bab ii, sub bab iic pendidikan sebagai sistem

29
DIKTAT MATERI PERKULIAHAN MATA KULIAH PENGANTAR PENDIDIKAN Dosen Pengajar : 1. FIRMAN DWIYANTO, M.Pd NIDN. 0725077801 2. RIZKA MAHENDRA PUTRA., S.Pd

Upload: ahmaddahlal

Post on 26-Oct-2015

65 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II, Sub Bab IIC Pendidikan Sebagai Sistem

DIKTAT

MATERI PERKULIAHAN

MATA KULIAH PENGANTAR PENDIDIKAN

Dosen Pengajar :1. FIRMAN DWIYANTO, M.Pd

NIDN. 0725077801

2. RIZKA MAHENDRA PUTRA., S.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNOLOGI INFORMASI

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

STKIP PGRI SITUBONDO

2013

Page 2: BAB II, Sub Bab IIC Pendidikan Sebagai Sistem

2

Pengantar Pendidikan

C. PENDIDIKAN SEBAGAI SISTEM

1. Pengertian SistemBeberapa definisi sitem menurut para ahli:

a. Sistem adalah suatu kebulatan keseluruhan yang kompleks atau terorganisir; suatu himpunan atau perpaduan hal-hal atau bagian-bagian yang membentuk suatu kebulatan/keseluruhan yang kompleks atau utuh. (Tatang M. Amirin, 1992:10)

b. Sistem meruapakan himpunan komponen yang saling berkaitan yang bersama-sama berfungsi untuk mencapai suatu tujuan. (Tatang Amirin, 1992:10)

c. Sistem merupakan sehimpunan komponen atau subsistem yang terorganisasikan dan berkaitan sesuai rencana untuk mencapai suatu tujuan tertentu. (Tatang Amirin, 1992:11)

2. Komponen dan Saling Hubungan antara Komponen dalam Sistem Pendidikan.Pendidikan sebagai sebuah sistem terdiri dari sejumlah komponen. Komponen tersebut antara lain: raw input (sistem baru), output(tamatan), instrumentalinput(guru, kurikulum), environmental input(budaya, kependudukan, politik dan keamanan).

Ternyata bukan hanya itu, Jika persoalan tersebut diperlukan dengan

memperhitungkan faktor lingkungan, maka mungkin sekali faktor sosial budaya, keamanan,

dan faktor lingkungan yang lain merupakan faktor yang menunjang ataupun mungkin

sebaliknya menghambat. Dalam lingkungan masyarakat di mana gengsi sosial sangat

dipertahankan dan menghindari pekerjaan kasar, maka pabrik sulit mendapatkan buruh atau

pekerja dari masyarakat sekitar. Sebaliknya jika masyarakat tidak memandang pekerjaan

yang kasar sebagai hal yang rendah lagi, maka pabrik dapat dengan mudah menyerap tenaga

kerja dari banyak penganggur di lingkungan masyarakat. Demikian pula faktor keamanan

lingkungan tidak dapat diabaikan untuk menjamin lancarnya perputaran roda pabrik.

Segenap lingkungan yang berpengaruh terhadap pemrosen masukan mentah disebut

masukan lingkungan (environmental input). Dari uraian tersebut terlihat bahwa komponen-

komponen yang menunjang sistem pabrik meliputi:

a. Masukan mentah (raw input)

b. Masukan instrumental (instrumental input)

c. Masukan lingkungan (enviromental input)

Apa yang dikemukakan di atas dapat digambarkan sebagai berikut:

Buku Diktat Untuk kalangan sendiri

Page 3: BAB II, Sub Bab IIC Pendidikan Sebagai Sistem

3

Pengantar Pendidikan

Gambar tersebut mengilustrasikan apa yang biasanya disebut “model sistem terbuka”.

Disebut terbuka karena model tersebut menggambarkan model sistem pada umumnya yang

berlaku atau terdapat pada berbagai bidang, termasuk bidang pendidikan. Dalam bidang

pendidikan:

a. Sistem baru merupakan masukan mentah (raw input) yang akan diproses menjadi tamatan

(out put).

b. Guru dan tenaga nongiri, administrasi sekolah, kurikulum, anggaran pendidikan,

prasarana dan sarana merupakan masuka instrumental (intrumental input) yang

memungkinkan dilaksanakannya pemrosen masukan mentah menjadi tamatan.

c. Corak budaya dan kondisi ekonomi masyarakat sekitar, kependudukan, politik dan

keamanan negara merupakan faktor lingkungan atau masukan lingkungan (enviromental

input) yang secara langsung atau tidak langsung berpengaruh terhadap berperannya

masukan instrumental dalam pemrosesan masukan mentah.

