bab ii landasan teori - repository.uksw.edu...nation berasal dari bahasa latin natio, yang...

22
Gerald J. Tampi 752011042| 8 BAB II LANDASAN TEORI Teori pokok merupakan perangkat inti dalam pembahasan ini adalah Nasionalisme. kata ini biasanya berhubungan dengan identitas suatu bangsa serta ideologi yang tidak lain merupakan ilmu yang membentuk pola pikir manusia. Untuk itu pada bab ini, pembahasan Nasionalisme hanya sebatas pada sejarah singkat dari nasionalisme, pandangan umum serta pandangan daribeberapa sosiolog tentang nasionalisme, nasionalisme sebagai identitasdan nasionalisme sebagai ideologi. A. Sejarah Nasionalisme Nation berasal dari bahasa Latin natio, yang dikembangkan dari kata nascor (saya dilahirkan), maka pada awalnya nation (bangsa) dimaknai sebagai “sekelompok orangyang dilahirkan di suatu daerah yang sama” group of people born ini the same place. 1 Nasionalisme sendiri lahir dalam suasana kebencian kosmopolitanisme yang mencuatkan kemarahan orang- orang Jerman dan negara Eropa lainnya yang merasa termarjinalkan dalam kerangka rasionalisme universalistik Pencerahan Perancis. Penyebaran gagasan nasionalis ke Eropa Barat dan sekitarnya, yang mengakibatkan adanya berbagai macam masyarakat yang sangat berbeda tidak terhindarkan untuk saling berinteraksi, akhirnya menimbulkan berbagai kesulitan. Dari sinilah muncul gagasan nasionalis, para guru, wartawan, pendeta, dan cendikiawan lainnya, mereka menemukan identitas untuk masa kini dan masa depan. Sebagian diantara mereka mulai menulis bahasa-bahasa yang semula hanya dituturkan secara lisan; sementara yang lain menyusun bahan bacaan kesusasteraan dan mengungkapkan 1 Sutarjo Adisusilo, Nasionalisme Demokrasi Civil Society, Jurnal Iman, Ilmu, Budaya. vol. 3. (Sept. 2002), 4.

Upload: others

Post on 19-Jan-2021

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edu...Nation berasal dari bahasa Latin natio, yang dikembangkan dari kata nascor (saya dilahirkan), maka pada awalnya nation (bangsa) dimaknai

Gerald J. Tampi 752011042| 8

BAB II

LANDASAN TEORI

Teori pokok merupakan perangkat inti dalam pembahasan ini adalah Nasionalisme.

kata ini biasanya berhubungan dengan identitas suatu bangsa serta ideologi yang tidak lain

merupakan ilmu yang membentuk pola pikir manusia. Untuk itu pada bab ini, pembahasan

Nasionalisme hanya sebatas pada sejarah singkat dari nasionalisme, pandangan umum serta

pandangan daribeberapa sosiolog tentang nasionalisme, nasionalisme sebagai identitasdan

nasionalisme sebagai ideologi.

A. Sejarah Nasionalisme

Nation berasal dari bahasa Latin natio, yang dikembangkan dari kata nascor (saya

dilahirkan), maka pada awalnya nation (bangsa) dimaknai sebagai “sekelompok orangyang

dilahirkan di suatu daerah yang sama” group of people born ini the same place.1Nasionalisme

sendiri lahir dalam suasana kebencian kosmopolitanisme yang mencuatkan kemarahan orang-

orang Jerman dan negara Eropa lainnya yang merasa termarjinalkan dalam kerangka

rasionalisme universalistik Pencerahan Perancis. Penyebaran gagasan nasionalis ke Eropa

Barat dan sekitarnya, yang mengakibatkan adanya berbagai macam masyarakat yang sangat

berbeda tidak terhindarkan untuk saling berinteraksi, akhirnya menimbulkan berbagai

kesulitan. Dari sinilah muncul gagasan nasionalis, para guru, wartawan, pendeta, dan

cendikiawan lainnya, mereka menemukan identitas untuk masa kini dan masa depan.

