bab ii tinjauan dan landasan teori ii.1. tinjauan umum...
TRANSCRIPT
8
BAB II
TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI
II.1. Tinjauan Umum
II.1.1. Pengertian Rusun
Adapun definisi rumah susun menurut pasal 1 ayat (1) Undang-Undang
No.16 Tahun 1985 adalah “Bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam
suatu lingkungan, yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara
fungsional dalam arah horizontal maupun vertikal dan merupakan satuan-satuan
yang masing-masing dapat dimiliki dan dipergunakan secara terpisah, terutama
untuk tempat hunian, yang dilengkapi dengan bagian bersama, benda bersama dan
tanah bersama”.
Pengertian rumah susun manurut Pasal 1, BAB I, Permen.P.U 60 / PRI /
1992 adalah bangunan bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan yang
terbagi dalam bangunan-bangunan yang distrukturkan secara fungsional dalam arah
horizontal maupun vertical dan merupakan satuan-satuan yang masing-masing
dapat dimiliki dan digunakan secara terpisah, terutama untuk tempat hunian, yang
dilengkapi dengan bagian bersama, benda bersama dan tanah bersama. Jadi,
pengadaan Rumah Susun, adalah didasarkan alasan penghematan lahan dan
kemampuan daya tampung / kapasitas yang tinggi dari bangunannya yang
peruntukannya bagi warga masyarakat tergusur dan kalangan berpenghasilan
rendah yang belum memiliki rumah pribadi.
9
Rusun adalah kepanjangan dari rumah susun. Kerap dikonotasikan
sebagai apartemen versi sederhana , walaupun sebenarnya apartemen bertingkat
sendiri bisa dikategorikan sebagai rumah susun. Rusun menjadi jawaban atas
terbatasnya lahan untuk pemukiman di daerah perkotaan. Karena mahalnya harga
tanah di kota besar maka masyarakat terpaksa membeli rumah di luar kota. Hal ini
adalah pemborosan. Pemborosan terjadi pada :
• pemborosan waktu
• pemborosan biaya
• pemborosan lingkungan (karena pencemaran)
• pemborosan sosial (karena tersitanya waktu untuk bersosialisasi)
Adapun tujuan pemerintah menempatkan warga masyarakat golongan
berpenghasilan rendah / tergusur di dalam Rumah Susun adalah agar mereka, dapat
hidup secara layak-dalam rumah yang sehat, manusiawi serta sekaligus menuntun
kehidupannya. (Data UU RI No.16,Tahun 1985, Tentang “Rumah Susun”). Sebagai
studi banding, ditentukan rumah susun yang penghuninya cukup lama dan berasal
dari kalangan berpenghasilan rendah, sehinggga ini dapat mewakili keberadaan
rumah susun yang sejenis ditempat lainnya.
Persyaratan teknis Rusun:
1. Memenuhi persyaratan penghawaan pencahayaan suara dan bau.
2. Rusun hunian mempunyai fungsi utama sebagai tempat tinggal & tempat
pelayanan
10
3. Struktur bangunan mempunyai keawetan sekurangnya 50 Th dan bahan non
struktur sekurangnya 20 Th
4. Railing lantai 2 ke atas sekurangnya setinggi 120 Cm.
5. Salah satu dinding kaca dapat di pecah untuk penyelamatan kebakaran.
6. Beban bergerak yang dapat ditahan struktur sekurangnya 200 Kg/Cm2
7. Rusun harus dilengkapi alat transportasi bangunan, pintu dan tangga darurat
kebakaran, alat dan sistem alarm kebakaran, alat pemadam kebakaran,
penangkal petir dan jaringan-jaringan air bersih, saluran pembuangan air kotor,
tempat sampah, jaringan listrik, generator listrik, tempat jaringan telepon & alat
komunikasi
8. Alat transportasi bangunan, tangga, lift atau eskalator.
9. Lift & ekskalator untuk Rusun 5 lantai keatas.
Persyaratan Umum Rusun berdasarkan pusat litbang permukiman:
a. Untuk kenyamanan dan keselamatan penyewa, kebutuhan ruang untuk 1 orang
adalah 9 m. Daya tampung rusun dapat dilihat pada tabel berikut
No T ipe Daya Tampung maksimum 1 F-18 Hanya untuk 2 orang (dewasa pasangan muda atau pasangan
manula) 2 F-21 dan F-24 Hanya mampu menampung 2 orang dewasa dan 2 anak
hingga usia 10 tahun 3 F-27 Hanya mampu menampung 2 orang dewasa dan 2 anak
hingga usia 10 tahun, atau 3 orang dewasa 4 F-36 Hanya mampu menampung 4 orang dewasa (orang tua dan 2
anak dewasa)
Tabel 1. Daya tampung rusun berdasarkan luas unit
11
b. Ruang yang tersedia berfungsi untuk kegiatan yang paling pokok, seperti pada
tabel berikut
No Wadah Aktivitas 1 Ruang
multifungsi T idur, ibadah, makan, belajar, bekerja, bercengkrama, setrika, istirahat, terima tamu keluarga, dan lain-lain
2 Ruang dapur Menyiapkan bahan masakan, mencuci bahan masakan mentah, memasak, menyiapkan masakan matang, mencuci alat makan
3 Ruang tidur Beristirahat dan tidur 4 Ruang jemur Menjemur pakaian dan alat t idur 5 Ruang mandi
cuci kakus Mandi, mencuci pakaian, mencuci alat masak dan kakus
II.1.2. Pengertian Pasar
Pada intinya pengertian pasar tradisional lebih difokuskan terhadap fungsi
dan keberadaanya pasar secara kronologis. Kegiatan pasar merupakan salah satu
kegiatan paling tua, diawali dengan pasar barter kemudian berkembang, diawali
dengan pasar barter kemudian berkembang karena digunakan alat pembayaran
berupa uang. Perbedaan dan perubahan tampak jelas pada sistem perdagangan yang
berpengaruh pada cara beli, yaitu adanya kegiatan saling tawar menawar ketika
berbelanja. Apabila dalam pasar barter, unsur berdagang dalam pengertian mencari
keuntungan belum tampak nyata, maka selanjutnya pasar menjadi kegiatan
ekonomi. (majalah femina, No 17 April 1989)
Definisi lain mengenai pasar adalah menurut Endy Marlina dala bukunya
“Paduan Perancangan Bangunan Komersial” Pasar merupakan kelompok fasilitas
perbelanjaan sederhana (los, toko, kios, dan sebagainya) yang berada dalam suatu
area tertentu pada suatu wilayah. Fasilitas perbelanjaan ini dapat bersifat terbuka
Tabel 2. Jenis ruang rusun pokok berdasarkan aktivitas
12
ataupun berada dalam bangunan, biasanya berada dekat kawasan permukiman
karena merupakan fasilitas perbelanjaan untuk memenuhi kebutuhan (biasanya
sehari-hari) masyarakat sekitarnya.
Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli serta
ditandai dengan adanya transaksi penjual pembeli secara langsung dan biasanya ada
proses tawar-menawar, bangunan biasanya terdiri dari kios-kios atau gerai, los dan
dasaran terbuka yang dibuka oleh penjual maupun suatu pengelola pasar.
Kebanyakan menjual kebutuhan sehari-hari seperti bahan-bahan makanan berupa
ikan, buah, sayur-sayuran, telur, daging, kain, pakaian barang elektronik, jasa dan
lain-lain. Selain itu, ada pula yang menjual kue-kue dan barang-barang lainnya.
Pasar mempunyai dua fungsi pokok dan fungsi pada skala kecil sebagai
berikut :
1. Fungsi pokok
Pasar sebagai sarana pelayanan dan penyedia kebutuhan sehari-hari bagi
masyarakat, juga sebagai sumber pendapatan daerah yang diperoleh dari jasa
pelayanan dan perpasaran serta merupakan sarana distribusi perekonomian yang
dapat menciptakan tambahan tempat usaha bidang jasa dan pencipta
kesempatan.
2. Fungsi pada skala kecil
Pasar sebagai tempat bertemunya penjual dan pembeli untuk saling
memenuhi kebutuhannya masing-masing baik untuk kebutuhan yang bersifat
konsumtif maupun untuk bidang jasa.
13
Jenis-jenis pasar berdasarkan klasifikasinya :
1. Pasar Menurut Jenisnya
• Pasar Konsumsi
Pasar Konsumsi menjual barang-barang untuk keperluan konsumsi.
Misalnya menjual beras, sandal, lukisan, dll. Contohnya adalah Pasar
Mergan di Malang, Pasar Kramat Jati, dll.
• Pasar Faktor Produksi
Pasar Faktor Produksi menjual barang-barang untuk keperluan produksi.
Misalnya menjual mesin-mesin untuk memproduksi, lahan untuk pabrik, dll.
2. Pasar Menurut Luas Jangkauan
• Pasar Lokal
Pusat perbelajaan yang mempunya jangkauan pelayanan meliputi 5000
sampai 40.000 penduduk (skala lingkungan), dengan luas bangunan berkisar
antara 2.787-9.290 m². Unit penjualan terbesar pada pusat perdagangan
golongan ini adalah supermarket.
14
• Pasar Distrik
Pusat perbelanjaan kelas ini mempunyai jangkauan pelayanan 40.000
sampai 150.000 penduduk (skala wilayah), dengan luas bangunan berkisar
antara 9.290 – 27.870 m². Unit penjualannya terdiri atas junior department
store, supermarket, dan toko-toko.
• Pasar regional
Pusat perbelanjaan kelas ini mempunyai jangkauan pelayanan seluas daerah
dengan 150.000 sampai 400.000 penduduk, dengan luas bangunan 27.870 –
92.990 m². Pusat perbelanjaan golongan ini terdiri dari 1-4 department store
dan 50-100 toko retail, yang tersusun mengitari pedestrian, dan dikelilingi
oleh area parkir. (the Community Builders Council of ULI- the Urban Land
Institute)
3. Pasar Menurut Wujud
• Pasar Konkret
Pasar Konkret adalah pasar yang lokasinya dapat dilihat dengan kasat mata.
Misalnya ada los-los, toko-toko, dll. Di pasar konkret, produk yang dijual
dan dibeli juga dapat dilihat dengan kasat mata. Konsumen dan produsen
juga dapat dengan mudah dibedakan.
15
• Pasar Abstrak
Pasar Abstrak adalah pasar yang lokasinya tidak dapat dilihat dengan kasat
mata.konsumen dan produsen tidak bertemu secara langsung.Biasanya
dapat melalui internet, pemesanan telepon, dll. Barang yang diperjual
belikan tidak dapat dilihat dengan kasat mata, tapi pada umumnya melalui
brosur, rekomendasi, dll. Kita juga tidak dapat melihat konsumen dan
produsen bersamaan, atau bisa dikatakan sulit membedakan produsen dan
konsumen sekaligus.
4. Pasar Menurut Sistem Transaksi
• Toko Grosir
Adalah toko yang menjual barang dalam partai besar. Barang-barang
tersebut biasanya disimpan digudang atau di tempat lain, sedangkan yang
ada di toko grosir hanya contohnya saja.
