bab ii landasan teori - repository.nusamandiri.ac.id filelandasan teori 2.1. tinjauan pustaka...
TRANSCRIPT
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka yang digunakan sebagai landasan dalam pembelian skripsi
ini, akan dijelaskan sebagai berikut :
A. Pengertian Pelayanan
Dalam memenuhi kebutuhan konsumen melalui pelayanan, menurut Philip
Kotler (2009:228) perusahaan hendaknya harus mengetahui tentang karakteristik
pelayanan. Karakteristik pelayanan meliputi :
a. Tak Berwujud
Pelayanan memiliki sifat tidak dapat dilihat wujudnya, tidak dapat dirasakan
atau dinikmati sebelum konsumen memilikinya.
b. Tidak Dapat Dipisahkan
Pelayanan pada dasarnya dapat dihasilkan dan dirasakan pada waktu yang
bersamaan, seandainya ingin diserahkan pada orang lain, maka akan tetap
merupakan bagian dari pelayanan.
c. Bervariasi
Pelayanan dapat menyusuaikan diri dengan kondisi atau keadaan yang
sedang terjadi. Pelayanan bersifat fleksibel, dimana pelayanan dapat
menyusuaikan kondisi berkaitan dengan siapa penyedia pelayanan, siapa
penerima pelayanan dan dalam kondisi yang bagaimana pelayanan tersebut
diberikan, sehingga pelayanan dapat terdiri atas banyak macam jenis didasarkan
atas factor kondisi.
B. Pengertian Harga
Menurut Kotler (2007:176) “harga adalah jumlah uang yang ditagihkan
untuk suatu produk atau jasa, jumlah ini yang dipertukarkan konsumen untuk
memperoleh manfaat yang dimiliki dengan menggunakan produk atau jasa”.
Berdasarkan pernyataan tersebut dapat dijeleaskan bahwa harga yang telah
dibayar oleh pembeli telah termasuk pelayanan yang diberikan oleh penjual dan
penjual juga menginginkan sejumlah keuntungan dari harga tersebut.
1. Tujuan penetaan harga
Harga ditetapkan oleh perusahaan pada dasarnya ditujukan untuk memberi
nilai atas produk yang telah diciptakan. Harga ditentukan oleh perusahaan melalui
berbagai pertimbangan yang matang atas dasar besarnya biaya produksi dan
berbagai faktor dengan tujuan agar perusahaan memperoleh laba. Ada empat
tujuan penetapan yaitu :
a. Mencegah atau mengurangi persaingan
Seiring dengan semakin ketatnya persaingan dunia bisnis, maka diperlukan
aturan dan batasan-batasan dalam bersaing, salah satunya adalah dengan
penetapan harga. Melalui kebijakan harga para pelaku usaha tidak akan
menetapkan harga dengan seenaknya.
b. Mempertahankan atau memperbaiki market share
Dengan adanya penetapan harga, maka market share dapat terjaga.
Mempertahankan market share dapat dilakukan apabila kemampuan dan
kapasitas produksi masih cukup longgar selain itu, kondisi keuangan harus
benar-benar baik dan juga adanya kemampuan yang tinggi dalam bidang
pemasaran.
c. Mencapai target pengembalian investasi
Pada dasarnya penetapan harga yang dilakukan oleh perusahaan adalah untuk
memperoleh laba dan sekaligus untuk menutup biaya oprasional. Harga yang
telah ditentukan dimaksudkan untuk menutupi investasi secara beranfsur-
angsur. Dimana yang digunakan untuk mengembalikan investasi hanya bisa
diambilkan dari laba perusahaan dapat bertahan dan usaha akan bertambah
besar.
d. Harga ditetapkan atas dasar pertimbangan untung/rugi yang akan diderita oleh
perusahaan dalam penetapan harga, perusahaan tentunya akan mengutamakan
laba dan daya beli konsumennya. Penetapan harga dengan pertimbangan laba
yang bagus disertai daya beli masyarakat yang besar, maka akan mudah bagi
pengusaha dalam memperoleh laba maksimal.
