bab ii landasan teori / pengembangan hipotesis ii.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/bab2/2011-2-00084-ak...

25
8 BAB II LANDASAN TEORI / PENGEMBANGAN HIPOTESIS II.1 Rerangka Teori dan Literatur II.1.1 Good Corporate Governance Corporate governance merupakan suatu elemen kunci dalam meningkatkan efisiensi ekonomis yang meliputi serangkaian hubungan antara manajemen perusahaan, dewan direksinya (dewan direksi dan komisaris untuk negara-negara yang menganut sistem hukum two-tier, termasuk Indonesia), para pemegang sahamnya dan stakeholders lainnya (OECD, 1999). Corporate governance juga memberikan suatu struktur yang memfasilitasi penentuan sasaran-sasaran (objectives) dari suatu perusahaan dan sebagai sarana untuk mencapai sasaran-sasaran tersebut dan sarana untuk menentukan teknik monitoring kinerja. Good corporate governance harus memberikan insentif yang tepat untuk dewan direksi dan manajemen dalam rangka mencapai sasaran-sasaran yang ditentukan dari sisi kepentingan perusahaan dan para pemegang saham dan juga harus dapat memfasilitasi monitoring yang efektif, sehingga mendorong perusahaan untuk menggunakan sumber daya secara efisien (OECD, 1999). Isu tentang corporate governance mulai hangat dibicarakan sejak terjadinya berbagai skandal yang mengindikasikan lemahnya corporate governance di perusahaan- perusahaan Inggris pada sekitar tahun 1950-an, seperti manipulasi dana pensiun Maxwell, skandal Rolls-Royce, dan lain-lain.

Upload: dinhnguyet

Post on 14-Mar-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

8  

BAB II

LANDASAN TEORI / PENGEMBANGAN HIPOTESIS

II.1 Rerangka Teori dan Literatur

II.1.1 Good Corporate Governance

Corporate governance merupakan suatu elemen kunci dalam meningkatkan

efisiensi ekonomis yang meliputi serangkaian hubungan antara manajemen perusahaan,

dewan direksinya (dewan direksi dan komisaris untuk negara-negara yang menganut

sistem hukum two-tier, termasuk Indonesia), para pemegang sahamnya dan stakeholders

lainnya (OECD, 1999). Corporate governance juga memberikan suatu struktur yang

memfasilitasi penentuan sasaran-sasaran (objectives) dari suatu perusahaan dan sebagai

sarana untuk mencapai sasaran-sasaran tersebut dan sarana untuk menentukan teknik

monitoring kinerja. Good corporate governance harus memberikan insentif yang tepat

untuk dewan direksi dan manajemen dalam rangka mencapai sasaran-sasaran yang

ditentukan dari sisi kepentingan perusahaan dan para pemegang saham dan juga harus

dapat memfasilitasi monitoring yang efektif, sehingga mendorong perusahaan untuk

menggunakan sumber daya secara efisien (OECD, 1999).

Isu tentang corporate governance mulai hangat dibicarakan sejak terjadinya

berbagai skandal yang mengindikasikan lemahnya corporate governance di perusahaan-

perusahaan Inggris pada sekitar tahun 1950-an, seperti manipulasi dana pensiun

Maxwell, skandal Rolls-Royce, dan lain-lain.

9  

Skandal-skandal tersebut dilanjutkan dengan banyaknya pengambilalihan usaha

(takeover) dan insider trading yang terjadi di tahun 1970-an dan selanjutnya

menimbulkan resesi di tahun 1980-an (Davies, 1999; hal. 34-35).

Berkaitan dengan berbagai skandal bisnis tersebut dibentuklah The Cadbury

Committee pada bulan Mei 1991 yang bertugas untuk membuat Code of Best Practice

yang berkaitan dengan pelaporan keuangan dan akuntabilitas. Komite-komite corporate

governance selanjutnya yang dibentuk di negara Inggris adalah The Greenbury

Committee yang lebih menekankan pada remunerasi direksi dan The Hampel Committee

yang menekankan pada proteksi investor (Davies, 1999, hal. 38- 44).

Sejalan dengan perkembangan isu corporate governance di negara Inggris, di

berbagai negara maju lainnya seperti Amerika, Jerman, Perancis, Jepang, Rusia, Italia,

dan Australia juga mulai marak didiskusikan. Seperti pengalaman di Inggris, isu tentang

corporate governance marak diperbincangkan berkaitan dengan adanya berbagai macam

skandal bisnis di negara-negara tersebut.

II.1.1.1 Pengertian Good Corporate Governance

Beberapa pengertian mengenai Good Corporate Governance yang dapat

digunakan sebagai acuan antara lain:

Menurut Monks (2003) : sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan

yang menciptakan nilai tambah (value added) untuk semua stakeholders (Monks, 2003).

Ada dua hal yang ditekankan dalam konsep ini. Pertama, pentingnya hak pemegang

saham untuk memperoleh informasi dengan benar dan tepat pada waktunya dan kedua,

kewajiban perusahaan untuk melakukan pengungkapan (disclosure) secara akurat, tepat

10  

waktu, transparan terhadap semua informasi kinerja perusahaan, kepemilikan, dan

stakeholder.

Menurut Indonesian Institute for Corporate Governance (2011) : struktur,

sistem, dan proses yang digunakan oleh organ-organ perusahaan sebagai upaya untuk

memberikan nilai tambah perusahaan secara berkesinambungan dalam jangka yang

panjang. Baik (Good) adalah tingkat pencapaian terhadap suatu hasil upaya yang

memenuhi persyaratan, menunjukkan kepatutan dan keteraturan operasional perusahaan

sesuai dengan konsep Corporate Governance. Sistem adalah prosedur formal dan

informal yang mendukung struktur dan strategi operasional dalam suatu perusahaan.

