bab ii permasalahan hukum dalam lelang … 26701-permasalahan... · dikeluarkan surat keputusan...

73
13 Universitas Indonesia BAB II PERMASALAHAN HUKUM DALAM LELANG TERHADAP JAMINAN FIDUSIA KENDARAAN BERMOTOR PADA PERUSAHAAN LEASING A. Leasing 1. Pengertian Leasing Leasing adalah merupakan suatu ”kata atau peristilahan” baru dari bahasa asing yang masuk ke dalam bahasa Indonesia, yang sampai sekarang padanannya dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar tidak atau belum ada yang dirasa cocok untuk itu. Istilah leasing ini sangat menarik oleh karena ia bertahan dalam nama tersebut tanpa diterjemahkan dalam bahasa setempat, baik di Amerika yang merupakan asal-usul adanya lembaga leasing ini, maupun di negara-negara yang telah mengenal lembaga leasing ini. 14 Kata ”leasing” berasal dari bahasa Inggris ”lesse” yang dalam arti biasa atau umum adalah menyewakan. 15 Dalam bahasa Indonesia leasing sering diistilahkan dengan nama ”sewa guna usaha”. Sampai saat ini belum ada undang-undang khusus yang mengatur tentang leasing, namun demikian praktek bisnis leasing telah berkembang dengan cepat, dan untuk mengantisipasi kebutuhan agar secara hukum mempunyai pegangan yang pasti, maka pada tanggal 7 Pebruari 1974 telah dikeluarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan, Menteri Perdagangan dan Menteri Perindustrian. Dalam Surat Keputusan Bersama itu juga disebutkan apa yang dimaksud dengan leasing, yaitu: Leasing adalah setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barang-barang modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan untuk suatu jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala disertai dengan hak pilih (opsi) bagi perusahaan tersebut untuk membeli 14 AminWidjaya Tunggal dan Arif Djohan Tunggal, Aspek Yuridis Dalam Leasing, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1994) hlm. 7. 15 Komar Andasasmita, Serba-Serbi Tentang Leasing (Teori dan Praktek), Cet. 3, (Bandung: Ikatan Notariat Indonesia, 1984), hlm. 34. Permasalahan hukum..., Ellen Mochfiyuni Adimihardja, FH UI, 2010

Upload: vandiep

Post on 04-Mar-2018

220 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II PERMASALAHAN HUKUM DALAM LELANG … 26701-Permasalahan... · dikeluarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan, ... secara sewa guna usaha tanpa hak opsi ... Leasing ini

13

Universitas Indonesia

BAB IIPERMASALAHAN HUKUM DALAM LELANG TERHADAP JAMINANFIDUSIA KENDARAAN BERMOTOR PADA PERUSAHAAN LEASING

A. Leasing

1. Pengertian Leasing

Leasing adalah merupakan suatu ”kata atau peristilahan” baru dari bahasa

asing yang masuk ke dalam bahasa Indonesia, yang sampai sekarang padanannya

dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar tidak atau belum ada yang dirasa

cocok untuk itu. Istilah leasing ini sangat menarik oleh karena ia bertahan dalam

nama tersebut tanpa diterjemahkan dalam bahasa setempat, baik di Amerika yang

merupakan asal-usul adanya lembaga leasing ini, maupun di negara-negara yang

telah mengenal lembaga leasing ini.14

Kata ”leasing” berasal dari bahasa Inggris ”lesse” yang dalam arti biasa atau

umum adalah menyewakan.15 Dalam bahasa Indonesia leasing sering diistilahkan

dengan nama ”sewa guna usaha”. Sampai saat ini belum ada undang-undang khusus

yang mengatur tentang leasing, namun demikian praktek bisnis leasing telah

berkembang dengan cepat, dan untuk mengantisipasi kebutuhan agar secara hukum

mempunyai pegangan yang pasti, maka pada tanggal 7 Pebruari 1974 telah

dikeluarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan, Menteri Perdagangan

dan Menteri Perindustrian. Dalam Surat Keputusan Bersama itu juga disebutkan

apa yang dimaksud dengan leasing, yaitu:

”Leasing adalah setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentukpenyediaan barang-barang modal untuk digunakan oleh suatu perusahaanuntuk suatu jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara berkaladisertai dengan hak pilih (opsi) bagi perusahaan tersebut untuk membeli

14 AminWidjaya Tunggal dan Arif Djohan Tunggal, Aspek Yuridis Dalam Leasing, (Jakarta:PT. Rineka Cipta, 1994) hlm. 7.

15 Komar Andasasmita, Serba-Serbi Tentang Leasing (Teori dan Praktek), Cet. 3, (Bandung:Ikatan Notariat Indonesia, 1984), hlm. 34.

Permasalahan hukum..., Ellen Mochfiyuni Adimihardja, FH UI, 2010

Page 2: BAB II PERMASALAHAN HUKUM DALAM LELANG … 26701-Permasalahan... · dikeluarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan, ... secara sewa guna usaha tanpa hak opsi ... Leasing ini

14

Universitas Indonesia

barang-barang modal yang bersangkutan atau memperpanjang jangka waktuleasing berdasarkan nilai sisa yang telah disepakati bersama.”Selanjutnya menurut Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.

1169/KMK/01/1991 tentang Kegiatan Sewa Guna Usaha (Leasing), yang dimaksud

dengan leasing adalah :

”Suatu kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal baik

secara sewa guna usaha tanpa hak opsi (finance leasing) maupun sewa guna

usahan tanpa hak opsi (operating lease) untuk digunakan oleh lessee selama

jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala.”

Namun disamping itu, terdapat suatu Keputusan Presiden yang mengatur

mengenai lembaga pembiayaan, yaitu Keputusan Presiden No. 61 tahun 1988

tentang Lembaga Pembiayaan, yang dimaksud dengan leasing adalah :16

Perusahaan Sewa Guna Usaha (Leasing Company) adalah badan usaha yangmelakukan usaha pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal baiksecara ”Finance Lease” maupun Operating Lease”untuk digunakan olehPenyewa Guna Usaha selama Jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaransecara berkala.

Dalam Pasal 8 Keputusan Presiden tersebut dinyatakan, bahwa : ”Dengan

ditetapkannya Keputusan Presiden ini, segala peraturan mengenai Sewa Guna

Usaha yang telah ada, dinyatakan tidak berlaku.”

Hal ini berarti segala peraturan yang berhubungan dengan sewa guna usaha

yang terbentuk sebelum berlakunya Keputusan Presiden ini, dengan adanya

Keputusan Presiden ini dinyatakan tidak berlaku, dan sebagai dasar hukum

mengenai Lembaga Pembiayaan maupun mengenai Sewa Guna Usaha, maka

peraturan yang berlaku adalah yang terbentuk setelah Keputusan Presiden ini

berlaku, yaitu :

1. Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 61 Tahun 1988 tentang

Lembaga Pembiayaan.

16 Presiden Republik Indonesia, Keputusan Presiden Republik Indonesia tentang LembagaPembiayaan, KEPRES No. 61 Tahun 1988, Ps. 1 ayat (9).

Permasalahan hukum..., Ellen Mochfiyuni Adimihardja, FH UI, 2010

Page 3: BAB II PERMASALAHAN HUKUM DALAM LELANG … 26701-Permasalahan... · dikeluarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan, ... secara sewa guna usaha tanpa hak opsi ... Leasing ini

15

Universitas Indonesia

2. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.

1251/KMK/013/1988 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan

Lembaga Pembiayaan.

3. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.

1169/KMK/01/1991 tentang Kegiatan Sewa Guna Usaha.

Dari definisi tersebut di atas dapat disebutkan unsur-unsur dari leasing adalah

sebagai berikut :17

1. Pembiayaan Perusahaan

Leasing memang dimaksudkan sebagai usaha yang memberikan

kemudahan pembiayaan kepada perusahaan tertentu yang

memerlukannya.

2. Penyediaan Barang Modal

Barang modal ini sangat bervariasi, dapat berupa mesin-mesin, alat-

alat berat, traktor, kapal, pesawat terbang, peralatan kantor seperti

komputer, mesin foto kopi, kendaraan bermotor dan sebagainya.

3. Keterbatasan Jangka waktu

Salah satu unsur penting dari lembaga leasing adalah jangka waktu

yang terbatas. Biasanya dalam kontrak leasing ditentukan untuk

beberapa tahun leasing tersebut dilakukan. Dalam Keputusan Menteri

Keuangan No. 1169/KMK/01/1991, tentang Kegiatan Sewa Guna

Usaha (leasing) ditentukan bahwa jangka waktu leasing diterapkan

dalam tiga kategori sebagai berikut :

”(1) Jangka Singkat, yaitu minimal dua tahun, (2) Jangka menengah,

yaitu minimal tiga tahun, dan (3) Jangka panjang, yaitu minimal tujuh

tahun.”

4. Pembayaran Kembali Secara Berkala

Besarnya dan lamanya angsuran sesuai dengan kesepakatan yang telah

dituangkan dalam perjanjian atau kontrak leasing.

17 Ibid., hlm. 12 - 13.

Permasalahan hukum..., Ellen Mochfiyuni Adimihardja, FH UI, 2010

Page 4: BAB II PERMASALAHAN HUKUM DALAM LELANG … 26701-Permasalahan... · dikeluarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan, ... secara sewa guna usaha tanpa hak opsi ... Leasing ini

16

Universitas Indonesia

5. Hak Opsi untuk Membeli

Di akhir masa leasing, diberikan hak kepada lessee(Perusahaan atau

Peorangan yang menggunakan barang modal dengan pembiayaan dari

Lessor) untuk membeli barang modal tersebut dengan harga yang telah

terlebih dahulu ditetapkan dalam kontrak leasing yang bersangkutan.

Namun demikian tidak semua jenis leasing memberikan hak opsi dan

hal ini akan dibahas lebih lanjut dalam bagian selanjutnya mengenai

jenis-jenis leasing.

6. Nilai Sisa (Residu)

Nilai sisa merupakan besarnya jumlah uang yang harus dibayar

kembali kepada lessor (Perusahaan Pembiayaan atau Perusahaan Sewa

Guna Usaha yang telah memperoleh izin usaha dari Menteri Keuangan

dan melakukan kegiatan sewa-guna-usaha) oleh lessee di akhir masa

berlakunya leasing atau pada saat lessee mempunyai hak opsi. Nilai

sisa biasanya sudah terlebih dahulu ditentukan bersama dalam kontrak

leasing.

Leasing sebagai pranata hukum perjanjian merupakan perjanjian in-nominat

(perjanjian tidak bernama) dimana ketentuan mengenai perjanjian itu tidak diatur

dalam KUHPerdata. Meskipun demikian, leasing ini tetap tunduk pada ketentuan-

ketentuan umum mengenai perjanjian yang diatur dalam Buku III Bab I dan Bab II

KUHPerdata. Hal ini seperti yang ditentukan dalam Pasal 1319 KUHPerdata.

Ketentuan-ketentuan umum yang masih berlaku terhadap perjanjian leasing

itu khususnya adalah mengenai Pasal 1338 KUHPerdata yaitu mengenai asas

kebebasan berkontrak yang menentukan bahwa perjanjian itu dapat diadakan

mengenai hal apa saja, walaupun belum atau tidak diatur dalam undang-undang,

sepanjang tidak bertentangan dengan undang-undang, kesusilaan dan ketertiban

umum. Dengan kata lain perjanjian leasing itu dapat diadakan sepanjang klausa

yang ada dalam perjanjian leasing itu tidak bertentangan dengan tiga hal tersebut.

Dan sebagai akibatnya, klausa-kalusa yang ada dalam perjanjian leasing itu berlaku

sebagai undang-undang bagi para pihak yang terlibat dalam perjanjian leasing itu.

Permasalahan hukum..., Ellen Mochfiyuni Adimihardja, FH UI, 2010

Page 5: BAB II PERMASALAHAN HUKUM DALAM LELANG … 26701-Permasalahan... · dikeluarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan, ... secara sewa guna usaha tanpa hak opsi ... Leasing ini

17

Universitas Indonesia

Selain hal tersebut, ketentuan umum yang harus ditaati dalam perjanjian

leasing adalah Pasal 1320 KUHPerdata mengenai syarat sahnya perjanjian. Artinya

perjanjian leasing itu harus memenuhi syarat sahnya perjanjian seperti yang

dicantumkan dalam Pasal 1320 KUHPerdata, yang apabila salah satu syarat itu

tidak terpenuhi maka perjanjian leasing itu dapat dimintakan pembatalannya oleh

salah satu pihak atau dapat dibatalkan demi hukum.

Syarat sahnya perjanjian itu sendiri menurut Pasal 1320 KUHPerdata adalah :

a. Sepakat dari mereka yang mengikatkan dirinya

b. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan

c. Dua syarat pertama ini dinamakan syarat subyektif dan jika syarat ini

tidak terpenuhi maka dapat dimintakan pembatalannya oleh salah satu

pihak yang merasa dirugikan.

d. Suatu hal tertentu

e. Sebab yang halal/Sah

Dua syarat ini disebut juga syarat objektif yang apabila syarat ini tidak

terpenuhi maka perjanjian leasing itu menjadi batal demi hukum.

Leasing ini berbeda dengan perjanjian sewa menyewa yang diatur dalam

Pasal 1548 KUHPerdata dan perjanjian jual beli yang diatur dalam Pasal 1457

KUHPerdata yang merupakan perjanjian nominat atau perjanjian bernama.

Sedangkan leasing sebagai perjanjian in-nominat pegaturannya tidak ada dalam

KUHPerdata dan dasarnya adalah kebiasaan dan yurisprudensi, yang mana

perjanjian leasing ini sama halnya dengan perjanjian sewa beli dan perjanjian. Oleh

karena itu perjanjian leasing tidak dapat dikategorikan dalam salah satu perjanjian

yang diatur dalam KUHPerdata perjanjian in-nominat.

2. Jenis-jenis Leasing

Kalau dilihat secara umum, jenis-jenis leasing dapat dibedakan menjadi dua

kelompok utama. Hal yang paling penting yang membedakan kedua jenis tersebut

Permasalahan hukum..., Ellen Mochfiyuni Adimihardja, FH UI, 2010

Page 6: BAB II PERMASALAHAN HUKUM DALAM LELANG … 26701-Permasalahan... · dikeluarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan, ... secara sewa guna usaha tanpa hak opsi ... Leasing ini

18

Universitas Indonesia

adalah hak pemilikan secara hukum, cara pencatatan dalam akuntansi dan besarnya

rental.18 Dua jenis leasing tersebut adalah :

1. Finance Lease, adalah suatu bentuk cara pembayaran dimana :

a. Lessor mendapatkan hak milik atas benda bergerak yang kemudian

diserahkan untuk dipakai lessee, untuk suatu jangka waktu yang maksimal

sama dengan masa kegunaan ekonomis benda yang bersangkutan, dan

sebaliknya. Lessee berkewajiban membayar kepada lessor, seluruh biaya

lessor ditambah dengan ongkos-ongkos pembiayaan lessor dan

keuntungan bagi lessor;

b. Perjanjian untuk memakai benda itu dapat diakhiri oleh lessee, sehingga

lessee-lah yang memikul resiko ekonomis benda itu. Yang dimaksud

dengan resiko ekonomis adalah resiko atas pertambahan atau penurunan

nilai benda yang bersangkutan;

c. Lessee membukukan benda itu sebagai aktivanya dan lessee juga

mencatatkan hutangnya pada lessor;

d. Pada saat berakhirnya jangka waktu yang diperjanjikan, lessee dapat

mengembalikan benda itu kepada lessor atau dapat membelinya dengan

harga yang relatif rendah sebagaimana telah diperjanjikan terlebih dahulu,

atau lessee dapat memperpanjang jangka waktu leasing dengan syarat-

syarat yang disetujui bersama.

2. Operating Lease

Merupakan suatu bentuk pemberian jasa pembiayaan, dimana :

a. Lessor membeli suatu benda bergerak atau benda tidak bergerak,

kemudian menyerahkan kepada lessee untuk dipakainya selama jangka

waktu yang lebih pendek dari masa kegunaan ekonomis benda itu atau

maksimal sepanjang masa kegunaan benda yang bersangkutan dan sebagai

imbalan lessee wajib membayar kepada lessor suatu imbalan berkala;

18 Eddy P. Soekadi, Mekanisme Leasing, Cet. 2, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1990), hlm. 15-16.

Permasalahan hukum..., Ellen Mochfiyuni Adimihardja, FH UI, 2010

Page 7: BAB II PERMASALAHAN HUKUM DALAM LELANG … 26701-Permasalahan... · dikeluarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan, ... secara sewa guna usaha tanpa hak opsi ... Leasing ini

19

Universitas Indonesia

b. Resiko ekonomis benda yang bersangkutan jatuh pada lessor karena lessee

dapat mengakhiri perjanjian leasing sewaktu-waktu, dan karena pada

umumnya jangka waktu berlakunya perjanjian leasing lebih pendek

dibanding dengan masa kegunaan benda yang bersangkutan;

c. Lessor-lah yang mencatatkan benda itu sebagai aktivanya;

d. Setelah berakhirnya perjanjian leasing atau setelah perjanjian leasing

diakhiri, lessee wajib mengembalikan benda itu kepada lessor, lessee tidak

mempunyai hak opsi untuk membeli benda itu.

Setelah melihat dua jenis leasing tersebut, dari finance lease dapat pula

dibedakan menjadi dua macam bentuk leasing, yaitu :

1. Direct Finance Lease

Direct lease atau sewa finansiil langsung (Direct Financing Lease) yang

dianggap sebagai sewaan dengan dibayar penuh dan tidak dapat dibatalkan

(full pay out, non-cancelable lease), yaitu suatu metode untuk memberi biaya

(financing) dimana pihak yang menyewakan (lessor) berusaha memperoleh

kembali seluruh modal yang ia keluarkan untuk pembelian barang yang ia

sewakan dari uang sewa yang harus dibayar penyewa menurut perjanjian

sewa-menyewa.19

2. Sale and Lease Back

Sesuai dengan namanya, dalam transaksi ini lessee menjual barang yang

sudah dimilikinya kepada lessor. Atas barang yang sama ini kemudian

dilakukan kontrak leasing antara lessor dan lessee.

Dilihat dari sisi lessee, perjanjian ini dibuat dengan tujuan yang berbeda

dibandingkan dengan direct finance lease. Disini lessee memerlukan cash

yang bisa dipergunakan untuk tambahan modal kerja atau untuk keperluan

lainnya. Dengan sistem sale and lease back ini memungkinkan lessor

memberikan dana untuk keperluan apa saja kepada clientnya. Yang

dibutuhkan hanyalah objek lease yang nilainya sesuai dengan dana yang

diberikan.

19 Andasasmita, Loc. Cit., hlm. 6.

Permasalahan hukum..., Ellen Mochfiyuni Adimihardja, FH UI, 2010

Page 8: BAB II PERMASALAHAN HUKUM DALAM LELANG … 26701-Permasalahan... · dikeluarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan, ... secara sewa guna usaha tanpa hak opsi ... Leasing ini

20

Universitas Indonesia

Disamping jenis-jenis leasing yang telah disebutkan di atas, ada bentuk-

bentuk lain dari leasing, yaitu :

1. Leverage Lease

Leverage lease ini adalah merupakan finance lease. Namun dalam

pelaksanaannya jauh lebih kompleks dan melibatkan pihak ketiga, yang disebut

credit provider.

Lessor tidak membiayai barang tersebut hingga sebesar 100% dari harga barang

melainkan hanya antara 20% hingga 40 %. Kemudian sisa dari harga barang

tersebut akan dibiayai oleh pihak ketiga. Biasanya jenis leasing ini dilakukan

terhadap barang yang mempunyai nilai yang tinggi.

2. Syndicate Lease

Sering juga terjadi dimana beberapa perusahaan leasing bersama-sama

membiayai penyediaan suatu barang leasing dan kemudian secara bersama-

sama pula me-lease-kan barang tersebut kepada lessee. Dalam hubungan ini

selalu dibuat perjanjian tersendiri antara para anggota syndicate leasing untuk

mengatur cara pelaksanaan agunan-agunan jika ada serta pembagian hasil

pelaksanaan agunan.20

3. Cross Border Lease

Merupakan suatu transaksi leasing yang dilakukan dengan melewati batas suatu

negara. Dengan demikian antara lessor dan lessee terletak pada dua negara yang

berlainan. Diperlukan suatu penanganan yang khusus untuk transaksi jenis ini

karena segi hukum dan perpajakan masing-masing negara belum tentu sama.

3. Dasar Hukum Perjanjian Leasing

Secara yuridis dapat dikemukakan, bahwa leasing adalah perjanjian, maka

titik tolak menganalisanya adalah Kitab Undang-undang Hukum Perdata di

Indonesia. Dalam konteks ini berarti ketentuan-ketentuan khusus mengenai leasing

dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata tentunya tidak ada. Hal tersebut tidak

merupakan halangan, karena Kitab Undang-undang Hukum Perdata menganut asas

20 Soekadi, Op. Cit., hlm. 38 - 39.

Permasalahan hukum..., Ellen Mochfiyuni Adimihardja, FH UI, 2010

Page 9: BAB II PERMASALAHAN HUKUM DALAM LELANG … 26701-Permasalahan... · dikeluarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan, ... secara sewa guna usaha tanpa hak opsi ... Leasing ini

21

Universitas Indonesia

kebebasan berkontrak yang terdapat dalam Pasal 1338 KUHPerdata, yang

menyatakan bahwa : ”Semua persetujuan yang dibuat secara sah berlaku sebagai

undang-undang bagi mereka yang membuatnya”. Hal ini sangat baik karena Kitab

Undang-undang Hukum Perdata tidak mengekang dinamika perkembangan hukum.