2. Strategi penyusuaian harga
Perusahaan-perusahaan biasanya menyesuaikan harga dasar mereka
sehingga dapat memperhitungkan berbagai perbedaan pelanggan dan
perubahan situasi. Strategi penyusuaian harga Kotler dan Amstrong (2008:3)
ada enam strategi yaitu :
a. Penetapan harga diskon dan pengurangan harga
Kebanyakan perusahaan menyusuaikan harga dasar mereka untuk
memberikan penghargaan kepada pelanggan karena tanggapan-tanggapan
tertentu, seperti pembayaran tagihan yanglebih awal , volume pembelian yang
besar, dan pembelian di luar musim. Penyesuaian-penyusuaian harga itu
dinamakan diskon dan pengurangan harga. Bentuk dari diskon dan
pengurangan harga bermacam-macam yaitu :
1) Diskon tunai (cash discount) yakni pengurangan harga kepada pembeli
yang membayar tagihan mereka lebih awal.
2) Diskon jumlah (quality discount) adalah pengurangan harga bagi
pembeli yang membeli dalam jumlah besar.
3) Diskon fungsional (funitional discount) alah pengurangan harga yang
ditawarkan oleh enjualan kepada anggota-anggota saluran perdagangan
yang menjalankan fungsi-fungsi tertentu seperti menjual, menyimpan,
dan menyelenggarakan pelaporan.
4) Diskon musiman (seasinal discount) adalah pengurangan harga bagi
pembeli yang membeli barang dagangan atau jasa diluar musiman.
b. Potongan harga (allowance) adalah jenis pengurangan dari daftar harga.
Potongan harga terbagi menjadi dua yaitu :
1) Potongan harga tukar tambah, adalah pengurangan harga yang
diberikan karena menukarkan barang lama ketika membeli barang
baru.
2) Potongan harga promosi adalah pembayaran atau pengurangan harga
sebagai imbalan bagi para dealer karena berpartisapasidalam program
pemasangan iklan dan dukungan penjualan.
c. Penetapan harga Tersegmentasi
Perusahaan sering menyesuaikan harga dasar mereka untuk memperhitungkan
adanya perbedaan-perbedaan janis pelanggan, produk, dan lokasi. Dalam
penetapan harga tersegmentasi, perusahaan menjual baranga atau jasa pada
dua atau lebih harga, walaupun perbedaan harga tersebut tidak didasarkan
pada perbedaan biaya.
d. Penetapan harga psikologis
Sebuah pendekatan penetapan harga yang mempertimbangkan psikologis
harga dan tidak semata-mata harga ekonomi. Aspek lain dari penetapan harga
psikologi adalah acuan. Harga acuan adalah harga-harga yang lekat dibenak
pembeli dan mereka gunakan sebagai acuan ketikamelihat produk tertentu.
Harga acuan bisa dibentuk dengan mencatat harga-harga sekarang, dengan
mengingat harga-hargamasa lalu, atau mengkaji situasi pembelian.
e. Penetapan harga promosi
Menetapkan harga produk secara temporer dibawah daftar harga dan kadang-
kadang bahkan dibawah biaya, untuk meningkatkan penjualan jangka pendek.
f. Penetapan harga secara geografis
Perusahaan harus memutuskan cara menetapkan harga bagi para pelanggan
yang berlokasi dibagian negara atau bagian dunia yang berbeda. Lima strategi
penetapan harga secara geografis yaitu :
1) Penetapan harga FOB- asal (FOB-origin princing), yaitu strategi
penetapan harga dimana barang-barang tidak dibayar biaya
pengirimannya
2) Penetapan harga terkirim (uniform-delivered princing), yaitu strategi
penetapan harga berdasarkan geografis dimana perusahaan
menetapkan harga plus biaya pengiriman yang sama bagi semua
pelanggan, tanpa membedakan lokasinya.
3) Penetapan harga zona (zone pricing), yaitu strategi penetapan harga
berdasarkan geografi dimana perusahaan menetapkan dua atau lebih
zona.
