bab ii teknik dan metode dalam penerjemahan · 37 bab ii teknik dan metode dalam penerjemahan...
TRANSCRIPT
37
BAB II
TEKNIK DAN METODE DALAM PENERJEMAHAN
SYI‘RU MACHALLIL QIYA>M
A. Teknik Penerjemahan Syi‘ru Machallil Qiya>m
Teknik penerjemahan merupakan suatu proses penerjemahan kalimat dan
unit-unit terjemah yang lebih kecil. Teknik penerjemahan berlaku untuk kalimat
dan satuan-satuan bahasa yang lebih kecil, seperti klausa, frasa dan kata (Machali,
2009: 92). Pada penelitian ini, pembahasan dianalisis berdasarkan teori Molina
dan Albir (2002) sebagaimana yang telah dijelaskan dalam bab satu. Selain itu,
penelitian ini juga menggunakan teori-teori lain sebagai penunjang dalam analisis
data, seperti teori Catford (1965) yang fokus dalam membahas teknik pergeseran
(shift) meliputi pergeseran struktur, pergeseran kelas kata (nomina menjadi verba
dan verba menjadi nomina), pergeseran unit, dan pergeseran intra-sistem.
Pada penelitan ini, data berjumlah 73 data. Adapun data tersebut berupa kata,
frasa, dan kalimat yang terdapat pada SMQ. Data penelitian berupa kata
berjumlah 31 data, frasa 21 data, dan kalimat 21 data.
Selanjutnya, data penelitian yang telah dianalisis ditemukan 10 teknik
penerjemahan, meliputi teknik adaptasi, deskripsi, generalisasi, partikularisasi,
kalke, literal, peminjaman, pergeseran, penambahan, dan pengurangan. Teknik
yang paling banyak digunakan adalah teknik pergeseran dengan jumlah data 22.
Hal ini dikarenakan penerjemah banyak mengubah struktur kalimat BSu dengan
37
38
tujuan lebih diterima oleh pembaca karena sesuai kebiasaan sebagai pengguna
BSa. Adapun teknik yang paling sedikit digunakan adalah teknik partikularisasi
dengan jumlah data 1 (satu), kemudian teknik pengurangan dan adaptasi
berjumlah 2 (dua) data karena teknik-teknik tersebut berkaitan dengan budaya dan
istilah budaya yang terdapat dalam syi‘r tidak begitu banyak sehingga data yang
ditemukan pun hanya sedikit. Berikut tabel yang menjelaskan teknik
penerjemahan dan jumlah data yang digunakan:
No Teknik Jumlah total %
1 Adaptasi 2 2,7
2 Deskripsi 4 5,5
3 Generalisasi 3 4,1
4 Partikularisasi 1 1,4
5 Kalke 10 13,7
6 Literal 12 16,4
7 Peminjaman 4 5,5
8 Penambahan 13 17,8
9 Pengurangan 2 2,7
10 Pergeseran 22 30,2
Total 73 100
Tabel 12. Teknik penerjemahan dan jumlah data yang digunakan
1. Teknik Adaptasi
Adaptasi merupakan pengupayaan padanan kultural antara dua situasi
tertentu. Beberapa ungkapan kultural yang konsepnya tidak sama antara BSu
dan BSa memerlukan adanya adaptasi. Menurut Baker (2011: 29) teknik
adaptasi merupakan teknik penerjemahan dengan melibatkan istilah budaya
39
BSu digantikan dengan istilah budaya BSa yang memiliki pengaruh yang
sama terhadap pembaca sasaran. Sebagai contoh, salam resmi pembuka surat
dalam bahasa Inggris yang menggunakan dear sir diterjemahkan menjadi
‘dengan hormat’ dalam bahasa Indonesia, bukan ‘tuan yang terhormat’ (Hoed
dalam Machali, 2009: 101-102). Dear sir dalam bahasa Inggris diterjemahkan
menjadi as Monsier dalam bahasa Perancis (Newmark, 1998: 91).
Pada penelitian SMQ (BSu) terdapat data yang menggunakan teknik
adaptasi. Teknik ini dilakukan oleh penerjemah dengan cara mengalihkan
unsur budaya BSu ke dalam unsur budaya BSa yang memiliki sifat dan
karakteristik yang sepadan. Berikut contoh data yang menggunakan teknik
adaptasi.
BSu …ث دك
…Baina yadaika (Al-Barzanji, tt: 167)
BSa …Menghadapmu (Yasin, 2001: 104)
Tabel 13. Contoh (1) teknik adaptasi dalam SMQ
Pada tabel 13, penerjemah menggunakan teknik adaptasi. Frasa ثي
:baina yadaika/ diterjemahkan menjadi ‘menghadapmu’ (Yasin, 2001/ يدك
104). Ungkapan baina yadaika biasa dipakai dalam BSa dengan
diterjemahkan menjadi menghadapmu. Jika frasa ثي يدك /baina yadaika/
diterjemahkan secara literal sehingga menjadi ‘di antara kedua tanganmu’,
dalam BSa menjadi tidak berterima, oleh karena itu digunakan teknik adaptasi
sebagai gantinya. Dengan demikan, frasa ثي يدك /baina yadaika/ dalam BSu
40
disepadankan dengan ‘menghadapmu’ yang sesuai dengan ungkapan kultural
BSa. Contoh penggunaan teknik adaptasi berikutnya terdapat pada tabel di
bawah ini:
BSu انعش وانجكوزهبرك انبشل ف حو
Nachwa ha>ti>kal-mana>zil fil-‘asyiyyi wal-buku>ri (Al-Barzanji, tt:
167)
BSa Pada suatu arah tujuannya yang jauh, di kala pagi dan petang
(Yasin, 2001: 105) Tabel 14. Contoh (2) teknik adaptasi dalam SMQ
Pada tabel 14, penerjemah menggunakan teknik adaptasi. Frasa انعش
’al-‘asyiyyu wal-buku>ru/ diterjemahkan menjadi ‘pagi dan petang/ وانجكيوز
(Yasin, 2001: 105). Frasa /al-‘asyiyyu wal-buku>ru/ apabila diterjemahkan
secara literal menjadi ‘petang dan pagi’, namun, penerjemah kemudian
mengganti posisinya atau urutannya karena dalam BSa ‘petang dan pagi’ tidak
biasa digunakan dalam komunikasi mereka. Dengan demikan, terjemahan
frasa انعش وانجكيوز /al-‘asyiyyu wal-buku>ru/ dalam BSu disepadankan dengan
‘pagi dan petang’ yang sesuai dengan ungkapan kultural BSa sebagaimana
frasa ني وايبزا /lailan wa naha>ran/ diterjemahkan menjadi siang dan malam
bukan malam dan siang.
2. Teknik Deskripsi
Teknik deskripsi merupakan teknik penerjemahan yang dilakukan
dengan cara mengganti suatu ungkapan atau istilah tertentu dengan
mendeskripsikan bentuk dan fungsinya (Molina dan Albir, 2002: 11, Al-
41
Farisi, 2001: 80). Teknik deskripsi sama seperti teknik padanan deskriptif
(descriptive equivalent) yaitu teknik yang berusaha mendeskripsikan makna
atau fungsi dari kata BSu. Teknik ini dilakukan karena kata BSu tersebut
sangat terkait dengan budaya khas BSu (Newmark, 1988: 83-84, Suryawinata,
2003: 73). Sebagai contoh, kata Samurai diterjemahkan menjadi ‘aristokrat
Jepang pada abad XI sampai XIX yang menjadi pegawai pemerintahan’, اثي
ibnu labu>n/ diterjemahkan menjadi ‘anak unta jantan yang berumur 2/ نجيو
tahun’.