Seperti diketahui, bahwa peraturan tentang leasing yang berlaku saat ini boleh

dikatakan sangat sederhana dan pelaksanaan sehari-hari didasarkan pada

kebijaksanaan yang tidak bertentangan dengan Surat Keputusan Menteri yang ada.

Surat Keputusan Tiga Menteri (Menteri Keuangan, Menteri Perindustrian dan

Perdagangan dan Koperasi) tahun 1974 mengenai leasing adalah peraturan pertama

yang khusus dikeluarkan di Indonesia. Surat keputusan itu dan lain-lain peraturan

yang dikeluarkan belakangan untuk mengatur perihal perjanjian-perjanjian dan

kegiatan-kegiatan leasing di Indonesia terutama bersifat administratif dan

obligatory atau bersifat memaksa.

Namun demikian dasar hukum yang melandasi berlakunya leasing di

Indonesia sebagai berikut :

1. Secara Umum (Generale) :

a. Asas Konkordasi hukum berdasarkan Pasal II Aturan Peralihan UUD

1945 atas Hukum Perdata yang berlaku bagi penduduk Eropa, yang

berbunyi : ”Segala badan negara dan peraturan yang masih berlaku,

selama belum diadakan yang baru menurut Undang-undang Dasar

Ini”.

b. Pasal 1338 Kitab Undang-undang Hukum Perdata mengenai

kebebasan berkontrak serta asas-asas persetujuan pada umumnya

sebagaimana tercantum dalam Bab I Buku ke-3 Kitab Undang-undang

Hukum Peradata. Pasal ini memberikan kebebasan kepada semua

pihak untuk memilih isi pokok perjanjian mereka sepanjang hal ini

tidak bertentangan dengan Undang-undang, kepentingan umum

(public policy) dan kesusilaan.

Permasalahan hukum..., Ellen Mochfiyuni Adimihardja, FH UI, 2010

Page 10: BAB II PERMASALAHAN HUKUM DALAM LELANG … 26701-Permasalahan... · dikeluarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan, ... secara sewa guna usaha tanpa hak opsi ... Leasing ini

22

Universitas Indonesia

c. Pasal 1548 – 1580 Kitab Undang-undang Hukum Perdata (Buku ke-3

Bab VII) yang berisikan ketentuan-ketentuan tentang sewa-menyewa

sepanjang tidak diadakan pernyimpangan oleh para pihak. Pasal-pasal

ini membahas hak dan kewajiban lessor dan lesse.

2. Secara Khusus (specifik) :

a. Surat Keputusan Besama (SKB) Menteri Keuangan, Menteri

Perindustrian dan Menteri Perdagangan dan Koperasi Republik

Indonesia :

Nomor : Kep-122/MK/IV/2/1974

Nomor : 32/M/SK/2/1974

Nomor : 30/Kpb/I/1974

Tanggal : 7 Pebruari 1974

Tentang : Perjanjian Usaha Leasing

Surat Keputusan Bersama (SKB) tersebut merupakan peraturan pokok

tentang pendirian leasing dan pelaksanaannya langsung diserahkan

kepada Menteri Keuangan.

b. Surat Keputusan (SK) Menteri Keuangan Republik Indonesia :

Nomor : Kep-649/MK/IV/5/1974

Tanggal : 6 Mei 1974

Tentang : Perjanjian Usaha Leasing

c. Surat Keputusan (SK) Menteri Keuangan Republik Indonesia :

Nomor : No. Kep.650/MK/IV/5/1974

Tanggal : 6 Mei 1974

Tentang : Penegasan ketentuan pajak penjualan dan

besarnya bea materai terhadap usaha leasing.

d. Surat Edaran Direktur Jenderal Moneter :

Nomor : PENG-307/DJM/III.I/7/1974

Tanggal : 8 Juli 1974

Tentang : 1. Tata cara perijinan

2. Pembatasan usaha

Permasalahan hukum..., Ellen Mochfiyuni Adimihardja, FH UI, 2010

Page 11: BAB II PERMASALAHAN HUKUM DALAM LELANG … 26701-Permasalahan... · dikeluarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan, ... secara sewa guna usaha tanpa hak opsi ... Leasing ini

23

Universitas Indonesia

3. Pembukuan

4. Tingkat Suku Bunga

5. Perpajakan

6. Pengawasan dan pembinaan

e. Surat Keputusan Menteri Perdagangan :

Nomor : 34/KP/II/1980

Tanggal : 1 Pebruari 1980

Tentang : Lisensi/perijinan untuk kegiatan usaha sewa

beli (Hire Purchase), jual-beli dengan

angsuran/cicilan (Sale and Purchase by

Installment), dan sewa-menyewa (Renting).

f. Surat Edaran Direktur Jenderal Moneter Dalam Negeri :

Nomor : SE.4815/MD/1983

Tanggal : 31 Agustus 1983

Tentang : Ketentuan Perpanjangan Ijin Usaha

Perusahaan asing dan Perpanjangan Penggunaan

Tenaga Warga Negara Asing pada Perusahaan

Leasing.

g. Surat Edaran Direktur Jenderal Moneter Dalam Negeri :

Nomor : SE4835/MD/1983

Tanggal : 1 September 1983

Tentang : Tata Cara dan Prosedur Pendirian Kantor

Cabang dan Kantor Perwakilan Perusahaan

Leasing.

h. Surat Keputusan (SK) Menteri Keuangan Republik Indonesia :

Nomor : S.742/MK/011/1984

Tanggal : 12 Juli 1984

Tentang : Usaha Financial Leasing

i. Surat Edaran (SE) Direktur Jenderal Pajak :

Nomor : SE.28/PJ.22/1984

Permasalahan hukum..., Ellen Mochfiyuni Adimihardja, FH UI, 2010

Page 12: BAB II PERMASALAHAN HUKUM DALAM LELANG … 26701-Permasalahan... · dikeluarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan, ... secara sewa guna usaha tanpa hak opsi ... Leasing ini

24

Universitas Indonesia

Tanggal : 26 Juli 1084

Tentang : Usaha Financial Leasing

Namun disamping itu, terdapat suatu Keputusan Presiden yang mengatur

mengenai lembaga pembiayaan, yaitu Keputusan Presiden No. 61 tahun 1988

tentang Lembaga Pembiayaan. Dalam Pasal 8 Keputusan Presiden tersebut

dinyatakan, bahwa: ”Dengan ditetapkannya Keputusan Presiden ini, segala

peraturan mengenai Sewa Guna Usaha yang telah ada, dinyatakan tidak berlaku”.

Hal ini berarti segala peraturan yang berhubungan dengan sewa guna usaha

yang terbentuk sebelum berlakunya Keputusan Presiden ini, dengan adanya

Keputusan Presiden ini dinyatakan tidak berlaku. Dan sebagai dasar hukum

mengenai Lembaga Pembiayaan maupun sewa Guna Usaha, maka peraturan yang

berlaku adalah yang terbentuk setelah Keputusan Presiden ini berlaku, yaitu :

1. Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 61 Tahun 1988 tentang Lembaga

Pembiayaan.

2. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 1251/KMK.013/1988

tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan.

3. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 1169/KMK.01/1991

tentang Kegiatan Sewa Guna Usaha.

Dengan demikian maka untuk pembuatan perjanjian leasing yang mengatur

hak dan kewajiban serta hubungan hukum antara pihak-pihak yang bersangkutan,

selain dari pedoman dan peraturan di atas kita harus berpegang pada asas-asas dan

ketentuan hukum yang terdapat dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata serta

Yurisprudensi yang ada.21

4. Subjek dan Objek Perjanjian Leasing

4.1. Subjek Perjanjian Leasing

Subjek perjanjian leasing, berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor

649/MK/IV/5/1974 tentang Perizinan Usaha Leasing dan Pengumuman

Direktur Jenderal Moneter No. PENG-307/DJM/III.I/7/1974, yang dapat

21 Amin Widjaya Tunggal dan Arif Djohan Tunggal, Op. Cit., hlm. 11- 13.

Permasalahan hukum..., Ellen Mochfiyuni Adimihardja, FH UI, 2010

Page 13: BAB II PERMASALAHAN HUKUM DALAM LELANG … 26701-Permasalahan... · dikeluarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan, ... secara sewa guna usaha tanpa hak opsi ... Leasing ini

25

Universitas Indonesia

melakukan usaha leasing adalah perusahaan yang telah memperoleh izin dari

Menteri Keuangan.

Selain itu dalam Pasal 2 Surat Keputusan Menteri Keuangan tersebut antara

lain ditentukan bahwa yang dapat bertindak sebagai lessor hanyalah Lembaga

Keuangan atau Badan Hukum tersendiri baik yang berbentuk Perusahaan

Nasional maupun Perusahaan Campuran dan yang terlebih dahulu telah

memperoleh izin usaha leasing dari Menteri Keuangan.

4.2. Objek Perjanjian Leasing

Menurut Surat Keputusan Bersama Tiga Menteri dan Pengumuman Direktur

Jenderal Moneter No. PENG-307/DJM/III.I/7/1974 tentang Pedoman

Pelaksanaan Peraturan Leasing adalah barang-barang modal atau alat-alat

produksi. Secara umum yang dapat menjadi objek dari leasing adalah semua

barang, baik barang bergerak maupun barang tidak bergerak yang berharga

atau bernilai dalam lalu lintas ekonomi.

5. Berakhirnya Leasing

Pada prinsipnya ada tiga macam putusnya perjanjian leasing, yaitu karena :

(1) Konsensus, (2) Wanprestasi, (3) Force Majeure.

A. Putusnya Kontrak Leasing Karena Konsensus

Seperti juga perjanjian lainnya, tentu perjanjian leasing dapat diputuskan kapan

saja jika para pihak dalam perjanjian tersebut saling sepakat untuk itu. Ini

memang prinsip yang berlaku umum dalam hukum kontrak. Biasanya, hak salah

satu pihak untuk memutuskan kontrak dengan persetujuan pihak lain disebutkan

secara eksplisit dalam kontrak yang bersangkutan.

Dalam praktek, pemutusan kontrak leasing secara konsensus ini sangat jarang

terjadi. Hal ini dikarenakan karakteristik dari kontrak leasing dimana salah satu

pihak berprestasi tunggal, dalam hal ini pihak lessor. Artinya, pihak lessor

cukup sekali berprestasi, yaitu menyerahkan dana untuk pembelian barang

leasing. Sekali dana dicairkan, maka pada prinsipnya selesailah tugas

substansial dari lessor. Tinggal dari pihak supplier kemudian berkewajiban

Permasalahan hukum..., Ellen Mochfiyuni Adimihardja, FH UI, 2010

Page 14: BAB II PERMASALAHAN HUKUM DALAM LELANG … 26701-Permasalahan... · dikeluarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan, ... secara sewa guna usaha tanpa hak opsi ... Leasing ini

26

Universitas Indonesia

menyerahkan barang kepada lessee, dan selanjutnya pihak lessee harus

mengembalikan uang cicilan kepada lessor.

Karena setelah mencairkan dana, selesailah sudah tugas substansial dari lessor,

maka tentunya sangat sulit bagi lessor untuk ikut setuju jika pihak lessee ingin

memutuskan kontrak di tengah jalan. Karena, kalau kontrak putus, lalu

bagaimana dengan nasib dana yang telah dicairkan itu.

Kadang-kadang terdapat juga kontrak dimana kedua belah pihak dapat bebas

memutuskannya di tengah jalan, dengan atau tanpa sebab sama sekali. Model

kontrak seperti ini jarang dipraktekkan dan tidak sesuai dengan karakteristik

kontrak leasing sebagai kontrak prestasi tunggal dari pihak lessor. Sebab, sekali

lessor sudah berprestasi, maka tidak mungkin kontrak diputus di tengah jalan.

Kecuali terhadap transaksi leasing dimana lessor belum sempat memberikan

prestasinya dalam bentuk apapun, ataupun dalam leasing dengan mana lessor

dengan mudah dapat menjual barang modal dan dengan harga yang mencukupi.

Sementara itu, apabila kontrak leasing diakhiri dengan konsensus para pihak

justru pada saat belum ada satu pihakpun yang melakukan prestasi, misalnya

pihak lessor pun belum mencairkan dananya, maka yang terjadi juga bukan

pemutusan kontrak. Tetapi lebih tepat dikatakan sebagai pembatalan kontrak.

Akibatnya, kontrak dianggap tidak pernah ada sama sekali. Hanya saja dengan

adanya Pasal 1266 KUHPer, yang akan diterangkan selanjutnya, maka terjadi

kekaburan antara kontrak yang dibatalkan dengan kontrak yang diputuskan.22

B. Putusnya kontrak Leasing Karena Wanprestasi

Wanprestasi atau breach of contract merupakan salah satu sebab sehingga

berjalannya kontrak menjadi terhenti. Dalam hal ini yang dimaksud dengan

wanperstasi adalah salah satu pihak atau lebih tidak melaksanakan prestasinya

sesuai dengan kontrak. Pasal 1239 KUHPer menentukan bahwa dalam hal suatu

22 Munir Fuady, Hukum Tentang Pembiayaan Dalam Teori dan Praktek, (Bandung: PT. CitraAditya Bakti, 1995), hlm. 53 – 54.

Permasalahan hukum..., Ellen Mochfiyuni Adimihardja, FH UI, 2010

Page 15: BAB II PERMASALAHAN HUKUM DALAM LELANG … 26701-Permasalahan... · dikeluarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan, ... secara sewa guna usaha tanpa hak opsi ... Leasing ini

27

Universitas Indonesia

pihak melakukan wanprestasi, maka pihak lainnya dapat menuntut diberikan

ganti rugi berupa biaya, rugi dan bunga.

Alternatif lain selain dari tuntutan hanya ganti rugi oleh pihak yang dirugikan,

maka dapat juga dituntut pelaksanaan perjanjian itu sendiri dengan atau tanpa

ganti rugi.

Khusus terhadap kontrak leasing, maka berbagai kemungkinan wanprestasi

dapat terjadi dengan konsekuensi yuridis yang berbeda-beda pula.

Kemungkinan-kemungkinan wanprestasi tersebut antara lain dapat disebutkan

sebagai berikut :

1) Wanprestasi yang didiamkan

Hukum kita tidak mengenal yang namanya doktrin substantial performance.

Doktrin substantial performance mengajarkan bahwa yang dianggap tidak

melaksanakan wanprestasi oleh salah satu pihak sehingga pihak lainnya

dapat memutuskan kontrak adalah jika prestasi yang tidak dilaksanakan

tersebut cukup substantial dalam kontrak yang bersangkutan.

2) Wanprestasi pemutus kontrak leasing

Bisa saja karena alasan-alasan tertentu, salah satu pihak memutuskan

kontrak leasing yang bersangkutan. Alasan pemutusan kontrak adalah

karena pihak lain telah melakukan wanprestasi terhadap satu atau lebih

klausula dalam kontrak leasing. Tidak perduli apakah prestasi yang tidak

dipenuhi tersebut substansial ataupun tidak. Kecuali ditentukan lain dalam

kontrak yang bersangkutan.

Dalam kontrak leasing, banyak item, yang apabila dilanggar terutama oleh

lessee, maka kontrak dianggap putus. Yang paling penting diantaranya tentu

apabila lessee tidak membayar uang cicilan pada saat jatuh tempo.

3) Wanprestasi karena barangnya cacat

Secara yuridis, konsekuensi dari cacat/rusaknya barang leasing sangat

tergantung kepada situasi cacatnya/rusaknya barang tersebut. Untuk itu ada

beberapa kemungkinan yuridis, yaitu sebagai berikut :

Permasalahan hukum..., Ellen Mochfiyuni Adimihardja, FH UI, 2010

Page 16: BAB II PERMASALAHAN HUKUM DALAM LELANG … 26701-Permasalahan... · dikeluarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan, ... secara sewa guna usaha tanpa hak opsi ... Leasing ini

28

Universitas Indonesia

a. cacat tersembunyi

b. cacat tidak tersembunyi

c. barang rusak karena kesalahan lessee

d. barang rusak bukan karena kesalahan lessee23

C. Putusnya Kontrak Leasing Karena Force Majeure

Sungguhpun hak milik belum beralih kepada lessee sebelum hak opsi beli

dilaksanakan oleh pembeli, tetapi karena lessor memang dari semula bertujuan

hanya sebagai penyandang dana, bukan sebagai pemilik, maka sudah

selayaknya jika beban resiko dari suatu leasing yang dalam keadaan force

majeure dibebankan kepada lessee. Dalam kontrak-kontrak leasing, memang

jelas kelihatan bahwa lessor tidak ingin mengambil resiko. Jadi, pengaturan

resiko pada transaksi leasing lebih condong ke resiko yang ada pada transaksi

jual beli ketimbang sewa menyewa.

Hanya saja dalam praktek, isyu resiko ini tidak begitu menjadi soal berhubung

biasanya barang leasing yang bersangkutan telah diasuransikan. Bahkan sering

juga dalam bentuk asuransi ”all risk”. Dimana hak untuk menerima ganti

kerugian dari asuransi ini telah dialihkan kepada lessor (dilakukan cessie

asuransi).

Namun demikian pengaturan tentang resiko ini tetap penting mengingat jika

terjadi sesuatu dan lain hal yang menyebabkan pihak asuransi tidak dapat atau

tidak mau membayar seluruhnya atau sebagian dari ganti kerugian jika terjadi

force majeure. Misalnya dengan alasan bahwa asuransi bukan untuk ”all risk”,

atau perusahaan asuransi jatuh pailit, ataupun karena ada ”dispute” dalam

melihat sebab terjadinya peristiwa force majuere tersebut. Karena itu, dalam hal

ini pihak lessee-lah yang akhirnya menjadi pihak yang menanggung resiko.

Dalam praktek, hal ini diikuti sepenuhnya.24

23 Ibid., hlm. 55 – 62.

24 Ibid., hlm. 63 – 65.

Permasalahan hukum..., Ellen Mochfiyuni Adimihardja, FH UI, 2010

Page 17: BAB II PERMASALAHAN HUKUM DALAM LELANG … 26701-Permasalahan... · dikeluarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan, ... secara sewa guna usaha tanpa hak opsi ... Leasing ini

29

Universitas Indonesia

B. Jaminan Fidusia

1. Pengertian Jaminan Fidusia

Pengertian Fidusia menurut Undang-undang Nomor 42 tahun 1999

tentang Jaminan Fidusia adalah :

” Fidusia adalah pengalihan hak kepemilikan suatu benda atas dasar

kepercayaan dengan ketentuan bahwa benda yang hak kepemilikannya

dialihkan tetap dalam penguasaan pemilik benda”25

Adapun pengertian Jaminan Fidusia yaitu :

Jaminan Fidusia adalah hak jaminan atas benda bergerak baik yangberwujud maupun yang tidak berwujud dan benda tidak bergerakkhususnya bangunan yang tidak dapat dibebani Hak Tanggungansebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 4 tahun 1996tentang Hak Tanggungan yang tetap berada dalam penguasaan pemberiFidusia, sebagai agunan bagi pelunasan utang tertentu, yangmemberikan kedudukan yang diutamakan kepada pemberi Fidusiaterhadap Kreditor lainnya.26

Dari pengertian yang diberikan tersebut jelas bahwa Fidusia dibedakan

dari Jaminan Fidusia, yaitu Fidusia merupakan suatu proses pengalihan hak

kepemilikan dan Jaminan Fidusia adalah jaminan yang diberikan dalam

bentuk Fidusia.

Lembaga Fidusia ini pada hakikatnya telah lama dikenal, bahkan telah

hadir pada jaman penjajahan Belanda. Bedanya hanya dahulu sebelum adanya

undang-undang tentang Jaminan Fidusia tersebut, berlakunya dalam praktek

digantungkan dan didasarkan kepada yurisprudensi. Berlakunya Fidusia

diperbolehkan dengan hadirnya keputusan Hooggerchtshof tanggal 18

Agustus 1932 dalam perkara Batafsche Petroleum Maatschappij melawan

Pedro Clignett dimuat dalam Indische Tijdschirft Vn Het Recht jilid ke-136

bab 311. Kemudian setelah Indonesia merdeka maka diberlakukan Jaminan

25 Indonesia, Undang-undang Tentang Jaminan Fidusia, UU No. 42, LN. No. 168 tahun1999, TLN No. 3889, Pasal 1 angka 1.

26 Ibid., Pasal 1 angka 2.

Permasalahan hukum..., Ellen Mochfiyuni Adimihardja, FH UI, 2010

Page 18: BAB II PERMASALAHAN HUKUM DALAM LELANG … 26701-Permasalahan... · dikeluarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan, ... secara sewa guna usaha tanpa hak opsi ... Leasing ini

30

Universitas Indonesia

Fidusia ini dapat dijumpai dalam suatu putusan Mahkamah Agung Republik

Indonesia Nomor 372 K/Sip/1970 dalam perkara Lo Dhing Siang melawan

Bank Negara Indonesia unit I Semarang.

Kini dengan kehadiran Undang-undang Nomor 42 tahun 1999 tentang

Jaminan Fidusia, disini dimaksudkan untuk mengisi kekosongan tentang

utang piutang dengan jaminan barang dalam arti pengalihan suatu benda itu

tetap dalam penguasaan dari si pemilik benda.

Sebelum Undang-undang Nomor 42 tahun 1999 diberlakukan, pada

umumnya benda yang menjadi objek Jaminan Fidusia hanyalah terhadap

benda-benda bergerak yang terdiri dari benda dalam persediaan inventory,

benda dagangan, piutang, peralatan mesin dan kendaraan bermotor, setelah

diberlakukannya undang-undang ini pengertian Jaminan Fidusia diperluas

dalam arti benda bergerak yang berwujud maupun tidak berwujud dan benda

bergerak yang tidak dapat dibebani dengan Hak Tanggungan menurut

Undang-undang Nomor 4 tahun 1996.