4) Penetapan harga berdasarkan titik pangkal (basing-pont pricing), yaitu
strategi penetapan harga berdasarkan geografi dimana penjual
menunjuk kota tertentu sebagai titik pangkal dan membebani semua
pelanggan biaya pengiriman dari kota itu ke lokasi pelanggan.
C. Pengertian Keamanan
Keamanan adalah keadaan aman dan tentram (Tarwoto dan Wartonah,
2010). Keamanan tidak hanya mencegah rasa sakit atau cedera tapi keamanan
juga dapat membuat individu aman dalam aktifitasnya, mengurangi stres dan
meningkatkan kesehatan umum. Kemanan fisik (biologis safety) merupakan
keadaan fisik yang aman terbebas dari ancaman kecelakaan dan cedera (injury) baik
secara mekanis, thermis, elektris maupun bateriologis.
Kebutuhan akan keamanan adalah kebutuhan untuk melindungi diri dari
bahaya fisik. Ancaman terhadap keselamatan seseorang dapat dikategorikan
sebagai ancaman mekanis, kimiawi, termal dan bakteriologis. Kemanan fisiologis
berkaitan dengan sesuatu yang mengancam tubuh dan kehidupan seseoran/ dalam
konteks hubungan interpersonal bergantung pada banyak faktor, seperti
kemampuan berkomunikasi, kemampuan mengontrol masalah, kemampuan
memahami, tingkah laku yang konsisten dengan orang lain, serta kemampuan
memahami orang orang di sekitarnya dan lingkungannya.
Kosep dasar keamanan terkait dengan kemampuan seseorang dalam
menghindari bahaya, yang ditentukan pengetahuan dan kesadaran serta motivasi
orang tersebut untuk melakukan tindakan pencegahan. Ada tiga faktor penting
yang terkait dengan keamanan yaitu: tingkat pengetahuan dan kesadaran individu,
kemampuan fisik dan mental untuk melakukan upaya pencegahan, serta lingkunga
fisik yang membahayakan atau berpotensi menimbulkan bahaya.
D. Pengertian Sistem
Menurut FitzGerald dkk dalam Jogiyanto (2010:1), ”Sistem adalah suatu
jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul
bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau untuk menyelesaikan suatu
sasaran tertentu”.
Menurut Turban, dkk (2007:54), ”Sistem adalah kumpulan objek seperti
orang, sumber daya, konsep dan prosedur yang dimaksudkan untuk melakukan
suatu fungsi yang dapat siidentifikasikan atau melayani suatu tujuan”.
Dari permasalahan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa sistem
merupakan suatu jaringan yang saling berhubungan membentuk satu kesatuan
agar dapat mencapai suatu tujuan tertentu.
E. Pengertian Keputusan
Menurut Fahlevi (2011:6), “Keputusan adalah proses penelusuran yang
berawal dari latar belakang masalah, identifikasi masalah hingga kepada
terbentuknya kesimpulan atau rekomendasi”.
Menurut Gorry dan Morton dalam Turban, dkk (2007:17), terdapat tiga
tipe keputusan yaitu keputusan tidak terstruktur (Unstructured Decition) adalah
keputusan yang tidak mempunyai pola buku informasi. Penanganan tipe
keputusan rumit, karena berulang-ulang atau tidak selalu terjadi, bersifat baru dan
insidentil, sulit diimplementasikan atau diprogramkan, keputusan ini menuntut
pengalaman dan berbagi sumber eksternal, contoh permasalahan sering terjadi
pada manajemen tingkat satu (Top Level Mnagement) adalah keputusan untuk
bergabung dengan perusahaan lain, perekrutan eksekutif. Keputusan semi
terstruktur (Semi Structured Decition) adalah suatu keputusan yang dapat
ditangani dengan computer maupun yang tetap harus dilakukan oleh pengambil
keputusan, permasalahan yang sering terjadi pada manajementingkat kedua
(Middle Management). Contohnya adalah pengevaluasian kredit, penjadwalan
produksi, pengendalian sediaan. Keputusan terstruktur (Structured Decition)
adalah suatu keputusan yang diambil dengan langkah atau prosedur yang jelas,
sering dilakukan secara berulang-ulangdan rutin. Permassalahaan yang sering
terjadi pasa manajemmen tingkat kerja (Lower Management). Contoh keputusan
pemesanan barang,keputusan penagihan piutang.
