bab ii pengaruh persepsi dan kebisaan kepemimpinan

138
BAB II PENGARUH PERSEPSI DAN KEBISAAN KEPEMIMPINAN TERHADAP PERFORMANS ADMINISTRASI KEPALA SEKOLAH DASAR PERILAKU KEPALA SEKOLAH DAN PENGARUHNYA TERHADAP PERANAN KEPEMIMPINANNYA / 1« Peranan kepemimpinan kepala sekolah dasar Keseluruhan pembahasan dalam tulisan ini difokus- kan pada proses kepemimpinan yang ditunjang oleh pemaham- an terhadap pengendalian usaha dalam konteks kepemimpin- an kepala sekolah dasar. Uraiannya didasarkan pada karak- teristik kepemimpinan dengan penelaahan ilmiah yang ter- padu« Peranan kepala sekolah disoroti dari segi-segi ke- prilakuan pemimpin dan kelompok dengan berorientasi pada sekolah sebagai suatu sistem» Orientasi ini sangat perlu karena kepala sekolah sebagai administrator dan pemimpin-pendidikan dan peng- ajaran diharapkan dapat mendisain lingkungan pendidikan di sekolahnya yang meliputi kombinasi antara kepriba- dian, ketrampilan, kebisaan, material dan program-prograa pengembangan pendidikan yang diperlukan di sekolah. Pe- ranan-peranan di atas mewajibkan kepala sekolah agar da*- pat melihat sekolah sebagai sistem dan mengetahui serta dapat menghayati komponen-komponen sistem yang saling me- nunjang dalam usaha pencapaian tujuan-tujuan sekolah, Suatu kerangka acuan untuk, memahami perilaku kepa- la sekolah selaku administrator, memerlukan pendekatan 64

Upload: truongdieu

Post on 08-Dec-2016

233 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II PENGARUH PERSEPSI DAN KEBISAAN KEPEMIMPINAN

BAB II PENGARUH PERSEPSI DAN KEBISAAN KEPEMIMPINAN

TERHADAP PERFORMANS ADMINISTRASI KEPALA SEKOLAH DASAR PERILAKU KEPALA SEKOLAH DAN PENGARUHNYA TERHADAP PERANAN KEPEMIMPINANNYA

/

1« Peranan kepemimpinan kepala sekolah dasar Keseluruhan pembahasan dalam tulisan ini difokus-

kan pada proses kepemimpinan yang ditunjang oleh pemaham-an terhadap pengendalian usaha dalam konteks kepemimpin-an kepala sekolah dasar. Uraiannya didasarkan pada karak-teristik kepemimpinan dengan penelaahan ilmiah yang ter-padu« Peranan kepala sekolah disoroti dari segi-segi ke-prilakuan pemimpin dan kelompok dengan berorientasi pada sekolah sebagai suatu sistem»

Orientasi ini sangat perlu karena kepala sekolah sebagai administrator dan pemimpin-pendidikan dan peng-ajaran diharapkan dapat mendisain lingkungan pendidikan di sekolahnya yang meliputi kombinasi antara kepriba-dian, ketrampilan, kebisaan, material dan program-prograa pengembangan pendidikan yang diperlukan di sekolah. Pe-ranan-peranan di atas mewajibkan kepala sekolah agar da*-pat melihat sekolah sebagai sistem dan mengetahui serta dapat menghayati komponen-komponen sistem yang saling me-nunjang dalam usaha pencapaian tujuan-tujuan sekolah,

Suatu kerangka acuan untuk, memahami perilaku kepa-la sekolah selaku administrator, memerlukan pendekatan

64

Page 2: BAB II PENGARUH PERSEPSI DAN KEBISAAN KEPEMIMPINAN

121f

perilaku untuk melihat kepala sekolah dengan segala je-nis fungsi dan kev/enangannya sebagai pemimpin operasio-nal dan pemimpin individu-individu guru dengan segala kebutuhan dan harapannya. Di sini kepala sekolah bukan saja berurusan dengan kelancaran administrasi melulu, te-tapi terutama dengan kualitas pendidikan di mana secara positif ia harus bekerja untuk memperbaiki efektivitas pendidika». Kedua hal ini memang benar tetapi tidak se-luruhnya tepat, justru kepala sekolah sebagai pemimpin dan .administrator harus mengimplementasikan seluruh kebijakan atasan untuk dilaksanakan, diawasi dan benar-benar berakar»

'- Di pihak lain kepala sekolah dihadapkan dengan kebutuhan-kebutuhan staf gurunya di mana posisi guru-guru merupakan kunci keberhasilan sekolah selaku organi-sasi» Peranan guru dalam mengubah perilaku murid- murid selama di kelas adalah sangat penting« 11 Teachers are the vital link between the administration and the stu-s dents» They are the interpreters of the program and its goals» They can, in fact, greatly affect whether the objective will be achieved" (Kiros, 1975,h.l57). Bagai-mana kedua posisi yang seolah-olah saling bertentangan ini tercapai, umumnya ditentukan oleh karakteristik pe-rilaku kepemimpinan kepala sekolah selaku administrator

Page 3: BAB II PENGARUH PERSEPSI DAN KEBISAAN KEPEMIMPINAN

121f

dan pemimpin pengajaran. Pembahasan perilaku kepala seko-lah selaku administrator maka secara lengkap titik pem-bahasannya adalah pada peranan-peranan mana saja yang harus dimainkan kepala sekolah agar tujuan dan sasaran-sasaran sekolah sebagai organisasi tercapai.

Dalam teori tentang peranan, Sarbin (Lindzey dan Aronson, 1975»h.488-^97) mengemukakan konsep pemeran pe-ranan (role enactment) untuk menjelaskan kesungguhan da-ri tugas yang dikerjakan dan benar-benar melibatkan diri pemeran secara langsung. Hal ini dikemukakan sehubungan dengan istilah peranan (role) itu sendiri yang secara langsung dipinjam dari dunia sandiwara, suatu kiasan di-maksudkan untuk menunjukkan tingkah laku yang melekat pa-da bagian-bagian atau posisi-posisi tertentu dari pada pemain-pemain yang membaca atau menirunya. Fokusnya ar dalah pada tingkah laku sosial yang jelas» Selanjutnya dikemukakan dimensi-dimensi pemeran peranan yang nampak-nya mempunyai kegunaan konseptual atau praktis yang me-liputi jumlah peranan, usaha dan jumlah wakt.u yang dibe-rikan seseorang pada satu peranan dibandingkan dengan peranan lainnya«

Peranan adalah suatu fungsi dari pribadi pemeran yang menyatakan elemen-elemen seperti citra, sikap ter-hadap hasil karya tugas-tugasnya dan hubungannya pada pekerjaan. Dalam administrasi, dua komponen peranan ut a-

Page 4: BAB II PENGARUH PERSEPSI DAN KEBISAAN KEPEMIMPINAN

ma masing-masing harapan atau ekspektasi yang berkaitan dengan perilaku yang cocok untuk setiap individu yang memainkan peranan-peranan tertentu« Dalam hubungan de-ngan pelaksanaan yang efektif dalam suatu organisasi, se-seorang individu harus belajar tentang perilaku dan atribut-atribut mana yang diharapkan dari peranan yang dimainkannya« Sarbin, mengemukakan bahwa ekspektasi da-lam konteks peranan (rôle expectation) adalah suatu koi>-sep yang menjembatani antara struktur sosial dan peranan perilaku« Konsep ini merupakan konsep kognitif, yang isinya terdiri dari kepercayaan/keyakinan, ekspektasi,ke-mungkinan-kemungkinan subyektif dsb« Unit struktur so-sial adalah posisi dan status« Unit-unit ini didefinisi -kan berkenaan dengan tindakan-tindakan dan kualitas yang diharapkan dari orang yang setiap saat menduduki posisi tersebut« Dengan demikian "role expectation" ter-diri dari hak dan hak-hak istimewa, tugas dan kewajiban dari setiap orang yang menduduki posisi-posisi lainnya«

a« Pendekatan-pendekatan terhadap peranan Kfenala Sekolah (1). Pendekatan pertama, adalah pendekatan yang

melihat pekerjaan kepala sekolah berkenaan dengan proses administrasi« Pendekatan ini menekankan pada perilaku ad-ministratif yakni kegiatan dan bukan pekerjaan kepala sekolah« (Robbins, 1978, h. 17-20), Proses administrasi

Page 5: BAB II PENGARUH PERSEPSI DAN KEBISAAN KEPEMIMPINAN

121f

menurut Robbins menunjuk pada perencanaan, pengorganisa-sian, memimpin dan mengevaluasi. Kegiatan yang demikian terdapat pada semua tipe organisasi. Secara komprehensip kegiatan ini harus ditunjang oleh tujuan yang ingin dica-pai, sumberdaya yang dialokasi oleh administrator yang diarahkan untuk pencapaian tujuan organisasi. Herbert Simon (Herbert Simon, 1976, h. 8) di dalam memba-has proses administrasi, mengemukakan bahwa proses admi-nistrasi adalah suatu proses pengambilan keputusan; ter-diri dari pemisahan elemen-elemen tertentu dari keputus-an anggota organisasi, kemudian menetapkan prosedur or-ganisasi yang regular untuk menyeleksi dan menentukan e-lemen-elemen ini dan mengkomunikasikannya kepada anggota-anggota bersangkutan.

Bila pendekatan ini: diterima secara konsekuen, ma-ka kepala sekolah dasar di dalam menjalankan tugas-tugas-nya hanya berperan sebagai administrator. Di pihak lain kepala sekolah dasar bukan sekedar sebagai administrator tetapi juga sebagai pemimpin pendidikan pengajaran di sekolah dan dengan demikian ia berperan sebagai supervi-sor pendidikan pengajaran dalam lingkungan sekolahnya.Da-lam peranannya sebagai supervisor maka kepala sekolah me-laksanakan pekerjaan memimpin, berperanan dalam membang-kitkan moral staf gurunya.

Page 6: BAB II PENGARUH PERSEPSI DAN KEBISAAN KEPEMIMPINAN

121f

Untuk meningkatkan efektivitas sekolah sebagai sistem,ma-ka sebagai pfemimpin, kepemimpinannya harus dapat membagi wewenang sesuai dengan batas-batas yang wajar. Dengan demikian dapat dilaksanakan prosedur pembuatan keputusan bersama secara efektif. Di dalam usaha memperoleh infor-masi-informasi yang tepat sebagai masukan bagi pembuatan keputusan, maka jakur-jalur komunikasi harus tetap ter-buka dalam dua arah. Dalam hal pembinaan moral staf guru, perlu dijaga agar pekerjaan itu memberi kepuasan pada individu-individu yang melakukan tugasnya. Untuk itu per-lu diciptakan : Keamanan setiap guru yang mencakup pen-dapatan dan promosi yang wajar, kondisi kerja yang baik dan ekspektasi masa depan yang cerah; perasaan tergolong ke dalam kelompok yaitu dengan usaha mengikut sertakan staf guru untuk turut berpartisipasi dalam kegiatan- ke-giatan kelompok tertentu; perilaku yang wajar terhadap prestasi kerja tiap guru , sehingga mereka benar- benar dirasakan bahwa apa yang dikerjakannya dapat memberi kon-tribusi pada seluruh sistem; Merasa dirinya penting da-lam sistem secara keseluruhan; partisipasi dalam merumus-kan kebijakan - kebijakan bersama. Di dalam pengem-bangan staf dapat diusahakan penataran, seminar, diskusi dan kegiatan-kegiatan lainnya yang relevan dengan per-kembangan profesi mengajar.

(2). Pendekatan kedua, adalah pendekatan keperi-

Page 7: BAB II PENGARUH PERSEPSI DAN KEBISAAN KEPEMIMPINAN

121f

lakuan yang melihat kepala sekolah dalam usaha- usahanya membuat staf guru di sekolah sebih berarti, menguntung-kan dan menyenangkan. Pendekatan ini berusaha untuk mem-pengaruhi, memotivasi dan mengkordinasi elemen manusia di dalam mencapai kepuasan individu dan kelompok dan pro-duktivitas organisasi. Di sini jelas usaha memahami peri-laku individu dalam kelompok adalah prasyarat untuk pen-capaian kepuasan staf guru, Hakekat pendekatan ini memba-wa pada pertimbangan-pertimbangan dari dimensi perilaku, dimensi organisasi dan komunikasi. Dari dimensi perilaku maka yang penting adalah tata hubungan manusiawi, parti-sipasi dan kepemimpinan. Dimensi organisasi lebih mene -kankan pada pelimpahan wewenang, perluasan tugas - tugas dan desentralisasi. Dimensi komunikatif menekankan pada komunikasi informal dan horizontal, komunikasi vertikal,' dan tata hubungan yang terbuka.

Pandangan yang lebih mendekati pandangan di atas ialah teori Y yang diusulkan oleh McGregor sebagai peng-ganti teori X yang menurut McGregor sendiri adalah pende-katan yang keliru. Dasar teori Y ialah memberikan kebe -basan yang lebih banyak pada bawahan tetapi dibarengi de-ngan tanggung jawab yang lebih besar. Kedua teori ini ( teori X dan teori Y ) menurut Shrode & Voich ( Shrode& Voich, 197/f,'h, 57-76 ) berhubungan dengan hirarkhi kebu-tuhan dari Maslovi, Teori X didasarkan hanya pada tingkat

Page 8: BAB II PENGARUH PERSEPSI DAN KEBISAAN KEPEMIMPINAN

121f

kebutuhan bawah (physiological and safety) untuk memoti-vasi orang di dalam organisasi. Di pihak lain teori T di-dasarkan pada usaha mencari kepuasan pada tingkat yang lebih tinggi (esteem and self-actualization) dalam hal memotivasi orang untuk turut berpartisipasi di dalam pen-capaian tujuan organisasi. Bertentangan dengan teori X yang lebih tradisional dengan berfokus kepada insentif ekonomi, teori Y lebih demokratis, partisipatif dan di-fokuskan pada sifat kerja sama. Oleh karena konsep ini mencari untuk mencapai "intrinsic reward" (berkaitan de-ngan prestasi pribadi) lebih dari pada "extrinsic reward" (ekonomi dan sosial) maka manusia dimotivasi untuk bei»-partisipasi secara bebas dan atas kemauan sendiri di da-lam pencapaian tujuan-tujuan organisasi yang lebih tei»-integrasi dengan tujuan-tujuannya sendiri.

Tanpa memperhatikan segi-segi pokok kehidupan ma-nusia sebagai sumber produktivitas, seorang manejer suatu perusahaan tak dapat membuat suatu rencana pengembangan tenaga manusia (manpower development program), karena perkembangan suatu perusahaan sa-ngat bergantung kepada pengembangan tenaga manusia yang bekerja pada perusahaan. Setiap manusia ingin mendapat kepuasan dalam hidupnya. Tanpa kepuasan dalam hidupnya manusia tidak dapat mengembangkan mo-tivasinya untuk bekerja untuk mencapai tujuan hiduj>-nya, baik sadar maupun tidak sadar. Tujuan hidup yang ingin dicapai merupakan dorongan dan sekaligus pedoman hidupnya (Sikun Pribadi, 1978, h.19)*

Ditinjau dari kepemimpinan sekolah dasar, konsep- konsep di atas yang menekankan pada kerja sama, partisipasi da-lam berbagai kegiatan untuk meningkatkan prestasi seko-

Page 9: BAB II PENGARUH PERSEPSI DAN KEBISAAN KEPEMIMPINAN

121f

lah dan kepuasan anggota-anggota kelompok, sangat baik dan berguna bagi kepala sekolah dalam peranannya sebagai pemimpin pengajaran di sekolah» Konsep yang tepat ialah kepala sekolah harus berorientasi pada tugas dan- juga tata hubungan manusiawi.

b» Keuala sekolah dan peranan-peranannya Kepala sekolah adalah pemimpin, tetapi di ' pihak

lain keberhasilan sekolah tergantung kepada performans kolektif antara kepala sekolah dan staf gurunya. Dalam hal ini diperlukan kerja sama yang harmonis dengan staf guru. Oleh sebab itu kepemimpinan kepala sekolah seyogia^ nya merupakan suatu proses relasi pribadi. Essensi kepe-mimpinan menurut Koontz dan O'Donnell, adalah pengikut-pengikutnya dan menurut liedler, performans kelompok ter-gantung pada gaya kepemimpinannya (Koontz & O'Donnell, 1976 , h.567)« Persoalannya gaya pemimpin mana yang te-pat digunakan oleh kepala sekolah untuk mempengaruhi pe-rilaku staf gurunya sehingga akan mengefektifkan program-program pendidikan dasar di sekolah. Gaya pemimpin yang baik harus memperhatikan dan mengakui martabat manusia sebagai subyek dan bukan sebagai alat. (1). Kenala sekolah sebagai administrator

Dari uraian di atas, jelas peranan kepala sekolah dasar adalah peranan administrator dan peranan sebagai

Page 10: BAB II PENGARUH PERSEPSI DAN KEBISAAN KEPEMIMPINAN

121f

pemimpin pendidikan pengajaran atau supervisor di seko-lahnya sendiri. Administrator, di dalam kamus istilah ma-najemen dijelaskan sebagai pemimpin di bidang pelaksana-an peraturan, prosedur dan kebijaksanaan. Dalam kamus administrasi, dijelaskan bahwa pengertian administrator hampir sama dengan "executive" dalam arti pejabat pim-pinan, Hanya pada umumnya dibedakan bahwa "executive" menduduki jabatan pada tingkat atas dan membuat keputus-an-keputusan penting berdasarkan kebijaksanaannya, se-dang administrator lebih banyak mengurus penyelenggaraan rencana/keputusan yang telah ditetapkan (Faber& Shearron, 1970, h.307)* Lipham, tentang administrator dan pemimpin mengemukakan pendapatnya sbb« Ia setuju dengan definisi Hemphill tentang kepemimpinan, sebagai permulaan dari suatu struktur atau struktur baru untuk menyelesaikan tu-juan-tujuan dan sasaran-sasaran organisasi atau mengubah tujuan dan sasaran organisasi. Di sini penekanannya par da pemrakarsa perubahan (initiating change) bukan seke-

y

dar perubahan struktur atau prosedur atau perubahan tujur-an dan sasaran organisasi, Di pihak lain administrator diidentifikasikan sebagai individu yang : menggunakan struktur atau prosedur yang ada untuk mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditetapkan. Selanjutnya dikemu-kakan bahwa administrator terutama berurusan dengan pe-

Page 11: BAB II PENGARUH PERSEPSI DAN KEBISAAN KEPEMIMPINAN

121f

meliharaan lebih dari pad.a^perubahan, memelihara kesta-bilan. struktur, prosedur, tujuan dan sasaran. Lipham me-mandang administrator sebagai pembela keadaan yang sudah mapan pada saat tertentu (defender of the status quo ) sebagai kekuatan pemantapan (a stabilizing force) dan pe-mimpin adalah sebagai agen perubahan (a change agent). Margaret Mackie (Mackie, 1977,h.¿+0) tentang peristilahan ini mengemukakan sbb :

"X shall assume that to call a person an adminis-trator rather than an agent is to regard him as having a substantial part in decision-making.I shall thus take it that, for instance, school principals may in some systems be administrators, and in others agents. The extent to which they are • administrators is an index of the extent to which their system is a democrat!ve way."

Kepala sekolah dasar di mana lingkungan organisa-si sekolah terbatas pada jumlah tenaga guru yang relatif kecil, maka kepala sekolah sekaligus berperanan sebagai administrator dan juga pemimpin pengajaran (instructional leader) di sekolah. Persoalannya bagaimana kedua peranan ini dimainkan, tergantung kepada situasi di mana ' salah satu dari peranan-peranan, itu harus ditonjolkan. Bagai-mana kepala sekolah berperanan sebagai administrator dan pada situasi lainnya berperilaku sebagai pemimpin peng-ajaran yang mempunyai pengaruh untuk pencapaian tujuan sekolah, dapat dijelaskan sbb :

Cuba (Faber & Shearron, 1970, h.270-273), di da-

Page 12: BAB II PENGARUH PERSEPSI DAN KEBISAAN KEPEMIMPINAN

121f

lam membahas kekuasaan administrator (administrator's po-wer) mengemukakan bahwa tugas administrasi yang unik ada-lah sebagai penengah antara dua perangkat perilaku yang mendatangkan kekuatan, yakni dimensi peranan (nomothetic) dan dimensi pribadi (ideographic) dalam hal untuk meng-hasilkan perilaku yang berguna bagi organisasi dan kepu-asan individu. Dalam model ini, Cuba memandang adminis-trator sebagai pemakai kekuatan dinamis yang disebut ke-kuasaan dengan bersumber pada status dan prestise (pres-tige). Status menghasilkan peranan dan prestise bersifat pribadi dan yang harus diperoleh. Di pihak lain kekuasa-an berupa pengaruh (influence), tidak dilimpahkan kepada administrator. Jika administrator memiliki pengaruh, ma-ka hal ini diperoleh melalui prestise pribadinya. Fungsi kepala sekolah sebagai administrator ialah menyelesaikan tugas-tugas administrasi sekolah yang dalam hal ini sa-ngat berkaitan dengan wewenang rasional yang sah.

• Berkenaan dengan hal ini, diperlukan kompetensi-kompetensi tertentu, meliputi $ melaksanakan fungsi-fungsi administrasi , perlengkapan pejabat dengan wewenang yang berguna untuk melaksanakan fungsi-fungsi tersebut dan keharusan-keharusan penting yang su-dah didefinisikan. Tanggung jawab utama administrator me-

»

nurut Allan Thomas ialah menciptakan dan mengoperasikan

Page 13: BAB II PENGARUH PERSEPSI DAN KEBISAAN KEPEMIMPINAN

121f

suatu sistem yang produktif yang mencakup: ! Penggunaan sumber-sumber daya sampai tingkat penyelesaian di dalam pencapaian tujuan-tujuan sistem; memonitor sistem dan menggunakan informasi tentang performans pada titik ter-tentu dalam waktu agar dapat memperbaiki operasi berikut-nya. Sekolah yang produktif adalah satu perimbangan yang menguntungkan antara masukan' dan keluaran. Rasio antara k eluaran dan masukan dapat dinyatakan se-bagai suatu persamaan yang disebut fungsi produksi.

Dalam uraian selanjutnya Allan Thomas ( Allan lho-mas, 197 , h. 9 - 13 ) mengajukan tiga fungsi produksi , yakni fungsi produksi administrator, fungsi produksi da-ri ahli-ahli psikologi dan fungsi produksi dari ahli-ah-li ekonomi. Keluaran fungsi administrasi atau PF1 berupa unit-unit pelayanan, keluaran fungsi produksi psikologi atau PF2 merupakan perubahan-perubahan perilaku siswa termasuk penambahan pengetahuan, nilai-nilai atau penam-bahan kebisaan; keluaran fungsi produksi ekonomi > atau PFj> berupa tambahan pendapatan sebagai hasil' tambahan se-kolah. Prosedur khusus dari administrator ialah mengiden-tifikasikan satu perangkat rangkaian pengajaran dan pela-

f

yanan lainnya yang dibutuhkan murid/siswa atau yang te-lah ditentukan oleh guru, atau administrator sendiri yang

Page 14: BAB II PENGARUH PERSEPSI DAN KEBISAAN KEPEMIMPINAN

121f

diperlukan murid/siswa. Dalam hal yang demikian adminis-trator tidak dapat mengabaikan segi-segi kuantitas . dan kualitas masukan termasuk misalnya besar kelas, kualifi-kasi guru, konstruksi gedung, besar dan isi perpustakaan dan peralatan yang diperlukan terutama yang digunakan di laboratorium. Unit-unit pelayanan yang merupakan keluar-an dari fungsi-fungsi administrator berupa dimensi waktu seperti tahun atau jam belajar siswa, sehingga dapat di-bandingkan biaya-biaya yang melengkapinya. Masukan beru-pa barang-barang yang dibeli untuk pelayanan - pelayanan khusus misalnya ruangan, peralatan, buku-buku, material dan waktu guru serta pegawai lainnya. Dengan demikian da-pat dikalkulasi biaya- biaya misalnya untuk satu unit pe-layanan khusus tertentu.

Dari uraian-uraian di atas tentang fungsi adminis-trator dapat dikatakan bahwa pengetahuan kepala §©k@lah tentang peraturan perundang-undangan dan kebijakan mengenai program-program pendidikan dasar, sistem ..penga-lokasian sumber-sumber daya dan sumber-sumber serta im -plementasi kebijakannya sendiri merupakan salah satu dari tugas utama kepala sekolah. Akibatnya seluruh penge-tahuan yang berkenaan dengan fungsi ini beserta implika-si-implikasinya yang luas terhadap peranan kepala seko-lah ; di samping itu ekspektasi staf guru dan staf lain-nya serta masyarakat merupakan lingkup pengetahuan yang

Page 15: BAB II PENGARUH PERSEPSI DAN KEBISAAN KEPEMIMPINAN

121f

harus dikuasai oleh kepala sekolah. Goldstein, di dalam meneliti sikap personil seko-

lah terhadap peranan, status dan wewenang kepala sekolah dasar, ( The Journal o f Educational Administration,1975, h. 119 - 138)menemukan antara lain "bahwa: Promosi pada posisi kepala sekolah merupakan suatu prestasi sebagai guru; sumber v/e wenang kepala sekolah yang sangat penting adalah pengetahuan yang dalam tentang kondisi-kondisi se-kolah dan kebutuhan-kebutuhan khususnya; bidang uta.ma we-wenang kepala sekolah adalah penggunaan pengetahuan ter-hadap kebutuhan khusus sekolah, fleksibilitas dalam meng-alokasi waktu dan biaya, menginterpretasi secara tepat instruksi-instruksi menteri pendidikan sesuai dengan ke-butuhan institusi.

(2). Kepala sekolah sebagai pemimpin pengajaran

Berkenaan dengan posisi kepala sekolah sebagai ad-ministrator sekolah, maka peranannya sebagai pemimpin da-pat merupakan kekuatan yang terintegrasi untuk mencegah konflik-konflik pribadi yang dapat merugikan . kegiatan program-program pendidikan dan pengajaran di sekolah.Kon-flik-konflik yang dimaksud dapat bersumber pada variabel variabel administrator seperti misalnya, pengalaman ker-ja, tingkat pendidikan formal yang dimiliki kepala seko-lah sebelumnya, jenis kelamin, umur dan pengetahuan ad-ministrasi yang dimilikinya; dapat juga bersumber pada

Page 16: BAB II PENGARUH PERSEPSI DAN KEBISAAN KEPEMIMPINAN

121f

perbedaan di dalam tingkat pendidikan formal7 misalnya ; di antara guru bantu dengan kepala sekolah di mana ter-nyata guru bantu bersangkutan memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi dari kepala sekolahnya sendiri } dapat menimbulkan konflik. Sebagai akibatnya, kepala sekolah akan kehilangan wewenang dan wibawa, khususnya dalam bidang pengetahuan« Salah satu usaha yang perlu dikem-bangkan kepala sekolah untuk mengatasi konflik ini ialah, bagaimana ia membangun hubungan yang baik antara dirinya selaku admonistrator agar diperoleh kerja sama secara sukarela antara keduanya. Di sinilah letak pentingnya pe-ranan kepemimpinan yang melukiskan proses yang sangat bersifat pribadi antara atasan dan bawahan di mana atas-an (kepala sekolah) berusaha memotivasi bawahan (staf gt>-ru) agar meraka dapat memberi kontribusi yang berarti da-lam pencapaian tujuan sekolah.

Sehubungan dengan persoalan ini yakni yang menge-nai tata hubungan manusiawi antara kepala sekolah ^ dan staf gurunya maka fungsi utama sekolah menurut Castetter (Castetter, 1971» h.33-37) adalah agar setiap kepala sekolah dapat memahami dengan setepatnya latar belakang kemampuan setiap guru bantunya sehingga memungkinkannya untuk : (a) Mencocokkan setiap guru dengan posisinya. (b) Membantu dan memotivasi staf gurunya.