• Toko Eceran
Menjual barang dalam partai kecil atau per satuan barang. Pada toko
semacam ini, area display barang dagangan memerlukan ruang dengan
dimensi yang cukup relatif besar untuk mewadahi variasi barang dagangan
yang tinggi.
(Sumber : Panduan Perancangan Bangunan Komersial)
16
Pusat perbelanjaan sebagai sistem perilaku yang terdiri atas bentuk
kegiatan, pelaku kegiatan dan sifat kegiatan. Berikut ini adalah contoh
identifikasi fungsi dan aktivitas pada proses menentukan kebutuhan ruang
bangunan pada pasar :
No Bentuk kegiatan Lingkup kegiatan Kebutuhan ruang 1 Transaksi dan
distribusi Jual / beli Ruang penjualan Promosi Etalase Penyediaan barang Ruang display Penyimpanan barang Gudang Pengepakan Ruang pengepakan Pembayaran Kasir
2 Pengelolaan Manajemen Ruang-ruang kantor Ruang rapat Ruang administrasi Keuangan Ruang istirahat karyawan
Operasional Ruang-ruang administrasi Ruang kenyamanan Ruang karyawan
Pemeliharaan Ruang ME Ruang-ruang utilitas Ruang kontrol Gudang Ruang karyawan
Maka kesimpulan yang dapat ditarik oleh penulis mengenai proyek pasar
modern adalah pasar yang mengusung prinsip dan nilai-nilai tradisi dalam
kehidupan masyarakat yang masih dilakukan saat ini. Misalnya, tradisi tawar
menawar yang masih sangat lekat, masih ada interaksi yang kental antara
penjual dan pembeli. Namun yang dijadikan pembeda antara pasar tradisional
dan pasar modern adalah sistem pengelolaannya, mulai dari pengorganisasian
jenis barang yang dijual, sistem management pasar, fasilitas yang tersedia bagi
Tabel 3. Ruang pasar berdasarkan aktivitas
17
pengunjung pasar, sistem kebersihan, perawatan bangunan, dll yang dikelola
secara baik dan modern.
II.1.3. Pengertian Mixed used Building
Mixed use Building adalah salah satu upaya pendekatan perancangan yang
berusaha menyatukan berbagai aktivitas dan fungsi yang berada di bagian area
suatu kota (luas area terbatas, harga tanah mahal, letak strategis, nilai ekonomi
tinggi) sehingga terjadi satu struktur yang kompleks dimana semua kegunaan dan
fasilitas saling berkaitan dalam kerangka integrasi yang kuat (sumber : Panduan
Perancangan Bangunan Komersial).
Upaya tersebut dimaksudkan untuk mengeliminasi ruang-ruang mati,
sehingga penggunaan lahan lebih efektif dan efisien, pelayanan kebutuhan lebih
mudah, dan lingkungan menjadi lebih nyaman dihuni.
Berdasarkan latar belakang ini, dapat dirumuskan ciri-ciri Mixed Use
Development Project sebagai berikut :
1. Mewadahi tiga fungsi urban atau lebih misalnya terdiri dari retail, perkantoran,
hunian, hotel, dan entertainment/cultural/recreation
2. Terjadi integrasi dan sinergi fungsional, dan
3. Terdapat ketergantungan kebutuhan antara masing-masing fungsi bangunan
yang memperkuat sinergi dan integrasi antar fungsi tersebut
(sumber : Mixed Use Development Hand-book)
18
II.1.4. Jenis fasilitas yang direncanakan
Fasilitas – fasilitas yang direncanakan :
- Pasar
- Rusun
- Kids playground
- ATM
- Kantin
- Gedung parkir
- Lapangan olahraga (futsal)
- Ruang serba guna
- Taman
Jenis kios-kios perdagangan yang direncanakan untuk pasar :
- Sayur-sayuran
- Buah-buahan
- Daging, ikan, dll
- Tekstil, pakaian jadi
- Alat-alat kebutuhan rumah tangga
- Sepatu, tas, sendal, dll
- Barang-barang elektronik
- Pecah belah
- Emas/perak
- Buku-buku
19
II.2. Tinjauan Khusus
II.2.1. Lokasi proyek
• Lokasi : Jl.Tanjung Duren Raya
• Pemilik proyek : PD. Pasar Jaya
• Klasifikasi pasar : Wilayah
• Luas lahan : ± 9.072 m²
• Batas-batas :
- Barat : Jl. Tanjung Duren Raya ( kantor kecamatan , Masjid )
- Timur : Perumahan penduduk
- Utara : Jl.Tanjung Duren barat 6, Ruko-ruko, restaurant
- Selatan : Jl.Tanjung Duren barat 5, Ruko-ruko, restaurant
• KDB : 60%
• KLB : 4
• GSB : Depan (barat) → 11,5 m
Samping kanan (utara) → 7,7 m
Samping kiri (selatan) → 9,68 m
Belakang (timur) → 7,5 m
20
Gambar 1. Peta lokasi proyek
Foto 1. Tampak atas lokasi
21
II.2.2. Studi Banding
Studi banding bangunan dilakukan dengan dua cara yang pertama yaitu
dengan survey secara langsung kebeberapa tempat di jakarta mengenai bangunan
rumah susun dan pasar. Kedua dengan cara survey literatur dari beberapa
