bab ii sistem pengisian
TRANSCRIPT
generator arus searah dalam hal kemampuan membangkitkan tenaga listrik
dan ketahanannya. Karena mobil membutuhkan arus searah, maka arus bolak-
balik yang diproduksi oleh alternator diserarahkan sebelum keluar menuju sistem
kelistrikan mobil.
Sistem pengisian berfungsi untuk mengisi kembali baterai setelah
digunakan untuk starting dan menyuplai kebutuhan listrik ke sistem kelistrikan
saat mesin hidup. Arus baterai yang digunakan untuk menghidupkan starter sangat
banyak sehingga memerlukan sistem pengisian untuk mengisinya kembali. Baterai
berfungsi sebagai sumber tenaga listrik terhadap seluruh sistem kelistrikan pada
kendaraan. Kunci kontak berfungsi sebagai penyambung dan pemutus arus listrik
yang mengalir ke regulator. Lampu indikator berfungsi sebagai tanda peringatan
jika adanya kerusakan pada sistem pengisian. Alternator berfungsi sebagai
penyuplai arus listrik ke komponen kelistrikan saat mesin hidup dan untuk
mengisi baterai.
Ketika mesin berputar dengan kecepatan putaran semakin tinggi, pada
generator atau pembangkit tegangan terbentuk arus listrik bolak balik atau
alternating current yang terus meningkat tegangannya seiring putaran mesin,
diperlukan regulator untuk membatasi tegangan sesuai yang di perlukan, dengan
mengurangi suplay arus listrik ke rotor koil untuk mengurangi gaya medan
magnet yang terbentuk. Dengan beban besar, maka alternator akan menghasilkan
arus yang besar pula, begitu juga sebaliknya,seperti contoh saat mesin habis di
starter, maka pengisian alternator akan besar, dan mengecil secara otomatis
setelah arus aki tercukupi. Bisa juga saat kita menyalakan lampu besar, maka
kinerja alternator akan otomatis naik. Pada dasarnya alternator memiliki beberapa
6
terminal utama diantara nya terminal F, terminal N, terminal E ada juga yang
tidak pakai terminal E karena terminal E sama dengan ground, serta terminal B+
dan Ground. Seiring dengan kebutuhan beban dan fitur kendaraan terminal
alternator juga di sesuaikan dengan kebutuhan tersebut.
Gambar 2.1. Bagan Sistem Pengisian
B. Komponen-komponen Sistem Pengisian
1. Baterai
Baterai atau akumulator adalah sebuah sel listrik dimana di dalamnya
berlangsung proses elektrokimia yang reversibel (dapat berbalikan) dengan
efisiensinya yang tinggi. Yang dimaksud dengan proses elektrokimia
reversibel, adalah di dalam baterai dapat berlangsung proses pengubahan
kimia menjadi tenaga listrik (proses pengosongan), dan sebaliknya dari tenaga
listrik menjadi enaga kimia, pengisian kembali dengan cara regenerasi dari
elektroda-elektroda yang dipakai, yaitu dengan melewatkan arus listrik dalam
arah (polaritas) yang berlawanan di dalam sel. Pada mobil banyak terdapat
komponen-komponen kelistrikan yang digerakkan oleh tenaga listrik.
7
Diwaktu mesin mobil hidup komponen kelistrikan tersebut dapat
digerakkan oleh tenaga listrik yang berasal dari alternator dan baterai, tetapi
saat mesin mobil mati tenaga listrik yang digunakan hanya berasal dari baterai
saja. Contoh untuk pemakaian energi listrik saat mesin mobil mati adalah pada
lampu parkir, lampu ruangan, indikator pada ruangan kemudi, peralatan audio
(tape recorder), peralatan pengaman dan lain-lain. Jumlah tenaga listrik yang
disimpan dalam baterai dapat digunakan sebagai sumber tenaga listrik
tergantung pada kapasitas baterai dalam satuan amper jam (AH). Jika pada
kotak baterai tertulis 12 volt 50 AH, berarti baterai baterai tersebut
mempunyai tegangan 12 volt dimana jika baterai tersebut digunakan selama 1
jam dengan arus pemakaian 50 amper maka kapasitas baterai tersebut setelah
1 jam akan kosong. Kapasitas baterai tersebut juga dapat menjadi kosong
setelah 2 jam jika arus pemakaian 25 amper.
