bab ii. pembahasan

25
BAB II PEMBAHASAN 1. Pengertian dari Body Condition Score atau BCS Body Condition Score atau BCS adalah penilaian kondisi tubuh yang didasarkan pada estimasi visual timbunan lemak tubuh dibawah kulit, sekitar pangkal ekor, tulang punggung dan pinggul menggunakan skor. BCS digunakan untuk menentukan potensi produksi seekor ternak. Karena kambing-kambing yang terlalu gemuk atau kurus mempunyai resiko yang lebih besar pada metabolisme, angka kebuntingan dan kemungkinan terjadi Distocia. BCS digunakan untuk mengevaluasi manajemen pakan, menilai kesehatan individu hewan, dan menjaga kondisi hewan selama manajemen pemeliharaan hewan secara rutin. BCS memberikan indikasi status energi kambing, yaitu dilihat dari jumlah otot (muscling) dan tingkat kegemukan hewan (fating). Ketika mengevaluasi kambing, jumlah lemak di bawah dada (sternum lemak) dan di atas tulang rusuk juga harus dievaluasi. Hal ini sangat penting untuk kambing perah. Kambing yang memiliki kondisi tubuh yang tepat akan meningkatkan produksi susu. Kambing yang sangat gemuk di hanya akan mengakibatkan masalah kesehatan. Kambing yang sangat 3

Upload: rizkiandi-ramadhan-sudarsono

Post on 24-Jan-2016

225 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

nabsbakj

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II. Pembahasan

BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian dari Body Condition Score atau BCS

Body Condition Score atau BCS adalah penilaian kondisi tubuh yang

didasarkan pada estimasi visual timbunan lemak tubuh dibawah kulit, sekitar

pangkal ekor, tulang punggung dan pinggul menggunakan skor. BCS digunakan

untuk menentukan potensi produksi seekor ternak. Karena kambing-kambing

yang terlalu gemuk atau kurus mempunyai resiko yang lebih besar pada

metabolisme,  angka kebuntingan dan kemungkinan terjadi Distocia.

BCS digunakan untuk mengevaluasi manajemen pakan, menilai kesehatan

individu hewan, dan menjaga kondisi hewan selama manajemen pemeliharaan

hewan secara rutin. BCS memberikan indikasi status energi kambing, yaitu dilihat

dari jumlah otot (muscling) dan tingkat kegemukan hewan (fating). Ketika

mengevaluasi kambing, jumlah lemak di bawah dada (sternum lemak) dan di atas

tulang rusuk juga harus dievaluasi. Hal ini sangat penting untuk kambing perah.

Kambing yang memiliki kondisi tubuh yang tepat akan meningkatkan produksi

susu. Kambing yang sangat gemuk di hanya akan mengakibatkan masalah

kesehatan. Kambing yang sangat kurus pada awal laktasi tidak akan memiliki

cadangan energi yang dibutuhkan untuk mencapai produksi susu yang tinggi.

Kambing yang kurus juga akan lebih sulit untuk bunting. Kambing yang sehat

harus cukup gizi, tidak harus sangat gemuk atau sangat kurus.

Skor kondisi tubuh (BCS) sudah terbukti menjadi alat praktis yang penting

dalam menilai kondisi tubuh sapi, domba, dan kambing karena BCS adalah

indikator terbaik untuk mendeteksi adanya cadangan lemak yang tersedia pada

tubuh ternak, yang nantinya akan digunakan sebagai parameter untuk kebutuhan

energi, tingkat stress, nutrisi, serta suhu optimalnya.

3

Page 2: BAB II. Pembahasan

4

2. Cara menentukan scoring pda kambing dengan menggunakan Body

Condition Score atau BCS

Scoring yang dilakukan pada kambing menggunakan BCS mulai 1,0 - 5,0,

dengan 0,5 bertahap. Kambing dengan skor BCS 1,0 memiliki tubuh yang kurus

dan tidak mempunyai cadangan lemak, sementara itu kambing yang mempunyai

skor BCS 5,0 merupakan kambing yang terlalu gemuk (obesitas). Umumnya

kambing yang normal empunyai BCS 2,5 – 4,0.

BCS 1,0 ; 1,5 ; atau 2,0 mengindikasikan bahwa dalam peternakan tersebut

terdapat masalah manajemen maupun kesehatan. Sementara itu BCS 4,5 – 5

hampir tidak pernah ditemui di peternakan-peternakan umum, namun dapat

dijumpai pada acara kontes kambing.