F. Pengertian Pengambilan Keputusan
Menurut Turban, dkk (2007:53), ”Pengambilan keputusan adalah proses
memilih tindakan (diantara berbagai alternative) untuk mencapai suatu tujuan atau
beberapa tujuan”.
G. Fase-fase Proses Pengambilan keputusan
Menurut Turban,dkk (2007:64), ”Proses pengambilan keputusan terdapat
empat fase yaitu fase intelegensi, fase desain, fase pilihan dan fase implementasi”.
Fase intelegensi dimulai dengan identifikasi terhadap tujuan dan sasaran
organisasional yang berkaitan dengan sssisu yang diperhatikan (missal
manajemen inventori, seleksi kerja, kurangnya atau tidak tepatnya kehadiran web)
dan determinasi apakah tujuan tersebut telah dipenuhi. Fase desain meliputi
penemuan atau mengembangkan dan menganalisis tindakan yang mungkin untuk
dilakukan. Fase pilihan adalah fase dimana dibuat suatu keputusan yang nyata dan
diambil suatu komitmen untuk mengikuti suatu tindakan tertentu. Fase
implementasi sedikit rumit karena implementasi merupakan sebuah proses yang
panjang dan melibatkan batasan-batasan yang jelas. Pendek kata, implementasi
berarti membuat solusi yang direkomendasikan bisa bekerja, tidak memerlukan
implementasi suatu sistem computer.
H. Sistem Pendukung Keputusan
Menurut Alter (1980) dalam Turban,dkk (2007:137), mendefenisikan
Decision Support System (DSS) dengan membandingkannya dengan system EDP
(Electronic Data Processingi) tradisional pada lima dimensi. Seperti ditunjukan
pada Tabel 2.1
Tabel II.1.DSS versus EDP
Dimensi DSS EDP
Penggunaan Aktif Pasif
Pengguna Lini manajemen dan staf Klerikal
Tujuan Keefektifan Efesiensi mekanis
Horison waktu Masa sekarang dan masa dating Masa lalu
Tujuan Fleksibilitas Konsistensi
Sumber : Berdasarkan Alter (1980) dalam Turban dkk (2007:137)
Menurut Bonzeck, dkk (1980) dalam Turban (2007:137) mendefinisikan
DSS sebagai system berbasis computer yang terdiri dari tiga komponen yang
saling berinteraksi; system Bahasa (mekanisme untuk memberikan komunikasi
Antara pengguna dan komponen DSS lain), system pengetahuan (repository
pengetahuan dominan masalah yang ada pada DSS entah sebagai data atau
sebagai prosedur), dan system pemrosesan masalah (hubungan Antara dua
komponen lainnya, terdiri dari satu atau lebih kapabilitas manipulasi masalah
umum yang diperlukan dalam pengambilan keputusan).
Menurut Keen (1980) dalam Turban, dkk (2007:138) menerapkan sistem
DSS untuk situasi dimana sistem “final” dapat dikembangkan hanya melalui suatu
proses pembelajaran dan evolusi yang adaptif. Jadi dapat disimpulkan bahwa
Decision Support System (DSS) yaitu suatu pendekatan atau metodologi untuk
mendukung dan meningkatkan pengambilan keputusan.
Menurut Turban, dkk (2007:141), Karakteristik dan kapabilitas dari DSS
adalah:
a. Dukungan untuk mengambl keputusan, terutama pada situasi semistruktur
dan tak terstruktur, dengan menyertakan penilaian manusia dan informasi
terkomputerisasi.
b. Dukungan untuk semua level manajerial dan eksekutif puncak sampai
manajer lini.
c. Dukungan individu dan kelompok. Masalah yang kurang terstuktur sering
memerlukan keterlibatan individu dari Departemen dan tingkat
organisasional yang berbeda atau bahkan dari organisasi lain.