Disini terlihat bahwa lamanya pengosongan baterai sangat ditentukan
oleh besarnya pemakaian arus listrik dari baterai. Semakin besar arus yang
digunakan semakin cepat terjadi pengosongan baterai, dan sebaliknya.
Besarnya kapasitas baterai sangat ditentukan oleh luas permukaan plat atau
banyaknya plat baterai. Jadi dengan bertambahnya luas plat atau dengan
bertambahnya jumlah plat baterai maka kapasitas baterai juga akan bertambah.
Sedangkan tegangan baterai ditentukan oleh jumlah sel baterai, dimana satu
sel baterai dapat menghasilkan tegangan 2,1 volt. Tegangan listrik yang
terbentuk sama dengan jumlah tegangan listrik tiap-tiap sel. Jika baterai
mempunyai enam sel, maka tegangan baterai tersebut adalah 12,6 volt.
8
Biasanya setiap sel baterai ditandai dengan adanya satu lobang pada kotak
baterai bagian atas untuk mengisi elektrolit baterai.
Gambar 2.2. Proses pengosongan/Discharge (kiri), proses pengisian/Charge
(kanan)1
2. Alternator
Alternator berfungsi menghasilkan arus listrik ketika mesin
dihidupkan. Tegangan yang dihasilkan oleh alternator adalah tegangan bolak
balik (Alternative Current/AC) yang kemudian dikonversikan/ diubah menjadi
tegangan searah (Direct Current/DC).
Gambar 2.3. Alternator
1 Ibid. hal, 34
9
Terminal-terminal yang terdapat pada alternator (Gambar 2.3) adalah:
“S” Terminal indikator voltase baterai.
“IG” Terminal indikator strum kontak.
“L” Terminal lampu indikator.
“B” Terminal output alternator.
“F” Terminal tegangan langsung (bypass).
Gambar 2.4. Terminal Alternator
Jika bagian atas alternator dibuka (Gambar 9.28), maka akan terlihat
regulator yang mengontrol tegangan output alternator, carbon brush yang
menempel dengan bagian atas rotor (slip ring), rangkaian dioda (rectifier)
yang mengkonversi (mengubah) tegangan AC menjadi tegangan DC dan slip
ring (bagian dari rotor) dihubungkan dengan setiap field winding.
10
Dua slip ring ditempatkan di setiap bagian atas rotor. Slip ring
dihubungkan dengan field winding dimana carbon brush dapat bergerak, dan
ketika arus mengalir melalui field winding lewat slip ring, maka akan ada
arus magnet di sekitar rotor. Dua buah arang yang diposisikan sejajar yang
akan menempel dengan slip ring. Carbon brush disolder atau diikat dengan
baut Alternator dalam menghasilkan arus listrik prinsipnya sama dengan
sistem elektromagnet.
Alternator berfungsi untuk mengubah energi mekanik menjadi energi
listrik. Arus bolak balik yang dihasilkan alternator akan diubah menjadi arus
searah. Untuk mengubah arus tersebut pada rangkaian alternator dilengkapi
dengan 6 buah dioda, masing-masing dua buah dioda dihubungkan dengan
kumparan stator. Energi mekanik mesin dihubungkan dengan puli sehingga
dapat memutarkan rotor dan membangkitkan arus listrik bolak-balik di dalam
stator.
Arus bolak-balik inilah yang akan disearahkan oleh rangkaian rectifier
dioda. Arus ini digunakan untuk mengisi baterai. Sementara medan magnet
yang dihasilkan rotor diteruskan voltage regulator, dan tegangan keluaran
voltage regulator digunakan untuk menyuplai kunci kontak (terminal IG) dan
baterai (terminal S). Pada saat alternator melakukan proses pengisian, arus
pengisian ini akan dialirkan ke kawat konektor yang lebih besar yang terletak
antara terminal B dan baterai. Pada saat yang bersamaan, tegangan dari baterai
akan dimonitor oleh MIC regulator yang terhubung dengan terminal S.
