bab ii nagekeo -...

30
Tatralok Kabupaten Nagekeo 2-1 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Transportasi sebagai urat nadi kehidupan berbangsa dan bernegara, mempunyai fungsi sebagai penggerak, pendorong dan penunjang pembangunan.Transportasi merupakan suatu sistem yang terdiri dari sarana dan prasarana yang didukung oleh tata laksana dan sumber daya manusia membentuk jaringan prasarana dan jaringan pelayanan. Bentuk elemen yang terkait dalam sistem transportasi baik sarana, prasarana maupun pergerakan antara lain adalah kelaikan, sertifikasi, perambuan, kenavigasian, sumber daya manusia, geografi, demografi dan lain-lain. Keberhasilan pembangunan sangat ditentukan oleh peran sektor transportasi. Karenanya sistem transportasi harus dibina agar mampu menghasilkan jasa transportasi yang handal, berkemampuan tinggi dan diselenggarakan secara terpadu, tertib, lancar, aman, nyaman dan efisien dalam menunjang dan sekaligus menggerakkan dinamika pembangunan; mendukung mobilitas manusia, barang serta jasa; mendukung pola distribusi nasional serta mendukung pengembangan wilayah dan peningkatan hubungan internasional yang lebih memantapkan perkembangan kehidupan berbangsa dan bernegara dalam rangka perwujudan Wawasan Nusantara. Dalam pembangunan transportasi, pemerintah mempunyai peranan sebagai pembina, sehingga berkewajiban untuk menyusun rencana dan merumuskan kebijakan, mengendalikan dan mengawasi perwuju dan transportasi.Salah satu kewajiban dimaksud adalah menetapkan jaringan prasarana transportasi dan jaringan pelayanan.Disamping itu juga berkewajiban untuk melaksanakan tugas pembangunan sarana dan prasarana transportasi yang tidak diusahakan, dengan prioritas daerah-daerah yang kurang berkembang. Hasil pembangunan transportasi yang mampu menunjang upaya pemerataan dan penyebaran pembangunan, pertumbuhan ekonomi serta stabilitas nasional dengan jaringan transportasi yang semakin berkembang luas, perlu terus dimantapkan dan dikembangkan sejalan dengan peningkatan tuntutan kualitas pelayanan akibat makin meningkatnya

Upload: danghuong

Post on 19-Jun-2019

229 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II Nagekeo - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000036/swf/779/BAB II... · sejalan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW). Berdasarkan

Tatralok Kabupaten Nagekeo

2-1

2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Umum

Transportasi sebagai urat nadi kehidupan berbangsa dan bernegara, mempunyai fungsi

sebagai penggerak, pendorong dan penunjang pembangunan.Transportasi merupakan suatu

sistem yang terdiri dari sarana dan prasarana yang didukung oleh tata laksana dan sumber

daya manusia membentuk jaringan prasarana dan jaringan pelayanan. Bentuk elemen yang

terkait dalam sistem transportasi baik sarana, prasarana maupun pergerakan antara lain adalah

kelaikan, sertifikasi, perambuan, kenavigasian, sumber daya manusia, geografi, demografi

dan lain-lain.

Keberhasilan pembangunan sangat ditentukan oleh peran sektor transportasi.

Karenanya sistem transportasi harus dibina agar mampu menghasilkan jasa transportasi yang

handal, berkemampuan tinggi dan diselenggarakan secara terpadu, tertib, lancar, aman,

nyaman dan efisien dalam menunjang dan sekaligus menggerakkan dinamika pembangunan;

mendukung mobilitas manusia, barang serta jasa; mendukung pola distribusi nasional serta

mendukung pengembangan wilayah dan peningkatan hubungan internasional yang lebih

memantapkan perkembangan kehidupan berbangsa dan bernegara dalam rangka perwujudan

Wawasan Nusantara.

Dalam pembangunan transportasi, pemerintah mempunyai peranan sebagai pembina,

sehingga berkewajiban untuk menyusun rencana dan merumuskan kebijakan, mengendalikan

dan mengawasi perwuju dan transportasi.Salah satu kewajiban dimaksud adalah menetapkan

jaringan prasarana transportasi dan jaringan pelayanan.Disamping itu juga berkewajiban

untuk melaksanakan tugas pembangunan sarana dan prasarana transportasi yang tidak

diusahakan, dengan prioritas daerah-daerah yang kurang berkembang.

Hasil pembangunan transportasi yang mampu menunjang upaya pemerataan dan

penyebaran pembangunan, pertumbuhan ekonomi serta stabilitas nasional dengan jaringan

transportasi yang semakin berkembang luas, perlu terus dimantapkan dan dikembangkan

sejalan dengan peningkatan tuntutan kualitas pelayanan akibat makin meningkatnya

Page 2: BAB II Nagekeo - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000036/swf/779/BAB II... · sejalan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW). Berdasarkan

Tatralok Kabupaten Nagekeo

2-2

kebutuhan mobilitas manusia dan barang serta tuntutan peningkatan kualitas pelayanan

dimasa yang akan datang.

Dengan semakin terbatasnya anggaran pembangunan menuntut perubahan pola pikir

kearah perencanaan dan penetapan prioritas pembangunan dan pengembangan sarana

prasarana perhubungan secara efektif, sesuai permintaan yang berdasar realitas pola aktivitas,

pola bangkitan tarikan pergerakan, sebaran pergerakan serta keunggulan komparatif

antarzona dalam suatu wilayah, yang terbentuk dalam suatu tatanan transportasi wilayah yang

sejalan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW).

Berdasarkan kondisi di atas dengan memperhatikan perkiraan perubahan pola aktivitas,

pola pergerakan serta peruntukan lahan maka perlu disusun Tataran Transportasi Lokal

(Tatralok) dan Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) sebagai masukan dalam

penyusunan Tataran Transportasi Nasional (TATRANAS) dalam kerangka Sistem

Transportasi Nasional (SISTRANAS). Sejalan dengan kebijakan yang tertuang dalam

Undang-Undang No. 22.

Tahun 1999 dan Peraturan Pemerintah No.25 Tahun 2000, yang mengakibatkan

terjadinya suatu pergeseran baik pada kewenangan maupun secara kelembagaan serta

perubahan struktur kewilayahan, sektor transportasi harus tetap memandang suatu daerah

sebagai wilayah fungsional sehingga mengharuskan dilakukannya penerapan kebijakan

transportasi secara khusus yang berada dalam suatu kerangka nasional yang utuh.

2.2 Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Indonesia

(MP3EI)

Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2015

(MP3EI) pada dasarnya dilatarbelakangi oleh kenyataan bahwa Indonesia memiliki berbagai

potensi dan keunggulan yang cukup beragam, serta memiliki tantangan pembangunan yang

luar biasa, sehingga Indonesia memerlukan suatu transformasi ekonomi berupa percepatan

dan perluasan pembangunan ekonomi menuju negara maju sehingga Indonesia dapat

meningkatkan daya saing sekaligus mewujudkan kesejahteraan untuk seluruh rakyat

Indonesia.

Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI)

merupakan langkah awal untuk mendorong Indonesia menjadi negara maju dan termasuk 10

Page 3: BAB II Nagekeo - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000036/swf/779/BAB II... · sejalan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW). Berdasarkan

Tatralok Kabupaten Nagekeo

2-3

(sepuluh) negara besar di dunia pada tahun 2025, yaitu melalui pertumbuhan ekonomi tinggi

yang inklusif, berkeadilan dan berkelanjutan.Untuk mencapai hal tersebut, diharapkan

pertumbuhan ekonomi riil rata-rata sekitar 7-9 persen per tahun secara berkelanjutan.

Tujuan awal dilakukannya MP3EI adalah dalam rangka mencapai aspirasi Indonesia

2025, yaitu menjadi negara maju dan sejahtera dengan PDB sekitar USD 4,3 Triliun dan

menjadi negara dengan PDB terbesar ke-9 di dunia. Untuk mewujudkan hal tersebut, sekitar

82%akan ditargetkan sebagai kontribusi PDB dari koridor ekonomi sebagai bagian dari

transformasi ekonomi. Untuk itu, maka pengembangan MP3EI dilakukan dengan pendekatan

breakthrough yang didasari oleh semangat “Not Business As Usual”, melalui perubahan pola

pikir bahwa keberhasilan pembangunan ekonomi tidak hanya tergantung pada pemerintah

saja melainkan merupakan kolaborasi bersama antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah,

BUMN, BUMD, dan Swasta. Pihak swasta akan diberikan peran utama dan penting dalam

pembangunan ekonomi terutama dalam peningkatan investasi dan penciptaan lapangan kerja,

sedangkan pihak pemerintah akan berfungsi sebagai regulator, fasilitator dan katalisator.

