drama polri, skandal politik jokowi

145
 1  . SOETANTO SOEPIA HY, SH., MH.  AMAPOL I SUTARMAN, KAPOLRI KORBAN SK AN ALPOLITIK JOKOWI “SAVE KPK, SEHATKAN POLRI”

Upload: abi-zaidan

Post on 08-Oct-2015

66 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

tes upload buku

TRANSCRIPT

  • 1DR. SOETANTO SOEPIADHY, SH., MH.

    DRAMA POLRI

    SUTARMAN,KAPOLRI KORBANSKANDAL POLITIK

    JOKOWI

    SAVE KPK, SEHATKAN POLRI

  • 2

  • 3PENGANTAR PENULIS

    EKSPEKTASI dan harapan masyarakat terhadappemerintahan Jokowi-JK sangatlah tinggi dan melambung.Sehingga dukungan kepada pasangan ini menggelora di mana-mana. Terutama dukungan penuh kalangan aktivis, LSM, musisi,buruh dan pekerja, mahasiswa, anak-anak muda kreatif,seniman, budayawan, para pegiat antikorupsi, juga merekajutaan orang-orang pinggiran yang sederhana, yang semuanyamendambakan negerinya ini bisa cepat berubah menjadi negeriyang bersih dari korupsi, negeri yang sejahtera, makmur danberkeadilan.

    Kepada Jokowi mereka menumpahkan semua harapanmelambungnya itu. Mereka bangkit dengan inisiatif sendiriuntuk memenangkan Jokowi menjadi RI 1. Karena Jokowidinilai bersih, jujur, merakyat dan lebih dari itu ia membawasebuah model kepemimpinan baru dengan gaya blusukannya.Pesta kemenangan Jokowi pun disambut meriah dan pestarakyat, sekaligus syukuran atas berhasilnya sang jagoanmemenangi Pilpres dan menjadi Presiden, diadakan di seluruhpelosok negeri. Masa bulan madu dengan pendukungnya inipun berlanjut terus sampai menjelang seratus harikepemimpinannya. Ini menunjukkan lan semangat rakyat,

  • 4harapan dan kegairahan hidup baru mereka bagi negeritercinta ini ke depan begitu membuncah. Benar-benar Jokowimampu membius massa pendukungnya untuk memilih diamenjadi Presiden.

    Tetapi ...!Keadaan menjadi terbalik, bahkan terjun di titik nadir

    ketika Jokowi menjelang seratus hari pemerintahannyamelakukan blunder politik yang oleh kalangan pengamatdisebut sebagai skandal politik. Itu terjadi ketika Jokowi terussaja mengajukan nama Komjen Budi Gunawan (BG) ke DPRuntuk disetujui menjadi Kapolri. Padahal BG bermasalah karenasudah ditetapkan menjadi tersangka korupsi oleh KPK.

    Lantas menjadi tontonan tidak produktif ketika DewanPerwakilan Rakyat (DPR) dengan gaya koboi tengik dantengilnya justru meloloskan fit and proper test-nya BG yangsudah menyandang tersangka itu, bahkan secara cepat pundisetujui menjadi Kapolri. Ada agenda apa DPR kita ini?

    Karena dilanda kebimbangan akibat begitu kuatnyatekanan, pada Jumat, 16 Januari 2015, Jokowi lalumengeluarkan 2 (dua) Keputusan Presiden (Keppres): Keppresyang Pertama tentang Pemberhentian dengan Hormat Jenderal(Pol) Drs. Sutarman sebagai Kapolri. Keppres yang Keduatentang Penugasan Wakapolri Komjen Polisi Badrodin Haiti

  • 5Melaksanakan Tugas, Wewenang, dan Tanggung Jawab Kapolri.Dengan demikian, artinya Sutarman diganti sebelum masajabatannya selesai di Oktober 2015. Menurut pengamat hukum,di sini Jokowi jelas sudah melanggar Undang-Undang Nomor 2Tahun 2002 tentang Kepolisian dengan memberhentikanSutarman tanpa ada alasan kuat. Jokowi dianggap telahmelakukan skandal politik. Padahal, menurut Oegroseno,mantan Wakapolri, Sutarman itu didukung seratus persen olehseluruh anggota Polri. Sayang sekali anggota DPR pun tak adayang menyatakan simpatinya kepada Sutarman yang jelas-jelasterdzalimi ini.

    Akibat skandal politik Jokowi itu, jelas Sutarman jadikorbannya, bahkan lebih jauh dari itu kini di institusi Polriterjadi persaingan tidak sehat dan gesekan antar kolega.Sepeninggal Sutarman, juga muncul lagi perseteruan dan balasdendam antara KPK vs Polri yang amat tajam. Ini akibat Polritidak memiliki pimpinan sebagai Kapolri definitif. Perang antaraKPK vs Polri ini mengundang tanda tanya besar dankontroversial di masyarakat yang akhirnya berkesimpulan, inisemua karena kepemimpinan Jokowi lemah, tidak tegas dantidak berani, tidak independen bahkan berada di dalamtekanan dari induk partainya serta Koalisi Indonesia Hebat(KIH). Semua itu menampilkan lemahnya Jokowi dalam

  • 6semangat pemberantasan korupsi. Jokowi posisinya menjadiberada dalam keterjepitan di antara elit politik PDIP dan KIHkarena, ternyata ia tidak bisa tegas dan bahkan terkesan kuatberada di bawah bayang-bayang Megawati Sukarnoputeri.

    Blunder-blunder semacam itulah yang membuatpendukung utamanya: kalangan aktivis dan para pegiatantikorupsi, mulai kecewa dan berbalik memusuhinya karenaJokowi tidak tegas dan lemah dalam semangat pemberantasankorupsi dan diragukan keberpihakannya yang nyata terhadapKPK sebagai satu-satunya institusi yang memerangi korupsi, danyang harus dilindungi dari kriminalisasi serta penghancuran olehsiapapun dan kekuatan dari manapun. Jokowi kurangmenunjukkan semangatnya untuk melindungi KPK ketikadikriminalisasi dan dizalimi.

    Buku ini: "Sutarman, Kapolri Korban Skandal PolitikJokowi adalah tentang seorang Kapolri yang menjadi korbanskandal politiknya Jokowi, sang Presiden. Sama sekali bukanberniat membela dan mendukung sosok Sutarman denganmemuji-mujinya, tetapi sepenuhnya adalah karena terjadinyaperistiwa pencopotan secara tiba-tiba seorang Kapolri danmenggantinya dengan cuma seorang pelaksana tugas.

  • 7Peristiwa ini, barulah terjadi kali ini dalam sejarah bangsaIndonesia. Sangat memprihatinkan. Semoga ke depan halsemacam ini tidak akan terulang lagi, karena merupakan sebuahcacat hukum dan sekaligus sebuah skandal politik.

    Semoga ini menjadi pelajaran berharga bagi kita semua!

    Surabaya, 1 Februari 2015

    DR. Soetanto Soepiadhy, SH., MH.

  • 8

  • 9DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR ................................................................................... 2DAFTAR ISI .................................................................................................. 9BAB I ADA APA DENGAN SUTARMAN?........................................... 11BAB II JOKOWI MENANG, SUTARMAN TERGUSUR ..................... 25BAB III BENARKAH SUTARMAN ORANGNYA SBY? .................... 39BAB IV ADA CACAT HUKUM, ADA SKANDAL POLITIK ................. 51BAB V PERANG BINTANG DI POLRI ................................................. 63BAB VI KPK DALAM ANCAMAN SERIUS............................................. 89BAB VII SAVE KPK, SEHATKAN POLRI.............................................. 103BAB VIII ANTIKLIMAKS............................................................................. 121SUMBER BERITA ........................................................................................ 137TENTANG PENULIS ................................................................................... 145

  • 10

  • 11

    BAB I

    ADA APA DENGAN SUTARMAN?

    SAMPAI menjelang akhir Januari 2015, kemelut soalKepala Kepolisian Negara Republik Indonesia (Kapolri) masihbelum menemui titik terang setelah Komisi PemberantasanKorupsi (KPK) menetapkan Komisaris Jenderal (Pol) BudiGunawan (BG) sebagai tersangka. Kepala Lembaga PendidikanPolri, BG, diusulkan oleh Presiden Joko Widodo menggantikanKapolri Jenderal (Pol) Sutarman. Sehari menjelang dilakukan ujikelayakan dan kepatutan fit and proper test oleh DewanPerwakilan Rakyat (DPR), KPK menetapkan BG sebagaitersangka dalam kasus korupsi. Penetapan BG sebagai tersangkainilah yang kemudian memicu reaksi berbagai kalangan.

    Apa yang terjadi kemudian? Tragis dan ironis. Tragis,karena baru pertama kalinya dalam sejarah terjadi, DPR yangterhormat secara aklamasi menyetujui seseorang dengan statustersangka sebagai calon Kapolri. Mengapa ini bisa terjadi? Taklain karena ketidaktegasan Presiden Jokowi yang diharapkanmenganulir pencalonan BG, sebab dia berstatus tersangka.Namun, sayangnya langkah itu tak diambil Presiden. Menjadi

  • 12

    ironis, karena kemudian Presiden membiarkan proses politikDPR berjalan. Dan itu, diyakini sebagai sesuai prosedur di DPR.

    Memperhatikan berbagai tekanan kuat yang ditujukankepadanya, jalan tengah lalu diambil Presiden Jokowi dengancara menunda pelantikan BG dan menunjuk Wakil Kepala PolriKomisaris Jenderal Badrodin Haiti yang menjalankan tugas dankewenangan Kapolri, sebagai pelaksana tugas (Plt). Namun,tekanan kepada Presiden untuk melantik BG sebagai Kapolri,atau membatalkan pencalonan BG sebagai Kapolri, terusmuncul ke permukaan.

    Di sini, kita memandang dalam situasi penuhketidakpastian, kenegarawanan Jokowi diuji. Ia harusmencegah terjadinya konflik institusi yang bisa melemahkansemangat pemberantasan korupsi dan karenanya bisamenguntungkan koruptor. Jalur hukum harus dihormati, takperlu dicampur aduk dengan langkah politik. Namun demikian,kita apresiasi langkah BG menguji penetapan tersangka melaluijalur praperadilan. Biarlah sidang peradilan yangmemutuskannya. Penegakan hukum harus betul-betuldilepaskan dari manuver dan kepentingan politik yang justrudimaksudkan mendelegitimasi lembaga negara.

    Masyarakat harus mampu memahami, bahwa apa yangdituduhkan KPK terhadap BG bukanlah tuduhan terhadap

  • 13

    institusi dan lembaga Polri sebagai penegak hukum. Di sinilahpentingnya kedewasaan bertindak dan bersikap para elitpenyelenggara negara kita, mulai dari Presiden Jokowi, WakilKepala Polri Badrodin Haiti, dan para menteri terkait, yangseharusnya mendorong anggota Polri yang dipanggil sebagaisaksi untuk memenuhi panggilan KPK, agar masalah ini bisasegera selesai.

    Sangat disayangkan, tiba-tiba muncul tuduhan PDI-P,bahwa ada pimpinan KPK melanggar etika. Semestinya tuduhanyang provokatif itu tidak diekspos besar-besaran yangberpotensi mengganggu pekerjaaan KPK. Seharusnya pula, KPKdidukung untuk menuntaskan tuduhannya ke BG sesegeramungkin, sehingga persoalannya menjadi terang benderang.Karena itu kita berharap, biarlah masalah etika itu diselesaikanmelalui mekanisme internal KPK, dan sama sekali tidak bolehmengganggu penyidikan terhadap BG.

    Selain ketentuan hukum, semua pihak hendaknyaberpegang pada semangat bangsa pasca reformasi yangtecermin dalam Ketetapan MPR Nomor VI/MPR/2001 tentangEtika Kehidupan Berbangsa, khususnya mengenai etika politikdan pemerintahan. Dalam bagian itu disebutkan, bahwa setiappejabat dan elite politik dituntut jujur, sportif, berjiwa besar,memiliki keteladanan, dan siap mundur dari jabatan publik

  • 14

    apabila terbukti melakukan kesalahan dan secara moralkebijakannya bertentangan dengan hukum dan rasa keadilanmasyarakat. Maka ketentuan itulah yang semestinya dipegangoleh siapa saja para penyelenggara negara. Jadi biarlah KPKbekerja sesuai dengan hukum yang berlaku.

    Berbeda 180 derajat dengan BG yang melakukanperlawanan terhadap KPK dengan melakukan praperadilan sebuah langkah hukum yang juga harus kita hormati, Jenderal(Pol) Sutarman yang tak lagi menjabat Kapolri karenadiberhentikan Presiden yang gagal melantik BG sebagai calonKapolri baru, ia menerima dengan penuh lapang dada. Ikhlasdan seratus persen loyal kepada Presiden. Meskipunsesungguhnya sangat dimungkinkan Sutarman bisa menggugatPresiden Jokowi, karena memecatnya tanpa alasan masukakal seperti yang dikatakan banyak pengamat hukum. Bahkanketika ia ditawari Presiden untuk menjadi Duta Besar atauKomisaris di perusahaan BUMN, namun dengan halus Sutarmanmenolaknya dan mengucapkan terima kasih atas tawaran itu.

    Pasca pengumuman pemberhentian dengan hormatsebagai Kapolri oleh Presiden Jokowi itu, Jumat, 16 Januari2015 malam, Sutarman, Alumni Akademi Kepolisian 1981, Rabupagi, 21 Januari 2015, dengan langkah ringan menghadiri acarapelepasan di Mabes Polri dan Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian

  • 15

    (PTIK). Bertempat di Ruang Rapat Utama (Rupatama) MabesPolri, Sutarman menandatangani penyerahan tugas, jabatandan tanggungjawab kepada Plt Kapolri Komjen Pol BadrodinHaiti. Ini sungguh sebuah peristiwa amat bersejarah di tubuhkepolisian kita yang baru pertama kalinya terjadi adapengangkatan Kapolri dengan jabatan Plt.

