bab ii landasan teori - umm institutional repositoryeprints.umm.ac.id/46078/3/bab 2.pdf · 2019. 5....
TRANSCRIPT
3
BAB II
LANDASAN TEORI
Suatu investasi baik dalam bidang industri maupun dalam bidang lainnya
bertujuan untuk memperoleh standar yang cukup layak dikemudian hari. Manfaat
ini berupa keuangan (Financial), non keuangan, bahkan kombinasi dari keduanya.
Dimana sering terjadi suatu investasi tidak mendapat untung sama sekali bahkan
gagal dengan kerugian finansial yang sangat besar. Banyak faktor penyebab
kegagalan investasi tersebut yang sebenarnya dapat dievaluasi lebih jauh sebelum
keputusan investasi diambil. Dengan mengevaluasi rencana investasi secara
mendalam, kita akan mendapatkan gambaran hambatan apa saja yang mungkin
timbul dikemudian hari, serta seberapa jauh hambatan itu dapat diatasi. Evaluasi
proyek dan rencana investasi pada suatu proyek akan memberikan gambaran
seberapa jauh rencana investasi pada suatu proyek tertentu dapat dipertanggung
jawabkan dari berbagai macam segi.
2.1. Studi kelayakan
Studi kelayakan dapat diartikan sebagai penelitian tentang akan
didirikannya atau perluasan suatu proyek guna mengetahui apakah layak atau
tidaknya proyektersebut dilaksanakan dan menguntungkan dipandang dari aspek
ekonomi, aspek teknis, aspek lingkungan. Studi kelayakan bila dilakukan secara
prefesional akan dapat berperan penting dalam proses pengambilan keputusan
investasi.
Proyek investasi pada umumnya membutuhkan dana yang tidak sedikit dan
berpengaruh bagi perusahaan dalam jangka waktu yang panjang karena itu perlu
dilakukan studi kelayakan proyek agar dana yang telah terlanjur diinvestasikan
tidak terbuang percuma. Jadi tujuan dilakukannya studi kelayakan proyek adalah
4
menghindari keterlanjuran modal yang terlalu besar untuk suatu kegiatan proyek
dan ternyata tidak menguntungkan.
Proyek adalah keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber
untuk mendapatkan manfaat (benefit), atau suatu aktivitas dimana dikeluarkan uang
dengan harapan untuk mendapatkan hasil (return) di waktu yang akan datang, dan
yang dapat direncanakan, dibiayai dan dilaksanakan sebagai satu unit. Aktivitas
suatu proyek selalu ditujukan untuk mencapai suatu tujuan (objective) dan
mempunyai suatu titik tolak (starting point) dan suatu titik akhir (ending point)
(Kadariah, 2001).
Menurut Gittinger (1986) mengatakan bahwa proyek yang bergerak dalam
bidang pertanian adalah suatu kegiatan investasi yang mengubah sumber-sumber
finansial menjadi barang-barang modal yang dapat menghasilkan keuntungan atau
manfaat setelah beberapa periode waktu.
Sedangkan menurut Gray (1992) proyek adalah kegiatan-kegiatan yang
dapat direncanakan dan dilaksanakan dalam satu bentuk kesatuan dengan
mempergunakan sumber-sumber untuk mendapatkan benefit. Sumber-sumber yang
dimaksud dapat berupa barang-barang modal, tanah, bahan setengah jadi, bahan
mentah, tenaga kerja dan waktu.
Kasmir dan Jakfar (2003) Mendefinisikan studi kelayakan bisnis sebagai
suatu kegiatan yang mempelajari sarana mendalam tentang suatu kegiatan atau
usaha yang akan dijalankan, untuk menentukan layak atau tidaknya suatu bisnis
dijalankan.
Sementara itu, Sunyoto (2014) menyatakan bahwa studi kelayakan bisnis
adalah penelitian yang menyangkut berbagai aspek berupa aspek hukum, aspek
keungan, aspek sosial ekonomi dan budaya, aspek pasar dan pemasaran, aspek
perilaku konsumen, aspek teknis dan teknologi, aspek sumber daya manusia dan
organisasi, dimana semua itu digunakan untuk mengambil keputusan apakah suatu
proyek atau bisnis dapat dijalankan atau ditunda bahkan tidak dijalankan.