kepustakaan maupun browsing melalui internet. Dari survey yang telah dilakukan
dibeberapa tempat menyangkut rumah susun antara lain Rumah Susun Tanah
Abang, didapatkan data-data sebagai berikut:
A. Studi Banding Lapangan Rusun
1. Rumah Susun Tanah Abang
Luas lahan : 3,96 Ha
KDB : 28,61 %
Gambar 2. Site plan
22
Tipe unit : F-36
Jumlah lantai : 4 lantai
Jumlah unit : 960
Peruntukkan : pedagang pasar tanah abang dan umum
Foto 3. Fasilitas masjid Foto 2. Fasad rusun
Foto 4. Jarak antar bangunan Foto 5. Fasilitas lapangan olahraga
23
2. Rumah Susun Kebon kacang II
Alamat : Kelurahan Kebon Kacang, Kecamatan Tanah Abang
DKI Jakarta
Luas lahan : 18.208 m²
Jumlah unit : - Tipe → F21 = 368 unit =
- Tipe → F42 = 166 unit
- Tipe → F51 = 66 unit
- Tipe → kios = 32 unit ( 21 m² )
R.tidur
R.tidur
Dapur + R.makan + R.keluarga
R.tidur
R.tidur
Dapur + R.makan + R.keluarga
T A N G G A
Dapur + R.makan + R.keluarga
R.tidur
R.tidur
Dapur + R.makan + R.keluarga
R.tidur
R.tidur
Gambar 3. Denah unit-unit rusun tipe 36
3 m 3 m 3 m 3 m 2,5 m
3 m
3 m
3 m
24
- Tipe → warunr = 32 unit ( 9 m² )
Jumlah lantai : 8 lantai
Peruntukkan : Umum
Kepadatan rumah : 440 unit/Ha
Fasilitas :
- Ruang pertemuan serba guna seluas 300 m²
- Kios luar untuk pedagang makanan kecil
- Gardu listrik melayani tiap unit sebesar 45 KVA
- Air bersih dari PAM DKI Jakarta
- Instalasi gas dengan kompor dan meteran
- Palataran parkir untuk 51 mobil dan 50 motor
- Bak penampungan sampah satu buah, dan 10
buah ukuran kecil
- Lapangan olahraga basket dan futsal
- Jalan setapak dibuat dari coble stone
- Ruang terbuka taman
- Sekolah dasar
Proporsi penggunaan tanah : - Kavling perumahan = 54,9 %
- Jalan di dalam lingkungan = 20,7 %
- Kavling fasilitas lingkungan = 13,5 %
- Taman / jalur hijau = 10,9 %
25
Berikut ini adalah denah tipe-tipe unit :
Tipe unit Denah Keterangan 32 kios 32 unit
Persentase unit = 4,8 % 32 warung 32 unit
Persentase unit = 4,8 % Tipe 51
Jumlah unit 66 unit Persentase unit = 9,93 %
Tipe 42
166 unit Persentase unit = 25 %
Tipe 21
368 unit Persentase unit = 55,42 %
1,5 m 1,5 m 3 m
Km.tidur
Km.tidur
Km.tidur Teras
dapur Km. mandi
R.tamu R.makan
3 m
2 m
2 m
3 m 3 m
R.tamu R.makan
Teras
Km.tidur
Km.tidur
Km.mandi
Dapur
1 m
1,5
3 m
R.serba guna
R.makan
Dapur
Km. mandi
Teras
3 m
3 m
1,5 m
1,5 m
Tabel 4. Tipe- tipe unit rusun
26
Foto 9. Jarak antar bangunan Foto 8. Koridor
Foto 7. Tempat pembuangan sampah Foto 6. Fasad bangunan
Foto 10. Sirkulasi dalam bangunan Foto 11. Tangga darurat
27
Dari survey yang dilakukan, penulis melakukan wawancara dengan
penghuni rumah susun mengenai jenis kegiatan-kegiatan yang sering dilakukan.
Hasil wawancara yang bisa didapat antara lain :
Pelaku Jenis kegiatan Tempat yang biasa digunakan
keterangan
Ibu-ibu Kegiatan PKK
Koridor per lantai rusun
PKK, Pengajian, Penyuluhan tingkat Rukun Tetangga,
Bapak-bapak dan ibu-ibu
Pengajian Koridor per lantai rusun
Penghuni rusun Usaha kecil Ruang Luar/Ruang Terbuka antar blok Rumah Susun
warung, rombong makanan/minuman, parkir kendaraan, olah raga, bermain anak - anak, dan sebagainya.
Penghuni rusun Kegiatan keagamaan
Musholla perlantai (pendalaman dan tafsir Al- Qur’an, pengajian, tahlil dan sebagainya
pihak pemerintah/pengurus kampung
Penyuluhan Ruang Serba Guna dalam kompleks
penyuluhan oleh aparat Pemerintah, dan sebagainya.
Penghuni rusun (umumnya remaja)
Kegiatan Karang Taruna
- melaksanakan kebersihan lingkungan, perbaikan bangunan dan sarana/prasarananya
Penghuni yang bertugas menjaga keamanan
Siskamling untuk keamanan lingkungan Rumah Susun
Pos keamanan
Penghuni rusun Hajat Perkawinan / Khitanan/ Lamaran
Ruang Serba Guna dalam kompleks
Penghuni rusun Perayaan hari-hari besar
Ruang Serba Guna dalam kompleks, lapangan olah raga
Perlombaan 17-an, TPS pemilu, pemotongan hewan-hewan kurban
Tabel 5. Wadah yang perlu ditunjang dalam rusun
28
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa ada kegiatan-kegiatan yang tidak
ditunjang dengan fasilitas yang baik. Oleh karena itu, maka dapat
dipertimbangkan ketersediaan ruang-ruang tertentu yang mendukung aktivitas
tersebut.
