bab ii-sistem antrian.doc
DESCRIPTION
12TRANSCRIPT
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN,
DAN HIPOTESIS
2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Ruang Lingkup Teori Antrian
Sejak manusia terlibat dalam hubungan sosial, maka sejak itulah terjadi suatu
antrian (Randolph W.Hall, 1991:3). Walaupun topik mengenai antrian bukan
merupakan topik baru, namun penelitian mengenai antrian baru dilakukan diawal
abad ke-20 oleh A.K. Erlang. Analisis teori tentang sistem antrian berkembang
sejalan dengan perkembangan riset operasi pada awal tahun 1950.
Buku panduan tentang teori antrian pertamakalinya ditulis oleh Morse pada
tahun 1958, dengan judul “Queues, Inventories, and Maintenance”. Dilanjutkan oleh
Saaty dengan bukunya, “Elements of Queueing Theory with Applications”, pada
tahun 1961. Lalu Kleinrock melengkapi dengan “Queueing Systems” di tahun 1976.
Lebih dari 30 tahun perhitungan matematis mengenai teori antrian telah berkembang
dengan pesat. Berbagai jurnal seperti Operations Research dan Naval Research
Logistics Quarterly secara berkala memuat bahasan tentang sistem antrian.
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 8
2.1.1.1 Unsur-Unsur Dasar Dari Model Antrian
Dari sudut pandang model antrian, situasi antrian diciptakan dengan cara
sebagai berikut. Sementara para pelanggan tiba di satu sarana pelayanan, mereka
bergabung dalam sebuah antrian. Pelayan memilih seorang pelanggan dari antrian
untuk memulai pelayanan. Setelah selesainya pelayanan, proses memilih pelanggan
baru (yang sedang menunggu) diulangi.
Unsur-unsur dasar dari model antrian bergantung pada faktor-faktor berikut
(Taha, 1997:178) :
1. Distribusi kedatangan dan waktu pelayanan
Pelaku-pelaku utama dalam sebuah situasi antrian adalah pelanggan
(customer) dan pelayan (server). Dalam model antrian, kedatangan pelanggan
dan waktu pelayanan diringkaskan dalam bentuk distribusi probabilitas yang
umumnya disebut sebagai distribusi kedatangan dan distribusi waktu
pelayanan. Kedua distribusi ini mewakili situasi di mana pelanggan tiba dan
dilayani secara individual (misalnya, bank atau supermarket). Dalam situasi
lain, pelanggan dapat tiba dan/atau dilayani dalam kelompok (misalnya
restoran). Kasus ini umumnya disebut sebagai antrian kelompok (bulk queue).
2. Peraturan pelayanan dan prioritas pelayanan
Cara memilih pelanggan dari antrian untuk memulai pelayanan (peraturan
pelayanan). Peraturan yang paling umum adalah FCFS (first come, first
served), LCFS (last come, first served), dan SIRO (service in random order).
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 9
Perlu ditambahkan bahwa sementara peraturan pelayanan menentukan
pemilihan pelanggan dari satu jalur antrian, para pelanggan yang tiba di
sebuah sarana pelayanan dapat juga ditempatkan dalam antrian prioritas
(priority queue) sedemikian rupa sehingga prioritas yang lebih tinggi akan
menerima preferensi untuk mulai dilayani terlebih dahulu.
3. Rancangan sarana pelayanan
Pada kondisi semua pelayan menawarkan pelayanan yang sama (misalnya
kasir bank), maka dapat dikatakan sarana pelayanan tersebut memiliki pelayan
sejajar (parallel servers). Sarana pelayanan dapat pula terdiri dari serangkaian
stasiun yang dapat dilalui pelanggan sebelum pelayanan diselesaikan
(misalnya pengolahan sebuah produk di serangkaian mesin). Situasi ini
umumnya dikenal sebagai antrian serial atau antrian tandem (tandem queue).
Sedangkan rancangan yang mencakup kedua sarana pelayanan tersebut adalah
antrian jaringan (network queue).