Teknik deskripsi dilakukan dengan cara memberikan gambaran atau
penjelasan pada kata BSu sesuai dengan makna dan fungsinya. Pada
penelitian SMQ (BSu), berikut ini ditampilkan data yang menggunakan teknik
deskripsi:
BSu انحسجد نس اشكي يك اص قظ ب
Laisa azka> minka ashlan qath-thu ya> jaddal-chusaini (Al-
Barzanji, tt: 168)
BSa
Tiada orang lagi yang lebih suci dari pada kamu sama sekali.
Wahai kakeknya Hasan dan Husain (anaknya Sayidah Fatimah
Az-Zahra putri Rasulullah) (Yasin, 2001: 104)
Tabel 15. Contoh (1) teknik deskripsi dalam SMQ
Pada tabel 15, penerjemah mencoba memberi gambaran
kepada pembaca apa yang dimaksud dengan kata انحسيي /al-chusain/
(Yasin, 2001: 104) yang diterjemahkan menjadi ‘Hasan dan Husain’.
Pada kata انحسيييي /al-chusain/ tidak diterjemahkan dengan ‘dua
Chusain’ tetapi diterjemahkan dengan memberikan penjelasan atau
42
mendeskripsikan makna kata tersebut sehingga menjadi ‘anaknya
Sayidah Fatimah Az-Zahra putri Rasulullah’. Pembaca mendapatkan
informasi penjelasan tentang istilah asing tersebut khususnya pada
kata /chusain/. Berikut contoh data selanjutnya yang menggunakan
teknik deskripsi:
BSu إال انك ثبنسسىب نعس حذ أيب ز
Ma> ra’ainal-‘i>sa channat bis-surra> illa> ilaika (Al-Barzanji, tt: 167)
BSa
Dan kami belum pernah melihat seekor unta yang minta kasih
sayang. Dengan berjalan di malam hari (isra’mi’raj) kecuali unta
yang pernah datang kepada tuan (Yasin, 2001: 104)
Tabel 16. Contoh (2) teknik deskripsi dalam SMQ
Pada tabel 16, kata انسييييسى /as-sura>/ (Yasin, 2001: 104)
diterjemahkan menjadi ‘berjalan di malam hari (isra’ mi’raj)
menunjukkan adanya pengunaan teknik deskripsi. Dalam bahasa
Arab, kata انسيييسى /as-sura>/ berarti ‘berjalan’ (Ba‘albaki, 2006: 462)
kemudian diterjemahkan dengan memberikan penjelasan atau
mendeskripsikan makna kata /as-sura>/ yang memiliki arti khusus
tersendiri yaitu berjalan tetapi di saat malam hari sehingga menjadi
‘berjalan di malam hari (isra’ mi’raj)’. Kata isra’ mi’raj sendiri
dihadirkan untuk memberikan gambaran bahwa berjalan di malam
hari disebut dengan isra’ mi’raj.
43
3. Teknik Generalisasi
Teknik generalisasi adalah teknik penerjemahan dengan menggunakan
istilah yang lebih umum atau netral. Hal tersebut dilakukan karena BSa tidak
memiliki padanan yang spesifik. Adapun Baker (2011: 23) menyebutnya
dengan translation by a more general word (superordinate). Contoh:
devanture dalam bahasa Perancis diterjemahkan menjadi window dalam
bahasa Inggris (Molina dan Albir, 2002: 510).
Pada penelitian SMQ (BSu) terdapat data yang menggunakan teknik
generalisasi. Pada teknik ini, penerjemah menerjemahkan kata atau frasa
dengan menggunakan istilah yang lebih umum. Berikut data yang
menunjukkan penggunaan teknik generalisasi:
BSu انججفك ب ثبهي
Fi>ka ya> ba>hil-jabi>ni (Al-Barzanji, tt: 167)
BSa Hai Nabi yang memiliki keindahan wajah (Yasin, 2001: 105)
Tabel 17. Contoh (1) teknik generalisasi dalam SMQ
Pada tabel 17, kata انججي /al-jabi>nu/ diterjemahkan menjadi ‘wajah’.
Kata انججييي /al-jabi>nu/ yang berarti ‘dahi’ (Munawwir, 1997: 166)
diterjemahkan menjadi ‘wajah’ menunjukkan penerjemah menggunakan
teknik generalisasi. Kata ‘dahi’ merupakan bagian dari wajah dan penerjemah
memilih menerjemahkan dengan kata ‘wajah’ sebagai istilah yang lebih
umum atau memilih kata generalnya. Jika disandingkan dengan kata ثيبهي
44
/ba>hi/ ‘yang memiliki keindahan’, maka pemilihan ‘wajah’ merupakan
pemilihan yang tepat oleh penerjemah sehingga pesan atau informasi BSu
menjadi tersampaikan. Apabila diterjemahkan secara literal maka menjadi
‘Hai Nabi yang memiliki keindahan dahi’. Penerjemahan ini akan terasa kaku,
karena untuk memuji seseorang biasanya yang diutamakan adalah wajahnya.
Dengan demikian, penggunaan teknik generalisasi yakni pemilihan kata
generik ‘wajah’ dibanding kata spesifik ‘dahi’ dinilai lebih tepat untuk
menerjemahkan kalimat di atas. Contoh data selanjutnya yang juga
menggunakan teknik generalisasi, yaitu:
BSu انسئبد واغفس ع Waghfir ‘anni>s-sayyia>ti (Al-Barzanji, tt: 168)
BSa Dan ampunilah semua dosa-dosaku (Yasin, 2001: 107)
Tabel 18. Contoh (2) teknik generalisasi dalam SMQ
Pada tabel 18, kata انسيئبد /as-sayyia>t/ diterjemahkan menjadi ‘dosa-
dosa’. Kata انسيئبد /as-sayyia>t/ merupakan bentuk plural atau jamak dari kata
خانسييئ /as-sayyiah/ yang berarti ‘kejelekan’ (Munawwir, 1997: 166) yang
kemudian diterjemahkan menjadi ‘dosa’. Adapun dosa, dalam bahasa Arab
biasanya lebih condong menggunakan kata ذييت /dzanb/. Kata خانسييئ /as-
sayyiah/ dalam Mu’jam Al-Wasith (2004: 460) berarti /ash-shaghi>r minadz-
dzunu>bi/ yaitu dosa kecil. Berdasarkan pengertian tersebut, maka kata انسيئبد
/as-sayyia>t/ dapat digolongkan menjadi hiponim dari رتانيي /adz-dzanbu/.
45
Dengan demikian, pemilihan kata ‘dosa’ sebagai terjemahan dari انسيئبد /as-
sayyia>t/ merupakan salah satu bentuk pengunaan teknik generalisasi karena
kata atau istilah yang yang dipilih adalah kata yang lebih umum.
