bab ii teknik dan metode dalam penerjemahan · 37 bab ii teknik dan metode dalam penerjemahan...

35
BAB II TEKNIK DAN METODE DALAM PENERJEMAHAN SYI‘RU MACHALLIL QIYA>M A. Teknik Penerjemahan Syi‘ru Machallil Qiya>m Teknik penerjemahan merupakan suatu proses penerjemahan kalimat dan unit-unit terjemah yang lebih kecil. Teknik penerjemahan berlaku untuk kalimat dan satuan-satuan bahasa yang lebih kecil, seperti klausa, frasa dan kata (Machali, 2009: 92). Pada penelitian ini, pembahasan dianalisis berdasarkan teori Molina dan Albir (2002) sebagaimana yang telah dijelaskan dalam bab satu. Selain itu, penelitian ini juga menggunakan teori-teori lain sebagai penunjang dalam analisis data, seperti teori Catford (1965) yang fokus dalam membahas teknik pergeseran (shift) meliputi pergeseran struktur, pergeseran kelas kata (nomina menjadi verba dan verba menjadi nomina), pergeseran unit, dan pergeseran intra-sistem. Pada penelitan ini, data berjumlah 73 data. Adapun data tersebut berupa kata, frasa, dan kalimat yang terdapat pada SMQ. Data penelitian berupa kata berjumlah 31 data, frasa 21 data, dan kalimat 21 data. Selanjutnya, data penelitian yang telah dianalisis ditemukan 10 teknik penerjemahan, meliputi teknik adaptasi, deskripsi, generalisasi, partikularisasi, kalke, literal, peminjaman, pergeseran, penambahan, dan pengurangan. Teknik yang paling banyak digunakan adalah teknik pergeseran dengan jumlah data 22. Hal ini dikarenakan penerjemah banyak mengubah struktur kalimat BSu dengan 37

Upload: others

Post on 05-Sep-2019

26 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TEKNIK DAN METODE DALAM PENERJEMAHAN · 37 BAB II TEKNIK DAN METODE DALAM PENERJEMAHAN SYI‘RU MACHALLIL QIYA>M A. Teknik Penerjemahan Syi‘ru Machallil Qiya>m Teknik penerjemahan

37

BAB II

TEKNIK DAN METODE DALAM PENERJEMAHAN

SYI‘RU MACHALLIL QIYA>M

A. Teknik Penerjemahan Syi‘ru Machallil Qiya>m

Teknik penerjemahan merupakan suatu proses penerjemahan kalimat dan

unit-unit terjemah yang lebih kecil. Teknik penerjemahan berlaku untuk kalimat

dan satuan-satuan bahasa yang lebih kecil, seperti klausa, frasa dan kata (Machali,

2009: 92). Pada penelitian ini, pembahasan dianalisis berdasarkan teori Molina

dan Albir (2002) sebagaimana yang telah dijelaskan dalam bab satu. Selain itu,

penelitian ini juga menggunakan teori-teori lain sebagai penunjang dalam analisis

data, seperti teori Catford (1965) yang fokus dalam membahas teknik pergeseran

(shift) meliputi pergeseran struktur, pergeseran kelas kata (nomina menjadi verba

dan verba menjadi nomina), pergeseran unit, dan pergeseran intra-sistem.

Pada penelitan ini, data berjumlah 73 data. Adapun data tersebut berupa kata,

frasa, dan kalimat yang terdapat pada SMQ. Data penelitian berupa kata

berjumlah 31 data, frasa 21 data, dan kalimat 21 data.

Selanjutnya, data penelitian yang telah dianalisis ditemukan 10 teknik

penerjemahan, meliputi teknik adaptasi, deskripsi, generalisasi, partikularisasi,

kalke, literal, peminjaman, pergeseran, penambahan, dan pengurangan. Teknik

yang paling banyak digunakan adalah teknik pergeseran dengan jumlah data 22.

Hal ini dikarenakan penerjemah banyak mengubah struktur kalimat BSu dengan

37

Page 2: BAB II TEKNIK DAN METODE DALAM PENERJEMAHAN · 37 BAB II TEKNIK DAN METODE DALAM PENERJEMAHAN SYI‘RU MACHALLIL QIYA>M A. Teknik Penerjemahan Syi‘ru Machallil Qiya>m Teknik penerjemahan

38

tujuan lebih diterima oleh pembaca karena sesuai kebiasaan sebagai pengguna

BSa. Adapun teknik yang paling sedikit digunakan adalah teknik partikularisasi

dengan jumlah data 1 (satu), kemudian teknik pengurangan dan adaptasi

berjumlah 2 (dua) data karena teknik-teknik tersebut berkaitan dengan budaya dan

istilah budaya yang terdapat dalam syi‘r tidak begitu banyak sehingga data yang

ditemukan pun hanya sedikit. Berikut tabel yang menjelaskan teknik

penerjemahan dan jumlah data yang digunakan:

No Teknik Jumlah total %

1 Adaptasi 2 2,7

2 Deskripsi 4 5,5

3 Generalisasi 3 4,1

4 Partikularisasi 1 1,4

5 Kalke 10 13,7

6 Literal 12 16,4

7 Peminjaman 4 5,5

8 Penambahan 13 17,8

9 Pengurangan 2 2,7

10 Pergeseran 22 30,2

Total 73 100

Tabel 12. Teknik penerjemahan dan jumlah data yang digunakan

1. Teknik Adaptasi

Adaptasi merupakan pengupayaan padanan kultural antara dua situasi

tertentu. Beberapa ungkapan kultural yang konsepnya tidak sama antara BSu

dan BSa memerlukan adanya adaptasi. Menurut Baker (2011: 29) teknik

adaptasi merupakan teknik penerjemahan dengan melibatkan istilah budaya

Page 3: BAB II TEKNIK DAN METODE DALAM PENERJEMAHAN · 37 BAB II TEKNIK DAN METODE DALAM PENERJEMAHAN SYI‘RU MACHALLIL QIYA>M A. Teknik Penerjemahan Syi‘ru Machallil Qiya>m Teknik penerjemahan

39

BSu digantikan dengan istilah budaya BSa yang memiliki pengaruh yang

sama terhadap pembaca sasaran. Sebagai contoh, salam resmi pembuka surat

dalam bahasa Inggris yang menggunakan dear sir diterjemahkan menjadi

‘dengan hormat’ dalam bahasa Indonesia, bukan ‘tuan yang terhormat’ (Hoed

dalam Machali, 2009: 101-102). Dear sir dalam bahasa Inggris diterjemahkan

menjadi as Monsier dalam bahasa Perancis (Newmark, 1998: 91).

Pada penelitian SMQ (BSu) terdapat data yang menggunakan teknik

adaptasi. Teknik ini dilakukan oleh penerjemah dengan cara mengalihkan

unsur budaya BSu ke dalam unsur budaya BSa yang memiliki sifat dan

karakteristik yang sepadan. Berikut contoh data yang menggunakan teknik

adaptasi.

BSu …ث دك

…Baina yadaika (Al-Barzanji, tt: 167)

BSa …Menghadapmu (Yasin, 2001: 104)

Tabel 13. Contoh (1) teknik adaptasi dalam SMQ

Pada tabel 13, penerjemah menggunakan teknik adaptasi. Frasa ثي

:baina yadaika/ diterjemahkan menjadi ‘menghadapmu’ (Yasin, 2001/ يدك

104). Ungkapan baina yadaika biasa dipakai dalam BSa dengan

diterjemahkan menjadi menghadapmu. Jika frasa ثي يدك /baina yadaika/

diterjemahkan secara literal sehingga menjadi ‘di antara kedua tanganmu’,

dalam BSa menjadi tidak berterima, oleh karena itu digunakan teknik adaptasi

sebagai gantinya. Dengan demikan, frasa ثي يدك /baina yadaika/ dalam BSu

Page 4: BAB II TEKNIK DAN METODE DALAM PENERJEMAHAN · 37 BAB II TEKNIK DAN METODE DALAM PENERJEMAHAN SYI‘RU MACHALLIL QIYA>M A. Teknik Penerjemahan Syi‘ru Machallil Qiya>m Teknik penerjemahan

40

disepadankan dengan ‘menghadapmu’ yang sesuai dengan ungkapan kultural

BSa. Contoh penggunaan teknik adaptasi berikutnya terdapat pada tabel di

bawah ini:

BSu انعش وانجكوزهبرك انبشل ف حو

Nachwa ha>ti>kal-mana>zil fil-‘asyiyyi wal-buku>ri (Al-Barzanji, tt:

167)

BSa Pada suatu arah tujuannya yang jauh, di kala pagi dan petang

(Yasin, 2001: 105) Tabel 14. Contoh (2) teknik adaptasi dalam SMQ

Pada tabel 14, penerjemah menggunakan teknik adaptasi. Frasa انعش

’al-‘asyiyyu wal-buku>ru/ diterjemahkan menjadi ‘pagi dan petang/ وانجكيوز

(Yasin, 2001: 105). Frasa /al-‘asyiyyu wal-buku>ru/ apabila diterjemahkan

secara literal menjadi ‘petang dan pagi’, namun, penerjemah kemudian

mengganti posisinya atau urutannya karena dalam BSa ‘petang dan pagi’ tidak

biasa digunakan dalam komunikasi mereka. Dengan demikan, terjemahan

frasa انعش وانجكيوز /al-‘asyiyyu wal-buku>ru/ dalam BSu disepadankan dengan

‘pagi dan petang’ yang sesuai dengan ungkapan kultural BSa sebagaimana

frasa ني وايبزا /lailan wa naha>ran/ diterjemahkan menjadi siang dan malam

bukan malam dan siang.