Demikian juga dengan adanya penambahan aturan pada Jaminan Fidusia

dalam Undang-undang Jaminan Fidusia tahun 1999, yang menyebabkan

adanya pendaftaran pada setiap perbutan pembuatan Jaminan Fidusia pada

kantor Pendaftaran Jaminan Fidusia. Kemudian dengan didaftarkannya

Jaminan Fidusia tersebut, penerimaan Fidusia memiliki dan masuk dalam

kelompok yang didahulukan (preferent). Maka lembaga jaminan Fidusia ini

telah dilengkapi dengan kepastian hukum yang dapat dinikmati oleh para

pihak yang berkepentingan, dan juga pendaftaran jaminan memberikan

kepastian akan hak yang didahulukan kepada Kreditor yang mempergunakan

lembaga jaminan Fidusia tersebut.27

27 Ignatius Ridwan Widyadharma, Hukum Jaminan Fidusia, (Semarang: Badan PenerbitUniversitas Diponegoro, 1999), hlm. 5 - 8.

Permasalahan hukum..., Ellen Mochfiyuni Adimihardja, FH UI, 2010

Page 19: BAB II PERMASALAHAN HUKUM DALAM LELANG … 26701-Permasalahan... · dikeluarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan, ... secara sewa guna usaha tanpa hak opsi ... Leasing ini

31

Universitas Indonesia

2. Asas Hukum Jaminan Fidusia

Istilah asas merupakan terjemahan dari bahasa Latin ”principium” yang

dalam bahasa Inggris disebut ”principle”. Padanan kata dalam bahasa Belanda

”beginsel” yang artinya dasar atau sesuatu yang menjadi tumpuan berpikir

atau berpendapat. Kata principle atau sering diindonesiakan sebagai prinsip

sebagai sesuatu yang dapat dijadikan sebagai alas, sebagai dasar tumpuan,

sebagai dasar tumpuan, sebagai tempat untuk menyandarkan, untuk

mengembalikan sesuatu hal yang ingin dijelaskan.28

Dalam hal terbentuk dan diundangkannya Undang-undang Nomor 42

Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia, pembentuk undang-undang tidak

menyebutkan secara tegas dasar atau asas-asas hukum jaminan Fidusia yang

menjadi fondasi pembentukan norma hukumnya. Sesuai dengan teori tentang

dasar atau asas hukum serta dibantu dengan teori tentang norma yang telah

dibahas sebelumnya, maka dapat dicari tentang dasar atau asas hukum

jaminan Fidusia dalam Undang-undang Nomor 42 tahun 1999 tentang

Jaminan Fidusia. Tan Kamelo menjabarkan asas hukum jaminan Fidusia

dalam tiga belas asas sebagai berikut :29

1) Asas preferensi, yaitu Kreditor penerima Fidusia berkedudukan sebagai

Kreditor yang diutamakan dari Kreditor-Kreditor lainnya.

2) Asas bahwa jaminan Fidusia tetap mengikuti benda yang menjadi objek

jaminan Fidusia dalam tangan siapapun benda tersebut berada.

3) Asas bahwa jaminan Fidusia adalah merupakan perjanjian ikutan yang

lazim disebut asas asesoritas yang mengandung arti bahwa keberadaan

jaminan Fidusia adalah ditentukan oleh perjanjian lain yaitu perjanjian

utama atau perjanjian prinsipal.

4) Asas bahwa jaminan Fidusia dapat diletakkan utang yang baru akan ada

(kontinjen).

28 A. A. Andi Prajitno, Hukum Fidusia (Problematika Yuridis Pemberlakuan Undang-undangNomor 42 Tahun 1999), (Malang: Banyumedia Publishing, 2009), hlm. 175.

29 Ibid., hlm. 177 - 181.

Permasalahan hukum..., Ellen Mochfiyuni Adimihardja, FH UI, 2010

Page 20: BAB II PERMASALAHAN HUKUM DALAM LELANG … 26701-Permasalahan... · dikeluarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan, ... secara sewa guna usaha tanpa hak opsi ... Leasing ini

32

Universitas Indonesia

5) Asas bahwa jaminan Fidusia dapat dibebankan terhadap benda yang

akan ada.

6) Asas bahwa jaminan Fidusia dapat dibebankan terhadap

bangunan/rumah yang terdapat di atas tanah milik orang lain.

7) Asas bahwa jaminan Fidusia berisikan uraian secara detail terhadap

subjek dan objek jaminan Fidusia.

8) Asas bahwa pemberi jaminan Fidusia harus orang yang memiliki

kewenangan hukum atas objek jaminan Fidusia.

9) Asas bahwa jaminan Fidusia harus didaftar ke kantor pendaftaran

Fidusia sebagaimana diatur dalam Pasal 12 Undang-undang Nomor 42

tahun 1999 tentang Fidusia.

10) Asas bahwa benda yang dijadikan objek jaminan Fidusia tidak dapat

dimiliki oleh Kreditor penerima jaminan Fidusia sekalipun hal itu

diperjanjikan.

11) Asas bahwa jaminan Fidusia memberikan hak prioritas kepada Kreditor

penerima Fidusia yang terlebih dahulu mendaftarkan ke kantor Fidusia

dari pada Kreditor yang mendaftarkan kemudian. (Pasal 28 Undang-

undang Nomor 42 Tahun 1999).

12) Asas bahwa pemberi jaminan Fidusia yang tetap menguasai benda

jaminan harus mempunyai itikad baik (te goeder trouw, in good faith).

13) Asas bahwa jaminan Fidusia mudah dieksekusi sebagaimana yang dapat

ditemukan dalam Pasal 15 Undang-undang Nomor 42 Tahun 1999

tentang Fidusia.

3. Objek Jaminan Fidusia

Benda yang dapt menjadi objek Jaminan Fidusia adalah benda apapun

yang dimiliki dan dialihkan kepemilikannya, baik benda itu berwujud maupun

tidak berwujud, terdaftar maupun tidak terdaftar, bergerak maupun tidak

bergerak yang tidak dapat dibebani Hak Tanggungan sebagaimana dimaksud

Undang-undang Hak Tanggungan atau Hipotik sebagaimana dimaksud dalam

Permasalahan hukum..., Ellen Mochfiyuni Adimihardja, FH UI, 2010

Page 21: BAB II PERMASALAHAN HUKUM DALAM LELANG … 26701-Permasalahan... · dikeluarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan, ... secara sewa guna usaha tanpa hak opsi ... Leasing ini

33

Universitas Indonesia

Pasal 314 ayat (3) Kitab Undang-undang Hukum Dagang juncto Pasal 116

Kitab Undang-undang Hukum Perdata.30

Apabila kita memperhatikan pengertian benda yang dapat menjadi objek

Jaminan Fidusia maka yang dimaksud dengan benda adalah termasuk juga

piutang (receivables). Khusus mengenai benda yang menjadi jaminan fidusia,

undang-undang mengatur bahwa Jaminan Fidusia meliputi hasil tersebut dan

juga klaim asuransi kecuali diperjanjikan lain.31

Uraian mengenai benda yang menjadi objek Jaminan Fidusia harus jelas

dalam akta Jaminan Fidusia baik identifikasi benda tersebut maupun

penjelasan surat bukti kepemilikannya dan bagi benda inventory yang selalu

berubah-ubah dan atau tetap harus dijelaskan jenis bendanya, merek bendanya

dan kualitasnya.32

Selain itu Pasal 4 Undang-undang Fidusia juga menegaskan bahwa

Jaminan Fidusia merupakan perjanjian pokok dan sesuai dengan pengertian

Jaminan Fidusia bahwa Jaminan Fidusia diberikan sebagai agunan bagi

pelunasan utang tertentu maka dalam Undang-undang juga diatur jenis utang

yang pelunasannya dapat dijamin dengan Jaminan Fidusia.

4. Tata Cara Pembebanan Fidusia

Sesuai dengan kedudukan dan fungsi Jaminan Fidusia serta peranannya

sebagai jaminan terhadap suatu utang, maka memberikan alur pikir yang kuat,

bahwa hukum Jaminan Fidusia telah menempatkan setiap Jaminan Fidusia

sebagai suatu perjanjian accessoir yaitu pelengkap dari perjanjian pokok.

Oleh karena Undang-undang Jaminan Fidusia tersebut merupakan

perjanjian ikutan (accessoir) dan memiliki hak yang didahulukan atau

30 Yasman, “Pemberian Jaminan Fidusia Kendaraan Bermotor Dalam Praktek PerjanjianKredit,” (Tesis Magister Kenotariatan Universitas Indonesia, Depok, 2002), hlm. 49.

31 Ratnawati W. Prasodjo, “Pokok-pokok Undang-undang Nomor 42 Tahun 1999 TentangJaminan Fidusia,” (Makalah disampaikan pada acara Seminar Hukum Nasional Fakultas HukumUniversitas Trisakti, Jakarta, 1 Desember 1999), hlm. 6.

32 Ibid.

Permasalahan hukum..., Ellen Mochfiyuni Adimihardja, FH UI, 2010

Page 22: BAB II PERMASALAHAN HUKUM DALAM LELANG … 26701-Permasalahan... · dikeluarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan, ... secara sewa guna usaha tanpa hak opsi ... Leasing ini

34

Universitas Indonesia

preferent (hak utama) serta memiliki juga kesempatan parate eksekusi, maka

tentunya pembebanan benda/barang dengan Jaminan Fudisia wajib dan harus

dibuat dalam suatu Akta Notaris (Pasal 5 ayat (1) Undang-undang Jaminan

Fidusia).33

Mengingat objek Jaminan Fidusia pada umumnya adalah barang

bergerak yang tidak terdaftar, maka sudah sewajarnya pembebanan benda

dengan Jaminan Fidusia dibuat dengan akta otentik seperti yang telah diatur

dalam Pasal 1870 Kitab Undang-undang Hukum Perdata. Sejalan dengan

ketentuan yang mengatur mengenai Hipotik dan Hak Tanggungan, maka Akta

Jaminan Fidusia harus dibuat oleh atau dihadapan pejabat yang berwenang.

Pasal 1870 Kitab Undang-undang Hukum Perdata menyatakan bahwa

akta notaris adalah merupakan akta yang otentik yang memiliki kekuatan

pembuktian di dalamnya diantara para pihak beserta para ahli warisnya atau

para pengganti haknya.

Berdasarkan Pasal 5 ayat (1) Undang-undang Jaminan Fidusia,

pembebanan benda dengan Jaminan Fidusia dibuat dengan Akta Notaris

dalam bahasa Indonesia. Dalam akta Jaminan Fidusia tersebut selain

dicantumkan hari dan tanggal, juga dicantumkan mengenai waktu (jam)

pembuatan akta tersebut.

Dalam akta Jaminan Fidusia tersebut perlu dicantumkan uraian yang

jelas mengenai jenis, merk, kualitas dari benda atau barang tersebut

(penjelasan Pasal 6 Undang-undang Jaminan Fidusia).

Akta Jaminan Fidusia sekurang-kurangnya memuat :34

a. Identitas pihak pemberi dan penerima Fidusia;

b. Data perjanjian pokok yang dijamin Fidusia;

c. Uraian mengenai benda yang menjadi objek Jaminan Fidusia;

d. Nilai penjaminan; dan

e. Nilai benda yang menjadi objek Jaminan Fidusia.

33 Widyadharma, op. cit., hlm. 14.

34 Yasman, op. cit., hlm. 51 - 52.

Permasalahan hukum..., Ellen Mochfiyuni Adimihardja, FH UI, 2010

Page 23: BAB II PERMASALAHAN HUKUM DALAM LELANG … 26701-Permasalahan... · dikeluarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan, ... secara sewa guna usaha tanpa hak opsi ... Leasing ini

35

Universitas Indonesia

Utang yang pelunasannya dijamin dengan Jaminan Fidusia berupa :

(menurut Pasal 7 Undang-undang Jaminan Fidusia)35

a. Utang yang telah ada;

b. Utang yang akan timbul dikemudian hari dan telah diperjanjikan

dalam jumlah tertentu;

c. Utang yang pada saat eksekusi dapat ditentukan jumlahnya

berdasarkan perjanjian pokok.

Seperti apa yang disebutkan di atas bahwa pengertian utang yang

dimaksud juga mencakup setiap perikatan (verbintenis) senagaimana

dimaksud Pasal 1233 Kitab Undang-undang Hukum Perdata.

Pasal 8 Undang-undang Jaminan Fidusia menyatakan bahwa Jaminan

Fidusia dapat diberikan kepada lebih dari satu Pemberi Fidusia atau kepada

kuasa atau wakil dari Penerima Fidusia tersebut. Ketentuan pemberian Fidusia

kepada lebih dari satu Penerima Fidusia dimaksudkan dalam rangka

pembiayaan kredit konsorsium.

Ketentuan Pasal 9 Undang-undang Fidusia menetapkan bahwa Jaminan

Fidusia dapat diberikan terhadap satu atau lebih satu jenis benda, termasuk

piutang baik yang telah ada maupun yang diperoleh kemudian. Ini berarti

benda tersebut demi hukum akan dibebani dengan Jaminan Fidusia pada saat

benda tersebut menjadi milik Pemberi Fidusia. Pembebanan Jamina Fidusia

tersebut tidak perlu dilakukan dengan pengikatan dengan perjanjian jaminan

tersendiri. Hal ini karena atas benda tersebut sudah dilakukan pengalihan hak

kepemilikan ”sekarang untuk nantinya”.

Khusus mengenai hasil atau ikutan dari kebendaan yang menjadi objek

Jaminan Fidusia, Pasal 10 Undang-undang Fidusia menyatakan bahwa kecuali

diperjanjikan lain :36

35 Widyadharma, op. cit., hlm. 15 - 16.

36 Yasman, op. cit., hlm. 53.

Permasalahan hukum..., Ellen Mochfiyuni Adimihardja, FH UI, 2010

Page 24: BAB II PERMASALAHAN HUKUM DALAM LELANG … 26701-Permasalahan... · dikeluarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan, ... secara sewa guna usaha tanpa hak opsi ... Leasing ini

36

Universitas Indonesia

a. Jaminan Fidusia meliputi hasil dari benda yang menjadi objek

Jaminan Fidusia, yaitu segala sesuatu yang diperoleh dari benda

yang dibebani Jaminan Fidusia.

b. Jaminan Fidusia meliputi juga klaim asuransi, dalam hal ini benda

yang menjadi objek diasuransikan. Apabila klaim asuransi tidak

termasuk meliputi Jaminan Fidusia tersebut, maka oleh Undang-

undang Jaminan Fidusia diwajibkan diperjanjikan secara tegas dan

konkrit di dalam Akta Notaris Perjanjian Jaminan Fidusia.

Untuk menjamin terselenggaranya suatu Jaminan Fidusia yang baik dan

benar serta pasti, maka oleh Undang-undang Jaminan Fidusia dilengkapi

dengan ketentuan pidana yang tercantum dalam Pasal 35 Undang-undang

Jaminan Fidusia sebagai berikut : Setiap orang yang dengan sengaja

memalsukan, mengubah, menghilangkan atau dengan cara apapun

memberikan keterangan secara menyesatkan, yang jika hak tersebut diketahui

oleh salah satu pihak tidak melahirkan perjanjian Jaminan Fidusia, dipidana

penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun dan

denda paling sedikit Rp. 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah) dan paling banyak

Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah).37

5. Pendaftaran Jaminan Fidusia

Pendaftaran Jaminan Fidusia, bukanlah hanya suatu anjuran atau

kemungkinan, akan tetapi pendaftaran Jaminan Fidusia adalah kewajiban. Hal

ini oleh perundang-undangan diatur dalam Pasal 11 Undang-undang Jaminan

Fidusia tahun 1999, yang secara implisit bahwa benda/barang yang dibebani

dengan Jaminan Fidusia wajib didaftarkan.

Sedangkan tempat pendaftaran atau lembaga pendaftaran Jaminan

Fidusia adalah Kantor Pendaftaran Fidusia yang berada dalam lingkup

Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia (Pasal 12 Undang-undang

Jaminan Fidusia). Dilengkapinya Jaminan Fidusia dengan kewajiban

37 Widyadharma, op.cit., hlm. 16.

Permasalahan hukum..., Ellen Mochfiyuni Adimihardja, FH UI, 2010

Page 25: BAB II PERMASALAHAN HUKUM DALAM LELANG … 26701-Permasalahan... · dikeluarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan, ... secara sewa guna usaha tanpa hak opsi ... Leasing ini

37

Universitas Indonesia

mendaftarkan Akta Perjanjian Jaminan Fidusia sebagai salah satu sarana

untuk membantu kegiatan usaha para pihak yang berkepentingan dalam

Jaminan Fidusia tersebut.

Sehingga nafas utama dari Jaminan Fidusia dengan kewajiban

mendaftarkan pada Kantor Pendaftaran Fidusia adalah suatu pemberi

preferent pada Penerima Fidusia terhadap Kreditor lain yang secara pasti,

mutlak dan lengkap.38

Pendaftaran Jaminan Fidusia pada kantor Pendaftaran Fidusia, adalah

kewajiban dari Penerima Fidusia termasuk kuasa atau wakilnya. Jaminan

Fidusia pada Kantor Pendaftaran Fidusia dicatat dalam daftar Fidusia pada

tanggal yang sama dengan tanggal penerimaan permohonannya (Pasal 13 ayat

(3) Undang-undang Jaminan Fidusia).

Setelah perjanjian Jaminan Fidusia dicatatkan pada kantor Pendaftaran

Fidusia, maka Kantor Pendaftaran Fidusia menerbitkan dan menyerahkan

kepada Penerima Fidusia sertipikat Jaminan Fidusia dengan tanggal yang

sama dengan tanggal penerimaan permohonan pendaftaran (Pasal 14 ayat (1)

undang-undang Jaminan Fidusia).39

Adapun prosedur dan tata cara pembebanan dan pendaftaran Jaminan

Fidusia tersebut dapat disarikan sebagai berikut :

1. Jaminan Fidusia dibuat dalam Akta Notaris dalam bahasa Indonesia

(Akta Fidusia);

2. Akta Jaminan Fidusia tersebut sekurang-kurangnya memuat :

a. Identitas pihak Pemberi dan Penerima Fidusia;

b. Data perjanjian pokok yang dijamin Fidusia;

c. Nilai penjaminan, dan

d. Nilai benda yang menjadi objek Jaminan Fidusia.

38 Ibid., hlm. 19 - 20.

39 Ibid., hlm. 21.

Permasalahan hukum..., Ellen Mochfiyuni Adimihardja, FH UI, 2010

Page 26: BAB II PERMASALAHAN HUKUM DALAM LELANG … 26701-Permasalahan... · dikeluarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan, ... secara sewa guna usaha tanpa hak opsi ... Leasing ini

38

Universitas Indonesia

3. Jaminan Fidusia didaftarkan pada Kantor Pendaftaran Fidusia atas

permohonan penerima Fidusia atau kuasanya/wakilnya dengan

melampirkan pernyataan Pendaftaran Jaminan Fidusia;

4. Pernyataan pendaftaran Jaminan Fidusia memuat :

a. Identitas pihak Pemberi dan Penerima Fidusia;

b. Tanggal, nomor Akta Jaminan Fidusia, nama dan tempat

kedudukan Notaris yang membuat Akta Jaminan Fidusia;

c. Data perjanjian pokok yang dijamin Fidusia;

d. Uraian mengenai benda yang menjadi objek Jaminan Fidusia;

e. Nilai Penjaminan;

f. Nilai benda yang menjadi objek Jaminan Fidusia.

5. Kantor Pendaftaran Fidusia mencatat Jaminan Fidusia dalam buku

Daftar Fidusia pada tanggal yang sama dengan tanggal penerimaan

permohonan pendaftaran (Pasal 13 ayat (2) Undang-undang Jaminan

Fidusia);

6. Kantor Pendaftaran Fidusia menerbitkan dan menyerahkan sertifikat

Jaminan Fidusia kepada Penerima Fidusia pada tanggal yang sama

dengan tanggal penerimaan permohonan pendaftaran;

7. Jaminan Fidusia lahir pada tanggal yang sama dengan tanggal dicatatnya

Jaminan Fidusia dalam buku Daftar Fidusia.40

Sertifikat Jaminan Fidusia yang diterbitkan oleh Kantor Pendaftaraan

Fidusia merupakan salinan dari Buku Daftar Fidusia, diterbitkan dengan

mencatumkan kata “Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”

tentunya ini dimaksudkan bahwa setifikat Jaminan Fidusia memiliki kekuatan

eksekutorial, senafas dengan ketentuan yang tercantum dalam Pasal 224 HIR,

bahwa kekuatan eksekutorial itu adalah sama dengan putusan pengadilan yang

telah memperoleh kekuatan hukum yang tetap. Sehingga jika Debitor cidera

40 Yasman, op.cit., hlm. 60- 61.

Permasalahan hukum..., Ellen Mochfiyuni Adimihardja, FH UI, 2010

Page 27: BAB II PERMASALAHAN HUKUM DALAM LELANG … 26701-Permasalahan... · dikeluarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan, ... secara sewa guna usaha tanpa hak opsi ... Leasing ini

39

Universitas Indonesia

janji, Penerima Fidusia mempunyai hak untuk menjalankan kesempatan

eksekusi (Pasal 14 juncto 15 Undang-undang Jaminan Fidusia).41

Pendaftaran Fidusia itu terbuka untuk umum, ini dimaksudkan agar

segala keterangan tentang – mengenai benda/barang yang menjadi objek

Jaminan Fidusia dapat diperoleh setiap orang yang membutuhkannya (Pasal

18 Undang-undang Jaminan Fidusia). Ini juga yang dimaksudkan untuk

memperkuat dan menjalankan fungsi preventif agar tidak dilakukan Fidusia

ulang terhadap benda yang menjadi objek Jaminan Fidusia yang sudah

terdaftar, sehingga tertutuplah kemungkinan terjadinya Pemberian Fidusia dua

kali atau lebih atas suatu benda yang menjadi objek Jaminan Fidusia. (Pasal

17 juncto 18 Undang-undang Jaminan Fidusia).

