bab ii refisi - perpustakaan uin walisongo...

37
11 BAB II KONSEP LEADERSHIP A. KONSEP UMUM TENTANG LEADERSHIP Dalam segi kehidupan apapun kita selalu memerlukan pemimpin yang tangguh yang diharapkan mampu memberi ilham, dorongan serta arah kepada kelompok yang dipimpin, sekaligus sanggup menjadi teladan yang menarik bawahannya untuk berbuat serupa. Kepemimpinan bukan jatuh dari langit, ia harus tumbuh dalam pribadi seseorang. Ia menuntut bakat tertentu, pembinaan baik melalui proses pendidikan/pengalaman hidup sehari-hari. Oleh karena itu, mengenai pokok-pokok penting yang merupakan tuntutan mutlak yang merupakan suatu keharusan bagi seorang pemimpin dan calon pemimpin. Setiap orang diharapkan dapat memikirkan, menerapkan dan menilai kembali kontribusi sosial masing-masing dalam kehidupan bersama, dengan demikian terdapat proses evaluasi diri yang didukung oleh kesadaran yang dalam, juga diharapkan pengembangan kreatifitas dalam kehidupan bersama. Semua kegiatan manusia dimunculkan oleh suatu dorongan aktualisasi diri yang terdapat dalam setiap individu yang harus tersalur dan dilaksanakan dengan nyata. Maka aktifitas dan partisipasi aktif setiap anggota masyarakat sedemikian itu jelas menjadi fundamen pokok bagi kebahagiaan manusia dalam berkarya dan membangun budaya. Dalam setiap karya bersama itulah dibutuhkan para pemimpin dan kepemimpinan untuk mengefisienkan setiap langkah atau kegiatan yang berarti. Hanya pemimpin yang bersedia mengakui bakat-bakat, kapasitas, inisiatif dan kemauan baik dari para pengikutnya maupun pribadi untuk berinisiatif dan bekerja sama, hanya pemimpin sedemikian inilah yang mampu menjamin kesejahteraan lahir batin masyarakat luas, sekaligus mampu mempertinggi produktifitas dan efektifitas usaha bersama. Maka dari itu, pemimpin merupakan faktor kritis yang dapat menentukan hidup matinya suatu kegiatan bersama, baik

Upload: vankhanh

Post on 06-Feb-2018

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bab II refisi - Perpustakaan UIN Walisongo Semaranglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/31/jtptiain-gdl-s1... · produktifitas dan efektifitas usaha ... kepemimpinan dan kadang-kadang

11

BAB II

KONSEP LEADERSHIP

A. KONSEP UMUM TENTANG LEADERSHIP

Dalam segi kehidupan apapun kita selalu memerlukan pemimpin yang

tangguh yang diharapkan mampu memberi ilham, dorongan serta arah kepada

kelompok yang dipimpin, sekaligus sanggup menjadi teladan yang menarik

bawahannya untuk berbuat serupa. Kepemimpinan bukan jatuh dari langit, ia

harus tumbuh dalam pribadi seseorang. Ia menuntut bakat tertentu, pembinaan

baik melalui proses pendidikan/pengalaman hidup sehari-hari. Oleh karena itu,

mengenai pokok-pokok penting yang merupakan tuntutan mutlak yang

merupakan suatu keharusan bagi seorang pemimpin dan calon pemimpin.

Setiap orang diharapkan dapat memikirkan, menerapkan dan menilai

kembali kontribusi sosial masing-masing dalam kehidupan bersama, dengan

demikian terdapat proses evaluasi diri yang didukung oleh kesadaran yang

dalam, juga diharapkan pengembangan kreatifitas dalam kehidupan bersama.

Semua kegiatan manusia dimunculkan oleh suatu dorongan aktualisasi diri yang

terdapat dalam setiap individu yang harus tersalur dan dilaksanakan dengan

nyata. Maka aktifitas dan partisipasi aktif setiap anggota masyarakat sedemikian

itu jelas menjadi fundamen pokok bagi kebahagiaan manusia dalam berkarya dan

membangun budaya.

Dalam setiap karya bersama itulah dibutuhkan para pemimpin dan

kepemimpinan untuk mengefisienkan setiap langkah atau kegiatan yang berarti.

Hanya pemimpin yang bersedia mengakui bakat-bakat, kapasitas, inisiatif dan

kemauan baik dari para pengikutnya maupun pribadi untuk berinisiatif dan

bekerja sama, hanya pemimpin sedemikian inilah yang mampu menjamin

kesejahteraan lahir batin masyarakat luas, sekaligus mampu mempertinggi

produktifitas dan efektifitas usaha bersama. Maka dari itu, pemimpin merupakan

faktor kritis yang dapat menentukan hidup matinya suatu kegiatan bersama, baik

Page 2: Bab II refisi - Perpustakaan UIN Walisongo Semaranglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/31/jtptiain-gdl-s1... · produktifitas dan efektifitas usaha ... kepemimpinan dan kadang-kadang

12

yang berbentuk organisasi sosial, lembaga pemerintah maupun usaha-usaha

perdagangan.

1. Pengertian

Istilah leadership merupakan bentuk kata dalam bahasa Inggris yang

kata awalnya adalah leader yang berarti pemimpin; pemimpin yang berbakat;

tokoh, kemudian mendapat akhiran menjadi leadership yang berarti

kepemimpinan1. Secara etimologi kepemimpinan (leadership) dapat diartikan

sebagai berikut:

1. Berasal dari kata dasar pimpin, yang berarti bimbing atau tuntun. Dengan

demikian di dalamnya ada dua pihak yaitu yang dipimpin (ummat) dan

yang memimpin (imam)

2. Setelah ditambah awalan pe menjadi pemimpin, yang berarti orang yang

mempengaruhi pihak lain melalui proses kewibawaan komunikasi,

sehingga orang lain tersebut bertindak untuk mencapai tujuan tertentu.

3. Apabila ditambah akhiran an menjadi pimpinan maka artinya adalah orang

yang mengepalai. Antara pemimpin dengan pimpinan dapat dibedakan,

yaitu pimpinan (kepala) cenderung lebih sentralistis, sedangkan pemimpin

cenderung lebih demokratis

4. Kemudian setelah dilengkapi dengan awala ke menjadi kepemimpinan

(dalam Bahasa Inggris; leadership) yang berarti kemampuan dan

kepribadian seseorang dalam mempengaruhi serta membujuk pihak lain

agar melakukan tindakan pencapaian tujuan bersama sehingga dengan

demikian yang bersangkutan menjadi awal struktur dan pusat proses

kelompok2

1 John M. Echols dan Hasan Sadily, Kamus Inggris Indonesia, PT. Gramedia, Jakarta, 1992,

hlm. 351 2 Inu Kencana Syafi’i, Al Qur’an dan Ilmu Administrasi, PT. Rineka Cipta, Jakrta, 2000, hlm.

71-72

Page 3: Bab II refisi - Perpustakaan UIN Walisongo Semaranglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/31/jtptiain-gdl-s1... · produktifitas dan efektifitas usaha ... kepemimpinan dan kadang-kadang

13

Elizabeth O’Leary menyebutkan definisi atau keyakinan yang lazim

tentang pemimpin dan kepemimpinan, bahwa pemimpin adalah orang yang

ditunjuk dalam suatu kelompok atau tim atau organisasi. Ia adalah sosok

kharismatik yang mampu membuat keputusan yang terbaik dan mengilhami

orang lain untuk mencapai tujuan bersama. Sedangkan kepemimpinan adalah

kekuatan untuk berkomunikasi dengan tegas dan mengilhami oranmg lain serta

kemampuan untuk mempengaruhi orang lain.3

Pendapat lain mengatakan bahwa istilah kepemimpinan berasal dari kata

dasar pimpin yang artinya bimbing/tuntun. Dari kata pimpin lahirlah kata kerja

memimpin yang artinya mebimbing atau menuntun dan dari kata benda

pemimpin seseorang yang berfungsi memimpin, membimbing atau menuntunin4.

Dalam kehidupan sehari-hari muncullah istilah yang serupa dengan sebutan

kepemimpinan dan kadang-kadang digunakan silih berganti seakan-akan tidak

ada bedanya antara satu dengan yang lain, yaitu pimpinan, kepemimpinan dan

kepemimpinan. Hal tersebut mungkin dapat menimbulkan kekacauan dalam

pemikiran yang tentunya berakibat pada kekacauan dalam perkataan dan

perbuatan seseorang dalam masyarakat karena istilah-istilah tersebut masing-

masing mempunyai arti sendiri-sendiri. Oleh karenanya, pemahaman terhadap

istilah tersebut harus betul-betul dimiliki oleh seorang pemimpin supaya dalam

menjalankan fungsi kepemimpinannya dapat berjalan dengan baik.

Wahjosumidjo, mendefinisikan kepemimpinan sebagai berikut:

1. Kepemimpinan adalah aktifitas para pemegang kekuasaan dan membuat

keputusan

3 Elizabeth O’Leary, Kepemimpinan (Menguasai Keahlian yang anda butuhkan dalam 10

Menit), Ed. I, Cet. I, Andi, Yogyakarta, 2001, hlm. 2

4 S. Pamudji, Kepemimpinan Pemerintahan di Indonesia, Ed. I, Cet. V, Bumi Aksara, Jakarta, 1992, hlm. 5

Page 4: Bab II refisi - Perpustakaan UIN Walisongo Semaranglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/31/jtptiain-gdl-s1... · produktifitas dan efektifitas usaha ... kepemimpinan dan kadang-kadang

14

2. Kepemimpinan adalah langkah pertama yang hasilnya merupakan pola

interaksi kelompok yang konsisten dan bertujuan menyelesaikan problem-

problem yang saling berkaitan

3. Kepemimpinan adalah suatu proses mempengaruhi aktifitas kelompok dalam

rangka perumusan dan pencapaian tujuan5

Atas dasar batasan kepemimpinan diatas, maka para ahli managemen

berpendapat bahwa kepemimpinan sebagai suatu konsep manajemen dalam

kehidupan organisasi mempunyai kedudukan strategis dan merupakan gejala

sosial yang selalu diperlukan dalam kehidupan kelompok. Mempunyai

kedudukan strategis karena kepemimpinan merupakan titik sentral dan

dinamisator seluruh proses kegiatan organisasi. Disamping itu ia mutlak

diperlukan dimana terjadi interaksi kerja sama antara dua orang atau lebih dalam

mencapai tujuan organisasi, itulah sebabnya dikatakan orang kepemimpinan

merupakan gejala sosial dan selalu diperlukan dalam kehidupan kelompok6.

Kepemimpinan adalah satu sarana dalam menggerakkan roda organisasi

yang pada akhirnya merupakan salah satu fungsi manamejen. Sehingga wajarlah

jika kepemimpinan itu harus dipelajari oleh para pejabat pimpinan (manajer).