Sebagian diantara mereka mulai menulis bahasa-bahasa yang semula hanya dituturkan secara

lisan; sementara yang lain menyusun bahan bacaan kesusasteraan dan mengungkapkan

1Sutarjo Adisusilo, Nasionalisme – Demokrasi – Civil Society, Jurnal Iman, Ilmu, Budaya. vol. 3.

(Sept. 2002), 4.

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edu...Nation berasal dari bahasa Latin natio, yang dikembangkan dari kata nascor (saya dilahirkan), maka pada awalnya nation (bangsa) dimaknai

Gerald J. Tampi 752011042| 9

sejarah yang sebenarnya. Opera dan novel pada waktu itu merupakan sarana-sarana yang

paling disukai untuk menyebarluaskan semangat nasionalis. Aspek politik dari berbagai

usaha ini meraih keberhasilan besar dengan ditandatanganinya Perjanjian Versailles pada

tahun 1918, yang menetapkan Eropa dalam kerangka prinsip menentukan diri sendiri sebagai

bangsa.2

Di belahan dunia yang lain, yaitu Afrika dan Asia, gagasan-gagasan nasionalis ini

menyulut berbagai gerakan mengganti kekuasaan Eropa dengan pemerintahan dari bangsa

bersangkutan termasuk Indonesia. Tetapi karena hanya ada sedikit bangsa yang memenuhi

syarat dikawasan ini, maka calon-calon negara pengganti yang dibentuk berdasarkan beragam

prinsip itu menyatakan kemerdekaan agar bisa memulai proses homogenisasi budaya yang

diharapkan bisa mengarah pada terjadinya pembentukkan kebangsaan. Para pakar politik

sering mendapati penjelasan yang menarik dalam nasionalisme karena di dalamnya

menjanjikan penjelasan mengenai sebab-sebab konflik yang tersembunyi di antara berbagai

kelompok etnik. Dalam hal ini, nasionalisme bukan keyakinan melainkan kekuatan yang bisa

menggerakkan sekumpulan orang melakukan perbuatan sekaligus menganut suatu keyakinan.

Dari hal ini nasionalisme sebaiknya dianggap sebagai seperangkat gagasan dan sentimen

yang secara lentur merespon, dasawarsa demi dasawarsa, situasi-situasi baru seperti situasi-

situasi sulit yang memungkinkan rakyat menemukan jati dirinya.3

B. Tinjauan Nasionalisme

Nasionalisme telah memiliki daya tarik tersendiri bagi para sosiolog, namun daya

tarik itu muncul, bukan karena tema nasionalisme itu sendiri, melainkan karena topik

nasionalisme telah menumbuhkan suatu agenda besar yang selama ini menjadi perhatian para

sosiolog yaitu transformasi besar yang dialami umat manusia dari masyarakat pra-modern

2Adam Kuper & Jessica Kuper, The Social Sciences Encylopedia, terj. Haris Munandar, et.al,

Ensklopedia ilmu-ilmu sosial, (Jakarta: P.T. Raja Grafindo Persada, 2000), 694-695. 3Ibid.,695.

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edu...Nation berasal dari bahasa Latin natio, yang dikembangkan dari kata nascor (saya dilahirkan), maka pada awalnya nation (bangsa) dimaknai

Gerald J. Tampi 752011042| 10

dan masyarakat pra-industri menuju masyarakat modern dan masyarakat industri. John

Breuilly, dalam bukunya yang berjudul Nationalism and The State, mengkategorikan

Nasionalisme sebagai bentuk dari politik. Tema “Nasionalisme” digunakan untuk pergerakan

politikal dalam mencari atau mempraktekkan kekuatan Negara dan keadilan dengan

pemikiran para nasionalis.4Selain itu, menurut Boyd Shafer nasionalisme itu memiliki multi

makna, hal tersebuttergantung pada kondisi objektif dan subjektif dari setiap bangsa. Oleh

sebab itunasionalisme dapat bermakna sebagai berikut:

1. Nasionalisme adalah rasa cinta pada tanah air, ras, bahasa atau budaya yang sama,

maka dalam hal ini nasionalisme sama dengan patriotisme.