4. Ukuran antrian yang diijinkan
Dalam beberapa situasi tertentu, hanya sejumlah pelanggan tertentu yang
diijinkan, kemungkinan karena batasan ruang.
5. Sumber pemanggilan
Sumber pemanggilan (calling source) dapat menghasilkan sejumlah terbatas
pelanggan atau sejumlah tak terbatas pelanggan. Sumber pemanggilan ini
berasal dari pelayan yang akan memberikan pelayanan.
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 10
6. Perilaku manusia
Pelayan dapat mempercepat laju pelayanan ketika jalur antrian memanjang.
Pelanggan dapat berpindah dari satu jalur antrian ke jalur lainnya dengan
harapan dapat mengurangi waktu menunggu. Beberapa pelanggan juga
menolak untuk bergabung dalam satu jalur antrian, karena mereka
memperkirakan waktu tunggu yang lama, atau mereka dapat membatalkan
setelah berada dalam antrian karena waktu menunggu mereka sudah terlalu
panjang. Namun dalam hal perilaku manusia, waktu menunggu yang panjang
bagi satu orang tidak sama panjang bagi orang lainnya. Sehingga penilaian
yang dilakukan bersifat subjektif.
Sedangkan menurut Randolph W. Hall (1991:4) elemen-elemen yang
terdapat pada sistem antrian adalah sebagai berikut :
1. Pelanggan (customer), yaitu seseorang atau sesuatu yang menunggu untuk
mendapatkan pelayanan.
2. Pelayan (server), yaitu seseorang atau sesuatu yang memberikan pelayanan
kepada konsumen / pelanggan.
3. Antrian (queue), yaitu sekelompok pelanggan yang menunggu untuk
diberikan pelayanan.
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 11
2.1.1.2 Karakteristik Antrian
Setiap masalah antrian dapat diuraikan dalam tiga karakteristik (Schroeder,
1997 : 157), sebagai berikut :
1. Kedatangan.
Kedatangan digambarkan dengan distribusi statistik, yang dapat
ditentukan dengan dua cara, yaitu : Pertam, kedatangan persatuan waktu atau
distribusi waktu antar kedatangan. Jika distribusi kedatangan dicirikan dengan
cara yang pertama, jumlah kedatangan yang dapat terjadi dalam periode
waktu tertentu harus dijelaskan. Jika kedatangan diasumsikan terjadi dengan
kecepatan rata-rata yang konstan dan bebas satu sama lain, maka kejadian
tersebut sesuai dengan distribusi probabilitas Poisson (jumlah kejadian selama
satu interval waktu yang diberikan) .
Metode kedua untuk menspesifikan kedatangan adalah waktu antar
kedatangan. Dalam hal ini ditentukan distribusi probabilitas dari suatu
variabel acak kontinu yang mengukur waktu dari satu kedatangan ke
kedatangan berikutnya. Jika kedatangan mengikuti distribusi Poisson, dapat
ditunjukkan secara matematis bahwa waktu antar kedatangan akan
terdistribusi sesuai dengan distribusi eksponensial (interval waktu antara
beberapa kejadian yang berturut-turut).
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 12
2. Antrian
Sifat dari antrian juga mempengaruhi tipe model antrian yang
diformulasikan. Terdapat tiga tipe ketertiban antrian : FCFS (first come, first
served/datang pertama dilayani pertama), LCSF (last come, first
served/datang terakhir dilayani pertama), dan SIRO (served in random
order/pelayanan dalam urutan acak). Bila menggambarkan antrian, panjang
baris antrian juga harus ditentukan. Dua tipe panjang antrian adalah suatu
baris antrian yang tak terbatas (infinite-length) dan batasan panjang antrian
yang tertentu (definite line-length).