    Meski diberhentikan sebagai Kapolri tanpa alasan yangjelas, pria yang diangkat sebagai Tri Brata 1sebutan lainKapolri, sejak 25 Oktober 2014 oleh Susilo BambangYudhoyono (SBY), tidak menampakkan kemarahan dankekecewaan di wajahnya sedikit pun. Sebaliknya, senyumankhas tetap terpancar dari wajah mantan Kabareskrim MabesPolri ini. Dia tampak ikhlas melepas jabatan itu kepadawakilnya, Komjen Badrodin Haiti.

    Begitu prosesi upacara dan tanda tangan antaraSutarman dan Badrodin usai, mendadak suara di ruangRupatama itu menjadi haru, tatkala Sutarman menyampaikanpidatonya. "Saya mohon doa restu untuk menikmati sisa-sisahidup ini di lingkungan masyarakat. Saya janji ke diri sayauntuk tidak lagi terjun di kegiatan-kegiatan pemerintahan,politik-politik lain. Saya ingin habiskan sisa hidup saya untukkepentingan-kepentingan sosial," kata pria kelahiran Sukoharjo,5 Oktober 1957 itu dengan nada mantab.

  • 16

    "Peristiwa ini adalah sebuah peristiwa sejarah bangsaIndonesia akan mencatatnya," ungkap Sutarman dengan sorotmata tajam. Dalam forum tersebut Sutarman mengucapkanselamat kepada Badrodin untuk mengemban amanah yangberat dalam melaksanakan tugas-tugas Kapolri. Menurutnya,pergantian ini telah menimbulkan berbagai persoalan dimasyarakat. Namun, dia berharap di internal Polri tidakdemikian. Dia meminta kepada semua adik-adiknya agartetap kompak dan menjaga marwah korps baju colekat.

    Sejak awal, Sutarman mengaku dengan tulus dan ikhlasmelepas jabatan Kapolri itu. "Begitu saya duduk jadi Kapolri,saya sudah harus siapkan adik-adik saya untuk menggantikansaya," katanya. Dan saya berpesan, jangan sampai kesatuanPolri ini diombang-ambing oleh kekuatan-kekuatan politik,"tegasnya lagi.

    Sutarman menjamin bahwa dirinya loyal seratus persenuntuk apapun yang diputuskan oleh Presiden Jokowi. Semuapeserta upacara pun seolah terpaku menantikan setiap katayang meluncur dari mulut jendral yang sudah mengabdikan diriselama kurang lebih 34 tahun di lembaga Polri.

    "Bahkan sempat Presiden menawari saya beberapajabatan. Saya katakan saya akan pensiun, menikmati hidup.Saya bilang ke Presiden, akan bantu bapak saya bertani,"

  • 17

    katanya. Sutarman kemudian mengucapkan terima kasihkepada personel Polri dan seluruh Bhayangkari di mana punberada. Selama menjalankan tugas, sambung dia, bisamenampilkan sosok kepolisian seperti yang ada saat ini.

    Dalam peristiwa bersejarah itu, jendral berbadan tegapdan proporsional tersebut tak lupa menyampaikan terimakasih atas kerjasama, dukungan, dan dedikasi yang telahdiberikan seluruh anggota Polri demi kemajuan institusi. "Inisemua demi pelayanan masyarakat untuk kamtibmas danpenegakan hukum," paparnya. Dia pun sempat meminta maafkepada seluruh anggota Polri dan masyarakat karena masihbanyak terjadi ketidakadilan di dalam dan di luar institusi Polri.Sutarman mengakui selama ini belum bisa berlaku adil terhadapseluruh persoalan dan penyimpangan yang terjadi.

    "Selama saya menjadi pemimpin Polri saya belum bisamemberikan keadilan itu seluruhnya. Saya tahu banyakpenyimpangan tapi saya belum bisa meluruskan. Karena itusaya minta maaf," kata Sutarman. Tapi ia ingin anggota Polri dimana pun untuk tetap membantu masyarakat yangmemerlukan bantuan. "Kita berikan sentuhan lembut tangankita," ungkap mantan Kapolda Metro Jaya ini.

    Sutarman tidak menjelaskan lebih gamblang masalahketidakadilan seperti apa yang dia maksud masih banyak terjadi

  • 18

    itu. Namun, Sutarman menyinggung Keputusan Presiden(Keppres) pemberhentian dirinya dengan hormat, sekaliguspenunjukan Plt Kapolri kepada Wakil Kepala Polri KomisarisJenderal Badrodin Haiti.

    "Internal Polri sebelum ada Keputusan Presiden kemarinsejuk dan solid, tidak ada masalah. Setelah ada keputusan, adadampak yang begitu luas di masyarakat dan di institusi Polri,"ujar Sutarman. Namun demikian, Sutarman menegaskan,bahwa dirinya menerima Keppres tersebut dengan ikhlas.

    Sutarman resmi diberhentikan dengan hormat olehPresiden Joko Widodo, Jumat, 16 Januari 2015. Sebagaipenggantinya, Wakil Kepala Polri Komisaris Jenderal (Pol)Badrodin Haiti diberikan mandat sementara untuk menjalankanfungsi dan wewenang Kapolri.

    Calon pengganti Sutarman sendiri, BG belum dapatdipastikan kapan bakal dilantik. Pasalnya, BG ini tersandungkasus korupsi dan ditetapkan menjadi tersangka oleh KPK.Kemudian Jokowi memutuskan menunda pelantikan BG,hingga mendapat kejelasan dari persoalan hukum yangmembelitnya.

    Usai di Mabes Polri, Sutarman lalu menghadiri acaraBhayangkari. Setelah itu, ia dan istri bertolak ke PTIK diKebayoran Baru, Jaksel. Sekitar pukul 10.35, rombongan

  • 19

    Sutarman dan istri tiba di PTIK. Di sini, sudah menungguratusan anggota Polri. Bahkan, taruna PTIK ikut terjunmenyambut kedatangan Sutarman. Para taruna ini berdiri dihalaman, sambil bernyanyi menyambut jenderal polisi bintangempat itu. Yang lebih membuat istimewanya lagi, ternyataSutarman sudah ditunggui oleh Panglima TNI JenderalMoeldoko, KSAL, KSAU dan Wakasad.

    Saat Moeldoko memasuki auditorium, tepuk tanganmeriah dipersembahkan oleh para anggota Polri. Selang limamenit kemudian, Sutarman dan istri masuk ruangan upacara.Tepuk tangan sambil berdiri dihadiahkan untuk mantan ajudanPresiden RI keempat Abdurrahman Wahid ini. Dia pun lantasduduk bersama Moeldoko, Badrodin, KSAL, KSAU danWakasad. Satu demi satu mata acara yang dipandu FerdyHasan dan seorang Polwan, berlangsung meriah danmengharukan. Pemberian cenderamata silih berganti dilakukan.Mulai dari Panglima, keluarga besar Polri hingga perwakilanseluruh Kapolda yang diwakilkan kepada Kapolda Papua.

    Suasana damai amat terasa. Sempat puladipertontonkan selayang pandang perjalanan karir mantanKapolda Kepulauan Riau itu. Badrodin Haiti yangmenggantikan Sutarman, dengan suara bergetar dan nadaseolah menahan tangis menyatakan, selama memimpin Polri,

  • 20

    cukup banyak keberhasilan yang dibuat Sutarman, baik dalamtugas pembinaan mau pun operasional. Yang tak kalah pentingtambahnya, adalah kesuksesan Sutarman mengamankanjalannya Pemilihan Umum Legislatif dan Pemilihan UmumPresiden 2014.

    Saat itu, kata Badrodin, hampir semua elemen bangsaterbelah menjadi pendukung calon pasangan capres-cawapres.Menurut dia, tidak hanya media, juga politikus, ulama, tokohmasyarakat, sampai purnawirawan TNI dan Polri terbelahmenjadi dua dan harus berhadap-hadapan. Prediksi kala itu,ujar Badrodin, akan terjadi chaos dan kerusuhan di mana-mana."Tapi, ternyata, kepolisian di bawah pimpinan JenderalSutarman mampu menjalankan tugasnya dengan sukses. Ini jadisatu kenangan bagi kami semua dengan hati bangga. Kami akanmelanjutkan tugas ini ke depan," ujar jenderal bintang tiga ini.

    Mewakili jajaran Polri, Badrodin Haiti mengucapkanterima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya ataskepemimpinan Sutarman di Polri. "Ini patut kita teladani danlanjutkan," katanya. Badrodin mengakui, tantangan Polri kedepan semakin berat dalam menghadapi turbulensi yang terjadidi Korps Bhayangkara seperti saat ini. Karenanya, Badrodinmeminta doa restu untuk bisa bersama-sama melewati masa-masa kritis ini dengan baik. Tak cuma itu, Badrodin pun masih

  • 21

    meminta bimbingan Jenderal Sutarman, dalam menghadapimasa-masa berat ini.

    "Kami juga mohon, masih terus memohon bimbingankepada Pak Jenderal Sutarman. Apa yang kita hadapi ke depanini cukup berat," kata Badrodin. Dia meminta, internal Polriharus solid menghadapi tugas berat ini. "Kita perlu solid," tegasPlt Kapolri yang alumnus Akademi Kepolisian 1982 itu.

    Mewakili keluarga besar Polri, terakhir Badrodinmengucapkan terima kasih atas bimbingan Ibu Elly Sutarmansebagai ibu asuh Polisi Wanita yang telah membimbingBhayangkari. "Terima kasih atas dharma bhaktinya," kataBadrodin.

    Saat meninggalkan ruangan, Sutarman terlihat tenang.Senyum terus terpancar. Dengan langkah pelan, ia berjalanmenuju mobil Toyota Kijang Innova warna hitam nomor B8080 AB yang sudah menunggunya. Namun, sebelumnya diasempat berhenti sejenak menerima persembahan sebuah lagudari grup band PTIK. Dalam lagu itu terdengar bait "SelamatJalan Jenderal Sutarman, Terima Kasih atas Pengabdianmu."

    Sutarman pun terus melangkah dengan mata yang kiniterlihat berkaca-kaca seolah menahan tangis haru. "Polri harussatu, harus bersama. Tidak boleh terpecah oleh kekuatansiapapun. Selamat berjuang," kata Sutarman.

  • 22

    Yang menarik dan perlu kita cermati, dalam berbagaiucapan mantan Kapolri itu, terselip ungkapan-ungkapan yangmewakili kegalauan dan kegundahan yang ada di dalamhatinya. Seperti kalimat: Sejarah akan mencatat peristiwapergantian Kapolri ini; Pergantian ini telah menimbulkanberbagai persoalan di masyarakat; Memicu perseteruan KPKvs Polri; Sebelum ada Keputusan Presiden kemarin sejuk dansolid, tidak ada masalah. Setelah ada keputusan, ada dampakyang begitu luas di masyarakat dan di institusi Polri.

    Tentu saja ungkapan-ungkapan yang disampaikanSutarman itu menjadi menarik dan mengambil perhatian kita,sehingga kita patut bertanya: Ada apa dengan Sutarman?

    Tetapi yang pasti, pria asal Solo yang pada Oktober2015 berusia 58 ini, akan mengisi hari-hari pensiunnya kedepan dengan bertani. Dia ingin membantu orangtuanya yangmemang seorang petani.

    "Hidup saya akan saya habiskan untuk membantumasyarakat yang masih membutuhkan bantuan," jelas Sutarmansuatu saat di Mabes Polri, Jl Trunojoyo, Jakarta. "Masih banyakrakyat yang perlu bantuan dan sentuhan lembut tangan kita.Itulah yang akan saya lakukan," tambahnya.

    "Saya sudah terima kasih, saya sudah bekeja dipemerintah hampir 34 tahun sejak 1981 lalu. Sehingga sisa

  • 23

    hidup saya akan saya serahkan ke masyarakat yang masih butuh.Dan, sekali lagi, saya akan bantu bapak saya bertani. Denganbertani sama saja membantu Presiden untuk menyiapkanketersediaan pangan kita. Karena pangan sangat rawan untukmasa mendatang," jelasnya.

    Apakah Anda sedih saat tiba-tiba diberhentikan Presidendari posisi Kapolri, padahal masa tugas Anda masih 9 bulan?"Saya malah senang, bahagia!" aku Sutarman, mantan ajudanPresiden RI keempat Abdurrahman Wahid atau Gus Dur itu.

    Mantan Kepala Polri Jenderal (Pol) Sutarman ini sempatberpesan supaya institusi Polri tidak mudah terpecah belah.Sutarman berharap Polri menjadi institusi yang kuat danberkontribusi pada penegakan hukum di negeri.

    "Polri harus satu, harus bersama, enggak boleh terpecahbelah. Siapa pun pemimpin negara ini, harus didukung danharus bisa memberikan kontribusi dari aspek Polri," ujarSutarman di Kompleks PTIK, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan,Rabu (21/1/2015).