Sebagai dokumen kerja, MP3EI berisikan arahan pengembangan kegiatan ekonomi

utama yang sudah lebih spesifik, lengkap dengan kebutuhan infrastruktur dan rekomendasi

perubahan/revisi terhadap peraturan perundang-undangan yang perlu dilakukan maupun

pemberlakuan peraturan-perundangan baru yang diperlukan untuk mendorong percepatan dan

perluasan investasi.Selanjutnya MP3EI menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari Sistem

Perencanaan Pembangunan Nasional. MP3EI bukan dimaksudkan untuk mengganti dokumen

perencanaan pembangunan yang telah ada seperti Rencana Pembangunan Jangka Panjang

Nasional 2005–2025 (UU No. 17 Tahun 2007) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Nasional, namun menjadi dokumen yang terintegrasi dan komplementer yang penting serta

khusus untuk melakukan percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi. MP3EI juga

dirumuskan dengan memperhatikan Rencana Aksi Nasional Gas Rumah Kaca (RAN-GRK)

karena merupakan komitmen nasional yang berkenaan dengan perubahan iklim global.

Jika dicermati dengan baik, langkah-langkah terobosan yang tertuang di dalam strategi

dan kebijakan MP3EI dirumuskan dengan memperhatikan sejumlah prasyarat yang

diperlukan. Secara umum ada tiga strategi utama yang dicanangkan, yaitu yang

dikembangkan berdasarkan visi dan misi yang telah ditetapkan. Ketiga strategi ini meliputi:

a. Strategi peningkatan potensi wilayah,

b. Strategi memperkuat konektivitas nasional, serta

c. Strategi meningkatkan kapasitas Sumber Daya Manusia dan IPTEK.

Page 4: BAB II Nagekeo - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000036/swf/779/BAB II... · sejalan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW). Berdasarkan

Tatralok Kabupaten Nagekeo

2-4

Strategi pertama, yaitu strategi peningkatan potensi wilayah dilakukan melalui

pengembangan pusat-pusat pertumbuhan di dalam koridor ekonomi, baik yang telah ada

maupun yang baru. Pendekatan ini pada intinya merupakan integrasi dari pendekatan sektoral

dan regional. Setiap wilayah mengembangkan produk yang menjadi keunggulannya. Tujuan

pengembangan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi tersebut adalah untuk memaksimalkan

keuntungan aglomerasi, menggali potensi dan keunggulan daerah serta memperbaiki

ketimpangan spasial pembangunan ekonomi Indonesia.

Selanjutnya pengembangan pusat-pusat pertumbuhan tersebut disertai strategi yang

kedua, yaitu strategi penguatan konektivitas antarpusat pertumbuhan ekonomi dan antara

pusat pertumbuhan ekonomi dengan lokasi kegiatan ekonomi serta infrastruktur

pendukungnya. Dengan demikian, strategi pertama dan kedua pada dasarnya menciptakan

Koridor Ekonomi Indonesia, yaitu melalui pengembangan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi

dan meningkatkan konektivitas antarpusat pertumbuhan.

Tentu saja, kedua strategi di atas tidak akan mampu dikembangkan secara maksimal jika

kapasitas SDM maupun IPTEK dibiarkan apa adanya.Karenanya, untuk melengkapi kedua

strategi tersebut di atas, dikembangkan strategi yang ketiga, yaitu strategi peningkatan

kapasitas sumber daya manusia dan IPTEK.

2.3 Dukungan Sistem Transportasi untuk Mensukseskan MP3EI

Dengan pendekatan tiga strategi di atas, terlihat sekali bahwa keberhasilan pembangunan

Indonesia ingin dicapai dengan memaksimalkan dan mengoptimalkan potensi sumber daya

lokal yang dimiliki oleh Indonesia, yaitu sumber daya alam dan sumber daya manusia. Pada

strategi yang pertama, usaha pengembangan pusat-pusat pertumbuhan di dalam koridor

ekonomi tentunya akan menciptakan bangkitan dan tarikan pergerakan baru yang cukup

signifikan. Di lain pihak, akan muncul keterkaitan spasial antara pusat pertumbuhan ekonomi

yang satu dengan pusat pertumbuhan yang lainnya, di mana hal ini akan menciptakan

kebutuhan pergerakan orang maupun barang yang cukup besar. Tentunya kebutuhan

pergerakan yang muncul ini, baik pergerakan barang maupun orang harus mampu difasilitasi

dengan baik, karena kalau tidak mustahil pusat-pusat pertumbuhan yang dikembangkan

tersebut akan tumbuh dan besar. Agar kebutuhan pergerakan ini dapat difasilitasi dengan

baik, maka menjadi penting untuk memiliki sistem transportasi yang baik, baik sistem

transportasi dalam skala lokal, regional, nasional maupun internasional. Karenanya, menjadi

Page 5: BAB II Nagekeo - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000036/swf/779/BAB II... · sejalan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW). Berdasarkan

Tatralok Kabupaten Nagekeo

2-5

penting untuk dapat menciptakan sistem transportasi yang baik, karena sistem transportasi

yang baik merupakan salah satu kunci utama dari keberhasilan MP3EI ini.

Dengan memperhatikan hal-hal tersebut di atas, menjadi jelas bahwa keberhasilan

MP3EI hanya mungkin jika didukung dengan konsep perencanaan sistem transportasi yang

operasional dan andal, yaitu dalam semua skala keruangan baik dalam skala lokal

(kabupaten/kota), skala provinsi maupun skala nasional. Secara legal formal konsep

perencanaan sistem transportasi ini tertuang dalam Sistranas, Tatranas, Tatrawil dan Tatralok.

Gambar 2-1 Kerangka Hubungan MP3EI dan Sistranas

2.4 Pokok-Pokok Pikiran Strategi Memperkuat Konektivitas Nasional

Menyadari bahwa peran sistem transportasi sangat penting dalam menciptakan

keberhasilan MP3EI, di mana pada dasarnya pengembangan sistem transportasi yang baik

merupakan salah satu bagian dari strategi memperkuat konektivitas nasional, maka menjadi

penting untuk memahami lebih jauh pokok-pokok pikiran yang tertuang dalam perumusan

strategi ini.

Maksud dan tujuan Penguatan Konektivitas Nasional adalah sebagai berikut:

PENGEMBANGAN

POTENSI EKONOMI

PENGUATAN

KONEKTIVITAS

NASIONAL

PENGUATAN SDM

DAN IPTEK

“Mewujudkan

Indonesia yang Mandiri, Maju, Adil,

dan Makmur”

TATRANAS

TATRAWIL

SISTRALOK

RTRWN

RTRWP

RTRWK

SISTRANAS PENGEMB WIL

ICT

SISLOGNAS

MP3EI

Page 6: BAB II Nagekeo - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000036/swf/779/BAB II... · sejalan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW). Berdasarkan

Tatralok Kabupaten Nagekeo

2-6

1. Menghubungkan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi utama untuk memaksimalkan

pertumbuhanberdasarkan prinsip keterpaduan, bukan keseragaman, melalui intermodal

supply chains systems.

2. Memperluas pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan aksesibilitas dari pusat-pusat

pertumbuhanekonomi ke wilayah belakangnya (hinterland).

3. Menyebarkan manfaat pembangunan secara luas (pertumbuhan yang inklusif dan

berkeadilan) melalui peningkatan konektivitas dan pelayanan dasar ke daerah tertinggal,

terpencil dan perbatasan dalam rangka pemerataan pembangunan.

Konektivitas Nasional menyangkut kapasitas dan kapabilitas suatu bangsa dalam

mengelola mobilitas yangmencakup 5 (lima) unsur sebagai berikut:

1. Personel/penumpang, yang menyangkut pengelolaan lalu lintas manusia di, dari dan ke

wilayah.

2. Material/barang abiotik (physical and chemical materials) yang menyangkut mobilitas

komoditi industri dan hasil industri.

3. Material/unsur biotik/species, yang mencakup lalu lintas unsur mahluk hidup di luar

manusia seperti ternak, Bio Toxins, Veral, Serum, Verum, Seeds, Bio-Plasma, BioGen,

Bioweapon1.

4. Jasa dan Keuangan, yang menyangkut mobilitas teknologi, sumber daya manusia dan

modal pembangunan bagi wilayah.

5. Informasi, yang menyangkut mobilitas informasi untuk kepentingan pembangunan

wilayah yang saat ini sangat terkait dengan penguasaan teknologi informasi dan

komunikasi.

Peningkatan pengelolaan mobilitas terhadap lima unsur tersebut diatas akan

meningkatkan kemampuan nasional dalam mempercepat dan memperluas pembangunan dan

mewujudkan pertumbuhan yang berkualitas sesuai amanat UU No. 17 Tahun 2007 tentang

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005 – 2025.

Untuk mencapai tujuan tersebut perlu diintegrasikan beberapa komponen konektivitas

yang saling berhubungan kedalam satu perencanaan terpadu. Beberapa komponen dimaksud

merupakan pembentuk postur konektivitas secara nasional (Gambar 2-2), yang meliputi:

a) Sistem Logistik Nasional (SISLOGNAS);

b) Sistem Transportasi Nasional (SISTRANAS);

c) Pengembangan Wilayah (RPJMN dan RTRWN);

d) Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK/ICT).