4. Teknik Partikularisasi
Teknik partikularisasi adalah teknik penerjemahan dengan
menggunakan istilah yang lebih khusus atau spesifik. Teknik ini merupakan
lawan dari teknik generalisasi. Contoh: window dalam bahasa Inggris
diterjemahkan menjadi devanture dalam bahasa Perancis (Molina dan Albir,
2002: 510). Pada penelitian ini, berikut contoh data yang menggunakan teknik
partikularisasi:
BSu إكسسأذ Anta iksi>run (Al-Barzanji, tt: 168)
BSa Engkau laksana emas murni (Yasin, 2001: 103)
Tabel 19. Contoh teknik partikularisasi dalam SMQ
Pada tabel 19, kata إكسييس /iksi>run/ diterjemahkan menjadi ‘emas
murni’. Kata إكسيس /iksi>run/ dalam kamus al-Wasith (2004: 22) berarti ييبةح
ma>ddatun murakkabatun/ yang berarti ‘bahan logam’. Dengan/ يسكجييخ
demikian, kata إكسيس /iksi>run/ dalam BSu diterjemahkan menjadi ‘emas
murni’ menunjukkan penerjemah menggunakan teknik partikularisasi. ‘emas
murni’ merupakan bagian dari ‘bahan logam’ dan penerjemah memilih
46
menerjemahkan dengan kata ‘emas murni’ sebagai istilah yang lebih spesifik
dari bahan logam.
5. Teknik Kalke
Teknik kalke adalah teknik yang digunakan pada tataran frasa. Frasa
BSu diterjemahkan secara literal ke BSa dengan menyesuaikan karakter
bahasanya (Molina dan Albir, 2002: 510). Misal, dalam bahasa Inggris frasa
beautiful girl diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi ‘gadis
cantik’. Perbedaan pola diantara kedua bahasa tersebut terlihat dengan
berubahnya pola MD (menerangkan diterangkan) menjadi DM (diterangkan
menerangkan) dalam bahasa Indonesia. Adapun dalam bahasa Arab, Al-Farisi
(2011: 78) mencontohkan frasa انعم انصبنح /al-‘amalus-sha>lih/ diterjemahkan
menjadi ‘amal saleh’. Frasa انعم انصيبنح /al-‘amalus-sha>lih/ yang berpola DM
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan pola yang sama sehingga
menjadi ‘amal saleh’. Berikut contoh data yang menunjukkan penggunaan
teknik kalke:
BSu انوصف انحسفهك
Falakal-washful-chasi>nu (Al-Barzanji, tt: 168)
BSa Hanya untukmu semua sifat yang baik (Yasin, 2001: 103)
Tabel 20. Contoh teknik kalke dalam SMQ
47
Pada tabel 20, frasa انحسيانوصيف /al-washful-chasi>nu/ dalam BSu
diterjemahkan dengan pola yang sama dalam BSa menjadi ‘semua sifat yang
baik’. Frasa, dalam bahasa Arab disebut dengan عجيبزح /‘iba>rah/. Al-‘iba>rah
hiya majmu>’atu kalima>tin du>na fi’lin wafa>’ilihi aw du>na mubtadain wa
khabarihi (Al-Khuli, 1982: 215). Frasa adalah kelompok kata tanpa fi’l (P)
dan fa>’il-nya (S) atau tanpa mubtada (S) dan khabar (P).
Frasa انوصييف انحسيي /al-washful-chasi>nu/ merupakan konstruksi
shifah dan maushu>f. Shifah merupakan unsur yang menjelaskan sifat dari
sesuatu tertentu sedangkan maushu>f adalah unsur yang menjelaskan sesuatu
tertentu (Al-Ghulayaini, 2009: 73). Pada frasa tersebut, kata انوصييف /al-
washfu/ sebagai maushu>f dan انحس /al-chasi>nu/ sebagai shifah.
Adapun pada frasa ‘semua sifat yang baik’, berdasarkan distribusi
unsur-unsurnya termasuk dalam golongan frasa endosentrik atributif (Sukini,
2010: 25). Frasa endosentrik atributif adalah frasa yang terdiri atas unsur-
unsur yang kedudukannya tidak setara, unsur yang satu bergantung pada
unsur yang lain. Kata ‘semua sifat’ sebagai unsur pusat atau unsur yang
diterangkan (D) sedangkan ‘yang baik’ sebagai unsur penjelas atau unsur
yang menerangkan (M). Dengan demikian, frasa انوصيف انحسي /al-washful-
chasi>nu/ dalam BSu diterjemahkan dengan pola yang sama dalam BSa
menjadi ‘semua sifat yang baik’. Hal ini menunjukkan bahwa penerjemah
dalam menerjemahkan frasa انحسي /al-washful-chasi>nu/ menggunakan teknik
kalke yaitu frasa diterjemahkan secara literal ke dalam BSa dan memiliki pola
48
yang sama. Pola yang sama antara BSu dan BSa dapat digambarkan sebagai
berikut:
/al-washfu al-chasi>nu/ semua sifat yang baik
Maushu>f Shifah D M
6. Teknik Literal
Teknik literal digunakan pada tataran klausa atau kalimat kemudian
klausa diterjemahkan secara kata demi kata. Fernandes menyebutnya dengan
teknik rendition. Emzir (2015: 66) menyebutkan bahwa teknik literal
merupakan pemindahan langsung dari sebuah teks BSu ke dalam teks BSa
yang sesuai secara gramatikal dan idiomatik. Nababan (2003: 33) menjelaskan
teknik literal dalam contoh berikut:
BSu
His heart is in the eight place
BSa Hatinya berada di tempat yang benar
Tabel 21. Contoh teknik literal
Berdasarkan contoh tersebut, teknik literal mungkin mula-mula
diterjemahkan secara kata demi kata namun kemudian penerjemah
menyesuaikan susunan kata dalam kalimat terjemahannya yang sesuai dengan
susunan kata dalam bahasa sasaran (BSa). Seperti contoh di atas, kalimat
bahasa Inggris tersebut pertama-tama diterjemahkan kata demi kata menjadi
‘Kepunyaannya hati adalah dalam itu benar tempat’, namun dalam BSa tidak
berterima sehingga susunan kata dalam kalimat tersebut disesuaikan dengan
susunan kata BSa menjadi ‘Hatinya berada di tempat yang benar’.
49
Pada penelitian ini, penggunaan teknik literal berkaitan erat dengan
bentuk kalimat antar BSu dan BSa. Penggunaan teknik literal pada SMQ,
bentuk kalimat BSu mayoritas berbentuk jumlah ismiyyah atau kalimat
nominal. Hal ini disebabkan struktur BSu memiliki kesepadanan dengan
struktur BSa sehingga dapat diterjemahkan langsung kata demi kata. Ramlan
(2001:129) menjelaskan kalimat nominal adalah kalimat yang predikatnya
terdiri dari kata atau frasa golongan nominal. Al-Khuli (1982: 184)
menyepadankan kalimat nominal dengan istilah jumlah ismiyyah yaitu kalimat
yang diawali dengan nomina. Karena bentuk kalimat BSu dan BSa sama,
sehingga sangat dimungkinkan adanya penggunaan teknik literal. Adapun
contoh penerapan teknik literal pada SMQ, sebagai berikut:
BSu وان صهوا عهك
Wal-mala> shallu> ‘alaika (Al-Barzanji, tt: 167)
BSa Sementara itu, para malaikat bersholawat untukmu (Yasin, 2001:
104)
Tabel 22. Contoh teknik literal dalam SMQ
Contoh pada tabel 22, عهييك وانيي صييهوا /Wal-mala> shallu> ‘alaika/
diterjemahkan menjadi ‘Sementara itu, para malaikat bersholawat untukmu’
(Yasin, 2001: 104). Kalimat BSu memiliki pola urutan kata yang sama dengan
pola urutan kata BSa dan bentuk kalimat juga sama yaitu kalimat nominal.
