bab ii. landasan teoritis -...

16
9 BAB II. LANDASAN TEORITIS 1.1. Corporate Cash Holding Cash holding merupakan salah satu bentuk aset likuid yang berbentuk sejumlah uang kartal yang dimiliki oleh perusahaan dimana ia disimpan dalam kas kecil (petty cash), atau dalam kas register, atau dalam bentuk rekening-rekening baik itu didalam bank maupun di dalam pasar uang (Wiliam & Fauzi, 2013). Menurut Christina & Ekawati (2014) bahwa penentuan saldo kas yang optimal sangat perlu untuk dilakukan karena kas merupakan elemen modal kerja yang paling diperlukan perusahaan untuk memenuhi kegiatan operasional perusahaan sehari – hari. Djohanputro dalam buku Manajemen Kuangan Korporat (2008:323) menjelaskan bahwa pendekatan lain untuk menentukan cash holding ditetapkan menurut Keputusan Manajemen berdasarkan pengalaman manajemen dan keberanian manajemen menghadapi risiko yang terkait dengan ketersediaan kas, seperti risiko likuiditas dan keinginan untuk menekan biaya pinjaman. Besarnya kas menurut pendekatan ini berkisar antara 1 bulan sampai 3 bulan keperluan biaya operasional.

Upload: voanh

Post on 31-Mar-2019

229 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II. LANDASAN TEORITIS - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10548/2/T2_912013023_BAB II...penentuan saldo kas yang optimal sangat perlu untuk ... Djohanputro

9

BAB II. LANDASAN TEORITIS

1.1. Corporate Cash Holding

Cash holding merupakan salah satu bentuk aset

likuid yang berbentuk sejumlah uang kartal yang

dimiliki oleh perusahaan dimana ia disimpan dalam

kas kecil (petty cash), atau dalam kas register, atau

dalam bentuk rekening-rekening baik itu didalam

bank maupun di dalam pasar uang (Wiliam & Fauzi,

2013). Menurut Christina & Ekawati (2014) bahwa

penentuan saldo kas yang optimal sangat perlu untuk

dilakukan karena kas merupakan elemen modal kerja

yang paling diperlukan perusahaan untuk memenuhi

kegiatan operasional perusahaan sehari – hari.

Djohanputro dalam buku Manajemen Kuangan

Korporat (2008:323) menjelaskan bahwa pendekatan

lain untuk menentukan cash holding ditetapkan

menurut Keputusan Manajemen berdasarkan

pengalaman manajemen dan keberanian manajemen

menghadapi risiko yang terkait dengan ketersediaan

kas, seperti risiko likuiditas dan keinginan untuk

menekan biaya pinjaman. Besarnya kas menurut

pendekatan ini berkisar antara 1 bulan sampai 3

bulan keperluan biaya operasional.

Page 2: BAB II. LANDASAN TEORITIS - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10548/2/T2_912013023_BAB II...penentuan saldo kas yang optimal sangat perlu untuk ... Djohanputro

10

Motivasi perusahaan memegang kas dapat

dijelaskan melalui beberapa teori cash holding. Keynes

(1936) mengidentifikasi motif dari memegang uang

tunai sebagai transaction motives, precautionary

motives dan speculative motives. Pada transaction

motives keuntungan perusahaan dalam menahan

uang kas yakni biaya transaksi yang lebih rendah dan

tidak harus melikuidasi aset guna membiayai

kewajiban-kewajiban saat diperlukan. Custodio et al

(2005) mengatakan bahwa motif transaksi

menyiratkan bahwa perusahaan memiliki lebih

banyak uang kas selama resesi karena lebih sulit

untuk mengubah asset setara kas menjadi likuid.

Perusahaan juga menyimpan uang tunai dalam

rangka untuk terus berinvestasi dalam proyek-proyek

NPV positif dalam periode ketika pembiayaan

eksternal sangat mahal.