Page 17: BAB II PENGARUH PERSEPSI DAN KEBISAAN KEPEMIMPINAN

121f

Dengan informasi ini kepala sekolah mudah merencanakan program-program pengendalian usahanya untuk perbaikan ke-adaan sekolah di masa yang akan datang.

Dalam fungsinya sebagai supervisor kepala se-kolah bertanggung jawab atas pelaksanaan pekerjaan staf guru secara tepat dan efisien sesuai dengan . kebijak-an yang telah digariskan. Spriegel dan kawan-kawannya ( Spriegel et al, 1957» h. 1 - 3 ) memberi batasan pada su-pervisor sebagai orang yang bertanggung jawab pada peri-laku orang lain di dalam prestasi suatu tugas tertentu, memelihara kualitas yang telah dibakukan, menjaga dan me-melihara material, memberikan pelayanan kepada bawahan yang diawasinya. " To supervise means that the super-visor initiates action and follows up to see that the work he has organized and deputized is carried out and that the plans which have been made are put into effect on time and in the proper manner.11

Terdapat karakteristik unik dari supervisor yang y

oleh Robbins C Robbins, 1978 h. 371 - 37k ) -dikemukakan sbb: (a) Apabila administrator berorientasi pada ^perencanaan dan evaluasi, maka supervisor menggunakan sebahagian be-sar dari waktunya untuk membimbing, mengarahkan dan meng-awasi kegiatan bawahannya. (b) Ketidak leluasan wewenang, di mana supervisor diha-

Page 18: BAB II PENGARUH PERSEPSI DAN KEBISAAN KEPEMIMPINAN

121f

ruskan berinteraksi dengan wewenangnya di antara dua ke-lompok yakni kelompok pekerja yang diawasinya dan atasan-nya sendiri. Selanjutnya dikemukakan sbb:

" It may even be argued that the task orientation of the administrative group (get the job done) and the relation orientation of the operative group (treat us as human beings and show concern for our feelings) are incompatible demands on supervisors, placing them in a role-conflict situation and in an environment with high responsibility and question -able authority,"

Ditinjau dari segi kepemimpinan kepala sekolah se-bagai supervisor ternyata keseluruhan peraturan, kebijak-sanaan administrasi kependidikan pemerintah diimplemen-tasikan melalui kepala sekolah. Di dalam menjalankan ad-ministrasi kependidikan, kepala sekolah hanyalah alat implementasi kebijakan atasan.

Dengan uraian-uraian di atas maka kepala sekolah dalam peranannya sebagai supervisor dan sekaligus seba-gai administrator harus bertanggung jawab dan mempertang-gung jawabkan tugas-tugas yang dibebankan baginya. Dalam melaksanakan tanggung jawab dan pertanggung jawaban kepa-da atasannya / penilik / pengawas,- kepala sekolah diwa-jibkan untuk : (a), Mengkomunikasikan keputusan kebijaksanaan atasan ke-Y

pada staf guru dan staf lainnya. (b), Mengkomunikasikan keinginan dan kebutuhan staf guru

dan staf lainnya kepada atasan.

Page 19: BAB II PENGARUH PERSEPSI DAN KEBISAAN KEPEMIMPINAN

82'

(c). Memelihara dan membina kualitas pendidikan yang te-lah dibakukan.

(d)» Merumuskan rencana dan metode serta strategi menga-jar dan belajar untuk meningkatkan efisiensi organi-sasi sekolah.

(e)» Mengurangi pemborosan sumber daya dan sumber tenaga dan waktu serta menekannya seminimum mungkin.

(f). Memelihara dokumen-dokumen C records ) secara aku-rat dan berkesinambungan sehingga dapat digunakan untuk mempedomani tindakan, kebijaksanaan dan renca-na di masa yang akan datang.

(g). Membuat laporan-laporan sekolah.

c« Faktor-faktor penghambat tercapainya hasil yang telah ditetapkan

Dari keseluruhan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi kepala sekolah dasar merupakan fungsi ganda yakni sebagai administrator sekolah dan pemimpin pendi -dikan dan pengajaran atau dapat diintegrasikan ke 'dalam sistem kepemimpinan sekolah- Sebagai pemimpin ( leader ) kepala sekolah melaksanakan fungsi-fungsi kepemimpinan , yakni perencanaan, pengorganisasian, pembimbingan dan pe-nilaian atau evaluasi dalam lingkup mikro sekolah« Fungsi - fungsi yang dimaksud tidak lain dar

ri pada mekanisme proses pengendalian usaha dalani kon-

Page 20: BAB II PENGARUH PERSEPSI DAN KEBISAAN KEPEMIMPINAN

121f

teks administrasi pembangunan. Di dalamnya telah tersi-rat pengalokasian sumber daya yang langka. Faktor-faktor penghambat itu digambarkan sbb : (1).. Faktor kelangkaan sumber-sumber daya.

Secara makro nasional permasaalahannya menun-jukkan bah v/a terdapat perbedaan di dalam pencapaian tar-get pendidikan yang seharusnya dicapai ( Tabel pada h-. 33 ) khususnya di lokasi penelitian ini. Di pihak lain sehubungan dengan kurikulum yang telah dibakukan, maka hampir seluruh tenaga guru sekolah dasar telah ditatar untuk semua bidang studi; buku-buku teks dan alat - alat pelajaran yang dibakukan juga sudah terbagi. Dengan de-mikian sumber variasi yang dapat menimbulkan perbedaan , secara nasional mungkin dapat diatasi sekurang-kurangnya oleh pemerintah. Dalam laporan hasil-hasil observasi Komi-si IX - DPR tentang bidang pendidikan khususnya sekalah dasar lama ( untuk membedakannya dengan SD Inpres ) dike-mukakan sbb:

" SD Negeri yang sudah lama, selain bangunannya yang perlu diperbaiki, juga peralatannya seperti bangku-bangku murid, papan tulis dan lain - lain , meskipun secara berangsur. Perlu adanya keseragaman dalam pelaksanaan memberi -kan bahan pelajaran untuk murid SD dari tiap kelas / tingkatan, sehingga murid-murid SD di manapun mereka berada di Indonesia mempunyai mutu pengetahuan yang sama, sehingga peraturan/kebijakan apapun dari Depar-temen P dan K yang diambil untuk mereka atau kepin -dahan murid ke tempat lain, tidak akan merupakan ham-batan dan kerugian bagi yang bersangkutan. Pelaksana-an distribusi buku-buku paket untuk SD di daerah-dae-rah oleh Pemerintah perlu diikuti dan diteliti apakah sudah sesuai dengan program yang ditentukan. ( Menteri P dan K , 1979, h. 51-52).

Page 21: BAB II PENGARUH PERSEPSI DAN KEBISAAN KEPEMIMPINAN

121f

(2). Faktor kepemimpinan kepala sekolah. Secara mikro sekolah, selain sumber variasi seca-

ra nasional di atas, terdapat pula sumber variasi secara mikro sekolah. Dalam hal yang demikian sekolah sebagai organisasi perlu dilihat sebagai suatu sistem terbuka un-tuk secara analitik dapat ditonjolkan karakteristik yang menguntungkan atau yang menghambat. Sebagai salah satu cara berpikir, konsep sistem memberikan suatu kerangka acuan untuk visualisasi faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal sebagai suatu keseluruhan. Sistem merupakan sejumlah bagian-bagian yang saling berkaitan, bekerja secara independen dan bersama, di dalam mengejar tujuan-tujuan umum bersama sebagai keseluruhan dan pada ling-kungan yang kompleks •

Di dalam menghadapi prestasi kelompok/prestasi se-kolah yang rendah atau karena tidak mencapai target yang ditentukan, kepala sekolah harus memperhatikan tingkat prestasi lembaga, demikian juga partisipasi dan suasana kerja sama staf gurunya beserta kepuasan guru-guru sehu-bungan dengan hasil karyanya. Dengan demikian prestasi sekolah tergantung pada kepala sekolah dalam fungsinya selaku penanggung jawab utama di sekolahnya. Berkenaan dengan teorinya tentang prestasi organisasi, Stogdill (Griffiths , 1965, h,82-84) mengemukakan sbb :

Page 22: BAB II PENGARUH PERSEPSI DAN KEBISAAN KEPEMIMPINAN

121f

" Realizing output balance in an organization is the-leader's task. For example, it is the administra-tor's job to see that all of these things come about: the schools are effective, that the members of the school staff work together (in a functional subsysten sense), and the individual staff members are moti-vated to do their best".

d, ffeberapa fungsi lainnya berkenaan dengan peranan ke-pala sekolah dasar

Persoalan ini berkenaan dengan dua fungsi kepemim-pinan lainnya yakni pemimpinan (leading) dan evaluasi yang sebenarnya menyangkut segi supervisi. Dalam kamus istilah manajemen pemimpinan atau "leading" dijelaskan sebagai pembimbingan karyawan supaya bekerja efektif ; pemimpinan merupakan fungsi ketiga dari empat fungsi mar-najemen profesional,Pemimpinan berfungsi memberi petunjik dan supervisi kepada staf guru di dalam menghadapi berba-gai tugas dan masalah yang timbul di kelasnya,Fungsi-fung si ini diarahkan untuk penyelesaian tujuan dan sasaran -sasaran yang sudah mapan di dalam perencanaan« Dalam hu-bungan dengan fungsi-fungsi kepemimpinan, maka pemim-pinan terdiri dari supervisi, motivasi dan 'komunikasi. Supervisi sesuai dengan uraian terdahulu berfungsi mem-berikan informasi yang berguna bagi guru di dalam usaha memperbaiki proses mengajar belajar, menyadarkan dan membimbing staf guru di dalam usaha membangkitkan dan memaksimalkan potensi-potensinya. Teknik pelaksanaannya

Page 23: BAB II PENGARUH PERSEPSI DAN KEBISAAN KEPEMIMPINAN

121f

meliputi observasi kelas, mengobservasi guru dan kondisi-kondisi kerjanya untuk menjaga bahwa sasaran dan target pendidikan dan pengajaran dapat tercapai pada waktu yang telah ditentukan.

Fungsi pemimpinan juga mencakup usaha dan tang-gung jawab untuk memotivasi guru-guru. Pendekatan mana-jemen ilmiah memberi pertekanan kepada insentif ekonomi. Di pihak lain Mayo dan kawan-kawannya menitik beratkan pada jaringan inter aksi sosial, dengan memandang bahwa produktivitas tidak tergantung pada individu. White ke-mudian menunjukkan bahwa insentif ekonomi sering tidak menjadi faktor utama, tetapi tekanan-tekanan sosial ( so-cial pressures) dalam kelompok kecil menentukan motiva-si pekerja dan tingkat usaha individu. McGregor menekan-kan pada prestasi pribadi (intrinsic rewards). Rerzberg, mengajukan konsep "motivation hygiene" di mana ia mene-mukan bahwa motivator yang riil berhubungan dengan pres-tasi, pertumbuhan dalam pekerjaan dan pengakuan kepada kapabilitas seseorang (satisfaction of esteem dan self actualization needs). Pendekatan keprilakuan (behavioral sciences approach) menitik beratkan pada hubungan antara kepuasan individu pekerja dengan produktivitas dan bahwa peningkatan kepuasan akan meningkatkan efisiensi organi-sasi. Maslow memberi tekanan pada hirarkhi kebutuhan yarg terdiri dari lima tingkat kebutuhan dasar yakni fisiolo-

Page 24: BAB II PENGARUH PERSEPSI DAN KEBISAAN KEPEMIMPINAN

121f

(physiological needs), keamanan (safety needs), sosiabi-litas (belongness or social needs), harga diri ( esteem needs) dan realisasi diri (self actualization). Kebutuh-an-kebutuhan inilah yang menurut Maslow merupakan moti-vator bagi individu untuk bekerja keras dan berprestasi.

Dari uraian di atas jelas motivasi merupakan fak-tor utama di dalam membangkitkan usaha staf guru untuk bekerja lebih keras dan lebih berkarya meningkatkan pres-tasi kelompok dan sekaligus pula mencapai kepuasan ma-sing-masing guru sebagai anggota kelompok. Untuk tugas pemimpinan, kepala sekolah harus dapat berkomunikasi se-cara efektif dengan staf guru serta staf lain yang di bimbingnya. Komunikasi menurut pandangan Litchfield, ber-ada pada urutan ketiga dari proses administrasi. Komuni-kasi dalam konteks ini adalah kegiatan yang berkesinam-bungan yang pasti terjadi dalam keseluruhan proses.

"Communication has to be more than one-way commu-nication from superiors to subordinates. It must go up the command from subordinates to superiors, and across the organization horizontally to other - mem-bers of the organization at various levels in the administrative hierarchy. Communication down the chain of command is important in order to tell sub-ordinates what to do , how to do it , why they should do it, or in order to inspire them to do it with greater enthusiasm" (Immegart, 1972, h.220).

Komunikasi antara kepala sekolah dan staf guru di seko-lah dasar biasanya dilaksanakan menurut jalur-jalur for-mal tetapi sesuai dengan sifat dan kondisi sekolah dasar

Page 25: BAB II PENGARUH PERSEPSI DAN KEBISAAN KEPEMIMPINAN

121f

sendiri khususnya di Indonesia, maka komunikasi lebih se-ring dilaksanakan dengan sistem informal« Melalui jalur-jalur informal ini, informasi, nasihat dan kadang-kadang perintah disampaikan oleh kepala sekolah kepada staf gu-runya dan sebaliknya»

Evaluasi merupakan fungsi keempat dari proses ke-pemimpinan. Dalam fungsi ini kepala sekolah bertugas me-ninjau, mengatur, dan mengontrol performans untuk menja-min performans tersebut memenuhi standar-standar terten-tu. Proses evaluasi menurut Robbins, terdiri dari tiga tahap yang berbeda; mengukur performans yang aktual, mem-bandingkannya dengan suatu standar untuk membedakann apa-kah terdapat perbedaan, koreksi setiap penyimpangan (de-viation) yang signifikan melalui tindakan-tindakan perba-ikan (Robbins, 1978, h./fl4). Informasi-informasi tentang pengukuran ini meliputi tiga pertanyaan yang perlu dija-wab oleh kepala sekolah selaku administrator dan pemint-pin pengajaran di sekolah.

Pertanyaan -pertama: menyangkut mengapa (why) di-ukur. Mengapa diukur, menunjuk pada perencanaan. Sejauh manakah prestasi yang dicapai itu sesuai dengan rencana

*

yang diajukan. Implikasinya pada sekolah dasar ialah apa-kah rencana tahunan yang dibuat kepala sekolah atau ber-sama dengan staf guru setiap tahunnya itu terlaksana se-

Page 26: BAB II PENGARUH PERSEPSI DAN KEBISAAN KEPEMIMPINAN

121f

suai dengan alokasi sumber-sumber daya dan alokasi waktu yang ditetapkan. Informasi yang demikian sangat penting dan berguna bagi perencanaan berikutnya. Di sini jelas bahwa perencanaan mendahului evaluasi. Di dalam buku IV Kurikulum Sekolah Dasar 1975» halaman 210-252 tentang Pedoman Administrasi, dikemukakan bahwa salah satu tugas dan tanggung jawab kepala sekolah seba-gai "administrator ialah bersama guru-guru menyusun pro-gram sekolah untuk satu tahun kegiatan dalam tiap catur wulan. Perencanaan demikian tentu berpedoman pada kuriku-lum, target materi pelajaran yang harus diselesaikan ti-ap catur wulan/semester, dan tujuan-tujuan instruksional yang harus dikuasai murid-murid. Demikian juga dengan komponen-komponen administrasi lainnya.

Pertanyaan kedua; menunjuk pada bagaimana (how)ke-pala sekolah menilai semua aspek-aspek tersebut di atas, jadi menyangkut segi-segi teknik penilaian. Di sekolah dasar umumnya dilakukan observasi kelas, laporan-laporan tentang kemajuan belajar murid (rapor) dan lapOran-lapOr-an„ lainnya tentang murid dan guru-guru, LapOran-laporan yang bersifat statistis digunakan untuk mengukur perfor-

r

mans/prestasi yang aktual. Dengan demikian dapat dipero-leh informasi tentang efektivitas seluruh subsistem se-kolah, sehingga memberikan data yang relevan dan signifi-kan untuk pengambilan keputusan-keputusan mengenai kebi-

Page 27: BAB II PENGARUH PERSEPSI DAN KEBISAAN KEPEMIMPINAN

121f

jakan - kebijakan untuk memperbaiki seluruh sistem. Pertanyaan ketiga; menunjuk pada apa yang akan di-

ukur (what we measure). Pertanyaan ini lebih sulit dari dua pertanyaan sebelumnya karena menyangkut segi - segi kriteria penilaian, sebagaimana diungkapkan oleh Robbins (bobbins, 1978, h,/fl8).

"Obviously, what we measure is determined by those criteria for which standards have been established. Are as commonly evaluated include financial efficien-cy, operating efficiency, administrative performance (efficiency in resource usage, and effectiveness in attaining stated objectives), quantity of output, quality of output, employee absenteeism and turn over and waste and scrap generation".

Membandingkan atau komparasi merupakan usaha untuk mene-tapkan apakah ada atau tidaknya perbedaan antara perfor-mans yang diinginkan. Untuk ini digunakan standar-standar yang telah ditetapkan. Dengan demikian dapat diketahui deviasi-deviasi yang terjadi di dalam sistem. Deviasi yang terjadi dapat dikoreksi melalui tahap ketiga dari proses penilaian. Kepala sekolah yang efektif .dapat sege-ra melihat .sumber-sumber mana yang menjadi penyebab deviasi. Apakah sumber penyebab itu dari sumber- sumber daya, sumber-sumber tenaga atau pada pengalokasian waktu. Salah satu masalah administrasi utama ialah alokasi sum-ber-sumber secara efisien antara pendapatan guru-guru dan staf lainnya, material dan ruangan/bangunan untuk menja-min produktivitas yang tunggi dengan biaya yang rendah.

Page 28: BAB II PENGARUH PERSEPSI DAN KEBISAAN KEPEMIMPINAN

121f

Sebagai pemimpin, menurut konsep keprilakuan, pe-nekanannya adalah pada dimensi-dimensi produktivitas dan kepuasan seluruh staf sekolah; keputusan-keputusan meru-pakan keputusan. bersama, kerja sama dan partisipasi se-cara aktif« Jadi keseluruhannya merupakan usaha kelompok. Terdapat berbagai pendekatan teoritik tentang studi ke-lompok ini. Salah satu di antaranya ialah "group syn-tality theory " dari Cattell ( Shaw, 1977, h. 2 2 - 2 5 ) yang terdiri dari dua bagian yang saling berhubungan yak-ni dimensi kelompok dan dinamika sintalitas. Dimensi ke-lompok terdiri dari sifat-sifat populasi yang tak lain dari pada karakteristik anggota individu kelompok berupa rata-rata inteligensi, sikap, kepribadian dan semacamnya«

Sintalitas dibatasi sebagai kepribadian dari ke-lompok atau-tepatnyat setiap akibat yang dimiliki kelom-pok sebagai keseluruhan. Sifat-sifat sintalitas ini ada-lah pengaruh yang dimiliki oleh kelompok, tindakan -tin-dakan kelompok. Sifat sintalitas dapat disimpulkan dari perilaku eksternal kelompok yang meliputi pengambilan ke-putusan, tindakan-tindakan yang agresif dan lainnya. Si-fat lainnya berupa struktur internal yang menunjuk pada

* tata hubungan di antara anggota-anggota kelompok dan ka-rakteristik struktural yang menjelaskan pola-pola organi-sasi dalam kelompok, peranan, klik, posisi, jaringan ko-munikasi dll.

Page 29: BAB II PENGARUH PERSEPSI DAN KEBISAAN KEPEMIMPINAN

121f

Dalam ketiga kategori ini ditemukan pengaruh-pengaruh kultural yang dialaminya sejak kecil. Dengan demikian sintalitas kelompok bukan hanya dipengaruhi o-leh sifat-sifat populasi tetapi juga oleh variabel-varia-bel kultural. Konsep utama Cattell di dalam menguraikan dinamika sintalitas ialah sinergi. Sinergi adalah keselu-ruhan energi individu yang memadai untuk kelompok. Dalam kamus istilah manajemen, sinergi dibatasi sebagai kerja sama antara orang atau organisasi yang hasil keseluruhan-nya lebih besar dari pada jumlah hasil yang dicapai jika masing-masing bekerja sendiri.

Dari uraian ini jelas bahwa kerja sama .. individu ke dalam kelompok selain untuk pencapaian tujuan atau prestasi kelompok maka secara individual ia memperoleh kepuasan psikologis di samping kebutuhan-kebutuhan lain-nya. Dilihat dari segi kelompok, kegiatan-kegiatan dia -rahkan terhadap prestasi kelompok. Sebagai kepala seko -lah, maka ia harus memberi perhatian khusus tentang usa-ha-usaha kelompok ini agar dapat tercapai tujuan kelom-pok, di samping kepuasan staf guru. Usaha yang dimaksud itu ialah bagaimana membina prinsip sinergi ini, bagaima-na mengusahakan agar sinergi kelompok ini dapat diguna* kan sehubungan dengan tata hubungan antar pribadi di da-lam kelompok agar tidak menimbulkan perselisihan atau

Page 30: BAB II PENGARUH PERSEPSI DAN KEBISAAN KEPEMIMPINAN

121f

antar pribadi yang dapat mempengaruhi prestasi kelompok. Pembinaan atau perawatan sinergi ini menurut Cattell se-bahagian besar harus dialihkan untuk memapankan kohesi dan harmoni dalam kelompok.

Studi tentang kepaduan kelompok dalam hubungannya dengan produktivitas serta kepuasan kelompok mempunyai implikasi yang sangat berguna bagi kepemimpinan kepala sekolah dasar, karena situasi kelompok di sekolah dasar umumnya relatif kecil sehingga konflik, pertentangan yang terjadi dapat merupakan hambatan yang vital terha-dap prestasi sekolah. Dengan demikian studi tentang per-formans atau prestasi sekolah tak mungkin memberi infor-masi yang cukup apabila hanya dipusatkan pada guru de-ngan prestasi murid-muridnya saja. Prestasi sekolah me-nunjukkan prestasi kelompok antara kepala sekolah beser-ta seluruh staf guru dengan situasi dan lingkungan di ma-na sekolah itu berada.

Sejauh manakah kepala sekolah selaku pemimpin ke-lompok di sekolah berhasil memberi pengaruh yang efektif bagi keberhasilan sekolah, dapat diukur dari kemampuan dan kebisaannya di dalam kepemimpinannya. Situasi ini da-pat diamati dan juga dirasakan oleh anggota-anggota ke-lompok yang dipimpinnya, sehingga informasi dari kedua belah pihak memberi kontribusi yang sangat berart'i.

Page 31: BAB II PENGARUH PERSEPSI DAN KEBISAAN KEPEMIMPINAN

121f

Berkenaan dengan berbagai peranan di atas, diper-lukan kepala sekolah yang mampu memecahkan berbagai per-masaalahan, mampu mengadakan penyempurnaan-penyempurnaan dalam bidang administrasi sekolah, mampu menciptakan ca-ra-cara baru di dalam mengelola program-program pendidik-an dasar untuk menunjang program-program perbaikan ;yang sementara berlangsung. Kemampuan yang dimaksud ini se-suai dengan hakekat kepemimpinan kepala sekolah yaitu mempengaruhi tindakan-tindakan dan tugas-tugas staf guru dan staf lainnya. Untuk memberi pengaruh pada orang lain, kepala sekolah sendiri harus mempunyai sifat-sifat umum yang menunjukkan kelebihan dibandingkan dengan staf guru-nya, Dalam hal ini bukan kecenderungan untuk ' berpegang pada pendekatan tradisional bahwa kepala sekolah adalah orang yang mengetahui lebih banyak dari staf gurunya te-tapi sifat keunggulan. Keunggulan dalam peranannya seba-gai administrator sekolah, supervisor serta motivator.Ke-pala sekolah sebagai kekuatan memantapkan.(a stabilizing force ) yang. berperan di dalam menjaga dan -.memelihara keadaan yang sudah mapan pada situasi sekarang di mana i-a harus mengimplementasikan program-program pendidikan yang telah dibakukan. Di pihak lain ia harus berperan se-bagai agen perubahan ( a change agent ) yang memerlukan

Page 32: BAB II PENGARUH PERSEPSI DAN KEBISAAN KEPEMIMPINAN

121f

kemampuan untuk mendisain pengendalian usaha yang dapat mendorong staf guru ke arah kegiatan-kegiatan yang inova-tif; dan agar usaha-usaha itu lebih efektif, perlu parti-sipasi yang luas baik dari pihak staf guru maupun dari masyarakat. Usaha saling menyumbang gagasan antara kepa-la sekolah dan staf gurunya serta implementasinya merupa-kan kebutuhan penting untuk pembaharuan dan pembangunan pendidikan dasar,

" Di sinilah kita bicara seperti yang diperkenal-kan oleh Browne tentang 'a leadership set* sebagai perbedaan dari 'a psychological set1. Psychological sets penting agar seseorang 'fit into the various activities in which he engages from time to time during a single day or from day to day'. Namun jus-tru kehidupan ini berubah-ubah, bahkan sengaja dike-hendaki, direncana, dan diusahakan perubahan-perubah-an tertentu. Di sinilah pentingnya peranan 'leader-ship sets' yaitu 'a readiness to be ready for that which we are not ready for'. Perubahan yang dinanti-kan memerlukan sikap, tindakan, kemampuan, keahlian yang sesuai; apalagi bagi seorang pemimpin yang jus-tru peranan khususnya ialah "to break away from es-tablished structure", 'to get over the walls and the boundaries, to change and to develop'. Hal-hal itu-lah yang berkenan dengan kesiapan, kewaspadaan kepe-mimpinan dalam menghadapi proses-proses perubahan ba-ik yang direncanakan dan dalam batas-batas kontrol, maupun yang tidak direncana, jadi diluar kontrol. Pemimpin harus mempunyai 'shock breaker' -atau 'sur-prise absorber' ( Achmad Sanusi, 1971, h.23)*

Penyelidikan. Meiyer.(Kimball Wiles, 1966, h. ), ter-hadap penelitian-penelitian. yang dilakukan dalam bidang-bidang kemiliteran, industri dan pendidikan . menunjukkan bahwa elemen-elemen yang diidentifikasikan ialah pemaham-an sosial artinya sensitif terhadap peranan orang lain, inisiatif artinya memprakarsai sesuatu bukan semata-mata

Page 33: BAB II PENGARUH PERSEPSI DAN KEBISAAN KEPEMIMPINAN

121f

hanya duduk menantikan terjadinya; kreatif, artinya mam-pu mengemukakan ide-ide yang baru ; memiliki informasi, ekspektasi dan nilai-nilai serta kebisaan dan ketrampil-an yang dapat diaplikasi.