    Selanjutnya Sutarman mengatakan, ke depan, institusiPolri dihadapkan pada banyak tantangan. Tantangan yangpertama ialah kondisi politik di Indonesia yang berpotensimemecah persatuan dan kesatuan, bahkan bagi institusi sebesarPolri. Tantangan selanjutnya, ujar Sutarman, ialah dimensi

  • 24

    kejahatan yang kian berkembang, mulai dari kejahatantransnasional hingga kejahatan konvensional. "Oleh sebab itu,kita perlu soliditas, integritas, dan profesionalitas organisasi,sehingga Polri betul-betul bisa menjadi institusi yang kuat untukmengawal penegakan hukum di negeri ini," pungkas Sutarman.(*)

  • 25

    BAB II

    JOKOWI MENANG, SUTARMAN TERGUSUR

    RUPANYA kemenangan Jokowi-JK menjadi Presidendan Wakil Presiden periode 2015-2019, memicu spekulasi ditubuh Polri. Spekulasi itu terkait kemungkinan adanyapergantian posisi Kapolri yang dipegang Sutarman sebelumwaktunya pensiun. Rasan-rasan untuk mengganti Sutarmanternyata memang sudah terdengar jauh sekitar Agustus 2014lalu. Yang jelas, rasan-rasan itu adalah: Kemungkian Sutarmanakan diganti Jenderal Budi Gunawan, yang menjabat KepalaLembaga Pendidikan Kepolisian yang dikenal dekat denganMegawati Soekarnoputri. Lalu, mengapa Sutarman harusdiganti? Banyak alasan disebutkan terutama oleh parapemerhati kepolisian. Yang pasti, alasan yang biasadisampaikan, karena masa jabatan Sutarman yang berakhirpada Oktober 2015 akan dipercepat.

    Terkait spekulasi ini, Komisi Kepolisian Nasional(Kompolnas) saat itu belum dapat memastikan pergeserannyasebelum masa jabatan Sutarman berakhir. Mereka menyerahkansoal itu kepada presiden terpilih, Jokowi. Bagi Kompolnas,

  • 26

    ungkap Edi Hasibuan, salah satu anggotanya, hal paling pentingbagi calon pengganti Kapolri adalah tokoh yang memenuhisyarat dan bisa memberikan perubahan. Sebab sampai saat inisecara obyektif, belum banyak yang berubah di Kepolisiankita, kata Hasibuan.

    Sepanjang tahun 2014 ini tercatat beberapa kasus yangmembelit oknum di internal Kepolisian. Misalnya, kasuspembukaan rekening milik bandar judi online di Jawa Barat."Jadi ini membuktikan ada konspirasi antara aparat denganpelaku kejahatan," ujar Juru Bicara Indonesia Police Watch(IPW), Sogi Sasmita, dalam acara diskusi dengan tema "PoliceOutlook 2015, Evaluasi dan Proyeksi Kinerja Polri" yang digelarIPW di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Minggu (21/12/14).

    Selain itu, sambung Sogi, keteladanan pimpinan Polrihilang, sehingga muncul bentrokan di Batam antara oknumkepolisian dan tentara. Lebih memprihatinkan lagi, adalahkriminalisasi terhadap anggota Kompolnas. "Dengan bukti itusemua, aspek integritas, keteladanan, dan kemitraan antarapolisi dan pengawas (kepolisian) tidak berjalan dengan baik,"kritik dia.

    IPW menilai, Kinerja Kepolisian Republik Indonesia(Polri) tahun 2014 lalu, sangat tidak memuaskan masyarakat.Reformasi di internal Kepolisian juga jalan di tempat. Padahal

  • 27

    Polri memiliki 420.275 personel disertai anggaran Rp 44,5triliun tahun 2014 itu. Makanya, IPW memberikan rapor merahkepada lembaga penegak hukum pimpinan Sutarman ini."Kinerja Polri masih merah, karena integritas, keteladanan,profesionalisme dan kemitraan sangat lemah. Tidak adakemajuan sama sekali selama tahun 2014," tegasnya. Denganmendapat rapor merah, Sogi menilai Kapolri Sutarman gagaldalam memimpin lembaga kepolisian. "Presiden harusmengganti Kapolri demi untuk menata kembali institusikepolisian lebih baik ke depannya," tegas dia. Karena denganmengganti pucuk pimpinan di tubuh kepolisian, secara otomatissatuan tingkat kerja yang ada di bawahnya juga akan digantidengan calon yang lebih segar dan baik.

    Dalam paparan Police Outlook 2015 ini telahdimatrikulasi evaluasi kinerja satuan kerja. Yang dapat rapormerah adalah Bareskrim, Intelkam, Irwasum, Korlantas, PoldaSumut, Polda Sulsel, Polda Jawa Tengah, Polda Jawa Barat,Polda Kalimantan Timur, Polda Kepri. Selain itu, PoldaSumatera Barat, Polda Jambi, Polda Bengkulu, Polda Lampung,Polda Kalimantan Barat, Polda Kalimantan Tengah, Polda NTT,Polda NTB, Polda Sulawesi Utara dan Polda Gorontalo. Yangmendapat rapor merah juga adalah Polda Sulawesi Tenggara,Polda Maluku, Polda Maluku Utara, Polda Aceh, Polda

  • 28

    Sumatera Selatan, dan Polda Papua. "Adapun variabel ukuranmemberikan rapor merah adalah faktor integritas, keteladanan,profesionalisme, dan kemitraan," tandas Sogi Sasmita.

    Seiring berjalannya waktu, rumor mempercepatpenggantian Sutarman itu terus bermunculan. Teka-teki siapacalon Kapolri baru mulai ramai diperbincangkan. Karenapengganti Jenderal Sutarman itu sangat penting bagi masadepan Polri dan stabilitas nasional, katanya. Seperti yangdiungkapkan Koordinator Persaudaraan kader HMI se-Indonesia Timur, Syahrul Ramadhan, Sabtu, 20/12.(www.rmol.co. Read/2014/12/20/184086).

    Menurut Syahrul, banyaknya isu mulai dari korupsi dankonflik anggota Polri dengan anggota TNI di Kepulauan Riauyang menyita perhatian publik terjadi karena faktorkepemimpinan. "Lemahnya kepemimpinan dua institusi inimenjadi pemicu bahwa keduanya sulit dikendalikan secarahirarkis pasukannya sampai ke bawah, belum lagi ancamandisintegrasi yang di lancarkan oleh kelompok ekstremis, sepertiOPM di Papua, dan lain-lain," kata Syahrul.

    Beberapa figur yang sudah diwacanakan bakal diusulkanuntuk menjadi Kapolri di antaranya Wakapolri KomjenBadrodin Haiti, Kabareskrim Komjen Suhardi Alius, dan KepalaLemdikpol Komjen Budi Gunawan. Namun demikian, Syahrul

  • 29

    meyakini, bahwa sosok yang tepat diberi kepercayaan tersebutadalah BG.

    "Saya menilai figur intelektual dan leader yangmumpuni adalah Komjen Budi Gunawan untuk jadi Kapolri.Beliau sangat pas memimpin institusi Polri. Presiden perlumempertimbangkan siapa yang bakal menjadi Kapolri. Inimenyangkut trust publik," jelasnya. Ia berharap, agar PresidenJokowi tidak salah dalam memilih Kapolri karena akanberimplikasi terhadap jaminan keamanan dan pelayananmasyarakat.

    "Saya sebagai Ketua Persaudaraan Kader HMI se-Sulawesi, mendukung Komjen Budi Gunawan, seorangsederhana dan mampu mengembalikan kejayaan Polri yangpelindung, pelayan, dan pengayom masyarakat."

    BG selama ini dikenal dekat dengan Ketua Umum DPPPDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri. Karena dia pernahmenjadi ajudan saat putri Bung Karno tersebut menjadiPresiden RI. Bahkan, BG disebut-sebut ikut menyokong Jokowisaat Pilpres 2014. Meski hal itu dibantah.

    Mendengar begitu kerasnya suara-suara untukmempercepat penggantian dirinya sebagai Kapolri, yangmestinya berakhir pada Oktober 2015, Jendral Sutarmanmenyatakan siap diberhentikan oleh Presiden Joko Widodo.

  • 30

    Pemberhentian Kapolri, menurut Sutarman, adalah hakprerogatif Presiden sepenuhnya. "Mau diganti sekarang ataubesok, kami (Kapolri) siap. Kami siap melaksanakan apa yangjadi perintah Presiden," kata Sutarman di LapanganBhayangkara, Jalan Trunojoyo, Jakarta Selatan, Rabu, 14Januari 2015. (tempo.co/read/news/2015/01/14/078634812)

    Begitulah kemudian yang terjadi, dengan gerak cepat,sebelum masa tugas Sutarman berakhir, Presiden Jokowi sudahmenunjuk BG sebagai calon tunggal pengganti Sutarman.Jokowi juga telah mengirim surat penunjukan BG ke DPR.Namun, secara tiba-tiba pula, sehari setelah surat Jokowi keDPR, KPK menetapkan BG sebagai tersangka kasus dugaan suapdan gratifikasi. KPK mengaku telah menyelidiki kasus BG sejakJuli 2014. Penyelidikan tersebut didasarkan pada informasitransaksi dari Indonesia Corruption Watch (ICW).

    Menghadapi kenyataan adanya anggota korpsKepolisian yang menjadi tersangka ini, Sutarman mengatakan,Kepolisian akan menghormati proses hukum yang dilakukanKPK. Kepolisian juga akan memberikan bantuan hukum kepadaBG. "Tentu Polri melakukan pembelaan melalui divisi hukumsesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku," ujarSutarman.

  • 31

    Kemudian perkembangan selanjutnya yang terjadiadalah, banyaknya hujatan ditujukan ke Presiden Jokowi. Iadiduga melangggar Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia (UU Kepolisian),terutama pada soal pengangkatan dan pemberhentian Kapolri.

    Dalam penjelasan yang diuraikan mantan MenteriKehakiman, Yusril Ihza Mahendra, ditegaskan bahwa,pengangkatan dan pemberhentian Kapolri dilakukan satu paket,bukan terpisah. Seperti diketahui, yang terjadi sekarang, Kapolrilama sudah diberhentikan tanpa ada pengangkatan Kapolribaru.

    "Saya ingat betul perdebatan perumusan pasal ini diDPR ketika saya mewakili Pemerintah membahas RUUKepolisian. Mestinya Presiden dan DPR tahu, bahwapengangkatan dan pemberhentian Kapolri dilakukan satu paketbukan dipisah," tulis Yusril dalam twitternya @Yusrilihza_Mhd.Baik pengangkatan maupun pemberhentian Kapolri, keduanyaharus dengan persetujuan DPR. Permintaan pengangkatan danpemberhentian itu pun wajib disertai alasan-alasannya.

    "Jadi kalau Sutarman (Kapolri lama) mau diberhentikan,Presiden ajukan permintaan persetujuan ke DPR, denganalasan-alasannya. Begitu juga calon pengganti Sutarman, harus

  • 32

    diajukan permintaan persetujuan DPR disertai alasan mengapadia dicalonkan," ujar Yusril.

    Ditegaskannya, Presiden tidak bisa memberhentikanKapolri tanpa meminta persetujuan DPR seperti yang dilakukanterhadap Jenderal Sutarman saat ini. Hal itu terkecuali bila adaalasan mendesak. Dengan alasan mendesak itulah Presidendapat memberhentikan Kapolri tanpa minta persetujuan DPR.Namun diingatkannya, alasan mendesak itu hanya dua, yaknijika Kapolri melanggar sumpah jabatan, atau membahayakankeamanan negara. Pertanyaannya, "Apakah Sutarmanmelakukan pelanggaran sumpah jabatan atau melakukan makarsebelum diberhentikan Presiden?".

    Masih diatur dalam UU Kepolisian, hanya dalamkeadaan mendesak seperti di atas Presiden dapatmemberhentikan Kapolri dan menunjuk Plt tanpa persetujuanDPR. Namun sesudah itu, presiden harus menjelaskan alasanpemberhentian Kapolri dengan alasan mendesak itu. Pada saatbersamaan, Presiden harus meminta persetujuan DPR tentangpengangkatan Plt tadi. Selanjutnya Presiden harus segeramengusulkan calon Kapolri defenitif untuk mendapatpersetujuan DPR. Calonnya bisa pelaksana tugas atau calon lain.

    "Demikianlah tertib bernegara dalam prosespengangkatan dan pemberhentian Kapolri ini telah diatur

  • 33

    dalam undang-undang agar berjalan baik. Saya sebagai MenteriKehakiman dan HAM serta Menhan Mathori Abd Jalil mewakilipemerintah saat itu mengajukan dan membahas RUU inidengan DPR sampai tuntas," kenang Yusril.

    "Saya berharap penerus kami di pemerintahan akanmemahami dan menjalankan UU yang kami buat dahulu agarnegara berjalan tertib dan baik," pungkas Yusril.(politik.rmol.co/read//2015/01/17/187323).

    Seperti diketahui, Presiden Joko Widodomemberhentikan dengan hormat Jenderal (Pol) Sutarman darijabatannya sebagai Kepala Kepolisian Republik Indonesia.Sebagai penggantinya, jabatan Kapolri dipegang oleh Plt WakilKepala Polri Komjen Badrodin Haiti.

    Pengumuman pemberhentian itu disampaikan Presidendalam konferensi pers di Istana Merdeka, Jumat (16/1/2015).Sebagai payung hukumnya, Jokowi mengeluarkan dua Keppres."Saya menandatangani dua Keppres. Pertama tentangpemberhentian dengan hormat Jenderal (Pol) Drs Sutarmansebagai Kapolri. Keppres yang kedua tentang penugasanWakapolri Komjen Polisi Badrodin Haiti melaksanakan tugas,wewenang, dan tanggung jawab Kapolri," kata Jokowi.

    Pernyataan senada dengan Yusril di atas, disampaikanpula oleh mantan Wakil Kepala Polri Komjen (Purn) Oegroseno.

