rencana tata ruang wilayah kabupaten nagekeo

95
PERATURAN DAERAH KABUPATEN NAGEKEO NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NAGEKEO TAHUN 2011 - 2031 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NAGEKEO Menimbang : a. bahwa untuk mengarahkan pembangunan di Kabupaten Nagekeo dengan memanfaatkan ruang wilayah secara berdaya guna, berhasil guna, serasi, selaras, seimbang, dan berkelanjutan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pertahanan keamanan, perlu disusun rencana tata ruang wilayah; b. bahwa dalam rangka mewujudkan keterpaduan pembangunan antar sektor, daerah, dan masyarakat maka Rencana Tata Ruang Wilayah merupakan arahan lokasi investasi pembangunan yang dilaksanakan pemerintah, masyarakat, dan/atau dunia usaha; c. bahwa dengan ditetapkannya Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan Peraturan Pemerintah Nomor 26 tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, maka strategi dan kebijakan pemanfaatan ruang wilayah nasional dan provinsi perlu dijabarkan ke dalam rencana tata ruang kabupaten;

Upload: penataan-ruang

Post on 05-Dec-2014

1.698 views

Category:

Documents


13 download

DESCRIPTION

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nagekeo

TRANSCRIPT

Page 1: Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nagekeo

PERATURAN DAERAH KABUPATEN NAGEKEO

NOMOR 1 TAHUN 2011

TENTANG

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NAGEKEO

TAHUN 2011 - 2031

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI NAGEKEO

Menimbang : a. bahwa untuk mengarahkan pembangunan di

Kabupaten Nagekeo dengan memanfaatkan ruang

wilayah secara berdaya guna, berhasil guna, serasi,

selaras, seimbang, dan berkelanjutan dalam rangka

meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan

pertahanan keamanan, perlu disusun rencana tata

ruang wilayah;

b. bahwa dalam rangka mewujudkan keterpaduan

pembangunan antar sektor, daerah, dan masyarakat

maka Rencana Tata Ruang Wilayah merupakan arahan

lokasi investasi pembangunan yang dilaksanakan

pemerintah, masyarakat, dan/atau dunia usaha;

c. bahwa dengan ditetapkannya Undang-Undang Nomor

26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan

Peraturan Pemerintah Nomor 26 tahun 2008 tentang

Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, maka strategi

dan kebijakan pemanfaatan ruang wilayah nasional

dan provinsi perlu dijabarkan ke dalam rencana tata

ruang kabupaten;

Page 2: Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nagekeo

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu

membentuk Peraturan Daerah tentang Rencana Tata

Ruang Wilayah Kabupaten Nagekeo Tahun 2011-2031;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang

Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 3888) sebagaimana telah

diubah, terakhir dengan Peraturan Pemerintah

Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004

tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 41

Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 29, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4374);

2. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang

Pertahanan Negara (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2002 Nomor 3, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4169);

3. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang

Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004

Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4389);

4. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang

Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4433);

5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437)

sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir

Page 3: Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nagekeo

dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008

tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang

Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008

Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4844);

6. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2007 tentang

Pembentukan Kabupaten Nagekeo di Provinsi Nusa

Tenggara Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2007 Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4678);

7. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang

Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4725);

8. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang

Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007

Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4739);

9. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang

Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 4,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4959);

10. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang

Ketenagalistrikan (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2009 Nomor 133, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5052);

11. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009

Page 4: Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nagekeo

Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 5059);

12. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang

Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009

Nomor 149, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 5068);

13. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2000 tentang

Tingkat Ketelitian Peta untuk Penataan Ruang Wilayah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000

Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 3934);

14. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang

Pedoman Pembinaan dan Pengawasan

Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4593);

15. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang

Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4833);

16. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang

Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 21, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5103);

17. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2010 tentang

Bentuk Dan Tata Cara Peran Masyarakat Dalam

Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2010 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 5160);

Page 5: Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nagekeo

18. Peraturan Daerah Kabupaten Nagekeo Nomor 3 Tahun

2008 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja

Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Nagekeo

(Lembaran Daerah Kabupaten Nagekeo Tahun 2008

Nomor 3 Seri D Nomor 3) sebagaimana telah diubah

dengan Peraturan Daerah Kabupaten Nagekeo Nomor

8 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Peraturan

Daerah Kabupaten Nagekeo Nomor 3 Tahun 2008

tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja

Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Nagekeo

(Lembaran Daerah Kabupaten Nagekeo Tahun 2009

Nomor 3;

19. Peraturan Daerah Kabupaten Nagekeo Nomor 5 Tahun

2009 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi

Kewenangan Kabupaten Nagekeo (Lembaran Daerah

Kabupaten Nagekeo Tahun 2009 Nomor 5);

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN NAGEKEO

dan

BUPATI NAGEKEO

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA TATA RUANG

WILAYAH KABUPATEN NAGEKEO TAHUN 2011 - 2031

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:

1. Daerah adalah Kabupaten Nagekeo.

Page 6: Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nagekeo

2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Nagekeo.

3. Bupati adalah Bupati Nagekeo.

4. Pemerintah Pusat yang selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presiden

Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara

Republik Indonesia sebagaimana dimaksud Undang-Undang dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

5. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD

adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Nagekeo.

6. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang daratan, ruang laut dan ruang

udara termasuk ruang didalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah,

tempat manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan

memelihara kelangsungan kehidupannya.

7. Tata Ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang.

8. Rencana Tata Ruang adalah hasil perencanaan tata ruang.

9. Rencana Tata Ruang Wilayah yang selanjutnya disingkat RTRW adalah

hasil perencanaan tata ruang wilayah Kabupaten Nagekeo.

10. Struktur Ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem

jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung

kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hierarkis memiliki

hubungan fungsional.

11. Pola Ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang

meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang

untuk fungsi budidaya.

12. Penataan Ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang,

pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang.

13. Penyelenggaraan Penataan Ruang adalah kegiatan yang meliputi

pengaturan, pembinaan, dan pengawasan penataan ruang.

14. Pelaksanaan Penataan Ruang adalah upaya pencapaian tujuan penataan

ruang melalui pelaksanaan perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang

dan pengendalian pemanfaatan ruang.

Page 7: Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nagekeo

15. Perencanaan Tata Ruang adalah suatu proses untuk menentukan struktur

ruang dan pola ruang yang meliputi penyusunan dan penetapan rencana

tata ruang.

16. Pemanfaatan Ruang adalah upaya untuk mewujudkan struktur ruang dan

pola ruang sesuai dengan rencana tata ruang melalui penyusunan dan

program beserta pembiayaannya.

17. Pengendalian Pemanfaatan Ruang adalah upaya untuk mewujudkan

tertib tata ruang.

18. Pembinaan Penataan Ruang adalah upaya untuk meningkatkan kinerja

penataan ruang yang diselenggarakan oleh Pemerintah, Pemerintah

Daerah dan masyarakat.

19. Pengawasan Penataan Ruang adalah upaya agar penyelenggaraan

penataan ruang dapat diwujudkan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

20. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta

segenap unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan

aspek administratif dan/atau aspek fungsional.

21. Sistem Wilayah adalah struktur ruang dan pola ruang yang mempunyai

jangkauan pelayanan pada tingkat wilayah.

22. Kawasan adalah wilayah dengan fungsi utama lindung atau budidaya.

23. Kawasan Lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama

melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya

alam dan sumberdaya buatan.

24. Kawasan Budidaya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama

untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumberdaya alam,

sumberdaya manusia dan sumberdaya buatan.

25. Kawasan Perdesaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama

pertanian termasuk pengelolaan sumberdaya alam dengan susunan

fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa

pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi.

26. Kawasan Perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama

bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat

Page 8: Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nagekeo

permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa

pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi.

27. Kawasan Agropolitan adalah kawasan yang terdiri atas satu atau lebih

pusat kegiatan pada wilayah perdesaan sebagai sistem produksi

pertanian dan pengelolaan sumberdaya alam tertentu yang ditunjukkan

oleh adanya keterkaitan fungsional dan hierarki keruangan satuan sistem

permukiman dan sistem agrobisnis.

28. Kawasan pertambangan adalah kawasan yang secara alamiah memiliki

potensi sumberdaya alam pertambangan.

29. Kawasan Pertahanan Negara adalah wilayah yang ditetapkan secara

nasional yang digunakan untuk kepentingan pertahanan.

30. Kawasan Strategis Nasional adalah wilayah yang penataan ruangnya

diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting secara

nasional terhadap kedaulatan negara, pertahanan dan keamanan negara,

ekonomi, sosial, budaya dan/atau lingkungan, termasuk wilayah yang

telah ditetapkan sebagai warisan dunia.

31. Kawasan Strategis Provinsi adalah wilayah yang penataan ruangnya

diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam

lingkup provinsi terhadap ekonomi, sosial, budaya dan/atau lingkungan.

32. Kawasan Strategis Kabupaten adalah wilayah yang penataan ruangnya

diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam

lingkup kabupaten/kota terhadap ekonomi, sosial, budaya dan/atau

lingkungan.

33. Pusat Kegiatan Lokal yang selanjutnya disingkat PKL adalah kawasan

perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kabupaten atau

beberapa kecamatan.

34. Pusat Kegiatan Lokal Promosi yang selanjutnya disingkat PKLp adalah

kawasan perkotaan yang dipromosikan untuk menjadi PKL.

35. Pusat Pelayanan Kawasan yang selanjutnya disingkat PPK adalah kawasan

perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kecamatan atau

beberapa desa.

Page 9: Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nagekeo

36. Pusat Pelayanan Lingkungan yang selanjutnya disingkat PPL adalah pusat

permukiman yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kecamatan

atau beberapa desa.

37. Masyarakat adalah orang, perseorangan, kelompok orang termasuk

masyarakat hukum adat, korporasi dan/atau pemangku kepentingan non

pemerintah lain dalam penyelenggaraan penataan ruang.

38. Peran masyarakat adalah partisipasi aktif masyarakat dalam perencanaan

tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.

39. Orang adalah orang perseorangan dan/atau korporasi.

40. Izin pemanfaatan ruang adalah izin yang dipersyaratkan dalam kegiatan

pemanfaatan ruang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

41. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian

jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang

diperuntukan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas

permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas

permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel.

42. Daerah Irigasi yang selanjutnya disingkat DI adalah kesatuan lahan yang

mendapat air dari satu jaringan irigasi

43. Daerah Aliran Sungai yang selanjutnya disingkat DAS adalah suatu

wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-

anak sungai, yang berfungsi menampung,menyimpan dan mengalirkan

air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang

batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai

dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan.

44. Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu yang selanjutnya disebut

KAPET adalah wilayah geografis dengan batas-batas tertentu yang

memiliki potensi untuk cepat tumbuh dan mempunyai sektor unggulan

yang dapat mengerakkan pertumbuhan ekonomi wilayah dan sekitarnya

dan memerlukan dana investasi yang besar bagi pengembangannya.

Penetapannya lokasi dan Badan Pengelolanya dilakukan melalui

Keputusan Presiden.

Page 10: Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nagekeo

45. Ruang Terbuka Hijau yang selanjutnya disingkat RTH adalah area

memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang penggunaannya lebih

bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman baik yang tumbuh secara

alamiah maupun yang sengaja ditanam.

46. Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah yang selanjutnya disingkat

BKPRD adalah badan bersifat ad-hoc yang dibentuk untuk mendukung

pelaksanaan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan

Ruang di Kabupaten Nagekeo dan mempunyai fungsi membantu tugas

Bupati dalam koordinasi penataan ruang di daerah.

47. Base Transceiver Station yang selanjutnya disingkat BTS adalah istilah

teknis untuk menara telekomunikasi dalam sistem jaringan nirkabel.

48. Koefisien dasar bangunan, selanjutnya disingkat KDB, adalah

perbandingan antara luas dasar bangunan dan luas persil.

49. Koefisien lantai bangunan, selanjutnya disingkat KLB, adalah

perbandingan antara luas lantai bangunan dan luas persil.

50. Koefisien dasar hijau, selanjutnya disingkat KDH, adalah perbandingan

antara luas seluruh ruang terbuka di luar bangunan gedung yang

diperuntukan bagi pertamanan/penghijauan dan luas persil.

51. Jalan arteri adalah jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama

dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi dan jumlah

jalan masuk dibatasi secara berdaya guna.

52. Jalan kolektor adalah jalan umum yang berfungsi melayani angkutan

pengumpul atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan

rata-rata sedang dan jumlah jalan masuk dibatasi.

53. Jalan lokal adalah jalan umum yang berfungsi melayani angkutan

setempat dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah

dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi.

54. Sungai adalah tempat-tempat dan wadah-wadah serta jaringan air mulai

dari mata air sampai muara dibatasi kanan kirinya serta sepanjang

pengalirannya oleh garis sempadan.

55. Situ adalah suatu wadah genangan air di atas permukaan tanah yang

terbentuk secara alami maupun buatan yang airnya berasal dari tanah

Page 11: Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nagekeo

atau air permukaan sebagai siklus hidrologis yang merupakan salah satu

bentuk kawasan lindung.

56. Waduk adalah wadah air yang terbentuk sebagai akibat dibendungnya

bangunan sungai dalam hal ini bangunan bendungan dan berbentuk

pelebaran alur / badan / palung / sungai.

57. Drainase adalah sistem jaringan dan distribusi drainase suatu lingkungan

yang berfungsi sebagai pematus bagi lingkungan, yang terintegrasi

dengan sistem jaringan drainase makro dari wilayah regional yang lebih

luas.

58. Sampah adalah distribusi pelayanan pembuangan / pengolahan sampah

rumah tangga, lingkungan komersial, perkantoran dan bangunan umum

lainnya, yang terintegrasi dengan sistem jaringan pembuangan sampah

makro dari wilayah regional yang lebih luas.

59. Air limbah adalah air yang berasal dari sisa kegiatan proses produksi dan

usaha lainnya yang tidak dimanfaatkan kembali.

Pasal 2

(1) Lingkup wilayah perencanaan mencakup seluruh ruang Kabupaten

Nagekeo dengan batas yang ditentukan berdasarkan aspek

administratif mencakup wilayah daratan, wilayah perairan, serta

wilayah udara sebagaimana tergambar pada peta dalam Lampiran I

Peraturan Daerah ini.

(2) Kabupaten Nagekeo memiliki luas wilayah kurang lebih 141.036

(seratus empat puluh satu ribu tiga puluh enam) hektar.

(3) Batas-batas wilayah Kabupaten Nagekeo meliputi:

a. sebelah utara berbatasan dengan Laut Flores;

b. sebelah selatan berbatasan dengan Laut Sawu;

c. sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Ende; dan

Page 12: Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nagekeo

d. sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Ngada.

(4) Lingkup wilayah Kabupaten Nagekeo sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) meliputi:

a. kecamatan Mauponggo;

b. kecamatan Keo Tengah;

c. kecamatan Nangaroro;

d. kecamatan Boawae;

e. kecamatan Aesesa;

f. kecamatan Aesesa Selatan; dan

g. kecamatan Wolowae.

Pasal 3

Muatan RTRW Kabupaten Nagekeo meliputi:

a. tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang;

b. rencana struktur ruang;

c. rencana pola ruang;

d. penetapan kawasan strategis;

e. arahan pemanfaatan ruang; dan

f. ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang.

BAB II

TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG

Bagian Kesatu

Tujuan Penataan Ruang

Pasal 4

Penataan ruang Kabupaten Nagekeo bertujuan untuk “mewujudkan

Kabupaten Nagekeo sebagai sentra komoditas pertanian Nusa Tenggara Timur

yang berkelanjutan yang didukung oleh agropolitan yang integratif,

agroindustri, dan pertambangan ramah lingkungan.”

Bagian Kedua

Kebijakan Penataan Ruang

Page 13: Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nagekeo

Pasal 5

Untuk mewujudkan tujuan penataan ruang sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 4 ditetapkan kebijakan penataan ruang wilayah Kabupaten meliputi:

a. pemantapan sistem pusat kegiatan berbasis agropolitan, agroindustri dan

pertambangan ramah lingkungan;

b. pengembangan pusat-pusat pelayanan secara berhierarki dan bersinergi

antara pusat pengembangan utama di ibukota Kabupaten dan perkotaan

lainnya serta pengembangan sistem permukiman perdesaan berbasis

agropolitan;

c. pengembangan sistem jaringan transportasi darat, laut dan udara dalam

mendukung pemerataan pertumbuhan wilayah serta mendukung

pengembangan agropolitan, agroindustri dan pertambangan ramah

lingkungan;

d. pengoptimalisasian dan peningkatan jangkauan pelayanan energi,

telekomunikasi, sumber daya air dan prasarana lainnya dalam rangka

pemerataan pertumbuhan wilayah;

e. pemantapan pelestarian dan perlindungan kawasan lindung untuk

meningkatkan kualitas lingkungan, sumberdaya alam/buatan dan

ekosistemnya, meminimalkan risiko dan mengurangi kerentanan bencana,

mengurangi efek pemanasan global yang berprinsip partisipasi,

menghargai kearifan lokal, serta menunjang penelitian dan edukasi;

f. pengembangan kawasan budidaya untuk mendukung pemantapan sistem

agropolitan serta agroindustri dan pertambangan ramah lingkungan;

g. penetapan dan pengembangan kawasan strategis Kabupaten dari sudut

kepentingan ekonomi, sosial budaya dan lingkungan hidup dalam

mendukung percepatan pertumbuhan wilayah Kabupaten; dan

h. Peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara.

Bagian Ketiga

Strategi Penataan Ruang

Pasal 6

Page 14: Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nagekeo

(1) Strategi pemantapan sistem pusat kegiatan berbasis agropolitan,

agroindustri dan pertambangan ramah lingkungan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 5 huruf a meliputi:

a. mengembangkan kawasan perdesaan berbasis hasil perkebunan yang

tersebar di seluruh wilayah yang berpotensi;

b. meningkatkan pertanian berbasis tanaman pangan pada wilayah yang

berpotensi;

c. mengembangkan kawasan agropolitan berbasis pertanian;

d. memantapkan fungsi pusat agropolitan;

e. mengembangkan prasarana wilayah yang menghubungkan sentra-

sentra produksi pertanian unggulan;

f. mengembangkan sarana dan prasarana produksi pertanian ke pusat-

pusat pemasaran sampai terbuka akses ke pasar nasional;

g. memantapkan suprastruktur pengembangan pertanian yang terdiri

dari lembaga tani dan lembaga keuangan;

h. meningkatkan produksi, pengolahan dan pemasaran produk

pertanian dan ternak unggulan sebagai satu kesatuan sistem;

i. meningkatkan potensi perdesaan berbasis agroindustri persawahan

garam;

j. meningkatkan produksi, pengolahan dan pemasaran produk industri

garam;

k. memantapkan sentra-sentra produksi pertanian unggulan sebagai

penunjang agropolitan dan agroindustri;

l. memantapkan fungsi masing-masing kawasan agropolitan dan

agroindustri;

m. memantapkan kawasan pertambangan ramah lingkungan;

n. meningkatkan produksi dan pemasaran produk pertambangan; dan

o. mengembangkan infrastruktur dan kelembagaan penunjang potensi

kawasan.