Sistem pendidikan tersebut secara rinci dapat digambarkan sebagai berikut:

Buku Diktat Untuk kalangan sendiri

INSTRUMENTAL INPUT

RAWINPUT PROSES

OUTPUT

ENVIRONMENTAL INPUT

Page 4: BAB II, Sub Bab IIC Pendidikan Sebagai Sistem

4

Pengantar Pendidikan

3. Hubungan Sistem Pendidikan dengan Sistem lain dan Perubaha~c Kedudukan dari Sistem

Di bagian terdahulu digambarkan faktor ekonomi, politik, sosu budaya sebagai

komponen masukan lingkungan (environmental inpu dari sistem pendidikan. Pada bagian ini

komponen-komponen terse dilihat sebagai sistem yang berdiri sendiri, sederajat dengan siste

pendidikan. Bagaimana bisa demikian? Apakah hal itu mungkin? Jawabny Ya. Sebab suatu

komponen dapat berubah status menjadi sistem, apabi~ komponen tersebut dilihat secara

tersendiri dan ternyata terdiri d sejumlah sub-subsistem. Jadi sistem pendidikan dapat dilihat

dalam ru lingkup mikro dan ruang lingkup makro. Hal ini akan dibicarakan dal butir

hubungan antarkomponen.

Baga-imana perubahan sistem dari komponen menjadi sistem sebaliknya seperti telah

dikemukakan, akan dijelaskan dengan menggun diagram di bawah ini.

Buku Diktat Untuk kalangan sendiri

Administrasi Anggaran

Tenaga GuruDan Non-Guru

Kurikulum PrasaranaDan Sarana

SISWABARU

PROSES PENDIDIKAN LULUSAN

Sosial Budaya Kependu-dukan

Politik PutusSekolah

Keamanan Keamanan, dll.

Page 5: BAB II, Sub Bab IIC Pendidikan Sebagai Sistem

5

Pengantar Pendidikan

Sebagai subsitem, bidang ekonomi, pendidikan, dan politik masing-masing sistem.

Pendidikan nonformal, pendidikan formal, dan merupakan subsistem dari bidang

pendidikan sebagai sistem dan seterusnya.

Untuk jelasnya, diagram tersebut dapat pula digambarkan seperti 2S dan 2.6 yang

saling berhubungan, maka suatu subsistem (dari sebuah sistem), jika dilihat sebagai suatu

kesatuan yang meliputi

Sistem dapat pula dipandang sebagai sebuah sistem. pendidikan formal sebagai

subsistem (komponen) tiari dapat merupakan sebuah sistem yang memiliki subsistem/ nen:

sekolah dasar, sekolah menengah, dan pendidikan tinggi.

Buku Diktat Untuk kalangan sendiri

SUPRASISTEM

SISTEM

SUBSISTEM

SUB-SUBSISTEM

DANSETERUSNYA

Page 6: BAB II, Sub Bab IIC Pendidikan Sebagai Sistem

6

Pengantar Pendidikan

4. Pemecahan Masalah Pendidikan Secara Sistematik

a. Cara Memandang Sistem

Sebenarnya, perubahan cara memandang suatu status dari komponen menjadi sistem

ataupun sebaliknya suatu sistem menjadi komponen dari sistem yang lebih besar, tidak lain

daripada perubahan cara memandang ruang lingkup suatu sistem atau dengan kata lain ruang

lingkup suatu permasalahan.

Jika sebuah komponen suatu sistem dipisahkan dari komponenkomponen yang lain,

dan dikaji secara tersendiri, maksudnya tidak lain - ialah agar komponen tersebut dapat

dianalisis secara lebih mendalam. Bagian-bagiannya (subkomponennya) dapat dianalisis

fungsinya secara lebih khusus dan mendalam, demikian pula hubungan antara bagian yang

satu dengan bagian yang lain dapat dipahami lebih saksama, sehingga dapat ditemukan cara-

cara pemecahan secara lebih baik. Coba bayangkan jika kita menganalisis, misalnya

persoalan evaluasi hasil belajar (sebagai sebuah komponen kurikulum) secara tersendiri dan

kita pandang sebagai sebuah sistem sehingga dapat dirinci atas aspeknya yaitu tujuan

evaluasi, jenis evaluasi, struktur, pengorganisasian, skoring, dan seterusnya. Pasti hal ini lain

daripada jika kita mempersoalkan evaluasi hasil belajar tersebut hanya sebagai bagian

integral dari kurikulum yang terdiri dari aspek materi, metode, dan evaluasi yang dianalisis

secara keseluruhan sebagai satu kesatuan. Dalam hal demikian evaluasi hasil belajar tidak

memperoleh pembahasan secara saksama.

Buku Diktat Untuk kalangan sendiri

Page 7: BAB II, Sub Bab IIC Pendidikan Sebagai Sistem

7

Pengantar PendidikanSelanjutnya, memandang suatu sistem dalam konteks ruang lingkup yang lebih besar

(suprasistem) mempunyai manfaat agar kita memandang suatu persoalan tidak lepas dari hal-

hal yang melatarbelakangi atau yang mewadahinya. Sebab dibalik sebuah sistem sebagai

produk budi daya atau rekayasa, seperti sistem pendidikan, tentu terdapat konsep dan citacita.

Sebagai ilustrasi, di bawah ini dikemukakan sejumlah masalah dengan cakupan ruang

lingkup yang berbeda.