  • 34

    Ia tidak yakin, bahwa mantan Kepala Polri Jenderal (Pol)Sutarman memiliki kesalahan fatal yang menciptakan situasimendesak hingga ia harus diberhentikan dari jabatannya.

    Memangnya Pak Sutarman ini salah apa, kok buru-burudiberhentikan? Menjawab ini, Oegroseno mengatakan, hanyaPresiden Joko Widodo yang dapat menjawab pertanyaantersebut. Ia mengatakan, DPR dapat menanyakan hal itukepada Presiden Jokowi mestinya.

    Namun, Oegroseno menyoroti alasan keadaanmendesak untuk memberhentikan Kapolri sebagaimana diaturdalam UU Kepolisian. UU tersebut menyebutkan, bahwa dalamkeadaan mendesak, Presiden dapat memberhentikan sementaraKapolri dan mengangkat pelaksana tugas Kapolri danselanjutnya dimintakan persetujuan DPR. Namun, kataOegroseno, unsur-unsur keadaan mendesak itu tidak terlihatpada kondisi sekarang.

    "Apakah permintaan sendiri? Tidak ada. Apakahmemasuki pensiun? Kan, masih 9 bulan lagi. Apakah tidakmampu? Dia (Sutarman) segar bugar. Apakah pidana? Beliautidak tersangka," kata Oegroseno.

    Apakah mungkin adanya unsur ketidakpatuhanSutarman? Menjawab ini, lagi-lagi Oegroseno yakin, bahwaSutarman tidak melakukan pelanggaran yang dimaksud. "Saya

  • 35

    tidak menemukan indikasi itu. Seratus persen saja, saya yakinitu tidak ada. Saya tidak tahu kalau ada intervensi," ujarnya.(nasional.kompas.com/read/2015/01/19/19553851).

    Lho, ada intervensi? Ya, itu tidak bisa diragukan dan takterbantahkan lagi. Banyak kekuatan di belakang Jokowi yangmengintervensinya dalam memaksakan kehendak untukmengganti Kapolri Sutarman dan menjadikan BG sebagaiKapolri. Terbukti Jokowi ditekan oleh empat penjuru kekuatan.Yaitu, kekuatan Istana, DPR, Kuningan, dan Teuku Umar. Inimenyebabkan Jokowi menghadapi posisi sulit.

    Pengamat politik dari Populi Center, Nico Harjantomenilai posisi Presiden terjepit di antara empat penjurukekuatan. "Istana, DPR, Kuningan, dan Teuku Umar," kata Nicodalam sebuah diskusi di kawasan Menteng, Jakarta, Sabtu, 17Januari 2015.

    Posisi paling kuat dalam intervensi persoalan Kapolri,menurut dia, adalah Teuku Umar. Di sana, bercokol parapimpinan partai politik yang dikomandani oleh Ketua UmumPDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri. "Itu SekretariatBersama Koalisi Indonesia Hebat. Karena setiap pertemuanpenting ada di situ," ujarnya. Kondisi yang dihadapi Jokowiamat berbeda dengan Soeharto atau SBY di masa lalu.

  • 36

    "Soeharto bukan Ketua Umum Golkar, tapi ketuaDewan Pembina. Dia bisa mengendalikan. Konteks politik kitamensyaratkan begitu. Bahkan, SBY merasa harus jadi ketuaumum di masa-masa terakhir," tutur Nico Haryanto.

    Sementara ICW menduga, Presiden Joko Widodo tidakmampu keluar dari tekanan politik di sekitarnya. Bahkan,"Memberhentikan Sutarman dengan alasan yang tidak jelas,membuat publik curiga, jangan-jangan ada kepentingantertentu," kata aktivis ICW, Emerson Yunto di kantor PusatPelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK), Jakarta,Senin 12 Januari 2015.

    Karena itu, benar apa yang dikatakan Oegroseno,kemungkinan adanya intervensi kepada Jokowi untuk segeramempercepat penggantian Sutarman dengan Komjen BG. Tapikemudian karena KPK menjadikan BG sebagai tersangka, laluJokowi menunda pelantikannya. KPK menjerat BG denganPasal 12 huruf a atau b, Pasal 5 ayat 2, Pasal 11 atau Pasal 12BUndang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 juncto Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan TindakPidana Korupsi juncto Pasal 55 ayat (1) KUHP. Ancamanhukumannya 20 tahun.

    Pengamat Kepolisian dari PTIK, Bambang WidodoUmar menyatakan, alasan Presiden Jokowi mencopot Jenderal

  • 37

    Sutarman sebagai Kapolri tidak tepat. Seperti diketahui PresidenJokowi mencopot Sutarman sebagai Kapolri, padahal masapensiun Jenderal kelahiran Sukoharjo, Jawa Tengah masihOktober 2015.

    "Kalau melihat Pasal 11 UU Kepolisian syaratmempercepat itu ada. Tetapi menurut hemat saya, denganPasal 11 tidak cukup memberhentikan Sutarman," kata BambangWidodo Umar. Menurutnya, tak ada alasan mendesak untukmemberhentikan Sutarman. Apalagi alasan Presiden Jokowikatanya untuk melakukan penyegaran di tubuh Polri. Itu takmasuk akal.

    Sebab, "Masa jabatan sudah berakhir juga belum, ataspermintaan sendiri juga tidak, memasuki usia pensiun belum,berhalangan juga tidak, dan dijatuhi pidana juga tidak. Iya,harus diungkap jangan mencari-cari alasan," terang Widodo lagi.Jadi menurutnya, pencopotan Sutarman jelas sangat menyalahiUU Kepolisian.

    Menurut pakar komunikasi politik, Tjipta Lesmana,pencopotan Sutarman sebagai orang nomor satu di KorpsBhayangkara itu karena Presiden Jokowi benci kepadaSutarman. Kebencian itu, menurut Tjipta, karena Sutarmandinilai tak becus menuntaskan kasus majalah Obor Rakyat yangmenuding Presiden Jokowi sebagai Capres Boneka.

  • 38

    "Dosa Sutarman ya karena tidak bisa menuntaskan kasusObor Rakyat. Jokowi benci sekali," kata Tjipta dalam diskusibertajuk 'Jokowi, Kok Gitu', Jakarta, Sabtu, 17 Januari 2015.Jadi ternyata, kalau benar dugaan Tjipta Lesmana itu, makacuma gara-gara Obor Rakyat, Jenderal Sutarman dipecatJokowi. Sehingga benar banyak orang bilang tentang nasibSutarman yang Kapolri ini: kalau Jokowi menang, Sutarmantergusur. Dan ... terbukti!(*)

  • 39

    BAB III

    SUTARMAN ORANGNYA SBY?

    AKIBAT pencopotan Jenderal (Pol) Sutarman dari posisiKapolri yang dipercepat, sekaligus bersama dengan Komjen(Pol) Suhardi Alius sebagai Kabareskrim Polri, memunculkanbanyak spekulasi. Langkah pencopotan ini, dituding sebagaistrategi Presiden Jokowi yang secara perlahan untuk mulaimempreteli loyalis mantan Presiden SBY dalam institusikepolisian.

    Yang pasti, indikasi kuatnya dapat dilihat daripemberhentian Sutarman yang lebih cepat 10 bulan dari masapensiun yang mestinya jatuh pada Oktober 2015. Begitu puladengan Suhardi Alius yang tiba-tiba saja juga dimutasikan keLembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas). Penuh tanda tanya.

    Dosa Sutarman itu, karena tidak mampu menuntaskankasus Obor Rakyat. Jokowi benci sekali. Kenapa kasus begitujelas penghinaannya sejak awal, tidak bisa dituntaskan dengancepat, kata pengamat komunikasi politik UI, Tjipta Lesmana.

    Padahal, imbuhnya, kasus Obor Rakyat sudahberlangsung pada masa kampanye Pilpres. Kemungkinan

  • 40

    Sutarman yang tidak memproses kasus tersebut dengan cepat,karena ada intervensi SBY yang ketika itu masih menjabatsebagai Presiden.

    Meski demikian, Tjipta tidak mengungkapkan secaraeksplisit dugaannya itu. Tetapi dia hanya sekedarmengisyaratkan. Artinya, Kapolri tidak menjalankan tugasdengan baik. Itu sudah jelas unsur fitnah, tapi tidak bisa selesaidengan cepat. Hal ini juga kemungkinan terkait dengan SuhardiAlius yang menjabat Kabareskrim Polri, kata Tjipta.

    Kemudian politisi Partai Demokrat, Didi IrawadiSyamsuddin, mengingatkan Presiden Jokowi melakukanpencopotan Sutarman dan Suhardi Alius itu tidak dihubung-hubungkan karena kedekatan mereka dengan mantan PresidenSBY. Selama ini, mereka telah bekerja dengan baik, tentu harusdidukung, ujarnya. Tapi Didi juga menyadari kalau Presidenmemiliki hak prerogatif untuk menentukan siapa yangdipilihnya menduduki kursi Kapolri. Hanya Didi lebihmengkritisi pencopotan atas Suhardi Alius sebagai Kabareskrim.Katanya: Suhardi Alius itu cukup baik dalam melakukan tugas-tugasnya. Tapi memang Presiden Jokowi punya hakmenentukan posisi jabatan lain di Kepolisian, tandasnya.(porosberita.com/2015/01/17/)

  • 41

    Sementara itu, keinginan kuat Presiden Jokowimenjadikan BG sebagai Kapolri menggantikan JenderalSutarman yang belum habis masa jabatannya, berbuntutpanjang. Namun, para pengamat politik meyakini, bahwakebijakan itu dilakukan lebih karena adanya perseteruankekuasaan antara Megawati Soekarnoputri dan SBY.

    Kedua tokoh ini mencoba memainkan perannya untukmencari celah, bagaimana menyelamatkan seluruh asetkekuasaan dan kebijakannya dulu agar tidak terjerat masalahhukum. Saya melihat, ini persaingan para jenderal polisi untukeksistensi kelompok atau faksi mereka. Penetapan tersangkaoleh KPK terhadap Budi Gunawan, jelas menguntungkankelompok pesaing Budi Gunawan, ujar pengamat politikmuda Yasin Muhammad, menanggapi polemik yang makinmeruncing soal BG.

    Secara terang-terangan pula Yasin menyebut, kasus BGmerupakan contoh perseteruan antara Mega yang kinimemimpin PDIP, dengan SBY yang memimpin Partai Demokrat."Persaingan Presiden kelima Megawati dengan Presiden keenamSBY, bertemu di pencalonan Kapolri ini," katanya.

    Dalam posisinya sebagai Direktur Eksekutif LembagaSurvei Independen Nusantara (LSIN), Yasin lebih jauhmenjelaskan, setiap menjelang pergantian Kapolri, aura

  • 42

    persaingan antarjenderal selalu sangat tinggi. Dengan keputusanKPK menetapkan BG sebagai tersangka, maka dinamikapersaingan internal di tubuh Polri makin tinggi dan menguat.Dimana lawan BG diuntungkan dengan keputusan KPK ini, danpasti mereka menggalang dan memperluas dukungan ke pihaklain lagi untuk menjegal BG. Demikian pula denganpencopotan Sutarman dan mendudukkan Wakapolri KomjenBadrodin Haiti menjadi Plt Kapolri.

    Yang pasti, menurut Yasin, kasus Budi dan Sutarman itujelas sangat merugikan masyarakat, karena memberikanpendidikan politik yang buruk. Karena Kepolisian merupakaninstitusi yang seharusnya mengayomi dan melindungimasyarakat. Tetapi ketika akan ada pergantian pucuk pimpinantertingginya, para jenderal memperlihatkan persaingan taksehat.

    Alumnus pascasarjana Universitas Paramadina inimenilai, posisi Kapolri sangat strategis bagi elite dan juga partaipolitik. Seharusnya, kata dia, Presiden Jokowi mampumengambil keputusan untuk menjaga agar situasi politik dankenegaraan Indonesia tetap stabil.(teropongsenayan.com/5188).

    Yang menarik, SBY sendiri masih kuat perseteruanantara dirinya dengan Ketua Umum PDIP Megawati. Dan itu,

  • 43

    belakangan ini terlihat dalam akun facebook-nya SBY dalampusaran kemelut di tubuh Polri saat ini.

    "Ada pula pengamat yang mengatakan kemelut di tubuhPolri ini tidak terlepas dari perseteruan antara Ibu Megawatidengan SBY. Jenderal Polisi Sutarman dipersepsikan sebagaiorangnya SBY, dan Komjen Polisi Budi Gunawan sebagaiorangnya Ibu Megawati," kata SBY yang dikutip dari akunfacebook-nya, Selasa (20/1/2015). SBY mengungkapkan, bahwakedua jenderal polisi itu memiliki kedekatan hubungan secarapersonal. Namun, dirinya menampik bila Jenderal Sutarmandekat dengannya.

    "Untuk diingat, kalau Pak Budi Gunawan dinilai dekatdengan Ibu Megawati karena mantan ADC (ajudan)-nya, makaPak Sutarman adalah mantan ADC Gus Dur. Bukan mantanADC SBY," tegas SBY masih dalam akun facebook-nya.

    Lebih lanjut, SBY pun mengungkap, bahwa pada erapemerintahannya, perjalanan karir Komjen Polisi BudiGunawan berjalan baik dan lancar. Mantan Kapolda Bali itumengalami 3 kali promosi jabatan, serta kenaikan pangkat dariBrigjen ke Irjen, dan kemudian ke Komjen.