5
Studi kelayakan proyek adalah penelitian tentang dapat tidaknya suatu
proyek dilaksanakan dengan berhasil (Husnan dan Suwarsono, 2000). Suatu proyek
dapat dikatakan berhasil apabila memenuhi kriteria manfaat investasi sebagai
berikut :
1. Manfaat ekonomis proyek terhadap proyek itu sendiri (biasa disebut juga
sebagai manfaat finansial).
2. Manfaat proyek bagi negara tempat proyek itu dilaksanakan (disebut juga
manfaat ekonomi nasional).
3. Manfaat sosial proyek tersebut bagi masyarakat di sekitar proyek.
Tahap-tahap dalam pelaksanaan studi kelayakan bisnis secara umum
(Danang, 2012) :
1. Penemuan Ide
Agar dapat menghasilkan ide proyek yang dapat menghasilkan produk yang laku
untuk dijual dan menguntungkan diperlukan penelitian yang terorganisasi
dengan baik serta dukungan sumber daya yang memadai. Jika ide proyek lebih
dari satu, dipilih dengan memperhatikan:
Pengambilan keputusan mampu melibatkan diri dalam hal-hal yang
sifatnya teknis.
Keyakinan akan kemampuan proyek menghasilkan laba.
2. Tahap Penelitian
Setelah ide proyek terpilih, dilakukan penilitian yang lebih mendalam dengan
metode ilmiah:
Mengumpulkan data
Mengolah data
Menganalisis dan menginterpretasikan hasil pengelolahan data
Menyimpulkan hasil
Membuat laporan hasil
6
3. Tahap Evaluasi
Evaluasi yaitu membaningkan sesuaru dengan satu atau lebih standar atau
kriteria yang bersifat kuantitatif atau kualitatif. Ada 3 macam evaluasi:
Mengevaluasi usaha proyek yang akan didirikan
Mengevaluasi proyek yang akan dibangun
Mengevaluasi bisnis yang sudah dioperasionalkan secara rutin
Dalam evaluasi bisnis yang akan dibandingkan adalah seluruh ongkos yang akan
ditimbulkan oleh usulan bisnis serta manfaat atau benefit yang akan diperkirakan
akan diperoleh.
4. Tahap Pengukuran Usulan yang layak
Setelah dipilih usulan proyek yang akan direalisasikan, perlu dibuat suatu
rencana kerja pelaksanaan pembangunan proyek itu sendiri. Mulai dari
menentukan jenis pekerjaan, waktu yang dibutuhkan unutk tiap jenis pekerjaan,
jumlah dan kualifikasi tenaga pelaksana, ketersediaan dana dan sumber daya
lain, kesiapan manajemen dan lain lain.
5. Tahap Rencana Pelaksana Proyek Bisnis
Setelah dipilih usulan proyek yang akan direalisasikan, perlu dibuat suatu
rencana kerja pelaksaan pembangunan proyek itu sendiri. Mulai dari
menentukan jenis pekerjaan, jumlah dan kualifikasi tenaga pelaksana,
ketersediaan dana dan sumber daya lain, kesiapan manajemen dan lain-lain.
6. Tahap Pelaksanaan Proyek Bisnis
Setelah semua persiapan yang harus dikerjakan selesai disiapkan, tahap
pelaksanaan proyek pun dimulai. Semua tenaga pelaksana proyek, mulai dari
pemimpin proyek sampai pada tingkat yang paling bawah harus bekerja sama
dengan sebaik-baiknya sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Memang pada
7
kenyataannya sulit ditemukan bahwa rencana yang dibuat sama persis dengan
realisasinya.
Secara umum aspek-aspek yang diperlukan dalam melakukan studi
kelayakan adalah sebagai berikut.
2.2. Aspek Ekonomi
Menurut Husnan dan Muhammad (2000), Analisis Ekonomi (Economic
Analysis) tidak hanya memperhatikan manfaat yang dinikmati dan pengorbanan
yang ditanggung oleh perusahaan, tetapi oleh semua pihak dalam perekonomian.
Sedangkan analisis yang hanya membatasi manfaat dan pengorbanan dari sudut
pandangan perusahaan disebut sebagai analisis keuangan atau analisis finansial
(Financial Analysis), ada juga yang menyebutnya sebagai analisis komersial
(Commercial Analysis).