Akan tetapi ternyata dalam Pasal 28 Undang-undang Jamina Fidusia

ditemukan suatu ketentuan bahwa benda yang sama menjadi objek Jaminan

Fidusia lebih dari satu perjanjian Jaminan Fidusia, maka yang memiliki hak

yang didahulukan adalah pihak yang lebih dahulu mendaftarkan pada Kantor

Pendaftaran Fidusia.

Disini tampak dua alur pemikiran dan penafsiran mengenai objek

Jaminan Fidusia, jika bersandarkan pada Pasal 17 Undang-undang Jaminan

Fidusia tentu tidak dimungkinkan satu benda dijaminkan Fidusia lebih dari

satu kali, akan tetapi jika berdasarkan Pasal 28 Undang-undang Jaminan

Fidusia menjaminkan sebuah benda lebih dari satu kali perjanjian

dimungkinkan.

Tetapi karena Undang-undang Jaminan Fidusia sendiri telah menetapkan

bahwa yang memiliki preferensi (hak utama) adalah pihak yang lebih dahulu

mendaftarkan pada Kantor Pendaftaran Fidusia, maka tidaklah ada

permasalahan yang fundamental terhadap terjadinya dua pasal yaitu Pasal 17

dan 28 Undang-undang Jaminan Fidusia yang kontradiktif tersebut.42

41 Widyadharma, op. cit., hlm. 23.

42 Ibid., hlm. 23 - 26.

Permasalahan hukum..., Ellen Mochfiyuni Adimihardja, FH UI, 2010

Page 28: BAB II PERMASALAHAN HUKUM DALAM LELANG … 26701-Permasalahan... · dikeluarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan, ... secara sewa guna usaha tanpa hak opsi ... Leasing ini

40

Universitas Indonesia

6. Eksekusi Fidusia

Sertifikat Jaminan Fidusia mempunyai kekuatan eksekutorial yang sama

dengan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap,

jadi berdasarkan titel eksekutorial ini Penerima Fidusia dapat langsung

melaksanakan eksekusi melalui pelelangan umum atas objek Jaminan Fidusia

tanpa melalui pengadilan. Undang-undang Fidusia juga memberikan

kemudahan dalam melaksanakan eksekusi melalui lembaga parate eksekusi.43

Tata cara melaksanakan eksekusi terhadap benda yang menjadi objek

Jaminan Fidusia harus betul-betul mematuhi ketentuan sebagaimana telah

diatur dalam Undang-undang Jaminan Fidusia berbunyi sebagai berikut :

Pasal 29 ayat (1) :

Apabila Debitor atau Pemberi Fidusia cidera janji, eksekusi terhadap

Benda yang menjadi objek Jaminan Fidusia dapat dilakukan dengan

cara :

a. Pelaksanaan titel eksekutorial sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 15 ayat (2) oleh Penerima Fidusia;

b. Penjualan Benda yang menjadi objek Jaminan Fidusia sendiri

melalui pelelangan umum serta mengambil pelunasan

piutangnya dari hasil penjualan;

c. Penjualan di bawah tangan yang dilakukan berdasarkan

kesepakatan Pemberi dan Penerima Fidusia jika dengan cara

demikian dapat diperoleh harga tertinggi yang menguntungkan

para pihak

Pasal 31 :

”Dalam hal Benda yang menjadi objek Jaminan Fidusia terdiri atas

benda perdagangan atau efek yang dapat dijual dipasar atau di bursa,

43 Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, Jaminan Fidusia, ed. 1, cet. I, (Jakarta: RajaGrafindoPersada, 2000), hlm. 150

Permasalahan hukum..., Ellen Mochfiyuni Adimihardja, FH UI, 2010

Page 29: BAB II PERMASALAHAN HUKUM DALAM LELANG … 26701-Permasalahan... · dikeluarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan, ... secara sewa guna usaha tanpa hak opsi ... Leasing ini

41

Universitas Indonesia

penjualannya dapat dilakukan di tempat-tempat tersebut sesuai

dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku”.

Jadi prinsipnya adalah bahwa penjualan benda yang menjadi objek

Jaminan Fidusia harus melalui pelelangan umum, karena dengan cara ini

diharapkan dapat diperoleh harga yang paling tinggi. Namun demikian dalam

hal penjualan melalui pelelangan umum diperkirakan tidak akan

menghasilkan harga tertinggi yang menguntungkan baik Pemberi Fidusia

ataupun Penerima Fidusia, maka dimungkinkan penjualan di bawah tangan

asalkan hal tersebut disepakati oleh Pemberi Fidusia dan Penerima Fidusia

dan syarat jangka waktu pelaksanaan penjualan tersebut dipenuhi.

Namun khusus untuk ponit c, pelaksanaan penjualan tersebut dilakukan

setelah lewat waktu 1 (satu) bulan sejak diberitahukan secara tertulis oleh

Pemberi Fidusia dan Penerima Fidusia kepada pihak-pihak yang

berkepentingan dan diumumkan sedikitnya dalam 2 (dua) surat kabar yang

beredar di daerah yang bersangkutan.44

Jika dilakukan menyimpang atau bertentangan dengan maksud dan

tujuan dari ketentuan tentang eksekusi Jaminan Fidusia ini maka eksekusi

terhadap benda yang menjadi objek Jaminan Fidusia dengan cara yang

bertentangan sebagaimana yang dimaksud di atas batal demi hukum (Pasal 32

Undang-undang Jaminan Fidusia).

Objek Jaminan Fidusia menurut Undang-undang Jaminan Fidusia

tersebut berada pada penguasaan Pemberi Fidusia sebagai ciri khas dari

Jaminan Fidusia. Maka Pemberi Fidusia wajib menyerahkan benda yang

menjadi objek Jaminan Fidusia tersebut untuk dieksekusi, tetapi apabila

Pemberi Fidusia menolak untuk menyerahkannya maka Penerima Fidusia

berhak mengambil objek Jaminan Fidusia dari tangan penguasaan Pemberi

Fidusia dan bila perlu dengan bantuan pihak yang berwenang. (Pasal 30 dan

penjelasan Undang-undang Jaminan Fidusia).

44 Ibid., hlm. 153.

Permasalahan hukum..., Ellen Mochfiyuni Adimihardja, FH UI, 2010

Page 30: BAB II PERMASALAHAN HUKUM DALAM LELANG … 26701-Permasalahan... · dikeluarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan, ... secara sewa guna usaha tanpa hak opsi ... Leasing ini

42

Universitas Indonesia

Setiap janji yang memberikan kewenangan kepada Penerima Fidusia

untuk memiliki benda yang menjadi objek Jaminan Fidusia apabila Debitor

cidera janji maka batal demi hukum (Pasal 33 Undang-undang Jaminan

Fidusia), dimaksudkan agar Penerima Fidusia tidak dapat merugikan pihak

Pemberi Fidusia dalam arti menekan harga barang objek Fidusia serendah-

rendah mungkin.

Ketentuan tentang melarang Penerima Fidusia untuk memiliki benda

yang menjadi objek Jaminan Fidusia apabila Debitor cidera janji adalah

merupakan pengulangan kembali ketentuan yang serupa dalam gadai yang

diatur dalam Pasal 1154 Kitab Undang-undang Hukum Perdata.

Apabila telah dilaksanakan eksekusi atas objek Fidusia dan kemudian

hasilnya melebihi nilai penjaminan, maka Penerima Fidusia wajib

mengembalikan kelebihan sisanya kepada Pemberi Fidusia. Sebaliknya jika

hasil eksekusi tidak mencukupi untuk melunasi hutang, maka Debitor tetap

bertanggung jawab atas hutang yang belum terbayar, sedangkan terhadap

pemilik objek fidusia yang kedudukannya hanya sebagai penjamin, jika

benda/barang dari penjamin yaitu objek jaminan telah habis tereksekusi, maka

terhadap penjamin tidak dapat diwajibkan untuk bertanggung jawab apabila

hasil eksekusi tidak mencukupi untuk pelunasan hutang (Pasal 33 Undang-

undang Jaminan Fidusia).45

7. Hapusnya Jaminan Fidusia

Sesuai dengan Pasal 4 Undang-undang Fidusia, Jaminan Fidusia ini

merupakan perjanjian accesoir dari perjanjian pokok yang menerbitkan

kewajiban bagi para pihak untuk memenuhi suatu prestasi. Sebagai suatu

perjanjian accesoir, maka demi hukum Jaminan Fidusia hapus bila hutang

45 Widyadharma, op. cit., hlm. 34 – 36.

Permasalahan hukum..., Ellen Mochfiyuni Adimihardja, FH UI, 2010

Page 31: BAB II PERMASALAHAN HUKUM DALAM LELANG … 26701-Permasalahan... · dikeluarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan, ... secara sewa guna usaha tanpa hak opsi ... Leasing ini

43

Universitas Indonesia

yang bersumber pada perjanjian pokok tersebut dan yang dijamin dengan

fidusia hapus.46

Hapusnya Jaminan Fidusia sebagaimana diatur dalam Pasal 25 sampai

dengan Pasal 26 Undang-undang Jaminan Fidusia yang memuat ketentuan

sebagai berikut :47

Pasal 25 :

1) Jaminan Fidusia hapus karena hal-hal sebagai berikut :

a. Hapusnya utang yang dijamin dengan Fidusia;

b. Pelepasan hak atas Jaminan Fidusia oleh Penerima Fidusia;

c. Musnahnya benda yang menjadi objek Jaminan Fidusia.

2) Musnahnya benda yang menjadi objek Jaminan Fidusia tidak

menghapuskan klaim asuransi sebagaimana dimaksud dalam angka 10

huruf b.

3) Penerima Fidusia memberitahukan kepada Kantor Pendaftaran Fidusia

mengenai hapusnya Jaminan Fidusia sebagaimana dimaksud dalam

ayat (1) dengan melampirkan pernyataan mengenai hapusnya hutang,

pelepasan hak atau musnahnya benda yang menjadi objek Jaminan

Fidusia tersebut.

Pasal 26 :

1) Dengan hapusnya Jaminan Fidusia sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 25, Kantor Pendaftaran Fidusia mencoret pencatatan Jaminan

Fidusia dari Buku Daftar Fidusia.

2) Kantor Pendaftaran Fidusia menerbitkan surat keterangan yang

menyatakan Sertifikat Jaminan Fidusia yang bersangkutan tidak

berlaku lagi.

46 Fred B. G. Tumbuan, “Mencermati Pokok-pokok Undang-undang Fidusia,” (Makalahdisampaikan pada acara seminar sosialisasi Undang-undang Nomor 42 tahun 1999 tentang JaminanFidusia, diselenggarakan oleh Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Hukum danPerundang-undangan Republik Indonesia, Jakarta, 9 November 1999), hlm. 70.

47 Widyadharma, op. cit., hlm. 43.

Permasalahan hukum..., Ellen Mochfiyuni Adimihardja, FH UI, 2010

Page 32: BAB II PERMASALAHAN HUKUM DALAM LELANG … 26701-Permasalahan... · dikeluarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan, ... secara sewa guna usaha tanpa hak opsi ... Leasing ini

44

Universitas Indonesia

Sehubungan dengan hal hapusnya Jaminan Fidusia, timbul pertanyaan

apakah dengan hapusnya Jaminan Fidusia dalam hal hapusnya utang yang

dijamin perlu dilakukan penagihan kembali (retrooverdracht) atas hak

kepemilikan oleh Penerima Fidusia. Dengan memperhatikan bahwa

pengalihan hak kepemilikan atas objek Jaminan Fidusia dilakukan oleh

Pemberi Fidusia kepada Penerima Fidusia sebagai jaminan kepercayaan

bahwa hak kepemilikan tersebut dengan sendirinya akan kembali bilamana

utang lunas (adanya syarat batal atau order ontbindende voorwaarde).48

C. Lelang

1. Pengertian dan Dasar Hukum Lelang

Lelang menurut sejarahnya berasal dari bahasa Latin ”auctio” yang

berarti peningkatan harga secara bertahap, sebenarnya telah lama dikenal.

Para ahli melalui penelitian literatur Yunani mengemukakan bahwa lelang

telah dikenal sejak 450 tahun Sebelum Masehi. Beberapa jenis lelang yang

populer pada masa itu antara lain adalah lelang karya seni, lelang tembakau,

lelang kuda, lelang budak dan sebagainya.49

Di Indonesia, lelang masuk secara resmi dalam Perundang-undangan

sejak tahun 1908, yaitu dengan berlakunya Vendu Reglement atau Peraturan

Lelang yang dimuat dalam Staatblad tahun 1908 Nomor 189 dan Vendu

Instructie atau Instruksi Lelang yang dimuat dalam Staatblad tahun 1908

Nomor 190. Peraturan-peraturan lelang ini masih berlaku sampai saat ini dan

menjadi dasar hukum penyelenggaraan lelang di Indonesia.

Dalam Pasal 1 Vendu Reglement tahun 1908 Nomor 189 tersebut ditulis

bahwa Penjualan Umum atau Lelang adalah setiap penjualan barang di muka

umum dengan cara penawaran harga secara lisan dan atau tertulis melalui

48 Tumbuan, op. cit., hlm. 71.

49 Sutardjo, “Lelang dan Permasalahannya Dikaitkan dengan Perpu Nomor 1 Tahun 1998,”(makalah disampaikan pada Seminar Penanganan Permasalahan Perkara Kepailitian di PengadilanNiaga, Jakarta, 25 Agustus 1998).

Permasalahan hukum..., Ellen Mochfiyuni Adimihardja, FH UI, 2010

Page 33: BAB II PERMASALAHAN HUKUM DALAM LELANG … 26701-Permasalahan... · dikeluarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan, ... secara sewa guna usaha tanpa hak opsi ... Leasing ini

45

Universitas Indonesia

usaha mengumpulkan para peminat atau peserta lelang. Penjualan umum atau

Lelang tersebut harus dilakukan oleh atau dihadapan seorang Pejabat Lelang.

Dari pengertian tersebut tampak bahwa lelang harus memenuhi unsur-

unsur sebagai berikut :

a. Lelang adalah suatu cara penjualan yang dilakukan pada suatu saat dan

tempat yang telah ditentukan.

b. Dilakukan dengan cara mengumumkannya terlebih dahulu untuk

mengumpulkan peminat/peserta lelang.

c. Dilakukan dengan cara penawaran atau pembentukan harga yang khusus,

yaitu dengan cara penawaran harga secara lisan atau secara tertulis yang

bersifat kompetitif.

d. Peserta yang mengajukan penawaran tertinggi akan dinyatakan sebagai

pemenang/pembeli.

Pengertian lelang sebagaimana dimaksud dalam Vendu Reglement

tersebut kiranya senada dengan pendapat yang dikemukakan oleh Mr.

Wennek dari Balai Lelang Rippon Boswell and Company Swiss, yang

menyatakan :

“An auction is a system of selling to the public, a number of individual

items, one at a time, commencing at a set time on a set day. The

auctioneer conducting the auction invites offers of prices for the item

from the attenders”.50

Berdasarkan pengertian-pengertian lelang tersebut, nampak bahwa

sebenarnya lelang merupakan suatu sarana untuk mempertemukan penjual dan

pembeli dengan tujuan untuk menentukan harga yang wajar bagi suatu

barang. M.T.G Meulenberg, seorang ahli lelang Negara Belanda dari

Departement of Marketing and Agricultural Market Research University of

Wageningen menggaris bawahi hal ini dengan mengemukakan bahwa :

50 FX. Sutardjo, “Mekanisme dan Berbagai Aspek Penjualan Tanah Secara Lelang,” (makalahdisampaikan pada Kursus Kuasa Hukum bagi Pejabat BPN, Jakarta, 27 Februari 1995), hlm. 3.

Permasalahan hukum..., Ellen Mochfiyuni Adimihardja, FH UI, 2010

Page 34: BAB II PERMASALAHAN HUKUM DALAM LELANG … 26701-Permasalahan... · dikeluarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan, ... secara sewa guna usaha tanpa hak opsi ... Leasing ini

46

Universitas Indonesia

“Auction is an intermediary between buyers and sellers. The main

objective is price discovery”51

Dasar hukum lelang terbagi atas dua peraturan, yaitu :

a. Lex Specialis :

a.1. Undang-undang lelang tahun 1908 yang lebih dikenal dengan

Vendu Reglement yang dimuat dalam Staatblad tahun 1908 Nomor

189 sebagaimana kemudian telah mengalami pengubahan dan

penambahan. Meskipun statusnya hanya berupa Reglement tetapi

karena merupakan satu-satunya peraturan lelang dan pelaksanaannya

diatur dengan Peraturan Pelaksanaan (PP), maka Vendu Reglement

dapat disamakan denggan Undang-undang.

a.2. Peraturan Pelaksanaan Undang-undang tersebut diatur dalam Vendu

Instructie yang dimuat dalam Staatblad tahun 1908 Nomor 190.

a.3. Peraturan Pemerintah tentang pungutan Bea Lelang yang dimuat

dalam Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1949 Nomor 39.

a.4. Surat Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor

295/KMK.09/1993 tanggal 27 Februari 1993 tentang Tata Cara

Pengumuman Lelang.

a.5. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor

337/KMK.01/2000.

a.6. Keputusan Presiden Nomor 19 Tahun 2001 tentang Unit Organisasi

dan tugas Eselon I Departemen.

a.7. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor

304/KMK.01/2002, tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang.

a.8. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor

305/KMK.01/2002, tentang Pejabat Lelang.

a.9. Dan berbagai peraturan pelaksanaan lainnya.

51 Ibid., hlm. 3.

Permasalahan hukum..., Ellen Mochfiyuni Adimihardja, FH UI, 2010

Page 35: BAB II PERMASALAHAN HUKUM DALAM LELANG … 26701-Permasalahan... · dikeluarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan, ... secara sewa guna usaha tanpa hak opsi ... Leasing ini

47

Universitas Indonesia

b. Peraturan-peraturan terkait lainnya yang menjadi dasar pelayanan lelang,

yaitu antara lain :

b.1. Kitab Undang-undang Hukum Perdata.

b.2. Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana.

b.3. Undang-undang Hukum Perbendaharaan Indonesia (ICW).

b.4. Herziene Inlandsch Reglement (HIR) atau Reglement Indonesia

yang diperbaharui Staatblad Nomor 1848 Nomor 57.

b.5. Undang-undang Nomor 19 Tahun 1959 tentang Penagihan Pajak

Negara dengan Surat Paksa.

b.6. Undang-undang Nomor 49 Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-

undang Tahun 1960 tentang Panitia Urusan Piutang Negara.

b.7. Reglement voor de Buitengenwesten Staatblad Nomor 1927 Nomor

227.

b.8. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan

Atas Tanah beserta Benda-benda yang berada di atasnya.

b.9. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran

Tanah.

b.10. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1998 tentang Kepailitan.

b.11. Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Penyempurnaan

Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan.

b.12. Undang-undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia.52

2. Organisasi Lelang

Keberadaan unit Lelang Negara dimulai sejak tahun 1908, yaitu dengan

berlakunya Vendu Reglement (Peraturan Lelang) yang dimuat dalam

Staatblad Nomor 189 Tahun 1908 dan Vendu Instructie (Instruksi Lelang)

yang dimuat dalam Staatblad Nomor 190 Tahun 1908. Pada mulanya Unit

Lelang Negara berdiri sendiri dengan nama ”Inspeksi Urusan Lelang” yang

52 Ida Murtamsa Salim, “Lelang Sebagai Sarana Penjualan Harta Pailit, Teori dan Prakter,Permasalahan dan Penyelesaian,” (Tesis Magister Kenotariatan Universitas Indonesia, Depok, 2002),hlm. 21 – 23.

Permasalahan hukum..., Ellen Mochfiyuni Adimihardja, FH UI, 2010

Page 36: BAB II PERMASALAHAN HUKUM DALAM LELANG … 26701-Permasalahan... · dikeluarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan, ... secara sewa guna usaha tanpa hak opsi ... Leasing ini

48

Universitas Indonesia

berada dilingkungan Departemen Keuangan dan kemudian dalam

perkembangannya kurang lebih pada tahun 1960, Unit Lelang Negara

digabungkan dan berada dibawah Direktorat Jendral Pajak. Hal ini dilakukan

antara lain dengan pertimbangan bahwa sifat pemungutan Bea Lelang

dikategorikan sebagai penerima pajak tidak langsung. Sejak tanggal 1 April

1990, Pimpinan Departemen Keuangan memindahkan kedudukan dan

tanggung jawab Unit Lelang Negara ke dalam lingkungan Badan Urusan

Piutang Negara (BUPN) yaitu salah satu unit eselon I dilingkungan

Departemen Keuangan. Adapun tujuananya agar Unit Lelang Negara dapat

lebih difungsikan secara optimal, disamping untuk memberi kesempatan

Direktorat Jenderal Pajak berkonsentrasi pada bidang tugas pokoknya yang

makin bertambah berat.

Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 21 Tahun 1991 dalam rangka

mentempurnakan sistem pengurusan Piutang Negara dan untuk

mengembangkan pelayanan jasa lelang maka organisasi Badan Urusan

Piutang Negara (BUPN) diubah menjadi Badan Urusan Piutang dan Lelang

Negara (BUPLN).

Sejak Unit Lelang berada dilingkungan BUPLN maka setiap ibukota

propinsi di Indonesia telah dibentuk Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan

Lelang dan di 87 Kota Madya/Kabupaten telah didirakan Kantor Pejabat

Lelang kelas II yang telah siap memberikan pelayanan lelang kepada pihak-

pihak yang membutuhkannya.

Pada saat ini Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara telah diubah

menjadi Direktorat Jenderal Piutang dan Lelang Negara yaitu berdasarkan

Keputusan Presiden Nomor 177 Tahun 2000 dan Keputusan Menteri

Keuangan Nomor 2/KMK.01/2001.53

53 Ibid., hlm. 24 – 25.

Permasalahan hukum..., Ellen Mochfiyuni Adimihardja, FH UI, 2010

Page 37: BAB II PERMASALAHAN HUKUM DALAM LELANG … 26701-Permasalahan... · dikeluarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan, ... secara sewa guna usaha tanpa hak opsi ... Leasing ini

49

Universitas Indonesia

3. Asas-asas Lelang

Asas-asas yang digunakan dalam lelang antara lain tercermin dari

pengertian lelang itu sendiri. Beberapa asas yang dapat dikemukakan antara

lain adalah :

a. Asas Publisitas (Publicity) atau Asas Transparansi (Transparency),

artinya setiap pelelangan harus didahului dengan pengumuman lelang,

baik dalam bentuk iklan, brosur atau undangan. Disamping untuk

menarik peserta lelang sebanyak mungkin, pengumuman lelang juga

dimaksudkan untuk memberi kesempatan sosial kontrol sebagai bentuk

perlindungan publik. Asas ini sangat penting yang membentuk karakter

lelang sebagai penjualan yang bersifat transparan. Karena itu asas ini

juga disebut asas transparansi.

b. Asas Persaingan (Competition), yaitu karena para peserta lelang

bersaing dan peserta dengan penawaran tertinggi yang sudah sesuai atau

di atas harga limit yang akan dinyatakan sebagai pemenang.

c. Asas Kepastian (Certainty), artinya independensi Pejabat Lelang

seharusnya mampu membuat kepastian bahwa penawar tertinggi yang

dinyatakan sebagai pemenang lelang, bahwa pemenang lelang tersebut

yang telah melunasi kewajibannya akan memperoleh barang beserta

dokumen.

d. Asas Akuntanbilitas (Accountability), artinya pelaksanaan lelang dapat

dipertanggung jawabkan karena Pemerintah melalui Pejabat Lelang

berperan untuk mengawasi jalannya lelang dan membuat akta otentik

yang disebut Risalah Lelang yang berfungsi sebagai akta van transport.

Pejabat Lelang itu haruslah independen, artinya tidak terpengaruh atau

memihak kepada siapapun, sehingga asas ini dapat juga dikatakan

sebagai asas independensi.

e. Asas Efisiensi (Efficiency), artinya karena lelang dilakukan pada suatu

saat dan tempat yang ditentukan dan transaksis terjadi pada saat itu juga

Permasalahan hukum..., Ellen Mochfiyuni Adimihardja, FH UI, 2010

Page 38: BAB II PERMASALAHAN HUKUM DALAM LELANG … 26701-Permasalahan... · dikeluarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan, ... secara sewa guna usaha tanpa hak opsi ... Leasing ini

50

Universitas Indonesia

maka diperoleh efisiensi biaya dan waktu karena dengan demikian

barang secara cepat dapat dikonversi menjadi uang.54

4. Fungsi Lelang

Lelang sebagai sarana penjualan barang yang bersifat khusus dan

transparan sejak semula dimaksudkan sebagai pelayanan umum, yaitu

siapapun dapat memanfaatkan jasa lelang. Namun demikian lelang di

Indonesia sebenarnya mempunyai fungsi privat dan fungsi publik.

Fungsi privat lelang nampak dalam peranan lelang sebagai institusi

pasar yang mempertemukan penjual dan pembeli sehingga lelang turut

berperan memperlancar arus lalu lintas perdagangan barang, barang bergerak

maupun barang tidak bergerak. Ini karenanya lelang dapat dipergunakan

secara luas oleh masyarakat.

Fungsi publik tercermin dari tiga hal, yaitu :

a. Mengamankan aset yang dimiliki atau dikuasai oleh negara untuk

meningkatkan efisiensi dan tertib administrasi dari pengelolaan aset

tersebut. Hal ini ditegaskan dalam Pasal 14 ICW (Undang-undang

Kebendaharaan Indonesia) juncto Instruksi Presiden Nomor 9 tahun 1970

dan Keputusan Presiden Nomor 16 tahun 1994, Undang-undang tahun

1995 Nomor 10 tentang Kepabeanan, Undang-undang tentang Pokok-

pokok Pemerintahan di Daerah dan sebagainya.

b. Pelayanan penjualan barang dalam rangka mewujudkan penegakan hukum

yang mencerminkan keadilan, keamanan dan kepastian hukum seperti

penjualan barang bukti bekas sita jaminan baik dari Pengadilan, Kejaksaan

maupun Pajak atau benda-benda lainnya, sebagai bagian dari sistem

hukum yang berkaitan dengan kepailitan, acara perdata, acara pidana,

pegadaian, fidusia dan sebagainya.

c. Mengumpulkan penerimaan negara dalam bentuk Bea Administrasi, Bea

Lelang dan Uang Miskin. Dalam hal ini lelang juga memikul tugas untuk

54 Ibid., hlm. 26 – 27.

Permasalahan hukum..., Ellen Mochfiyuni Adimihardja, FH UI, 2010

Page 39: BAB II PERMASALAHAN HUKUM DALAM LELANG … 26701-Permasalahan... · dikeluarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan, ... secara sewa guna usaha tanpa hak opsi ... Leasing ini

51

Universitas Indonesia

mengamankan pendapatan negara melalui pajak khususnya yang berkaitan

dengan penjualan tanah yaitu Pajak Penghasilan (PPh) dan juga Bea

Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB).55

5. Jenis-jenis Lelang

Jenis lelang dibedakan berdasarkan sebab barang dijual dan penjual

dalam hubungannya dengan barang yang akan dilelang. Sifat lelang ditinjau

dari sudut sebab barang dilelang dibedakan antara lelang eksekusi dan lelang

non eksekusi. Lelang eksekusi adalah lelang untuk melaksanakan

putusan/penetapan pengadilan atau dokumen yang dipersamakan dengan itu

sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku. Lelang non eksekusi adalah

lelang selain lelang eksekusi yang meliputi Lelang Non Eksekusi Wajib dan

Lelang Non Eksekusi Sukarela. Sifat lelang ditinjau dari sudut penjual dalam

hubungannya dengan barang yang akan dilelang, dibedakan antara lelang

yang sifatnya wajib, yang menurut peraturan perundang-undangan wajib

melalui Kantor Lelang dan lelang yang sifatnya sukarela atas permintaan

masyarakat. Lelang Non Eksekusi Wajib adalah lelang untuk melaksanakan

penjualan barang milik negara/daerah dan kekayaan negara yang dipisahkan

sesuai peraturan yang berlaku. Lelang Non Eksekusi Sukarela adalah lelang

untuk melaksanakan kehendak perorangan atau badan untuk menjual barang

miliknya.56

a. Lelang Yang Bersifat Eksekusi dan Wajib

1) Lelang Eksekusi Panitia Urusan Piutang Negara (PUPN)

Adalah pelayanan lelang yang diberikan kepada Panitia Pengurusan

Piutang Negara/Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara dalam

rangka proses penyelesaian pengurusan piutang negara atas barang

jaminan atau sitaan milik penanggung utang, dimana Debitor tidak

55 Ibid., hlm. 28 – 29.

56 Purnama Tiora Sianturi, Perlindungan Hukum Terhadap Pembeli Barang Jaminan TidakBergerak Melalui Lelang, (Bandung: CV. Mandar Maju, 2008), hlm. 57.

Permasalahan hukum..., Ellen Mochfiyuni Adimihardja, FH UI, 2010

Page 40: BAB II PERMASALAHAN HUKUM DALAM LELANG … 26701-Permasalahan... · dikeluarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan, ... secara sewa guna usaha tanpa hak opsi ... Leasing ini

52

Universitas Indonesia

membayar utangnya kepada negara. Dasar hukumnya adalah Undang-

undang Nomor 49 Peraturan Pemerintah Tahun 1960 tentang Panitia

Pengurusan Piutang NegaraLelang eksekusi PN

2) Lelang Eksekusi Pengadilan Negeri (PN)/Pengadilan Agama (PA)

Adalah lelang yang diminta oleh panitera PN/PA untuk melaksanakan

keputusan hakim pengadilan yang telah berkekuatan pasti, khususnya

dalam rangka perdata, termasuk lelang hak tanggungan, yang oleh

pemegang hak tanggungan telah diminta fiat eksekusi kepada ketua

pengadilan.

3) Lelang Barang Temuan dan Sitaan, Rampasan Kejaksaan/Penyidik

Adalah lelang yang dilaksanakan terhadap barang temuan dan lelang

dalam rangka acara pidana sebagaimana diatur dalam Kitab Undang-

undang Hukum Acara Pidana yang antara lain meliputi lelang eksekusi

barang yang telah diputus dirampas untuk negara, termasuk dalam

kaitan itu adalah lelang eksekusi Pasal 45 Kitab Undang-undang

Hukum Acara Pidana yaitu lelang barang bukti yang mudah rusak,

busuk dan memerlukan biaya penyimpanan tinggi

4) Lelang Sita Pajak

Adalah lelang atas sitaan pajak sebagai tindak lanjut penagihan

piutang pajak kepada negara baik pajak pusat maupun pajak daerah.

Dasar hukum dari pelaksanaan lelang ini adalah Undang-undang

Nomor 19 Tahun 1997.

5) Lelang Eksekusi Barang Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (Barang

tak Bertuan)

Lelang ini dapat diadakan terhadap barang yang dinyatakan tidak

dikuasai, barang yang dikuasi Negara dan barang yang menjadi milik

Negara. Direktorat Bea dan Cukai telah mengelompokkan barang

menjadi tiga, yaitu barang yang dinyatakan tidak dikuasi, barang yang

dikuasai Negara dan barang yang menjadi milik Negara. Lelang

barnag tak bertuan dimaksudkan untuk menyebut lelang yang

Permasalahan hukum..., Ellen Mochfiyuni Adimihardja, FH UI, 2010

Page 41: BAB II PERMASALAHAN HUKUM DALAM LELANG … 26701-Permasalahan... · dikeluarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan, ... secara sewa guna usaha tanpa hak opsi ... Leasing ini

53

Universitas Indonesia

dilakukan terhadap barang yang dalam jangka waktu yang ditentukan

tidak dibayar bea masuknya.

6) Lelang Eksekusi Pasal 6 Undang-undang Hak Tanggungan (UUHT)

Lelang eksekusi yang dilakukan berdasarkan Pasal 6 Undang-undang

Hak Tanggungan, yang memberikan hak kepada Pemegang Hak

Tanggungan Pertama untuk menjual sendiri secara lelang terhadap

objek hak tanggungan didasarkan Pasal 6 Undang-undang Hak

Tanggungan.

7) Lelang Eksekusi Fidusia

Adalah lelang terhadap objek fidusia karena Debitor cidera janji,

sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 42 tahun 1999

tentang Jaminan Fidusia. Parate eksekusi Fidusia, Kreditor tidak perlu

meminta fiat eksekusi dari Ketua Pengadilan Negeri apabila akan

menjual secara lelang barang agunan kredit yang diikat fidusia, jika

Debitor cidera janji.

b. Lelang Non Eksekusi Wajib

Adalah lelang yang dilakukan dalam rangka penghapusan barang

milik/dikuasai negara adalah aset pemerintah pusat/daerah, ABRI maupun

sipil. Barang yang dimiliki negara adalah barang yang pengadaannya

bersumber dari dana yang berasal dari APBN, APBD serta sumber-sumber

lainnya atau barang yang nyata-nyata dimiliki negara berdasarkan

peraturan perundang-undangan yang berlaku tidak termasuk kekayaan

negara yang dipisahkan.

c. Lelang Sukarela

1) Lelang Sukarela/Swasta

Adalah jenis pelayanan lelang atas permohonan masyarakat secara

sukarela. Jenis pelayanan lelang ini sedang dikembangkan untuk dapat

bersaing dengan berbagai bentuk jual beli individual/jual beli biasa

yang dikenal dimasyarakat. Lelang sukarela yang saat ini sudah

berjalan antara lain lelang barang-barang milik kedutaan/korps

Permasalahan hukum..., Ellen Mochfiyuni Adimihardja, FH UI, 2010

Page 42: BAB II PERMASALAHAN HUKUM DALAM LELANG … 26701-Permasalahan... · dikeluarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan, ... secara sewa guna usaha tanpa hak opsi ... Leasing ini

54

Universitas Indonesia

diplomatik, lelang baran seni seperti carpet dan lukisan, lelang

sukarela yang diadakan oleh Balai Lelang.

2) Lelang Sukarela BUMN

Pasal 37 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 12 tahun 1998 tentang

Perusahaan Perseroan (Persero) mengatur, bagi persero tidak berlaku

Instruksi Presiden Nomor 9 tahun 1970 tentang Penjualan dan atau

Pemindahtanganan Barang-barang yang dimiliki/dikuasai negara, yang

harus melalui Kantor Lelang.57

6. Tata Cara Lelang

Siapapun yang berminat menjual barang secara lelang harus mengajukan

permohonan tertulis ke Kantor Lelang di tempat barang yang akan dilelang

berada. Pemohon lelang mengajukan permintaan lelang secara lisan atau

melalui telepon, yang harus segera diikuti dengan permohonan tertulis.

Permohonan lelang tersebut pada dasarnya tidak dapat ditolak oleh Kantor

Lelang, kecuali permohonan tersebut tidak memenuhi syarat-syarat yang

ditentukan dalam ketentuan lelang.

Apabila permohonan lelang telah diterima oleh Kantor Lelang, maka

pemohon lelang harus segera melengkapi surat permohonan lelangnya dengan

dokumen-dokumen atau bukti-bukti hak dan kewenangannya menjual barang

secara lelang. Selain itu pemohon lelang selaku penjual dapat menetapkan

syarat-syarat penjualan lelang asalkan syarat tersebut tidak bertentangan

dengan ketentuan lelang yang berlaku.

Setelah kantor lelang meneliti permohonan lelang beserta dokumen

kelengkapannya tersebut dan memperoleh keyakinan atas legalitas subyek

lelang dan legalitas objek lelang, maka Kantor Lelang akan menetapkan

waktu dan tempat lelang dengan memperhatikan keinginan pemohon lelang.

Segera setelah ditetapkan oleh Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan

57 Ibid., hlm. 58 – 61.

Permasalahan hukum..., Ellen Mochfiyuni Adimihardja, FH UI, 2010

Page 43: BAB II PERMASALAHAN HUKUM DALAM LELANG … 26701-Permasalahan... · dikeluarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan, ... secara sewa guna usaha tanpa hak opsi ... Leasing ini

55

Universitas Indonesia

Lelang mengenai waktu dan tempat pelaksanaan lelang, pemohon lelang

selaku penjual melakukan pengumuman lelang di surat kabar/harian dan atau

media masa lainnya.58

Untuk memberi kesempatan kepada masyarakat yang berminat

mengikuti lelang untuk memperoleh informasi mengenai barang yang akan

dilelang, maka semua dokumen kelengkapan permohonan lelang dan

persyaratan lelang dari penjual, serta bukti pengumuman lelang tersebut harus

diserahkan ke Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang selambat-

lambatnya 3 (tiga) hari sebelum lelang.

Para peminat lelang untuk dapat turut serta dalam suatu lelang

diwajibkan untuk menyetorkan uang jaminan dalam jumlah tertentu ke

rekening Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang dengan ketentuan

sebagai berikut :

a. Uang jaminan tersebut akan diperhitungkan dengan harta pembelian jika

si penawar ditunjuk sebagai pembeli.

b. Uang jaminan tersebut akan dikembalikan segera jika si penawar tidak

ditunjuk sebagai pembeli.

c. Uang jaminan tersebut akan menjadi milik penjual jika pemenang lelang

wanprestasi yaitu tidak dapat memenuhi kewajibannya membayar uang

lelang tepat pada waktunya.

Lelang bersifat terbuka karena itu pada prinsipnya semua orang dapat

menjadi peserta sepanjang tidak dikecualikan sebagaimana diuraikan diatas.

Pada waktu yang telah ditentukan, lelang dilaksanakan dan dipimpin oleh

Pejabat Lelang dari Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang . Dalam

hal penawaran tertinggi dalam lelang telah sesuai dengan kehendak penjual,

maka barang akan dilepas dan Pejabat Lelang akan menetapkan penawar

tertinggi tersebut sebagai pemenang lelang. Namun dalam hal penawar

tertinggi ternyata belum mencapai harga jual yang dikehendaki penjual (atau

batas harga yang telah ditetapkan), maka pejabat lelang akan menetapkan

58 Salim, op. cit., hlm. 33 – 34.

Permasalahan hukum..., Ellen Mochfiyuni Adimihardja, FH UI, 2010

Page 44: BAB II PERMASALAHAN HUKUM DALAM LELANG … 26701-Permasalahan... · dikeluarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan, ... secara sewa guna usaha tanpa hak opsi ... Leasing ini

56

Universitas Indonesia

bahwa objek lelang ditahan (atau tidak ditunjuk pemenangnya), kecuali

penjual setuju untuk melepaskan barang tersebut.59

Dalam hal barang lelang laku terjual, maka pembeli berkewajiban

membayar uang Pokok Lelang sejumlah penawarannya ditambah dengan Bea

Lelang Pembeli yang dipungut sesuai dengan ketentuan Peraturan Pemerintah

tentang Bea Lelang Staatblad tahun 1949 Nomor 390 (Peraturan Pemerintah

tentang Bea Lelang), yaitu sebesar 9% (sembilan persen) untuk barang

bergerak dan 4,5% (empat koma lima persen) untuk barang tidak bergerak,

serta Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan sebesar 5% (lima persen)

dari harga pokok lelang setelah dikurangi suatu nilai bebas pajak yang

ditetapkan oleh masing-masing pemerintah daerah dimana barang tersebut

berada, Uang Miskin yang dipungut berdasarkan Pasal 18 Vendu Reglement

sebesar 0,7% (nol koma tujuh persen) untuk barang bergerak dan 0,4% (nol

koma empat persen) untuk barang tidak bergerak.

Ketentuan tersebut diatas sudah tidak berlaku lagi dengan berlakunya

peraturan yang baru yaitu Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor

44 tahun 2003 tentang Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak, yaitu

sebesar 1% (satu persen) bagi penjual untuk lelang eksekusi dan 1% (satu

persen) bagi pembeli, sedangkan untuk Uang Miskin sudah tidak dipungut

lagi atau 0% (nol persen) sesuai dengan Pasal 43 ayat (2) Undang-undang

Nomor 42 Tahun 1999. Bea Lelang Pembeli dan Penjual dihitung dari harga

pokok lelang. Selanjutnya uang pokok lelang, Bea Lelang Pembeli dan

Penjual disetorkan kepada Pejabat Lelang.

Khusus dalam hal pemerintah sebagai penjual, maka Bea Lelang tidak

dikenakan kepada penjual. Pengenaan Bea Lelang penjual dengan cara

memotong langsung dari Harga Pokok Lelang yang akan disetor kepada

pemohon lelang.

Pada dasarnya pembayaran uang lelang harus dilakukan secara tunai.

Dalam hal pembeli membayar uang pembelian lelangnya dengan cheque,

59 Ibid., hlm. 36.

Permasalahan hukum..., Ellen Mochfiyuni Adimihardja, FH UI, 2010

Page 45: BAB II PERMASALAHAN HUKUM DALAM LELANG … 26701-Permasalahan... · dikeluarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan, ... secara sewa guna usaha tanpa hak opsi ... Leasing ini

57

Universitas Indonesia

maka sebelum cheque itu dicairkan dan hasil pencairannya dinyatakan baik

oleh Bank, Pejabat Lelang tidak akan memberikan barang yang dilelang.

Pejabat lelang pada dasarnya harus menyetorkan uang hasil lelang ke rekening

Penjual dalam waktu 1 x 24 jam, setelah diterimanya pelunasan uang hasil

lelang dari pembeli.60

7. Risalah Lelang

Pada setiap pelaksanaan lelang Pejabat Lelang akan membuat Risalah

Lelang yang merupakan Akta Otentik dan mempunyai kekuatan pembuktian

yang sempurna. Keotentikan Risalah Lelang karena dibuat dihadapan pejabat

umum, yang dalam hal ini adalah Pejabat Lelang, ketentuan mengenai pejabat

umum diatur dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata.

Pejabat Lelang mempunyai wilayah kerja yang ditentukan oleh Menteri

Keuangan. Pejabat Lelang hanya berwenang untuk melaksanakan di wilayah

kerja Pejabat Lelang tersebut.