Perangkat kepemimpinan yang dikemukakan pada ku-tipan Achmad Sanusi di atas berupa sikap, tindakan, ke-mampuan dan keahlian di dalam menghadapi perubahan- peru-bahan dewasa ini tak lain dari manifestasi dari karakte-ristik kepala sekolah dasar berupa pemahaman sosial, ini-siatif, kreatif dengan ditunjang oleh informasi dan ekspektasi serta nilai-nilai pribadi yang kuat. Dengan perangkat kepemimpinan yang dimiliki kepala sekolah ma-ka persoalan pertama yang dihadapinya ialah bagaimana usaha-usaha kepala sekolah di dalam membina dan memapaiv-kan kesatuan kelompok untuk peningkatan produktivitas ke-lompok dan kepuasan setiap anggota kelompok,

2« Perilaku administrator dan -pengaruhnya a. Model-model studi

Beberapa model studi keperilakuan administratif-. Pertama: Paradigma Halpin (Cage, 19 ,h.106-109)

di mana -ia mengajukan empat kategori yakni : (1) Tugas organisasi, dibatasi berkenaan dengan'perilaku yang diinginkan atau produk perilaku; (2) Perilaku administrator yakni perilaku pemimpin yang syah dalam peranan administratif;

Page 34: BAB II PENGARUH PERSEPSI DAN KEBISAAN KEPEMIMPINAN

121f

(3) Variabel-variabel yang berasosiasi dengan perilaku administrator, yang meliputi perilaku pada sebahagian anggota-anggota kelompok di luar pemimpin, produk perila-ku anggota-anggota kelompok, kondisi-kondisi tertentu di mana administrator dan anggota-anggota kelompok dituntut untuk beroperasi, pola-pola organisasi administratif dan faktor-faktor di dalam masyarakat yang dianut oleh or-ganisasi formal; (4) Kriteria administrator yang efektif, dipostulatkan dua tingkat kriteria yakni kriteria menengah ( intermedi-ate criteria) yaitu dengan mengevalua'si atau menilai (ra-ting) perilaku pemimpin dan kriteria hasil perilaku yang diukur berkenaan dengan produk organisasi dan perubahan -perubahan pada produk bersangkutan.

Kedua: Pengembangan suatu konstruk prismatik oleh Hack dengan kav/an-kav/annya (1971, h.6-8) di mana konsep administrasi pendidikannya berkenaan dengan ekspektasi, tugas-tugas dan metode (the what, the v/hich and the hov/). Sebagai administrator pendidikan, manusia memiliki keu-nikan pola tentang nilai j persepsi dan kebisaan ( abili-ty). Di dalam posisi administrasi ia tunduk atau menjadi sasaran dari kekuatan-kekuatan antiseden berupa Ï (1) dasar falsafah yang menyediakan nilai-nalai yang memberi perintah pada lingkungan; (2).teori yang memberi pedoman untuk tindakan administra-tif;

Page 35: BAB II PENGARUH PERSEPSI DAN KEBISAAN KEPEMIMPINAN

121f

(3) setting (menggambarkan lingkungan fisik di mana ia berad^; dimensi dan distribusi populasi, essensi dan tingkat perubahan setiap karakteristik atau lingkungan-lingkungan psikologik, sosiologik, politik dan ekonomik memberi harapan dan tuntutan» Kekuatan-kekuatan antiseden ini terhadap tindakan-tindak-an administratif dibiaskan melalui keunikan konstruk ni-lai-nilai, persepsi dan kebisaan manusia dan nampak se-bagai manifestasi tindakan-tindakan administratif. Admi-nistrator sebagai manusia kemudian menetapkan dan meng-uji tindakan-tindakannya sehubungan dengan kemungkinan-kemungkinan untuk dilaksanakan dan kemantapan teoritik.

Ketiga: Likert dalam konsepnya tentang pola skema hubungan antara variabel-variabel kausal, ''intervening1

dan hasil (1961, h,196-202) menjelaskan bahwa persepsi seseorang itu ditentukan oleh hasil interaksi antara va-riabel-variabel kausal dan kepribadian; di pihak lain di-pengaruhi oleh faktor-faktor pengalaman, ekspektasi, tra-disi dan kelompok-kelompok kerjanya. Persepsi itu sendi-ri membawa pada : (1) Orientasi-orientasi kognitif yang menunjuk dimensi pemahaman intelektual seseorang, tentang konsep pekerja-annya, apa yang dipikirkan untuk dikerjakan dan bagaimar na mengerjakannya, konsep tentang organisasi dan tujuan-tujuannya;

Page 36: BAB II PENGARUH PERSEPSI DAN KEBISAAN KEPEMIMPINAN

121f

(2) Kekuatan-kekuatan motivasi; (3) Sikap melalui suatu proses di mana ekspektasi memben-tuk fungsi modifikasi atau kondisi. Kekuatan-kekuatan mo-tivasi selalu berasal dari persepsi, juga berasal dari sikap dan nilai-nilai serta tujuan-tujuan kerja kelompok, saling menambahkan dan menguatkan secara harmonis. Ini bisa terjadi apabila sistem interaksi yang mempengaruhi organisasi bekerja dengan baik,

b. Pengaruh variabel-variabel keperilakuan kenala sekolah terhadap nerformans administrasinya yang aktual

Dalam hubungan dengan proses peranan maka pemba-hasannya terbatas pada pemeran dan ekspektasi peranan yang diinginkan , sebab itu terpusat pada perilaku pemim-pin dan pengaruhnya pada performans organisasi yang di-pimpinnya, Peranan pemimpin yang berkenaan dengan perfor-mans organisasi, banyak ditentukan oleh variabel perila-kunya sendiri di samping variabel-variabel administrasi lainnya, termasuk perilaku bawahan atau pengikut- pengi-kutnya, Halpin menekankan pada variabel-variabel adminis-trator di antaranya persepsi. Hack dengan kawan-kawannya kepada manusia dengan konstruk nilai-nilai, persepsi dan kebisaan (abilities). Likert, menempatkan kepribadian, persepsi, sikap, kekuatan-kekuatan motivasi yang memberi pengaruh kepada perilakuan sebagai variabel-variabel yang mencampuri antara variabel-variabel kausal dan va-

Page 37: BAB II PENGARUH PERSEPSI DAN KEBISAAN KEPEMIMPINAN

121f

riabel hasil.

(1) Pengaruh persepsi Persepsi sesuai dengan penjelasan pada bab sebe-

lumnya adalah kesadaran untuk memahami dan menghayati pe-ranan yang akan dimainkan seseorang dalam posisinya; me-rupakan dasar bagi pemahaman perilaku orang lain« Dalam konteks dengan penulisan ini persepsi menunjuk pada su-atu proses kesadaran yang timbul pada diri kepala seko-lah di dalam menghayati peranan kepemimpinannya sesuai dengan ekspektasi-ekspektasi, baik yang bersumber pada dirinya selaku administrator maupun selaku pemimpin pengajaran di sekolah termasuk lingkungan kerja di mana ia berperan« Tugas-tugas yang harus diperankan baik oleh kepala sekolah ataupun staf gurunya tergantung pada apa yang dilihat dan dihayati kepala sekolah. Apa yang diha-yati kepala sekolah akan menentukan bagaimana seharusnya ia bertindak. Di sinilah diperlukan pertimbangan ( judg-ment) kepala sekolah; persoalan yang dihadapi, bagaimana menanganinya dan solusi apa yang dipilihnya. .Pertimbang-an-pertimbangan ini banyak dipengaruhi oleh persepsi ke-pala sekolah. Pertimbangan terhadap proses administrasi yang dikerjakan, pertimbangan terhadap supervisi yang perlu dilaksanakan agar program-program pengajaran dapat dikelola sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Per-timbangan-pertimbangan melahirkan kebijaksanaan dan ke-

Page 38: BAB II PENGARUH PERSEPSI DAN KEBISAAN KEPEMIMPINAN

121f

bijakan perlu ditetapkan melalui prosedur pengambil-an keputusan yang rasional.Di pihak lain perlu diperha-tikan akan persepsi staf guru sesuai dengan peranan me-reka selaku pelaksana keputusan yang diambil, yang ke-semuanya bermuara pada peningkatan performans kelompok dan kepuasan semua anggota.

Hollander, di dalam memperbincangkan wewenang pe-mimpin dan pengikut-pengikutnya mengemukakan bahwa hak kekuasaan (legitimasi) pemimpin tergantung pada proses transaksional; singkatnya, terdapat faktor yang menun-jang hak kekuasaan peranan pemimpin. Faktor-faktor itu ialah : (a) gaya dengan mana legitimasi itu dicapainya; dan (b) persepsi pengikut-pengikutnya terhadap kompetensi dan motivasi pemimpin. Sebab itu, suatu situasi yang menye-nangkan bagi pemimpin itu terjadi, bilamana pengikut-pengikutnya memandang bahwa posisi pemimpin itu sahih (valid) dan hasil kerjanya diakui (Hollander, 1978,h.49).

Keberhasilan administrator sekolah (Rita Dunn & Kenneth Dunn , 1977, h.14-16) sangat tergantung pada gar ya manajemen yang efektif, cara kerja sama dengan staf guru, dengan murid-murid, orang tua dan yang lainnya di dalam membimbing mereka untuk mencapai tujuan sekolah, m-ke mukakan bahwa ada tiga hal yang merintangi gaya ma-najerial yang efektif;

Page 39: BAB II PENGARUH PERSEPSI DAN KEBISAAN KEPEMIMPINAN

121f

(a) Persoalan pertama dan yang terutama, rintangan bagi gaya manajemen yang efektif berkaitan dengan persepsi administrator dan lainnya dengan siapa ia be-kerja. Misalnya seorang kepala sekolah melihat bahwa ia seorang yang terbuka dan berkomunikasi langsung dengan siapa saja, tetapi di dalam kenyataan hal yang dilaksa-nakan itu bertentangan» Jadi situasi secara nyata berbe-da dengan persepsi kepala sekolah dengan mereka yang lainnya; (b) Persoalan rintangan yang kedua, berhubungan kaburnya peranan kepemimpinan dan manajemen; (c) Persoalan ketiga yang merupakan rintangan bagi seba-hagian administrator ialah kurangnya pemahaman terhadap hirarkhi kebutuhan Maslow»

Dari uraian ini nampak betapa besar pengaruh per-sepsi itu dalam situasi kepemimpinan kepala sekolah da-sar yang efektif. Perbedaan di dalam persepsi menyebab-kan renggangnya tata hubungan dan lemahnya kesatuan ke-lompok sehingga berpengaruh kepada prestasi sekolah dan juga kepuasan anggota-anggota staf guru dan yang lainnya.

Persepsi, menurut Goble (Goble, 1972, h.56-58)ada-lah suatu aspek yang penting tetapi yang sering dilalai-kan dan hampir semua kita keliru tentang apa yang dise-but oleh Nirenberg sebagai "wishful hearing". Orang cen-derung untuk memutuskan apa yang diinginkan dan tidak msu

Page 40: BAB II PENGARUH PERSEPSI DAN KEBISAAN KEPEMIMPINAN

121f

mendengar« Selanjutnya Goble mengemukakan sbb ; "An understanding of perception and the mind's in-

hibitory system is significant to students of commu-nication for at least two reasons. The first is that familiarity with the mind's operation makes you a better perceiver. You become aware of your own tend-ency to filter out various types of information. You can detect your tendency to biased hearing in such controversial areas as politics and religion. Men who listen realistically tend to be more creative and make better judgments. The second reason for understanding perception is to gain, effectiveness in communicating with others. When you become aware of other's goals and attitudes you can predict what information they will reject".

Kriteria administrator yang efektif banyak diten-tukan oleh persepsinya terhadap peranan yang dimainkan dalam statusnya sebagai kepala sekolah. Status, berkenaan dengan posisi dalam sekolah sebagai sistem sosial yang diduduki oleh orang yang ditunjuk. Status dan peranan da-lam hubungan ini adalah konsep untuk mengkomunikasikan harapan-harapan yang berhubungan dengan aturan tertentu dengan tata hubungan serta perilaku yang sudah terpolakan •

Bagi kepala sekolah, tata kerja itu berkenaan de-ngan pasal-pasal 1067 dan 1068 Keputusan Menteri Pendi-dikan dan Kebudayaan Nomor:079/0 Tahun 1975» tentang su-sunan organisasi dan tata kerja Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Dalam hal ini petunjuk-petunjuk Seksi Pendidikan Dasar Kantor Departemen Pendidikan dan Kebu-dayaan Kabupaten/Kota Madya.

Kepala sekolah yang efektif bukan hanya mengha-yati peranan-peranannya sehubungan dengan posisinya te-

Page 41: BAB II PENGARUH PERSEPSI DAN KEBISAAN KEPEMIMPINAN

121f

tapi juga dapat menghayati apa yang setenarnya dihayati oleh staf gurunya dalam kaitan dengan peranan mereka se-bagai pemegang kunci peningkatan prestasi belajar murid-muridnya» Hal ini mungkin, bila kepala sekolah dapat ber-sikap terbuka dan dapat bersimpati dengan penghayatan pa-ra guru» Pertemuan antara berbagai persepsi ini akan mem-bawa pada usaha bersama dalam meningkatkan prestasi se-kolah dan kepuasan semua pihak» Pemahaman terhadap per-sepsi serta sistem perintang berpikir sesuai kutipan di atas memang cukup signifikan bagi kepala sekolah dasar yang setiap saat harus mengadakan komunikasi dengan staf guru, dengan penilik pendidikan dasar/pengawas kabu-paten atau masyarakat sekitar termasuk orang tua murid.

(2) Pengaruh kebisaan Kepala sekolah dalam posisinya sebagai administrar-

tor dan supervisor sering dihadapkan dengan berbagai mar-salah yang memerlukan pemecahan atau solusi dengan sege-ra» Masalah yang menyangkut segi-segi administratif, se-gi supervisi, termasuk: persoalan-persoalan pelaksanaan program-program pengajaran dengan hambatan- - hambatannya, masalah tentang guru, murid ataupun dengan orang tua mu-rid , instruksi atau kebijaksanaan penilik/pengawas dan lainnya» Solusi, menyangkut persoalan pengambilan kepu-tusan yang perlu dipahami, dihayati, yang kesemuanya me-merlukan kebisaan (abilitas) kepala sekolah untuk me-

Page 42: BAB II PENGARUH PERSEPSI DAN KEBISAAN KEPEMIMPINAN

121f

nanganinya. Kebisaan untuk menguraikan fakta-fakta, asum-si-asumsi dan nilai-nilai sehubungan dengan keputusan yang akan diambil, selalu berorientasi pada c tujuan se-kolah dasar, prestasi kelompok dan kepuasan semua pihak. Kebisaan memberi kontribusi utama di dalam melancarkan fungsi-fungsi kepemimpinan yang efektif. Definisi opera-sional yang telah dikemukakan pada bab terdahulu menje-laskan bahwa kebisaan menunjuk pada pengetahuan yang luas dan kemampuan kepala sekolah di dalam mengelola pro-gram-program pendidikan dasar dan kaitannya dengan aspek-aspek kepemimpinan, strategi profesional guru dan teknik-teknik mengajar belajar. Kebisaan diarahkan dan dibidik-kan pada implementasi proses sekolah.

Perihal kebisaan dan ketrampilan ini . dijelaskan oleh Bloom bahwa individu dapat menemukan informasi dan teknik yang tepat dari pengalaman sebelumnya untuk dibi-dikkan pada masalah dan situasi-situasi yang baru. Dalam konteks ini diperlukan latar belakang pengetahuan dan teknik dan metode yang siap untuk dipergunakan dalam situasi-situasi yang baru. Di sini ditunjukkan perlunya latihan-latihan sebelumya. Perilaku kerja bukah sekedar suatu fungsi dari variabel-variabel motivasi dan kepe-mimpinan yang baik. Banyak hal yang perlu dipertanyakan tentang keberhasilan seseorang dalam posisi pekerjaannya. Sejauh manakah kebisaan seseorang memberi dorongan atau yang menyebabkan orang itu berhasil ?

Page 43: BAB II PENGARUH PERSEPSI DAN KEBISAAN KEPEMIMPINAN

121f

ChiseIii (Korman, 1978, h.103-104) menemukan ke-bisaan-kebisaan intelektual (verbal and numerical abili-ties) yang signifikan untuk berbagai jenis pekerjaan atau jabatan. Penemuan ini dilaporkan dalam bentuk koefi-sien korelasi; "that is, the higher the correlation the more important the ability is presumed to be for job per-formance". Kelemahan studi ini menurut Korman , terletak pada adanya campuran antara individu-individu yang diuji sebelum memasuki sesuatu jabatan dan mereka yang diuji sesudah mempunyai pengalaman-pengalaman di dalam jabat-annya. Variabel-variabel yang dipakai untuk meramalkan tingkat keberhasilan dalam jabatan ternyata berbentuk skor seperti skor yang diperoleh dengan tes kebisaan men-tal yang bersifat umum.

Di pihak lain McClelland (Korman, 1978, h.106), dalam studinya memperlihatkan beberapa isu penting yang dapat dikemukakan sbb :

McClelland argues that the general mental ability factor, as it has traditionally been measured, is in-fact, not very important for occupational success ex-cept at the extreme points and that other kinds of skills and abilities are more importanto Such skills, he maintains, are more likely to be learned by those in our socioeconomic strata and are, in fact, suscep-tible to considerable training and other types of social intervention influence^ Therefore, McClelland argues, what we should be measuring and developing are such behavior as communications skills, patience, training in goal-setting, and the like, rather than being concerned with such matters as abstracy analo-gies and vocabulary skills. The latter are signifi-cant for success in school but not so much for suo-cess in life and work.

Page 44: BAB II PENGARUH PERSEPSI DAN KEBISAAN KEPEMIMPINAN

121f

Dari uraian ini nampak bahwa pengalaman kerja yang ber-harga dapat membawa pada bertambahnya kebisaan kognitif dan ketrampilan yang lebih efektif berkaitan dengan tun-tutan pekerjaan, dan sebagai tambahan, pengalaman ini berpengaruh pada motivasi dan sikap»

Istilah kebisaan (abilities) dan ketrampilan (skills) dalam berbagai literatur kadang-kadang dipakai secara bergantian dan kadang-kadang kebisaan dipakai un-tuk menjelaskan ketrampilan atau menguatkan dan kadang-kadang saling menguatkan» Korman (Korman, 1978, h» 101) menggunakannya secara bergantian seperti ternyata dalam pernyataan berikut; "How important are abilities for getting ahead 'i n an overall career sense? How significant are abilities or skills for different jobs?".

(a.) Aspek-aspek kepemimpinan pendidikan Dalam tulisan ini kebisaan dengan definisi opera-

sional, ditekankan pada segi-segi kognitif berkenaan de-ngan aspek-aspek kepemimpinan pendidikan, yakni pengeta-

huan yang luas dalam peranan sebagai administrator dan supervisor» dan dapat melaksanakan fungsi-fungsi admi-nistrasi dan supervisi sekolah (perencanaan, pengorgani-sasian, pembimbingan dan kontrol): Sekolah sebagai suatu sistem memungkinkan ditemukannya hirarkhi kegiatan- kegi-atan yang berinterrelasi satu dengan lainnya untuk men-capai tujuan tertentu» Sistem sekolah adalah suatu ja-

Page 45: BAB II PENGARUH PERSEPSI DAN KEBISAAN KEPEMIMPINAN

121f

ringan kerja dari sejumlah prosedur yang terintegrasi dan dirancang untuk melaksanakan kegiatan pendidikan dan pengajaran dasar sebagai suatu kegiatan utama. Di sini-lah yang oleh William A. Gill (Lazzaro, 1959, h,2-3), di-perlukan sistem dan prosedur walaupun dalam bentuk yang sederhana sesuai dengan kondisi sekolah dasar di .mana kepala sekolah harus memutuskan sesuatu, melakukan se-suatu dan menilai sesuatu. Sistem dan prosedur dapat di-pandang sebagai "a vehicle of thought and analysis" de-ngan mana seluruh permasaalahan sekolah dapat ditinjau secara langsung berkenaan dengan pengolahan data dan melayani informasi yang berguna bagi kelancaran proses belajar mengajar.

Dalam usaha yang demikian diperlukan ketrampilan konseptual dalam peninjauan dari keseluruhan, kemudian komponen-komponen sampai pada perincian setiap komponen yang membangun sistem sekolah. Dengan ketrampilan konsep-tual ini, kepala sekolah dapat memperoleh suatu integri-tas dari pada keseluruhan usaha secara seimbang untuk mencapai tujuan serta target yang telah ditetapkan. Pen-dekatan sistem dan prosedur menekankan pada perencanaan dan pengontrolan dari seluruh kegiatan belajar mengajar dan hal ini essensiil untuk pelaksanaan kerja secara efi-sien.

Pendekatan sistem dan prosedur secara • essensiil

Page 46: BAB II PENGARUH PERSEPSI DAN KEBISAAN KEPEMIMPINAN

121f

membuka kemungkinan untuk berinovasi guna perbaikan- per-baikan kemudahan kerja dan pengembangan sistem. Keuntung-an-keuntungan khusus dapat dikeraukakan sbb : (i) Mendorong untuk berpandangan secara menyeluruh dan realistik terhadap seluruh bagian sampai subsubunit sebagai komponen-komponen yang raengkontribusi pencapaian tujuan umum; (ii) Membantu memperkecil pengulangan pekerjaan dengan memperinci perwujudan kerja, dan juga pengambilan kepu-tusan sehingga dapat memperkecil perulangan; (iii) Keseragaman (uniformitas) kegiatan-kegiatan peker-jaan dapat dicapai; (iv) Peluang adanya kekeliruan diperkecil sehingga aku-rasi kegiatan ditingkatkan; (v) Pengawasan yang terandal dapat dilaksanakan dengan tepat; (vi) Pengambilan keputusan yang tergesa-gesa dan yang keliru dapat diminimalkan; (vii) Secara jelas daerah-daerah masalah pekerjaan ter-identifikasikan dan terbatas.

( b ) Strategi -profesional guru Kepala sekolah sebagai penanggung jawab profesio-

nal guru, menggambarkan adanya bobot kepemimpinan yang sesuai dengan misi profesi yakni peranan dan status pro-fesional yang mengimplikasikan sikap;

Page 47: BAB II PENGARUH PERSEPSI DAN KEBISAAN KEPEMIMPINAN

121f

(i) citra profesional berupa pemimpin pendidikan, eduka-tor, perencana, katalisator, organisator, fasilitator , inovator, dan bukan sebagai instruktur atau operator ke-las; (ii) pragmatis dan idealis dalam menghadapi persoalan-persoalan dalam pendidikan dan pengajaran dengan meng-gunakan dan memanfaatkan teknologi pendidikan yang aku-rat dan efektif; (iii) adaptif dan inovatif dalam mempersepsi dan berespon dengan jalan swa-latihan (self-trainable) terhadap peru-bahan-perubahan dalam pendidikan dan lingkungan ekologi sosial, ekonomi, kebudayaan, politik dan ketahanan na-sional«

Citra profesional dapat diterjemahkan dalam ben-tuk performans yang secara nyata adalah kompetensi pro-fesional« Pragmatis dan idealis menunjuk pada sikap yang praktis tetapi dilandasi oleh sistem nilai, moral keaga-maan yang menentukan cara berpikir agar tidak mudah di-ombang-ambingkan oleh keadaan yang tidak pasti. Sedang-kan adaptif dan inovatif mengaitkan segi-segi teknologi dan engineering untuk melayani tugas-tugas profesional«

Ketiga aspek perilaku yang mendukung kompetensi profesional itulah yang menentukan bobot kepemimpinan ke-pala sekolah dasar dalam hubungan dengan tanggung jawab profesional keguruan. Dengan demikian pendidikan dasar

Page 48: BAB II PENGARUH PERSEPSI DAN KEBISAAN KEPEMIMPINAN

121f

sebagal suatu usaha atau "educational enterprise" pada tempatnya harus dikontrol atau dipimpin oleh tenaga pro-fesional sendiri yang dalam hal ini kepala sekolah, sesur-ai dengan misi dan fungsi yang diembannya. Sebab itu se-bagai pemimpin, kepala sekolah perlu membina keman-tapannya melalui pengaturan dan pembinaan bobot keprofe-sionalannya yang essensiil agar tidak mudah diombang- am-bingkan oleh variabel-variabel internal sistem dan para-meter lingkungan sistem. Kompetensi profesional kepala sekolah dalam kaitan dengan pendidikan dasar, bukan di-tentukan semata-mata oleh sifat kepemimpinan yang baik saja, tetapi suatu kombinasi yang harmonis antara karak-teristik perilaku administrator yang dimanifestasikan me-lalui kebisaan aktual dengan karakteristik staf guru yang diwujudkan di dalam kesatuan:, kelompok.

Bagi kepala sekolah dasar tugas-tugas yang perlu dilaksanakan terutama dalam pemantapan kurikulum baku sekarang, cukup berat dan memberi tantangan- - tantangan yang perlu dihadapi dengan penuh kesungguhan. Untuk itu ia tidak bekerja sendiri tetapi bersama dan dibantu oleh staf gurunya. Persoalannya, sejauh manakah kepala seko-lah dapat memotivasi bawahannya agar mereka dapat turut serta di dalam usahanya. Dalam hal di mana kepala seko-lah sebagai pemimpin memotivasi staf gurunya sangat ter-gantung pada :

Page 49: BAB II PENGARUH PERSEPSI DAN KEBISAAN KEPEMIMPINAN

121f

(a) Motivasi pribadi kepala sekolah isendiri' (b) Ketepatan persepsi kepala sekolah terhadap kebutuhan-kebutuhan staf gurunya; (c) Efektif dalam proses berkomunikasi. Dengan demi-kian tingkat di mana kepala sekolah memahami struk-tur motivasi sendiri dapat diaplikasikan pemahaman ini kepada staf gurunya sebagai faktor yang menentukan ke-berhasilan sistem sekolah.

Persepsi .yang tajam dan yang ditunjang oleh kgbi-ss^n di dalam mengkonseptualisasikan dan . mengoperasikan fungsi-fungsi kepemimpinan sekolah dasar, akan membawa pada peningkatan efektivitas kepemimpinannya. Efektivitas dalam konteks ini menunjukkan pada kepala se- -kolah sebagai individu yang dapat memberi kontribusi nya-ta dan signifikan pada kepemimpinannya; mereka u-

mumnya imaginatif, perseptif dan kreatif di dalam pei>-dekatan-pendekatannya terhadap permasalahan sekolah yang hidup dan untuk pencapaian, tujuannya sendiri; pada waktu-nya mereka akan bertanggung jawab dan ^tanggung wajib da-lam hubungan kepemimpinannya

Kepala sekolah yang kreatif, implikasinya ialah inovatif, artinya memiliki persepsi yang tajam, peka ter-hadap semua kejadian dan perubahan yang timbul di ling-kungan sekolahnya; dapat mengantisipasikan perubahan-per-ubahan terhadap organisasi sekolah terutama di masa yang: gkan datang; bertanggung jawab artinya berani-menanggung,

Page 50: BAB II PENGARUH PERSEPSI DAN KEBISAAN KEPEMIMPINAN

121f

seluruh konsekuensi dari kebijakan; yang telah dite-tapkan; memahami seluruh persoalan yang timbul pada selu-ruh komponen organisasi sekolah dan segera bertindak se-cara konstruktif untuk mengatasinya;, imaginatif, artinya memprakarsai konsep-konsep baru bersama staf gurunya di dalam memperbaiki sub-subsistem belajar mengajar, admi-nistrasi sekolah dan pemanfaatan sumber-sumber daya yang tersedia secara efektif. Kepala sekolah yang produktif adalah juga mereka yang efektif, yang implikasinya ber-kenaan dengan : (a) Ketrampilan dan kebisaan di dalam berkomunikasi, ar-tinya dapat mengkomunikasikan semua ide secara sederhana dan mudah dipahami oleh staf gurunya; (b) Dapat memahami dan menemukan kebutuhan-kebutuh-an staf guru; (c) Self-esteem, artinya mempunyai sikap harga diri. De-ngan demikian dapat menghargai staf gurunya secara efektif.