Disisi lain ada pendapat menyebutkan bahwa “leadership adalah inti dari

management” dengan alasan bahwa manajemen terutama berhubungan dengan

manusia. Padahal kepemimpinan adalah kemampuan untuk menggerakkan,

mengerahkan dan mengarahkan orang-orang. Jadi jelaslah disini bahwa

kepemimpinan itu adalah inti dari manajemen, yang menjamin terlaksananya

fungsi-fungsi manajemen dengan baik dalam rangka mencapai tujuan organisasi.7

Dalam pemikiran Muchtar Effendy, kepemimpinan adalah kemampuan

seseorang untuk meyakinkan orang lain agar orang lain itu dengan suka rela mau

5 Wahjosumidjo, Kepemimpinan dan Motivasi, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1987, hlm. 21 6 Ibid 7 S. Pamudji, Op. Cit., hlm. 8

Page 5: Bab II refisi - Perpustakaan UIN Walisongo Semaranglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/31/jtptiain-gdl-s1... · produktifitas dan efektifitas usaha ... kepemimpinan dan kadang-kadang

15

diajak untuk menjalankan kehendaknya atau gagasannya.8. Definisi ini

menunjukkan bahwa kemampuan seseorang dalam memimpin sangat

diutamakan, kemampuan sebagaimana dimaksud meliputi keunggulan fisik,

mental, intelektual dan lain-lain. Jadi seseorang akan mampu memimpin jika ia

mempunyai keunggulan, maka akan dipatuhi oleh orang-orang yang

dipimpinnya.9.

Kepemimpinan sebagai konsep manajemen seperti dikemukakan oleh

Ralph M. Stogdill, dapat dirumuskan kedalam berbagai macam definisi

tergantung dari mana titik tolak pemikirannya. Sehingga timbul macam-macam

definisi, maka disebutkan bahwa kepemimpinan adalah :

1. Suatu seni untuk menciptakan kesesuaian paham 2. Suatu bentuk persuasi dan inspirasi 3. Suatu kepribadian yang mempunyai pengaruh 4. Tindakan dan perilaku 5. Titik sentral proses kegiatan kelompok 6. Hubungan kekuatan atau kekuasaan 7. Sarana pencapaian tujuan 8. Suatu hasil dari interaksi 9. Adalah suatu peranan yang dipolakan 10. Sebagai inisiasi atau permulaan struktur.10

Sedangkan penjelasaanya adalah sebagai berikut :

1. Kepemimpinan sebagai suatu seni untuk menciptakan kesesuaian paham. Ini

artinya bahwa setiap pemimpin melalui kerjasama yang sebaik-baiknya harus

mampu membuat para bawahan mencapai hasil yang telah ditetapkan, para

pemimpin memberikan dorongan terhadap bawahan untuk mengerjakan apa

yang dikehendaki pemimpin tersebut.

8 Muchtar Effendy, Manajemen (Suatu Pendekatan Berdasarkan Ajaran Islam), Bhatara

Karya Aksara, Jakarta, 1986, hlm. 207 9 Ibid 10 Wahjosumidjo, Op. Cit. hlm. 12

Page 6: Bab II refisi - Perpustakaan UIN Walisongo Semaranglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/31/jtptiain-gdl-s1... · produktifitas dan efektifitas usaha ... kepemimpinan dan kadang-kadang

16

2. Kepemimpinan sebagai suatu bentuk persuasi dan inspirasi. Artinya satu

bentuk kemampuan mempengaruhi orang lain yang dilakukan bukan melalui

pemaksaan melainkan himbauan dan persuasi.

3. Kepemimpinan adalah suatu kepribadian yang memiliki pengaruh. Artinya

kepribadian dapat diartikan sebagai sifat-sifat dan watak yang dimiliki oleh

pemimpin yang menunjukkan keunggulan sehingga menyebabkan pemimpin

tersebut memiliki pengaruh terhadap bawahan .

4. Kepemimpinan adalah tindakan dan perilaku. Artinya sebuah gambaran

sebagai serangkaian perilaku seseorang yang mengarahkan kegiatan bersama.

Serangkaian perilaku tersebut dapat berupa; menilai anggota kelompok,

menentukan hubungan kerjasama, mampu memperhatikan kepentingan

bawahan dan lain-lain.

5. Kepemimpinan merupakan titik sentral proses kegiatan kelompok. Artinya

dalam sebuah kehidupan organisasi dari kelompok diharapkan lahir berbagai

gagasan baru yang melahirkan berbagai perubahan, kegiatan, dan seluruh

proses kegiatan kelompok. Oleh karena itu, kepemimpinan tidak dapat

dipisahkan dari pada kehidupan kelompok dan menduduki posisi tinggi

dalam kehidupan kelompok, dalam menentukan struktur kelompok, suasana

kelompok dan aktifitas kelompok.

6. Kepemimpinan merupakan hubungan kekuatan dan kekuasaan. Artinya suatu

bentuk hubungan sekelompok orang, hubungan antara yang memimpin dan

yang dipimpin dimana hubungan tersebut mencerminkan seseorang atau

sekelompok orang berperilaku karena akibat adanya kewibawaan atau

kekuasaan yang ada pada orang yang memimpin, orang yang memimpin

lebih banyak mempengaruhi dari pada dipengaruhi.

7. Kepemimpinan sebagai sarana pencapaian tujuan. Artinya pemimpin

merupakan seseorang yang memiliki suatu program dan yang berperilaku

bersama-sama dengan anggota-anggota kelompok dengan menggunakan gaya

atau cara tertentu, sehingga kepemimpinan mempunyai peranan sebagai

Page 7: Bab II refisi - Perpustakaan UIN Walisongo Semaranglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/31/jtptiain-gdl-s1... · produktifitas dan efektifitas usaha ... kepemimpinan dan kadang-kadang

17

kekuatan dinamik yang mendorong, memotifasi dan mengkoordinasikan

organisasi dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

8. Kepemimpinan merupakan hasil dari interaksi. Artinya suatu proses sosial

yang merupakan hubungan antar pribadi dimana fihak lain mengadakan

penyesuaian, suatu proses saling mendorong dalam mencapai tujuan bersama.

9. Kepemimpinan adalah peranan yang dibedakan. Artinya dalam kehidupan

organisasi masing-masing anggota kelompok mempunyai peranan yang

berbeda, dalam mencapai tujuan anggota kelompok mempunyai sumbangan

yang berbeda-beda. Demikian pula kepemimpinan yang muncul sebagai

akibat interaksi dalam kehidupan organisasi, karena kebaikan-kebaikan dan

sumbangan-sumbangannya dia angkat peranannya sebagai pemimpin.

10. Kepemimpinan sebagai inisiasi struktur. Artinya kepemimpinan jangan

dipandang sebagai jabatan pasif melainkan harus berperan sebagai suatu

jabatan yang terlibat dalam suatu tindakan memenuhi pembentukan struktur

dalam interaksi sosial sebagai bagian suatu proses pemecahan masalah

bersama.11

Dari beberapa pendapat para ahli tersebut tentang pemimpin dan

kepemimpinan, maka dapat disimpulkan bahwa salah satu tantangan yang cukup

berat yang harus dihadapi oleh pemimpin adalah bagaimana ia dapat

menggerakkan para bawahannya agar senantiasa mau dan bersedia

menggerakkan kemampuannya yang terbaik untuk kepentingan kelompok atau

organisasinya.

Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi fihak lain,

keberhasilan seorang pemimpin tergantung pada kemampuannya untuk

mempengaruhi para bawahannya. Dengan kata lain kepemimpinan dapat

diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain, melalui

komunikasi, baik secara langsung atau tidak langsung dengan maksud untuk

11 Ibid, hlm. 22-24

Page 8: Bab II refisi - Perpustakaan UIN Walisongo Semaranglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/31/jtptiain-gdl-s1... · produktifitas dan efektifitas usaha ... kepemimpinan dan kadang-kadang

18

menggerakkan orang-orang tersebut agar dengan penuh pengertian, kesadaran

dan senang hati bersedia mengikuti serta melaksanakan kehendak seorang

pemimpin.

Bila dikaji secara mendalam, kepemimpinan merupakan bakat dan seni

tersendiri, memiliki bakat kepemimpinan berarti menguasai seni atau teknik

melakukan tindakan-tindakan seperti teknik memberikan perintah, pengertian,

memperoleh saran, memperkuat identitas kelompok yang dipimpin dan lain-lain.

2. Teori Kepemimpinan

Adapun pembahasan tetang teori kepemimpinan sangatlah beragam

pendapat yang disajikan dari berbagai segi atau sudut pandang yang masing-

masing berbeda. Diantaranya adalah :

1. Menurut teori latar belakang sejarah

Kepemimpinan muncul bersama-sama dengan adanya peradaban

manusia, yaitu sejak nenek moyang manusia itu berkumpul bersama, bekerja

bersama untuk mempertahankan eksistensi hidupnya menantang kebuasan

binatang dan alam di sekitarnya. Sejak itulah terjadi kerjasama antar manusia

dan ada unsur kepemimpinan. Pada saat itu yang ditunjuk sebagai pemimpin

adalah orang yang paling kuat, paling cerdas dan paling berani.12

2. Menurut teori sebab musabab munculnya pemimpin

Teori ini memunculkan tiga macam teori, yaitu :

a. Teori Genetis yang menyatakan bahwa :

• Pemimpin itu tidak dibuat, akan tetapi lahir jadi pemimpin oleh bakat-

bakatnya yang luar biasa sejak dilahirkan

• Dia ditakdirkan lahir sebagai pemimpin, dalam situasi-kondisi yang

bagaimanapun juga

12 Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan, Cet. V, Rajawali, Jakarta, 1990, hlm. 27-28

Page 9: Bab II refisi - Perpustakaan UIN Walisongo Semaranglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/31/jtptiain-gdl-s1... · produktifitas dan efektifitas usaha ... kepemimpinan dan kadang-kadang

19

Karena teori ini berpendapat bahwa pemimpin itu tidak dibuat, melainkan

ia terlahir jadi pemimpin oleh bakat-bakatnya yang luar biasa sejak dilahirkan,

maka teori ini juga juga sepaham dengan teori sifat. Dengan pemikirannya

bahwa teori ini sangat bertolak dari dasar pemikiran yang mengatakan bahwa

keberhasilan seorang pemimpin ditentukan oleh sifat-sifat, perangai dan ciri-

ciri yang dimiliki oleh pemimpin tersebut, baik yang berupa fisik ataupun

psikologis. Atas dasar pemikiran tersebut, muncul anggapan bahwa untuk

menjadi seorang pemimpin yang berhasil sangat ditentukan oleh kemampuan

pribadi pemimpin, misalnya kualitas seseorang, dengan berbagai macam sifat,

perangai atau ciri-ciri yang ada didalamnya. Oleh karena itu timbul usaha

diantara para ahli untuk meneliti dan merinci lebih jauh kualitas seorang

pemimpin yang berhasil dalam melaksanakan tugas kepemimpinanya.13

Teori atau pendekatan sifat ini, menurut Ngalim Purwanto dinyatakan

bahwa keberhasilan atau kegagalan seorang pemimpin banyak ditentukan atau

dipengaruhi oleh pribadi si pemimpin. Sifat itu ada pada seseorag karena

pembawaan atau keturunan. Jadi menurut pendekatan ini, seseorang menjadi

pemimpin karena sifat-sifat yang dibawa sejak lahir, bukan karena berbuat

atau dilatih.14

Sebagaimana dikatakan oleh Thierauf “The hereditary approuch states, that leaders are born and not made. That leaders do not acquire the ability to lead, but in herit it“ (pendekatan keturunan menyatakan bahwa pemimpin adalah dilahirkan bukan dibuat, bahwa pemimpin tidak dapat memperoleh kemampuan untuk memimpin, tetapi mewarisinya).15

b. Teori sosial (lawan teori Genetis) yang menyatakan bahwa :

• Pemimpin-pemimpin itu harus disiapkan dan dibentuk, tidak

dilahirkan saja

13 Wahjosumidjo, Op.Cit. hlm. 44-45 14 M. Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Cet.X, Remaja Rosdakarya,

Bandung, 2000, hlm. 31 15 Ibid

Page 10: Bab II refisi - Perpustakaan UIN Walisongo Semaranglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/31/jtptiain-gdl-s1... · produktifitas dan efektifitas usaha ... kepemimpinan dan kadang-kadang

20

• Setiap orang bisa menjadi pemimpin melalui usaha penyiapan dan

pendidikan

Sejalan dengan teori sosial adalah teori Humanistik. Teori ini

mendasarkan diri pada suatu dalil yang menyatakan bahwa “manusia karena

sifatnya adalah organisma yang dimotivasi, sedangkan organisasi karena

sifatnya tersusun dan terkendali”.16 Sehingga teori ini menempatkan fungsi

kepemimpinan adalah membuat organisasi sedemikian rupa sehingga

memberikan sedikit kelonggaran atau kebebasan kepada individu untuk

mewujudkan motivasinya sendiri yang potensial untuk memenuhi

kebutuhannya dan pada saat yang bersamaan akan memberikan sumbangan

bagi pencapaian tujuan organisasi.17.