Proses adalah kegiatan mengarahkan dan mengelola bisnis yang direncanakan dalam

rangka mencapai tujuan perusahaan, menyelaraskan perilaku perusahaan dengan

ekspektasi dari masyarakat, serta mempertahankan akuntabilitas perusahaan kepada

pemegang saham. Struktur adalah susunan atau rangka dasar manajemen perusahaan

yang didasarkan pada pendistribusian hak-hak dan tanggung jawab di antara organ

perusahaan (dewan komisaris, direksi dan RUPS / pemegang saham) dan stakeholder

lainnya, dan aturan-aturan maupun prosedur-prosedur untuk pengambilan keputusan

dalam hubungan perusahaan.

Dari pengertian-pengertian diatas, penulis dapat menarik kesimpulan tentang

pengertian dari GCG. GCG adalah sebuah sistem, struktur, kebijakan, dan proses yang

mempengaruhi cara perusahaan dipimpin, diatur atau dikendalikan sehingga perusahaan

dapat berjalan dengan pengelolaan yang baik (good) sehingga stakeholders

mendapatkan nilai tambah (value added).

11  

II.1.1.2 Prinsip-Prinsip Corporate Governance

Menurut OECD (Organisation for Economic Cooperation and Development) ada 5

aspek dasar yang harus dijalankan pada prinsip-prinsip corporate governance yaitu:

1. The Rights of Shareholders (Hak-Hak Pemegang Saham)

Kerangka kerja corporate governance seharusnya melindungi hak-hak

pemegang saham. Pemegang saham memiliki hak untuk berpartisipasi dan hak

untuk mengetahui keputusan-keputusan mengenai perubahan pada perusahaan

secara fundamental seperti: 1) perubahan atas peraturan, atau anggaran yang

mengatur pendirian, dan dokumen-dokumen perusahaan; 2) Wewenang pada

additional shares; dan 3) transaksi besar / luar biasa yang berakibat pada

penjualan perusahaan.

2. The Equitable Treatment of Shareholders (Perlakuan Adil terhadap

Pemegang Saham)

Kerangka kerja corporate governance seharusnya memastikan perlakuan yang

adil bagi semua pemegang saham, termasuk pemegang saham asing dan

minoritas. Semua pemegang saham seharusnya memiliki kesempatan untuk

mendapatkan ganti rugi atas pelanggaran hak-hak mereka.

3. The Role of Stakeholders (Peranan Para Pemegang Saham)

Kerangka kerja corporate governance seharusnya mengakui hak-hak pemegang

saham seperti yang ditetapkan oleh hukum dan mendorong kerjasama aktif

antara perusahaan dan pemegang kepentingan (stakeholders) dalam menciptakan

kesejahteraan, pekerjaan, dan keberlanjutan finansial perusahaan.

12  

4. Disclosure and Transparency (Pengungkapan dan Transparansi)

Kerangka kerja corporate governance seharusnya memastikan pengungkapan

yang akurat dan tepat waktu dibuat berdasarkan material yang berhubungan

dengan perusahaan, termasuk situasi keuangan, kinerja, kepemilikan, dan tata

kelola perusahaan tersebut.

Pengungkapan seharusnya termasuk, tetapi tidak dibatasi, material berikut:

a. Hasil kegiatan operasi dan finansial perusahaan

b. Tujuan-tujuan perusahaan

c. Kepemilikan saham mayoritas dan hak voting

d. Anggota dewan dan eksekutif kunci serta pemberian upahnya

e. Material dari faktor risiko yang dapat diduga

f. Isu material mengenai pekerja dan stakeholders

5. The Responsibilities of The Board (Tanggung Jawab Dewan)

Kerangka kerja corporate governance seharusnya memastikan pedoman strategis

perusahaan, pengawasan efektif manajemen oleh dewan, dan akuntabilitas

dewan kepada perusahaan dan pemegang saham.

Sedangkan menurut Thomas S. Kaihatu (2006), terdapat lima prinsip dasar

Good Corporate Governance yaitu:

1. Transparency (keterbukaan informasi)

Keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan

keterbukaan dalam mengemukakan informasi materiil dan relevan mengenai

perusahaan.

13  

2. Accountability (akuntabilitas)

Kejelasan fungsi, struktur, sistem, dan pertanggungjawaban organ

perusahaan sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif.

3. Responsibility (pertanggungjawaban)

Kesesuaian (kepatuhan) di dalam pengelolaan perusahaan terhadap prinsip

korporasi yang sehat serta peraturan perundangan yang berlaku.

4. Independency (kemandirian)

Suatu keadaan dimana perusahaan dikelola secara profesional tanpa benturan

kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak manajemen yang tidak sesuai

dengan peraturan dan perundangan-undangan yang berlaku dan prinsip-

prinsip korporasi yang sehat.

5. Fairness (kesetaraan dan kewajaran)

Perlakuan yang adil dan setara di dalam memenuhi hak-hak stakeholders

yang timbul berdasarkan perjanjian serta peraturan perundangan yang

berlaku.

II.1.1.3 Manfaat Good Corporate Governance

Penerapan Good Corporate Governance menurut Monks (2003) memiliki

beberapa manfaat yaitu:

1. Mengurangi agency cost yang merupakan biaya yang harus ditanggung pemegang

saham karena penyalahgunaan wewenang sebagai akibat pendelegasian wewenang

kepada pihak manajemen.