Masalah 1 : Bagaimana cara menggalang kerja sama yang terpadu antara IKIP dengan

Kanwil Depdikbud dalam menanggulangi/menangani program pengalaman lapangan

(PPL).

Masalah 2 :Usaha apa yang seyogianya dikerjakan oleh IKIP untuk memiliki sarana

penunjang pelaksanaan PPL secara efektif.

Masalah 3 : Bagaimana seharusnya PPL disusun sehingga cukup ap plicable (terkerjakan)

dan dapat memenuhi target yang diharapkan.

Masalah 4 : Bagaimana cara membekali keterampilan profesional dalam mengajar (berdiri di

muka kelas) yang memadai bagi para calon alumni IKIP.

Masalah 5 : Usaha apa yang harus ditempuh untuk meningkatkan mutu pendidikan tingkat

sekolah dasar (SD).

Masalah 6 : Bagaimana cara menjadikan masyarakat kita tidak buta pengetahuan.

Masalah 7 : Upaya apa yang dapat ditempuh untuk meningkatkan taraf hidup warga

masyarakat kita agar tidak hidup di bawah garis kemiskinan.

Dengan membandingkan masatah-masalah tersebut akan terlihat bahwa masalah (1)

ruang lingkupnya lebih sempit daripada masalah, sedangkan masalah (2) lebih sempit

daripada masalah (3), dan seterusnya. Masalah yang Iebih sempit ruang lingkupnya bernaung

pada masatah yang lebih luas.

Ambillah misalnya masalah (3) sebagai hal yang dipermasalahkan. PPL bagi calon

guru hanya mungkin dapat disusun programnya dengan baik, apabila si penyusun menyadari

bahwa PPL itu hanya merupakan satu segi dari usaha pembekalan keterampilan profesional

guru (4) sebagai hal yang mewadahi atau meiatarbelakangi peny,usunan PPL tersebuc. Hal

ini mewajibkan si penyusun PPL tersebut untuk melihat konteks persoalan yang dihadapi

dengan segi-segi lain dari usaha meningkatkan keterampilan calon guru dalam hal mengajar,

karena PPL hanya merupakan satu segi saja di antara segi lain yang sederajat dengan PPL.

Segi-segi lain yang sederajat dengan PPL itu misalnya sejumlah teori yang mendukung PPL

Buku Diktat Untuk kalangan sendiri

Page 8: BAB II, Sub Bab IIC Pendidikan Sebagai Sistem

8

Pengantar Pendidikanharus dipelajari oleh calon guru sebelum berpraktek pengajaran mikro (micro teaching,

supervisi klinis, dan sebagainya). ,

Aspek-aspek ini satu sama lain saling menunjang dan serempak berfungsi

meningkatkan kadar keterampilan profesional mengajar dari calon guru. Apa yang

dikemukakan di atas dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.8 Beberapa kegiatan yang sederajat dengan PPL yang menunjang keterampilan

profesional mengajar.

b. Masalah Berjenjang

Ilustrasi mengenai cakupan ruang lingkup masalah yang berbedabeda seperti telah

dikemukakan dapat juga dilihat secara berjenjang, sebagai berikut:

Masalah 1 : Bagaimana menggalang koordinasi IKIP dan Kakanwil Depdikbud untuk

kelancaran penyelenggaraan program pengalaman lapangan (PPL).\

Masalah 2 : Bagaimana meningkatkan frekuensi PPL bagi mahasiswa sehingga

memadai.

Masalah 3 : Bagaimana meningkatkan keterampilan mengajar pada alumni IKIP.

Masalah 4 : Bagaimana meningkatkan target penyelesaian kurikulum pada sekolah

menengah,

Masalah 5 : Bagaimana meningkatkan hasil belajar siswa sekolah menengah.

Kesimpulan:

Semua rnasalah tersebut satu sama lain saling berkaitan, dalam hubungan:

- Sebab-akibat (masalah yang bernomor lebih kecil menjadi sebab dan masalah yang

bernomor lebih besar sebagai akibat).

- Alternatif masalah (masalah yang bernomor lebih kecil menjadi alternatif

pemecahan sedangkan masalah yang bernomor lebih besar sebagai masalah).

Buku Diktat Untuk kalangan sendiri

Keterampilan Profesional Mengajar

Teori PPL Mengajar Mikro

Page 9: BAB II, Sub Bab IIC Pendidikan Sebagai Sistem

9

Pengantar Pendidikan

Latar belakang masalah (masalah yang bernomor leboh besar menjadi latar belakang menjadi

latar belakang bagi masalah data yang bernomor lebih kecil sebagai masalah).

Apa yang dijelaskan di atas, dapat digambarkan sebagai berikut :

1 2 3 4 5 ......

Sebab Akibat

Alternaatif Masalah

Masalah .................................................. Latar belakang masalah

Gambar 2.9

c. Analisis Sistem dalam Pendidikan

Penggunaan analisis dalam pendidikan dimaksudkan untuk memaksimalkan

pencapaian tujuan pendidikan dengan cara yang efesien dan efektif.