2. Teknik Deskripsi

Teknik deskripsi merupakan teknik penerjemahan yang dilakukan

dengan cara mengganti suatu ungkapan atau istilah tertentu dengan

mendeskripsikan bentuk dan fungsinya (Molina dan Albir, 2002: 11, Al-

Page 5: BAB II TEKNIK DAN METODE DALAM PENERJEMAHAN · 37 BAB II TEKNIK DAN METODE DALAM PENERJEMAHAN SYI‘RU MACHALLIL QIYA>M A. Teknik Penerjemahan Syi‘ru Machallil Qiya>m Teknik penerjemahan

41

Farisi, 2001: 80). Teknik deskripsi sama seperti teknik padanan deskriptif

(descriptive equivalent) yaitu teknik yang berusaha mendeskripsikan makna

atau fungsi dari kata BSu. Teknik ini dilakukan karena kata BSu tersebut

sangat terkait dengan budaya khas BSu (Newmark, 1988: 83-84, Suryawinata,

2003: 73). Sebagai contoh, kata Samurai diterjemahkan menjadi ‘aristokrat

Jepang pada abad XI sampai XIX yang menjadi pegawai pemerintahan’, اثي

ibnu labu>n/ diterjemahkan menjadi ‘anak unta jantan yang berumur 2/ نجيو

tahun’.

Teknik deskripsi dilakukan dengan cara memberikan gambaran atau

penjelasan pada kata BSu sesuai dengan makna dan fungsinya. Pada

penelitian SMQ (BSu), berikut ini ditampilkan data yang menggunakan teknik

deskripsi:

BSu انحسجد نس اشكي يك اص قظ ب

Laisa azka> minka ashlan qath-thu ya> jaddal-chusaini (Al-

Barzanji, tt: 168)

BSa

Tiada orang lagi yang lebih suci dari pada kamu sama sekali.

Wahai kakeknya Hasan dan Husain (anaknya Sayidah Fatimah

Az-Zahra putri Rasulullah) (Yasin, 2001: 104)

Tabel 15. Contoh (1) teknik deskripsi dalam SMQ

Pada tabel 15, penerjemah mencoba memberi gambaran

kepada pembaca apa yang dimaksud dengan kata انحسيي /al-chusain/

(Yasin, 2001: 104) yang diterjemahkan menjadi ‘Hasan dan Husain’.

Pada kata انحسيييي /al-chusain/ tidak diterjemahkan dengan ‘dua

Chusain’ tetapi diterjemahkan dengan memberikan penjelasan atau

Page 6: BAB II TEKNIK DAN METODE DALAM PENERJEMAHAN · 37 BAB II TEKNIK DAN METODE DALAM PENERJEMAHAN SYI‘RU MACHALLIL QIYA>M A. Teknik Penerjemahan Syi‘ru Machallil Qiya>m Teknik penerjemahan

42

mendeskripsikan makna kata tersebut sehingga menjadi ‘anaknya

Sayidah Fatimah Az-Zahra putri Rasulullah’. Pembaca mendapatkan

informasi penjelasan tentang istilah asing tersebut khususnya pada

kata /chusain/. Berikut contoh data selanjutnya yang menggunakan

teknik deskripsi:

BSu إال انك ثبنسسىب نعس حذ أيب ز

Ma> ra’ainal-‘i>sa channat bis-surra> illa> ilaika (Al-Barzanji, tt: 167)

BSa

Dan kami belum pernah melihat seekor unta yang minta kasih

sayang. Dengan berjalan di malam hari (isra’mi’raj) kecuali unta

yang pernah datang kepada tuan (Yasin, 2001: 104)

Tabel 16. Contoh (2) teknik deskripsi dalam SMQ

Pada tabel 16, kata انسييييسى /as-sura>/ (Yasin, 2001: 104)

diterjemahkan menjadi ‘berjalan di malam hari (isra’ mi’raj)

menunjukkan adanya pengunaan teknik deskripsi. Dalam bahasa

Arab, kata انسيييسى /as-sura>/ berarti ‘berjalan’ (Ba‘albaki, 2006: 462)

kemudian diterjemahkan dengan memberikan penjelasan atau

mendeskripsikan makna kata /as-sura>/ yang memiliki arti khusus

tersendiri yaitu berjalan tetapi di saat malam hari sehingga menjadi

‘berjalan di malam hari (isra’ mi’raj)’. Kata isra’ mi’raj sendiri

dihadirkan untuk memberikan gambaran bahwa berjalan di malam

hari disebut dengan isra’ mi’raj.

Page 7: BAB II TEKNIK DAN METODE DALAM PENERJEMAHAN · 37 BAB II TEKNIK DAN METODE DALAM PENERJEMAHAN SYI‘RU MACHALLIL QIYA>M A. Teknik Penerjemahan Syi‘ru Machallil Qiya>m Teknik penerjemahan

43

3. Teknik Generalisasi

Teknik generalisasi adalah teknik penerjemahan dengan menggunakan

istilah yang lebih umum atau netral. Hal tersebut dilakukan karena BSa tidak

memiliki padanan yang spesifik. Adapun Baker (2011: 23) menyebutnya

dengan translation by a more general word (superordinate). Contoh:

devanture dalam bahasa Perancis diterjemahkan menjadi window dalam

bahasa Inggris (Molina dan Albir, 2002: 510).

Pada penelitian SMQ (BSu) terdapat data yang menggunakan teknik

generalisasi. Pada teknik ini, penerjemah menerjemahkan kata atau frasa

dengan menggunakan istilah yang lebih umum. Berikut data yang

menunjukkan penggunaan teknik generalisasi:

BSu انججفك ب ثبهي

Fi>ka ya> ba>hil-jabi>ni (Al-Barzanji, tt: 167)

BSa Hai Nabi yang memiliki keindahan wajah (Yasin, 2001: 105)

Tabel 17. Contoh (1) teknik generalisasi dalam SMQ

Pada tabel 17, kata انججي /al-jabi>nu/ diterjemahkan menjadi ‘wajah’.

Kata انججييي /al-jabi>nu/ yang berarti ‘dahi’ (Munawwir, 1997: 166)

diterjemahkan menjadi ‘wajah’ menunjukkan penerjemah menggunakan

teknik generalisasi. Kata ‘dahi’ merupakan bagian dari wajah dan penerjemah

memilih menerjemahkan dengan kata ‘wajah’ sebagai istilah yang lebih

umum atau memilih kata generalnya. Jika disandingkan dengan kata ثيبهي

Page 8: BAB II TEKNIK DAN METODE DALAM PENERJEMAHAN · 37 BAB II TEKNIK DAN METODE DALAM PENERJEMAHAN SYI‘RU MACHALLIL QIYA>M A. Teknik Penerjemahan Syi‘ru Machallil Qiya>m Teknik penerjemahan

44

/ba>hi/ ‘yang memiliki keindahan’, maka pemilihan ‘wajah’ merupakan

pemilihan yang tepat oleh penerjemah sehingga pesan atau informasi BSu

menjadi tersampaikan. Apabila diterjemahkan secara literal maka menjadi

‘Hai Nabi yang memiliki keindahan dahi’. Penerjemahan ini akan terasa kaku,

karena untuk memuji seseorang biasanya yang diutamakan adalah wajahnya.

Dengan demikian, penggunaan teknik generalisasi yakni pemilihan kata

generik ‘wajah’ dibanding kata spesifik ‘dahi’ dinilai lebih tepat untuk

menerjemahkan kalimat di atas. Contoh data selanjutnya yang juga

menggunakan teknik generalisasi, yaitu:

BSu انسئبد واغفس ع Waghfir ‘anni>s-sayyia>ti (Al-Barzanji, tt: 168)

BSa Dan ampunilah semua dosa-dosaku (Yasin, 2001: 107)

Tabel 18. Contoh (2) teknik generalisasi dalam SMQ

Pada tabel 18, kata انسيئبد /as-sayyia>t/ diterjemahkan menjadi ‘dosa-

dosa’. Kata انسيئبد /as-sayyia>t/ merupakan bentuk plural atau jamak dari kata

خانسييئ /as-sayyiah/ yang berarti ‘kejelekan’ (Munawwir, 1997: 166) yang

kemudian diterjemahkan menjadi ‘dosa’. Adapun dosa, dalam bahasa Arab

biasanya lebih condong menggunakan kata ذييت /dzanb/. Kata خانسييئ /as-

sayyiah/ dalam Mu’jam Al-Wasith (2004: 460) berarti /ash-shaghi>r minadz-

dzunu>bi/ yaitu dosa kecil. Berdasarkan pengertian tersebut, maka kata انسيئبد

/as-sayyia>t/ dapat digolongkan menjadi hiponim dari رتانيي /adz-dzanbu/.