Kriteria keberhasilan proses pengendalian usaha yang efektif tak lain dari pada performans administrasi yang dalam hal ini berupa kegiatan pengambilan keputusan dan kegiatan pemimpin pengajaran sebagai unit dasar pe-rilaku kepala sekolah. Perilaku kepala sekolah dalam pe-ranannya sebagai administrator dan pemimpin sesuai dengan uraian-uraian sebelumnya banyak dipengaruhi oleh faktor-

Page 51: BAB II PENGARUH PERSEPSI DAN KEBISAAN KEPEMIMPINAN

121f

faktor antiseden yang nampak dalam persepsinya terhadap tugas-tugas sekolah dan kebisaan atau abilitas untuk me-mahami kerumitan tata hubungan kerja yang efektif dalam memimpin kegiatan-kegiatan kelompok. Perilaku selalu me-refleksikan konsep individu tentang apa yang mungkin di-laksanakan (dalam hal ini orientasinya adalah pada kogni-tif) dan kemauannya untuk mengerjakan apa yang telah di-pikirkan (di sini dorongan-dorongan motivasi .memainkan peranan yang sangat penting). Dalam hal ini diperlukan ketrampilan dan kebisaan yang bermanfaat bagi kebi-

jakan - kebijakan yang akan ditetapkan. Persoalannya, ketrampilan dan kebisaan manakah

yang relevan bagi kepemimpinan kepala sekolah dasar? Umumnya dalam berbagai literatur disepakati bahwa untuk penyelesaian manajemen diperlukan tiga jenis ketrampilan (Hersey & Blanchard, 1978,h.6) yakni : (a) Ketrampilan teknik Kebisaan (ability) untuk meng-gunakan pengetahuan, metode, teknik dan peralatan yang berguna bagi performans^. tugas-tugas khusus>jrang dipero-leh melalui pengalaman, pendidikan dan latihan; (b) Ketrampilan manusiawi Kebisaan dan pertimbangan (judgment) dalam bekerja sama dengan dan melalui tenaga manusia, termasuk pemahaman terhadap motivasi dan apli-kasi kepemimpinan yang efektif; (c) Ketrampilan konseptual Kebisaan untuk memahami ke-

Page 52: BAB II PENGARUH PERSEPSI DAN KEBISAAN KEPEMIMPINAN

121f

rumitan keseluruhan organisasi di mana tugas seseorang itu cocok dengan organisasi.

Kombinasi dari ketrampilan-ketrampilan ini berbe-da bila seorang individu memperoleh kemajuan dalam mana-jemen, dari posisi supervisor kepada posisi pucuk kepe-mimpinan manajemen (Hersey & Blanchard, 1978» h.6-7). Se-lanjutnya dikemukakan: . . . " Y/hile the amount of tech-nical and conceptual skills needed at these different levels of management varies, the common dominator that appears to be crucial at all levels is human skill."

Dari uraian di atas dapat dipertanyakan pada ting-kat manajemen manakah kepala sekolah dasar ditempatkan ?. Sebagai pemimpin unit organisasi terkecil dilihat dari segi Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor: 070/0 Tahun 1975 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, maka kepala sekolah dasar berada pada tingkat manajemen supervisi. Supervisi, seperti yang telah dikemukakan di depan ada-lah pengendalian usaha pembinaan , pertumbuhan dan per-kembangan guru-guru di sekolahnya, baik individu atau kelompok agar mereka lebih memahami secara efektif per-formans seluruh fungsi pengajaran J mereka dapat membina pertumbuhuan murid-murid secara berkelanjutan sr

gar dengannya murid-murid dapat dipersiapkan untuk me-lanjutkan pelajarannya ke lembaga pendidikan yang lebih

Page 53: BAB II PENGARUH PERSEPSI DAN KEBISAAN KEPEMIMPINAN

121f

tinggi atau terjun ke masyarakat. Dengan demikian diper-lukan "banyak ketrampilan teknik , misalnya mengembangkan suatu prosedur untuk melaporkan kehadiran dan kemajuan murid-murid dsb. Dalam hubungan dengan kedudukannya se-bagai pemimpin kelompok diperlukan kebisaan untuk beker-ja secara \efektif, kerja sama dan berpartisipasi dalam kelompok yang dipimpinnya. Hal ini sesuai dengan prinsip-prinsip kesatuan kelompok dalam hubungan dengan pening-katan prestasi sekolah dan kepuasan kelompok.

Kepala sekolah dalam hal ini akan menghayati per-sepsi penilik pendidikan dasar atau pengawas kabupaten, sesama kepala sekolah dan terutama persepsi staf gurunya. Dengan demikian ia dapat memahami dan memotivasi indivi-du-individu dalam kelompoknya, sehingga mereka akan mem-beri kontribusi yang positif di dalam mencapai tujuan-tujuan sekolah. Penekanan pada ketrampilan manusiawi ba-nyak didukung oleh pernyataan hasil penelitian seperti yang dikemukakan Hersey dan Blanchard (Blanchard,loc.cit) sbb :

"The emphasis on. human skill vías considered impor-tant in the past, but it is of primary important to-day. For example, one of the great entrepreneurs,John D.Eoekefeller, stated: 'I will pay more for the abi-lity to deal with people than any other ability under the sun*. These words of Rockefeller are often . eclt-oed. According to a report by the American Manage-ment Association, an overwhelming majority of the two hundred managers who participated in a survey agreed that the most important single skill of an executive is his or her ability to get along with

Page 54: BAB II PENGARUH PERSEPSI DAN KEBISAAN KEPEMIMPINAN

121f

people. In this survey, management rated this abili-ty more vital than intelligence, decisiveness,knowl-edge, or job skills.

Dengan uraian-uraian di atas dapat dikemukakan bahwa ditinjau dari segi kemanajemenan maka kepala seko-lah harus mempunyai ketrampilan-ketrampilan dengan pene-kanan-penekanan yang diletakkan pada aspek- manusiawi dan aspek teknik. Kedua aspek ini sangat berhubungan erat dengan tugas utama sekolah yakni proses belajar mengajar. Hal ini bukan berarti bahwa ketrampilan konsep-tual tidak diperlukan oleh seorang kepala sekolah dasar. Persoalannya adalah penekanan, yang . menyangkut pem-bobotan, artinya untuk kedua aspek pertama dan kedua di-beri bobot yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan bobot yang diberikan untuk aspek ketiga atau aspek kon-septual.

Ketrampilan konseptual perlu bagi kepala sekolah dasar karena kegiatan-kegiatan inovatif yang dihadapinya berkenaan dengan hakekat kurikulam baku. Herbert Simon dalam membahas 'The Décision Maker as Innovator* (O1

Donnell, 1966, h,102-10/f) mengemukakan bahwa suatu pro-gram itu inovatif, bilamana ditemukan kondisi - kondisi ebb : (a) Menemukan jawaban terhadap masalah-masalah ba-ru ter-

masuk pemeriksaan yang rumit, pemecahan masalah daç kegiatan belajar..

Page 55: BAB II PENGARUH PERSEPSI DAN KEBISAAN KEPEMIMPINAN

121f

(b) Permulaan program baru, yakni pengenalan pada kesem-patan atau kebutuhan yang umumnya berasal dari dalam organisasi sebagai hasil dari pengamatan yang sis-tematik terhadap lingkungan dan sensitif pada problan,

PENGAMBIL Ali KEPUTUSAN DAN KEPEMIMPINAN P ¿ii DIDIKAN DAN PE-NGAJARAN SEBAGAI PERFORMANS ADMINISTRASI KEPALA SEKOLAH.

Kegiatan -kegiatan yang dilaksanakan di sekolah, secara essensiil adalah implementasi dari keputusan-kepu-tusan dan penyelesaiannya. Putusan harus diambil oleh orang, jabatan dan atau badan-badan yang berwenang. Da-lam hubungan dengan kegiatan di sekolah maka pengambil keputusan bersumber pada Kantor Wilayah Departemen P dan K Propinsi, Kabupaten, Kecamatan,kepala sekolah bersang-kutan sendiri dan oleh guru di kelas. Suatu perangkat ke-putusan dan sejumlah asumsi y&ng melandasinya menjelas-kan perilaku administratif. Asumsi-asumsi yang dijelas-kan berikut ini bersumber dari penemuan-penemuan " The Development of Criteria o f Success in School Administra-tion Project » (Blanchard, 1978, h.&jO.

Asumsi pertama : Administrasi sekolah adalah su-atu tipe umum perilaku yang ditemukan dalam seluruh orga-nisasi manusia. Dengan kata lain, administrasi selalu a-da dalam konteks organisasi.Administrasi berkenaan de-ngan pencapaian optimum dari tujuan-tujuatt organisasi,di-mana tujuan-tujuan itu hanya bisa tercapai dengan adanya

Page 56: BAB II PENGARUH PERSEPSI DAN KEBISAAN KEPEMIMPINAN

121f

masukan manusia. Pada sekolah, sebagai sistem, perilaku organisasi merupakan bagian yang signifikan dari adminis-trasi pendidikan. Pola-pola kepemimpinan kepala sekolah, motivasi, jaringan komunikasi dalam lapangan organisasi sekolah lainnya yang secara substansiil diterima dalam penyelidikan ahli-ahli perilakuan, bermanfaat dalam memfceri kontribusi yang efektif dan efisien sekolah.

Asumsi kedua : Administrasi adalah proses pengen-dalian usaha-usaha sekolah. Dengan kata lain administrasi terjadi bilamana proses pengendalian usaha sekolah itu diawasi. Implementasi-itu dipengaruhi melalui : (a) Kriteria yang dimapankan untuk performans individu-in dividu staf guru yang berinteraksi dalam organisasi; (b) Pengawasan yang telah dimapankan untuk mengajar agar performans sesuai dengan rencana, Performans administra-si dalam hubungan ini bukanlah suatu fungsi artifisial tetapi suatu proses yang digunakan oleh seluruh staf se-kolah berkenaan dengan pengawasan dan pembimbingan kegi-atan-kegiatan mereka di sekolah. Administrasi bukan pro-duksi organisasi tetapi adalah tugas khusus di dalam mem-bina organisasi di dalam operasi-operasinya*

Asumsi ketiga : Fungsi khusus administrasi adalah untuk mengembangkan dan mengatur proses pengambilan ke-putusan dengan cara yang sedapat mungkin efektif. Apa-bila administrasi dibatasi pada tingkat mikro sekolah ma-ka pembahasannya terpusat pada sistem performans adminis-

Page 57: BAB II PENGARUH PERSEPSI DAN KEBISAAN KEPEMIMPINAN

121f

tratif, Karena pembahasan ini bertolak dari pendekatan sistem maka performans administratif harus dilihat pula sebagai suatu sistem.

Sebagai sistem, performans administrasi perlu dimantapkan dengan proses keputusan-keputusan kepala se-kolah di mana pertekanannya adalah pada peningkatan pres-tasi sekolah dan kepuasan anggota-anggqta sekolah terma-suk kepala sekolah sendiri, staf guru dan lainnya. Hal ini sesuai dengan konsep Allan Thomas yang telah dikemu-kakan yakni mencipta dan mengoperasi sistem yang produk-tif yang meliputi ; penggunaan sumber-sumber daya untuk pencapaian tujuan, memonitor sistem, menggunakan infor-masi-informasi tentang performans pada titik tertentu da-lam waktu agar dapat memperbaiki operasi-operasi berikut^ nya • Achmad Sanusi (Achmad Sanusi, 1972, h,28-29) dalam membicarakan pengambilan keputusan sebagai salah satu da-ri komponen-komponen utama administrasi mengemukakan sbb;

Tugas pimpinan dan para administrator, pada umum-nya setiap hari adalah mengambil atau membuat putus-an, atau karena sifat-sifatnya yang khas sering juga diberi nama lain ialah tugas memecahkan atau menye-lesaikan masalah (problem solving) .... Memang pada hakekatnya, setiap kegiatan yang dilakukan itu ada-lah putusan dan penyelesaian masalah. Rencana dan sistem informasi memberi jasa-jasa yang sangat ber-harga terhadap kemampuan pengambilan keputusan yang tepat.

Di dalam berbagai literatur tentang administrasi pendi-dikan selalu ditekankan pada pentingnya pengambilan ke-putusan, Kepala sekolah yang efektif dapat menen-

Page 58: BAB II PENGARUH PERSEPSI DAN KEBISAAN KEPEMIMPINAN

121f

tukan permasaalahan-permasaalahan di sekolahnya, mengum-pulkan data dan kemudian dengan data bersangkutan digu-nakan untuk memecahkan permasaalahan tersebut. Administrar-tor adalah manusia yang suka bertindak secara bertangung jawab di .mana kegiatannya adalah mengambil keputusan. Keputusan membentuk kebijakan.. _ dan yang akan merupa-kan pedoman bagi kegiatan-kegiatan organisasi. Keputusan-keputusan operasional sekolah adalah kegiatan/ tindakan untuk mencapai tujuan dan sasaran yang ditetapkan dalam kebijak. , diarahkan dan dikordinasi oleh administrar tor dan. memperhatikan efektivitas (apakah setiap guru bekerja sesuai dengan fungsi masing-masing)Jterkordinasi-nya artinya harus dicapai melalui integrasi dan sinkorni-sasi dan pengambilan keputusan yang tepat menurut sifat dan waktunya. 1. Pengambilan keputusan

Pengambilan keputusan adalah pusat kegiatan admi-nistrasi dan pendidikan, merupakan kunci yang menghasil-kan administrasi yang efektif bagi kepala sekolah • Ada tiga kekuatan yang berpengaruh pada pengambilan kepu-tusan, pada pengendalian usaha yang efektif , yakni : ke-kuatan-kekuatan di dalam administrasi sendiri, pada sis-tem manusia yang terlibat dan pada lingkungan (studi ini dipusatkan pada kekuatan-kekuatan yang ada dalam sistem manusia berupa perilaku administrator)• Suatu keputusan adalah adalah suatu tindakan yang dipilih dari beberapa

Page 59: BAB II PENGARUH PERSEPSI DAN KEBISAAN KEPEMIMPINAN

121f

alternatif dalam mana pemimpin memperoleh kesimpulan yang harus dilaksanakan pada situasi tertentu. Suatu keputus-an dapat berbentuk kata-kata yang dinyatakan secara eks-plisit oleh peraturan, kebijakan . perintah dan atau instruksi. Boleh juga dalam bentuk perilaku pemimpin yang menunjukkan kewenangan. Hak memutuskan adalah alat pemim-pin yang berwewenang dan mempunyai arti yang sangat pen-ting karena membawa pengaruh dan kebisaan pimpinan untuk mempertanggungjawabkan persoalan-persoalan organisasi«

Keputusan seharusnya merupakan suatu proses ber-kelanjutan yang senantiasa berlangsung dalam organisasi, bukari kejadian-kejadian yang abstrak. Bila tidak, kepu-tusan itu tidak berarti apa-apa. Untuk itu suatu kepu-tusan harus melibatkan pemahaman dalam tiga dimensi wak-tu, yakni ; pemahaman akan waktu-waktu.lampau di . mana persoalan dapat lebih disempurnakan dan untuk memperba-nyak informasij pemahaman akan situasi sekarang di mana keputusan itu akan dibuat; waktu yang akan datang di-mana keputusan-keputusan itu telah dilaksanakan dan di-evaluasi. Faktor waktu dan rangkaian keputusan yang seca-ra relatif tercakup dalam hampir semua situasi, merupa-kan alasan kuat untuk memandang penetapan keputusan se-bagai suatu proses yang mengarah pada sifatnya yang bei*-kesinambungan. Atas dasar ini keputusan merupakan elemen dalam proses perencanaan. Sebab itu hakekat keputusan

Page 60: BAB II PENGARUH PERSEPSI DAN KEBISAAN KEPEMIMPINAN

121f

tak dapat diuraikan tersendiri, tetapi titik tolak bagi proses perilaku»

Bagaimana seorang kepala sekolah itu dapat meng-ambil keputusan Yang efektif di sekolah banyak tergantung pada persepsi dan kebisaannya di dalam memilih alterna-tif Yang sangat menguntungkan dan pendekatan yang dipa-kai agar dapat memberi kepuasan kepada-seluruh staf guru dan lainnya maupun kepada orang tua murid. Berikut ini beberapa petunjuk dapat dikemukakan sehubungan dengan masalah pilihan alternatif. Pemilihan situasi; memilih suatu situasi berarti jalan melintas fakta-fakta yang telah dikumpulkan. Di dalam proses pemilihan perlu disadari dan diperhatikan perta-nyaan-pertanyaan berikut yakni ; (a) Permasalahan . manakah yang dihadapinya? Setiap tanda

atau indikator yang ditemukan belum dapat dipercaya, sebab itu yang diperlukan ialah masalah ' dasarnya, yang menyangkut orang yang terlibat, bagaimana sifat pribadi yang terlibat, bagaimana sifat kebijaksanaan sehubungan dengan persoalan yang dihadapi, apakah perlu suatu keputusan dan harapan apakah yang ingin dicapai dengan keputusan itu;

(b) Faktor-faktor manakah yang paling kritis dalam per-masalahan , itu? Faktor kritis adalah elemen dalam

Page 61: BAB II PENGARUH PERSEPSI DAN KEBISAAN KEPEMIMPINAN

121f

situasi yang harus diubah, dipindahkan atau dige-rakkan sebelum sesuatu yang lain bisa terjadi;

(c) Apakah yang menjadi harapan seluruh staf dan orang tua murid di masa yang akan datang ? Dalam situasi demikian diperlukan fakta-fakta yang relevan« Kon-flik-konflik yang sering timbul demikian juga akibat-akibatnya disebabkan justru pada fakta-fakta yang tidak relevan. Selain itu tiap keputusan harus dida-sarkan pada asumsi-asumsi sehubung&n dengan keadaan yang akan datang.

Kepala sekolah sebagai pembuat keputusan perlu menilai diri sendiri, sehubungan dengan permasalahan yang timbul. Apakah kepala sekolah merupakan bagian dari pemecahan masalah ataukah bagian dari masalah itu sen-diri tanpa disadari. Atas dasar itu setiap keputusan yang akan dibuat oleh kepala sekolah harus mengumandang-kan pertanyaan-pertanyaan berikut : (a) Apakah suatu keputusan itu didasarkan pada asumsi, intuisi, pertimbangan-pertimbangan yang rasional ataukah pada prasangka kepala sekolah sendiri? Sering, prasangka kepala sekolah secara kondisional,sudah masuk ke dalam, setiap keputusan; (b) Kepala sekolah perlu mengidentifikasikan kecen-derungannya di dalam menetapkan sesuatu keputusan» Hal ini memungkinkan setiap kepala sekolah mengingatkan di-

Page 62: BAB II PENGARUH PERSEPSI DAN KEBISAAN KEPEMIMPINAN

121f

rinya terhadap dua hal yakni : keputusan berupa milik dari semua orang dan kemungkinan mengambil keputusan yang berbeda dengan pendekatan yang biasa« Dengan demikian perlu disempurnakan alternatif-alternatif yang adekv/at dengan menghindari : (i) prasangka atau kecenderungan-kecenderungan terhadap masalah dan mendasarkan pada analisis nyata dari perma-salahan. itu sendiri; Untuk itu perlu pemahaman suatu jarak yang luas yang mencakup berbagai alternatif yang mungkin sesuai dengan harapan seluruh staf ; (ii) keyakinan terhadap pencakupan akan alternatif-alter-natif yang luas, yaitu sering kepala selolah mengharap-kan untuk melihat apa yang dihayatinya tetapi yang kemur-dian memperoleh yang tidak diharapkan«

Herbert A. Simon (Simon, 1976, h./fO) banyak memu-satkan perhatiannya pada proses pengambilan keputusan dan menyatakan bahwa partisipan tak dapat dilihat sebagai instrumen mekanistis, tetapi harus diterima sebagai indi-vidu dengan motif, keinginan dan aspirasi masing- masing dengan kecakapan dan kemampuan yang terbatas untuk meme-cahkan permas alahan • Pengambilan keputusan ini sinonim dengan •managing'. Sebab itu pengambilan keputusan mem-punyai tiga tingkat yakni : (a) kecakapan di dalam mencari lingkungan untuk kondisi yang memerlukan keputusan ;

Page 63: BAB II PENGARUH PERSEPSI DAN KEBISAAN KEPEMIMPINAN

121f

(b) disain, penemuan, pengembangan dan analisis kemung-kinan tindakan; (c) memilih, yakni menyeleksi tindakan khusus dari al-ternatif-alternatif yang memadai •

Kepala sekolah di dalam mempertimbangkan alterna-tif-alternatif yang telah dirumuskan sebaiknya menjadi-kan : (a) kebijaksanaan pemerintah dalam pendidikan dasar se-bagai kerangka acuan sehingga dapat dipilih alternatif-alternatif yang paling cocok atau yang mendekati tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam rencana ; (b) kebijaksanaan yang dijadikan kerangka acuan perlu diuji atau di tes dengan faktor-faktor penghambat dan faktor-faktor penunjang yang inheren dengan alternatif; (c) syarat-syarat dan konsekuensi dari alternatif- alter-natif tersebut.

Griffiths (Griffiths, 1969) h.66) mengemukakan tahap-tahap pengembangan keputusan sampai dengan tindak-an pelaksanaannya yaitu persiapan, memutuskan dan melak-sanakan. Tahap persiapan meliputi ; (a) Pengenalan permasalahan- dan kebutuhan untuk memper-siapkan pembuatan suatu keputusan, (b) Persiapan untuk klarifikasi permasalahan,„ (c) Kegiatan pendahuluan di dalam persiapan dengan mem-peroleh informasi, opini dan nasihat-nasihat dari bav/ahanf

Page 64: BAB II PENGARUH PERSEPSI DAN KEBISAAN KEPEMIMPINAN

121f

(d) pengaturan dan pertimbangan terhadap fakta-fakta , (e) Menyeleksi alternatif. Tahap berikutnya ialah memutuskan dan melaksanakan.

Dari uraian-uraian di atas dapat disimpulkan bah-wa proses pengambilan keputusan memerlukan pengetahuan, abilitas atau kebisaan serta persepsi dari kepala seko-lah, karena setiap keputusan mempengaruhi seluruh sistem sekolah. Kebisaan dan pengetahuan diperlukan untuk meli-hat hubungan-hubungan antara variabel-variabel; kebisaan di dalam membuat pernyataan-pernyataan di antara " varia-bel-variabel bersangkutan. Pengetahuan meliputi asumsi-i asumsi, proposisi, konklusi beserta spesifikasinya». Per-nyataan-pernyataan meliputi indikasi-indikasi terhadap lingkungan di mana kesimpulan itu dibuat dengan segala kemungkinan-kemungkinannya.

Dalam kaitan dengan hal-hal tersebut di atas di-perlukan persepsi untuk membuat prediksi tertentu ten-tang variabel-variabel yang sama di masa yang akan da-tang. Di pihak lain diperlukan pula kemampuan .dan kebis'ar an untuk mempertimbangkan kebijaksanaan- - kebijaksanaan serta peraturan dan standar-standar yang ada serta peng-alaman-pengalaman sebagai bahan pembanding dan pengon-trol keputusan-keputusan yang akan diambil. Proses peng-ambilan keputusan di sekolah dasar dapat disimpulkan sbb: Pertama, sistem monitoringf bermaksud untuk mengumpulkan data informasi terhadap variabel-variabel dalam sistem

Page 65: BAB II PENGARUH PERSEPSI DAN KEBISAAN KEPEMIMPINAN

128'

kejadian/lingkup permasalahan berkenaan dengan hasil-hasil yang diharapkan dalam tujuan-tujuan sistem sekolah; Kedua« sistem kontrol, yang terdiri dari tiga subsistem; -subsistem diagnosis, yang berfungsi mengevaluasi keluar-an dari sistem monitoring, -subsistem seleksi, yang didukung oleh pengetahuan dan ke-bisaan serta persepsi yang tajam yakni yang relevan de-ngan hasil yang diharapkan sebagai hasil perubahan, dalam variabel-variabel yang diusulkan pada tahap diagnosis, - subsistem transformasi, sehubungan dengan penentuan a-plikasi dan generalisasi terhadap kejadian-kejadian khu-sus yang terlibat dalam pengambilan keputusan • Ketiga« ialah pelaksanaan atau tindakan - dari keputusan.

Sehubungan dengan pengambilan keputusan yang ber-kenaan dengan administrasi pendidikan, Allan Thomas (Allan Thomas, 1971 , h, 79-107) mengusulkan model-model masukan dan keluaran, efektivitas biaya, ,rcost— benefit" untuk pembuatan keputusan dan model-model probabilitas dan balikan di dalam pembuatan keputusan. Demikian juga dengan sistem informasi. Untuk kepentingan dalam ana-lisis ini dipilih model pengambilan keputusan terakhir

*

atau model balikan yang dilengkapi dengan sistem infor-masi, Model balikan sesuai dengan sifat sekolah sebagai sistem terbuka, yang sangat memerlukan informasi balikan untuk perbaikan sistem ke arah yang lebih efektif.

Page 66: BAB II PENGARUH PERSEPSI DAN KEBISAAN KEPEMIMPINAN

129' Dipihak lain model ini sangat efektif di dalam memenuhi tuntutan pertanggung jawaban (accountability) dari pihak kepala sekolah selaku administrator« Berkenaan dengan model ini, diperlukan mekanisme balikan dan peraturan ke-putusan yang bersifat otomatis dan tidak meng-haruskan bagi pembuatan keputusan-keputusan formal se-tiap saat balikan untuk dipergunakan, tetapi secara ti-dal langsung memberi arah dan gerakan, demikian juga pe-nyesuaian. Melanisme yang demikian cocok untuk pemeliha-raan produktivitas organisasi.

Bagian-bagian penting dari sistem balikan yang demikian ialah : Pertama , prosedur untuk mengukur keluaran pada berba-gai tahap. Hal ini meliputi suatu monitoring performans pada berbagai tingkat dari proses pendidikan juga moni-toring keberhasilan sesudah sekolah; Kedua , prosedur untuk memperoleh penemuan-penemuan dan membandingkannya " dengan tingkat performans yang , di-inginkan • Ketiff3 , prosedur untuk menggunakan perbedaan antara performans aktual dan performans yang diinginkan untuk mempengaruhi masukan dan proses.

Keempat , peraturan keputusan. Dengan memakai proses ba-likan, performans aktual dikomparasikan dengan performang yang diinginkan dan kesalahan (error) diperhitungkan.

Page 67: BAB II PENGARUH PERSEPSI DAN KEBISAAN KEPEMIMPINAN

130'

Peraturan keputusan ini menghubungkan kesalahan atau pe-nyimpangan pada tipe-tipe mengajar. Dengan informasi ini dapat dipakai untuk pengambilan keputusan terhadap ma-sukan yang berkenaan dengan proses mengajar belajar yang lebih efektif.

Sejauh manakah pengaruh persepsi dan kebisaan ter-hadap proses pengambilan keputusan seseorang, berikut inL dikemukakan hasil-hasil penemuan dari Alan J.Bowe sbb : (Bobbins, 1978, h. 15/^155) Selama kita harus melanjutr-kan untuk percaya bahwa keputusan-keputusan dibuat atas dasar proses pemikiran yang rasional, maka sangat kecil kesempatan untuk memprediksi atau memahami proses kepu-tusan itu. Dalam pernyataannya dikemukakan bahwa dalam setiap keputusan yang kompleks di mana faktor-faktor pri-badi atau perilaku digunakan maka preferensi individu akan mendominasi hasil-hasilnya» Dari penelitiannya ter-hadap 496 manejer yang dimintakan untuk menilai sepuluh karakteristik sehubungani-' dengan pentingnya bagi pengam-bilan keputusan, disimpulkan sbb ; " Perception, or the ability to correctly formulate problems, was ranked at the top of the list by 82$ of the managers, while compul-* sion, the need to get the job done at any cost, was the least regarded characteristic". Di sini nampak bahwa di dalam proses pengambilan keputusan faktor persepsi " dan kebisaan untuk merumuskan masalah-masalah mempunyai penga -ruh yang besar», flfel ini menunjukkan bahwa pengambilan

Page 68: BAB II PENGARUH PERSEPSI DAN KEBISAAN KEPEMIMPINAN

131' keputusan oleh seoy^ng administrator tidak terlepas dari persepsinya terhadap peranan vang dimainkan dan ekspek-tasi dirinya serta ekspektasi staf bawahannya. Demikian .juga bahwa pengambilan keputusan memerlukan kemampuan dan kebisaan untuk merumuskan permasaalahan dan kemampuan di dalam memilih alternatif-alternatif yang efektif bagi kelancaran proses administrasi ' yang dipimpinnya.

