktor B tinggi

Percobaan ab = faktor A level tinggi, faktor B tinggi

Page 53: EFEK SUHU PENCAMPURAN DAN KECEPATAN PUTAR …

 

 

33

 

Berdasarkan persamaan tersebut dengan substitusi secara matematis,

dapat dihitung besarnya efek masing-masing faktor, maupun efek interaksi.

Besarnya efek dapat dicari dengan menghitung selisih antara rata-rata respon pada

level tinggi dan rata-rata respon pada level rendah. Konsep perhitungan efek

menurut Bolton, S., (1997) sebagai berikut :

Efek faktorial I = [(a-(1)) + (ab-b)] / 2

Efek faktorial II = [(b-(1)) + (ab-a)] / 2

Efek faktorial III = [(ab-b) - (a-(1))] / 2

Desain faktorial merupakan suatu sistem desain eksperimental di mana

efek dari faktor-faktor yang terlibat dalam suatu proses dapat dievaluasi secara

bersamaan. Teknik ini telah diaplikasikan dalam berbagai permasalahan

farmasetik, seperti dalam hal formulasi dan evaluasi dari suatu emulsi A/M

(Bjerregaard, S., Soderberg, I., Vermehren, C., and Fokjaer, S., 1999) maupun

emulsi M/A (Prinderre, P., et al., 1998).

Desain faktorial memiliki beberapa keuntungan. Metode ini memiliki

efisiensi yang maksimum untuk memperkirakan efek yang dominan dalam

menentukan respon. Keuntungan utama desain faktorial adalah bahwa metode ini

memungkinkan untuk mengidentifikasi efek masing-masing faktor, maupun efek

interaksi antar faktor. Metode ini ekonomis, dapat mengurangi jumlah penelitian

jika dibandingkan dengan meneliti dua efek faktor secara terpisah (Bolton, S.,

1997).

Page 54: EFEK SUHU PENCAMPURAN DAN KECEPATAN PUTAR …

 

 

34

 

G. Landasan Teori

Proses pencampuran dalam pembuatan sediaan emulsi merupakan proses

dispersi dari fase minyak dan air untuk membentuk emulsi yang stabil. Kecepatan

putar dapat menimbulkan gaya geser pada emulsi sehingga menentukan sifat fisis

emulsi. Semakin tinggi kecepatan putar, viskositas emulsi akan semakin kecil

karena emulsi memiliki sifat aliran pseudoplastis. Suhu pencampuran dapat

mempengaruhi tegangan permukaan sehingga memudahkan dalam proses

emulsifikasi. Namun, pada batas tertentu, kecepatan putar dan suhu pencampuran

akan memberikan energi kinetik yang dapat memecah ikatan dari interaksi antara

emulgator dengan fase dispers dan medium kontinyunya sehingga sistem emulsi

menjadi tidak stabil dan cepat memisah (Nielloud, F., and Mestres, G.M., 2000).

Variasi suhu pencampuran dan kecepatan putar akan memberikan efek

yang dapat diukur kebermaknaannya dalam menentukan parameter-parameter

sifat fisis emulsi, seperti ukuran droplet, viskositas, dan indeks creaming, serta

stabilitas emulsi selama penyimpanan dalam jangka waktu tertentu. Oleh karena

itu, desain penelitian ini menggunakan desain faktorial pada dua level dan dua

faktor untuk mengevaluasi secara simultan efek dari suhu pencampuran dan

kecepatan putar (Bolton, S., 1997). Signifikansi efek suhu pencampuran dan

kecepatan putar terhadap sifat fisis dan stabilitas emulsi oral A/M ekstrak etanol

buah pare dianalisis dengan menggunakan design expert 7.1.4. dengan Anova

pada taraf kepercayaan 95%.

Page 55: EFEK SUHU PENCAMPURAN DAN KECEPATAN PUTAR …

 

 

35

 

H. Hipotesis

Suhu pencampuran dan kecepatan putar pada level yang diteliti, serta

interaksinya mempunyai efek yang signifikan terhadap sifat fisis dan stabilitas

emulsi oral A/M ekstrak etanol buah pare (Momordica charantia L.).

Page 56: EFEK SUHU PENCAMPURAN DAN KECEPATAN PUTAR …

 

 36

 

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Rancangan Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam penelitian eksperimental murni dengan

desain penelitian secara desain faktorial.

B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

1. Variabel penelitian

a. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah suhu pencampuran dan

kecepatan putar.

b. Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah sifat fisis, meliputi ukuran

droplet, viskositas, dan indeks creaming setelah 24 jam pembuatan

sediaan; dan stabilitas emulsi meliputi pergeseran ukuran droplet setelah 1

bulan, profil ukuran droplet, viskositas, dan indeks creaming selama 1

bulan.

c. Variabel pengacau terkendali dalam penelitian ini adalah sifat dari wadah

penyimpanan dan lama penyimpanan.

d. Variabel pengacau tak terkendali dalam penelitian ini adalah suhu

penyimpanan dan intensitas cahaya.

Page 57: EFEK SUHU PENCAMPURAN DAN KECEPATAN PUTAR …

 

 

37

 

2. Definisi operasional

a. Emulsi sistem air dalam minyak (A/M) ekstrak etanol buah pare adalah

dispersi fase air dalam minyak yang dibuat dari ekstrak etanol buah pare

dengan formula yang telah ditentukan dan sesuai prosedur pembuatan

emulsi pada penelitian ini.

b. Ekstrak etanol buah pare adalah ekstrak kering dari buah pare berupa

serbuk halus yang diekstraksi dengan pelarut etanol 75%, yang diperoleh

dari PT. Javaplant.

c. Pencampuran adalah proses pendistribusian bahan yang satu ke bahan

yang lain hingga tercapai homogenitas.

d. Desain faktorial adalah desain penelitian yang dapat digunakan untuk

mengevaluasi efek dari 2 faktor secara simultan.

e. Faktor adalah proses pencampuran yang dilakukan, yaitu suhu

pencampuran dan kecepatan putar.

f. Level adalah nilai atau tetapan untuk faktor, dalam penelitian ini ada 2

level, yaitu level rendah dan level tinggi. Level rendah dan tinggi suhu

pencampuran adalah 350C dan 500C. Level rendah dan tinggi kecepatan

putar propeller mixer adalah 300 rpm dan 700 rpm.

g. Respon adalah besaran yang akan diamati perubahan efeknya, besarnya

dapat dikuantitatifkan.

h. Efek adalah perubahan respon yang disebabkan variasi level dan faktor.

Besarnya dapat dicari dengan menghitung selisih antara rata-rata respon

pada level tinggi dan rata-rata respon pada level rendah.

Page 58: EFEK SUHU PENCAMPURAN DAN KECEPATAN PUTAR …

 

 

38

 

i. Sifat fisis emulsi adalah parameter untuk mengetahui kualitas fisis emulsi,

dalam penelitian ini meliputi ukuran droplet, viskositas, dan indeks

creaming setelah 24 jam pembuatan sediaan emulsi.

j. Stabilitas emulsi adalah parameter untuk mengetahui tingkat kestabilan

emulsi, dalam penelitian ini meliputi pergeseran ukuran droplet setelah 1

bulan dan uji ukuran droplet, viskositas, dan indeks creaming secara

periodik dalam penyimpanan selama 1 bulan.

k. Percentile 90 adalah 90% dari populasi droplet memiliki ukuran di bawah

nilai tertentu.

C. Alat dan Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah ekstrak etanol buah

pare dari PT. Javaplant, Surakarta, Indonesia, aquadest dari Laboratorium Kimia

Organik Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Indonesia, gliserin

(Pharmaceutical grade), Span 80 (Pharmaceutical grade), Tween 80

(Pharmaceutical grade), dan nipagin (Pharmaceutical grade) dari distributor PT

Brataco Chemica Yogyakarta, Indonesia, sukrosa dari Sugar Group Lampung

Indonesia, Virgin Coconut Oil (VCO) dari Bantul, Yogyakarta, dan methylene

blue.

Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah alat-alat gelas PYREX

Japan, Propeller mixer Janke & Kunkel KG IKA-WERK Type RW 15 Holland,

homogenizer Ystral Gmbh D-7801 Dottingen Type X 1020 Holland, waterbath

Tamson Zoetermeer 1985 0023 Holland, mikroskop MOTIC DMB3-223 LISTED

Page 59: EFEK SUHU PENCAMPURAN DAN KECEPATAN PUTAR …

 

 

39

 

MICROSCOPE 29Ax E250223 US, microscope slide 25.4 x 76.2 mm, 0.8-1 mm

thick China, termometer, timbangan Mettler Toledo GB3002 Switzerland, dan

Viscometer RION VT 04 Japan.

D. Alur Penelitian

Gambar 13. Skema Alur Penelitian

Verifikasi ekstrak etanol buah pare: - Ekstraksi buah pare - Uji kualitatif Kromatografi Lapis Tipis.

Pembuatan emulsi oral A/M 1.Pencampuran fase air (ekstrak pare, aquadest, Tween 80, gliserin, sukrosa) 2.Pencampuran fase minyak (VCO, Span 80) 3.Tuang fase air ke dalam fase minyak porsi per porsi sambil dicampur

dengan propeller mixer selama 15 menit dengan variasi suhu pencampuran dan kecepatan putar.

4.Ultra Turrax campuran selama 3x1 menit.

1. Uji tipe emulsi: dengan metode warna (methylene blue) 2. Uji sifat fisik meliputi:

Vikositas, ukuran droplet, dan indeks creaming setelah 24 jam. 3. Uji stabilitas meliputi:

Profil ukuran droplet, viskositas, dan indeks creaming selama penyimpanan 1 bulan (24 jam, 7 hari, 15 hari, 21 hari, 1 bulan), dan pergeseran ukuran droplet.

Uji Repeated Measure Anova (p<0,05) pada data profil ukuran droplet, viskositas, dan indeks creaming selama 1 bulan bila distribusi data bersifat normal. Jika distribusi data tidak normal, maka data tersebut dianalisis dengan uji Friedman dan Wilcoxon. Analisis data viskositas, ukuran droplet, indeks creaming setelah 24 jam pembuatan dan pergeseran ukuran droplet dengan menggunakan Design expert 7.14 dengan uji Anova pada taraf kepercayaan 95 % (p<0,05)

Page 60: EFEK SUHU PENCAMPURAN DAN KECEPATAN PUTAR …

 

 

40

 

E. Tata Cara Penelitian

1. Verifikasi ekstrak etanol buah pare

a. Ekstraksi buah pare

Buah pare sebanyak 4 kg dikumpulkan dan dibersihkan, kemudian

buah pare dicelupkan ke dalam etanol panas selama ±10 menit. Selanjutnya

dipotong kecil-kecil dan dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu

±500C. Buah pare yang sudah kering kemudian dihaluskan dengan

menggunakan blender sehingga menjadi serbuk. Serbuk buah pare kemudian

diekstraksi dengan etanol 75% secara maserasi selama 24 jam. Ekstrak yang

diperoleh dipekatkan dengan rotary vacuum evaporator sampai diperoleh

ekstrak pekat (Rita, et al., 2008).

b. Uji kualitatif ekstrak etanol buah pare secara Kromatografi Lapis Tipis

(KLT)

Ekstrak buah pare yang diekstraksi dan ekstrak buah pare yang

diperoleh dari PT. Javaplant, masing-masing dilarutkan dalam etanol dan

aquadest dan dilakukan uji kualitatif menggunakan Kromatografi Lapis Tipis

(KLT) dengan fase gerak: asam asetat dan benzena (2:8) dan fase diam silika

gel GF 254. Bercak pada lempeng KLT dideteksi menggunakan sinar UV

pada panjang gelombang 254 nm. Nilai Rf masing-masing bercak yang

teramati dihitung. Nilai Rf ekstrak pare hasil ekstraksi dibandingkan dengan

Rf ekstrak pare yang diperoleh dari PT. Javaplant (Rita, et al., 2008).

Page 61: EFEK SUHU PENCAMPURAN DAN KECEPATAN PUTAR …

 

 

41

 

2. Formula Tabel II. Formula emulsi oral A/M ekstrak etanol buah pare

Bahan Jumlah (g) Ekstrak etanol buah pare 28 Air 20 Gliserin 15,8 Larutan sukrosa 50% b/v 10 Tween 80 4,8 Span 80 25,2 VCO 96 Nipagin 0,2 Total 200

-Pembuatan larutan sukrosa 50% b/v

Kurang lebih seksama 100 g sukrosa ditimbang dan dilarutkan dengan aquadest

hingga 200 ml.

3. Pembuatan Emulsi

Ekstrak etanol buah pare dilarutkan dalam aquadest. Fase air, yaitu

larutan ekstrak etanol buah pare dalam aquadest, gliserin, larutan sukrosa 50%

b/v, dan Tween 80 dicampur selama 15 menit pada suhu pencampuran dan

kecepatan putar tertentu. Fase minyak, yaitu Virgin Coconut Oil (VCO) dan Span

80 dicampur selama 15 menit pada suhu pencampuran dan kecepatan putar

tertentu. Nipagin ditambahkan ke dalam fase minyak dan fase air dimasukkan

bagian per bagian ke dalam fase minyak sambil dicampur menggunakan propeller

mixer selama 15 menit pada suhu pencampuran dan kecepatan putar tertentu.

Ukuran droplet diperkecil menggunakan Ultra Turrax 3 x 1 menit (Bjerregaard,

S., et al., 1999).

Page 62: EFEK SUHU PENCAMPURAN DAN KECEPATAN PUTAR …

 

 

42

 

Tabel III. Rancangan desain faktorial Formula Suhu Pencampuran (ºC) Kecepatan Putar (rpm)

(1) 35 300 a 50 300 b 35 700 ab 50 700

Tiap formula direplikasi sebanyak 3 kali.

4. Uji Sifat Fisis dan Stabilitas Emulsi

a. Uji tipe emulsi (metode warna)

Penentuan tipe emulsi ditetapkan dengan menambah reagen

methylene blue dan diamati secara mikroskopik. Emulsi dipreparasi di gelas

objek dan ditambah dengan methylene blue, kemudian diamati di bawah

mikroskop. Jika dengan reagen methylene blue, fase kontinyu berwarna biru

merata maka emulsi bertipe M/A, dan jika fase dispersi yang berwarna biru

maka emulsi mempunyai tipe A/M (Voigt, R., 1994).

b. Uji ukuran droplet

Sejumlah emulsi diteteskan pada gelas objek kemudian diamati

ukuran droplet yang terdispersi pada emulsi dengan menggunakan

fotomikroskop dengan perbesaran 100x. Diameter terjauh dari tiap droplet

sejumlah 500 droplet (Martin, A., et al., 1993) dicatat dengan menggunakan

program MOTIC Image Plus 2.0 yang telah dikalibrasi dengan lensa objektif

berskala 10µm. Uji ini dilakukan pada 24 jam, 7 hari, 15 hari, 21 hari, dan 1

bulan.