Prinsip utama dari penggunaan analisis sistem ialah: Bahwa kita dipersyaratkan untuk

berpikir secara sistematik,artinya kita harus memperhitangkan segenap komponen yang

terlibat dalam masalah pendidikan yang akan dipecahkan. Cara demikian, memungkinkan

kita untuk tidak terburu-buru mengambil keputusan setelah melihat suatu alternatif sebagai

satu-satunya yang dapat digunakan. Jika seorang guru mendapati muridnya sering absen

belajar, tidak sepantasnya ierus langsung menetapkan sebuah cara pemecahan, misalnya

dengan cara menghukumnya, dengan dalih karena murid tersebut pemalas. Apabila

anggapan memberi hukum tersebut sebagai alternatif satu-satunya cara yang paling ampuh.

Cara demikian sangat tidak bijaksana karena tidak didasarkan kepada cara pemecahan yang

bersifat sistematik. Seorang, guru yang menempuh cara pendekatan yang sistematik

(menyeluruh), baru mengambil keputusan setelah terlebih dahulu berusaha melacak semua,

hal yang diperkirakan menjadi penyebab masalah: Ia mencari informasi apakah murid

tersebut pemalas (komponen siswa), ataukah ada guru yang tidak disukainya sehingga

enggan mengikuti pelajaran dari guiu tersebut (komponen guru), atau ada sejumlah mata

pelajaran yang kurang disenangi sehingga tidak berminat mempelajarinya (komponen

kurikulum), ataukah bukan itu , semua melainkan ada sebab-sebab lain lagi yang terdapat di

luar lingkungan sekolah.

Buku Diktat Untuk kalangan sendiri

Page 10: BAB II, Sub Bab IIC Pendidikan Sebagai Sistem

10

Pengantar Pendidikan

Berdasarkan pelacakan yang saksama terhadap hal-hal yang mungkin ijadi penyebab,

ditemukanlah bahwa" murid tersebut banyak absen ;na diberikan tugas oleh pamannya tempat

menumpang murid tersebut, ik membantu menyiapkan kedai nasi sehingga waktu belajar

tersita.

Jika demikian keadaannya, maka pemecahannya menjadi lain. ak harus

menghukumnya, tetapi misalnya dengan mengadakan pendekatan vada pamannya agar

keponakannya dapat diberikan waktu yang cukup uk belajar.

Apa yang diga~barkan di atas menunjukkan komponen bahwa uk dapat memecahkan

masalah pendidikan, berbagai komponen dalam tem pendidikan perlu dikenali secara tuntas,

agar dapat ditemukan mponen-komponen mana yang mengandung kelemahan dan perlu

~enahi serta dikembangkan. Dengan demikian segenap komponen dapat rfungsi secara

penuh.

Kadang-kadang ~ bisa terjadi bahwa kondisi semua komponen ndukung sistem

pendidikan sudah baik. Mungkin yang belum baik alah hubungan antarkomponen. Jika terjadi

hal yang demikian maka aha perbaikan antarkomponen cukup diarahkan kepada perbaikan

bungan antarkomponen, sedangkan terhadap komponennya sendiri tidak perlu.

Dengan demikian, jika tujuan sistem tidak tercapai sepenuhnya, maka dapat

diusahakan:

a. Menemukan komponen yang mengandung kelemahan;

b. Menemukan hubungan antarkomponen yang mengandung kelemahan; dan

c. Memperbaiki komponen dan ataupun hubungan antarkomponen yang lemah tersebut.

Di sini dapat ditemukan alternatif .pemecahan. Jadi tidak usah mponen dan hubungan

antarkomponen secara keseluruhan harus diganti ngan yang baru. Di sinilah arti efisiensi dan

efektivitas analisis sistem.

Hal ini tidak berarti bahwa perbaikan sistem pendidikan selalu bersifat rsial, seperti

telah digambarkan.

Dalam situasi dan kondisi tertentu tidak mustahil analisis terhadap ndidikan

menghasilkan keputusan tentang perlunya diadakan perombakan sistem secara total. Hal ini

terjadi misalnya jika komponen-komponen kok sudah tidak sesuai lagi dengan tuntutan

umum situasi, dan bungan antarkomponen tidak lagi dapat terlaksana secara baik. Dalam

keadaan demikian sistem secara keseluruhan harus diganti, sebab perbaik terhadap

komponen-komponen tertentu saja hanya merupakan usaha tambal sulam yang justru sangat

boros.

Buku Diktat Untuk kalangan sendiri

Page 11: BAB II, Sub Bab IIC Pendidikan Sebagai Sistem

11

Pengantar PendidikanPenggunaan analisis sistem dalam pendidikan tidak saja bergu untuk memecahkan

masalah-masalah pendidikan dalam ruang lingku mikro tertapi juga makro.

d. Saling Hubungan Antarkomponen

Komponen-komponen yang baik menunjang terbentuknya suat sistem yang baik.

Tetapi komponen yang baik saja belum menjami tercapainya tujuan sistem secara optimal,

manakala komponen terseb tidak berhubungan secara fungsional dengan komponen yang

lain.