Sistem Informasi Untuk pengambilan keputusan yang tepat diperlu-

kan informasi-informasi yang relevan. Dengan kata lain bahwa keputusan yang . tepat banyak tergantung pada sis-tem informasi yang efektif. Informasi dalam hubungan ini berkedudukan sebagai masukan dan putusan adalah keluaran, Informasi yang efektif harus memenuhi syarat-syarat leng-kap, representatif, konsisten, terandal dan "up-to-dateV Bila syarat-syarat di atas tidak terpenuhi maka dapat diramalkan bahwa putusan itu akan bias dari tujuan dan sasaran yang diharapkan. Informasi adalah salah satu da-sar utama dalam sistem manajemen • Informasi memudahkan, hubungan timbal balik antara subsistem, merupakan rang-kaian perlengkapan komunikasi yang penting untuk pengem-bangan sistem manajemen pendidikan dasar. Informasi ada-lah suatu pola hubungan antara kejadian. Dalam . hubungan dengan sistem pengambilan keputusan maka sifatnya harus mengandung nilai ketepatan yang tinggi. Berkenaan dengan persoalan yang dihadapi maka sifat informasi terletak

Page 69: BAB II PENGARUH PERSEPSI DAN KEBISAAN KEPEMIMPINAN

132' pada masalah dan kerangka acuan dari pengambil keputusan. Dengan demikian tingkat informasi harus sesuai dengan tingkat keputusan yang akan dibuat.

Sehubungan dengan data informasi dan sistem peng-ambilan keputusan, biasanya ditemukan keputusan-keputusan yang diprogramkan dan keputusan-keputusan yang tidak diprogramkan. Keputusan jenis yang diprogramkan berkena-an dengan kebijakan. atasan (tingkat departemen atau tingkat propinsi/kabupaten). Keputusan jenis ini berfung-si untuk membimbing administrator/kepala sekolah dan staf lainnya. Sifatnya berulang, rutin dan sebagai pedo-man untuk kegiatan-kegiatan yang sering terjadi.

Tipe-tipe pedoman yang terprogramkan untuk seko-lah dasar meliputi : (a) Standar, atau kriteria untuk pembanding sesuatu, mi-salnya target materi pelajaran yang harus dicapai dalam kurun waktu tertentu; (b) Prosedur, yaitu suatu rangkaian langkah-langkah yang berurutan yang telah ditetapkan untuk penyelesaian sesua-tu tugas, misalnya prosedur pengembangan sistem instruk-sional yang sekarang dilaksanakan di sekolah-sekolah da-sar; (c) Metode, sebagai satu langkah dari suatu prosedur; (d) Peraturan-peraturan, yaitu pernyataan- - pernyataan yang eksplisit yang menerangkan apa yang harus dan apa yang tak boleh dilakukan seseorang.

Page 70: BAB II PENGARUH PERSEPSI DAN KEBISAAN KEPEMIMPINAN

133' peraturan-peraturan tentang personil sekolah, peraturan penerimaan murid, ujian untuk memperoleh STTB dsb ; (e) Kebijakan » merupakan pedoman yang sifatnya umum dan yang memerlukan terjemahan ke dalam bahasa opera-sional.

Untuk mengambil keputusan tingkat operasional, se-ring menggunakan pertimbangan-pertimbangan (judgment) se-hingga sering menimbulkan berbagai konflik karena teri-kut sertakan faktor-faktor pribadi dan perilaku pengam-bil keputusan.Pergantian pimpinan (misalnya kepala sekolah, penilik, pengawas atau kepala perwakilan departemen P dan K) dapat menimbulkan konflik dan ketegangan bawahan ka-rena adanya kebijaksanaan baru atau visi dan interpreta-si yang berbeda dengan pimpinan/kepala yang lama terha-dap kebijakan . . yang sama. Di pihak lain terdapat pula keputusan-keputusan yang tidak diprogramkan yang tidak lain dari pada keputusan-keputusan tingkat mikro sekolah di mana untuk hambatan-hambatan khusus atau untuk kepen-tingan pengembangan sistem, kepala sekolah harus membuat keputusan. Keputusan yang demikian menghendaki kreativi-tas dari kepala sekolah bersama staf gurunya dan juga "judgment" kepala sekolah. Secara mendasar keputusan-keputusan demikian bersifat khusus sekolah. Sobbins me-namakannya " special purpose decisions" yang meliputi program-program, strategi dan pembiayaan, di mana sifat-

Page 71: BAB II PENGARUH PERSEPSI DAN KEBISAAN KEPEMIMPINAN

nya tak lama dan untuk suatu penggunaan khusus ( Robbimsf 1978, h# 159).

Sebagai pengambil keputusan, kepala sekolah sering berhadapan dengan jenis keputusan ini, di mana jenis ke-putusan yang diprogramkan oleh pemerintah digunakan seba-gai pedoman atau kerangka acuan. Bagaimana hubngan sistem informasi dan sistem pengambilan keputusan sekolah dapat digambarkan sbb:

GAMBAR II ARUS INFORMASI DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN OPERASIONAL

data ekstern

r' i -r t i U

M a s y a r a k a t

» t i Kepengawasan Sekolah i T T

j J Sistem • ! Informasi; I

•i h-k-.j } i

»Sistem PeJ ingambilanj-

Képutusan yangi mempengaruhi \ misyarakat î

Keputusan yang mempengaruhi proses.mengaj ar dan belajar i i

k L

Masukan

Murid !' Mentah

-¿L t t. Proses Mengajar & Belaoarf-

t * 1

i Sumber daya- Staf Guru £ Program Pendidikan

Keluaran Prestasi Sekolah

t o-

Lulusan

Page 72: BAB II PENGARUH PERSEPSI DAN KEBISAAN KEPEMIMPINAN

135' 2. Kepemimpinan -pendidikan dan -pengajaran

Dalam uraian sebelumnya telah dikemukakan bahwa kepala sekolah dasar mempunyai fungsi ganda yakni seba-gai administrator dan juga sebagai supervisor. Sebagai administrator kepala sekolah menjalankan fungsi- fungsi administrasi sesuai dengan status dan peranannya sebagai kepala unit organisasi terkecil. Tugas- utamanya membuat perencanaan dan mengambil keputusan-keputusan demi ke-lancaran tugas-tugas sistem. Sebagai supervisor ia men-jalankan fungsi pemimpinan (leading), observasi kelas/ evaluasi, jadi berfungsi memberi petunjuk dan pembim-bingan bagi guru dalam usaha-usaha perbaikan proses be-lajar mengajar. Dalam hubungan ini kepala sekolah adalah pemimpin pengajaran di sekolahnya, yang berperan sebagai agen perubahan, mendorong staf guru untuk menciptakan dan melaksanakan kegiatan-kegiatan inovatif • Karena kedua tugas (administrator dan supervisor/pemimpin pengajaran) itu diperankan secara terintegrasi, maka seluruh keberha-silan sekolah sebagai sistem tergantung pada "kepemimpin-annya, Masalah keberhasilan sesuatu organisasi sebenar-nya menyangkut segi-segi efektivitas dan efisiensi suatu sistem. Dengan kata lain berhasil tidaknya sesuatu seko-lah tergantung pada efektivitas kepemimpinan kepala s&7 kolahnya.

Efektivitas dalam berbagai literatur dijelaskan sebagai akibat yang ditimbulkan sesuai dengan yang dike-

Page 73: BAB II PENGARUH PERSEPSI DAN KEBISAAN KEPEMIMPINAN

136'

hendaki. Jadi sesuatu perbuatan dikatakan efektif bilama-na berhasil mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dari sudut administrasi pendidikan, pekerjaan administratif kepala sekolah adalah pengendalian usaha untuk pencapai-an hasil optimum dengan sumber daya yang ada. Dari segi ekonomi, usaha yang demikian efisien artinya kepala seko-lah telah melakukan sesuatu cara yang baik yang pernah dikerjakannya. Jadi fokusnya pada aspek biaya. Tetapi di pihak lain dapat dikatakan bahwa pengendalian usaha kepala sekolah untuk peningkatan ketaraf optimum adalah pendekatan yang berfokus pada segi-segi efektivitas. Ja-di dapat dikatakan bahwa efektivitas berfokuskan keber-hasilan dan untuk tetap bertahan diperlukan efisiensi se-bagai syarat minimum.

Sebab itu tugas kepala sekolah selaku administra-tor mengefektifkan semua subsistem yang ada di sekolah-nya pada kegiatan-kegiatan yang bermanfaat untuk pening-katan prestasi sekolah. Dalam memorandum tentang pengem-bangan sistem informasi untuk menunjang kegiatan- kegia1> an B.A.A.K., di JPB (Darwis S.Gani, 1979) memberikan pen-jelasan tentang istilah efektivitas dan efisiensi itu ebb ; Dengan bertitik-tolak dari definisi James, bahwa » Effectiveness is doing the right thing» dan " Efficienr cy is doing things right kemudian diartikan bahwa efektivitas adalah pendiskripsian »output1 dari sistem

Page 74: BAB II PENGARUH PERSEPSI DAN KEBISAAN KEPEMIMPINAN

137' secara jelas» Dikemukakan selanjutnya bahwa pertimbangan efisiensi haruslah ditempatkan di dalam suatu ukuran efektivitas tertentu, terutama untuk suatu "future ori-ented organization". Di pihak lain untuk masa yang akan datang juga memerlukan sumber daya maka perlu pengaturan pengalokasin dalam pengelolaan sistem.

Bila konsep efektivitas dan efisiensi dari kedua pendapat di atas dijrunaka,n di dalam konstruk -performans ggkolah, maka efektivitas menunjuk pada tu.iuan - tujuan pendidikan dasar yang harus dinyatakan secara eksplisit. Dengan penetapan tu.iuan secara .jelas maka mudah untuk mengukur keluaran dalam usaha untuk menemukan se.iauh ma-nakah tu.iuan-tujuan itu dicapai. Masalah efisiensi dalam hubungan biaya pendidikan ber-fungsi untuk memperoleh rasio yang memadai antara biaya pendidikan dengan hasil-hasil pendidikan yang dicapai» Dalam penulisan ini, efisiensi dilihat dari segi pengam-bilan keputusan sehubungan dengan pengalokasian waktu y

yang digunakan kepala sekolah di dalam melaksanakan tu-gas-tugas administrasinya. Di pihak lain efisiensi peng-ambilan keputusan harus pula menyangkut segi-segi kepuas-an seluruh stkf sekolah termasuk orang tua murid. Salah satu aspek penting dari segi kepuasan ini ialah respons sif di mana keluaran pendidikan harus merubah. atau me-refleksikan perubahan dalam tuntutan kelompok atau in-dividu. Sebagai akibat selanjutnya bahwa sekolah sebagai

Page 75: BAB II PENGARUH PERSEPSI DAN KEBISAAN KEPEMIMPINAN

138'

sistem "benar-benar cocok dengan kebutuhan masyarakat» Jadi adanya kecocokan antara keluaran sistem sekolah dengan kebutuhan masyarakat»

Konsep efektivitas dan efisiensi merupakan kontri-busi utama Barnard (Faber & Shearron, 1970, h.100 - 101). Istilah-istilah ini oleh Barnard didefinisikan sedemiki-an rupa sehingga kedua dimensinya jelas, dan dapat digu-nakan untuk menilai suatu organisasi. Efektivitas, menu-rut Barnard tidak berkarakter personal dan berhubungan dengan pencapaian tujuan atau maksud organisasi. Efisiensi berorientasi pada pribadi (person) dan berhu-bungan dengan perasaan kepuasan seseorang/pekerja yang timbul dari keanggotaannya dalam suatu organisasi, ke-puasan motif individu,dalam mencapai tujuan-tujuan orga-nisasi. Walaupun Barnard membedakan antara keduanya, ia juga mencatat hubungan antaranya» Bagi Taylor dan Mayo efisiensi membawa pada kepuasan dan bagi Lewin, kepuas-an membawa pada peningkatan produktivitas. Di sini Barnard menekankan pada kepuasan individu di. samping pencapaian prestasi organisasi. Efisiensi menurut Sikun Pribadi, ada dua macam yakni efisiensi benda dan efisi-ensi personal (Sikun Pribadi, 1978, h.8). Efisiensi ben-da berkenaan dengan penggunaan kemampuan dengan . .cara yang menghasilkan produk yang optimal dengan pengham-buran dan hambatan yang minimal. Di pihak lain sikap-

Page 76: BAB II PENGARUH PERSEPSI DAN KEBISAAN KEPEMIMPINAN

139'

sikap yang menyimpang dari yang seharusnya misalnya iri hati, bermusuhan, kurang gembira dan sejenisnya merupa-kan indikator dari sifat-sifat tidak efisien.

Dari uraian-uraian di atas dapat disimpulkan bahwa keefisienan sekolah dapat bersumber dari ke-pala sekolah sendiri ataupun pada «pperasinya. rJadi perbedaan antara apa yang sebenarnya harus dicapai dengan apa yang secara riil dicapai. Sumber-sumber ketidak efisienan sekolah da-pat bersumber pada : (a) Ketidak efisienan operasi di mana faktor-faktor pe-nyebabnya perlu diteliti di dalam organisasi sendiri. Faktor ketidak puasan staf guru dengan kebijaksanaan- ke-bijaksanaan yang ditempuhnya. Kurangnya motivasi kerja ctL antara staf guru, ketidak cocokan, konflik-konflik yang timbul di antara staf guru lainnya. (b) Ketidak efisienan dalam pengambilan keputusan. Kesa-lahan atau kekeliruan di dalam memilih alternatif dapat membawa konsekuensi-konsekuensi yang buruk. Dalam hal ini keputusan yang diambil tidak sesuai dengan kriteria efi-siensi. Dalam segi inilah diperlukan kemampuan dan ketrem-pilan kepala sekolah di dalam menganalisis dan menjelaskan situasi-situasi di sekolahnya, agar di ambil keputusan-ke-putusan yang jitu untuk meningkatkan efektivitas dan efi-siensi operasional sekolah. Dari penelitian- penelitian yang banyak dilakukan, ditemukan variabel-variabel penye-bab rendahnya efektivitas dan efisiensi pendidikan

Page 77: BAB II PENGARUH PERSEPSI DAN KEBISAAN KEPEMIMPINAN

140'

pada faktor-faktor yang disebabkan oleh seko-7 T

lah sendiri yang meliputi komponen-komponen kemudahan fasilitas ruangan, peralatan, materi pelajaran, kuriku-lum, metode mengajar, masalah guru, evaluasi dan lainnya. Dari komponen-komponen di atas diduga bahwa kepemimpinan kepala sekolah dan guru merupakan dua. variabel penting yang mempunyai kontribusi utama di dalam ; peningkatan prestasi sekolah.

ADMINISTRASI DAN MANAJEMEN KEPENDIDIKAH

1» Administrasi dan mana.iemen dan implikasi-implikasinya bagi "pelaksanaan pendidikan

a» Manusia selaku mahluk organisasi Terdapat hubungan yang erat antara : administrasi

pendidikan dan tujuan-tujuan pendidikan di dalam masya-rakat, dan di antara tujuan dan sasaran-sasaran sosial, okonomi, politik masyarakat dan tujuan-tujuan serta sa-saran-sasaran pendidikannya. Dari segi manajemen, manu-sia dipandang sebagai makhluk sosial (man is a social animal)0 Kast & Rosenzweig (Kast & Rosenzweig, 1974s h.5) mengemukakan bahwa manusia adalah makhluk organisasi(man is an organizing animal) di^mana persepsinya terorgani-sasi ke dalam suatu pengertian yang utuh; hal ini secara umum merupakan karakteristik kognitif atau proses berpi-kir .

Page 78: BAB II PENGARUH PERSEPSI DAN KEBISAAN KEPEMIMPINAN

141'

Pernyataan di atas memuat sejumlah implikasi yang sangat fundamental bagi integrasi perkembangan pengetahuan sehu-bungan dengan sekolah sebagai organisasi dan manajemen« Istilah sosial menjelaskan bahwa manusia cenderung untuk mengembangkan hubungan-hubungan interdependensi dan ker-ja sama*

Perilaku berorientasi pada tujuan« Hal ini sangat .penting untuk memahami tujuan-tujuan manusia dalam masya-rakat agar diperoleh pemahaman yang tajam tentang perilar ku. Dua pandangan yang saling bertentangan bersumber pada pembawaan manusia yang dinyatakan sepanjang sejarah :(1) pada dasarnya manusia itu agresif dan kompetetif dan (2) manusia pada dasarnya baik dan bisa bekerja sama« Walau-pun pendekatan ini terlalu berlebih-lebihan menurut Kast & Rosenzweig, tetapi dapat melayani suatu contoh dari ke-rangka acuan yang berbeda untuk mempelajari perilaku« Pe-rilaku yang bertujuan,proses kognitif,kerja sama dan kon-flik hanya sebahagian dari keseluruhan sistem di mana ma-nusia mengorganisasi dan mengelola persoalan-persoalannya.

Bronislaw Malinowski, dalam observasinya menunjuk-kan bahwa fakta yang essensiil dari kebudayaan di . mana manusia itu hidup di dalamnya, bila diamati secara ilmiah adalah pengorganisasian manusia ke dalam kelompok- kelom-pok yang permanen. Dengan demikian setiap kegiatan yang terorganisasi harus melalui pengadministrasian yang intensif.

Page 79: BAB II PENGARUH PERSEPSI DAN KEBISAAN KEPEMIMPINAN

142'

Di sinilah nampak bahwa administrasi merupakan kunci daii pada organisasi» Ada manusia yang berperanan, ada tujuan yang ingin dicapai, ada wewenang dan tanggung jawab« Dar lam konteks yang demikian timbul tindakan dan _perilaku manusia yang terlibat dalam kegiatan-kegiatan organisasi» Achmad Sanusi (Achmad Sanusi, (a), 1971» h»l) dalam mem-bahas Administrasi, Pertumbuhan dan Burokratisasi Kehi-dupan, mengemukakan :

"Kehidupan sosial mengenal lingkungan- lingkungan dan batas-batas tertentu melihat fungsinya,kepenting-annya (interest), wewenang dan kekuasaannya» pertang-gung jawabnya, dan keanggotaannya» Dalam konteks ling-kungan-lingkungan tersebut terjadi berbagai tindakan dan tingkah laku, hubungan-hubungan sosial yang kese-luruhannya membentuk suatu perlembagaan (institution) dengan mekanismenya yang -sedikit banyaknya stabil a-tau equilibrium1 •

Dengan beberapa kutipan dan penjelasan di atas da-pat dikemukakaii bahwa peradaban modern di masa-masa yang akan datang sangat tergantung pada para administrator,ka-rena setiap segi dari lingkungan kehidupan sosial selalu disertai kegiatan-kegiatan administrasi» Keputusan- kepu-tusan yang diambil oleh administrator dapat memberi pers-pektif baru dan menimbulkan perubahan-perubahan yang ter-jadi dalam kehidupan sosial» Di pihak lain sistem adminis-trasi yang terjadi itu adalah pencerminan dari masyara-kat, dari mekanisme sosial yang sementara berlangsung» Robbins pada bagian pengantar dari bukunya berjudul "The Administrative Process" (Robbins, 1978, h.k) mengemu-kakan sbb :

Page 80: BAB II PENGARUH PERSEPSI DAN KEBISAAN KEPEMIMPINAN

Ik3

"The most direct effect administrators have upon our lives is through their impact on our life-styles. From the information they get regarding unsatisfied needs among the population, administrators are re-quired to make decisions on what goods and services will be provided for their constituents. Whether one administers in a government office, hospital, pri-son, school, small business, or billion-dollar - cor-poration »decisions must be made that affect the lives of all of us. Individually,these decisions reach only small segment of the population - with the exception of actions taken by the federal government and some of the largest of the corporate giants. However, in-aggregate, these individual decisions shape our live£ and future destiny

Persoalan utama yang perlu dikemukakan ialah per-pertanyaan-pertanyaan sehubungan dengan pengertian admi-nistrasi itu sendiri, walaupun dalam penjelasan-penjelas-an sebelumnya telah banyak dikemukakan terutama mengenai fungsi-fungsi administrasi. Di dalam beberapa literatur istilah administrasi itu sering digunakan secara bergan-tian dengan istilah manajemen. Tetapi di dalam sejarah perkembangan pemikiran administratif, perkataan adminis-trasi sudah ada sebelum adanya perkataan manajemen. Ja-lur-jalur wewenang yang ada pada gereja Katolik, berge-rak dari Paus kepada Kardinal dan hirarkhi berikutnya sampai dengan pendeta gereja wilayah. Staf penasehat, me-tode-metode yang seragam untuk pelaksanaan tugas - tugas, disiplin pada lembaga kemiliteran, kesemuanya memberi sumbangan yang sangat penting bagi perkembangan organi-sasi dan administrasi. Manajemen dan administrasi modern itu timbul baru pada sekitar tahun 1911 yaitu dengan

Page 81: BAB II PENGARUH PERSEPSI DAN KEBISAAN KEPEMIMPINAN

144'

publikasi Taylor, " Principles of 'Scientific Management"« Dari beberapa literatur diperoleh informasi ten-

tang perbedaan antara administrasi dan manajemen. Admi-nistrasi secara tepat menunjuk pada perilaku / kelakuan umum, lebih dari pada kegiatan-kegiatan pribadi (private activities). Manajemen timbul dari kerja sama secara bi-rokratis dan sebagai suatu perangkat kegiatan, keunggul-annya langsung tertuju pada ekonomi, dan kemudian baru pada proses kejadian-kejadian sosio-kultural. Di pihak lain administrasi secara historis berhubungan dengan usaha-usaha masyarakat di mana keunggulannya berakar pa-da struktur sosio-kultural masyarakat dan baru kemudian pada segi ekonomi. v

Farmer dan Ryan (Bobbins, 1978, h.17-20) mendefi-nisikan manajer sebagai orang bekerja untuk mencapai tu-juan-tujuan yang terukur yang bertalian dengan tujuan-tu-juan subsistem. Sedangkan administrator berusaha keras untuk mencapai tujuan-tujuan tak terukur tanpa menghirau-kan efek akhir dari pencapaiannya. Robbins berpendapat bahwa kedua istilah ini sinonim; bagi kebanyakan ahli manajemen diuntukkan bagi organisasi yang lebih menekan-kan pada performans ekonomik (profit-making organization). Robbins sendiri lebih menekankan pada administrasi kare-na lebih dapat diterima pada sektor-sektor yang lebih me-nitik beratkan pada performans ekonomik baik pada sektor-

Page 82: BAB II PENGARUH PERSEPSI DAN KEBISAAN KEPEMIMPINAN

145'

sektor yang menitik beratkan pada pelayanan umum. Selai*-jutnya dikemukakan bahwa administrasi adalah suatu pro-ses umum dari kegiatan-kegiatan yang efisien yang disele-saikan oleh dan melalui orang lain»

Memanajemeni, bukan suatu perangkat tugas yang di-kerjakan secara berurutan, tetapi suatu jaringan kerja yang sistematik. Secara logis,-memang urutan tugas mana-jemen harus sesuai dengan fungsi-fungsi mamajemen yakni; perencanaan, pengorganisasian, pengaturan personil, mem-bimbing, memimpin, pengawasan dan penelitian ataupun kla-sifikasi lainnya sesuai dengan essensi perusahaan atau lembaga masing-masing. Dalam bentuknya yang operasional, fungsi-fungsi manajemen ini dilaksanakan dalam bentuk-bentuk tugas manajerial untuk mewujudkan tujuan- tujuan khusus lembaga. Dalam konteks ini perlu pengadministrasi-an, karena dimensi ini berhubungan dengan mengusahakan hasil yang optimum sesuai dengan sumber daya yang ada* Jelasnya proses administrasi menunjukkan tugas operasio-nal dari fungsi-fungsi manajemen. Sehubungan-dengan pen-capaian hasil-hasil optimum maka pekerjaan administrasi difokuskan pada segi efektivitas, yakni mengefektifkan * kegiatan-kegiatan secara tepat. Berkenaan dengan sumber daya yang ada maka pekerjaan administrasi harus difokus-kan pada segi-segi efisiensi yakni melakukan kegiatan-ke-giatan dengan cara yang lebih baik lagi.

Page 83: BAB II PENGARUH PERSEPSI DAN KEBISAAN KEPEMIMPINAN

146'

Administrasi bukan sesuatu yang lengkap dengan sendiri-nya tetapi hanyalah sebagai alat implementasi kebijaksa-naan, sebab itu perlu diintensifkan» Achmad Sanusi, (a) , 1971, h.2) dalam menganalisis kehadiran sistem adminis-trasi sebagai suatu sistem mekanisme sosial, menjelas-kan sbb :

" Kedudukan dan peranan pasif dari administrasi a-kan berubah menjadi aktif dan kreatif jika para kon-sumen dan produsen jasa-jasa administrasi menjalan-kan prinsip-prinsip, teknik-teknik, metode-metode dan alat-alat bantu administrasi secara semestinya atau sewajarnya. Jika demikian itu terjadi, maka di dalam tiap-tiap lingkaran kehidupan sosial, apakah berke-nan dengan aspek-aspek urusan kenegaraan dan peme-rintahan, atau ekonomi, atau hukum, atau pendidikan, atau perusahaan dan lain-lain, akan terjadi pula pro-ses administrasi

Keseluruhan uraian di atas menunjukkan bahwa tiap-tiap lingkaran kehidupan sosial mengenal proses pengadmi-nistrasiannya sendiri-sendiri. Yang berkenaan dengan lem-baga-lembaga pemerintahan mengenal proses . administrasi pemerintahan; yang berkenaan dengan lembaga-lembaga pe-rusahaan mengenal proses administrasi perusahaan dan yang berkenaan dengan lembaga-lembaga pendidikan akan mengenal proses administrasi pendidikan, b» Ariminifitrafii sekolah rfasar , t .

Sekoldh-sekolah dasar negeri-diatur jsepara 1biro^ kratis. Perkataan birokrasi bagi sebahagian orang biasa-nya dapat membangkitkan citra yang tidak menyenangkan,ti-dak efisien dan tidak fleksibel; bagi yang lainnya hal itu menunjukkan suatu bentuk organisasi yang sangat efi-

Page 84: BAB II PENGARUH PERSEPSI DAN KEBISAAN KEPEMIMPINAN

w sien. Bagi promovendus sendiri terutama dalam penulisan ini bersifat netral, artinya baik buruknya sistem suatu organisasi terutama sekolah, tergantung pada pemimpinnya.