Page 63: EFEK SUHU PENCAMPURAN DAN KECEPATAN PUTAR …

 

 

43

 

Sifat fisis emulsi ditunjukkan dengan ukuran droplet setelah 24 jam.

Stabilitas sediaan emulsi ditunjukkan melalui profil nilai ukuran droplet dari

hasil pengujian periodik selama 1 bulan dan dengan nilai pergeseran ukuran

droplet setelah 1 bulan penyimpanan. Data ukuran droplet diolah dengan

program SPSS 13.0 untuk memperoleh nilai percentile 90 sebagai respon

ukuran droplet.

droplet ukuran pergeseran % =

100% X |jam 24droplet ukuran

bulan 1droplet ukuran jam 24droplet ukuran | − .......... (4)

c. Uji viskositas

Pengukuran viskositas menggunakan alat Viscometer Rion seri VT

04. Cara: emulsi diambil 100 ml dalam wadah dan dipasang pada portable

viscotester. Viskositas emulsi diketahui dengan mengamati gerakan jarum

penunjuk viskositas (Instruction Manual Viscotester VT-04E). Uji ini

dilakukan pada 24 jam, 7 hari, 15 hari, 21 hari dan 1 bulan (Prinderre, P., et

al., 1998).

Sifat fisis emulsi ditunjukkan dengan viskositas setelah 24 jam.

Stabilitas sediaan emulsi ditunjukkan melalui profil nilai viskositas dari hasil

pengujian periodik selama 1 bulan.

Page 64: EFEK SUHU PENCAMPURAN DAN KECEPATAN PUTAR …

 

 

44

 

d. Uji Indeks Creaming Emulsi

Emulsi dimasukkan untuk tiap formula ke dalam tabung reaksi

berskala. Amati indeks creaming yang terjadi pada 24 jam, 7 hari, 15 hari, 21

hari, 1 bulan.

Indeks creaming dapat dinyatakan dengan rumus:

100% x ho

hu-ho Creaming Indeks % = .......... (5)

Keterangan: hu = tinggi creaming yang terjadi

ho = tinggi emulsi mula-mula (Aulton, M.E., 2002).

Sifat fisis emulsi ditunjukkan dengan indeks creaming setelah 24 jam.

Stabilitas sediaan emulsi ditunjukkan melalui profil nilai indeks creaming secara

periodik selama 1 bulan.

F. ANALISIS DATA

Data standarisasi ekstrak etanol buah pare mengacu pada standar yang

tercantum dalam Certificate of Analysis (CoA) dan verifikasi ekstrak dengan

Kromatografi Lapis Tipis (KLT).

Data yang terkumpul adalah data ukuran droplet, viskositas, dan indeks

creaming setelah 24 jam pembuatan, profil ukuran droplet, viskositas, dan indeks

creaming selama 1 bulan, dan pergeseran ukuran droplet setelah satu bulan.

Metode desain faktorial digunakan untuk menghitung besarnya efek kecepatan

putar propeller mixer, suhu pencampuran, dan interaksinya terhadap sifat fisis dan

stabilitas emulsi.

Page 65: EFEK SUHU PENCAMPURAN DAN KECEPATAN PUTAR …

 

 

45

 

Data ukuran droplet, viskositas, dan indeks creaming secara periodik

selama 1 bulan dianalisis secara statistik pada taraf kepercayaan 95% dengan

Repeated Measure Anova bila distribusi data bersifat normal. Jika distribusi data

bersifat tidak normal, maka data tersebut dianalisis dengan uji Friedman dan

Wilcoxon. Uji Anova menggunakan design expert 7.1.4 (Serial number

2014.7723) dilakukan untuk mengetahui signifikansi efek dari setiap faktor dan

interaksinya terhadap respon dengan taraf kepercayaan 95%. Dari hasil analisis,

akan diperoleh nilai p (probability value). Bila nilai p kurang dari 0,05, maka

dapat disimpulkan bahwa faktor dan interaksi berpengaruh signifikan terhadap

respon.

Page 66: EFEK SUHU PENCAMPURAN DAN KECEPATAN PUTAR …

 

 46

 

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Verifikasi Ekstrak Etanol Buah Pare

1. Ekstraksi Buah Pare

Sebelum dilakukan ekstraksi, buah pare yang sudah dibersihkan

direndam dalam etanol panas dengan tujuan untuk merusak enzim yang

terkandung dalam pare dengan cara mendenaturasi protein yang menyusun enzim.

Selanjutnya buah pare dikeringkan, dihaluskan untuk diekstraksi secara maserasi

menggunakan etanol 75% selama 24 jam untuk mendapatkan ekstrak cair. Ekstrak

yang diperoleh dipekatkan dengan rotary vacum evaporator sampai diperoleh

ekstrak pekat (Rita, W.S., et al., 2008). Ekstrak etanol buah pare berwarna coklat

kehitaman.

2. Uji Kualitatif Ekstrak Etanol Buah Pare secara Kromatografi Lapis Tipis

(KLT)

Uji kualitatif secara KLT bertujuan untuk melakukan verifikasi terhadap

ekstrak kering etanol buah pare yang diperoleh dari PT Javaplant. Hal ini

disebabkan oleh adanya kecurigaan bahwa kemungkinan ekstrak yang diperoleh

dari PT Javaplant merupakan perasan buah pare yang di-spray dried. Ekstrak

pekat yang diperoleh dan ekstrak kering dari PT Javaplant masing-masing

dilarutkan dalam etanol dan aquadest. Ekstrak buah pare dilarutkan dalam etanol

karena diekstraksi menggunakan etanol. Ekstrak buah pare yang diperoleh dari

Page 67: EFEK SUHU PENCAMPURAN DAN KECEPATAN PUTAR …

 

 

47

 

PT. Javaplant bersifat larut air sehingga ekstrak buah pare juga dilarutkan dalam

aquadest. Dari hasil deteksi bercak menggunakan sinar UV 254 nm diperoleh

bahwa kedua ekstrak memiliki bercak dengan warna dan Rf yang sama, kecuali

bercak ketiga yang tidak tampak pada ekstrak kering PT Javaplant yang dilarutkan

dalam etanol. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh jumlah ekstrak yang

ditotolkan lebih sedikit. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa ekstrak buah

pare yang diperoleh dari PT Javaplant merupakan ekstrak etanol.

Keterangan:

Fase diam : silika gel GF 254 Fase gerak : asam asetat : benzene (2 : 8) Jarak elusi : 10 cm E1 = ekstrak kering PT Java Plant dilarutkan dalam etanol E2 = ekstrak pekat dilarutkan dalam etanol A1= ekstrak kering PT Java Plant dilarutkan dalam aquadest A2 = ekstrak pekat dilarutkan dalam aquadest

Gambar 14. Profil KLT ekstrak etanol buah pare

B. Pembuatan Emulsi

Formula emulsi ekstrak etanol buah pare diperoleh dari hasil orientasi

penulis. Span 80 digunakan sebagai emulgator karena mempunyai nilai HLB yang

dibutuhkan untuk menghasilkan emulsi sistem A/M. Namun, dalam pembuatan

emulsi A/M ekstrak etanol buah pare, penggunaan Span 80 dikombinasikan

Page 68: EFEK SUHU PENCAMPURAN DAN KECEPATAN PUTAR …

 

 

48

 

dengan Tween 80 karena keduanya memiliki panjang rantai hidrokarbon yang

sama sehingga ikatan antara Span dan Tween seimbang. Selain itu, kombinasi

Span 80 dan Tween 80 dengan perbandingan komposisi tertentu akan diperoleh

nilai HLB 6 yang merupakan required HLB untuk membentuk emulsi tipe A/M

Tween dan Span 80 juga merupakan emulgator nonionik yang aman digunakan

untuk sediaan oral dan tidak toksik. Gliserin digunakan untuk meningkatkan

viskositas fase air. Sukrosa dapat mengurangi perbedaan densitas antara fase air

dan minyak sehingga dapat meningkatkan stabilitas emulsi. Virgin Coconut Oil

(VCO) digunakan sebagai fase minyak, mempunyai required HLB 6 sehingga

sesuai untuk emulsi A/M. Nipagin digunakan sebagai pengawet karena aman

digunakan dalam sediaan oral.

Adapun proses pembuatan emulsi tersebut, yaitu ekstrak etanol buah pare

dilarutkan dalam aquadest terlebih dahulu. Hal ini karena menurut Certificate of

Analysis (CoA), ekstrak etanol buah pare memiliki kelarutan dalam air. Fase air

terdiri dari ekstrak etanol buah pare, aquadest, gliserin, larutan sukrosa 50% b/v,

dan Tween 80, sedangkan fase minyak terdiri dari Virgin Coconut Oil (VCO) dan

Span 80. Fase air dimasukkan bagian per bagian ke dalam fase minyak sambil

dicampur menggunakan propeller mixer selama 15 menit pada suhu pencampuran

dan kecepatan putar tertentu. Dengan adanya pengadukan menggunakan propeller

mixer, fase air akan membentuk droplet-droplet yang terdispersi dalam medium

minyak. Propeller mixer digunakan karena emulsi A/M yang dibuat memiliki

viskositas rendah (Lachmann, L., 1989). Pencampuran dilakukan selama 15 menit

yang merupakan hasil orientasi, karena diperoleh emulsi yang tidak memisah

Page 69: EFEK SUHU PENCAMPURAN DAN KECEPATAN PUTAR …

 

 

49

 

secara visual. Ultra Turrax berfungsi untuk memperkecil ukuran droplet, yaitu

dengan cara melewatkan campuran melalui suatu lubang masuk kecil pada

tekanan tinggi (Lachmann, L., 1989) sehingga emulsi yang dihasilkan lebih stabil

(Eccleston, G.M., 2007).

Suhu pencampuran dan kecepatan putar yang digunakan dalam

pencampuran bervariasi dengan tujuan untuk mengetahui efek suhu pencampuran

dan kecepatan putar terhadap sifat fisis dan stabilitas emulsi yang dihasilkan.

Suhu pencampuran pada level rendah dan tinggi yang dipilih adalah suhu 35ºC

dan 50ºC. Kecepatan putar propeller mixer pada level rendah dan tinggi yang

digunakan adalah 300 dan 700 rpm. Berdasarkan hasil orientasi, diperoleh emulsi

yang tidak memisah pada rentang level yang dipilih melalui pengamatan secara

visual setelah 24 jam pembuatan sediaan.

C. Pengujian Tipe Emulsi

Emulsi oral A/M ekstrak etanol buah pare dengan nilai HLB teoritis 6

menunjukkan bahwa emulsi yang dibuat merupakan emulsi sistem air dalam

minyak (A/M). Oleh karena itu, dilakukan pengujian tipe emulsi untuk

membuktikan bahwa emulsi yang dibuat merupakan emulsi tipe A/M.

Pengujian tipe emulsi dengan menggunakan pewarna methylene blue dan

diamati secara mikroskopik. Methylene blue larut dalam air, dengan demikian jika

emulsi bertipe A/M, methylene blue akan mewarnai droplet menjadi biru, dan fase

minyak sebagai fase kontinyu tidak terwarnai.

Page 70: EFEK SUHU PENCAMPURAN DAN KECEPATAN PUTAR …

 

 

50

 

Pada pengamatan mikroskopik pada emulsi setelah 24 jam pembuatannya,

droplet berwarna biru, sedangkan latar belakang di sekitar droplet tidak terwarnai

(Gambar 14). Hal ini membuktikan bahwa fase kontinyu merupakan minyak, dan

droplet merupakan fase air, dan dapat disimpulkan bahwa emulsi tersebut

memiliki tipe A/M.

Gambar 15. Penentuan tipe emulsi menggunakan methylene blue (perbesaran 100X)

D. Karakterisasi Sifat Fisis dan Stabilitas Emulsi

Sifat fisis emulsi yang dievaluasi dari sediaan emulsi ekstrak etanol buah

pare, antara lain ukuran droplet, viskositas, dan indeks creaming setelah 24 jam

pembuatan. Stabilitas emulsi yang dievaluasi, antara lain pergeseran ukuran

droplet setelah penyimpanan 1 bulan, dan profil ukuran droplet, viskositas, dan

indeks creaming selama 1 bulan.

F1 Fb

Fa Fab

Fase air

Fase minyak

Page 71: EFEK SUHU PENCAMPURAN DAN KECEPATAN PUTAR …

 

 

51

 

Pengukuran droplet bertujuan untuk mengetahui sifat fisis dan stabilitas

emulsi. Nilai modus (frekuensi ukuran droplet yang paling banyak muncul) tidak

digunakan sebagai respon karena tidak cukup representatif bagi penelitian ini,

yakni terdapat nilai modus yang sama dengan distribusi yang berbeda. Nilai

percentile 90 digunakan sebagai respon karena lebih representatif. Nilai percentile

90 menggambarkan bahwa jika 90% dari populasi droplet memiliki ukuran yang

semakin kecil, maka emulsi akan semakin stabil. Pengukuran droplet setelah 24

jam pembuatan untuk melihat sifat fisis emulsi. Pengukuran droplet secara

periodik selama 1 bulan untuk melihat besarnya perubahan ukuran droplet dari

waktu ke waktu yang merupakan fenomena ketidakstabilan emulsi selama

penyimpanan. Pergeseran ukuran droplet setelah 1 bulan penyimpanan juga

digunakan untuk melihat fenomena ketidakstabilan emulsi.

Viskositas menggambarkan kekentalan suatu emulsi yang menentukan

penampilan emulsi dan kenyamanan penggunaannya. Pengukuran viskositas

setelah 24 jam pembuatan untuk melihat kekentalan emulsi yang merupakan

parameter sifat fisis emulsi. Pengukuran viskositas secara periodik selama 1 bulan

untuk melihat besarnya perubahan profil kekentalan emulsi dari waktu ke waktu

selama 1 bulan yang merupakan fenomena ketidakstabilan emulsi selama

penyimpanan. Emulsi A/M ekstrak etanol buah pare digunakan secara oral

sehingga viskositas merupakan parameter sifat fisis emulsi yang penting terkait

penggunaannya pada saat ditelan.

 

Page 72: EFEK SUHU PENCAMPURAN DAN KECEPATAN PUTAR …

 

 

52

 

Indeks creaming juga merupakan salah satu parameter sifat fisis dan

stabilitas emulsi. Nilai indeks creaming diperoleh dengan mengamati tinggi

creaming yang terjadi. Pada emulsi A/M, suatu lapisan bawah terbentuk akibat

sedimentasi droplet air. Pengukuran indeks creaming setelah 24 jam pembuatan

untuk melihat sifat fisis emulsi. Pengukuran indeks creaming secara periodik

selama 1 bulan untuk melihat besarnya perubahan indeks creaming dari waktu ke

waktu yang merupakan fenomena ketidakstabilan emulsi selama penyimpanan.