Tegangan regulator yang dihasilkan bisa besar dan kecil tergantung dari koil
11
rotor. Koil rotor terhubung dengan terminal P. Sementara terminal U berfungsi
untuk menghidupkan lampu indikator sistem pengisian.
Gambar 2.5. Rangkaian Prinsip Kerja Alternator
Komponen utama dari alternator ada dua, yaitu stator yang berfungsi
menghasilkan kemagnetan listrik, dan rotor yang berfungsi menghasilkan arus
listrik. Selain dari rotor dan stator, alternator juga dilengkapi dengan dioda
(rectifier) untuk mengubah arus dari arus bolak balik menjadi arus searah.
Dioda penyearah dipasang sebanyak 6 buah pada alternator.
Dioda penyearah ini berbeda konstruksinya dengan dioda yang biasa
dipakai di rangkaian elektronik. Karena dalam satu konstruksi dioda ini hanya
memiliki satu terminal. Dioda terminal positif disebut dengan dioda penyearah
positif, dan dioda dengan terminal negatif disebut dengan dioda penyearah
negatif. Berdasarkan dari konstruksinya maka alternator dapat dibedakan
menjadi dua tipe yaitu, alternator konvensional dan alternator dengan
12
kecepatan tinggi. Alternator kecepatan tinggi (high speed) konstruksinya
menggunakan IC pada rangkaian regulatornya. 2
3. Regulator
Regulator biasa juga disebut dengan voltage regulator, berfungsi untuk
mengatur besar kecilnya jumlah arus yan diperlukan oleh rotor (Gambar 2.6).
Regulator tersusun dari titik–titik kontak, kumparan magnet dan resistor.
Gamabar 2.6. Terminal Regulator
Pada rangkaian regulator saat ini sudah dilengkapi dengan IC
regulator. Keuntungan menggunakan IC ini adalah ukurannya kecil, tidak
diperlukan penyetelan tegangan dan mempunyai sifat kompensasi temperatur
untuk mengontrol tegangan pengisian dan suplai arus ke lampu. Sebelum
menggunakan IC regulator, dulu digunakan regulator sistem satu titik kontak,
dua titik kontak dan regulator voltage relay.
Regulator tipe satu kontak mempunyai tahanan yang dihubungkan
langsung ke titik kontak pada waktu mesin berputar pada putaran rendah.
Tahanan ini dipasang seri dengan kumparan rotor. Bila tegangan alternator
2 Boentarto. Cara Pemeriksaan, Penyetelan, dan Perawatan Kelistrikan mobil. (Yogyakarta: Andi Offset, 1995
13
rendah, gaya magnet dari kumparan magnet juga lemah sehingga titik kontak
menutup dan arus yang mengalir ke kumparan rotor melewati titik titik kontak.
Bila tegangan alternator bertambah tinggi, gaya magnet bertambah
kuat, maka titik kontak akan membuka. Karena tegangan baterai yang
dibutuhkan maksimal 12 volt, sementara tegangan dari alternator cenderung
bertambah naik, maka akan mengakibatkan baterai over charge. Untuk
mencengah baterai over charge (kelebihan pengisian), maka alternator
dilengkapi dengan voltage regulator. voltage regulator akan mengatur output
rotor tetap stabil pada tegangan 13.8 volt s/d 14.8 volt. Untuk mengurangi dan
menambah arus ke baterai, maka pada voltage regulator kontak-kontaknya
akan menutup dan membuka. Apabila kecepatan alternator tinggi, maka akan
diperlukan resistansi yang tinggi pula. Akan tetapi pemakaian resistansi yang
tinggi akan menyebabkan loncatan bunga api pada saat kontak membuka dan
menutup.3
Untuk mengatasi kelemahan pada regulator satu titik kontak, maka
digunakan regulator dua titik kontak. Prinsipnya sama dengan regulator satu
titik kontak. Hanya saja pada putaran rendah putaran kontak yang bekerja
adalah kontak putaran rendah (P1) dan pada saat diperlukan tegangan tinggi
maka kontak yang menutup dan membuka adalah kontak putaran tinggi (P2).