Terdapat, enam karakteristik birokrasi .menurut Weber (Faber & Shearron,. 1970,. h.78)dapat disimpulkan sbb (a) Lingkup yang resmi dan tertentu yang diatur oleh aturan-aturan dan peraturan-peraturan administratif; (b) Prinsip-prinsip hirarkhi dan tingkat wewenang yang memapankan suatu sistem urutan atasan dan bawahan secara ketat sehingga terdapat supervisi terhadap bawahan oleh pihak atasan ; (c) Administrasi yang didasarkan atas dokumen - dokumen tertulis ; (d) Administrasi dilakukan oleh pejabat khusus yang ter-latih ; (e) Administrasi sebagai pekerjaan tetap ; (f) Administrasi yang didasarkan pada aturan-aturan umum yang stabil atau kebijakan *. yang komprehensif. Dari pandangan di atas dalam hubungan dengan administra-si sekolah dasar dapat dikemukakan beberapa hal sbb : (a) Kepala sekolah sekurang-kurangnya banyak mengetahui tentang segi-segi administrasi sekolah}dalam hal ini ka-rena kepala sekolah dasar umumnya tidak mempelajari ad-ministrasi secara intensif, maka perlu latihan - latihan administrasi khususnya kualifikasi teknik untuk memung-

Page 85: BAB II PENGARUH PERSEPSI DAN KEBISAAN KEPEMIMPINAN

348

kinkannya berperanan yang lebih baik dalam tugas - tugas administrator ; (b) Mengenai masalah hirarkhi, berkenaan dengan situasi sekolah dasar umumnya di mana hanya terbatas pada jumlah kelompok yang relatif kecil, maka situasi paternalistik sangat bermanfaat untuk memudahkan, kepemimpinannya • Sua-sana pendekatan yang demikian cukup bijaksana untuk mem-buat dan melaksanakan keputusan-keputusan yang dibuat o-leh kepala sekolah sendiri ataupun bersama-sama dengan staf gurunya. Di pihak lain hirarkhi yang perlu dipeli-hara ialah antara kepala sekolah dengan atasan langsung. Dengan demikian guru-guru merasa cukup bebas untuk me-nyampaikan semua masalahnya termasuk kegiatan - kegiatan dalam situasi mengajar belajar ;

(c) Mencatat dan mensistematisasi data pekerjaan, jadi membina dan mengembangkan sistem dokumentasi, Berkas-ber>-kas untuk menyimpan informasi-informasi terutama data tentang pribadi dan kemajuan/prestasi murid-murid meru-pakan komponen utama administrasi sekolah dasar. Di sam-ping itu juga untuk menyimpan dan menjaga berkas-berkas tentang keputusan-keputusan, peraturan yang dibuatj (d) Tentang peraturan-peraturan dan kebijaksanaan peme-rintah perlu dipelajari oleh kepala sekolah, diterjemah-kan sesuai dengan maksudnya agar tetap dapat digunakan sebagai garis-garis besar di dalam memecahkan persoalaiv-persoalan khusus yang timbul di sekolah.

Page 86: BAB II PENGARUH PERSEPSI DAN KEBISAAN KEPEMIMPINAN

149'

Untuk melaksanakan hal-hal di atas perlu dipertim-bangkan persoalan-persoalan berikut ini; (a) Apa yang menjadi tujuan utama sekolah dasar«. Nilai-nilai apa yang terkandung di dalamnya. Kepentingan-kepen-tingan apa saja yang dikehendaki baik oleh Pemerintah,ma-syarakat maupun oleh staf sekolah. (b) Alternatif-alternatif mana yang tersirat dalam kepen-tingan-kepentingan di atas dalam konteks lingkungan seko-lah yang memungkinkan terlaksananya sesuai dengan struk-tur dan fungsi-fungsi sekolah dasar. (c) Seluruh keputusan dan tindakan-tindakan yang akan di-

y

ambil harus berkenaan dengan kebijakan - pemerintah me-nurut urutan prioritas dan berkenaan pula dengan keingin-an serta kepentingan masyarakat sekitar. (d) Administrasi sekolah dasar, dengan demikian berfungsi membantu terlaksananya pokok-pokok yang dikemukakan pada titik-titik a, b, dan c di atas. c. Administrasi dan filsafat pendidikan.

Ada hubungan yang erat antara administrasi pendi-dikan dengan tujuan masyarakat, antara tujuan masyarakat dengan sasaran-sasaran pendidikan. Hubungan-hubungan yang dimaksud dapat memungkinkan pendidikan dapat mempertahan-kan eksistensinya dan memiliki otorita ekspansif yaitu keharusan untuk menguasai persoalan-persoalannya secara konsekuen. Faktor utama di dalam situasi pendidikan

Page 87: BAB II PENGARUH PERSEPSI DAN KEBISAAN KEPEMIMPINAN

ialah tujuan umum pendidikan, yang berfungsi s pas di dalam mengarahkan seluruh renungan teor an. Sehubungan dengan masalah ini, Sikun Pribaux laskan. ( Sikun Pribadi, 1971, h. 1-2 ) sbb:

"Tujuan umum adalah soal yang sifatnya teoritis dan filsafat. Tiap filsafat mencoba mencakup segala pandangan dan usaha manusia ke dalam suatu dasar pan-dangan umum, sehingga merupakan suatu kebulatan-pan-dangan yang menjiv/ai dan mempersatukan segala penge-tahuan dan perbuatan manusia, . . , Di dalam filsa-fat hidup itu kita harus dapat mempertemukan segala kontroversi dan paradox yang selalu terdapat di da-lam dunia manusia,"

Dengan demikian dapat dikemukakan pertanyaan sehubungan dengan penggunaan filsafat dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah. Filsafat dalam lingkup pendidikan bersangkut-an dengan hakekat manusia,hakekat hidup, tujuan dan kedu-dukan manusia dalam hidup,.Tujuan pendidikan bertalian dengan segi-segi hakekat ini, yang tersimpulkan secara terorganisasi pada kurikulum • . Ku rikulum sebagai su-atu tata kegiatan belajar mengajar adalah penataan ilmi-ah dari tujuan institusi yang ingin dicapai. Tujuan in-stitusi yang dimaksud itu tidak lain dari penjabaran tu-juan umum pendidikan nasional yang didasarkan pada falsar fah yang dianut oleh masing-masing negara. Seluruh aspek filosofis yang dikemukakan di atas telah tercermin di dalam perumusan tujuan umum pendidikan di mana perwujud-nya telah terjabar ke dalam tujuam institusi. Di sinilah

Page 88: BAB II PENGARUH PERSEPSI DAN KEBISAAN KEPEMIMPINAN

151'

nampaknya peranan filsafat di dalam pelaksanaan pendidik-an di sekolah. Secara singkat dapat dikemukakan bahwa penggunaan filsafat di sekolah, dalam hal ini adalah fil-safat pendidikan berfungsi sebagai pedoman di dalam pe-ngembangan tujuan pendidikan dan kurikulum sekolah; ter-utama di dalam konteks pemeliharaan nilai-nilai kehidup-an yang harus dibina dan pengembangan serta perbaikan segi-segi kehidupan anak didik yang seharusnya berubah»

Sejauh manakah pengaruh filsafat ke dalam admi-nistrasi pendidikan dapat dijelaskan sebagai berikut: Te-lah dikemukakan bahwa filsafat memberikan landasan bagi perumusan tujuan pendidikan, filsafat pendidikan di se-kolah dasar berfungsi sebagai pedoman di dalam pengem-bangan tujuan pendidikan dan kurikulum sekolah. Di dalam kurikulum sekolah dasar yang telah dibakukan, tentang tu-juan dikemukakan bahwa tujuan umum pendidikan sekolah da-sar adalah lulusan :

(1) Memiliki sifat-sifat dasar sebagai v.-arga negara yang baik;

(2) Sehat jasmani dan rokhani; (3) Memiliki pengetahuan, ketrampilan dan sikap dasar

yang diperlukan untuk: (a) melanjutkan pelajaran, (b) bekerja di masyarakat, (c) mengembangkan diri sesuai dengan azas pendidikan

seumur hidup.

Page 89: BAB II PENGARUH PERSEPSI DAN KEBISAAN KEPEMIMPINAN

152'

Perumusan tujuan umum pendidikan di atas dan tuju-an khususnya sebenarnya merupakan penjabaran dari dasar dan tujuan pendidikan nasional, yaitu bahwa sesuai de-ngan ketentuan dalam Garis-garis Besar Haluan Negara} da-sar Pendidikan Nasional adalah falsafah Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945» (1) Tujuan Pendidikan Nasional adalah membentuk manusia

pembangunan yang ber-Pancasila, dan untuk membentuk manusia Indonesia yang sehat jasmani dan rokhaninya, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, dapat mengem-bangkan kreativitas dan tanggung jawab, dapat menyu-burkan sikap demokrasi dan penuh tenggang rasa,dapat mengembangkan kecerdasan yang tinggi dan disertai bu-di pekerti yang luhur dengan ketentuan yang termak-tup dalam Undang-Undang Dasar 1945*

(2) Seluruh program pendidikan terutama program pendidik-an umum dan bidang studi Ilmu Pengetahuan Sosial, ha-rus berisikan Pendidikan Moral Pancasila dan unsur-s unsur yang cukup untuk meneruskan jiwa dan nilai- ni-lai 1945 kepada generasi muda.

Lulusan sekolah dasar diharapkan dapa.t melanjut-kan pada tingkat pendidikan di atasnya dan untuk terjun ke masyarakat sebagai manusia pembangun« Untuk itu kepa-danya diberikan bekal-bekal dasar pembangunan. " Persoal-annya, bagaimana hubungannya secara eksplisit antara

Page 90: BAB II PENGARUH PERSEPSI DAN KEBISAAN KEPEMIMPINAN

153' tujuan-tujuan di atas yang sebenarnya merupakan penja-baran dari filsafat pendidikan Nasional Indonesia dengan administrasi kependidikan.

Bilamana peranan sekolah sekedar menyesuaikan di-rinya dengan program-program yang disiapkan pemerintah, artinya sentralisasi pendidikan yang keras maka gaya ad-ministrasi sekolah dasar akan ditekankan ketaatan pada wewenang atasan dan menghargai 'status quo'. Jadi gaya administrasi yang didasarkan pada 'uncritical acceptance' di mana prinsip-prinsip administrasi ditentukan oleh we-wenang kebijaksanaan nasional. Pandangan yang demikian akan membawa pada administrasi otoriter di mana kekuasa-an, pengawasan, serta pengambilan keputusan ada di ta-ngan suatu kelompok kecil orang.

Di pihak lain apabila pertekanannya diberikan pa-da peranan sekolah di dalam usaha untuk memperbaiki ma-. syarakat, maka hal itu berkenaan dengan prinsip- prinsip 'critical analysis' yang memerlukan kebisaan atau abili-tas serta persepsi yang tajam untuk menemukan, permasa-alahan baru, kebebasan yang bertanggung jawab untuk me-mecahkan masalah-masalah yang relevan dengan lingkungan-di mana sekolah itu berada.

Page 91: BAB II PENGARUH PERSEPSI DAN KEBISAAN KEPEMIMPINAN

154'

Sehubungan, dengan masalah ini maka tinjauan ter-hadap tiga kekuatan yang mempengaruhi perilaku admini-strator seperti yang dikemukakan pada Bab Pendahuluan dari tulisan ini ( monopolistik, kompetetif dan fragmen-taris pluralistik ) perlu, dikemukakan sebagai berikut : Tipe monopolistik tetap berpegang pada kebijakan yang ada. Implikasinya kepada kepala sekolah sebagai pemimpin pelaksana dari unit organisasi persekolahan yang terke-cil teracu pada faktor status. Tipe kompetetif memberikan kesempatan seluas-luasnya ke-pada kepala sekolah untuk mengadakan eksperimen dan usa-ha-usaha inovatif lainnya. Implikasinya kepada kepala sekolah teracu pada faktor hubungan manusiawi antara ke-pala sekolah dengan staf lainnya, melalui situasi pro-fesional. Tipe terakhir atau fragmentaris pluralistik, -memandang bahwa kekuatan perubahan itu seharusnya terse-bar dalam berbagai pusat kekuatan secara fragmentaris. Implikasinya pada kepala-kepala sekolah sebagai pemimpin teracu pada faktor struktur penugasan.

Sebagai negara penganut sentralisasi kebijakan sistim pendidikan, maka sistim administrasi pendidik-

Page 92: BAB II PENGARUH PERSEPSI DAN KEBISAAN KEPEMIMPINAN

155'

an di Indonesia tergolong ke dalam tipe monopolistik, se-hingga administrasi sekolah dasar di mana kepala sekolah teracu pada tipe monopolistik. Walaupun demikian sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi pembangunan, di mana orang menghadapi pembaharuan pendidikan dengan segala konsekuensinya, maka tipe administrasi sekolah dasar, se-harusnya teracu pada tipe monopolistik yang kompetetif.

Dengan uraian-uraian di atas dan konsekuensi-kon-sekuensinya pada administrasi pendidikan, dapat disimpul-kan bahwa secara fundamental tujuan administrasi pendidik an tak lain dari pada membimbing murid-murid bersama-sama dengan gurunya dengan cara yang sedemikian rupa agar de-ngan sukses memperkembangkan tujuan pendidikan« Dalam ka-itan dengan masalah ini administrasi pendidikan harus melayani dua tujuan yakni: (1) Memberi kerangka kerja bagi setiap pemrakarsa .untuk

pertanggung jawabaan pada setiap tingkat dan setiap individu;

(2) Menjamin bahwa kepada mereka di mana tanggung jawab itu diserahkan harus mempertanggung jawabkan juga ha-sil-hasilnya.

Tujuan umum pendidikan sekolah dasar di atas seca-ra singkat dapat ditekankan-pada -tercapainya sifat baik, sehat jasmani dan rokhani, berpengetahuan dan terampil. Sifat baik dapat berhubungan dengan segi-segi axiologi

Page 93: BAB II PENGARUH PERSEPSI DAN KEBISAAN KEPEMIMPINAN

156'

yang tidak lain bersumber pada nilai-nilai budaya bangsa, nilai-nilai etis-religi yang merupakan manifestasi dari keyakinann kepada Tuhan Yang Maha Esa. Berpengetahuan dan terampil sebagai hasil nyata dari pendidikan dan pe-ngajaran yang diperoleh melalui lembaga-lembaga pendidik-an memanifestasikan segi-segi epistemologi dan pribadi yang utuh yang menggambarkan karakter nasional bangsa In-donesia«

Perspektif filsafat yang makro di atas sesuai de-ngan pandangan Robbins ( Robbins, 1978, h. 5-7 ) bahwa studi administrasi dan proses administrasi yakni, mene-tapkan tujuan, alokasi sumber-sumber daya dan kordinasi pengendalian usaha manusia terhadap tujuan yang diingin -kan. Filsafat menentukan tujuan ( administrasi meletak -kan tujuan ); bagaimana sebaiknya tujuan-tujuan itu dicar pai ( administrasi, bagaimana mengalokasi sumber- sumber daya dan mengkordinasinya )• Selanjutnya dikemukakan bah-wa pandangan mikro administrasi berfokus pada suatu sis-tem pemikiran administratif yang terorganisasi. Semua ad-ministrator memiliki suatu filsafat terdiri dari sistem , sikap, pendekatan, persepsi dan nilai-nilai yang membiru -bing cara-cara kerja mereka berkenaann dengan persoalan -persoalan administrasi. Di dalam konteks dengan Tsekolah dasar maka perilaku administratif ini berada pada kepala-kepala sekolah yang berperan sebagai administrator, seba-

Page 94: BAB II PENGARUH PERSEPSI DAN KEBISAAN KEPEMIMPINAN

157' gai supervisor, sebagai pemimpin pengajaran, motivator, edukator dan sebagai inovator.

2« Fungsi dan tanggung .jawab kepemimpinan "pendidikan a. Beberapa konsep pendekatan kepemimpinan

Dewasa ini di dalam berbagai literatur sering is-tilah kemanajeman (managership) dan kepemimpinan (leade2> ship) dipakai secara sinonim. Koontz dan O'Donnel (Koontz dan O'Donnel, 1976, h.589) berpendapat bahwa kedua isti-lah ini dapat dibedakan. Sebagai fakta dikemukakan,bahwa kepemimpinan dapat terjadi di dalam kelompok - kelompok yang tidak terorganisasi. Sebaliknya, manajer terdapat pada struktur keorganisasian yang menciptakan berbagai peranan. Kepemimpinan merupakan aspek penting dari penge-lolaan; kecakapan memimpin yang efektif merupakan kunci manejer yang efektif- Dengan demikian hakekat pengelolaan yakni melaksanakan seluruh pekerjaan manejer, dapat men-jadi pemimpin yang efektif. Tentang apakah essensi kepe-mimpinan itu, melalui berbagai literatur dapat disimpul-kan bah v/a istilah kepemimpinan biasanya menun-jukkan pada person, posisi dan atau proses. Ide tentang essensinya, dalam perkembangan mengalami pergeseran-pergeseran. Setiap pergeseran membawa aksentuasi yang berbeda atau perbedaan di dalam pendekatan; Setiap pendekatan ber-usaha untuk menangkap apakah essensi kepemimpinan itu.

Dari berbagai literatur yang membahas tentang ffla-

Page 95: BAB II PENGARUH PERSEPSI DAN KEBISAAN KEPEMIMPINAN

158'

salah kepemimpinan dapat disimpulkan bahwa umumnya kepe-mimpinan adalah suatu proses pengaruh kegiatan- kegiatan individu atau kelompok dalam usaha untuk pencapaian pres-tasi organisasi dalam situasi tertentu. Dengan demikian proses kepemimpinan adalah fungsi dari pemimpin, bawahar/ pengikut dan faktor-faktor situasi lainnya.

. . . In any situation where someone is trying to influence the behavior of another individual or group, leadership is occuring. Thus,everyone attempts leadership at one time or another, where his or her activities are centered around a business,educational institution, hospital, political, or farailiy. . . . Any time an individual is attemptong to in-fluence the behavior of someone else, that individual is the potential leader and the person he or she is attempting to influence is the potential follower,no matter whether that person is your "bossna colleague (associate), a subordinate, a friend, or a relative. (Blanchard, 1978, h.84).

Kepemimpinan yang efektif tergantung pada perantara an-tara individu-individu dan organisasi sedemikian rupa sehingga keduanya memperoleh kepuasan maksimum.Hollander, (Hollander, 1978, h.19-38) mengemukakan perantara- peran-tara sesuai dengan beberapa aliran dalam konsep - konsep kepemimpinan sbb : .

(1) Konsep tentang pengaruh orang hebat ( great man) dan waktu dalam sejarah. Kemajuan sesuatu bangsa menurut Woods, tergantung pada suatu monarkhi yang kuat dan waktu yang baik- Di pihak lain Spiller dalam penye-lidikannya menemukan bahwa orang hebat ditentukan oleh kombinasi individu, lingkungan sosial dan historis;

Page 96: BAB II PENGARUH PERSEPSI DAN KEBISAAN KEPEMIMPINAN

159'

(2) Kualitas pemimpin seperti masalah herani,arif bijaksana adalah sifat-sifat yang menjadikan seseorang i-tu pemimpin. Dalam perkembangan selanjutnya banyak pene-litian yang dilakukan terhadap hubungan antara berbagai sifat untuk membedakan pemimpin dan pengikut serta untuk membedakan pemimpin yang efektif dan non efektif. Richard Mann, 1959 meninjau 125 studi tentang kepemimpii> an dan karakteristik kepribadian lebih dari 700 penemuan. Ditemukan bahwa faktor inteligensi lebih besar dari kua-litas lainnya yaitu 48%, jadi ada hubungan positif antara inteligensi dan status kepemimpinan. Dengan ' presentasi studi"yang rendah,-ditemukan "general adjustment", "ex-troversion" dan dominansi berhubungan secara positif un-tuk menjadi pemimpin.

(3) Pendekatan situasional yang sebelumnya, difo-kuskan pada kesamaan dan perbedaan antara tugas-tugas se-bagai dasar bagi penentuan pemimpin. Pendekatan situasio-nal modern lebih menitik beratkan pada fungsi-fungsi yaig berbeda pada situasi-situasi dengan tugas-tugas yang ber-beda pula.

(4) Pendekatan kontingensi, sebenarnya . merupakan perluasan dari pendekatan situasional. Model kontingensi yang paling menonjol dari Fiedler adalah LPC ( Least Preferred Coworker ). Model ini dibentuk atas gaya pemim-pin untuk membedakan pemimpin yang berorientasi pa.da tu-

Page 97: BAB II PENGARUH PERSEPSI DAN KEBISAAN KEPEMIMPINAN

160'

gas dan yang berorientasi pada tata hubungan. Efektif tidaknya orientasi kepemimpinan banyak tergantung pada tiga faktor dalam situasi, yakni (a) kualitas, (b) dera-jat struktur tugas dan (c) posisi kekuasaan pemimpin» Mo-del kontingensi modern berurusan dengan faktor - faktor yang mempengaruhi keputusan,

Vroom dan Yelton misalnya secara khusus memperhse* tikan gaya pemimpin dalam proses pengambilan keputusan. Terdapat banyak hal yang kompleks sehubungan dengan mo-del ini. Terdapat perbedaan tiga utama untuk mencapai pe-mecahan permasaalahan kelompokf yakni gaya-gaya otokra-tik, konsultatif, dan gaya yang menggambarkan derajat peningkatan potensi partisipasi yang diizinkan bagi bawahan. Tiga standar atau kriteria untuk membedakan tingkat efektivitas yakni kualitas pemecahan, waktu yang disyaratkan untuk tiba di sana dan penerimaan oleh ba-wahan. Juga terdapat beberapa faktor situasional yang di-tunjukkan dalam model, yakni ; v (a) pentingnya kualitas putusan, (b) derajat di mana informasi yang cukup diperlukan pe-

^ , , l

(c) juga untuk-bawahan» (d) sejauh mana permasaalahan itu tersusun, (e) sejauh mana penerimaan bawahan itu diperbolehkan,

Page 98: BAB II PENGARUH PERSEPSI DAN KEBISAAN KEPEMIMPINAN

16-1 (f) demikian juga dengan kritik bawahan, (g) implementasi keputusan.

Model Vroom dan Yelton adalah model normatif» ka-rena secara aktif mendorong pertumbuhan potensi partisi-pasi bawahan« Dibandingkan dengan model iledler, maka pertekanannya adalah pada pertimbangan (judgment) pemiia-pln tentang apa yang disyaratkan (required) situasi le-bih dari pada gaya kepribadian yang berlangsung. Kedua model berorientasi pada "leader-centered" walaupun Vroom dan Yelton nampaknya lebih tertarik pada penerimaan ba-wahan terhadap keputusan dan informasi-informasi yang relevan secukupnya terhadap bawahan/pengikut pengikut dan juga pemimpin*

(5) Pendekatan transaksional yang lebih dinamis da-ri pendekatan tradisional* Pendekatan ini mencoba untuk lebih berhubungan dengan aktualitas-aktualitas kehidupan sehari-hari| di antaranya { (a) fungsi-fungsi pemimpin dengan bawahan pada waktu dan tempat khususj (b) pemim-pin dapat memperoleh kekuasaan dari berbagai • kesahihan termasuk persetujuan bawahan dan (c) kepemimpinan meli-batkan variasi tugas-tugas yang harus diselesaikan de-ngan berbagai peranan, t Hollander, 1978, h.38)

Dari uraian-uraian di atas menunjukkan bahwa pen-dekatan yang tepat untuk kepentingan tulisan ini adalah pendekatan situasional, karena unit kegiatan kepala se-

Page 99: BAB II PENGARUH PERSEPSI DAN KEBISAAN KEPEMIMPINAN

162' kolah diukur melalui kebisaan untuk menggunakan pengaruh, dan yang dilengkapi oleh persepsi terhadap peranan dan ekspektasinya» Walaupun demikian disadari bahwa dalam suatu uraian tak mungkin hanya satu pendekatan digunakan secara murni tetapi diadakan kombinasi antara berbagai pendekatan» Pertekanan pada situasional mengingat bahwa keberhasilan sekolah tergantung pada feesatuan kelompok antara kepala sekolah» staf guru dan lainnya di mana faktor-faktor kontak dan interaksi, situasi berdekatan, frekuensi kehadiran saling pengaruh mempengaruhi dan mem-beri kontribusi pada kepaduan kelompok. Faktor - faktor situasional inilah yang menjadikan kualitas kepala seko-lah sebigai pemimpin menjadi lebih efektif»

Dalam pengambilan keputusan, diperlukan kemampuan di dalam melihat keuntungan dan kerugian yang dapat di-peroleh dari alternatif-alternatif yang dipilih« Daya aplikasi sebagai salah satu unsur kognitif manusia mem-punyai tingkat yang lebih tinggi dari pada daya mengeta-hui, mengerti, menganalisis, sintesa dan evaluasif(value judgment)» Aplikasi kebijaksanaan didasarkan atau dise-suaikan pada posisi yang diduduki oleh seseorang, apakah dalam keluarga, sekolah atau masyarakat dan atau lemba-ga-lembaga pemerintah/swasta tertentu. Makin tinggi daya aplikasi kebijaksanaan seseorang makin efektif kepemim-pinannya»

Page 100: BAB II PENGARUH PERSEPSI DAN KEBISAAN KEPEMIMPINAN

163' b. Ke-pala sekolah dan tanggung n1awab

Kepala sekolah yang dapat mengaplikasi- kebijaksa-V

naan dalam pengambilan keputusan-keputusan yang efektif ialah kepala sekolah yang bertanggung jawab. Tanggung ja-wab menurut Sikun Pribadi (Sikun Pribadi, 1971, h.27-37 ) memiliki segi-segi filisofis yakni ontologis, normatif dan segi-segi psikologis. Dari segi ontologis« tanggung jawab adalah pengertian yang menjembatani jarak antara individu dan masyarakat. Pemimpin yang merealisasikan tanggung jav/ab adalah pemimpin yang memenuhi ^permintaan hakekat manusia sendiri yaitu sebagai individu dan kelom-pok yang dipimpinnya. Tanggung jav/ab adalah wajar dan mutlak bagi seorang pemimpin karena sesuai dengan hake-kat manusia sendiri dan realita* Bari segi ... formatif« tanggung jawab menunjuk pada cita-cita yang ingin dica* pai dalam peranannya selaku pemimpin. Cita-cita sebagai manifestasi dari ekspektasi pemimpin dan bawahan adalah pedoman. Setiap pedoman selalu didasarkan pada aturan permainan yang telah diterima bersama dan kesemuanya bei»-sumber pada norma-norma yang mendasarinya. Norma - norma ini merupakan ukuran dan pedoman bagi penilaian terhadap semua kegiatan kelompok yang telah dilaksanakan» Jadi tindakan dan perbuatan yang bertanggung jawab»

Dari segi psikologis tercakup; (a) kognisi, yaitu bahwa orang yang bertanggung jawab setidak-tidaknya me-

Page 101: BAB II PENGARUH PERSEPSI DAN KEBISAAN KEPEMIMPINAN

164'

ngerti akan pekerjaannya, M. sini menggambarkan bahwa tanggung jawab harus sesuai dengan kecakapan dan kepan-daian orang yang bersangkutan^ (b) konasi atau kemauan« Orang yang bertanggung jawab harus teguh kemauannya kare-na bila tidak maka ia tak dapat mempertahankan peraturan-peraturan yang baik« Berkemauan keras untuk mempertinggi kualitasnya sendiri dan kualitas pekerjaan yang dihasil-kan; (c) emosi yaitu fungsi jiwa yang meliputi perasaan« Jika perasaan positif dikombinasikan dengan kemauan yang kuat akan menimbulkan gejala minat atau "interest".