Kalimat nominal BSu ditandai dengan pengisi S berupa ism jamak اني /al-
mala/. Kalimat BSu berpola S-P-K kemudian diterjemahkan ke dalam BSa
dengan pola yang sama juga yaitu S-P-K. Kemudian, dilihat dari pola urutan
50
kata (word order) pada BSu dan BSa juga terlihat relatif sama. Sebagaimana
dapat digambarkan dalam keterangan dibawah ini:
BSu Wal-mala>
shallu> >
‘alaika
BSa Sementara itu, para malaikat bersholawat untukmu
Dengan demikian, pada kalimat tersebut, dalam penerjemahnnya menggunakan
teknik literal karena kata demi kata dipindahkan atau diterjemahkan secara
langsung dari BSu ke dalam BSa.
7. Teknik Peminjaman
Teknik peminjaman adalah teknik penerjemahan dengan meminjam
kata atau ungkapan langsung dari BSu (Molina dan Albir, 2002: 510).
Menurut Molina dan Albir, peminjaman ada dua macam, yaitu peminjaman
murni dan alamiah. Peminjaman murni adalah peminjaman secara langsung
tanpa penyesuaian. Contoh ethanol dalam bahasa Inggris diterjemahkan
menjadi ethanol dalam bahasa Indonesia. Adapun peminjaman alamiah yaitu
peminjaman yang sudah dinaturalisasi dengan penyesuaian pada ejaan
ataupun pelafalan, contohnya candidate dalam bahasa Inggris diterjemahkan
menjadi ‘kandidat’ dalam bahasa Indonesia (Handayani, 2009: 66).
Terdapat tiga data yang menggunakan teknik peminjaman. Teknik ini
dilakukan dengan cara meminjam kata atau ungkapan dari BSu. Pada teknik
peminjaman, sudah pasti semua istilah akurat karena penerjemah tidak
menerjemahkannya ke dalam BSa. Pada penelitian ini hanya ditemukan
51
peminjaman murni. Berikut data yang menunjukkan penggunaan teknik
peminjaman murni:
No BSu BSa
صهواد 1Shalawa>t
Shalawat
2 Nabi>
Nabi
زسول 3Rasu>l
Rasul
Tabel 23. Contoh teknik peminjaman dalam SMQ
Pada tabel 23, data tersebut termasuk dalam peminjaman murni karena
kata shalawa>t, nabi>, dan rasu>l dipinjam secara langsung. Pada peminjaman
murni tidak dilakukan perubahan apapun. Pada teknik peminjaman biasanya
kata BSu tersebut, selanjutnya bisa menjadi bagian dari kata BSa.
8. Teknik Penambahan
Teknik penambahan berarti menambahkan kata atau beberapa kata
guna memperjelas pesan dalam BSu. Teknik penambahan digunakan untuk
memberikan kejelasan makna BSu sehingga pada BSa akan mengalami
penambahan kata atau beberapa kata. Contoh,
BSu وزاء انسجم انسأحف انشسق رشي
Fisy-syarqi tamsyil-mar’atu wara>ar-rajuli
BSa Di Timur kaum wanita berjalan di belakang laki-laki
Tabel 24. Contoh teknik penambahan
52
Pada contoh dalam tabel 24, kata انييسأح /al-mar’atu/ dalam BSu
terjadi penambahan kata ‘kaum’ yang berfungsi untuk menunjukkan jumlah
banyaknya wanita dalam konteks kalimat tersebut. Kata انيسأح /al-mar’atu/
yang berarti ‘wanita’ (Baalbaki, 2006: 852) kemudian oleh penerjemah
diberikan kejelasan maknanya sehingga dihadirkan tambahan kata yaitu
dengan menambahkan kata ‘kaum’ (Fahimuddin, 2015: 27).
Menurut Suryawinata (2003: 67, 74) terdapat dua jenis teknik
penambahan yaitu penambahan secara struktural dan semantis. Penambahan
secara struktural merupakan penambahan kata-kata di dalam BSa karena
faktor struktur dari BSa itu sendiri sedangkan penambahan secara semantis
dilakukan untuk memberikan kejelasan makna dalam BSa.
Pada penelitian SMQ (BSu) terdapat penggunaan teknik
penambahan. Teknik penambahan yang terdapat pada data dalam penelitian
ditemukan 2 (dua) jenis yaitu penambahan secara struktural dan penambahan
secara semantis.
a. Penambahan secara struktural
Contoh data pada penelitian yang menggunakan teknik penambahan
secara struktural, sebagai berikut:
BSu انظج انفوزعدك
‘Indakaz-zabyun-nufu>ri (Al-Barzanji, tt: 167)
BSa Di sisimu ada seekor kijang yang lari (Yasin, 2001: 104) Tabel 25. Contoh teknik penambahan secara struktural dalam SMQ
53
Pada tabel 25, kalimat انظجيي انفييوزعييدك /‘Indakaz-zabyun-nufu>ri/
terdapat penambahan berupa kata ‘ada’ dan ‘seekor’. Penambahan ini
dilakukan agar struktur BSa dapat diterima. Jika diterjemahkan secara literal
maka menjadi ‘di sisimu kijang lari’, struktur kalimat tersebut dalam BSa
tidak berterima bahkan akan muncul ambiguitas. Dengan demikian, pemilihan
tambahan kata ‘ada’ dan ‘seekor’ menjadikan kalimat BSa dapat diterima oleh
pembaca dan dapat dipahami dengan jelas.
b. Penambahan secara semantis
Penambahan secara semantis merupakan teknik penambahan dengan
memberikan informasi baru pada BSa. Pada teknik ini kemudian dibagi ke
dalam 3 (tiga) bentuk, yaitu penambahan berupa kata, frasa, dan klausa.
1. Penambahan berupa kata
Pada SMQ ditemukan penambahan berupa kata (nomina). Contoh
data, sebagai berikut:
BSu س و عهك حجتب
Ya> chabi >b sala>m ‘alaika (Al-Barzanji, tt: 166)
BSa Wahai kekasih Allah keselamatan hanya untukmu (Yasin, 2001:
102)
Tabel 26. Contoh teknik penambahan secara semantis berupa kata dalam
SMQ
Pada tabel 26, penerjemah menggunakan teknik penambahan. Kata
chabi>b/ diterjemahkan dengan menambahkan kata ‘Allah’ sehingga/ حجيت
54
diterjemahkan menjadi ‘kekasih Allah’. Kata حجيييت /chabi>b/ sendiri
sebenarnya hanya berarti ‘kekasih’ (Munawwir, 1997: 229), tidak ada arti
yang menunjukkan kata ‘Allah’ pada BSu. Penambahan ini dimaksudkan
untuk memperjelas pesan penulis teks sumber bahwa hubungan yang terdapat
pada konteks kalimat ini adalah hubungan vertikal yaitu hubungan antara
Tuhan dan hambaNya. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka bentuk
penambahan ini berupa kata (nomina) yaitu ‘Allah’.