Page 9: BAB II TEKNIK DAN METODE DALAM PENERJEMAHAN · 37 BAB II TEKNIK DAN METODE DALAM PENERJEMAHAN SYI‘RU MACHALLIL QIYA>M A. Teknik Penerjemahan Syi‘ru Machallil Qiya>m Teknik penerjemahan

45

Dengan demikian, pemilihan kata ‘dosa’ sebagai terjemahan dari انسيئبد /as-

sayyia>t/ merupakan salah satu bentuk pengunaan teknik generalisasi karena

kata atau istilah yang yang dipilih adalah kata yang lebih umum.

4. Teknik Partikularisasi

Teknik partikularisasi adalah teknik penerjemahan dengan

menggunakan istilah yang lebih khusus atau spesifik. Teknik ini merupakan

lawan dari teknik generalisasi. Contoh: window dalam bahasa Inggris

diterjemahkan menjadi devanture dalam bahasa Perancis (Molina dan Albir,

2002: 510). Pada penelitian ini, berikut contoh data yang menggunakan teknik

partikularisasi:

BSu إكسسأذ Anta iksi>run (Al-Barzanji, tt: 168)

BSa Engkau laksana emas murni (Yasin, 2001: 103)

Tabel 19. Contoh teknik partikularisasi dalam SMQ

Pada tabel 19, kata إكسييس /iksi>run/ diterjemahkan menjadi ‘emas

murni’. Kata إكسيس /iksi>run/ dalam kamus al-Wasith (2004: 22) berarti ييبةح

ma>ddatun murakkabatun/ yang berarti ‘bahan logam’. Dengan/ يسكجييخ

demikian, kata إكسيس /iksi>run/ dalam BSu diterjemahkan menjadi ‘emas

murni’ menunjukkan penerjemah menggunakan teknik partikularisasi. ‘emas

murni’ merupakan bagian dari ‘bahan logam’ dan penerjemah memilih

Page 10: BAB II TEKNIK DAN METODE DALAM PENERJEMAHAN · 37 BAB II TEKNIK DAN METODE DALAM PENERJEMAHAN SYI‘RU MACHALLIL QIYA>M A. Teknik Penerjemahan Syi‘ru Machallil Qiya>m Teknik penerjemahan

46

menerjemahkan dengan kata ‘emas murni’ sebagai istilah yang lebih spesifik

dari bahan logam.

5. Teknik Kalke

Teknik kalke adalah teknik yang digunakan pada tataran frasa. Frasa

BSu diterjemahkan secara literal ke BSa dengan menyesuaikan karakter

bahasanya (Molina dan Albir, 2002: 510). Misal, dalam bahasa Inggris frasa

beautiful girl diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi ‘gadis

cantik’. Perbedaan pola diantara kedua bahasa tersebut terlihat dengan

berubahnya pola MD (menerangkan diterangkan) menjadi DM (diterangkan

menerangkan) dalam bahasa Indonesia. Adapun dalam bahasa Arab, Al-Farisi

(2011: 78) mencontohkan frasa انعم انصبنح /al-‘amalus-sha>lih/ diterjemahkan

menjadi ‘amal saleh’. Frasa انعم انصيبنح /al-‘amalus-sha>lih/ yang berpola DM

diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan pola yang sama sehingga

menjadi ‘amal saleh’. Berikut contoh data yang menunjukkan penggunaan

teknik kalke:

BSu انوصف انحسفهك

Falakal-washful-chasi>nu (Al-Barzanji, tt: 168)

BSa Hanya untukmu semua sifat yang baik (Yasin, 2001: 103)

Tabel 20. Contoh teknik kalke dalam SMQ

Page 11: BAB II TEKNIK DAN METODE DALAM PENERJEMAHAN · 37 BAB II TEKNIK DAN METODE DALAM PENERJEMAHAN SYI‘RU MACHALLIL QIYA>M A. Teknik Penerjemahan Syi‘ru Machallil Qiya>m Teknik penerjemahan

47

Pada tabel 20, frasa انحسيانوصيف /al-washful-chasi>nu/ dalam BSu

diterjemahkan dengan pola yang sama dalam BSa menjadi ‘semua sifat yang

baik’. Frasa, dalam bahasa Arab disebut dengan عجيبزح /‘iba>rah/. Al-‘iba>rah

hiya majmu>’atu kalima>tin du>na fi’lin wafa>’ilihi aw du>na mubtadain wa

khabarihi (Al-Khuli, 1982: 215). Frasa adalah kelompok kata tanpa fi’l (P)

dan fa>’il-nya (S) atau tanpa mubtada (S) dan khabar (P).

Frasa انوصييف انحسيي /al-washful-chasi>nu/ merupakan konstruksi

shifah dan maushu>f. Shifah merupakan unsur yang menjelaskan sifat dari

sesuatu tertentu sedangkan maushu>f adalah unsur yang menjelaskan sesuatu

tertentu (Al-Ghulayaini, 2009: 73). Pada frasa tersebut, kata انوصييف /al-

washfu/ sebagai maushu>f dan انحس /al-chasi>nu/ sebagai shifah.

Adapun pada frasa ‘semua sifat yang baik’, berdasarkan distribusi

unsur-unsurnya termasuk dalam golongan frasa endosentrik atributif (Sukini,

2010: 25). Frasa endosentrik atributif adalah frasa yang terdiri atas unsur-

unsur yang kedudukannya tidak setara, unsur yang satu bergantung pada

unsur yang lain. Kata ‘semua sifat’ sebagai unsur pusat atau unsur yang

diterangkan (D) sedangkan ‘yang baik’ sebagai unsur penjelas atau unsur

yang menerangkan (M). Dengan demikian, frasa انوصيف انحسي /al-washful-

chasi>nu/ dalam BSu diterjemahkan dengan pola yang sama dalam BSa

menjadi ‘semua sifat yang baik’. Hal ini menunjukkan bahwa penerjemah

dalam menerjemahkan frasa انحسي /al-washful-chasi>nu/ menggunakan teknik

kalke yaitu frasa diterjemahkan secara literal ke dalam BSa dan memiliki pola

Page 12: BAB II TEKNIK DAN METODE DALAM PENERJEMAHAN · 37 BAB II TEKNIK DAN METODE DALAM PENERJEMAHAN SYI‘RU MACHALLIL QIYA>M A. Teknik Penerjemahan Syi‘ru Machallil Qiya>m Teknik penerjemahan

48

yang sama. Pola yang sama antara BSu dan BSa dapat digambarkan sebagai

berikut:

/al-washfu al-chasi>nu/ semua sifat yang baik

Maushu>f Shifah D M

6. Teknik Literal

Teknik literal digunakan pada tataran klausa atau kalimat kemudian

klausa diterjemahkan secara kata demi kata. Fernandes menyebutnya dengan

teknik rendition. Emzir (2015: 66) menyebutkan bahwa teknik literal

merupakan pemindahan langsung dari sebuah teks BSu ke dalam teks BSa

yang sesuai secara gramatikal dan idiomatik. Nababan (2003: 33) menjelaskan

teknik literal dalam contoh berikut:

BSu

His heart is in the eight place

BSa Hatinya berada di tempat yang benar

Tabel 21. Contoh teknik literal

Berdasarkan contoh tersebut, teknik literal mungkin mula-mula

diterjemahkan secara kata demi kata namun kemudian penerjemah

menyesuaikan susunan kata dalam kalimat terjemahannya yang sesuai dengan

susunan kata dalam bahasa sasaran (BSa). Seperti contoh di atas, kalimat

bahasa Inggris tersebut pertama-tama diterjemahkan kata demi kata menjadi

‘Kepunyaannya hati adalah dalam itu benar tempat’, namun dalam BSa tidak

berterima sehingga susunan kata dalam kalimat tersebut disesuaikan dengan

susunan kata BSa menjadi ‘Hatinya berada di tempat yang benar’.

