bab ii perompakan abu sayyaf group di wilayah …
TRANSCRIPT
30
BAB II
PEROMPAKAN ABU SAYYAF GROUP DI WILAYAH MARITIM
INDONESIA DAN FILIPINA
Bab ini membahas tentang perkembangan perompakan Abu Sayyaf Group
(ASG) di wilayah maritim Indonesia dan Filipina, serta dampak yang timbul akibat
perompakan ASG di wilayah maritim Indonesia dan Filipina. Selanjutnya upaya
Indonesia dan Filipina dalam mengatasi perompakan ASG di laut Filipina Selatan.
2.1 Perkembangan Perompakan Abu Sayyaf Group di Wilayah Maritim
Indonesia dan Filipina
Wilayah maritim Indonesia dan Filipina adalah persinggungan antara laut
Sulawesi dan laut Sulu. Laut Sulawesi merupakan wilayah kekuasaan Indonesia
dengan wilayah sekitarnya merupakan wilayah maritim kekuasaan Filipina dan
Malaysia. Letak dari laut Sulawesi yakni di perairan bagian Utara dari Indonesia
dan termasuk dalam status Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) II.1 (Lihat
Gambar 2.1)
1 Saleh Arifin, dkk, Pencegahan Aksi Kekerasan Maritim Oleh Kelompok Abu Sayyaf Di Laut
Sulawesi - Sulu dalam Kerangka Keamanan Maritim (Studi Kasus Kapal Tunda TB Brahma 12-
Kapal Tongkang Bg Anand 12). Jurnal Keamanan Maritim, Vol, 4, No, 2 (2018), Jakarta:
Universitas Pertahanan Indonesia, hal. 50. Di akses dari
http://jurnalprodi.idu.ac.id/index.php/KM/article/view/394/378 (01/04/2020.01.39 WIB)
31
Gambar 2.1. Peta Jalur ALKI I, ALKI II, ALKI III.2
Sejak dimulainya konvensi ke 3 Perserikatan Bangsa – Bangsa (PBB) yang
membahas mengenai hukum laut atau UNCLOS (United Nations Convention Of
the Law Of the Sea) pada 10 Desember 1982, pada saat itu menjadi awal dari
lahirnya hukum laut dengan mengakui bahwa adanya konsep negara kepulauan.
Kemudian, Indonesia melalui Undang – Undang (UU) No. 17 Tahun 1985 sepakat
dengan keputusan adanya hukum laut negara kepulauan, serta UU tersebut menjadi
landasan yuridis Indonesia dalam meratifikasi hasil konvensi PBB.3
Sesuai dengan pasal 49 UNCLOS 1982 menjelaskan bahwa kedaulatan dari
negara kepulauan mencapai pada wilayah perairan yang tertutup oleh garis pangkal
begitu pula dengan wilayah udara, dasar laut serta tanahnya. Akhirnya pada tahun
1994 hukum laut internasional resmi untuk ditaati. Maka, sejalan dengan itu
Indonesia sebagai negara kepulauan pada tahun 1996 telah mengusulkan kepada
2 Adrian J Halliwell, How “One Of Those Days” Developed – Indonesian Archipelagic Sea Lanes And The Charting Issues. United Kingdom Hydrographic Office (UKHO). Diakses dari https://www.iho.int/mtg_docs/com_wg/ABLOS/ABLOS_Conf3/PAPER7-1.PDF (23/10/2019.11.27 WIB) 3 Lidya Christin Sinaga, Menilik Alur Laut Kepulauan Indonesia II. Artikel dalam Pusat Penelitian
Politik. Di akses dari http://www.politik.lipi.go.id/kolom/kolom-1/politik-internasional/413-
menilik-alur-laut-kepulauan-indonesia-ii (25/11/2019. 21.31 WIB)
32
International Maritime Organization (IMO) mengenai Alur Laut Kepulauan
Indonesia (ALKI), beserta beberapa cabang - cabangnya yang berada di wilayah
perairan Indonesia.4
Secara tertulis ALKI dijelaskan dalam pasal 1 ayat 8 UU No. 6/1996
tentang perairan Indonesia, bahwa:
“Alur laut kepulauan adalah alur laut yang dilalui oleh kapal atau pesawat
udara asing di atas alur laut tersebut, untuk melaksanakan pelayaran dan
penerbangan dengan cara normal semata-mata untuk transit yang terus-menerus,
langsung dan secepat mungkin serta tidak terhalang melalui atau di atas perairan
kepulauan dan laut teritorial yang berdampingan antara satu bagian laut lepas
atau Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia dan bagian laut lepas atau Zona Ekonomi
Eksklusif Indonesia lainnya”.5
Peraturan mengenai ALKI juga dipertegas dalam Peraturan Pemerintah No.
37 Tahun 2002, tentang Alur Laut Kepulauan Indonesia, dalam peraturan tersebut
ALKI terbagi menjadi 3 (tiga) dengan masing – masing memiliki cabang. Wilayah
laut Sulawesi dalam peraturan ini menjadi bagian ALKI II dengan difungsikan
sebagai jalur pelayaran ke Samudera Hindia yang melintasi Selat Makassar, Laut
Flores, dan Selat Lombok.6
Selain itu Indonesia juga telah menetapkan ALKI I dan III dengan beberapa
cabangnya dari (a, b, c). ALKI I dan III juga sama dengan ALKI II yang ditetapkan
sebagai wilayah yang bebas dari aktifitas perdagangan internasional dengan
cakupan wilayah sebagai berikut, wilayah Selat Sunda, Selat Karimata, Laut
Natuna, Laut Cina Selatan. Selanjutnya dalam ALKI III tergambarkan menjadi tiga
cabang yakni, untuk ALKI III-A mencakupi wilayah Laut Sawu, Selat Ombai
4 Lidya Christin Sinaga, Loc., Cit. 5 Undang – Undang Republik Indonesia, Nomor 6 Tahun 1996 Tentang Perairan Indonesia, Pasal
1 Ayat 8. Diakses dari http://hukum.unsrat.ac.id/uu/uu_6_96.htm (25/11/2019.21.02 WIB) 6 Lidya Christin Sinaga, Op., Cit
33
Wetar, Laut Banda (Sebelah Barat Laut Buru), Laut Seram (Sebelah Timur Pulau
Mongole), Laut Maluku dan Selat Samudera Pasifik.
Sedangkan untuk ALKI III-B mencakupi wilayah Laut Timor, Selat Leti,
Laut Banda (Barat Laut Buru), yang selanjutnya kembali ke ALKI III-A. Terakhir
adalah ALKI III-C yang terbagi dalam cakupan wilayah perairan Laut Arafuru,
Laut Banda (Barat Pulau Buru), selanjutnya bersambung pada wilayah ALKI III-
A.7
Kawasan laut Sulawesi – Sulu memiliki banyak potensi, sebagai butktinya
wilayah ini menjadi jalur pelayaran dari arah Selatan yang berasal dari Selat
Makassar melawati laut Sulawesi sedangkan dari sisi Utara, Pulau Sulawesi
menuju arah Utara melewati laut Sulu atau sebaliknya. Wilayah ini menjadi bagian
dari Alur Laut Kepulauan Indonesia II (ALKI II) yang merupakan bagian dari jalur
pelayaran internasional yang dilalui oleh berbagai jenis tonase dan kebangsaan
kapal.8
Aktifitas perdagangan internasional yang menggunakan wilayah laut
Sulawesi – Sulu tercatat mengalami peningkatan signifikan pertahunnya, dengan
perkiraan ada sekitar 3900 kapal melewati jalur ini dengan total nilai barang US$40
milyar atau setara dengan Rp.560.540 milyar9 dan jumlah kapal yang melintas
perairan ini sekitar 100.000 kapal setiap tahunnya.10 Terlepas dari semakin
meningkatnya aktifitas pelayaran di wilayah ALKI II diatas, jalur laut Sulawesi –
7 Ismah Rustam, Op. Cit., hal. 167 8 Ismah Rustam, Ibid 9 Ismah Rustam, Ibid 10 Shicun Wu, 2013, Maritime Security in the South China Sea: Regional Impications and
International Cooperation, London: Routledge, hal. 2017
34
Sulu menyimpan potensi permasalahan diantaranya adalah masalah kejahatan
maritim yang sering disebut sebagai kejahatan lintas negara yakni perompakan.
Laut Sulawesi – Sulu dalam catatan sejarah terkenal dengan adanya
beberapa kelompok etnis atau suku yang menduduki wilayah maritim ini,
kelompok tersebut memiliki pengetahuan maju dalam aspek kemaritiman, hal ini
menjadi faktor pendorong majunya lalu lintas kapal dagang pada masa tersebut.
Kelompok etnis tersebut adalah Sulu, Manguindanao, Sangir dan Talaup yang
mendiami wilayah Filipina bagian Selatan, Sulawesi bagian Utara dan Maluku
bagian Utara.
Kelompok etnis ini memang memiliki pengetahuan maritim yang cukup
maju, namun disisi lain yang menjadi kekurangan kelompok etnis ini, yakni masih
belum mampu menjadi penopang kekuatan laut (sea power) dikawasan maritim
(Sulawesi – Sulu). Penyebabnya adalah kelompok yang ada tidak ikut tergabung
dalam satu kesatuan pemerintah.11
Sejak dahulu laut Sulawesi – Sulu memang memiliki banyak potensi
kemaritiman, seperti yang telah disebutkan diatas, namun dilain sisi wilayah ini
memiliki ancaman potensial yang dapat mengganggu keberlangsungan aktifitas
sosial, politik dan ekonomi. Ancaman potensial tersebut bisa dilihat dari adanya
aktifitas perompak di wilayah laut Sulawesi – Sulu. Ancaman dari perompak yang
bernama Lanun adalah buktinya, yang pada awalnya kelompok ini masih bertahan
11 Zhafirah Yanda Masya, 2018, Analisis Kerja Sama Keamanan Trilateral Indonesia, Malaysia
dan Filipina di Laut Sulawesi - Sulu Periode 2016-2017, Skipsi, Jakarta: Program Studi
Hubungan Internasional, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, hal. 24. Diakses dari
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43651/2/ZHAFIRAH%20YANDA%20
MASYA-FISIP.pdf (01/04/2020.16.36 WIB)
35
hidup di pedalaman hutan, dengan berjalannya waktu terjadi beberapa bencana
alam dan dorongan untuk memenuhi kebutuhan hidup, kelompok yang bernama
lanun ini pun harus berpindah tempat kearah pesisir pantai.12
Semakin berkembangnya zaman, kelompok yang bernama Lanun ini pun
menjadi perompak yang kuat serta sangat sulit untuk di hadapi oleh pemerintahan
pada waktu itu. Kedekatan Lanun dan Kesultanan Sulu adalah faktor utama kuatnya
kelompok perompak ini. Lanun sering menjadi kekuatan tambahan bagi
Kesultanan Sulu, dengan sering disewa menjadi armada angkatan laut Kesultanan
Sulu. Faktor lainya dari kekuatan kelompok Lanun adalah adanya pengetahuan
maritim yang maju dan juga memiliki persediaan persenjataan yang lengkap.13
Perompakan pun semakin marak terjadi di wilayah laut Sulawesi – Sulu,
tercatat pada masa kolonialisme Spanyol, Inggris, dan Belanda, ketiga negara ini
berusaha untuk menekan perluasan aktifitas dari perompak Lanun, namun tidak
bisa menyingkirkan secara langsung pengaruh dari kelompok tersebut, hal ini
berkaitan dengan masih lemahnya kekuasaan secara administrasi dari ketiga negara
kolonial diatas, terutama di wilayah laut Sulawesi – Sulu.14
Amerika Serikat pada tahun 1898 akhirnya menjadi negara yang
memberikan pengaruh besar dalam menekan aktifitas dari kelompok Lanun,
sehingga membawa angin baik bagi wilayah laut Sulawesi – Sulu. Patroli rutin
yang dilakukan oleh Amerika Serikat menjadi faktor dalam melemahkan kekuatan
dari kelompok perompak Lanun.