(2) Strategi pengembangan pusat-pusat pelayanan secara berhierarki dan

bersinergi antara pusat pengembangan utama di ibukota Kabupaten dan

perkotaan lainnya serta pengembangan sistem permukiman perdesaan

Page 15: Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nagekeo

berbasis agropolitan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf b

meliputi:

a. mengembangkan perkotaan Mbay sebagai perkotaan dengan fungsi

utama pemerintahan, agropolitan, agroindustri, dan pendidikan dan

Perkotaan Boawae yang menjadi pusat pengembangan agropolitan,

pendidikan, pelayanan skala kecamatan dan pusat transportasi

kecamatan;

b. memantapkan pusat-pusat kegiatan secara berhierarki;

c. mempersiapkan perkotaan Mbay sebagai perkotaan yang ditunjang

perkembangan kawasan siap bangun dan lingkungan siap bangun;

dan

d. mengembangkan pusat-pusat pertumbuhan pada kawasan perdesaan

sebagai inti kawasan agropolitan dan pertambangan ramah

lingkungan.

(3) Strategi pengembangan sistem jaringan transportasi darat, laut, dan

udara dalam mendukung pemerataan pertumbuhan wilayah serta

mendukung pengembangan agropolitan, agroindustri dan pertambangan

ramah lingkungan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf c

meliputi:

a. meningkatkan kualitas dan kuantitas infrastruktur terutama

infrastruktur jalan untuk mendukung sistem agropolitan dan

agroindustri;

b. mengembangkan terutama infrastruktur jalan untuk mendukung

sistem pertambangan ramah lingkungan;

c. mengembangkan jalan penghubung perdesaan dan perkotaan;

d. memperbaiki jalan kolektor primer;

e. mengembangkan jalan lokal primer pada semua jalan penghubung

utama antar kecamatan;

f. meningkatkan infrastruktur pendukung dan pelayanan terminal yang

memadai;

g. meningkatkan areal pangkalan kendaraan menjadi terminal tipe B di

kota Mbay;

Page 16: Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nagekeo

h. memindahkan dan mengembangkan terminal ke lokasi yang sesuai;

i. meningkatkan infrastuktur pelabuhan angkutan;

j. meningkatkan infrastuktur pelabuhan perikanan;

k. meningkatkan rute/jangkauan pelayaran Pelabuhan Laut Marapokot

ke wilayah kabupaten lain, terutama difokuskan ke seluruh kabupaten

sebelah utara di Pulau Flores, sebagai pelabuhan angkutan

barang/manusia;

l. meningkatkan rute/jangkauan Pelabuhan Laut Marapokot II

Kecamatan Mauponggo ke wilayah kabupaten lain, terutama

difokuskan ke seluruh kabupaten di Pulau Flores, Pulau Sumba, Pulau

Timor, maupun Pulau Rote sebagai pelabuhan perikanan;

m. meningkatkan aksesibilitas ke bandara terdekat melalui peningkatan

akses jalan yang menghubungkan ke lokasi tersebut, dan peningkatan

armada angkutan ke/dari tempat tersebut; dan

n. mengupayakan pembangunan eks Bandara Surabaya II untuk menjadi

bandara andalan Kabupaten.

(4) Strategi pengoptimalisasian dan peningkatan jangkauan pelayanan

energi, telekomunikasi, sumber daya air dan prasarana lainnya dalam

rangka pemerataan pertumbuhan wilayah sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 5 huruf d meliputi:

a. memperluas jaringan prasarana energi dan mengembangkan jaringan

baru hingga ke pelosok;

b. mengembangkan sumber daya energi;

c. meningkatkan dan mengoptimalkan pelayanan energi;

d. mengembangkan sistem penyediaan listrik setempat misalnya melalui

mikro hidro.

e. menyediakan tower BTS yang digunakan secara bersama menjangkau

hingga ke pelosok perdesaan;

f. meningkatkan sistem informasi telekomunikasi pembangunan daerah

berupa informasi berbasis teknologi internet;

g. mengembangkan prasarana telekomunikasi meliputi telepon rumah

tangga, telepon umum, dan jaringan telepon seluler;

Page 17: Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nagekeo

h. menerapkan teknologi telekomunikasi berbasis teknologi modern;

i. membangun teknologi telekomunikasi pada wilayah-wilayah pusat

pertumbuhan;

j. membentuk jaringan telekomunikasi dan informasi yang

menghubungkan setiap wilayah pertumbuhan dengan ibukota

Kabupaten;

k. meningkatkan jaringan irigasi sederhana dan irigasi setengah teknis;

l. melindungi sumber-sumber mata air dan daerah resapan air;

m. mengembangkan waduk baru, bendung, dan cek dam pada kawasan

potensial;

n. mencegah terjadinya pendangkalan terhadap saluran irigasi;

o. membangun dan memperbaiki pintu-pintu air;

p. melakukan pengadaan tempat penampungan sampah sementara

(TPS) skala lokal dan regional;

q. melakukan pengelolaan sampah berkelanjutan;

r. pengoptimalisasian sistem pengolahan sampah;

s. melakukan pengolahan sampah untuk mendukung pertanian;

t. meminimalisir penggunaan sumber sampah yang sukar didaur ulang

secara alamiah;

u. memanfaatkan ulang sampah yang ada terutama yang memiliki nilai

ekonomi; dan

v. mengolah sampah organik menjadi kompos.

(5) Strategi pemantapan pelestarian dan perlindungan kawasan lindung

untuk meningkatkan kualitas lingkungan, sumberdaya alam/buatan dan

ekosistemnya, meminimalkan resiko dan mengurangi kerentanan

bencana, mengurangi efek pemanasan global yang berprinsip partisipasi,

menghargai kearifan lokal, serta menunjang penelitian dan edukasi

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf e meliputi:

a. meningkatkan kelestarian hutan lindung untuk keseimbangan tata

air dan lingkungan hidup dilakukan dengan :

Page 18: Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nagekeo

1. memperbaiki dan meningkatkan fungsi lindung pada daerah

yang mengalami alih fungsi dan menetapkan lokasi pelestarian

sebesar 30 % (tiga puluh persen) dari luas DAS;

2. melakukan rehabilitasi lahan dengan menanam vegetasi yang

mampu memberikan perlindungan terhadap permukaan tanah

dan mampu meresapkan air;

3. mengelola kawasan sekitar hutan lindung dengan prinsip

hutan kemitraan, yaitu dengan melibatkan masyarakat lokal

secara aktif dalam perencanaan, pengelolaan, panen dan

pascapanen untuk keberhasilan program dalam jangka waktu

yang panjang;

4. melarang dan mencegah pola penambangan terbuka pada

kawasan hutan lindung; dan

5. mengembalikan fungsi hidrologi kawasan hutan yang telah

mengalami kerusakan.

b. melindungi kawasan yang memberikan perlindungan terhadap

kawasan bawahnya dilakukan dengan :

1. melarang atau mencegah kegiatan budidaya, kecuali yang

tidak mengganggu fungsi lindung;

2. mengendalikan kegiatan budidaya yang telah ada dengan

pembatasan perkembangan serta pengembalian fungsi

lindungnya; dan

3. mengendalikan terhadap kegiatan eksplorasi dan eksploitasi

mineral serta air tanah dengan memperhatikan fungsi lindung

kawasan sekitarnya.

c. melakukan upaya konservasi alam, rehabilitasi ekosistem yang

rusak, mengendalikan pencemaran dan perusakan lingkungan hidup

pada kawasan perlindungan setempat serta menempatkan kawasan

lindung spiritual dilakukan dengan :

1. membatasi kegiatan yang tidak berkaitan dengan perlindungan

setempat dalam bentuk jalur hijau;

Page 19: Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nagekeo

2. mencegah aktivitas perusakan, pengendalian pencemaran dan

peningkatan upaya konservasi laut, pesisir serta rehabilitasi

ekosistem yang rusak;

3. melindungi kawasan sepanjang sempadan sungai untuk

kawasan terbangun;

4. melindungi sekitar waduk/danau untuk kegiatan yang

menyebabkan alih fungsi lindung dan menyebabkan kerusakan

kualitas air;

5. melindungi sekitar mata air untuk kegiatan yang menyebabkan

alih fungsi lindung dan menyebabkan kerusakan kualitas

sumber air; dan

6. mengamankan kawasan lindung spiritual dan kearifan lokal

dengan melindungi tempat serta ruang di sekitar bangunan

bernilai sejarah dan situs purbakala.

d. memantapkan fungsi dan nilai manfaat pada kawasan suaka alam,

pelestarian alam, dan cagar budaya dilakukan dengan:

1. melindungi ekosistem flora dan fauna khas Kabupaten;

2. melestarikan budaya masyarakat setempat dalam satu

kesatuan dengan kehidupan masyarakat; dan

3. melaksanakan kerjasama antar wilayah dalam penanganan

cagar budaya.

e. menangani kawasan rawan bencana alam melalui pengendalian dan

pengawasan kegiatan perusakan lingkungan terutama pada

kawasan yang berpotensi menimbulkan bencana alam, serta

pengendalian untuk kegiatan manusia secara langsung dilakukan

dengan:

1. mencegah pemanfaatan kawasan yang rawan terhadap

bencana longsor, gelombang pasang, banjir, dan bencana alam

lainnya sebagai kawasan terbangun;

2. mengembangkan hutan mangrove dan bangunan yang dapat

meminimalisir akibat gelombang pasang;

Page 20: Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nagekeo

3. menata daerah lingkungan sungai seperti penetapan garis

sempadan sungai, peruntukan lahan di kiri kanan sungai,

penertiban bangunan di sepanjang aliran sungai serta

peningkatan peran masyarakat dalam pengendalian banjir; dan

4. melaksanakan upaya mitigasi bencana menyangkut

perencanaan dan perumusan kebijakan yang bersifat

antisipatif.

f. memantapkan wilayah kawasan lindung geologi dengan

pemantapan zonasi di kawasan dan wilayah sekitarnya serta

pemantapan pengelolaan kawasan secara partisipatif dilakukan

dengan:

1. menata kawasan rawan bencana geologi dengan peruntukan

non terbangun;

2. mengembangkan kegiatan pariwisata pengetahuan yang

terkait dengan geologi; dan

3. mengembangkan tanaman keras sebagai perlindungan dan

peresapan air untuk peningkatan cadangan air tanah.

g. memantapkan kawasan lindung lainnya sebagai penunjang usaha

pelestarian alam dilakukan dengan :

1. menetapkan kawasan sebagai objek wisata dan penelitian saat

terjadi pengungsian satwa; dan

2. memelihara habitat dan ekosistem sehingga keaslian kawasan

terpelihara.

(6) Strategi pengembangan kawasan budidaya untuk mendukung

pemantapan sistem agropolitan serta agroindustri dan pertambangan

ramah lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf f meliputi:

a. mengembangkan kawasan hutan produksi untuk meningkatkan

produktivitas lahan dengan memperhatikan keseimbangan

lingkungan hidup dilakukan dengan:

1. memanfaatkan hasil hutan produksi terbatas yang

eksploitasinya dilakukan dengan cara tebang pilih;

Page 21: Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nagekeo

2. dilakukan dengan hasil hutan yang eksploitasinya dilakukan

dengan cara tebang pilih maupun tebang habis untuk kawasan

hutan produksi tetap; dan

3. memberi cadangan kawasan hutan produksi yang dapat

dikonversi untuk penggunaan lain, dapat dikonversi untuk

pengelolaan non-kehutanan.

b. mengembangkan kawasan pertanian dilakukan dengan:

1. meningkatkan peran, efisiensi, produktivitas yang

berkelanjutan, peluang ekstensifikasi, serta mempertahankan

saluran irigasi teknis dan peningkatan irigasi sederhana dalam

skala wilayah untuk pertanian lahan basah;

2. mengembangkan kawasan pertanian lahan kering/tegalan

dengan penanaman tanaman tahunan yang produktif;

3. mengembangkan kawasan pertanian hortikultura dengan

sistem agropolitan dan mengembangkan sektor pertanian

untuk kegiatan agribisnis, agrowisata dan industri pengolahan

pertanian dari bahan mentah menjadi makanan dan sejenisnya

serta melakukan pemasaran skala nasional dan ekspor ke luar

negeri;

4. penetapan lahan pertanian pangan berkelanjutan;

5. mengembangkan industri pengolahan hasil komoditi;

6. mengembangkan fasilitas sentra produksi dan pemasaran pada

pusat kegiatan ekonomi;

7. mengembangkan kawasan-kawasan potensi untuk pertanian

pangan lahan kering;

8. mengembangkan pasar produksi perkebunan; dan

9. mengolah hasil perkebunan terutama dengan membentuk

keterikatan antar produk.

c. mengembangkan kawasan perikanan berupa peningkatan peran,

efisiensi, produktivitas yang berkelanjutan serta peningkatan nilai

tambah beberapa komoditi yang potensial, sementara untuk di

kawasan perikanan di wilayah pesisir dilakukan dengan:

Page 22: Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nagekeo

1. mengendalikan dan membatasi pemanfaatan lahan pantai

(pesisir) untuk kegiatan budidaya;

2. mengendalikan metode budidaya yang berbasis kelestarian

sumberdaya pesisir;

3. menggunakan teknologi dalam kegiatan usaha budidaya

perikanan; dan

4. meningkatkan bantuan permodalan usaha kepada kegiatan

usaha masyarakat pertambakan.

d. mengembangkan kawasan peruntukan pertambangan dengan

mempertimbangkan potensi bahan galian, kondisi geologi,

hidrogeologi dalam kaitannya dengan kelestarian lingkungan;

e. mengembangkan kawasan peruntukan industri dilakukan dengan:

1. mengembangkan kawasan sentra industri kecil terutama pada

kawasan perdesaan dan perkotaan;

2. mengembangkan fasilitas perekonomian berupa koperasi pada

setiap pusat kegiatan perkotaan dan perdesaan;

3. mengembangkan ekonomi dan perdagangan dengan

pengutamaan usaha kecil menengah; dan

4. menetapkan skenario ekonomi wilayah yang menunjukkan

kemudahan dalam berinvestasi dan penjelasan tentang

kepastian hukum yang menunjang investasi.

f. menentukan wisata unggulan daerah, pelestarian lingkungan,

promosi serta peningkatan peran masyarakat dalam menjaga

kelestarian objek wisata dan daya jual maupun daya saing;dan

g. mengembangkan kawasan peruntukan permukiman dilakukan

dengan:

1. meningkatkan kualitas lingkungan permukiman perkotaan;dan

2. membatasi pengembangan permukiman dan kawasan

terbangun lainnya pada kawasan lindung untuk permukiman

perdesaan.

(7) Strategi penetapan dan pengembangan kawasan strategis kabupaten

dari sudut kepentingan ekonomi, sosial budaya dan lingkungan hidup

Page 23: Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nagekeo

dalam mendukung percepatan pertumbuhan wilayah kabupaten

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf g meliputi:

a. mengembangkan kawasan strategis ekonomi melalui optimalisasi

KAPET Mbay di kota Mbay sebagai pusat kawasan ekonomi dan

didukung oleh kecamatan-kecamatan lain dilakukan dengan:

1. mengoptimalkan fungsi lahan produktif pengembangan kawasan

melalui peningkatan nilai ekonomis kawasan dengan

agropolitan;

2. mengarahkan sub kawasan pertanian menjadi kawasan

pertanian terpadu dengan peningkatan produktifitas pertanian,

peternakan, dan perikanan;

3. mengoptimalkan fungsi lahan potensial sebagai lahan padang

garam yang tersebar di semua lokasi dan pada umumnya

berbatasan dengan hutan mangrove;

4. meningkatkan kegiatan sektor pertambangan selain untuk

kegiatan penggalian yang hasilnya lebih banyak digunakan untuk

sektor konstruksi;

5. meningkatkan komoditas unggulan, sarana dan prasarana

pendukung proses produksi;

6. meningkatkan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia baik

sebagai tenaga ahli maupun tenaga pendukung;

7. meningkatkan jumlah sarana dan prasarana sumber daya air dan

irigasi, seperti embung, bendungan dan jaringan irigasi lainnya;

8. melaksanakan kerjasama dengan pihak investor, terkait

pemberian kredit/modal usaha;dan

9. mengidentifikasi potensi kawasan atau sub sektor strategis yang

dapat dikembangkan dan penetapan kawasan ekonomi khusus

baru.

b. mengendalikan perkembangan ruang sekitar kawasan strategis

perkotaan dilakukan dengan:

1. menetapkan batas pengaruh kawasan strategis kabupaten;dan

Page 24: Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nagekeo

2. menetapkan pola pemanfaatan lahan, sesuai dengan fungsi dan

peran masing-masing kawasan.

c. meningkatkan dan memantapkan fungsi dan peran kawasan

strategis sosial dan budaya dilakukan dengan:

1. mengembangkan kawasan melalui peningkatan nilai ekonomis

kawasan, antara lain pemanfaatan sebagai aset wisata,

penelitian dan pendidikan;

2. melestarikan kawasan sekitar serta memberikan gambaran

berupa relief atau sejarah yang menerangkan objek/situs

tersebut;

3. membina masyarakat sekitar untuk ikut berperan dalam

menjaga peninggalan sejarah;

4. mengendalikan kawasan sekitar kawasan strategis sosial dan

budaya secara ketat;dan

5. mengendalikan perkembangan kawasan sekitar situs cagar

budaya.

d. meningkatkan dan memantapkan fungsi dan peran kawasan

strategis perlindungan ekosistem dan lingkungan dilakukan dengan:

1. membatasi dan mencegah pemanfaatan ruang yang berpotensi

mengurangi fungsi perlindungan kawasan;

2. melarang alih fungsi pada kawasan yang telah ditetapkan

sebagai kawasan lindung;

3. membatasi pengembangan prasarana dan sarana di dalam dan

di sekitar kawasan yang ditetapkan untuk fungsi lindung yang

dapat memicu perkembangan kegiatan budidaya;

4. merehabilitasi fungsi lindung kawasan yang menurun akibat

dampak pemanfaatan ruang yang berkembang di dalam dan di

sekitar kawasan lindung; dan

5. mengembangkan kawasan melalui peningkatan nilai ekonomis

kawasan lindung dengan mengizinkan pemanfaatan untuk objek

wisata, pendidikan, dan penelitian berbasis lingkungan hidup,

dan/atau pemanfaatan mangrove dan terumbu karang sebagai

Page 25: Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nagekeo

sumber ekonomi perikanan dengan cara penangkapan yang

ramah lingkungan dan mendukung keberlanjutan.