Terakhir, perilaku pelanggan dalam antrian didefinisikan sebagai
lamanya pelanggan akan menunggu layanan sebelum mereka meninggalkan
antrian dan jumlah pelanggan yang tidak akan bergabung dalam antrian jika
mereka datang. Untuk tujuan analisis, asumsi-asumsi antrian yang paling
umum adalah aturan pertama-datang-pertama-dilayani (FCFS), panjang
antrian tak terbatas, dan kedatangan menunggu hingga mendapat pelayanan,
3. Pelayanan
Karakteristik yang mempengaruhi masalah antrian adalah distribusi
waktu pelayanan. Waktu pelayanan dapat bervariasi dari satu pelanggan ke
pelanggan berikutnya. Asumsi yang umum untuk distribusi waktu pelayanan
adalah distribusi eksponensial, dalam hal ini waktu pelayanan akan bervariasi.
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 13
Distribusi waktu pelayanan lain yang juga digunakan adalah waktu pelayanan
konstan, waktu pelayanan normal, dan waktu pelayanan seragam.
Karakteristik kedua dari pelayanan yang harus ditentukan adalah
jumlah pelayan (yang melayani). Tiap-tiap pelayan kadang disebut sebagai
saluran (channel). Pelayanan dapat pula diberikan dalam satu tahap, dimana
pelanggan harus melalui dua atau lebih pelayanan secara berurutan untuk
menyelesaikannya.
2.1.1.3 Situasi Antrian
Kombinasi dari banyak pelayanan dan banyak tahap menimbulkan empat tipe
situasi antrian yang ditunjukkan dalam gambar 2.1 berikut :
Satu saluran, satu tahap (single channel, single server)
Satu saluran, banyak tahap (single channel, multiserver)
Banyak saluran, satu tahap (multichannel, single server)
kedatangankedatangan
antrianantrian
Fasilitas pelayanan
Fasilitas pelayanan
Pelayanan selesai
Pelayanan selesai
kedatangankedatangan
antrianantrian
Fasilitas pelayanan
1
Fasilitas pelayanan
1
Pelayanan selesai
Pelayanan selesai
Fasilitas pelayanan
2
Fasilitas pelayanan
2
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 14
Banyak saluran, banyak tahap (multichannel, multiserver)
Gambar 2.1 Situasi berbagai antrian
Sumber: Manajemen Operasi, Schroeder (1997:161)
2.1.2 Pemasaran Jasa
Pemasaran jasa tidak sama dengan pemasaran produk (Rangkuti, 2003 : 19).
Pertama, pemasaran jasa lebih bersifat intangible dan immaterial karena produknya
tidak kasat mata dan tidak dapat diraba. Kedua, produksi jasa dilakukan saat
konsumen berhadapan dengan petugas sehingga pengawasan kualitasnya dilakukan
kedatangankedatangan
antrianantrian
Pelayanan selesai
Pelayanan selesai
Fasilitas pelayanan
2
Fasilitas pelayanan
2
Fasilitas pelayanan
1
Fasilitas pelayanan
1
Fasilitas pelayanan
1A
Fasilitas pelayanan
1A
kedatangankedatanganantrian
antrianPelayanan
selesai
Pelayanan selesai
Fasilitas pelayanan
1B
Fasilitas pelayanan
1B
Fasilitas pelayanan
2A
Fasilitas pelayanan
2A
Fasilitas pelayanan
2B
Fasilitas pelayanan
2B
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 15
dengan segera dan cenderung bersifat unik. Hal ini lebih sulit daripada pengawasan
produk fisik. Ketiga, interaksi antara konsumen dan petugas adalah penting untuk
dapat mewujudkan produk yang dibentuk.
Tujuan manajemen jasa pelayanan adalah untuk mencapai tingkat kualitas
pelayanan tertentu. Karena erat kaitannya dengan pelanggan, tingkat ini dihubungkan
dengan tingkat kepuasan pelanggan. Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan
dalam konsep manajemen jasa pelayanan (Rangkuti, 2003 : 20) :
1. Merumuskan suatu strategi pelayanan. Pada dasarnya dilakukan dengan
merumuskan apa bidang usaha perusahaan, siapa pelanggan perusahaan, dan
apa yang bernilai bagi pelanggan.
2. Mengkomunikasikan kualitas kepada pelanggan. Pelanggan perlu mengetahui
dengan jelas mengenai macam dan tingkat pelayanan yang diperolehnya.