Analisis ekonomi pada dasarnya merupakan analisis yang menyeluruh,
tidak hanya masalah-masalah yang menyangkut finansial tetapi jga menyangkut
dampak usaha terhadap perekonomian negara secara keseluruhan, dampak pada
lingkungan, dan dampak pada kehidupan masyarakat banyak. Ini berarti ada
keterkaitan antara penilaian dampak yang muncul bagi usaha, bagi perorangan,
rumah tangga, dan juga bagi negara. Pada studi kelayakan, jika yang akan dikaji
adalah rencana pendirian usaha skala besar, analisis kelayakan tidak dapat hanya
didasari pada primaries effect saja tetapi juga secondary effect (sofyan,2004).
2.2.1. Indikator Kelayakan Ekonomi
Terdapat kriteria-kriteria yang digunakan sebagai tolak ukur pengambilan
keputusan diterima tidaknya atau layak tidaknya suatu usulan proyek
pengembangan sentra industri kripik pisang. Apabila layak maka bisa diterapkan
dan jika tidak maka tidak lanjutkan, atau bisa dalam posisi layak bersyarat seperti
modal yang mencukupi, suku bunga yang tidak tinggi selama beberapa tahun
8
kedepan, dan regulasi saat ini. Kriteria yang digunakan dalam analisis ekonomi
adalah Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR).
a. Net Present Value (NPV)
Menurut Husein Umar (2007;200), NPV yaitu selisih antara present
value dari investasi dengan nilai sekarang dari penerimaan – penerimaan
kas bersih (aliran kas operasional maupun aliran kas terminal) di masa
akan datang.
NPV juga bisa diartikan sebagai metode menghitung nilai bersih
(netto) pada waktu sekarang (present) (Giatman, 2006). Metode NPV
mengkonversikan semua aliran kas menjadi nilai sekarang (P) dan
dijumlahkan sehingga P yang diperoleh mencerminkan nilai netto dari
keseluruhan aliran kas yang terjadi selama horizon perencanaan
(Pujawan, 2003). Perhitungan NPV memerlukan data tentang perkiraan
biaya investasi, biaya operasi, dan pemeliharaan serta perkiraan
manfaat dari proyek yang direncanakan (Afriyeni, 2012).
Metode ini melengkapi kelemahan dari metode payback period
dengan menggunakan konsep time value of money.
Suatu proyek dikatakan layak jika nilai NPV lebih besar atau sama
dengan nol, jika nilai NPV sama dengan nol maka besar pengembalian
sama dengan biaya proyek. Proyek akan ditolak ketika nilai NPV lebih
kecil dari nol. Rumus yang biasa digunakan untuk menghitung NPV
adalah:
𝑁𝑃𝑉 =𝐾𝑎𝑠 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ 1
(1+𝑟)+
𝐾𝑎𝑠 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ 2
(1+𝑟)2 + ⋯ +𝐾𝑎𝑠 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ 𝑛
(1+𝑟)𝑛 − 𝑖𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖 (1)
Kelebihan Metode Net Present Value Antara Lain (Abdullah Afifuddin:
2009)
1. Memperhitungkan Time value of money
9
2. Memperhitungkan semua arus masuk yang ada
3. Mempertimbangkan resiko dari arus kas masuk masa depan untuk
pengembalian modal investasi
4. Dapat mengetahui apakah investasi yang dilakukan dapat
meningkatkan nilai perusahaan atau tidak.
Kekurangan Motode Net present Value Antara lain
1. Harus menentukan terlebih dahulu Required rate of return atau
perhitungan cost of capitalnya.
2. Hasil dari metode ini digambarkan dalam nemtuk nilai mata uang
yang diinvestasikan bukan dalam presentase
b. Internal Rate of Return
Kriteria kedua dalam menganalisa aspek ekonomi adalah Internal Rate
of Return (IRR).
Menurut ( Gunawan Adi Saputro 2007 : 53 ) mengatakan bahwa
“Internal Rate Of Return adalah tingkat discount rate yang dapat
menjadikan sama nilai sekarang dari outlay dengan nilai sekarang dari
proceed investasi yang bersangkutan.“ Internal Rate Of Return adalah
tingkat diskonto yang menyamakan nilai sekarang arus kas dengan
investasi awalnya.
IRR adalah suatu tingkat discount rate yang menghasilkan Net
Present Value (NPV) sama dengan 0 (nol). Dengan demikian, jika hasil
dari perhitungan IRR lebih besar dari Social Opportunity Cost of Capital
(SOCC) dikatakan proyek/usaha tersebut layak (Feasible), bila angka
yang dihasilkan sama dengan SOCC maka kembali modal pokok,
sedangkan apabila angka yang dihasilkan dibawah dari SOCC maka
proyek tersebut tidak Feasible (Ibrahim,2003).