12 Ibid. 13 Ibid, hal. 25. 14 Ibid.
36
Selain itu, peralatan yang digunakan dalam berpartoli seperti kapal bisa
dikatakan cukup maju dan modern. Keberhasilan Amerika Serikat bukan hanya
sebatas menekan perluasan dari kelompok perompak Lanun, tetapi keberhasilan
lainya juga diperlihatkan, seperti membawa Filipina Selatan ke dalam pusat
pemerintahannya secara administrasi.15
Sejak tahun 1946 Filipina menjadi negara yang berdaulat setelah lepas dari
pengaruh Amerika Serikat. Akan tetapi, Filipina bukan melanjutkan keberhasilan
dari Amerika Serikat, namun semakin menjadikan Filipina kehilangan pengaruh di
wilayah maritimnya, sehingga perompak kembali bermunculan di laut Sulawesi –
Sulu.
Bukan hanya itu, banyak yang terjadi setelah Filipina mendapatkan
kekuasaannya, seperti hilangnya kontrol dari pemerintahan, kesejahteraaan yang
tidak merata, serta kondisi politik di Filipina yang tidak stabil dan akhirnya
membuat aktifitas perompakan semakin meningkat.
Akibatnya wilayah laut Sulawesi – Sulu menjadi rawan. Kondisi geografis
pun menjadi faktor berkembangnya kejahatan transnasional di laut Sulawesi –
Sulu, di sisi lain peluang para perompak menjalankan aksinya juga karena adanya
dukungan dari majunya teknologi.16
Meningkatnya tindak kejahatan transnasional tidak terlepas dari
perkembangan arus globalisasi. Hal ini pun berlaku pada negara Indonesia dan
Filipina. Kejahatan transnasional yang sifatnya tidak terbatas ini menjadi problem
15 Ibid. 16 Ibid.
37
utama yang masih dihadapi oleh kedua negara ini. Kejahatan transnasional
memiliki berbagai jenis yang diantaranya adalah terorisme, perompakan,
penyeludupan (satwa, hewan yang dilindungi), peredaran narkotika, penyeludupan
senjata dan imigrasi illegal.17
Menurut Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia kejahatan
transnasional atau kejahatan lintas negara merupakan “Bentuk kejahatan yang
menjadi ancaman serius terhadap keamanan dan kemakmuran global mengingat
sifatnya yang melibatkan berbagai negara”.18 Artinya kejahatan transnasional
seperti perompakan yang terjadi di wilayah laut Sulawesi – Sulu menjadi ancaman
yang serius terutama bagi kondisi stabilitas negara dan internasional.
Perompakan yang terjadi di laut Sulawesi – Sulu dalam perkembangannya
bukanlah tindak kejahatan lintas negara yang tergolong baru, akan tetapi seperti
yang telah disebutkan sebelemunya, bahwa perompakan sudah eksis sejak masa
kolonialisme hingga pada masa sekarang di era gobalisasi, keberadaan tindak
kejahatan lintas negara ini tentu menjadi ancaman bagi negara yang berada di
kawasan Asia tenggara, terutama Indonesia dan Filipina.
Perompak menurut kerangka legal dalam Article 101 United Nations
Convention on the Law of the Sea (UNCLOS) merupakan (a) segala tindakan
illegal yang mengandung unsur kekerasan dan penahanan, atau tindakan
penghabisan dengan bertujuan pada kepentingan pribadi yang dilakukan oleh para
17 Ibid., hal. 27. 18 Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, Kejahatan Lintas Negara. Diakses dari
https://kemlu.go.id/portal/id/read/89/halaman_list_lainnya/kejahatan-lintas-negara,
(12/11/2019.20.27 WIB)
38
kru atau penumpang melalui kapal pribadi atau pesawat pribadi dan diarahkan (i)
di laut lepas, terhadap kapal atau pesawat terbang lain, (ii) atau terhadap suatu
kapal, pesawat, orang atau property, diluar dari kekuasaan suatu negara. (b) Segala
perbuatan yang turut serta dilakukan secara sukarela dalam suatu operasi dari kapal
yang diketahui sebagai kapal perompak dan (c) Segala perbuatan yang mendorong
atau menyediakan suatu tindakan yang disebutkan dalam penjelasan poin
sebelumnya (a) dan (b).19
Artinya secara umum tindakan perompakan bisa dimaknai dalam cakupan
yang lebih kepada mencirikan karakter tindakan perampasan, pembajakan dan
penyanderaan kapal di suatu perairan negara yang berdaulat dan juga sebagai jalur
maritim internasional.
Menurut data yang di rilis ReCAAP ISC Annual Report 2019, pada tahun
2014 - 2015 tidak ada perompakan dan percobaan perompakan yang dilakukan oleh
Abu Sayyaf Group di laut Sulawesi - Sulu. Namun, pada tahun 2016 ada perubahan
yang sangat signifikan yaitu ada 12 kejadian perompakan dengan 6 percobaan
perompakan. Kemudian di tahun selanjutnya mengalami penurunan yaitu 3
kejadian perompakan dengan 4 percobaan perompakan. Ditahun selanjutnya tahun
2018 ada perompakan dan percobaan sebanyak 2 kejadian dan pada tahun 2019
sejumlah 2 kejadian.20
19 United Nations Convention on the Law of the Sea, Article 101. Definition of Piracy, hal. 61.
Diakses dari https://www.un.org/depts/los/convention_agreements/texts/unclos/unclos_e.pdf
(12/11/2019.22.43 WIB) 20 ReCAAP ISC, Op. Cit., hal. 12.
39
Grafik 2.1 Jumlah Perompakan Abu Sayyaf Group (ASG) di Laut Sulawesi –
Sulu Pada Tahun 2014 – 2019.21
Ancaman perompakan yang muncul dan beraktifitas di wilayah perbatasan
Indonesia dan Filipina tepatnya di laut Sulawesi – Sulu tidak terlepas dengan
kondisi perbatasan maritim kedua negara. Kondisi tersebut merupakan adanya
beberapa aktifitas kelompok di wilayah kepulauan Sulu, kelempok tersebut
terkenal dengan sebutan Abu Sayyaf Grup (ASG).22
Kelompok ini sering menggunakan Pulau Tawi – Tawi, Jolo dan Pulau
Basilan untuk beraksi dalam bentuk teror dan melakukan perompakan kapal – kapal
yang sering menggunakan jalur maritim Filipina bagian Selatan.23 Keberadaan
21 Data sudah diolah oleh penulis berdasarkan hasil Analisa dari ReCAAP ISC Annual Report 2019 22 Adhe Nuansa Wibisono, Kelompok Abu Sayyaf dan Radikalisme di Filipina Selatan: Analisis
Organisasi Terorisme Asia Tenggara, Jurnal Ilmu Ushuluddin, Vol, 3, No, 1 (Januari 2016),
Jakarta: Fisip Universitas Al-Azhar dan Freedom Foundation, hal. 123. 23 Ibid., hal. 128
2014 2015 2016 2017 2018 2019
Perompakan 0 0 12 3 2 2
Percobaan 0 0 6 4 1 0
0 0
12
3
2 2
0 0
6
4
1 00
2
4
6
8
10
12
14
Ju
mla
h K
ejad
ian
Jumlah Perompakan di Laut Sulawesi - Sulu Pada
Tahun 2014 - 2019
Perompakan Percobaan
40
kelompok ASG sangat dipengaruhi oleh besarnya jumlah anggotanya, sekitar 500
orang tercatat sebagai anggota dari kelompok ASG di tahun 2015.24
ASG dalam perkembangannya juga dipengaruhi oleh pemimpin utamanya
yakni Abu Razak Janjalani, yang merupakan seorang anak dari tokoh ulama di
Basilan Filipina. Peran Abu Razak Janjalani dalam membesarkan ASG terekam
ketika perekrutan anggota kelompok, Janjalani berhasil membangun basis masanya
yang kebanyakan di mulai dari wilayah Basilan, Sulu, Tawi-Tawi, Zamboanga dan
Santos. Anggotanya pun lebih banyak dan kebanyakan merupakan bekas anggota
kelompok Moro National Liberation Front (MNLF).25
Gambar 2.2 Peta Lokasi operasi ASG.26
Pemimpin Utama ASG adalah tokoh utama dari Basilan, Filipina dan
lulusan dari Universitas Arab Saudi pada tahun 1980, kemudian melanjutkan
pendidikan tentang hukum fiqih Islam di Mekkah. Nilai yang dibawah oleh Abu
24 Bonardo Maulana Wahono, Mengukur Kekuatan Kelompok Abu Sayyaf, Artikel dalam
BeritagarId. Diakses dari https://beritagar.id/artikel/berita/mengukur-kekuatan-kelompok-abu-
sayyaf (13/11/2019.01.10 WIB) 25 Zhafirah Yanda Masya, Op. Cit.., hal. 43 26Rzn, Militer Filipina bebaskan Tiga WNI Sandera Abu Sayyaf, Artikel dalam Dw. Com. Di
akses dari https://www.dw.com/id/militer-filipina-bebaskan-tiga-wni-sandera-abu-sayyaf/a-
45519663 (25/03/2020.22.03WIB).
41
Razak Janjalani dalam dakwahnya adalah bagaimana umat Muslim Filipina
memperoleh ketidakadilan dengan alasan pemerintahan dan konstitusi negara yang
bertentangan dengan ajaran Al-Qur’an.27
Abu Razak Janjalani sebagai pemimpin utama dari kelompok ASG, juga
sering terlibat dalam berbagai aksi yang berkaitan dengan kelompok militan di
berbagai negara, seperti ikut dalam perang Afganistan dan Uni Soviet bersama
Osama Bin Laeden. Selama perang Abu Razak Janjalani menemukan tempat baru
untuk menambah wawasannya tentang perang, dengan mengikuti bimbingan
langsung dari Abdul Rasul Sayyaf yang merupakan pemimpin dari kelompok
Jemaah Islamiyah (JI).
Akhirnya Abu Razak Janjalani membentuk kelompok Mujahideen
Commando Freedom Fighters (MCFF) yang pada selanjutnya menjadi awal mula
terbentuknya ASG. Nama dari ASG berasal dari seorang pemimpin pertahanan
perang Afganistan yang bernama Profesor Abdul Rasul Sayyaf yang artinya Ayah
dari pendekar perang. Namanya digunakan sebagai bentuk penghargaan dari
jasanya.28
Perlu diketahui, ASG tergolong memiliki dinamika yang berbeda dengan
kelompok lain yang berada di Filipina Selatan. Jika melihat latar belakang
berdirinya ASG sebenarnya tidak terlepas dari perpecahan internal kelompok
pembebasan bangsa Moro yakni MNLF. ASG muncul sebagai kelompok yang
27 Zhafirah Yanda Masya, Op. Cit., hal. 43 28 Op. Cit.,
42
kecewa dengan adanya perjanjian perdamaian antara Filipina dan kelompok
pembebasan bangsa Moro atau MNLF.