Senada dengan hal tersebut, Hadari Nawawi menyebutkan bahwa fungsi

kepemimpinan berhubungan langsung dengan situasi sosial dalam kehidupan

kelompok atau organisasi. Masing-masing mengisyaratkan bahwa setiap

pemimpin berada didalam dan bukan diluar situasi itu, ia harus berusaha agar

menjadi bagian didalam situasi sosial kelompok atau organisasinya.18.

Menurut teori humanistik ini perlu dilakukan motivasi pada pengikut dengan

memenuhi harapan-harapan mereka dan memuaskan kebutuhan-kebutuhan

mereka. Oleh karena melakukan motivasi, berarti juga melakukan human

relation (hubungan antar manusia), maka toeri ini juga disebut dengan teori

hubungan antar manusia, yang maksudnya mengusahakan keseimbangan

antara kebutuhan dan kepentingan perseorangan dan kebutuhan atau

kepentingan umum organisasi.19

c. Teori Ekologis atau syntesis (muncul sebagai reaksi dari kedua teori

tersebut) yang menyatakan bahwa :

16 S. Pamudji, Op. Cit. hlm. 150-151 17 Ibid 18 Hadari Nawawi dan Martini Hadari, Kepemimpinan Yang Efektif, Cet. II, Gadjah Mada

University Press, Yogyakarta, 1995, hlm. 74 19 S. Pamudji, Op. Cit. hlm. 151

Page 11: Bab II refisi - Perpustakaan UIN Walisongo Semaranglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/31/jtptiain-gdl-s1... · produktifitas dan efektifitas usaha ... kepemimpinan dan kadang-kadang

21

Seorang akan sukses menjadi seorang pemimpin bila sejak lahirnya dia

telah memiliki bakat-bakat kepemimpinan dan bakat-bakat itu sempat

dikembangkan melalui pengalaman dan usaha pendidikan yang sesuai

dengan tuntutan lungkungan atau ekologisnya.20

Teori ini juga sejalan dengan teori Lingkungan yang menyatakan bahwa

munculnya pemimpin-pemimpin itu merupakan hasil dari pada waktu, tempat,

keadaan atau situasi dan kondisi, suatu tantangan atau kejadian penting dan

luar biasa akan menampilkan seseorang untuk menjadi pemimpin.21, jadi jelas

bahwa situasi dan kondisi, tertentu melahirkan tantangan-tantangan tertentu

dan dengan sendirinya diperlukan orang-orang yang mempunyai sifat atau

ciri-ciri tertentu yang cocok. Menurut teori ini, seorang pemimpin yang

berhasil pada situasi dan kondisi tertentu tidak menjamin bahwa ia pasti akan

berhasil pada situasi dan kondisi yang lain. Karena memperhitungkan faktor

situasi dan kondisi maka teori ini juga disebut teori serba situasi. Kebangkitan

dan kejatuhan seorang pemimpin dikarenakan oleh situasi dan kondisi, apabila

seseorang mampu menguasai situasi dan kondisi, maka ia akan dapat menjadi

pemimpin.22.

Toeri lingkungan nampaknya juga hampir sejalan dengan teori

Situasional yang dikembangkan oleh Paul Hersey dan Ken Blanchard. Teori

ini sangat menarik untuk didalami karena tiga alasan, pertama;

penggunaannya yang meluas, kedua; daya tariknya yang secara intuitif dan

ketiga; tampaknya didukung oleh pengalaman dan dunia kenyataan.23 Berbeda

dengan yang dikembangkan oleh Fielder yang pada intinya menekankan

bahwa efektifitas kepemimpinan seseorang tergantung pada dua hal, pertama;

pemilihan gaya kepemimpinan yang tepat untuk menghadapi situasi tertentu

20 Kartini Kartono, Op. Cit., hlm. 28 21 S. Pamudji, Op. Cit., hlm. 146-147 22 Ibid 23 Sondang P. Siagian, Teori dan Praktek Kepemimpinan, Cet.II, Rineka Cipta, Jakarta, 1991,

hlm. 139

Page 12: Bab II refisi - Perpustakaan UIN Walisongo Semaranglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/31/jtptiain-gdl-s1... · produktifitas dan efektifitas usaha ... kepemimpinan dan kadang-kadang

22

dan kedua; tingkat kematangan jiwa (kedewasaan) para bawahan yang

dipimpin. Dua dimensi kepemimpinan yang digunakan dalam tipe

kepemimpinan ini ialah perilaku seorang pemimpin yang berkaitan dengan

tugas kepemimpinan dan hubungan antara atasan-bawahan.24.

Menurut Ngalim Purwanto, pendekatan atau teori situasional biasa

disebut dengan pendekatan kontingensi. Pendekatan didasarkan atas asumsi

bahwa keberhasilan kepemimpinan suatu organisasi atau lembaga tidak hanya

bergantung atau dipengaruhi oleh perilaku dan sifat-sifat pemimpin saja.

Setiap organisasi mempunyai ciri yang khusus atau unik, bahkan organisasi

yang sejenispun akan menghadapi masalah yang berbeda, karena lingkungan

yang berbeda, semangat dan watak bawahan yang berbeda. Situasi

kepemimpinan yang berbeda-beda ini harus dihadapi dengan perilaku

kepemimpinan yang berbeda pula, karena banyaknya kemungkinan yang

dapat dipakai dalam menerapkan perilaku kepemimpinan sesuai dengan

situasi orang, maka pendekatan situasional ini disebut juga pendekatan

kontingensi, yang artinya kemungkinan.25

Dalam perkembangannya Fiedler dan Chemers berdasarkan hasil

penelitiannya dapat disimpulkan seorang menjadi pemimpin bukan saja

karena faktor kepribadian yang dimiliki tetapi juga karena berbagai faktor

situasi dan saling hubungan antara pemimpin dan situasi.26.

Masih menurut Fiedler bahwa tak ada gaya kepemimpinan yang cocok

untuk segala situasi dan ada tiga faktor yang perlu dipertimbangkan, yaitu;

hubungan antara pemimpin dan bawahan, struktur tugas dan kekuasaan yang

berasal dari organisasi. Ketiga faktor tersebut maksudnya adalah;

24 Ibid 25 Ngalim Purwanto, Op. Cit. hlm. 38 26 E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, Cet. X, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung,

2003, hlm. 112

Page 13: Bab II refisi - Perpustakaan UIN Walisongo Semaranglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/31/jtptiain-gdl-s1... · produktifitas dan efektifitas usaha ... kepemimpinan dan kadang-kadang

23

• Hubungan antara pemimpin dengan bawahan, hubungan ini sangat penting

bagi pemimpin, karena hal ini menentukan bagaimana pemimpin diterima

oleh anak buah

• Struktur tugas, dimensi ini berhubungan dengan seberapa jauh bahwa tugas

merupakan pekerjaan rutin atau tidak, apabila struktur tugas sangat jelas

maka prestasi setiap orang lebih mudah diawasi serta tanggung jawab

setiap orang lebih pasti

• Kekuasaan yang berasal dari organisisi, dimensi ini menunjukkan sampai

seberapa jauh pemimpin mendapat kepatuhan anak buahnya dengan

menggunakan kekuasaan yang bersumber dari oraganisasi. Pemimpin yang

menerima kekuasaan yang jelas dari organisasi maka akan mendapat

kepatuhan yang lebih dari bawahan.27

3. Menurut teori Siklus-Kehidupan

Teori ini juga dikembangkan oleh Hersey dan Hanclard dengan konsep

dasarnya adalah bahwa strategi dan perilaku pemimpin harus (situasional,

aslinya) mampu beradaptasi dan terutama didasarkan pada kedewasaan atau

ketidak-dewasaan para pengikut.28, beberapa definisi berikut yang diharapkan

mampu memberikan pemahaman terhadap teori tersebut :

• Kedewasaan (maturity) adalah kapasitas atau kemampuan individu atau

kelompok. Untuk menetapkan tujuan tinggi tetapi dapat dicapai dan

keinginan serta kemampuan mereka untuk mengambil tanggung jawab

• Perilaku Tugas adalah tingkat dimana pemimpin cenderung untuk

mengorganisasikan dan menentukan peranan-peranan para pengikut

menjelasakan setiap kegiatan yang dilaksanakan, kapan, dimana, dan

bagaimana, ini tergantung pada pola perencanaan organisasi, saluran

komunikasi dan cara-cara penyelesaian pekerjaan

27 Ibid, hlm. 112-123

28 T. Hani Handoko, Manajemen, Ed. II, Cet. XV, BPFE, Yogyakarta, 1999, hlm. 313

Page 14: Bab II refisi - Perpustakaan UIN Walisongo Semaranglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/31/jtptiain-gdl-s1... · produktifitas dan efektifitas usaha ... kepemimpinan dan kadang-kadang

24

• Perilaku hubungan adalah berkenaan dengan hubungan pribadi pemimpin

dengan individu atau anggota kelompoknya. Hal ini mencakup besarnya

dorongan yang disediakan oleh pemimpin dan tingkat dimana pemimpin

menggunakan komunikasi antar pribadi dan individu pelayanan.29.

3. Tipe-tipe kepemimpinan

Sebelum membahas beberapa tipe atau gaya kepemimpinan, perlu

disampaikan bahwa dalam melaksanakan tugas kepemimpinanya, seorang

pemimpin tidak bisa memastikan suatu tipe atau gaya tertentu karena efektifitas

kepemimpinan sangat dipengeruhi oleh faktor situasi yang ada pada diri

pemimpin, bawahan dan faktor situasi lainnya.

Faktor situasi yang berkaitan dengan diri pemimpin meliputi nilai-nilai

kepribadian, kebiasaan, rasa aman terhadap konsekuensi suatu gaya

kepemimpinan yang diterapkan dan beberapa karakteristik seorang pemimpin

seperti yang telah dikemukakan oleh teori kepemimpinan menurut teori sifat.