Page 7: BAB II Nagekeo - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000036/swf/779/BAB II... · sejalan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW). Berdasarkan

Tatralok Kabupaten Nagekeo

2-7

Rencana dari masing-masing komponen tersebut telah selesai disusun, namun dilakukan

secara terpisah.Oleh karena itu, Penguatan Konektivitas Nasional berupaya untuk

mengintegrasikan keempat komponen tersebut.

Sumber : Dokumen MP3EI

Gambar 2-2 Kerangka Kerja Strategi Penguatan Konektivitas Nasional

Secara lebih rinci masing-masing komponen pembentuk strategi memperkuat

konektivitas nasional dirumuskan dalam beberapa langkah yang diperlukan seperti terlihat

pada Tabel 2-1 berikut:

Tabel 2-1 Fokus Penguatan Konektivitas Nasional

SISLOGNAS SISTRANAS PENGEMBANGAN

WILAYAH (RPJMN dan RTRWN)

ICT

1. Penentuan Key Commodities

2. Penguatan Jasa Logistik

3. Jaringan Infrastruktur

4. Peningkatan Kapasitas SDM

1. Keselamatan Transportasi

2. Pengusahaan Transportasi

3. Jaringan Transportasi

4. Peningkatan SDM dan Iptek

1. Peningkatan Ekonomi Lokal

2. Peningkatan Kapasitas SDM

3. Pengembangan Infrastruktur

4. Peningkatan Kapasitas

1. Migrasi Menuju Konvergensi

2. Pemerataan Akses dan Layanan

3. Pengembangan Jaringan Broadband

Locally

integrated,

Globally

Connected

Page 8: BAB II Nagekeo - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000036/swf/779/BAB II... · sejalan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW). Berdasarkan

Tatralok Kabupaten Nagekeo

2-8

SISLOGNAS SISTRANAS PENGEMBANGAN

WILAYAH (RPJMN dan RTRWN)

ICT

5. Peningkatan ICT 6. Harmonisasi

Regulasi 7. Perlu Dewan

Logistik Nasional

5. Pemeliharaan Kualitas Lingkungan Hidup

6. Penyediaan Dana Pembangunan

7. Peningkatan Administrasi Negara

Kelembagaan 5. Peningkatan Akses

Modal Kerja 6. Peningkatan Fasilitas

Sosial Dasar

4. Peningkatan Keamanan Jaringan & Sistem Informasi

5. Integrasi Infrastruktur, Aplikasi & Data Nasional

6. Peningkatan e-Literasi, Kemandirian Industri ICT Domestik dan SDM ICT Siap Pakai

7. Peningkatan Kemandirian Industri ICT Dalam Negeri

Sumber: Dokumen MP3EI

Dalam merumuskan kebijakan operasional dari strategi memperkuat konektivitas

nasional ini selalu dipegang tegus prinsip bahwa peran Pemerintah sangatlah dominan,

sehingga merupakan aktor dan motor utama dalam penciptaan konektivitas antarwilayah.

Bentuk-bentuk kebijakan yang diambil oleh Pemerintah dalam mewujudkan dan memperkuat

konektivitas nasional diwujudkan dalam bentuk:

� Merealisasikan sistem yang terintegrasi antara logistik nasional, sistem transportasi

nasional,pengembangan wilayah, dan sistem komunikasi dan informasi;

� Identifikasi simpul-simpul transportasi (transportation hubs) dan distribution centers

untukmemfasilitasikebutuhan logistik bagi komoditi utama dan penunjang;

� Penguatan konektivitas intra dan antarkoridor dan konektivitas internasional (global

connectivity);

� Peningkatan jaringan komunikasi dan teknologi informasi untuk memfasilitasi seluruh

aktifitas ekonomi,aktivitas pemerintahan, dan sektor pendidikan nasional.

Hasil dari pengintegrasian keempat komponen konektivitas nasional tersebut kemudian

dirumuskan visi konektivitas nasional yaitu ‘Terintegrasi Secara Lokal, Terhubung Secara

Global (LocallyIntegrated, Globally Connected)’. Yang dimaksud LocallyIntegrated adalah

Page 9: BAB II Nagekeo - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000036/swf/779/BAB II... · sejalan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW). Berdasarkan

Tatralok Kabupaten Nagekeo

2-9

pengintegrasian sistem konektivitas untuk mendukung perpindahan komoditas, yaitu barang,

jasa, dan informasi secara efektif dan efisien dalam wilayah NKRI. Oleh karena itu,

diperlukan integrasi simpul dan jaringan transportasi, pelayanan intermoda tansportasi,

komunikasi dan informasi serta logistik.

Simpul-simpul transportasi (pelabuhan, terminal, stasiun, depo, pusat distribusi dan

kawasan pergudangan serta bandara) perlu diintegrasikan dengan jaringan transportasi dan

pelayanan sarana intermoda transportasi yang terhubung secara efisien dan efektif.Jaringan

komunikasi dan informasi juga perlu diintegrasikan untuk mendukung kelancaran arus

informasi terutama untuk kegiatan perdagangan, keuangan dan kegiatan perekonomian

lainnya berbasis elektronik.

Selain itu, sistem tata kelola arus barang, arus informasi dan arus keuangan harus dapat

dilakukan secara efektif dan efisien, tepat waktu, serta dapat dipantau melalui jaringan

informasi dan komunikasi (virtual) mulai dari proses pengadaan, penyimpanan/ pergudangan,

transportasi, distribusi, dan penghantaran barang sesuaidengan jenis, kualitas, jumlah, waktu

dan tempat yang dikehendaki produsen dan konsumen, mulai dari titik asal (origin) sampai

dengan titik tujuan (destination).

Visi ini mencerminkan bahwa penguatan konektivitas nasional dapat menyatukan

seluruh wilayah Indonesia dan mendorong pertumbuhan ekonomi secara inklusif dan

berkeadilan serta dapat mendorong pemerataan antardaerah.Sedangkan yang dimaksud

globally connected adalah sistem konektivitas nasional yang efektif dan efisien yang

terhubung dan memiliki peran kompetitif dengan sistem konektivitas global melalui jaringan

pintu internasional pada pelabuhan dan bandara (international gateway/exchange) termasuk

fasilitas custom dan trade/industry facilitation.Efektivitas dan efisiensi sistem konektivitas

nasional dan keterhubungannya dengan konektivitas global akan menjadi tujuan utama untuk

mencapai visi tersebut.Untuk mewujudkan visi tersebut diperlukan penguatan konektivitas

secara terintegrasi antara pusat pertumbuhan dalam koridor ekonomi dan juga antarkoridor

ekonomi, serta keterhubungan secara internasional terutama untuk memperlancar

perdagangan internasional maupun sebagai pintu masuk bagi para wisatawan mancanegara.

Page 10: BAB II Nagekeo - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000036/swf/779/BAB II... · sejalan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW). Berdasarkan

Tatralok Kabupaten Nagekeo

2-10

Sumber: Dokumen MP3EI

Gambar 2-3 Konsepsi Strategi Penguatan Konektivitas Nasional

Dalam pelaksanaannya, perlu diperhatikan beberapa prinsip utama sebagai berikut:

1) Meningkatkan kelancaran arus barang, jasa dan informasi,

2) Menurunkan biaya logistik,

3) Mengurangi ekonomi biaya tinggi,

4) Mewujudkan akses yang merata di seluruh wilayah, dan

5) Mewujudkan sinergi antarpusat pertumbuhan ekonomi.

Pada tataran regional dan global terdapat perkembangan kerjasama lintas batas yang

perlu diperhatikan terutama adalah komitmen kerjasama pembangunan di tingkat ASEAN

dan APEC. Indonesia perlu mempersiapkan diri mencapai target integrasi bidang logistik

ASEAN pada tahun 2013 dan integrasi pasar tunggal ASEAN tahun 2015, sedangkan dalam

konteks global WTO perlu mempersiapkan diri menghadapi integrasi pasar bebas global

tahun 2020. Mencermati ketertinggalan Indonesia saat ini, perkuatan konektivitas nasional

akanmemastikan terintegrasinya Sistem Logistik Nasional secara domestik,terhubungnya

dengan pusat-pusat perekonomian regional, ASEAN dan dunia (global) dalam rangka

meningkatkan daya saing nasional. Hal ini sangat penting dilakukan untuk memaksimalkan

keuntungan dari keterhubungan regional dan global (regionally and globally connected).