    Sebelumnya, SBY juga mengaku kaget mendengaradanya isu provokatif yang bisa merusak hubungannya dengan

  • 44

    Presiden Joko Widodo. Dalam isu tersebut disebutkan adanyapembersihan orang-orang SBY.

    "Diisukan, bahwa yang tengah dilakukan sekarang iniadalah pembersihan 'orang-orang SBY', baik di jajaran TNI,Polri maupun aparatur Pemerintahan," tulis SBY di facebook-nya, Selasa (20/1/2015).

    Menurut SBY, ia tidak membantah dan bahkan wajarserta masuk akal dikatakan orang-orang SBY jika orangtersebut memiliki posisi politik dan masuk dalam jajaranKabinet Indonesia Bersatu. Namun, ia keberatan jika paraperwira TNI dan Polri profesional atau para eselon satu jajaranpemerintahan yang statusnya adalah abdi negara itudiistilahkan sebagai 'orang-orang SBY', maka menjadi tidakmasuk akal. (news.liputan6.com /read/2163542).

    Selanjutnya SBY justru mempertanyakan, "Jika setiappejabat tinggi yang bertugas di era SBY harus segera digantialias dibersihkan, karena dianggap sebagai orang-orang SBYalangkah malangnya mereka. Apa salah dan dosa mereka?".Namun begitu, SBY meyakini Presiden Jokowi tak akanmemiliki keinginan seperti itu. Karena menurutnya, bila terjadiini akan terus ada di saat-saat pergantian pemerintahan.

    "Saya tidak yakin Presiden Jokowi punya pikiran dankehendak untuk melakukan pembersihan semacam itu. Kalau

  • 45

    hal itu terjadi, bagaimana pula nanti jika Presiden barupengganti Pak Jokowi juga melakukan 'pembersihan' yangsama."

    Presiden Jokowi dinilai SBY memiliki kewenanganpenuh untuk mengangkat dan memberhentikan seseorangsesuai dengan urgensi dan kebutuhannya. "Beliau yang akanmenggunakan. Beliau tentu ingin sukses memimpin kita semua5 tahun mendatang ini. Tentu semuanya dilakukan sesuaidengan norma, aturan, dan etika yang berlaku," tukas SBY.(news.liputan6.com/read/2163510).

    Bak gayung bersambut, Presiden Jokowi tidak tinggaldiam atas sindiran SBY itu. Tak mau dikatakan melakukanbersih-bersih di pemerintahannya dari orang-orangnya SBY itu,Presiden Joko Widodo menegaskan, pemerintahannya tidaksedang melakukan "pembersihan" terhadap "orang-orang SusiloBambang Yudhoyono". Hal itu disampaikan Jokowi melaluiakun facebook-nya, Selasa (20/1/2015).

    "Tidak ada itu istilah "Pembersihan orang-orang BapakSBY". Kita tidak sedang mengalami "Patahan Politik", juga tidaksedang dalam pertempuran antar generasi, justru sekarang iniperjalanan tatanan pemerintahan dilakukan secara gradual danjuga memperhatikan benang merah segala kebijakan," tulisJokowi di facebook-nya.

  • 46

    Isu bahwa Jokowi melakukan "pembersihan" terhadappara pejabat "peninggalan" pemerintahan SBY muncul setelah iamelakukan pergantian Kepala Polri. Jokowi memberhentikanKapolri Jenderal Sutarman dan menunjuk pelaksana tugasKomjen Badrodin Haiti untuk menggantikan, karena Kapolriterpilih BG ditunda pelantikannya. BG kini berstatus tersangkadalam kasus dugaan korupsi yang tengah ditangani KPK.

    Jokowi mengatakan, kebijakan yang kurang baik daripemerintahan sebelumnya akan diperbaiki. Sementara, yangbaik akan ditingkatkan. "Kalau pun ada pergantian-pergantianpejabat di tubuh pemerintahan, itu hanya sirkulasi manajemenpejabat publik, dan itu hal yang biasa untuk penyegaranmanajemen tata kelola kebijakan publik," tulis Jokowi.

    Ia menekankan, Indonesia saat ini tengah melakukanpembangunan secara masif. Ia ingin mempertemukan dua hal,yaitu meneruskan gagasan besar Presiden Soekarno tentangIndonesia yang kuat dengan kerapian infrastruktur; danmanajemen birokrasi pada masa Presiden Soeharto.

    "Disamping itu kita perkuat ideologi: "Kedaulatan disegala lini". Presiden Sukarno menanamkan kesadaran padabangsa Indonesia untuk melakukan semua kebijakan denganlandasan pikiran "Kita adalah Negara Besar" sehingga apa yangkita lakukan adalah persoalan-persoalan besar, bukan urusan

  • 47

    remeh temeh. Sementara Presiden Suharto mengajarkan, bahwamanajemen pemerintahan yang rapi akan membawa eksekusikeputusan birokrasi yang efektif. Bila hal itu tercapai, maka kitabisa memiliki landasan modal yang kuat untuk membangunIndonesia," tulisnya lagi.

    Jokowi juga menyatakan keyakinannya, bahwa dalamera pembangunan yang masif dengan ideologi kedaulatan disegala lini, Indonesia akan menjadi bangsa yang kuat danmampu bertahan serta memenangkan kompetisi di duniaInternasional. Itu visi besar saya soal Indonesia Raya". KataJokowi. (nasional.kompas.com/read/2015/01/07244721).

    Untuk lebih menegasi dan lebih menjamin tidak adanyaupaya bersih-bersih terhadap orangnya SBY, Luhut BinsarPanjaitan, Kepala Staf Kepresidenan menegaskan, tak adaupaya pemerintahan saat ini untuk "membersihkan" orang-orang kepercayaan Presiden keenam RI Susilo BambangYudhoyono. Menurut Luhut, Jokowi sudah cukup direpotkanuntuk mengurus masalah ekonomi sehingga tidak mungkinmemikirkan cara itu. "Kalau soal itu, Pak Jokowi enggak pernahterpikir yang begitu. Boro-boro mikir begitu, ngurus ekonomisaja beliau sudah pusing," kata Luhut saat ditemui di IstanaKepresidenan, Rabu (21/1/2015).

  • 48

    Mantan Duta Besar RI di Singapura itu menilai, upaya"pembersihan" itu hanya akan membuang banyak waktuJokowi, sehingga dia meyakini Jokowi tidak akan pernahmemiliki pemikiran seperti itu. "Pak Jokowi ndak ada pikir kesitu. Saya pikir Pak Jokowi itu fokus untuk penyelesaian tugaspokok dia sebagai presiden," ucap Luhut.

    Sementara SBY mengaku menerima informasi kuatadanya upaya pembersihan orang-orang kepercayaannya dipemerintahan Jokowi, terutama di lingkungan TNI/Polri.Pernyataan SBY ini keluar setelah Presiden Jokowimemberhentikan secara tiba-tiba dan diangggap menyalahi UUKepolisian terhadap Jenderal (Pol) Sutarman sebagai Kapolri.Namun, Presiden Joko Widodo membantah pernyataan SBYdalam akun facebook-nya.

    "Tidak ada itu istilah 'Pembersihan orang-orang BapakSBY'. Kita tidak sedang mengalami 'Patahan Politik', juga tidaksedang dalam pertempuran antar generasi. Justru sekarang iniperjalanan tatanan pemerintahan dilakukan secara gradual danjuga memperhatikan benang merah segala kebijakan," tulisJokowi.

    Bahkan Jokowi menggaransi, kebijakan yang kurangbaik dari pemerintahan sebelumnya justru akan diperbaiki,sementara yang baik akan terus ditingkatkan. "Kalau pun ada

  • 49

    pergantian-pergantian pejabat di tubuh pemerintahan, ituhanya sirkulasi manajemen pejabat publik, dan itu hal yangbiasa untuk penyegaran manajemen tata kelola kebijakanpublik," tegas Jokowi.(nasional.kompas.com/read/2015/01/21/20022891) (*)

  • 50

  • 51

    BAB IV

    ADA CACAT HUKUM, ADA SKANDAL POLITIK

    PENGANGKATAN Wakil Kepala Polri, KomjenBadrodin Haiti, sebagai Plt Kapolri oleh Presiden Jokowi dinilaicacat hukum dan melanggar UU Kepolisian. Pengangkatan Pltini karena calon tunggal Kapolri yang sudah disetujui DPR,yaitu BG, sebelumnya sudah ditetapkan sebagai tersangkakorupsi oleh KPK. Sementara Presiden Jokowi tetapmemberhentikan Kapolri Jenderal Sutarman. Sehingga diKepolisian tak ada Kapolri definitif. Ironis!

    "Pertanyaannya, jika terjadi kerusuhan massal diIndonesia saat ini, siapa yang bertanggung jawab? TentuPresiden Jokowi yang harus bertanggung jawab, karenamembiarkan Polri dalam kondisi status quo tanpakepemimpinan yang jelas," tegas Ketua Presidium IndonesiaPolice Watch (IPW), Neta S. Pane, dalam keterangan persnya(Sabtu, 17/1) .

    IPW sudah mengingatkan Presiden Jokowi, bahwamengangkat Plt Kapolri tidak bisa ujug-ujug, tapi harusmengacu ke UU Kepolisian. Dalam Pasal 11 ayat (5) UU

  • 52

    Kepolisan, Presiden harus meminta persetujuan DPR sebelummengangkat Plt. Ironisnya, Jokowi tidak meminta persetujuanDPR.

    "Jika DPR tidak menyetujui pengangkatan Plt Kapolri,Presiden wajib melantik Kapolri yang sudah mendapatpersetujuan DPR yaitu Komjen Budi Gunawan," terang Neta.

    IPW prihatin dengan sikap bingung Presiden Jokowidalam menyikapi proses suksesi di Polri. Ketika calon Kapolriyang diusulkannya sudah disetujui DPR, Jokowi malah tidakmelantiknya dan cenderung mengabaikan persetujuan DPRsebagai legitimasi suara rakyat. Tragisnya, Jokowi larut dalamsuara segelintir orang, hingga menunda pelantikan BG sebagaiKapolri, yang dijadikan tersangka korupsi oleh KPK. Sikap tidakjelas dari Presiden ini hanya menghancurkan supremasi hukum.(keamanan.rmol.co/read/2015/01/17/187319).

    Sementara itu, mantan Wakil Kepala Polri, Komjen(Purn) Drs. Oegroseno, mengatakan, jika saja sebelumnyaPresiden Jokowi mau meminta pertimbangan internalkepolisian dalam proses pergantian Kapolri, maka polemikterkait pencalonan BG tak akan terjadi. Sebab, "Yangmemahami polisi adalah internal polisi, jadi pertimbangan dariinternal Polri ini sebetulnya menjadi penting," tegas Oegroseno.

  • 53

    Dan, ia juga mengecam banyaknya kepentingan dan tekananpolitik yang membuat Presiden Jokowi jadi terjepit.

    Pemberhentian Jenderal Sutarman sebagai Kapolri danpenunjukan BG untuk menggantikannya lantas banyak menuaipolemik. Bahkan, pengamat hukum tata negara, Yusril IhzaMahendra ikut mengkritik cara Jokowi melakukan reorganisasidi Korps Bhayangkara ini.

    Yusril, senada dengan Oegroseno, juga menyatakan,proses pemberhentian yang dilakukan Jokowi terhadapSutarman bertentangan dengan undang-undang, sebabpemberhentiannya tidak melalui persetujuan DPR terlebihdahulu.

    "Saya ingat betul perdebatan perumusan pasal ini diDPR ketika saya mewakili Pemerintah membahas RUUKepolisian. Mestinya Presiden dan DPR tahu, bahwapengangkatan dan pemberhentian Kapolri dilakukan satu paket,bukan dipisah," tulis Yusril dalam akun @Yusrilihza_Mhd, Sabtu(17/1). Pernyataan yang disampaikan Yusril ini merujuk padaUU Kepolisian. Di mana dalam Pasal 11 ayat (2) menentukan:"Usul pengangkatan dan pemberhentian Kapolri diajukan olehPresiden kepada Dewan Perwakilan Rakyat disertai alasannya."

    Berdasarkan alasan itu, maka Presiden Jokowi tidak bisaseenaknya saja memberhentikan Sutarman dari jabatannya.

  • 54

    Pengajuan pemberhentian pun harus disertakan dalampengajuan calon Kapolri baru yang ditujukan kepada DPR."Presiden tidak bisa memberhentikan Kapolri tanpa memintapersetujuan DPR seperti yang sekarang dilakukan terhadapSutarman. Kecuali karena alasan mendesak, presiden dapatmemberhentikan Kapolri tanpa minta persetujuan DPR," tegasdia.

    Selanjutnya, Yusril menambahkan, dalam mengajukanpemberhentian harus memenuhi salah satu syarat sesuai yangtercantum dalam undang-undang, yakni melanggar sumpahjabatan atau dianggap membahayakan keamanan negara. Jikaitu terpenuhi, maka Jokowi bisa memberhentikan Kapolri danmenunjuk Plt tanpa harus melalui persetujuan DPR.

    "Apakah Sutarman melakukan pelanggaran sumpahjabatan atau melakukan makar sebelum diberhentikanpresiden? Tidak! Tak hanya soal pemberhentian, berdasarkanundang-undang tersebut pula, pengangkatan Plt Kapolri jugaharus melalui persetujuan dewan. "Pada saat yang bersamaan,Presiden semestinya harus meminta persetujuan DPR tentangpengangkatan Plt tadi," ungkap Yusril.(merdeka.com/politik/yusril ...)