Penentuan BCS ini tidak dapat diberikan hanya dengan melihat ternaknya

saja, melainkan ternak harus disentuh dan dirasakan tubuhnya. Daerah tubuh

pertama yang perlu diamati dan dirasakan dalam menentukan BCS adalah daerah

lumbal, yang merupakan daerah belakang dari belakang tulang rusuk yang berupa

pinggang. Scoring di daerah ini didasarkan pada penentuan jumlah otot dan lemak

atas dan di sekitar tulang belakang. Vertebra lumbalis memiliki tonjolan vertikal

dan dua tonjolan horisontal. Kedua juga digunakan dalam menentukan BCS.

Penilai harus menggunakan rabaan tangan di atas daerah ini dan mencoba untuk

merasakan daerah ini dengan ujung jari dan tangan.

Daerah tubuh kedua yang perlu dirasakan adalah lemak yang menutupi

sternum (tulang dada). Scoring di daerah ini didasarkan pada jumlah lemak yang

berada disana. Wilayah ketiga adalah tulang rusuk dan jaringan penutup lemak

pada tulang rusuk dan interkostal (antara tulang rusuk).

Page 3: BAB II. Pembahasan

5

Berikut ini adalah kriteria BCS dari 1,0 – 5,0 pada kambing :

1. BCS 1.0

Page 4: BAB II. Pembahasan

6

Penampang dari kambing: hewan kurus dan lemah, tulang belakang

sangat jelas terlihat dan bentuknya saling menyambung. Panggul kosong. Ribs

terlihat jelas. Perlemakan sangat tipis dan jari dengan mudah menembus ke

ruang interkostal (antara tulang rusuk).

Tonjolan vertikal pada vertebra lumbalis dapat dengan mudah dirasakan

dengan ibu jari dan telunjuk. Tonjolan vertikal kasar, menonjol, dan bergerigi.

Otot sangat sedikit dan lemak tidak dapat dirasakan antara kulit dan tulang.

Page 5: BAB II. Pembahasan

7

Tangan dapat dengan mudah meraba vertebrae lumbalis secara

melintang karena bentukknya yang sangat menonjol.

Lemak sternum dapat dengan mudah dirasakan diantara ibu jari dan jari-

jari lain yang berpindah dari satu sisi ke sisi lain. Tulang rawan dan sendi

bergabung dengan rusuk dan tulang dada yang mudah dirasakan.

Page 6: BAB II. Pembahasan

8

2. BCS 2.0

Penampang kambing: Sedikit bertulang, tulang punggung masih terlihat

dengan punggungan lurus. Beberapa tulang rusuk terlihat dan ada bebrapa

tertutup lemak. Ribs masih terasa. Ruang interkostal halus tapi masih bisa

ditembus.

Tonjolan vertikal pada vertebrae lumbalis jelas dan masih dapat

dirasakan dengan ibu jari dan telunjuk. Massa otot dapat dirasakan antara kulit

dan tulang. Ada depresi yang jelas dalam transisi dari tonjolan vertikal

melintang.

Page 7: BAB II. Pembahasan

9

Tangan dapat merasakan tonjolan vertical pada vertebrae lumbalis,

tetapi garis utama tonjolan melintang sulit untuk dilihat. Sepertiga hingga

setengah dari panjang tonjolan transversal terlihat.

Lemak sternum lebih lebar dan lebih tebal namun masih bisa dipegang

dan dicubit oleh ibu jari dan telunjuk. Lapisan lemak masih bisa bergerak

sedikit dari sisi ke sisi. Sendi kurang jelas.

Page 8: BAB II. Pembahasan

10

3. BCS 3.0

Penampang kambing: tulang belakang tidak menonjol, ribs hampir tidak

dapat dilihat karena dilapisi oleh lemak. Ruang interkostal dapat dirasakan

menggunakan tekanan.

Tonjolan vertikal pada vertebrae lumbalis sulit dirasakan karena terdapat

lapisan jaringan lemak tebal yang menutupi tulang. Saat menekan jari di atas

tonjolan vertikal, tulang punggung, dapat dirasakan karena terdapat sedikit

rongga.

Page 9: BAB II. Pembahasan

11

Garis utama pada tonjolan melintang dari vertebra lumbalis sedikit

terlihat. Kurang dari seperempat dari panjang tonjolan transversal terlihat.

Lemak sternum lebar dan tebal. Hal itu masih bisa dirasakan, namun

memiliki gerakan yang sangat sedikit. Sendi bergabung tulang rawan dan

tulang rusuk yang hampir tidak terasa.