14  

2. Mengurangi biaya modal (cost of capital) sebagai dampak dari menurunnya tingkat

bunga atas dana dan sumber daya yang dipinjam oleh perusahaan seiring dengan

turunnya tingkat risiko perusahaan.

3. Menciptakan dukungan para stakeholder dalam lingkungan perusahaan tersebut

terhadap keberadaan dan berbagai strategi dan kebijakan yang ditempuh perusahaan.

Sedangkan menurut Listyorini (2001), manfaat penerapan Good Corporate

Governance antara lain:

1. Meningkatkan efisiensi produktivitas

Seluruh individu dalam perusahaan akan memiliki keinginan dan komitmen

untuk memajukan perusahaan sehingga dengan demikian tidak terjadi

pemborosan penggunaan sumber daya perusahaan.

2. Meningkatkan kepercayaan publik

Publik adalah pihak-pihak seperti investor, pelanggan, kreditor, pemerintah, dan

konsumen. Dengan adanya GCG maka pihak-pihak tersebut merasa aman karena

perusahaan dijalankan dengan mekanisme yang mengutamakan kepentingan

semua pihak.

3. Menjaga kelangsungan hidup perusahaan

Dengan menerapkan good corporate governance maka dapat diharapkan bahwa

perusahaan akan memiliki kelangsungan hidup yang relatif lama karena tata

kelola yang diterapkan baik.

4. Dapat mengukur target kinerja perusahaan

Dalam hal ini, manajemen dapat lebih berfokus dalam mengejar dan mencapai

sasaran-sasaran yang ditetapkan oleh perusahaan.

15  

II.1.1.4 Perkembangan Good Corporate Governance di Indonesia

Pemerintah Indonesia telah melakukan upaya untuk mendorong penerapan Good

Corporate Governance di Indonesia, antara lain pada tahun 1999 dengan membentuk

Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance (KNKCG) yang telah mengeluarkan

Pedoman Good Corporate Governance. Pada tahun 2004, KNKCG diubah menjadi

Komite Nasional Kebijakan Governance. Lalu pada tahun 2006, KNKG menyusun

Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia yang merupakan panduan bagi

perusahaan dalam membangun, melaksanakan, dan mengkomunikasikan praktek GCG

kepada pemangku kepentingan (stakeholders). Bahkan sejak tahun 2000, Bapepam

bersama dengan pihak lain yang terkait, juga terlibat secara aktif dalam berbagai

kegiatan yang bertujuan mendorong penerapan prinsip-prinsip GCG kepada semua

pelaku pasar di Pasar Modal Indonesia. Sejak tahun 2001, The Indonesian Institute for

Corporate Governance (IICG), sebuah lembaga swasta bahkan telah melakukan

penelitian tentang proses penerapan GCG di perusahaan publik. Hasil risetnya berupa

pemeringkatan 10 besar perusahaan yang telah menerapkan GCG.

Tahun 2002, pemerintah Indonesia dalam hal ini kantor kementerian BUMN

telah membuat Surat Keputusan Menteri BUMN No. Kep-117/M-MBU/2002 tentang

penerapan Good Corporate Governance pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN),

yang didalamnya menjabarkan tentang prinsip-prinsip good corporate governance yang

sejalan dengan prinsip-prinsip yang dirumuskan oleh OECD (Organization for

Economic Corporation and Development), yaitu Transparancy, Accountability,

Responsibility, Independence, dan Fairness.

16  

Penelitian tentang dampak penerapan corporate governance pada kinerja

perusahaan di negara berkembang belum banyak dilakukan. Black (2001) menemukan

bahwa pengaruh praktik corporate governance terhadap nilai perusahaan akan lebih

kuat di negara berkembang dibandingkan dengan negara maju. Hal tersebut dikarenakan

oleh lebih bervariasinya praktik corporate governance di negara berkembang

dibandingkan dengan negara maju. Durnev dan Kim (2002) memberikan bukti bahwa

praktik corporate governance lebih bervariasi di negara yang memiliki lingkungan

hukum yang lebih lemah. Klapper dan Love (2002) menemukan bukti bahwa corporate

governance yang lebih baik mempunyai hubungan yang tinggi dengan kinerja operasi

dan penilaian pasar. Black et al., (2003) menemukan bukti bahwa corporate governance

adalah faktor yang penting untuk menjelaskan nilai perusahaan di pasar modal Korea.

Deni et al. (2005) juga menemukan bukti adanya hubungan yang positif dan signifikan

antara corporate governance dan kinerja perusahaan.

II.1.1.5 Pengukuran

Pengukuran corporate governance dilakukan oleh Indonesian Institute of

Corporate Governance (IICG) berupa Corporate Governance Perception Index (CGPI)

yang berisikan skor berupa angka mulai dari 0 sampai 100 yang merupakan hasil survei

mengenai penerapan good corporate governance pada perusahaan-perusahaan yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). CGPI merupakan program riset dan

pemeringkatan penerapan good corporate governance di Indonesia pada perusahaan

publik. Program ini dilaksanakan sejak tahun 2001 dilandasi dengan pemikiran

pentingnya mengetahui sejauh mana perusahaan-perusahaan tersebut telah menerapkan

17  

prinsip-prinsip good corporate governance. Berikut penjelasan singkat mengenai skor

dan kategori hasil penilaian yang digunakan:

Tabel 2.1

Skor Level Terpercaya

55-69 Cukup Terpercaya

70-84 Terpercaya

85-100 Sangat Terpercaya

II.1.2 Kinerja Perusahaan

II.1.2.1 Pengertian Kinerja Perusahaan

Kinerja perusahaan merupakan penentuan ukuran-ukuran tertentu yang dapat

mengukur keberhasilan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba (Sucipto, 2003).