Pengaturan mengenai akta otentik dan wilayah kerja dari Pejabat

Umum, dalam hal ini Pejabat Lelang, diatur dalam Kitab Undang-undang

Hukum Perdata, yaitu :

”Suatu akta otentik ialah suatu akta yang didalam bentuk yang

ditentukan oleh undang-undang, dibuat oleh atau dihadapan pegawai-

pegawai umum yang berkuasa untuk itu di tempat dimana akte

dibuatnya”.61

Risalah lelang telah memenuhi ketentuan-ketentuan suatu akta otentik

dan merupakan suatu bukti yang sempurna mengenai beralihnya hak antara

penjual lelang dan pembeli lelang, sebagaimana diatur dalam Pasal1870 Kitab

Undang-undang Hukum Perdata, yaitu :

60 Ibid., hlm. 37.

61 Kitab Undang-undang Hukum Perdata [Burgerlijk Wetboek], diterjemahkan oleh Subekti,(Jakarta: Pradnya Paramita, 1996), Ps. 1868.

Permasalahan hukum..., Ellen Mochfiyuni Adimihardja, FH UI, 2010

Page 46: BAB II PERMASALAHAN HUKUM DALAM LELANG … 26701-Permasalahan... · dikeluarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan, ... secara sewa guna usaha tanpa hak opsi ... Leasing ini

58

Universitas Indonesia

”Suatu akta otentik memberikan di antara para pihak beserta ahli waris-

ahli warisnya atau orang-orang yang mendapat hak dari mereka, suatu

bukti yang sempurna tentang apa yang dimuat di dalamnya”.62

Risalah lelang merupakan akta otentik bagi penjual untuk dipergunakan

sebagai bukti telah dilaksanakannya suatu penjualan barang melalui prosedur

lelang, sedangkan bagi pembeli untuk dipergunakan sebagai bukti pembelian

untuk menghadap instansi yang terkait untuk mengurus sesuatu yang

berhubungan dengan pembelian lelang tersebut. Kantor Badan Pertanahan

Nasional memakai Risalah Lelang sebagai dasar hukum untuk mendaftarkan

risalah lelang dan mencoret nama pemilik yang lama dan menggantinya

dengan nama pembeli lelang.63

D. Lelang Sebagai Sarana Penjualan Barang Jaminan Fidusia

1. Dasar Hukum Lelang Barang Jaminan Fidusia

Dasar hukum mengenai lelang barang Jaminan Fidusia telah diatur di

dalam Pasal 29 ayat (1) huruf b Undang-undang Nomor 42 tentang Jaminan

Fidusia yang menyebutkan bahwa :

”Penjualan Benda yang menjadi objek Jaminan Fidusia atas kekuasaan

Penerima Fidusia sendiri melalui pelelangan umum serta mengambil

pelunasan piutangnya dari hasil penjualan”.

Dari ketentuan tersebut lelang merupakan suatu cara penjualan utama

atau pada prinsipnya apabila barang Jaminan Fidusia ingin dijual maka

dengan cara lelang. Tetapi dalam Undang-undang Jaminan Fidusia terdapat

pilihan lain untuk menjual, apabila dengan cara lelang tidak laku yaitu dengan

cara dijual secara di bawah tangan dengan kesepakatan Pemberi dan Penerima

Fidusia jika dengan cara demikian dapat diperoleh harga tertinggi yang

menguntungkan para pihak dan hal ini tetap ada prosedurnya tidak bisa

langsung saja menjual

62 Ibid., Ps. 1870.

63 Salim, op. cit., hlm. 39 – 40.

Permasalahan hukum..., Ellen Mochfiyuni Adimihardja, FH UI, 2010

Page 47: BAB II PERMASALAHAN HUKUM DALAM LELANG … 26701-Permasalahan... · dikeluarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan, ... secara sewa guna usaha tanpa hak opsi ... Leasing ini

59

Universitas Indonesia

Dalam hal lelang sebagai sarana penjualan barang Jaminan Fidusia

dijadikan jalan alternatif yang pertama karena sudah jelas bahwa barang yang

akan dijual melalui lelang itu bukan barang milik Kreditor, sehingga apabila

Kreditor ingin menjual barang tersebut dengan cara yang tidak sesuai dengan

ketentuan maka Kreditor tersebut telah melanggar hukum. Barang yang akan

dijual melalui lelang tersebut adalah barang Jaminan Fidusia yang mana telah

diatur cara penjualannya oleh Undang-undang, itu sebabnya Kreditor memilih

lelang sebagai sarana penjualan barang Jaminan Fidusia.

Untuk memenuhi kebutuhan hukum yang dapat lebih memacu

pembangunan nasional dan untuk menjamin kepastian hukum serta mampu

memberikan perlindungan hukum bagi pihak yang berkepentingan, maka

dibentuklah Undang-undang mengenai Jaminan Fidusia dan di dalam

Undang-undang Jaminan Fidusia diatur juga mengenai cara penjualan atas

barang Jaminan Fidusia, yaitu dengan cara pelelangan umum yang mana

dengan cara pelelangan umum ini kepastian hukum akan diperoleh antara

Pembeli dan Penjual barang Jaminan Fidusia tersebut.

2. Tata Cara Lelang Jaminan Fidusia dan Pungutan yang dikenakan dalam

Lelang Barang Jaminan Fidusia

Permohonan lelang dapat diajukan oleh pemohon lelang, dalam hal ini

penerima fidusia atau Kreditor yang mana bisa memohon kepada Kantor

Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang untuk melakukan lelang berdasarkan

Akta Jaminan Fidusia yang mempunyai kekuatan eksekutorial, dimana kepala

aktanya mencantumkan kata-kata ”DEMI KEADILAN BERDASARKAN

KETUHANAN YANG MAHA ESA”

Permasalahan hukum..., Ellen Mochfiyuni Adimihardja, FH UI, 2010

Page 48: BAB II PERMASALAHAN HUKUM DALAM LELANG … 26701-Permasalahan... · dikeluarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan, ... secara sewa guna usaha tanpa hak opsi ... Leasing ini

60

Universitas Indonesia

2.a. Tata cara lelang barang Jaminan Fidusia adalah sebagai berikut:

PROSEDUR LELANG

PEMOHON LELANG/LESSOR

KPKNL KAS NEGARAPESERTA LELANG

PENGUMUMANLELANG

1

DEBITOR/LESSEE

2

3

3

4 6

5

Permasalahan hukum..., Ellen Mochfiyuni Adimihardja, FH UI, 2010

Page 49: BAB II PERMASALAHAN HUKUM DALAM LELANG … 26701-Permasalahan... · dikeluarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan, ... secara sewa guna usaha tanpa hak opsi ... Leasing ini

61

Universitas Indonesia

1) Adanya wanprestasi dari pihak lessee, sehingga lessor menarik

kendaraan bermotor Jaminan Fidusia.

2) Lessor atau pemohon lelang mengajukan permohonan lelang ke

Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang, lalu Kantor

Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang akan mencek dokumen-

dokumen atau surat-surat yang terkait, dalam hal ini bendanya

adalah barang Jaminan Fidusia maka harus ada Akta Jaminan

Fidusia yang sudah difotokopi dan dilegalisir. Setelah itu Kantor

Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang menyatakan setuju untuk

melelang karena dokumen atau surat-surat sudah lengkap dan

menetapkan waktu, tempat pelelangan serta uang jaminan (apabila

diperlukan).

3) Pemohon Lelang atau lessor melakukan pengumuman untuk

memberi kesempatan kepada masyarakat yang berminat menjadi

Peserta Lelang.

4) Masyarakat yang berminat menjadi peserta lelang meminta

keterangan lebih lanjut mengenai objek lelang serta kelengkapan

dokumen-dokumen kepada Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan

Lelang. Masyarakat yang nantinya akan ikut menjadi Peserta Lelang

hanya berurusan langsung dengan Kantor Pelayanan Kekayaan

Negara dan Lelang bukan kepada Pemohon Lelang. Setelah Kantor

Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang memutuskan pemenang

lelang dan barang telah laku terjual, maka Pembeli wajib membayar

harga lelang dan Bea Lelang ke bendahara Kantor Pelayanan

Kekayaan Negara dan Lelang secara tunai, lalu Pembeli akan

menerima seluruh dokumen-dokumen yang terkait dan Risalah

Lelang.

5) Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang menyerahkan uang

hasil lelang diserahkan kepada Penjual atau Pemohon Lelang yang

sebelumnya sudah dipotong untuk Bea Lelang. Pejabat Lelang harus

Permasalahan hukum..., Ellen Mochfiyuni Adimihardja, FH UI, 2010

Page 50: BAB II PERMASALAHAN HUKUM DALAM LELANG … 26701-Permasalahan... · dikeluarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan, ... secara sewa guna usaha tanpa hak opsi ... Leasing ini

62

Universitas Indonesia

menyetorkan uang hasil lelang kepada Penjual dalam waktu 1 x 24

jam setelah diterimanya uang dari Pembeli.

6) Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang menyerahkan Bea

Lelang dari Penjual dan Pembeli ke Kas Negara.

7) Pembeli pergi ke Kantor SAMSAT dengan membawa semua

dokumen-dokumen yang terkait untuk proses balik nama.

2.b. Pungutan negara dalam pelaksanaan Lelang Eksekusi

Pungutan Lelang Eksekusi dalam Jaminan Fidusia kendaraan bermotor

adalah sebagai berikut :

Jenis Barang Beban Pada Bea Lelang Uang Miskin

Penjual/Pemohon

Lelang 1% 0%

BergerakPembeli/Pemenang

Lelang 1% 0%

Permasalahan hukum..., Ellen Mochfiyuni Adimihardja, FH UI, 2010

Page 51: BAB II PERMASALAHAN HUKUM DALAM LELANG … 26701-Permasalahan... · dikeluarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan, ... secara sewa guna usaha tanpa hak opsi ... Leasing ini

63

Universitas Indonesia

2.c. Skema Hak dan Kewajiban Peserta Lelang

HAK DAN KEWAJIBANPIHAK TERKAIT DALAM LELANG

PEMOHON LELANG/EKSEKUTOR

KPKNL

PESERTA LELANG/PEMBELI LELANG

1. Mengajukan Permohonan Lelang ke KPKNL2. Menentukan Harga Limit3. Mengumumkan Lelang4. Memberi Penjelasan tentang Dokumen Barang

yang Dilelang5. Memberi Kesempatan Melihat Barang6. Menentukan Persyaratan Lelang lainnya7. Menerima Uang Hasil Lelang dan Membayar

Bea Lelang8. Menerima Salinan Risalah Lelang

1. Meneliti Persyaratan Lelang2. Menentukan Tanggal Lelang3. Meminta copy Akta Jaminan Fidusia (dalam hal

lelang Jaminan Fidusia)4. Menerima Uang Jaminan Lelang (bila ada)5. Melaksanakan Lelang6. Membuat Risalah Lelang7. Mengamankan Hak Negara yaitu Bea Lelang.8. Menyetorkan Hasil Lelang ke Pemohon Lelang

1. Melihat Dokumen Barang2. Memeriksa Barang yang akan Dilelang3. Meminta Penjelasan sebelum Barang Dilelang4. Menyetorkan Uang Jaminan ke Rekening

KPKNL (bila ada)5. Mengajukan Penawaran (tulisan/lisan)6. Membayar Hasil Lelang dan Bea Lelang7. Menerima Barang dan Dokumen8. Menerima Petikan Risalah Lelang

Permasalahan hukum..., Ellen Mochfiyuni Adimihardja, FH UI, 2010

Page 52: BAB II PERMASALAHAN HUKUM DALAM LELANG … 26701-Permasalahan... · dikeluarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan, ... secara sewa guna usaha tanpa hak opsi ... Leasing ini

64

Universitas Indonesia

3. Lelang Sebagai Jalan Keluar Penyelesaian Barang Jaminan Fidusia

Pasal 29 ayat (1) sub b Undang-undang Nomor 42 tentang Jaminan

Fidusia menentukan bahwa pada prinsipnya penjualan objek Jaminan Fidusia

dilakukan secara lelang. Namun demikian dapat diperbolehkan untuk

melakukan penjualan di bawah tangan yang dilakukan berdasarkan

kesepakatan Pemberi dan Penerima Fidusia.

Dalam era saat ini yang menuntut adanya transparansi disegala sektor,

cara lelang adalah alternatif yang tepat untuk mewujudkan suatu penjualan

yang transparan. Lelang dilakukan di depan umum, dengan cara penawaran

yang kompetitif, dan dilaksanakan oleh Pejabat Lelang selaku Pejabat Umum

yang independen.

Dengan melakukan penjualan barang Jaminan Fidusia secara lelang

berarti kepentingan berbagai pihak seperti Debitor, Kreditor, maupun pembeli

lelang itu sendiri dapat terlindungi dan dapat dipertanggung jawabkan. Selain

itu berbeda dengan sistem penjualan di bawah tangan, lelang adalah cara

penjualan yang cepat sehingga lebih effisien.

Dengan demikian lelang sebenarnya mampu berperan sebagai salah satu

sarana hukum yang dapat digunakan secara cepat, terbuka dan effektif

sebagaiman dimaksud dalam Pasal 29 ayat (1) huruf b Undang-undang

Jaminan Fidusia.

4. Penentuan Harga Limit dalam Lelang Barang Jaminan Fidusia

Menurut Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia, harga limit

atau harga minimal dari barang yang akan dilelang, ditentukan oleh pemohon

lelang dan menjadi tanggung jawab penjual/pemohon lelang.64 Barang

bergerak Jaminan Fidusia macam-macam jenisnya dengan nilai dan kualitas

yang berbeda-beda. Masalahnya bagaimana cara Kreditor menentukan harga

limit dari objek Jaminan Fidusia tersebut. Apakah Kreditor memiliki aturan

64 Departemen Keuangan, Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.40/PMK.07/2006, tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang, Ps. 30.

Permasalahan hukum..., Ellen Mochfiyuni Adimihardja, FH UI, 2010

Page 53: BAB II PERMASALAHAN HUKUM DALAM LELANG … 26701-Permasalahan... · dikeluarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan, ... secara sewa guna usaha tanpa hak opsi ... Leasing ini

65

Universitas Indonesia

main mengenai penentuan harga tersebut agar harga limit ditetapkan dengan

cara-cara profesional dan dapat dipertanggung jawabkan ?. Dalam hal ini

yang menjadi objek yang akan dilelang berupa kendaraan bermotor yang

bernilai dibawah Rp. 5.000.000.000,- (lima miliar rupiah), Kreditor atau

eksekutor dapat menentukan harga limit serendah-rendahnya ditetapkan sama

dengan Nilai Likuidasi (Forced Sale Value).65 Dalam pelaksanaan Lelang

Eksekusi dan Lelang Non Eksekusi Wajib, harga limit bersifat terbuka/tidak

rahasia dan harus dicantumkan dalam Pengumuman Lelang.66

Dalam pelaksanaan lelang dalam lelang eksekusi Pengadilan Negeri

menunjukkan bahwa jika jumlah utang mempengaruhi penentuan batasan

harga akan menyebabkan harga menjadi kurang wajar apabila dibandingkan

dengan keadaan barang yang akan dijual. Dalam menentukan batasan harga,

maka yang harus diperhatikan adalah kondisi dan status barang itu sendiri.

Masalah yang perlu diperhatikan adalah bahwa harga lelang tidak selalu

sama dengan harga pasar pada umumnya. Hal ini mengingat sifat lelang yang

merupakan penjualan yang sifatnya mendesak, cara pembayarannya tunai dan

pembeli menerima barang apa adanya dengan semua resikonya. Itu sebabnya

batasan harga lelang pada umumya lebih rendah dari harga pasar.

5. Pemasaran untuk Lelang Barang Jaminan Fidusia

Pelaksanaan lelang untuk barang Jaminan Fidusia bisanya melalui lelang

eksekusi yang berjalan selama ini pada umumnya pemasarannya melalui

pengumuman di surat kabar harian yang terbit di tempat barang berada yang

akan dilelang. Adapun dasar hukum dari pengumuman tersebut adalah Pasal

19 ayat (1) sebagaimana diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor :

40/PMK.07/2006 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang. Dalam hal tidak ada

surat kabar harian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pengumuman Lelang

diumumkan dalam surat kabar harian yang terbut di tempat yang terdekat atau

65 Ibid., Ps. 29 ayat (5).

66 Ibid., Ps. 32 ayat (1).

Permasalahan hukum..., Ellen Mochfiyuni Adimihardja, FH UI, 2010

Page 54: BAB II PERMASALAHAN HUKUM DALAM LELANG … 26701-Permasalahan... · dikeluarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan, ... secara sewa guna usaha tanpa hak opsi ... Leasing ini

66

Universitas Indonesia

di ibukota propinsi yang bersangkutan dan beredar di wilayah kerja KP2LN

atau wilayah jabatan Pejabat Lelang Kelas II tempat barang akan dijual.67

Dalam hal pengumuman lelang melalui surat kabar harian harus memenuhi

kriteria :68

a. Apabila dilakukan pada Surat Kabar Harian yang terbit di Ibukota

Negara harus pada surat kabar yang mempunyai tiras/oplah paling

sedikit 20.000 (dua puluh ribu) eksemplar.

b. Apabila dilakukan pada Surat Kabar Harian yang terbit di Ibukota

Propinsi harus pada surat kabar yang mempunyai tiras/oplah paling

sedikit 15.000 (lima belas ribu) eksemplar.

c. Apabila dilakukan pada Surat Kabar Harian yang terbit di

Kota/Kabupaten selain huruf a dan huruf b harus pada surat kabar yang

mempunyai tiras/oplah paling sedikit 5.000 (lima ribu) eksemplar.

Sebagai sarana pemasaran, pengumuman lelang lebih banyak berfungsi

untuk memberi kesempatan kepada pihak-pihak yang berkepentingan untuk

mendapat perlindungan hukum. Selain itu dalam praktek masih ada kesan

bahwa lelang eksekusi erat kaitannya dengan perkara, sehingga hasilnya

kurang efektif.

Pengumuman lelang sebaiknya mengandung substansi pemasaran yang

kuat sehingga seharusnya memuat spesifikasi barang dan hal-hal yang penting

dan menarik dari barang tersebut serta apabila perlu juga mencantumkan

batasan harga. Sehingga dalam hal ini pengumuman lelang paling sedikit

memuat :69

a. Identitas Penjual;

b. Hari, tanggal, waktu dan tempat pelaksanaan lelang dilaksanakan;

c. Jenis dan jumlah barang;

67 Ibid., Ps. 19 ayat (2).

68 Ibid., Ps. 19 ayat (3).

69 Ibid., Ps. 20.

Permasalahan hukum..., Ellen Mochfiyuni Adimihardja, FH UI, 2010

Page 55: BAB II PERMASALAHAN HUKUM DALAM LELANG … 26701-Permasalahan... · dikeluarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan, ... secara sewa guna usaha tanpa hak opsi ... Leasing ini

67

Universitas Indonesia

d. Lokasi, luas tanah, jenis hak atas tanah, dan ada/tidak adanya bangunan,

khusus untuk barang tidak bergerak berupa tanah dan/atau bangunan;

e. Jumlah, dan jenis/spesifikasi, khusus untuk barang bergerak;

f. Jangka waktu melihat barang yang akan dilelang;

g. Uang Jaminan Penawaran Lelang, meliputi besaran, jangka waktu, cara

dan tempat penyetoran, dalam hal dipersyaratkan adanya Uang Jaminan

Penawaran Lelang;

h. Jangka waktu pembayaran harga lelang; dan

i. Harga limit, sepanjang hal itu diharuskan dalam peraturan perundang-

undangan atau atas kehendak Penjual/Pemilik Barang.

Untuk mendukung efektifitas lelang, hendaknya strategi pemasaran

perlu mendapat perhatian. Misalnya apabila barang yang dijual membutuhkan

investasi yang besar sebaiknya mendahului pengumuman lelang yang formal,

sudah diberikan keterangan yang efektif kepada masyarakat, melalui cara-cara

yang efektif dan luas sehingga masyarakat agak leluasa mempelajari atau

mengkajinya sebelum menentukan untuk ikut dalam lelang sebagai peserta

lelang.

E. Analisa Permasalahan Hukum dalam Lelang Jaminan Fidusia

Kendaraan Bermotor pada Perusahaan Leasing

1. Permasalahan hukum yang timbul apabila perusahaan leasing tersebut

menjual barang Jaminan Fidusia secara langsung tanpa melalui lelang

Pembangunan ekonomi, sebagai bagian dari pembangunan nasional,

merupakan salah satu upaya untuk mencapai masyarakat yang adil dan

makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945. Dalam

rangka memelihara dan meneruskan pembangunan yang berkesinambungan,

para pelaku pembangunan baik pemerintah maupun masyarakat, baik

perseorangan maupun badan hukum, memerlukan dana yang besar. Seiring

dengan meningkatnya kegiatan pembangunan, meningkat pula kebutuhan

Permasalahan hukum..., Ellen Mochfiyuni Adimihardja, FH UI, 2010

Page 56: BAB II PERMASALAHAN HUKUM DALAM LELANG … 26701-Permasalahan... · dikeluarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan, ... secara sewa guna usaha tanpa hak opsi ... Leasing ini

68

Universitas Indonesia

terhadap pendanaan, yang sebagian besar dana yang diperlukan untuk

memenuhi kebutuhan tersebut diperoleh melalui kegiatan pinjam meminjam.

Munculnya Undang-undang Jaminan Fidusia dilandasi dengan berbagai

pertimbangan antara lain adanya kebutuhan yang besar dan terus meningkat

bagi dunia usaha atas tersedianya dana, perlu diimbangi dengan adanya

ketentuan hukum yang jelas dan lengkap yang mengatur mengenai lembaga

Jaminan. Bahwa untuk memenuhi kebutuhan hukum yang dapat lebih

memacu pembangunan nasional dan untuk menjamin kepastian hukum serta

mampu memberikan perlindungan hukum bagi pihak yang berkepentingan,

maka perlu dibentuk ketentuan yang lengkap mengenai Jaminan Fidusia dan

jaminan tersebut perlu didaftarkan pada Kantor Pendaftaran Fidusia.