10
Menurut Kasmir dan Jakfar (2006) Internal Rate of Return
Merupakan alat untuk mengukur tingkat pengembalian hasil intern.
Apabila IRR > bunga pinjaman maka diterima, sebaliknya apabila IRR
< bunga pinjaman maka ditolak.
Secara matematis IRR dirumuskan sebagai berikut:
𝐼𝑅𝑅 = 𝑖1 +𝑁𝑃𝑉1
𝑁𝑃𝑉1−𝑁𝑃𝑉2(𝑖2 − 𝑖1) (2)
Dimana:
i1 = Tingkat discount rate yang menghasilkan NPV1
i2 = Tingkat discount rate yang menghasilkan NPV2
2.3. Aspek Teknis
Aspek teknis merupakan suatu aspek yang berkaitan dengan pembangunan
proyek secara teknis dan pengoperasiannya setelah proyek tersebut dibangun.
Evaluasi aspek teknis meliputi deskripsi produk, penentuan kapasitas produksi
ekonomis proyek, proses produksi yang dilakukan, persediaan bahan baku, jumlah
tenaga kerja, penggunaan mesin dan peralatan. Disamping itu perlu juga diteliti dan
diajukan saran tentang lokasi proyek dan tata letak pabrik yang paling
menguntungkan ditinjau dari berbagai macam segi. Dari kesimpulan perihal di atas
maka dapat diketahui juga rancangan awal penaksiran biaya investasi termasuk
biaya eksploitasinya. (Nurcahyo,2011)
Indarwanta, dkk. (2011) menjelaskan bahwa Aspek teknik dan teknologi
berkaitan dengan lokasi proyek, pemilihan jenis mesin dan peralatan lain sesuai
dengan kapasitas produksi yang akan digunakan termasuk lay-out dan pemilihan
teknologi.
Analisis secara teknis berhubungan dengan input proyek (penyediaan) dan
output (produksi) berupa barang dan jasa. Kerangka kerja proyek harus dibuat
secara jelas agar analisis secara teknis dapat dilakukan dengan teliti. Aspek-aspek
lain dari analisis proyek hanya akan dapat berjalan bila analisis secara teknis dapat
dilakukan. Aspek teknis mencakup masalah penyediaan sumber-sumber dan
11
pemasaran hasil-hasil produksi, seperti lokasi proyek, besaran skala operasional
untuk mencapai kondisi yang ekonomis, kriteria pemilihan mesin dan equipment,
layout, proses produksi, serta ketepatan penggunaan teknologi (Gittinger 1986).
Dalam beberapa literatur menjelaskan aspek teknis sebagai aspek proses
(operasi). Menurut Kasmir dan Jakfar (2010:145) aspek operasi adalah untuk
menilai kesiapan perusahaan dalm menjalankan usaha dengan menilai ketepatan
lokai, luas produksi, dan layout serta kesiagaan mesin-mesin yang akan digunakan.
Penentuan luas produksi adalah berkaitan dengan jumlah produksi yang dihasilkan
dalam waktu tertentu dengan mempertimbangkan kapasitas teknis dan peralatan
yang dimiliki serta biaya yang paling efisien, luas produksi dapat dilihat dari segi
teknis. Dari segi ekonomis yang dilihat adalah berapa jumlah produk yang
dihasilkan dalam waktu tertendu dengan biaya yang paling efisien. Sedangkan dari
segi teknis yang dilihat adalah jumlah produk yang dihasilkanatas dasar
kemampuan mesin dan peralatan serta persyaratan teknis (Kasmir dan Jakfar,
2010:152).
Layout merupakan suatu proses dalam penentuan bentuk dan penempatan
fasilitas yang dapat menentukan efisiensi produksi atau operasi (Kasmir dan Jakfar,
2010:152). Dengan adanya layout akan diperoleh berbagai keuntungan antara lain
sebagai berikut (Kasmir dan Jakfar, 2010:152):
1. Memberikan ruang gerak yang memadai untuk beraktifitas dan
pemeliharaan.
2. Pemaiakan ruangan yang efisien.
3. Mengurangi biaya produksi maupun investasi.Penilaian kelayakan terhadap
aspek ini penting dilakukan sebelum suatu proyek dijalankan.