d. Dukungan untuk keputusan independen dan sekuensial. Keputusan dapat
dibuat satu kali, beberapa kali atau berulang (dalam interval yang sama)
e. Dukugan disemua fase proses pengambilan keputusan intelegensi, desain,
pilihan dan implementasi.
f. Dukungan di berbagai proses dan gaya pengambilan keputusan.
g. Adaptifitas waktu.
h. Pengguna merasa seoerti dirumah ramah pengguna, kapabilitas grafis yang
sangat kuat dan antarmuka manusia-mesing interaktif dengan satu Bahasa
alami dapat sangat meningkatkan keefektifan DSS.
i. Peningkatan terhadap keefektifan pengambilan keputusan (akurasi,
timeliness, kualitas) ketimbang pada efisiensinya (biaya pengambilan
keputusan).
j. Control penuh oleh pengambil keputusan terhadap semua langkah proses
pengambilan keputusan dalam pemecahan suatu masalah.
k. Pengguna akhir dapat mengembangkan dan memodifikasi sendiri system
sederhana.
l. Biasanya model-model digunakan untuk menganalisa situasi pengambilan
keputusan.
m. Akses disediakan untuk berbagai sumber data, format, dan tipe mulai dari
system informasi geografis (GIS) sampai system berorientasi-objek.
n. Dapat dilakukan sebagai alat stand alone yang digunakan oleh seseorang
pengambil keputusan pada suatu lokasi atau didistribusikan di suatu
organisasi keseluruhan dan beberapa organisasi sepanjang rantai
persediaan.
I. Komponen Sistem Pendukung Keputusan
Menurut Turban, dkk (2007:143), komponen Decision Support System
(DSS) terdiri dari:
a. Subsistem manajemen data. Subsistem manajemen data memasukan suatu
database yang berisi data yang relevan untuk sistuasi dan kelola oleh
prangkat lunak yang disebut sistem manajemen database (DBMS).
b. Subsistem manajemen model. Merupakan paket prangkat lunak yang
memasukan model keuangan, statistic, ilmu manajemen atau model
kuanititatif lainnya yang memberikan kapasitas analitik dan manajemen
prangkat lunak yang tepat.
c. Subsistem anatar muka pengguna. Pengguna berkomunikasi dengan dan
memerintahkan DSS memalui subsistem ini.
d. Subsistem manajemen berbasis pengetahuan. Subsiste ini dapat
mendukung subsistem yang lainnya atau bertindak sebagai suatu
komponen independen.
J. Analical Hierarchy Process (AHP)
Warjiyono (2015:33) menyimpulkan bahea “AHP (Analytical Hierarchy
Process) merupakan metode pengambilan keputusan dengan melihat kriteria-
kriteria yang dipergunakan untuk mengambil keputusan”.
Dengan hierarki, suatu masalah yang kompleks dapat diuraikan ke dalam
kelompok-kelompoknya yang kemudian diatur menjadi suatu bentuk hirarki
sehingga permasalahan akan tampak lebih terstruktur dan sistematis AHP sering
digunakan sebagai metode pemecahan masalah dibanding dengan metode yang
lain karena alasan-alasan sebagai berikut :
a. Struktur yang berhierarki sebagai konsekuensi dari kriteria yang dipilih
sampai pada sub kriteria yang paling dalam.
b. Memperhitungkan validitas sampai dengan batas toleransi inkonsistensi
berbagai kriteria dan alternatif yang dipilih oleh pengambilan keputusan.
c. Memperhitungkan daya tahan output analisis sensitivitas pengabilan
keputusan.
K. Aksioma-aksioma Analytical Hierarchy Process (AHP)
Menurut warmansyah, J (2010), dalam metode AHP, terdapat 4 aksioma
yang mendasari pemikiran dan konsep analisa yang ada didalamnya, yaitu :
1. Resiprocal Comparison, yang mengandung arti bahwa matriks
perbandingan berpasangan yang terbentuk harus bersifat berkebalikan.
Misalnya. Jika A adalah K lebih pentinga dari pada B maka B adalah 1/K
lebih penting dari A.