Tabel IV berikut menunjukkan hasil pengukuran respon sifat fisis dan

stabilitas emulsi A/M ekstrak etanol buah pare dalam penelitian:

Tabel IV. Respon sifat fisis dan stabilitas emulsi A/M ekstrak etanol buah pare For

mula Waktu (X ± SD)

24 Jam 7 Hari 15 Hari 21 Hari 1 Bulan Percentile 90 Ukuran Droplet (µm)

1 24,985 ± 4,159

22.965 ± 3.484

25.766 ± 1.996

28.874 ± 2.711

30.630 ± 1.071

a 27,212 ± 0,876

23.890 ± 4.810

25.276 ± 0.215

24.039 ± 2.608

27.733± 1.928

b 27,838 ± 8,592

23.019 ± 2.863

27.531 ± 3.742

29.173 ± 3.642

29.799± 2.942

ab 26,305 ± 3,954

27.996 ± 4.539

24.115 ± 2.116

24.981 ± 2.215

32.620± 4.066

Viskositas Emulsi (dPas) 1 1.1 ± 0.2 1.1 ± 0.1 1.2 ± 0.1 1.1 ± 0.1 1.3 ± 0.1 a 1.2 ± 0.1 1.1 ± 0.1 1.1 ± 0.1 1.1 ± 0.1 1.3 ± 0.3 b 1.1 ± 0.2 1.0 ± 0.0 1.1 ± 0.1 1.1 ± 0.1 1.2 ± 0.2

ab 1 ± 0 1 ± 0 1.1 ± 1 1.1 ± 0 1.2 ± 0.2 Indeks Creaming (%)

1 34.7 ± 0.3 33.7 ± 0.3 33.7 ± 0.3 33.4 ± 0.8 32.7 ± 0.3 a 32.9 ± 0.8 31.6 ± 0.5 31.6 ± 0.5 31.6 ± 0.5 31.6 ± 0.5 b 33.4 ± 0.7 32.4 ± 0.6 32.4 ± 0.6 32.4 ± 0.6 31.8 ± 0.3

ab 34.2 ± 0.7 32.9 ± 0.2 32.6 ± 0.5 32.6 ± 0.5 32.6 ± 0.5 Pergeseran Ukuran Droplet (%)

1 24,879 ± 21,053 a 7,107 ± 5,874 b 34,163 ± 6,166

ab 29,801 ± 29,465

Page 73: EFEK SUHU PENCAMPURAN DAN KECEPATAN PUTAR …

 

 

53

 

1. Karakterisasi sifat fisis emulsi

Berdasarkan tabel IV, diperoleh bahwa pada suhu pencampuran dan

kecepatan putar level rendah (formula 1) menghasilkan ukuran droplet terkecil,

sedangkan ukuran droplet terbesar diperoleh pada suhu pencampuran level rendah

dan kecepatan putar level tinggi (formula b). Penggunaan suhu pencampuran dan

kecepatan putar level tinggi (formula ab) menghasilkan viskositas emulsi terkecil,

dan viskositas emulsi terbesar diperoleh pada suhu pencampuran level tinggi dan

kecepatan putar level rendah (formula a). Penggunaan suhu pencampuran level

tinggi dan kecepatan putar level rendah (formula a) menghasilkan indeks

creaming terkecil, dan indeks creaming terbesar diperoleh pada suhu

pencampuran dan kecepatan putar level rendah (formula 1).

2. Karakterisasi stabilitas emulsi

Berdasarkan tabel IV, diperoleh bahwa pada suhu pencampuran level

tinggi dan kecepatan putar level rendah (formula a) menghasilkan pergeseran

ukuran droplet terkecil, dan pergeseran ukuran droplet terbesar pada suhu

pencampuran dan kecepatan putar level tinggi (formula ab). Semakin kecil nilai

pergeseran ukuran droplet, maka emulsi tersebut semakin stabil karena semakin

jarang terjadinya penggabungan antardroplet membentuk droplet yang lebih besar.

Profil ukuran droplet, viskositas dan indeks creaming diperoleh melalui

pengukuran ukuran droplet, viskositas, dan indeks creaming secara periodik

selama 1 bulan, yang digambarkan melalui grafik pada gambar 16, 17, dan 18.

Page 74: EFEK SUHU PENCAMPURAN DAN KECEPATAN PUTAR …

 

 

54

 

15

20

25

30

35

40

24 jam 7 hari 15 hari 21 hari 1 bulan

Waktu

90%

Uku

ran

Dro

plet

(um

Formula 1 Formula a Formula b Formula ab Gambar 16. Profil percentile 90 ukuran droplet selama satu bulan

0.80.9

11.11.21.31.41.51.61.71.8

24 jam 7 hari 15 hari 21 hari 1 bulan

Waktu

Visk

osita

s (dP

as)

Formula 1 Formula a Formula b Formula ab Gambar 17. Profil viskositas emulsi selama satu bulan

31

31.5

32

32.5

33

33.5

34

34.5

35

24 jam 7 hari 15 hari 21 hari 1 bulan

Waktu

Inde

ks C

ream

ing

(%)

Formula 1 Formula a Formula b Formula ab Gambar 18. Profil indeks creaming selama satu bulan

Menurut hukum Stokes (persamaan 2), kecepatan terjadinya creaming

akan semakin lambat dengan meningkatnya viskositas sehingga nilai indeks

creaming semakin besar. Jika dilihat dari gambar 17 dan 18, viskositas emulsi

semakin meningkat, namun nilai indeks creaming semakin kecil. Hal ini karena

viskositas emulsi yang dihasilkan sangat kecil (Tabel IV) sehingga creaming tetap

terjadi dengan cepat dan nilai indeks creaming akan semakin kecil. Oleh karena

itu, dalam hal ini hukum Stokes tidak berlaku untuk viskositas emulsi yang kecil.

Page 75: EFEK SUHU PENCAMPURAN DAN KECEPATAN PUTAR …

 

 

55

 

Berdasarkan hasil analisis statistik menggunakan Repeated Measure

Anova pada data ukuran droplet yang terdistribusi normal, serta uji Friedman dan

Wilcoxon pada data viskositas dan indeks creaming yang tidak terdistribusi

normal (Lampiran 6), bahwa semakin lama waktu penyimpanan, terjadi perubahan

ukuran droplet, viskositas, dan indeks creaming yang tidak signifikan (p>0,05),

kecuali pada formula a (suhu pencampuran level tinggi dengan kecepatan putar

level rendah) yang mengalami perubahan ukuran droplet secara signifikan

(p<0,05) setelah 15 hari penyimpanan. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa

emulsi (formula 1, b, dan ab) stabil selama satu bulan penyimpanan, sedangkan

formula a dapat dikatakan tidak stabil setelah 15 hari penyimpanan.

E. Efek Suhu Pencampuran dan Kecepatan Putar Terhadap

Sifat Fisis dan Stabilitas Emulsi

Dengan menggunakan desain faktorial, dapat dihitung efek faktor

terhadap ukuran droplet, viskositas, dan indeks creaming setelah 24 jam

pembuatan emulsi, serta pergeseran ukuran droplet setelah satu bulan yang dapat

dilihat pada tabel V.

Tabel V. Efek faktor terhadap sifat fisis dan stabilitas emulsi Suhu

Pencampuran Kecepatan

Putar Interaksi

Percentile 90 Ukuran droplet

Efek 0,35 0,97 |-1,88| Kontribusi (%) 0,16 1,24 4,63

Viskositas emulsi Efek |-0,017| |-0,12| |-0,050| Kontribusi (%) 0,44 21,59 3,96

Indeks creaming Efek |-0,50| 0,033 1,30 Kontribusi (%) 8,16 0,036 55,13

Pergeseran ukuran droplet

Efek |-11,07| 15,99 6,71 Kontribusi (%) 9,10 19,00 3,34

Page 76: EFEK SUHU PENCAMPURAN DAN KECEPATAN PUTAR …

 

 

56

 

Tanda positif dari nilai efek berarti meningkatkan respon sedangkan

tanda negatif dari nilai efek berarti menurunkan respon. Semakin besar efek faktor

terhadap suatu respon, maka faktor tersebut akan memberikan kontribusi yang

semakin besar terhadap respon.

Tabel VI berikut menunjukkan persamaan desain faktorial untuk

masing-masing respon sebagai parameter sifat fisis dan stabilitas emulsi.

Tabel VI. Persamaan desain faktorial respon Persamaan Desain Faktorial Model

p-value Prob > F

Percentile 90 ukuran droplet Y = 11.068 + (0.336)X1 + (0.029)X2 – (6.267E-004)X1X2 ....... (6) 0.9129 Viskositas Y = 0.930 + (7.222E-003)X1 + (4.167E-004)X2 – (1.667E-

005)X1X2 ....... (7) 0.4668

Indeks creaming Y = 44.367 – (0.250)X1 - (0.018)X2 + (4.333E-004)X1X2 ....... (8) 0.0374 Pergeseran ukuran droplet Y = 15.198 – (0.137)X1 + (0.088)X2 – (1.393E-003)X1X2 ...... (9) 0.5272 Keterangan : X1 = suhu pencampuran; X2 = kecepatan putar; Y = respon

Berdasarkan tabel VI, maka persamaan respon indeks creaming dapat

digunakan untuk memprediksi nilai indeks creaming yang terjadi dengan

penggunaan suhu pencampuran dan kecepatan putar propeller mixer dalam

rentang level yang diteliti (p<0,05). Persamaan untuk respon percentile 90 ukuran

droplet, viskositas, dan pergeseran ukuran droplet tidak dapat digunakan untuk

memprediksi respon (p>0,05).

Page 77: EFEK SUHU PENCAMPURAN DAN KECEPATAN PUTAR …

 

 

57

 

1. Ukuran droplet

Berdasarkan tabel V, ditunjukkan bahwa efek suhu pencampuran

terhadap nilai percentile 90 ukuran droplet sebesar 0,35; efek kecepatan putar

terhadap nilai percentile 90 ukuran droplet sebesar 0,97; dan interaksi antara

keduanya memberikan efek sebesar |-1,88|. Interaksi antara suhu pencampuran

dan kecepatan putar memberikan kontribusi paling besar (4,63%) terhadap nilai

percentile 90 ukuran droplet.

Hubungan antara suhu pencampuran, kecepatan putar, dan interaksinya

dalam menentukan ukuran droplet dapat dilihat dari grafik berikut :

Gambar 19a Gambar 19b Gambar 19. Grafik hubungan suhu pencampuran (a) dan kecepatan putar (b) terhadap

respon ukuran droplet setelah 24 jam pembuatan emulsi

Peningkatan suhu pencampuran memperbesar ukuran droplet pada

penggunaan kecepatan putar level rendah dan memperkecil ukuran droplet pada

penggunaan kecepatan putar level tinggi (Gambar 19a). Kecepatan putar yang

digunakan dapat memberikan energi kinetik sehingga menimbulkan gaya geser

pada emulsi. Semakin besar gaya geser yang diberikan, maka ukuran droplet akan

Page 78: EFEK SUHU PENCAMPURAN DAN KECEPATAN PUTAR …

 

 

58

 

semakin kecil. Kecepatan putar level rendah memberikan gaya geser yang lebih

kecil daripada kecepatan putar level tinggi sehingga ukuran droplet yang

dihasilkan lebih besar ketika digunakan kecepatan putar level rendah.

Peningkatan kecepatan putar meningkatkan ukuran droplet pada

penggunaan suhu pencampuran level rendah dan memperkecil ukuran droplet

pada penggunaan suhu pencampuran level tinggi (Gambar 19b). Pada penggunaan

suhu pencampuran level tinggi, ukuran droplet semakin kecil. Hal ini mungkin

dikarenakan adanya kecepatan putar yang tinggi sehingga memberikan gaya geser

yang semakin tinggi dan akan memperkecil ukuran droplet.

Interaksi antara suhu pencampuran dan kecepatan putar dalam

menentukan viskositas emulsi dapat dilihat pada gambar 19, yaitu terdapatnya

garis-garis yang tidak sejajar.

Tabel VII berikut menunjukkan signifikansi efek suhu pencampuran,

kecepatan putar, dan interaksinya terhadap respon ukuran droplet.

Tabel VII. Hasil analisis Anova dengan design expert 7.1.4 pada respon percentile 90 ukuran droplet setelah 24 jam pembuatan emulsi

Source Sum of squares

Degrees of freedom

Mean square

F value

p-value Prob > F

Suhu pencampuran 0.36 1 0.36 0.013 0.9105 Kecepatan putar 2.84 1 2.84 0.11 0.7535

Interaksi 10.61 1 10.61 0.39 0.5474

Berdasarkan tabel VII dapat dilihat bahwa suhu pencampuran dan

kecepatan putar pada level yang diteliti, serta interaksinya memberikan efek yang

tidak signifikan (p>0,05) terhadap respon ukuran droplet.

Page 79: EFEK SUHU PENCAMPURAN DAN KECEPATAN PUTAR …

 

 

59

 

2. Viskositas emulsi

Berdasarkan tabel V, ditunjukkan bahwa efek suhu pencampuran

terhadap viskositas emulsi sebesar |-0,017|, efek kecepatan putar terhadap

viskositas emulsi sebesar |-0,12|, dan interaksi antara keduanya memberikan efek

sebesar |-0,050|. Kecepatan putar memberikan kontribusi paling besar (21,59%)

terhadap viskositas emulsi.

Hubungan antara pengaruh peningkatan suhu pencampuran dan

kecepatan putar terhadap viskositas emulsi dapat dilihat dari grafik berikut :

Gambar 20a. Gambar 20b. Gambar 20. Grafik hubungan suhu pencampuran (a) dan kecepatan putar (b) terhadap

respon viskositas emulsi setelah 24 jam pembuatan emulsi Peningkatan suhu pencampuran meningkatkan respon viskositas pada

penggunaan kecepatan putar level rendah dan menurunkan respon viskositas pada

penggunaan kecepatan putar level tinggi (Gambar 20a). Selama proses

pencampuran, kecepatan putar yang digunakan memberikan energi kinetik

sehingga menimbulkan gaya geser pada emulsi. Gaya geser yang semakin besar

akan menurunkan viskositas emulsi karena emulsi A/M memiliki sifat alir

Page 80: EFEK SUHU PENCAMPURAN DAN KECEPATAN PUTAR …

 

 

60

 

pseudoplastis. Oleh karena itu, kecepatan putar level rendah akan menghasilkan

viskositas yang lebih tinggi dibanding jika digunakan kecepatan putar level tinggi.

Pada penggunaan suhu pencampuran level rendah dan tinggi, respon

viskositas semakin menurun dengan meningkatnya kecepatan putar (Gambar 20b).

Namun, pada penggunaan suhu pencampuran level tinggi, respon viskositas

mengalami penurunan yang lebih besar. Hal ini mungkin dikarenakan suhu

pencampuran yang tinggi memberikan energi kinetik yang dapat memecah ikatan

antara emulgator dengan droplet sehingga droplet akan mudah bergabung

membentuk droplet yang lebih besar. Ukuran droplet yang semakin besar akan

menyebabkan penurunan viskositas karena rasio fase yang semakin kecil.