    Pengamat politik Boni Hargens, di seputar kemelutdalam tubuh Polri saat ini, rupanya mempunyai penilaian

  • 55

    sendiri. Katanya, penetapan tersangka oleh KPK terhadap calontunggal Kapolri Komjen (Pol) Budi Gunawan, bukan berartiPresiden Joko Widodo kecolongan. Tidak. Pasalnya, menurutBoni, BG diusulkan sebagai calon Kapolri atas dorongan orangdekat Jokowi saat ini. Jadi bukan inisiatifnya Jokowi. Danpernyataan ini ternyata sama seperti yang disampaikan olehSyafii Maarif dalam posisinya sebagai Ketua Tim Independenberanggotakan sembilan tokoh bentukan Jokowi untukpenyelesaian ketegangan KPK vs Polri, bahwa pengajuan namaBG itu bukan inisiatifnya Jokowi. Tetapi orang lain. Kata SyafiiMaarif, siapa itu? Ah, bukan rahasia umum lagi. Semua orangsudah tahu, kok.

    Selanjutnya kata Boni, Mereka itu ingin menjebakJokowi, maka mereka harus segera disingkirkan. Penetapan BGjadi tersangka oleh KPK adalah blessing in disguise, berkahterselubung, ujar Boni Hargens, Selasa (13/1).

    Jadi menurut Boni, penetapan BG tersangka adalahsebuah berkah, karena akhirnya publik bisa melihat denganjelas, bahwa ternyata ada "pembisik" di sekitar Jokowi yangingin menyesatkannya.

    Pelajaran ini mahal. Jokowi harus berani mengatakantidak pada orang-orang kuat di sekitarnya yang memberikanmasukan keliru, katanya. Boni juga memberikan apresiasi

  • 56

    setinggi-tingginya pada KPK dan PPATK. Karena telahmemperlihatkan komitmen nyata memberi dukungan pada cita-cita revolusi mental pemerintahan Jokowi.

    Baginya, Dua lembaga ini telah mewakili kehendakpublik dalam menjamin pemerintahan bersih dan demokratis.Kita berharap ke depan Jokowi tetap bergandengan tangandengan lembaga-lembaga ini, supaya bisa secara sama-samamemerangi segala bentuk banditisme dalam politik dan dalamsektor lain seperti ekonomi dan hukum, katanya.(jpnn.com/read/2014/12/01/273038).

    Ternyata pula, Boni Hargens ini memang jauh-jauh harisudah meyakini, bahwa pengajuan nama BG bukanlah inisiatifmurni Jokowi. Itu nama titipan dari para pembisik yang sangatdipatuhi Jokowi. Susah agaknya bagi Jokowi untukmenolaknya memang. Akhirnya sangat merugikan Jokowisendiri dan berakibat permasalahannya terus berbuntut panjang.Apalagi sampai membuat seorang Kapolri harus mendadakdiberhentikan 10 bulan sebelum masa tugasnya selesai tanpaada alasan kuat dan mendesak. Banyak pengamat mengatakan,di sini Jokowi jelas-jelas melakukan skandal politik, karenamembuat institusi Polri di internnya lantas jadi karut marut,sehingga muncul istilah ada pengkhianat, yang kemudian darisini menciptakan konflik dan ketegangan semakin tajam antara

  • 57

    Polri vs KPK. Yang pasti, kebijakan Presiden Jokowi mencopotJenderal (Pol) Sutarman sebagai Kapolri dan mengangkat BGsebagai gantinya, dan kemudian jadi tersangka itu, telahmenuai kritikan tajam dari sebagian besar masyarakat.(tempo.co/read/news/2015/01/11/078634113).

    Tak hanya mereka yang beroposisi dengan Jokowi,kritikan lebih keras juga dilakukan sebagian besar pendukungJokowi sendiri. Sampai kemudian Jokowi membentuk TimSembilan untuk menyelesaikan konflik tajam antara Polri vsKPK.

    Boni mengatakan, kasus pergantian calon Kapolri diawal pemerintahan Jokowi ini berbeda dengan zamanpemerintahan Presiden SBY dan sebelum-sebelumnya. Di zamanpara pendahulu Jokowi, masukan dan pertimbangan dariinternal Polri selalu diminta sebelum dilakukan pergantian calonKapolri.

    "Yang perlu digarisabawahi, pergantian Kapolri itusebetulnya bukan hal yang sangat luar biasa. Seperti dulu-dulu,bicarakan, ini kan etika. Setelah itu pasti (nama calon) diajukandan bulat. Kalau ini ditempuh, saya yakin situasi tak akanseperti saat ini," ujar Boni.

    Sementara Oegroseno, mantan Wakapolri ini, mengakusimpati kepada Jenderal Sutarman yang diberhentikan Presiden

  • 58

    dari jabatan Kapolri, padahal masa aktifnya di kepolisian masihcukup panjang. Apalagi, seperti sudah dijelaskan di muka,Sutarman tidak diajak bicara oleh Presiden tentang rencanapergantian Kapolri ini.

    Tapi Sutarman berjiwa besar, meski tak diajak bicaraPresiden, ia mengaku tetap loyal seratus persen kepadaPresiden dan ikhlas melepaskan jabatan sebagai Kepala Polri."Keikhlasan dan ketulusan saya menyerahkan institusi Polri padasiapa pun yang ditunjuk oleh Presiden," kata Sutarman.

    "Saya tegaskan, saya loyal seratus persen pada BapakPresiden," lanjut dia. Sutarman mengaku mengetahui banyakapa yang terjadi di dalam tubuh Polri, secara khusus terkaitpencopotannya dari pucuk pimpinan Polri. Namun, diamemilih tidak berbicara apa pun soal itu. Perwira angkatan1981 tersebut memastikan dirinya akan mundur daripemerintahan dan memilih untuk terjun di dunia sosial. Sayaakan mengikuti jejak ayah saya, yakni bertani.

    Pergantian pimpinan Polri dari Jenderal Sutarman keKomjen Badrodin Haiti sebagai Plt Kapolri, agaknya masih terusmenuai polemik. Terbukti, beberapa anggota polisi di tingkatbawah yang memperhatikan kasus ini menduga ada rekayasa dibalik keputusan Presiden Jokowi memberhentikan Jenderalbintang empat Sutarman.

  • 59

    Salah satu anggota polisi yang berdinas di wilayahJakarta menduga kisruh ini kental sekali nuansa politis yangdilakukan segelintir orang pemerintahan yang memanfaatkansituasi kisruh di Mabes Polri.

    "Indonesia kan banyak orang yang jago merekayasa.Semua ini saya yakin ada yang merekayasa, dari mulaipencalonan Kapolri, terus jadi tersangka, pemberhentianKapolri, ini semua sudah di rekayasa," kata seorang polisi yangenggan disebutkan namanya, saat berbincang denganmerdeka.com, Selasa (20/1).

    Polisi berpangkat Iptu ini melanjutkan, keputusanPresiden Jokowi untuk memberhentikan Kapolri JendralSutarman menurutnya telah melalui pertimbangan yang sulit.Dirinya menduga, proses pencopotan Kapolri tidak lepas darihasutan pihak luar di mana hak prerogatif Presiden dijadikantameng.

    "Kalau Pak Jokowi saya yakin gak tega berbuat sepertiitu. Tapi pasti ada desakan pihak luar yang memaksa untukmempercepat pemberhentian Pak Sutarman," imbuhnya. Diaberharap, ke depan masalah pengangkatan Kapolri tak sepelikini. Untuk kondisi yang terjadi saat ini, dia berharap segeraselesai. Supaya anggota polisi yang di lapangan bisamenjalankan tugasnya dengan baik.

  • 60

    "Sebenarnya di kita yang bawahan ini gak ada masalah.Itu kan urusan para Jenderal. Yah tapi sebagai polisi kamiberharap ini cepat selesai dengan adanya Kapolri baru,"tandasnya. (merdeka.com/peristiwa/polisi-bawahan-tuding).

    Sampai akhir Januar 2015 berlalu, mantan KapolriJenderal Sutarman mengaku sudah tak punya beban usaidicopot sebagai pimpinan Polri oleh Presiden Joko Widodo.Bahkan dirinya menganggap pencopotannya sebagai Kapolrikemarin itu merupakan sejarah bagi Korps Bhayangkara.

    "Saya sudah menikmati kehidupan kebebasan. Karenasaya sudah tidak mendengar, membaca media, koran apapun.Seluruh tugas sudah beralih ke Pak Badrodin," itu seperti yangdiucapkan Sutarman dalam sambutan di acara penyerahantugas wewenang dan tanggung jawab kepada Wakapolri diRuang Rapat Utama, Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, JakartaSelatan, Rabu (21/1).

    Sayangnya, mantan Kapolri ini belum menjelaskansecara rinci maksud ucapannya itu. Terkesan ia tidak maumemperpanjang masalahnya, lalu ia alihkan denganmemberikan selamat kepada Wakapolri Komjen Pol BadrodinHaiti yang kini dipercaya mengemban tugas untuk sementarawaktu menggantikan dirinya sebagai Pelaksana Tugas (Plt)Kapolri.

  • 61

    Sutarman mengatakan jika institusi Polri kini tengahmengalami masalah yang berat. Sejarah akan mencatatnya."Sejarah akan mencatatnya. Karena itu saya ucapkan selamatkepada Pak Badrodin mengemban tugas yang berat sebagaiKapolri. Di saat yang seperti ini," imbuh jenderal bintang empatini. (merdeka.com/peristiwa/sutarman-) (*)

  • 62

  • 63

    BAB V

    PERANG BINTANG DI POLRI

    DI BULAN Januari 2015 rupanya menjadi bulan dimana Korps Bhayangkara banyak dirundung masalah. Diinternal kepolisian itu terjadi mutasi jabatan para perwira tinggisecara tiba-tiba. Dimulai dari Kepala Lembaga PendidikanKepolisian (Kalemdikpol) Komjen Budi Gunawan menjadicalon kapolri tunggal pilihan Presiden Jokowi. Lalu KapolriJenderal Sutarman dinonaktifkan sebelum masa pensiunnyahabis, Oktober 2015. Sampai pada Kepala Badan Reserse danKriminal (Kabareskrim) Komjen Suhardi Alius yang digantisecara diam-diam oleh Sespimti Irjen Budi Waseso denganalasan yang tak jelas pula.

    Konflik senyap di internal kepolisian itu agaknya akanbergulir cukup lama. Banyak kabar beredar, bahwa di MabesPolri terjadi jegal-menjegal antar perwira tinggi. Ada yang taksuka dengan pencalonan si ini dan si itu, dan ada pula yangmenuding, bahwa di dalam tubuh Mabes Polri ada sosokpengkhianat.

  • 64

    Rupanya konflik di dalam Korps Bhayangkara tak cumaterjadi kali ini saja. Sejak era Kapolri pertama SoekantoTjokrodiatmodjo, sudah ada perseteruan besar dan persaingantidak sehat di dalamnya.

    Dikutip dari buku 'Hoegeng, Polisi: Idaman danKenyataan', diceritakan pada zaman Kapolri pertama, sudahbanyak para perwira-perwira tinggi polisi yang inginmelengserkan Kapolri Soekanto Tjokrodiatmodjo. Hoegengbercerita bahwa Soekarno Djojonegoro mengajak perwira-perwira lain mendesak Presiden Soekarno agar Soekantodiberhentikan dari jabatan Kapolri karena dianggap cuma asyikdengan ilmu kebatinan.

    Selain masalah kebatinan, rupanya para perwira padasaat itu tak setuju dengan rencana Soekanto yang inginmelakukan retooling (pembersihan) di dalam internalkepolisian agar kinerjanya dianggap lebih efisien dan semakinproduktif.

    Dikutip dari buku 'Konflik dan Integritas TNI AD',kemudian pada 14 Desember 1959, Kapolri Soekantomengecam perlawanan dari anak-anak buahnya itu. Soekantomenganggap pembangkangan itu sebagai bentukpenyelewengan dan justru akan memecah tubuh Polri. Namun,ternyata Presiden Soekarno malah menyalahkan cara berpikir

  • 65

    dan langkah-langkah yang sudah diambil Kapolri Soekanto.Akhirnya, pada 17 Desember 1959 Soekanto diberhentikanPresiden Soekarno dari jabatan Kapolri.

    Kemudian pada tahun 1962 resolusi para perwira polisiitu diterima. Presiden Soekarno pun menunjuk SoekarnoDjojonegoro menjadi Kapolri kedua (pada saat itu bernamaKepala Kepolisian Negara). Soekarno Djojonegoro sekaligusdiresmikan jabatannya menjadi Menteri/Panglima AngkatanKepolisian (Men Pangak).

    Kemudian pada era Kapolri sekarang, banyak pihakyang berspekulasi, bahwa penunjukan calon Kapolri BG karenaadanya banyak intervensi kepada Presiden Jokowi. Padahal BGsudah ditetapkan tersangka kasus gratifikasi oleh KomisiPemberantasan Korupsi (KPK). (merdeka.com/peristiwa/).

    Walau begitu, para elite di Senayan tetap memproses ujikelayakan dan kepatutan (fit and proper test) pada BGbeberapa waktu lalu. Hasilnya, Komisi III DPR menyetujui BGdiangkat menjadi Kapolri baru pilihan Presiden Jokowi. Kinitinggal bagaimana Presiden Jokowi segera menentukan Kapolridefinitifnya agar tak berlarut-larut menggantung yangdikhawatirkan menjadi semakin panas nuansa politiknya.