3. Menetapkan suatu standar kualitas secara jelas. Hal ini perlu diupayakan agar
setiap orang mengetahui dengan jelas mengenai macam dan tingkat pelayanan
yang akan diperolehnya.
4. Menerapkan sistem pelayanan yang efektif. Untuk menghadapi pelanggan
diperlukan suatu sistem yang terdiri dari metode dan prosedur untuk dapat
memenuhi kebutuhan pelanggan secara tepat.
5. Karyawan yang berorientasi pada kualitas pelayanan. Setiap karyawan yang
terlibat dalam jasa pelayanan harus mengetahui dengan jelas standar kualitas
pelayanan yang bersangkutan.
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 16
6. Survei kepuasan dan kebutuhan pelanggan. Perusahaan perlu mengetahui
sampai sejauh mana tingkat kepuasan pelanggan dan kebutuhan pelanggan
yang perlu dipenuhi oleh perusahaan.
2.1.3 Dimensi Kualitas Jasa
Studi mengenai dimensi dari kualitas jasa yang hingga saat ini masih
dijadikan acuan, adalah konsep ServQual yang dikembangkan oleh Parasuraman,
Berry, dan Zeithaml. Konsumen mempunyai kriteria yang pada dasarnya identik
dengan beberapa jenis jasa yang memberikan kepuasan kepada para pelanggan.
Kriteria tersebut yang umumnya disebut sebagai 5 dimensi jasa, sebagai berikut :
1. Reliability (keandalan). Kemampuan untuk memberikan jasa secara akurat
sesuai dengan yang dijanjikan.
2. Responsiveness (cepat tanggap). Kemampuan karyawan untuk membantu
konsumen menyediakan jasa dengan cepat sesuai dengan yang diinginkan
oleh konsumen.
3. Assurance (jaminan). Pengetahuan dan kemampuan karyawan untuk melayani
dengan rasa percaya diri.
4. Empathy (empati). Karyawan harus memberikan perhatian secara individual
kepada konsumen dan mengerti kebutuhan konsumen.
5. Tangible (kasat mata). Penampilan fasilitas fisik, peralatan, personel, dan alat-
alat komunikasi.
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 17
2.1.4 Ruang Lingkup Kepuasan Pelanggan
Kepuasan pelanggan didefinisikan sebagai respons pelanggan terhadap
ketidaksesuaian antara tingkat kepentingan sebelumnya dan kinerja aktual yang
dirasakannya setelah pemakaian (Rangkuti, 2003 : 30). Menurut Kotler (2003 : 61)
pengertian kepuasan pelanggan adalah sebagai berikut:
Satisfaction is a person’s feelings of pleasure or dissapointment resulting from comparing a product’s perceived performance (or outcome) in relation to his or her expectations.
Dengan artinya sebagai berikut :
Kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang berasal dari perbandingan antara kesannya terhadap kinerja (atau hasil) suatu produk dan harapan-harapannya
Pada dasarnya pengertian kepuasan pelanggan mencakup perbedaan antara
tingkat kepentingan dan kinerja atau hasil yang dirasakan. Engel (1990) dan Prawira
(1993) mengatakan bahwa pengertian tersebut dapat diterapkan dalam penilaian
kepuasan atau ketidakpuasan terhadap satu perusahaan tertentu karena keduanya
berkaitan erat dengan konsep kepuasan pelanggan, sebagaimana dapat dilihat pada
diagram berikut :
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 18
Gambar 2.2 Diagram Konsep Kepuasan Pelanggan
Sumber: Measuring Customer Satisfaction, Rangkuti (2003:24)
Salah satu faktor yang menentukan kepuasan pelanggan adalah persepsi
pelanggan mengenai kualitas jasa yang berfokus pada lima dimensi jasa (tangible,
empathy, responsiveness, reliability, dan assurance). Proses kepuasan pelanggan
dapat digambarkan dalam diagram berikut :
Tujuan perusahaanTujuan perusahaan
ProdukProduk
Nilai produk bagi pelanggan
Nilai produk bagi pelanggan
Kebutuhan dan keinginan Pelanggan
Kebutuhan dan keinginan Pelanggan
Harapan pelanggan terhadap produkHarapan pelanggan
terhadap produk
Tingkat kepuasan pelanggan
Tingkat kepuasan pelanggan
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 19
Gambar 2.3 Diagram Proses Kepuasan Pelanggan
Sumber: Measuring Customer Satisfaction, Rangkuti (2003:41)
2.1.4.1 Kesenjangan Dalam Penyampaian Jasa
Kesenjangan merupakan ketidaksesuaian antara pelayanan yang dipersepsikan
(perceived service) dan pelayanan yang diharapkan (expected service). Menurut
Zeithaml, model perseptual mengenai kualitas pelayanan dapat menjelaskan proses
terjadinya kesenjangan atau ketidaksesuaian antara keinginan dan tingkat kepentingan
berbagai pihak yang terlibat dalam penyerahan produk/jasa (Rangkuti, 2003:42).