2. Nasionalisme adalah suatu keinginan akan kemerdekaan politik, keselamatan dan

prestise bangsa.

3. Nasionalisme adalah suatu kebaktian mistis terhadap organisme sosial yang kabur,

kadang-kadang bahkan adikodrati yang disebut sebagai bangsa atau Volk yang

kesatuannya lebih unggul daripada bagian-bagiannya.

4. Nasionalisme adalah dogma yang mengajarkan bahwa individu hanya hidup untuk

bangsa dan bangsa demi bangsa itu sendiri.

5. Nasionalisme adalah doktrin yang menyatakan bahwa bangsanya sendiri harus

dominan atau tertinggi di antara bangsa-bangsa lain dan harus bertindak agresif.5

Dari konteks ini dapat dilihat bahwa, para sosiolog sebenarnya hanya ingin

mengembangkan suatu teori yang lebih umum tentang masyarakat. Sejak awal kemunculan

sosiologi, sebenarnya para pendiri sosiologi seperti Marx membahas, nasionalisme dalam

kaitan dengan sejarah perjuangan kelas dalam kehidupan umat manusia, kemudian Weber

meletakkan nasionalisme sebagai instrumen politik, dan juga Durkheim melihat nasionalisme

dan negara sebagai organ dari disiplin moral. Namun dari kesemuannya itu, mereka tidak

4John Breuilly, Nationalism and The State, (Chicago: The University of Chicago Press, 1994), 2. 5Sutarjo Adisusilo, Nasionalisme – Demokrasi – Civil Society, 5-6.

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edu...Nation berasal dari bahasa Latin natio, yang dikembangkan dari kata nascor (saya dilahirkan), maka pada awalnya nation (bangsa) dimaknai

Gerald J. Tampi 752011042| 11

pernah menjadikan nasionalisme sebagai topik dalam pusat kajian mereka. Seiring dengan

berjalannya waktu, beberapa tahun kemudian para ilmuwan sosial mulai melihat dan

mengkaji topik nasionalisme secara lebih serius. Khususnya sejak berakhirnya pendudukan

negara-negara Eropa dan Jepang terhadap negara-negara Asia dan Afrika di tahun 1950an,

kajian tentang nasionalisme menjadi sangat intensif dilakukan. Dalam melihat kajian-kajian

tentang nasionalisme, penulis melihat beberapa definisi umum dari nasionalisme serta

pandangan beberapa sosiolog yang telah mengkaji nasionalisme secara mendalam seperti:

Anthony Smith, Benedict RO’G Anderson, Hans Kohn dan Ernest Gellner.

B.1. Definisi umum Nasionalisme

Pada bagian ini, penulis mengambil definisi umum nasionalisme dari beberapa

sumber buku seperti ensklopedia dan kamus sosial, yaitu

Nasionalisme adalah keyakinan bahwa setiap bangsa mempunyai hak dan

kewajiban untuk membentuk dirinya sebagai negara.6

Nasionalisme merupakan bentuk dari konflik, integritas politik, pembaharuan

dan pendekatan dari suku,serta sebuah budaya baru yang diciptakan.7

Nasionalisme adalah kebangsaan; cinta akan tanah air; paham kebangsaan

(persatuan bangsa).8

Nationalism is a political creed that underlies the cohesion of modern

societies and legitimizes their claim to authority. Nationalis centers the

6Adam Kuper & Jessica Kuper, The Social Sciences Encylopedia, terj. Haris Munandar, et.al,

Ensklopedia ilmu-ilmu sosial, (Jakarta: P.T. Raja Grafindo Persada, 2000), 694. 7George Ritzer (ed), Encyclopedia of Social Theory, (California: SAGE Publication, 2005), 520. 8Tim Prima Pena, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Gita Media Press, 2006), 332.