Menurut Undang-undang Jaminan Fidusia, lelang merupakan cara yang

diutamakan dalam hal penjualan barang Jaminan Fidusia yang tertuang dalam

Pasal 29 ayat (1) huruf b, yang berbunyi :

Apabila Debitor atau Pemberi Fidusia cidera janji, eksekusi terhadap

Benda yang menjadi objek Jaminan Fidusia dapat dilakukan dengan

cara :

Penjualan benda yang menjadi objek Jaminan Fidusia atas kekuasaan

Penerima Fidusia sendiri melalui pelelangan umum serta mengambil

pelunasan piutangnya dari hasil penjualan.

Disini dapat kita lihat bagaimana peranan lelang sebagai sarana penjualan

barang Jaminan Fidusia sangat penting karena telah disebutkan di dalam

Undang-undang Jaminan Fidusia, dan pada intinya sistem dengan cara

pelelangan umum adalah suatu alternatif utama yang ditawarkan untuk

penyelesaian sengketa antara pihak Kreditor dan Debitor.

Lelang berperan sangat besar dalam sistem penjualan barang Jaminan

Fidusia ini, karena lelang adalah cara yang paling aman dalam berpindahnya

barang dari Penjual kepada Pembeli. Dalam lelang barang Jaminan Fidusia ini

tidak bisa sistem pelaksanaanya dilakukan secara sembarangan atau tidak

mengikuti prosedur petunjuk pelaksanaan lelang, karena seluruh prosedur

Permasalahan hukum..., Ellen Mochfiyuni Adimihardja, FH UI, 2010

Page 57: BAB II PERMASALAHAN HUKUM DALAM LELANG … 26701-Permasalahan... · dikeluarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan, ... secara sewa guna usaha tanpa hak opsi ... Leasing ini

69

Universitas Indonesia

lelang telah ditentukan oleh Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia

Nomor 40/PMK.07/2006 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang. Jadi apabila

menyimpang dari petunjuk yang telah dikeluarkan oleh Menteri Keuangan ini

maka lelang tersebut tidak sah.

Lelang bisa dilaksanakan apabila kendaraan tersebut adalah barang

Jaminan Fidusia, dan sejak awal kendaraan yang akan dileasingkan oleh

perusahaan leasing telah diikat dengan perjanjian pembiayaan konsumen

dengan penyerahan hak milik secara Fidusia, namun pada prakteknya pihak

perusahaan leasing tidak pernah mendaftarkan perjanjian tersebut kepada

Kantor Pendaftaran Fidusia dikarenakan biaya untuk mendaftarkan itu sangat

mahal, dan hal ini membuat pengikatan Fidusia menjadi tidak sempurna

sehingga tidak mempunyai kekuatan hukum dan tidak memiliki hak

mendahulu (preferent) sehingga perusahaan leasing tersebut menjadi Kreditur

kongkuren.

Apabila Fidusia tersebut tidak didaftarkan maka proses eksekusinya

harus melalui Pengadilan. Perusahaan tidak bisa sesukanya menarik

kendaraan bermotor yang dileasingkannya tersebut, karena tidak didaftarkan

maka perjanjiannya termasuk ke dalam jual-beli biasa. Dan apabila

melakukan penjualan melalui lelang oleh perusahaan leasing sendiri maka

menjadi cacat hukum dan bisa dibatalkan.

Pada prakteknya lelang tidak pernah dipergunakan oleh para perusahaan

leasing dan hal ini sering terjadi dikarenakan pihak perusahaan leasing merasa

enggan berurusan dengan Kantor Lelang dan ada juga karena ketidaktahuan

dari pihak perusahaan leasing mengenai sistem penjualan terhadap barang

Jaminan Fidusia.

Permasalahan dalam mempergunakan lelang atas penjualan barang

Jaminan Fidusia pada praktek di lapangan masih simpang-siur atau jauh dari

sistem penjualan lelang yang baik dan benar, contohnya perusahaan-

perusahaan leasing menjual barang Jaminan Fidusia tidak melalui lelang

dalam makna yang sebenarnya, bahkan ada perusahaan leasing yang tidak

Permasalahan hukum..., Ellen Mochfiyuni Adimihardja, FH UI, 2010

Page 58: BAB II PERMASALAHAN HUKUM DALAM LELANG … 26701-Permasalahan... · dikeluarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan, ... secara sewa guna usaha tanpa hak opsi ... Leasing ini

70

Universitas Indonesia

tahu menahu makna lelang yang sebenarnya. Perusahaan leasing beranggapan

dengan melakukan penjualan secara terbuka maka mereka sudah melakukan

lelang, sedangkan arti dari lelang adalah :

”Penjualan barang yang terbuka untuk umum dengan penawaran harga

secara tertulis dan /atau lisan yang semakin meningkat atau menurun

untuk mencapai harga tertinggi yang didahului dengan pengumuman

lelang”.70

Lelang tersebut haruslah dipimpin oleh Pejabat Lelang yang diangkat oleh

Pemerintah, dalam hal ini adalah Menteri Keuangan dan ketentuan ini

tertuang dalam Pasal 1 huruf a Vendu Reglement.

Bahkan ada perusahaan leasing yang mengerti akan hal ini tetapi

perusahaan tersebut tidak mau menggunakan lelang dalam penjualan barang

Jaminan Fidusia tersebut, dikarenakan prosedur dari lelang yang melalui

Kantor Lelang tersebut memakan waktu yang lama, lalu penjual dan pembeli

dikenakan Bea Lelang. Hal ini mereka anggap sangat memberatkan bagi

pihak penjual dan pembeli. Perusahaan leasing tersebut berpendapat juga

apabila lelang melalui Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang maka

perpindahan barang bergerak Jaminan Fidusia akan lama prosesnya karena

dalam pengajuan lelang sampai dengan proses pelelangan memakan waktu

berminggu-minggu, sedangkan perusahaan leasing ingin barang bergerak

Jaminan Fidusia tersebut cepat laku terjual.71

Hal ini tentu saja salah, karena dalam kenyataannya justru lelang melalui

Kantor Lelang itu sangat cepat dikarenakan prosedur yang sudah ada di dalam

Kantor Lelang tersebut sudah secara sistematis, bahkan Kantor Lelang ini bisa

melelang sekitar 100 kendaraan dalam sehari, yang mana hal ini tidak dapat

dilakukan Kreditor. Apabila Kreditor ingin melakukan penjualan pasti tidak

mungkin dalam satu hari itu juga bisa terjual beberapa kendaraan, hal ini

dikarenakan Debitor tersebut harus menunggu dulu orang yang datang ingin

70 Ibid., Ps. 1 ayat (1).71 Wawancara, Rahmat Hidayat dan Ibu Aulia Cahyati, bagian collection PT. Tunas Finance

Tbk., Lampung.

Permasalahan hukum..., Ellen Mochfiyuni Adimihardja, FH UI, 2010

Page 59: BAB II PERMASALAHAN HUKUM DALAM LELANG … 26701-Permasalahan... · dikeluarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan, ... secara sewa guna usaha tanpa hak opsi ... Leasing ini

71

Universitas Indonesia

melihat kendaraan Jaminan Fidusia tersebut, belum lagi ada proses tawar-

menawar, yang mana hal ini pasti tidak terjadi dalam lelang, karena lelang

tidak mengenal tawar-menawar.

Lelang yang berkaitan dengan barang Jaminan Fidusia harus

diselenggarakan oleh Kantor Lelang tidak bisa dilaksanakan sendiri oleh

perusahaan leasing tersebut, karena barang yang akan dilelang adalah barang

yang bermasalah, yang mana barang tersebut adalah milik Debitor tapi

penyerahannya secara Fidusia dan penjualannyapun harus transparan, agar

pihak Debitor tahu kendaraannya itu laku dengan harga berapa. Bahkan

dalam penjualan melalui lelang terhadap barang Jaminan Fidusia ini tidak

boleh menggunakan jasa Balai Lelang, karena lelang barang Jaminan Fidusia

termasuk ke dalam Lelang Eksekusi, apabila ingin menggunakan jasa Balai

Lelang bisa saja tapi hanya sebatas proses persiapannya saja bukan dalam

penjualannya, hal ini dituangkan dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor

118/PMK.07/2005 Pasal 10 ayat (2) juncto Pasal 11.

Tetapi walaupun prosedur lelang telah diatur dalam Peraturan Menteri,

pihak Kreditor kurang menyukai cara penjualan melalui lelang dikarenakan

Kreditor merasa tidak praktis dan tidak sesuai dengan keinginnannya. Oleh

karena itu kebanyakan perusahaan-perusahaan leasing selalu mengambil

sistem penjualan di bawah tangan., dan hal ini pun masih tidak sesuai dengan

Pasal 29 ayat (1) huruf c dan ayat (2), yang berbunyi :

Pelaksanaan penjualan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf cdilakukan setelah lewat waktu 1 (satu) bulan sejak diberitahukan secaratertulis oleh Pemberi dan atau Penerima Fidusia kepad pihak-pihak yangberkepentingan dan diumumkan sedikitnya dalam 2 (dua) surat kabaryang beredar di daerah yang bersangkutan.

Dalam prakteknya Kreditor walaupun menjual dengan sistem di bawah tangan

tapi pihak Kreditor tidak pernah melakukan pengumuman dalam surat kabar

harian, dan jangka waktunya dalam penjualan pun tidak 1 (satu) bulan setelah

kendaraan barang Jaminan Fidusia tersebut tidak laku saat lelang, Kreditor

Permasalahan hukum..., Ellen Mochfiyuni Adimihardja, FH UI, 2010

Page 60: BAB II PERMASALAHAN HUKUM DALAM LELANG … 26701-Permasalahan... · dikeluarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan, ... secara sewa guna usaha tanpa hak opsi ... Leasing ini

72

Universitas Indonesia

langsung menjual pada saat itu juga setelah Kreditor menarik barang Jaminan

Fidusia tersebut. Mengapa hal ini bisa terjadi, karena ketidak tahuan dari

perusahaan leasing dan Kantor Lelang tidak pernah membina perusahaan-

perusahaan leasing tersebut sehingga terjadilah salah pengertian dalam hal

penjualan barang Jaminan Fidusia ini.

Seperti yang dijelaskan dalam Pasal 21 ayat (2) Peraturan Menteri

Keuangan Republik Indonesia Nomor 40/PMK.07/2006, bahwa sebelum

melaksanakan lelang haruslah diumumkan terlebih dahulu dalam surat kabar

harian sebanyak 1 (satu) kali dan tenggang waktunya minimal 6 (enam) hari

sebelum lelang dilaksanakan. Lelang diumumkan dengan maksud :

a. Supaya masyarakat tahu akan adanya lelang;

b. Agar barang cepat terjual;

c. Agar masyarakat tertarik untuk mengikuti lelang tersebut;

d. Untuk mengontrol, sehingga apabila ada pihak yang dirugikan ia

dapat mengajukan protes.

Namun dalam prakteknya perusahaan leasing tidak melakukan hal-hal

seperti yang telah diterangkan di atas. Prosedur yang selama ini mereka

gunakan yaitu dengan cara :

a. Setelah Debitor melakukan wanprestasi, maka pihak Kreditor

melayangkan surat peringatan sampai dengan 3 (tiga) kali

berturut-turut yang berisi untuk menyelesaikan pembayaran yang

telah tertunda.

b. Apabila pihak Debitor masih tidak mau menanggapi surat

peringatan tersebut, maka pihak Kreditor Memberikan surat

pemberitahuan bahwa kendaraan tersebut akan ditarik pada

waktu yang telah ditetapkan oleh pihak Kreditor.

c. Setelah pihak Kreditor menarik kendaraan tersebut, maka

Kreditor menghubungi show room-show room serta

memberitahu kepada relasi terdekat bahwa barang tersebut akan

Permasalahan hukum..., Ellen Mochfiyuni Adimihardja, FH UI, 2010

Page 61: BAB II PERMASALAHAN HUKUM DALAM LELANG … 26701-Permasalahan... · dikeluarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan, ... secara sewa guna usaha tanpa hak opsi ... Leasing ini

73

Universitas Indonesia

dijual, dengan cara pemberitahuan dari mulut ke mulut tanpa

melalui surat kabar harian.

d. Pihak Kreditor melakukan penjualan dengan cara menyewa

gedung kosong atau melakukan penjualan di tempat show room,

tapi penjualan barang Jaminan Fidusia tersebut bisanya tidak

langsung laku pada saat itu juga, bisa berhari-hari bahkan

berminggu-minggu, karena menunggu orang yang ingin membeli

barang tersebut.

e. Setelah ada pembeli barulah uang dari hasil penjualan tersebut

dipakai untuk menutupi sisa utang dari Debitor, dan pembeli

mendapat barang beserta dokumen-dokumen yang diperlukan

untuk balik nama. Dalam hal pembayaran pembeli bisa memilih

dengan cara kredit atau cash, dan bisa negoisasi.

Tentu saja prosedur ini melanggar dari aturan yang telah ditentukan oleh

Undang-undnag Jaminan Fidusia karena barang yang akan mereka jual adalah

barang Jaminan Fidusia, yang mana dalam peraturannya harus dilakukan

lelang dalam penjualannya seperti yang diterangkan berikut ini :

”Penjualan Benda yang menjadi objek Jaminan Fidusia atas kekuasaan

Penerima Fidusia sendiri melalui pelelangan umum serta mengambil

pelunasan piutangnya dari hasil penjualan”.72

Dan apabila dibandingkan dengan penjualan secara lelang seperti yang

telah ditentukan oleh Vendu Reglement tentu saja hal tersebut menyimpang.

Lelang berdasarkan Vendu Reglement adalah sebagai berikut :

1) Kreditor atau pemohon lelang mengajukan permohonan lelang ke

Kantor Lelang, lalu Kantor Lelang akan mencek dokumen-dokumen

atau surat-surat yang terkait, dalam hal ini bendanya adalah barang

Jaminan Fidusia maka harus ada Akta Jaminan Fidusia yang sudah

difotokopi dan dilegalisir. Setelah itu Kantor Lelang menyatakan

72 Indonesia, Undang-undang Jaminan Fidusia, UU No. 42 tahun 1999, Ps. 29 ayat (1) hurufb.

Permasalahan hukum..., Ellen Mochfiyuni Adimihardja, FH UI, 2010

Page 62: BAB II PERMASALAHAN HUKUM DALAM LELANG … 26701-Permasalahan... · dikeluarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan, ... secara sewa guna usaha tanpa hak opsi ... Leasing ini

74

Universitas Indonesia

setuju untuk melelang karena dokumen atau surat-surat sudah

lengkap dan menetapkan waktu, tempat pelelangan serta uang

jaminan (apabila diperlukan).

2) Pemohon Lelang atau Kreditor melakukan pengumuman untuk

memberi kesempatan kepada masyarakat yang berminat menjadi

Peserta Lelang.

3) Masyarakat yang berminat menjadi peserta lelang meminta

keterangan lebih lanjut mengenai objek lelang serta kelengkapan

dokumen-dokumen kepada Kantor Lelang. Masyarakat yang

nantinya akan ikut menjadi Peserta Lelang hanya berurusan

langsung dengan Kantor Lelang bukan kepada Pemohon Lelang.

Setelah Kantor Lelang memutuskan pemenang lelang dan barang

telah laku terjual, maka Pembeli wajib membayar harga lelang dan

Bea Lelang ke bendahara Kantor Lelang secara tunai, lalu Pembeli

akan menerima seluruh dokumen-dokumen yang terkait dan Risalah

Lelang.

4) Kantor Lelang menyerahkan uang hasil lelang diserahkan kepada

Penjual atau Pemohon Lelang yang sebelumnya sudah dipotong

untuk Bea Lelang. Pejabat Lelang harus menyetorkan uang hasil

lelang kepada Penjual dalam waktu 1 x 24 jam setelah diterimanya

uang dari Pembeli.

5) Kantor Lelang menyerahkan Bea Lelang dari Penjual dan Pembeli

ke Kas Negara.

6) Pembeli pergi ke Kantor SAMSAT dengan membawa semua

dokumen-dokumen yang terkait untuk proses balik nama.

Apabila telah terjadi penjualan tanpa melalui lelang yang sesungguhnya

maka hal tersebut bisa menimbulkan permasalahan hukum apabila Debitor

melakukan perlawanan hukum. Dikarenakan Debitor tidak puas dengan hasil

lelang, maka bisa saja Debitor menggugat hasil lelang yang tidak sesuai

dengan ketentuan Undang-undang tersebut, maka dapat timbul permasalahan

Permasalahan hukum..., Ellen Mochfiyuni Adimihardja, FH UI, 2010

Page 63: BAB II PERMASALAHAN HUKUM DALAM LELANG … 26701-Permasalahan... · dikeluarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan, ... secara sewa guna usaha tanpa hak opsi ... Leasing ini

75

Universitas Indonesia

hukum, atau bisa saja ada pihak ke 3 (tiga) yang merasa dirugikan dengan

penjualan tersebut dan pihak ke 3 (tiga) tersebut melayangkan gugatan ke

Pengadilan.

Perusahaan leasing dianggap telah lalai dalam hal penjualan barang

Jaminan Fidusia tersebut, dengan lalainya perusahaan leasing ini maka

Debitor bisa mengajukan perusahaan leasing ke meja hijau atau diperkarakan,

karena dianggap tidak mematuhi dari Undang-undang yang berlaku

Dengan adanya gugatan yang melalui Pengadilan maka pihak-pihak

yang terkait harus mempertanggung jawabkan segala perbuatan yang telah

diperbuatnya. Hal ini akan memakan biaya dan waktu antara Penggugat dan

Tergugat, dan untuk mencegah hal ini terjadi alangkah baiknya apabila

perusahaan leasing melakukan penjualan barang Jaminan Fidusia tersebut

melalui lelang yang benar. Kebaikan penjualan secara lelang adalah :

a. Adil, karena lelang bersifat terbuka, transparan dan objektif.

b. Aman, karena lelang dipimpin oleh Pejabat Lelang/Pejabat Umum

yang diangkat oleh Pemerintah.

c. Cepat, karena tidak perlu negoisasi, karena sudah didahului dengan

pengumuman lelang sehingga peserta lelang dapat berkumpul pada

hari lelang dan melakukan pembayaran secara tunai.

d. Mampu mewujudkan harga yang wajar. Apabila dilaksanakan

dengan baik, maka lelang mencerminkan harga pasar ditempat

lelang itu berada, karena penawaran lelang bersifat kompetitif dan

transparan.

e. Kepastian hukum, berkaitan dengan Risalah Lelang, yaitu suatu

akta otentik, sehingga pembeli dapat mempertahankan haknya dan

dipakai sebagai syarat balik nama.

Dengan melakukan cara melelang yang benar, kecil kemungkinannya

untuk mendapatkan gugatan dari pihak-pihak yang terkait karena lelang telah

mempunyai prosedur atau tata cara tersendiri, sehingga tidak mungkin lelang

disalah gunakan kepentingannya untuk hal-hal yang tidak terpuji.

Permasalahan hukum..., Ellen Mochfiyuni Adimihardja, FH UI, 2010

Page 64: BAB II PERMASALAHAN HUKUM DALAM LELANG … 26701-Permasalahan... · dikeluarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan, ... secara sewa guna usaha tanpa hak opsi ... Leasing ini

76

Universitas Indonesia

Bila dibandingkan dengan sistem penjualan tanpa melalui lelang seperti

yang selama ini dipergunakan oleh perusahaan leasing pada umumnya maka

penjualan tersebut mempunyai kelemahan, yaitu :

a) Penjualan tersebut tidak sesuai dengan ketentuan yang diatur

oleh Undang-undang.

b) Penjualan tersebut tidak cepat karena harus menunggu orang

untuk membeli, dan barang laku atau tidaknya memakan waktu

yang lama atau tidak pasti karena menunggu pembeli terlebih

dahulu.

c) Penjualan tersebut tidak mempunyai kekuatan hukum tetap,

karena tidak ada Risalah Lelang.

d) Apabila pihak Debitor merasa dirugikan, maka pihak Debitor

bisa mengajukan tuntutan kepada pihak Kreditor ke Pengadilan

karena penjualannya tidak melalui lelang.

e) Pembayarannya tidak cash, bisa melalui kredit.

f) Dalam hal penjualan tanpa melalui lelang ini tidak transparan,

pihak Debitor tidak mengetahui berapa harga motornya telah

laku terjual.

Kreditor seharusnya mendapat pembinaan dari Kantor Lelang mengenai

perihal barang Jaminan Fidusia ini, karena dalam prakteknya banyak

perusahaan-perusahaan leasing yang ternyata tidak tahu akan proses penjualan

barang Jaminan Fidusia harus melalui lelang. Mengapa hal ini bisa sampai

terjadi, sedangkan menurut Undang-undang Fidusia penjualan barang Jaminan

Fidusia yang utamanya adalah melalui lelang. Hal ini dikarenakan Kantor

Lelang kurang berperan dalam pemberitahuan mengenai hal pelelangan

barang Jaminan Fidusia. Kantor Lelang dapat melakukan pembinaan dengan

cara memberikan brosur-brosur kepada perusahaan-perusahaan leasing atau

menegur para perusahaan leasing tersebut bahwa selama ini perusahaan-

perusahaan leasing telah salah prosedur, Kantor Lelang harus

menginformasikan kepada perusahaan leasing bahwa penjualan barang

Permasalahan hukum..., Ellen Mochfiyuni Adimihardja, FH UI, 2010

Page 65: BAB II PERMASALAHAN HUKUM DALAM LELANG … 26701-Permasalahan... · dikeluarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan, ... secara sewa guna usaha tanpa hak opsi ... Leasing ini

77

Universitas Indonesia

Jaminan Fidusia itu harus melalui lelang, atau Kantor lelang dapat

menggunakan media, seperti : seminar dan penyuluhan mengenai proses

penjualan barang Jaminan Fidusia, lalu Kantor Lelang harus meningkatkan

pelayanannya serta aktif menghubungi asosiasi perusahaan-perusahaan

leasing (apabila ada) untuk memberikan penjelasan mengenai lelang. Namun

sayang pihak Kreditor belum menyadari betul peranan lelang dalam barang

Jaminan Fidusia padahal seperti yang telah disebutkan sebelumnya sistem

penjualan secara lelang inilah cara yang utama dalam penjualan barang

Jaminan Fidusia.