Page 13: BAB II TEKNIK DAN METODE DALAM PENERJEMAHAN · 37 BAB II TEKNIK DAN METODE DALAM PENERJEMAHAN SYI‘RU MACHALLIL QIYA>M A. Teknik Penerjemahan Syi‘ru Machallil Qiya>m Teknik penerjemahan

49

Pada penelitian ini, penggunaan teknik literal berkaitan erat dengan

bentuk kalimat antar BSu dan BSa. Penggunaan teknik literal pada SMQ,

bentuk kalimat BSu mayoritas berbentuk jumlah ismiyyah atau kalimat

nominal. Hal ini disebabkan struktur BSu memiliki kesepadanan dengan

struktur BSa sehingga dapat diterjemahkan langsung kata demi kata. Ramlan

(2001:129) menjelaskan kalimat nominal adalah kalimat yang predikatnya

terdiri dari kata atau frasa golongan nominal. Al-Khuli (1982: 184)

menyepadankan kalimat nominal dengan istilah jumlah ismiyyah yaitu kalimat

yang diawali dengan nomina. Karena bentuk kalimat BSu dan BSa sama,

sehingga sangat dimungkinkan adanya penggunaan teknik literal. Adapun

contoh penerapan teknik literal pada SMQ, sebagai berikut:

BSu وان صهوا عهك

Wal-mala> shallu> ‘alaika (Al-Barzanji, tt: 167)

BSa Sementara itu, para malaikat bersholawat untukmu (Yasin, 2001:

104)

Tabel 22. Contoh teknik literal dalam SMQ

Contoh pada tabel 22, عهييك وانيي صييهوا /Wal-mala> shallu> ‘alaika/

diterjemahkan menjadi ‘Sementara itu, para malaikat bersholawat untukmu’

(Yasin, 2001: 104). Kalimat BSu memiliki pola urutan kata yang sama dengan

pola urutan kata BSa dan bentuk kalimat juga sama yaitu kalimat nominal.

Kalimat nominal BSu ditandai dengan pengisi S berupa ism jamak اني /al-

mala/. Kalimat BSu berpola S-P-K kemudian diterjemahkan ke dalam BSa

dengan pola yang sama juga yaitu S-P-K. Kemudian, dilihat dari pola urutan

Page 14: BAB II TEKNIK DAN METODE DALAM PENERJEMAHAN · 37 BAB II TEKNIK DAN METODE DALAM PENERJEMAHAN SYI‘RU MACHALLIL QIYA>M A. Teknik Penerjemahan Syi‘ru Machallil Qiya>m Teknik penerjemahan

50

kata (word order) pada BSu dan BSa juga terlihat relatif sama. Sebagaimana

dapat digambarkan dalam keterangan dibawah ini:

BSu Wal-mala>

shallu> >

‘alaika

BSa Sementara itu, para malaikat bersholawat untukmu

Dengan demikian, pada kalimat tersebut, dalam penerjemahnnya menggunakan

teknik literal karena kata demi kata dipindahkan atau diterjemahkan secara

langsung dari BSu ke dalam BSa.

7. Teknik Peminjaman

Teknik peminjaman adalah teknik penerjemahan dengan meminjam

kata atau ungkapan langsung dari BSu (Molina dan Albir, 2002: 510).

Menurut Molina dan Albir, peminjaman ada dua macam, yaitu peminjaman

murni dan alamiah. Peminjaman murni adalah peminjaman secara langsung

tanpa penyesuaian. Contoh ethanol dalam bahasa Inggris diterjemahkan

menjadi ethanol dalam bahasa Indonesia. Adapun peminjaman alamiah yaitu

peminjaman yang sudah dinaturalisasi dengan penyesuaian pada ejaan

ataupun pelafalan, contohnya candidate dalam bahasa Inggris diterjemahkan

menjadi ‘kandidat’ dalam bahasa Indonesia (Handayani, 2009: 66).

Terdapat tiga data yang menggunakan teknik peminjaman. Teknik ini

dilakukan dengan cara meminjam kata atau ungkapan dari BSu. Pada teknik

peminjaman, sudah pasti semua istilah akurat karena penerjemah tidak

menerjemahkannya ke dalam BSa. Pada penelitian ini hanya ditemukan

Page 15: BAB II TEKNIK DAN METODE DALAM PENERJEMAHAN · 37 BAB II TEKNIK DAN METODE DALAM PENERJEMAHAN SYI‘RU MACHALLIL QIYA>M A. Teknik Penerjemahan Syi‘ru Machallil Qiya>m Teknik penerjemahan

51

peminjaman murni. Berikut data yang menunjukkan penggunaan teknik

peminjaman murni:

No BSu BSa

صهواد 1Shalawa>t

Shalawat

2 Nabi>

Nabi

زسول 3Rasu>l

Rasul

Tabel 23. Contoh teknik peminjaman dalam SMQ

Pada tabel 23, data tersebut termasuk dalam peminjaman murni karena

kata shalawa>t, nabi>, dan rasu>l dipinjam secara langsung. Pada peminjaman

murni tidak dilakukan perubahan apapun. Pada teknik peminjaman biasanya

kata BSu tersebut, selanjutnya bisa menjadi bagian dari kata BSa.

8. Teknik Penambahan

Teknik penambahan berarti menambahkan kata atau beberapa kata

guna memperjelas pesan dalam BSu. Teknik penambahan digunakan untuk

memberikan kejelasan makna BSu sehingga pada BSa akan mengalami

penambahan kata atau beberapa kata. Contoh,

BSu وزاء انسجم انسأحف انشسق رشي

Fisy-syarqi tamsyil-mar’atu wara>ar-rajuli

BSa Di Timur kaum wanita berjalan di belakang laki-laki

Tabel 24. Contoh teknik penambahan

Page 16: BAB II TEKNIK DAN METODE DALAM PENERJEMAHAN · 37 BAB II TEKNIK DAN METODE DALAM PENERJEMAHAN SYI‘RU MACHALLIL QIYA>M A. Teknik Penerjemahan Syi‘ru Machallil Qiya>m Teknik penerjemahan

52

Pada contoh dalam tabel 24, kata انييسأح /al-mar’atu/ dalam BSu

terjadi penambahan kata ‘kaum’ yang berfungsi untuk menunjukkan jumlah

banyaknya wanita dalam konteks kalimat tersebut. Kata انيسأح /al-mar’atu/

yang berarti ‘wanita’ (Baalbaki, 2006: 852) kemudian oleh penerjemah

diberikan kejelasan maknanya sehingga dihadirkan tambahan kata yaitu

dengan menambahkan kata ‘kaum’ (Fahimuddin, 2015: 27).

Menurut Suryawinata (2003: 67, 74) terdapat dua jenis teknik

penambahan yaitu penambahan secara struktural dan semantis. Penambahan

secara struktural merupakan penambahan kata-kata di dalam BSa karena

faktor struktur dari BSa itu sendiri sedangkan penambahan secara semantis

dilakukan untuk memberikan kejelasan makna dalam BSa.

Pada penelitian SMQ (BSu) terdapat penggunaan teknik

penambahan. Teknik penambahan yang terdapat pada data dalam penelitian

ditemukan 2 (dua) jenis yaitu penambahan secara struktural dan penambahan

secara semantis.

a. Penambahan secara struktural

Contoh data pada penelitian yang menggunakan teknik penambahan

secara struktural, sebagai berikut:

BSu انظج انفوزعدك

‘Indakaz-zabyun-nufu>ri (Al-Barzanji, tt: 167)

BSa Di sisimu ada seekor kijang yang lari (Yasin, 2001: 104) Tabel 25. Contoh teknik penambahan secara struktural dalam SMQ

Page 17: BAB II TEKNIK DAN METODE DALAM PENERJEMAHAN · 37 BAB II TEKNIK DAN METODE DALAM PENERJEMAHAN SYI‘RU MACHALLIL QIYA>M A. Teknik Penerjemahan Syi‘ru Machallil Qiya>m Teknik penerjemahan

53

Pada tabel 25, kalimat انظجيي انفييوزعييدك /‘Indakaz-zabyun-nufu>ri/

terdapat penambahan berupa kata ‘ada’ dan ‘seekor’. Penambahan ini

dilakukan agar struktur BSa dapat diterima. Jika diterjemahkan secara literal

maka menjadi ‘di sisimu kijang lari’, struktur kalimat tersebut dalam BSa

tidak berterima bahkan akan muncul ambiguitas. Dengan demikian, pemilihan

tambahan kata ‘ada’ dan ‘seekor’ menjadikan kalimat BSa dapat diterima oleh

pembaca dan dapat dipahami dengan jelas.

b. Penambahan secara semantis

Penambahan secara semantis merupakan teknik penambahan dengan

memberikan informasi baru pada BSa. Pada teknik ini kemudian dibagi ke

dalam 3 (tiga) bentuk, yaitu penambahan berupa kata, frasa, dan klausa.