Dalam membahas kriteria normatif dalam manajemen (Sikun Pribadi, 1978, h,4-12) pada perilaku.» Sikun Pribadi mengemukakan beberapa segi normatif tentang peri-laku manusia yang paling optimal untuk pencapaian pei> kembangan usaha yang mantap yang dapat dikenakan pada kepemimpinan kepala sekolah dasar dengan ciri-ciri sbb s (1) Pengakuan terhadap martabat manusia sebagai subjek

dan bukan sebagai alat« Guru-guru bukanlah alat pro-duksi sehingga kepala sekolah dapat memanipulasi ketenagaan mereka untuk mencapai tujuan sekolah » pengontrolan dan pengaturan yang ketatj melainkan harus menghargai martabat mereka sebagaimana kepala sekolah sendiri menghargai dirinya« Penghargaa» ter-hadap martabat mareka akan meninbulkan saling perca-ya mempercayai dan respek dalam konteks hubungan an-tar pribadi;

Page 102: BAB II PENGARUH PERSEPSI DAN KEBISAAN KEPEMIMPINAN

165'

(2) Adanya rasa tanggung jawab yang besar« Kepala seko-lah yang bertanggung jawab akan berusaha memperluas •dan memperdalam ilmu pengetahuannya baik dalam bi-dang profesi guru maupun dalam bidang administrasi dan manajemen pendidikan» Dengan pengetahuan yang luas kepala sekolah dapat bertindak secara hati-hati di dalam menyelesaikan semua tugas-tugas kepemim-pinannya;

(3) Sikap demokratis dah terbukat memungkinkan seorang kepala sekolah dapat mengenal dan menilai kemampuan staf gurunya di dalam mengelola program-program pen-didikan di sekolah« Dengan pengenalan ini kepala sekolah akan senantiasa mendengar pendapat-pendapat yang dikemukakan staf gurunya di dalam usaha memperbaiki kebijaksanaan- ke-bijaksanaannya di masa yang akan datang* Di pihak lain akan menimbulkan kerja sama yang efektif dalam konteks kesatuan kelompok yang serasij

(4) Stabilitas emosional yang menggambarkan adanya kese-imbangan dalam kehidupan perasaan kepala sekolah yak-ni perasaan positif seperti gembira9 ramah, hangat, percaya pada dirinya dan mempercayai staf gurunya« Dengan demikian akan membawa pada sikap positif ter-hadap situasi sekarang dan ekspektasi peranan yang berhasil di masa yang akan datang ;

Page 103: BAB II PENGARUH PERSEPSI DAN KEBISAAN KEPEMIMPINAN

166'

(5) Kejujuran sebagai prasyarat untuk kerja sama yang dinamis« Kepala sekolah yang jujur akan memiliki si-fat terbuka terhadap dunia luar;

(6) Sifat komunikatif dan kooperatif. Komunikatif, seka-li lagi mei perjelas sikap terbuka di atas« Koopera-tif, adalah kesediaan dan kemampuan kerja sama yang .menuju pada usaha bersama di dalam peningkatan pres-tasi sekolah. Kedua sifat ini akan mencegah * kepala sekolah untuk bersikap egosentris dan sikap membenar-kan dan mementingkan diri sendiri.

(7) Sifat inovatif, untuk bekerja keras di dalam mene-mukan cara-cara baru yang lebih efktif di dalam pe-laksanaan program-program pendidikan. Untuk ini maka seorang kepala sekolah harus bersifat kreatif yakni kemampuan menciptakan hal-hal yang baru untuk meng-hadapi berbagai tantangan situasi.

c« Tanggung jawab kepemimpinan -pendidikan Berkenaan dengan tugas dan tanggung jawab sebagai

pemimpin pendidikan maka dalam berbagai putusan dan kebi-jaksanaan baik pada tingkat kantor wilayah tingkat pro-pinsi ataupun tingkat kabupaten sesuai dengan hlrarkhi posisinya, mempunyai tugas-tugas umum sbb i

(1) Memberi pengarahan, memilih dan menetapkan ke-bijaksanaan tertentu« Tugas dan kewajibannya menterje-mahkan kebijakan-kebijakan pemerintah ke dalam kebijakan-

Page 104: BAB II PENGARUH PERSEPSI DAN KEBISAAN KEPEMIMPINAN

167'

kebijakan operasional sesuai dengan lingkungan dan kemam-puan nyata wilayahnya,

(2) Membuat dan mensahkan garis-garis besar ren-cana pengajaran tahunan/semester/catur wulan. Di samping itu perlu rencana menurut jangka waktu menengah atau pai>* jang sesuai dengan rencana pembangunan nasional« Di sam-ping itu perlu yang mantap.tentang penempatan tenaga dan pengalokasian sumber-sumber daya yang memadai agar di dalam mengoperasionalkan kegiatan-kegiatan pendidikan tingkat mikro sekolah tidak menimbulkan ketegangan- kete-gangan/konflik-konflik yang merugikan dan menghambat ren-cana yang ada,

(3) Perlunya pusat pengelolaan informasi-informasi berupa lapuran-lapuran yang diterimanya melalui penga-was/penilik kabupaten yang dikontrol melalui standai^ standar yang ada sehingga memudahkan memberi pertimbangan yang tepat terhadap rata-rata prestasi sekolah secara tt~ mum di wilayahnya. Dengan demikian dapat dikomparasikan denganrata-rata preatasi sekolah secara nasional. Infoi** masi-informasi demikian dapat merupakan balikan yang ber-guna untuk meninjau kembali kebijakan-kebijakan yang dibuat terutama mengenai pengalokasian tenaga dan sum-ber-sumber daya.

(4) Berkenaan dengan informasi-informasi balikan

Page 105: BAB II PENGARUH PERSEPSI DAN KEBISAAN KEPEMIMPINAN

16 8 v

seperti yang dikemukakan pada titik (3) di atas, peinim-pin kependidikan tingkat propinsi/kabupaten dapat meng-adakan perbaikan-perbaikan yang berguna dengan memper-timbangkan segi-segi efektif dan efisien dari. kebijakan yang dibuatnya. Dengan demikian dapat diadakan peninjau-an kembali, modifikasi atau revisi yang paling cocok dan sesuai dengan, kemungkinan-kemungkinan yang ada. Di sini-lah perlunya data informasi yang memadai dan yang selalu siap sesuai dengan keadaan yang paling baru.

Untuk menjalankan tugas-tugas di atas4 seorang pe-mimpin kependidikan, baik tingkat propinsi ataupun ting-kat kabupaten/kecamatan sudah harus terbiasa dengan tek-nik-teknik pendekatan sistem yang dewasa ini sudah di-aplikasikan dalam seluruh bidang manajemen. Teknik-teknik yang dimaksud itu meliputi sistem Informasi, similasi,pe-rencanaan jaringan, model-model matriks dan teknik-teknik lainnya yang banyak digunakan dewasa ini«

Se&ah satu tugas utama pemimpin kependidikan se-perti yan^ telah dijelaskan di atas ialah mensahkan dan menetapkan rencana pendidikan untuk dioperasikan pada tingkat mikro sekolah. Dalam hal ini maka jasa-jasa yang diberikan oleh perencanaan jaringan dengan teknik-teknik bantuan lainnya perlu diketahui dan diaplikasi oleh pe-mimpin. Perencanaan jaringan atau "network planning" pa-da dasarnya dapat disebut "one sheet planning" yang m*-

Page 106: BAB II PENGARUH PERSEPSI DAN KEBISAAN KEPEMIMPINAN

169'

nurut Achmad Sanusi (Achmad Sanusi, 1971 , h.26-27)dapat merepresentasikan ; (a) Suatu "time-schedule", dengan periodisasi-periodisa-nyaj awal-akhir minimax ; (b) Suatu pola kejadian-kejadian dan juga urutan- urutan-nya | (c) Pola bagian-bagian kejadian yang berlangsung secara simultan j (d) Pola petunjuk tentang bagian-bagian kejadian kegiat-an yang mutlak (conditio sine qua non) ke arah sasaran; (e) Pola petunjuk tentang bagian-bagian kejadian peker-jaan yang normal dan yang dapat ditangguhkan atau dirubsh waktunya; (f) Jaringan perencanaan biasa dilengkapi dengan matriks masukan-keluaran, tabel-tabel anggaran keuangan» khusus-nya biaya, tenaga, perlengkapan dan alat*

Selanjutnya, di dalam membuat atau mensahkan pe-rencanaan program-program pendidikan secara mikro . seko-lah, kepala sekolah dapat berorientasi pada • kebijakan atasan dan standar-standar yang telah ditetapkan baik secara nasional ataupun regional.

Page 107: BAB II PENGARUH PERSEPSI DAN KEBISAAN KEPEMIMPINAN
Page 108: BAB II PENGARUH PERSEPSI DAN KEBISAAN KEPEMIMPINAN

BAB III METODOLOGI DAN ANALISIS

DATA PENELITIAN

ANALISIS BUTIR 1» Jenis-jenis -penelitian dan penggunaannya Sehubungan dengan penelitian yang dilakukan,perlu

dijelaskan jenis penelitian yang digunakan dan pemakaian-nya. Dalam bagian ini digunakan istilah metodologi pene-litian dan bukan metode atau cara penelitian karena meto-de hanya menjelaskan teknik atau alat yang digunakan da-lam rangkaian penelitian sedangkan metodologi ialah ilmu tentang cara; jadi mencakup cara, pengacakan, teknik pe-ngolahan dan analisis data.

Sesuai dengan lingkup permasalahan dan pendekatan-pendekatan yang dikemukakan sebelumnya maka dalam peneli-tian ini, digunakan pendekatan survai dengan statistika sebagai teknik analisis data. Pendekatan survai dipan-dang oleh Kerlinger ( Kerlinger, 1973» h. 410 - 412 ) se-bagai metodologi penelitian ilmu-ilmu sosial di mana pro-sedur dan metodenya telah dikembangkan oleh sarjana- sar-jana psikologi, sosiologi, antropologi, politik dan ahli-ahli statistika. Hakekat penelitian dalam bentuk survai dalam ilmu-ilmu sosial ialah mengumpulkan data terdiri dari variabel-variabel yang dapat diklasifikasikan ke da-lam fakta-fakta sosial, pendapat dan sikap serta menemu -kan hubungan-hubungan antara variabel-variabel itu.Eakta-

170

Page 109: BAB II PENGARUH PERSEPSI DAN KEBISAAN KEPEMIMPINAN

171' fakta sosial adalah atribut-atribut individu yang bera-sal dari anggota-anggota dalam kelompok-kelompok sosial seperti jenis kelamin, pendapatan, afiliasi politik dan agama, status ekonomi, pendidikan, umur, okupasi dan la-in-lain, Variabel yang kedua ialah perilaku. Peneliti survai tidak tertarik oleh atribut-atrbut sosial seba-gaimana adanya, tetapi lebih tertarik oleh apa yang dipi-kirkan mereka dan bagaimana perilaku mereka,

Leedy ( leedy, 197^, h, 79-80 ) mengkategorikan dua jenis survai yakni survai deskriptif dan survai ana-litik, Survai deskriptif secara sederhana melihat fenome-na dengan akurat dan intensif pada saat dan situasi ter-tentu, kemudian menguraikan apa yang dilihat peneliti,Un-tuk itu bagi jenis penelitian ini diperlukan metode ob-servasi untuk pengumpulan data. Selanjutnya dikatakan;

" If he employs statistics in the purely descrip-tive survey study, his techniques are very often those of the first - layer, older-order statistics which reveal the points of central tendency, the var-iability, and the degree of interrelationship be-tween the variables in the data,"

Survai analitik terutama memperhatikan persoalan estima-si dan situasi-situasi yang memerlukan pengujian statis-tik berdasarkan hipotesis. Metode-metode statistik yang digunakan adalah teknik-teknik yang sangat berkaitan de-ngan statistik inferensial.

Kebanyakan studi dilakukan secara deskriptif dan • mencari untuk menjelaskan sesuatu fenomena. Tujuan dari pemberian penjelasan (explanation) adalah prediksi.

Page 110: BAB II PENGARUH PERSEPSI DAN KEBISAAN KEPEMIMPINAN

172'

Dasar dari eksplanasi adalah untuk menjawab pertanyaan tentang bagaimana (how) dan mengapa (why). Untuk ekspla -nasi dan prediksi diperlukan teori di dalam membantu mem -beri jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan bagaimana dan mengapa di atas« Teori dapat menghubungkan fenomena yang dihadapi dengan fenomena-fenomena lainnyaj teori juga da-pat • dinyatakan dalam pernyataan kausal. Teori dalam kon-teks ini digunakan untuk menjelaskan fenomena tertentu de-ngan pengajiannya» Shaughnessy (1972, h.32-33) mengusulkan empat pendekatan untuk menjawab persoalan yang meliputi eksplanasi tentang bagaimana timbulnya persoalan ter-sebut sbb ;

There is the deductive pattern, in which an event is explained by showing how it follows if some assump-tion, hypothesis, lav/, theory or model is accepted as true; There is the statistical generalization where the event to be explained is shown to be probable on the evidence ( though such demonstration, in itself , would not necessarily constitute an explanation J;. There is the teleological type of explanation which explains in terms of goals sought or'functions per-formed; Finally, we have the genetic type of expla-nation, which is essentially an historical approach showing how past events have led up to the. existing state of affairs. This draws on the other three ap-proaches.

Kedua pandangan di atas mengenai eksplanasi memberi gambaran bahwa eksplanasi perlu ditunjang oleh teori dan kejadian yang akan dijelaskan, perlu diuji. Kesimpulan statistis itu sendiri tidak terdiri dari eksplanasi tetapi paling tidak dapat menyarankan sebuah eksplanasi. Dalam penelitian, hipotesis didahulukan dan kesimpulan-kesimpulan %tatistik mengikutinya sebagai konfirmasi.

Page 111: BAB II PENGARUH PERSEPSI DAN KEBISAAN KEPEMIMPINAN

173'

Di pihak lain, teori mungkin dapat memberi saran berupa implikasi-implikasi dari sesuatu permasalahan yang timbul, Konsekwensinya ialah aspek-aspek usaha perlu dilak-sanakan agar dapat ditaksir secara korek. Dalam hal ini peneliti berusaha agar kelakuan populasi yang akan ditin-jau harus didasarkan pada parameter populasi dan peren-

9

iranaan serta penetapan percontoh acalfe yang representatif. Harga parameter inilah yang perlu ditaksir atau diestimit berdasar statistik dari percontoh acak yang diambil dari populasi. Hasil-hasil penaksiran umumnya biasanya terlam-pau tinggi atau terlampau rendah. Atas dasar inilah perlu-nya titik taksiran atau harga taksiran. Karena itu pene-liti dihadapkan pada keyakinan, sejauh manakah peneliti itu yakin bahwa titik taksiran yang ditetapkan itu dapat diterima. Sudjana ( Sudjana, 1975, h,198 ) mengemukakan bahwa dalam praktek orang biasa mencari interval taksiran yang baik dengan derajat konfidensi yang memuaskan,di mana derajat konfidensi menaksir disebut koefisien keafidiflgi yang umumnya menyatakan suatu derajat probabilitas. Di sini termasuk kadar-kadar ketidak pastian, sebab itu sa-ngat perlunya proses statistika.

Dalam membahas sebuah skema metode keilmuan, Jujun ( Jujun S. Suriasumantri, 1977, h, 33-35 ) mengemukakan sbb :

Page 112: BAB II PENGARUH PERSEPSI DAN KEBISAAN KEPEMIMPINAN

174'

Kita melihat kegunaan logika dan matematika dalam proses deduktif untuk menurunkan ramalan atau hipo-tesis dari pengetahuan keilmuan. Kita melihat proses pengujian hipotesis, yakni mula-mula dengan deduksi konsekuensi hipotesis tersebut, dan kemudian menguji-nya secara empiris dengan pertolongan metode keilmuan. If Metode penelitian ini dikembangkan di atas dasar asas- , asas statistika, agar kesimpulan yang ditarik dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan.

Dengan uraian-yraian di atas dapat dikemukakan ke-dudukan dari penelitian yang dilaksanakan ini. Karakteris-tik variabel yang diteliti didahului dengan deskripsi dan eksplanasi karakteristik kepenumpinan baik berdasar teori maupun berdasar penelitian-penelitian sebelumnya. Informasi-informasi ini dikaitkan dengan hasil-hasil ana-lisis penelitian yang dilaksanakan dalam bentuk survai analitik. Dengan demikian diperoleh kesimpulan—kesimpulan yang dapat meramalkan karakteristik kepemimpinan mana yang relevan untuk kepala sekolah dasar yang efektif. Atas dasar itu maka penelitian yang dilaksanakan ini tergolong baik kepada jenis survai deskriptif maupun kepada survai analitik atau perpaduan antara keduanya, karena pendekatan yang digunakan dalam studi ini adalah pendekatan rentang tengah ( middle-range approach )•

2. Prosedur penelitian Penelitian yang dilaksanakan ditempuh melalui dua

tahap yakni tahap pelaksanaan survai pendahuluan dan- pe-nelitian utama atau penelitian yang sesungguhnya« Baik survai pendahuluan maupun penelitian utama, kedua-duanya

Page 113: BAB II PENGARUH PERSEPSI DAN KEBISAAN KEPEMIMPINAN

17.5

dilaksanakan di lokasi penelitian yakni di Sulawesi Selatan« Tahap "pertama, terdiri dari kegiatan-kegiatan sbb ; a« Pengumpulan informasi-informasi tentang jumlah seluruh

kepala sekolah dasar di Sulawesi Selatan melalui Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Sulawesi Selatan yang dapat dilihat pada fabel »ten-tang keadaan Kepala Sekolah dan Guru-Guru Bantu Maret 1978.

b. Sebelum uji coba dalam survai penelitian ini "beberapa usaha pendahuluan dilakukan untuk mengkaji tolok ukur yang akan digunakan. Usaha-usaha itu meliputi ; (1) Mendiskusikan proses pembuatan instrumen secara hi-

potetik dengan beberapa orang mahasiswa IKIP Ban-dung tingkat sarjana.dan siswa. SPS IKIP Bandung de-ngan mencoba menempatkan diri mereka sebagai Kepala Sekolah Dasar dan guru-guru bantunya tentang penger»-tian serta konstruksi bahasa yang dipakai«

(2) Proses diskusi ini kemudian dilanjutkan dengan dua belas orang mahasiswa tingkat sarjana FIP-IKIP U-jung Pandang yang berstatus sebagai wakil kepala se-kolah dan guru bantu Sekolah Dasar.

C* Atas dasar pengkajian ini disusun instrumen untuk meng-ukur persepsi, kebisaan dan performans kepala sekolah dasar yang kemudian diuji cobakan sebagai survai pen-dahuluan. Uji coba ini diperlakukan terhadap sekelompok

Page 114: BAB II PENGARUH PERSEPSI DAN KEBISAAN KEPEMIMPINAN

176'

kepala sekolah dan guru-guru ( meliputi 58 orang ) di Kota Madya Ujung Pandang dan Pangkajene Sidenreng yaitu salah sebuah Kota Kabupaten yang terletak 178 km dari Kota Madya Ujung Pandang, Kedua tempat ini dipilih de-ngan maksud agar diperoleh informasi yang • berimbang antara keadaan karakteristik populasi kota madya dan di luar kota madya»

d. Hasil-hasil survai pendahuluan ini dikumpulkan,'diklasi-fikasikan dan dianalisis atau diolah secara statistis yang hasilnya dicantumkan dalam lampiran»r Kegiatan analisis meliputi, dua hal yakni mengenai butir dan va-riabel-variabel yahg dipermasalahkan • Alasan pertama , bermaksud untuk memperoleh butir/yang sahih dan'terandal alasan kedua, bermaksud untuk memperoleh gambaran ten-tang distribusi populasi menurut lokasi penyebaran se-kolah-sekolah dasar yang dapat dijadikan dasar bagi pelaksanaan survai; alasan ketiga, bermaksud untuk mem-peroleh informasi bagi penentuan ukuran sampel bagi pe-nelitian yang akan dilakukan.

Tahap kedua, terdiri dari kegiatan-kegiatan sbb ; a. Penelaahan dokumentasi, bertujuan untuk pengambilan ke-

putusan tentang penyebaran karakteristik responden se-suai dengan kategori variabel yang ingin diteliti dan sebagai dasar bagi pengambilan percontoh acak ( random sampling ). Jenis dokumen yang ditelaah berupa dokumen primer, yakni bahan-bahan yang diperoleh melalui Bagian

Page 115: BAB II PENGARUH PERSEPSI DAN KEBISAAN KEPEMIMPINAN

177' Perencanaan Kantor Wilayah Departemen P & K Propinsi Su-lawesi Selatan. Data yang diperoleh masih merupakan da-ta mentah yang kemudian diolah berdasarkan keperluan untuk percontoh acak. Di samping itu diperoleh juga informasi-informasi ten-tang situasi sekolah dasar melalui dokumen sekunder da-ri beberapa orang pemuka pendidikan di Kota Madya Ujung Pandang, Informasi ini digunakan untuk menajamkan in-formasi dokumen primer dalam rangka usaha percontah a-cak yang lebih dipertanggungjawabkan,

b. Wawancara, merupakan tahap berikut dari penelitian uta-ma yang dilaksanakan terhadap Kepala Bidang Pendidikan Dasar dan Kepala-Kepala Kantor Departemen P & K Kota Madya, Kabupaten dan juga Penilik-Penilik Kecamatan yang telah dijadikan percontoh acak. Wawancara ini ber-tujuan untuk memperoleh informasi-informasi yang di-perlukan, Di samping itu usaha tersebut dimaksudkan pu-la untuk memperoleh informasi balikan yang barangkali bisa digunakan untuk kepentingan penentuan kebijakan di masa-giasa yang akan datang,

c, Percontoh acakf Informasi yang diperoleh melalui pene-laahan dokumentasi dan hasii-hasil wawancara beserta hasil-hasil analisis survai pendahuluan memberikan in-dikasi-indikasi tentang karakteristik populasi bagi peneliti untuk pelaksanaan percontoh acak, Percontoh a-cak ini dilakukan dengan langkah-langkah • .sbh :

Page 116: BAB II PENGARUH PERSEPSI DAN KEBISAAN KEPEMIMPINAN

178'

(1) Percontoh acak Kabupaten Di atas sehelai kertas dituliskan nama 23 Kabupaten dan Kota Madya dan diberi diberi nomor 1 s/d nomor 23* Kemudian di atas 23 helai kertas kecil yang berukuran dan beridentitas sama dituliskan nomor 1 s/d nomor 23» Kertas-kertas kecil ini digulung dan dimasukkan ke dalam sebuah kotak. Setelah di-kocok dengan baik kemudian seorang pembantu pene-liti yang ditutup matanya disuruh mengambil satu« Sisanya diaduk kembali, lalu diambil satu lagi dan begitu seterusnya hingga 6 kali. Nomor-nomor yang ditarik itulah yang akan menjadi anggota sampel. Hasil pengocokan itu menunjukkan terpilihnya Kabu-paten Goa, Kabupaten Pangkajene Kepulauan,Kabupaten Pangkejene Sidenreng, Kota Madya Ujung Pandang dan Kabupaten Bone dan Kabupaten Tana Toraja.

(2) Percontoh acak Kecamatan Dengan prosedur yang sama di atas dipilih beberapa kecamatan dari setiap kabupaten sebagai percontoh acak kecamatan,

(3) Percontoh acak sekolah Dengan prosedur yang sama pula di. atas dipilih se-jumlah sekolah dasar sebagai percontoh acak sekolah.

(/f) Percontoh acak guru Melalui prosedur yang sama pula dengan prosedur di atas dipilih beberapa orang guru sebagai percontoh

Page 117: BAB II PENGARUH PERSEPSI DAN KEBISAAN KEPEMIMPINAN

179'

acak guru. Pelaksanaan survai, dilakukan oleh promovendus beser-" ta pembantu-pembantu peneliti di lapangan terhadap lokasi penelitian. Di kota madya Ujung Pandang, pe-laksanaan dilakukan oleh penilik-penilik kecamatan yang teracak setelah kepada mereka diberikan latihan dan petunjuk-petunjuk secukupnya. Mereka pada umum -nya terdiri dari sarjana-sarjana pendidikan jurusan administrasi pendidikan. Pelaksanaan survai di kabu-paten langsung ditangani oleh promovendus dibantu o-leh pembantu-pembantu peneliti serta penilik-penilik kecamatan yang teracak. Prosedur pelaksanaan survai: (1). Permohonan izin meneliti dilakukan berdasar su-

rat Ketua Lembaga Pendidikan Post-Doktoral IKIP Bandung tanggal-Nomor 027/PT.25*8/Q/79 yang di-tujukan kepada Kepala Kanwil Departemen P dan K Propinsi Sulawesi Selatan di Ujung Pandang. Pe-laksanaan survai dilakukan atas dasar Izin Pe -nelitian Kepala Kantor Wilayah Departemen Pen -didikan dan Kebudayaan Propinsi Sulawesi Sela -tan, tanggal 8 Pebruari No.A.01.1.79. Dengan i-zin ini seluruh kegiatan prasurvai dan peneli -tian sesungguhnya diatur melalui Kepala Kantor Wilayah Departemen P dan K Kabupaten yang tera-cak*

Page 118: BAB II PENGARUH PERSEPSI DAN KEBISAAN KEPEMIMPINAN

180'

Pertemuan-pertemuan: (a) Wawancara dengan Kepa-la Kandep P dan K Kabupaten ( Pada beberapa Ka-bupaten diadakan pertemuan dengan Bupati Kepala Daerah ); (b) Memberikan penjelasan dan infor -masi kepada penilik-penilik kecamatan yang ter-acak meliputi maksud penelitian, prosedur = pe-laksanaan survai, prosedur pengacakan sampel gu-ru; (c) Kegiatan survai meliputi penentuan wak-tu survai, tempat atau lokasi survai, pengga -bungan beberapa kecamatan yang berdekatan,penen-tuan data yang diperlukan tentang sekolah yang harus dilengkapi oleh anggota-anggota sampel* Pelaksanaan survai yang meliputi; (a) survai di-laksanakan secara serentak pada setiap kabupa -ten/kota madya yang dikordinasi oleh pembantu peneliti dan penilik kecamatan; (b) untuk men -jaga kemurnian dan independensi survai maka ang-gota-anggota sampel kepala sekolah dan guru di-tempatkan pada ruang yang terpisah; (c) membe -rikan penjelasan tentang maksud penelitian un-tuk mencegah timbulnya keresahan pada pihak ke-pala sekolah dan juga guru-guru bantu yang ter-libat dalam survai;(d)memberikan penjelasan ten-tang pengisian tolok ukur dan contoh-contoh pe-ngisian; (e) selama pengisian skala dan kuesio-ner para anggota sampel tidak diperkenankan un-tuk berbicara sesamanya*

Page 119: BAB II PENGARUH PERSEPSI DAN KEBISAAN KEPEMIMPINAN

181'

3. Tolok ukur Seberapa besarkah pengaruh variabel-variabel peri-

laku administrator kepala sekolah dasar terhadap perfor-mansnya, atau seberapa besarkah kontribusi variabel-varia-bel perilaku administrator terhadap performans administra-sinya» Performans administrasi kepala sekolah merupakan sa-saran penelitian yang dengan sendirinya harus dilakukan pengukuran terhadap variabel ini«

Performans administrasi yang diinginkan dicerminkan dalam pengambilan keputusan (PK) dan kepemimpinan pengajar-an (KP) oleh kepala sekolah yang mungkin dilaksanakan seca-ra berencana, sistematik dan rasional« Berencana menggam -barkan bahwa proses pengambilan keputusan dan kepemimpinan pengajaran itu dilaksanakan berdasar persepsi kepala seko-lah untuk memperbaiki proses belajar mengajar yang lebih efektif di masa yang akan datang. Sistematik dan rasional menggambarkan bahwa proses pengambilan keputusan dan kepe-mimpinan pengajaran adalah dasar untuk memprediksi hasil usaha yang optimal« Di sinilah diperlukan kebisaan kepala sekolah baik dalam segi teknik, segi manusiawi maupun segi konseptual« Dengan demikian maka performans administrasi yang efektif pada hakekatnya adalah fungsi dari pada per-sepsi dan kebisaan kepala sekolah, sehingga kepada kedua h a t i ini juga perlu diukur«

Dari variabel-variabel persepsi dan kebisaan maka pengambilan keputusan dan kepemimpinan pengajaran juga da-pat dilihat dari aspek lain yang meliputi tingkat pendidik-

Page 120: BAB II PENGARUH PERSEPSI DAN KEBISAAN KEPEMIMPINAN

182'

an formal, jenis kelamin, pengalaman kerja, umur dan penge-tahuan tentang administrasi khususnya administrasi pendi -dikan dasar» Peninjauan ini untuk melihat kemungkinan ada-nya perbedaan-perbedaan itu menurut aspek-aspek ini» Aspek-aspek ini tidak memerlukan tolok ukur yang khusus»

Pengukuran ini dilaksanakan dengan menggunakan pen-dekatan langsung dan pendekatan tak langsung terhadap re -aksi-reaksi kepala sekolah berkenaan dengan aspek-aspek ke-giatan pengambilan keputusan dan kepemimpinan pengajaran di sekolah sehubungan dengan fungsi-fungsi . kepemimpinan yang telah dikerjakannya» Pendekatan langsung ditempuh un-tuk memperoleh data langsung dari kepala sekolah sendiri , sedangkan pendekatan tak langsung berkenaan dengan data informasi yang diperoleh dari guru-guru bantu kepala se-kolah bersangkutan» Pernyataan-pernyataan tolok ukur ini sama, hanya untuk guru ditekankan pada bagaimana pandangan-nya terhadap apa yang telah dilakukan kepala sekolah sesu-ai dengan peranannya dan bagaimanakah sebaiknya harus ia berperanan untuk meningkatkan prestasi sekolah dan kepu -asan seluruh staf gurunya» Kedua pendekatan ini ditempuh dengan maksud untuk melihat lebih obyektif«

Performans administrasi yang dicerminkan melalui pe-ngambilan keputusan dan kepemimpinan pengajaran adalah ha-sil karya kepala sekolah. Karya yang aktual, sebab itu in-formasi berkenaan dengan hasil-hasil karya ini dapat di-peroleh melalui kuesioner yang disusun khusus untuk itu.