Penentuan kelayakan teknis perusahaan menyangkut hal-hal yang berkaitan
dengan teknis atau operasi. Sehingga jika tidak dianalisis dengan baik akan
berakibat fatal bagi perusahaan di masa yang akan datang. Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam aspek teknis antara lain:
12
2.3.1. Lokasi proyek
Lokasi yang strategis sangat dibutuhkan dalam usaha ritel. Keputusan
pemilihan lokasi harus konsisten dengan perilaku belanja dan ukuran dari target
pasar (Levy & Weitz, 2004). Menurut Utami (2008), ritel memiliki tiga tipe dasar
lokasi yang dapat dipilih yaitu: pusat perbelanjaan, tengah kota besar maupun kota
kecil, dan freestanding (bebas). Selain memerlukan lokasi yang strategis, usaha ritel
akan memerlukan fasilitas yang memadahi untuk menjamin keberlangsungan
usahanya. Secara umum, fasilitas yang diperlukan dalam usaha ritel adalah: mesin
kasir, meja penjualan, rak display, peralatan/perlengkapan kantor, telepon, sistem
informasi, komputer dan perangkat lunak, serta keamanan (Levy & Weitz, 2012).
Lokasi proyek untuk perusahaan industri mencakup dua pengertian, yaitu
lokasi dan lahan pabrik serta lokasi bukan pabrik. Pengertian lokasi bukan pabrik
mengacu pada lokasi untuk kegiatan yang secara langsung tidak berkaitan dengan
proses produksi, yaitu lokasi pembangunan adsministrasi perkantoran dan
pemasaran. Terdapat beberapa variabel yang perlu diperhatikan dalam pemilihan
lokasi proyek.
Variabel tersebut dibedakan menjadi dua golongan besar, yaitu variabel
utama (primer) dan variabel bukan utama (sekunder). Penggolongan ke dalam
kedua kelompok tersebut tidak mengandung kekakuan, artinya dimungkinkan
untuk berubah golongan sesuai dengan ciri utama output atau proyek bersangkutan.
Variabel-variabel utama (primer) tersebut yaitu ketersediaan bahan mentah,
letak pasar yang dituju, tenaga listrik dan air, supply tenaga kerja, dan fasilitas
transportasi. Sedangkan variabel-variabel sekunder terdiri dari hukum dan
peraturan yang berlaku, iklim dan keadaan tanah, sikap dari masyarakat setempat
(adat istiadat) dan perencanaan masa depan perusahaan.
13
Penjelasan variabel-variabel Primer tersebut menurut Husnan dan
Muhammad (2014) adalah sebagai berikut:
a. Ketersediaan Bahan Mentah
Bila suatu perusahaan membutuhkan bahan mentah yang besar dan
karenanya bahan mentah merupakan komponen yang amat penting dari keseluruhan
proses operasi perusahaan, maka variabel ini merupakan variabel
dominan/signifikan dalam menentukan lokasi pabrik. Beberapa Hal yang perlu
didapatkan informasinya adalah:
i. Jumlah Kebutuhan Bahan Mentah satu periode dan selama
kebutuhan investasi.
ii. Kelayakan harga bahan mentah, baik sekarang maupun masa depan.
iii. Kapasitas, kualitas, kontinuitas sumber bahan mentah.
iv. Biaya-biaya pendahuluan yang diperlukan sebelum bahan mentah
siap diproses, misalnya biaya pengangkutan, dan lain-lain.
b. Letak pasar yang dituju
Beberapa Hal yang perlu didapatkan informasinya antara lain: Daya beli
konsumen, Pesaing, dan beberapa data yang lainnya.
c. Supply tenaga kerja
Tersedianya tenaga kerja, baik tenaga kerja terdidik maupun terlatih akan
berpengaruh terhadap biaya produksi yang ditanggung perusahaan.
d. Fasilitas transportasi
Fasilitas transportasi ini berkaitan erat dengan pertimbangan bahan mentah
dan pertimbangan pasar. Jika lokasi mendekati sumber bahan mentah, maka
fasilitas transportasi terutama diperhitungkan dalam kaitan dengan ongkos
transportasi menuju pasar dengan tidak berarti tidak diperhitungkan biaya
transportasi dari sumber bahan mentah ke lokasi pabrik, demikian pula
sebaliknya.