Pernyataan tersebut dapat digambarkan dalam Diagram Model Gap Service Quality
berikut :
Persepsi pelanggan
Perceived service(service yang
diterima pelanggan)
Harapan pelanggan
Harapan pelanggan
Desired service
Adequate service
Pelanggan sangat tidak puasPelanggan sangat tidak puas
Pelanggan sangat puasPelanggan sangat puas
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 20
Gambar 2.4 Model Kualitas Jasa
Sumber: Parasuraman, A., et al. (1985), “A Conceptual Model of Service Quality and Its implications for Future Research",Journal of Marketing, Vol. 49 (Fall), p.44; Philip Kotler, 2003: 456
Model tersebut mengindentifikasi lima kesenjangan yang mengakibatkan
kegagalan penyampaian jasa :
1. Kesenjangan antara harapan konsumen dan persepsi manajemen. Manajemen
tidak selalu memahami secara tepat apa yang diinginkan pelanggan.
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 21
2. Kesenjangan antara persepsi manajemen dan spesifikasi kualitas jasa.
Manajemen mungkin memahami secara tepat keinginan pelanggan, tetapi
tidak menetapkan suatu set standar kinerja spesifik.
3. Kesenjangan antara spesifikasi kualitas jasa dan penyampaian jasa. Para
personil mungkin kurang terlatih atau tidak mampu atau tidak mau memenuhi
standar.
4. Kesenjangan antara penyampaian jasa dan komunikasi eksternal. Harapan
konsumen dipengaruhi oleh pernyataan yang dibuat para wakil perusahaan
dan iklan perusahaan.
5. Kesenjangan antara jasa yang dialami dan jasa yang diharapkan. Kesenjangan
ini terjadi bila memiliki persepsi yang keliru tentang kualitas jasa tersebut.
2.1.4.2 Strategi Kepuasan Pelanggan
Tujuan dari strategi kepuasan pelanggan adalah untuk membuat agar
pelanggan tidak mudah pindah ke pesaing. Strategi-strategi yang dapat dipadukan
untuk meraih dan meningkatkan kepuasan pelanggan (Rangkuti, 2003 : 55) :
1. Strategi relationship marketing
Perusahaan menjalin suatu kemitraan dengan pelanggan secara terus menerus
yang pada akhirnya akan menimbulkan kesetiaan pelanggan sehingga terjadi
bisnis ulang.
2. Strategi unconditional service guarantee
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 22
Strategi memberikan garansi atau jaminan istimewa secara mutlak yang
dirancang untuk meringankan resiko atau kerugian di pihak pelanggan.
3. Strategi superior customer service
Strategi menawarkan pelayanan yang lebih baik dibandingkan dengan yang
ditawarkan oleh pesaing.
4. Strategi penanganan keluhan yang efektif
Merupakan strategi menangani keluhan pelanggan dengan cepat dan tepat, di
mana perusahaan harus menunjukkan perhatian, keprihatinan, dan
penyesalannya atas kekecewaan pelanggan agar pelanggan tersebut dapat
kembali menjadi pelanggan yang puas.