Sedangkan faktor situasi yang ada pada bawahan yang perlu dipertimabangkan

meliputi hubungan antara kebutuhan bawahan dengan tugas yang dihadapi,

kematangan psikologis yang berkaitan dengan tuntutan ketrampilan dan

kemampuan untuk melaksanakan suatu tugas.

Sedangkan faktor situasi yang perlu dipertimbangkan dan akan

mempengaruhi gaya kepemimpinan meliputi nilai-nilai suatu organisasi, misi

atau tujuan yang diinginkan oleh organisasi, besar-kecilnya anggota dalam

organisasi, kemampuan suatu kelompok untuk bekerja bersama-sama serta

efektivitas komunikasi antar pemimpin dengan bawahan, arus umpan balik dan

keterbukaan yang terjadi.30

29 Ibid 30 Abi Sujak, Kepemimpinan Manajer (Eksistensinya Dalam Perilaku Organisasi), Cet. I,

Rajawali, Jakarta, 1990, hlm. 28-30

Page 15: Bab II refisi - Perpustakaan UIN Walisongo Semaranglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/31/jtptiain-gdl-s1... · produktifitas dan efektifitas usaha ... kepemimpinan dan kadang-kadang

25

Diantara tipe atau gaya kepemimpinan yang akan dibahas adalah sebagai

berikut :

1. Tipe Otokratik

Tipe ini oleh para ilmuwan dikatakan bahwa berdasarkan tipe ini

seorang pemimpin mempunyai serangkaian karakteristik yang dapat

dipandang sebagai karakteristik yang negatif yang nampaknya secara rasional

dapat dibenarkan. Dilihat dari segi persepsinya, seorang pemimpin yang

otokratik adalah seorang yang sangat egois, egoisnya yang besar akan

mendorongnya memutar balikkan kenyataan yang sebenarnya, sehingga

sesuai dengan apa yang secara subjektif diinterpretasikannya sebagai

kenyataan31. Contoh dari tipe ini adalah dalam menginterpretasikan disiplin

para bawahan dalam organisasi, seorang pemimpin akan menerjemahkan

disiplin kerja yang tinggi yang ditunjukkan oleh para bawahan itu kepadanya,

padahal sesungguhnya disiplin kerja itu didasarkan kepada ketakutan, bukan

kesetiaan.32.

Mengenai asal kata otokratik ini berasal dari kata autos yang berarti

sendiri, dan kratos yang berarti kekuasaan dan kekuatan. Jadi otokrat berarti

penguasa absolut.33. Kepemimpinan otokratis itu mendasarkan diri pada

kekuasaan dan paksaan yang selalu harus dipatuhi. Pemimpinnya selalu mau

berperan sebagai pemain tunggal. Ia berambisi untuk merajai situasi, setiap

perintah dan kebijakan ditetapkan tanpa berkonsultasi dengan bawahannya

dan tidak pernah diberikan informasi mendetail mengenai rencana dan

tindakan yang harus dilakukan, ia selalu jauh dari para anggota kelompoknya,

ia senantiasa ingin berkuasa mutlak dan tunggal serta selalu merajai

keadaan.34

31 Sondang P. Siagian, Op. Cit. hlm. 31 32 Ibid 33 Kartini dan Kartono, Op. Cit., hlm. 53 34 Ibid

Page 16: Bab II refisi - Perpustakaan UIN Walisongo Semaranglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/31/jtptiain-gdl-s1... · produktifitas dan efektifitas usaha ... kepemimpinan dan kadang-kadang

26

Pendapat lain mengatakan bahwa tipe kepemimpinan yang otoriter

atau otokratik sangat memaksakan, sangat mendesakkan kekuasaannya pada

bawahan, mereka dikendalikan dan diperintah seperti tidak mempunyai

martabat manusia. Mereka juga diperlakukan seolah-olah tidak boleh

mempunyai pikiran dan kehendak sendiri, tipe ini menyebabkan seorang

pemimpin mengatur semuanya dari atas, mendikte semuanya supaya

dikerjakan sesuai kehendaknya, dan pada akhirnya ia akan menajdi pemimpin

yang dikatator.35

Kepemimpinan dengan tipe ini berlangsung dalam bentuk working on

his group karena menempatkan dirinya di luar anggota kelompoknya, ia

merasa dirinya mempunyai hak istimewa dan harus diistimewakan oleh

bawahannya. Para bawahan tidak boleh dan tidak diberi kesempatan

berinisiatif, mengeluarkan pendapat dan menyampaikan kreatifitasnya.

Inisiatif, pendapat dan kreatifitasnya dalam melaksanakan tugas dan perintah

dipandang sebagai penyimpangan dan pembangkangan.36.

2. Tipe Demokratis

Herbert G. Hieks dan Ray C. Gullets (1981) dengan kepemimpinan

gaya demokratis keluaran mungkin tidak setinggi pada tipe otokratik atau

otoriter, namun kualitas lebih baik dan masalah manusia sedikit, terjadi

saling saran antara pemimpin dan bawahan, saling berpendapat, semua orang

dianggap sama pentingnya dalam mengembangkan ide dan pembuatan

keputusan. Sharma (1982) memberikan pandangan yang senada tentang gaya

demokratis, yaitu pemimpin memperhatikan pandangan bawahan,

memberikan bimbingan masalah-masalah yang timbul dan melibatkan

35 J. Riberu, Dasar-dasar Kepemimpinan, CV. Pedoman Ilmu Jaya, Jakarta, 1992, hlm. 7-8 36 Hadari Nawawi dan Martini Hadari, Op. Cit., hlm. 94-95

Page 17: Bab II refisi - Perpustakaan UIN Walisongo Semaranglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/31/jtptiain-gdl-s1... · produktifitas dan efektifitas usaha ... kepemimpinan dan kadang-kadang

27

perasaan sendiri dalam membantu bawahan mencapai tujuan organisasi

sebaik tujuan individu.37

Kepemimpinan demokratis memberikan bimbingan yang efesien

kepada para pengikutnya, tercipta koordinasi dari semua bawahan, dengan

penekanan rasa tanggung jawab internal (pada diri sendiri) dan ada kerja

sama yang baik. Tipe ini membuktikan kekuatan yang terletak pada

partisipasi secara aktif dari setiap warga kelompok, menghargai potensi

setiap individu, mau mendengarkan nasehat bawahan dan mampu

memanfaatkan setiap angota seefektif mungkin pada saat tertentu.

Tipe kepemimpinan ini biasanya berlangsung dengan mantap dengan

adanya gejala bahwa organisasi dengan segenap bagian-bagiannya berjalan

lancar sekalipun pemimpin tersebut tidak ada di kantor, otoritas sepenuhnya

didelegasikan kebawah, dan masing-masing orang menyadari tugas serta

kewajibannya, sehingga mereka merasa puas-senang, pasti dan aman

menyandang setiap tugas dan kewajibannya38. Tipe kepemimpinan ini

menempatkan manusia sebagai faktor utama dan terpenting dalam setiap

kelompok atau organisasi. Tipe ini diwujudkan dengan dominasi perilaku

sebagai pelindung atau penyelamat, perilaku memajukan dan perilaku

mengembangkan organisasi. Dengan didominasi ketiga perilaku

kepemimpinan tersebut, berarti tipe ini diwarnai dengan usaha mewujudkan

dan mengembangkan hubungan manusiawi (hubungan relationship) yang

efektif berdasarkan prinsip saling menghormati dan menghargai antara yang

satu dengan yang lain. Pemimpin memandang orang-orang yang

dipimpinnya sebagai subjek yang mempunyai kepribadian dengan berbagai

aspeknya seperti dirinya juga. Kemauan, kehendak, kemampuan, pendapat,

37 Panji Anoraga dan Sri Suyuti, Perilaku Keorganisasian, Cet. I, PT. Dunia Pustaka Jaya,

Jakarta, 1995, hlm. 97 38 Kartini Kartono, Op. Cit. hlm. 55-56

Page 18: Bab II refisi - Perpustakaan UIN Walisongo Semaranglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/31/jtptiain-gdl-s1... · produktifitas dan efektifitas usaha ... kepemimpinan dan kadang-kadang

28

kreativitas, inisiatif yang berda-beda antara satu dengan yang lain selalu

dihargai dan disalurkan secara wajar.39

Tipe ini memandang manusia pada dasarnya mempunyai martabat

yang sama, karenanya sang pemimpin tetap berusaha menghormati dan

mempertimbangkan pendapat serta saran orang lain, ia akan menghindari

hal-hal yang dirasakan tidak sejalan dengan martabat manusiawi

bawahannya, para pembantunya ia perlakukan sebagai rekan dalam

melaksanakan tugas, bahkan bawahan yang paling rendah sekalipun ia

hormati sebagai subjek yang mempunyai harga diri dan memiliki pendapat

sendiri.40

Onong Uchjana Effendi, menyebutkan bahwa tipe kepemimpinan ini

adalah didasarkan pada demokrasi, dalam arti kata bukan karena dipilihnya

pemimpin tersebut secara demokratis, yang setiap anggota mempunyai hak

untuk dipilih dan memilih, melainkan cara melaksanakan kepemimpinannya

yang demokratis. Sehingga setiap keputusannya merupakan keputusan

bersama, setiap anggota kelompok diberi kebebasan untuk menyampaikan

pemikirannya, menyatakan pendapatnya, dan lain-lain. Tetapi mereka wajib

tunduk kepada keputusan mayoritas anggota kelompok. Oleh karena itu,

maka kepemimpinan demokratis dinamakan juga dengan kepemimpinan

partisipatif, para anggota kelompok berpartisipasi dalam hal menentukan

tujuan, cara mencapai tujuan sampai pada pelaksanaan tujuan.41, dalam tipe

ini fungsi kepemimpinan adalah membantu dan mengkoordinasikan proses

pelaksanaan musyawarah dan pengambilan keputusan, dalam hal ini tidak

ada orang yang paling super dari pada orang lain, setiap suara dari anggota

kelompok dianggap sama nilainya karena setiap individu dinilai memiliki hak

39 Hadari Nawawi dan Martini Hadari, Op. Cit., hlm. 100 40 J. Riberu, Op. Cit., hlm. 8 41 Onong Uchjana Effendy, Kepemimpinan dan Motivasi, Cet. VI, Mandar Maju, Bandung,

1992, hlm. 29-30

Page 19: Bab II refisi - Perpustakaan UIN Walisongo Semaranglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/31/jtptiain-gdl-s1... · produktifitas dan efektifitas usaha ... kepemimpinan dan kadang-kadang

29

yang sama dalam bermusyawarah dan dalam menentukan keputusan demi

kepentingan bersama.42

3. Tipe Kharismatik

Karakteristik yang khas dari tipe ini adalah daya tariknya yang

memang mengikat sehingga mampu memperoleh pengikut yang jumlahnya

kadang-kadang sangat besar. Tegasnya setiap pemimpin yang kharismatik

adalah orang yang dikagumi oleh banyak pengikut.43 dan munculnya tipe

kharismatik bukan karena penampilan fisik, usia, kaya atau miskin, tetapi

karena pada diri pemimpin tersebut memiliki kekuatan yang ajaib yang tidak

mungkin dapat dijelaskan secara ilmiyah yang memungkinkan orang tertentu

dipandang sebagai pemimpin yang kharismatik.44

Sedangkan ciri-ciri pemimpin yang kharismatik menurut Ngalim

Purwanto adalah sebagai berikut :

a. Mempunyai daya tarik yang sangat besar b. Pengikut tidak mampu menjelaskan mangapa mereka tertarik

mengikuti dan menaatinya c. Pemimpin seolah-olah mempunyai kekuatan gaib (super natural

power) d. Kharisma yang dimiliki tidak tergantung pada umur, kekayaan,

ketampanan sipemimpin.45

4. Tipe Patternalistik

Tipe ini memandang bahwa pemimpin paternalistik selalu

beranggapan bahwa bawahan adalah orang yang belum dewasa. Jadi

pemimpin selalu mempersiapkan segala sesuatunya untuk para bawahannya,

tipe ini mempunyai ciri antara lain; bawahan dianggap belum dewasa,

pemimpin melindungi setiap bawahan, jarang memberi kesempatan pada

42 Ibid 43 Sondang P. Siagian, Op. Cit. hlm., 37 44 Ibid 45 Ngalim Purwanto, Op. Cit., hlm. 51

Page 20: Bab II refisi - Perpustakaan UIN Walisongo Semaranglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/31/jtptiain-gdl-s1... · produktifitas dan efektifitas usaha ... kepemimpinan dan kadang-kadang

30

bawahan untuk mengambil keputusan, berinisiatif, mengembangkan daya

kreasinya dan ciri yang terakhir adalah bersikap maha tahu46.