Menurut Febryani dan Zulfadin (2003), kinerja perusahaan merupakan hal penting yang

harus dicapai oleh setiap perusahaan dimana pun, karena kinerja merupakan cerminan

dari kemampuan perusahaan dalam mengelola dan mengalokasikan sumber dayanya.

Kinerja perusahaan adalah kemampuan perusahaan dalam menjelaskan operasionalnya

(Payatma, 2001). Penilaian kinerja adalah penentuan secara periodik efektivitas

operasional suatu organisasi, bagian organisasi dan karyawan berdasarkan sasaran,

standar dan kinerja yang telah ditetapkan sebelumnya. Penilaian kinerja perusahaan

dapat dilihat dari segi analisis laporan keuangan dan dari segi perubahan harga saham.

Tujuan dari penilaian kinerja adalah untuk memotivasi karyawan dalam mencapai

sasaran organisasi dan dalam mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan

sebelumnya agar membedakan hasil dan tindakan yang diinginkan. Standar perilaku

dapat berupa kebijakan manajemen atau rencana formal yang dituangkan dalam

18  

anggaran. Penilaian kinerja menurut Sucipto (2003) dalam Indriastiti (2009)

dimanfaatkan oleh manajer untuk hal-hal berikut:

1. Mengelola operasi organisasi secara efektif dan efisien melalui pemotivasian

karyawan secara maksimal.

2. Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan karyawan

seperti promosi, transfer, dan pemberhentian.

3. Menyediakan kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan dan untuk

menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan karyawan.

4. Menyediakan umpan balik (feedback) bagi karyawan mengenai bagaimana

atasan mereka menilai kinerja mereka.

5. Menyediakan suatu dasar bagi distribusi menilai kinerja mereka.

Rasio keuangan merupakan alat utama untuk menganalisa keuangan. Ada dua

kelompok yang menganggap rasio keuangan berguna. Pertama, terdiri dari manajer yang

menggunakannya untuk mengukur dan melacak kinerja perusahaan sepanjang waktu.

Kedua, pengguna rasio keuangan mencakup para analis yang merupakan pihak eksternal

bagi perusahaan.

II.1.2.2 Pengukuran Kinerja Perusahaan

Berikut ini adalah beberapa rasio keuangan yang digunakan untuk mengukur

kinerja perusahaan (Ang, 1997) yaitu:

1. Rasio Likuiditas

Rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban

finansial yang berjangka pendek tepat pada waktunya.

19  

2. Rasio Aktivitas

Rasio yang menunjukkan bagaimana sumber daya telah dimanfaatkan secara

optimal, kemudian dengan cara membandingkan rasio aktivitas dengan standar

industri, maka dapat diketahui tingkat efisiensi perusahaan dalam industri.

3. Rasio Profitabilitas

Rasio profitabilitas dapat mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan

memperoleh laba baik dalam hubungannya dengan penjualan, asset maupun laba

bagi modal sendiri. Menurut Ang (1997), rasio profitabilitas dibagi menjadi

enam antara lain: Gross Profit Margin (GPM), Net Profit Margin (NPM),

Operating Return On Assets (OPROA), Return On Asset (ROA), Return On

Equity (ROE), Operating Ratio (OR).

4. Rasio Solvabilitas (Leverage)

Financial leverage menunjukkan proporsi atas penggunaan utang untuk

membiayai investasinya. Perusahaan yang tidak mempunyai leverage berarti

menggunakan modal sendiri 100%.

5. Rasio Pasar

Rasio ini menunjukkan informasi penting perusahaan yang diungkapkan dalam

basis per saham. Ventrakarman et. al,. (1986) berpendapat bahwa pengukuran

kinerja hendaknya menggunakan atau mengintegrasikan dimensi pengukuran

yang beragam sampai saat ini masih muncul perdebatan tentang pendekatan yang

tepat bagi konseptualisasi dan pengukuran kinerja organisasi (Ventrakarman

et.al,.1998) sehingga Swamidas et. al,. (1987) menyimpulkan bahwa ukuran

20  

kinerja yang cocok dan layak tergantung pada keadaan unik yang dihadapi

peneliti.

Menurut Hastuti (2005), kinerja perusahaan adalah hasil banyak keputusan

individual yang dibuat secara terus-menerus oleh manajemen. Oleh karena itu dalam

menilai kinerja perusahaan diperlukan analisis dampak keuangan kumulatif dan

ekonomi dari keputusan dan mempertimbangkannya dengan menggunakan ukuran

komparatif. Kinerja keuangan adalah salah satu faktor yang menunjukkan efektivitas

dan efisiensi suatu organisasi dalam pencapaian tujuan. Efektivitas diukur melalui

kemampuan manajemen untuk memilih suatu alat yang tepat untuk mencapai tujuan.

Efisien dapat diartikan sebagai perbandingan antara masukan dan keluaran. Penilaian

perusahaan khususnya kinerja memiliki beberapa tujuan. Perusahaan yang akan

melakukan merger memerlukan kegiatan penilaian untuk mengetahui berapa nilai

perusahaan dan nilai ekuitas dari masing-masing perusahaan. Jika perusahaan

bermasalah, penilaian kinerja bertujuan untuk mengimplementasikan program

pemulihan usaha atau restrukturisasi, untuk mengetahui apakah nilai usaha lebih besar

daripada nilai likuiditasnya. Perusahaan yang akan menjual sahamnya pada umum atau

bursa juga harus dinilai dengan penelitian yang wajar untuk ditawarkan kepada

masyarakat atau publik. Untuk memperoleh pendapatan wajar atas penyertaan dalam

suatu perusahaan, memperoleh pembelanjaan penetapan besarnya pinjaman atau

tambahan modal juga untuk keperluan divestasi.