Kelemahan dari regulator dua titik kontak ini adalah terjadinya penurunan
tegangan pada saat perubahan posisi alternator dari kecepatan tinggi ke
kecepatan rendah.
3 Daryanto. Dasar-Dasar Kelistrikan Otomotif. (Jakarta: PT. Prestasi Pustakaraya, 2011) . hal, 125
14
Sistem pengisian pada regulator voltage relay menggunakan dua
regulator, yakni regulator tegangan dan regulator voltage relay. Voltage relay
menjamin pengaturan tegangan menjadi baik. Kumparan magnet dari tegangan
regulator bekerja tergantung dari tegangan yang dibangkitkan oleh alternator.
Voltage regulator relay berfungsi mencegah terjadinya penurunan tegangan
dari output alternator.
C. Sistem Starter
Sistem starter adalah suatu sistem yang dapat merubah energi listrik
menjadi energi mekanik yang dapat mengerakkan motor starter. Motor starter
harus bisa menghasilkan momen yang cukup besar meskipun daya tersedia pada
baterai cuma 12 volt.
Motor Starter yang sekarang dipergunakan pada automobil menggunakan
magnetic switch yang mendorong gear yang berputar (disebut pinion gear) untuk
menghubungkan dan melepaskan perkaitan dengan ring gear yang berada di
sekeliling flywheel yang diikat dengan baut-baut pada poros engkol. Dewasa ini
ada dua tipe utama motor starter yang dipergunakan pada mobil-mobil dan truk-
truk kecil yaitu: konvensional dan reduksi.4
Automobil yang dirancang untuk daerah dingin menggunakan motor
starter tipe reduksi yang menghasilkan momen yang lebih besar yang dibutuhkan
untuk menghidupkan mesin pada temperature rendah. Karena kemampuannya
membangkitkan momen jauh lebih besar dari pada tipe konvensional pada ukuran
dan berat yang sama, maka banyak automobil yang mulai menggunakan tipe
reduksi meskipun dioperasikan di daerah panas.
4 Boentarto. Teknik Kelistrikan Mobil dan Motor. (Surakarta: CV. Aneka, 1996) hal 66
15
Karena mesin tidak dapat berputar dengan sendirinya, dibutuhkan tenaga
dari luar untuk mengengkol dan membantunya untuk hidup. Diantara berbagai
peralatan yanga ada, sekarang automobil menggunakan motor listrik yang
dikombinasikan dengan magnetic switch untuk mendorong pinion gear yang
berputar ke dalam atau keluar dari hubungan dengan ring gear yang ada pada roda
penerus (flywheel) mesin.
Motor starter harus dapat membangkitkan momen puntir yang besar dari
sumber tenaga baterai yang terbatas. Pada waktu yang bersamaan harus ringan dan
kompak. Oleh karena itu maka dipergunakanlah motor seri DC (direct current).
Mesin tidak akan dapat start sebelum melakukan siklus operasionalnya berulang-
ulang yaitu langkah hisap, kompresi, pembakaran dan buang. Langkah pertama
untuk menghidupkan mesin, kemudian memutarkannya dan menyebabkan siklus
pembakaran pendahuluan.
Motor starter minimal harus dapat memutarkan mesin pada kecepatan
minimum yang diperlukan untuk memperoleh pembakaran awal. Kecepatan putar
minimum yang diperlukan untuk menghidupkan mesin berbeda tergantung pada
konstruksi dan kondisi operasinya tetapi pada umumnya 40 sampai 60 rpm untuk
motor bensin dan 80 sampai 100 rpm untuk motor diesel. Alasannya mengapa
mesin tidak akan hidup sampai kecepatan putarannya mencapai tingkat tertentu
meliputi:
1. Bahan bakar tidak teratomisasi sepenuhnya pada putaran rendah. Pada motor
bensin, kecepatan udara masuk berpengaruh terhadap kerja karburator. Pada
motor diesel, kecepatan putaran pompa injeksi yang rendah tidak
memungkinkan terjadinya atomisasi bahan bakar secara sempurna.