2. Penambahan berupa frasa
Pada SMQ ditemukan penambahan berupa frasa (frasa depan). Contoh
data, sebagai berikut:
BSu عد رحسس انسطوز وص ح هللا رغشب
Wa shala>tul-La>hi taghsya> ‘adda tachri>ris-suthu>ri (Al-Barzanji, tt:
169)
BSa Semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmatNya kepada Nabi
Muhammad saw sebanyak jumlah tulisan (Yasin, 2001: 108)
Tabel 27. Contoh teknik penambahan secara semantis berupa frasa dalam
SMQ
Pada tabel 27, penambahan berupa frasa depan yaitu frasa yang terdiri
dari kata depan sebagai penanda diikuti kata atau frasa sebagai aksisnya
(Ramlan, 2001: 163). Frasa ‘kepada Nabi Muhammad saw’ terdiri dari kata
depan ‘kepada’ sebagai penanda, diikuti frasa ‘Nabi Muhammad’ sebagai
aksisnya. Pada kalimat di atas dihadirkan penambahan berupa frasa depan
55
‘kepada Nabi Muhammad saw’ merupakan penambahan yang tidak tertulis
dalam BSu. Penambahan ini dimaksudkan untuk memperjelas pesan penulis
teks sumber kepada pembaca bahwa dalam konteks kalimat tersebut rahmat
Allah tercurahkan kepada Nabi Muhammad saw.
3. Penambahan berupa klausa
Klausa merupakan satuan gramatikal berupa kelompok kata yang
sekurang-kurangnya terdiri dari subjek dan predikat (Kridaklasana, 2011:
124). Pada SMQ ditemukan penambahan berupa klausa. Contoh data, sebagai
berikut:
BSu انصبنحبد ثجعزة فبزحب جعب
Rabbi farchamna> jami>‘an bi jami>‘ish-sha>licha>ti (Al-Barzanji, tt:
169)
BSa Tuhan, belaskasihanilah kami semua (sehingga kami mampu
melakukan) semua kebaikan-kebaikan (Yasin, 2001: 108)
Tabel 28. Contoh teknik penambahan secara semantis berupa klausa dalam
SMQ
Pada tabel 28, penambahan berupa klausa ‘sehingga kami mampu
melakukan’. Mengutip pendapat Kridalaksana (2011: 124) bahwa klausa
minimalnya terdiri dari unsur S dan P, maka pada klausa ‘sehingga kami
mampu melakukan’ dapat digambarkan fungsi unsur-unsurnya yaitu
‘sehingga’ sebagai konjungsi, ‘kami’ sebagai S, dan ‘mampu melakukan’
56
sebagai P. Klausa ‘sehingga kami mampu melakukan’ merupakan
penambahan yang tidak tertulis dalam BSu.
9. Teknik Pengurangan
Teknik pengurangan merupakan teknik penghilangan atau
pengurangan dengan tujuan memadatkan informasi dari BSu ke dalam BSa
(Molina dan Albir, 2002: 510). Sebagai contoh,
BSu وكهاب ف غبخ انزفبهخ كثسح جداوثوز ألسجبة
Wa yatsu>ru liasba>bin katsi>ratin jiddan wa kulluha> fi> gha>yatit-tafa>hati
BSa Pemuda itu juga gampang sekali marah hanya lantaran soal-soal
sepele
Tabel 29. Contoh teknik pengurangan
Pada tabel 29, terdapat pengurangan berupa frasa كثيسح جيدا /katsi>ratun
jiddan/ pada BSu yang tidak diterjemahkan ke dalam BSa. Penerjemah lebih
memilih untuk memadatkan informasi BSu sehingga tidak menyertakan
bahwa sebenarnya ada banyak pemuda dalam cerita tersebut yang memiliki
sifat gampang marah (Fahimuddin, 2016: 42).
Pada penelitian SMQ, terdapat data yang menggunakan teknik
pengurangan. Teknik pengurangan berarti terdapat penghilangan unsur-unsur
linguistik BSu. Jadi, dalam teknik ini terdapat kata atau istilah BSu yang tidak
diterjemahkan ke dalam BSa. Berikut ini contoh data yang menggunakan
teknik pengurangan:
57
BSu انغفسفضهك انجى
Fadhlakal-jammal-ghafi>ra (Al-Barzanji, tt: 167)
BSa Keutamaanmu yang sangat banyak (Yasin, 2001: 104)
Tabel 30. Contoh (1) teknik pengurangan dalam SMQ
Pada tabel 30, penerjemahan di atas terdapat pengurangan berupa kata
al-ghafi>r/ pada BSu yang tidak diterjemahkan ke dalam BSa. Kata/ انغفيس
al-ghafi>r/ memiliki arti ‘agung’ (Munawwir, 1997: 1011) namun oleh/ انغفيس
penerjemah kemudian tidak diterjemahkan ke dalam BSa. Pengurangan ini
dilakukan dengan tujuan untuk memadatkan isi atau pesan BSu. Keutamaan
sudah tentu bersifat agung atau mulia sehingga oleh penerjemah tidak
dihadirkan makna tersebut dalam BSa. Berikut ini merupakan contoh data
selanjutnya yang menggunakan teknik pengurangan:
BSu انصبف انجسة كحوض
Chaudhukash-sha>fil-mubarrad (Al-Barzanji, tt: 166)
BSa Dedaunan masih dingin dan bersih (Yasin, 2001: 104)
Tabel 31. Contoh (2) teknik pengurangan dalam SMQ
Pada tabel 31, penerjemahan di atas terdapat pengurangan berupa kata
ganti atau pronomina ك /ka/ pada BSu yang tidak diterjemahkan ke dalam
BSa. Pengurangan ini dilakukan dengan tujuan untuk memadatkan isi atau
pesan BSu. Pengurangan tersebut juga tidak menimbulkan ketidaksampaian
informasi BSu ke dalam BSa.
58
10. Teknik Pergeseran
Teknik pergeseran adalah teknik penerjemahan dengan cara
melakukan perubahan kategori gramatikal (Molina dan Albir, 2002: 511).
Machali (2009: 93) mendefinisikan teknik pergeseran adalah suatu teknik
penerjemahan yang melibatkan pengubahan bentuk gramatikal dari BSu ke
BSa. Pada teknik ini berati ditemukan adanya pergeseran atau perubahan
bentuk gramatikal BSu ke BSa. Sebagaimana contoh di bawah ini:
BSu إباى اد هللا قويب كفسوا ثعدكجف
Kaifa yahdiyalla>hu qauman kafaru> ba’da i>ma>nihim
BSa Bagaimana Allah akan menunjuki suatu kaum yang kafir sesudah
mereka beriman
Tabel 32. Contoh teknik pergeseran
Pada tabel 32, terdapat pergeseran kategori sintaksis dari nomina BSu
diterjemahkan menjadi verba ke dalam BSa. Nomina إييب /i >ma>n/ Bsu
mengalami pergeseran menjadi verba beriman dalam Bsa (Al-Farisi, 2011:
83).