5. Strategi peningkatan kinerja perusahaan
Perusahaan menerapkan strategi yang dapat meningkatkan kualitas pelayanan
secara berkesinambungan, memberikan pendidikan dan pelatihan komunikasi,
salesmanship, dan public relations kepada pihak manajemen dan karyawan,
memasukkan unsur kepuasan pelanggan kedalam sistem penilaian prestasi
karyawan.
2.2. Kerangka Pemikiran
Jasa merupakan pemberian suatu kinerja atau tindakan tak kasat mata dari
satu pihak kepada pihak lain. Sukses suatu perusahaan jasa tergantung pada sejauh
mana perusahaan mampu mengelola ketiga aspek berikut (Rangkuti 2003 : 26):
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 23
1. Janji perusahaan mengenai jasa yang akan disampaikan kepada pelanggan.
2. Kemampuan perusahaan untuk membuat karyawan mampu memenuhi janji
tersebut.
3. Kemampuan karyawan untuk menyampaikan janji tersebut kepada pelanggan
Model kesatuan dari ketiga aspek tersebut dikenal sebagai segitiga jasa, di
mana sisi segitiga mewakili setiap aspek. Pembahasan perusahaan jasa harus meliputi
perusahaan, karyawan, serta pelanggan. Status dan peran perusahaan, karyawan, serta
pelanggan adalah sebagai berikut :
Gambar 2.5 Diagram Segitiga Pemasaran Jasa
Sumber: Principle of Marketing, Philip kotler & Gary Amstrong (2003: 607)
Pemasaran eksternal menggambarkan pekerjaan normal yang dilakukan oleh
perusahaan untuk menyiapkan, memberi harga, mendistribusikan, dan
External MarketingMenetapkan janji mengenai
jasa yang akan disampaikan
External MarketingMenetapkan janji mengenai
jasa yang akan disampaikan
Interactive MarketingMenyampaikan jasa sesuai dengan
yang telah dijanjikan
Interactive MarketingMenyampaikan jasa sesuai dengan
yang telah dijanjikan
PelangganPelanggan
Internal MarketingMembuat agar jasa yang
disampaikan sesuai dengan yang dijanjikan
Internal MarketingMembuat agar jasa yang
disampaikan sesuai dengan yang dijanjikan
ManajemenManajemen
karyawankaryawan
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 24
mempromosikan jasa itu pada konsumen. Pemasaran internal menjelaskan pekerjaan
yang dilakukan oleh perusahaan untuk melatih dan memotivasi pegawainya untuk
melayani pelanggan dengan baik. Sedangkan pemasaran interaktif menggambarkan
keahlian pegawai dalam melayani konsumen, dalam rangka mempertahankan
konsumen untuk tidak beralih kepada pesaing.
Perbedaan antara sektor jasa dengan manufaktur diantaranya adalah sektor
jasa sering tidak dapat menggunakan persediaan untuk mengantisipasi permintaan.
Sehingga kapasitas yang direncanakan harus sedapat mungkin mendekati permintaan
yang diperkirakan. Perencanaan kapasitas pada sektor jasa diantaranya kita temui
pada operasi perbankan, yaitu dalam menentukan sistem antrian teller yang paling
efektif, sehingga kepuasan pelanggan dapat tercapai.
Pengertian Bank menurut pasal 1 ayat (2) Undang-undang Nomor 7 Tahun
1992 Tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No.10
Tahun 1998 yaitu :
“Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.”
Dari pengertian di atas jelas bahwa Bank berfungsi sebagai penghimpun dan
penyalur dana masyarakat. Dalam rangka menghimpun dana dari masyarakat, Bank
memperkenalkan berbagai bentuk produk jasa perbankan. Dari hasil penghimpunan
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 25
dana tersebut, Bank menyalurkan kembali kepada masyarakat/pihak yang
memerlukan dalam bentuk pinjaman.