Precautionary motives menjelaskan kas seolah-

olah menjadi buffer. Perusahaan bisa menghimpun

cadangan kas yang lebih banyak untuk menghindari

adanya risiko di masa yang akan datang atau untuk

membiayai aktifitas dan investasinya. Ketika

pendapatan lebih tinggi, preferensi likuiditas akan

lebih tinggi juga. Suatu kali peristiwa buruk dapat

didanai melalui pembiayaan eksternal, tapi hal ini

tentu saja lebih mahal daripada memiliki uang tunai

Page 3: BAB II. LANDASAN TEORITIS - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10548/2/T2_912013023_BAB II...penentuan saldo kas yang optimal sangat perlu untuk ... Djohanputro

11

di tangan. Opler et al (1999) mengatakan bahwa

memiliki kas sangat berguna sebagai sumber

pembiayaan terutama saat terjadi pengetatan kredit

(credit crunch). Han and Qiu (2007) menemukan bukti

bahwa fluktuasi cash flow mempunyai hubungan

positif terhadap cash holding pada perusahaan yang

mengalami financial constraints, sehingga penemuan

ini mendukung penjelasan mengenai precautionary

motives.

Keynes mencontohkan speculative motives

seperti halnya investor yang ingin ber-trading pada

peningkatan atau penurunan harga obligasi (spekulasi

pada aset lain memungkinkan juga), sehingga

mengubah tuntutan mereka akan likuiditas uang

tunai. Orang ingin membeli obligasi ketika harganya

murah, yaitu ketika suku bunga tinggi. Oleh karena

itu, orang ingin memiliki likuiditas saat-saat harga

obligasi yang tinggi, sehingga mereka dapat bertindak

(yaitu membeli obligasi) ketika harga turun. Oleh

karena itu, preferensi likuiditas mereka paling tinggi

jika harga obligasi yang tinggi dan suku bunga rendah.

Keynes menunjukkan hubungan terbalik antara

tingkat likuiditas dan suku bunga. Kondisi yang

demikian memunculkan motivasi spekulasi

perusahaan dengan menyediakan sejumlah kas untuk

kepentingan seperti ini.

Page 4: BAB II. LANDASAN TEORITIS - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10548/2/T2_912013023_BAB II...penentuan saldo kas yang optimal sangat perlu untuk ... Djohanputro

12

Selain 3 (tiga) motivasi tersebut pada level

perusahaan motivasi cash holding dijelaskan melalui

agency theory, motif pajak dan motif strategis. Dalam

Agency theory (Jensen and Meckling, 1976),

oportunisme manajerial adalah alasan yang

menjelaskan kepemilikan kas. Manajer dapat

membuat keputusan yang menguntungkan dirinya

sendiri, bukan perusahaan secara keseluruhan atau

pemegang saham. Hal ini dapat menyebabkan

investasi dalam proyek-proyek NPV negatif, dalam

proyek-proyek yang berfokus pada kinerja jangka

pendek, atau investasi yang berfokus pada kinerja

keuangan saja. Manajer dapat menggunakan

kepemilikan uang tunai untuk mengejar tujuan

pribadi mereka sendiri, sehingga mungkin merugikan

nilai perusahaan dan pemegang saham. Semakin

besar kepemilikan kas, semakin mudah bagi manajer

untuk mengeksploitasi pemegang sahamnya dan

mengejar tujuan mereka sendiri. Oleh karena itu,

oportunisme manajerial dapat memainkan peran

penting dalam menentukan tingkat kepemilikan kas.

Hal serupa diungkapkan oleh Jensen (1986)

dalam free cash flow theory menyatakan bahwa

manajer menumpuk kas untuk meningkatkan aset di

bawah kendali mereka dan kemudian mengejar tujuan

mereka sendiri, bukan memaksimalkan kekayaan

Page 5: BAB II. LANDASAN TEORITIS - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10548/2/T2_912013023_BAB II...penentuan saldo kas yang optimal sangat perlu untuk ... Djohanputro

13

pemegang saham (agency costs of managerial

discretion).

Perusahaan multinasional Amerika Serikat

memegang uang tunai pada anak perusahaan asing

mereka karena biaya pajak yang terkait dengan

pemulangan atau repatriasi pendapatan asing.