2. Homogenity, yaitu mengandung arti kesamaan dalam melakukan
perbandingan. Misalnya, tidak dimungkinkan membandingkan jeruk
dengan bola tenis dalam hal rasa, akan tetapi lebih relevan jika
membandingkan dalam hal berat.
3. Dependence, yang berarti setiap level mempunyai kaitan (complate
hierarchy) walaupun mungkinsaj aterjadi hubungan yang tidak sempurna (
inconplete hierarchy)
4. Expectation, yang berarti menonjolkan penilaian yang bersifat ekspetasi
dan preferensi dari pengambilan keputusan. Penilaian dapat merupakan
data kuantitatif mauun yang bersifat kualitatif.
L. Prinsip Dasar Annlytial Hierarchy Process
Menurut Kusrini (2007:133), ada beberapa prinsip dasar yang harus
dipahami dalam AHP Antara lain :
1. Membuat Hierarki
Sistem yang kompleks bisa dipahami dengan memecahkan masalah
menjadi elemen-elemen pendukung. Agar bisa mendapat hasil yang akurat,
persoalan dipecahkan scara terus menerus sampai tidak mungkin dilakukan
pemecahan lebih lanjut, sehingga diperoleh beberapa tingkatan dari
persoalan tersebut.
2. Penilaian Kriteria Dan Alternatif
Penilaian ini merupakan inti dari AHP karena akan berpengaruh kepada
urutan prioritas dari elemen-elemennya. Hasil dari penilaian ini lebih
mudah disajikan dalam bentuk matriks perbandingan berpasangan yang
berguna untuk melihat kepentingan relative dua elemen pada suatu tingkat
tertentu dalam kaitannya dengan tingkatan di atasnya.
3. Menentukan Prioritas (Synthesus of Priority)
Bobot dan prioritas bisa dihasilkan dengan memanipulasi matriks atau
melalui penyelesaian persamaan matematika yaitu dengan menggunakan
eigen vector method agar mendapat bobot relative untuk unsur-unsur
pengambilan keputusan.
4. Konsistensi Logis (Logicial Consustency)
Konsisten memiliki dua makna. Pertama, objek-objek yang serupa bisa
dikelompokan sesuai dengan keseragaman dan relevansi. Kedua,
menyangkut tingkat hubungan Antara objek yang didasarkan pada kriteria
tertentu.
M. Matriks Perbandingan Berpasangan
Menyusun matriks perbandingan berpasangan dilakukan sebagai langkah
awal dalam menentukan proritas elemen. Proses perbandingan berpasangan
dimulai dari tingat hierarki teratas yang ditujukan untuk memilih kriteria.
Misalkan kriteria X memiiki bebrapa elemen dibawahnya, yaitu A1, A2 …, An.
Suryadi dan Ramdhani dalam Shega, dkk (2012:76) menggambarkan seperti pada
table dibawah ini :
Tabel II.3.
Skala Perbandingan Tingkat Kepentingan
Intensitas
Kepentingan
Definisi
1
3
5
7
9
2,4,6,8
Kebalikan/
Resiprokal
Kedua elemen sama pntingnya (Equal Importance)
Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada elemen yang lainnya
(Weak Importance of One Over another)
Elemen yang satu lebih penting dari emelen yang lainnya (Essential
or Strong Importance)
Satu elemen jelas lebih mutlak penting daripada elemen lainnya
(Demonstrated Importance)
Suatu elemen mutlak penting daripada elemen lainnya (Extreme
Importance)
Nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan-pertimbangan yang
berdekatan (Intermediate Values Between The Two Adjacent
Judgments)
Jika aktifitas i mendapat satu angka dibandingkan dengan aktifitas j,
maka j memiliki nilai kebalikannya dibandingkan dengan i atau aij =
1/aji
Sumber : Ramdhani dalam Shega, dkk (2012:76)
X adalah kriteria yang digunakan sebagai dasar perbandingan dan A1, A2
…, An adalah elemen-elemen pada satu tingkatan dibawah X, setiap elemen yang
ada dikolom sebelah kiri selalu dibandingkan dengan elemen-elemen yang ada di
puncak. Perbandingan terhadap elemen itu sendiri pada matriks ini terdapat pada
diagonal utama dan bernilai 1.