Page 11: BAB II Nagekeo - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000036/swf/779/BAB II... · sejalan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW). Berdasarkan

Tatralok Kabupaten Nagekeo

2-11

Tabel 2-2 Langkah dan Kebijakan Operasional Strategi Penguatan Konektivitas Nasional KONEKTIVITAS INTRAKORIDOR EKONOMI

• Meningkatkan dan membangun jalan/pelayaran lintas di dalam koridor

• Meningkatkan dan membangun sarana dan prasarana perkeretaapian penumpang dan barang

• Meningkatkan jalan akses lokal antarpusat pertumbuhan dengan fasilitas pendukung (pelabuhan, energi) dan dengan wilayah belakangnya, termasuk wilayah-wilayah nonkoridor ekonomi

• Merevitalisasi angkutan penyeberangan, pelabuhan lokal serta optimalisasi pelayaran perintis dan mekanisme PSO

• Meningkatkan pelayanan angkutan udara dan penerbangan perintis

• Pembangunan jaringan ekstension backbone hingga ke pusat pertumbuhan dan pusat kegiatan utama

• Pemerataan akses infrastruktur hingga ke pusat pertumbuhan dan pusat kegiatan utama beserta penguatan jaringan backhaul

• Pengembangan jaringan broadband terutama fixed broadband • Pengalokasian spektrum frekuensi radio yang memadai • Implementasi infrastruktur sharing termasuk untuk

infrastruktur pasif (menara, pipa, tiang, right of way) dengan operator nontelekomunikasi

• Penggunaan green technology equipment untuk mendukung penyediaan listrik di wilayah nonkomersial

• Pembangunan Nasional/Nusantara Internet Exchange di pusat-pusat pertumbuhan

KONEKTIVITAS ANTARKORIDOR EKONOMI

• Memperlancar arus pengiriman barang dan jasa secara efisien dan efektif antarkoridor ekonomi untuk daya saing regional dan global

• Menurunkan biaya logistik dan ekonomi biaya tinggi pengiriman barang dan jasa antarkoridor ekonomi

• Penetapan dan peningkatan kapasitas beberapa pelabuhan dan bandara utama sebagai pusat koleksi dan distribusi dengan menerapkan manajemen logistik yang terintegrasi (integrated logistic port management)

• Pengembangan interkoneksi antara pelabuhan utama (pusat koleksi dan distribusi) dengan pelabuhan lokal dan pelabuhan ‘hub’ internasional

• Pengintegrasian multimoda backbone (serat optik, satelit, microwave)

• Penguatan infrastruktur backbone serat optik: pembangunan di Koridor Ekonomi Kalimantan, Koridor Ekonomi Sulawesi dan

Page 12: BAB II Nagekeo - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000036/swf/779/BAB II... · sejalan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW). Berdasarkan

Tatralok Kabupaten Nagekeo

2-12

Koridor Ekonomi Papua – Kepulauan Maluku, dan pengintegrasian dengan pelayanan di koridor ekonomi wilayah barat

• Penerapan Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk memfasilitasi perdagangan dan pengembangan sistem inaportnet pada pelabuhan regional

KONEKTIVITAS INTERNASIONAL

• Menyiapkan dan menetapkan pelabuhan dan bandara sebagai ‘hub’ internasional di Kawasan Barat dan Timur Indonesia

• Optimalisasi pengoperasian sistem National Single Window (NSW) di pelabuhan dan bandara yang berfungsi sebagai ‘hub’ internasional melalui peningkatan pelayanan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam rangka penerapan Customs Advance Trade System (CATS) dan NSW serta terkoneksinya sistem jaringan logistik nasional (national supply chain) dengan sistem jaringan logistik global (global supply chain) pada pelabuhan dan bandara internasional

• Peningkatan efisiensi dan produktivitas operasional pelabuhan dan bandara internasional dengan menerapkan sistem manajemen logistik yang terintegrasi

• Membuka link/international gateway baru ke luar negeri sebagai alternatif link yang ada

• Pembangunan international exchange di pusat-pusat pertumbuhan

• Mempersiapkan diri dalam peningkatan pelayanan sarana dan prasarana konektivitas regional dan global.

Sumber: Dokumen MP3EI

Salah satu dari upaya tersebut, perkuatan konektivitas nasional perlu diintegrasikan

dengan perkembangan kerjasama pembangunan ditingkat ASEAN yang memiliki tujuan:

� Memfasilitasi terbentuknya aglomerasi ekonomi dan integrasi jaringan produksi;

� Penguatan perdagangan regional antarnegara ASEAN;

� Penguatan daya tarik investasi dan pengurangan kesenjangan pembangunan antaranggota

ASEAN dan antaranggota ASEAN dengan negara-negara di dunia.

Upaya di atas dilakukan melalui penguatan jaringan infrastruktur, komunikasi, dan

pergerakan komoditas (barang, jasa, dan informasi) secara efektif dan efisien.Hal ini

merupakan bagian dari konektivitas internasional.

Page 13: BAB II Nagekeo - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000036/swf/779/BAB II... · sejalan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW). Berdasarkan

Tatralok Kabupaten Nagekeo

2-13

2.5 Studi Sistranas Pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok)

Kegiatan studi sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) pada dasarnya

adalah kegiatan penyusunan dan perumusan agenda pengembangan sistem transportasi untuk

wilayah kabupaten/ kota yang dikaji, yang pada hakekatnya merupakan suatu proses

perencanaan transportasi. Dikatakan sebagai suatu proses perencanaan transportasi, karena

output yang ingin dihasilkan adalah suatu agenda kegiatan maupun tahapan kegiatan di masa

depan (time horizon, perioda perencanaan) di sektor transportasi untuk mengantisipasi dan

memfasilitasi potensi pergerakan orang dan barang. Dalam konteks ini, maka kaidah-kaidah

perencanaan akan diterapkan secara cermat dan ketat. Untuk itu, maka beberapa hal dasar

perlu didefinisikan terlebih dahulu, yaitu a) “time horizon” yang akan diacu dan b) tujuan dan

sasaran (“objectives and goals”) yang ingin dicapai.

2.5.1 Pendekatan Teoretis

Dalam kaidah-kaidah dasar yang sering digunakan dalam ranah keilmuan perencanaan,

dikenal tahapan ataupun proses yang umum/generik yang biasa digunakan dalam menyusun

suatu rencana. Salah satu tahapan ataupun proses yang sering digunakan dalam suatu

perencanaan adalah seperti yang terlihat pada Gambar 2-4 di mana secara konsepsual

digambarkan logical structure dari proses perencanaan tersebut.

Suatu proses perencanaan biasanya dimulai dengan menetapkan terlebih dahulu tujuan

(objectives) yang hendak dicapai, berikut dengan ukuran (indicators) dari pencapaian tujuan

tersebut. Biasanya tujuan yang ingin dicapai dapat diturunkan dari visi yang telah ditetapkan

sebelumnya. Katakanlah berdasarkan visi suatu wilayah dapat ditetapkan tujuan

penyelenggaraan sistem transportasinya berikut dengan indikator pencapaiannya, misalnya

tujuan dari penyelenggaraan sistem transportasi adalah efisiensi pergerakan barang dan

orang, maka selanjutnya kinerja ukuran (performance indicator) yang akan mengungkapkan

tujuan tersebut, misalnya: biaya transportasi yang terjangkau, tingkat aksesibilitas yang

tinggi, dan kecepatan tempuh rata-rata tinggi. Dengan didasarkan pada tujuan tersebut

selanjutnya dilakukan analisis dan prediksi performance indicator jika pada wilayah yang

ditinjau tidak dilakukan apa-apa, atau “do minimum case”. Selanjutnya hasil prediksi

performance indicator ini dibandingkan dengan tujuan yang ingin dicapai, yang pada

dasarnya dapat digunakan untuk mengidentifikasi masalah (assess problems) yang ada saat

Page 14: BAB II Nagekeo - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000036/swf/779/BAB II... · sejalan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW). Berdasarkan

Tatralok Kabupaten Nagekeo

2-14

ini dan di masa datang sesuai dengan kemungkinan skenario yang mungkin terjadi

(scenarios), misalnya skenario pertumbuhan ekonomi, skenario tata ruang, dlsb.

Gambar 2-4 Logical Structure dari Proses Perencanaan Transportasi

Identifikasi masalah bisa dilakukan dengan membandingkan performance indicator hasil

prediksi pada kondisi “do minimum case” dengan tujuan yang ingin dicapai, baik pada

kondisi saat ini mapun kondisi di masa yang akan datang dalam rentang perioda perencanaan.

Kesenjangan (gap) yang terjadi antara apa yang ingin dicapai dengan apa yang diperoleh

hasil prediksi merupakan dasar dalam mengidentifikasikan masalah. Dikatakan masalahnya

signifikan jika kesenjangan (gap atau defisiensi) yang terjadi makin besar. Dalam hal ini

dilakukan pula analisis permasalahan, yaitu untuk memahami kenapa kesenjangan ini terjadi.