14
2.3.2. Kapasitas Produksi
Prinsip-prinsip yang dipegang dalam penentuan jenis teknologi dan
peralatan antara lain seberapa jauh derajat mekanisasi yang diinginkan, manfaat
ekonomi yang diharapkan, ketepatan teknologi dengan bahan mentah yang
digunakan, keberhasilan penggunaan jenis teknologi tersebut ditempat lain yang
memiliki ciri-ciri mendekati lokasi proyek, kemampuan pengetahuan penduduk
(tenaga kerja) setempat, dan kemungkinan pengembangannya serta pertimbangan
kemungkinan adanya teknologi lanjutan sebagai salinan teknologi yang akan dipilih
sebagai akibat keusangan. (Oktafiyani, 2009)
2.3.2.1. Efisiensi
Menurut Kamus Besar Ekonomi (2003) Efisiensi merupakan
Hubungan atau perbandingan antara faktor keluaran (Output) barang dan
jasa dengan masukan (input) yang langka didalam satu unit kerja, atau
ketetapan cara (usaha, kerja) dalam menjalankan sesuatu (dengan tidak
membuang-buang waktu, tenaga, biaya).
Efisiensi merupakan tindakan memaksimalkan hasil dengan
menggunakan modal (tenaga kerja, material dan alat) yang minimal (Stoner,
2010). Efisiensi merupakan rasio antara input dan output, dan perbandingan
antara masukan dan pengeluaran. Apa saja yang dimaksudkan dengan
masukan serta bagaimana angka perbandingan tersebut diperoleh, akan
tergantung dari tujuan penggunaan tolakk ukur tersebut. Secara sederhana,
menurut Nopirin (2014), efisiensi dapat berarti tidak adanya pemborosan
Efisiensi juga bisa diartikan sebagai perbandingan yang terbaik
antara input (masukan) dan Output (hasil antara keuntungan dengan
sumber-sumber yang dipergunakan), seperti halnya juga hasil optimal yang
dicapai dengan penggunaan sumber yang terbatas. Dengan kata lain
hubungan antara apa yang telah diselesaikan. (Hasibuan, 2005)
15
Sejalan dengan itu Permono dan Darmawan (2000) dalam
Priyonggo Suseno (2008) menjelaskan Efisiensi sebagai perbandingan
antara keluaran (output) dengan masukan (input), atau jumlah yang
dihasilkan dari satu input yang dipergunakan. Suatu perusahaan dapat
dikatakan efisiensi apabila mempergunakan jumlah unit yang lebih sedikit
bila dibandingkan dengan jumlah unit input yang dipergunakan perusahaan
lain untuk menghasilkan output yang sama, atau menggunakan unit input
yang sama, dapat mengahsilkan jumlah output yang lebih besar.
Mubyarto (1986) menyatakan bahwa efisiensi adalah suatu
keadaan dimana sumberdaya telah dimanfaatkan secara optimal. Untuk
memperoleh sejumlah produk diperlukan bantuan atau kerjasama antara
beberapa faktor produksi.
Menurut Slichter dalamSarwoto (2014), ada 3 macam efisiensi :
1. Engineering / Physical Efficiency Yaitu perbandingan antara jumlah
satuan benda yang dipergunakan dengan benda yang dihasilkan.
2. Bussiness Efficiency Adalah perbandingan antara biaya yang
dikeluarkan dengan penghasilan yang masuk.
3. Social Efficiency Adalah perbandingan antara pengorbanan-
pengorbanan manusia dengan kepuasan atau kemanfaatan bagi manusia
yang dapat dinikmati.
Dimana dalam Studi Ilmiah ini penulis menggunakan Engineering /
Physical Efficiency dimana efisiensi bisa dihitung dengan
menggunakan persamaan berikut:
𝐸𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛𝑠𝑖 = 𝑂𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡 𝐴𝑐𝑡𝑢𝑎𝑙
𝐾𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝐸𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑓⁄ × 100% (3)
Dimana; Output Aktual = laju output yang dicapai secara aktual yang
tidak dapat melebihi kapasitas efektif. Output
16
yang sebenarnya dihasilkan oleh satu fasilitas
produksi.
Kapasitas Efektif = Kapasitas yang diperkirakan dapat dicapai oleh
sebuah perusahaan dengan keterbatasan operasi
yang ada sekarang.
2.3.2.2. Utilisasi
Utilisasi berasal dari kata Utilization yang berarti pemanfaatan atau
penggunaan. Utilisasi kapasitas adalah suatu indikator produktivitas
kapasitas pada suatu sistem. Ini ditunjukan pada hubungan antara output
potensial yang dapat diproduksi dengan output aktual yang diproduksi
dengan peralatan yang terpasang, jika kapasitas sudah dimaksimalkan.