Perusahaan yang menghadapi beban pajak repatriasi

memegang kas lebih tinggi, memegang uang tunai ini

di luar negeri, dan memegang uang tunai pada afiliasi

yang memicu biaya pajak yang tinggi saat repatriasi

laba. Selain itu, perusahaan-perusahaan tertentu,

khususnya mereka yang tidak mengalami financial

constraint di dalam negeri serta mereka yang lebih

intensif terhadap teknologi, menunjukkan sensitivitas

yang lebih tinggi untuk kepemilikan kas afiliasi untuk

beban pajak repatriasi (Foley, 2007). Kondisi demikian

memunculkan motivasi pajak dalam keputusan cash

holding perusahaan.

Fresard(2010) memberikan bukti kuat

kebijakan kas perusahaan yang mencakup dimensi

strategis yaitu bagaimana kepemilikan kas

perusahaan di AS mempengaruhi keputusan pasar

produk. Cadangan kas yang lebih besar dibandingkan

pesaing menyebabkan kenaikan pangsa pasar masa

depan secara sistematis dibandingkan pesaing

industri. Dampak kas yang "kompetitif" ternyata

Page 6: BAB II. LANDASAN TEORITIS - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10548/2/T2_912013023_BAB II...penentuan saldo kas yang optimal sangat perlu untuk ... Djohanputro

14

dapat diperbesar ketika pesaing menghadapi kendala

pendanaan ketat dan ketika perusahaan secara

intensif berinteraksi di pasar produk mereka.

Cadangan kas yang mapan secara signifikan

membatasi masuknya pesaing potensial. Kepemilikan

kas jauh menghambat perluasan persaingan dengan

membatasi kebijakan investasi dan akuisisi mereka.

1.2. Kondisi Bisnis

Kondisi bisnis mengacu pada variabel spesifik

perusahaan yang merupakan faktor penentu cash

hoding seperti growth options, firm size, cash flow,

capital expenditures, leverage, dividend payments

(Custodio et al ,2005). Penelitian tersebut menemu-

kan bukti kuat bahwa perusahaan yang mengalami

kondisi bisnis financial constraints meningkatkan kas

selama resesi, yang konsisten dengan precautionary

motive untuk memegang uang tunai. Selanjutnya

Bates et al (2009) menjelaskan bahwa peningkatan

kepemilikan kas terjadi karena perubahan

karakteristik perusahaan; market-to-book ratio, firm

size, cash flow to assets, capital expenditures to assets,

Leverage, dividend. Penelitian ini berfokus pada

karakteristik perusahaan yang menjelaskan

determinant of cash holding. Secara khusus pengujian

dilakukan terhadap variabel spesifik perusahaan;

Page 7: BAB II. LANDASAN TEORITIS - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10548/2/T2_912013023_BAB II...penentuan saldo kas yang optimal sangat perlu untuk ... Djohanputro

15

growth opportunities, cashflow volatility, capital

expenditures, dividend dan leverage.

1.2.1.Growth Opportunity

Growth opportunity (dikenal juga sebagai

growth options) sering digunakan untuk

mengidentifikasi nilai perusahaan. Miller dan

Modigliani (1961) menjelaskan bahwa nilai

perusahaan dapat dihitung dari present value dari

perpetual earnings dari asset yang dimilki dan

present value dari peluang bahwa perusahaan

menawarkan untuk melakukan investasi tambahan

pada aset riil yang akan menghasilkan lebih dari

"normal" (market) rate of return. Sehingga harga

saham adalah elemen yang dapat dipakai untuk

menjelaskan nilai dari suatu "assets-in-place" dan

nilai dari growth opportunities. Dalam penelitian ini

Market to book value dipakai sebagai proksi growth

opportunity menunjukkan bahwa semakin naik

harga saham maka value perusahaan semakin tinggi

dan semakin berpeluang menggunakan modal

sendiri untuk mendanai pengeluaran investasi dan

operasionalnya di masa depan.