ASG beranggapan bahwa bangsa Moro tidak mendapatkan
kemerdekaannya jika masih berada di bawah pemerintah Filipina. Selain itu ASG
juga sebagai kelompok yang muncul akibat ketidakpuasan dari kepemimpinan Nur
Misuari sebagi ketua MNLF pada saat itu. Tedensi lain dari aktifitas ASG adalah
demi mendapatkan uang tebusan dengan tujuan untuk membiayai operasi demi
mencapai tujuan kelompok yakni menjadikan wilayah masyarakat Moro sebagai
negara Islam yang merdeka dari pemerintahan Filipina.29
Resmi berdiri pada tahun 1991, ASG dalam melakukan aktifitasnya
terbilang mengalami perubahan signifikan, sejak awal ASG masih dikenal sebagai
kelompok yang melakukan tindakannya dengan bentuk pengeboman, aksi
penculikan, penyaderaan, perampasan, ancaman melalui surat kaleng (blackmail),
hingga penyerangan terhadap militer Filipina,30 semua aksi ini dilakukan untuk
mengumpulkan dana operasional ASG. 31
Tercatat sejak bulan April 1991 aksi ASG pertama melempari bom granat
di Kota Zamboanga.32Aksi selanjutnya, pada bulan Agustus 1991, ASG terlibat
dalam aksi pengeboman pelemparan granat kapal MV Doulos yang sedang
berlabuh di Zamboanga, Filipina Selatan. Akibatnya, sekitar 2 orang meninggal
29 Jaka Haritstyo P, Op. Cit., hal. 23 30 Ibid. 31 Rossiana Jasmine, 2017, Analisis Peningkatan Frenkuensi Penculikan di Laut oleh Abu Sayyaf
Group (ASG) Pada Tahun 2016,Skripsi,Semarang : Departemen Hubungan Internasional,
Universitas Diponegoro, hal. 31. Di Akses dari http://eprints.undip.ac.id/59272/3/Bab_2.pdf
(23/03/2020. 21.59 WIB) 32 Jaka Haritstyo P, Op.Cit. hal.23
43
dan 40 orang mengalami luka akibat pengeboman tersebut. Akhirnya ASG dikenal
luas oleh publik. Setelah tindakan tersebut, ASG masih melakukan aksinya ditahun
selanjutnya, tercatat dari tahun 1992 hingga 1995 melakukan 67 aksi terror dan
menewaskan 136 orang.33
Seiring berjalanya waktu, ASG terus melakukan aksinya, namun respon
Filipina pada saat itu masih melihat ASG hanya sebagai kelompok kriminal atau
bandit. Hanya, ketika tahun 1991 aksi pengeboman kapal MV Doulos yang di
lakukan oleh ASG membawa perspektif baru bagi pemerintah Filipina yang
awalnya masih dianggap sebagai bandit akhirnya berubah menjadi kelompok
teroris.
Amerika Serikat ikut melabeli ASG sebagai kelompok teroris dan masuk
dalam daftar kelompok teroris internasional, pelabelan ini terjadi setelah peristiwa
11 September 2001.34ASG melakukan konsolidasi pada tahun 2000, kemudian
melakukan aksi yang lebih besar pada tahun 2004, dengan jumlah korban jiwa 116
orang, beberapa korbannya adalah 21 Muslim yang merayakan akhir Ramadhan.
Pada tahun ini, ASG mendeklarasikan sebagai bagian dari Islamic State of Iraq and
Syiria (ISIS).35
Ada beberapa faktor yang menyebabkan pergeseran aksi dari ASG. Jika
dilihat dari faktor kepemimpinan, disebabkan ketiadaan pemimpin (leadership
vacum). 36 Pada tahun 1998 pimpinan ASG Janjalani terlibat dalam baku hantam
di Basilan dengan Kepolisian Nasional Filipina, yang akhirnya Abu Razak
33 Ibid. 34 Ibid., hal. 44. 35 Saleh Arifin, Op. Cit., hal. 44 36 Rossiana Jasmine, Op.Cit., hal 33
44
Janjalani wafat pada persitiwa tersebut. Wafatnya Janjalani berdampak pada nilai
yang di bawa oleh ASG, yang berawal membawa nilai ideologi bergeser menjadi
nilai material.37
Sejak wafatnya Abu Razak Janjalani ASG terpecah menjadi dua faksi,
yakni faksi Basilan dan faksi Sulu. Faksi Basilan dipimpin oleh Kadaffi Janjalani
(adik dari Abu Razak Janjalani), dan terpecah menjadi 7 kelompok kecil. Faksi
Sulu di pimpin oleh Galib Andang (commander robot), dan terpecah menjadi 16
kelompok kecil. Dua pemimpin ini tidak sepenuhnya mempunyai kontrol pada
kelompok-kelompok ini, hal ini dimanfaatkan oleh pemerintah untuk melakukan
operasi militer. 38
Sebelum wafat, Abu Razak Janjalani merencanakan membuat pasukan
Mujahidi Al Shafirullah dengan tiga unit utama. Pertama, Demotion Team: anggota
yang terlatih dan perancang alat peledak. Kedua, Mobile Force Team bertugas
melakukan kordinasi dengan pihak luar. Ketiga, Tim propaganda yang terdiri dari
pelajar, professional, pengusaha untuk menghimpun data dan sumber daya yang
diperlukan dalam operasional. 39
ASG dipimpin oleh seorang khalifah dengan delapan pembantunya,
Jalnjalani menyusun ASG dengan struktur yang di bentuk oleh Concel Islamic
Executif (CIE). CIE bertugas untuk menyusun rencana serta melakukan eksekusi
operasi kelompok. Dalam pelaksanaanya CIE membentuk dua komite, komite
37 Ibid.,hal. 44 38 Ibid. 39 Ibid.
45
Jamiatul Al Islamiyah yang bertugas pengumpulan biaya pelatihan. Sementara
komite Al Misuruat Khutbah bertugas melakukan propaganda. 40
Gambar 2.3 Susunan Organisasi Abu Sayyaf Group 2006.41
Pemimpin faksi Sulu yaitu Galib Andang tertangkap pada tahun 2003 dan
pemimpin fraksi Basilan Khadaffi Djalani meninggal pada tahun 2006. Setelah ini
kepemimpinan dari dua faksi ini berubah yaitu faksi Basilan dipimpin oleh Isnilon
Hapilon dan faksi Sulu dipimpin oleh Radhulloh Sahiron. Ada dua perbedaan
pandangan dari dua faksi ini. Faksi Basilan memiliki ketertarikan kepada hal – hal
ideologis, Isnilon Hapilon menjadi sosok yang di sebut sebagai ketua ISIS di Asia
Tenggara. Sedangkan dari faksi Sulu memiliki ketertarikan dari segi materi terlihat
dari penyaderaan yang meminta uang tebusan.42
40 Ibid. 41 Global Terror Watch, Stucture du Jumu’a Abou Sayyaf (2006).Diakses dari
http://www.globalterrorwatch.ch/index.php/abou-sayyaf-jumaa/ (14/3/2020.02.16 WIB) 42 Rossiana Jasmine, Op. Cit., hal 34.
46
Tabel.2.1 Daftar Kelompok Kecil Masing – Masing Faksi ASG.43
Basilan Sulu
Isnilon Hapilon Radullah Sahiron
Furuji Indama Yasser Igasan (Kumandang Diang)
Moton Indama Hatib Hajan Sawadjaan
Abbas Alam Alhabsyi Misaya
Nur Hassan Lahaman Sarip Mura
Nur Hassan Jamiri Muammar Askali (Abu Rami)
Mudz-ar Angkun (Mapad Ladjaman) Idang Susukan
Jaber Susukan
Junior Lahab (Jim Dragon)
Uddon Hassim
Maradjan Asiri
Almujer Yaddah
Majan Adja Sahidjuan (Apo Mike)
Selain faktor kepemimpinan, ada faktor keanggotan dalam organisasi,
jumlah anggota ASG sekitar 300 hingga 400, berusia sekitar 16 sampai 35 tahun.
Anggota ASG memiliki kordinasi internal yang baik disebabkan mayoritas anggota
ASG berasal dari keluarga dekat yang sudah saling mengenal dengan baik.
Beberapa motif bergabungnya anggota ASG bukan hanya sebatas ideologi tapi,
melainkan karena popularitas, kehormatan, kekayaan, dan kekuasaan ketika
bergabung dengan anggota ini. Meningkatnya jumlah anggota ASG, tentunya
membutuhkan pendanaan yang lebih besar untuk mempertahankan keberadaan
kelompok ini. Sehingga aktivitas kelompok ini bergeser, berawal dari tindakan
kriminal hingga tindakan mencari keuntungan finansial.44
Selain itu jaringan eksternal ASG juga begitu luas, sehingga mempengaruhi
aksi – aksi dari ASG. Hal tersebuh dapat di lihat dari ASG memiliki catatan pernah
43 Ibid., hal 36. 44 Ibid., hal 37
47
berhubungan dengan kelompok-kelompok militan lain seperti Al Qaeda, Moro
National Liberation Front (MNLF), Jamaah Islamiyah (JI), dan Rajah Solaiman
Movement (RSM). Berangkat dari koneksi ini, ASG mampu menerima biaya untuk
memperoleh pegetahuan, pelatihan dan bekerjasama dalam melaksanakan suatu
aksi.45
Gambar 2.4 Koneksi ASG dengan Kelompok Teroris Lain.46
Hubungan ASG dengan Al-Qaeda terlihat dari pemilihan metode serangan
seperti pemboman, pembunuhan terhadap misionaris asing (penculikan terhadap
warga asing). ASG dengan Al-Qaeda memiliki hubungan melalui saudara ipar
Osama bin Laden, yaitu Mohammad Jamal Khalifah. Mohammad Jamal Khalifah
adalah Kepala International Islamic Relief Organization (IIRO) yang merupakan
organisasi penggalangan biaya untuk pendanaan terorisme.
Ketika ASG berdiri, Osama bin Laden, mengirim Mohammad Jamal
Khalifah (Al-Qaeda), ke Filipina untuk merencanakan pelatihan, pendanaan serta
pengiriman senjata asal Libya dengan skala besar ke ASG. Hubungan dari kedua
45 Ibid. 46 Ibid., hal. 38
48
kelompok ini saling membutuhkan untuk mencapai misi dari masing – masing
kelompok.
Al-Qaeda membutuhkan ASG sebagai relawan perang di Afghanistan dan
ASG membutuhkan biaya untuk membeli senjata. Ketika Ramzi Ahmad Yousef
tertangkap, Mohammad Jamal Khalifah (Al-Qaeda) di larang masuk ke Filipina.
Selain itu, wafatnya Abu Razak Janjalani melemahkan hubungan ASG dengan Al-
Qaeda. Terputusnya aliran dana ASG dari Al-Qaeda sehingga melakukan
penculikan dan penyaderaan untuk mendapatkan dana.47
Hubungan ASG dengan MNLF adalah berawal dari keluarnya ASG dari
MNLF yang disebabkan karena ketidakpuasaan ASG terhadap keputusan MNLF
atas negosiasi kesepakatan damai. MNLF meminta kepada pihak ASG untuk
menghentikan aksi kriminal di wilayah Sulu, apabila tindakan kriminal tersebut
tetap berlansung maka tidak ada toleransi. Pemimpin MNLF (Nur Misuari)
memiliki peran sebagai negosiator, terhadap pembebasan ABK WNI yang
disandera oleh ASG.48
Hubungan Jammah Islamiyah dengan ASG adalah merencakan pelatihan
dan pelatihan perangkitan bom. Hal ini terbukti dengan pelatihan yang di lakukan
oleh anggota Jammah Islamiyah ke anggota ASG pada tahun 2002 - 2009, anggota
Jammah Islamiyah itu yaitu Umar Petek dan Dulmatin. Umar Petek dan Dulmatin
adalah tersangka yang terlibat dalam peristiwa bom Bali I yang melarikan diri ke
47 Noor Azharul Fuad, 2016, The Decline of Terrorist Group: Penyebab Menurunnya Aksi Teror
Kelompok Al-Qaeda Tahun 2009 - 2013, Skripsi, Semarang: Program Studi Ilmu Hubungan
Internasional, Universitas Diponegoro. Diakses dari http://eprints.undip.ac.id/59459/3/BAB_II.pdf
(26/03/2020.00.05 WIB) 48 Rossiana Jasmine, Op.Cit., hal 39
49
Filipina Selatan. Dua tokoh JI dan anggota senior ASG terlibat dalam menentukan
kebijakan pada masa kepemimpinan Khadaffy Janjalani pada tahun 2005 – 2006.