Dengan telah teridentifikasinya masalah tersebut dan juga memahami akar

permasalahannya, maka tahapan selanjutnya adalah berusaha mengidentifikasi instrumen apa

saja yang mungkin digunakan untuk mengantisipasi permasalahan yang akan timbul ataupun

untuk memperoleh tujuan yang ingin dicapai. Sejalan dengan itu, diidentifikasikan pula

kendala ataupun hambatan (barrier) apa saja yang akan dihadapi, baik saat ini maupun di

Objectives/Indicator

Assess Problems Scenarios

Possible Instruments

Predict Impacts

Barriers

Possible Strategies

Optimisation

Appraisal Compare Solutions

Implement

Evaluate

Monitor

Page 15: BAB II Nagekeo - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000036/swf/779/BAB II... · sejalan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW). Berdasarkan

Tatralok Kabupaten Nagekeo

2-15

masa depan. Dalam hal ini instrumen-instrumen yang dapat diidentifikasikan sangat

tergantung pada sistem kewilayahan ataupun sistem transportasi yang dikaji. Instrumen

perencanaan transportasi yang sering ditemui untuk sistem transportasi wilayah biasanya

dapat berupa instrumen regulasi, instrumen investasi infrastruktur (penambahan kapasitas

prasarana) ataupun sarana (penambahan kapasitas ataupun performance sarana) ataupun

instrumen yang bersifat kebijakan operasi. Kendala ataupun hambatan (barrier), di lain

pihak, biasanya diidentifikasi berdasarkan keterbatasan-keterbatasan yang ada, misalnya

masalah kapasitas dan kompetensi SDM, keterbatasan aspek finansial ataupun hambatan

sosial budaya masyarakat. Setiap jenis masalah yang teridentifikasi dan alternatif instrumen

untuk menyelesaikannya, masing-masing memiliki sejumlah hambatan (barriers) dalam

implementasinya, baik yang sifatnya teknis, ekonomi/finansial, kelembagaan, maupun

hambatan yang terkait dengan perilaku.

Selanjutnya dengan memperhatikan kendala ataupun hambatan yang mungkin dihadapi,

maka dapat diidentifikasikan instrumen mana saja yang mungkin digunakan (possible

instruments). Dan, berdasarkan instrumen-instrumen inilah dapat dirumuskan beberapa

alternatif kebijakan ataupun alternatif strategi yang paling mungkin untuk mencapai tujuan.

Selanjutnya beberapa alternatif kebijakan ataupun alternatif strategi ini dikaji lebih lanjut

untuk memilih strategi atau kebijakan transportasi yang mana yang paling baik, yaitu yang

paling mampu untuk menghasilkan tujuan yang ingin dicapai. Untuk itu, maka dilakukan

prediksi dampak (predict impacts) dari masing-masing alternatif kebijakan ataupun alternatif

strategi. Dalam hal ini dampak yang diprediksi biasanya dalam bentuk sekumpulan

performance indicator, baik performance indicator yang sama dengan ukuran kinerja tujuan

ataupun performance indicator lainnya. Selanjutnya dengan didasarkan hasil prediksi

performance indicator inilah maka dilakukan evaluasi, yaitu dengan membandingkan hasil

prediksi performance indicator dari masing-masing alternatif kebijakan atau alternatif

strategi. Alternatif strategi yang dipilih adalah yang akan menghasilkan performance

indicator yang terbaik.

Untuk mendapatkan gambaran kinerja dari strategi dan kebijakan/instrumen perencanaan

yang diusulkan perlu diaplikasi model transportasi untuk memprediksi dampak yang

dihasilkan (predict impacts) dari setiap alternatif terhadap kinerja jaringan transportasi

(misal: kecepatan), ekonomi (misal: biaya transportasi), lingkungan (misal: tingkat emisi),

dlsb.

Page 16: BAB II Nagekeo - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000036/swf/779/BAB II... · sejalan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW). Berdasarkan

Tatralok Kabupaten Nagekeo

2-16

Informasi mengenai dampak alternatif strategi dan instrumen kebijakan tersebut dapat

digunakan untuk melakukan optimasi (optimisation) dengan merubah kombinasi atau tahapan,

serta dijadikan sebagai dasar dalam melakukan evaluasi kinerja secara komprehensif

(appraisal) dari setiap alternatif untuk memenuhi sejumlah indikator sebagai representasi dari

tujuan yang ditetapkan. Dalam proses evaluasi ini maka dapat diperbandingkan kinerja dari

sejumlah alternatif solusi (compare solutions) sedemikian sehingga dapat diperoleh

preferensi prioritas dan tahapan implementasi dari strategi, kebijakan/instrumen, dan program

yang diusulkan. Dari proses ini akan diperoleh suatu rencana induk/masterplan

pengembangan sistem transportasi yang diharapkan terwujud untuk jangka waktu

perencanaan yang ditetapkan.

Tahapan logis selanjutnya adalah melaksanakan (implement) hasil perencanaan tersebut,

mengevaluasikinerjanya (evaluate performance) dan memonitor (monitor)perkembangannya

secara berkala, untuk memastikan bahwa rencana yang disusun berjalan sesuai desain dan

menghasilkan kinerja dan manfaat sesuai yang diharapkan.

2.5.1 Pendekatan Perencanaan

Sesuai KAK, kegiatan ini diharapkan dapat menghasilkan Tataran Transportasi Lokal

untuk Kota Kupang yang pada hakekatnya merupakan acuan penyelenggaraa sistem

transportasiyang memuat rencana pengembangan sistem transportasi di masing-masing

kabupaten/kota pada masa 10-15 tahun yang akan datang, yaitu selama perioda MP3EI.

Rencana pengembangan transportasi tersebut berisi strategi, kebijakan, dan program yang

merupakan rangkaian usaha untuk mewujudkan kondisi yang diharapkan, yakni untuk

mendukung visi masing-masing kabupaten/kota.

Konteks perencanaan yang disusun dalam kegiatan ini pada dasarnya adalah menyusun

serangkaian usaha/rencana pengembangan (strategi, kebijakan, program) sebagai usaha untuk

membawa kondisi sistem transportasi saat ini (existing condition) menuju kondisi yang

diharapkan (desired condition) dalam kerangka waktu yang ditetapkan.Kondisi yang

diharapkan merupakan cerminan dari tujuan dari penyelenggaraan sistem transportasi di

masing-masing kabupaten/kota yang diturunkan dari visi dan misi, ketetapan daerah yang

dituangkan dalam RTRW, RPJP/RPJM, termasuk kegiatan-kegiatan ataupun program yang

tercantum dalam dokumen MP3EI, idealisasi sesuai teori dan perundangan, serta elaborasi

dari keinginan publik/stakeholders.

Page 17: BAB II Nagekeo - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000036/swf/779/BAB II... · sejalan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW). Berdasarkan

Tatralok Kabupaten Nagekeo

2-17

Dalam merumuskan alternatif rencana pengembangan sistem transportasi yang disusun,

tentu saja harus didasarkan possible instruments yang telah diidentifikasikan sebelumnya dan

juga harus mempertimbangkan serangkaian hambatan (barriers) baik yang berupa hambatan

teknis, kelembagaan, finansial, maupun sosial, sehingga pilihan rencana yang diambil cukup

realistis, membumi, dan implementable.

Gambar 2-5 Konteks Perencanaan Transportasi

Pada Gambar 2-5 disampaikan konteks perencanaan yang dilakukan dalam kegiatan

“Studi Sistranas Pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi NTT

Dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi Di Koridor Ekonomi Bali

– Nusa Tenggara” ini. Konteks inilah yang dijadikan sebagai dasar dalam menyusun

metodologi kerja dan proses pelaksanaan kegiatan yang akan dilakukan.

Selanjutnya dari dokumen KAK yang diberikan (latar belakang, maksud dan tujuan,

keluaran, dan ruang lingkup) secara implisit dinyatakan dalam tujuan studi beberapa hal yang

ingin ataupun diharapkan untuk dihasilkan yang selanjutnya dapat diungkapkan sebagai

bagian dari Tataran Transportasi Lokal di masa yang akan datang, yaitu untuk Kota Kupang.

Beberapa hal yang ingin dihasilkan dalam kegiatan studi ini antara lain sebagai berikut:

Page 18: BAB II Nagekeo - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000036/swf/779/BAB II... · sejalan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW). Berdasarkan

Tatralok Kabupaten Nagekeo

2-18

1. Arah dan kebijakan peranan transportasi Kota Kupangdalam kerangka sistem

transportasi terpadu, terutama dalam mengantisipasi program-program yang telah

dicanangkan dalam MP3EI.

2. Rencana lokasi ruang kegiatan yang harus dihubungkan oleh ruang lalulintas agar terjadi

konektivitas, baik konektivitas yang bersifat internal dalam wilayah yang dikaji

konektivitas dalam skala koridor Bali-Nusa Tenggara, ataupun konektivitas dalam skala

Nasional.

3. Perkiraan pergerakan dan distribusi perjalanan menurut asal tujuannya pada masa 10-15

tahun y.a.d., baik sebagai hasil dari semua kegiatan ekonomi yang timbul di wilayah

yang ditinjau, baik di daerah pusat-pusat pengembangan ekonomi seperti yang

dicanangkan dalam MP3EI ataupun sebagai hasil dari RTRW Provinsi NTT yang telah

dicanangkan sebelumnya.