Berdasarkan penelitian dari penulis terhadap perusahaan-perusahaan

leasing, maka penulis dapat menarik kesimpulan :

a. bahwa ternyata perusahaan leasing ditempat penulis melakukan

penelitian tidak pernah melakukan penjualan secara lelang;

b. bahwa perusahaan-perusahaan leasing tersebut tidak tahu bahwa

penjualan barang Jaminan Fidusia itu harus melalui lelang.

c. Ada perusahaan leasing yang sebenarnya tidak ingin menyimpang dari

peraturan yang telah ditetapkan oleh Undang-undang, akan tetapi

perusahaan tersebut melakukan lelang yang menurut mereka sudah

benar, tetapi lelang yang mereka lakukan itu bukan lelang dalam makna

yang sebenarnya, lelang yang dilakukan lelang yang tidak sesuai dengan

Vendu Reglement dan Peraturan Menteri Nomor 40/PMK.07/2006. Ini

terjadi karena ketidak tahuan arti dari lelang yang sebenarnya, disini bisa

dilihat bahwa telah terjadi kesalah pahaman mengenai lelang dan ini

adalah tugas dari Kantor Lelang untuk memberitahu tentang lelang

kepada perusahaan leasing.

d. Bahkan ada juga perusahaan leasing yang melakukan penjualan dibawah

tangan tapi perusahaan tersebut tidak melewati prosedur yang telah

ditentukan oleh Undang-undang, yaitu melakukan pengumuman disurat

kabar harian setempat.

Permasalahan hukum..., Ellen Mochfiyuni Adimihardja, FH UI, 2010

Page 66: BAB II PERMASALAHAN HUKUM DALAM LELANG … 26701-Permasalahan... · dikeluarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan, ... secara sewa guna usaha tanpa hak opsi ... Leasing ini

78

Universitas Indonesia

Dalam hal penjualan tanpa melalui lelang ini, belum pernah ada pihak-

pihak yang menggugat, walaupun pembeli membeli kendaraan yang tidak

potensial. Seandainya pembeli membeli kendaraan tersebut melalui lelang

maka pembeli akan mengetahui bahwa barang Jaminan Fidusia tersebut telah

diganti karena sebelum lelang dilaksanakan ada masa dimana peserta lelang

melihat terlebih dahulu kondisi barang. Sedangkan dampak bagi Debitor

adalah Debitor tidak mengetahui berapa hasil penjualan atas barang miliknya

tersebut, disini harga menjadi tidak transparan dan Debitor bisa dirugikan oleh

Kreditor, karena Seandainya barang tersebut laku terjual dengan harga Rp.

100.000.000,- bisa saja Kreditor mengatakan bahwa harga dari kendaraan

tersebut laku hanya Rp. 80.000.000,-.

Dengan beralihnya barang Jaminan Fidusia dari Penjual kepada Pembeli

dengan cara melalui lelang dengan cara pihak Kreditor mengikuti petunjuk

pelaksanaan lelang yang telah ditetapkan oleh Menteri Keuangan Republik

Indonesia, maka peralihannya sangat tepat dan akurat. Hal ini dikarenakan :

a. Sistem penjualan melalui pelelangan secara umum adalah sistem yang

paling utama disarankan dalam hal perpindahan hak milik bagi Pembeli

kepada Penjual.

b. Berkekuatan hukum tetap karena dalam proses penjualan barang

Jaminan Fidusia melalui lelang, karena sistem penjualan ini diatur dalam

Peraturan Menteri.

c. Apabila dalam penjualan barang Jaminan Fidusia tersebut melalui lelang

maka Pembeli akan mendapat Risalah Lelang, yang mana Risalah lelang

tersebut adalah laporan mengenai jalannya suatu pertemuan yang

disusun secara teratur dan dipertanggungjawabkan oleh si pembuat dan

atau pertemuan itu sendiri, sehingga mengikat sebagai dokumen resmi

dari kejadian/peristiwa yang disebutkan di dalamnya. Risalah Lelang

adalah Berita Acara Lelang sebagaimana dimaksud Pasal 35 Vendu

Reglement yang bentuknya diatur dalam Pasal 37, 38 dan 39 Vendu

Reglement.

Permasalahan hukum..., Ellen Mochfiyuni Adimihardja, FH UI, 2010

Page 67: BAB II PERMASALAHAN HUKUM DALAM LELANG … 26701-Permasalahan... · dikeluarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan, ... secara sewa guna usaha tanpa hak opsi ... Leasing ini

79

Universitas Indonesia

Peranan lelang sangat tepat dalam hal penjualan barang Jaminan

Fidusia, dan sangat membantu dalam menjual barang Jaminan Fidusia dengan

cepat, effisien dan transparan. Dalam Undang-undang Jaminan Fidusia pun

telah ditentukan mengenai cara penjualan barang Jaminan Fidusia seperti

yang tertuang dalam Pasal 29 ayat (1) huruf b, dan dalam hal ini negara dalam

membuat Undang-undang Jaminan Fidusia ingin melindungi tidak hanya

pihak Kreditor yang memberikan pinjaman tetapi juga pihak Debitor, karena

itu diwajibkan untuk lelang.

2. Bagaimanakah cara perusahaan leasing mengatasi suatu masalah apabila

ada Debitor yang kendaraannya akan ditarik untuk dilelang telah

melakukan kecurangan seperti mengganti onderdil dari kendaraan yang

akan dilelang tersebut

Terjadinya penarikan kendaraan bermotor Jaminan Fidusia dikarenakan

pihak Debitor telah melakukan wanprestasi dan hal ini terdapat dalam

perjanjian yang telah dibuat antara Kreditor dan Debitor, akan tetapi sebelum

kendaraan tersebut ditarik oleh pihak Kreditor biasanya pihak Debitor dikasih

peringatan terlebih dahulu sebanyak 3 (tiga) kali, apabila peringatan surat

peringatan tersebut tidak ditanggapi maka pihak Kreditor akan memberikan

surat penarikan terhadap barang Jaminan Fidusia tersebut.

Wanprestasi adalah keadaan dimana Debitor tidak memenuhi prestasi

(ingkar janji) yang telah diperjanjikan. Di dalam perjanjian arti wanprestasi

tidak dicantumkan tapi di dalam salinan Akta Jaminan Fidusia telah

dicantumkan mengenai hal ini, seperti yang tertuang dalam Pasal 4 yang

berbunyi :

Tanpa diperlukan somasi atau pemberitahuan lebih dulu kepada PemberiFidusia, bila Pemberi Fidusia atau Debitor tidak memenuhikewajibannya atau ketentuan menurut akta ini, atau Utang dimaksuddalam Perjanjian Pembiayaan belum dibayar lunas walaupun PerjanjianPembiayaan telah berakhir, maka pinjam pakai obyek Jamian Fidusiatersebut menjadi berakhir dan obyek Jaminan Fidusia harus diserahkandengan segera oleh Pemberi Fidusia.

Permasalahan hukum..., Ellen Mochfiyuni Adimihardja, FH UI, 2010

Page 68: BAB II PERMASALAHAN HUKUM DALAM LELANG … 26701-Permasalahan... · dikeluarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan, ... secara sewa guna usaha tanpa hak opsi ... Leasing ini

80

Universitas Indonesia

Hal ini tidaklah bertentangan dengan ketentuan dalam Kitab Undang-undang

Hukum Perdata, karena hal ini juga diatur di dalam Pasal 1238 yang berbunyi

:

”Si berutang adalah lalai, apabila ia dengan surat perintah atau dengan

sebuah akta sejenis itu telah dinyatakan lalai, atau demi perikatannya

sendiri, ialah jika ini menetapkan, bahwa si berutang harus dianggap

lalai dengan lewatnya waktu yang ditentukan”.

Mengenai wanprestasi hanya disampaikan secara lisan saja kepada pihak

Debitor karena Kreditor merasa bahwa pihak Debitor mengerti hukum dan ini

tentu saja salah karena tidak semua orang mengerti hukum. Yang dimaksud

pihak Kreditor dengan wanprestasi adalah Debitor tidak membayar angsuran

pada saat yang telah ditentukan dan Debitor mempunyai itikad tidak baik

dengan cara membawa kabur barang Jaminan Fidusia.

Di dalam praktek wanprestasi yang sering terjadi adalah pihak Debitor

tidak mampu membayar lagi uang angsuran kendaraan bermotor Jaminan

Fidusia tersebut, apabila terjadi maka pihak Kreditor akan mengirimkan surat

peringatan yang pertama, dan apabila dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari

Debitor tidak melaksanakan kewajibannya maka pihak Kreditor akan

melayangkan surat yang ke dua dengan jangka waktu 14 (empat belas) hari,

dan apabila tidak dipatuhi oleh Debitor dikirimkanlah lagi surat yang ke tiga

dengan jangka waktu 25 (dua puluh lima) hari. Setelah tiga kali pihak Debitor

memberikan surat tapi tidak ditanggapi juga maka Kreditor mengirimkan

surat penarikan dan mengambil barang Jaminan Fidusia tersebut.73

Selama masa peringatan atau teguran yang dilakukan oleh pihak

Kreditor, biasanya Kreditor akan melakukan pengawasan terhadap barang

Jaminan Fidusia tersebut, walaupun pihak Kreditor tidak bisa mengawasi

kegiatan Debitor dalam 1 x 24 jam, tapi setidaknya Kreditor telah melakukan

73 Wawancara., op. cit.

Permasalahan hukum..., Ellen Mochfiyuni Adimihardja, FH UI, 2010

Page 69: BAB II PERMASALAHAN HUKUM DALAM LELANG … 26701-Permasalahan... · dikeluarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan, ... secara sewa guna usaha tanpa hak opsi ... Leasing ini

81

Universitas Indonesia

pengawasan terhadap benda Jaminan Fidusia tersebut. Hal ini dilakukan untuk

meminimalisasi terjadinya kecurangan yang dilakukan oleh pihak Debitor

terhadap benda Jaminan Fidusia tersebut.74

Skema Tanpa Wanprestasi

Skema Dengan Wanprestasi

Dalam praktek pernah terjadi dimana pihak Kreditor tidak bisa menarik

kendaraan bermotor Jaminan Fidusia dikarenakan Debitor beserta barang

Jaminan Fidusia tersebut menghilang, Debitor telah menjual kendaraan

tersebut kepada orang lain, namun pada akhirnya barang Jaminan Fidusia

tersebut diketemukan dan langsung ditarik oleh pihak Kreditor walaupun

kendaraan tersebut berada ditangan orang lain, hal ini karena Kreditor

memiliki bukti kepemilikan yang kuat yaitu BPKB (Buku Pemilik Kendaraan

Bermotor) yang mana BPKB ini yang menyimpan adalah pihak Kreditor,

sedangkan yang dikasih untuk pihak Debitor hanya STNK (Surat Tanda

74 Wawancara, Derry Martha, Kepala Cabang PT. Batavia Prosperindo Finance, Lampung.

Perjanjian Lancar Lunas

Perjanjian Gagal/Wanprestasi

Peringatan

DitarikLelang

Lesse mendapatkanBPKP & STNK

Lesse pergi keSAMSAT untuk

balik nama

Permasalahan hukum..., Ellen Mochfiyuni Adimihardja, FH UI, 2010

Page 70: BAB II PERMASALAHAN HUKUM DALAM LELANG … 26701-Permasalahan... · dikeluarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan, ... secara sewa guna usaha tanpa hak opsi ... Leasing ini

82

Universitas Indonesia

Nomor Kendaraan), dan orang yang memegang kendaraan tersebut tidak

memiliki BPKB walaupun STNK berada ditangan orang tersebut. Dalam hal

kecurangan yang lain, penulis pernah menanyakan kepada perusahaan leasing

tempat penulis melakukan penelitian, apakah pernah Debitor melakukan

kecurangan pada saat Kreditor ingin menarik kendaraan tersebut lalu pihak

Debitor menyatakan bahwa STNK nya telah hilang, selama ini karena

kejadian dalam hal Debitor wanprestasi sedikit sekali terjadinya, bisa dibilang

dalam 2 (dua) tahun terakhir ini hanya 3 kali kejadian Debitor melakukan

wanprestasi maka dalam hal Debitor meyatakan STNK hilang tidak pernah

terjadi. Sehingga bila ada pembeli yang menanyakan mengenai kelengkapan

dokumen-dokumen seperti STNK dan BPKB pihak penjual bisa menunjukkan

bahwa surat-surat tersebut lengkap.

Dalam prakteknya beberapa Debitor yang sering melakukan

kecurangan, yaitu adalah pihak Debitor mengganti onderdil dari barang

Jaminan Fidusia sebelum pihak Kreditor melakukan penarikan terhadap

barang tersebut. Dalam hal kecurangan ini penulis pernah menanyakan kepada

perusahaan leasing tempat penulis melakukan penelitian, apakah pernah

Debitor melakukan kecurangan pada saat Kreditor ingin menarik kendaraan

tersebut lalu pihak Debitor menyatakan bahwa STNK nya telah hilang, selama

ini karena kejadian dalam hal Debitor wanprestasi sedikit sekali terjadinya,

bisa dibilang dalam 2 (dua) tahun terakhir ini hanya 3 kali kejadian Debitor

wanprestasi maka dalam hal Debitor meyatakan STNK hilang tidak pernah

terjadi.

Pada umumnya perusahaan leasing tidak mempermasalahkan apabila

ada Debitor yang telah melakukan kecurangan dalam mengganti onderdil

pada kendaraan bermotor Jaminan Fidusia tersebut, karena di dalam kontrak

atau perjanjian pun tidak disebutkan hal ini dan barang Jaminan Fidusia ini

pada akhirnya akan dijual melalui cara pelelangan, dan di dalam lelang

dikenal juga dengan asas ”As Is”, yaitu yang menanggung resiko dalam hal

ini adalah pembeli karena sebelum dilakukan lelang para masyarakat yang

Permasalahan hukum..., Ellen Mochfiyuni Adimihardja, FH UI, 2010

Page 71: BAB II PERMASALAHAN HUKUM DALAM LELANG … 26701-Permasalahan... · dikeluarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan, ... secara sewa guna usaha tanpa hak opsi ... Leasing ini

83

Universitas Indonesia

ingin menjadi peserta lelang pun telah melihat kondisi barang yang akan

dilelang dan sudah bertanya mengenai kondisi barang tersebut pembeli pada

saat lelang sudah mengetahui kondisi dari kendaraan bermotor tersebut, hal

mengenai tentang waktu melihat dan bertanya mengenai kendaraan bermotor

yang akan dilelang telah diatur dalam Peraturan Menteri No.

40/PMK.07/2006 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang dan asas ”As Is” bisa

kita lihat juga di dalam Risalah Lelang.

Tapi bila perusahaan leasing membiarkan saja apabila ada Debitor

melakukan kecurangan, maka perusahaan leasing akan mengalami kerugian

terhadap pendapatannya, karena apabila hasil penjualan dari barang Jaminan

Fidusia tersebut tidak mampu mencukupi hutang pokoknya Debitor maka

pihak Kreditor tidak bisa lagi menuntut ke pihak Debitor untuk melunasi sisa

hutangnya, karena Debitor beranggapan apabila Kreditor telah menarik

kendaraannya maka hutangnya selesai juga, mengapa pihak Debitor bisa

beranggapan seperti demikian ?, karena dalam perjanjian tidak dicantumkan

mengenai penyelesaian apabila harga jual dari kendaraan tersebut tidak cukup

untuk membayar hutang maka Debitor masih harus menyelesaikan sisa

hutangnya. Hal ini dapat dijadikan pelajaran untuk perusahaan leasing agar

mencantumkan juga klausul mengenai pelunasan sisa hutang apabila

penjualan tersebut tidak bisa menutup hutang pokok Debitor.

Dalam perjanjian penyerahan secara Fidusia antara Kreditor dan Debitor

hanya mencantumkan mengenai perawatan kendaraan saja, hal ini tertuang

dalam Syarat-syarat Perjanjian Pembiayaan Dengan Penyerahan Hak Milik

Secara Fidusia butir ke 11 (sebelas) huruf d, yaitu :

Untuk menjamin kelancaran pembayaran seluruh kewajiban DEBITORkepada KREDITOR, baik yang timbul dari perjanjian ini atau perjanjianlainnya yang dibuat oleh DEBITOR dan KREDITOR, maka DEBITORdengan ini menyerahkan kepada KREDITOR hak miliknya atas Fidusiaatas Barang dan barang-barang jaminan lain yang tercantum dalam butir4 (empat) Perjanjian Pembiayaan Dengan Penyerahan Hak Milik SecaraFidusia (secara bersama-sama disebut ”Barang”) dengan syarat-syaratdan ketentuan-ketentuan yang lazim dipergunakan dalam penyerahanhak milik secara Fidusia, antara lain :

Permasalahan hukum..., Ellen Mochfiyuni Adimihardja, FH UI, 2010

Page 72: BAB II PERMASALAHAN HUKUM DALAM LELANG … 26701-Permasalahan... · dikeluarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan, ... secara sewa guna usaha tanpa hak opsi ... Leasing ini

84

Universitas Indonesia

d. Debitor wajib memelihara dan mengurus Barang tersebut sebaik-baiknya dan melakukan segera pemeliharaan dan perbaikan atasbiaya sendiri dan bila ada bagian dari kendaraan yang digantiatau ditambah maka bagian itu termasuk dalam penyerahansecara Fidusia kepada Debitor.

Tidak ada klausul yang menyatakan apabila pihak Debitor melakukan

kecurangan dalam mengganti onderdil, maka pihak Kreditor akan

mengenakan sanksi kepada pihak Debitor.

Menurut pendapat penulis, dalam hal perjanjian yang dibuat antara

Kreditor dan Debitor sangatlah lemah, karena tidak mencantumkan klausul

mengenai kecurangan pihak Debitor dalam penggantian onderdil, apabila

pihak Kreditor ingin melindungi barang Jaminan Fidusia tersebut sebaiknya

klausul mengenai kecurangan ini ditambahkan di dalam perjanjian untuk

menanggulangi hal-hal yang biasanya terjadi di dalam praktek, dan sebaiknya

sebelum perjanjian itu ditanda tangani oleh kedua belah pihak, pihak Kreditor

menjelaskan terlebih dahulu isi dari perjanjian tersebut dengan bahasa yang

mudah dimengerti serta akibat-akibat yang terjadi apabila Debitor melakukan

pelanggaran, karena tidak semua orang mengerti akan hukum.

Sebaiknya pihak Kreditor dalam menyelesaikan masalah apabila ada

pihak Debitor yang wanprestasi, lebih baik pihak Kreditor melakukan

tindakan persuasif, dengan cara menanyakan baik-baik apa kendala dari pihak

Debitor sehingga Debitor bisa wanprestasi, sebab apabila cara ini dilakukan

setidaknya membuat pihak Debitor merasa bahwa Debitor masih diberi

kepercayaan dan kesempatan dalam hal penyelesaian hutang dan hal ini

membuat Debitor tetap mempunyai itikad baik dalam membereskan masalah

wanprestasi ini. Hal ini pun bisa mencegah Debitor untuk melakukan

kecurangan terhadap barang Jaminan Fidusia tersebut.

Berdasarkan penelitian penulis terhadap perusahaan-perusahaan leasing

dimana tempat penulis melakukan penelitian, tingkat terjadinya wanprestasi

itu sangat sedikit sekali, kejadian wanprestasi itu hanya terjadi 3 (tiga) kali

dalam 2 (dua) tahun ini. Hal itu dikarenakan sebelum perusahaan leasing

Permasalahan hukum..., Ellen Mochfiyuni Adimihardja, FH UI, 2010

Page 73: BAB II PERMASALAHAN HUKUM DALAM LELANG … 26701-Permasalahan... · dikeluarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan, ... secara sewa guna usaha tanpa hak opsi ... Leasing ini

85

Universitas Indonesia

memberikan pinjaman kepada Debitor, Debitor harus menyerahkan tanda jadi

(Down Payment) kepada perusahaan leasing dan besarannya telah ditentukan

oleh perusahaan leasing, lalu perusahaan leasing tersebut melakukan survey

terlebih dahulu kepada Debitor, apakah betul Debitor itu telah bekerja dan

Debitor diminta untuk menyerahkan bukti-bukti mengenai identitas dan

pekerjaannya, lalu apabila Debitor tersebut memiliki usaha, maka Kreditor

juga melakukan survey ke tempat usaha milik Debitor tersebut. Hasil dari

survey dimaksudkan untuk menyeleksi apakah Debitor tersebut layak untuk

diberikan pinjaman dan untuk mencegah atau meminimalisir terjadinya

wanprestasi yang bisa berakibat terjadinya kecurangan penggantian onderdil

oleh pihak Debitor dan untuk menjamin kelancaran pembayaran yang

dilakukan Debitor kepada Kreditor.

Permasalahan hukum..., Ellen Mochfiyuni Adimihardja, FH UI, 2010