Page 8: BAB II. LANDASAN TEORITIS - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10548/2/T2_912013023_BAB II...penentuan saldo kas yang optimal sangat perlu untuk ... Djohanputro

16

1.2.2.Cashflow Volatility

Cashflow volatility adalah naik turunnya arus

kas sebuah perusahaan dalam waktu tertentu

(Dechow dan Dichev, 2002). Dengan demikian

cashflow volatility menimbulkan ketidakpastian arus

kas perusahaan sehinga akan mempengaruhi

kebijakan cash holding. Dalam penelitian ini cash flow

volatility merupakan variabel penting dalam

memprediksi risiko arus kas sehingga tingginya

fluktuasi cash flow secara tidak langsung

menunjukkan ketidakpastian cash flow di masa

depan.

1.2.3.Capital Expenditure

Menurut Gitman (2012:390) capital expenditure

(CAPEX) adalah pengeluaran dana oleh perusahaan

yang diharapkan dapat menghasilkan manfaat dalam

jangka waktu lebih dari satu tahun. Perusahaan

melakukan pengeluaran modal untuk berbagai

alasan. Motif dasar pengeluaran modal untuk

memperluas operasi, mengganti atau memperbaharui

aset tetap, atau untuk mendapatkan beberapa

manfaat lainnya dalam jangka panjang. Christina &

Ekawati (2014) mendefinisikan CAPEX atau sering

dikenal dengan nama belanja modal merupakan

Page 9: BAB II. LANDASAN TEORITIS - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10548/2/T2_912013023_BAB II...penentuan saldo kas yang optimal sangat perlu untuk ... Djohanputro

17

pengeluaran perusahaan untuk mendapatkan asset

tetap. Merujuk pada kedua pengertian tersebut,

maka CAPEX adalah segala bentuk pengeluaran dana

perusahaan yang dialokasikan pada penambahan,

perbaikan atau peningkatan aktiva tetap yang

menghasilkan manfaat jangka panjang.

1.2.4.Dividend

Return yang akan diterima pemegang saham

adalah dividen. Dividen tersebut bersumber dari laba

bersih perusahan dalam satu periode tertentu.

Menurut Widayati et al (2009:205) dividen merupakan

kompensasi yang diterima oleh pemegang saham

disamping capital gain. Oleh karena itu kebijakan

dividen menjadi penting disamping investasi, operasi

dan pendanaan perusahaan. Gitman (2012 : 561)

mendefinisikan kebijakan dividen sebagai keputusan

mengenai apakah perusahaan akan mendistribusikan

cash kepada pemegang saham, berapa banyak cash

yang didistribusikan dan dengan sarana apa cash

harus didistribusikan. Berdasarkan pengertian

tersebut maka dividen diartikan sebagai kompensasi

kas yang akan diterima oleh pemegang saham dari

sebagian laba bersih perusahaan.

Page 10: BAB II. LANDASAN TEORITIS - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10548/2/T2_912013023_BAB II...penentuan saldo kas yang optimal sangat perlu untuk ... Djohanputro

18

1.2.5.Leverage

Leverage mencerminkan mencerminkan

tingkat hutang perusahaan, baik hutang jangka

panjang maupun hutang jangka pendek. Menurut

Mahendra (2011) leverage mengukur kemampuan

perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajiban

finansialnya yang terdiri dari hutang jangka pendek

dan hutang jangka panjangnya. Leverage yang tinggi

tidak semata-mata mencerminkan kondisi financial

distress, tetapi justru menunjukkan kemampuan

perusahaan mendatangkan sumber pendanaan

melalui instrumen hutang. Perusahaan yang memiliki

hutang tinggi bisa jadi memiliki credit rating yang

bagus oleh karena dapat meyakinkan pihak kreditur

bahwa hutang menjadi sumber pendanaan yang

produktif. Leverage dalam penelitian ini diartikan

sebagai ratio total hutang terhadap total asset.

1.3. Window Dressing Behavior

Allen dan Saunders (1992) mendefinisikan

window dressing sebagai penggunaan transaksi

keuangan jangka pendek untuk memanipulasi nilai-

nilai akuntansi sekitar tanggal akhir kuartal. Sifat

istilah jangka pendek dalam window dressing

mensyaratkan bahwa setiap transaksi dimanipulasi

dan cepat kembali ke tingkat tren yang normal,

Page 11: BAB II. LANDASAN TEORITIS - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10548/2/T2_912013023_BAB II...penentuan saldo kas yang optimal sangat perlu untuk ... Djohanputro

19

biasanya dalam periode pelaporan berikutnya. Selain

itu Johnson (1969) memberikan definisi window

dressing sebagai berikut :

“the practice of certain companies of temporarily arranging their affairs in order to make a more favourable impression on a specified date than actual conditions warrant”.