4. Kebutuhan pengembangan jaringan transportasi Kota Kupangyang ditinjau berdasarkan

perkiraan beban yang harus dilayani, keterpaduan antarmoda, dan integrasi dengan

rencana tata ruang dan sektor pembangunan lainnya,

5. Identifikasi isu/permasalahan penyelenggaraan sistem transportasi Kota Kupangdan

faktor-faktor yang mempengaruhinya,

6. Alternatif pengembangan sistem transportasi (kebijakan, strategi, program strategis, dan

kegiatan) dari Kota Kupang(Tataran Transportasi Lokal) pada masa 10-20 tahun yang

akan datang.

2.6 MP3EI di Wilayah Nusa Tenggara Timur

Mengingat bahwa wilayah kajian termasuk Kota Kupang secara langsung dan tidak

langsung dipengaruhi oleh program MP3EI yang dicanangkan oleh Pemerintah Pusat sejak

tahun 2011, maka menjadi penting untuk memahami dan meninjau konteks program MP3EI

ini, terutama untuk koridor Ekonomi Bali – Nusa Tenggara.

Koridor Ekonomi Bali – Nusa Tenggara mempunyai tema menjadi Pintu Gerbang

Pariwisata dan Pendukung Pangan Nasional. Tema ini diharapkan dapat meningkatkan

kesejahteraan masyarakat di koridor ini yang mana 17 persen penduduknya berada di bawah

garis kemiskinan serta memiliki ketimpangan pendapatan yang cukup tinggi yaitu sebesar

IDR 17,7 juta per kapita (antara kabupaten/kota terkaya dan termiskin di dalam koridor ini).

Namun demikian, koridor ini memiliki kondisi sosial yang cukup baik, sebagaimana terlihat

Page 19: BAB II Nagekeo - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000036/swf/779/BAB II... · sejalan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW). Berdasarkan

Tatralok Kabupaten Nagekeo

2-19

dari tingginya tingkat harapan hidup sebesar 63 tahun, tingkat melek huruf sebesar 80 persen

serta tingkat PDRB per kapita sebesar IDR 14,9 juta yang lebih tinggi dibandingkan PDB per

kapita nasional sebesar IDR 13,7 juta.

Gambar 2-6 Koridor Ekonomi Bali – Nusa Tenggara dalam Program MP3EI

Beberapa permasalahan yang dihadapi oleh koridor ini, antara lain populasi penduduk

yang tidak merata, tingkat investasi yang rendah serta ketersediaan infrastruktur dasar yang

masih sangat terbatas. Oleh karena itu diperlukan percepatan dan perluasan pembangunan

ekonomi yang akan difokuskan pada 3 (tiga) kegiatan ekonomi utama, yaitu: pariwisata,

perikanan dan peternakan.

2.6.2 Pariwisata

Pembangunan kepariwisataan di Koridor Ekonomi Bali – Nusa Tenggara difokuskan

pada 9 Destinasi Pariwisata Nasional.Sistem industri jasa memiliki peranan strategis untuk

meningkatkan penyerapan tenaga kerja, mendorong pemerataan kesempatan kerja dan

pemerataan pembangunan nasional. Selain itu, juga memberikan kontribusi dalam perolehan

devisa negara serta berperan dalam mengentaskan kemiskinan. Peningkatan jumlah

kunjungan wisman pada tahun 2010 berdampak pada nilai kontribusi pariwisata yaitu sebesar

USD 7,6 miliar dengan kenaikan dari tahun 2008 sebesar USD 7,3 miliar. Rencana Induk

Page 20: BAB II Nagekeo - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000036/swf/779/BAB II... · sejalan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW). Berdasarkan

Tatralok Kabupaten Nagekeo

2-20

Pembangunan Pariwisata Nasional (Ripparnas) 2011–2025 menegaskan bahwa pembangunan

kepariwisataan nasional sampai dengan 2025, menargetkan kunjungan wisman mencapai 20

juta orang per tahun (skenario positif).

Dari perspektif nasional, Bali merupakan pintu gerbang kegiatan ekonomi utama

pariwisata di Indonesia.Pertumbuhan kunjungan wisatawan tahun 2010, hampir 40 persen

melalui Bali.Bandara Ngurah Rai sebagai pintu masuk utama menerima lebih dari 2 juta

pendatang setiap tahunnya.Selain itu, 15 persen kapasitas hotel di Indonesia serta 21 persen

dari pendapatan perhotelan nasional berada di Koridor Ekonomi Bali – Nusa Tenggara.

Ke depannya, pariwisata masih menjadi kegiatan ekonomi utama yang akan

dikembangkan di Koridor Ekonomi Bali – Nusa Tenggara karena masih banyaknya potensi

pariwisata yang belum dioptimalkan saat ini. Pariwisata di koridor ini memiliki prospek

sangat baik dengan Bali sebagai pusat pengembangan pariwisata yang didukung dengan

potensi dan sumber daya alam serta budaya NTB dan NTT.

Beberapa strategi umum untuk dapat meningkatkan jumlah kunjungan dan lama tinggal

wisatawan selama berkunjung ke Bali – Nusa Tenggara, antara lain:

a) Meningkatkan keamanan di dalam Koridor Bali – Nusa Tenggara, antara lain melalui

penerapan sistem keamanan yang ketat;

b) Melakukan pemasaran dan promosi yang lebih fokus dengan target pasar yang lebih

jelas. Strategi pemasaran untuk setiap negara asal wisatawan perlu disesuaikan

dengan menerapkan tema ”Wonderful Indonesia, Wonderful Nature, Wonderful

Culture, Wonderful People, Wonderful Culliner,dan Wonderful Price”. Kegiatan

pemasaran dan promosi ini diharapkan dapat membuat Bali menjadi etalase pariwisata

dan meningkatkan citra Bali sebagai tujuan utama pariwisata dunia;

c) Memberdayakan Bali Tourism Board untuk mengkoordinasikan usaha pemasaran dan

promosi Bali;

d) Meningkatkan pengembangan destinasi pariwisata di wilayah Bali Utara dalam

rangka meningkatkan kualitas daya dukung lingkungan dan lama tinggal wisatawan;

e) Meningkatkan destinasi pariwisata di luar Bali (Bali and Beyond) dengan menjadikan

Bali sebagai pintu gerbang utama pariwisata Indonesia seperti wisata pantai (Bali,

Lombok, NTT), wisata budaya (Bali), wisata pegunungan (Jatim, Bali, Lombok), dan

wisata satwa langka (Pulau Komodo). Kunci sukses dari strategi ini adalah dengan

Page 21: BAB II Nagekeo - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000036/swf/779/BAB II... · sejalan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW). Berdasarkan

Tatralok Kabupaten Nagekeo

2-21

pengadaan akses seperti peningkatan rute penerbangan ke daerah-daerah pariwisata di

sekitar Bali, yang disertai pemasaran yang kuat dan terarah;

f) Meningkatkan kualitas dan kenyamanan tinggal para wisatawan dengan

meningkatkan sarana dan prasarana seperti ketersediaan air bersih, listrik dan

transportasi serta komunikasi;

g) Meningkatkan pemberdayaan masyarakat lokal terutama SDM pariwisata di NTB dan

NTT, serta mengembangkan gerakan sadar wisata khususnya di wilayah Nusa

Tenggara.

Selain meningkatkan jumlah wisatawan yang berkunjung ke Koridor Ekonomi Bali –

Nusa Tenggara, faktor lain untuk meningkatkan pendapatan kegiatan ekonomi utama ini

adalah meningkatkan jumlah pembelanjaan wisatawan. Perubahan pola ekonomi dunia juga

mempunyai dampak pada pariwisata daerah.Oleh karena itu, pemerintah dan industri

pariwisata harus secara proaktif mengidentifikasi dan mengeksplorasi pasar-pasar baru yang

bisa mendorong laju pertumbuhan pariwisata di masa mendatang.

Gambar 2-7 Penciptaan Jaringan Klaster Pariwisata dengan Penambahan Rute Penerbangan

Selain hal di atas, pemenuhan kebutuhan infrastruktur dalam rangka peningkatan

konektivitas untuk mendukung pengembangan kegiatan ekonomi utama pariwisata, dilakukan

melalui:

Page 22: BAB II Nagekeo - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000036/swf/779/BAB II... · sejalan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW). Berdasarkan

Tatralok Kabupaten Nagekeo

2-22

a) Peningkatan kapasitas dan pelayanan bandar udara, seperti pengembangan bandar udara

di Lombok yang dapat diberdayakan sebagai “matahari kembar” selain Bandara Ngurah

Rai (untuk membagi beban lalu lintas penumpang yang ada di koridor ekonomi ini,

karena jumlah pengunjung yang akan masuk ke koridor ini diproyeksikan akan melebihi

kapasitas Bandar Udara Ngurah Rai pada tahun 2020);

b) Peningkatan kapasitas dan pembangunan infrastruktur jalan, seperti rencana

pembangunan Jalan Tol Nusa Dua – Benoa;

c) Peningkatan akses jalan perlu ditingkatkan untuk menghubungkan daerah-daerah

pariwisata di luar Bali bagian selatan dan di dalam wilayah NTB dan NTT;

d) Pembangunan Kereta Api Wisata Lingkar Bali (dalam rencana jangka panjang);

e) Peningkatan pelabuhan dan marina yang telah ada agar memenuhi standar (seperti kapal

cruise dan kapal layar yacht );

f) Pembangunan pembangkit listrik baru yang dapat meningkatkan ketersediaan listrik

bagi Bali dan Nusa Tenggara.