Menurut saaty dalam kusrini (2007:134), Nilai numeric yang digunakan
dalam skala pereferensi adalah 1-9 karena skala ini adalah yang terbaik untuk
dalam nilai numeric atau skala kuantitatif. Standar skala preferensi dapat dilihat
dalam table berikut ini :
Tabel II.2.
Matriks Perbandingan Berpasangan
X A1 A2 ... An
A1 1 a12 ... a1n
A2 a21 1 ... a2n
... ... ... ... ...
An an1 an2 ... 1
Sumber : Saaty dalam kusrini, (2007:134)
N. Keunggulan Annalytical Hierarchy Process
AHP memiliki banyak keunggula dalam menjelaskan proses pengambilan
keputusan, karena dapat digambarkan secara grafis sehingga mudah dipahami
oleh semua pihak yang terlibat dalam pengambilan keputusan kompleks dapat
diuraikan menjadi keputusan-keputusan kecil yang dapat ditanda tangani dengan
mudah. Ide dasar prinsip kerja AHP adalah sebagai berikut :
1. Penyusunan Hierarki
Persoalan yang akan diselesaikan, diuraikan menjadi unsur-unsurnya, yaitu
kriteria dan alternative, kemudian disusun menjadi struktur hierarki.
2. Penilaian Kriteria dan Alternatif
Kriteria dan alternative dinilai melalui perbandingan berpasangan, untuk
berbagai persoalan, skala 1 sampai 9 adalah skala terbaik dalam
mengekspresikan pendapat. Nilai perbandingan B dengan A.
3. Penentuan Prioritas
Untuk setiap kriteria dan alternative, perlu dilakukan perbandingan
berpasangan (pairwise comparisons). Nilai-nilai perbandingan relative
kemudian diolah untuk menentukan peringkat relative dari seluruh
alternative. Baik kriteria kualitas, maupun kriteria kuantitatif, dapat
dibandingkan sesuai dengan judgement yang telah ditentukan untuk
menghasilkan bobot atau prioritasdihitung dengan manipulasi matriks atau
melalui penyelesaian persamaan matematik.
4. Konsistensi Logis
Semua elemen dikelompokan secara logis dan dipringkatkan secara
konsisten sesuai dengan suatu kriteria yang logis.
O. Expert Choice
Warjiyono (2015:34) mengemukakan bahwa “expert choice merupakan
perangkat lunak yang digunakan untuk memecahkan masalah berdasarkan metode
Analytical Hierarchy Process (AHP) yaitu membandingkan banyak alternatif
dengan kriteria-kriteria tertentu”.
Warjiyono (2015:34) mengemukakan bahwa “expert choice menyediakan
tools untuk analisa pengambilan keputusan, memberi keputusan yang lebih cepat
dan keputusan akhir lebih baik serta dapat dibenarkan”.
Alat bantu yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah expert choice
(EC) professional 2000 Expert Choice adalah sebuah aplikasi yang khusus
digunakan sebagai alat bantu implementasi model-model dalam Decission
Support System (DSS) atau yang lebih dikenal dengan sebutan sistem penunjang
keputusan (SPK) dalam sebuah perusahaan ataupun untuk keperluan akedemik.