Interaksi antara suhu pencampuran dan kecepatan putar dalam

menentukan viskositas emulsi dapat dilihat pada gambar 20, yaitu terdapatnya

garis-garis yang tidak sejajar.

Tabel VIII menunjukkan signifikansi efek suhu pencampuran dan

kecepatan putar, serta interaksinya terhadap respon viskositas.

Tabel VIII. Hasil analisis Anova dengan design expert 7.1.4 pada respon viskositas emulsi setelah 24 jam pembuatan emulsi

Source Sum of squares

Degrees of freedom

Mean square

F value

p-value Prob >

F Suhu pencampuran 8.333E-004 1 8.333E-004 0.048 0.8327

Kecepatan putar 0.041 1 0.041 2.33 0.1651 Interaksi 7.500E-003 1 7.500E-003 0.43 0.5311

Berdasarkan tabel VIII, dapat dilihat bahwa baik suhu pencampuran dan

kecepatan putar pada level yang diteliti, serta interaksinya memberikan efek yang

tidak signifikan (p>0,05) terhadap respon viskositas emulsi.

Page 81: EFEK SUHU PENCAMPURAN DAN KECEPATAN PUTAR …

 

 

61

 

3. Indeks creaming

Tabel V menunjukkan bahwa efek suhu pencampuran terhadap indeks

creaming sebesar |-0,50|, efek kecepatan putar terhadap indeks creaming sebesar

0,033, dan interaksi antara keduanya memberikan efek sebesar 1,30. Interaksi

antara suhu pencampuran dan kecepatan putar memberikan kontribusi paling

besar (55,13%) terhadap indeks creaming.

Berdasarkan persamaan 5, semakin tinggi creaming yang terjadi, maka

nilai indeks creaming semakin kecil. Creaming dipengaruhi oleh ukuran droplet

dan viskositas. Menurut hukum Stokes (persamaan 2), semakin kecil ukuran

droplet dengan viskositas yang meningkat, maka creaming akan terjadi semakin

lambat sehingga kemungkinan tinggi creaming yang teramati setelah 24 jam

pembuatan akan lebih rendah. Sebaliknya, semakin besar ukuran droplet dengan

viskositas yang menurun, maka creaming akan terjadi semakin cepat sehingga

kemungkinan tinggi creaming yang teramati setelah 24 jam pembuatan lebih

tinggi.

Suhu pencampuran dan kecepatan putar mempengaruhi ukuran droplet

dan viskositas sediaan emulsi dan pada akhirnya menentukan besarnya indeks

creaming. Hubungan antara pengaruh peningkatan suhu pencampuran dan

kecepatan putar terhadap indeks creaming emulsi A/M pare dapat dilihat pada

gambar 21. 

Page 82: EFEK SUHU PENCAMPURAN DAN KECEPATAN PUTAR …

 

 

62

 

Gambar 21a. Gambar 21b. Gambar 21. Grafik hubungan suhu pencampuran (a) dan kecepatan putar (b) terhadap

respon indeks creaming setelah 24 jam pembuatan emulsi

Peningkatan suhu pencampuran menurunkan respon indeks creaming

pada penggunaan kecepatan putar level rendah, sebaliknya pada penggunaan

kecepatan putar level tinggi, semakin tinggi suhu pencampuran justru

meningkatkan respon indeks creaming (Gambar 21a). Kecepatan putar yang lebih

tinggi akan memperkecil ukuran droplet sehingga creaming yang terjadi lebih

kecil maka nilai indeks creaming semakin besar.

Peningkatan kecepatan putar menurunkan respon indeks creaming pada

penggunaan suhu pencampuran level rendah, sebaliknya pada penggunaan suhu

pencampuran level tinggi, semakin tinggi kecepatan putar justru meningkatkan

respon indeks creaming (Gambar 21b). Berdasarkan hasil penelitian, maka

terdapat kesesuaian antara nilai indeks creaming dengan ukuran droplet, di mana

ukuran droplet yang semakin kecil akan mengurangi creaming yang terjadi

sehingga nilai indeks creaming akan semakin besar.

Page 83: EFEK SUHU PENCAMPURAN DAN KECEPATAN PUTAR …

 

 

63

 

Interaksi antara suhu pencampuran dan kecepatan putar dalam

menentukan indeks creaming pada emulsi A/M ekstrak etanol buah pare dapat

dilihat pada gambar 21, yaitu terdapatnya garis-garis yang tidak sejajar.

Tabel IX menunjukkan signifikansi efek suhu pencampuran, kecepatan

putar, dan interaksinya terhadap indeks creaming.

Tabel IX. Hasil analisis Anova dengan design expert 7.1.4 pada respon indeks creaming setelah 24 jam pembuatan emulsi

Source Sum of squares

Degrees of freedom

Mean square

F value

p-value Prob > F

Suhu pencampuran 0.75 1 0.75 1.78 0.2190 Kecepatan putar 3.333E

-003 1 3.333E-

003 7.905E-

003 0.9313

Interaksi 5.07 1 5.07 12.02 0.0085

Berdasarkan tabel IX dapat dilihat bahwa interaksi antara suhu

pencampuran dan kecepatan putar memberikan efek yang signifikan (p<0,05)

terhadap respon indeks creaming.

4. Pergeseran ukuran droplet

Tabel V menunjukkan bahwa efek suhu pencampuran terhadap

pergeseran ukuran droplet sebesar |-11,07|, kecepatan putar terhadap pergeseran

ukuran droplet sebesar 15,99, dan interaksi antara keduanya sebesar 6,71.

Kecepatan putar memberikan kontribusi paling besar (19,00%) terhadap

pergeseran ukuran droplet.

Hubungan antara pengaruh peningkatan suhu pencampuran dan

kecepatan putar terhadap pergeseran 90 % ukuran droplet setelah 1 bulan

penyimpanan dapat dilihat pada gambar 22.

Page 84: EFEK SUHU PENCAMPURAN DAN KECEPATAN PUTAR …

 

 

64

 

Gambar 22a. Gambar 22b. Gambar 22. Grafik hubungan suhu pencampuran (a) dan kecepatan putar (b) terhadap

respon pergeseran ukuran droplet setelah 1 bulan penyimpanan emulsi Peningkatan suhu pencampuran menurunkan respon pergeseran ukuran

droplet pada penggunaan kecepatan putar level rendah dan tinggi (Gambar 22a).

Peningkatan kecepatan putar meningkatkan respon pergeseran ukuran droplet

pada penggunaan suhu pencampuran level rendah dan tinggi (Gambar 22b). Pada

kecepatan putar yang tinggi kemungkinan masih terjadi gerakan kinetik

antardroplet selama penyimpanan emulsi. Hal ini mengakibatkan droplet saling

bertumbukan, diikuti dengan pecahnya ikatan antara emulgator dan droplet

sehingga droplet akan mudah bergabung membentuk droplet yang berukuran lebih

besar.

Interaksi antara suhu pencampuran dan kecepatan putar dalam

menentukan nilai pergeseran ukuran droplet setelah 1 bulan penyimpanan pada

emulsi A/M ekstrak etanol buah pare dapat dilihat pada gambar 22, yaitu

terdapatnya garis-garis yang tidak sejajar.

Page 85: EFEK SUHU PENCAMPURAN DAN KECEPATAN PUTAR …

 

 

65

 

Signifikansi efek suhu pencampuran, kecepatan putar, dan interaksinya

terhadap respon pergeseran ukuran droplet dapat dilihat pada tabel XII.

Tabel X. Hasil analisis Anova dengan design expert 7.1.4 pada respon pergeseran ukuran droplet setelah 1 bulan penyimpanan emulsi

Source Sum of squares

Degrees of freedom

Mean square

F value

p-value Prob > F

Suhu pencampuran 469.44 1 469.44 1.21 0.3034 Kecepatan putar 411.03 1 411.03 1.06 0.3335

Interaksi 52.39 1 52.39 0.14 0.7228 Berdasarkan tabel XII dapat dilihat bahwa suhu pencampuran dan

kecepatan putar pada level yang diteliti, serta interaksinya memberikan efek yang

tidak signifikan (p>0,05) terhadap respon pergeseran ukuran droplet.

Berdasarkan hasil penelitian, interaksi antara suhu pencampuran dan

kecepatan putar memberikan efek yang signifikan pada nilai indeks creaming.

Sedangkan suhu pencampuran dan kecepatan putar, serta interaksinya

memberikan efek yang tidak signifikan pada nilai ukuran droplet, viskositas, dan

pergeseran ukuran droplet. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa interaksi

antara suhu pencampuran dan kecepatan putar pada level yang diteliti akan

menentukan respon indeks creaming. Namun, suhu pencampuran dan kecepatan

putar pada level yang diteliti, serta interaksinya tidak menentukan respon ukuran

droplet, viskositas, dan pergeseran ukuran droplet.

Page 86: EFEK SUHU PENCAMPURAN DAN KECEPATAN PUTAR …

 

 66

 

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa :

1. Interaksi antara suhu pencampuran dan kecepatan putar propeller mixer pada

level yang diteliti memberikan efek yang signifikan terhadap indeks creaming

sebagai parameter sifat fisis emulsi oral A/M ekstrak etanol buah pare

(Momordica charantia L.).

2. Suhu pencampuran dan kecepatan putar propeller mixer pada level yang

diteliti, serta interaksinya memberikan efek yang tidak signifikan terhadap

ukuran droplet, viskositas emulsi dan pergeseran ukuran droplet.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka saran yang dapat

diberikan :

Perlu dilakukan penelitian mengenai efek suhu pencampuran dan kecepatan putar

terhadap sifat fisis dan stabilitas emulsi oral A/M ekstrak etanol buah pare pada

rentang level yang lain.

 

 

Page 87: EFEK SUHU PENCAMPURAN DAN KECEPATAN PUTAR …

 

 

67

 

DAFTAR PUSTAKA

Abalaka, M. E., Olonitola, O. S., Onaolapo, J. A., and Inabo, H. I. 2009, Determination of Activity, Time Survival and Pharmacokinetics of Extracts From Momordica charantia on Some Bacterial Pathogens, Int. Jor. P. App. Scs., 3(3), 6-13

Abbottstown Stamping Co., 2008a, Mixing Technology,

http://www.asctornado.com/images/hdrConventialPropeller.jpg, diakses tanggal 29 Oktober 2009

Abbottstown Stamping Co., 2008b, Mixing Technology,

http://www.asctornado.com/images/hdrASCTornado.jpg, diakses tanggal 29 Oktober 2009

Ali, J., Baboota, S., and Ahuja, A., 2008, Emulsion,

http://www.pharmpedia.com/Emulsion, diakses tanggal 14 November 2009

Allen, L.V., 2002, The Art, Science, and Technology of Pharmaceutical

Compounding, 2nd Edition, 263, 268, 274, 276, American Pharmaceutical Association, USA

Amiji, M.M., and Sandmann, B.J., 2003, Applied Physical Pharmacy, 28-33,

McGraw-Hill Companies Inc., USA Anief, M., 2000, Ilmu Meracik Obat, Teori dan Praktik, 71-73, 143, Gadjah Mada

University Press, Yogyakarta Anonim, 1979, Farmakope Indonesia, Edisi III, 378, Departemen Kesehatan RI,

Jakarta Anonim, 1988, Emulgator dalam Bidang Farmasi, 70-71, ITB, Bandung Anonim, 1993, Kodeks Kosmetika Indonesia, Edisi II, Volume I, 389-390,

Departemen Kesehatan RI, Jakarta Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, 112, 413, 551, 762, Departemen

Kesehatan RI, Jakarta Anonim, 2005, Pare, http://www.iptek.net.id/ind/pd_tanobat/view.php?id=92,

diakses tanggal 20 Maret 2009 Anonim, 2006, Khasiat dan Kegunaan Senyawa Kimia dalam Buah Pare,

http://www.Kompas.com/kesehatan/news/0207/02/192257.htm., diakses tanggal 23 Februari 2006

Page 88: EFEK SUHU PENCAMPURAN DAN KECEPATAN PUTAR …

 

 

68

 

Anonim, 2008, A Standardized Extract And Its Use In The Manufacture Of A Medicament, http://www.wipo.int/pctdb/en/wo.jsp?, diakses tanggal 20 September 2008

Ansel, H.C., 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi IV, 377-379, 383,

UI Press, Jakarta Aulton, M. E., and Diana, M. C., 1991, Pharmaceutical Practice, 109-123,

Longman Singapore Publishers Ptc Ltd, Singapore Aulton, M.E., 2002, Pharmaceutics : The Science of Dosage Form Design, 2nd

Ed., 188-195, 342- 344, 353-358, Churchill Livingstone, Spain Basch, E., Gabardi, S., and Ulbricht, C., 2003, Bitter Melon (Momordica

charantia): A Review of Efficacy and Safety, Am J Health-Syst Pharm, 60(4), 356-359

Begum, S., Ahmed, M., Siddiqui, B.S., Khan, A., Saify, Z.S., and Arif, M., 1997,

Triterpenes, A Sterol and A Monocyclic Alcohol From Momordica charantia, Elsevier Science Ltd., 44(7), 1313-1320

Benerito, R.R., and Singleton, W.S., 1956, Fat Emulsion: Effect of Heat on

Solubilitiy of Hydrophilic Emulsifiers, The Journal of The American Oil Chemists’ Society, Vol 33: 364-367

Billany, M.R., 1988, Emulsions, in Aulton, M.E., Pharmaceutics The Science of

Dosage Form Design, 285, 297, ELBS with Churchill Livingstone, United Kingdom

Biyani, et al., 2003, Antihyperglicemic Effects of Three Extracts from Momordica

charantia, Journal of Ethnopharmacology, 88, 107-111 Bjerregaard, S., Soderberg, I., Vermehren, C., and Fokjaer, S., 1999, Formulation

and Evaluation of Release and Swelling Mechanism of A Water in Oil Emulsion Using Factorial Design, International Journal of Pharmaceutics, 193, 1-11

Bolton, S., 1997, Pharmaceutical Statistic Practical and Clinical Application, 3rd

Ed., 84-85, 308-337, 533-545, Marcel Dekker Inc., New York Chopra, R.N., Nayar, S.L., and Chopra, I.C., 1956, Glossary of Indian Medicinal

Plants, Publication and Information Directorate, Council of Scientific and Industrial Research, New Delhi

Page 89: EFEK SUHU PENCAMPURAN DAN KECEPATAN PUTAR …

 

 

69

 

Dixit, V.P., Kimnna, P., and Bhargava, S.K., 1978, Effects of Momordica charantia L. Fruit Extract on The Testicular Function of Dog, J. Med. Plant Res., 34:280

Eccleston, G.M., 2007, Emulsions and Microemulsions, In: James, S.,

Encyclopedia of Pharmaceutical Technology, Third Edition Volume 3, 1555, 1560, Informa Healthcare USA, Inc., USA