    Tak kurang mantan Kapolri Jenderal (Purn) ChaerudinIsmail menduga adanya permainan politik internal Polri dalam

  • 66

    perebutan kursi Kapolri. Pasalnya calon tunggal Kapolri BGditetapkan sebagai tersangka oleh KPK sebelum menjalani ujikelayakan di DPR. Dan ia sangat memprihatinkan kalau terjadipersaingan tidak sehat di internal Polri. "Tetapi kalau terjadipersaingan tidak sehat apalagi mempengaruhi politik, ini yangberbahaya," ujar Chaerudin di Jakarta, Selasa (13/1/2015)malam.

    Menurutnya, dalam proses penjaringan calon Kapolrioleh Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) sudah sesuaidengan prosedur dimana perwira yang diajukan adalah parajenderal bintang tiga. (nasional.inilah.com/read/detail/2169949)

    Harus diakui, memanasnya hubungan KPK dan Polriyang terjadi itu dipicu karena terjadinya perseteruan atauseperti kata Chaeruddin Ismail, adanya persaingan tidak sehatdi internal Mabes Polri. Khususnya dari sejumlah jenderal yangmengincar kursi Kapolri.

    Menurut Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW)Neta S. Pane, ada tiga faksi yang mengiringi terjadinyapermasalahan antara KPK dengan Polri. "Pertama, pendukungKapolri incumbent yang tak rela dicopot. Kedua, kubu yangmerasa pantas menjadi Kapolri dibanding BG dan merasapunya akses kuat ke PDIP. Ketiga, kelompok yang sengaja bikin

  • 67

    kekacauan dengan harapan bisa terpilih menjadi Kapolri,papar Neta kepada Inilah.com di Jakarta, Selasa (27/1/2015).

    Lebih jauh Neta mengakui, adanya perang bintang ataupertarungan kelompok di internal Polri, sudah bukan rahasialagi. Tentu saja, kondisi ini tidaklah menguntungkanpemerintah maupun masyarakat.

    "Kalau mau diselesaikan, Presiden harus berani tegas,jalankan konstitusi dengan melantik BG. Apakah seminggukemudian presiden mau gunakan hak prerogatifnya, silahkansaja. Sekalian melakukan penataan di tubuh Polri, tuturnya.

    Ya, pandangan Neta bisa jadi benar. Sebelumnya,Kompolnas mengajukan tiga jenderal bintang tiga sebagaikandidat Kapolri. Mereka adalah Kalemdikpol Komjen BudiGunawan, Irwasum Komjen Dwi Prayitno dan KabareskimSuhardi Alius. Namun, Presiden Joko Widodo dengan hakprerogatifnya menetapkan satu nama yakni Komjen BudiGunawan atau sering disapa BG. Masalahnya timbul ketika tiba-tiba BG ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK dalam kasussuap dan gratifikasi. Diduga, status tersangka untuk BG takdatang dari langit. Namun ada yang bermanuver, termasukmenyeret petinggi Bareskrim yang membawahi ekonomi danperbankan. (nasional.inilah. com/read/detail/2173658).

  • 68

    Tetapi informasi lain datang dari Komjen Oegroseno,mantan Wakapolri yang sempat mengeluarkan kritik kerasterhadap BG dan Kabareskrim Irjen Budi Waseso. Ia kaget ataspencopotan Komjen Suhardi Alius sebagai Kabareskrim, danmeminta mutasi jabatan di tubuh kepolisian harus berdasarkanaturan dan asas kepatutan. "Jangan sampai seperti zaman PKIdulu. Dicap ini, dicap itu, terus diambil, dibunuh," kataOegroseno di kawasan Menteng, Jakarta, Sabtu 17 Januari 2015.

    Apabila ketidakjelasan itu terus berlanjut, Oegromemastikan institusi Polri akan goyah. Karena, akanmembahayakan soliditas mereka dalam menjalankan tugas."Saya tetap jaga integritas Polri. Integritas perorangan sayatidak punya hak jaga mereka. Hanya hubungan kedekatandengan junior saya masih ada," ujar Oegroseno. Ia juga kagetdengan pernyataan Irjen Budi Waseso yang menyebutpengkhianat tidak boleh ada di lingkungan Polri. "Siapa inipengkhianat? Jangan munculkan masalah baru," Oegromenegaskan. Jika Irjen Budi Waseso ditunjuk dan mendapatjabatan Kabareskrim, Oegro meminta jangan mengeluarkanpernyataan, bahwa ada misi pembersihan. Dia menegaskansemua polisi baik.

    "Kalau Suhardi diganti tidak ada masalah. Propam jalandulu dong. Karena Kadiv Humas saja mengatakan asas praduga

  • 69

    tak bersalah. Kenapa masih ada praduga bersalah? Jangan pakaidua kutub. Nanti jadi awan cumulusnimbus. Bahaya," Oegromengingatkan. "Saya tahu nggak ada masalah. Kalaupun adamasalah setelah saya tinggalkan, buktikan melalui Propam.Supaya masyarakat bisa menilai kepolisian betul-betulmenggunakan asas praduga tak bersalah," tegasnya.(news.viva.co.id/news/read/579153).

    Oegro menambahkan, dirinya tak khawatir apabilamendapat ancaman ataupun teror, karena pernyataannya itu.Sebagai orang dalam dan sebagai mantan Wakapolri, tentu sajaKomjen Oegroseno sangat mengetahui apa yang terjadi diinternal Polri, yaitu terjadinya persaingan tajam antar jenderal.Ia langsung saja mengatakan Budi Gunawan dan Budi Waseso(dua Budi ini) merupakan 'biang masalah' di tubuh Polri saat ini.

    Dan terkait kritik pedasnya yang disampaikan ini,Oegroseno mengaku tidak takut dengan segala resiko yangharus dihadapi. "Memang resiko bernegara ya gitu. Jangantakut," katanya di Gedung Sekretariat Negara, Jakarta Pusat,Selasa (27/1/2015). (nasional.inilah.com/read/detail/2173646).

    Mantan Wakapolri ini, ternyata juga cukup kerasmenanggapi peristiwa penangkapan Bambang Widjojanto,Wakil ketua KPK, yang ditangkap di halaman Sekolah Nurul

  • 70

    Fikri, Kelapa Dua, Cimanggis, Depok, pada Jumat pagi 23Januari 2015.

    Berikut ini beberapa pernyataan Komjen Pol. (Pur)Oegroseno:

    1. Kabareskrim tak anggap Wakapolri. Pasalnya ketikaditanya media pagi-pagi apakah benar Bambang Widjojanto(BW) ditangkap polisi, Wakapolri Badrodin Haiti menjawabTidak benar Bareskrim tangkap Bambang Widjojanto.

    2. Penyidik bisa mengirim surat ke rumah BW untukmelakukan pemeriksaan. Tetapi petugas Kepolisian langsungmenangkap BW yang berstatus tersangka di depan anaknya, itubukan tindakan bijaksana, bisa-bisa anak kecil benci Polisi, kataOegroseno.

    3. Irjen Pol. Budi Waseso tidak memenuhi syarat untukdiangkat menjabat Kabreskrim, harusnya Kabareskrim itupernah dijabat oleh Kapolda tipe A, tipe B. Pengangkatan BGhanya didasari keputusan Pelaksana Tugas Kapolri, KomisarisJenderal Badrodin Haiti. Plt itu hanya terbatas melaksanakantugas administratif. Dia tidak boleh mengambil kebijakanstrategis.

    4. Pencopotan Kabareskrim (lama) Komjen Pol. SuhardiAlius bisa digugat ke PTUN.

  • 71

    Pernyataan Komjen Pol (Pur) Oegroseno di atas padabutir satu dan dua masuk nalar umum. Memang rasanya kurangpantas seorang Wakapolri yang notabene sedang menjalankanfungsi Kapolri tidak tahu rencana penangkapan BW, seorangpejabat negara, Wakil Ketua KPK. Wajar jika ada yangmenafsirkan kenapa tak melapor atasan, bukankah menangkapBW itu akan menggegerkan perpolitikan nasional. Buktinyasampai Presiden Joko Widodo menyatakan sikapnya di IstanaBogor, menasihati agar KPK dan Polri jangan bergesekan.

    Butir dua juga sangat masuk akal sehat, masamenangkap orang di depan anak kecil di halaman sekolah,dalam keadaan masih menggunakan sarung, dan diborgol pula.Apakah petugas Bareskrim takut BW melawan atau melarikandiri, luar biasa memang.

    Mengenai pernyataan butir ke tiga bahwa Irjen BudiWaseso tidak memenuhi syarat menjadi Kabareskrim, mestinyapejabat yang mengangkat Budi Waseso lebih tahu, apakahboleh atau tidaknya seseorang yang belum pernah menjadiKapolda Tipe A menjadi Kabareskrim. Budi Waseso sebelummenjabat Kepala Sespimti Lemdikpol, pernah menjabatKapolda Gorontalo, sebuah Polda tipe B. Apakah ada aturantertulis di lingkungan Polri? Bila persyaratan itu hanya sebuahkonvensi, aturan tak tertulis, maka secara peraturan keberadaan

  • 72

    Irjen Pol. Budi Waseso sebagai Kabareskrim sah. Soalpencopotan Komjen Pol. Suhardi Alius dianjurkan di-PTUN-kan,mungkin Suhardi Alius sendiri segan melakukannya, apalagi iasudah menyatakan ikhlas dicopot, walaupun ia pernah jugamenyatakan dirinya difitnah.

    Sejalan dengan pemikiran mantan WakapolriOegroseno, bahwa Kabareskrim harus dijabat perwira tinggiyang pernah menjadi Kapolda tipe A, bagaimana denganpersyaratan Kapolri? Apakah harus pernah menjadi Kapoldatipe A (Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Metro Jaya,Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, KalimantanTimur, Sulawesi Selatan-Barat, Papua)? Pertanyaannya,bagaimana bila Presiden Joko Widodo dengan alasan prerogatifPresiden memilih salah seorang Komjen Polisi yang adasekarang, tapi belum pernah menjabat sebagai Kapolda tipe A?Kita tunggu perkembangannya, mudah-mudahan pilihanPresiden tidak bikin bumi Indonesia gonjang ganjing lagi.(birokrasi.kompasiana.com/2015/01/24/)

    Yang pasti, menurut surveinya LSI, mayoritas publikmengkhawatirkan munculnya matahari kembar di kepolisiandengan terjadinya persaingan tidak sehat di Polri. Menurut LSIada dua matahari. Matahari pertama adalah Plt Kapolri yangdijabat oleh Komjen Badrodin Haiti. Matahari kedua adalah

  • 73

    Komjen Budi Gunawan yang sudah disetujui DPR sebagaiKapolri dan menunggu pelantikan. "Jokowi diharapkansecepatnya menetapkan Kapolri definitif. Menunda keputusanuntuk Kapolri yang definitif dianggap buruk untuk soliditaskepolisian. Itu buruk juga bagi citra ketegasan seorangpresiden," kata peneliti LSI-Denny JA, Ardian Sopa dalamkonferensi pers di kantor LSI, Rawamangun, Jakarta, Selasa(20/1).

    Mayoritas publik, sebesar 69.78% mengharapkan partaikoalisi pendukung Jokowi (KIH) tak lagi menekan Jokowimelantik tersangka korupsi BG menjadi Kapolri. "Hanyasebesar 23.60% publik berharap Jokowi harus ditekan untuktetap melantik tersangka korupsi BG sebagai Kapolri,dan 6.62% publik menyatakan tidak tahu/tidak jawab,"lanjutnya.

    Harapan ini merata di semua segmen masyarakat. Baikmereka yang tinggal di perkotaan maupun pedesaan, priamaupun wanita, wong cilik maupun kelas ekonomi mapan,mereka yang terpelajar maupun berpendidikan rendah.

    Survei ini dilakukan melalui quick poll pada tanggal 17-18 Januari 2015. Survei menggunakan metode multistagerandom sampling dengan 1.200 responden dan margin of errorkurang lebih 2,9 %. Survei dilaksanakan di 33 propinsi di

  • 74

    Indonesia. Survei juga dilengkapi dengan penelitian kualitatifdengan metode analisis media, FGD, dan in depth interview.Demikian temuan survei Lingkaran Survei Indonesia Denny JA(LSI Denny JA) yang mengadakan survei khusus untukmemotret respon publik terhadap polemik Jokowi dan Kapolri.(gatra.com/fokus-berita/130105).

    Dari Senayan, seorang anggota DPR Fraksi PPP, ArsulSani, meminta Tim Independen beranggotak sembilan tokohyang dibentuk Presiden Joko Widodo, harus bisa membongkarakar permasalahan dari kisruh KPK vs Polri yang terjadisekarang. Termasuk mengungkap dugaan keterlibatan sejumlahjenderal di Polri. Tim Independen ini punya tanggung jawabberat. Yaitu mengungkapkan fakta-fakta di balik kisruh antaraKPK dengan Polri. Arsul Sani berharap Tim Independen harusmendalami fakta-fakta yang terjadi, terkait BG dan Wakil KetuaKPK, BW, paparnya kepada inilah.com, Selasa (27/01/2014).

    Dalam mengungkap kisruh kedua institusi tersebut,lanjut Arsul, tim independen diharapkan olehnya maumembuka diri bagi informasi atau data-data penting darimasyarakat. Termasuk adanya kabar tentang keterlibatansejumlah Jenderal di Mabes Polri dalam masalah ini. Ya, sayamendapatkan informasi mengenai adanya perang bintang di

  • 75

    tubuh Polri. Kami berharap, tim independen bisa membuka diriuntuk informasi dari masyarakat, tuturnya.

    Beredar kabar, kisruh KPK vs Polri ini, tak bisa lepas daripersaingan tak sehat di Mabes Polri. Persaingan itu didominasioleh sekelompok pendukung calon Kapolri yang berpangkatbintang tiga. Dari sembilan jenderal bintang tiga, muncul tiganama yang paling berpeluang yakni, Kalemdikpol Komjen BudiGunawan, Irwasum Komjen Dwi Prayitno, dan KabareskrimKomjen Suhardi Alius.