Page 10: BAB II. Pembahasan

12

4. BCS 4.0

Penampang kambing: tulang punggung tidak dapat dilihat. Ribs tidak

terlihat. Sisi hewan yang ramping dalam penampilan.

Tonjolan vertikal dari vertebra lumbalis tidak mungkin dapat dirasakan

karena dibungkus dengan lapisan tebal otot dan lemak. Tonjolan vertikal

membentuk garis kontinu. Ada transisi bulat dari tonjolan vertikal melintang.

Page 11: BAB II. Pembahasan

13

Garis utama tonjolan melintang dari vertebra lumbalis tidak lagi

dilihat. Tonjolan melintang tersebut halus, bulat tepi, dan terlihat tseperti

tanpa tulang. Lemak sternum sulit untuk dirasakan karena lebar dan tebal.

Page 12: BAB II. Pembahasan

14

5. BCS 5.0

Penampang kambing: tulang belakang tertimbun oleh lemak. Ribs tidak

terlihat. Rusuk sangkar ditutupi dengan lemak yang berlebihan.

Otot dan lemak sangat tebal sehingga tanda pada tonjolan vertikal

hilang. Tonjolan vertikal dari vertebra lumbalis membentuk depresi di

sepanjang tulang punggung dan ada transisi menggembung dari tonjolan

vertikal melintang.

Page 13: BAB II. Pembahasan

15

Ketebalan otot dan lemak begitu besar sehingga tanda referensi pada

tonjolan melintang juga hilang. Tidak dapat dirasakan tonjolan secara

melintangnya.

Lemak sternal meluas dan mencakup sternum, gabungan lemak meliputi

tulang rawan dan tulang rusuk. Hal ini menyebabkan bagian tersebut tidak

dapat digenggam.

Page 14: BAB II. Pembahasan

16

3. Cara menentukan scoring pda kambing perah dengan menggunakan Body

Condition Score atau BCS

Metode untuk penilaian kondisi domba didasarkan pada palpasi manual

daerah pinggang untuk menilai kondisi otot Longissimus dorsi (otot mata atau

pinggang) jaringan lemak yang menutupi tonjolan vertikal dan dua tonjolan

horisontal dari vertebra lumbalis. BCS menggunakan wilayah sternum, di mana

daerah tersebut merupakan daerah penumpukan lemak pada kambing. Kambing

diberi BCS dari 1 (sangat tipis) sampai 5 (sangat gemuk), berdasarkan tingkat

muscling dan ketebalan lemak di sekitar daerah pinggang.

Berikut ini BCS pada kambing perah:

BCS 1 = Sangat Kurus

Kambing terlihat kurus.

Lemah, dengan tulang

belakang sangat terlihat,

sayap berongga dan rusuk

terlihat jelas.

Tidak tertutup lemak dan

jari-jari Anda dapat

menembus ruang

antara tulang rusuk.

Lemak Sternal mudah

dirasakan antara ibu jari dan

jari-jari dari berbagai sisi.

Page 15: BAB II. Pembahasan

17

BCS 2 = Kurus

Sedikit lebih baik, namun

kambing masih terlihat

kurus (sedikit tipis).

Tulang belakang terlihat,

dengan punggung dan

tulang rusuk yang dapat

dilihat dan dirasakan

Hanya sedikit penutup

lemak.

Lemak Sternal lebar dan

lebih tebal dari BCS 1, tapi

masih bisa

digenggam dan diangkat.

BCS 3 = Normal

Tulang belakang tidak

menonjol.

Bahkan lapisan lemak

menutupi tulang rusuk.

Lapisan jaringan tebal

menutupi tulang.

Lemak Sternal lebar dan

tebal. Bisa dirasakan,

tetapi memiliki sedikit

pergerakan.

BCS 4 = Gemuk

Page 16: BAB II. Pembahasan

18

Penampilannya ramping.

Tulang belakang dan

tulang rusuk tidak dapat

dilihat.

Tidak bisa mencengkeram

tonjolan vertikal dari

vertebra lumbalis

Lemak sternal sulit untuk

pegangan.

BCS 5 = Sangat Gemuk

Tulang belakang

tertimbun lemak.

Ribs tidak terlihat dan

ditutupi dengan lemak

yang berlebihan.

Tanda Referensi pada

proses spinosus hilang.

Lemak Sternal meluas dan

meliputi tulang dada, dan

tidak dapat

digenggam.

Page 17: BAB II. Pembahasan

19

BCS dapat bervariasi sesuai dengan status fisiologis hewan, contohnya

seperti yang digambarkan pada gambar 2, Pada saat kawin kambing tidak

harus memiliki skor 3, namun pada kisaran 2 sampai 3 sudah dapat diterima.