Friberg, S.E., and Goldsmith, L.B., 1996, Theory of Emulsions, In: Lieberman,

H.A., Rieger, M.M., Banker, G.S., Pharmaceutical Dosage Forms : Disperse Systems, 2nd Ed., 53, Marcel Dekker Inc., New York

Greenberg, L.A., 1954, Handbook of Cosmetic Materials, 325, Interscience

Publishers, Inc., New York Gunn, C., and Carter, S.J., 1975, Dispensing for Pharmaceutical Student, revised

by Gunn and Carter, 11th Edition, 71-72, Pitman Medical and Scientific Publishing Co., Ltd., London

HiTechTrader.com, 2009, Branson Sonic Bath,

http://www.hitechtrader.com/pics/57035.jpg, diakses tanggal 29 Oktober 2009

Jackson, H., and Jones, A.R., 1972, The Effect of Steroids and Their Antagonis on

Spermatogenes, 167, Briggs MH and Christie GA. Academic Press, Inc., London

Kress, H., 1997, Momordica charantia L.,

http://www.henriettesherbal.com/pictures/p09/pages/momordica-charantia-1.htm, diakses tanggal 29 Oktober 2009

Lachmann, L., 1989, Teori dan Praktek Industri Farmasi, diterjemahkan oleh Siti

Suyatmi, Edisi III, Jilid 2, 1029-1187, Universitas Indonesia, Jakarta Liu, W. K., Sze, S.F., and Yeung, H.W., 1993, Action of α-Momorcharin, a

Ribosoma Inactivating Protein, on Cultured Tumor Cell Lines, Gen. Pharmac, 25 (4), 75-77

Manitto, P., 1981, Biosintesis Produk Alam, a.b. Koensoemardyah, IKIP

Semarang, Semarang Martin, A., Swarbick, J., and Cammarata, A., 1993, Physical Pharmacy, 3rd Ed.,

522-537, 1077-1119, Lea & Febiger, Philadelphia Mollet, H., and Grubenmann, A., 2001, Formulation Technology: Emulsions,

Suspensions, Solid Forms, 64, 84, 89, WILEY-VCH Verlag GmbH

Page 90: EFEK SUHU PENCAMPURAN DAN KECEPATAN PUTAR …

 

 

70

 

Nielloud, F., and Mestres, G.M., 2000, Pharmaceutical Emulsions and Suspensions, 2-11, 561, 590, Marcel Dekker Inc., New York

Nienow, A.W., Harnby, N., and Edwards, M.F., 1997, Introduction to Mixing

Problems, In: Nienow, A.W., Harnby, N., Edwards, M.F., Mixing In The Process Industries, Second Edition, 6,8, Butterworth-Heninemann, London

Okabe, H., Miyahara, Y., and Yamauchi, T., 1982a, Studies on The Constituents

of Momordica charantia L., III, Characterization of The New Cucurbutacin Glycosides of The Immature Fruits Structures of Momordicosides F F G and 1, Chem. Pharm. Bull; 30:3977

Okabe, H., Miyahara, Y., and Yamauchi, T., 1982b, Studies on The Constituents

of Momordica charantia L., III, Characterization of The New Cucurbutacin Glycosides, Momordicosides K and L, Chem. Pharm. Bull; 30:4334

Parrott, E.I., 1971, Pharmaceutical Technology and Fundamental Pharmaceutics,

3rd Edition, 165, Burgess Publishing Company, Easton, Minnepolis Patil, M., 2009, Properties of Coconut Oil, http://www.organicfacts.net/organic-

oils/organic-coconut-oil/properties-of-coconut-oil.html, diakses tanggal 13 November 2009

Philip, H., 2004, The HLB System,

http://www.lotioncrafter.com/pdf/The_HLB_System.pdf, diakses tanggal 28 Oktober 2009

Prinderre, P., Piccerelle, P., Cauture, E., Kalantzis, G., Reynier, J.P., and Joachim

J., 1998, Formulation and Evaluation of O/W Emulsions Using Experimental Design, International Journal of Pharmaceutics, 163, 73-79

Rita, W. S., Suirta, I.W., and Sabikin, A., 2008, Isolasi dan Identifikasi Senyawa

yang Berpotensi Sebagai Antitumor Pada Daging Buah Pare (Momordica charantia L.), Jurnal Kimia, 2(1), 1-6

Rowe, R.C., Sheskey, P.J., and Owen, S.C., 2006, Handbook of Pharmaceutical

Excipients, Fifth Edition, 301, 466, 744, Pharmaceutical Press, London Saribulan, 1993, Uji Toksisitas Akut Ekstrak Metanol Buah Pare (Momordica

charantia Linn.) Terhadap Mencit, http://www.warintek.ristek.go.id/pangan_kesehatan/tanaman_obat/pt/buku09.pdf, diakses tanggal 10 September 2008.

Page 91: EFEK SUHU PENCAMPURAN DAN KECEPATAN PUTAR …

 

 

71

 

Shinoda K., and Arai, H., 1964, The Correlation Between Phase Inversion Temperature In Emulsion and Cloud Point in Solution of Nonionic Emulsifier, J.Phys. Chem., 68, 3485

Sheth, B.B., and Bandelin, F.J., 1992, Equipment Selection and Evaluation, in

Swarbrick J., Encyclopedia of Pharmaceutical Technology, Vol. 5, 285-288, Marcel Dekker Inc., New York

Singh, S.K., and Naini, V., 2007, Homogenization and Homogenizers, in James,

S., Encyclopedia of Pharmaceutical Technology, Third Edition Volume 3, 1997, Informa Healthcare USA, Inc., USA

Srivastava, Y., 1993, Antidiabetic and adaptogenic properties of Momordica

charantia extract: an experimental and clinical evaluation, Phytother Res, 7:285-9

Stepka, W., Wilson, K.E., and Madge, G.E., 1974, Antifertility Investigation on

Momordica charantia., Lloydia, 37:645. Sutyarso, 1992, Pengaruh Pemberian Ekstrak Buah Pare (Momordica charantia

L.) Terhadap Fertilitas Mencit Jantan Mus musculus L. Strain LMR, Tesis, 123, Universitas Indonesia, Jakarta

Syah, A.N.A., 2005, Perpaduan Sang Penakluk Penyakit VCO + Minyak Buah

Merah, 14, Agro Media Pustaka, Jakarta Taylor, L., 2002, Herbal Secrets of The Rainforest, 2nd edition, Prima Publishing,

Inc., California Teoh, S.L., Latiff, A.A., and Das, S., 2008, The Effect of Topical Extract of

Momordica charantia (Bitter Gourd) on Wound Healing in Nondiabetic Rats and in Rats With Diabetes Induced by Steptozotocin, Journal Compilation British Association of Dermatologis 34: 815-816

Timoti, H., 2005, Aplikasi Teknologi Membran pada Pembuatan Virgin Coconut

Oil (VCO), 1-3, P.T. Nawapanca Adhi Cipta Voigt, R., 1994, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Edisi 5, 11-15, 83-84, 91-95,

407, 411-424, 434, 442-444, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta West, M.E., Sidrak, G.H., and Street, S.P.W., 1971, The Anti-Growth Properties

of Extracts From Momordica charantia L., West md. Med. J.; 20: 25  

Page 92: EFEK SUHU PENCAMPURAN DAN KECEPATAN PUTAR …

 

 

72

 

Lampiran 1. Certificate of Analysis Ekstrak Etanol Buah Pare (Momordica

charantia L.)

Page 93: EFEK SUHU PENCAMPURAN DAN KECEPATAN PUTAR …

 

 

73

 

Diagram proses pembuatan ekstrak etanol buah pare

Page 94: EFEK SUHU PENCAMPURAN DAN KECEPATAN PUTAR …

 

 

74

 

Page 95: EFEK SUHU PENCAMPURAN DAN KECEPATAN PUTAR …

 

 

75

 

Lampiran 2. Perhitungan Dosis Ekstrak Etanol Buah Pare dan Perhitungan Bahan

a. Perhitungan Dosis

Dosis ekstrak buah pare 750 mg/kgBB/hari untuk mencit (Wardojo,1990).

Nilai konversi dari mencit 20 gram ke manusia 70 kg = 387,9

(750 mg/1000 g) x 20 g x 387.9 = 5818.5 mg / 70kg BB manusia

= 4156.1 mg/50 kg BB manusia/ hari

Sediaan emulsi yang dibuat sebanyak 200 gram dengan dosis pemakaian sebanyak

2 kali sehari satu sendok makan.

Volume sendok makan=15 mL, maka massa emulsi yang diminum 1 hari= 30 mg.

Maka, jumlah ekstrak pare yang dibutuhkan untuk emulsi 200 gram adalah

g 7.27mg 4156.1 x mg 30

g 200==

b. Perhitungan HLB

Perbandingan komposisi Tween 80 dan Span 80 untuk menghasilkan HLB 6

Diketahui HLB Span 80 = 4,3 (Martin, A., et al., 1993)

HLB Tween 80 = 15,0 (Martin, et al., 1993)

Misalkan : Jumlah Tween 80 = a

Jumlah Span 80 = b

Total emulgator yang digunakan dalam formula emulsi 200 gram = 30 gram.

Span 80 + Tween 80 = a + b = 30

Tween 80 = b = 30 – a

Page 96: EFEK SUHU PENCAMPURAN DAN KECEPATAN PUTAR …

 

 

76

 

(HLB Tween 80 x a) + (HLB Span 80 x b) = 6

(15.0 x a) + (4.3 x b) = 6 x 30

15a + 4.3 (30-a) = 180

15a + 129 -4.3a = 180

10.7a = 51

a = 4.8

b = 30 – 4.8 = 25.2

Jadi, jumlah Tween 80 dan Span 80 yang dibutuhkan untuk formula emulsi 200

gram adalah sebanyak 4.8 gram dan 25.2 gram.

c. Perhitungan Jumlah Sukrosa

Jumlah sukrosa yang dibutuhkan untuk larutan sukrosa 50% b/v 200 mL adalah

50% b/v x 200 mL = 100 gram

Page 97: EFEK SUHU PENCAMPURAN DAN KECEPATAN PUTAR …

 

 

77

 

Lampiran 3. Notasi Desain Faktorial

Formula Faktor A Faktor B Interaksi (1) - - + a + - - b - + - ab + + +

Keterangan: (-) = level rendah

(+) = level tinggi

Faktor A = suhu pencampuran

Faktor B = kecepatan putar

Page 98: EFEK SUHU PENCAMPURAN DAN KECEPATAN PUTAR …

 

 

78

 

Lampiran 4. Data Uji Sifat Fisis dan Stabilitas Emulsi Oral A/M Ekstrak Etanol

Buah Pare

a. Ukuran Droplet dan Pergeseran Ukuran Droplet

1. Formula 1 Waktu Ukuran Droplet (µm), replikasi X ± SD

1 2 324 jam 22.583 29.787 22.585 24.985 ± 4.159 7 hari 19.715 22.536 26.644 22.965 ± 3.484

15 hari 27.894 25.467 23.936 25.766 ± 1.996 21 hari 25.75 30.261 30.611 28.874 ± 2.711 1 bulan 29.918 30.109 31.862 30.630 ± 1.071

Pergeseran ukuran droplet (%) 32.480 1.081 41.076 24.879 ± 21.053

2. Formula a

Waktu Ukuran Droplet (µm), replikasi X ± SD 1 2 3

24 jam 27.267 26.31 28.06 27.212 ± 0.876 7 hari 21.125 29.444 21.1 23.890 ± 4.810

15 hari 25.4 25.027 25.4 25.276 ± 0.215 21 hari 22.568 27.05 22.5 24.039 ± 2.608 1 bulan 26.45 29.95 26.8 27.733 ± 1.928

Pergeseran ukuran droplet (%) 2.996 13.835 4.490 7.107 ± 5.874

3. Formula b

Waktu Ukuran Droplet (µm), replikasi X ± SD 1 2 3

24 jam 23.178 37.753 22.583 27.838 ± 8.592 7 hari 24.754 24.588 19.715 23.019 ± 2.863

15 hari 23.621 31.078 27.894 27.531 ± 3.742 21 hari 33 28.77 25.75 29.173 ± 3.642 1 bulan 32.68 26.8 29.918 29.799 ± 2.942

Pergeseran ukuran droplet (%) 40.996 29.012 32.480 34.163 ± 6.166

Page 99: EFEK SUHU PENCAMPURAN DAN KECEPATAN PUTAR …

 

 

79

 

4. Formula ab

Waktu Ukuran Droplet (µm), replikasi X ± SD 1 2 3

24 jam 29.084 21.778 28.053 26.305 ± 3.954 7 hari 23.825 32.831 27.333 27.996 ± 4.539

15 hari 24.971 25.669 21.706 24.115 ± 2.116 21 hari 22.544 25.525 26.873 24.981 ± 2.215 1 bulan 27.938 35.254 34.669 32.620 ± 4.066

Pergeseran ukuran droplet (%) 3.940 61.879 23.584 29.801 ± 29.465

b. Viskositas

1. Formula 1

Waktu Viskositas (dPas), replikasi X ± SD 1 2 3

24 jam 1.3 1 1.1 1.1 ± 0.2 7 hari 1 1.1 1.1 1.1 ± 0.1

15 hari 1.2 1.2 1.1 1.2 ± 0.1 21 hari 1.2 1 1.1 1.1 ± 0.1 1 bulan 1.2 1.2 1.4 1.3 ± 0.1

Pergeseran viskositas (%) 7.7 20.0 27.3 18.3 ± 9.9

2. Formula a

Waktu Viskositas (dPas), replikasi X ± SD 1 2 3

24 jam 1.2 1.1 1.2 1.2 ± 0.1 7 hari 1 1.1 1.1 1.1 ± 0.1

15 hari 1 1.1 1.1 1.1 ± 0.1 21 hari 1 1.2 1.1 1.1 ± 0.1 1 bulan 1 1.5 1.4 1.3 ± 0.3

Pergeseran viskositas (%) 16.7 36.4 16.7 23.2 ± 11.4

Page 100: EFEK SUHU PENCAMPURAN DAN KECEPATAN PUTAR …

 

 

80

 

3. Formula b

Waktu Viskositas (dPas), replikasi X ± SD 1 2 3

24 jam 1.3 0.9 1 1.1 ± 0.2 7 hari 1 1 1 1.0 ± 0.0

15 hari 1.2 1.2 1 1.1 ± 0.1 21 hari 1.1 1 1.1 1.1 ± 0.1 1 bulan 1.1 1 1.4 1.2 ± 0.2