2.6.1 Perikanan

Bagi Koridor Ekonomi Bali – Nusa Tenggara, kegiatan ekonomi utama perikanan saat

ini menyumbang 13,2 persen PDRB dari sektor agrikultur pangan. Menurut data dari Pusat

Lingkungan Hidup Institut Pertanian Bogor (IPB), saat ini kegiatan ekonomi utama perikanan

hanya menggunakan kurang dari 25 persen potensi kelautan di Indonesia.Peningkatan

produktivitas hasil kelautan dapat dikembangkan bukan hanya melalui penangkapan, tetapi

juga melalui pengembangan budidaya.Potensi yang besar tersebut terutama terdapat di daerah

NTB.Kegiatan ekonomi utama perikanan perlu dikembangkan karena kegiatan tersebut

berpotensi menjadi mesin penggerak perekonomian Koridor Ekonomi Bali – Nusa Tenggara

melalui eksternalitas yang besar yang dimiliki dalam penyediaan lapangan kerja.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan kegiatan perikanan dibagi menjadi

tiga aspek utama yaitu penangkapan/budidaya, pengolahan dan distribusi hasil pengolahan

perikanan. Terdapat beberapa tantangan yang berkaitan dengan tiga aspek pengembangan

kegiatan perikanan di atas, antara lain:

a. Tidak terpetakannya potensi perikanan kelautan secara akurat serta lemahnya kontrol

implementasi rencana tata ruang yang menyebabkan penggunaan lahan yang tidak

sesuai dengan peruntukkannya;

Page 23: BAB II Nagekeo - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000036/swf/779/BAB II... · sejalan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW). Berdasarkan

Tatralok Kabupaten Nagekeo

2-23

b. Terbatasnya suplai perikanan laut sehingga membutuhkan efisiensi produksi melalui

pengembangan bibit unggul perikanan;

c. Sebagian besar armada dan peralatan penangkapan ikan masih sangat sederhana;

d. Rendahnya minat investor untuk pengembangan perikanan, terutama dalam kegiatan

pengolahan produk perikanan dan kelautan;

e. Rendahnya nilai tambah ekonomis produk olahan perikanan kelautan;

f. Rendahnya kualitas SDM perikanan dan kelautan, baik dalam produksi penangkapan

dan budidaya perikanan serta dalam pengolahannya;

g. Terbatasnya permodalan untuk masyarakat setempat sehubungan dengan

pengembangan kegiatan perikanan berbasis masyarakat;

h. Terbatasnya jalur distribusi dan pemasaran produk perikanan dan olahannya;

i. Belum terpenuhinya kebutuhan infrastruktur, sarana dan prasarana pendukung (antara

lain jalan, air bersih dan listrik) terutama untuk melayani industri pengolahan produk

perikanan kelautan. Hal ini menyebabkan tingginya biaya produksi perikanan dan

produk olahannya;

j. Minimnya akses yang menghubungkan antara lokasi-lokasi penghasil produk perikanan

kelautan dengan lokasi industri pengolahannya serta dengan pasar regional dan fasilitas

ekspor.

Untuk mengatasi tantangan tersebut, strategi umum dan langkah aksi yang akan

dikembangkan di Koridor Ekonomi Bali – Nusa Tenggara adalah:

a. Meningkatan produksi hasil perikanan, yang meliputi penangkapan tuna,budidaya udang,

dan budidaya rumput laut. Koridor Ekonomi Bali – Nusa Tenggara memiliki potensi

perikanan yang sangat besar, oleh karena itu untuk meningkatkan produksi perikanan

perlu dilakukan beberapa hal yang meliputi:

1) Pemetaan potensi sumber daya perikanan dan kelautan;

2) Pengawasan penerapan RTRW;

3) Pembentukan pusat benih;

4) Revitalisasi tambak yang sudah ada;

5) Pendirian pusat pelatihan nelayan dan pengadaan program sertifikasi;

6) Pengembangan bibit unggul dan teknologi penangkapan ikan.

b. Meningkatkan produksi produk olahan bernilai tambah tinggi hasil perikanan, yang

meliputi pembekuan udang, pengalengan ikan, pengolahan tepung ikan, dan pengolahan

Page 24: BAB II Nagekeo - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000036/swf/779/BAB II... · sejalan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW). Berdasarkan

Tatralok Kabupaten Nagekeo

2-24

keraginan (tepung rumput laut). Nilai tambah produk olahan perikanan pada saat ini

masih sangat kecil. Peningkatan nilai tambah ekonomis produk olahan perikanan dapat

dilakukan dengan:

1. Pengembangan klaster industri perikanan yang melingkupi industri produksi bahan

baku;

2. Penjalinan kerjasama dengan negara yang mengkonsumsi hasil perikanan dan

kelautan (Jepang dan Thailand) untuk pemasaran hasil budidaya;

3. Pemberian pendampingan pada UKM perikanan untuk meningkatkan pengetahuan

pengolahan yang memiliki nilai tambah tinggi serta pemberian skema micro credit

PNPM Mandiri melalui koperasi nelayan.

c. Meningkatkan produksi garam dengan mengoptimalkan lahan yang memiliki potensi

untuk pengembangan kegiatan usaha garam. Pengembangan industri garam merupakan

kegiatan prioritas saat ini karena Indonesia masih belum dapat memenuhi kebutuhan

domestik dan masih mengandalkan impor garam. Sebagai upaya untuk meningkatkan

produksi garam dalam negeri, sentra garam akan dikembangkan di Provinsi Nusa

Tenggara Timur.

Selain hal di atas, pemenuhan kebutuhan infrastruktur dalam rangka peningkatan konektivitas

untuk mendukung peningkatan produksi perikanan dan pengembangan usaha garam,

dilakukan melalui:

a) Perbaikan level of service jalan lintas kabupaten, terutama untuk wilayah NTT dan

peningkatan akses dari dari dermaga pendaratan ikan ke jalan lintas kabupaten terdekat;

b) Peninjauan kembali kapasitas pelabuhan setempat guna mendukung aktivitas industri;

c) Percepatan program penambahan kapasitas energi listrik dengan peningkatan kapasitas

PLTU/PLTP;

d) Pengembangan Bandar Udara Mbai di Kabupaten Nagekeo, NTT yang digunakan untuk

mengangkut hasil perikanan dan kelautan yang bernilai tinggi namun harus cepat

dikonsumsi;

e) Percepatan pembangunan instalasi pengolahan air bersih terutama di wilayah NTT

untuk mendukung pengembangan kegiatan budidaya dan industri pengolahan hasil

perikanan dan kelautan.

Page 25: BAB II Nagekeo - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000036/swf/779/BAB II... · sejalan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW). Berdasarkan

Tatralok Kabupaten Nagekeo

2-25

2.6.3 Peternakan

Kegiatan ekonomi utama peternakan berkontribusi terhadap PDRB sekitar 16 persen

dari sektor agrikultur pangan untuk Koridor Ekonomi Bali – Nusa Tenggara. Sebagian besar

populasi ternak di koridor ini masih dikonsumsi secara lokal dan hanya dipasarkan ke

provinsi lain dalam jumlah sedikit.

Jenis populasi ternak yang paling potensial dikembangkan di koridor ini adalah Sapi

Bali yang sudah dikenal luas sebagai sapi potong asli Indonesia. Sapi potong dapat

dikembangkan untuk menghasilkan tujuh jenis emas, yaitu emas merah (daging), emas putih

(susu), emas putih batangan (tulang), emas kuning (urin), emas cokelat (kulit), emas biru dan

emas hijau (kotoran). Urin sapi dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik, sedangkan

kotoran sapi dapat dimanfaatkan sebagai pupuk hijau dan energi biogas.

Pertumbuhan populasi ternak sapi potong di Nusa Tenggara Barat cukup pesat dari

tahun 2009 hingga tahun 2010, namun hal yang serupa tidak terjadi di Bali dan Nusa

Tenggara Timur. Sebaliknya, pertumbuhan produksi sapi potong di Bali dan Nusa Tenggara

Barat mengalami penurunan di tahun 2008 dimana Nusa Tenggara Barat mengalami

penurunan yang sangat drastis. Penurunan produksi ini diakibatkan maraknya pemotongan

sapi betina produktif, penyelundupan sapi, maupun penurunan kualitas bibit sapi itu

sendiri.Selain itu, tantangan terbesar dalam pengembangan kegiatan peternakan juga meliputi

terbatasnya infrastruktur yang dapat mendukung distribusi produk ternak sapi, kurangnya

modal usaha dan lemahnya sumber daya manusia dan kelembagaan peternakan.

