bab ii pekarangan

6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pekarangan Pekarangan menurut Soemarwoto (1981) adalah sebidang tanah yang mempunyai batas-batas tertentu yang di atsnya terdapat bangunan tempat tinggal dan mempunyai hubungan fungsional, baik ekonomi, biofisik, maupun sosial budaya dengan penghuninya. Menurut Ginting dalam Affandi (2002), pekarangan adalah suatu sistem usaha tani tradisional yang merupakan perpaduan yang harmonis antara tanaman tahaunan dengan tanaman pangan di sekitar rumah masyarakat pedesaana pada umumnya. Menurut Mahendra (2009), pekarang merupakan satu kesatuan lahan yang terdiri dari berbagi macam komponen penyusun dan antar komponen saling berinteraksi sesuai dengan fungsinya masing-masing. Salah satu komponen terpenting dalam pekarangan berupa rumah tinggal. Lahan ini jika dipelihara dengan baik akan memberikan lingkungan yang menarik nyaman dan sehat serta menyenangkan sehingga membuat kita betah tinggal di rumah. Pertanaman pekarangan di daerah pedesaan umumnya tersusun dari berbagai jenis tanaman dan mengisi ruangan dengan jenis-jenis tanaman yang ketinggian tajuknya lebih dari 20 m dari permukaan tanah. Susunan stratifikasi tingkat teratas didominasi oleh kelapa, pinang, dan pohon-pohon lainnya. Tingkat tengahan diisi oleh tanaman buah-buahan seperti sirsak, mangga, pepaya, dan