Ada dua macam kinerja yang diukur dalam berbagai penelitian yaitu kinerja

operasi perusahaan dan kinerja pasar. Kinerja operasi perusahaan diukur dengan melihat

kemampuan perusahaan yang tampak pada laporan keuangannya. Untuk mengukur

21  

kinerja operasi perusahaan biasanya digunakan rasio profitabilitas. Rasio profitabilitas

mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan pada tingkat penjualan,

asset, dan modal saham tertentu. Rasio yang sering digunakan adalah ROE dan

Tobin’s Q.

II.1.3 Return on Equity (ROE)

ROE (Return On Equity) merupakan rasio antara net profit terhadap total equity.

Semakin tinggi ROE menunjukkan semakin efisien perusahaan menggunakan modal

sendiri untuk menghasilkan laba atau keuntungan bersih. ROE digunakan untuk

mengukur tingkat pengembalian perusahaan atau efektivitas perusahaan di dalam

menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan ekuitas (shareholders’ equity) yang

dimiliki oleh perusahaan.

II.1.4 Tobin’s Q

Tobin’s Q merupakan ukuran penilaian yang paling banyak digunakan dalam

data keuangan perusahaan. Nama Tobin’s Q berasal dari James Tobin dari Yale

University setelah dia memperoleh hadiah nobel. Morck et al., (1988) dan McConnell et

al., (1990) menggunakan Tobin’s Q sebagai pengukuran kinerja perusahaan dengan

alasan bahwa dengan Tobin’s Q maka dapat diketahui nilai pasar perusahaan, yang

mencerminkan keuntungan masa depan perusahaan seperti laba saat ini.

Ada beberapa rasio untuk mengukur nilai pasar perusahaan, salah satu yang bisa

memberikan informasi yang paling baik adalah Tobin’s Q. Menurut Sukamulja (2004)

rasio Tobin’s Q dapat menjelaskan berbagai fenomena dalam kegiatan perusahaan

seperti misalnya terjadinya perbedaan cross sectional dalam pengambilan keputusan

22  

investasi dan diversifikasi (Claessesns dan Fan, 2003); Market value dipengaruhi oleh

isi dari informasi asimetri, frekuensi atau volume insider trading, dan likuiditas,

sedangkan aliran laba tidak terpengaruh oleh tiga hal tersebut karena aliran laba dalam

laporan keuangan konvensional tidak mengungkapkan variabel-variabel yang

mempengaruhi nilai pasar. Sehingga hasil tingkat pengembalian yang dilaporkan dapat

berbeda dengan yang diperoleh investor, begitu juga dengan nilai pasar saham yang

diperdagangkan juga mengalami perbedaan. Sebagai contoh, jika ada perbedaan yang

signifikan dalam likuiditas pada dua ekuitas yaitu liquid equity dan non-liquid equity.

Liquid Equity (modal lancar) yang rendah harus menawarkan tingkat pengembalian

yang dilaporkan nilainya cukup tinggi untuk mengurangi kerugian dalam likuiditas.

Liquid Equity yang memiliki tingkat pengembalian tinggi digunakan untuk menarik

investor agar membeli ekuitas tersebut. Oleh karena itu Wernerfield et al., (1988)

menyimpulkan bahwa Tobin’s Q dapat digunakan sebagai alat ukur dalam menentukan

kinerja perusahaan. Penelitian Klapper dan Love (2002) menentukan bahwa nilai

Tobin’s Q merupakan rasio dari harga penutupan saham di akhir tahun buku dikali

dengan banyaknya saham yang beredar ditambah nilai buku hutang dibagi dengan total

aktiva.

Semakin besar nilai rasio Tobin’s Q menunjukkan bahwa perusahaan memiliki

prospek pertumbuhan yang baik dan memiliki intangible asset yang semakin besar. Hal

ini bisa terjadi karena semakin besar nilai pasar aset perusahaan, semakin besar kerelaan

investor untuk mengeluarkan pengorbanan yang lebih untuk memiliki perusahaan

tersebut. Brealey dan Myers (2000) dalam Sukamulja (2004) menyebutkan bahwa

perusahaan dengan nilai Tobin’s Q yang tinggi biasanya memiliki brand image

23  

perusahaan yang sangat kuat, sedangkan perusahaan yang memiliki nilai Tobin’s Q yang

rendah umumnya berada pada industri yang sangat kompetitif atau industri yang mulai

mengecil.

II.1.5 Penelitian Terdahulu

II.1.5.1 Penelitian Anindhita Ira Sabrinna (2010)

Penelitian ini menjelaskan hubungan antara corporate governance dan struktur

kepemilikan dengan kinerja perusahaan. Penelitian ini menggunakan analisis regresi

berganda untuk mengetahui apakah corporate governance dan struktur kepemilikan

memiliki pengaruh positif. Pengambilan sampel Corporate Governance Perception

Index (CGPI) untuk 2002 sampai 2008 dari The Indonesian Institute for Corporate

Governance (IICG) digunakan untuk mengukur pengaruh corporate governance dengan

Tobin’s Q pada kinerja pasar perusahaan dan Return On Equity (ROE) digunakan untuk

mengukur kinerja operasional perusahaan. Pengambilan sampel struktur kepemilikan

dilihat dari modal saham perusahaan yang terdapat pada laporan keuangan. Struktur

kepemilikan terdiri dari kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional digunakan

untuk mengukur kinerja perusahaan dengan menggunakan Tobin’s Q dan Return On

Equity (ROE). Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 42 perusahaan manufaktur

yang mengikuti survey IICG dari tahun 2002 hingga 2008 dan laporan keuangan

perusahaan manufaktur yang terdaftar BEI. Metode pengambilan sampel yaitu purposive

sampling. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan

signifikan antara corporate governance dengan Tobin’s Q (kinerja pasar) tetapi terdapat

hubungan positif signifikan antara corporate governance dengan ROE. Sedangkan pada