(8) Strategi pemantapan pelestarian dan perlindungan fungsi kawasan untuk

pertahanan dan keamanan negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5

huruf h meliputi:

a. menetapkan kawasan strategis nasional dengan fungsi khusus

pertahanan dan keamanan;

b. mengembangkan kegiatan budidaya secara selektif di dalam dan di

sekitar kawasan strategis pertahanan untuk menjaga fungsi

pertahanan dan keamanan;

c. mengembangkan budidaya secara selektif di dalam dan di sekitar

kawasan khusus pertahanan untuk menjaga fungsi pertahanan dan

keamanan; dan

d. turut serta menjaga dan memelihara aset-aset pertahanan.

BAB III

RENCANA STRUKTUR RUANG

Bagian Kesatu

Umum

Pasal 7

(1) Rencana struktur ruang wilayah Kabupaten Nagekeo meliputi :

a. rencana sistem perkotaan wilayah; dan

b. rencana sistem jaringan prasarana skala kabupaten.

(2) Rencana struktur ruang wilayah digambarkan pada peta dengan tingkat

ketelitian minimal 1:50.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran I

yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Bagian Kedua

Rencana Sistem Perkotaan Wilayah

Pasal 8

(1) Rencana sistem perkotaan wilayah sebagaimana dimaksud dalam Pasal

7 ayat (1) huruf a meliputi:

Page 26: Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nagekeo

a. PKL;

b. PKLp;

c. PPK; dan

d. PPL.

(2) PKL sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a yaitu perkotaan

Mbay yang terletak di Kecamatan Aesesa.

(3) PKLp sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, yaitu Perkotaan

Boawae yang meliputi wilayah Kelurahan Nagesapadhi, Kelurahan

Natanage, Kelurahan Olakile, Kelurahan Natanage Timur, Kelurahan

Nageoga, Kelurahan Wolopogo dan Kelurahan Rega.

(4) PPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi kawasan

perkotaan:

a. Mauponggo di Kecamatan Mauponggo;

b. Mbaenuamuri di Kecamatan Keo Tengah;

c. Nangaroro di Kecamatan Nangaroro;

d. Tengatiba di Kecamatan Aesesa Selatan; dan

e. Tendakinde di Kecamatan Wolowae.

(5) PPL sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d meliputi desa:

a. Nagerawe di Kecamatan Boawae;

b. Sawu di Kecamatan Mauponggo;

c. Maukeli di Kecamatan Mauponggo;

d. Wajo di Kecamatan Keo Tengah;

e. Tonggo di Kecamatan Nangaroro;

f. Langedhawe di Kecamatan Aesesa Selatan;

g. Anakoli di Kecamatan Wolowae; dan

h. Marapokot di Kecamatan Aesesa.

Bagian Ketiga

Rencana Sistem Jaringan Prasarana Skala Kabupaten

Pasal 9

Rencana sistem jaringan prasarana skala kabupaten sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 7 ayat (1) huruf b meliputi:

Page 27: Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nagekeo

a. rencana sistem prasarana utama; dan

b. rencana sistem prasarana lainnya.

Paragraf 1

Rencana Sistem Prasarana Utama

Pasal 10

(1) Rencana sistem prasarana utama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9

huruf a meliputi:

a. sistem jaringan transportasi darat;

b. sistem jaringan transportasi laut; dan

c. sistem jaringan transportasi udara.

(2) Rencana sistem prasarana utama digambarkan pada peta dengan

tingkat ketelitian minimal 1:50.000 sebagaimana tercantum dalam

Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan

Daerah ini.

Pasal 11

(1) Sistem jaringan transportasi darat sebagaimana dimaksud dalam Pasal

10 huruf a meliputi:

a. jaringan jalan, terminal, dan rute angkutan; dan

b. jaringan sungai, danau dan penyeberangan.

(2) Jaringan jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, meliputi:

a. jaringan jalan arteri primer, kolektor primer dan lokal primer;

b. jaringan jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a meliputi

ruas-ruas jalan yang ditetapkan dalam Lampiran III yang merupakan

bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

(3) Terminal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a yaitu berupa

terminal penumpang tipe B di Kecamatan Aesesa.

(4) Rute angkutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a yaitu

berupa pengembangan angkutan penumpang dengan trayek:

Page 28: Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nagekeo

a. Kota Bajawa di Kabupaten Ngada - Kecamatan Golewa di Kabupaten

Ngada - Kecamatan Boawae - Kecamatan Nangaroro - Ende di

Kabupaten Ende – Maumere di Kabupaten Sikka;

b. Kecamatan Aesesa - Kecamatan Nangaroro - Ende di Kabupaten

Ende - Maumere di Kabupaten Sikka;

c. Kecamatan Aesesa - Kecamatan Wolowae - utara Kabupaten Ende

ke arah Maumere di Kabupaten Sikka;

d. Kecamatan Aesesa - Kecamatan Boawae - Kota Bajawa di Kabupaten

Ngada; dan

e. Kecamatan Aesesa - Kecamatan Riung di Kabupaten Ngada - Kota

Bajawa di Kabupaten Ngada.

(5) Jaringan sungai, danau dan penyeberangan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) huruf b berupa pelabuhan penyeberangan Marapokot

Mbay di Kecamatan Aesesa sebagai pelabuhan penyeberangan antar

pulau dan lintas provinsi dari Kabupaten Nagekeo.

Pasal 12

(1) Sistem jaringan transportasi laut sebagaimana dimaksud dalam Pasal

10 ayat (1) huruf b meliputi :

a. tatanan kepelabuhanan;dan

b. alur pelayaran.

(2) Tatanan kepelabuhanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a

berupa Pelabuhan Marapokot di Kecamatan Aesesa dan Pelabuhan

Marapokot II di Kecamatan Mauponggo yang berfungsi sebagai

pelabuhan pengumpan.

(3) Alur pelayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri atas

alur pelayaran dari wilayah Kabupaten menuju Kalimantan, Sulawesi,

Maluku dan daerah lain di Kawasan Timur maupun Barat Indonesia.

Pasal 13

Page 29: Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nagekeo

(1) Sistem jaringan transportasi udara sebagaimana dimaksud dalam Pasal

10 ayat (1) huruf c terdiri atas:

a. tatanan kebandarudaraan; dan

b. ruang udara untuk penerbangan.

(2) Tatanan kebandarudaraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a

yaitu Bandar Udara Surabaya II peninggalan Jepang di Kecamatan

Aesesa yang akan dikembangkan menjadi bandar udara domestik dan

internasional yang mendukung sistem transportasi udara di Kabupaten

dan wilayah sekitarnya.

(3) Ruang udara untuk penerbangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf b yaitu berupa rute penerbangan yang akan dikembangkan

menuju bandar udara terdekat yang ada dalam maupun luar wilayah

provinsi nusa tenggara timur.

(4) Ruang udara untuk penerbangan diatur lebih lanjut dalam rencana

induk bandar udara.

Paragraf 2

Rencana Sistem Prasarana Lainnya

Pasal 14

Rencana sistem prasarana lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf

b meliputi:

a. rencana sistem jaringan energi;

b. rencana sistem jaringan telekomunikasi;

c. rencana sistem jaringan sumber daya air; dan

d. rencana sistem jaringan prasarana lainnya.

Pasal 15

(1) Rencana sistem jaringan energi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14

huruf a meliputi :

a. pembangkit tenaga listrik; dan

b. jaringan prasarana energi.

Page 30: Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nagekeo

(2) Pembangkit listrik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a yaitu

berupa Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) meliputi:

a. PLTD Aesesa di Kecamatan Aesesa;

b. PLTD Tendakinde di Kecamatan Wolowae;dan

c. PLTD Kotakeo di Kecamatan Nangaroro.

(3) Pengembangan prasarana untuk pengembangan listrik meliputi:

a. pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro di

pertemuan-pertemuan sungai besar antara lain di Kecamatan

Aesesa;

b. pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya pada daerah-

daerah terpencil;dan

c. meningkatkan dan mengoptimalkan pelayanan listrik sehingga

terjadi pemerataan pelayanan di seluruh wilayah kabupaten.

(4) Jaringan prasarana energi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b

yaitu berupa gardu induk di Kelurahan Danga Kecamatan Aesesa dan

gardu distribusi yang tersebar di seluruh kecamatan.

(5) Rencana sistem jaringan energi digambarkan pada peta dengan tingkat

ketelitian minimal 1:50.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran II

yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Pasal 16

(1) Rencana sistem jaringan telekomunikasi sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 14 huruf b meliputi:

a. sistem jaringan kabel; dan

b. sistem jaringan nirkabel.

(2) Sistem jaringan kabel dan sistem jaringan nirkabel sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) terus ditingkatkan perkembangannya hingga

mencapai pelosok wilayah yang belum terjangkau sarana prasarana

telekomunikasi.

(3) Sistem jaringan nirkabel sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b

berupa BTS yang digunakan secara bersama meliputi:

Page 31: Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nagekeo

a. BTS Aeramo, Tedamude, Danga dan Nggolonio di Kecamatan

Aesesa;

b. BTS Kelewae di Kecamatan Boawae;

c. BTS Wuliwalo di Kecamatan Mauponggo;

d. BTS Ua di Kecamatan Keo Tengah;

e. BTS Nataute di Kecamatan Nangaroro;

f. BTS Tendakinde di Kecamatan Wolowae;dan

g. BTS Renduteno di Kecamatan Aesesa Selatan.

(4) Rencana sistem jaringan telekomunikasi digambarkan pada peta

dengan tingkat ketelitian minimal 1:50.000 sebagaimana tercantum

dalam Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari

Peraturan Daerah ini.

Pasal 17

(1) Rencana sistem jaringan sumber daya air, sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 14 huruf c, meliputi:

a. wilayah sungai strategis nasional;

b. jaringan sumber daya air yang ada di Kabupaten;

c. daerah irigasi;

d. prasarana air baku untuk air bersih;

e. jaringan air bersih ke kelompok pengguna;dan

f. sistem pengendalian banjir.

(2) Wilayah sungai strategis nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf a yaitu wilayah sungai Aesesa.

(3) Jaringan sumber daya air yang ada di Kabupaten sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi:

a. DAS Aesesa seluas 56.189 (lima puluh enam ribu seratus delapan

puluh sembilan) hektar;

b. Bendung Sutami di Kecamatan Aesesa seluas 3 (tiga) hektar;

c. Waduk Ngabatata di Kecamatan Aesesa Selatan dan Waduk Mbay di

Kecamatan Aesesa;

d. Embung, meliputi:

Page 32: Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nagekeo

1. Embung Tedakisa, Tedamude, Perenganting, Sangabenga,

Aeramo, Pakicaka, Boanio di Kecamatan Aesesa;

2. Embung Maladhawe di Kecamatan Aesesa Selatan;

3. Embung Dheresia, Gero, Nagerawe dan Tedamude di

Kecamatan Boawae;

4. Embung Dhusera, Gupie, Wolokisa, Malalade, Kadha Ebo, Oki,

Malanunu dan Beku di Kecamatan Nangaroro;

5. Embung Anakoli, Aemata, Ratedao di Kecamatan Wolowae; dan

6. Embung potensial lainnya di setiap kecamatan.

e. Mata air, meliputi:

1. Mata air Lowomeli di Kelurahan Ratongamobo, Wugha-wugha I

di Kelurahan Dhawe, Aekeda dan Liaoro di Desa Ngegedhawe,

dengan wilayah pelayanan Kecamatan Aesesa;

2. Mata air Labosile dan Ae A Ubu di Desa Kelimado, dan Napu

Tere di Desa Rendubutowe, Tabalape di Desa Ngegedhawe

dengan wilayah pelayanan Kecamatan Aesesa Selatan;

3. Mata air Ae Lade, Ae A, Oki Oja, Kusu Koso, Ae Eti, Ae Menge di

desa Kelimado, Ae Te di Desa Raja, Locolabo di Desa Wea Au,

Oki Kemo di Kelurahan Rega, Ae Ca di Desa Wolowea, Mata

Toyo di Desa Solo, Pisa Meka di Kelurahan Nagesapadhi, Ae

Lade dan Pisa di Kelurahan Nageoga, Mata Wala dan Mata

Dhuge di Kelurahan Natanage dengan wilayah pelayanan

Kecamatan Boawae;

4. Mata air Teo Dhae dan Eko Dhe di Desa Sawu, Aelabo dan

Aeleba di desa Wuliwalo, dengan wilayah pelayanan Kecamatan

Mauponggo;

5. Mata air Oki Puu Teye di Desa Totomala, dan Mata Konge di

Desa Tendatoto, dengan wilayah pelayanan Kecamatan

Wolowae; dan

6. Mata air Dowodambo di desa Woewutu, Ae Tele di Kelurahan

Nangaroro, Matamobo Di desa Ulupulu, Soba di desa Woedoa,

Page 33: Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nagekeo

Ae Seli I dan Ae Seli II di desa Kotakeo dengan wilayah pelayanan

Kecamatan Nangaroro.

(4) Daerah Irigasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c diarahkan

untuk mengoptimalkan pemanfaatan waduk, embung dan sungai

dengan luas kurang lebih 14.562 (empat belas ribu lima ratus enam

puluh dua) hektar ditetapkan dalam Lampiran II yang merupakan

bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

(5) Prasarana air baku untuk air bersih sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) huruf d meliputi:

a. unit Aesesa yang bersumber dari Wugha-wugha 1 dan Lowo Meli;

b. unit Boawae yang bersumber dari Ae Lade, Ae A dan Oki Oja;

c. unit Nangaroro yang bersumber dari Dowo Dambo; dan

d. unit Mauponggo yang bersumber dari Teo Dhae dan Eko Dhe.

(6) Jaringan air bersih ke kelompok pengguna sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) huruf e berupa jaringan air bersih yang dikelola oleh Badan

Layanan Umum Sistem Penyediaan Air Minum.

(7) Sistem pengendalian banjir sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf

f berupa sistem pengendalian banjir Kota Mbay yaitu rencana drainase

perkotaan secara terpadu.

(8) Rencana sistem jaringan sumber daya air digambarkan pada peta

dengan tingkat ketelitian minimal 1:50.000 sebagaimana tercantum

dalam Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari

Peraturan Daerah ini.

Pasal 18

(1) Rencana sistem jaringan prasarana lainnya sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 14 huruf d meliputi:

a. rencana sistem jaringan prasarana lingkungan; dan

b. rencana jalur evakuasi bencana.

Page 34: Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nagekeo

(2) Rencana sistem jaringan prasarana lingkungan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) huruf a meliputi:

a. rencana sistem jaringan persampahan; dan

b. rencana sistem pengolahan limbah.

(3) Rencana sistem jaringan persampahan sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) huruf a meliputi Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) dengan

menggunakan metode sanitary landfill di Towak Kecamatan Aesesa dan

di Dhereisa Kecamatan Boawae.

(4) Rencana pengembangan sistem jaringan prasarana lainnya yang

digunakan lintas wilayah administratif meliputi:

a. kerjasama antar wilayah dalam hal pengelolaan dan

penanggulangan masalah sampah terutama di wilayah perkotaan;

b. pengalokasian TPA sesuai dengan persyaratan teknis;

c. pengolahan dilaksanakan dengan teknologi ramah lingkungan

sesuai dengan kaidah teknis; dan

d. pemilihan lokasi untuk prasarana lingkungan harus sesuai dengan

daya dukung lingkungan.

(5) Upaya penanganan permasalahan limbah khusus rumah tangga

dibedakan menurut wilayah perkotaan dan perdesaan meliputi:

a. pada wilayah perkotaan pengembangan sanitasi diarahkan kepada

pemenuhan fasilitas instalasi pengolahan limbah tinja dan instalasi

pengolahan air limbah pada masing-masing Kepala Keluarga;dan

b. pada wilayah perdesaan penanganan limbah khusus rumah tangga

dapat dikembangkan fasilitas sanitasi pada setiap Kepala Keluarga

serta fasilitas sanitasi umum.

(6) Rencana jalur evakuasi bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf b meliputi:

a. jalur evakuasi bencana banjir memanfaatkan jaringan jalan menuju

fasilitas umum dan lapangan terbuka yang bebas banjir di

Kecamatan Aesesa dan Kecamatan Wolowae;

b. jalur evakuasi bencana tanah longsor memanfaatkan jaringan jalan

menuju fasilitas umum dan lapangan terbuka yang bebas tanah

Page 35: Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nagekeo

longsor di Kecamatan Aesesa, Kecamatan Boawae, dan Kecamatan

Keo Tengah; dan

c. jalur evakuasi bencana gelombang pasang dan tsunami

memanfaatkan jaringan jalan menuju fasilitas umum dan lapangan

terbuka yang bebas gelombang pasang dan tsunami di Kecamatan

Keo Tengah, Kecamatan Aesesa, Kecamatan Wolowae, dan

kecamatan lainnya.

(7) Rencana sistem jaringan prasarana lainnya digambarkan pada peta

dengan tingkat ketelitian minimal 1:50.000 sebagaimana tercantum

dalam Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari

Peraturan Daerah ini.

BAB IV

RENCANA POLA RUANG

Bagian Kesatu

Umum

Pasal 19

(1) Rencana pola ruang wilayah meliputi :

a. kawasan lindung;dan

b. kawasan budidaya.