Pergeseran viskositas (%) 15.4 11.1 40.0 22.2 ± 15.6 4. Formula ab

Waktu Viskositas (dPas), replikasi X ± SD 1 2 3

24 jam 1 1 1 1 ± 0 7 hari 1 1 1 1 ± 0

15 hari 1.2 1 1 1.1 ± 1 21 hari 1.1 1.1 1.1 1.1 ± 0 1 bulan 1 1.2 1.4 1.2 ± 0.2

Pergeseran viskositas (%) 0.0 20.0 40.0 20 ± 20

c. Indeks Creaming

1. Formula 1

Waktu Indeks Creaming (%), replikasi

X ± SD

1 2 3 24 jam 34.5 35 34.5 34.7 ± 0.37 hari 33.6 34 33.5 33.7 ± 0.3

15 hari 33.6 34 33.5 33.7 ± 0.321 hari 33.6 34 32.5 33.4 ± 0.81 bulan 32.7 33 32.5 32.7 ± 0.3

Pergeseran Indeks Creaming (%) 5.2 5.7 5.8 5.6 ± 0.3

Page 101: EFEK SUHU PENCAMPURAN DAN KECEPATAN PUTAR …

 

 

81

 

2. Formula a

Waktu Indeks Creaming (%), replikasi

X ± SD

1 2 3 24 jam 33.6 32 33 32.9 ± 0.87 hari 31.8 31 32 31.6 ± 0.5

15 hari 31.8 31 32 31.6 ± 0.521 hari 31.8 31 32 31.6 ± 0.51 bulan 31.8 31 32 31.6 ± 0.5

Pergeseran Indeks Creaming (%) 5.4 3.1 3.0 3.8 ± 1.3 3. Formula b

Waktu Indeks Creaming (%), replikasi

X ± SD

1 2 3 24 jam 32.7 34 33.5 33.4 ± 0.77 hari 31.8 33 32.5 32.4 ± 0.6

15 hari 31.8 33 32.5 32.4 ± 0.621 hari 31.8 33 32.5 32.4 ± 0.61 bulan 31.8 32 31.5 31.8 ± 0.3

Pergeseran Indeks Creaming (%) 2.8 5.9 6.0 4.9 ± 1.8 4. Formula ab

Waktu Indeks Creaming (%), replikasi

X ± SD

1 2 3 24 jam 33.6 35 34 34.2 ± 0.77 hari 32.7 33 33 32.9 ± 0.2

15 hari 32.7 33 32 32.6 ± 0.521 hari 32.7 33 32 32.6 ± 0.51 bulan 32.7 33 32 32.6 ± 0.5

Pergeseran Indeks Creaming (%) 2.7 5.7 5.9 4.8 ± 1.8

Page 102: EFEK SUHU PENCAMPURAN DAN KECEPATAN PUTAR …

 

 

82

 

Lampiran 5. Analisis SPSS Terhadap Ukuran Droplet Emulsi Oral A/M Ekstrak

Etanol Buah Pare

a. Formula 1

1. Replikasi 1

24 jam 7 hari 15 hari 21 hari 1 bulan N Valid 500 500 500 500 500 Missing 0 0 0 0 0Mean 15.966 13.499 19.649 18.952 21.994Std. Error of Mean .2300 .2259 .2737 .2216 .2594Median 14.724(a) 12.265(a) 18.344(a) 18.319(a) 20.374(a)Mode 12.7 11.3 16.9 15.5 18.3Std. Deviation 5.1419 5.0524 6.1199 4.9552 5.7995Variance 26.440 25.526 37.453 24.554 33.634Skewness 1.234 1.863 1.241 1.074 1.030Std. Error of Skewness

.109 .109 .109 .109 .109

Kurtosis 2.253 4.644 1.803 1.175 .949Std. Error of Kurtosis

.218 .218 .218 .218 .218

Range 32.4 29.6 39.4 26.3 29.6Minimum 7.0 7.0 9.9 10.3 12.7Maximum 39.4 36.6 49.3 36.6 42.3Sum 7982.8 6749.6 9824.4 9476.2 10996.9Percentiles 10 10.328(b) 8.547(b) 12.800(b) 13.413(b) 15.538(b) 20 11.454 9.910 14.187 14.748 16.968 25 12.178 9.981 15.259 15.504 17.907 30 12.728 10.425 15.581 15.572 18.346 40 13.550 11.349 16.945 16.923 19.604 50 14.724 12.265 18.344 18.319 20.374 60 15.800 12.846 19.711 18.546 22.243 70 18.110 14.190 21.167 20.869 23.920 75 18.392 15.527 22.550 21.217 24.856 80 19.721 16.481 23.957 22.544 26.351 90 22.583 19.715 27.894 25.750 29.918

a Calculated from grouped data. b Percentiles are calculated from grouped data.

Page 103: EFEK SUHU PENCAMPURAN DAN KECEPATAN PUTAR …

 

 

83

 

2. Replikasi 2

24 jam 7 hari 15 hari 21 hari 1 bulan N Valid 500 500 500 500 500 Missing 0 0 0 0 0Mean 16.565 14.373 16.366 19.812 20.969Std. Error of Mean .3935 .2523 .2780 .3073 .2741Median 13.715(a) 12.743(a) 14.850(a) 18.254(a) 19.375(a)Mode 9.9 11.3 12.7 16.9 16.9Std. Deviation 8.7990 5.6421 6.2155 6.8706 6.1283Variance 77.423 31.833 38.633 47.205 37.556Skewness 1.345 1.573 1.405 .964 .874Std. Error of Skewness

.109 .109 .109 .109 .109

Kurtosis 1.516 2.885 2.559 .350 .101Std. Error of Kurtosis

.218 .218 .218 .218 .218

Range 46.5 36.7 42.3 35.2 28.2Minimum 5.6 7.0 7.0 8.5 11.3Maximum 52.1 43.7 49.3 43.7 39.5Sum 8282.3 7186.7 8182.8 9906.2 10484.6Percentiles 10 8.170(b) 8.587(b) 9.931(b) 12.716(b) 14.153(b) 20 9.543 10.072 11.361 13.984 15.529 25 9.976 10.975 11.952 14.181 15.786 30 11.307 11.330 12.715 15.068 16.817 40 12.706 11.513 12.972 16.338 18.075 50 13.715 12.743 14.850 18.254 19.375 60 15.633 13.990 15.952 19.743 21.118 70 18.376 15.439 18.263 21.512 22.850 75 19.789 16.020 18.444 23.683 24.392 80 22.100 17.953 20.300 25.960 26.296 90 29.787 22.536 25.467 30.261 30.109

a Calculated from grouped data. b Percentiles are calculated from grouped data.

Page 104: EFEK SUHU PENCAMPURAN DAN KECEPATAN PUTAR …

 

 

84

 

3. Replikasi 3

24 jam 7 hari 15 hari 21 hari 1 bulan N Valid 500 500 500 500 500 Missing 0 0 0 0 0Mean 16.565 14.373 16.366 19.812 20.969Std. Error of Mean .3935 .2523 .2780 .3073 .2741Median 13.715(a) 12.743(a) 14.850(a) 18.254(a) 19.375(a)Mode 9.9 11.3 12.7 16.9 16.9Std. Deviation 8.7990 5.6421 6.2155 6.8706 6.1283Variance 77.423 31.833 38.633 47.205 37.556Skewness 1.345 1.573 1.405 .964 .874Std. Error of Skewness

.109 .109 .109 .109 .109

Kurtosis 1.516 2.885 2.559 .350 .101Std. Error of Kurtosis

.218 .218 .218 .218 .218

Range 46.5 36.7 42.3 35.2 28.2Minimum 5.6 7.0 7.0 8.5 11.3Maximum 52.1 43.7 49.3 43.7 39.5Sum 8282.3 7186.7 8182.8 9906.2 10484.6Percentiles 10 8.170(b) 8.587(b) 9.931(b) 12.716(b) 14.153(b) 20 9.543 10.072 11.361 13.984 15.529 25 9.976 10.975 11.952 14.181 15.786 30 11.307 11.330 12.715 15.068 16.817 40 12.706 11.513 12.972 16.338 18.075 50 13.715 12.743 14.850 18.254 19.375 60 15.633 13.990 15.952 19.743 21.118 70 18.376 15.439 18.263 21.512 22.850 75 19.789 16.020 18.444 23.683 24.392 80 22.100 17.953 20.300 25.960 26.296 90 29.787 22.536 25.467 30.261 30.109

a Calculated from grouped data. b Percentiles are calculated from grouped data.

Page 105: EFEK SUHU PENCAMPURAN DAN KECEPATAN PUTAR …

 

 

85

 

b. Formula a

1. Replikasi 1

24 jam 7 hari 15 hari 21 hari 1 bulan N Valid 500 500 500 500 500 Missing 0 0 0 0 0Mean 15.729 13.610 16.045 15.599 18.699Std. Error of Mean .3414 .2734 .2961 .2185 .2508Median 12.952(a) 11.698(a) 13.852(a) 14.117(a) 17.198(a)Mode 11.3 9.9 12.7 12.7 18.3Std. Deviation 7.6331 6.1137 6.6217 4.8868 5.6070Variance 58.264 37.377 43.847 23.881 31.438Skewness 1.353 2.086 1.626 1.018 1.092Std. Error of Skewness

.109 .109 .109 .109 .109

Kurtosis 1.598 5.542 2.620 .502 .895Std. Error of Kurtosis

.218 .218 .218 .218 .218

Range 40.9 40.9 36.5 25.2 28.1Minimum 7.0 7.0 7.2 7.2 9.9Maximum 47.9 47.9 43.7 32.4 38.0Sum 7864.3 6805.1 8022.3 7799.7 9349.3Percentiles 10 8.025(b) 8.505(b) 9.929(b) 10.634(b) 12.716(b) 20 9.448 9.076 11.345 11.372 13.634 25 10.375 9.720 11.443 11.767 14.143 30 11.320 9.946 11.992 12.474 14.557 40 11.891 11.307 12.764 12.795 15.730 50 12.952 11.698 13.852 14.117 17.198 60 15.516 12.764 15.275 15.513 18.383 70 17.186 14.174 16.956 16.947 19.997 75 18.460 15.522 18.337 18.322 21.173 80 20.260 16.850 19.771 19.657 22.555 90 27.267 21.125 25.400 22.568 26.450

a Calculated from grouped data. b Percentiles are calculated from grouped data.

Page 106: EFEK SUHU PENCAMPURAN DAN KECEPATAN PUTAR …

 

 

86

 

2. Replikasi 2

24 jam 7 hari 15 hari 21 hari 1 bulan N Valid 500 500 500 500 500 Missing 0 0 0 0 0Mean 16.661 16.332 18.207 17.088 21.372Std. Error of Mean .3048 .3916 .2240 .2876 .2830Median 15.084(a) 12.796(a) 16.994(a) 14.950(a) 19.727(a)Mode 11.3(b) 11.3 18.3 12.7 18.3Std. Deviation 6.8154 8.7563 5.0098 6.4313 6.3283Variance 46.450 76.674 25.098 41.362 40.048Skewness 1.418 1.419 .988 .991 1.513Std. Error of Skewness

.109 .109 .109 .109 .109

Kurtosis 2.231 1.578 .898 .363 2.529Std. Error of Kurtosis

.218 .218 .218 .218 .218

Range 40.9 42.3 26.7 32.3 38.0Minimum 7.0 7.0 9.9 7.2 11.3Maximum 47.9 49.3 36.6 39.5 49.3Sum 8330.6 8165.9 9103.7 8544.2 10685.9Percentiles 10 9.941(c) 8.378(c) 12.714(c) 9.991(c) 14.880(c) 20 11.341 9.694 14.105 11.523 16.496 25 11.528 9.972 14.184 12.401 16.962 30 12.709 10.742 14.885 12.738 17.626 40 13.138 11.467 15.750 13.686 18.388 50 15.084 12.796 16.994 14.950 19.727 60 15.950 15.353 18.349 16.955 21.076 70 18.318 18.323 19.748 19.040 22.551 75 19.712 19.787 20.909 20.725 23.729 80 21.240 22.541 21.661 22.509 24.950 90 26.310 29.444 25.027 27.050 29.950

a Calculated from grouped data. b Multiple modes exist. The smallest value is shown c Percentiles are calculated from grouped data.

Page 107: EFEK SUHU PENCAMPURAN DAN KECEPATAN PUTAR …

 

 

87

 

3. Replikasi 3

24 jam 7 hari 15 hari 21 hari 1 bulan N Valid 500 500 500 500 500

Missing 0 0 0 0 0 Mean 15.729 13.610 16.045 15.599 18.699 Std. Error of Mean .3414 .2734 .2961 .2185 .2508 Median 12.800 11.400 14.100 14.100 18.300 Mode 11.3 9.9 12.7 12.7 18.3 Std. Deviation 7.6331 6.1137 6.6217 4.8868 5.6070 Variance 58.264 37.377 43.847 23.881 31.438 Skewness 1.353 2.086 1.626 1.018 1.092 Std. Error of Skewness .109 .109 .109 .109 .109 Kurtosis 1.598 5.542 2.620 .502 .895 Std. Error of Kurtosis .218 .218 .218 .218 .218 Range 40.9 40.9 36.5 25.2 28.1 Minimum 7.0 7.0 7.2 7.2 9.9 Maximum 47.9 47.9 43.7 32.4 38.0 Sum 7864.3 6805.1 8022.3 7799.7 9349.3 Percentiles 10 8.500 8.500 9.900 11.300 12.700

20 9.900 9.900 11.300 11.400 14.100 25 10.550 9.900 11.400 11.400 14.100 30 11.300 9.900 12.700 12.700 15.500 40 12.040 11.300 12.800 12.800 16.120 50 12.800 11.400 14.100 14.100 18.300 60 15.500 12.760 15.500 15.500 18.300 70 17.910 14.200 16.900 16.900 20.710 75 18.400 15.500 18.300 18.300 21.100 80 21.100 16.900 19.700 19.700 22.500 90 28.060 21.100 25.400 22.500 26.800

Page 108: EFEK SUHU PENCAMPURAN DAN KECEPATAN PUTAR …

 

 

88

 

c. Formula b

1. Replikasi 1

24 jam 7 hari 15 hari 21 hari 1 bulan N Valid 500 500 500 500 500

Missing 0 0 0 0 0Mean 15.218 15.591 15.096 20.261 21.141Std. Error of Mean .2798 .3236 .3038 .3938 .3429Median 13.949(a) 13.597(a) 12.770(a) 18.197(a) 18.915(a)Mode 12.7(b) 9.9(b) 12.7 18.3 16.9Std. Deviation 6.2571 7.2360 6.7921 8.8066 7.6676Variance 39.152 52.359 46.133 77.556 58.792Skewness 1.467 1.702 2.058 1.412 .903Std. Error of Skewness

.109 .109 .109 .109 .109

Kurtosis 2.923 3.444 5.746 1.711 .224Std. Error of Kurtosis

.218 .218 .218 .218 .218

Range 38.1 42.3 49.3 42.1 40.8Minimum 7.0 7.0 7.0 8.6 8.5Maximum 45.1 49.3 56.3 50.7 49.3Sum 7608.9 7795.5 7548.1 10130.6 10570.4Percentiles 10 8.548(c) 8.553(c) 8.580(c) 11.419(c) 12.772(c) 20 9.963 9.960 9.971 12.870 14.184 25 11.309 10.937 10.823 14.113 15.154 30 11.395 11.360 11.337 14.439 15.593 40 12.743 12.709 11.842 15.787 17.000 50 13.949 13.597 12.770 18.197 18.915 60 15.102 14.864 14.154 19.723 21.168 70 16.904 16.920 15.763 21.370 23.921 75 18.246 18.378 17.000 23.300 25.527 80 19.100 19.764 18.991 26.000 27.837 90 23.178 24.754 23.621 33.000 32.680

a Calculated from grouped data. b Multiple modes exist. The smallest value is shown c Percentiles are calculated from grouped data.