1.4. Perumusan Hipotesis Pengaruh Kondisi Bisnis

terhadap Ketersediaan Cash Holding

Berikut ini akan diuraikan penalaran terkait

kondisi bisnis terhadap ketersediaan cash holding

sebagai dasar perumusan hipotesis. Secara khusus

pengujian kondisi bisnis dilakukan terhadap variabel

spesifik perusahaan ; growth opportunities, cashflow

volatility, capital expenditures, divided dan leverage.

Perusahaan yang memiliki growth opportunity tinggi

cenderung menginginkan tersedianya kas untuk

menangkap peluang investasi dimasa mendatang.

Peluang investasi yang besar menciptakan permintaan

kas semakin tinggi guna memenuhi kebutuhan

investasi dengan harapan bahwa dengan tersedianya

kas yang cukup tinggi menciptakan keuntungan

marginal lebih besar daripada biaya. Sebaliknya ketika

growth opportunity rendah akan menimbulkan

opportunity cost yang tinggi sehingga perusahaan

dengan growth opportunity rendah cenderung

menurunkan sejumlah kas di perusahaan. Hubungan

Page 12: BAB II. LANDASAN TEORITIS - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10548/2/T2_912013023_BAB II...penentuan saldo kas yang optimal sangat perlu untuk ... Djohanputro

20

antara growth opportunity dengan cash holdings dapat

juga ditunjukkan melalui penelitian Opler et al. (1999)

yaitu bahwa perusahaan dengan tingkat peluang

pertumbuhan yang besar memegang kas dalam jumlah

yang besar. Juga penelitian yang dilakukan oleh

Wiliam dan Fauzi (2013) pengaruh growth opportunity

secara positif terhadap cash holdings mengindikasikan

bahwa jumlah aset likuid yang optimal sangat

dipengaruhi oleh growth opportunity. Dengan demikian

didasari penjelasan tersebut rumusan hipotesis

pertama adalah :

Hipotesis 1 : Growth Opportunity berpengaruh

positif terhadap ketersediaan cash

holding perusahaan

Perusahaan dengan cash flow yang berfluktuasi

akan berusaha untuk memegang kas dalam jumlah

yang semakin besar untuk melindungi diri dari cash

shortfall agar tetap bisa memenuhi kebutuhan operasi

dan berinvestasi. Kas seolah-olah menjadi buffer

ketika terjadi ketidakpastian atau volatilitas cash flow

perusahaan. Dengan demikian perusahaan terdorong

untuk memegang kas dalam jumlah yang lebih besar.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ferreira &

Vilela (2004), Ozkan & Ozkan (2004), Opler et.al (1999)

terdapat hubungan positif antara cash flow volatility

dengan cash holding. Demikian juga hasil penelitian

Page 13: BAB II. LANDASAN TEORITIS - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10548/2/T2_912013023_BAB II...penentuan saldo kas yang optimal sangat perlu untuk ... Djohanputro

21

yang dilakukan oleh Bigelli & Vidal (2012) juga

menunjukkan bahwa perusahaan yang mengalami

fluktuasi cashflow memegang kas lebih besar sebagai

buffer agar dapat bertahan hidup selama kondisi bisnis

memburuk. Dengan demikian didasari penjelasan

tersebut rumusan hipotesis kedua adalah:

Hipotesis 2 : Cash flow volatility berpengaruh

positif terhadap ketersediaan cash

holding perusahaan

Perusahaan dapat menyimpan uang tunai dalam

rangka untuk terus berinvestasi dalam proyek-proyek

NPV positif pada saat pembiayaan eksternal sangat

mahal. Kebutuhan akan capital expenditure dalam

rangka investasi menunjukkan perusahaan yang

ekspansif sehingga membutuhkan dukungan kas yang

memadai. Custodio et al (2005) mengatakan motif

transaksi menyiratkan bahwa perusahaan memiliki

lebih banyak uang kas selama resesi karena lebih sulit

untuk mengubah asset setara kas menjadi likuid.