Hubungan fungsional antarkomponen ini berupa hubungan yan bersifat dinamis

antarkomponen-komponen dan gerak fungsi dari seluru komponen terarah kepada tujuan

sistem. Ibarat tubuh kita (sebagai sebua

sistem) yang bertujuan untuk mempertahankan hidup. Tujuan tersebu dapat dicapai berkat

herfungsinya segenap organ tubuh, seperti paru-paru jantung, alat pencernaan makanan, hati,

dan sebagainya. Secara koordinatif, terarah kepada tujuan sistem, yaitu hidup. Masalah

hubungan fungsional antarkomponen-komponen ini memegang peranan penting dalam

menentukan keberhasilan`suacu sistem dalam mencapai tujuannya. Tanpa ada hubungan yang

fungsional antarkomponen, suatu komponen yang baik kondisinya praktis tidak mempunyai

arti dalam pencapaian tujuan sistem.

Siswa (sebagai komponen masukan mentah) yang baik diajar oleh guru yang terampil

secara teknis tetapi melanggar asas-asas psikologis belum menjamin akan tercapainya hasil

belajar yang dikehendaki, apabila hubungan antarsiswa dan guru tersebut mengalami konflik

sehingga komunikasi tidak berjalan lancar.

Selanjutnya, andaikan hubungan yang dimaksud cukup lancar tetapi ha~ya berlangsung

demikian saja "asal dinamis" dan membias dari arah tujuan sistem, maka hubungan semacam

itu belum pula bersifat fungsional. Sebab tidak akan sampai kepada pencapaian tujuan sistem.

Dilihat dari segi pencapaian tujuan, pada prinsipnya setiap sistem dibangun dengan

makssd un:uk pencapaian tujuan secara optimal. Jika optimasi pencapa~an tujuan tetap

dipertahankan, akan tetapi masih terdapat komponen yang kualitasnya kurang baik ataupun

komponen yang berubah, logikanya harus ada komponen lain yang dapat mengimbangiatau

menutup kekurangan dengan menggantikan fungsi dari komponen yang pertama tadi. Jika

tidak, maka target tujuan tidak tercapai. Misalnya dalam sistem pengajaran, kekurangan pada

komponen peralatan pengajaran tidak menggangu pencapaian target tujuan sistem (dalam hal

Buku Diktat Untuk kalangan sendiri

Page 12: BAB II, Sub Bab IIC Pendidikan Sebagai Sistem

12

Pengantar Pendidikanini hasil belajar) jika dapat diimbangi oleh komponen guru yang mahir dalam mengajar.

Demikian pula sebaliknya guru yang kurang terampil dalam mengajar dapat ditunjang alat

bantu mengajar yang memadai.

Uraian di atas jelas menggambarkan betapa pentingnya saling hubungan fungsional

antarkomponen-komponen dari suatu sistem. Penjelasan ini dapat diilustrasikan sebagai

berikut:

Gambar 2.10 Hubungan antarkomponen dalam sebuah sistem

e. Hubungan Sistem dengan Suprasistem

Telah dijelaskan bahwa di dalam suatu sistem, komponen-komponen saling

berhubungan. Dalam ruang lingkup yang besar (ruang lingkup makro) terlihat pula sistem

yang satu saling berhubungan dengan sistem yang lain. Hal ini wajar, oleh karena pada

dasarnya setiap sistem itu hanya merupakan satu aspek dari kehidupan. Sedangkan segenap

segi kehidupan itu kita butuhkan, sehingga semuanya memerlukan pembinaan dan

pengembangan. Misalnya sistem ekonomi, sistem politik, dan sistem pendidikan, satu sama

lain tidak dapat dipisahkan. Antara sistem tersebut terdapat hubungan fungsional yang

bersifat saling menunjang. Berdasarkan itu pula maka sistem pendidikan hanya dapat terbina

dan berkembang dengan baik apa-bila strategi pengembangannya mengindahkan

pengembangan yang terjadi pada sistem-sistem yang lain. Sistem-sistem tersebut secara

keseluruhan membentuk suprasistem. Jelasnya pembangunan sistem pendidikan nasional

(sistem) hanya akan berhasil jika mengacu kepada pembangunan nasional secara keseluruhan

(suprasistem).

Buku Diktat Untuk kalangan sendiri

KOMPONEN

1

KOMPONEN

2

DLL

Page 13: BAB II, Sub Bab IIC Pendidikan Sebagai Sistem

13

Pengantar PendidikanGambar di bawah ini mengilustrasikan penjelasan tersebut.