2.2. Penelitian Terkait
Dalam Penyusunan skripsi ini, penulis sedikit banyak terinspirasi dan
mereferensi dari penelitian-penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan latar
belakang masalah pada skripsi ini. Adapun penelitian yang berhubungan dengan
skripsi ini antara lain:
Tingkat Kepuasan Masyarakat Pengguna Aplikasi Go-jek MenggunakanMetode Servqual yakni penelitian yang dilakukan oleh Andi Saryoko(2016,Vol 5, No 2). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkatkepuasan pelanggan aplikasi ojek online, yaitu Go-jek. Di masa sekarangini telah muncul teknologi berbasis aplikasi yang dapat dijalankan diAndroid dan IOS yang dinamakan GO-JEK. Para driver GO-JEK denganmudah mendapatkan konsumen karena sudah mengandalkan kemajuanteknologi, tanpa harus menunggu untuk kepastian mengambil nomor urutantrian jatah menarik pelanggan.Kondisi lalu lintas yang padat dan kesibukan masyarakat di Surabaya tidakmemungkiri mereka untuk menggunakan jasa transportasi. Pemilihanalternatif jasa transportasi yang mampu menghindari kemacetan sertaharga yang ramah adalah transportasi roda dua (ojek), Kesuksesan sebuahpelayanan dibidang jasa ditunjang oleh kinerja para pengemuditransportasi online pada saat memberikan pelayanan terhadap masyarakat.Pelayanan yang diberikan kepada masyarakat akan sangat mempengaruhipersepsi masyarakat sebagai konsumen baik itu persepsi buruk maupunpersepsi yang baik terhadap transportasi online. Anis Agustin (Volume 6,Nomor 9, September 2017, ISSN : 2461-0593).
2.3. Objek Penelitian
Dalam penulisan skripsi ini penulis mengankat tiga perusahaan ojek online
yang paling digunakan di keseharian khususnya warga di Jl. Masjid Al-ikhlas
kelurahan kranji kota bekasi barat dan mengambil sumber penelitian dari tiga
aplikasi yang sering digunakan, yakni GO-Jek, Grab-Bike dan UBER Motor, serta
untuk pengambilan data disini penulis melakukan penelitian dSengan
menggunakan kuesioner yang akan disebar dilingkungan Jl. Masjid Al-ikhlas di
kelurahan kranji bekasi barat.
a. GO-Jek
GO-Jek merupakan sebuah perusahaan teknologi asal indonesia yang
melayani angkutan melalui jasa ojek. Perusahan ini didirikan pada tahun
2010 di Jakarta oleh Nadiem Makarim. Layanan GO-Jek ini merupakan
pencetus pertama di Indonesia akan adanya jasa ojek online yang kini
sudah tersedia di wilayah Jabodetabek, Bali, Bandung, Surabaya, Makasar,
Medan, Palembang, Semarang, Malang, Yogyakarta, Balikpapan, dan
Manado. https://id.wikipedia.org/wiki/GO-JEK.
b. Grab
Grab sebelumnya dikenal sebagai Grab Taxi yakni sebuah perusahaan asal
Singapura yang melayani aplikasi penyediaan transportasi dan tersedia di
enam negara di Asia Tenggara, yakni Malaysia, Singapura, Thailand,
Vietnam, Indonesia dan Filipina. Grab memiliki visi untuk merevolusi
industri pertaksian di Asia Tenggara sehingga dapat memberikan
keamanan dan kenyamanan bagi pengguna kendaraan seantero Asia
Tenggara. Hingga bulan Maret 2015, jumlah pengguna Grab mencapai 3,8
juta pengguna. Grab tersedia untuk sisitem oprasi Andoid, IOS, dan
BlackBerry. Di Indonesia Grab melayani pemesanan kendaraan seperti
ojek motor, ojek mobil, dan taxi. Saat ini Grab tersedia di seluruh Jakarta
dan Sekitarnya. Sumber dari http://id.wikipedia.org/wiki/grab_(aplikasi).
c. UBER
Pada Maret 2009 Uber dibentuk dengan nama UberCab, sebuah layanan
sewa mobil. Dan pada Mei 2011 Uber diluncurkan di New York, yang
hingga kini menjadi pasar terbesar Uber. Di Indonesia sendiri layanan ojek
motor dipelopori oleh perusahaan GO-Jek, layanan ini cukup diminati
penggua terutama yang berdomisili di kota Jakarta. Selain berkompetisi
dengan GO-Jek, layanan ojek motor Uber di Indonesia akan bersaing
dengan layanan Grab-Bike, ketiganya menggunakan skema tarif yang
berbeda-beda.
http://tekno.kompas.com/read/2016/04/13/08240077/Uber.Resmi.Gelar.La
yanan.Ojek.Motor.di.Jakarta.