Bank BNI merupakan salah satu Bank di Indonesia yang sangat
memperhatikan pelaksanaan fungsi diatas. Hal ini tercermin dalam misi bank BNI
sebagai berikut : “Memaksimalkan kepuasan seluruh pihak yang berkepentingan
terhadap Bank BNI yang terdiri dari pemegang saham, nasabah, manajemen dan
karyawan, masyarakat, dan pemerintah”. Untuk mempermudah proses pelaksanaan
fungsi tersebut, maka Bank BNI mendirikan kantor cabang di Bandung, salah satunya
berada di kampus Universitas Padjadjaran.
Pelayanan adalah setiap tindakan yang diberikan petugas Bank BNI kepada
nasabah yang memerlukan bantuan Bank BNI demi kelancaran urusan yang
diperlukan. Guna menerapkan pemasaran interaktif, Bank BNI memiliki standar
pelayanan nasabah berupa pedoman baku yang ditetapkan bagi pimpinan dan
pegawai Bank BNI dalam menjalankan tugas pelayanannya kepada nasabah, baik
dalam hal bersikap, bertindak, dan berkomunikasi. Kualitas pelayanan tersebut
diantaranya ditentukan melalui keramahan, kecepatan, kenyamanan, dan pengetahuan
produk.
Salah satu bentuk pelayanan yang diberikan oleh Bank BNI cabang Unpad,
sebagai realisasi misi Bank BNI, adalah penggunaan jasa teller dalam melayani
kebutuhan konsumen. Bank BNI Cabang Unpad saat ini memiliki lima orang teller
yang bertugas secara bergantian (shift,) dalam melayani nasabah. Sistem antrian yang
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 26
digunakan adalah dengan memakai nomor antrian (take a-number-and-wait system).
Sebelumnya, sistem yang digunakan adalah sistem antrian tanpa nomor (linear queue
system). Masalah baru timbul pada saat kecepatan nasabah yang datang lebih besar
daripada kapasitas pelayanan teller, sehingga akan menimbulkan suatu antrian yang
menunggu.
Gambar 2.6 berikut memperlihatkan operasionalisasi sistem antrian yang
sederhana
Gambar 2.6 Sistem antrian
Sumber: Quantitative Approaches to Management, Levin,dkk. 1992: McGraw Hill
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rongrong Zhou dan Dilip Soman
(2003. Journal of Consumer Research, Inc. Vol 29), terdapat keterkaitan antara sistem
antrian yang digunakan (take a-number-and-wait system atau linear queue system)
dengan kepuasan pelanggan di sebuah Bank.
NasabahNasabah
antrianantrian
Fasilitas pelayanan
Fasilitas pelayanan
Sistem antrianSistem antrian
Nasabah yang telah dilayaniNasabah yang telah dilayani
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 27
Model Kerangka Pemikiran
“Analisis Perbandingan Kepuasan Nasabah Pada Sistem Antrian Teller Bank, Menggunakan Nomor dan Tanpa Nomor ”
Gambar 2.7 Model kerangka pemikiran
NasabahNasabah
mekanismeantrian
mekanismeantrian
Mekanisme pelayananMekanisme pelayanan
Sistem antrianSistem antrian
Nasabah yang telah dilayaniNasabah yang telah dilayani
Take A-Number-and-Wait SystemAtau
Linear Queue System
Take A-Number-and-Wait SystemAtau
Linear Queue System
KepuasanNasabahKepuasanNasabah
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 28
2.3 Paradigma Penelitian
Gambar 2.8 Model Paradigma Penelitian
2.4 Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka hipotesis yang dapat diajukan
dalam penelitian ini adalah :
“Sistem antrian teller dengan menggunakan mesin nomor memiliki kinerja
yang lebih baik dibandingkan sistem antrian tanpa nomor, sehingga
memberikan tingkat kepuasan nasabah yang lebih besar”
Sistem Antrian Pada Teller Bank
Menggunakan Nomor
KedatanganAntrianPelayanan
Menggunakan Nomor
KedatanganAntrianPelayanan
Tanpa Nomor
KedatanganAntrianPelayanan
Tanpa Nomor
KedatanganAntrianPelayanan
Kepuasan
Nasabah
Kepuasan
Nasabah