Alumni perang Afganistan tahun 1990-an dan ahli bahan peledak, yang
bernama Abu Tholut, merupakan pelatih anggota ASG dan merupakan sosok guru
dari teroris Noordin M.Top dan Azahari. Pada tahun 2001 Khadaffy Janjalani
menemui Zulkilfi (JI) untuk mengadakan pelatihan bersama antara JI dan ASG, di
kampung – kampung ASG di Basilan dan Tawi – Tawi. 49 RSM dan ASG memiliki
hubungan melalui pemimpin ASG yaitu Khadaffy Jaljani merupakan saudara ipar
dari Ahmad Satos. Pendanaan operasional RSM di peroleh dari ASG. Hubungan
dari kelompok ini adalah pernah terlibat dalam kerjasama pemboman kapal Ferry
Superferry 14.50
Tindakan perompakan yang dilakukan oleh kelompok ASG ini juga
berdampak pada wilayah maritim Indonesia yakni wilayah laut Sulawesi yang
berbatasan langsung dengan Filipina bagian Selatan.51 Berdasarkan laporan dari
berbagai sumber yang sudah disebutkan diatas, kemungkinan besar laut Sulawesi
memiliki tingkat keamanan maritim yang rendah. Akibatnya adalah aktifitas
perompakan semakin banyak dan akhirnya membuat laut Sulawesi menjadi rawan
terhadap perompakan.
49 Ibid., hal. 40 50 Muhamad Yusuf Marlon Abdulah, Fahaman Pelampau Rajah Solaiman Movement (RSM)
sebagai Sebuah Gerakan Islam di Filipina. AL-Irsyad : Journal of Islamic and Contemporary
Issues, Vol, 1, No 1 (Dec 2016), Diakses dari http://al-
irsyad.kuis.edu.my/index.php/alirsyad/article/view/37/34 (26/03/2020.01.05 WIB) 51 Prima Gumilang, ABK Diculik Abu Sayyaf, Kapal Perang Patroli di Laut Sulawesi, Artikel
dalam CNN Indonesia. Diakses dari https://www.cnnindonesia.com/nasional/20160329153959-
20-120290/abk-diculik-abu-sayyaf-kapal-perang-patroli-di-laut-sulawesi (13/11/2019.09.34 WIB)
50
Grafik 2.2 Kejadian Perompakan Abu Sayyaf Group di Laut Sulawesi -
Sulu dan Pebatasan Sabah Timur pada tahun 2016.52
Serangkaian peristiwa perompakan dalam bentuk penculikan dan
penyaderaan yang melibatkan kelompok ASG terlihat massif ketika memasuki
tahun 2016, ada beberapa kasus perompakan yang dilakukan langsung oleh ASG,
tercatat bahwa rata-rata korban dari ASG lebih banyak dari warga negara
Indonesia. Ada sekitar 7 kali Anak Buah Kapal (ABK) asal Indonesia yang menjadi
korban perompakan di tahun 2016. Hal ini dikarenakan kapal-kapal yang
digunakan oleh ABK asal Indonesia melintasi kawasan yang rawan perompakan
dan kapal yang digunakan pun memiliki nilai ekonomi yang tinggi.53
52 ReCAAP ISC. Annual Report Piracy and Armed Robbery Againts Ships in Asia 2016, Diakses
dari https://www.recaap.org/resources/ck/files/reports/annual/annualreport2017.pdf (14/03/2020.
10.05 WIB) 53 Lutfy Mairizal Putra, Ini 7 Peristiwa Penyanderaan WNI Sepanjang Tahun Ini, Artikel dalam
Kompas. Diakses dari
https://nasional.kompas.com/read/2016/12/20/07535671/ini.7.peristiwa.penyanderaan.wni.sepanja
ng.tahun.ini (13/11/2019.16.54 WIB)
51
Gambar 2.5 Lokasi Perompakan Abu Sayyaf Group (ASG) di Laut
Sulawesi – Sulu dan Perbatasan Sabah Timur Pada tahun 2016.54
Pada tanggal 25 Maret 2016 kapal Tugboat Brahma 12 dan kapal Tongkang
Annad 12 mengalami perompakan. Kapal Tungboat Brahma 12 dan kapal
Tongkang Annad 12 membawa muatan batubara sekitar 7.500-ton milik
perusahaan tambang di Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Kapal Tugboat Brahma
12 dan kapal Tongkang Annad 12 di bajak oleh 17 penculik bersenjata pada siang
hari di wilayah perairan antara Sabah dan kepulauan Sulu.
Ada sekitar 10 orang ABK warga negara Indonesia yang menjadi korban
dalam insiden pembajakan kapal Tugboat Brahma 12 dan kapal Tongkang Annad
12.55 Kapal ini mulai berlayar dari Sungai Putin Kalimantan Selatan menuju
Batangas Filipina Selatan pada tanggal 15 Maret 2016. Kemudian setelah 16 hari
54Reccap ISC 2016, Op.Cit., hal. 22 55Yoseph Ikanubun, Curhat Terakhir Kapten Kapal Brahma-12 yang Disandera Abu Sayyaf.
Artikel dalam Liputan 6. Diakses dari https://www.liputan6.com/news/read/2469912/curhat-
terakhir-kapten-kapal-brahma-12-yang-disandera-abu-sayyaf (18/03/2020. 00.37 WIB)
52
perjalanan yaitu pada tanggal 25 Maret 2016, pemilik kapal menerima kabar bahwa
dua kapalnya dibajak oleh ASG.
Penyadera meminta bayaran sebesar 50 juta peso atau setara dengan Rp
14,2 miliar. Pada tanggal 28 Maret 2016 Kementrian Luar Negeri Indonesia
mendapat informasi terkait pembajakan.56 Kemudian selama 37 hari 10 (sepuluh)
ABK ini di bebaskan pada tanggal 1 Mei 2016.
Pada tanggal 1 April 2016 terjadi perompakan di kapal Massive 6 milik
Malaysia, yang di bajak oleh delapan penculik bersenjata di perairan wilayah
tenggara Samporna, Sabah, Malaysia. Mereka merupakan anggota sub kelompok
Majan Adja Sahidjuan (Apo Mike). Perjalan kapal berlangsung dari Manila
(Filipina) menuju ke Tawau (Malaysia) dengan membawa 7500-ton batubara.
Dalam aksi perompakan ini, pembajak mengambil barang elektronik yang
ada didalam kapal, seperti telepon gengam dan laptop milik ABK.57 Perompakan
tersebut terjadi pukul 18.15 waktu setempat, yang berisi 9 ABK terdiri dari 4 orang
warga Malaysia, 3 orang warga Myanmar, dan 2 orang warga Indonesia. Empat
ABK yang berasal dari Malaysia di culik sebelum matahari terbenam sementara 5
ABK yang lainnya di lepaskan.58
ASG meminta uang tebusan sebesar 204 juta peso Filipina, setelah
membayar uang tebusan sebesar 130 juta peso Filipina oleh pihak keluarga pada
56 Kompas Tv, Ini Kronologi Pembajakan Kapal tahun 2016. Diakses dari
https://www.youtube.com/results?search_query=ini+kronologi+pembajakan+kapal
(23/03/2020.19.56 WIB). 57 ReCAAP ISC 2016, Op.Cit., hal 49 58 Susetyo Dwi Prihadi, Kapal Malaysia dibajak, Dua ABK WNI dibebaskan, Artikel dalam CNN
Indonesia. Di akses dari https://www.cnnindonesia.com/internasional/20160402181035-106-
121221/kapal-malaysia-dibajak-dua-abk-wni-dibebaskan (26/03/2020.01.39 WIB)
53
tanggal 8 Juni 2016, 4 ABK ini di bebaskan. Akan tetapi pembebasan ini menjadi
kontroversi karena ASG hanya menerima uang 100 juta peso Filipina sehingga
muncul dugaan bahwasanya sisa uang di ambil oleh pihak tertentu.59
Selanjutnya adalah insiden perompakan kapal Tunda Henry oleh 5 penculik
bersenjata saat berlayar menarik tongkang Cristi kembali ke Tarakan (Kalimantan
Utara) dari Cebu (Filipina). Perompakan terjadi di wilayah perairan timur bagian
Sabah (Malaysia) sekitar 15 April 2016. Insiden perompakan tersebut membawa
10 (sepuluh) ABK, 1 (satu) orang ABK tertembak, 4 (empat) orang di sandera dan
5 (lima) orang selamat.60 Satu orang tertembak akibat baku tembak antara Polisi
Laut Malaysia dengan kelompok ASG. Perompakan ini di lakukan oleh sub faksi
Sulu yang di pimpin oleh Hatib Sawadjaan.61 Pada tanggal 11 Mei 2016 selama 26
hari, para ABK WNI ini dilepaskan.62
Pada tanggal 22 Juni 2016 ada pembajakan kapal tunda Charles 001-Robby
152 di perairan sekitar perbatasan Indonesia dengan Filipina dalam perjalanan
kembali pulang ke Indonesia. Kapal ini membawa 7500t-on batubara. Ada dua kali
tahap penculikan pada kasus perompakan ini, yaitu terbagi menjadi 2 (dua) waktu,
yaitu pukul 11.30 dan 12.45 siang. Kapal ini terdiri dari 13 (tigabelas) ABK (1
orang warga negara asing). ABK WNI berjumlah 7 (tujuh) orang menjadi korban
Penculikan, 3 (tiga) ABK diculik pada pukul 11.30 dan 4 (empat) ABK lainya di
59 Rossiana Jasmine, Op.Cit., hal 53 60 Official Net News, Indentitas Pembajakan Kapal Tunda TB Hendri dan Tongkang Cristi Belum
di Ketahui-Net16. Diakses dari https://www.youtube.com/watch?v=0bm1-1aO3YM
(23/03/2020.20.31 WIB) 61 Rossiana Jasmine, Op Cit. 62 Ibid.,
54
culik pada pukul 12.45. Sementara keenam ABK lainnya dibebaskan dan
melanjutkan perjalanan ke Samarinda (Indonesia). 63
Kasus penculikan ini, ada dua orang sandera yang berhasil melarikan diri
dari ASG pada tanggal 17 Agustus 2016 dan para sandera lainnya di bebaskan pada
beberapa gelombang, gelombang pertama pada tanggal 1 Oktober 2016, 3 ABK
dibebaskan dan gelombang yang terakhir yaitu pada tanggal 12 Desember 2016, 2
ABK dibebaskan.
Memasuki bulan juli, modus dari pencurian ASG berubah yang awalnya
adalah menculik ABK kapal – kapal besar menjadi menculik nelayan kapal pencari
ikan. Pembajakan kapal pencari ikan LLD 113/5/F pada tanggal 9 Juli 2016 oleh
lima penculik bersenjata (merupakan sub kelompok Idang Susukan) di wilayah
Lahad Datu, Sabah (Malaysia) pada malam hari.