1. Penambahan berupa kata

Pada SMQ ditemukan penambahan berupa kata (nomina). Contoh

data, sebagai berikut:

BSu س و عهك حجتب

Ya> chabi >b sala>m ‘alaika (Al-Barzanji, tt: 166)

BSa Wahai kekasih Allah keselamatan hanya untukmu (Yasin, 2001:

102)

Tabel 26. Contoh teknik penambahan secara semantis berupa kata dalam

SMQ

Pada tabel 26, penerjemah menggunakan teknik penambahan. Kata

chabi>b/ diterjemahkan dengan menambahkan kata ‘Allah’ sehingga/ حجيت

Page 18: BAB II TEKNIK DAN METODE DALAM PENERJEMAHAN · 37 BAB II TEKNIK DAN METODE DALAM PENERJEMAHAN SYI‘RU MACHALLIL QIYA>M A. Teknik Penerjemahan Syi‘ru Machallil Qiya>m Teknik penerjemahan

54

diterjemahkan menjadi ‘kekasih Allah’. Kata حجيييت /chabi>b/ sendiri

sebenarnya hanya berarti ‘kekasih’ (Munawwir, 1997: 229), tidak ada arti

yang menunjukkan kata ‘Allah’ pada BSu. Penambahan ini dimaksudkan

untuk memperjelas pesan penulis teks sumber bahwa hubungan yang terdapat

pada konteks kalimat ini adalah hubungan vertikal yaitu hubungan antara

Tuhan dan hambaNya. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka bentuk

penambahan ini berupa kata (nomina) yaitu ‘Allah’.

2. Penambahan berupa frasa

Pada SMQ ditemukan penambahan berupa frasa (frasa depan). Contoh

data, sebagai berikut:

BSu عد رحسس انسطوز وص ح هللا رغشب

Wa shala>tul-La>hi taghsya> ‘adda tachri>ris-suthu>ri (Al-Barzanji, tt:

169)

BSa Semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmatNya kepada Nabi

Muhammad saw sebanyak jumlah tulisan (Yasin, 2001: 108)

Tabel 27. Contoh teknik penambahan secara semantis berupa frasa dalam

SMQ

Pada tabel 27, penambahan berupa frasa depan yaitu frasa yang terdiri

dari kata depan sebagai penanda diikuti kata atau frasa sebagai aksisnya

(Ramlan, 2001: 163). Frasa ‘kepada Nabi Muhammad saw’ terdiri dari kata

depan ‘kepada’ sebagai penanda, diikuti frasa ‘Nabi Muhammad’ sebagai

aksisnya. Pada kalimat di atas dihadirkan penambahan berupa frasa depan

Page 19: BAB II TEKNIK DAN METODE DALAM PENERJEMAHAN · 37 BAB II TEKNIK DAN METODE DALAM PENERJEMAHAN SYI‘RU MACHALLIL QIYA>M A. Teknik Penerjemahan Syi‘ru Machallil Qiya>m Teknik penerjemahan

55

‘kepada Nabi Muhammad saw’ merupakan penambahan yang tidak tertulis

dalam BSu. Penambahan ini dimaksudkan untuk memperjelas pesan penulis

teks sumber kepada pembaca bahwa dalam konteks kalimat tersebut rahmat

Allah tercurahkan kepada Nabi Muhammad saw.

3. Penambahan berupa klausa

Klausa merupakan satuan gramatikal berupa kelompok kata yang

sekurang-kurangnya terdiri dari subjek dan predikat (Kridaklasana, 2011:

124). Pada SMQ ditemukan penambahan berupa klausa. Contoh data, sebagai

berikut:

BSu انصبنحبد ثجعزة فبزحب جعب

Rabbi farchamna> jami>‘an bi jami>‘ish-sha>licha>ti (Al-Barzanji, tt:

169)

BSa Tuhan, belaskasihanilah kami semua (sehingga kami mampu

melakukan) semua kebaikan-kebaikan (Yasin, 2001: 108)

Tabel 28. Contoh teknik penambahan secara semantis berupa klausa dalam

SMQ

Pada tabel 28, penambahan berupa klausa ‘sehingga kami mampu

melakukan’. Mengutip pendapat Kridalaksana (2011: 124) bahwa klausa

minimalnya terdiri dari unsur S dan P, maka pada klausa ‘sehingga kami

mampu melakukan’ dapat digambarkan fungsi unsur-unsurnya yaitu

‘sehingga’ sebagai konjungsi, ‘kami’ sebagai S, dan ‘mampu melakukan’

Page 20: BAB II TEKNIK DAN METODE DALAM PENERJEMAHAN · 37 BAB II TEKNIK DAN METODE DALAM PENERJEMAHAN SYI‘RU MACHALLIL QIYA>M A. Teknik Penerjemahan Syi‘ru Machallil Qiya>m Teknik penerjemahan

56

sebagai P. Klausa ‘sehingga kami mampu melakukan’ merupakan

penambahan yang tidak tertulis dalam BSu.

9. Teknik Pengurangan

Teknik pengurangan merupakan teknik penghilangan atau

pengurangan dengan tujuan memadatkan informasi dari BSu ke dalam BSa

(Molina dan Albir, 2002: 510). Sebagai contoh,

BSu وكهاب ف غبخ انزفبهخ كثسح جداوثوز ألسجبة

Wa yatsu>ru liasba>bin katsi>ratin jiddan wa kulluha> fi> gha>yatit-tafa>hati

BSa Pemuda itu juga gampang sekali marah hanya lantaran soal-soal

sepele

Tabel 29. Contoh teknik pengurangan

Pada tabel 29, terdapat pengurangan berupa frasa كثيسح جيدا /katsi>ratun

jiddan/ pada BSu yang tidak diterjemahkan ke dalam BSa. Penerjemah lebih

memilih untuk memadatkan informasi BSu sehingga tidak menyertakan

bahwa sebenarnya ada banyak pemuda dalam cerita tersebut yang memiliki

sifat gampang marah (Fahimuddin, 2016: 42).

Pada penelitian SMQ, terdapat data yang menggunakan teknik

pengurangan. Teknik pengurangan berarti terdapat penghilangan unsur-unsur

linguistik BSu. Jadi, dalam teknik ini terdapat kata atau istilah BSu yang tidak

diterjemahkan ke dalam BSa. Berikut ini contoh data yang menggunakan

teknik pengurangan:

Page 21: BAB II TEKNIK DAN METODE DALAM PENERJEMAHAN · 37 BAB II TEKNIK DAN METODE DALAM PENERJEMAHAN SYI‘RU MACHALLIL QIYA>M A. Teknik Penerjemahan Syi‘ru Machallil Qiya>m Teknik penerjemahan

57

BSu انغفسفضهك انجى

Fadhlakal-jammal-ghafi>ra (Al-Barzanji, tt: 167)

BSa Keutamaanmu yang sangat banyak (Yasin, 2001: 104)

Tabel 30. Contoh (1) teknik pengurangan dalam SMQ

Pada tabel 30, penerjemahan di atas terdapat pengurangan berupa kata

al-ghafi>r/ pada BSu yang tidak diterjemahkan ke dalam BSa. Kata/ انغفيس

al-ghafi>r/ memiliki arti ‘agung’ (Munawwir, 1997: 1011) namun oleh/ انغفيس

penerjemah kemudian tidak diterjemahkan ke dalam BSa. Pengurangan ini

dilakukan dengan tujuan untuk memadatkan isi atau pesan BSu. Keutamaan

sudah tentu bersifat agung atau mulia sehingga oleh penerjemah tidak

dihadirkan makna tersebut dalam BSa. Berikut ini merupakan contoh data

selanjutnya yang menggunakan teknik pengurangan:

BSu انصبف انجسة كحوض

Chaudhukash-sha>fil-mubarrad (Al-Barzanji, tt: 166)

BSa Dedaunan masih dingin dan bersih (Yasin, 2001: 104)

Tabel 31. Contoh (2) teknik pengurangan dalam SMQ

Pada tabel 31, penerjemahan di atas terdapat pengurangan berupa kata

ganti atau pronomina ك /ka/ pada BSu yang tidak diterjemahkan ke dalam

BSa. Pengurangan ini dilakukan dengan tujuan untuk memadatkan isi atau

pesan BSu. Pengurangan tersebut juga tidak menimbulkan ketidaksampaian

informasi BSu ke dalam BSa.

Page 22: BAB II TEKNIK DAN METODE DALAM PENERJEMAHAN · 37 BAB II TEKNIK DAN METODE DALAM PENERJEMAHAN SYI‘RU MACHALLIL QIYA>M A. Teknik Penerjemahan Syi‘ru Machallil Qiya>m Teknik penerjemahan

58

10. Teknik Pergeseran

Teknik pergeseran adalah teknik penerjemahan dengan cara

melakukan perubahan kategori gramatikal (Molina dan Albir, 2002: 511).

Machali (2009: 93) mendefinisikan teknik pergeseran adalah suatu teknik

penerjemahan yang melibatkan pengubahan bentuk gramatikal dari BSu ke

BSa. Pada teknik ini berati ditemukan adanya pergeseran atau perubahan

bentuk gramatikal BSu ke BSa. Sebagaimana contoh di bawah ini:

BSu إباى اد هللا قويب كفسوا ثعدكجف

Kaifa yahdiyalla>hu qauman kafaru> ba’da i>ma>nihim

BSa Bagaimana Allah akan menunjuki suatu kaum yang kafir sesudah

mereka beriman

Tabel 32. Contoh teknik pergeseran

Pada tabel 32, terdapat pergeseran kategori sintaksis dari nomina BSu

diterjemahkan menjadi verba ke dalam BSa. Nomina إييب /i >ma>n/ Bsu

mengalami pergeseran menjadi verba beriman dalam Bsa (Al-Farisi, 2011:

83).