24  

struktur kepemilikan tidak terdapat hubungan signifikan antara kepemilikan manajerial

dan kepemilikan institusional terhadap kinerja perusahaan, hal ini dikarenakan bahwa

keberadaan manajer dan pemegang saham kurang memiliki pengaruh dalam

peningkatan kinerja perusahaan.

II.1.5.2 Penelitian Siddharta Utama (2008)

Penelitian ini menjelaskan tentang pengaruh penerapan corporate governance

terhadap pengungkapan informasi. Dijelaskan bahwa dengan menerapkan prinsip good

corporate governance, pengungkapan informasi dan transparansi, asimetri informasi

dapat dikurangi dan karenanya konsekuensi negative berupa pilihan berlawanan dan

kerusakan moral dapat diminimalkan. Akibatnya, biaya modal berkurang dan nilai

perusahaan meningkat. Pengungkapan yang kredibel juga dapat meningkatkan

keyakinan investor dan menghasilkan alokasi modal yang lebih baik dalam

perekonomian.

II.1.5.3 Penelitian Deni Darmawati Khomsiyah (2002)

Penelitian ini menganalisis hubungan antara corporate governance dengan

kinerja perusahaan. Penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda untuk menguji

hipotesis apakah corporate governance dengan kinerja perusahaan memiliki pengaruh

yang positif. Rating Corporate Governance Perception Index (CGPI) yang diterbitkan

tahun 2001 dan 2002 oleh Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG),

digunakan untuk mengukur implementasi corporate governance. Tobin’s Q digunakan

untuk mengukur kinerja pasar dan Return on Equity (ROE) digunakan untuk mengukur

kinerja operasional perusahaan. Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak ada hubungan

signifikan antara corporate governance dengan Tobin’s Q. Tetapi, terdapat hubungan

25  

signifikan positif antara corporate governance dengan Return on Equity (ROE). Artinya

bahwa implementasi corporate governance yang baik mempengaruhi kinerja

operasional, tetapi pasar tidak merespon implementasi corporate governance secepat

mungkin.

II.1.5.4 Penelitian Yunita Heryani Mintara (2008)

Penelitian ini untuk melihat pengaruh implementasi Corporate Governance

terhadap pengungkapan informasi. Implementasi Corporate Governance dan

pengungkapan adalah dua subyek yang dapat melindungi investor dari asimetri

informasi. Dalam penelitian ini metode pengambilan sampel yang digunakan adalah

purposive sampling yaitu sampel yang dipilih dari populasi dengan kriteria tertentu,

yaitu perusahaan-perusahaan yang masuk dalam 10 peringkat teratas yang dilakukan

oleh IICG dari tahun 2002-2006. Variabel yang diujikan dalam penelitian ini terdiri dari

pengungkapan informasi, ukuran perusahaan dan regulasi untuk dilihat pengaruhnya

terhadap implementasi Corporate Governance. Variabel Corporate Governance,

struktur kepemilikan, keberadaan dewan komisaris independen, komite audit, ukuran

perusahaan dan profitabilitas juga diuji pengaruhnya terhadap tingkat pengungkapan

informasi. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistik deskriptif, uji

normalitas, uji asumsi klasik, dan analisis regresi berganda. Dari analisis regresi yang

dilakukan oleh peneliti maka dapat disimpulkan bahwa implementasi Corporate

Governance berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat pengungkapan informasi

suatu perusahaan. Perusahaan dengan indeks Corporate Governance tinggi akan

mengungkapkan informasi lebih baik dalam laporan keuangan perusahaan. Demikian

juga sebaliknya, perusahaan-perusahaan yang memberikan pengungkapan yang tinggi

26  

dalam laporan keuangan akan menunjukkan bahwa implementasi Corporate

Governance pada perusahaan tersebut semakin baik.

II.1.5.5 Penelitian Yan-Leung Cheung, J. Thomas Connelly, Ping Jiang, dan

Piman Limpaphayom (2011)

Penelitian ini menggunakan data time-series untuk menganalisis hubungan

antara perubahan dalam kulaitas praktik corporate governance dan penilaian pasar yang

berurutan diantara perusahaan yang listing di Hong Kong. Hasilnya menunjukkan

bahwa perusahaan yang melakukan peningkatan pada kualitas corporate governance

menunjukkan peningkatan penilaian pasar, dimana perusahaan yang mengalami

penurunan kualitas corporate governance, cenderung menunjukkan penurunan pada

penilaian pasar. Selain itu, dampaknya lebih besar bagi perusahaan yang termasuk

dalam MSCI Index atau berafiliasi dengan Cina. Hasilnya menunjukkan bukti yang

mendukung bahwa good corporate governance dapat memprediksi penilaian pasar di

masa depan.