Ada 7 nelayan Indonesia, dan 3 (tiga) nelayan menjadi korban penculikan
(nelayan yang memiliki passpor). Mereka mengambil hp milik nelayan dan kartu
registrasi kapal64. Penyadera meminta tebusan sesar 200 juta peso Filipina atau
sekitar Rp 55,5 miliar.65 Pada tanggal 17 September 2016 selama 70 hari bersama
para perompak, 3 (tiga) nelayan berhasil di bebaskan.66
Pada tanggal 3 Agustus 2016, kapal penangkap udang SN6599/4/F
mengalami perompakan di perairan Sabah (Malaysia) oleh 4 (empat) penculik
bersenjata. Kapal ini terdiri dari 3 (tiga) ABK yang terdiri dari 2 (dua) WNI dan 1
(satu) warga Malaysia. Para perompak menculik kapten kapal berkewarganegaraan
63 ReCAAP ISC 2016, Op. Cit., hal. 61 64 Ibid, hal. 62 65 Lutfy Mairizal Putra, Loc.Cit. 66 Kementrian Luar Negeri, Op. Cit., hal. 33
55
Indonesia, dengan meminta uang tebusan sebesar 10 ribu Ringgit Malaysia atau
setara dengan RP 32 Juta.67 Kemudian kapten kapal di bebaskan oleh ASG pada
tanggal 22 September 2016.68
Kemudian di bulan November ada dua kali kasus perompakan di perairan
Sabah (Malaysia). Kasus pertama yaitu pada tanggal 5 November 2016, 5
perompak bersenjata menculik nahkoda kapal SSK 00520 F dan berjarak 3 mil laut,
para perompak ini menculik nahkoda kapal SN 1154/F.69 Dua ABK ini di bebaskan
pada 19 Januari 2018 (15 bulan di sandera).
Kasus kedua yaitu pada tanggal 19 November 2016, insiden perompakan
terjadi di perairah Sabah, Malaysia dengan membawa 13 ABK WNI.70 Kapal
nelayan VW 1738/6/F di bajak oleh 5 orang bersenjata dan menculik dua ABK
kapal.71 Kemudian 2 ABK ini di sandera selama 292 hari dan di bebaskan pada
tanggal 7 September 2017.72
Diakhir tahun 2016, terhitung ada 39 ABK WNI yang di sandera dan
sebanyak 37 sandera berhasil di bebaskan (Lampiran 1). Pada tahun 2017
mengalami penurunan aksi perompakan yang terjadi di laut Sulawesi – Sulu. Pada
67 Santi Dewi, ABK Kembali Jadi Korban Penculikan Malaysia, Artikel dalam Rappler.com.
Diakses dari https://www.rappler.com/indonesia/142216-abk-kembali-jadi-korban-penculikan-
malaysia (21/03/2020.16:52 WIB) 68 Agus Setiawan, 37 WNI Berhasil Dibebaskan dari Penculikan Abu Sayaf, Artikel dalam Antara
News. Diakses dari https://www.antaranews.com/berita/1224812/37-wni-berhasil-dibebaskan-
dari-penculikan-abu-sayaf (27/03/2020.16.58 WIB) 69 Victor Maulana, Kemlu RI Benarkan Penculikan 2 WNI di perairan Sabah, Artikel dalam
SindoNews.com. Diakses dari : https://international.sindonews.com/read/1153158/40/kemlu-ri-
benarkan-penculikan-2-wni-di-perairan-sabah-1478420054 ( 27/03/2020.17.52 WIB) 70 Lutfy Mairizal Putra, Loc. Cit. 71 Ibnu Hariyanto, Penculik 2 WNI di Perairan Malaysia Berjumlah 5 Orang, Artikel dalam
Detiknews, Diakses dari https://news.detik.com/berita/3352999/penculik-2-wni-di-perairan-
malaysia-berjumlah-5-orang (27/03/2020. 19.19 WIB) 72 Reza Gunadha, 2 WNI Bebas dari Abu Sayyaf, Panglima TNI : Terimakasih Filipina , Artikel
dalam Suara.com.Diakses dari https://www.suara.com/news/2017/09/08/140221/2-wni-bebas-
dari-abu-sayyaf-panglima-tni-terima-kasih-filipina (27/03/2020.19.31 WIB)
56
tahun ini perompakan ini terhitung 3 kali aksi perompakan pada bulan Januari –
Maret.
Tiga kali aksi di perairan ini korbannya adalah ABK berkewarganegaraan
Indonesia, Filipina dan Vietnam. Pada 18 Januari 2017 kapal ikan BN 838/4/F di
serang sembilan orang bersenjata dan 3 (tiga) nelayan Indonesia di culik di perairan
Tawi-tawi.73 Kemudian tiga nelayan ini di bebaskan setelah 20 bulan di sandera
oleh perompak, pada tanggal 18 September 2018.74
Kapal pengangkut Giang Hai Vietnam 2875 9557329 sedang melintasi
perairan Sulawesi – Sulu pada tanggal 19 Februari 2017. Kapal ini berangkat dari
Indonesia menuju Pelabuhan Iloilo (Vietnam), kemudian 5 pria bersenjata
mendekati kapal dan menembaki kapal meminta untuk berhenti. Pada kasus ini,
ada satu ABK yang tertembak. Perompak merusak alat navigasi dan menculik 6
(enam) ABK. Tanggal 20 Februari 2017, 10 (sepuluh) ABK di selamatkan dan 1
(satu) ABK yang tertembak di evakuasi.
Enam ABK yang di sandera, ada yang dibunuh oleh pelaku dan mayatnya
di lemparkan ke laut dalam dua waktu. Pada tanggal 17 November 2017 ABK yang
masih hidup di bebaskan.75 Pada tanggal 23 Maret 2017, kapal tugboat Filipina
73 ReCAAP ISC, Piracy and Armed Robbery Against Ships in Asia Annual Report January-
December 2017, Diakses dari
https://www.recaap.org/resources/ck/files/reports/2018/01/ReCAAP%20ISC%20Annual%20Repo
rt%202017.pdf hal. 50 (01/04/2020.19.44 WIB) 74 Herman Zkharia, Kemlu : 3 WNI yang Disandera Abu Sayyaf Pada 2017 Sudah Dibebaskan,
Artikel dalam Liputan 6.com. Di akses dari
https://www.liputan6.com/global/read/3645853/kemlu-3-wni-yang-disandera-abu-sayyaf-pada-
2017-sudah-dibebaskan (28/03/2020.14.19 WIB) 75 ReCAAP ISC Annual Report 2017, Op.Cit, hal 53
57
2258609709 di bajak di perairan Basilan. Empat Pria bersenjata menculik 2 (dua)
ABK berkewarganegaraan Filipina. 76
Pada tanggal 11 September 2018, Kapal Sri Dewi 1 sedang berlayar di
pulau Sabah. Dua pelaku bersenjata menaiki kapal dan ada dua WNI yang menjadi
kru kapal penangkap ikan Malaysia di culik. Dua WNI ini di bawa menuju Tawi-
Tawi77 dan para perompak ini meminta tebusan uang sebesar Rp 14,3 miliar kepada
pemerintah Indonesia.
Respon Indonesia kepada perompakan yakni dengan menyatakan tidak bisa
membayar tebusan tersebut.78 Kedua ABK di bebaskan dalam waktu berbeda,
pertama tanggal 7 Desember 2018 di bebaskan melalui otoritas Filipina serta ABK
yang kedua pada tanggal 15 Januari 2019.79 Pada pukul 00:01 waktu sekitar, kapal
penangkap ikan diserang 20 (dua puluh) orang bersenjata di perairan Sulu pada
tanggal 5 Desember 2018. Para pelaku menculik 3 (tiga) nelayan, 2 (dua) nelayan
WNI dan 1 (satu) nelayan Malaysia.80
Memasuki tahun 2019 modus perompakan tetap terjadi dan persis
mengincar para kapal pencari ikan. Pada tanggal 18 Juni 2019, dua kapal
penangkap ikan Malaysia SA/2325/F dan SA/5699/C, didalamnya ada 9 nelayan di
serang oleh 10 orang bersenjata di perairan Sabah. Kemudian para penyandera
76 Ibid, hal 55 77 ReCAAP ISC, Piracy and Armed Robbery Against Ships in Asia Annual Report January-
December 2018. Diakses dari
https://www.recaap.org/resources/ck/files/reports/annual/ReCAAP%20ISC%20Annual%20Report
%202018.pdf (01/04/2020. 20.00 WIB) 78 Rizky Roza, Op.Cit., hal 7 79 Sandra Gatro, Dibebaskan WNI, yang Disandera Kelompok Abu Sayyaf di Filipina, Artikel
dalam Kompas.com. Diakses dari
https://nasional.kompas.com/read/2019/01/16/12354351/dibebaskan-wni-yang-disandera-
kelompok-abu-sayyaf-di-filipina (28/03/2020. 18.45 WIB) 80 Recap ISC Annual Report 2018, Op.Cit., hal 15
58
meminta tebusan, karena penyandera menyadari para keluarganya tidak dapat
membayar tebusan maka 9 nelayan ini di bebaskan pada tanggal 21 Juni 2019,
terhitung tiga hari penyaderaan.81
Dua kapal penangkap ikan SSK00520K dan SN 338/4/F di serang oleh
tujuh orang bersenjata. Kapal pertama yang di serang adalah SSK00520K, dari
kapal ini pelaku mengambil seluruh handphone para nelayan, uang tunai serta
dokumen pribadi. Berjarak 300 meter dari kapal pertama, kapal kedua SN 338/4/F
juga di serang oleh pelaku pada pukul 13.00, dikapal ini para pelaku menculik 3
nelayan berkewarganegaraan Indonesia. Kejadian ini terjadi pada tanggal 23
September 2019. Pada tanggal 22 Desember 2019, pasukan militer menyelamatkan
dua nelayan Indonesia yang di sandera dan satu orang sandera lainnya di bebaskan
pada tanggal 15 Januari 2020.82
ASG seringkali melakukan tindakan perompakan seperti melakukan
penyerangan, pembajakan kapal, penculikan, pemenggalan, pengeboman dan lain-
lain di perairan Filipina Selatan seperti di Pulau Mindanao, Kepulauan Sulu, Pulau
Basilan, Pulau Tawi-Tawi dan perbatasan di wilayah Malaysia dan Indonesia. ASG
mengalami kesulitan dalam mendapatkan biaya keuangan di karenakan adanya
tekanan yang besar dari militer Filipina. Hal itu yang menyebabkan ASG sering
melakukan penculikan untuk mendapatkan tebusan berupa uang.83
81 Recap ISC Annual Report 2019, Op. Cit, hal. 15 82 Ibid, hal 16 83 Made Adi Lesmana, dkk, ASEAN WAY sebagai Sebuah Paradoks: Kasus Terorisme Kelompok
Abu Sayyaf, Jurnal Hubungan Internasional, Vol, 1, No, 1 (September 2017), Bali: Universitas
Udayana, hal. 6. Diakses dari https://ojs.unud.ac.id/index.php/hi/article/view/33905/20462
(01/04/2020.20.20 WIB)
59
2.2 Perompakan Abu Sayyaf Group sebagai ancaman bagi Indonesia dan
Filipina
Perompakan yang terjadi di laut Filipina Selatan tentu memiliki ancaman
serius bagi Indonesia dan Filipina, terutama dalam segi ekonomi, politik dan
keamanan maritim. Keberadaan perompakan ASG jika dikaitkan dengan aspek
ekonomi bagi Indonesia tentu dapat mengganggu dan merusak stabilitas ekonomi
maritim Indonesia.