Senada dengan hal ini, Mochtar Effendy berpendapat bahwa tipe ini

juga disebut tipe kebapakan, yang dimaksud adalah pemimpin yang bersikap

dan bertindak dalam menjalankan fungsi kepemimpinannya sebagai seorang

bapak terhadap anak-anaknya, karena ia mencintai orang-orangnya serta

menghormatinya, sehingga ia sering menganggap dirinya selalu benar,

sedangkan bawahannya selalu dianggap masih kurang dari dirinya, mereka

harus mengikuti perintahnya. Tipe kepemimpinan ini cenderung untuk

mengikuti kemauannya sendiri, tidak mau dibantah dan mudah

tersinggung.47.

4. Pengambilan keputusan

Marier merumuskan apakah suatu keputusan itu efektif atau tidak dengan

mendasarkan diri pada penilaian penerimaan yang kemudian dibandingkan

dengan kualitas keputusan itu. Kualitas suatu keputusan dapat diketahui dari

tingkatan tertentu. Faktor yang bersifat teknis dan rasional memegang peranan

yang penting dalam memilih alternatif. Penerimaan (akseptabilitas) menunjukkan

adanya dukungan dan kepatuhan terhadap keputusan itu. Ini artinya keputusan

yang akseptabel pasti akan dipatuhi dan dilaksanakan.48

Besar kecilnya pengaruh yang diakibatkan oleh keputusan yang harus ia

buat itu beraneka ragam, dalam beberapa bidang pekerjaan, alat bantu seperti

dokumen-dokumen penting, formulir-formulir dan peralatan lainnya hampir

dengan sendirinya sangat membantu membuat keputusan. Tak ada orang yang

terlahir sebagai pembuat keputusan, mereka yang sukses sekalipun selalu

46 Heidjrahman R., Tanya-Jawab Manajemen, AMP YKPN, Yogyakarta, 1990, hlm. 120-121 47 Mochtar Effendy, Manajemen (Suatu Pendekatan Berdasarkan Ajaran Islam),Bhratara

Karya Aksara, Jakarta, 1986, hlm. 218 48 Ibnu Syamsi, Pengambilan keputusan, Cet. I, Bina Aksara, Jakarta, 1989, hlm. 12

Page 21: Bab II refisi - Perpustakaan UIN Walisongo Semaranglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/31/jtptiain-gdl-s1... · produktifitas dan efektifitas usaha ... kepemimpinan dan kadang-kadang

31

mengikuti serangkaian petunjuk atau langkah-langkah yang membantu dalam

memilih alternatif paling baik dalam situasi yang dihadapi.49

Pengambilan keputusan merupakan kegiatan yang selalu dijumpai dalam

setiap kegiatan kepemimpinan, bahkan dapat dikatakan bagaimana cara

pengambilan keputusan yang dilakukan oleh seorang pemimpin menunjukkan

bagaimana tipe kepemimpinannya. Dengan demikian, pengambilan keputusan

merupakan fungsi kepemimpinan yang turut menentukan tingkat keberhasilan

dalam proses kepemimpinan itu sendiri.50

Supaya keputusan yang diambil oleh seorang dapat diterima dan

dilaksanakan oleh para pelaksana, maka perlu diperhatikan beberapa komponen

atau faktor ketika akan membuat keputusan, hal ini mengingat karena mengingat

pengembilan keputusan menempati posisi yang sangat menentukan keberhasilan

suatu organisasi. Keputusan itu menurut Prajudi, merupakan pangkal permulaan

dari semua aktivitas manusia yang sadar dan terarah, baik secara individu atau

kelompok, disamping itu keputusan merupakan sesuatu yang sifatnya futuristik,

yaitu menyangkut hari depan atau masa mendatang yang efeknya akan

berlangsung cukup lama.51

Sedangkan beberapa komponen atau faktor yang perlu dipertimbangkan

sebelum mengambil keputusan adalah sebagaimana dikemukakan oleh Martin

Starr adalah :

1. Tujuan harus jelas dalam pengambilan keputusan

2. Identifkasi alternatif. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka perlu dibuat

beberapa alternatif yang kemudian akan diambil salah satu yang paling tepat

3. Faktor yang tidak diketahui sebelumnya. Keberhasilan pemilihan alternatif

baru dapat diketahui setelah keputusan itu dilaksanakan, waktu yang akan

datang tidak dapat diketahui dengan pasti. Inilah yang dinamakan

49 Panji Anoraga, Psikologi Kepeminmpinan, Cet. III, Rineka Cipta, Jakarta, 2001, hlm.49-50 50 Ngalim Purwanto, Op. Cit. hlm. 49-50 51 Ibnu Syamsi, Op. Cit., hlm. 15

Page 22: Bab II refisi - Perpustakaan UIN Walisongo Semaranglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/31/jtptiain-gdl-s1... · produktifitas dan efektifitas usaha ... kepemimpinan dan kadang-kadang

32

uncontrollable events. Oleh karena itu, kemampuan seorang pemimpin untuk

memperkirakan (memprakirakan, aslinya) masa mendatang sangat

menentukan berhasil tidaknya keputusan yang akan dipilihnya

4. Dibutuhkan sarana untuk mengukur hasil yang dicapai. Masing-masing

alternatif yang diambil perlu disertai akibat positif dan negatifnya, termasuk

sudah dipertimbangkan didalamnya faktor uncontrollable events-nya52.

B. KONSEP KEPEMIMPINAN DALAM PANDANGAN AGAMA ISLAM

1. Kepemimpinan Menurut Agama Islam

Dalam ajaran agam Islam, hadits nabi menyebutkan bahwa setiap

manusia adalah seorang pemimpin, apakah ia sebagai kepala keluarga, sebagai

imam suatu umat, seorang manita yang kedudukannya sebagai ibu rumah tangga

dan bahkan seorang pembantu sekalipun ia adalah seorang pemimpin. Hal ini

didasarkan pada hadits Nabi yang berbunyi :

حدثنا أبو النعمان حدثنا حماد ابن زيد عن أيوب عن نافع عن عبد اهللا المام راع وهو مسؤول آلكم راع وآلكم مسؤول فا :قال النبي : قال

والرجل راع على اهله وهو مسؤول، والمرأة راعية على بيت زوجها وهي مسؤولة ، والعبد راع على مال سيده وهو مسؤول، اال فكلكم راع

53 ل عن راعيتهوآلكم مسؤوArtinya : Abu Nu’man menceritakan hadits kepada kami, Hammad ibnu Zaid

menceritakan hadits kepada kami dari Ayyub, dari Nafi’, dari Abdillah berkata: Rasulullah SAW. Bersabda “setiap kamu adalah pemimpin dan setiap kamu akan dimintai pertanggungjawaban. Oleh karena itu seorang imam adalah pemimpin dan dia akan dimintai pertanggungjawaban, dan seorang laki-laki adalah seorang pemimpin atas keluarganya, dan setiap kamu akan dimintai pertanggungjawaban. Dan seorang wanita (istri) adalah pemimpin atas rumah suaminya dan

52 Ibid, hlm. 15-16 53 Al-Imam Abi ‘Abdillah Muhammad ibnu Ismail ibnu Ibrahim ibnu Al- Mughirah ibnu

Bardzabah Al-Bukhari Al- Ja’fiyyi, Shahih Al-Bukhari Jus 5, Dar Al Kutub Al ‘ilmiyah, Bairut Libanon, tt, hlm. 474

Page 23: Bab II refisi - Perpustakaan UIN Walisongo Semaranglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/31/jtptiain-gdl-s1... · produktifitas dan efektifitas usaha ... kepemimpinan dan kadang-kadang

33

setiap kamu akan dimintai pertanggungjawaban. Dan seorang hamba (pembantu) adalah pemimpin atas harta tuannya dan setiap kamu akan dimintai pertanggungjawaban. Maka ingatlah bahwa setiap kamu adalah pemimpin dan akan diminati pertanggungjwaban atas kepemimpinannya” .

Kecuali sebagai Nabi, Muhammad SAW. adalah pemimpin yang

tangguh dan paling efektif. Segala macam kualitas yang dibutuhkan untuk tampil

sebagai figur kepemimpinan berhimpun pada pribadi Muhammad SAW.. Kita

dapat mencatat umpamanya beberapa hal persyaratan yang telah dimiliki beliau :

Beliau adalah pribadi yang mempunyai sifat-sifat terpuji, diantaranya adalah

siddiq54. Selaku pimpinan beliau memiliki kesabaran yang tinggi ketika diuji

dengan harta, dengan kedudukan dan dengan wanita. Beliau tangguh dan tidak

tergoyahkan. Meski beliau memiliki pengetahuan, kecerdasan dan wawasan

pandangan yang luas, namun beliau tidak meninggalkan musyawarah dan diskusi

dengan para sahabatnya dalam memutuskan suatu perkara yang rumit. Bahkan

lebih dari itu, terkadang ide orang lain bahkan ide musuh-musunya kalau

dianggap baik beliau mengambilnya. Hal ini dilakukan dengan prinsip nisfu

aqlika fi ‘aduwwika yang artinya sebagian dari ide anda dapat diperoleh dari

taktik atau gagasan musuh-musuhmu55.