Sampel yang digunakan terdiri dari perusahaan-perusahaan terbesar yang

memiliki saham konstituen di 4 bursa saham Hong kong yaitu HIS (Hang Seng Index),

HSHKCI (Hang Seng Hong Kong Composite Index), HSCCI (Hang Seng China

Affiliated Corporate Index), dan HSCEI (Hang Seng China Enterprise Index). Terdapat

168, 168, dan 174 perusahaan masing-masing dari tahun 2002, 2004, dan 2005. Secara

keseluruhan, sampel mewakili hampir 90% total kapitalisasi pasar dan hampir 80% dari

perputaran pasar di pasar Hongkong. Setiap tahun, praktik corporate governance

ditinjau dalam rangka menghasilkan skor corporate governance dengan total 510

perusahaan yang akan diobservasi.

27  

Tabel 2.2

Penelitian Terdahulu

Nama / Judul Penelitian Pertanyaan Penelitian Sampel dan Metode

Hasil Penelitian

Anindhita Ira Sabrinna / Pengaruh Penerapan Corporate Governance dan Struktur Kepemilikan terhadap Kinerja Perusahaan Siddharta Utama / Tata Kelola Perusahaan, Pengungkapan, dan Buktinya di Indonesia Deni Dharmawati Khomsiyah / Pengaruh Penerapan Corporate Governance terhadap Kinerja Perusahaan

1. Apakah Corporate Governance mempengaruh kinerja pasar (Tobin’s Q) perusahaan secara positif?

2. Apakah Corporate

Governance mempengaruhi kinerja operasional (ROE) perusahaan secara positif?

3. Apakah struktur

kepemilikan baik secara institusional dan manajerial mempengaruhi kinerja perusahaan?

1. Apakah tata kelola perusahaan mempengaruhi pengungkapan yang dilakukan oleh perusahaan?

1. Apakah corporate governance mempengaruhi kinerja pasar (Tobin’s Q) dan operasional (ROE) dari perusahaan?

42 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dan mengikuti survey CGPI 2002-2008. Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah uji statistik, uji normalitas data, uji autokorelasi, uji multikolinearitas, uji heterokedastisitas, dan model regresi. 104 perusahaan yang terdaftar di BEI tahun 1998. Metode penelitian tidak dijelaskan pada penelitian ini. 20 perusahaan yang terdaftar di BEI dan masuk dalam ranking CGPI tahun 2001-2002.

Tidak terdapat hubungan signifikan antara corporate governance dengan Tobin’s Q (kinerja pasar) tetapi terdapat hubungan positif signifikan antara corporate governance dengan ROE. Sedangkan pada struktur kepemilikan tidak terdapat hubungan signifikan antara kepemilikan manajerial dan institusional terhadap kinerja perusahaan, hal ini dikarenakan bahwa keberadaan manajer dan pemegang saham kurang memiliki pengaruh dalam peningkatan kinerja perusahaan. Ditemukan bahwa tingkat pengungkapan dipengaruhi secara positif oleh ukuran perusahaan dan leverage keuangan. Ukuran perusahaan dan leverage keuangan dipengaruhi secara positif oleh GCG. Tidak ada hubungan signifikan antara corporate governance dengan Tobin’s Q. Tetapi ada hubungan signifikan positif antara corporate governance dengan Return on Equity (ROE). Artinya implementasi corporate governance yang baik mempengaruhi kinerja operasional tetapi pasar tidak merespon implementasinya secepat mungkin.

28  

Yunita Heryani Mintara / Pengaruh Implementasi Corporate Governance terhadap Pengungkapan Informasi Yan Leung-Cheung et al. / Does Corporate Governance Predict Future Performance? Evidence from Hong Kong

1. Apakah corporate governance mempengaruhi pengungkapan informasi dalam laporan tahunan?

1. Apakah corporate governance dapat memprediksi kinerja pasar perusahaan di masa depan?

50 perusahaan yang terdaftar di BEI dan masuk dalam ranking 10 besar CGPI periode 2002-2006. 510 perusahaan yang terdaftar di 4 bursa saham Hong Kong periode 2002-2005

Dapat disimpulkan bahwa implementasi Corporate Governance berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat pengungkapan informasi suatu perusahaan. Perusahaan dengan indeks Corporate Governance tinggi akan mengungkapkan informasi lebih baik dalam laporan keuangan perusahaan. Demikian juga sebaliknya, perusahaan-perusahaan yang memberikan pengungkapan yang tinggi dalam laporan keuangan akan menunjukkan bahwa implementasi Corporate Governance pada perusahaan tersebut semakin baik. Hasilnya menunjukkan bahwa perusahaan yang melakukan peningkatan pada kualitas corporate governance menunjukkan peningkatan penilaian pasar, dimana perusahaan yang mengalami penurunan kualitas corporate governance, cenderung menunjukkan penurunan pada penilaian pasar. Selain itu, dampaknya lebih besar bagi perusahaan yang termasuk dalam MSCI Index atau berafiliasi dengan Cina. Hasilnya menunjukkan bukti yang mendukung bahwa good corporate governance dapat memprediksi penilaian pasar di masa depan.

29  

II.2 Pengembangan Hipotesis

Teori keagenan dapat menjelaskan bagaimana pihak-pihak yang terlibat dalam

perusahaan akan berperilaku, karena pada dasarnya mereka memiliki kepentingan yang

berbeda. Dengan kepentingan yang berbeda, antara agen dan prinsipal terjadi konflik

yang potensial. Konflik kepentingan yang muncul disebut konflik keagenan. Pada

dasarnya, konflik keagenan terjadi karena adanya pemisahan antara kepemilikan dan

pengendalian perusahaan. Adanya konflik tersebut mengakibatkan perlunya check dan

balance untuk mengurangi kemungkinan penyalahgunaan kekuasaan oleh manajemen.