Catford (1965: 73-76) menyebutkan bahwa terdapat dua bentuk

pergeseran yaitu pergeseran tataran (level shifts) dan pergeseran kategori

(category shifts). Pergeseran level adalah item dalam BSu pada suatu tataran

linguistik memiliki padanan terjemahan dalam BSa pada tataran yang

berbeda. Adapun pergeseran kategori adalah are departures from formal

correspondence in translation that involve structure shifts, class shifts, unit

Page 23: BAB II TEKNIK DAN METODE DALAM PENERJEMAHAN · 37 BAB II TEKNIK DAN METODE DALAM PENERJEMAHAN SYI‘RU MACHALLIL QIYA>M A. Teknik Penerjemahan Syi‘ru Machallil Qiya>m Teknik penerjemahan

59

shifts, and intrasystem shifts. Machali (2009: 93) menggunakan istilah

pergeseran bentuk yaitu suatu teknik penerjemahan yang melibatkan

pengubahan bentuk gramatikal dari BSu ke BSa.

Pada teknik pergeseran berarti ditemukan adanya perubahan bentuk

gramatikal dari BSu ke BSa. Teknik ini merupakan sebuah solusi dalam

menjembatani perbedaan antara BSu dan BSa. Pada penelitian SMQ,

pergeseran yang tedapat pada data penelitian ini hanya ditemukan berupa

pergeseran katogori (category shifts). Pergeseran kategori yang ditemukan,

meliputi pergeseran struktur (structure shifts), pergeseran kelas kata (class

shift), pergeseran unit (unit shift), dan pergeseran intra-sistem (intrasystem

shift).

a. Pergeseran struktur (structure shifts)

Pergeseran struktur merupakan pergeseran yang paling sering terjadi.

Secara gramatika, pergeseran struktur dapat muncul pada berbagai tataran

(kata, frasa, klausa, atau kalimat), namun masih dalam tingkatan yang sama

(Catford, 1965: 77). Berikut contoh data penggunaan teknik pergeseran

berupa pergeseran struktur pada SMQ.

BSu صهي هللا عهي يحد

Shallal-la>hu ‘ala> Muhammad (Al-Barzanji, tt: 166)

BSa Allah melimpahkan shalawat kepada Nabi Muhammad saw. (Yasin,

2001: 102)

Tabel 33. Contoh teknik pergeseran struktur (kalimat) dalam SMQ

Page 24: BAB II TEKNIK DAN METODE DALAM PENERJEMAHAN · 37 BAB II TEKNIK DAN METODE DALAM PENERJEMAHAN SYI‘RU MACHALLIL QIYA>M A. Teknik Penerjemahan Syi‘ru Machallil Qiya>m Teknik penerjemahan

60

Pada contoh tabel 33, terdapat pergeseran penerjemahan yaitu berupa

pergeseran struktur. Kalimat BSu diawali dengan verba (fi’l) yang dalam

bahasa Arab disebut jumlah fi’liyyah (Al-Khuli, 1982: 301). Kalimat BSu di

awali dengan verba صيهي /shalla/ ‘melimpahkan shalawat’ yang menempati

fungsi P. Kata /Allah/ menempati fungsi sebagai S. Berdasarkan urutan kata

dalam kalimat BSu tersebut, maka kalimat tersebut merupakan jumlah

fi’liyyah karena kalimat diawali dengan verba atau fi’l.

Adapun dalam BSa, kalimat BSu diterjemahkan menjadi ‘Allah

melimpahkan shalawat kepada Nabi Muhammad saw’ yang dalam bahasa

Arab merupakan bentuk jumlah ismiyyah. Jumlah ismiyyah adalah kalimat

yang diawali dengan ism atau nomina (Ni’mah, tt; 19). Hal ini menyebabkan

urutan kata pada kedua bahasa ini bebeda. Jika penerjemah menghendaki

bentuk kalimat yang sama, maka dalam penerjemahannya menjadi

‘melimpahkan shalawat Allah kepada Nabi Muhammad saw’. Namun tidak

demikian, kalimat /Shallal-la>hu ‘ala> Muhammad/ mengalami pergeseran

struktur dari jumlah fi’liyyah pada BSu menjadi jumlah ismiyyah pada BSa.

Dengan demikian, pergeseran struktur yang terjadi dapat digambarkan sebagai

berikut: verba + nomina + konjungsi + nomina menjadi nomina + verba +

nomina + konjungsi + nomina atau jika dilihat dari fungsi kalimatnya dapat

digambarkan struktur P + S + Pel menjadi S + P + Pel. Contoh pergeseran

struktur selanjutnya adalah pergeseran pada frasa, sebagai berikut:

BSu طول اندهوز

Page 25: BAB II TEKNIK DAN METODE DALAM PENERJEMAHAN · 37 BAB II TEKNIK DAN METODE DALAM PENERJEMAHAN SYI‘RU MACHALLIL QIYA>M A. Teknik Penerjemahan Syi‘ru Machallil Qiya>m Teknik penerjemahan

61

Thu>lad-duhu>ri> (Al-Barzanji, tt: 168)

BSa Perputaran waktu yang panjang (Yasin, 2001: 107)

Tabel 34. Contoh teknik pergeseran struktur (frasa) dalam SMQ

Pada tabel 34, terdapat pergeseran struktur, yaitu pada frasa طيول

thu>lazh-zhu>ri/ menjadi ‘perputaran waktu yang panjang’. Pada frasa/ انيدهوز

tersebut, frasa BSu memiliki pola struktur M-D, sementara dalam BSa pola

struktur frasa menjadi D-M. Frasa BSu terdiri dari kata /thu>l/ sebagai unsur

yang menerangkan dan /azh-zhuhu>r/ sebagai unsur yang diterangkan. Adapun

dalam BSa, kemudian mengalami pergeseran yaitu ‘perputaran waktu’ sebagai

unsur yang diterangkan dan ‘yang panjang’ sebagai unsur yang menerangkan.

Dengan demikian, pergeseran yang terjadi dapat digambarkan sebagai berikut:

nomina + nomina menjadi nomina + adjektiva.

b. Pergeseran kelas kata (class shift)

Pergeseran kelas kata terjadi apabila kelas kata dalam BSu berbeda

dengan kelas kata dalam BSa (Catford, 1965: 78). Sebagai contoh,

BSu … to train intellectual men for the persuits of an intellectual life

BSa Untuk melatih para intelektual untuk mengejar kehidupan intelektual

Tabel 35. Contoh teknik pergeseran kelas kata

Pada tabel 35, jika frasa the persuits of an intellectual life

diterjemahkan secara harfiah, maka bunyinya akan menjadi ‘melatih para

intelektual untuk pengejaran kehidupan intelektual’. Namun, kemudian,

penerjemah menggunakan teknik pergeseran berupa pergeseran kelas kata

Page 26: BAB II TEKNIK DAN METODE DALAM PENERJEMAHAN · 37 BAB II TEKNIK DAN METODE DALAM PENERJEMAHAN SYI‘RU MACHALLIL QIYA>M A. Teknik Penerjemahan Syi‘ru Machallil Qiya>m Teknik penerjemahan

62

yaitu pergeseran nomina menjadi verba. Nomina persuit ‘pengejaran’ bergeser

menjadi verba ‘mengejar’ (Machali, 2009: 96).

Pada penelitian ini, ditemukan pergeseran kelas kata meliputi, nomina

menjadi verba dan verba menjadi nomina. Nomina adalah kelas kata yang

biasanya berfungsi sebagai subyek atau obyek dari klausa sedangkan verba

adalah kelas kata yang biasanya berfungsi sebagai predikat (Kridalaksana,

2011: 163, 256). Bahasa Arab menyebut nomina dengan istilah ism. Al-

Ghulayaini (2009: 5) mendefinisikan Al-ismu huwa ma> dalla ‘ala> ma’nan fi>

nafsihi ghairu muqtarinin bizama>nin. Nomina adalah sesuatu yang

menunjukkan makna dan tidak terikat oleh waktu. Adapun verba dalam

bahasa Arab disebut dengan fi’l yaitu sesuatu yang menunjukkan makna dan

terikat oleh waktu (Al-Ghulayaini, 2009: 5).