Keberadaan perompakan sangat mengacam langsung pada kepentingan
ekonomi maritim Indonesia dikarenakan wilayah maritim Indonesia memiliki
potensi luar biasa. Laut Sulawesi wilayah maritim Indonesia yang memiliki
beragam potensi untuk membangun dan mengembangkan industri maritim. Potensi
tersebut merupakan pembangunan industri maritim di bidang transportasi atau
perdagangan seperti pangan, kosmetik, farmasi, energi, turisme, jasa dan riset
ilmiah.84
Selain itu juga wilayah laut Sulawesi memiliki potensi yang besar untuk
dijadikan sebagai jalur perdagangan internasional dari berbagai negara. Posisi yang
strategis yang dimiliki oleh Indonesia tentu dapat mendorong investor untuk masuk
dan bekerjasama dalam membangun industri maritim.85 Namun dengan adanya
ancaman maritim di laut Sulawesi seperti perompak bersenjata akhirnya
berdampak pada kepentingan ekonomi maritim Indonesia.
84 Kementerian PPN/Bappenas, Konsep Mainstreaming Ocean Policy Kedalam Rencana
Pembangunan Nasional. Diakses dari
https://www.bappenas.go.id/files/3114/6225/6899/LAPORAN_AKHIR_OCEAN_POLICY.pdf
(15/11/2019.10.38 WIB) 85 Kementerian PPN/Bappenas, Loc. Cit.
60
Hal ini seperti yang sudah dilaporkan oleh Reccap ISC Annual Report 2016,
perairan laut Sulawesi – Sulu memiliki potensi ancaman maritim seperti banyaknya
kasus perompakan. Terhitung adanya peningkatan kasus perompakan di tahun
2016 yaitu sebanyak 12 kasus, sementara di antara tahun 2014 - 2015 tidak pernah
terjadi kasus perompakan di daerah ini, tentu ini menjadi ancaman maritim dan
berdampak besar bagi kepentingan ekonomi maritim Indonesia.86
Aktifitas perompakan yang meningkat di tahun 2016 mengakibatkan
wilayah laut Filipina Selatan menjadi tidak aman sehingga pada tanggal 21
September 2016 ReCAAP ISC mengeluarkan pernyataan agar seluruh kapal
menghindari wilayah ini dan memililih jalur lain lebih aman walaupun lebih jauh.
Mengingat, terjadi peningkatan jumlah ekspor dan impor batubara yang melewati
daerah ini. Sehingga apabila ada ancaman pembajakan kapal, sudah dapat
dipastikan bahwa dampaknya mengarah pada semakin meningkatnya biaya yang
harus dikeluarkan oleh perusahaan pelayaran.
Seperti pembiayaan bahan bakar karena kapal harus menggunakan
kecepatan tinggi untuk melewati daerah ini. Pembiayaan lainnya seperti biaya
menyewa pengawalatan senjata serta perlengkapan keamanan lainnya, biaya
asuransi untuk para ABK dan biaya lain-lain. Pengeluaran perusahaan seperti biaya
– biaya diatas menimbulkan kerugian untuk perusahaan serta negara dan dampak
berat lainnya adalah melumpuhkan aliran niaga global.87
86 Recaap ISC Annual Report 2018, Op.Cit., hal 11 87 Rizky Roza, Op.Cit, hal 8
61
Ancaman perompakan selanjutnya dapat dilihat dari segi politik keamanan
maritim. Kasus perompakan yang terjadi dalam kurun waktu 2016 – 2019
membawa Indonesia pada posisi yang dilematis, sebab ketika Indonesia merespon
berbagai aksi perompakan yang terjadi di wilayah laut Sulawesi dengan mengambil
keputusan mengeluarkan ancaman moratorium pengiriman batubara kepada
Filipina bukan menjadi solusi. Namun, sebaliknya Indonesia secara politik telah
membawa aktifitas industri pelayaran di Indonesia mengalami gangguan, akhirnya
berdampak pada banyaknya kapal yang mengangkut batubara tidak melakukan
aktifitas berlayar seperti biasanya.88
Pendapat diatas juga di pertegas oleh ketua umum Persatuan Pengusaha
Pelayaran Niaga Nasional Indonesia atau Indonesian National Shipowners'
Association (INSA) Carmelita Hartoto, yang mengatakan bahwa kebijakan
Indonesia yang menghentikan kegiatan ekspor batubara ke Filipina membawa pada
aktifitas jumlah kapal yang tidak berlayar bertambah, karena sebelumnya ada
pelarangan sementara kegiatan ekspor batubara ke Filipina juga membawa pada
berhentinya aktifitas kapal menjadi 30%.89
Indonesia dan Filipina baru saja menyelesaikan persoalan pengelolaan
batas maritim dengan maksud untuk mengurangi berbagai macam ancaman
88 Heru Febrianto, Moratorium Batu Bara ke Filipina Buat Industri Pelayaran RI Lesu, Artikel
dalam Sindonews. Diakses dari https://ekbis.sindonews.com/read/1127233/34/moratorium-batu-
bara-ke-filipina-buat-industri-pelayaran-ri-lesu-1469779754 (15/11/2019. 12.54 WIB) 89 Ringkang Gumiwang, Ekspor Batu Bara Tertunda, Industri Pelayaran Terancam Kian Lesu,
Artikel dalam Ekonomi Bisnis .Diakses dari
https://ekonomi.bisnis.com/read/20160729/98/570111/ekspor-batu-bara-tertunda-industri-
pelayaran-terancam-kian-lesu, (15/11/2019.13.26 WIB)
62
maritim serta memperjelas wilayah maritim secara yuridis dari kedua negara.90
Artinya dengan adanya kejelasan batas maritim tersebut, Indonesia secara
geopolitik harus menunjukan keseriusannya dalam memperhatikan masalah
perompakan di laut Filipina Selatan.
Keseriusan Indonesia secara terang – terangan di sampaikan oleh Presiden
Joko Widodo dalam pertemuannya dengan Presiden Filipina Rodrigo Roa Duterte,
dalam pertemuan yang membahas terkait kerjasama keamanan tersebut Presiden
Joko Widodo menyampaikan bahwa kerjasama keamanan di laut Sulu adalah
keinginan baik dari Filipina dan Indonesia, mengingat laut Sulu merupakan
perairan besar dan perlu diperhatikan dengan serius karena seringkali terjadi
insiden pembajakan kapal – kapal besar yang melintasi kawasan tersebut. Selain
itu kedua pemimpin negara tersebut juga membahas pentingnya meningkatkan
perdagangan dan investasi antar negara. 91
Posisi Filipina bisa dikatakan sebagai negara yang langsung merasakan
ancaman dari adanya perompakan ASG di laut Filipina Selatan. Mengingat Filipina
merupakan negara yang memiliki potensi besar adanya tujuan pariwisata. Jika
dilihat dalam segi ekonomi, tentu bisa membawa Filipina kearah perkembangan
perekonomian yang baik. Namun, sejak adanya insiden perompakan di wilayah
maritim negaranya, akhirnya pendapatan dari sektor pariwisata kian menurun
pertahunnya.
90 Andreas Gerry Tuwo, Batas Maritim Indonesia dan Filipina Akhirnya Diratifikasi, Artikel dalam
Liputan 6.Diakses dari https://www.liputan6.com/global/read/2934216/batas-maritim-indonesia-
dan-filipina-akhirnya-diratifikasi (15/11/2019. 14. 24 WIB) 91 Aziz Kurmala, Presiden Jokowi bahas kerja sama keamanan dengan Duterte, Artikel dalam
Antara News. Diakses dari https://aceh.antaranews.com/berita/83109/presiden-jokowi-bahas-kerja-
sama-keamanan-dengan-duterte (15/11/2019. 15.00 WIB)
63
Industri pariwisata Filipina pada tahun 1997 terlihat mengalami
peningkatan sekitar 3 miliar, akan tetapi setelah itu pada tahun 2000 pendapatan
industri pariwisata Filipina mengalami penurunan menjadi 2 miliar. Sekitar tahun
2002 terjadi aksi penculikan wisatawan di resort Dol Palmos Filipina, akibatnya
semakin parahnya perindustrian Filipina dan berdampak pada jumlah pariwisata
yang akan berkunjung di Filipina.
Selain itu keadaan perekonomian Filipina menjadi tidak stabil, misalnya
tercermin dari investor yang sudah tidak lagi tertarik untuk menanamkan modalnya
di sektor pariwisata Filipina. Kebanyakan menganggap bahwa Filipina sudah tidak
aman lagi dikarenakan makin berbahayanya daerah Filipina akibat aktifitas
perompakan yang di lakukan oleh ASG.92
Maraknya kasus perompakan yang terjadi di wilayah maritim Filipina juga
mengancam keamanan perbatasan Filipina. Adanya peningkatan dalam menjaga
wilayah perbatasan yang dilakukan oleh Filipina merupakan salah satu contoh
bahwa perompakan ASG memiliki ancaman pada stabilitas perbatasan negara
Filipina. Berkaitan dengan peningkatan keamanan di wilayah perbatasan, Filipina
menunjukkan dengan memberikan penjagaan menggunakan militernya dalam
bentuk patroli wilayah perbatasan maritim.93
Disatu sisi, perompakan juga mengancam sikap politik Filipina, para
pejabat militer berserta pejabat pemerintahan Filipina masih memiliki pandangan
92 Billye G. Hutchison, Abu Sayyaf, Diakses dari
https://media.defense.gov/2019/Apr/11/2002115513/-1/-1/0/49ABUSAYYAF.PDF
(15/11/2019.16.14 WIB) 93 Budi Riza, Militer Filipina Kejar Kelompok Abu Sayyaf ke Kota Patikul, Artikel dalam Tempo.
Diakses dari https://dunia.tempo.co/read/1171091/militer-filipina-kejar-kelompok-abu-sayyaf-ke-
kota-patikul/full&view=ok (16/11/2019. 14.19 WIB)
64
bahwa untuk menekan pergerakan dari kelompok perompak bersenjata seperti ASG
masih sangat sulit. Mengingat kondisi Filipina berada pada posisi yang serba
kekurangan, akhirnya kemauan politik internal Filipina menjadi kurang stabil
dalam mempersoalkan isu keamanan maritimnya.94
Tekanan militer Filipina kepada kelompok perompak bersenjata memang
dapat memberikan efek, namun hanya memberikan efek sementara tidak bersifat
jangka panjang. Oleh karena itu, Filipina harus memberikan prospek keamanan
maritim jangka panjang untuk dapat mengatasi persoalan perompakan di laut
Filipina Selatan.95
Sebagai negara yang merasakan dampak langsung dari adanya perompakan,
Filipina tentu harus mempersiapkan pula kekuatan politik domestiknya dan juga
harus mempersiapkan kekuatan militernya agar bisa memberantas segala kasus
yang mengancam kepentingan nasional di wilayah perbatasan maritimnya.
2.3 Upaya Indonesia dalam Mengatasi Perompakan Abu Sayyaf Group
Indonesia telah merasakan dampak perompakan secara langsung sejak
dahulu hingga sekarang. Sehingga ancaman perompakan pun perlu direspon secara
cepat dan terpadu bersama pemangku kebijakan. Indonesia mengganggap isu
perompakan harus diselesaikan secara domestik dengan sebisa mungkin
menghindari intervensi dari negara asing yang memiliki kepentingan di wilayah
maritim Indonesia.