Page 109: EFEK SUHU PENCAMPURAN DAN KECEPATAN PUTAR …

 

 

89

 

2. Replikasi 2

24 jam 7 hari 15 hari 21 hari 1 bulan N Valid 500 500 500 500 500

Missing 0 0 0 0 0Mean 20.692 15.984 19.003 19.245 18.433Std. Error of Mean .4651 .2928 .3646 .2794 .2486Median 17.414(a) 14.153(a) 16.905(a) 17.100(a) 16.946(a)Mode 9.9 12.7 12.7 12.7 15.5Std. Deviation 10.3990 6.5464 8.1531 6.2468 5.5587Variance 108.140 42.855 66.472 39.022 30.899Skewness .958 1.285 .994 .959 .825Std. Error of Skewness

.109 .109 .109 .109 .109

Kurtosis -.030 2.117 .519 .435 -.040Std. Error of Kurtosis

.218 .218 .218 .218 .218

Range 42.3 41.6 42.3 33.8 28.1Minimum 7.0 6.3 5.6 9.9 8.5Maximum 49.3 47.9 47.9 43.7 36.6Sum 10346.0 7991.9 9501.3 9622.4 9216.6Percentiles 10 9.974(b) 8.893(b) 10.667(b) 12.718(b) 12.266(b) 20 11.417 11.116 11.952 13.924 13.325 25 12.706 11.363 12.718 14.168 14.133 30 12.850 11.556 12.794 14.861 14.413 40 14.860 12.770 14.544 15.685 15.564 50 17.414 14.153 16.905 17.100 16.946 60 20.667 15.586 19.341 19.709 18.338 70 23.950 18.340 22.045 21.200 20.255 75 26.730 19.712 23.782 22.570 22.023 80 29.488 20.920 25.727 24.183 23.095 90 37.753 24.588 31.078 28.770 26.800

a Calculated from grouped data. b Percentiles are calculated from grouped data.

Page 110: EFEK SUHU PENCAMPURAN DAN KECEPATAN PUTAR …

 

 

90

 

3. Replikasi 3

24 jam 7 hari 15 hari 21 hari 1 bulan N Valid 500 500 500 500 500

Missing 0 0 0 0 0Mean 15.966 13.499 19.649 18.952 21.994Std. Error of Mean .2300 .2259 .2737 .2216 .2594Median 14.724(a) 12.265(a) 18.344(a) 18.319(a) 20.374(a)Mode 12.7 11.3 16.9 15.5 18.3Std. Deviation 5.1419 5.0524 6.1199 4.9552 5.7995Variance 26.440 25.526 37.453 24.554 33.634Skewness 1.234 1.863 1.241 1.074 1.030Std. Error of Skewness

.109 .109 .109 .109 .109

Kurtosis 2.253 4.644 1.803 1.175 .949Std. Error of Kurtosis

.218 .218 .218 .218 .218

Range 32.4 29.6 39.4 26.3 29.6Minimum 7.0 7.0 9.9 10.3 12.7Maximum 39.4 36.6 49.3 36.6 42.3Sum 7982.8 6749.6 9824.4 9476.2 10996.9Percentiles 10 10.328(b) 8.547(b) 12.800(b) 13.413(b) 15.538(b) 20 11.454 9.910 14.187 14.748 16.968 25 12.178 9.981 15.259 15.504 17.907 30 12.728 10.425 15.581 15.572 18.346 40 13.550 11.349 16.945 16.923 19.604 50 14.724 12.265 18.344 18.319 20.374 60 15.800 12.846 19.711 18.546 22.243 70 18.110 14.190 21.167 20.869 23.920 75 18.392 15.527 22.550 21.217 24.856 80 19.721 16.481 23.957 22.544 26.351 90 22.583 19.715 27.894 25.750 29.918

a Calculated from grouped data. b Percentiles are calculated from grouped data.

Page 111: EFEK SUHU PENCAMPURAN DAN KECEPATAN PUTAR …

 

 

91

 

d. Formula ab

1. Replikasi 1

24 jam 7 hari 15 hari 21 hari 1 bulan N Valid 500 500 500 500 500 Missing 0 0 0 0 0Mean 17.194 14.441 15.656 15.594 19.310Std. Error of Mean .3748 .3609 .2996 .2096 .2474Median 14.188(a) 11.449(a) 13.266(a) 14.153(a) 17.557(a)Mode 12.7 11.3 11.3 12.7 16.9Std. Deviation 8.3811 8.0707 6.6985 4.6869 5.5311Variance 70.243 65.136 44.869 21.967 30.593Skewness 1.488 2.366 1.625 1.031 .950Std. Error of Skewness

.109 .109 .109 .109 .109

Kurtosis 2.076 5.893 2.907 .444 .298Std. Error of Kurtosis

.218 .218 .218 .218 .218

Range 40.9 40.9 40.7 22.4 26.7Minimum 7.0 7.0 7.2 7.2 11.3Maximum 47.9 47.9 47.9 29.6 38.0Sum 8596.9 7220.6 7827.8 7796.8 9655.1Percentiles 10 9.044(b) 8.277(b) 9.218(b) 10.805(b) 13.108(b) 20 11.273 9.100 10.303 11.392 14.193 25 11.391 9.909 11.305 11.879 15.149 30 12.185 9.981 11.366 12.612 15.552 40 12.795 11.307 12.552 12.793 16.763 50 14.188 11.449 13.266 14.153 17.557 60 16.000 12.742 14.802 15.514 18.395 70 18.674 14.147 16.923 16.930 21.136 75 20.454 15.530 18.327 18.316 22.424 80 22.553 17.654 19.761 19.406 23.946 90 29.084 23.825 24.971 22.544 27.938

a Calculated from grouped data. b Percentiles are calculated from grouped data.

Page 112: EFEK SUHU PENCAMPURAN DAN KECEPATAN PUTAR …

 

 

92

 

2. Replikasi 2

24 jam 7 hari 15 hari 21 hari 1 bulan N Valid 500 500 500 500 500 Missing 0 0 0 0 0Mean 14.147 18.180 17.518 17.215 23.960Std. Error of Mean .2571 .4158 .2400 .2697 .3274Median 12.706(a) 15.534(a) 15.826(a) 15.528(a) 22.513(a)Mode 11.3 11.3 14.1 12.7 16.9(b)Std. Deviation 5.7494 9.2965 5.3656 6.0314 7.3208Variance 33.056 86.425 28.789 36.378 53.593Skewness 1.234 1.442 1.111 1.317 .637Std. Error of Skewness

.109 .109 .109 .109 .109

Kurtosis 1.534 1.683 1.040 1.525 -.449Std. Error of Kurtosis

.218 .218 .218 .218 .218

Range 31.1 45.1 29.5 33.8 32.4Minimum 7.0 5.6 8.5 8.5 12.7Maximum 38.1 50.7 38.0 42.3 45.1Sum 7073.3 9089.8 8758.8 8607.7 11980.1Percentiles 10 8.145(c) 9.902(c) 11.571(c) 11.365(c) 15.542(c) 20 9.275 11.303 12.780 12.715 16.987 25 9.942 11.375 13.351 12.776 18.174 30 10.205 11.648 14.125 12.930 18.450 40 11.363 13.677 15.126 14.159 19.893 50 12.706 15.534 15.826 15.528 22.513 60 14.157 16.990 17.513 16.858 24.467 70 15.866 19.661 19.168 18.453 27.455 75 16.948 21.167 19.800 19.793 28.283 80 18.346 24.038 21.149 21.190 30.694 90 21.778 32.831 25.669 25.525 35.254

a Calculated from grouped data. b Multiple modes exist. The smallest value is shown c Percentiles are calculated from grouped data.

Page 113: EFEK SUHU PENCAMPURAN DAN KECEPATAN PUTAR …

 

 

93

 

3. Replikasi 3

24 jam 7 hari 15 hari 21 hari 1 bulan N Valid 500 500 500 500 500 Missing 0 0 0 0 0Mean 17.247 16.154 14.864 17.059 23.856Std. Error of Mean .3222 .3174 .2233 .3038 .3343Median 14.735(a) 13.264(a) 12.869(a) 15.225(a) 21.918(a)Mode 12.7 12.7 11.3(b) 12.7 16.9(b)Std. Deviation 7.2052 7.0976 4.9926 6.7939 7.4762Variance 51.915 50.376 24.926 46.157 55.894Skewness 1.324 1.362 1.353 1.455 .917Std. Error of Skewness

.109 .109 .109 .109 .109

Kurtosis 1.299 1.420 1.758 1.904 .317Std. Error of Kurtosis

.218 .218 .218 .218 .218

Range 33.9 36.7 29.6 35.2 36.6Minimum 7.0 7.0 7.0 8.5 12.7Maximum 40.9 43.7 36.6 43.7 49.3Sum 8623.4 8076.8 7432.2 8529.3 11928.1Percentiles 10 10.164(c) 9.617(c) 9.946(c) 10.886(c) 15.571(c) 20 11.398 11.175 11.301 11.530 16.993 25 12.238 11.364 11.353 12.448 18.305 30 12.727 11.546 11.436 12.746 18.384 40 13.114 12.729 12.707 13.448 19.793 50 14.735 13.264 12.869 15.225 21.918 60 16.680 15.526 14.144 16.167 23.957 70 18.972 18.083 15.997 18.390 26.772 75 20.450 18.462 16.996 19.726 28.642 80 22.048 19.900 18.355 21.144 30.533 90 28.053 27.333 21.706 26.873 34.669

a Calculated from grouped data. b Multiple modes exist. The smallest value is shown c Percentiles are calculated from grouped data.

Page 114: EFEK SUHU PENCAMPURAN DAN KECEPATAN PUTAR …

 

 

94

 

Lampiran 6. Uji Statistik Respon Sifat Fisis dan Stabilitas Emulsi Oral A/M

Ekstrak Etanol Buah Pare

a. Uji Normalitas

Kolmogorov-Smirnov(a) Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Ukuran droplet .079 60 .200* .967 60 .107 Viskositas .219 60 .000 .847 60 .000 Indeks Creaming .141 60 .005 .963 60 .068

a Lilliefors Significance Correction *. This is a lower bound of the true significance. Sig < 0,05 = distribusi tidak normal Sig > 0,05 = distribusi normal

b. Uji Repeated Measure Anova Terhadap Percentile 90 Ukuran Droplet

1). Formula 1

Estimates

waktu Mean Std. Error95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound24 jam 24.985 2.401 14.654 35.3167 hari 22.965 2.012 14.309 31.62115 hari 25.766 1.152 20.808 30.72421 hari 28.874 1.565 22.139 35.6091 bulan 30.630 .619 27.968 33.291

Pairwise Comparisons

(I) waktu

(J) waktu

Mean Difference (I-J)

Std. Error Sig.a

95% Confidence Interval for Differencea

Lower Bound Upper Bound

24 jam 7 hari 2.020 3.292 .602 -12.146 16.18615 hari -.781 2.795 .806 -12.806 11.24421 hari -3.889 2.210 .220 -13.397 5.6191 bulan -5.645 2.720 .174 -17.347 6.057

Based on estimated marginal means a Adjustment for multiple comparisons: Least Significant Difference (equivalent to no adjustments).

Page 115: EFEK SUHU PENCAMPURAN DAN KECEPATAN PUTAR …

 

 

95

 

Multivariate Tests Value F Hypothesis df Error df Sig. Pillai's trace .286 .200a 2.000 1.000 .845 Wilks' lambda .714 .200a 2.000 1.000 .845 Hotelling's trace .400 .200a 2.000 1.000 .845 Roy's largest root .400 .200a 2.000 1.000 .845

Each F tests the multivariate effect of waktuF1. These tests are based on the linearly independent pairwise comparisons among the estimated marginal means. a Exact statistic

2). Formula a

Estimates

waktu Mean Std. Error95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound24 jam 27.212 .506 25.036 29.3897 hari 23.890 2.777 11.940 35.83915 hari 25.276 .124 24.741 25.81121 hari 24.039 1.505 17.562 30.5171 bulan 27.733 1.113 22.945 32.522

Pairwise Comparisons

(I) waktu

(J) waktu

Mean Difference (I-J)

Std. Error Sig.a

95% Confidence Interval for Differencea

Lower Bound

Upper Bound

24 jam 7 hari 3.323 3.237 .413 -10.605 17.25015 hari 1.937* .399 .040 .220 3.65421 hari 3.173 1.972 .249 -5.313 11.6591 bulan -.521 1.565 .771 -7.254 6.212

Based on estimated marginal means a Adjustment for multiple comparisons: Least Significant Difference (equivalent to no adjustments). *. The mean difference is significant at the .05 level. Multivariate Tests Value F Hypothesis df Error df Sig. Pillai's trace .968 15.285a 2.000 1.000 .178 Wilks' lambda .032 15.285a 2.000 1.000 .178 Hotelling's trace 30.570 15.285a 2.000 1.000 .178 Roy's largest root 30.570 15.285a 2.000 1.000 .178

a Exact statistic

Page 116: EFEK SUHU PENCAMPURAN DAN KECEPATAN PUTAR …

 

 

96

 

3). Formula b

Estimates

waktu Mean Std. Error95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound24 jam 27.838 4.960 6.495 49.1817 hari 23.019 1.653 15.908 30.13015 hari 27.531 2.160 18.236 36.82621 hari 29.173 2.103 20.127 38.2201 bulan 29.799 1.698 22.492 37.107

Pairwise Comparisons

(I) waktu

(J) waktu

Mean Difference (I-J)

Std. Error Sig.a

95% Confidence Interval for Differencea

Lower Bound

Upper Bound

24 jam 7 hari 4.819 4.366 .385 -13.965 23.60315 hari .307 3.480 .938 -14.668 15.28221 hari -1.335 5.505 .831 -25.023 22.3521 bulan -1.961 6.487 .791 -29.874 25.952

Based on estimated marginal means a Adjustment for multiple comparisons: Least Significant Difference (equivalent to no adjustments). Multivariate Tests Value F Hypothesis df Error df Sig. Pillai's trace .557 .629a 2.000 1.000 .665 Wilks' lambda .443 .629a 2.000 1.000 .665 Hotelling's trace 1.258 .629a 2.000 1.000 .665 Roy's largest root 1.258 .629a 2.000 1.000 .665