Catford (1965: 73-76) menyebutkan bahwa terdapat dua bentuk
pergeseran yaitu pergeseran tataran (level shifts) dan pergeseran kategori
(category shifts). Pergeseran level adalah item dalam BSu pada suatu tataran
linguistik memiliki padanan terjemahan dalam BSa pada tataran yang
berbeda. Adapun pergeseran kategori adalah are departures from formal
correspondence in translation that involve structure shifts, class shifts, unit
59
shifts, and intrasystem shifts. Machali (2009: 93) menggunakan istilah
pergeseran bentuk yaitu suatu teknik penerjemahan yang melibatkan
pengubahan bentuk gramatikal dari BSu ke BSa.
Pada teknik pergeseran berarti ditemukan adanya perubahan bentuk
gramatikal dari BSu ke BSa. Teknik ini merupakan sebuah solusi dalam
menjembatani perbedaan antara BSu dan BSa. Pada penelitian SMQ,
pergeseran yang tedapat pada data penelitian ini hanya ditemukan berupa
pergeseran katogori (category shifts). Pergeseran kategori yang ditemukan,
meliputi pergeseran struktur (structure shifts), pergeseran kelas kata (class
shift), pergeseran unit (unit shift), dan pergeseran intra-sistem (intrasystem
shift).
a. Pergeseran struktur (structure shifts)
Pergeseran struktur merupakan pergeseran yang paling sering terjadi.
Secara gramatika, pergeseran struktur dapat muncul pada berbagai tataran
(kata, frasa, klausa, atau kalimat), namun masih dalam tingkatan yang sama
(Catford, 1965: 77). Berikut contoh data penggunaan teknik pergeseran
berupa pergeseran struktur pada SMQ.
BSu صهي هللا عهي يحد
Shallal-la>hu ‘ala> Muhammad (Al-Barzanji, tt: 166)
BSa Allah melimpahkan shalawat kepada Nabi Muhammad saw. (Yasin,
2001: 102)
Tabel 33. Contoh teknik pergeseran struktur (kalimat) dalam SMQ
60
Pada contoh tabel 33, terdapat pergeseran penerjemahan yaitu berupa
pergeseran struktur. Kalimat BSu diawali dengan verba (fi’l) yang dalam
bahasa Arab disebut jumlah fi’liyyah (Al-Khuli, 1982: 301). Kalimat BSu di
awali dengan verba صيهي /shalla/ ‘melimpahkan shalawat’ yang menempati
fungsi P. Kata /Allah/ menempati fungsi sebagai S. Berdasarkan urutan kata
dalam kalimat BSu tersebut, maka kalimat tersebut merupakan jumlah
fi’liyyah karena kalimat diawali dengan verba atau fi’l.
Adapun dalam BSa, kalimat BSu diterjemahkan menjadi ‘Allah
melimpahkan shalawat kepada Nabi Muhammad saw’ yang dalam bahasa
Arab merupakan bentuk jumlah ismiyyah. Jumlah ismiyyah adalah kalimat
yang diawali dengan ism atau nomina (Ni’mah, tt; 19). Hal ini menyebabkan
urutan kata pada kedua bahasa ini bebeda. Jika penerjemah menghendaki
bentuk kalimat yang sama, maka dalam penerjemahannya menjadi
‘melimpahkan shalawat Allah kepada Nabi Muhammad saw’. Namun tidak
demikian, kalimat /Shallal-la>hu ‘ala> Muhammad/ mengalami pergeseran
struktur dari jumlah fi’liyyah pada BSu menjadi jumlah ismiyyah pada BSa.
Dengan demikian, pergeseran struktur yang terjadi dapat digambarkan sebagai
berikut: verba + nomina + konjungsi + nomina menjadi nomina + verba +
nomina + konjungsi + nomina atau jika dilihat dari fungsi kalimatnya dapat
digambarkan struktur P + S + Pel menjadi S + P + Pel. Contoh pergeseran
struktur selanjutnya adalah pergeseran pada frasa, sebagai berikut:
BSu طول اندهوز
61
Thu>lad-duhu>ri> (Al-Barzanji, tt: 168)
BSa Perputaran waktu yang panjang (Yasin, 2001: 107)
Tabel 34. Contoh teknik pergeseran struktur (frasa) dalam SMQ
Pada tabel 34, terdapat pergeseran struktur, yaitu pada frasa طيول
thu>lazh-zhu>ri/ menjadi ‘perputaran waktu yang panjang’. Pada frasa/ انيدهوز
tersebut, frasa BSu memiliki pola struktur M-D, sementara dalam BSa pola
struktur frasa menjadi D-M. Frasa BSu terdiri dari kata /thu>l/ sebagai unsur
yang menerangkan dan /azh-zhuhu>r/ sebagai unsur yang diterangkan. Adapun
dalam BSa, kemudian mengalami pergeseran yaitu ‘perputaran waktu’ sebagai
unsur yang diterangkan dan ‘yang panjang’ sebagai unsur yang menerangkan.
Dengan demikian, pergeseran yang terjadi dapat digambarkan sebagai berikut:
nomina + nomina menjadi nomina + adjektiva.
b. Pergeseran kelas kata (class shift)
Pergeseran kelas kata terjadi apabila kelas kata dalam BSu berbeda
dengan kelas kata dalam BSa (Catford, 1965: 78). Sebagai contoh,
BSu … to train intellectual men for the persuits of an intellectual life
BSa Untuk melatih para intelektual untuk mengejar kehidupan intelektual
Tabel 35. Contoh teknik pergeseran kelas kata
Pada tabel 35, jika frasa the persuits of an intellectual life
diterjemahkan secara harfiah, maka bunyinya akan menjadi ‘melatih para
intelektual untuk pengejaran kehidupan intelektual’. Namun, kemudian,
penerjemah menggunakan teknik pergeseran berupa pergeseran kelas kata
62
yaitu pergeseran nomina menjadi verba. Nomina persuit ‘pengejaran’ bergeser
menjadi verba ‘mengejar’ (Machali, 2009: 96).
Pada penelitian ini, ditemukan pergeseran kelas kata meliputi, nomina
menjadi verba dan verba menjadi nomina. Nomina adalah kelas kata yang
biasanya berfungsi sebagai subyek atau obyek dari klausa sedangkan verba
adalah kelas kata yang biasanya berfungsi sebagai predikat (Kridalaksana,
2011: 163, 256). Bahasa Arab menyebut nomina dengan istilah ism. Al-
Ghulayaini (2009: 5) mendefinisikan Al-ismu huwa ma> dalla ‘ala> ma’nan fi>
nafsihi ghairu muqtarinin bizama>nin. Nomina adalah sesuatu yang
menunjukkan makna dan tidak terikat oleh waktu. Adapun verba dalam
bahasa Arab disebut dengan fi’l yaitu sesuatu yang menunjukkan makna dan
terikat oleh waktu (Al-Ghulayaini, 2009: 5).