Page 121: BAB II PENGARUH PERSEPSI DAN KEBISAAN KEPEMIMPINAN

183'

Kuesioner ini diperlengkapi dengan alternatif - alternatif yang telah dikaji sebelumnya di dalam disain penelitian, berdasarkan"pertimbangan-pertimbangan ( judgments )tentang batas-batas kemampuan kepala sekolah dasar yang mungkin dan dapat dikerjakan«

EL pihak lain persepsi <ffan kebisaan dalam peneliti-an ini dibatasi pada kemampuan yang potensial« Dasarnya a-dalah pada hal-hal yang diketahuinya tentang hakekat kepe-mimpinan dan peranannya dalam berfungsi sebagai kepala se-kolah« Dengan pengetahuan yang luas terhadap fungsi-fungsi kepemimpinan itu diharapkan kepala sekolah dapat menganti-sipasi kegiatan-kegiatan yang lebih terarah untuk mening -katkan efektivitas proses mengajar belajar di masa— masa yang akan datang« Dengan alasan ini dipilih skala penilai-an untuk mengukur fakta-fakta sosial dan pendapat kekepala sekolah berkenaan dengan persepsi dan kebisaan yang dimi -likinya«

Kuesioner pada Umumnya ad'alah' suatu daftar pertanyar an yang harus dijawab oleh responden dan bukan merupakan wawancara yang dilakukan peneliti terhadap responden. " -A. self-administered instrument as opposed to an interview Selanjutnya dikemukakan oleh Korman ( Korman, 1978, h, 71) sbb: " The simplest and easiest way to ask a person what his job reactions are, is to ask him questions and provide him with alternatives for answering "• Kuesioner yang di-gunakan ini bersifat langsung karena responden diminta sen-

Page 122: BAB II PENGARUH PERSEPSI DAN KEBISAAN KEPEMIMPINAN

184'

diri memilih salah satu alternatif yang paling sesuai de-ngan keadaan pekerjaannya dari lima alternatif yang ter-sedia« Oleh sebab itu kuesioner yang digunakan ini tergo-long ke dalam bentuk "forced-choice

The logic of the forced-choice method is that a person is more likely to tell the truth about anoth-er individual on his evaluation since (a) in the first case he must say something favorable, no matter what he says, and (b) the converse is true in the second case;- that is he must say something unfavorable« no matter what he says ( Korman, 1978« h. 366-367

Dalam menggunakan teknik kuesioner ini dengan menyadari akan kelemahan-kelemahannya, promovendus benar-benar ya-kin bahwa pertanyaan-pertanyaan yang dikemukakan benar jelas dan diharapkan dapat berinteraksi dengan tidak ter-arah pada kelompok orang-orang tertentu yang dapat mewar-nai kuesioner« Untuk hal ini maka promovendus mempersiap-kan langkah-langkah untuk memaksimalkan kemungkinan ja-waban responden.

Dalam penelitian ini digunakan skala model 1- Likert untuk mengukur persepsi dan kebisaan perilaku kepala se-kolah sebagai pengukuran dalam bentuk penskalaan orang me-lalui responsnya« Prosedur penyusunannya berbeda dengan skala model Thurstone di mana untuk memperoleh pernyataan (items) yang baik terlebih dahulu harus diberikan pada sejumlah subjek yang dijadikan kelompok penilai ( judging group )• Likert mengusulkan suatu metode yang tetap ber-dasar pernyataan-pernyataan yang mengatakan sikap yang sa-

Page 123: BAB II PENGARUH PERSEPSI DAN KEBISAAN KEPEMIMPINAN

185'

ngat setuju/baik dan yang sangat tidak setuju/tidak baik, hanya tak perlu terlebih dahulu ditetapkan oleh "judger"« Responden sendirilah yang menetapkan tingkat persetujub-annya. Mereka diminta untuk menentukan salah satu dari an-tara kategori mulai dari sangat setuju, setuju, tak dapat menentukan, tidak setuju, sangat tidak setuju. Jawaban-ja-waban terhadap ekspresi pernyataan sikap yang baik dapat disekor 5» 4> 3i 2, dan 1 atau 1, 2, 3> 4» dan 5*

Pembobotan respon-respon alternatif pada setiap pei> nyataan ditentukan menurut pertimbangan ( judgment ) yang kemudian diperiksa dengan melalui:, analisis butir» Model ini v dipilih dengan alasan-alasan bahwa; (1) Model ini menarik karena sederhana, (2) Secara relatif mudah disusun, (3) Biasanya keterandalannya ( reliabilitasnya ) tinggi, (4) Banyak-penelitian-penelitian yang menunjang. / menopang

model ini« Selain dari alasan-alasan di atas yakni kesederhanaan dan mudah disusun, alasan-alasan lainnya bersumber pada asumsi-asumsi seperti yang dikemukakan oleh Sumadi ( 1979 ) sbb; (1) Butir-butir itu. .sebagai keseluruhan cenderung hanya meng-

ukur atribut yang dipersoalkan atau dengan kata lain bahwa bmtir-butir tersebut cuma mempunyai hanya satu faktor umum.

(2) Diasumsikan bahwa jumlah skor butir-butxr tersebut mem-punyai hubungan kira-kira linier dengan atribut yang

Page 124: BAB II PENGARUH PERSEPSI DAN KEBISAAN KEPEMIMPINAN

186' diukur.

Selanjutnya tentang skala Likert ini, Korman ( 1978, h. 386 ) mengajukan pandangannya sehubungan dengan perfor-mans pekerjaan ( job performance ) sbb :

!The Likert scale consists of a collection of posi-tive and negativestatements about iOme social object, . such as a job, with which a person is asked to indi-cate his or her degree of agreement. Most typically this is done on a five - point scale with the alter-natives being strongly agree. From the patterns of agreement and disagreement toward the statements about the job, a total score for each individual is determined, and his total score is correlated with the scores on each item.

if. Prosedur pengembangan ala t Instrumen pengukur persepsi dan kebisaan kepala

sekolah dibuat oleh promovendus sendiri. Proses pembuat-an instrumen ini dilaksanakan dengan melalui langkah-langkah sbb ;

a. Rancangan pengukuran skala dan kuesioner kepemimpinan kepala sekolah (1). Skala nilai untuk mengukur ' persepsi

Persepsi sesuai dengan definisi operasionalnya adalah proses kesadaran yang timbul pada diri kepala sekolah di dalam menghayati peranan kepemimpinannya sesuai dengan harapan-harapan atau ekspektasi, baik yang bersumber pa-da dirinya selaku pemimpin pengajaran di sekolah maupua dari lingkungan di mana ia berperan. Dari definisi ope-rasional diturunkan tiga jenis dimensi yang meliputi pe-ranan kepala sekolah yang dititik beratkan pada orien-

Page 125: BAB II PENGARUH PERSEPSI DAN KEBISAAN KEPEMIMPINAN

187'

tasi kebutuhan staf guru melalui pembinaan dan pengem-bangan, Dimensi keterlibatan kepala sekolah terutama pa-da inisiatif dan kreasinya dalam mengantisipasi situasi belajar mengajar yang lebih baik di masa-masa akan da-tang, Dimensi ketiga berkenaan dengan pengalokasian wak-tu untuk peranan-peranannya selaku pemimpin. Dari ana-lis! s-anali si s ini kemudian dikemukakan delapan karak-teristik perilaku yang diharapkan akan diekspresikan res-ponden melalui pernyataan-pernyataan atau item-item ins-trumen, Rancangan pernyataan-pernyataan soal skala yang dikonstruksikan adalah sbb ;

t

1 Pernyataan ,* Kriteria Soal 1 t t

i Posi | Hega-tif , tif

P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8

2 2 2 3 2 2 3 2

2 2 2 3 2 2 2 2

k k k 6 k k

4

t t

t

i t

i t i t

t

t Jumlah • 18 17 35

I i

(2)» Skala nilai untuk mengukur kebisaan kepala seko-lah .

Kebisaan dalam penelitian ini Sesuai dengan defi-

Page 126: BAB II PENGARUH PERSEPSI DAN KEBISAAN KEPEMIMPINAN

188

nisi operasional adalah pengetahuan yang luas dan kemam-puan kepala sekolah di dalam mengelola program- - program pendidikan dasar dan kaitannya dengan aspek-aspek kepe-mimpinan, strategi profesional guru dan teknik-teknik me-ngajar. Dari definisi operasional diturunkan tiga aspek kepemimpinan yang meliputi sepuluh karakteristik peri-laku yang diharapkan akas. diekspresikan.responden mela-lui butir-butir instrumen. Rancangan butir-butir skala di-konstruksikan sbb ;

| r

, Kriteria f Jumlah , taan t , Posi-t tif

PernyaJ Soal , Nega- , tif f

Pernyataail 1 Soal 1

\ K1 1 i 2 2 J 4 .

• K 2 1 2 2 1 4 1

I K3 t

t 2 2 i 4 » « K/f 1 3 3 1 6 1

! K5 I

, 3 2 t 5 i » K6 2 2 1 4 ; \ K7 t , 2 2 , 4 » ' K8 • 2 2 1 4 1

! K9 t

t 2 2 , 4 , » K10 ' 3

t 3 ; 6 *

, Jumlah. > . 23 •i --i

22 \ 43 i

Page 127: BAB II PENGARUH PERSEPSI DAN KEBISAAN KEPEMIMPINAN

189

(3) Kuesioner pengukuran performans administrasi kepala sekolah.

Performans administrasi dalam penelitian ini se-suai dengan definisi operasionalnya, adalah tanggung ja-wab dan pertanggung jawaban atas pengambilan keputusan dan kepemimpinan pengajaran yang secara terpadu tercer-min dalam proses administrasi yang efektif berupa proses monitoring kejadian-kejadian dan masalah-masalah secara berkesinambungan yakni menganalisis dan mengdiagnosi» masalah, seleksi dan prediksi; pengambilan keputusan -keputusan dalam bentuk kebijakan - -kebijakan • baru. Proses kepemimpinan pengajaran berkenaan dengan lima ke-giatan utama terdiri dari pembuatan rencana pelajaran tahunan, pengembangan- staf guru, penyeliaan dan obser-vasi kelas, pembuatan dan pengadaan materi serta alat-' alat pelajaran dan pembinaan semangat kerja guru. Jum-lah butir-butir yang disediakan untuk instrumen'ini se-banyak 50.butir. b. Langkah-langkah "pengembangan alat

(1). Kadar keterandalan Pengukurannya digunakan dengan memakai dua pen-

dekatan yakni pendekatan terhadap proporsi kelompok yang memperoleh skor tertinggi dan proporsi kelompok yang memperoleh skor rendah. Pendekatan kedua yakni dengan menggunakan pendekatan Kuder-Richardson. Tentang pendekatan pertama, Fishbein ( 1967,h.l97 ) me-

Page 128: BAB II PENGARUH PERSEPSI DAN KEBISAAN KEPEMIMPINAN

190'

nyatakan ; "In using the criterion of internal consist-ency the reactions of the group that constitute one ex-treme in the particular attitude being measured are com-pared with the reactions of the group that consistitute: the other extreme.In practice approximately ten .percent from each extreme was used". Dalam analisis, promovendus menggunakan sepuluh persen kelompok responden . dengan skor yang ekstrim rendah. Langkah-langkah pemakaian tek-nik ini didasarkan pada langkah-langkah yang dikemukakan oleh Stanley dan Hopkins ( 1972,h.268-289 ).

Tentang Kuder-Richardson, digunakan Kf^ atau koefisien alpha, karena KR^q digunakan untuk tes dengan dua alternatif jawaban, yakni tipe benar atau sal^h, ya atau tidak. Dengan kata lain dapat dikemukakan bahwa un-tuk suatu tes dengan skor butir bersifat dikotomi digu-nakan formula KR2q sedangkan skor butir jamak atau ke-terandalan konsistensi internal digunakan KEg^. Persoalan yang sama dikemukakan juga oleh Anastasi (1976, h.118 ) sbb :

"Some tests, however, may have multiple— scored items. On a personality inventory, for example, the respondent may receive a different numerical score on an item, depending'on whether he checks "usually", "sometimes", "rarely",, or "never". For such tests, a

. generelized formula, has been derived, known as coef-ficient alphal?

Rumus inilah yang digunakan promovendus untuk mengana-lisis koefisien internal skor-skor butir»

Page 129: BAB II PENGARUH PERSEPSI DAN KEBISAAN KEPEMIMPINAN

191' (2)»Hasil-hasil analisis butir»

(a). Hasil-hasil pengolahan skor untuk analisis . butir hasil uji. co.ba terhadap survay pendahuluan. Pertama, penyelidikan kadar keterandalan butir de-

ngan rumus "Pearsons' product moment coefficient" untuk sembilan pasang item sebagai jebakan untuk melihat apa-kah konsentrasi responden di dalam menjawab pernyataan/ pertanyaan skala dan kuesioner, benar-benar tertuju pada seluruh buitr untuk setiap instrumen, atau dengan kata lain untuk menjamin tingkat konsistensi internal item-item. Hasil-hasil analisis itu adalah sbb : • t

« *

TABEL III(l) PENYELIDIKAN KONSISTENSI INTERNAL

UNTUK SU R V Al PENDAHULUAN (Dengan-Pearson*s Product Moment Coefficient)

1 t

, Tolok Ukur ' Pasangan Item •

i

i iii t

i » Kelompok I 1 Kelompok II i Kelompok III, ' 1. Untuk \ 1 Persepsi} 0,96

t

! 0,94 ! 0,98 , 2, Untuk , , Kebisaan, 0,94

i

! 0,94 i t

! 0,98 ; , 3» Untuk , , Perfor- , , mans , , Adminis-, , trasi , 0,93

i

i

I 0,80 i

1 1

1 1

1 1

; 0,96 [ f 1

Page 130: BAB II PENGARUH PERSEPSI DAN KEBISAAN KEPEMIMPINAN

192' Kedua* penyelidikan daya pembeda (diskriminan ) ,

butir-butir dengan kelompok ekstrim atas (A) dan kelom-pok ekstrim bawah (B). Kriteria penerimaan - diskriminan ditetapkan dengan daya pembedaannya "judgment" 0,5 ke atas. Item-item yang tidak memenuhi kriteria ditolak, diganti dan atau direvisi. Hasil-hasil analisis dapat disimpulkan sbb :

TABEL 111(2) HASIL PENYELIDIKAN DAYA PEMBEDA

UNTUK SURVAI PENDAHULUAN (Dengan Kriteria Daya Pembeda Minimal 0,5)

Instrumen

1. Persepsi n = 35

ti Kebisaan n = 45

3. Perf. Administ n = 50

Item-item v?ng diterima ^ X

24

23

30

69

54

63

Ketiga, penyelidikan dengan KI^l Pengolahan skor untuk analisis item hasil uji dengan rumas ; Untuk persepsi r-^ = 0^79^9

ketiga

Page 131: BAB II PENGARUH PERSEPSI DAN KEBISAAN KEPEMIMPINAN

193' Untuk kebisaan r-^ = 0,7213 Untuk per formalis administrasi r^ = 0,7116 Dengan analisis-analisis di atas dapat disimpulkan bahwa keterandalan butir-butir tes hasil uji coba terhadap sup-vai pendahuluan cukup besar dan positif«

(3) • Hasil-hasil analisis butir -pada: penelitian se-sungguhnya

Tujuan utama dari analisis ini memperbandingkan, antara hasil; analisis tolok ukur melalui prasurvai dan berdasarkan penelitian yang sesungguhnya dilakukan. De-ngan demikian diharapkan dalam penelitian-penelitian be-rikutnya tolok ukur yang sama dapat terus direvisi dan diperhalus untuk mendekati standar yang diinginkan» Prosedur pengolahannya sama dengan uji coba ketiga, ke-cuali pasangan-pasangan butir yang sama telah diganti dan dalam hal ini digunakan pula tes kecocokan antara skor-skor yang dicapai oleh kepala sekolah dan skor-skor yang dicapai oleh guru-guru bantunya« Butir-butir kedua instru-men ini sama« Untuk guru-guru bantu ditekankan bagaimana mereka secara langsung melihat dan menghayati persepsi, kebisaan dan performans administrasi kepala-kepala se-kolah mereka« Dengan demikian dapat mencegah seminimal riiungkin pernyataan/jawaban kepala sekolah yang cende-rung subyektif«

Di samping itu untuk menjamin kesahihan tes maka dalam fase ini digunakan- pula tes .. Kriteria 0,5 yang

Page 132: BAB II PENGARUH PERSEPSI DAN KEBISAAN KEPEMIMPINAN

194' ditetapkan di depan belum dapat dipertanggungjawabkan se-cara statistis sebab itu digunakan tes t yang sekaligus pula dipakai sebagai kriterium untuk menjamin kesahihan tes. (a). Untuk ketiga jenis 'tolok ukur sesudah • . diadakan revisi dan pergantian butir-butir yang tidak memenuhi

kriteria, selanjutnya diperoleh ; Pertama^ dengan menggunakan kriteria dengan "judg-

ment" 0,5 untuk masing-masing tolok ukur, menunjukkan a-danya peningkatan seperti yang dapat dilihat pada tabel

r

berikut ini :

TABEL 111(3) HASIL PENYELIDIKAN DAYA PEMBEDA EUTIR-BUTIB

PRA-SUKVAI DAN PENELITIAN SESUNGGUHNYA UNTUK MASING-MASING TOLOK UKUR

T o l o k Butir - Butir ,

Yang Memenuhi Kriteria ,. U k u r Pra-Survai 1

f % < Penelitian 1 Sesungguhnya1

f % «

't Persepsi n = 35 24 69 ! 27 77 1

• 2. Kebisaan n = 45 23 54 1 27 60 '

! 3. Performans Ad-ministrasi n = 50 30 63 ! 36 72 I

Hasil-hasil analisis di atas menunjukkan bahwa setelah di adakan penggantian atau revisi butir-butir pernyataan

Page 133: BAB II PENGARUH PERSEPSI DAN KEBISAAN KEPEMIMPINAN

195' nampak ada perubahan dalam jumlah butir-butir pernyataan yang memenuhi kriteria. (b). Hasil-hasil analisis butir-butir pernyataan dari pe-nelitian yang sesungguhnya dengan menggunakan tes t ( Su-djana, 1975» h* 236 ). Hasil-hasil analisis seluruhi "bu-tir untuk ketiga tolok ukur dapat dilihat pada Tabel III, {k)m Dari analisis ternyata bahwa umumnya terdapat perbe-daan yang berarti di antara kelompok atas dan kelompok bawah di dalam menjawab butir-butir tes» Untuk tolok ukur persepsi diperoleh 77% r

Untuk tolok ukur kebisaan diperoleh 71$ Untuk tolok ukur performans administrasi diperoleh 80$ .

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ketiga to-lok ukur yang digunakan dalam penelitian sesungguhnya mempunyai kadar kesahihan yang cukup tinggi yakni di an -

'i

antara 0,71 dan 0,80 bai& bertolak dari »judgment* = 0,5 dan atau tes t. Dapat dikatakan bahwa apa yang ingin di-ukur ternyata dapat dijaring secara signifikan dengan ke-tiga tolok ukur« (c). Penyelidikan terhadap konsistensi internal dengaa KB^. Sebagai bahan perbandingan berikut < diperlifeatkaa. hasil-hasil penyelidikan konsistensi internal butir-' bu-tir tes untuk ketiga tolok ukur pada survai pendahuluan dan penelitian sesungguhnya dengan KS2I#

Page 134: BAB II PENGARUH PERSEPSI DAN KEBISAAN KEPEMIMPINAN

196'

TABEL Ill(Zf) HASIL PENYELIDIKAN KONSISTENSI INTERNAL PRASURVAI DAN PENELITIAN SESUNGGUHNYA

r i , Hasil Penyelidikan i i

* Tolok Ukur t t

i , Penelitian , Pendahuluan

t

t

t

Penelitian Utama

t

t

r

i , 1. Persepsi

t I 0,80

> f f 0,82

t

1 1

, 2» Kebisaan . 0,72 i t 0,85

f

t

3« Performans 1 Administrasi i | 0,71

t t T

0,83 f

1 f

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa hasil penye lidikan konsistensi internal untuk penelitian sesungguh* -nya terhadap ketiga tolok ukur, menunjukkan adanya ke -naikan akibat perbaikan dan penggantian butir-butir per-nyataan tes yang tidak memenuhi kriteria penerimaan« De-ngan demikian menambah keyakinan bahwa setelah mengalami beberapa kali revisi maka tolok ukur ini akan mempunyai kadar keterandalan dan kesahihan yang mantap.

Untuk memeriksa kesahihan dan keterandalan ketiga tolok ukur maka tanggapan guru-guru bantu terhadap per -sepsi, kebisaan dan performans administrasi dari kepala sekolahnya sendiri juga dianalisis« Maksud analisis ini selain untuk melihat dan memeriksa tingkat kesahihan dan keterandalan tolok ukur, juga untuk mencegah seminimal

Page 135: BAB II PENGARUH PERSEPSI DAN KEBISAAN KEPEMIMPINAN

19 7

mungkin penilaian-penilaian yang bersifat subyektif dari pihak responden kepala sekolah. Keuntungan lainnya ialah diharapkan dapat ditemukan hal-hal yang berhubungan de-ngan tanggapan guru-guru bantu terutama di dalam anali -sis statistis, sehingga diperoleh informasi yang berguna baik untuk kebijakan atasan maupun untuk merangsang pene-litian selanjutnya«

Dari 430 responden guru-guru ( jumlah anggota po-pulasi yang ditetapkan untuk penelitian sesungguhnya se-banyak 430 orang ), diambil 10% atau rate-rata 43 respon-den untuk kelompok atas (A) dan 43 responden untuk kelom-pok bawah (B), Dengan cara analisis yang sama dengan res-ponden kepala sekolah diperoleh hasil-hasil sbbj Hasil pengolahan skor analisis butir-butir untuk penyeli-dikan daya pembeda ( deskriminan ) dengan kelompok-kelont-pok atas dan bawah, ditemukan; (1). Penyelidikan dengan KiL, menghasilkan;

(a) Untuk persepsi diperoleh 0,7269 atau 73$* (b) Untuk kebisaan diperoleh 0,7558 atau 76$, (c) Untuk performans administrasi diperoleh 0,7778,

atau 78$. (2)» Penyelidikan kesahihan dengan *judgment' 0,5 mengha-

silkan; (a) Untuk persepsi diperoleh 74,29$ (b) Untuk kebisaan diperoleh 64,44$ (c) Untuk performans administras i diperoleh 72$

Page 136: BAB II PENGARUH PERSEPSI DAN KEBISAAN KEPEMIMPINAN

» 198

(3). Penyelidikan dengan tes t atas dasar kriteria ^C = 0,20; oC = 0,10 ; «C =0,05 secara berturut-turut diperoleh; (a) Untuk persepsi diperoleh 80$, 77% dan 77% (b) Untuk kebisaan diperoleh 78$, 73% dan 69% (c) Untuk performans administrasi diperoleh 86% ,

73% dan 69%. Dari keseluruhan analisis ditemukan bahwa baik

jawaban-jawaban kepala sekolak maupun jawaban-jawaban gu-ru-guru bantunya kesemuanya menunjukkan kesahihan dan ke-r

terandalan yang cukup tinggi terhadap ketiga tolok ukur» Keseluruhan hasil-hasil ini disimpulkan pada Tabel III (5) berikut ini»

Page 137: BAB II PENGARUH PERSEPSI DAN KEBISAAN KEPEMIMPINAN

199'

TABEL 111(4) • KESAHIHAK DAN KETERANDALAN TOLOK BKOR

DENGAN RESPONDEN KS DAN GR

•Bblok 1

ikur , Responden

e

« K e f

s a l *

t i h a a » i Keterandalaa *

•Bblok 1

ikur , Responden i . » , 'JudgT ! ment*, T e s

i

t f t

Pen« Pend.

! Pen» , i Ssgh i

•Bblok 1

ikur , Responden

t i

. 0 , 5 = 0 , 2 <*-=0,l <i=0,05- K E ? 1 1

• Skala Pferj 1*1. KS i i

i 77% ; 77% 7b% 6 3 $ ! 0 , 8 0

i i ! 0 , 8 2 \

epsi (Xx) « 1 . 2 . SR » 7 4 % » i i 8 0 % 7 7 % 7 7 % « i • - . 0 , 7 3 »

t i

• Skala Ke , 2 . 1 « KS ; 6 o # ; 71% 6 7 % 6 4 % J 0 , 7 3 ! 0 , 8 5 Î

isaan (X2> 1 2 . 2 . ss » 6 4 % t t

7 8 % 7 3 % 6 9 % 1

t - » 0,76 t

1 1

p Skala Per, 3 . 1 . KS ! 7z% ! 8 0 % 6 4 % 5 4 % \ 0 , 7 1 ! 0 , 8 3 J

brmans Admi' 3.2. ©R » 7 0 % 8 6 % 7 4 % 6 8 % J - ; 0 , 7 8 ;

istrasi (Y)t * » t i

t

r 1 »

terangan; KS = Kepala Sekolah GR s guru Pen.Pend = Penelitian Pendahuluan Pen.Ssgk = Penelitian Sesungguhnya

Page 138: BAB II PENGARUH PERSEPSI DAN KEBISAAN KEPEMIMPINAN

200

5» Daerah penelitian Daerah penelitian terletak di wilayah Propinsi SIH

lawesi Selatan« Propinsi Sulawesi Selatan terdiri dari 21 kabupaten dengan dua kota madya yakni kota madya U-jung Pandang dan Kota madya Pare-Pare. Dari ke dua puluh tiga daerah ini diacak enam daerah sesuai dengan ukuran sampel yang diperlukan. Ke enam daerah penelitian ini masing-masing Kota Madya Ujung Pandang, Kabupaten Gowa, Kabupaten Pangkajene Kepulauan, Kabupaten Bone, Kabupa -ten Pangkajene Sidenreng Rappang dan Kabupaten Tana Tora-ja, Lokasi penelitian ini dapat dilihat pada halaman ber-ikut ini. Jumlah kepala sekolah dan guru-guru bantu yang diacak yang merupakan ukuran sampel ditetapkan berdasar-kan hasil-hasil pra-survai. Ukuran sampel ini terdiri da-ri 217 kepala sekolah dasar dan 430 guru-guru bantu kepar la sekolah bersangkutan. Distribusi' jumlah kepala seko-lah dan guru-guru bantu yang diacak menurut tiap daerah penelitian disimpulkan pada Tabel III(^).