B. Studi Banding Literatur Rusun
Berdasarkan sumber Kementrian Negara Perumahan Rakyat, data lokasi
pembangunan rusunami di wilayah JABODETABEK adalah sebagai berikut :
No Lokasi Luas lahan (Ha) Realisasi menara 1 Pulo Gebang, Jakarta Timur 0,40 1 2 Cawang, Jakarta T imur 0,50 1 3 Penggilingan, Jakarta T imur 1,10 3
Gambar 4. Proyek pembangunan rusunami di Jabodetabek
29
4 Cengkareng, Jakarta Barat 3,70 10 5 Cibubur, Jakarta T imur 0,46 4 6 Perumahan Modernland, Tanggerang 1,70 3 7 Pasar Sumber Artha, Bekasi 2,70 7 8 Kamayoran Jakarta Pusat 1,90 5 9 Pulo Gebang, Jakarta Timur 6,00 6 10 Kebon Jeruk, Jakarta Barat 0,47 1 11 Kelapa Gading Jakarta Utara 4,00 14 12 Ciledug Raya, Jakarta Selatan 0,74 1 13 Kalibata Jakarta Selatan 5,28 6 14 Daan Mogot, Jakarta Barat 3,80 9 15 Pegadungan, Kalideres, Jakarta Barat 1,00 4
No Lokasi Luas lahan (Ha) Realisasi menara 1 Kebagusan, Jakarta Utara 10,00 5 2 BPLIP Pulo Gadung, Jakarta T imur 7,10 2
Gambar 5. Proyek pembangunan rusunami di Jabodetabek
Tabel 6. Proyek pembangunan rusunami di Jabodetabek
30
3 Pulo Jahe, Cakung, Jakarta Timur 3,50 3 4 Cibubur, Jakarta T imur 1,15 5 5 Kalibata, Jakarta Selatan 4,50 3 6 Bintaro Jaya, Jakarta Selatan 12,00 3 7 Daan Mogot, Jakarta Barat 3,02 3 8 Karang Tengah, Jakarta Barat 1,00 3 9 Matraman, Jakarta Pusat 1,40 4 10 Latumenten, Jakarta Barat 1,10 2 11 Duri Kepa, Jakarta Barat 2,20 4 12 Pekayon, Pasar Rebo Jakarta T imur 2,80 9 13 Pesanggerahan, Jakarta Selatan 2,00 4 14 Pulo Gadung, jakarta T imur 3,00 6 15 Cengkareng, Jakarta Barat 21,80 36
16 Jombang, Tanggerang 0,40 2 17 Pondok Lestari, Ciledug Tanggerang 1,00 3 18 Ahmad Yani, Kota Bekasi 1,40 3 19 Kemanggisan, Jakarta Barat 0,80 2
20 Kedaung Kota depok 1,94 6 21 Lebak Bulus, Jakarta Selatan 2,40 3
22 Bintara, Bekasi Barat 0,50 2
23 Bangbarung Raya, Bogor 0,60 2
1. Menara kebon jeruk
- Lokasi : Jl. Arjuna Utara, Kebon Jeruk Jakarta Utara
- Luas lahan : 4.800 m²
- Fasilitas : Ruko, kolam renang, childern playground, parkir, keamanan, empat
buah lift, klinik, ruang serba guna, tempat ibadah, TV cable.
- Jumlah tower : 1 tower
Tabel 7. Proyek pembangunan rusunami di Jabodetabek
31
2. Kemanggisan Residence
- Lokasi : Jl. Kemanggisan No 17, Kebon Jeruk, Jakarta Barat
- Luas lahan : 8.000 m²
- Fasilitas : Foodcourt, fitness center, kolam renang, ruang serba guna, ATM
center, pertokoan, masjid
- Jumlah tower : 1 tower
Gambar 7. Tipe unit rusun
Gambar 6. Menara kebon jeruk
32
3. Greenpark View
- Lokasi : Jl. Daan Mogot Km 14, Jakarta Barat
- Luas lahan : 4,7 Ha
- Fasilitas : mini market, fitness center, mini golf, kolam renang, jogging track,
parkir, lapangan tenis, rumah makan, tempat ibadah, dll
- Jumlah tower : 3 tower
Gambar 8. Kemanggisan Residence
Gambar 9. Tipe-tipe unit rusun
Gambar 10. Green Parkview
33
4. Kalibata Residence
- Lokasi : Jl. Kalibata Raya No 1, Jakarta Selatan 12750
- Luas lahan : 2,2 Ha
- Fasilitas : Lapangan olah raga, Balai warga, puskesmas, sekolah, pasar
tradisional modern, tempat ibadah, dll
- Jumlah tower : 3 tower
Gambar 12. Kalibata
Residence
Gambar 11. Tipe-tipe unit rusun
34
5. Crown Executive Apartement
- Lokasi : Jl. Daan Mogot Km 14, Jakarta Barat
- Luas lahan : 3,1 Ha
- Fasilitas : Supermarket, pertokoan, lapangan tenis, lapangan fitsal, tempat
bermain anak, kolam renang, keamanan, dll
- Jumlah Tower : 6 tower
Gambar 13. Tipe-tipe unit rusun
Gambar 14. Grown Executive Apartment
35
Berikut ini adalah perbandingan studi literatur rusun di Jakarta :
Nama Rusun Tipe unit Jumlah
kamar
Harga
Menara Kebon Jeruk - luas 24 m² - luas 30 m² - luas 30 m²
1 1 2
125 juta 144 juta 144 juta
Kemanggisan Residence
- luas 25 m² - luas 50 m²
1 3
114 juta 288 juta
Green Parkview - luas 20,25 m² - luas 23,75 m² - luas 21,50 m² - luas 24,75 m² - luas 33,75 m² - luas 35,00 m²
1 1 1 1 2 2
89 – 144 juta
Kalibata Residence - luas 20,30 m² - luas 33,80 m² - unit komersil 6-12 m²
1 2
88-144 juta 96,5-158 juta 130-300 juta
Crown Executive Apartement
- luas 25 m² - luas 28 m² - luas 36 m² - luas 45 m²
Studio 2 2 2
112,5 -270 juta
Gambar 15. Tipe-tipe unit rusun
Tabel 8. Perbandingan studi banding literatur rusun
36
Hasil dari survey rumah susun
Masalah teknis yang masih ada yaitu :
1. Sistem perparkiran yang tidak didisain sejak awal sesuai dengan jumlah penghuni
rumahnya. sehingga setelah Rusun operasional lebih 10 tahun terjadi permasalahan
perparkiran.