Saat ini terdapat sentra pemurnian dan pembibitan Sapi Bali di tiap provinsi yang

umumnya dikelola secara individual. Dengan tingginya jumlah rumah tangga yang terlibat

dalam kegiatan peternakan, diharapkan pengembangan kegiatan peternakan ini akan dapat

mendukung percepatan pembangunan ekonomi di Koridor Ekonomi Bali – Nusa Tenggara ke

depannya.

Hal lain adalah, pemenuhan kebutuhan infrastruktur dalam rangka peningkatan

konektivitas untuk mendukung produksi peternakan, yang dilakukan melalui:

a) Penyediaan infrastruktur yang mendukung kegiatan peternakan melalui PPP;

b) Penguatan jalan untuk mengangkut produk peternakan dari sentra industri pengolahan

daging dan non daging ke pelabuhan lokal terdekat;

c) Penguatan pelabuhan lokal terdekat untuk mengangkut dan memasarkan produk ternak

sapi ke wilayah lain terutama Jakarta dan Surabaya. Pelabuhan laut Marapokot di

Page 26: BAB II Nagekeo - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000036/swf/779/BAB II... · sejalan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW). Berdasarkan

Tatralok Kabupaten Nagekeo

2-26

Kabupaten Nagekeo akan dikembangkan untuk mendistribusikan hasil peternakan dan

perikanan;

d) Penguatan Bandar Udara Mbai atau dikenal dengan nama Bandara Surabaya II yang

akan difungsikan untuk mengangkut produk peternakan dan perikanan;

e) Pembangunan pembangkit listrik baru yang dapat meningkatkan ketersediaan listrik

khususnya untuk wilayah Nusa Tenggara;

f) Penyediaan air bersih untuk menjamin ketersediaan pakan ternak terutama pada musim

kemarau khususnya untuk wilayah Nusa Tenggara.

2.6.4 Kegiatan Ekonomi Lain

Selain kegiatan ekonomi utama yang menjadi fokus Koridor Ekonomi Bali - Nusa

Tenggara di atas, di koridor ini juga terdapat beberapa kegiatan yang dinilai mempunyai

potensi pengembangan, seperti tembaga.Kegiatan-kegiatan tersebut diharapkan dapat juga

berkontribusi di dalam pengembangan Koridor Ekonomi Bali – Nusa Tenggara secara

menyeluruh.

2.6.5 Investasi

Terkait dengan Pembangunan Koridor Ekonomi Bali – Nusa Tenggara teridentifikasi

rencana investasi baru untuk kegiatan ekonomi utama Pariwisata, Perikanan, Peternakan serta

infrastruktur pendukung sebesar sekitar IDR 133 Triliun.Berikut ini adalah gambaran umum

investasi yang ada di Koridor Ekonomi Bali – Nusa Tenggara.

Di samping investasi yang berkaitan dengan kegiatan ekonomi utama diatas, pemerintah

juga berkomitmen untuk melakukan pembangunan infrastruktur di Koridor Ekonomi Bali -

Nusa Tenggara. Berikut ini adalah nilai indikasi investasi infrastruktur untuk masing-masing

tipe infrastruktur yang akan dilakukan oleh pemerintah, BUMN dan campuran.

Page 27: BAB II Nagekeo - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000036/swf/779/BAB II... · sejalan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW). Berdasarkan

Tatralok Kabupaten Nagekeo

2-27

Gambar 2-8 Peta Investasi Koridor Ekonomi Bali – Nusa Tenggara

Tabel 2-3 Aglomerasi Indikasi Investasi pada Koridor Bali-Nusa Tenggara

No Lokasi Kegiatan Ekonomi

Pelaku Infrastruktur Investasi (Triliun

Rp)

Share Investasi

(%) 1 Jimbaran, Bangil,

Buleleng Pariwisata BUMN, Swasta Pelabuhan, Jalan

Toll Nusa Dua – Benoa

20,34 35

2 Badung Perikanan BUMN Fasilitas Produksi 0,08 0,2 3 Lombok Pariwisata BUMN, Swasta Bandara 30,00 51 4 Bima Peternakan Pemerintah Jalan, Pelabuhan 0,12 2 5 Nagekeo, Ngada,

Manggarai Timur Peternakan Swasta Jalan, Pelabuhan,

bandara 5,30 7,7

6 Nagekeo, Ende Perikanan Pemerintah, Swasta

Jalan, Pelabuhan 0,49 1

7 Timor Tengah Selatan, Flores Timur, Timor Tengah Utara

Peternakan Pemerintah, Swasta

Jalan, Pelabuhan 0,43 6

8 Kupang Perikanan Pemerintah, Swasta

Jalan, Pelabuhan 0,31 1

Sumber: Dokumen MP3EI

Page 28: BAB II Nagekeo - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000036/swf/779/BAB II... · sejalan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW). Berdasarkan

Tatralok Kabupaten Nagekeo

2-28

Gambar 2-9 Indikasi Investasi Infrastruktur oleh Pemerintah, BUMN, dan Campuran

Dalam jangka panjang, kegiatan kepariwisataan di koridor ini merupakan pendorong

pembangunan ekonomi di Koridor Ekonomi Bali – Nusa Tenggara melalui diversifikasi

produk wisata, perluasan kawasan pariwisata dan pengembangan daya saing destinasi

pariwisata secara berkelanjutan, maupun pengembangan pangsa pasar dengan daya beli

tinggi. Pengembangan destinasi pariwisata dalam koridor ini sejalan dengan pembangunan

infrastruktur sepanjang Koridor Ekonomi Bali – Nusa Tenggara.

Pengembangan kegiatan peternakan secara konsisten akan diupayakan melalui

pengembangan teknologi mutakhir untuk meningkatkan kualitas bibit sapi, pengintegrasian

kegiatan peternakan dan tanaman pangan untuk menjamin sumber pakan ternak,

pengembangan industri pengolahan daging dan non-daging (industri kulit, industri tulang,

industri biogas, dan industri pupuk organik), dan peningkatan kapasitas infrastruktur jalan

dan pelabuhan laut untuk mendistribusikan hasil produksi peternakan.

Pengembangan produktivitas perikanan laut memperhatikan daya dukung dan

keberlanjutan populasi ikan melalui penjalinan kerjasama untuk pengembangan bibit unggul

dan teknologi perikanan tangkap dan budidaya serta teknologi pengolahan produk

perikanan.Selain itu pengembangan infrastruktur dan fasilitas penunjang sangat penting

dalam pengembangan kegiatan perikanan. Kegiatan hilir peternakan dan perikanan, seperti

pengolahan daging dan pengalengan ikan maupun industri makanan lainnya, secara konsisten

akan didukung pemerintah melalui penyediaan infrastruktur fisik maupun insentif/disinsentif

dan deregulasi agar membangun iklim usaha yang kondusif.

Page 29: BAB II Nagekeo - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000036/swf/779/BAB II... · sejalan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW). Berdasarkan

Tatralok Kabupaten Nagekeo

2-29

Struktur tata ruang Koridor Ekonomi Bali – Nusa Tenggara dikembangkan dengan

menitikberatkan pada konektivitas darat, laut dan udara yang menghubungkan baik

antarpulau maupun antarprovinsi dengan mempertimbangkan kondisi geografis koridor ini

yang berupa gugus pulau. Sistem konektivitas ini akan mendukung seluruh kegiatan ekonomi

utama (pariwisata, peternakan, dan perikanan) dan kegiatan lainnya yang memiliki nilai

investasi tinggi seperti migas, emas dan tembaga. Namun perlu diperhatikan bahwa

eksplorasi pertambangan tidak diprioritaskan pada koridor ini karena akan memberikan

dampak negatif pada kegiatan pariwisata, perikanan, dan peternakan. Prioritas peningkatan

pelabuhan laut dan pelabuhan udara diberikan pada pelabuhan yang telah ada dan berdekatan

dengan lokus kegiatan ekonomi utama agar lebih efektif, efisien dan meminimalkan biaya

transportasi.Selain itu, rencana tata ruang baik tingkat provinsi maupun kabupaten harus

mampu mengakomodasi dan menjamin ketersediaan lahan untuk kegiatan pariwisata,

perikanan, dan peternakan terutama untuk lahan penggembalaan, efektif, efisien dan

meminimalkan biaya transportasi.Selain itu, rencana tata ruang baik tingkat provinsi maupun

kabupaten harus mampu mengakomodasi dan menjamin ketersediaan lahan untuk kegiatan

pariwisata, perikanan, dan peternakan terutama untuk lahan penggembalaan.

Page 30: BAB II Nagekeo - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000036/swf/779/BAB II... · sejalan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW). Berdasarkan

Tatralok Kabupaten Nagekeo

2-30