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edu...Nation berasal dari bahasa Latin natio, yang dikembangkan dari kata nascor (saya dilahirkan), maka pada awalnya nation (bangsa) dimaknai

Gerald J. Tampi 752011042| 12

supreme loyalty of the overwhelming majority of the people upon the nation-

state either existing or desired.9

B.2. Pandangan Para Sosiolog

B.2.1 Hans Kohn: Arti Penting Nasionalisme

Dalam buku yang berjudul nasionalisme dan sejarahnya, Hans Kohn mendefinisikan

nasionalisme sebagai salah satu kekuatan yang menentukan dalam sejarah modern. Namun

nasionalisme itu sendiri, tidak sama pada setiap negara dan zaman, hal ini dikarenakan ide-

ide politik dan susunan masyarakat dari berbagai negara dimana nasionalisme ini berakar itu

berbeda. Nasionalisme memiliki bentuk-bentuk yang berbeda, hal tersebut dapat diketahui

melalui perkembangan dari nasionalisme tersebut. selain itu, nasionalisme juga memiliki

pengaruh serta sisi negatif dalam hal kemerdekaan umat manusia dan pemeliharaan

kedamaian. Pada akhir abad ke-18, makna dari nasionalisme semakin terkenal luas. Hal ini

terjadi karena peranan nasionalisme semakin tumbuh kuat dalam membentuk semua segi

kehidupan. Ini terlihat dari pergeseran makna “kesetiaan”. Jika dulu (sebelum akhir abad ke-

18) individu tunduk atau setia kepada pelbagai macam kekuasaan sosial, organisasi politik,

raja, suku, dinasti, dan gereja atau golongan keagamaan. maka pada akhir abad ke-18

“kesetiaan” itu berubah maknanya menjadi kesetiaan kepada negara yang meliputi bangsa.10

Tujuan dari nasionalisme digambarkan oleh Kohn sebagai bentuk penyatuan

perbedaan dalam sebuah negara. Maksudnya adalah bahwa individu-individu yang berada

pada sebuah negara, mau hidup saling berdampingan/bersama dengan individu-individu yang

berbeda (dalam hal suku, bahasa, agama dll). Kohn mengambil contoh rakyat Amerika

9David L. Sills ed. Internastional Encyclopedia of The Social Sciences, (New York: The macMillan

Company & The Free Press, 1972), 63. 10Hans Kohn, Nationalism, its Meaning and History, terj. Sumantri M. Nasionalisme Arti dan

Sejarahnya, (Jakarta: P.T. Pembangunan Jakarta, 1961), 11.

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edu...Nation berasal dari bahasa Latin natio, yang dikembangkan dari kata nascor (saya dilahirkan), maka pada awalnya nation (bangsa) dimaknai

Gerald J. Tampi 752011042| 13

Serikat yang dapat bersatu walaupun mereka berbeda keturunan/bangsa. Atau rakyat Swiss

yang bisa bersatu walaupun mereka memakai 3-4 bahasa dalam kehidupan mereka.11 Tujuan

yang lain dari nasionalisme ini adalah untuk membina masyarakat sipil yang liberal dan

rasional, mewakili golongan tengah dan filsafat John Locke.12 Adapun faktor-faktor yang

membentuk terjadinya nasionalisme yang menurut Kohn berasal dari bangsa Ibrani, yaitu rasa

sebagai bangsa yang terpilih, penegasan bahwa memiliki kenangan yang sama mengenai

masa lampau dan harapan yang sama dimasa yang akan datang, serta wacana bangsa yang

mempunyai tugas khusus di dunia.13

Ada banyak manfaat dari nasionalisme,beberapa dari manfaat itu terdapat dalam

tulisan Kohn, diantaranya:

1. Terciptanya rasa ingin bersatu walaupun berbeda, hal ini dapat terlihat dari contoh

rakyat Amerika Serikat dan rakyat Swiss yang tetap bersatu walaupun mereka

menyadari mereka berbeda dalam hal keturunan/suku maupun bahasa. Hal ini terjadi

karena adanya kesadaran dan kemauan untuk dapat hidup bersama.14

2. Bahasa mendapatkan kedudukan yang baru, bahasa sebagai alat berkomunikasi,

mendapatkan tempat yang baru. Hal ini terjadi karena pengaruh dari gerakan

protestanisme yang dalam anjurannya, individu harus dapat membaca kitab Injil dan

menempatkan khotbah sebagai pusat kebaktian kepada Tuhan. Dari sinilah muncul

penerjemahan kitab Injil kedalam bahasa-bahasa daerah atau bahasa nasional.