Each F tests the multivariate effect of waktuF1. These tests are based on the linearly independent pairwise comparisons among the estimated marginal means. a Exact statistic

Page 117: EFEK SUHU PENCAMPURAN DAN KECEPATAN PUTAR …

 

 

97

 

4). Formula ab

Estimates

waktu Mean Std. Error95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound24 jam 26.305 2.283 16.482 36.1287 hari 27.996 2.621 16.720 39.27315 hari 24.115 1.221 18.860 29.37121 hari 24.981 1.279 19.478 30.4841 bulan 32.620 2.347 22.521 42.720

Pairwise Comparisons

(I) waktu

(J) waktu

Mean Difference (I-J)

Std. Error Sig.a

95% Confidence Interval for Differencea

Lower Bound

Upper Bound

24 jam 7 hari -1.691 4.861 .761 -22.606 19.22315 hari 2.190 3.108 .554 -11.183 15.56221 hari 1.324 2.970 .699 -11.457 14.1051 bulan -6.315 4.224 .273 -24.488 11.858

Based on estimated marginal means a Adjustment for multiple comparisons: Least Significant Difference (equivalent to no adjustments). Multivariate Tests Value F Hypothesis df Error df Sig. Pillai's trace .710 1.224a 2.000 1.000 .539 Wilks' lambda .290 1.224a 2.000 1.000 .539 Hotelling's trace 2.448 1.224a 2.000 1.000 .539 Roy's largest root 2.448 1.224a 2.000 1.000 .539

a Exact statistic

c. Uji Friedman dan Wilcoxon Terhadap Viskositas Emulsi

1). Formula 1

Ranks Mean Rank24 jam 3.007 hari 2.1715 hari 3.3321 hari 2.331 bulan 4.17

Page 118: EFEK SUHU PENCAMPURAN DAN KECEPATAN PUTAR …

 

 

98

 

Test Statistics(a) N 3Chi-Square 4.273df 4Asymp. Sig. .370a Friedman Test

Test Statistics(c)

7 hari – 24 jam

15 hari – 24 jam

21 hari – 24 jam

1 bulan – 24 jam

Z -.447(a) -.447(b) -1.000(a) -1.069(b)Asymp. Sig. (2-tailed) .655 .655 .317 .285

a Based on positive ranks. b Based on negative ranks. c Wilcoxon Signed Ranks Test

2). Formula a

Ranks Mean Rank24 jam 3.677 hari 2.1715 hari 2.1721 hari 2.831 bulan 4.17

Test Statistics(a) N 3Chi-Square 5.524df 4Asymp. Sig. .238a Friedman Test

Test Statistics(c)

7 hari – 24 jam

15 hari – 24 jam

21 hari – 24 jam

1 bulan – 24 jam

Z -1.342(a) -1.342(a) -.816(a) -.816(b)Asymp. Sig. (2-tailed) .180 .180 .414 .414a Based on positive ranks. b Based on negative ranks. c Wilcoxon Signed Ranks Test

Page 119: EFEK SUHU PENCAMPURAN DAN KECEPATAN PUTAR …

 

 

99

 

3). Formula b

Ranks Mean Rank24 jam 2.677 hari 2.0015 hari 3.6721 hari 3.171 bulan 3.50

Test Statistics(a) N 3Chi-Square 2.588df 4Asymp. Sig. .629a Friedman Test

Test Statistics(d)

7 hari – 24 jam

15 hari – 24 jam

21 hari – 24 jam

1 bulan – 24 jam

Z -.447(a) -.447(b) .000(c) -.535(b)Asymp. Sig. (2-tailed) .655 .655 1.000 .593a Based on positive ranks. b Based on negative ranks. c The sum of negative ranks equals the sum of positive ranks. d Wilcoxon Signed Ranks Test

4). Formula ab

Ranks Mean Rank24 jam 2.007 hari 2.0015 hari 3.0021 hari 4.001 bulan 4.00

Test Statistics(a) N 3Chi-Square 6.000df 4Asymp. Sig. .199a Friedman Test

Page 120: EFEK SUHU PENCAMPURAN DAN KECEPATAN PUTAR …

 

 

100

 

Test Statistics(c)

7 hari – 24 jam

15 hari – 24 jam

21 hari – 24 jam

1 bulan – 24 jam

Z .000(a) -1.000(b) -1.732(b) -1.342(b)Asymp. Sig. (2-tailed) 1.000 .317 .083 .180a The sum of negative ranks equals the sum of positive ranks. b Based on negative ranks. c Wilcoxon Signed Ranks Test

d. Uji Friedman dan Wilcoxon Terhadap Indeks Creaming

1). Formula 1

Ranks Mean Rank24 jam 5.007 hari 3.1715 hari 3.1721 hari 2.501 bulan 1.17

Test Statistics(a) N 3Chi-Square 11.040df 4Asymp. Sig. .026a Friedman Test

Test Statistics(b)

7 hari – 24 jam

15 hari – 24 jam

21 hari – 24 jam

1 bulan – 24 jam

Z -1.633(a) -1.633(a) -1.604(a) -1.633(a)Asymp. Sig. (2-tailed) .102 .102 .109 .102a Based on positive ranks. b Wilcoxon Signed Ranks Test

2). Formula a

Ranks Mean Rank24 jam 5.007 hari 2.5015 hari 2.5021 hari 2.501 bulan 2.50

Page 121: EFEK SUHU PENCAMPURAN DAN KECEPATAN PUTAR …

 

 

101

 

Test Statistics(a) N 3Chi-Square 12.000df 4Asymp. Sig. .017a Friedman Test

Test Statistics(b)

7 hari – 24 jam

15 hari – 24 jam

21 hari – 24 jam

1 bulan – 24 jam

Z -1.633(a) -1.633(a) -1.633(a) -1.633(a)Asymp. Sig. (2-tailed) .102 .102 .102 .102a Based on positive ranks. b Wilcoxon Signed Ranks Test

3). Formula b

Ranks Mean Rank24 jam 5.007 hari 2.8315 hari 2.8321 hari 2.831 bulan 1.50

Test Statistics(a) N 3Chi-Square 10.857df 4Asymp. Sig. .028a Friedman Test

Test Statistics(b)

7 hari – 24 jam

15 hari – 24 jam

21 hari – 24 jam

1 bulan – 24 jam

Z -1.633(a) -1.633(a) -1.633(a) -1.633(a)Asymp. Sig. (2-tailed) .102 .102 .102 .102a Based on positive ranks. b Wilcoxon Signed Ranks Test

Page 122: EFEK SUHU PENCAMPURAN DAN KECEPATAN PUTAR …

 

 

102

 

4). Formula ab

Ranks Mean Rank24 jam 5.007 hari 3.0015 hari 2.3321 hari 2.331 bulan 2.33

Test Statistics(a) N 3Chi-Square 10.667df 4Asymp. Sig. .031a Friedman Test

Test Statistics(b)

7 hari – 24 jam

15 hari – 24 jam

21 hari – 24 jam

1 bulan – 24 jam

Z -1.604(a) -1.633(a) -1.633(a) -1.633(a)Asymp. Sig. (2-tailed) .109 .102 .102 .102a Based on positive ranks. b Wilcoxon Signed Ranks Test

Page 123: EFEK SUHU PENCAMPURAN DAN KECEPATAN PUTAR …

 

 

103

 

Lampiran 7. Perhitungan Efek Faktor Terhadap Sifat Fisis dan Stabilitas Emulsi

Oral A/M Ekstrak Etanol Buah Pare

a. Ukuran droplet Term Standaridized Effects Sum of Squares % Contribution

Intercept A-Suhu pencampuran 0.35 0.36 0.16

B-Kecepatan putar 0.97 2.84 1.24AB -1.88 10.61 4.63

Lack of Fit 0.000 0.000Pure Error 215.03 93.97

b. Viskositas Term Standaridized Effects Sum of Squares % Contribution

Intercept A-Suhu pencampuran -0.017 8.333E-004 0.44

B-Kecepatan putar -0.12 0.041 21.59AB -0.050 7.500E-003 3.96

Lack of Fit 0.000 0.000Pure Error 0.14 74.01

c. Indeks creaming Term Standaridized Effects Sum of Squares % Contribution

Intercept A-Suhu pencampuran -0.50 0.75 8.16

B-Kecepatan putar 0.033 3.333E-003 0.036AB 1.30 5.07 55.13

Lack of Fit 0.000 0.000Pure Error 3.37 36.68

d. Pergeseran ukuran droplet Term Standaridized Effects Sum of Squares % Contribution

Intercept A-Suhu pencampuran -11.07 367.42 9.10

B-Kecepatan putar 15.99 766.93 19.00AB 6.71 134.88 3.34

Lack of Fit 0.000 0.000Pure Error 2767.97 68.56

 

Page 124: EFEK SUHU PENCAMPURAN DAN KECEPATAN PUTAR …

 

 

104

 

Lampiran 8. Analisis Anova Terhadap Sifat Fisis dan Stabilitas Emulsi Oral A/M

Ekstrak Etanol Buah Pare

a. Ukuran droplet Source Sum of

squares Degrees of

freedom Mean square

F value p-value Prob > F

Model 13.81 3 4.60 0.17 0.9129 A-

Suhu pencampuran 0.36 1 0.36 0.013 0.9105

B- Kecepatan putar

2.84 1 2.84 0.11 0.7535

AB 10.61 1 10.61 0.39 0.5474 Pure Error 215.03 8 26.88

Cor Total 228.84 11 Std. Dev. 5.18 R-Squared 0.0603

Mean 26.5 Adj R-Squared -0.2920 C.V. % 19.5 Pred R-Squared -1.114 PRESS 483.83 Adeq Precision 0.953

b. Viskositas

Source Sum of squares

Degrees of freedom

Mean square

F value

p-value Prob >

F Model 0.049 3 0.016 0.94 0.4668

A- Suhu Pencampuran

8.333E-004 1 8.333E-004 0.048 0.8327

B- Kecepatan putar

0.041 1 0.041 2.33 0.1651

AB 7.500E-003 1 7.500E-003 0.43 0.5311 Pure Error 0.14 8 0.018

Cor Total 0.19 11 Std. Dev. 0.13 R-Squared 0.2599

Mean 1.09 Adj R-Squared -0.0176 C.V. % 12.12 Pred R-Squared -0.6652 PRESS 0.32 Adeq Precision 2.182

Page 125: EFEK SUHU PENCAMPURAN DAN KECEPATAN PUTAR …

 

 

105

 

c. Indeks creaming Source Sum of

squares Degrees of

freedom Mean square

F value p-value Prob >

F Model 5.82 3 1.94 4.60 0.0374

A- Suhu pencampuran

0.75 1 0.75 1.78 0.2190

B- Kecepatan putar

3.333E-003

1 3.333E-003 7.905E-003

0.9313

AB 5.07 1 5.07 12.02 0.0085 Pure Error 3.37 8

Cor Total 9.20 11 Std. Dev. 0.65 R-Squared 0.6332

Mean 33.78 Adj R-Squared 0.4957 C.V. % 1.92 Pred R-Squared 0.1747 PRESS 7.59 Adeq Precision 4.801

d. Pergeseran ukuran droplet

Source Sum of squares

Degrees of freedom

Mean square

F value p-value Prob >

F Model 932.86 3 310.95 0.80 0.5272

A- Suhu pencampuran

469.44 1 469.44 1.21 0.3034

B- Kecepatan putar

411.03 1 411.03 1.06 0.3335

AB 52.39 1 52.39 0.14 0.7228 Pure Error 3104.35 8

Cor Total 4037.20 11 Std. Dev. 19.70 R-Squared 0.2311

Mean 23.99 Adj R-Squared -0.0573 C.V. % 8212 Pred R-Squared -0.7301 PRESS 6984.78 Adeq Precision 2.129

Page 126: EFEK SUHU PENCAMPURAN DAN KECEPATAN PUTAR …

 

 

106

 

Lampiran 9. Cek Normalitas Respon Sifat Fisis dan Stabilitas Emulsi Emulsi Oral

A/M Ekstrak Etanol Buah Pare

a. Ukuran droplet -Normal plot

- Residual versus predicted plot

- Box-Cox plot

Page 127: EFEK SUHU PENCAMPURAN DAN KECEPATAN PUTAR …

 

 

107

 

b. Viskositas - Normal plot

- Residual versus predicted plot

- Box-Cox plot

Page 128: EFEK SUHU PENCAMPURAN DAN KECEPATAN PUTAR …

 

 

108

 

c. Indeks creaming - Normal plot

- Residual versus predicted plot

- Box-Cox plot

Page 129: EFEK SUHU PENCAMPURAN DAN KECEPATAN PUTAR …

 

 

109

 

d. Pergeseran ukuran droplet - Normal plot

- Residual versus predicted plot

- Box-Cox plot

 

Page 130: EFEK SUHU PENCAMPURAN DAN KECEPATAN PUTAR …

 

 

110

 

Lampiran 10. Dokumentasi a. Ekstrak etanol buah pare

b. Emulsi oral A/M ekstrak etanol buah pare

c. Waterbath Tamson Zoetermeer 1985 0023 Holland

d. Propeller mixer Janke & Kunkel KG IKA-WERK Type RW 15 Holland

e. Ultra Turrax Ystral Gmbh D-7801 Dottingen Type X 1020 Holland

f. Mikroskop MOTIC DMB3-223 LISTED MICROSCOPE 29Ax E250223 US

Page 131: EFEK SUHU PENCAMPURAN DAN KECEPATAN PUTAR …

 

 

111

 

g. Viscometer RION VT 04 Japan

h. Deteksi bercak menggunakan sinar UV 254 nm

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 132: EFEK SUHU PENCAMPURAN DAN KECEPATAN PUTAR …

 

 

112

 

BIOGRAFI PENULIS

Penulis lahir pada tanggal 30 November di Pemangkat,

Kalimantan Barat. Lahir dari Ayah bernama Phang Miau

Khin dan Ibu bernama Jap Se Li, memiliki 2 saudara,

yaitu adik perempuan bernama Suharni dan adik laki-laki

bernama Tino. Penulis telah menyelesaikan masa

studinya di TK AMKUR Pemangkat pada tahun 1992

sampai tahun 1994, SD AMKUR Pemangkat pada tahun

1994 sampai dengan tahun 2000, SLTP AMKUR

Pemangkat pada tahun 2000 sampai dengan tahun 2003,

kemudian penulis melanjutkan sekolah di SMA AMKUR Pemangkat pada tahun

2003 sampai dengan 2006 dan kuliah di Fakultas Farmasi Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta pada tahun 2006 sampai tahun 2010. Mempunyai

pengalaman kerja sebagai asisten praktikum Kimia Dasar (2007, 2009), Kimia

Organik (2008), dan Botani Dasar (2009). Selain itu penulis juga aktif dalam

kegiatan kemahasiswaan di Universitas Sanata Dharma antara lain Titrasi 2007

dan Pengabdian Masyarakat Fakultas Farmasi USD 2008.