Konsep kepemimpinan (leadership) dalam pandangan agama Islam

berdasarkan firman Allah SWT. surat Al Baqoroh ayat 30 yang berbunyi :

}30:البقرة{.. وإذ قال ربك للمالئكة إني جاعل في الأرض خليفة

Artinya : Ingatlah ketika Tuhanmu kepada para Malaikat :”Sesungguhnya Aku hendak menjadikan khalifah di muka bumi" (QS. Al Baqoroh, 30) 56

54 Kaelany H.D., Islam dan Aspek-aspek Kemasyarakatan ,Ed. II, Cet.I, Bumi Aksara,

Jakarta, 2000, hlm. 116 55 Ibid, hlm. 117 56 Departemen Agama Republik Indonesia, Al Qur’an dan terjemahnya, CV. Toha Putera,

Semarang, hlm. 13

Page 24: Bab II refisi - Perpustakaan UIN Walisongo Semaranglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/31/jtptiain-gdl-s1... · produktifitas dan efektifitas usaha ... kepemimpinan dan kadang-kadang

34

Kandungan ayat tersebut menjelaskan nikmat-nikmat Allah SWT.

yang dengan nikmat tersebut menjauhan dari maksiat dan kufur serta dapat

memotivasi seseorang untuk beriman kepada Allah SWT.. Diciptakannya Nabi

Adam AS. dalam bentuk yang sedemikian rupa disamping kenikmatan

memiliki ilmu dan berkuasa penuh untuk mengatur alam semesta serta

berfungsi sebagai khalifah Allah SWT. di bumi. Hal tersebut merupakan

nikmat yang paling agung dan harus disyukuri oleh keturunannya dengan cara

taat kepada Allah SWT. dan tidak ingkar kepada Nya, termasuk menjauhi

kemaksiatan yang dilarang oleh Allah SWT.57

Sedangkan penjelasan dari ayat ini adalah bahwa sesungguhnya kami

(Allah SWT.) akan menjadikan Adam sebagai khalifah dan pengganti makhluk

lain yang dulu menghuni bumi, mereka itu telah musnah karena saling

menumpahkan darah, sekarang Adam adalah pengganti mereka. Sebagian

mufassirin berpendapat yang dimaksud dengan khalifah disini adalah sebagai

pengganti Allah Allah SWT. dalam memberikan perintah-perintah Nya kepada

manusia. Karenanya, istilah yang mengatakan bahwa “manusia adalah khalifah

Allah di bumi” sudah sangat populer. Pengangkatan khalifah ini menyangkut

pula pengertian pengangkatan sebagian manusia yang diberi wahyu oleh Allah

tentang syariat-syariat Nya. Pengangkatan khalifah ini juga mencakup seluruh

mahluk (manusia) yang berciri mempunyai kemampuan berfikir yang luar

biasa 58.

Berbicara tentang kepemimpinan dalam pandangan agama Islam, maka

kita akan merujuk terhadap pribadi dan pola kepemimpinan yang ditampilkan

oleh Nabi Muhammad SAW. yang lebih dikenal dengan istilah uswatun

khasanah yang artinya teladan yang mulia atau baik. Keteladanan nabi

57 Ahmad Mustofa Al Maragi, Terjemah Tafsir Al Maragi, CV. Thoha Putera, Semarang,

1992, hlm. 131 58 Ibid, hlm. 135-136

Page 25: Bab II refisi - Perpustakaan UIN Walisongo Semaranglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/31/jtptiain-gdl-s1... · produktifitas dan efektifitas usaha ... kepemimpinan dan kadang-kadang

35

muhammad SAW. ini telah dijamin oleh Allah SWT. dengan firman Nya

dalam Al Qur’an yang berbunyi :

لقد آان لكم في رسول الله أسوة حسنة لمن آان يرجو الله واليوم }21:األحزاب{الآخر وذآر الله آثيرا

Artinya : Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri taulada yang baik bagimu, yaitu bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari qiamat dan dia banyak menyebut Allah. (QS. Al Ahzab, 21) 59.

Keteladanan Nabi Muhammad SAW. sangat tepat jika dicontoh oleh manusia

pada umumnya dan para pemimpin pada khsusnya. Pengaruh kepemimpinan

beliau masih tetap kuat, dan bagi umat Islam beliau merupakan figur

keteladanan yang paling utama dalam berbagai segi kehidupan 60.

Hadari Nawawi mendefiniskan kepemipinan dalam dua kategori, yang

pertama kepemimpinan secara spiritual. Konsep ini didasarkan pada firman

Allah dalam Al Qur’an surat Yunus ayat 14 yang berbunyi :

ثم جعلناآم خالئف في الأرض من بعدهم لننظر آيف تعملون

}14:يونس{

Artinya : Kemudian kami jadikan kamu pengganti-pengganti (mereka) dimuka bumi sesudah mereka, supaya kami dapat memperhatikan bagaimana kamu berbuat. (QS. Yunus ; 14) 61

Firman tersebut menunjukan bahwa perbutan manusia yang disebut

kepemimpinan tidak pernah lepas dari perhatian dan penilaian Allah. Oleh

karena itu secara spiritual kepemimpinan harus diartikan sebagai kemampuan

untuk melaksanakan perintah dan meninggalkan larangan Allah SWT baik

secara bersama-sama maupun perseorangan.

59 Departemen Agama Republik Indonesia, Op, Cit., hlm. 670 60 Kaelani, HD., Lok. Cit. 61 Departeman Agama republik Indonesia, Op. Cit., hlm. 307

Page 26: Bab II refisi - Perpustakaan UIN Walisongo Semaranglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/31/jtptiain-gdl-s1... · produktifitas dan efektifitas usaha ... kepemimpinan dan kadang-kadang

36

Dengan kata lain, kepemimpinan adalah kemampuan mewujudkan

kehendak Allah yang telah diberitahukannya melalui Rasul Muhammad saw.,

kepemimpinan dalam arti spiritual tidak lain dari ketaatan atau kemampuan

mentaati perintah dan larangan Allah Dan Rasulnya dalam semua aspek

kehidupan. Tegasnya, pemimpin yang sesungguhnya bagi umat islam

hanyalah Allah dan Rasulnya Muhammad saw, manusia sebagai pemimpin

hanya akan diridloi Allah jika kepemimpinannya dilaksanakan sesuai dengan

kehendak-Nya sebagaimana secara sempurna telah dilaksanakan olleh

Rasullah saw dalam memimpin umat islam baik di zamannya maupun hingga

akhir zaman 62.

Sedangkan yang kedua adalah konsep kepemimpinan secara empiris,

konsep ini diterjemahkan sebagai kegiatan bagi manusia dalam kehidupan

bermasyarakat yang dalam sejarah kehidupan manusia banyak pengalaman

yang perlu dipelajari dan dianalisis untuk mendapatkkan butir-butir berharga

yang dapat dimanfaatkan dalam usaha mewujudkan kepemimpinan efektif dan

diridloi Allah pada masa sekarang dan masa mendatang 63. berpijak pada

pengertian kepemimpinan menurut islam, maka dapat dikatakan bahwa

dipandang dari sisi agama islam, kepemimpinan merupakan kegiatan

menuntun, membimbing, memandu dan menunjukkan jalan yang diridloi

Allah. Kegiatan tersebut bermaksud menumbuh-kembangkan kemampuan

mengerjakannya sendiri dilingkungan orang-orang yang dipimpin dalam

usahanya mencapai rodlo Allah selama hidup didunia terlebih hidup diakherat.

Dalam ajaran agama, kepemimpinan dapat diistilahkan dalam berbagai

bentuk kata yang berbeda-beda dari sisi redaksi, akan tetapi dalam pengertian

atau maksud yang ada dialamnya secara umum dapat dikatakan sama. Diantara

62 Hadari Nawawi, Kepemimpinan Menurut Islam, Cet. I, Gadjah Mada University Press,

Yogyakarta, 1993, hlm. 18 63 Ibid, hlm. 27

Page 27: Bab II refisi - Perpustakaan UIN Walisongo Semaranglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/31/jtptiain-gdl-s1... · produktifitas dan efektifitas usaha ... kepemimpinan dan kadang-kadang

37

istilah-istilah yang sepadan dengan istilah kepemimpinan adalah sebagaimana

keterangan dibawah ini.

Sebutan pemimpin muncul ketika seorang memiliki kemampuan

mengetahui perilaku orang lain, mempunyai kepribadian khas dan mempunyai

kecakapan tertentu yang jarang didapat orang lain. Apabila ciri-ciri tersebut

dikaitkan kepada kegiatan mobilisasi massa, maka lahirlah sebutan pemimpin

massa (populis). Apabila dikaitkan dengan organisasi kedinasan pemerintah

maka disebut jabatan pimpinan. Apabila diakaitkan dengan kegiatan

administrasi, maka ia disebut administrator dan sebaginya. Begitu juga muncul

sebutan Mursyid yaitu pimpinan dari organisasi tarekat. Kiyai adalah sebutan

pemimpin untuk pondok pesantren, sekalipun tidak semua kiyai memimpin

pondok pesantren. 64.

Semua jenis pemimpin terebut melakukan kegiatan kepemimpinan

sesuai dengan bidangnya, bidang yang menjadi garapannya sering kali

membedakan pemimpin yang satu dengan yang lain. Seorang polisi

menggunakan kekerasan dan paksaan, karena kemampuan memimpin

berdasarkan ancaman hukuman. Seorang yang profesional menjalankan fungsi

kepemimpinannya berdasarkan pengetahuan dan ketrampilan tertentu. Seorang

terkesan kharismatik dalam menjalankan fungsi kepemimpinannya

berdasarkan daya pikat kepribadiannya. Sedangakn seorang militer

menggunakan dasar-dasar disiplin dalam menjalankan fungsi

kepemimpinannya.

Dengan kata lain, kepemimpinan dalam satu organisasi atau lembaga

mempunyai peranan yang sangat signifikan. Model kepemimpinan yang

diterapkan sangat menentukan intensitas keterlibatan anggotanya dalam

kegiatan yang direncanakan. Sehingga tidaklah salah bila dikatakan bahwa

kepemimpinan adalah sosial penilaian masyarakat terhadap pribadi seseorang

64 Sukamto, Kepemimpinan Kyai Dalam Pesantren, LP 3 S, Jakarta, 1999, hlm. 19

Page 28: Bab II refisi - Perpustakaan UIN Walisongo Semaranglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/31/jtptiain-gdl-s1... · produktifitas dan efektifitas usaha ... kepemimpinan dan kadang-kadang

38

dalam kaitannya dengan sistem sosial yang berlaku. Hubungan yang melekat

antara unsur pribadi dengan sistem sosial ini adalah faktor utama yang

memapankan kepemimpinan itu. Ini artinya bahwa selain pribadi yang disebut

pemimpin dianggap dan dinilai oleh masyarakat telah memenuhi kebutuhan

dari sistem sosial dan komunitas pendukungnya, maka selama itu pula ia dapat

mempertahankan ikatan emosional dengan para pengikutnya dan selama itu

pula kepemimpiannya tetap berlanjut.65

Setelah istilah Mursyid dan Kiyai, maka istilah selajutnya adalah

Imam. Imam adalah seorang pemimpin atau seorang yang ada dimuka. Imam

adalah pribadi yang memiliki beberapa pengikut, terlepas dari kenyataannya

apakah ia shaleh atau tidak.66 Al Qur’an sendiri telah menggunakan kata imam

sebagaimana dalam surat Al Anbiya’ ayat 73 yang berbunyi :

}73:االنبياء{... وجعلناهم أئمة يهدون بأمرنا

Artinya : Kami telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberikan petunjuk dengan perintah kami. (QS. Al Anbiya’ ; 73) 67

Jadi imam secara harfiah seorang pemimpin. Istilah imam selanjutnya menjadi

Imamah yang artinya pemimpin umum suatu masyarakat. Salah satu tugas

yang lowong pada saat Rasululloh wafat adalah kepemimpinan masyarakat.68

Pendapat lain adalah sebagaimana disampaikan oleh K. Permadi yang

mengatakan bahwa dalam Islam, pemegang fungsi kepemimpinan biasa

disebut imam, dan kepemimpinannya disebut imamah. Pemimpin negara

dalam Sejarah Kebudayaan Islam biasa digunakan khalifah, Amir, dan sultan.