Kambing yang bunting harus dijaga dengan ketat untuk memastikan mereka

berada dalam kisaran BCS 3 selama periode ini. Namun setelah melahirkan

dan selama menyusui, BCS dapat dikurangi. Masa laktasi membutuhkan gizi

yang cukup. Jika kambing yang sedang menyusui tidak diberi makan dengan

benar selama periode ini, cadangan tubuh dapat dimobilisasi, sehingga kondisi

tubuh akan memburuk. Kurangnya perhatian selama periode ini akan

berdampak pada pertumbuhan cempe serta produksi susu. Dalam kondisi

ideal, kambing tidak boleh berada pada BCS dibawah 2. Hal yang sama juga

terjadi pada akhir laktasi. BCS idak harus mencapai skor 4 bahkan sampai 5.

Namun biasanya terjadi penurunan bobot tubuh pada awal laktasi saat

produksi susu sedang tinggi da peningkatan bobot tubuh saat produksi susu

mulai menuru. Dalam hal ini, BCS berguna dalam manajemen pemberian

pakan.

BCS dapat juga digunakan untuk menentukan status gizi dari ternak,

dengan melihat cadangan lemak dalam tubuh untuk dasar metabolisme,

pertumbuhan, laktasi dan aktivitas dari ternak tersebut. Lemak dalam tubuh

tersebut merupakan indikasi untuk mengetahui energi yang tersimpan dalam

tubuh ternak. Cadangan energi tersebut digunakan untuk menjaga kesehatan

tubuh, fungsu reproduksi, dan produksi. Ketika kambing memiliki cadangan

energi tubuh rendah, mereka mungkin memiliki probabilitas yang lebih besar

menderita penyakit, gangguan metabolisme, kegagalan reproduksi dan

penurunan produksi susu. Sementara kambing perah yang terlalu banyak

memiliki cadangan lemak akan menurunkan produksi susu, gangguan

kesehatan reproduksi, dan penyakit lainnya, seperti distokia.

Kambing yang memiliki cadangan lemak yang sangat tinggi memiliki

risiko lebih besar terkena toksemia, terutama ketika anaknya kembar 2 atau

Page 18: BAB II. Pembahasan

20

kembar 3. Menurut Pugh (2002), kambing bunting harus memiliki skor

kondisi tubuh antara 2,5 dan 3 sekitar 45 hari sebelum kelahiran. Kambing

yang memiliki skor kondisi baik dalam perkawinan (3-3,5) akan

menghasilkan keturunan yang lebih baik dibandingkan kambing yang

memiliki BCS di luar skor tersebut. Itulah sebabnya kambing harus menerima

BCS 8 minggu sebelum kawin, hewan harus diklasifikasikan ke dalam

kelompok; hewan dengan kondisi yang buruk harus menerima perlakuan

khusus untuk mencapai skor yang cukup (3-3,5) dan hewan yang menerima

skor yang lebih tinggi dari 4 harus diberi makan dengan makanan rendah

energi untuk mencapai skor kisaran 3-3,5. Jika tidak ada scoring maka akan

ada beberapa masalah yang terjadi pada kambing yang sangat kurus (di bawah

2 skor), kambing yang sangat gemuk (di atas 4 score) akan menimbulkan

kerugian ekonomi.

Adanya hubungan negatif antara produksi susu dan BCS pada kambing

telah ditetapkan (r = 0,24, P <0,05) (Cabiddu et al., 1999). Korelasi kuat

negatif muncul serta produksi susu hanya pada akhir laktasi. Penurunan

produksi susu mengakibatkan peningkatan BCS (r = -0,38). Miskin BCS

saham adalah kuat pengaruh BCS pada produksi susu menjadi. Hewan-hewan

yang mampu menghasilkan jumlah yang cukup susu jika mereka diberi makan

cukup dan mereka tetap dalam kondisi tubuh konsisten dengan periode laktasi

mereka. BCS Apakah 'dipengaruhi produksi susu. Parameter ini meningkat

dengan meningkatnya BCS doe itu. Dalam batas genetik, nutrisi selama

menyusui adalah faktor utama yang mempengaruhi produksi susu. Produksi

susu secara signifikan dipengaruhi oleh paritas. Parameter yang meningkat

secara progresif dengan kemajuan dalam paritas. Butswat et al., (2002)

melaporkan bahwa produksi susu kambing meningkat secara signifikan

hingga paritas ketiga dan selanjutnya menurun.