Sehingga dapat diartikan nasionalisme sangat bermanfaat untuk memperkuat

kedudukan bahasa daerah dan nasional.15

11Ibid.,12 12Ibid.,37 13Ibid.,14 14Ibid.,12 15Ibid.,18

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edu...Nation berasal dari bahasa Latin natio, yang dikembangkan dari kata nascor (saya dilahirkan), maka pada awalnya nation (bangsa) dimaknai

Gerald J. Tampi 752011042| 14

3. Adanya penghormatan terhadap Hak Asasi Manusia, individu beserta

kemerdekaannya, kemuliaannya dan kebahagiaannya merupakan unsur-unsur asasi

dari semua kehidupan nasional.16

4. Rakyat menjadi pusat bangsa, keikut sertaan rakyat secara giat dan nyata sebagai

warga negara yang sama kedudukannya, yang dipersatukan oleh rasa persaudaraan

dan kesetiaan terhadap satu sama lainnya merupakan asas moral yang penting bagi

bangsa.17

Kohn menggambarkan nasionalisme sebagai gejala modern yang terjadi pada akhir

abad ke-18. Meskipun merupakan gejala modern, nasionalisme sebenarnya sudah

berkembang sejak zaman yang lampau. Akar-akar dari nasionalisme tumbuh diatas peradaban

barat yakni bangsa-bangsa Ibrani dan Yunani. Kedua bangsa ini dengan tegas menyatakan

perbedaan dengan bangsa-bangsa yang lainnya. Abad ke-17 dan ke-18, merupakan permulaan

nasionalisme dibarat, yang ditandai oleh adanya penghormatan terhadap nilai-nilai

kemanusiaan.18 Pada abad ke-19 rasa kebangsaan ini berkembang dengan pesat di Eropa dan

Amerika dan di Afrika serta Asia, pada abad ke 20. Hal ini terjadi, karena adanya pemikiran

bahwa kebangsaan merupakan sumber kehidupan dari kebudayaan, pendidikan dan

pembentukkan watak.19

Kohn menyimpulkan bahwa nasionalisme merupakan suatu unsur yang berada

diseluruh dunia, nasionalisme bisa menjadi tenaga yang dapat memecahkan persatuan, untuk

melunakkannya diperlukan semangat liberal yang berupa toleransi dan kompromi atau

universalisme humaniter agama yang bersifat non-politik. Kencenderungan untuk

memberikan arti yang lebih besar terhadap kedaulatan nasional dan kekhususan budaya,

16Ibid.,22 17Ibid.,27 18Ibid.,18-19 19Ibid.,13.

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edu...Nation berasal dari bahasa Latin natio, yang dikembangkan dari kata nascor (saya dilahirkan), maka pada awalnya nation (bangsa) dimaknai

Gerald J. Tampi 752011042| 15

membuat nasionalisme tidak bisa bekerja dengan baik dalam hal relasi antar masyarakat,

justru pada waktu kemajuan dalam lapangan ekonomi dan teknologi membuat bangsa-bangsa

semakin lama semakin saling membutuhkan dan bergantung satu sama lain.20

B.2.2 Anthony Smith : Alasan Hadirnya Nasionalisme

Anthony Smith menyoroti nasionalisme sebagai suatu istilah yang sampai abad ini

masih digunakan. Menurut Smith terdapat lima alasan mengapa istilah nasionalisme masih

digunakan sampai saat ini, yaitu:

1. Merupakan Proses Pembentukan dan Pertumbuhan Bangsa-Bangsa

Proses ini mencakup serangkaian proses yang lebih khusus dan acap-kali

membentuk objek nasionalisme dalam pengertian sempit.21

2. Merupakan Sentimen atau Kesadaran memiliki bangsa

Pada bagian ini Smith mengatakan orang bisa saja memiliki rasa kebangsaan

yang besar tanpa adanya simbolisme, gerakan atau bahkan ideologi bangsa.