16
2. Temperatur yang terlalu rendah. Pada motor bensin, temperatur silinder yang
rendah menghambat pengabutan bahan bakar. Pada motor diesel, hingga
temperatur udara yang dikompresikan di dalam silinder tercapai, bahan bakar
masih dapat saja gagal terbakar.
Karena karakteristik motor starter semakin rendah putarannya, ia akan
mengambil arus lebih besar dari baterai, dan baterai mungkin tidak mampu untuk
memberikan tenaga yang cukup ke sistem pengapian (pada motor bensin) selama
pemutaran awal, karena tegangan di terminal baterai banyak turun. Bila ini
terjadi, maka kemampuan pembakaran akan menurun, karena tegangan yang
masuk ke kumparan primer dari ignition coil tidak cukup, menyebabkan tegangan
sekunder yang dikirimkan ke busi tidak cukup.
Prinsip kerja dari motor starter adalah sebagai berikut: Saat kunci kontak
start maka arus akan mengalir dari baterai menuju selenoid, brush starter
kemudian ke komutator dan dilanjutkan ke brush negatif dan berakhir dimassa.
Motor starter berfungsi untuk mengerakkan fly wheel, fly wheel berfungsi untuk
menerima dan mempertahankan daya putar poros engkol sehingga piston dapat
bergerak turun naik melakukan proses pembakaran. Starter selenoid berfungsi
sebagai kontak penghubung antara kunci kontak dengan motor starter. Apabila
pada starter selenoid terjadi aliran arus maka motor starter akan berputar.
Sementara alternator berfungsi untuk mengisi baterai, output dari alternator diatur
tetap konstan dengan menggunakan voltage regulator.5
5 Ibid. hal 68
17
Gambar 2.2 prinsip Kerja Sistem Starter
D. Jenis-Jenis Motor Starter
1. Motor Starter Konvensional
Motor Starter tipe ini terdiri dari sebuah magnetic switch, motor
elektrik, drive lever, pinion gear, starter clutch dan lain-lain seperti terlihat di
bawah. Pinion gear ditempatkan satu poros dengan armature. Pada umumnya
motor starter digolongkan menurut nominal outputnya (dalarn KW) makin
besar outputnya semakin besar pula kemampuan startnya. Pada umumnya
kendaraan menggunakan baterai 12 V maka motor starter juga dirancang untuk
tegangan tersebut. Beberapa kendaraan bermotor diesel menggunakan dua buah
bateral 12V yang dihubungkan seri (12 V + 12 V = 24 V) dengan sebuah motor
starter 24 V untuk memperbesar kemampuan start. Konstruksi, cara kerja dan
prosedur troubleshooting untuk motor starter 24 V pada dasarnya sama dengan
tipe 12 V.
18
Gambar 2.3. Motor Starter konvensional6
2. Motor Starter Tipe Reduksi
Motor starter tipe ini terdiri dari sebuah magnetic switch, sebuah motor
berkecepatan tinggi yang sangat kompak, beberapa roda gigi reduksi, sebuah
pinion gear, sebuah starter clutch, dan lain-lain. Roda gigi ekstra
memperlambat putaran motor sampai sepertiga atas seperempat putaran dan
memindahkan putaran tersebut ke pinion gear.
Plunger dan magnetic switch akan langsung menekan pinion gear yang
letaknya satu sumbu, menyebabkan pinion gear berhubungan dengan ring gear.
Motor starter tipe ini menghasilkan momen yang lebih besar, dengan ukuran
dan berat yang sama, bila dibandingkan dengan tipe konvensional.
6 Daryanto. Pengetahuan Komponen Mobil. (Jakarta : PT. Bumi Aksara, 1999) hal, 60
19
Gambar 2.4. Motor Starter Tipe Reduksi7
E. Komponen-Komponen Motor Starter
Komponen- komponen motor starter terdiri dari : yoke, armature,
overrunning clutch, magnetic switch, drive end frame, rear end frame, dan drive
lever.
1. Yoke Assy
Yoke Assy terdiri dari: Yoke core, pole core, field coil dan brush (+).