2. Fasilitas sosial dan umum, serta fasilitas perniagaan yang tidak asessible, dalam arti
tidak memberikan cukup pelayanan dan maknanya sebagai sebuah prasarana
kurang mendapat perhatian warga rusun.
3. Mengenai besaran ruang yang dirasa masih kurang memenuhi kenyamanan
penghuni seperti halnya di dapur tempat memasak dan kamar mandi.
4. Adanya keinginan untuk menambah jumlah ruang tidur yang selama ini dirasa tidak
sesuai dengan perkembangan jumlah jiwa penghuninya.
5. Terdapat sejumlah penghuni yang ingin mempunyai ruang makan sendiri sebagai
sebuah private zone dalam rumahnya.
Aspek - aspek yang berpengaruh
Aspek - aspek yang berpengaruh terhadap gaya hidup masyarakat berpenghasilan
rendah, antara lain :
* Aspek Sosial: guyub, kekerabatannya sangat kuat / komunal, masih kampungan.
* Aspek Etika: kecenderungan mementingkan kelompoknya, namun tetap
menghormati kepentingan orang luar. Hanya saja, secara tidak langsung
tindakannya terkadang merugi kan pihak lain; dan kondisi ini sering kali tidak
terpikirkan sebelumnya.
37
* Aspek Ekonomi: Kecenderungan bergotong royong dan hidup sederhana, untuk
meringankan beban ekonomi keluarga.
A. Studi Banding Lapangan Pasar
1. Pasar modern BSD
Luas tanah : 3 Ha
Luas bangunan : 64 m x 143 m
Jumlah unit : - Lapak : 137 unit
- kios : 320 unit
- Ruko : 100 unit
Harga sewa : - lapak : Rp.475.000 – Rp.600.000 / bulan
- kios : Rp.20.000.000 / tahun
- Ruko : (jual)
Foto 13. Suasana belanja Foto 16. Sistem pen-zoning-an
38
2. Fresh Market Pantai Indah Kapuk
Foto 16. Sistem pencahayaan dan pengahawaan
Foto 14. Zoning produk yang dijual Foto 15. Sistem irigasi limbah
Foto 17. Ruko-ruko di fasad bangunan
Gambar 16. Fasad fresh Market
39
Gambar 17. Hall pasar
Gambar 18. Lapak basah
Gambar 19. Penzoningan pasar lantai 1
40
Gambar 22. Parkiran pasar
Gambar 20. Penzoningan pasar lantai 2
Gambar 21. Luasan toko
41
B. Studi Banding Literatur Pasar
1. Stuttgart Market Hall, Germany
Perbandingan yang diambil dalam sebuah perancangan tidak hanya
berupa bangunan yang ada di Indonesia saja, namun diambil contoh jenis pasar
yang berada di luar negeri untuk sekedar sebagai pengetahuan yang mungkin
dapat membantu membandingkan kondisi pasar yang ada. Studi banding
literatur yang diambil adalah sebuah pusat perbelanjaan tradisional yang berada
di Studgartt, Jerman.
Pasar yang didirikan di Jerman pada tahun 1914 ini menggunakan
banguna tua dan digunakan oleh para pedagang yang berasal dari beberapa
negara seperti Itali, Yunani, Hongaria, Asia, dll. Kios-kios yang tertata secara
modern tampak dari kesamarataan bentuk dan ukuran, pemberian banner yang
teratur di setiap masing-masing kios. Jenis barang yang diperdagangkanpun
umumnya hampir sama dengan pasar-pasar yang berada di Jakarta. Dilantai
dasar terdapat 38 kios yang khusus menjual bahan-bahan makanan, produk-
Foto 18. Hall Judgenstill Foto 19. Sistem pencahayaan dan pengudaraan
42
produk yang dijualpun masih segar karena terlebih dahulu mengalami uji
makanan lalu diatur di atas bak-bak yang disediakan. Sedangkan dilantai dua
khusus menjual makanan kering dan barang-barang keperluan rumah tangga.
Bangunan ini juga menggunakan konsep hemat energi terlihat dari
sistem pengahawaan dan pencahayaan sebagian berasal dari void yang berada
tepat diatas hall bangunan ini.
II.3. Kesimpulan studi banding
Kesimpulan dari rusun
* Adanya ruang bersama, tetap diperlukan dalam rumah susun golongan
berpenghasilan rendah karena keberadaanya untuk menampung kegiatan warga
yang tidak memiliki ruang keluarga didalam unit huniannya
Foto 20. Suasana berbel anja
43
* Keberadaan ruang bersama, sebaiknya yang penempatannya relatif dekat
dengan lokasi hunian warga, namun penempatannya sedemikian rupa sehingga
tidak mengganggu privasi keluarga (terhindar dari suasana bising dan tidak
tertib), direalisasikan perencanaan ruang bersama yang berdekatan dengan
tangga dan cukup luas, untuk menampung kegiatan-kegiatan yang bersifat rutin
(berjualan, lesehan dan sebagainya), selanjutnya selasar sebaiknya hanya
menampung luapan warga dari ruang bersama yaitu pada pelaksanaan kegiatan
formal yang tidak menerus (seperti; pengajian, Pkk, dan sebagainya). Dengan
cara ini maka suasana selasar menjadi lebih tenang, sehingga hunian yang
langsung berdekatan letaknya tidak terganngu privasinya.