(2) Rencana pola ruang wilayah digambarkan pada peta dengan tingkat

ketelitian 1:50.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran III yang

merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Bagian Kedua

Kawasan Lindung

Pasal 20

Kawasan lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) huruf a

meliputi:

a. kawasan hutan lindung;

b. kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya;

c. kawasan perlindungan setempat;

Page 36: Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nagekeo

d. kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya;

e. kawasan rawan bencana alam;

f. kawasan lindung geologi;

g. Kawasan Lindung lainnya.

Paragraf 1

Kawasan Hutan Lindung

Pasal 21

Kawasan hutan lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 huruf a dengan

luas total kurang lebih 11.071 (sebelas ribu tujuh puluh satu) hektar terdapat

di Kecamatan Boawae, Kecamatan Nangaroro, Kecamatan Wolowae dan

Kecamatan Aesesa.

Paragraf 2

Kawasan Yang Memberikan Perlindungan Terhadap Kawasan Bawahannya

Pasal 22

Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 huruf b yaitu kawasan resapan air

dengan luas kurang lebih 56.189 (lima puluh enam ribu seratus delapan puluh

sembilan) hektar terdapat di Kecamatan Aesesa, Kecamatan Aesesa Selatan,

Kecamatan Boawae dan Kecamatan Nangaroro.

Paragraf 3

Kawasan Perlindungan Setempat

Pasal 23

(1) Kawasan perlindungan setempat sebagaimana dimaksud dalam Pasal

20 huruf c, dengan luas kurang lebih 6.051 (enam ribu lima puluh satu)

hektar meliputi:

a. kawasan sempadan pantai;

b. kawasan sempadan sungai;

c. kawasan sekitar danau/waduk;

Page 37: Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nagekeo

d. kawasan sekitar mata air;

e. kawasan lindung spiritual;dan

f. kawasan kearifan lokal lainnya.

(2) Kawasan sempadan pantai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf

a, dengan luas kurang lebih 1.016 (seribu enambelas ) hektar, meliputi:

a. kawasan di sepanjang pesisir pantai utara yang meliputi wilayah

Kecamatan Aesesa dan Wolowae;dan

b. kawasan di sepanjang pesisir pantai selatan yang meliputi wilayah

Kecamatan Mauponggo, Keo Tengah dan Nangaroro.

(3) Kawasan sempadan pantai di sepanjang pesisir pantai utara dan pantai

selatan memiliki ketentuan :

a. daratan sepanjang tepian laut dengan jarak minimal 100 (seratus)

meter dari titik pasang air laut tertinggi ke arah darat; atau

b. daratan sepanjang tepian laut yang bentuk dan kondisi fisik

pantainya curam atau terjal dengan jarak proporsional terhadap

bentuk dan kondisi fisik pantai.

(4) Kawasan sempadan sungai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf

b dengan luas kurang lebih 3.420 (tiga ribu empat ratus duapuluh)

hektar meliputi:

a. Sungai di Olakile, Ae bha, Lowo Lele dan Nata Bhada di Kecamatan

Boawae;

b. Ae Maunori di Kecamatan Keo Tengah;

c. Lowo Redu di Kecamatan Aesesa Selatan;

d. Sungai Nangaroro, Nangamere, Ndetunura di Kecamatan

Nangaroro;

e. Sungai Aesesa dan Aemau di Kecamatan Aesesa dan kecamatan

Aesesa Selatan; dan

f. Sungai lain yang tersebar merata di setiap kecamatan.

(5) Kawasan sempadan sungai memiliki ketentuan :

a. untuk sungai di kawasan permukiman berupa sempadan sungai

yang diperkirakan cukup untuk dibangun jalan inspeksi antara 10 –

15 (sepuluh sampai lima belas) meter; atau

Page 38: Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nagekeo

b. sekurang-kurangnya 100 (seratus) meter di kiri kanan sungai besar

dan 50 (lima puluh) meter di kiri-kanan anak sungai yang berada di

luar kawasan permukiman.

(6) Kawasan sekitar danau/waduk sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf c yang terdapat di Waduk Ngabatata di Kecamatan Aesesa

Selatan dan Waduk Mbay di Kecamatan Aesesa dengan ketentuan

daratan sepanjang tepian waduk/dam yang lebarnya proporsional

dengan bentuk dan kondisi waduk/dam dengan jarak 50-100 (lima

puluh sampai seratus) meter yang memiliki luas kurang lebih 151

(seratus lima puluh satu) hektar.

(7) Kawasan sekitar mata air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d

dengan luas kurang lebih 1.370 (seribu tiga ratus tujuh puluh) hektar

diarahkan untuk mengoptimalkan fungsi sumbar daya air ditetapkan

dalam Lampiran VI yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari

Peraturan Daerah ini.

(8) Kawasan sekitar mata air memiliki ketentuan yaitu kawasan dengan

jarak kurang lebih 200 (dua ratus) meter dari mata air.

(9) Kawasan lindung spiritual sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e

dengan luas kurang lebih 34 (tiga puluh empat) hektar terdapat di

Aeramo.

(10) Kawasan lindung kearifan lokal sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf f dengan luas kurang lebih 60 (enam puluh) hektar, terdapat di

Kampung Ola Lape, Olaia dan Ola Dhawe di Kecamatan Aesesa;

Kampung Wajo di Kecamatan Keo Tengah, Kampung Boawae di

Kecamatan Boawae, dan Kampung Sawu di Kecamatan Mauponggo dan

Kampung Pautoda di Kecamatan Keo Tengah.

Paragraf 4

Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam dan Cagar Budaya

Pasal 24

Page 39: Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nagekeo

(1) Kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 20 huruf d dengan luas kurang lebih 5.892 (lima

ribu delapan ratus sembilan puluh dua) hektar, meliputi:

a. kawasan pantai berhutan bakau;

b. kawasan taman wisata alam;

c. kawasan taman wisata alam laut;dan

d. kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan.

(2) Kawasan pantai berhutan bakau sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf a dengan luas kurang lebih 1.351 (seribu tiga ratus lima puluh

satu) hektar, terdapat di:

a. sepanjang pantai di Kecamatan Aesesa dengan luas kurang lebih

550 (lima ratus lima puluh) hektar ; dan

b. sepanjang pantai di Kecamatan Wolowae dengan luas kurang lebih

801 (delapan ratus satu) hektar.

(3) Kawasan taman wisata alam sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf b dengan luas kurang lebih 4.221 (empat ribu dua ratus dua

puluh satu) hektar meliputi :

a. Pantai Utara di kecamatan Aesesa dan Kecamatan Wolowae;

b. Pantai Ennagera di Kecamatan Mauponggo;

c. Mulakoli dan Olakile di Kecamatan Boawae;

d. Tengatiba dan Tutubadha di Kecamatan Aesesa Selatan;dan

e. Tedamude dan Tedakisa di Kecamatan Aesesa.

(4) Kawasan taman wisata alam laut sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf c terdapat di Taman Laut Tonggo Kecamatan Nangaroro dengan

luas kurang lebih 20 (dua puluh) hektar.

(5) Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) huruf d dengan luas kurang lebih 300 (tiga ratus) hektar

terdiri atas :

a. Watu Togo di Kecamatan Aesesa;

b. Perkampungan Tradisional Nanganumba, Towak, Olaia, Ola Lape,

Rateule, Ola Dhawe dan Lambo di Kecamatan Aesesa;

Page 40: Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nagekeo

c. Perkampungan Tradisional Boawae, Wolowea, Natameze, Nagemi,

Gero, Natalea di Kecamatan Boawae;

d. Perkampungan Tradisional Renduola, Tutubhada, Dadho Wawo,

Wolo Wajo, Degho, Wololuba, Boaele, Lari, Boamara, Wolonio,

Nunungongo, dan Jawakisa di Kecamatan Aesesa Selatan;

e. Perkampungan Tradisional Dongga Odo di Kecamatan Nangaroro;

f. Perkampungan Tradisional Lejo, Sawu, Wulu, Paulundu, Wolosambi

dan Pau di Kecamatan Mauponggo;

g. Perkampungan Tradisional Wuji, Keliwatuwea, Wajo, Pautoda dan

Udiworowatu di Kecamatan Keo Tengah;

h. Perkampungan tradisional lainnya di setiap kecamatan; dan

i. Kawasan situs arkeologi Olabula di Olakile, kampung situs swapraja

Nagekeo di Boawae serta situs bunker gua peninggalan Jepang di

Lape dan Aeramo Kecamatan Aesesa.

Paragraf 5

Kawasan Rawan Bencana Alam

Pasal 25

(1) Kawasan rawan bencana alam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20

huruf e dengan luas kurang lebih 43.706 (empat puluh tiga ribu tujuh

ratus enam) hektar meliputi:

a. kawasan rawan banjir;

b. kawasan rawan tanah longsor;dan

c. kawasan rawan gelombang pasang dan tsunami.

(2) Kawasan rawan banjir sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a

dengan luas kurang lebih 36.076 (tiga puluh enam ribu tujuh puluh

enam) hektar, terdapat di desa dan Kelurahan dalam wilayah Kota

Mbay di Kecamatan Aesesa; dan Desa Totomala, Desa Anakoli, Desa

Tendakinde dan Desa Tendatoto di Kecamatan Wolowae.

(3) Upaya penanganan/pengelolaan kawasan rawan banjir, meliputi:

a. pelestarian dan pengelolaan DAS secara lintas wilayah;

b. pembuatan sudetan;

Page 41: Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nagekeo

c. pembuatan sumur resapan di kawasan perkotaan dan perdesaan,

kawasan pertanian yang dilengkapi dengan embung, bendung

maupun cek dam, pembuatan bendungan baru;

d. membuat saluran pembuangan yang terkoneksi dengan baik pada

jaringan primer, sekunder maupun tersier, serta tidak menyatukan

fungsi irigasi untuk drainase;

e. pembuatan tanggul pada kawasan DAS dengan prioritas pada

kawasan dataran dan rawan banjir;

f. mengoptimalkan fungsi kawasan lindung dan kawasan resapan air;

dan

g. melakukan koordinasi dalam hal pengelolaan dan pengembangan

drainase dengan wilayah lain.

(4) Kawasan rawan tanah longsor sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf b dengan luas kurang lebih 6.143 (enam ribu seratus empat puluh

tiga) hektar, meliputi: Desa Mulakoli, Desa Wea Au, dan Desa Kelimado

di Kecamatan Boawae; beberapa wilayah di Desa Renduteno,

Renduwawo, Tengatiba, Rendubutowe dan Langedhawe di Kecamatan

Aesesa Selatan dan Desa-desa di Kecamatan Keo Tengah serta desa dan

kelurahan di Kecamatan Mauponggo dan Kecamatan Nangaroro.

(5) Kawasan rawan gelombang pasang dan tsunami sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) huruf c dengan luas kurang lebih 1.487 (seribu empat

ratus delapan puluh tujuh) hektar diindikasikan berada di wilayah

pesisir Kabupaten Nagekeo sebelah selatan yaitu pesisir pantai

Mauponggo, Keo Tengah dan Nangaroro serta pesisir utara pantai

Aesesa dan Wolowae.

Paragraf 6

Kawasan Lindung Geologi

Pasal 26

(1) Kawasan lindung geologi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 huruf f

berupa kawasan rawan bencana alam geologi dengan luas kurang lebih

27.531 (dua puluh tujuh ribu lima ratus tuga puluh satu) hektar.

Page 42: Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nagekeo

(2) Kawasan rawan bencana alam geologi sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) yaitu berupa kawasan rawan bencana letusan gunung berapi

yang berada di sekitar gunung berapi Ebulobo, dengan radius jangkauan

rawan bencana berada di sekitar wilayah Kecamatan Boawae dan

Kecamatan Mauponggo.

Paragraf 7

Kawasan Lindung Lainnya

Pasal 27

Kawasan lindung lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 huruf g

berupa taman buru yang terdapat di Kecamatan Boawae, Kecamatan Aesesa

dan Kecamatan Aesesa Selatan dengan luas kurang lebih 4.909 (empat ribu

sembilan ratus sembilan) hektar.

Bagian Ketiga

Kawasan Budidaya

Pasal 28

Pola ruang untuk kawasan budidaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19

ayat (1) huruf b meliputi:

a. kawasan hutan produksi;

b. kawasan peruntukan pertanian;

c. kawasan peruntukan perikanan;

d. kawasan peruntukan pertambangan;

e. kawasan peruntukan industri;

f. kawasan peruntukan pariwisata;

g. kawasan peruntukan permukiman;

h. kawasan peruntukan ruang terbuka hijau;dan

i. kawasan pertahanan dan keamanan.

Page 43: Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nagekeo

Paragraf 1

Kawasan Hutan Produksi

Pasal 29

(1) Kawasan hutan produksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 huruf a

dengan luas kurang lebih 20.898 (dua puluh ribu delapan ratus

sembilan puluh delapan) hektar meliputi:

a. kawasan hutan produksi terbatas;dan

b. kawasan hutan produksi tetap.

(2) Kawasan hutan produksi terbatas sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf a terdapat di Kecamatan Wolowae dan Kecamatan Aesesa

dengan luas kurang lebih 12.332 (dua belas ribu tiga ratus tiga puluh

dua) hektar.

(3) Kawasan hutan produksi tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf b tersebar di wilayah Kecamatan Aesesa, Kecamatan Keo Tengah,

Nangaroro dan Boawae dengan luas kurang lebih 8.566 (delapan ribu

lima ratus enam puluh enam) hektar.

Paragraf 2

Kawasan Peruntukan Pertanian

Pasal 30

(1) Kawasan peruntukan pertanian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28

huruf b dengan luas kurang lebih 99.468 (sembilan puluh sembilan ribu

empat ratus enam puluh delapan) hektar meliputi:

a. kawasan peruntukan tanaman pangan;

b. kawasan peruntukan hortikultura;

c. kawasan perkebunan;

d. kawasan peternakan; dan

e. kawasan pertanian berkelanjutan.

(2) Kawasan peruntukan tanaman pangan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) huruf a meliputi:

a. pertanian tanaman pangan lahan basah, yang tersebar di

Kecamatan Aesesa, Kecamatan Boawae, Kecamatan Wolowae,

Page 44: Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nagekeo

Kecamatan Nanggaroro dan Kecamatan Mauponggo dengan luas

kurang lebih 5.663 (lima ribu enam ratus enam puluh tiga) hektar;

dan

b. pertanian tanaman pangan lahan kering, yang tersebar di seluruh

wilayah kecamatan dengan luas kurang lebih 5.349 (lima ribu tiga

ratus empat puluh sembilan) hektar.

(3) Kawasan peruntukan hortikultura sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf b terdapat di Kecamatan Aesesa Selatan, Kecamatan Boawae dan

Kecamatan Mauponggo dengan luas kurang lebih 47.831 (empat puluh

tujuh ribu delapan ratus tiga puluh satu) hektar, yang dikembangkan

pula sebagai kawasan agropolitan dengan komoditi unggulan berupa

buah-buahan meliputi pisang, mangga, jeruk dan jahe; sedangkan

sayur-sayuran meliputi bawang merah, bawang putih, tomat, cabe dan

kacang panjang.

(4) Kawasan peruntukan perkebunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf c, tersebar di seluruh wilayah kecamatan dengan luas kurang

lebih 16.404 (enam belas ribu empat ratus empat) hektar.

(5) Kawasan peruntukan peternakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf d meliputi ternak besar dan ternak kecil yang tersebar di

Kecamatan Aesesa, Kecamatan Aesesa Selatan, Kecamatan Wolowae,

Kecamatan Boawae dan Kecamatan Nangaroro dengan luas kurang

lebih 19.634 (sembilan belas ribu enam ratus tiga puluh empat) hektar.

(6) Kawasan pertanian berkelanjutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf e ditetapkan pada daerah irigasi kabupaten dan daerah irigasi

nasional yang berada di wilayah kabupaten seluas lebih kurang 9.936

(sembilan ribu sembilan ratus tiga puluh enam) hektar.

Paragraf 3

Kawasan Peruntukan Perikanan

Pasal 31

Page 45: Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nagekeo

(1) Kawasan peruntukan perikanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28

huruf c dengan luas kurang lebih 47.922 (empat puluh tujuh ribu

sembilan ratus dua puluh dua) hektar meliputi:

a. kawasan peruntukan perikanan tangkap;dan

b. kawasan peruntukan budidaya perikanan.

(2) Kawasan peruntukan perikanan tangkap sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) huruf a meliputi:

a. kawasan peruntukan perikanan di pesisir selatan terdapat di

Kecamatan Nangaroro, Kecamatan Keo Tengah dan Kecamatan

Mauponggo dengan luas kurang lebih 20.000 (dua puluh ribu)

hektar; dan

b. kawasan peruntukan perikanan di pesisir utara terdapat di

Kecamatan Aesesa dan Kecamatan Wolowae dengan luas kurang

lebih 25.000 (dua puluh lima ribu) hektar.

(3) Kawasan peruntukan budidaya perikanan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) huruf b terdapat di wilayah pesisir utara dan pesisir selatan

Kabupaten Nagekeo dengan luas kurang lebih 2.922 (dua ribu sembilan

ratus dua puluh dua) hektar.

(4) Pelabuhan Nangadhero di Kecamatan Aesesa dan Pelabuhan

Nangaroro di Kecamatan Nangaroro yang berfungsi sebagai pelabuhan

khusus perikanan.

Paragraf 4

Kawasan Peruntukan Pertambangan

Pasal 32

(1) Kawasan peruntukan pertambangan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 28 huruf d berupa kawasan peruntukan pertambangan mineral

dengan luas kurang lebih 1.857 (seribu delapan ratus lima puluh tujuh)

hektar.

(2) Kawasan peruntukan pertambangan mineral sebagaimana dimaksud

pada ayat (1), meliputi:

Page 46: Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nagekeo

a. kawasan peruntukan pertambangan batu gamping terdapat di

Kecamatan Boawae dan Kecamatan Nangaroro;

b. kawasan peruntukan pertambangan batu besi terdapat di

Kecamatan Aesesa dan Kecamatan Aesesa Selatan;

c. kawasan peruntukan pertambangan batu pasir terdapat di

Kecamatan Keo Tengah, Kecamatan Aesesa, Kecamatan Nangaroro

dan Kecamatan Boawae;

d. kawasan peruntukan pertambangan batu pasir besi terdapat di

Kecamatan Nangaroro dan Kecamatan Mauponggo;

e. kawasan peruntukan pertambangan mangan terdapat di Kecamatan

Aesesa dan Kecamatan Aesesa Selatan;

f. kawasan peruntukan pertambangan tembaga terdapat di

Kecamatan Aesesa dan Kecamatan Aesesa Selatan;

g. kawasan peruntukan pertambangan marmer terdapat di Kecamatan

Aesesa Selatan dan Kecamatan Wolowae;

h. kawasan dengan indikasi potensi pertambangan emas terdapat di

Kecamatan Aesesa dan Kecamatan Aesesa Selatan;

i. kawasan dengan indikasi potensi pertambangan gipsum terdapat di

Kecamatan Wolowae;

j. kawasan peruntukan pertambangan tanah liat dan lempung

terdapat di Kecamatan Aesesa dan Kecamatan Wolowae; dan

k. kawasan peruntukan pertambangan batu warna terdapat di

Kecamatan Nangaroro.