1. Pergeseran nomina menjadi verba

Pada penelitian SMQ (BSu) terdapat pergeseran kelas kata (nomina

menjadi verba). Contoh data, sebagai berikut:

BSu نهسحم وربةو Watana>dau lir-rachi>li (Al-Barzanji, tt: 167)

BSa

Mereka mau berkemas-kemas untuk berangkat (Yasin, 2001:

104)

Tabel 36. Contoh teknik pergeseran kelas kata (nomina menjadi verba)

dalam SMQ

Pada tabel 36, terdapat pergeseran kategori berupa pergeseran kelas

kata yaitu nomina menjadi verba. Kata زحييم /rachi>l/ (BSu) menjadi

Page 27: BAB II TEKNIK DAN METODE DALAM PENERJEMAHAN · 37 BAB II TEKNIK DAN METODE DALAM PENERJEMAHAN SYI‘RU MACHALLIL QIYA>M A. Teknik Penerjemahan Syi‘ru Machallil Qiya>m Teknik penerjemahan

63

‘berangkat’ (BSa). Kata زحيم /rachi>l/ dalam BSu termasuk nomina yang

berupa ism mashdar, yang berasal dari verba سحييم-زحييم /rachala-

yarchalu/ ‘berangkat’ (Munawwir, 1997: 482). Ism mashdar adalah kata

yang menunjukkan peristiwa atau kejadian, terlepas dari waktu, terdiri dari

huruf yang menyusun verbanya seperti verba عهييى /‘alima/ memiliki

mashdar عهى /’ilm/ (Al-Ghulayaini, 2009: 124). Oleh karena itu, kata زحم

/rachi>l/ merupakan golongan nomina yang berupa ism mashdar yang

memiliki arti menunjukkan suatu peristiwa ‘keberangkatan’ (Munawwir,

1997: 482).

Adapun dalam BSa, kata ‘berangkat’ termasuk golongan verba. Kata

‘berangkat’ dapat dikatakan sebagai verba karena dimungkinkan untuk

diikuti dengan kata tidak dan tidak mungkin diikuti dengan kata sangat

atau lebih (Kridalaksana, 2011: 254). Dengan demikian, penerjemahan di

atas mengalami pergeseran kelas kata yaitu dari nomina زحيم /rachi>l/

dalam BSu menjadi verba ‘berangkat’ dalam BSa.

2. Pergeseran verba menjadi nomina

Pada penelitian SMQ (BSu) terdapat pergeseran kelas kata (verba

menjadi nomina). Contoh data, sebagai berikut:

BSu جكك انعوة بوار

Waata>kal-‘u>du yabki> (Al-Barzanji, tt: 167)

Page 28: BAB II TEKNIK DAN METODE DALAM PENERJEMAHAN · 37 BAB II TEKNIK DAN METODE DALAM PENERJEMAHAN SYI‘RU MACHALLIL QIYA>M A. Teknik Penerjemahan Syi‘ru Machallil Qiya>m Teknik penerjemahan

64

BSa Seonggok kayu sungguh datang kepadamu dengan tangisannya

(Yasin, 2001: 104)

Tabel 37. Contoh teknik pergeseran kelas kata (verba menjadi nomina)

dalam SMQ

Pada tabel 37, terdapat pergeseran kategori berupa pergeseran kelas

kata yaitu verba menjadi nomina. Kata جكيي /yabki>/ (BSu) menjadi

‘tangisan’ (BSa). Kata جكي /yabki>/ dalam BSu merupakan bentuk verba.

Jika ditinjau berdasarkan waktunya, جكيي /yabki>/ termasuk dalam fi’l

mudha>ri’. Al-fi’lul-mudha>ri’ huwa ma> dalla ‘ala ma’nan fi> nafsihi

muqtarinin bizama>nin yachtamilul-cha>la wal-istiqba>la ‘sesuatu yang

menunjukkan makna, terikat dengan waktu baik waktu sekarang maupun

yang akan datang’ (Al-Ghulayaini, 2009: 23). Adapun jika ditinjau

berdasarkan maknanya, جكي /yabki>/ termasuk dalam fi’l la>zim yaitu fi’l

yang tidak membutuhkan adanya obyek (Al-Ghulayaini, 2009: 33). Verba

’baka>/ ‘menangis/ ثكيي yabki>/ merupakan bentuk dasar dari verba/ جكي

(Munawwir, 1997: 103).

Adapun dalam BSa, kata ‘tangisan’ termasuk golongan nomina. Kata

‘tangisan’ merupakan golongan nomina karena memiliki ciri tidak dapat

bergabung dengan kata tidak, sebagai contoh rumah merupakan nomina

karena tidak rumah adalah tidak mungkin (Kridalaksana, 2011: 163).

Dengan demikian, penerjemahan di atas mengalami pergeseran kelas kata

Page 29: BAB II TEKNIK DAN METODE DALAM PENERJEMAHAN · 37 BAB II TEKNIK DAN METODE DALAM PENERJEMAHAN SYI‘RU MACHALLIL QIYA>M A. Teknik Penerjemahan Syi‘ru Machallil Qiya>m Teknik penerjemahan

65

yaitu dari verba جكي /yabki>/ dalam BSu menjadi nomina ‘tangisan’ dalam

BSa.

c. Pergeseran unit (unit shift)

Pergeseran unit hampir sama dengan pergeseran struktur akan tetapi

pada pergeseran unit ini tataran tingkatan antara bahasa sumber (Bsu) dan

sasarannya (Bsa) berbeda (Catford, 1965: 79). Misal, dua buah kata dalam

BSu dapat menjadi sebuah kata saja dalam Bsa. Contoh frasa menjadi kata,

his father is very nice menjadi ‘ayahnya sangat baik’ (Mustaqim, 2011).

Contoh lain seperti, fillette menjadi gadis cilik. Dalam bahasa Prancis fillette

termasuk dalam tataran kata, namun dalam bahasa Indonesia gadis cilik

termasuk dalam tataran frasa (Akhlada, 2014: 18). Pada penelitian SMQ

(BSu) terdapat pergeseran unit. Contoh data, sebagai berikut:

BSu هوزاندطول

Thu>lad-duhu>ri > (Al-Barzanji, tt: 168)

BSa )(Yasin, 2001: 107 yang panjang Perputaran waktu Tabel 38. Contoh teknik pergeseran unit dalam SMQ

Pada tabel 38, terdapat pergeseran kategori berupa pergeseran unit yaitu

kata menjadi frasa. Kata ةهيوز /duhu>r/ (BSu) menjadi ‘perputaran waktu’

(BSa). Kata ةهوز /duhu>r/ dalam BSu merupakan bentuk nomina yang ditandai

dengan adanya artikel ال /al/ (Ni’mah, tt: 14). Artikel ال /al/ merupakan salah

satu penanda nomina dalam bahasa Arab yang menunjukkan nomina tersebut

termasuk dalam ism ma’rifah (definit) (Al-Ghulayaini, 2009: 113). Kata ةهيوز

Page 30: BAB II TEKNIK DAN METODE DALAM PENERJEMAHAN · 37 BAB II TEKNIK DAN METODE DALAM PENERJEMAHAN SYI‘RU MACHALLIL QIYA>M A. Teknik Penerjemahan Syi‘ru Machallil Qiya>m Teknik penerjemahan

66

/duhu>r/ merupakan bentuk jamak (plural) dari kata ةهيس /dahr/ (Munawwir,

1997: 427).

Adapun dalam BSa, kata ةهيوز /duhu>r/ diterjemahkan menjadi frasa yang

merupakan gabungan dua kata, yaitu perputaran dan waktu. Frasa adalah

satuan gramatikal yang berupa gabungan kata dengan kata yang sifatnya tidak

predikatif atau non predikatif (Sukini, 2010: 20-21). Berdasarkan kelas

katanya, frasa ‘perputaran waktu’ merupakan golongan frasa nominal yaitu

frasa yang memiliki distribusi yang sama dengan nomina atau kata benda.

Oleh karena itu, penerjemahan di atas mengalami pergeseran unit yaitu

pergeseran dari kata ةهييوز /duhu>r/ dalam BSu menjadi frasa ‘perputaran

waktu’ dalam BSa.

d. Pergeseran intra-sistem (intrasystem shift)

Pergeseran intra sistem merupakan pergeseran yang terjadi pada

kasus-kasus yang melibatkan sistem internal pembentukan bahasa dalam

terjemahan (Catford, 1965: 79). Contohnya seperti pembentukan kata tunggal

dan kata jamak, peoples often think negative about him diterjemahkan menjadi

‘orang sering berpikir negatif tentang dia’ (Mustaqim, 2011). Pada penelitian

ini, contoh data sebagai berikut:

BSu زسبئمن رحمهم

Hal tachammal li> rasa>ili (Al-Barzanji, tt: 167)

BSa Apakah engkau mau membawa surat!