Gambar 2.11 Hubungan antarsistem dalam suprasistem

Proses dan Tujuan Sistem Pendidikan

Pada bagian terdahulu dijelaskan bahwa sistem pendidikan memproses masukan

mentah dengan menggunakan masukan instrumental sehingga menjadi keluaran, yaitu

tamatan. Bagaimana . wujud keluaran yang dikehendaki, menjadi tujuan dari sistem

pendidikan. Tujuan ini memberikan arah pada kegiatan sistem, yang memproses masukan

mentah. Secara operasional tujuan tersebut menentukan isi dari masing-masing kompopen

masukan instrumental. Bahkan jika diperlukan juga' memilih jenis dan kualitas masukan

mentahnya. Misalnya d~ngan menggunakan persyaratan khusus dan tes khusus pada calon

siswa. Mengapa tujuan itu menentukan segala-galanya? Sebabnya, tujuan memuat nilai-nilai

sebagai kaidah hidup yang mulia. Karena itu harus dipertahankan dan diusahakan

pencapaiannya. Bisa dikatakan tujuan bersifat normatif (mengandung norma-norma yang

haru~ dicapai dan mengikat komponen-komponen yang lain).

Apabila misalnya terjadi perubahan prioritas dari butir-butir isi tujuan rnaka dalam

pemrosesannya akan membawa perubahan pada komponen-komponen masukan instrumental.

Misalnya memasukkan aspek keterampilan pada pendidikan menengah umum sebagai

perubahan. Agar perubahan ini dapat terlaksana maka harus ada komponen-komponen yang

diubah, yaitu isi kurikulum, jadwal kegiatan, pengelompokan siswa, peralatan dan fasilitas,

jenis guru, dan seterusnya.

Buku Diktat Untuk kalangan sendiri

SISTEM

SISTEM DLL

Page 14: BAB II, Sub Bab IIC Pendidikan Sebagai Sistem

14

Pengantar Pendidikan5. Keterkaitan Antara Pengajaran dan Pendidikan

Istilah pengajaran dapat dibedakan dari pendidikan, tetapi sulit - dipisahkan. Jika

dikatakan "anak diajar menulis yang baik" lebih terasa sebagai pengajaran. Tetapi jika "anak

dikembangkan kegemarannya untuk menulis yang baik" maka lebih mirip pendidikan.

Demikian pula jika dikatakan "guru mengajar murid rnenyusun jadwal belajar untuk belajar

di rumah", ini lebih cenderung dianggap sebagai kegiatan "mengajar". Tetapi jika orang tua

membiasakan anaknya mematuhi jadwal belajar di rumah tersebut maka orang tua tersebut

dianggap mendidik anaknya; dalam hal ini mendidik kedisiplinan. Dalam pendidikan agama

di sekolah sering dikatakan bahwa banyak sekolah yang kegiatan "pendidikan agamanya"

bergeser menjadi "pengajaran agama". Maksudnya "pengetahuan tentang agama" lebih

ditekankan daripada "penanaman jiwa/sikap keagamaannya" pada murid. Akibatnya murid

tahu bahkan mungkin memahami banyak hal mengenai agama, tetapi apa yang dipahami itu

tidak menyatu dengan dirinya dan tidak mewarnai tingkah lakunya.

Contoh-contoh di atas menunjukkan bahwa terhadap sesuatu objek kegiatan (menulis,

menyusun jadwal, mengkaji agama) dapat dipilih sisi pengajaran dan sisi pendidikannya.

Jika yang dipersoalkan atau dijadikan tekanan aspek pengetahuan, disebut

"pengajaran", dan jika aspek pembentukan sikap menjadi tekanan disebut "pendidikan". Di

samping dua sisi seperti yang dikemukakan,

Jika pengajaran ingin dibedakan dari pendidikan, masih ada segi-segi lain yang dapat

dikemukakan sebagai berikut:

Pengajaran (Instruction)

- Lebih menekankan pada penguasaan wawasan dan pengetahuan tentang bidang/ program

tertentu seperti pertanian, kesehatan, dan lainlain

- Makan waktu relatif pendek.

- Metode lebih bersifat rasional, teknis praktis.

Pendidikan (Education)

- Lebih menekankan pada pembentukan manusianya (penanaman sikap dan nilai-nilai)

- Makan waktu relatif panjang

- Metode lebih bersifat psikologis dan pendekatan manusiawi

Buku Diktat Untuk kalangan sendiri

Page 15: BAB II, Sub Bab IIC Pendidikan Sebagai Sistem

15

Pengantar Pendidikan

Pembedaan dilakukan dengan maksud untuk keperluan analisis, agar masing-masing

segi dapat didalami. Di dalam praktek pelaksanaan pendidikan kedua-duanya diupayakan

menyatu. Semakin luas dan dalam

wawasan dan pengetahuan seseorang semakin kukuh terbentuknya sikap dan nilai-nilai,

sebaliknya kualitas sikap dapat mempengaruhi usaha mernperluas dan memperdalam

wawasan keilmuan seseorang. Dalam hubungan ini pendidikan modern lebih cenderung

mengutamakan pembentukan sikap seperti sikap keterbukaan, sikap inovatif, dorongan untuk

maju, kegairahan mencari dan menemukan sesuatu, kepercayaan diri, dan seterusnya. Jika

sikap tersebut sudah tertanam dan terbentuk, pencarian ilmu pengetahuan akan berlangsung

dengan sendirinya. Seperti diketahui hal ini pulalah yang menjadi prinsip dasar CBSA. Jika

sikap diartikan sebagai wadah, semangat, atau jiwa, maka ilmu pengetahuan menjadi isinya.