Paragraf 5

Kawasan Peruntukan Industri

Pasal 33

(1) Kawasan peruntukan industri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28

huruf e berupa kawasan peruntukan industri menengah dan industri

rumah tangga dengan luas kurang lebih 7.439 (tujuh ribu empat ratus

tiga puluh sembilan) hektar.

Page 47: Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nagekeo

(2) Kawasan peruntukan industri menengah sebagaimana dimaksud pada

ayat (1), dengan luas kurang lebih 5.439 (lima ribu empat ratus tiga

puluh sembilan) hektar, meliputi:

a. kawasan industri pengolahan perikanan terpadu berupa Tempat

Pelelangan Ikan dan kawasan pengolahan hasil ikan di kawasan

pesisir di Marapokot dan Nangadhero di Kecamatan Aesesa; dan

b. kawasan industri pengolahan hasil pertanian (agroindustri) dan

pertambangan di Desa Nggolonio dan Desa Waekokak di Kecamatan

Aesesa.

(3) Kawasan peruntukan industri rumah tangga sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) yaitu berupa kawasan peruntukan industri garam yang

terdapat di Kecamatan Aesesa dan Kaburea di Kecamatan Wolowae

dengan luas kurang lebih 2.000 (dua ribu) hektar.

Paragraf 6

Kawasan Peruntukan Pariwisata

Pasal 34

(1) Kawasan peruntukan pariwisata sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28

huruf f dengan luas kurang lebih 7.109 (tujuh ribu seratus sembilan)

hektar meliputi:

a. kawasan peruntukan pariwisata budaya;

b. kawasan peruntukan pariwisata alam; dan

c. kawasan peruntukan pariwisata buatan.

(2) Kawasan peruntukan pariwisata budaya sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) huruf a dengan luas kurang lebih 140 (seratus empat puluh)

hektar meliputi :

a. kawasan peruntukan pariwisata kawasan utara yang meliputi

Perkampungan Tradisional di Kecamatan Aesesa dan Wolowae;

b. kawasan peruntukan pariwisata kawasan tengah yang meliputi

Perkampungan Tradisional di Kecamatan Boawae, dan

Perkampungan Tradisional di Kecamatan Aesesa Selatan; dan

c. kawasan peruntukan pariwisata kawasan selatan yang meliputi

Perkampungan Tradisional di Kecamatan Mauponggo,

Page 48: Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nagekeo

Perkampungan Tradisional di Kecamatan Keo Tengah dan

Kecamatan Nangaroro.

(3) Kawasan peruntukan pariwisata alam sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) huruf b dengan luas kurang lebih 1.770 (seribu tujuh ratus tujuh

puluh) hektar meliputi:

a. kawasan peruntukan pariwisata Kota Mbay yang meliputi kawasan

sumber air panas Puta di Kecamatan Aesesa, kawasan pantai

Watundoa -Marapokot – Nangadhero - Anakoli dan kawasan sekitar

Gua Jepang;

b. kawasan peruntukan pariwisata kawasan tengah yang meliputi

kawasan sekitar Gunung Ebulobo; dan

c. kawasan peruntukan pariwisata pesisir selatan yang meliputi Pantai

Ena Gera di Kecamatan Mauponggo dan Pantai Tonggo di

Kecamatan Nangaroro .

(4) Kawasan peruntukan pariwisata buatan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) huruf c, dengan luas kurang lebih 5.199 (lima ribu seratus

sembilan puluh sembilan) hektar meliputi:

a. kawasan peruntukan pariwisata Kota Mbay yang meliputi kawasan

Agrowisata Mbay dan kawasan Bendungan Sutami di Kecamatan

Aesesa; dan

b. kawasan peruntukan pariwisata pesisir selatan yang meliputi

kawasan perkebunan di pesisir selatan Kabupaten Nagekeo.

Paragraf 7

Kawasan Peruntukan Permukiman

Pasal 35

(1) Kawasan peruntukan permukiman sebagaimana dimaksud dalam Pasal

28 huruf g dengan luas kurang lebih 108.955 (seratus delapan ribu

sembilan ratus lima puluh lima) hektar meliputi:

a. kawasan peruntukan permukiman perkotaan; dan

b. kawasan peruntukan permukiman perdesaan.

Page 49: Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nagekeo

(2) Kawasan peruntukan permukiman perkotaan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) huruf a terdapat di perkotaan Aesesa di Kecamatan

Aesesa dengan luas kurang lebih 37.095 (tiga puluh tujuh ribu sembilan

puluh lima) hektar.

(3) Kawasan peruntukan permukiman perdesaan sebagaimana dimaksud

pada ayat (2) huruf b tersebar di seluruh kecamatan, yaitu di

Kecamatan Aesesa, Kecamatan Wolowae, Kecamatan Mauponggo,

Kecamatan Keo Tengah, Kecamatan Nangaroro dan Kecamatan Aesesa

Selatan dengan luas kurang lebih 71.860 (tujuh puluh satu ribu delapan

ratus enam puluh) hektar.

Paragraf 8

Kawasan Peruntukan Ruang Terbuka Hijau

Pasal 36

Kawasan Ruang Terbuka Hijau (RTH) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28

huruf h dengan luas kurang lebih 27.229 (dua puluh tujuh ribu dua ratus dua

puluh sembilan) hektar meliputi :

a. kawasan RTH sempadan sungai;

b. kawasan RTH sempadan waduk, bendungan, situ, danau, dan mata air;

c. kawasan RTH sempadan pantai;

d. kawasan RTH hutan kota;

e. kawasan RTH taman rekreasi; dan

f. kawasan RTH sempadan jalan.

Paragraf 9

Kawasan Peruntukan Pertahanan dan Keamanan

Pasal 37

Kawasan peruntukan pertahanan dan keamanan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 28 huruf i, dengan luas kurang lebih 30 (tiga puluh) hektar

meliputi :

Page 50: Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nagekeo

a. kawasan peruntukan pelayanan pertahanan dan keamanan setingkat

rayon/sektor di masing-masing kecamatan;dan

b. kawasan peruntukan pelayanan pertahanan dan keamanan setingkat

distrik/resort di pusat perkotaan Mbay.

BAB V

PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS

Pasal 38

(1) Kawasan strategis yang ada di Kabupaten Nagekeo meliputi:

a. kawasan strategis nasional; dan

b. kawasan strategis kabupaten.

(2) Rencana kawasan strategis digambarkan pada peta dengan tingkat

ketelitian 1:50.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran III yang

merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Pasal 39

Kawasan Strategis Nasional yang ada di Kabupaten Nagekeo sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 38 ayat (1) huruf a adalah KAPET Mbay yang merupakan

kawasan strategis dari sudut kepentingan ekonomi.

Pasal 40

(1) Kawasan Strategis Kabupaten sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38

ayat (1) huruf b meliputi :

a. kawasan strategis dari sudut kepentingan ekonomi;

b. kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial budaya;

c. kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung

lingkungan hidup; dan

d. kawasan strategis dari sudut kepentingan pertahanan dan

keamanan.

(2) Kawasan strategis dari sudut kepentingan ekonomi sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:

Page 51: Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nagekeo

a. kawasan perkotaan Mbay di Kecamatan Aesesa yang berfungsi

sebagai pusat KAPET Mbay dan ibukota Kabupaten Nagekeo;

b. kawasan Lambo di Kecamatan Aesesa sebagai kawasan Kota

Terpadu Mandiri; dan

c. kawasan Pelabuhan Marapokot.

(3) Kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial budaya sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf b berupa perkampungan tradisional dan

kawasan situs arkeologi Olabula di Kecamatan Boawae.

(4) Kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung

lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c terdapat

di kawasan sekitar Sungai Aesesa dan Taman Laut Tonggo di Kecamatan

Nangaroro.

(5) Kawasan strategis dari sudut kepentingan pertahanan dan keamanan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d terdiri atas:

a. diperuntukkan bagi kepentingan pemeliharaan pertahanan dan

keamanan negara berdasarkan geostrategis nasional;dan

b. diperuntukkan bagi basis militer, daerah latihan militer, daerah

pembuangan amunisi, daerah uji coba sistem persenjataan,

dan/atau kawasan industri sistem pertahanan.

BAB VI

ARAHAN PEMANFAATAN RUANG WILAYAH

Pasal 41

(1) Arahan pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten merupakan indikasi

program utama yang memuat uraian program atau kegiatan, sumber

pendanaan, instansi pelaksana dan tahapan pelaksanaan.

(2) Pelaksanaan RTRW Kabupaten terbagi dalam 4 (empat) tahapan meliputi:

a. Tahap I (tahun 2011-2016);

b. Tahap II (tahun 2016-2021);

c. Tahap III (tahun 2021-2026); dan

d. Tahap IV (tahun 2026-2031).

Page 52: Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nagekeo

(3) Prioritas pelaksanaan pembangunan disusun berdasarkan atas

kemampuan pembiayaan dan kegiatan yang mempunyai efek ganda

sesuai arahan umum pembangunan daerah.

(4) Prioritas pembangunan yang menjadi komitmen seluruh jajaran

pemerintahan Kabupaten Nagekeo dan masyarakatnya meliputi:

a. pengembangan Perkotaan Mbay sebagai pusat pemerintahan

Kabupaten Nagekeo sekaligus sebagai pusat pengembangan utama

Kabupaten;

b. membuka dan mengembangkan potensi kawasan strategis yang

dapat mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah seperti

pengembangan agropolitan, pengembangan kawasan industrial

estate, pengembangan kawasan agroindustri, pariwisata dan

pertanian tanaman pangan;

c. membuka dan mengembangkan kawasan perbatasan, tertinggal

dan terisolir dengan pengembangan sistem jaringan jalan yang

dapat menghubungkan antar pusat-pusat kegiatan wilayah,

perkotaan dan perdesaan;

d. pengembangan dan peningkatan sistem transportasi yang

terintegrasi dengan wilayah pusat-pusat pertumbuhan regional-

nasional yang direncanakan terpadu antara jaringan jalan, terminal

dan pelabuhan;

e. membangun prasarana dan sarana pusat pemerintahan,

perdagangan dan jasa, pendidikan, kesehatan di masing-masing

pusat pertumbuhan wilayah dimana pembangunan sesuai fungsi

dan peranannya baik wilayah perkotaan maupun perdesaan;

f. dukungan pembangunan sarana dasar wilayah seperti jaringan

listrik, telepon dan air bersih, agribisnis hulu dan hilir, promosi yang

dapat menunjang perkembangan pusat-pusat pelayanan wilayah,

industri, pertanian dan pariwisata;

g. penanganan dan pengelolaan kawasan DAS, sumber mata air,

pembangunan dan pengembangan sumber daya alam berlandaskan

kelestarian lingkungan; dan

Page 53: Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nagekeo

h. peningkatan sumber daya manusia dengan penguasaan ilmu dan

teknologi, keterampilan dan kewirausahaan dalam mempersiapkan

penduduk pada semua sektor, menghadapi tantangan globalisasi

dan pasar bebas.

(5) Arahan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten disusun dengan kriteria:

a. mendukung perwujudan struktur ruang, pola ruang, dan kawasan

strategis kabupaten;

b. mendukung program utama penataan ruang nasional dan provinsi;

c. realistis, objektif, terukur, dan dapat dilaksanakan dalam jangka

waktu perencanaan;

d. konsisten dan berkesinambungan terhadap program yang disusun,

baik dalam jangka waktu tahunan maupun antar lima tahunan; dan

e. sinkronisasi antar program harus terjaga.

Pasal 42

(1) Program pemanfaatan ruang disusun berdasarkan indikasi program

utama lima tahunan yang ditetapkan dalam Lampiran VIII yang

merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

(2) Pendanaan program pemanfaatan ruang bersumber dari Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara, Anggaran Pendapatan dan Belanja

Daerah, investasi swasta dan kerjasama pendanaan.

(3) Kerjasama pendanaan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

BAB VII

KETENTUAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG

Bagian Kesatu

Umum

Pasal 43

(1) Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten

digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan pengendalian

pemanfaatan ruang wilayah kabupaten.

Page 54: Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nagekeo

(2) Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang terdiri atas :

a. ketentuan umum peraturan zonasi;

b. ketentuan perizinan;

c. ketentuan insentif dan disinsentif;dan

d. arahan pengenaan sanksi.

Bagian Kedua

Ketentuan Umum Peraturan Zonasi

Pasal 44

(1) Ketentuan umum peraturan zonasi sistem kabupaten digunakan

sebagai pedoman bagi pemerintah daerah dalam menyusun peraturan

zonasi.

(2) Ketentuan umum peraturan zonasi terdiri atas :

a. ketentuan umum peraturan zonasi untuk struktur ruang;

b. ketentuan umum peraturan zonasi untuk pola ruang;dan

c. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan strategis.

Paragraf 1

Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Struktur Ruang

Pasal 45

Ketentuan umum peraturan zonasi struktur ruang sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 44 ayat (2) huruf a terdiri atas:

a. rencana sistem perkotaan wilayah;dan

b. rencana sistem jaringan prasarana skala kabupaten.

Pasal 46

(1) Ketentuan umum peraturan zonasi rencana sistem perkotaan wilayah,

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 huruf a terdiri atas:

a. sistem perkotaan;dan

b. sistem perdesaan.

Page 55: Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nagekeo

(2) Ketentuan umum peraturan zonasi pada sistem perkotaan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, meliputi:

a. kawasan perkotaan diperuntukan bagi kegiatan intensitas tinggi

dengan mengutamakan fungsi perdagangan dan jasa, industri,

permukiman, dan fasilitas umum sesuai dengan karakter

perkotaan di Kabupaten Nagekeo;

b. intensitas kegiatan tinggi dengan Koefisien Dasar Bangunan (KDB),

Koefisien Lantai Bangunan (KLB) dan Koefisien Dasar Hijau (KDH)

sesuai dengan peruntukan masing-masing dengan menyediakan

RTH minimum 20% (dua puluh persen) sebagai RTH publik dan

10% (sepuluh persen) RTH privat;dan

c. pengendalian fungsi kawasan sesuai dengan peraturan zonasi dan

perkembangan yang ada pada setiap kawasan perkotaan.

(3) Ketentuan umum peraturan zonasi pada sistem perdesaan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, meliputi:

a. kawasan perdesaan diperuntukan bagi kegiatan intensitas rendah

dengan mengutamakan fungsi pertanian dan pendukung kegiatan

agropolitan sesuai dengan potensi kawasan perdesaan di

Kabupaten Nagekeo;

b. intensitas kegiatan rendah dengan KDB, KLB dan KDH sesuai

dengan peruntukan masing-masing;dan

c. pengendalian fungsi kawasan sesuai dengan peraturan zonasi dan

perkembangan yang ada pada setiap kawasan perdesaan.

Pasal 47

(1) Ketentuan umum peraturan zonasi rencana sistem jaringan prasarana

skala kabupaten, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 huruf b terdiri

atas:

a. sistem jaringan prasarana jalan;

b. sistem jaringan prasarana energi;

c. sistem jaringan sumber daya air;

d. sistem jaringan telekomunikasi;dan

Page 56: Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nagekeo

e. sistem jaringan prasarana lainnya.

(2) Ketentuan umum peraturan zonasi pada sistem jaringan prasarana

jalan, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi ketentuan

umum pengaturan zonasi pada sistem jaringan prasarana jalan arteri

primer/kolektor primer/lokal primer, dengan rincian sebagai berikut :

a. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk jaringan jalan arteri

primer disusun dengan memperhatikan:

1. jalan arteri primer didesain berdasarkan kecepatan rencana

paling rendah 60 (enam puluh) kilometer per jam dengan lebar

badan jalan paling sedikit 11 (sebelas) meter;

2. jalan arteri primer mempunyai kapasitas yang lebih besar dari

volume lalu lintas rata-rata;

3. pada jalan arteri primer lalu lintas jarak jauh tidak boleh

terganggu oleh lalu lintas ulang alik, lalu lintas lokal, dan

kegiatan lokal.

4. jumlah jalan masuk dibatasi dan direncanakan sehingga

ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan

ayat (3) masih tetap terpenuhi;

5. persimpangan sebidang pada jalan arteri primer dengan

pengaturan tertentu harus tetap memenuhi ketentuan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3) dan

ayat (4);

6. jalan arteri primer yang memasuki kawasan perkotaan

dan/atau kawasan pengembangan perkotaan tidak boleh

terputus;dan

7. lebar ruang pengawasan jalan arteri primer minimal 15

(limabelas) meter.

b. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk jaringan jalan kolektor

primer disusun dengan memperhatikan:

1. jalan kolektor primer didesain berdasarkan kecepatan rencana

paling rendah 40 (empat puluh) kilometer per jam dengan

lebar badan jalan paling sedikit 9 (sembilan) meter;

Page 57: Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nagekeo

2. jalan kolektor primer mempunyai kapasitas yang lebih besar

dari volume lalu lintas rata-rata;

3. jumlah jalan masuk dibatasi dan direncanakan sehingga

ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)

masih tetap terpenuhi;

4. persimpangan sebidang pada jalan kolektor primer dengan

pengaturan tertentu harus tetap memenuhi ketentuan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3);

jalan kolektor primer yang memasuki kawasan perkotaan

dan/atau kawasan pengembangan perkotaan tidak boleh

terputus; dan

5. lebar ruang pengawasan jalan kolektor primer minimal 10

(sepuluh) meter.

c. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk jaringan jalan lokal

primer disusun dengan memperhatikan:

1. jalan lokal primer didesain berdasarkan kecepatan rencana

paling rendah 20 (dua puluh) kilometer per jam dengan lebar

badan jalan paling sedikit 7,5 (tujuh koma lima) meter;

2. jalan lokal primer yang memasuki kawasan perdesaan tidak

boleh terputus; dan

3. lebar ruang pengawasan jalan lokal primer minimal 7 (tujuh)

meter.