Page 31: BAB II TEKNIK DAN METODE DALAM PENERJEMAHAN · 37 BAB II TEKNIK DAN METODE DALAM PENERJEMAHAN SYI‘RU MACHALLIL QIYA>M A. Teknik Penerjemahan Syi‘ru Machallil Qiya>m Teknik penerjemahan

67

Tabel 39. Contoh teknik pergeseran intra-sistem dalam SMQ

Pada tabel 39, terdapat pergeseran kategori berupa pergeseran intra-

sistem. Kata زسيبئم /rasa>il/ (BSu) merupakan bentuk jamak dari kata زسيبنخ

/risa>lah/ (Munawwir, 2007: 878), sementara padanannya dalam BSa adalah

‘surat’ yang berbentuk tunggal. Dengan demikian, pergeseran yang terjadi

dapat digambarkan sebagai berikut: زسيبئم /rasa>il/ (jamak) menjadi ‘surat’

(tunggal).

B. Metode Penerjemahan Syi‘ru Machallil Qiya>m

Unit terkecil dari teks yang diterjemahkan, atau sering disebut teknik

penerjemahan dipengaruhi oleh metode penerjemahan. Untuk mengetahui metode

yang digunakan dalam terjemahan SMQ pada penelitian ini, maka dapat dilakukan

analisis terhadap teknik penerjemahan yang digunakan. Jadi, secara logis, metode dan

teknik harus berjalan secara harmonis dalam satu teks (Handayani, 2009: 83).

Berdasarkan pada tabel 12, teknik yang cenderung terhadap BSu sejumlah 3

teknik: (1) kalke, (2) literal, (3) peminjaman. Dari 73 data terdapat 24 data (32,8%)

data yang diterjemahkan dengan menggunakan ketiga teknik tersebut. Sisanya

diterjemahkan dengan menggunakan teknik yang cenderung terhadap BSa, seperti:

(1) adaptasi, (2) deskripsi, (3) generalisasi, (4) partikularisasi, (5) penambahan, (6)

penghilangan, (7) pergeseran. Dari 73 data tersebut terdapat 49 data (67,1%) data

yang diterjemahkan dengan menggunakan kedelapan teknik tersebut.

Page 32: BAB II TEKNIK DAN METODE DALAM PENERJEMAHAN · 37 BAB II TEKNIK DAN METODE DALAM PENERJEMAHAN SYI‘RU MACHALLIL QIYA>M A. Teknik Penerjemahan Syi‘ru Machallil Qiya>m Teknik penerjemahan

68

Karena penerjemahan SMQ didominasi dengan teknik-teknik yang menekankan

pada BSa, maka metode yang digunakan penerjemah untuk menerjemahkan syi‘r ini

cenderung terhadap bahasa sasaran. Dengan demikian, dari ke delapan metode

penerjemahan, metode yang paling mewakili penerjemahan SMQ adalah metode

penerjemahan bebas. Di bawah ini ditampilkan tabel yang menjelaskan metode

penerjemahan yang sesuai dengan teknik penerjemahan yang diterapkan dalam

menerjemahkan SMQ:

No Nama Teknik

Penerjemahan Jumlah

Persentase

(%) Nama Metode Penerjemahan

1 Adaptasi 2 2,7 Penerjemahan komunikatif

2 Deskripsi 4 5,5 Penerjemahan bebas

3 Generalisasi 3 4,1 Penerjemahan bebas

4 Partikularisasi 1 1,4 Penerjemahan bebas

5 Kalke 10 13,7 Penerjemahan literal

6 Literal 12 16,4 Penerjemahan literal

7 Peminjaman 4 5,5 Penerjemahan kata demi kata

8 Penambahan 13 17,8 Penerjemahan bebas

9 Pengurangan 2 2,7 Penerjemahan bebas

10 Pergeseran 22 30,2 Penerjemahan bebas

Tabel 40. Metode penerjemahan dalam SMQ

Berdasarkan tabel 40, maka metode penerjemahan dapat digolongkan menjadi

dua, yaitu metode penerjemahan yang berorientasi pada BSu dan metode

penerjemahan yang berorientasi pada BSa. Di bawah ini dijelaskan kedua klasifikasi

metode penerjemahan tersebut:

B.1 Berdasarkan penekanan pada bahasa Sumber

Page 33: BAB II TEKNIK DAN METODE DALAM PENERJEMAHAN · 37 BAB II TEKNIK DAN METODE DALAM PENERJEMAHAN SYI‘RU MACHALLIL QIYA>M A. Teknik Penerjemahan Syi‘ru Machallil Qiya>m Teknik penerjemahan

69

Berdasarkan penekanan pada BSu, terdapat empat jenis metode

penerjemahan, meliputi metode penerjemahan kata demi kata, literal, setia, dan

semantis. Adapun dalam penelitian ini, metode penerjemahan yang lebih

menekankan pada BSu hanya ditemukan dua metode yaitu metode penerjemahan

kata demi kata dan literal.

B.1.1 Metode penerjemahan kata demi kata

Penerjemahan kata demi kata sering kali digambarkan sebagai

terjemahan antar baris dengan BSa berada langsung di bawah kata-kata

BSu (Newmark, 1998: 45). Metode penerjemahan kata demi kata berfokus

pada kata demi kata BSu, dan sangat terikat pada tataran kata. Pada

penelitian SMQ, contoh data sebagai berikut:

BSu ب يحد Ya> Muhammad (Al-Barzanji, tt: 166)

BSa Wahai Muhammad (Yasin, 2001: 103)

Ya> Muhammad

Wahai Muhammad

Tabel 41. Contoh metode penerjemahan kata demi kata

Pada tabel 41, teknik yang digunakan dalam menerjemahkan kalimat

di atas adalah teknik literal sehingga dapat diketahui metode

penerjemahan yang digunakan yaitu metode penerjemahan kata demi kata.

Kata demi kata dalam kalimat di atas diterjemahkan secara langsung.

B.1.2 Metode penerjemahan literal

Page 34: BAB II TEKNIK DAN METODE DALAM PENERJEMAHAN · 37 BAB II TEKNIK DAN METODE DALAM PENERJEMAHAN SYI‘RU MACHALLIL QIYA>M A. Teknik Penerjemahan Syi‘ru Machallil Qiya>m Teknik penerjemahan

70

Penerjemahan literal dilakukan dengan mengalihkan konstruksi

gramatika BSu ke dalam konstruksi BSa yang memiliki padanan paling

dekat. Unsur leksikal yang ada tetap diterjemahkan satu per satu, di luar

konteks (Newmark, 1998: 46). Pada penelitian SMQ, contoh data sebagai

berikut:

BSu سعد عجد قد رهي Sa’ida ‘abdun qad tamalla> (Al-Barzanji, tt: 168)

BSa Sangat berbahagia seorang hamba yang mendapat kegembiraan

(Yasin, 2001: 106) Tabel 42. Contoh metode penerjemahan literal

Pada tabel 42, teknik yang digunakan dalam menerjemahkan kalimat

di atas adalah teknik literal sehingga dapat diketahui metode

penerjemahan yang digunakan yaitu metode penerjemahan literal.

Konstruksi gramatika BSu ke dalam konstruksi BSa dialihkan dengan

padanan paling dekat.

B.2 Berdasarkan penekanan pada bahasa Sasaran

Berdasarkan penekanan pada BSa, terdapat empat jenis metode penerjemahan,

meliputi metode penerjemahan adaptasi, bebas, komunikatif, dan idiomatik. Pada

penelitian ini hanya ditemukan dua metode penerjemahan yang berorientasi pada

bahasa sasaran yaitu metode penerjemahan bebas dan komunikatif.

B.2.1 Metode penerjemahan bebas

Page 35: BAB II TEKNIK DAN METODE DALAM PENERJEMAHAN · 37 BAB II TEKNIK DAN METODE DALAM PENERJEMAHAN SYI‘RU MACHALLIL QIYA>M A. Teknik Penerjemahan Syi‘ru Machallil Qiya>m Teknik penerjemahan

71

Metode penerjemahan bebas tidak terikat dengan pencarian padanan

pada tataran kata atau kalimat. Dalam hal ini, penerjemah mereproduksi

isi semata tanpa mengindahkan bentuk (Newmark, 1998: 47, Al-Farisi,

2011: 56). Pada penelitian SMQ, contoh data sebagai berikut:

BSu ث دك

Baina yadaika (Al-Barzanji, tt: 167)

BSa Menghadapmu (Yasin, 2001: 104)

Tabel 43. Contoh metode penerjemahan bebas

B.2.2 Metode penerjemahan komunikatif

Metode penerjemahan komunikatif ini berupaya mengungkapkan

makna kontekstual bahasa sumber secara tepat. Pengungkapan dilakukan

dengan cara-cara tertentu sehingga isi dan bahasanya berterima dan mudah

dipahami pembaca sasaran. Hasil terjemahan diupayakan mempunyai

bentuk, makna, dan fungsi yang selaras dalam bahasa sasaran (Newmark,

1998: 47). Pada penelitian SMQ, contoh data sebagai berikut:

BSu يسحجب ب يسحجب

Marchaban ya> marchaban (Al-Barzanji, tt: 166)

BSa Selamat datang, selamat datang (Yasin, 2001: 102)

Tabel 44. Contoh metode penerjemahan komunikatif