94 Prashanth Parameswaran, Confronting Threats in The Sulu – Sulawesi Seas: Opportunities and
Challenges. Artikel dalam Diplomat. Diakses dari https://thediplomat.com/2016/06/confronting-
threats-in-the-sulu-sulawesi-seas-opportunities-and-challenges/ (16/11/2019. 14.58 WIB) 95 Reginald Ramos, Combating Piracy Sulu – Celebes Sea, Artikel dalam Australian Strategic
Policy Institute. Diakses dari https://www.aspistrategist.org.au/combating-piracy-sulu-celebes-sea/
(16/11/2019.18.07 WIB)
65
Berkaitan dengan hal tersebut upaya Indonesia dalam mengatasi
perompakan telah ditunjukkan dalam keterlibatan Indonesia diberbagai forum
regional Asia Tenggara yang khusus membahas masalah ancaman keamanan
maritim dan telah melakukan kerjasama bilateral maupun multilateral yang bersifat
regional.96
Langkah awal upaya Indonesia dalam mengatasi perompakan terlihat dalam
keterlibatan Indonesia di Asean Regional Forum (ARF). Wadah ini merupakan
media untuk berdialog mengenai politik dan keamanan di kawasan. Selain itu juga
ARF merupakan wadah yang digunakan oleh Indonesia untuk mendorong
komitmen regional agar mengembangkan kerjasama yang memperhatikan isu
bersama seperti perang melawan teroris dan isu kejahatan lintas negara.
Pada tahun 2003 pertemuan ARF di Kamboja, membahas mengenai isu
keamanan maritim dan menjadi pokok pembahasan seperti penanganan kasus
perompakan yang harus dilakukan dengan adanya pelatihan anti perompakan di
kawasan serta adannya berbagi informasi terkait isu perompakan yang marak
terjadi di wilayah Asia Tenggara.97
Upaya mengatasi perompakan juga dilakukan oleh Indonesia melalui
kerangka ASEAN yang lain, dalam hal tersebut Indonesia ikut terlibat forum
ASEAN Ministerial Meeting on Transnational Crime (AMMTC) yang
diselenggarakan dua tahun sekali. Momentum ini memiliki angin baik bagi
96 Wahyu Triono Pamungkas, Loc. Cit. 97 Shafiah F. Muhibat, Indonesia’s Maritime Security: On going Problems and Strategic Implication,
Artikel dalam Wilheim Hofmeister dan Patrick Rueppel ed, Maritime Security and Piracy : Common
Challanges and Responses from Eruope and Asia hal 129 Diakses dari
https://www.kas.de/c/document_library/get_file?uuid=00ca482c-6ebf-8d25-4ac9-
cee4c44df207&groupId=252038 (12/02/2019. 01.26 WIB)
66
Indonesia. Sebab, dalam forum ini Indonesia ikut mengefektifkan upaya
pemberantasan kejahatan lintas negara.
Forum tersebut telah memiliki rencana aksi untuk memberantas kejahatan
lintas negara yakni Plan of Action to Combat Transnational Crime. Rencana aksi
ini bertujuan untuk mengembangkan suatu strategi wilayah yang terpadu untuk
mengatasi permasalahan. Dengan fokus pada delapan (8) bidang prioritas, seperti:
(1) melawan teroris, (2) peredaran gelap narkoba, (3) perdagangan manusia, (4)
pencucian uang, (5) penyelundupan senjata, (6) perompakan/pembajakan, (7)
kejahatan ekonomi internasional, dan (8) kejahatan dunia maya (cybercrime).98
Sebagai upaya selanjutnya dalam mengatasi perompakan, Indonesia telah
melakukan kerjasama bilateral dengan negara Filipina pada tanggal 11 Maret 1975,
hal ini dibuktikan oleh kedua negara dalam kesepakatan Border Patrol Agreement
and Border Crossing Agreement.99 Keputusan dari Indonesia – Filipina adalah
melakukan patroli terkoordinasi yang dikenal dengan sebutan Patkor Philindo.
Kerjasama keamanan maritim ini melibatkan unsur militer dari kedua negara,
dalam hal ini untuk Indonesia melibatkan Tentara Nasional Indonesia Angkatan
Laut (TNI-AL), sementara itu dari pihak Filipina melibatkan Republic of Philipine
Navy (RPN).100
98 Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, Masyarakat Politik-Keamanan ASEAN (ASEAN
Political-Security Community/APSC). Diakses dari
https://kemlu.go.id/portal/id/read/121/halaman_list_lainnya/masyarakat-politik- (12/02/2019.
02.54 WIB) 99 Anggaraman Saragih, Sidang Ketua Komite Perbatasan RI-Filipina Tahun 2018, Artikel dalam
Jakarta Greater.Diakses dari https://jakartagreater.com/sidang-ketua-komite-perbatasan-ri-filipina-
tahun-2018/ (18/11/2019. 15.14 WIB) 100 Surya Wiranto, Effort To Overcome Piracy In The Indonesia – Philippines Maritime Borders,
International Journal Of Advance Research (IJAR), Vol, 6, No, 1 (Januari 2018), Jakarta:
Universitas Pertahanan, hal. 247. Diakses dari http://www.journalijar.com/uploads/253_IJAR-
21408.pdf (01/04/2020. 21.52 WIB)
67
Implementasi kerjasama bilateral ini berangkat dari perjanjian internasional
antara Indonesia dan Filipina dalam merespon segala isu yang berkaitan dengan
kejahatan lintas negara terutama persoalan perompakan yang marak terjadi di
wilayah maritim masing – masing negara. Oleh karena itu upaya dari kedua negara
ini dinilai masih berjalan baik karena dalam proses implementasinya telah
disesuaikan dengan perjanjian yang telah disepakati dalam perjanjian internasional
Republic Indonesia-Philippines Border Committee. Selain itu, dengan adanya
kerjasama keamanan maritim tersebut kedua negara juga dinilai dapat mempererat
hubungan kerjasama sehingga membawa pada kedekatan yang harmonis.101
Meskipun terbilang berjalan baik, Patkor Philindo dianggap kurang
memberikan pengaruh besar dalam mengatasi perompakan, ada beberapa aspek
yang perlu dievaluasi oleh kedua negara untuk memperkuat kerjasama keamanan
maritim. Mengingat persoalan perompakan bukan hal yang mudah bagi setiap
negara, maka aspek yang perlu diperhatikan dan di pertimbangkan lagi untuk
langkah baik kedepannya adalah aspek hukum, alusista, pangkalan, wilayah
operasi dan SOP.102
Aspek yang berpengaruh untuk di perhatikan dan butuh penyempurnaan
dalam Patkor Philindo terletak pada wilayah operasi yang terbilang masih terbatas,
bagi kedua negara hal ini berdampak pada tidak terjangkaunya wilayah maritim
yang rawan aksi perompakan seperti pulau Sulu, Tawi-Tawi, Basilan dan Jolo yang
merupakan titik paling rawan oleh aktifitas perompakan, mengingat posisi pulau –
101 Ibid. 102 Ibid, hal. 248.
68
pulau tersebut sangat dekat dengan perbatasan negara tetangga Indonesia dan
Malaysia.
Oleh karena itu, kejelasan wilayah operasi harus disempurnakan kembali
dan tidak menjadi masalah dalam peningkatan keamanan maritim diarea perbatasan
Indonesia – Filipina. Adapun kesepakatan dari Indonesia dan Filipina adalah
disepakatinya adanya Lea Lane Corridor yaitu jalur pelayaran yang aman yang
dijaga keamanannya.103
Adanya kunjungan kenegaraan presiden Filipina, Rodrigo Duterte ke
Indonesia pada tanggal 9 September 2016, hasil dari pertemuan ini adalah untuk
menandatangani Join Declaration on Cooperation to Ensure Maritime Security in
Sulu Sea oleh kedua presiden. Hal yang disepakati dalam hal ini adalah untuk
mendorong tiga poin kesepakatan yang telah di sepakati oleh ketiga negara,
Indonesia, Malaysia, dan Filipina dalam menjaga keamanan perairan Sulawesi –
Sulu. 104 (Lampiran 2)
Berangkat dari masalah diatas, kerjasama keamanan maritim Indonesia –
Filipina dalam upaya mengatasi perompakan mengalami peningkatan dengan
tujuan dapat lebih efektif kerjasama bilateral yang telah dilakukan. Indonesia dan
Filipina telah mengajak negara lain untuk mengatasi perompakan, dalam hal ini
Malaysia menjadi negara dalam kawasan Asia Tenggara yang ikut dalam kerjasama
keamanan maritim di perbatasan laut Sulawesi – Sulu. Perlu diketahui laut
103 Ibid., 104 Kementerian Luar Negeri Republik Indonesis, Declaration by President of the Republic of
Indonesia and President of the Republic of Philippines on Cooperation. Diakses dari
http://treaty.kemlu.go.id/apisearch/pdf?filename=PHL-2016-0085.pdf (31/03/2020.10.10WIB)
69
Sulawesi – Sulu merupakan titik temu tiga garis (Trijunction) perbatasan maritim
dari tiga negara, yakni Indoesia, Malaysia, dan Filipina.105
Perompakan yang terjadi di area trijunction mengharuskan Malaysia untuk
ikut aktif dalam merespon kasus perompakan, mengingat kasus perompakan yang
sering terjadi juga berdampak pada Malaysia, hal ini dibuktikan dengan aktifitas
dari perompakan sering menggunakan wilayah perairan Sabah. Sain itu, himbauan
dari Indonesia kepada Malaysia untuk selalu siaga terhadap aktifitas perompak
yang terjadi di wilayah Sabah juga mempertegas bahwa perompakan memang
menyasar wilayah Malaysia yang merupakan area Trijunction.106
Pertemuan trilateral Indonesia-Malaysia-Filipina yang berlangsung di
Istana Negara Gedung Agung Yogyakarta, pada tanggal 5 Mei 2016, merupakan
langkah awal dari ketiga negara dalam upaya mengatasi perompakan. Pada
pertemuan trilateral tersebut ketiga negara menyampaikan pandangan terkait
dengan kondisi wilayah maritim masing – masing.
Pandangan tersebut mengarah pada kesimpulan bahwa wilayah perairan
dari ketiga negara semakin mengkhawatirkan serta tantangan ancaman
keamanannya semakin meningkat. Tantangan dan kekhawatiran tersebut tidak
terlepas dari aksi perompakan senjata serta kejahatan transnasional lainnya yang
105 Nur Indah Fatmawati, Setelah 3 Tahun Akhirnya RUU Batas ZEE Indonesia – Filipina Disahkan,
Artikel dalam Detiknews. Diakses dari https://news.detik.com/berita/3486139/setelah-3-tahun-
akhirnya-ruu-batas-zee-indonesia-filipina-disahkan (19/11/2019. 13.07 WIB) 106 Rizki Akbar Hasan, Indonesia Imbau Malaysia Siaga, Abu Sayyaf Akan Cari Sandera Lagi,
Artikel dalam Liputan 6. Diakses dari https://www.liputan6.com/global/read/4053789/indonesia-
imbau-malaysia-siaga-abu-sayyaf-akan-cari-sandera-lagi (19/11/2019. 13.52 WIB)
70
berada di kawasan perbatasan tiga negara. Pada pertemuan ini juga membahasa
tentang rencana patrol bersama dari ketiga negara ini.107 (Lampiran 3)
Pada tanggal 14 Juli 2016, Indonesia-Malaysia-Filipina menandatangani
kerangka persetujuan baru atau di kenal dengan The Sulu Sea Patrol Initiative
(SSPI) yang sejalan dengan SOP. Beberapa kesepakatan ini diantaranya adalah
akan ada patroli laut bersama yang terkoordinasi, memberikan bantuan terhadap
warga atau kapal yang mengalami ancaman di wilayah perairan ketiga negara,
membentuk gugus tugas dengan tujuan sebagai wadah bertukar informasi secara
cepat ketika adanya ancaman keamanan, dan yang terakhir disepakatinya
pembentukan hotline infomasi agar dapat menindak dan merespon keadaan
darurat.108
Pertemuan selanjutnya telah dilaksanakan oleh ketiga negara pada tanggal
2 Agustus 2016 di Bali, dalam pertemuan trilateral tersebut menghasilkan enam
kesepakatan yang merupakan turunan dari kesepakatan yang telah disepakati dan
dibahas dalam pertemuan trilateral di Yogyakarta. Beberapa kesepakatan yang
dibahas dalam pertemuan trilateral tersebut lebih mendalam lagi yang berupa
melaksanakan patroli militer bersama di wilayah perairan Sulu.