(3) Ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan sekitar sistem

jaringan prasarana energi, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b

meliputi :

a. permukiman, perdagangan jasa dan fasilitas umum dapat

dikembangkan di sekitar prasarana energi dengan radius 20-25 (dua

puluh sampai dua puluh lima) meter dari prasarana energi;

b. intensitas bangunan yakni KDB, KLB dan KDH menyesuaikan dengan

jenis peruntukan yang akan dilakukan sebagaimana ketetapan

sebelumnya; dan

Page 58: Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nagekeo

c. perlu adanya pengendalian yang ketat dan pemberian sangsi bagi

yang melanggar ketentuan yang telah ditetapkan.

(4) Ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan sekitar sistem

jaringan prasarana sumber daya air, sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) huruf c meliputi :

a. larangan kegiatan yang dilakukan di luar kegiatan yang menunjang

prasarana sumber daya air;

b. kegiatan yang boleh berkembang adalah kegiatan pertanian,

perkebunan, hutan dan RTH;dan

c. perlu adanya pengendalian terutama IMB yang dikeluarkan oleh

Pemerintah Daerah.

(5) Ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan sekitar prasarana

telekomunikasi, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d meliputi :

a. permukiman, perdagangan jasa dan fasilitas umum dapat

dikembangkan di sekitar prasarana telekomunikasi dengan radius

20-25 (dua puluh sampai dua puluh lima) meter dari prasaranan

telekomunikasi;

b. ketentuan intensitas bangunan KDB, KLB dan KDH menyesuaikan

dengan jenis peruntukan yang akan dilakukan sebagaimana

ketetapan sebelumnya;dan

c. ketinggian tower tidak boleh lebih dari 52 (lima puluh dua) meter

berdasarkan ketetapan peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

(6) Ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan sekitar sistem

jaringan prasarana lainnya, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf

e meliputi :

a. arahan pengembangan sistem prasarana lingkungan yang digunakan

lintas wilayah secara administratif dengan kerjasama antar wilayah

dalam hal pengelolaan dan penanggulangan masalah sampah

terutama di wilayah perkotaan;

b. pemberdayaan masyarakat untuk pengelolaan sampah Reuse,

Reduce, Recycle (3R) komunal;

Page 59: Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nagekeo

c. penanganan persampahan selain menggunakan Reuse, Reduce,

Recycle (3R) juga dengan pengembangan sistem komposting;

d. pemilihan lokasi untuk prasarana lingkungan harus sesuai dengan

daya dukung lingkungan.

e. pengalokasian TPA sesuai dengan persyaratan teknis;

f. pengolahan dilaksanakan dengan teknologi ramah lingkungan sesuai

dengan kaidah teknis dan dengan konsep Reuse, Reduce, Recycle

(3R);

g. pemilihan lokasi untuk prasarana lingkungan harus sesuai dengan

daya dukung lingkungan;

h. penyediaan ruang untuk TPS dan atau TPA terpadu;

i. kerjasama antar wilayah dalam hal pengelolaan dan

penanggulangan masalah sampah terutama di wilayah perkotaan;

j. penerapan pengelolaan limbah bahan beracun berbahaya (B3)

terbentuk yang didasarkan atas konsep cradle-to grave dan

mendorong industri penghasil limbah untuk mengolah, mendaur

ulang serta menimbun limbahnya dekat dengan pabrik, dan

menerapkan teknik pengelolaan limbah berbahaya sesuai dengan

peraturan perundangan yang berlaku;

k. memberi kemudahan kredit pembelian alat pengolahan limbah bagi

industri kecil, atau mengurangi pajak import alat pengolah

limbah;dan

l. peningkatan kemampuan institusional dalam memberi fungsi bagi

pencemar, pemberlakuan secara ketat tentang baku mutu

lingkungan.

Paragraf 2

Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Pola Ruang

Pasal 48

Ketentuan umum peraturan zonasi pola ruang sebagaimana yang dimaksud

dalam Pasal 44 ayat (2) huruf b meliputi:

Page 60: Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nagekeo

a. kawasan lindung;dan

b. kawasan budidaya.

Pasal 49

(1) Ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan lindung sebagaimana

yang dimaksud dalam Pasal 48 huruf a adalah peraturan pada kawasan

lindung yang secara ekologis merupakan satu ekosistem yang terletak

pada wilayah kabupaten meliputi:

a. kawasan pada hutan lindung ;

b. kawasan perlindungan bawahnya;

c. kawasan perlindungan setempat;

d. kawasan suaka alam;dan

e. kawasan rawan bencana.

(2) Ketentuan umum peraturan zonasi pada hutan lindung sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:

a. pengembangan ekowisata dengan tidak merubah bentang alam;

b. dilarang untuk kegiatan yang berpotensi mengurangi luasan

kawasan hutan lindung;

c. pada kawasan lindung, kegiatan budidaya yang diperkenankan

adalah kegiatan yang tidak mengolah permukaan tanah secara

intensif seperti hutan atau tanaman keras sehingga tidak terjadi

erosi tanah atau merubah bentang alam, kecuali kegiatan tersebut

mempunyai nilai ekonomi tinggi bagi kepentingan kabupaten,

nasional maupun regional;

d. apabila ada hutan produksi dan kegiatan budidaya lainnya yang

masuk dalam hutan lindung agar ditingkatkan upaya konservasinya

menjadi hutan produksi terbatas;dan

e. ketentuan umum intensitas bangunan yaitu KDB yang diizinkan 10%

(sepuluh persen), KLB 10% (sepuluh persen) dan KDH 90% (sembilan

puluh persen).

(3) Ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan perlindungan

bawahnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi:

Page 61: Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nagekeo

a. kawasan resapan air yang diusulkan dapat dibudidayakan sebagai

perkebuan tanaman tahunan/tanaman keras dan jenis komoditas

yang ditanam disesuaikan dengan komoditas andalan wilayah

tersebut;

b. kawasan resapan air perlahan-lahan fungsinya ditingkatkan menjadi

hutan lindung khususnya pada wilayah-wilayah dengan kelerengan

> 25 % (lebih dari dua puluh lima persen) dan zona ini dapat

dikukuhkan sebagai hutan lindung dan tidak dibudidayakan;

c. dapat dialokasikan sebagai kebun campuran, tanaman tahunan,

hutan produksi terbatas ataupun hutan lindung, kegiatan budidaya

yang diperbolehkan adalah kegiatan yang tidak mengurangi fungsi

lindung kawasan;

d. kegiatan yang masih boleh dilaksanakan adalah pertanian tanaman

semusim atau tahunan yang disertai tindakan konservasi dan

ekowisata;

e. kegiatan yang tidak mengolah tanah secara intensif, kecuali

dipandang memiliki nilai ekonomi yang tinggi bagi kepentingan

regional dan nasional; dan

f. ketentuan umum intensitas bangunan KDB yang diizinkan 10%

(sepuluh persen), KLB 10% (sepuluh persen) dan KDH 90% (sembilan

puluh persen).

(4) Ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan perlindungan

setempat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c terdiri dari

kawasan sempadan sungai, kawasan sekitar danau/waduk, kawasan

sekitar mata air, dengan rincian sebagai berikut :

a. peraturan zonasi pada kawasan sempadan sungai meliputi:

1. penentuan kawasan sempadan bagi perlindungan DAS dan

zonasi pemanfaatan DAS berdasarkan daya dukung

lingkungannya terutama untuk daerah tangkapannya;

2. penentuan kawasan sempadan sungai bagi perlindungan DAS

yaitu sekurang-kurangnya 100 (seratus) meter di kiri kanan

Page 62: Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nagekeo

sungai besar, dan 50 (lima puluh) meter di kiri kanan anak

sungai yang berada di luar permukiman;

3. pengelolaan zona pemanfaatan DAS dilakukan dengan

membagi tipologi DAS. Berdasarkan tipologinya, DAS terbagi

menjadi daerah hulu sungai, daerah sepanjang aliran sungai,

daerah irigasi, daerah perkotaan dan industri, serta daerah

muara sungai;

4. kegiatan yang mampu melindungi atau memperkuat tebing

sungai atau saluran dari kelongsoran, kegiatan yang tidak

memperlambat jalannya arus air, kecuali memang sengaja

bermaksud untuk memperlambat laju arus air seperti

pembuatan cek dam atau krib, atau dam, atau pembelok arus

air sungai;

5. KDB yang diijinkan 10% (sepuluh persen), KLB 10% (sepuluh

persen) dan KDH 90% (sembilan puluh persen);dan

6. sempadan sungai besar di luar kawasan permukiman adalah

100 (seratus) meter, sedangkan sempadan anak-anak sungai

sebesar 50 (lima puluh) meter, sempadan sungai dan anak

sungai yang melewati permukiman minimal 15 (lima belas)

meter.

b. ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan sekitar

danau/waduk meliputi:

1. kegiatan perikanan, ekowisata, pertanian dengan jenis

tanaman yang diizinkan, pemasangan papan pengumuman,

pemasangan fondasi dan rentang kabel, fondasi

jalan/jembatan, bangunan lalu lintas air, pengambilan dan

pembuangan air serta bangunan yang mendukung kelestarian

kawasan;

2. kegiatan yang diperkenankan adalah kegiatan yang berkaitan

dengan wisata seperti hotel, rumah makan, tempat rekreasi

dengan tetap mengupayakan pembangunan fisik yang mampu

mencegah terjadinya sedimentasi ke dalam waduk/danau;

Page 63: Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nagekeo

3. dilarang menyelenggarakan kegiatan yang mengganggu

kelestarian daya tampung waduk seperti pendirian bangunan,

permukiman dan penanaman tanaman semusim yang

mempercepat pendangkalan;

4. KDH yang diizinkan 10% (sepuluh persen), KLB 10% (sepuluh

persen) dan KDH 90% (sembilan puluh persen); dan

5. sempadan waduk 50-100 (lima puluh sampai seratus) meter

dari tanggul waduk.

c. ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan sekitar mata air

meliputi:

1. kegiatan yang diutamakan adalah kegiatan penghutanan atau

tanaman tahunan yang produksinya tidak dengan menebang

pohon;

2. kegiatan yang masih diperkenankan adalah pertanian dengan

jenis tanaman yang tidak mengganggu mata air, pemasangan

papan reklame/pengumuman, pondasi dan rentangan kabel

listrik, kegiatan sosial masyarakat yang tidak menggunakan

tanah secara menetap atau terus menerus dan bangunan lalu

lintas air;

3. penetapan kawasan perlindungan setempat radius 200 (dua

ratus) meter dari mata air;dan

4. kawasan dengan radius 15 (lima belas) meter daerah mata air

harus bebas dari bangunan kecuali bangunan penyaluran air.

(5) Ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan suaka alam dan

pelestarian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, meliputi:

cagar alam, taman wisata alam dan cagar budaya sebagai berikut:

a. ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan cagar alam

meliputi:

1. kegiatan ekowisata dan penelitian yang tidak merusak

lingkungan;

2. KDB yang diizinkan 5% (lima persen), KLB 5% (lima persen) dan

KDH 95% (sembilan puluh lima persen);dan

Page 64: Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nagekeo

3. pembagian zona dan kegiatan : zona inti yaitu dikelola secara

alami dan menghindarkan campur tangan manusia, zona

perlindungan yaitu dikelola sebagai kawasan suaka

margasatwa, pengelola dapat melakukan pembinaan areal

dengan tanpa mengganggu fungsi suaka alam, penelitian yang

tidak merusak ekosistem di kawasan ini dapat dilakukan

dengan intensif, untuk zona pemanfaatan yaitu dikelola

sebagai taman wisata dan dimanfaatkan untuk kepentingan

rekreasi dan budaya, zona penyangga dapat dimanfaatkan

secara langsung dan tidak langsung oleh masyarakat.

b. ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan taman wisata

alam meliputi:

1. kegiatan yang diperbolehkan adalah outbond, bumi

perkemahan dengan syarat tidak boleh merubah dan merusak

bentang alam;

2. kegiatan ecotourisme terbatas dan penelitian yang tidak

merusak taman wisata alam; dan

3. KDB yang diizinkan 5% (lima persen), KLB 5% (lima persen) dan

KDH 95% (sembilan puluh lima persen).

c. ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan cagar budaya

meliputi:

1. tidak diperbolehkan adanya alih fungsi kawasan;

2. sarana prasarana yang dikembangkan pada kawasan situs-situs

yang dijadikan objek wisata harus berada di luar situs;

3. pembagian status zona/penetapan batas lapangan secara jelas

: zona perlindungan inti, merupakan bangunan/lingkungan

cagar budaya dan ilmu pengetahuan yang dilindungi, zona

pemanfaatan, lingkungan di sekitar cagar budaya yang

dimanfaatkan, baik sebagai permukiman masyarakat, maupun

pariwisata;

4. pengelolaan potensi kawasan (sebagai wisata, penelitian dan

pengembangan ilmu pengetahuan);dan

Page 65: Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nagekeo

5. KDB yang diizinkan 20% (dua puluh persen), KLB 20% (dua

puluh persen) dan KDH 80% (delapan puluh persen).

(6) Ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan rawan bencana

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e,meliputi:

a. zonasi pada kawasan rawan bencana erosi / longsor meliputi :

1. tertutup bagi kegiatan permukiman, persawahan, tanaman

semusim dan kegiatan budidaya lainnya yang berbahaya bagi

keselamatan manusia dan lingkungan;

2. pemantapan zona dengan mengembalikan kawasan sesuai

fungsi, karena wilayah rawan longsor sebagain besar termasuk

dalam kawasan hutan lindung dan resapan air;

3. pembatasan permukimakan di wilayah rawan longsor

khususnya pada kelerengan > 25% (lebih dari dua puluh lima

persen);

4. pembatasan budidaya khususnya pariwisata dan permukiman;

dan

5. KDB 30-50% (tiga puluh sampai lima puluh persen), KLB 30-

50% (tiga puluh sampai lima puluh persen) dan KDH 50-70%

(lima puluh sampai tujuh puluh persen).

b. zonasi pada kawasan rawan bencana banjir, meliputi :

1. pembangunan saluran drainase dan kegiatan pencegah

bencana banjir;

2. untuk daerah yang sudah terbangun, hendaknya diadakan

penyuluhan akan bahaya yang mungkin terjadi pada masa

yang akan datang, secara bertahap dan terencana

permukiman dipindahkan;

3. dilarang melaksanakan kegiatan permukiman, diizinkan untuk

kegiatan budidaya pertanian, perkebunan;dan

4. KDB 30-50% (tiga puluh sampai lima puluh persen), KLB 30-

50% (tiga puluh sampai lima puluh persen) dan KDH 50-70%

(lima puluh sampai tujuh puluh persen).

Page 66: Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nagekeo

Pasal 50

(1) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan budidaya sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 48 huruf b berupa peraturan pada kawasan yang

ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar

kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan

sumber daya buatan meliputi :

a. kawasan hutan produksi;

b. kawasan pertanian;

c. kawasan pertambangan;

d. kawasan industri;

e. kawasan pariwisata;

f. kawasan permukiman;

g. kawasan peruntukan RTH; dan

h. kawasan pertahanan dan keamanan.

(2) Ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan hutan produksi,

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi :

a. pembatasan pemanfaatan hasil hutan untuk menjaga kestabilan

neraca sumber daya kehutanan;

b. pendirian bangunan dibatasi hanya untuk menunjang kegiatan

pemanfaatan hasil hutan;

c. dilarang menyelenggarakan pemanfaatan lahan untuk fungsi-

fungsi yang berdampak negatif terhadap keseimbangan ekologis;

d. kawasan ini tidak boleh dialihfungsikan untuk kegiatan lain, dan

harus dikendalikan secara ketat; dan

e. KDB yang diizinkan 1% (satu persen), dan KLB 1% (satu persen).

(3) Ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan pertanian,

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi :

a. dilarang melaksanakan pembangunan fisik dengan fungsi yang

tidak mendukung kegiatan pertanian, kecuali kawasan tersebut

berada di kawasan perkotaan;

b. kawasan ini hanya diperuntukan bagi tanaman padi secara terus

menerus dengan pola tanam sesuai dengan penetapan Bupati;

Page 67: Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nagekeo

c. perubahan penggunaan lahan dari pertanian ke non pertanian

wajib memperhatikan rencana produksi pangan secara nasional

maupun regional serta ada izin lokasi dan izin perubahan

penggunaan tanah;

d. pembangunan yang bersifat non pertanian diusahakan agar tidak

menggunakan areal pertanian yang subur, beririgasi teknis,

setengah teknis dan sederhana;

e. alih fungsi sawah irigasi teknis di kawasan perkotaan diizinkan

maksimum 10% (sepuluh persen); dan

f. alih fungsi sawah irigasi teknis di kawasan perdesaan diizinkan

maksimum 5% (lima persen) terutama di ruas jalan utama dengan

syarat-syarat yang telah ditetapkan oleh pemerintah daerah.

(4) Ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan pertambangan,

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi :

a. kegiatan yang diizinkan adalah penelitian, penambangan,

pengolahan awal dan pengemasan, pengangkutan, pengelolaan

dan pemantauan kawasan;

b. kegiatan yang sudah ada yang tidak menunjang kegiatan

penambangan dan membahayakan kegiatan tersebut, secara

bertahap dipindahkan dengan penggantian yang layak;dan

c. kegiatan penambangan yang sudah selesai diselenggarakan harus

melakukan konservasi dan rehabilitasi lahan sehingga lahan bekas

tambang tidak berbahaya dan dapat dimanfaatkan untuk kegiatan

produktif lainnya.

(5) Ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan industri, sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf d meliputi :

a. untuk kegiatan atau bangunan baru yang tidak serasi dengan

kegiatan industri seperti permukiman, pertanian, perusahaan dan

jasa perkantoran yang tidak ada hubungannya dengan industri

tidak diperkenankan;

b. pemanfaatan permukiman, perdagangan dan jasa serta fasilitas

umum maksimum 25% dari luas areal yang ada;

Page 68: Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nagekeo

c. KDB yang diizinkan 50% (lima puluh persen), KLB 50% (lima puluh

persen) dan KDH 50% (lima puluh persen);dan

d. jenis bangunan yang diizinkan adalah bangunan

produksi/pengolahan dan penunjang, fasilitas pengangkutan dan

penunjangnya, pos pengawasan dan kantor pengelola.