1. Pergeseran nomina menjadi verba
Pada penelitian SMQ (BSu) terdapat pergeseran kelas kata (nomina
menjadi verba). Contoh data, sebagai berikut:
BSu نهسحم وربةو Watana>dau lir-rachi>li (Al-Barzanji, tt: 167)
BSa
Mereka mau berkemas-kemas untuk berangkat (Yasin, 2001:
104)
Tabel 36. Contoh teknik pergeseran kelas kata (nomina menjadi verba)
dalam SMQ
Pada tabel 36, terdapat pergeseran kategori berupa pergeseran kelas
kata yaitu nomina menjadi verba. Kata زحييم /rachi>l/ (BSu) menjadi
63
‘berangkat’ (BSa). Kata زحيم /rachi>l/ dalam BSu termasuk nomina yang
berupa ism mashdar, yang berasal dari verba سحييم-زحييم /rachala-
yarchalu/ ‘berangkat’ (Munawwir, 1997: 482). Ism mashdar adalah kata
yang menunjukkan peristiwa atau kejadian, terlepas dari waktu, terdiri dari
huruf yang menyusun verbanya seperti verba عهييى /‘alima/ memiliki
mashdar عهى /’ilm/ (Al-Ghulayaini, 2009: 124). Oleh karena itu, kata زحم
/rachi>l/ merupakan golongan nomina yang berupa ism mashdar yang
memiliki arti menunjukkan suatu peristiwa ‘keberangkatan’ (Munawwir,
1997: 482).
Adapun dalam BSa, kata ‘berangkat’ termasuk golongan verba. Kata
‘berangkat’ dapat dikatakan sebagai verba karena dimungkinkan untuk
diikuti dengan kata tidak dan tidak mungkin diikuti dengan kata sangat
atau lebih (Kridalaksana, 2011: 254). Dengan demikian, penerjemahan di
atas mengalami pergeseran kelas kata yaitu dari nomina زحيم /rachi>l/
dalam BSu menjadi verba ‘berangkat’ dalam BSa.
2. Pergeseran verba menjadi nomina
Pada penelitian SMQ (BSu) terdapat pergeseran kelas kata (verba
menjadi nomina). Contoh data, sebagai berikut:
BSu جكك انعوة بوار
Waata>kal-‘u>du yabki> (Al-Barzanji, tt: 167)
64
BSa Seonggok kayu sungguh datang kepadamu dengan tangisannya
(Yasin, 2001: 104)
Tabel 37. Contoh teknik pergeseran kelas kata (verba menjadi nomina)
dalam SMQ
Pada tabel 37, terdapat pergeseran kategori berupa pergeseran kelas
kata yaitu verba menjadi nomina. Kata جكيي /yabki>/ (BSu) menjadi
‘tangisan’ (BSa). Kata جكي /yabki>/ dalam BSu merupakan bentuk verba.
Jika ditinjau berdasarkan waktunya, جكيي /yabki>/ termasuk dalam fi’l
mudha>ri’. Al-fi’lul-mudha>ri’ huwa ma> dalla ‘ala ma’nan fi> nafsihi
muqtarinin bizama>nin yachtamilul-cha>la wal-istiqba>la ‘sesuatu yang
menunjukkan makna, terikat dengan waktu baik waktu sekarang maupun
yang akan datang’ (Al-Ghulayaini, 2009: 23). Adapun jika ditinjau
berdasarkan maknanya, جكي /yabki>/ termasuk dalam fi’l la>zim yaitu fi’l
yang tidak membutuhkan adanya obyek (Al-Ghulayaini, 2009: 33). Verba
’baka>/ ‘menangis/ ثكيي yabki>/ merupakan bentuk dasar dari verba/ جكي
(Munawwir, 1997: 103).
Adapun dalam BSa, kata ‘tangisan’ termasuk golongan nomina. Kata
‘tangisan’ merupakan golongan nomina karena memiliki ciri tidak dapat
bergabung dengan kata tidak, sebagai contoh rumah merupakan nomina
karena tidak rumah adalah tidak mungkin (Kridalaksana, 2011: 163).
Dengan demikian, penerjemahan di atas mengalami pergeseran kelas kata
65
yaitu dari verba جكي /yabki>/ dalam BSu menjadi nomina ‘tangisan’ dalam
BSa.
c. Pergeseran unit (unit shift)
Pergeseran unit hampir sama dengan pergeseran struktur akan tetapi
pada pergeseran unit ini tataran tingkatan antara bahasa sumber (Bsu) dan
sasarannya (Bsa) berbeda (Catford, 1965: 79). Misal, dua buah kata dalam
BSu dapat menjadi sebuah kata saja dalam Bsa. Contoh frasa menjadi kata,
his father is very nice menjadi ‘ayahnya sangat baik’ (Mustaqim, 2011).
Contoh lain seperti, fillette menjadi gadis cilik. Dalam bahasa Prancis fillette
termasuk dalam tataran kata, namun dalam bahasa Indonesia gadis cilik
termasuk dalam tataran frasa (Akhlada, 2014: 18). Pada penelitian SMQ
(BSu) terdapat pergeseran unit. Contoh data, sebagai berikut:
BSu هوزاندطول
Thu>lad-duhu>ri > (Al-Barzanji, tt: 168)
BSa )(Yasin, 2001: 107 yang panjang Perputaran waktu Tabel 38. Contoh teknik pergeseran unit dalam SMQ
Pada tabel 38, terdapat pergeseran kategori berupa pergeseran unit yaitu
kata menjadi frasa. Kata ةهيوز /duhu>r/ (BSu) menjadi ‘perputaran waktu’
(BSa). Kata ةهوز /duhu>r/ dalam BSu merupakan bentuk nomina yang ditandai
dengan adanya artikel ال /al/ (Ni’mah, tt: 14). Artikel ال /al/ merupakan salah
satu penanda nomina dalam bahasa Arab yang menunjukkan nomina tersebut
termasuk dalam ism ma’rifah (definit) (Al-Ghulayaini, 2009: 113). Kata ةهيوز
66
/duhu>r/ merupakan bentuk jamak (plural) dari kata ةهيس /dahr/ (Munawwir,
1997: 427).
Adapun dalam BSa, kata ةهيوز /duhu>r/ diterjemahkan menjadi frasa yang
merupakan gabungan dua kata, yaitu perputaran dan waktu. Frasa adalah
satuan gramatikal yang berupa gabungan kata dengan kata yang sifatnya tidak
predikatif atau non predikatif (Sukini, 2010: 20-21). Berdasarkan kelas
katanya, frasa ‘perputaran waktu’ merupakan golongan frasa nominal yaitu
frasa yang memiliki distribusi yang sama dengan nomina atau kata benda.
Oleh karena itu, penerjemahan di atas mengalami pergeseran unit yaitu
pergeseran dari kata ةهييوز /duhu>r/ dalam BSu menjadi frasa ‘perputaran
waktu’ dalam BSa.
d. Pergeseran intra-sistem (intrasystem shift)
Pergeseran intra sistem merupakan pergeseran yang terjadi pada
kasus-kasus yang melibatkan sistem internal pembentukan bahasa dalam
terjemahan (Catford, 1965: 79). Contohnya seperti pembentukan kata tunggal
dan kata jamak, peoples often think negative about him diterjemahkan menjadi
‘orang sering berpikir negatif tentang dia’ (Mustaqim, 2011). Pada penelitian
ini, contoh data sebagai berikut:
BSu زسبئمن رحمهم
Hal tachammal li> rasa>ili (Al-Barzanji, tt: 167)
BSa Apakah engkau mau membawa surat!
67
Tabel 39. Contoh teknik pergeseran intra-sistem dalam SMQ
Pada tabel 39, terdapat pergeseran kategori berupa pergeseran intra-
sistem. Kata زسيبئم /rasa>il/ (BSu) merupakan bentuk jamak dari kata زسيبنخ
/risa>lah/ (Munawwir, 2007: 878), sementara padanannya dalam BSa adalah
‘surat’ yang berbentuk tunggal. Dengan demikian, pergeseran yang terjadi
dapat digambarkan sebagai berikut: زسيبئم /rasa>il/ (jamak) menjadi ‘surat’
(tunggal).