Selain itu perkataan wali dalam arti pemimpin masih segar hingga hari ini, hal

65 Ibid, hlm. 20-21 66 Murtadho Muthahhari, Imamah dan Khilafah, Cet. I, Firdaus, Jakarta, 1991, hlm. 22 67 Departemen Agama Republik Indonesia, Op, Cit., hlm. 504 68 Murtadho Muthahhari, Op. Cit., hlm. 27

Page 29: Bab II refisi - Perpustakaan UIN Walisongo Semaranglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/31/jtptiain-gdl-s1... · produktifitas dan efektifitas usaha ... kepemimpinan dan kadang-kadang

39

ini dapat kita jumpai dalam istilah “wali kota” dan sebagainya.69. Sedangkan

menurut Muhammad Koderi, Imam artinya pemimpin, imam untuk rumah

tangga disebut kepala keluarga, imam untuk tentara disebut dengan panglima,

imam untuk negara disebut khalifah, presiden, kepala negara dan lain

sebagainya.70

2. Karakteristik Pemimpin Dalam Pandangan Agama Islam

Permasalahan seputar moral dan karakeristik pemimpin menjadi topik

pembicaraan yang aktual dewasa ini. Terutama dalam usaha mewujudkan

aparatur yang bersih dan berwibawa sehingga sangat dibutuhkan penanganan

administrasi dan pengaturan organisasi yang proporsional dibawah satu

kepemimpinan yang memiliki kemampuan multidimensi, sehingga roda

organisasi dapat berjalan sesuai dengan yang dikehendaki oleh semua pihak.

Disinilah tugas dan tanggungjawab pemerintah atau pemimpin memegang

peranan penting sehingga tugas dan tanggung jawabnya menjadi luas dan

kompleks.

Administrasi yang buruk dan tidak efesien akan mempengaruhi

kegiatan warga negara atau anggota, melemahkan semangat, mempersubur

penyelewengan, menghambat dan merintangi segala kegiatan kehidupan

masyarakat berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu, dalam penanganannya

dibutuhkan sosok pemimpin yang memiliki karakteristik-karakrteristik etis

tertentu seperti apartur yang bersih, berwibawa, tangguh, terpercaya, tanggung

jawab dan beberapa karakteristik lainnya yang dapat menjamin kelangsungan

69 K. Permadi, Pemimpin dan Kepemimpinan Dalam Manajemen, Cet. I, PT. Rineka Cipta,

Jakarta, 1996, hlm. 57-58 70 Muhammad Koderi, Bolehkan Wanita Menjadi Imam Negara, Cet. I, Gema Insai press,

Jakarta, 1999, hlm. 38

Page 30: Bab II refisi - Perpustakaan UIN Walisongo Semaranglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/31/jtptiain-gdl-s1... · produktifitas dan efektifitas usaha ... kepemimpinan dan kadang-kadang

40

jalannya roda pemerintahan dan administrasi sesuai dengan kehendak

bersama.71

K. Permadi berpendapat bahwa Allah SWT menjadikan anugerah

kepemimpinan bagi orang-orang yang beriman justru karena merekalah yang

seharusnya memimpin yang dapat mengurus ummat dengan sebaik-baiknya.

Orang yang beriman berhak menjadi pemimpin karena mereka memiliki dasar

moral (akhlak yang dapat memelihara amanah kepngurusan ummat). Dengan

dasar iman kepada Allah SWT mereka dapat memutar roda pemerintahan dan

memegang kendali kepengurusan yang dengan baik dan bertanggungjawab.72

Dari sudut pandang ajaran Islam, perilaku itu juga menggambarkan

tingkat atau kualitas keimanan seseorang kepada Allah SWT dan justru iman

merupakan isi yang utama dalam kepribadian karena berfungsi sebagai

pengendali sikap dan perilaku yang didasarkan oleh berbagai unsur

kepribadian tersebut diatas. 73

Pemimpin adalah seorang manusia yang memiliki kepribadian yang

tercermin dalam sikap dan perilaku melaksanakan kepemimpinannya.

Pemimpin yang dalam kepribadian mempunyai unsur keimanan yang tinggi

kepada Allah SWT. akan selalu bersikap dan berperilaku untuk berbuat

kebajikan. Pemimpin dengan kepribadian seperti itu merupakan orang yang

berada dalam ridlo Allah SWT. yang akan menerima ganjaran lebih baik dari

segala sesuatu yang pernah dikerjakannya dalam memimpin.74

Jika dikaji secara mendalam, baik konsep karakter kepemimpinan yang

ditawarkan oleh K. Permadi ataupun Hadari Nawawi, yang menyatakan bahwa

sikap dan perilaku seseorang (termasuk para pemimpin) untuk berbuat

kebajikan adalah mencerminkan unsur keimanan dan ketaqwaan kepada Allah

71 Taufik Rahman, Moralitas Pemimpin Dalam Perspektif Al Qur’an, Cet. I, Pustaka Setia,

1999, hlm. 105 72 K. Permadi, Op. Cit., hlm. 64 73 Hadari Nawawi, Op. Cit., hlm. 97 74 Ibid, hlm. 98

Page 31: Bab II refisi - Perpustakaan UIN Walisongo Semaranglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/31/jtptiain-gdl-s1... · produktifitas dan efektifitas usaha ... kepemimpinan dan kadang-kadang

41

SWT., maka hal ini menjadi sangat relevan jika dikaitkan dengan tujuan

Pendidikan Agama Islam (PAI). Ahmad Ludjito menyatakan bahwa tujuan

PAI adalah mengkokritkan makna iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha

Esa dalam sistem pendidikan nasional yang masih abstrak75.

Lebih lanjut Ahmad Ludjito menyatakan bahwa pimpinan atau kepala

sekolah adalah orang pertama di suatu sekolah yang bertanggungjawab atas

jalannya proses belajar mengajar yang dipimpinnya. Karenanya, pendidikan

agama yang merupakan sub sistem dari keseluruhan sistem pendidikan di

sekolah, maka wajarlah apabila pimpinan atau kepala sekolah menaruh

perhatian yang minimal sama dengan sikapnya terhadap bidang studi lainnya,

syukur kalau lebih, mengingat bahwa pendidikan agama (agama Islam)

merupakan substansi yang langsung menyangkut berhasil tidaknya kadar

keimanan dan ketaqwaan siswa76.

Seiring dengan perubahan atau perkembangan zaman yang sangat

pesat, maka menurut hemat penulis bahwa bagi seorang pemimpin dan calon

pemimpin dalam menghadapi perubahan zaman yang terjadi sewaktu-waktu

dan terkadang tidak dapat diprediksi dengan tepat karena memang keterbatasan

akal atau fikiran manusia, maka unsur iman dan taqwa (IMTAQ) menjadi

sangat signifikan peranannya demi mencapai tujuan suatu organisasi atau

masyarakat secara umum. Pada kondisi yang seperti inilah setiap pemimpin

dan calon pemimpin harus mampu menempatkan konsep iman dan taqwanya

sebagai pengendali atas seluruh aktifitas kepemimpinannya.

Sebagai usaha menyikapi kondisi yang sangat dinamis inilah setiap

anggota masyarakat umum membutuhkan seorang pemimpin dan calon

pemimpin yang visioner. Artinya, mereka sangat mendambakan pemimpin dan

75 Chabib Thoha dan Abdul Mu’ti, “PBM-PAI di Sekolah: Eksistensi dan Proses Belajar

Mengajar Pendidikan Agama Islam”, dalam Ahmad Ludjito (Pendidikan Agama Sebagai Subsistem dan Implementasinya dalam Pendidikan Nasional), Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang bekerjasma dengan Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1998, hlm. 5

76 Ibid, hlm. 16

Page 32: Bab II refisi - Perpustakaan UIN Walisongo Semaranglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/31/jtptiain-gdl-s1... · produktifitas dan efektifitas usaha ... kepemimpinan dan kadang-kadang

42

calon pemimpin yang mempunyai visi ke depan yang cerah demi mewujudkan

kehidupan yang lebih baik dan meningkatnya kesejahteraan serta ketentraman

hidup bermasyarakat. Sehingga pemimpin dan calon pemimpin juga harus

mempunyai kemampuan untuk mendengar dan memperhatikan aspirasi

anggota kelompok atau masyarakat yang dipimpinnya, hal ini mengingat

karena pemimpin merupakan figur sekaligus tumpuan bagi mereka.

Chabib Thoha berpendapat, bahwa kualitas keimanan dan ketaqwaan

terhadap Tuhan Yang Maha Esa, selain sebagai tujuan pendidikan nasional,

merupakan landasan moral pembangunan manusia Indonesia seutuhnya. Lebih

dari itu kata Chabib Thoha, iman dan taqwa merupakan benteng terhadap

masuknya budaya asing yang tidak sesuai denga falsafah pancasila sekaligus

sebagai benteng utama Komunisme. Melemahnya sendi-sendi keimanan dan

ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa akan meruntuhkan ketahanan

mental dan moral bangsa Indonesia dalam menghadapi masuknya budaya

asing dan melemahnya sendi-sendi keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan

Yang Maha Esa merupakan lahan yang subur terhadap muncunya ideologi

Komunisme77.

Sebagai gambaran sifat atau karakteristik seorang pemimpin adalah

sebagaimana cerita yang dialami oleh Sawad bin Gazyah dalam peristiwa

perang Badar. Ketika nabi Muhammad SAW sedang meluruskan barisan,

Sawad maju ke muka, kemudian Rasulullah memukul perutnya dengan anak

panah, “lurus dalam barisan hai Sawad”, Sawad memrotes, Ya Rasulullah ?,

Anda menyakitiku, sedangkan Allah mengutusmu dengan membawa

kebenaran dan keadilan, aku ingin menuntut qishash. Para shahabat yang lain

berteriak ”Hai engkau mau menuntut balas dari Rasulullah SAW ?”, nabi

Muhammad SAW menyingkapkan perutnya, “balaslah”. Sawad memeluk

tubuh nabi dan menciumnya. Lalu Rasul yang mulia bertanya, “hai Sawad, apa

77 Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Cet. 1, Pustaka Pelajar Offset, Yogyakarta, 1996, hlm. 22

Page 33: Bab II refisi - Perpustakaan UIN Walisongo Semaranglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/31/jtptiain-gdl-s1... · produktifitas dan efektifitas usaha ... kepemimpinan dan kadang-kadang

43

yang mendorongmu untuk melakukan ini ?”. Sawad berkata “Ya Rasulullah,

sudah terjadi apa yang engkau saksikan. Ingin sekali pada akhir pertemuanku

denganmu, kulitku menyentuh kulitmu. Berilah aku Syafaat pada hari qiamat,

kemudian nabi mendo’akan kebaikan baginya.78

Nabi Muhammad SAW adalah pemimpin yang ditaati karena cinta.