Field coil dipasang pada setiap kutub (pole) dengan menggunakan lempeng
kabel tembaga dan diisolasi satu dengan yang lainnya serta terhadap core dan
dihubungkan secara seri dengan gulungan armature melalui brush. Pole core
berfungsi untuk menopang field coil dan berfungsi untuk memperkuat medan
7 Boentarto, Op-cit, hal, 69
20
magnet yang dihasilkan oleh field coil. Pada umumnya setiap motor starter
memiliki 4 buah pole core yang diikat pada yoke core (body starter) dengan
skrup.
Gambar 2.5. Yoke Assy8
2. Armature Assy
Armature Assy terdiri dari: Armature shaft, helical spline, armature
winding, armature core dan comutator. Secara umum armature berfungsi
untuk merubah energi listrik menjadi energi mekanik (gerak putar). Armature
core merupakan sebatang besi yang berbentuk silinder bercelah yang berfungsi
sebagai inti besi dari coil armature.
Armature shaft bertumpu pada 2 atau 3 bearing bush. Helical splines
dibuat pada poros untuk memungkinkan overruning clutch bergeser secara
halus saat bertaut dengan ring gear. Loops/ gulungan armature terletak pada
8 Ibid, hal 70
21
core dan diisolasi satu dengan yang lainnya dan ujungujungnya dihubungkan
ke segment-segment comutator.
Gambar 2.6. Armature Assy9
OC digunakan untuk meneruskan torsi putaran armature ke ring gear
mesin. OC memungkinkan pinion berputar lebih cepat dari armature setelah
mesin distart, mencegah kerusakan armature akibat gaya sentifugal pada
kecepatan tinggi. Overruning clutch terdiri dari :
a) Driving member yang dihubungkan dengan spline tube.
b) Driven member yang dihubungkan pada pinion.
c) Clutch spring.
d) Cylindrical roller.
9 Ibid, hal 71
22
Ada 5 atau lebih roller antara driven dan driving member, roller ini
terletak pada lubang atau celah. Permukaan luar dari celah ini sedikit miring
dan tirus (tapered). Setiap roller didorong kearah bagian tirus dari celahnya
oleh sebuah coil spring kecil. Bila outer barrel berputar ke arah jarum jam
maka roller akan menekan dan menyatukan antara outer barrel dan inner barrel
sehingga outer barrel dan inner barrel berputar dalam arah yang sama.
Keadaan demikian disebabkan karena roller ditekan oleh spring dan
putaran outer barrel. Apabila mesin telah hidup, maka pinion akan terputar
lebih cepat dari outer barrel. Akibatnya akan memindahkan roller dari posisi
semula hingga memungkinkan outer berputar bebas dari inner barrel. Dengan
demikian putaran pinion akibat putaran ring gear tidak diteruskan ke armature.
Gambar 2.7. Overruning Clutch Assy10
3. Magnetic Switch Assy
Magnetic switch terdiri dari : Solenoid, inti magnet, plunger (inti
gerak), return spring, kontak dan terminal. Solenoid terdiri dari 2 coil yaitu
10 Daryanto. Op-cit, hal 138
23
pull in coil (penarik) dan hold in coil (penahan), yang berfungsi untuk
menggerakkan pinion sehingga bertaut dengan engine ring gear dengan cara
menarik dan menahan plunger.
Gambar 2.8. Magnetic Switch Assy11
4. Drive End Frame
Satu bagian dari drive end frame menutup overruning clutch dan drive
lever, yang berfungsi memberikan perlindungan dan debu dan udara korosif.
Oilless bush dipress fit pada drive end frame, sehingga memberikan interval
service yang lama.
Gambar 2.9. Drive End Frame12
11 Ibid, hal 13912 Ibid, hal 140
24
5. Rear End Frame
Oilless bush juga dipress fit pada rear end frame. Grease ditambahkan
pada cover belakang untuk melumasi antara bush dan ujung poros dan juga
untuk melumasi brake spring.
Gambar 2.10. Rear End Frame13
6. Drive Lever
Drive lever (tempat dipasangnya drive spring) dihubungkan dengan
sambungan penggeser (Shift Linkage) untuk menghasilkan pertautan pinion
dengan ring gear yang halus dan efisien.
Gambar 2.11. Drive Lever14
13 Ibid, hal 14114 Ibid
25