(6) Ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan pariwisata,

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e meliputi :

a. kegiatan yang diizinkan adalah kunjungan atau pelancongan,

olahraga dan rekreasi, pertunjukan dan hiburan, komersial,

menginap/bermalam, pengamatan, pemantauan, pengawasan

dan pengelolaan kawasan;

b. untuk kegiatan ecotourisme pengembangan yang dilakukan tidak

bertentangan dengan fungsi kawasan terutama pada kawasan

lindung; dan

c. pemanfaatan permukiman, perdagangan dan jasa serta fasilitas

umum maksimum 20% (dua puluh persen) dari luas lahan yang

ada dengan KDB yang diizinkan 30% (tiga puluh persen), KLB 30%

(tiga puluh persen) dan KDH 70% (tujuh puluh persen).

(7) Ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan permukiman,

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f meliputi :

a. permukiman perkotaan KDB yang diizinkan 60-70% (enam puluh

sampai tujuh puluh persen), KLB 60-210% (enam puluh sampai

dua ratus sepuluh persen) dan KDH 30-40% (tiga puluh sampai

empat puluh persen);

b. kawasan permukiman perdesaan KDB yang diizinkan 50-60% (lima

puluh sampai enam puluh persen), KLB 50-180% (lima puluh

sampai seratus delapan puluh persen) dan KDH 40-50% (empat

puluh sampai lima puluh persen);

c. kawasan perdagangan dan jasa di lingkungan permukiman

perkotaan KDB yang diizinkan 70-80% (tujuh puluh sampai

delapan puluh persen), KLB 70-240% (tujuh puluh sampai dua

Page 69: Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nagekeo

ratus empat puluh persen) dan KDH 20-30% (dua puluh sampai

tiga puluh persen),

d. kawasan fasilitas umum di lingkungan permukiman perkotaan KDB

yang diizinkan 50-60% (lima puluh sampai enam puluh persen),

KLB 50-180% (lima puluh sampai seratus delapan puluh persen)

dan KDH 40-50% (empat puluh sampai lima puluh persen);

e. kawasan perdagangan dan jasa di lingkungan permukiman

perdesaan KDB yang diizinkan 60-70% (enam puluh sampai tujuh

puluh persen), KLB 60-210% (enam puluh sampai seratus dua

puluh persen) dan KDH 30-40% (tiga puluh sampai empat puluh

persen);dan

f. kawasan fasilitas umum di lingkungan permukiman perdesaan

KDB yang diizinkan 50-60% (lima puluh sampai enam puluh

persen), KLB 50-180% (lima puluh sampai seratus delapan puluh

persen) dan KDH 40-50% (empat puluh sampai lima puluh persen).

(8) Ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan RTH, sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf g meliputi :

a. RTH publik yaitu taman kota, taman pemakaman umum, dan jalur

hijau sepanjang jalan, sungai, dan pantai, dengan proporsi paling

sedikit 20% (dua puluh persen);

b. RTH privat yaitu kebun atau halaman rumah/gedung milik

masyarakat/ swasta yang ditanami tumbuhan, dengan proporsi

10% (sepuluh persen); dan

c. Ketentuan lebih lanjut mengenai RTH Perkotaan sebagaimana

dimaksud pada huruf a dan b diatur dalam Rencana Detail Tata

Ruang.

(9) Ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan pertahanan dan

keamanan, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf h meliputi :

a. diperkenankan adanya sarana dan prasarana pendukung fasilitas

peruntukan tersebut sesuai dengan petunjuk teknis dan

peraturan yang berlaku;dan

Page 70: Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nagekeo

b. mengendalikan kawasan budidaya pada sekitar kawasan

pertahanan dan keamanan.

Paragraf 3

Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Pada Kawasan Strategis

Pasal 51

(1) Ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan strategis kabupaten

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 ayat (2) huruf c berupa

pelaksanaan pembangunan, meliputi:

a. kawasan strategis ekonomi;

b. kawasan strategis sosial kultural;

c. kawasan strategis fungsi dan daya dukung lingkungan hidup;dan

d. kawasan strategis pertahanan dan keamanan.

(2) Arahan ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan strategis

ekonomi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:

a. pengembangan kawasan strategis ekonomi yang akan memicu

perkembangan kawasan sekitarnya;

b. penyediaan fasilitas perkotaan pendukung agropolitan;serta

c. penyediaan prasarana pendukung dan pengendalian kawasan

sekitar prasarana yang ada.

(3) Ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan strategis sosio-kultural

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi:

a. zonasi kawasan pengembangan di sekitar kawasan; serta

b. pengamanan terhadap kawasan atau melindungi tempat serta

ruang di sekitar bangunan bernilai sejarah, situs purbakala dan

kawasan dengan bentukan geologi tertentu dengan membuat

ketentuan-ketentuan yang perlu perhatian.

(4) Ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan strategis yang

memiliki fungsi dan daya dukung lingkungan hidup, sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi:

a. pada kawasan yang telah ditetapkan memiliki fungsi lingkungan

dan terdapat kerusakan baik pada zona inti maupun zona

Page 71: Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nagekeo

penunjang harus dilakukan pengembalian ke rona awal sehingga

kehidupan satwa langka dan dilindungi dapat lestari;

b. untuk menunjang kelestarian dan mencegah kerusakan dalam

jangka panjang harus melakukan percepatan rehabilitasi lahan;

dan

c. pada zona ini tidak boleh melakukan alih fungsi lahan yang

mengganggu fungsi lindung apalagi bila di dalamnya terdapat

kehidupan berbagai satwa maupun tanaman langka yang

dilindungi.

(5) Ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan strategis pertahanan

dan keamanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d meliputi :

a. pengendalian kegiatan budidaya di sekitar kawasan strategis

pertahanan dan keamanan; dan

b. Diperkenankan adanya sarana dan prasarana pendukung fasilitas

peruntukan tersebut sesuai dengan petunjuk teknis dan peraturan

yang berlaku.

Bagian Ketiga

Ketentuan Perizinan

Pasal 52

(1) Perizinan adalah perizinan yang terkait dengan izin pemanfaatan ruang

yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan harus dimiliki

sebelum pelaksanaan pemanfaatan ruang.

(2) Jenis-jenis perizinan terkait dengan pemanfaatan ruang meliputi:

a. izin prinsip;

b. izin lokasi;

c. izin penggunaan pemanfaatan tanah (IPPT);

d. izin mendirikan bangunan;

e. Izin pemanfaatan ruang pada kawasan pengendalian ketat; dan

f. izin lain berdasarkan peraturan perundang-undangan.

(3) Mekanisme perizinan terkait pemanfaatan ruang yang menjadi

wewenang pemerintah kabupaten mencakup pengaturan keterlibatan

Page 72: Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nagekeo

masing-masing instansi perangkat daerah terkait dalam setiap perizinan

yang diterbitkan.

(4) Ketentuan teknis prosedural dalam pengajuan izin pemanfaatan ruang

maupun forum pengambilan keputusan atas izin yang akan dikeluarkan,

yang akan menjadi dasar pengembangan Standar Operasional Prosedur

(SOP) perizinan.

(5) Ketentuan pengambilan keputusan apabila dalam dokumen RTRW

kabupaten belum memberikan ketentuan yang cukup tentang perizinan

yang dimohonkan oleh masyarakat, individual maupun organisasi.

(6) Ketentuan lebih lanjut tentang tata cara pemberian perizinan dan aturan

pelaksanaannya lebih lanjut ditetapkan dalam peraturan bupati.

Bagian Keempat

Ketentuan Insentif dan Disinsentif

Pasal 53

(1) Ketentuan insentif dan disinsentif merupakan acuan bagi Pemerintah

Daerah dalam pemberian insentif dan pengenaan disinsentif.

(2) Insentif diberikan apabila pemanfaatan ruang sesuai dengan rencana

struktur ruang, rencana pola ruang, dan ketentuan umum peraturan

zonasi yang diatur dalam Peraturan Daerah ini.

(3) Disinsentif dikenakan terhadap pemanfaatan ruang yang perlu

dicegah, dibatasi, atau dikurangi keberadaannya berdasarkan

ketentuan dalam Peraturan Daerah ini.

Pasal 54

(1) Pemberian insentif dan pengenaan disinsentif dalam pemanfaatan

ruang wilayah Kabupaten dilakukan oleh Pemerintah Daerah.

(2) Pemberian insentif dan pengenaan disinsentif dilakukan oleh instansi

berwenang sesuai dengan kewenangannya.

Pasal 55

Page 73: Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nagekeo

a. Insentif yang diberikan kepada masyarakat sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 53 ayat (2), dapat diberikan dalam bentuk :

a. pemberian kompensasi;

b. pengurangan retribusi;

c. imbalan;

d. sewa ruang dan urun saham;

e. penyediaan prasarana dan sarana;

f. penghargaan; dan/atau

g. kemudahan perizinan

b. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemberian insentif diatur

dengan Peraturan Bupati.

Pasal 56

(1) Disinsentif yang dikenakan kepada masyarakat sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 53 ayat (3) dapat diberikan dalam bentuk :

a. pengenaan pajak/retribusi yang tinggi;

b. pemberian persyaratan khusus dalam proses perizinan; dan/atau

c. pembatasan penyediaan sarana dan prasarana infrastruktur.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengenaan disinsentif diatur

dengan Peraturan Bupati.

Bagian Kelima

Arahan Pengenaan Sanksi

Pasal 57

(1) Pengenaan sanksi merupakan arahan ketentuan pengenaan sanksi

administratif kepada pelanggar pemanfaatan ruang yang akan menjadi

acuan bagi pemerintah daerah kabupaten

(2) Dalam hal penyimpangan penyelenggaraan penataan ruang

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pihak yang melakukan

penyimpangan dapat dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan ditetapkkan berdasarkan hasil pengawasan

Page 74: Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nagekeo

penataan ruang, tingkat simpangan implementasi rencana tata ruang,

kesepakatan antar instansi yang berwenang, dan peraturan

perundang-undangan sektor terkait lainnya

(3) Pengenaan sanksi tidak hanya diberikan kepada pemanfaat ruang yang

tidak sesuai dengan ketentuan perizinan pemanfaatan ruang, tetapi

dikenakan pula kepada pejabat pemerintah yang berwenang yang

menerbitkan izin pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana

tata ruang.

(4) Pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang, baik

yang dilengkapi dengan izin maupun yang tidak memiliki izin dapat

dikenai sanksi adminstratif atau sanksi pidana dan/atau sanksi pidana

denda sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

(5) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dapat

berupa:

a. peringatan tertulis diberikan oleh pejabat yang berwenang dalam

penertiban pelanggaran pemanfaatan ruang melalui penerbitan

surat peringatan tertulis sebanyak-banyaknya 3 (tiga) kali.

b. penghentian sementara kegiatan; dilakukan melalui langkah

langkah sebagai berikut:

1. penerbitan surat perintah penghentian kegiatan sementara

dari pejabat yang berwenang melakukan penertiban

pelanggaran pemanfaatan ruang;

2. apabila pelanggar mengabaikan perintah penghentian

kegiatan sementara, pejabat yang berwenang melakukan

penertiban dengan menerbitkan surat keputusan pengenaan

sanksi penghentian sementara secara paksa terhadap

kegiatan pemanfaatan ruang;

3. pejabat yang berwenang melakukan tindakan penertiban

dengan memberitahukan kepada pelanggar mengenai

pengenaan sanksi penghentian kegiatan pemanfaatan ruang

dan akan segera dilakukan tindakan penertiban oleh aparat

penertiban;

Page 75: Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nagekeo

4. berdasarkan surat keputusan pengenaan sanksi, pejabat

yang berwenang melakukan penertiban dengan bantuan

aparat penertiban melakukan penghentian

kegiatanpemanfaatan ruang secara paksa; dan

5. setelah kegiatan pemanfaatan ruang dihentikan, pejabat

yang berwenang melakukan pengawasan agar kegiatan

pemanfaatan ruang yang dihentikan tidak beroperasi

kembali sampai dengan terpenuhinya kewajiban pelanggar

untuk menyesuaikan pemanfaatan ruangnya dengan

rencana tata ruang dan/atau ketentuan teknis pemanfaatan

ruang yang berlaku.

c. penghentian sementara pelayanan umum; dilakukan melalui

langkah-langkah sebagai berikut:

1. penerbitan surat pemberitahuan penghentian sementara

pelayanan umum dari pejabat yang berwenang melakukan

penertiban pelanggaran pemanfaatan ruang (membuat surat

pemberitahuan penghentian sementara pelayanan umum);

2. apabila pelanggar mengabaikan surat pemberitahuan yang

disampaikan, pejabat yang berwenang melakukan

penertiban menerbitkan surat keputusan pengenaan sanksi

penghentian sementara pelayanan umum kepada pelanggar

dengan memuat rincian jenis-jenis pelayanan umum yang

akan diputus;

3. pejabat yang berwenang melakukan tindakan penertiban

memberitahukan kepada pelanggar mengenai pengenaan

sanksi penghentian sementara pelayanan umum yang akan

segera dilaksanakan, disertai rincian jenis-jenis pelayanan

umum yang akan diputus;

4. pejabat yang berwenang menyampaikan perintah kepada

penyedia jasa pelayanan umum untuk menghentikan

pelayanan kepada pelanggar, disertai penjelasan

secukupnya;

Page 76: Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nagekeo

5. penyedia jasa pelayanan umum menghentikan pelayanan

kepada pelanggar; dan pengawasan terhadap penerapan

sanksi penghentian sementara pelayanan umum dilakukan

untuk memastikan tidak terdapat pelayanan umum kepada

pelanggar sampai dengan pelanggar memenuhi

kewajibannya untuk menyesuaikan pemanfaatan ruangnya

dengan rencana tata ruang dan ketentuan teknis

pemanfaatan ruang yang berlaku.

d. penutupan lokasi; dilakukan melalui langkah-langkah sebagai

berikut:

1. penerbitan surat perintah penutupan lokasi dari pejabat

yang berwenang melakukan penertiban pelanggaran

pemanfaatan ruang;

2. apabila pelanggar mengabaikan surat perintah yang

disampaikan, pejabat yang berwenang menerbitkan surat

keputusan pengenaan sanksi penutupan lokasi kepada

pelanggar;

3. pejabat yang berwenang melakukan tindakan penertiban

dengan memberitahukan kepada pelanggar mengenai

pengenaan sanksi penutupan lokasi yang akan segera

dilaksanakan;

4. berdasarkan surat keputusan pengenaan sanksi, pejabat

yang berwenang dengan bantuan aparat penertiban

melakukan penutupan lokasi secara paksa; dan

5. pengawasan terhadap penerapan sanksi penutupan lokasi,

untuk memastikan lokasi yang ditutup tidak dibuka kembali

sampai dengan pelanggar memenuhi kewajibannya untuk

menyesuaikan pemanfaatan ruangnya dengan rencana tata

ruang dan ketentuan teknis pemanfaatan ruang yang

berlaku.

e. pencabutan izin dilakukan melalui langkah-langkah sebagai

berikut:

Page 77: Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nagekeo

1. menerbitkan surat pemberitahuan sekaligus pencabutan izin

oleh pejabat yang berwenang melakukan penertiban

pelanggaran pemanfaatan ruang;

2. apabila pelanggar mengabaikan surat pemberitahuan yang

disampaikan, pejabat yang berwenang menerbitkan surat

keputusan pengenaan sanksi pencabutan izin pemanfaatan

ruang;

3. pejabat yang berwenang memberitahukan kepada pelanggar

mengenai pengenaan sanksi pencabutan izin;

4. pejabat yang berwenang melakukan tindakan penertiban

mengajukan permohonan pencabutan izin kepada pejabat

yang memiliki kewenangan untuk melakukan pencabutan

izin;

5. pejabat yang memiliki kewenangan untuk melakukan

pencabutan izin menerbitkan keputusan pencabutan izin;

6. memberitahukan kepada pemanfaat ruang mengenai status

izin yang telah dicabut, sekaligus perintah untuk

menghentikan kegiatan pemanfaatan ruang secara

permanen yang telah dicabut izinnya; dan

7. apabila pelanggar mengabaikan perintah untuk

menghentikan kegiatan pemanfaatan yang telah dicabut

izinnya, pejabat yang berwenang melakukan penertiban

kegiatan tanpa izin sesuai peraturan perundang-undangan

yang berlaku

f. pembatalan izin dilakukan melalui langkah-langkah sebagai

berikut:

1. membuat lembar evaluasi yang berisikan perbedaan antara

pemanfaatan ruang menurut dokumen perizinan dengan

arahan pola pemanfaatan ruang dalam rencana tata ruang

yang berlaku;

2. memberitahukan kepada pihak yang memanfaatkan ruang

perihal rencana pembatalan izin, agar yang bersangkutan

Page 78: Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nagekeo

dapat mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk

mengantisipasi hal-hal akibat pembatalan izin;

3. menerbitkan surat keputusan pembatalan izin oleh pejabat

yang berwenang melakukan penertiban pelanggaran

pemanfaatan ruang;

4. memberitahukan kepada pemegang izin tentang keputusan

pembatalan izin;

5. menerbitkan surat keputusan pembatalan izin dari pejabat

yang memiliki kewenangan untuk melakukan pembatalan

izin; dan

6. memberitahukan kepada pemanfaat ruang mengenai status

izin yang telah dibatalkan

g. pembongkaran bangunan dilakukan melalui langkah-langkah

sebagai berikut:

1. menerbitkan surat pemberitahuan perintah pembongkaran

bangunan dari pejabat yang berwenang melakukan

penertiban pelanggaran pemanfaatan ruang;

2. apabila pelanggar mengabaikan surat pemberitahuan yang

disampaikan, pejabat yang berwenang melakukan

penertiban mengeluarkan surat keputusan pengenaan sanksi

pembongkaran bangunan;

3. pejabat yang berwenang melakukan tindakan penertiban

memberitahukan kepada pelanggar mengenai pengenaan

sanksi pembongkaran bangunan yang akan segera

dilaksanakan; dan

4. berdasarkan surat keputusan pengenaan sanksi, pejabat

yang berwenang melakukan tindakan penertiban dengan

bantuan aparat penertiban melakukan pembongkaran

bangunan secara paksa.

h. pemulihan fungsi ruang dilakukan melalui langkah-langkah

sebagai berikut:

Page 79: Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nagekeo

1. menetapkan ketentuan pemulihan fungsi ruang yang berisi

bagian-bagian yang harus dipulihkan fungsinya dan cara

pemulihannya;

2. pejabat yang berwenang melakukan penertiban pelanggaran

pemanfaatan ruang menerbitkan surat pemberitahuan

perintah pemulihan fungsi ruang;

3. apabila pelanggar mengabaikan surat pemberitahuan yang

disampaikan, pejabat yang berwenang melakukan

penertiban mengeluarkan surat keputusan pengenaan sanksi

pemulihan fungsi ruang;

4. pejabat yang berwenang melakukan tindakan penertiban,

memberitahukan kepada pelanggar mengenai pengenaan

sanksi pemulihan fungsi ruang yang harus dilaksanakan

pelanggar dalam jangka waktu tertentu;

5. pejabat yang berwenang melakukan tindakan penertiban

dan melakukan pengawasan pelaksanaan kegiatan

pemulihan fungsi ruang;

6. apabila sampai jangka waktu yang ditentukan pelanggar

belum melaksanakan pemulihan fungsi ruang, pejabat yang

bertanggung jawab melakukan tindakan penertiban dapat

melakukan tindakan paksa untuk melakukan pemulihan

fungsi ruang; dan

7. apabila pelanggar pada saat itu dinilai tidak mampu

membiayai kegiatan pemulihan fungsi ruang, pemerintah

dapat mengajukan penetapan pengadilan agar pemulihan

dilakukan oleh pemerintah atas beban pelanggar di

kemudian hari.

i. denda administratif dapat dikenakan secara tersendiri atau

bersama-sama dengan pengenaan sanksi administratif dan

besarannya ditetapkan oleh pemerintah daerah.