Corporate governance sebagai mekanisme untuk mengarahkan dan

mengendalikan suatu perusahaan, bertujuan untuk mengurangi kepentingan pemegang

saham dan stakeholder lain. Adanya prinsip-prinsip corporate governance seperti

transparency, accountability, responsibility dan fairness yang dilakukan oleh

perusahaan dan mekanisme corporate governance dapat meminimalisasi konflik

kepentingan antara manajer dan para pemegang saham perusahaan. Adanya transparansi

dan pengawasan yang baik dapat mencegah manajer dalam melakukan ekspropriasi

(penyalahgunaan kekuasaan). Sistem yang baik akan memberikan perlindungan efektif

kepada para pemegang saham untuk memperoleh kembali investasinya dengan wajar,

tepat dan efisien, serta memastikan bahwa manajemen bertindak sebaiknya untuk

kepentingan perusahaan. Berdasarkan teori keagenan, dengan adanya good corporate

governance, manajer dapat diawasi dengan baik dan agency cost dapat dikurangi.

Kinerja keuangan suatu perusahaan ditentukan oleh sejauh mana keseriusan

menerapkan good corporate governance. Secara teoritis, jika praktik good corporate

governance berjalan dengan efektif dan efisien maka seluruh proses aktivitas perusahaan

30  

akan berjalan dengan baik yang selanjutnya dapat meningkatkan kinerja keuangan

mereka, mengurangi risiko yang mungkin dilakukan dewan dengan keputusan yang

menguntungkan diri sendiri. Good corporate governance juga dapat meningkatkan

kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya yang juga akan berdampak pada

kinerja perusahaan.

Dengan melihat beberapa contoh kasus tindakan kecurangan yang dilakukan

oleh manajemen perusahaan, maka akan dipertanyakan bagaimana efektivitas penerapan

corporate governance yang akan berpengaruh terhadap kinerja keuangan. Corporate

governance merupakan salah satu elemen kunci dalam meningkatkan efesiensi

ekonomis, yang meliputi serangkaian hubungan antara manajemen perusahaan, dewan

komisaris, para pemegang saham, dan stakeholders lainnya. Corporate governance juga

memberikan suatu struktur yang memfasilitasi penentuan sasaran-sasaran dari suatu

perusahaan, dan sebagai sarana untuk menentukan teknik monitoring (pengawasan)

kinerja (Deni, Khomsiyah dan Rika, 2004).

Penelitian yang dilakukan oleh Hastuti (2005) menemukan bahwa terdapat

hubungan positif antara corporate governance yang diproksikan dengan transparansi

dengan kinerja perusahaan yang diukur dengan menggunakan Tobin’s Q. Hal ini

didukung oleh penelitian Klapper dan Love (2002) seperti yang dikutip dalam

Darmawati, dkk (2005) yang menemukan adanya hubungan positif antara corporate

governance dengan kinerja perusahaan yang diukur dengan Tobin’s Q.

Dalam penelitian Hidayah (2008) pengukuran corporate governance dengan

menggunakan Corporate Governance Perception Indeks (CGPI) dan pengukuran kinerja

dengan Tobin’s Q sebagai ukuran penilaian pasar dan Return On Equity (ROE) sebagai

31  

ukuran kinerja operasional diyakini bisa memberikan gambaran mengenai kinerja

perusahaan yang baik, karena esensi penerapan prinsip-prinsip good corporate

governance adalah peningkatan kinerja perusahaan. Perusahaan yang telah menerapkan

corporate governance secara baik akan memiliki kinerja operasional yang baik dan akan

diikuti oleh kinerja pasar yang tampak pada nilai saham perusahaan sehingga dapat

diprediksi bahwa perusahaan yang menerapkan prinsip-prinsip good corporate

governance yang lebih baik akan cenderung mempunyai kinerja perusahaan yang lebih

baik pula.

Pelaksanaan corporate governance yang baik dan sesuai dengan peraturan yang

berlaku akan membuat investor memberikan respon yang positif terhadap kinerja

perusahaan dan meningkatkan nilai pasar perusahaan. Respon tersebut akan sangat

bermanfaat bagi perusahaan dalam kegiatan operasionalnya, antara lain dengan

berkurangnya biaya modal yang harus ditanggung.

Kinerja pasar dapat diukur dengan Tobin’s Q. ROE mengukur kemampuan

perusahaan menghasilkan laba berdasarkan modal saham tertentu. Tobin’s Q

membandingkan antara nilai pasar perusahaan dengan replacement cost aset perusahaan.

Semakin besar nilai rasio Tobin’s Q menunjukkan bahwa perusahaan memiliki prospek

pertumbuhan yang baik dan memiliki intangible asset yang semakin besar (Sukamulja,

2004). Karena semakin besar nilai pasar aset perusahaan, semakin besar juga kerelaan

investor untuk mengeluarkan pengorbanan yang lebih untuk memiliki perusahaan

tersebut.

Bredey dan Myers dalam Sukamulja (2004) menyebutkan bahwa perusahaan

dengan nilai Q yang tinggi biasanya memiliki brand image perusahaan yang sangat

32  

kuat, sedangkan perusahaan yang memiliki Q yang rendah umumnya berada pada

industri yang sangat kompetitif atau industri yang mulai mengecil.

Maka berdasarkan referensi hasil penelitian di atas, penulis dapat menarik

hipotesis (dugaan) alternatif yang dapat dinyatakan sebagai berikut:

H1a : Adanya pengaruh positif good corporate governance terhadap kinerja

perusahaan (Tobin’s Q).

H1b : Adanya pengaruh positif good corporate governance terhadap kinerja

perusahaan (ROE).