Namun itu bukann berarti ia tidak berwibawa. Sebagaimana cerita Usamah bin

Syarik berikut ini. Bila kami duduk mendengarkan Rasulullah kami tidak

sanggup mengangkat kepala kami. Seakan-akan diatas kepala kami bertengger

burung-burung. Al Barra bin Azib berkata “aku bermaksud bertanya kepada

Rasulullah tentang satu urusan, tetapi aku menangguhkannya sampai dua tahun

karena segan akan wibawanya”. Pernah juga seorang dusun menemui nabi

tubuhnya bergetar sehingga nabi berusaha menenangkannya. “Tenangkan

dirimu” kata Rasulullah. Aku manusia biasa dan suka makan daging juga. Dia

berwibawa bukann karena menggunakan kekerasan, kekuasaan atau kekayaan,

dia berwibawa karena dicintai ummatnya79.

Diantara beberapa karaketristik seorang pemimpin dalam pandangan

islam, adalah sifat adil. Adil merupakan sifat termulia yang harus dimiliki oleh

seorang pemimpin. Sifat adil inilah yang menjadi tulang punggung dalam

dirinya untuk menjalankan pemerintahannya. Hal ini karena sifat seperti itu

bisa meninmbulkann ketaatan dari bawahannya dan mendorong terwujudnya

pesatuan80, selain adil juga yang menjadi karakteristik pemimpin selanjutnya

adalah Ash-Shidq. Sesungguhnya Allah telah menciptakan langit dan bumi

dengan benar dan menghendaki manusia untuk membangun kehidupannya

dengan benar pula. Oleh karena itu, hendaknya manusia (apalagi sebagai

pemimpin) harus selalu berkata benar dan bertindak benar. Kesesatan

(ketersesatan, aslinya) dari kecelakaan umat manusia adalah akibat dari

78 Jalaludin Rahmat, Islam Aktual, Cet. XI, Mizan, Bandung, 1999, hlm. 204-205 79 Ibid 80 Taufik Rahman, Op. Cit., hlm. 199

Page 34: Bab II refisi - Perpustakaan UIN Walisongo Semaranglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/31/jtptiain-gdl-s1... · produktifitas dan efektifitas usaha ... kepemimpinan dan kadang-kadang

44

kelalaian manusia dari dasar pokok kebenaran dan disebabkan oleh dominasi-

dominasi kebohongan serta hal-hal yang spekulatif yang menimpa jiwa dan

pemikiran mereka sehingga menjauhkan mereka dari jalan yang lurus.

Selajutnya adalah Al Amanah (terpercaya) yaitu sesuatu yang diwakilkan

kepadanya dan menyadari benar bahwa ia akan dimintai pertanggungjawaban

dihadapan Tuhannya81.

Shalat, yang diperintahkan Allah SWT. dalam peristiwa Isra’ Mikraj

adalah salah satu diantara amanah Ilahiah. Para ’Ulama Mufassirin

menyebutkan bermacam-macam makana amanah yaitu; kepemimpinan

Ilahiah, khilafah takwiniyyah, syariat Islam, kalaimah La ilaha illallah,

amanah dan perjanjian diantara sesama manusia. Apabila semua pendapat

itu digabungkan, maka yang disebut amanah ialah apa saja yang dibebankan

oleh Allah SWT. kepada manusia untuk dilaksanakan. Pada setiap amanah ada

pahala bila dilaksanakan dan ada dosa bila diabaikan82.

Bersikap amanat atau jujur tulus hati adalah suatu sifat yang

dibutuhkan oleh setiap orang (termasuk pemimpin) dalam kehidupannya

sehari-hari guna mencapai tujuannya dan memperoleh harapan yang dicita-

citakan. Demikian pula suatu umat atau bangsa tidak dapat menegakkan

sendi-sendi hidupnya jika sikap beramanat tidak merata didalam pergaulan

sehari-hari diatara sesama anggotanya. Kita selalu melihat perbendaan yang

menyolok antara orang yang bersikap amanat-jujur dan sikap orang yang

bersikap curang dan berkhianat. Orang yang pertama selalu menjadi tempat

kepercayaan orang yang sangat dihormati dan disegani, sedang yang kedua

selalu dibenci orang dan dikucilkan dari pergaulan sehari-hari terutama dalam

kalangan dagang dan usaha. Maka sebagai akibat dari sikap mereka berdua

yang bertentagan itu ialah bahwa orang yang amanah dan jujur selalu berhasil

81 Ibid, hlm. 130 82 Jalaludin Rahmat, Op. Cit., hlm. 273-274

Page 35: Bab II refisi - Perpustakaan UIN Walisongo Semaranglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/31/jtptiain-gdl-s1... · produktifitas dan efektifitas usaha ... kepemimpinan dan kadang-kadang

45

dalam banyak usahanya, sedang yang bersikap curang dan khianat selalu

mengalami kegagalan, tujuan dan harapan yang dicita-citakan83.

Kata amanah mempunyai akar kata yang sama dengan kata iman dan

aman, sehingga mu’min berati yang beriman, yang mendatangkan keamanan,

juga yang memberi, yang menerima amanah. Salah satu nama Allah SWt

adalah Al Mu’min, sebab Ia lah yang memberikan rasa aman, iman dan

amanah. Orang yang beriman disebut juga dengan Al Mu’min karena ia

menerima rasa aman, iman dan amanah. Bila orang tidak menjalankan

amanahnya, ia dianggap tidak beriman dan tidak akan memberikan rasa aman

baik untuk dirinya atupun untuk masyarakat sekitarnya. Orang yang setia

kepada amanahnya atau mu’min yang menjalankan amanahnya dengan baik

disebut nashahah. Kesetiaan memenuhi amanah disebut nashihah (yang

sering salah diterjemahkan menjadi nasihat), sedangkan orang yang

berkhianat terhadap amanah yang dipikulnya disebut ghasyasyah84.

Dalam kenyataanya bahwa setiap masyarakat atau bangsa dalam

mengatur kehidupannya membutuhkan suatu pemerintahan, maka jika

pemerintah yang menjalankan pemerintahannya ini terdiri dari orang-orang

jujur beramanat, tidak menghianati jabatan dan tugas yang dipercayakan

kepada mereka, selamatlah masyarakat atau negara dari kehancuran serta

rakyat akan selamat dari kemelaratan dan kesengsaraan. Akan tetapi, jika

amanat sudah tidak terdapat pada diri mereka dan penghianatan sudah menjadi

sifat yang menonjol, bahkan sudah menjadi hal yang lumrah dan membudaya

ditubuh bangsa, maka keadaan itu dapat dianggap sebagai lampu merah yang

menandakan akan datangnya bencana yang menimpa bangsa tersebut yang

didahului dengan menurunnya kewibawaan pemerintah, menjalarnya

83 Sayid Sabiq, Islam Dipandang dari Segi Rokhani, Moral Sosial, Penerjemah Zainuddin,

dkk., Cet. I, Rineka Cipta, Jakarta, 1994, hlm.182 84 Jaludin Rahmat, Lok. Cit

Page 36: Bab II refisi - Perpustakaan UIN Walisongo Semaranglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/31/jtptiain-gdl-s1... · produktifitas dan efektifitas usaha ... kepemimpinan dan kadang-kadang

46

kejahatan dan kriminalitas, merosotnya penghasilan negara dan penghasilan

rakyat85.

Keberadaan manusia yang dikhawatirkan akan berkhianat terhadap

amanah yang dititipkan kepadanya karena kebodohan dan kezalimannya,

Allah SWT. telah berfirman dalam Al Qur’an surat Al Ahzab ayat 72 yang

berbunyi :

إنا عرضنا الأمانة على السماوات والأرض والجبال فأبين أن يحملنها )72:األحزاب. (وأشفقن منها وحملها الأنسان إنه آان ظلوما جهوال

Artinya : “Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit,

bumi dang gunung-gungung maka semuanya enggan untuk memiku amanat itu, dan mereka khawatir akan menghianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh” (QS. Al Ahzab, 72) 86

Rasulullah Muhammad SAW. adalah seorang pemimpin yang sangat

terkenal dengan sikap amanahnya, sehingga ia selalu dapat dipercaya oleh

seluruh warga masyarakat yang dipimpinnya. Oleh karenanya, oleh masyarakat

ia diberi julukan al Amin. Ia juga seorang pemimpin yang sangat cerdas atau

fathanah dan juga tabligh. Nabi memang seorang orator atau ahli pidato, apa

yang disampaikan beliau sangat memukau para pendengarnya, bahasanya yang

sangat sederhana, mudah dimengerti dan dapat diterima oleh para

pendengarnya karena penyampaiannya dengan tutur kata yang indah namun

tetap jelas maknanya87.

Pentingnya seorang pemimpin dalam menjalankan tugasnya harus

mampu berjiwa tabligh juga sejalan dengan pemikiran Elizabeth O’Leary yang

menyatakan bahwa pemimpin sering diminta untuk berpidato, dengan alasan

bahwa salah satu ukuran kesuksesan sebagai seorang pemimpin adalah

85 Sayid Sabiq, Op. Cit., hlm. 183 86 Departeman Agama Republik Indonesia, Op. Cit., hlm. 680 87 Muhammad Koderi, Op. Cit., hlm. 109-110

Page 37: Bab II refisi - Perpustakaan UIN Walisongo Semaranglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/31/jtptiain-gdl-s1... · produktifitas dan efektifitas usaha ... kepemimpinan dan kadang-kadang

47

bagaimana ia mampu berkomunikasi dengan efektif, bukan hanya dalam

percakapan pribadi, tetapi juga dihadapan kelompok yang besar. Jika ia dalam

posisi kepemimpinan, kecenderungannya ia akan diminta untuk

menyampaikan pidato dihadapan suatu kelompok yang besar88, akan tetapi

perlu juga untuk diingat bahwa pidato yang panjang tidak selamanya

merupakan pidato yang baik. Seringkali audiens menjadi tidak sabar

mendengarkan seorang pembicara, betapapun baiknya, kadang-kadang

semakin cepat suatu kasus disajikan, semakin cepat pula ia dapat menenangkan

audiens89.

Dari beberapa pendapat tersebut, maka menurut hemat penulis bahwa

eksistensi seorang pemimpin dalam menjalankan tugas kepemimpinannya akan

berjalan dengan baik dan sesuai harapan masyarakat yang dipimpinnya jika ia

benar-benar mendapat amanat langsung dari anggota kelompok secara luas,

maupun amanat dari kelompok kecil (perwakilan) bagi yang menggunakan

sistem perwakilan dalam penetapan figur seorang pemimpin. Kondisi

perubahan zaman seperti sekarang ini, benar-benar memerlukan seorang

pemimpin yang visioner dan mampu memprediksi keadaan zaman untuk masa

yang akan datang. Inilah yang dalam hal pengambilan keputusan dikenal

dengan istilah futuristik. Artinya sebuah keputusan yang ditetapkan bersama

dalam satu forum musyawarah, harus dipertimbangkan dengan prediksi masa

mendatang, karena keputusan itu menyangkut masa mendatang yang efeknya

akan cukup lama.

88 Elizabeth O’Leary, Kepemimpinan, Menguasai Keahlian Yang Anda Perlukan Dalam 10

Menit, Penerjemah Deddy Jacobus, Ed. I, Cet. I, Andi, Yogyakarta, 2001, hlm. 37-38 89 Ibid