* Keberadaan Ruang Bersama, untuk kegiatan “ keagamaan”, dapat diterima apa
adanya, sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan, (yang penting sudah
benar-benar sesuai dengan persyaratan agama Islam; yang dianut oleh
mayoritas warga Rumah Susun kalangan berpenghasilan rendah).
* Keberadaan ruang bersama, untuk menunjang kehidupan warga (seperti; Cuci
KM/WC) masih tetap diperlukan warga, sedangkan fasilitas jemuran
diinginkan, agar masing-masing unit memilikinya untuk memudahkan
pengawasan. Sebaiknya letak kelompok ruang bersama ini berdekatan dengan
ruang tangga, sehingga ketenangan hunian tetap terjamin, mengingat area cuci
juga berfungsi sebagai tempat mengobrol warga (bising).
* Keberadaan dapur bersama, masih tetap diperlukan warga, namun kondisinya
dibuat lebih private (mungkin dibuat lebih tertutup), sehingga masing-masing
keluarga tidak saling mengontrol satu sama lain. Sebaiknya letak dapur
44
bersama, juga berdekatan dengan kelompok KM/WC/Cuci untuk menjaga
kemungkinan penanganan yang langsung bila terjadi kebakaran, selain untuk
menjaga ketenangan hunian, karena area dapur juga berfungsi sebagai tempat
mengobrol warga (bising)
Kesimpulan dari pasar
* Diperlukan adanya penzoningan yang baik
* Pengaturan pasar sesuai dengan jenis produk yang dijual
* Pengelolaan limbah yang baik
* Sirkulasi jalan yang jelas
* Sistem manajemen pasar yang baik
* Disediakan tempat khusus untuk penjual makanan tenda
* Adanya batasan yang jelas pada setiap masing-masing unit
II.4. Tinjauan Terhadap Topik Tema
II.4.1 Pengertian hemat energi
Penghematan energi atau konservasi energi adalah tindakan mengurangi
jumlah penggunaan energi. Penghematan energi dapat dicapai dengan penggunaan
energi secara efisien dimana manfaat yang sama diperoleh dengan menggunakan
energi lebih sedikit, ataupun dengan mengurangi konsumsi dan kegiatan yang
menggunakan energi. Penghematan energi dapat menyebabkan berkurangnya biaya,
serta meningkatnya nilai lingkungan, keamanan negara, keamanan pribadi, serta
kenyamanan. Organisasi-organisasi serta perseorangan dapat menghemat biaya
45
dengan melakukan penghematan energi, sedangkan pengguna komersial dan
industri dapat meningkatkan efisiensi dan keuntungan dengan melakukan
penghemaan energi. (Sumber : Jurnal.bl.ac.id/wp-content/hemat energi)
Desain bangunan hemat energi, membatasi lahan terbangun, layout
sederhana, ruang mengalir, kualitas bangunan bermutu, efisiensi bahan, dan
material ramah lingkungan. Atap-atap bangunan dikembangkan menjadi taman atap
(roof garden, green roof) yang memiliki nilai ekologis tinggi (suhu udara turun,
pencemaran berkurang, ruang hijau bertambah).
(sumber: Seri Rumah Ide Hemat Energi 2009)
II.4.2 Aspek-aspek hemat energi
Adapun prinsip-prinsip arsitektur yang memiliki keterkaitan dengan topik
tema berdasarkan Ken Yeang dalam bukunya ”Skycrapper Building” adalah
sebagai berikut :
Parameter disain arsitektur
Prinsip-prinsip perancangan arsitektur Bioklimatik Hemat
energi Surya Hijau Lain-lain
Bioclimatic architecture
Energy-efficiency
architecture
Solar architecture
Green architecture
Architecture
Konfigurasi bangunan
Dipengaruhi iklim
Dipengaruhi iklim
Dipengaruhi matahari
Dipengaruhi lingkungan
Pengaruh lingkungan
Orientasi bangunan
Krusial Krusial Sangat krusial
Krusial Relatif t idak penting
Fasad bangunan
Responsif iklim
Responsif iklim
Responsif matahari
Responsif lingkungan
Pengaruh lainnya
Sumber energi
Natural non-renewable
Pembangkit non-renewable
Pembangkit renewable
Natural & pembangkit renewable & non-renewable
Pembangkit non-renewable
Energy lost Krusial Krusial Krusial Krusial
46
Sistem operasional
Passive + mixed
Active + mixed
Productive Passive + active + mixed + productive
Passive + active
Tingkat kenyamanan
Variabel Konsisten Konsisten Variabel + konsisiten
Konsisten
Konsumsi energi
Rendah Rendah Rendah Rendah T inggi / medium
Sumber material
Tidak penting T idak penting T idak penting Minimum dampak lingkungan
T idak penting
Material output
Tidak penting T idak penting T idak penting Pause-recycle-reconfigure
T idak penting
Ekologi tapak
Penting Penting Penting Krusial T idak penting
Ada beberapa aspek penting yang perlu diperhatikan dalam konsep arsitektur hijau,
antara lain :
1. Skala ruangan
2. Jumlah ruangan yang berlebihan
3. Semakin banyak pepohonan dan aliran udara jendela yang benar
4. Memakai konsep penyinaran hijau
Menurut Fred Smith dalam bukunya ” Ecological Design Handbook”
Tujuan Hemat Energi :
1. Nilai ekonomi bangunan
2. Menurunkan jumlah konsumsi terhadap sumber daya alam
3. Meningkatkan produktivitas penghuni
4. meningkatkan kesehatan penghuni
Tabel 9. Prinsip-prinsip arsitektur hemat energi
47
II.4.3 Teori Aplikasi hemat energi
Pada dasarnya prinsip arsitektur hemat energi adalah arsitektur yang
berlandaskan pada pemikiran “meminimalkan penggunaan energi tanpa membatasi
atau merubah fungsi bangunan, kenyamanan maupun produktivitas penghuninya
“ dengan memanfaatkan sains dan teknologi mutakhir secara aktif.