Pasal 58

Page 80: Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nagekeo

Setiap orang yang melakukan pelanggaran terhadap rencana tata ruang yang

telah ditetapkan dapat dikenakan sanksi pidana sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

BAB VIII

KELEMBAGAAN

Pasal 59

(1) Dalam rangka mengkoordinasikan penyelenggaraan penataan ruang dan

kerjasama antar sektor/antar daerah bidang penataan ruang dibentuk

Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah.

(2) Tugas, struktur, organisasi, dan tata kerja Badan Koordinasi Penataan

Ruang Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan

Keputusan Bupati.

BAB IX

HAK, KEWAJIBAN, PERAN MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG

Bagian Kesatu

Hak Masyarakat

Pasal 60

Dalam kegiatan mewujudkan pemanfaatan ruang wilayah, masyarakat berhak:

a. berperan serta dalam proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan

ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang;

b. mengetahui secara terbuka rencana tata ruang wilayah.

c. menikmati manfaat ruang dan/atau pertambahan nilai ruang sebagai

akibat dari penataan ruang;

d. memperoleh pergantian yang layak atas kondisi yang dialaminya sebagai

akibat pelaksanaan kegiatan pembangunan yang sesuai dengan rencana

tata ruang;

e. mendapat perlindungan dari kegiatan-kegiatan yang merugikan; dan

f. mengawasi pihak-pihak yang melakukan penyelenggaraan tata ruang

Page 81: Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nagekeo

Bagian Kedua

Kewajiban Masyarakat

Pasal 61

Kewajiban masyarakat dalam penataan ruang wilayah meliputi :

a. mentaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan;

b. memanfaatkan ruang sesuai dengan izin pemanfaatan ruang diberikan;

dan

c. memberikan akses terhadap kawasan yang oleh ketentuan peraturan

perundang-undangan dinyatakan sebagai milik umum.

Pasal 62

(1) Pelaksanaan kewajiban masyarakat dalam penataan ruang sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 61 dilaksanakan dengan mematuhi dan

menerapkan kriteria, kaidah, baku mutu, dan aturan-aturan penataan

ruang yang ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

(2) Kaidah dan aturan pemanfaatan ruang yang dilakukan masyarakat secara

turun temurun dapat diterapkan sepanjang memperhatikan faktor-faktor

daya dukung lingkungan, estetikalingkungan, lokasi, dan struktur

pemanfaatan ruang serta dapat menjamin pemanfaatan ruang yang

serasi, selaras, dan seimbang.

Bagian Ketiga

Peran Masyarakat

Pasal 63

Peran masyarakat dalam penataan ruang di Daerah dilakukan antara lain

melalui partisipasi dalam :

a. penyusunan rencana tata ruang;

b. pemanfaatan ruang; dan

c. pengendalian pemanfaatan ruang.

Pasal 64

Page 82: Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nagekeo

Bentuk peran masyarakat pada tahap penyusunan perencanaan tata ruang

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 huruf a meliputi :

a. memberikan masukan mengenai :

1. persiapan penyusunan rencana tata ruang;

2. penentuan arah pengembangan wilayah atau kawasan;

3. pengidentifikasian potensi dan masalah pembangunan wilayah atau

kawasan;

4. perumusan konsepsi rencana tata ruang; dan/atau

5. penetapan rencana tata ruang.

b. menyampaikan keberatan terhadap rancangan rencana tata ruang; dan

c. melakukan kerja sama dengan Pemerintah, pemerintah daerah dan/atau

sesama unsur masyarakat.

Pasal 65

Bentuk peran masyarakat dalam pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 63 huruf b meliputi:

a. melakukan kegiatan pemanfaatan ruang yang sesuai dengan kearifan lokal

dan rencana tata ruang yang telah ditetapkan;

b. menyampaikan masukan mengenai kebijakan pemanfaatan ruang;

c. memberikan dukungan bantuan teknik, keahlian, dan/atau dana dalam

pengelolaan pemanfaatan ruang;

d. meningkatkan efisiensi, efektivitas, dan keserasian dalam pemanfaatan

ruang darat, ruang laut, ruang udara, dan ruang di dalam bumi dengan

memperhatikan kearifan lokal serta sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan;

e. melakukan kerjasama pengelolaan ruang dengan Pemerintah, pemerintah

daerah, dan/atau dan pihak lainnya secara bertanggung jawab untuk

pencapaian tujuan penataan ruang;

f. menjaga, memelihara, dan meningkatkan kelestarian fungsi lingkungan

dan SDA;

g. melakukan usaha investasi dan/atau jasa keahlian; dan

Page 83: Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nagekeo

h. mengajukan gugatan ganti rugi kepada pemerintah atau pihak lain apabila

kegiatan pembangunan yang dilaksanakan merugikan.

Pasal 66

Bentuk peran masyarakat dalam pengendalian pemanfaatan ruang

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 huruf c meliputi:

a. memberikan masukan mengenai arahan zonasi, perizinan, pemberian

insentif dan disinsentif serta pengenaan sanksi;

b. turut serta memantau dan mengawasi pelaksanaan kegiatan pemanfaatan

ruang, rencana tata ruang yang telah ditetapkan, dan pemenuhan standar

pelayanan minimal di bidang penataan ruang;

c. melaporkan kepada instansi/pejabat yang berwenang dalam hal

menemukan kegiatan pemanfaatan ruang yang melanggar rencana tata

ruang yang telah ditetapkan dan adanya indikasi kerusakan dan/atau

pencemaran lingkungan, tidak memenuhi standar pelayanan minimal

dan/atau masalah yang terjadi di masyarakat dalam penyelenggaraan

penataan ruang;

d. mengajukan keberatan terhadap keputusan pejabat publik yang

dipandang tidak sesuai dengan rencana tata ruang; dan

e. mengajukan gugatan pembatalan izin dan/atau penghentian

pembangunan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang kepada

instansi/pejabat yang berwenang.

Pasal 67

(1) Peran masyarakat di bidang penataan ruang dapat disampaikan secara

langsung dan/atau tertulis kepada Bupati.

(2) Peran masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) juga dapat

disampaikan melalui unit kerja terkait yang ditunjuk oleh Bupati.

Pasal 68

Page 84: Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nagekeo

Dalam rangka meningkatkan peran masyarakat, Pemerintah Daerah

membangun sistem informasi dan dokumentasi penataan ruang yang dapat

diakses dengan mudah oleh masyarakat.

Pasal 69

Pelaksanaan tata cara peran masyarakat dalam penataan ruang dilaksanakan

sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

BAB X

KETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 70

RTRW Kabupaten menjadi pedoman untuk:

a. penyusunan rencana pembangunan jangka panjang daerah;

b. penyusunan rencana pembangunan jangka menengah daerah;

c. pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah

kabupaten;

d. mewujudkan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan antar sektor;

e. penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi; dan

f. penataan ruang kawasan strategis kabupaten.

Pasal 71

(1) Jangka waktu RTRW Kabupaten Nagekeo adalah 20 (dua puluh) tahun

sejak tanggal ditetapkan dan ditinjau kembali 1 (satu) kali dalam 5 (lima)

tahun.

(2) Dalam kondisi lingkungan strategis tertentu yang berkaitan dengan

bencana alam skala besar, perubahan batas teritorial Negara, dan/atau

perubahan batas wilayah yang ditetapkan dengan undang-undang, RTRW

Kabupaten Nagekeo dapat ditinjau kembali lebih dari 1 (satu) kali dalam

5 (lima) tahun.

(3) Peninjauan kembali sebagaimana dimaksud pada ayat (2) juga dilakukan

apabila terjadi perubahan kebijakan nasional dan strategi yang

mempengaruhi pemanfaatan ruang kabupaten dan/atau dinamika

internal wilayah.

Page 85: Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nagekeo

BAB XI

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 72

(1) Dengan berlakunya peraturan daerah ini, maka semua peraturan

pelaksanaan yang berkaitan dengan penataan ruang daerah yang telah

ada dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan dan

belum diganti berdasarkan peraturan daerah ini.

(2) Dengan berlakunya peraturan daerah ini, maka:

a. izin pemanfaatan ruang yang telah dikeluarkan dan telah sesuai

dengan ketentuan peraturan daerah ini tetap berlaku sesuai

dengan masa berlakunya;

b. izin pemanfaatan ruang yang telah dikeluarkan tetapi tidak sesuai

dengan ketentuan peraturan daerah ini berlaku ketentuan:

1. untuk yang belum dilaksanakan pembangunannya, izin

tersebut disesuaikan dengan fungsi kawasan berdasarkan

peraturan daerah ini;

2. untuk yang sudah dilaksanakan pembangunannya, dilakukan

penyesuaian dengan masa transisi berdasarkan ketentuan

perundang-undangan; dan

3. untuk yang sudah dilaksanakan pembangunannya dan tidak

memungkinkan untuk dilakukan penyesuaian dengan fungsi

kawasan berdasarkan peraturan daerah ini, izin yang telah

diterbitkan dapat dibatalkan dan terhadap kerugian yang

timbul sebagai akibat pembatalan izin tersebut dapat

diberikan penggantian yang layak;

c. pemanfaatan ruang di daerah yang diselenggarakan tanpa izin dan

bertentangan dengan ketentuan peraturan daerah ini, akan

ditertibkan dan disesuaikan dengan peraturan daerah ini; dan

d. pemanfaatan ruang yang sesuai dengan ketentuan peraturan

daerah ini, dipercepat untuk mendapatkan izin yang diperlukan.

Page 86: Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nagekeo

(3) Sebagai tindak lanjut dari penyusunan RTRW ini, maka perlu disusun

rencana rinci tata ruang dalam bentuk penyusunan RDTR dan Rencana

Tata Ruang Kawasan Strategis Kabupaten.

BAB XII

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 73

Peraturan daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap

orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan peraturan daerah ini

dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Nagekeo.

Ditetapkan di Mbay

pada tanggal, 9 Juli 2011

BUPATI NAGEKEO,

JOHANES SAMPING AOH

Diundangkan di Mbay

pada tanggal 9 Juli 2011

PLT. SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN NAGEKEO

AHIM JUUF

WANGGOL LUDOVIKUS

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN NAGEKEO TAHUN 2011 NOMOR 1

Page 87: Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nagekeo

Penjelasan

ATAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN NAGEKEO

NOMOR 1 TAHUN 2011

T E N T A N G

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN NAGEKEO

TAHUN 2011-2031

UMUM

Berdasarkan Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007

tentang Penataan Ruang, RTRW Kabupaten Nagekeo 2011 – 2031 juga

merupakan penjabaran RTRW Propinsi Nusa Tenggara Timur 2011 – 2031 ke

dalam strategi pelaksanaan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten.

Rencana Tata Ruang Wilayah kabupaten adalah rencana pengembangan

kabupaten yang disiapkan secara teknis dan non-teknis oleh Pemerintah

Daerah yang merupakan rumusan kebijaksanaan pemanfaatan muka bumi

wilayah kabupaten termasuk ruang di atasnya yang menjadi pedoman

pengarahan dan pengendalian dalam pelaksanaan pembangunan kabupaten.

Bahwa RTRW Kabupaten Nagekeo tahun 2011-2031 merupakan perwujudan

aspirasi masyarakat yang tertuang dalam rangkaian kebijaksanaan

pembangunan fisik Kabupaten Nagekeo.

Merupakan pedoman, landasan dan garis besar kebijaksanaan bagi

pembangunan fisik Kabupaten Nagekeo dalam jangka waktu 20 tahun, dengan

tujuan agar dapat mewujudkan kelengkapan kesejahteraan masyarakat dalam

hal memiliki kabupaten yang dapat memenuhi segala kebutuhan fasilitas.

Berisi suatu uraian keterangan dan petunjuk-petunjuk serta prinsip pokok

pembangunan fisik kabupaten yang berkembang secara dinamis dan didukung

oleh pengembangan potensi alami, serta sosial ekonomi, sosial budaya, politik,

pertahanan keamanan dan teknologi yang menjadi ketentuan pokok bagi

seluruh jenis pembangunan fisik, baik yang dilaksanakan Pemerintah

Page 88: Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nagekeo

Kabupaten Nagekeo, Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur, maupun

Pemerintah Pusat dan masyarakat secara terpadu.

PASAL DEMI PASAL

Pasal 1

Cukup jelas

Pasal 2

Cukup jelas

Pasal 3

Cukup jelas

Pasal 4

Cukup jelas

Pasal 5

Cukup jelas

Pasal 6

Cukup jelas

Pasal 7

Cukup jelas

Pasal 8

Cukup jelas

Pasal 9

Cukup jelas

Pasal 10

Cukup jelas

Pasal 11

Cukup jelas

Pasal 12

Cukup jelas

Pasal 13

Cukup jelas

Pasal 14

Page 89: Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nagekeo

Cukup jelas

Pasal 15

Cukup jelas

Pasal 16

Cukup Jelas

Pasal

17

Cukup Jelas

Pasal 18

Cukup Jelas

Pasal 19

Cukup jelas

Pasal 20

Cukup jelas

Pasal 21

Cukup jelas

Pasal 22

Cukup jelas

Pasal 23

Cukup jelas

Pasal 24

Cukup jelas

Pasal 25

Cukup jelas

Pasal 26

Cukup jelas

Pasal 27

Cukup jelas

Pasal 28

Cukup jelas

Pasal 29

Cukup jelas

Page 90: Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nagekeo

Pasal 30

Cukup jelas

Pasal 31

Cukup jelas

Pasal 32

Cukup jelas

Pasal 33

Cukup jelas

Pasal 34

Cukup jelas

Pasal 35

Cukup jelas

Pasal 36

Cukup jelas

Pasal 37

Cukup jelas

Pasal 38

Cukup jelas

Pasal 39

Cukup jelas

Pasal 40

Cukup jelas

Pasal 41

Cukup jelas

Pasal 42

Cukup jelas

Pasal 43

Pengendalian pemanfaatan ruang dimaksudkan agar

pemanfaatan ruang dilakukan sesuai dengan rencana tata

ruang.

Peraturan zonasi merupakan ketentuan yang mengatur

pemanfaatan ruang dan unsur-unsur pengendalian yang

Page 91: Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nagekeo

disusun untuk setiap zona peruntukan sesuai dengan rencana

rinci tata ruang. Peraturan zonasi berisi ketentuan yang

harus, boleh, dan tidak boleh dilaksanakan pada zona

pemanfaatan ruang yang dapat terdiri atas ketentuan

tentang amplop ruang (koefisien dasar ruang hijau, koefisien

dasar bangunan, koefisien lantai bangunan, dan garis

sempadan bangunan), penyediaan sarana dan prasarana,

serta ketentuan lain yang dibutuhkan untuk mewujudkan

ruang yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan.

Untuk mengendalikan perkembangan kawasan budi daya

yang dikendalikan pengembangannya, diterapkan

mekanisme disinsentif secara ketat, sedangkan untuk

mendorong perkembangan kawasan yang didorong

pengembangannya diterapkan mekanisme insentif.

Pasal 44

Cukup jelas

Pasal 45

Cukup jelas

Pasal 46

Cukup jelas

Pasal 47

Cukup jelas

Pasal 48

Cukup jelas

Pasal 49

Cukup jelas

Pasal 50

Cukup jelas

Pasal 51

Cukup jelas

Pasal 52

Yang dimaksud dengan perizinan adalah perizinan yang

Page 92: Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nagekeo

terkait dengan izin pemanfaatan ruang yang menurut

ketentuan peraturan perundang-undangan harus dimiliki

sebelum pelaksanaan pemanfaatan ruang.

Pasal 53

Cukup jelas

Pasal 54

Cukup jelas

Pasal 55

Cukup jelas

Pasal 56

Cukup jelas

Pasal 57

Cukup jelas

Pasal 58

Cukup jelas

Pasal 59

Cukup jelas

Pasal 60

Cukup jelas

Pasal 61

Cukup jelas

Pasal 62

Cukup jelas

Pasal 63

Cukup jelas

Pasal 64

Cukup jelas

Pasal 65

Cukup jelas

Pasal 66

Cukup jelas

Page 93: Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nagekeo

Pasal 67

Cukup jelas

Pasal 68

Cukup jelas

Pasal 69

Cukup jelas

Pasal 70

Cukup jelas

Pasal 71

Cukup jelas

Pasal 72

Cukup jelas

Pasal 73

Cukup jelas

Pasal 74

Cukup jelas

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN NAGEKEO NOMOR 1

Lampiran I : Peta Rencana Struktur Ruang Kabupaten Nagekeo

Page 94: Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nagekeo

Lampiran II : Peta Rencana Pola Ruang Kabupaten Nagekeo

Page 95: Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nagekeo

Lampiran III : Peta Rencana Penetapan Kawasan Strategis Kabupaten Nagekeo