Wadah harus kukuh dan menetap, sedang isi bisa bervariasi dan berubah mengikuti

perkembangan zaman. Kesimpulan yang dapat ditarik dari persoalan pengajaran dan

pendidikan adalah sebagai berikut:

a. Pengajaran dan pendidikan dapat dibedakan, tetapi tidak dapat dipisahkan satu sama

lain. Masing-masing saling mengisi.

b. Pembedaan dilakukan hanya untuk kepentingan analisis agar masingmasing dapat

dipahami lebih baik.

c. Pendidikan modern lebih cenderung mengutamakan pendidikan, sebab pendidikan

membentuk wadah, sedang pengajaran mengusahakan isinya. Wadah harus menetap

meskipun isi bervariasi dan berubah.

6. Pendidikan Prajabatan (Preservice Educatiou) dan Pendidikan dalam Jabatan (Inservice

Education) sebagai Sebuah Sistem.

Pendidikan prajabatan berfungsi memberikan bekal secara formal kepada calon

pekerja dalam bidang tertentu dalam priode waktu tertentu seperti STM tiga tahun,

diploma III matematika tiga tahun, ataupun strata

I jurusan matematika empat tahun untuk dibekali rnenjadi pekerja di bidang teknik guru

matematika pada SMP ataupun guru matematika pada SLTA.

Buku Diktat Untuk kalangan sendiri

Page 16: BAB II, Sub Bab IIC Pendidikan Sebagai Sistem

16

Pengantar PendidikanSedangkan pendidikan dalam jabatan bermaksud memberikan bekal tambahan

kepada orang-orang yang telah bekerja berupa penataran, kursus-kursus, dan lain-lain.

Tenggang waktunya sangat bervariasi sesuai dengan kebutuhan, serempak dengan

kemajuan zamarr dan perkembangan masyarakat, khususnya dunia kerja yang semakin

hari semakin berkembang dan semakin bervariasi. Sehubungan dengan itu, terjadi

pergeseran cara memandang kedua macam pendidikan tersebut.

Dahulu pada masa di mana pekerjaan lebih bersifat statis dan kurang bervariasi, ada

kecenderungan pendidikan prajabatan diutamakan sedangkan pendidikan dalam jabatan

tidak dipandang sebagai suatu yang penting selaku sarana penyiapan tenaga kerja maupun

selaku upaya pengembangan diri sebagai anggota masyarakat yang senantiasa ditantang

oleh kemajuan. Ada kecenderungan pendidikan prajabatan menyediakan tenggang waktu

yang cukup lama dengan maksud agar calon-calon pekerja yang dididik dapat diberikan

bekal semantap-mantapnya sebelum terjun ke lapangan kerja.

Sebagai contoh pendidikan sarjana misalnya menyediakan tenggang waktu minimal

5 tahun (3 tahun sarjana muda + 2 tahun sarjana lengkap).

Anggapan seperti ini masih sejalan dengan kondisi di mana sifat pekerjaan pada

umumnya relatif konstan. Sehingga untuk itu penyiapan bekalnya melalui pendidikan

prajabatan dapat dirancang semantap-mantapnya.

Tetapi kini dan lebih-lebih pada masa menuatang di mana lapangan kerja beserta

kondisinya sangat kompleks serta menuntut persyaratanpersyaratan yang rnungkin saja

selalu berubah, maka penyiapan tenaga kerja tidaklah perlu dibekali secara ketat melalui

pendidikan prajabatan yang relatif lama. Sebab bekal yang ketat dan maneap itu suatu

saat mungkin saja berubah. Sehingga dengan demikian pemberian bekal tambahan

melalui pendidikan dalam jabatan yang sifatnya lebih dinamis, bervariasi dan rnemakan

tenggang waktu yang tidak lama dipandang lebih sinkron dengan tuntutan pekerjaan yang

sering berubah itu.

Sebagai kesimpulan dapat dikatakan bahwa semakin hari porsi pendidikan dalam

jabatan semakin bertambah besar sehingga relatif hampir sama dengan porsi pendidikan

prajabatan. Di samping itu,

kedudukannya juga menjadi bertambah penting. Dengan kata lain pendidikan prajabatan dan

pendidikan dalam jabatan merupakan dua macam paket program pendidikan yang terikat

dalam suatu sistem pendidikan yang terpadu.

Buku Diktat Untuk kalangan sendiri

Page 17: BAB II, Sub Bab IIC Pendidikan Sebagai Sistem

17

Pengantar PendidikanDengan kata lain tidaklah perlu terlalu lama memeram calon pekerja dalam pendidikan

prajabatan. Sebab bekal yang diperolehnya itu masih harus mengalami adaptasi-adaptasi di

dalam perjalanan praktek pekerjaan. Mungkin pengalaman dari praktek pekerjaan ditambah

dengan latihan-latihan penyesuaian seperlunya, lebih bersifat efisien. Jelasnya, pendidikan

prajabatan kuranglah dapat diandalkan sebagai pencetakan kunci pas melainkan kunci

Inggris. Dengan kata lain pendidikan prajabatan hanya memberikan bekal dasar, sedangkan

bekal praktis yang siap pakai diberikan oleh pendidikan dalam jabatan.