Fakta akibat pemanasan global mendorong lahirnya berbagai inovasi produk
industri terus berkembang dalam arsitektur dan bahan bangunan. Konsep
pembangunan arsitektur hemat energi menekankan peningkatan efisiensi dalam
penggunaan air, energi, dan material bangunan, mulai dari disain, pembangunan,
hingga pemeliharaan bangunan itu kedepan. Desain arsitektur bangunan yang
respek terhadap kondisi iklim setempat, sinar matahari dan gerakan udara untuk
kenyamanan penghuni dalam beraktifitas merupakan satu langkah maju. Bangunan
tropis hemat energi juga bentuk atas konteks sosial yang terjadi, yaitu krisis listrik,
gerakan hemat energi, dan pemanasan global. Dr. Ir. Eddy Priyanto, CES, penerima
Award PII 2007 untuk Konsep Rumah Hemat Energi, mencatat rata-rata bangunan
(rumah dan gedung) menghabiskan 35-40% energy untuk AC. Belum lagi
penggunaan lampu pada siang hari (karena desain bangunannya kurang
memaksimalkan pemanfaatan cahaya alami). Beliau juga dengan tegas menyatakan
bahwa bangunan yang tidak hemat energy adalah 80% kesalahan desain
arsitekturnya. Sebuah fakta dan justifikasi yang menyakitkan namun merupakan
tantangan bagi para arsitek pada masa kini.
Tantangan Utama bagi Indonesia, dengan iklim tropis, perlu diterapkan
pendekatan enam strategi rumah hijau, yaitu mencakup pelapis bangunan,
48
penerangan, pemanasan, pendinginan, konsumsi energi, dan pengelolaan limbah.
bangunan dengan sistem pencahayaan hijau dapat mengurangi konsumsi energi.
Karena semakin banyak pepohonan tumbuh di sekitar bangunan, semakin
berkurang intensitas panas. Selain kenyamanan dari sisi thermal, tersedia juga
kenyamanan dari sisi visual Dalam mengatasi masalah terkait dengan bangunan
konsep hemat energi terdapat dua cara, yaitu dengan menggunakan rancangan pasif
atau rancangan aktif. Namun dalam hal ini lebih ditekankan untuk menerapkan
rancangan pasif terlebih dahulu.
Perancangan pasif merupakan cara penghematan energi melalui
pemanfaatan energi matahari secara pasif, yaitu tanpa mengonversikan energi
matahari menjadi energi listrik. Rancangan pasif lebih mengandalkan kemampuan
arsitek bagaimana rancangan bangunan dengan sendirinya mampu
“mengantisipasi” permasalahan iklim luar. Perancangan pasif di wilayah tropis
basah seperti Indonesia umumnya dilakukan untuk mengupayakan bagaimana
pemanasan bangunan karena radiasi matahari dapat dicegah, tanpa harus
mengorbankan kebutuhan penerangan alami. Sinar matahari yang terdiri atas
cahaya dan panas hanya akan dimanfaatkan komponen cahayanya dan menepis
panasnya.
49
Perancangan aktif, yaitu energi matahari dikonversi menjadi energi listrik
sel solar, kemudian energi listrik inilah yang digunakan memenuhi kebutuhan
bangunan. Dalam perancangan secara aktif, secara simultan arsitek juga harus
menerapkan strategi perancangan secara pasif. Tanpa penerapan strategi
perancangan pasif, penggunaan energi dalam bangunan akan tetap tinggi apabila
tingkat kenyamanan termal dan visual harus dicapai. (Tri Harso Karyono, Harian
Kompas, 21 Febuari 2008)
Gambar 24. Photovoltaic
Gambar 23. Sistem Cross Ventilation
50
Desain rancang bangunan untuk memecahkan fakta terhadap pemborosan
energi yaitu dengan:
• Memperhatikan banyak bukaan untuk memaksimalkan sirkulasi udara
dan cahaya alami.
• Sedikit mungkin menggunakan penerangan lampu dan pengondisi udara
pada siang hari.
• Desain bangunan hemat energi membatasi lahan terbangun, layout
sederhana, ruang mengalir, kualitas bangunan bermutu, efisiensi bahan,
dan material ramah lingkungan.
• Penggunaan material bahan bangunan yang tepat juga turut berperan
besar dalam menghasilkan bangunan berkualitas yang ramah lingkungan.
Beberapa jenis bahan bangunan ada yang memiliki tingkat kualitas yang
memengaruhi harga.
• Penetapan anggaran biaya sebaiknya sesuai dengan anggaran biaya yang
tersedia dan dilakukan sejak awal perencanaan sebelum konstruksi
untuk mengatur pengeluaran sehingga bangunan tetap berkualitas.