Upload: agintakeliat

Post on 09-Nov-2015

216 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Konservasi

TRANSCRIPT

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1Pengertian PekaranganPekarangan menurut Soemarwoto (1981) adalah sebidang tanah yang mempunyai batas-batas tertentu yang di atsnya terdapat bangunan tempat tinggal dan mempunyai hubungan fungsional, baik ekonomi, biofisik, maupun sosial budaya dengan penghuninya. Menurut Ginting dalam Affandi (2002), pekarangan adalah suatu sistem usaha tani tradisional yang merupakan perpaduan yang harmonis antara tanaman tahaunan dengan tanaman pangan di sekitar rumah masyarakat pedesaana pada umumnya. Menurut Mahendra (2009), pekarang merupakan satu kesatuan lahan yang terdiri dari berbagi macam komponen penyusun dan antar komponen saling berinteraksi sesuai dengan fungsinya masing-masing. Salah satu komponen terpenting dalam pekarangan berupa rumah tinggal. Lahan ini jika dipelihara dengan baik akan memberikan lingkungan yang menarik nyaman dan sehat serta menyenangkan sehingga membuat kita betah tinggal di rumah. Pertanaman pekarangan di daerah pedesaan umumnya tersusun dari berbagai jenis tanaman dan mengisi ruangan dengan jenis-jenis tanaman yang ketinggian tajuknya lebih dari 20 m dari permukaan tanah. Susunan stratifikasi tingkat teratas didominasi oleh kelapa, pinang, dan pohon-pohon lainnya. Tingkat tengahan diisi oleh tanaman buah-buahan seperti sirsak, mangga, pepaya, dan tanaman lainnya. Sedangkan tingkat terendah didominasi oleh sayur-sayuran, rempah-rempah, dan tanamn pagar.2.2Fungsi PekaranganMenurut Kristanti (2012) pekarang disekitar rumah dapat memiliki berbagai fungsi sesuai peruntukannya. Adapun funsgi pekarangan secara garis besar dapat dikelompokkkan :1. Daerah umum (public area). Pekarangan dapat dilihat dan dinikmati oleh penghuni rumah juga oleh siapa saja yang lewat di depan atau disekitar rumah kita. 2. Daerah kesibukan (service area). Pekarangan ini diperuntukkan bagi penghuni rumah, misalnya tempat bermain, mencuci pakaian, mencuci piring atau lainnya. Area ini dapat ditanam tanaman bumbu-bumbuan, sayur-sayuran atau tempat menanam tanaman obat-obatan. 3. Daerah pribadi (private area). Daerah ini diperuntukkan untuk pribadi, misalnya tempat ibu atau bapak menanam tanaman hobbinya tempat bertukang, melakukan penelitian yang paling hemat, aman, setiap saat dapat diamati. 4. Daerah famili (family area). Daerah ini dapat dibuat taman untuk kepentingan keluarga, atau tempat berolah raga, atau tempat keluarga berkumpul, camping dan lainnya. Arean ini biasanya ditempatkan di lokasi yang strategis.Menurut Soemarwoto (1989) membagi fungsi pekarang menjadi 7 yaitu : penghasil bahan makanan, penambah pendapatan, penghasil bahan bumbu dan obat, penghasil bahan bangunan, kayu bakar, bahan kerajinan dan ternak dan penghasil protein. Djuwadi (1998) menambahkan fungsi pekarangan menstabilkan kondisi lingkungan, rekreasi dan pendidikan. Sedangkan Karyono (1980) membagi fungsi pekarang menjadi sosial ekonomi, sosial budaya, pendidikan, produksi, peningkatan gizi dan perlindungan terhadap tanah dan air.2.3Pola Pemanfaatan PekaranganPemanfaatan pekarangan dilakukan dengan berbagai tujuan dan pola atau bentuk. Adapun langkah-langkah pemanfaatan lahan pekarangan dapat dilakukan sebagai berikut : 1. Persiapan Media Tanam Persiapan media dapat dilakukan dengan membersihkan lahan dari gulma, pengolahan tanah, penanaman, pemupukan dan pemeliharaan. Namun rumah tangga yang memiliki lahan sempit dapat memanfaatkan media tanam alternative yang berupa pot dan vertikultur 2. Pemilihan Jenis Tanaman Pemilihan jenis tanaman berdasarkan keperluan rumah tangga baik untuk obat atau kesehatan (kunyit, jahe, temulawak, mengkudu) dan keperluan dapur (cabe, tomat, sereh, sayuran,) serta pelengkap gizi keluarga (pepaya, pisang, jeruk dan lain-lain). Upayakan menanam beragam jenis tanaman dengan maksud untuk mencegah adanya serangan hama dan penyakit pada tanaman. Untuk tujuan estetika, pilihan tanaman yang memiliki figure menarik misalnya tanaman mengkudu yang memiliki bentuk daun yang lebar, tanaman kencur dengan bentuk daun yang unik dan sebagainya. Beberapa jenis sayuran yang dapat ditanam di pekarangan antara lain bayam, kangkung, kemangi, kobis, sawi, seledri, bawang daun, bawang merah, cabai, buncis, kacang-kacangan. 3. Tata Letak Tanaman Pada prinsipnya semua tanaman memerlukan sinar matahari yang cukup sepanjang hari. Tempatkan jenis-jenis yang berukuran kecil mulai dari bagian Timur dan tempatkan jenis tanaman yang berukuran besar seperti buah-buahan di bagian sebelah Barat. Hal ini dimaksudkan agar jenis tanaman yang besar tidak menghalangi sinar matahari terhadap tanaman yang kecil. Demikian pula kerapatan dan populasi tanaman perlu diperhatikan karena mempengaruhi efisiensi penggunaan cahaya matahari serta persaingan antar tanaman dalam menggunakan air dan unsur hara. (Andhika, 2009) . 4. Pemeliharaan Tahap pemeliharaan baik untuk lahan maupun tanaman merupakan hal yang harus selalu diperhatikan. Pemeliharaan tanaman meliputi beberapa aspek yang harus diperhatikan yaitu penyiangan, penyiraman, pemupukan serta pengendalian hama dan penyakit. Penyiangan dilakukan dengan membersihkan lahan dari rumput-rumput liar, bertujuan untuk mencegah kompetisi nutrisi tanaman dari tanah selain untuk kebersihan dan keindahan. Sisa-sisa tanaman dan rumput sebaiknya dikeringkan lalu dikubur ke dalam tanah karena dapat meningkatkan kesuburan tanah. Sisa tanaman dan serasah ini dapat juga diproses untuk dijadikan pupuk organik atau kompos. Pemberian air dengan cara penyiraman secara kontinyu sangat penting terutama pada tanaman yang berumur muda dan baru tumbuh, untuk selanjutnya aktivitas penyiraman ini dapat disesuaikan dengan kondisi lingkungan lahan pekarangan apakah kekeringan atau basah (lembab). Salah satu upaya untuk mempertahankan ketersediaan air di lahan pekarangan adalah dengan membuat kolam (Andhika, 2009). Tetapi umumnya tanaman sayur disiram 1-2 kali per hari untuk tanaman sayur dalam pot. Pemupukan bertujuan untuk memberikan suplai unsur hara tambahan pada tanaman. Sebaiknya bahan pupuk yang digunakan bersifat organik, misalnya pupuk organik cair, kompos dan pupuk kandang. Pengendalian hama penyakit lebih mudah dilakukan dalam kegiatan pemanfaatan pekarangan dengan tanaman sayur ini. Untuk tanaman di pot kemungkinan penularan penyakit melalui akar jarang terjadi karena akar diabatasi oleh pot. Pada lahan pekarangan yang sempit kita bisa mengendalikan hama dan penyakit secara manual sehingga penggunaan bahan kimia dapat dibatasi. Hal ini akan membuat sayuran yang dihasilkan dari pekarangan lebih sehat untuk dikonsumsi, karena merupakan sayuran organik. 5. Pemanenan Sayuran perdu yang dipetik daunnya sudah dapat dipetik hasilnya pada umur 3540 hari. Pemanenan dapat dilakukan dengan selang 34 hari. Namun berbeda denga bayam cabut dan kangkung darat dilakukan secara langsung dengan mencabut tanaman beserta akarnya. Jenis sayuran seperti kol, sawi, selada dipanen umur 23 bulan. Kacang-kacangan dipanen dengan melihat kondisi polong kacangnya. Cabe dan tomat dapat dipanen umur 4550 hari setelah tanam. Labu siam dipanen antara 3 5 bulan setelah tanam. Tanaman yang tidak sekali panen jika pemeliharaannya baik dapat terus dipanen dalam waktu yang lama. 2.4DAFTAR PUSTAKAAffandi, 2002. Homme Garden : Sebagai Salah Satu Sistem Agroforestry Lokal. 2002 digitized by USU digital library Djuwadi. 1998. Workshop on Tropical Rain Forest and Rehabilitation. Fakultas Kehutanan UGM. Yogyakarta. Karyono. 1980. Pengalaman dengan Agroforestry di Jawa Indonesia. Fakultas Kehutanan UGM. Yogyakarta. Kristanti. 2012. Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan Menjadi Taman Yang Produktif. Uripsantosowordpress.com diakses tanggal 28 Desember 2012. Mahendra, F. 2008. Sistem Agroforestri dan Aplikasinya. Graha Ilmu. Soemarwoto, O. 1981. Sistem Kebun-Talun : Suatau Sistem Pertanian Hutan Tradisional. Proseding Seminar Agroforestry dan Pengendalian Perladangan. 19-21 November 1981. Jakarta.