Berdasarkan ketetapan yang berlaku, maka ke tiga negara melakukan
latihan militer bersama dan menerapkan sistem deteksi dini atau Automatic
107 Ambaranie Nadia Kemala Movanita, Antisipasi Keamanan Perairan, Indonesia-Filipina-
Malaysia Lakukan Pertemuan Trilateral, Artikel dalam Kompas.Diakses dari
https://nasional.kompas.com/read/2016/05/05/10590231/Antisipasi.Keamanan.Perairan.Indonesia-
Filipina-Malaysia.Lakukan.Pertemuan.Trilateral (20/11/2019. 16.51 WIB) 108 Munarsih Sahana, Pertemuan Trilateral Indonesia, Filipina dan Malaysia Hasilkan 4
Kesepakatan, Artikel dalam Voa Indonesia, diakses dalam
https://www.voaindonesia.com/a/pertemuantrilateral-indonesia-filipina-malaysia-hasilkan-4-
kesepakatan/3316945.html, (20/11/2019. 20.55 WIB)
71
Identification System agar lebih mudah mengetahui ancaman maritim di perairan
Sulu. Sedangkan kesepakatan lainya memiliki kesamaan dengan pembahasan
dalam pertemuan trilateral di Yogyakarta.109
Langkah selanjutnya, ketiga negara meresmikan operasi keamanan
maritime bersama dalam kerangka Trilateral Maritime Indomalphi (TMP) atau
patrol maritime yang terkordinasi (trilateral). Kegiatan tersebut secara resmi dibuka
pada tanggal 19 Juni 2017 di Tarakan, Kalimantan Utara, sementara itu kapal
perang TNI AL KRI dr.Suharso-990 menjadi saksi atas peresmian kegiatan TMP
tersebut, yang melibatkan Menteri pertahanan ketiga negara tersebut.110 (Lampiran
4)
Setelah berjalan lama sekitar dua tahun lamanya, pada tanggal 12 Oktober
2017 tiga negara Indonesia, Malaysia, Filipina kembali menyepakati Trilateral Air
Patrol (TAP) di laut Sulu. Kesepakatan tersebut bertempat di Air Force Base,
Subang, Malaysia. Kepala Pusat Komunikasi Publik Brigjen TNI Totok Sugiarto
mengatakan bahwa perjanjian tersebut merupakan kegiatan yang menyeluruh agar
terjaminnya keamanan bagi setiap pengguna perairan terkhusus di wilayah Sulu.
Selain itu, bentuk kerjasama tersebut lebih pada mengintegrasikan patroli dan
latihan darat yang telah disesuaikan dengan hasil kesepakatan.111
109 Fabian Januarius Kuwado, Indonesia, Filipina, dan Malaysia Sepakati 6 Hal Terkait
Pengamanan Laut Sulu, Artikel dalam Kompas, Diakses dari
https://nasional.kompas.com/read/2016/08/03/12561611/indonesia.filipina.dan.malaysia.sepakati.
6.hal.terkait.pengamanan.laut.sulu (20/11/2019. 21.37 WIB)110 Kementerian Pertahanan Republik Indonesia, Trilateral Maritime Patrol Indomalphi Resmi
Dimulai. Diakses dari https://www.kemhan.go.id/2017/06/19/trilateral-maritime-patrol-
indomalphi-resmi-dimulai.html (01/02/2020. 13.57 WIB)111 Fabian Januarius Kuwado, Indonesia-Malaysia-Filipina Sepakati “Trilateral Air Patrol” di
Laut Sulu, Artikel dalam Kompas. Diakses dari
https://nasional.kompas.com/read/2017/10/13/09361081/indonesia-malaysia-filipina-sepakati-
trilateral-air-patrol-di-laut-sulu?page=all (20/11/2019.22.00 WIB)
72
Gambar 2.6 Usulan Area Operasi Trilateral Air Patrol (TAP) Indomaplhi.112
Kejadian perompakan pada September 2018 menurun, sehingga Kerjasama
Trilateral dari ketiga negara ini di rasa berhasil untuk menekan aksi dari
perompakan di daerah ini. Upaya seperti ini harus tetap dilakukan bahkan perlu
adanya evaluasi dari pemerintah dengan upaya yang telah di lakukan dan
mempertimbangkan kerjasama dengan melibatkan lebih banyak negara. 113
2.4 Upaya Filipina dalam Mengatasi Perompakan Abu Sayyaf Group
Filipina telah mencatat insiden perompakan di perairan Filipina pada tahun
2001 – 2008 mencapai 63 insiden. Namun untuk wilayah Filipina Selatan
pemerintah menjadikan sebagai wilayah yang utama untuk diperhatikan. Hal ini
berkaitan dengan Filipina Selatan memiliki sejarah panjang dalam hal masalah
perompakan, yang sering disebut sebagai aktifitas pembajakan. Wilayah yang
112 Saleh Arifin dkk, Op. Cit., hal. 58 113 Rizky Roza, Op.Cit., hal 11
73
sering digunakan oleh kelompok perompak yakni laut Sulu. Biasanya perompakan
menggunakan laut Sulu untuk menyerang kapal – kapal yang melintas. Laut Sulu
juga sering menjadi markas bagi perompak yang tersebar di seluruh garis pantai.114
Kondisi laut Sulu memang sangat cocok untuk menjadi tempat
bersembunyi serta menjadi pangkalan untuk melakukan aktifitas perompakan.
Aktifitas perompakan yang terjadi di laut Sulu memiliki tujuan yakni sebagai upaya
pengumpulan biaya untuk menjalankan operasi perompakan. ASG merupakan
kelompok perompak yang sering menjadi penyebab banyaknya kasus pembajakan
di wilayah Filipina Selatan. Secara tidak langsung ASG memiliki kontribusi besar
terhadap lahirnya aktifitas perompakan di wilayah maritim Filipina.115
Filipina dalam upaya mengatasi perompakan telah melakukan beberapa hal
yaitu membuat hukum dan kebijakan nasional terkait keamanan maritim,
mensinergikan lembaga terkait, memperkuat operasional kegiatan, kerjasama
dengan negara lain, mengimplementasikan hasil konvensi yang berkaitan dengan
keamanan maritim nasional dan internasional.116
Berkaitan dengan upaya membuat hukum dan kebijakan nasional dalam
merespon ancaman maritim, dalam hal ini Filipina telah menyusun undang –
undang, mengambil kebijakan yang berkaitan langsung dengan masalah
perompakan. Selain itu, Filipina juga telah membentuk lembaga gugus tugas multi-
agensi dan menanta ulang kegiatan lembaga-lembaga yang ada dengan bertujuan
114 Mary Ann Palma, 2009,The Philippines as an Archipelagic and Maritime Nation : Interests,
Challenges, and Perspective, Singapore : S.Rajaratnam School Of International Studies. Diakses
dari https://www.rsis.edu.sg/wp-content/uploads/rsis-pubs/WP182.pdf (12/03/2019.09.58 WIB) 115 Ibid. 116 Ibid.
74
agar dapat menjamin keamanan maritim Filipina. Kesemuanya telah di fasilitasi
oleh Filipina agar dapat berkoordinasi terkait program kerja, serta memastikan
pelaksanaan dari semua gugus tugas.117
Upaya lainnya yakni dari segi penguatan operasional kegiatan, Filipina
lebih mengarahkan pada lembaga penegak hukum yang berhubungan dengan
maritim harus melakukan pemantauan secara teratur dari darat hingga udara.
Semua yang dilakukan oleh Filipina merupakan upaya dalam mengatasi masalah
perompakan dan ancaman lainnya agar dapat membangun stabilitas keamanan
maritim tekhusus di wilayah perbatasan.
Filipina lebih lanjut juga melakukan upaya operasi intelijen dan kontra
intelijen dengan tujuan melindungi berbagai moda transportasi laut dari berbagai
ancaman maritim. Filipina juga sedang dalam proses membangun Coastwatch
Selatan, dengan mekanisme pengawasan dan responsif maritim yang menyeluruh
dan strategis di wilayah Filipina Selatan.118
Upaya lain yang dilakukan oleh Filipina adalah melakukan kerjasama
trilateral dengan negara tetangga yakni Indonesia dan Malaysia. Bentuk kerjasama
tersebut patroli bersama di wilayah maritim, pelatihan militer, serta membentuk
pusat komando militer, kesepakatan ini dimulai sejak 2016 hingga sekarang.119
Sedangakan kerjasama bilateral dengan negara lain yang berada di luar kawasan
117 Ibid. 118 Ibid. 119 Raymund Jose G. Quilop, Trilateral Cooperation by Indonesia, Malaysia and the Philippines:
Temper Expectations. Artikel dalam Global Asia. Diakses dari
http://globalasia.org/v13no1/feature/trilateral-co-operation-by-indonesia-malaysia-and-the-
philippines-temper-expectations_raymund-jose-g-quilop (12/03/2019. 13.04 WIB)
75
Asia Tenggara juga dilakukan oleh Filipina yakni dengan negara besar seperti
Amerika Serikat.
Upaya dalam bentuk kerjasama bilateral lebih diarahkan oleh Filipina
dalam aspek kerjasama keamanan wilayah maritim. Bentuk kerjasama tersebut
mencukup kontrol perbatasan, kerjasama anti penyeludupan, berbagi intelejen,
latihan bersama antar militer Filipina, pendidikan militer, serta pelatihan tempur
atau perang.120
Filipina telah melakukan upaya penjagaan wilayah maritim dari ancaman
perompakan dengan mengajak negara yang berdekatan langsung agar terlibat aktif
mengamankan wilayah perbatasan yang rawan perompakan. Selain itu juga
Filipina ikut serta dalam forum regional seperti ASEAN, dalam forum regional
Filipina lebih banyak menentang aksi kejahatan lintas negara, upaya ini merupakan
wujud komitmen dari Filipina dalam memberantas kasus perompakan di wilayah
maritim.121
Upaya lain juga diperlihatkan oleh Filipina dengan ikut terlibat dalam
Regional Cooperation against Armed Robbery and Piracy at Sea (ReCAAP),
terkhusus Filipina menjadi bagian pusat berbagi informasi bagi organisasi. Upaya
lain yang berkaitan dengan penerapan perjanjian internasional, Filipina telah
menerapkan peraturan dan prosedur untuk mengimplementasikan International
Ship and Port Facillity Security (ISPS) Code, beserta perjanjian lainnya yang
berhubungan dengan keamanan maritim.122
120 Mary Ann Palma, Op.Cit. 121 Ibid. 122 Ibid.