Ketika perusahaan diperhadapkan pada kondisi

kesulitan biaya keuangan (financial distress costs) dan

atau peluang investasi, dalam hal ini capital

expenditures akan berhubungan positif dengan kas.

Dengan demikian didasari penjelasan tersebut

rumusan hipotesis ketiga adalah :

Page 14: BAB II. LANDASAN TEORITIS - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10548/2/T2_912013023_BAB II...penentuan saldo kas yang optimal sangat perlu untuk ... Djohanputro

22

Hipotesis 3 : Capital expenditure berpengaruh

positif terhadap ketersediaan cash

holding perusahaan

Kebutuhan pembayaran dividen menaikkan

jumlah cash holding oleh karena kas harus tersedia

ketika terjadi kewajiban pembayaran dividen. Hal ini

sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa

perusahaan yang membayar dividen berada dalam

keadaan mengakumulasi kas yang lebih besar daripada

perusahaan yang tidak membayar dividen dikarenakan

mereka berusaha menghindari situasi dimana

kekurangan kas dalam memenuhi kewajiban

pembayaran dividen (Ozkan and Ozkan, 2004).

Penelitian Bigelli dan Vidal (2012) juga memberikan

hasil bahwa variabel perusahaan yang membayar

dividen memiliki sejumlah kas yang lebih besar untuk

pembayaran dividen tersebut. Dengan demikian

pembayaran dividen akan mempertahankan saldo kas

yang lebih besar untuk membayar dividen perusahaan.

Berdasarkan penjelasan tersebut rumusan hipotesis

keempat adalah :

Hipotesis 4 : Dividend berpengaruh positif

terhadap ketersediaan cash holding

perusahaan

Perusahaan dengan leverage yang besar diduga

akan cenderung untuk memiliki cash holding dalam

Page 15: BAB II. LANDASAN TEORITIS - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10548/2/T2_912013023_BAB II...penentuan saldo kas yang optimal sangat perlu untuk ... Djohanputro

23

jumlah yang besar pula dengan tujuan menjaga saldo

kas pada tingkat yang optimal agar ketika hutang jatuh

tempo maka telah tersedia sejumlah kas untuk untuk

melunasi hutang tersebut. Guney et al (2007)

melakukan penelitian tentang hubungan antara

leverage dan cash holding dan menyatakan bahwa

seiring dengan besarnya jumlah leverage maka

perusahaan akan mengakumulasi kas dalam jumlah

yang besar untuk mengurangi risiko kesulitan

keuangan dan kebangkrutan sehingga hubungan

antara leverage dan cash holding dapat menjadi positif.

Penelitian ini didukung oleh Wenyao (2007) yang

menyatakan bahwa apabila dilihat dari sisi agency

costs of debt dan potensi terjadinya kesulitan keuangan

serta kebangkrutan maka hubungan antara leverage

dan cash holding adalah positif. Perusahaan dengan

hutang yang besar akan cenderung memiliki cash

holding yang besar untuk melunasi hutang tersebut.

Perusahaan dengan leverage tinggi menemui kesulitan

dan mahal untuk mendapatkan tambahan dana maka

cenderung memegang uang tunai lebih besar sehingga

mendorong hubungan positif antara leverage dengan

cash holding. Dengan demikian didasari penjelasan

tersebut rumusan hipotesis kelima adalah :

Hipotesis 5 : Leverage berpengaruh positif

terhadap ketersediaan cash holding

perusahaan

Page 16: BAB II. LANDASAN TEORITIS - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10548/2/T2_912013023_BAB II...penentuan saldo kas yang optimal sangat perlu untuk ... Djohanputro

24

H3

H1

H4

H5

1.5. Model

Berdasarkan perumusan hipotesis di atas maka

variabel-variabel yang terkait dalam penelitian ini

dapat dirumuskan melalui suatu model penelitian

sebagai berikut :

Kondisi Bisnis

H2

Cash Holding

Growth Opp

Cash Flow

Volatility

Capex

Dividen

Leverage

Gambar 2.1 Model Penelitian