    Yang terjadi kemudian, Presiden Jokowi mencopotKapolri Jenderal Sutarman dan memilih BG sebagai calontunggal Kapolri. Tak lama kemudian, Kabareskrim KomjenSuhardi Alius yang menjadi kandidat Kapolri juga dicopot. Disinilah masalah mulai muncul, ketika KPK menetapkan BGsebagai tersangka dalam kasus gratifikasi dan suap. Kasus iniberasal dari data lama yang direspon dengan cepat oleh komisiantirasuah itu. Yang menjadi operator data tersebut adalahBrigjen KR, salah satu petinggi di Bareskrim Mabes Polri.(nasional.inilah.com/read/detail/2173637/).

    Tetapi, terjadinya perang bintang di tubuh Polri ini,langsung saja oleh Menko Polhukam Tedjo Edy Purdjiatnodibantah. Ia juga yakin, Keputusan Presiden itu tidak

  • 76

    mempengaruhi soliditas Polri. Tidak ada pertarungan antarjenderal berbintang di tubuh korps Bhayangkara itu.

    "Enggak ada perang bintang, adanya 'Star Wars'," candaTedjo yang mantan Kepala Staf Angkatan Laut itu. Lebih lanjut,Tedjo juga memuji kebesaran hati Jenderal Sutarman yangbersedia diberhentikan oleh Presiden. Seharusnya, masa pensiunSutarman baru jatuh pada Oktober 2015.

    Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum danKeamanan, Tedjo Edhi Purdjiatno ini mengaku sudah berbicaradengan BG terkait penundaan pelantikannya sebagai Kapolri.Dari pembicaraan itu, Tedjo mengatakan, BG sama sekali tidakmasalah pelantikannya ditunda.

    "Enggak ada masalah, tadi saya kumpulkan bersama PakTarman (mantan Kapolri Jenderal Sutarman), Pak Badrodin (PltKapolri Badrodin Haiti) dan Pak Budi. Clear semua, enggak adamasalah. Besok akan dijelaskan ke internal mereka," ujar Tedjodi Istana Kepresidenan, Jumat (16/1/2015).

    Presiden Joko Widodo, kata Tedjo, juga menjelaskankepada BG bahwa penundaan itu terpaksa dilakukan supayaproses hukum terhadap mantan ajudan Presiden MegawatiSoekarnoputri itu bisa tuntas. Meski demikian, Presiden tidakmenyebut batas waktu penundaan pelantikan itu dilakukan.

  • 77

    "Berhubung Komjen Budi Gunawan sedang menjalaniproses hukum, maka kami pandang perlu untuk menundapengangkatan sebagai Kapolri. Jadi menunda, bukanmembatalkan. Ini yang perlu digarisbawahi," kata PresidenJokowi dalam jumpa pers di Istana Merdeka.(nasional.kompas.com/read/2015/01/16/23221251).

    Sama dengan Menkopolhukam Tedjo, Pelaksana Tugas(Plt) Kapolri Komjen Pol Badrodin Haiti menegaskan takada pengkhianatan dalam tubuh Polri. Istilah tersebutdinilainya timbul hanya semata pernyataan emosional saja.

    "Pengkhianatan itu pernyataan emosional saja. Sayasudah sampaikan, tidak bisa kita bicara seperti itu. Kalau kitaemosional akan memancing lebih jauh. Sudah saya tegursehingga tidak seperti itu," ujar Badrodin saat pertemuandengan Pemimpin Redaksi media di kantor Menko Polhukam,Jakarta, Selasa (20/1/2015).

    Kata pengkhianat muncul dari ucapan Kabareskrim PolriIrjen Budi Waseso. Dia menyatakan tidak akan menjadipengkhianat di tubuh Polri. Namun begitu, Budi Waseso takmenampik ada orang yang bersikap begitu dalam internal Polri.

    Badrodin membantah keras adanya kubu dalam internalPolri. Kubu-kubu itu disebut-sebut bersaing untukmemperebutkan kursi tertinggi di Korps Bhayangkara. "Saya

  • 78

    tadi pagi menjelaskan ke pejabat utama para perwiramenengah dari Mabes Polri ini, kok orang luar yang merasa.Jangan sampai orang luar yang memancing kita terbelah.Mungkin ini analisis semata yang datanya sumir. Bisamenimbulkan penafsiran salah," jelas dia.

    Hanya saja, Badrodin juga tidak memungkiri ada percikantara satu orang dengan yang lainnya. Tapi pada dasarnya iasiap menjalankan apa pun keputusan pimpinan. "Bisa saja satuorang kesel bisa saja. Tapi kalau perang bintang tidak ada. Kitasendiri tidak tahu siapa calon Kapolri nanti. Kita serahkan kepimpinan, siapa pun kita loyal," tandas Badrodin.(news.liputan6.com/read/2163753/).

    Meski dibantah tidak ada perang bintang itu, tapi suara-suara adanya perselisihan antara petinggi Polri malah semakinterendus sampai ke tingkat bawah. Termasuk soal pergantianKabareskrim yang dinilai mendadak, dari Komjen Suhardi Aliusdialihkan kepada Irjen Budi Waseso.

    Seorang anggota Polri mengatakan: "Soal kisruh dikalangan pejabat Polri itu enggak berimbas terhadap pelayananmasyarakat. Semua pelayanan ke masyarakat masih berjalannormal. Pernyataan itu disampaikannya ke merdeka.com,Selasa (20/1).

  • 79

    Tapi anggota Polri ini hanya bisa berharap, apa yangterjadi di internal korps Bhayangkara saat ini tidak berlarut-larut. Dia mengatakan, apapun yang menjadi perselisihan antarjenderal di lembaga Tri Brata itu, satuannya akan dipimpin olehseseorang yang dapat membawa perubahan. "Semogakisruhnya beres. Polri segera memiliki pemimpin yang bisamembawa Polri tetap jaya bahkan semakin jaya," harapnya.

    Selain itu, dengan adanya kisruh antara petinggi-petinggi Polri, lanjut dia, setiap anggota polisi mau berbenahuntuk memperbaiki citra dari institusi kepolisian itu sendiri."Makin solid, profesional dan dicintai masyarakat," pungkasnya.(merdeka.com/peristiwa/ini-kata-anak-buah-soal-perang-bintang).

    Di pusaran perang bintang itu, ada yang menarik, yaituberedarnya pernyataan simpang-siur tentang siapasesungguhnya yang memutasi Kabareskrim Komjen SuhardiAlius ini. Sutarman atau Badrodin Haiti?

    Kabareskrim Komjen Pol Suhardi Alius dimutasi keLembaga Pertahanan Nasional (Lemhanas). Mutasi ini atasperintah dari Kapolri saat itu Jenderal Sutarman. Pernyataan inidikatakan Kepala Divisi Humas Polri Irjen Ronnie F. Sompie.

    "Apa yang saya jelaskan ini berdasarkan penjelasanKomjen Pol Drs Suhardi Alius. Pada hari Kamis (15/1) malam,

  • 80

    Bapak Kapolri Jenderal Polisi Drs. Sutarman memerintahkanKomjen Pol Drs. Suhardi Alius untuk menyerahkan tugas,wewenang dan tanggung jawab Kabareskrim Polri kepada IrjenPol Drs Budi Waseso," tutur Kadiv Humas Polri, Irjen Ronnie FSompie kepada detikcom, Minggu (18/1/2015).

    Besoknya, lanjut Ronnie, Jumat (16/1) pagi, Komjen PolDrs Suhardi Alius mengumpulkan seluruh anggota BareskrimPolri dan menghubungi Irjen Pol Drs Budi Waseso. KomjenSuhardi sudah berpamitan dengan seluruh anggota BareskrimPolri. "Selanjutnya menyerahkan sepenuhnya tugas, wewenangdan tanggung jawab jabatan Kabareskrim Polri kepada Irjen PolDrs Budi Waseso. Penyerahan tersebut tanpa upacara sepertibiasanya," tutupnya.

    Sekedar diketahui, Komjen Suhardi Alius diangkatsebagai Kabareskrim di era pemerintahan SBY pada Oktober2013 dan diberhentikan dari Kabareskrim di era pemerintahanJokowi per Jumat (16/1). Jenderal bintang tiga yang baruberumur 52 tahun itu saat ini dimutasi ke Lemhannas tanpaalasan yang jelas. Dia dimutasi di tengah gonjang-ganjingpemberhentian Kapolri Jenderal Sutarman dan pengangkatanBG sebagai Kapolri. Kisruh ini berakhir pada keputusan Presidenyang menunda pelantikan BG karena telah dijadikan tersangkaoleh KPK dalam kasus rekening tidak wajar. Banyak pihak yang

  • 81

    menyayangkan pencopotan Suhardi Alius.(detik.com/read/2015/01/18/124157/2806475).

    Ternyata, mantan Kapolri Jenderal Sutarman tak pernahmemberi perintah mutasi untuk Komjen Suhardi Alius dariBareskrim Polri. Ada pernyataan tegas Sutarman, bahwa setelahdia diberhentikan, maka sepenuhnya soal mutasi adalah urusanWakapolri Komjen Badrodin Haiti.

    "Sudah bukan wewenang saya. Pergeseran setelah sayabukan wewenang saya," tegas Sutarman, di Mabes Polri, JlTrunojoyo, Jakarta, Rabu (21/1/2015). Menurut Sutarman,setelah dia lengser pada 18 Januari, dirinya sudah tak lagiberwenang melakukan mutasi. "Sejak 16 Januari kemarin dihadapan bapak Presiden saya sudah serahkan tugas danwewenang Kapolri kepada Pak Badrodin, sehingga pergeseransetelah itu wewenang Pak Badrodin," tutur Sutarman.

    Komjen Suhardi Alius turun dari jabatan Kabareskrimmemang sangat mendadak dan hampir bersamaan dengandiberhentikannya Sutarman. Masih menjadi misteri apa alasanSuhardi dimutasi walau Mabes Polri pernah menyebut sebagairegenerasi, dan mutasi merupakan perintah terakhir Sutarman.

    Suhardi Alius kini di Lemhannas, sedangkan jabatanKabareskrim dijabat Irjen Budi Waseso yang banyak disebutorang dekat BG, Kapolri yang ditunda pelantikannya karena

  • 82

    kasus hukum di KPK. Tetapi Sutarman tegas-tegas menyatakan,bahwa ia tidak menggeser Suhardi. "Pergeseran ini wewenangpejabat baru karena terjadi setelah saya," tutup Sutarman.(detik.com/read/2015/01/21).

    Wakapolri Komjen Pol Badrodin Haiti yang menjabatPlt Kapolri, menampik tudingan adanya persaingan tidak sehatantar elit polisi di tubuh Mabes Polri dalam kisruh perseteruanPolri dengan Komisi KPK. Badrodin juga membantah bilapersaingan itu didominasi sekelompok pendukung calonKapolri yang berpangkat bintang tiga. "Saya tidak merasakanadanya persaingan itu, yang berkembang itu hanya si A dekatdengan tokoh X atau si B dekat dengan tokoh lain, dansebagainya," kata Badrodin ketika dihubungi Okezone, Selasa(27/1/2015).

    Menurut Badrodin, mantan Kapolri Jenderal Sutarmanbahkan pernah menginstruksikan untuk menerima apapunkeputusan yang diambil Presiden Jokowi sebagai pemimpintertinggi negara dan juga pemerintahan. Hal itu disampaikanSutarman saat dirinya baru menerima tugas sebagai PelaksanaTugas Kapolri untuk mengisi kekosongan pimpinan diKepolisian. "Mantan Kapolri Pak Sutarman dari awal menjabatsudah mengarahkan, bahwa sejak menjabat saya harus siapsewaktu-waktu diganti dan tugasnya menyiapkan penggantinya

  • 83

    dari sekarang, sehingga semuanya legowo dengan keputusanPresiden," pungkasnya.

    Sebelumnya beredar kabar, kegaduhan konflik KPKversus Polri terjadi karena persaingan tidak sehat antar-pejabatpolisi di tubuh Mabes Polri. Persaingan itu didominasi olehsekelompok pendukung calon Kapolri yang berpangkat bintangtiga.

    Kita semua menjadi prihatin terjadinya perang bintangdi tubuh Polri ini, yang konon sudah lama terjadi dan memangbukan rahasia lagi. Kita tahu kasus dugaan korupsi simulatorujian SIM yang saat itu (2012) ditangani Komisi PemberantasanKorupsi dan Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Polri tampakjelas adanya perang bintang itu.

    Menurut Direktur Eksekutif Indonesia Police Watch(IPW), Neta S Pane, kasus ini merupakan dampak dariperebutan kursi Kapolri. Dia menjabarkan, Djoko Susilo yangmenjadi tersangka di KPK untuk kasus simulator SIMmerupakan salah satu calon kuat untuk menjabat Kapolri.Namanya cukup populer di kalangan internal kepolisian. Adabeberapa nama lagi yang cukup dijagokan untuk menjadi TB-1(sebutan untuk Kapolri). Di antaranya Irjen Pol Putut BayuSeno yang saat itu menjabat sebagai Kapolda Jawa Barat,Kapolda Bali Irjen Pol Budi Gunawan, Kepala Korps Lalu Lintas

  • 84

    Puji Hartanto Waluyo, dan Staf Ahli Kapolri Irjen Pol BadrodinHaiti. "Jadi ada semacam perang bintang di internal Polri," katadia.

    Juga ada sentimen an