B. Metode Penerjemahan Syi‘ru Machallil Qiya>m
Unit terkecil dari teks yang diterjemahkan, atau sering disebut teknik
penerjemahan dipengaruhi oleh metode penerjemahan. Untuk mengetahui metode
yang digunakan dalam terjemahan SMQ pada penelitian ini, maka dapat dilakukan
analisis terhadap teknik penerjemahan yang digunakan. Jadi, secara logis, metode dan
teknik harus berjalan secara harmonis dalam satu teks (Handayani, 2009: 83).
Berdasarkan pada tabel 12, teknik yang cenderung terhadap BSu sejumlah 3
teknik: (1) kalke, (2) literal, (3) peminjaman. Dari 73 data terdapat 24 data (32,8%)
data yang diterjemahkan dengan menggunakan ketiga teknik tersebut. Sisanya
diterjemahkan dengan menggunakan teknik yang cenderung terhadap BSa, seperti:
(1) adaptasi, (2) deskripsi, (3) generalisasi, (4) partikularisasi, (5) penambahan, (6)
penghilangan, (7) pergeseran. Dari 73 data tersebut terdapat 49 data (67,1%) data
yang diterjemahkan dengan menggunakan kedelapan teknik tersebut.
68
Karena penerjemahan SMQ didominasi dengan teknik-teknik yang menekankan
pada BSa, maka metode yang digunakan penerjemah untuk menerjemahkan syi‘r ini
cenderung terhadap bahasa sasaran. Dengan demikian, dari ke delapan metode
penerjemahan, metode yang paling mewakili penerjemahan SMQ adalah metode
penerjemahan bebas. Di bawah ini ditampilkan tabel yang menjelaskan metode
penerjemahan yang sesuai dengan teknik penerjemahan yang diterapkan dalam
menerjemahkan SMQ:
No Nama Teknik
Penerjemahan Jumlah
Persentase
(%) Nama Metode Penerjemahan
1 Adaptasi 2 2,7 Penerjemahan komunikatif
2 Deskripsi 4 5,5 Penerjemahan bebas
3 Generalisasi 3 4,1 Penerjemahan bebas
4 Partikularisasi 1 1,4 Penerjemahan bebas
5 Kalke 10 13,7 Penerjemahan literal
6 Literal 12 16,4 Penerjemahan literal
7 Peminjaman 4 5,5 Penerjemahan kata demi kata
8 Penambahan 13 17,8 Penerjemahan bebas
9 Pengurangan 2 2,7 Penerjemahan bebas
10 Pergeseran 22 30,2 Penerjemahan bebas
Tabel 40. Metode penerjemahan dalam SMQ
Berdasarkan tabel 40, maka metode penerjemahan dapat digolongkan menjadi
dua, yaitu metode penerjemahan yang berorientasi pada BSu dan metode
penerjemahan yang berorientasi pada BSa. Di bawah ini dijelaskan kedua klasifikasi
metode penerjemahan tersebut:
B.1 Berdasarkan penekanan pada bahasa Sumber
69
Berdasarkan penekanan pada BSu, terdapat empat jenis metode
penerjemahan, meliputi metode penerjemahan kata demi kata, literal, setia, dan
semantis. Adapun dalam penelitian ini, metode penerjemahan yang lebih
menekankan pada BSu hanya ditemukan dua metode yaitu metode penerjemahan
kata demi kata dan literal.
B.1.1 Metode penerjemahan kata demi kata
Penerjemahan kata demi kata sering kali digambarkan sebagai
terjemahan antar baris dengan BSa berada langsung di bawah kata-kata
BSu (Newmark, 1998: 45). Metode penerjemahan kata demi kata berfokus
pada kata demi kata BSu, dan sangat terikat pada tataran kata. Pada
penelitian SMQ, contoh data sebagai berikut:
BSu ب يحد Ya> Muhammad (Al-Barzanji, tt: 166)
BSa Wahai Muhammad (Yasin, 2001: 103)
Ya> Muhammad
Wahai Muhammad
Tabel 41. Contoh metode penerjemahan kata demi kata
Pada tabel 41, teknik yang digunakan dalam menerjemahkan kalimat
di atas adalah teknik literal sehingga dapat diketahui metode
penerjemahan yang digunakan yaitu metode penerjemahan kata demi kata.
Kata demi kata dalam kalimat di atas diterjemahkan secara langsung.
B.1.2 Metode penerjemahan literal
70
Penerjemahan literal dilakukan dengan mengalihkan konstruksi
gramatika BSu ke dalam konstruksi BSa yang memiliki padanan paling
dekat. Unsur leksikal yang ada tetap diterjemahkan satu per satu, di luar
konteks (Newmark, 1998: 46). Pada penelitian SMQ, contoh data sebagai
berikut:
BSu سعد عجد قد رهي Sa’ida ‘abdun qad tamalla> (Al-Barzanji, tt: 168)
BSa Sangat berbahagia seorang hamba yang mendapat kegembiraan
(Yasin, 2001: 106) Tabel 42. Contoh metode penerjemahan literal
Pada tabel 42, teknik yang digunakan dalam menerjemahkan kalimat
di atas adalah teknik literal sehingga dapat diketahui metode
penerjemahan yang digunakan yaitu metode penerjemahan literal.
Konstruksi gramatika BSu ke dalam konstruksi BSa dialihkan dengan
padanan paling dekat.
B.2 Berdasarkan penekanan pada bahasa Sasaran
Berdasarkan penekanan pada BSa, terdapat empat jenis metode penerjemahan,
meliputi metode penerjemahan adaptasi, bebas, komunikatif, dan idiomatik. Pada
penelitian ini hanya ditemukan dua metode penerjemahan yang berorientasi pada
bahasa sasaran yaitu metode penerjemahan bebas dan komunikatif.
B.2.1 Metode penerjemahan bebas
71
Metode penerjemahan bebas tidak terikat dengan pencarian padanan
pada tataran kata atau kalimat. Dalam hal ini, penerjemah mereproduksi
isi semata tanpa mengindahkan bentuk (Newmark, 1998: 47, Al-Farisi,
2011: 56). Pada penelitian SMQ, contoh data sebagai berikut:
BSu ث دك
Baina yadaika (Al-Barzanji, tt: 167)
BSa Menghadapmu (Yasin, 2001: 104)
Tabel 43. Contoh metode penerjemahan bebas
B.2.2 Metode penerjemahan komunikatif
Metode penerjemahan komunikatif ini berupaya mengungkapkan
makna kontekstual bahasa sumber secara tepat. Pengungkapan dilakukan
dengan cara-cara tertentu sehingga isi dan bahasanya berterima dan mudah
dipahami pembaca sasaran. Hasil terjemahan diupayakan mempunyai
bentuk, makna, dan fungsi yang selaras dalam bahasa sasaran (Newmark,
1998: 47). Pada penelitian SMQ, contoh data sebagai berikut:
BSu يسحجب ب يسحجب
Marchaban ya> marchaban (Al-Barzanji, tt: 166)
BSa Selamat datang, selamat datang (Yasin, 2001: 102)
Tabel 44. Contoh metode penerjemahan komunikatif