7. Pendidikan Formal, Non-Formal, dan Informal sebagai Sebuah Sistem

Pendidikan formal (PF) yang sering disebut pendidikan persekolahan, berupa rangkaian

jenjang pendidikan yang telah baku. Mulai dari jenjang sekolah dasar (SD) sampai dengan

perguruan tinggi (PT). Sementara itu pendidikan taman kanak-kanak masih dipandang

sebagai pengelompokan belajar yang menjembatani anak dalam suasana hidup dalam

keluarga dan di sekolah dasar. Biasa juga disebut pendidikan prasekolah dasar (Pra-

Elementary School).

Menurut UU No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dinyatakan setiap

warga negara diwajibkan mengikuti pendidikan formal minimal sampai tamat SMP

Bagi warga negara yang tidak sempat mengikuti ataupun menyelesaikan pendidikan

pada jenjang tertentu dalam pendidikan formal (putus sekolah) disediakan pendidikan

nonformal, untuk memperoleh bekal guna terjun ke masyarakat. Pendidikan nonformal (PNF)

sebagai mitra pendidikan formal (PF) semakin hari semakin berkembang sejalan dengan

perkembangan masyarakat dan ketenagakerjaan. Dilihat dari segi wujud atau bentuk

penyelenggaraan semakin beraneka ragam mulai dari paguyuban, sarasehan, kursus-kursus,

kejar paket A dan B sampai kepada gerakan-gerakan seperti PKK dengan aneka ragam

programnya. Di samping ragamnya yang bertambah, juga kualitasnya mengalami

peningkatan.

Hal-hal yang 'menjadi faktor pendorong perkembangan pendidikan ronformal ialah:.

Semakin banyaknya jumlah angkatat'r muda yang tidak dapat melanjutkan sekolah.

Sedangkan mereka terdorong untuk memasuki lapangan kerja dengan harus memiliki

keterampilan tertentu yang dipersyaratkan oleh lapangan kerja.

Lapangan kerja, khususnya sektor swasta, mengalami perkembangan cukup pesat dan lebih

pesat ketimbang perkembangan sektor pemerintah. Masing-masing lapangan kerja tersebut

Buku Diktat Untuk kalangan sendiri

Page 18: BAB II, Sub Bab IIC Pendidikan Sebagai Sistem

18

Pengantar Pendidikanmenuntut persyaratan-persyaratan khusus, yang lazimnya belum dipersiapkan oleh

pendidikan formal.

Sebagaimana diketahui bahwa sektor swasta memiliki ciri umum yaitu keharusan

adanya kemampuan mandiri tanpa subsidi. Ciri umum yang khas ini menuntut bahwa setiap

pekerja harus memiliki keterampilan yang dipersyaratkan agar dapat menunjang kelestarian

hidup dan perkembangan pekerjaan/usaha. Ciri umum tersebut juga sejalan dengan sifat dari

badan-badan usaha pendidikan nonformal itu sendiri, yang pada amumnya diselenggarakan

oleh pihak swasta.

Dari uraian tersebut semakin terlihat betapa eratnya kerja sama antara pendidikan

formal dan pendidikan nonformal, yang satu sama lainnya bersifat komplementer sebagai

sebuah sistem yang terpadu.

Selanjutnya juga pendidikan informal sebagai suatu fase pendidikan yang berada di

samping dan di dalam pendidikan formal dan nonformal sangat menunjang keduanya.

Sebenarnya, tidak sulit untuk dipahami karena sebagian besar waktu peserta didik adalah

justru berada di daIam ruang lingkup yang sifatnya informal.

Dapat disimpulkan bahwa pendidikan formal, nonformal, dan informal ketiganya hanya

dapat dibedakan tetapi sulit dipisah-pisahkan karena keberhasilan pendidikan dalam arti

terwujudnya keluaran pendidikan yang berupa sumber daya manusia sangat tergantung

kepada sejauh mana ketiga sub-sistem tersebut berperanan.

Rangkuman

Pendidikan merupakan wahana penting untuk membangun mahasiswa. Pada gilirannya

manusia hasil pendidikan itu menjadi sumber daya pembangunan. Karena itu, pendidik dalam

melaksanakan tugasnya diharapkan tidak membuat kesalahan-kesalahan mendidik. Sebab

kesalahan mendidik bisa berakibat fatal karena sasaran pendidikan adalah manusia.

Kesalahan-kesalahan mendidik hanya dapat dihindari jika pendidik memahami apa

pendidikan itu sebenarnya. Gambaran yang jelas dan benar tentang pendidikan dapat

diperoleh melalui pengkajian terhadap arti dan tugas pendidika, konsep-konsep yang

mendasarinya, unsur-unsurnya, dan kesatupaduan unsur itu dalam suatu wujud sistem.

Buku Diktat Untuk kalangan sendiri