Prosentase yang lebih rendah menunjukan dalam subsistem
tersebut terdapat banyak sumber daya yang menganggur dan tidak
menggunakan seluruh kapasitas yang ada. Sedangkan prosentase utilitas
kapasitas yang terlalu tinggi menunjukkan sumber daya mengalami
kelebihan beban kerja (Workload).
Untuk mengukur utilisasi suatu proses, dapat dilihat dari jumlah
aktual yang diproduksi dibandingkan dengan jumlah yang dapat diproduksi
maksimal. Yang jika diterjemahkan kedalam formula matematis menjadi:
𝑈𝑡𝑖𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 =𝑂𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡 𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙
𝐾𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝐷𝑒𝑠𝑎𝑖𝑛⁄ × 100% (4)
Dimana; Kapasitas desain = Output maksimum sistem kerja
teoritis pada suatu periode waktu
tertentu dengan kondisi yang ideal.
17
2.4. Aspek Lingkungan dan AMDAL
Studi Lingkungan usaha merupakan suatu langkah yang penting dilakukan
dengan tujuan untuk menemukan apakah lingkungan dimana usaha itu akan berdiri
nantinya tidak akan menimbulkan ancaman atau bahkan dapat memberi peluang
diluar dari usaha yang utama.(Sofyan,2004).
Suliyanto (2008) menjelaskan bahwa Analisis aspek lingkungan dilakukan
untuk menjawab “apakah lingkungan setempat sesuai dengan ide bisnis yang akan
dijalankan dan apakah manfaat bisnis bagi lingkungan lebih besar dibandingkan
dampak negatifnya?’. Suatu ide bisnis dinyatakan layak berdasarkan aspek
lingkungan sesuai dengan kebutuhan ide bisnis dan ide bisnis tersebut mampu
memberikan manfaat yang lebih besar dibandingkan dampak negatifnya di wilayah
tersebut.
Aspek lingkungan dalam studi kelayakan bertujuan untuk:
1. Menganalisis kondisi lingkungan operasional
2. Menganalisis kondisi lingkungan industri
3. Menganalisis lingkungan ekonomi
4. Menganalisis dampak positif maupun negatif bisnis terhadap lingkungan
5. Menganalis usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk meminimalkan
dampak negatif bisnis terhadap lingkungan.
Undang-Undang No.32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup Pasal 1 ayat 2 menyatakan bahwa perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup merupakan upaya sistematis dan terpadu yang
dilakukan untuk melestarikan fungsi dari lingkungan hidup dan mencegah
terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang meliputi
perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan pengawasan, dan
penegakan hukum.
18
AMDAL merupakan singkatan dari Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan. Berdasarkan PP No. 27 tahun 1999, AMDAL adalah kajian mengenai
dampak besar dan penting suatu usaha atau kegiatan yang direncanakan pada
lingkungan hidup yang diperlukan pada proses pengambilan keputusan tentang
penyelenggaraan usaha kegiatan. Aspek – aspek yang dikaji dalam proses AMDAL
merupakan pelengkap studi kelayakan suatu rencana usaha, kegiatan, atau proyek.
Salah satu pengertian menyebutkan bahwa dalam melakukan analisis
dampak lingkungan (ANDAL), analisis dapat dilakukan pada dampak yang terjadi
pada waktu yang lalu, sebagai hasil dari pengukuran sekarang atau hasil dari
pemantauan dan dampak lingkungan yang terjadi di masa yang akan datang dengan
jalan melakukan proses pendugaan. Pendugaan dampak lingkungan atau
Environmental Impact Assessment adalah proses untuk menduga dampak yang akan
terjadi di masa yang akan datang saja. Dengan demikian Analisis Dampak
Lingkungan disini lebih luas dari Pendugaan Dampak Lingkungan (Philip
Kristanto,2013)
Suatu studi oleh Hart (1997), dalam Husnan dan Muhammad (2014)),
mengatakan ada empat tahapan yang mesti dilalui sebagai tahapan atau peta
perjalanan (Road Map) yang harus ditempuh:
1. Pencegahan Polusi (Pollution Prevention)
2. Produk Hijau (Product Stewardship)
3. Teknologi Bersih (Clean Technology)
4. Visi Keberlanjuan (Sustainability Vision)