Contohnya pada awal abad ke-16, himbauan Niccolo Machiavelli kepada

bangsanya yaitu bangsa Italia untuk bersatu melawan bangsa barbar dari utara,

tidak mendapatkan respon sama sekali dari bangsanya sendiri. Pada bagian

lain, Smith menjelaskan suatu kelompok dapat memperlihatkan tingginya

kesadaran sosial, tetapi kekurangan ideologi yang jelas bagi bangsa tersebut.

Dari beberapa pemaparannya pada bagian ini, Smith menyimpulkan terjadi

20Ibid.,110. 21Smith sangat hati-hati dalam menjelaskan alasan pertama, karena menurutnya alasan pertama ini

harus dikesampingkan ketika kita sudah masuk dalam istilah bangsa. Untuk itu, Smith lebih berfokus kepada

alasan 2-5. Anthony Smith, Nationalism, Theory, Ideology, History, Terj. Frans Kowa, Nasionalisme:

teori,ideologi, sejarah, (Jakarta: Erlangga, 2003), 7.

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edu...Nation berasal dari bahasa Latin natio, yang dikembangkan dari kata nascor (saya dilahirkan), maka pada awalnya nation (bangsa) dimaknai

Gerald J. Tampi 752011042| 16

tumpang-tindih antara gerakan nasionalisme yang teroganisir dengan perasaan

kepemilikan nasional yang campur aduk.22

3. Merupakan Bahasa dan Simbolisme Bangsa

Menurut Smith bahasa dan simbolisme bangsa, layak mendapatkan perhatian

yang lebih. Alasannya adalah karena kedua hal ini tidak dapat dipisahkan.23 Ia

memberikan contoh bendera dan lagu kebangsaan. Warna, bentuk dan pola,

serta lirik dan musiknya, melambangkan kualitas khusus suatu bangsa yang

bentuk dan irama sederhananya dimaksudkan untuk membangkitkan suatu

perasaan yang unik mengenai sejarah atau takdir populasi yang dituju.

4. Merupakan Gerakan Sosial dan Politik

Disini Smith menyampaikan bahwa secara prinsip, nasionalisme tidak berbeda

dengan gerakan-gerakan lainnya dalam hal organisasi atau kegiatan, kecuali

dalam satu hal, yaitu penekanan pada pembentukkan dan representasi budaya.

Maksudnya menemukan dan membangkitkan kembali sejarah, seperti bahasa

daerah melalui disiplin-disiplin ilmu seperti filologi dan leksikografi. Smith

menggambarkan kebangkitan budaya dan sastra ini sebagai sebuah gerakan

nasionalisme.24

5. Merupakan Doktrin Bangsa Baik yang Umum dan Khusus

Nasionalisme memiliki kekhasan dalam pencapaian sasaran yang ditetapkan

oleh ideologi nasionalis. Maksud Smith, ideologilah yang harus memberikan

suatu definisi kerja awal yang menyangkut istilah nasionalisme, karena

22Ibid.,7. 23Ibid.,8-9. 24Ibid.,8

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edu...Nation berasal dari bahasa Latin natio, yang dikembangkan dari kata nascor (saya dilahirkan), maka pada awalnya nation (bangsa) dimaknai

Gerald J. Tampi 752011042| 17

kandungan dari istilah ini ditentukan oleh ideologi yang meletakkan bangsa di

dalam masalah dan tujuan utama, serta yang memisahkannya dari ideologi

yang berdekatan.25

Menurut Smith, tema utama dari nasionalisme adalah masalah yang mendominasi

bangsa. Nasionalisme adalah suatu ideologi yang meletakkan bangsa dipusat masalahnya dan

berupaya mempertinggi kebenarannya. Namun menurut Smith pernyataan ini belum

sempurna. Ia menyempurnakan dengan mengambil langkah yang lebih jauh, dalam

menetapkan sasaran utama sebagai tempat nasionalisme berupaya mempertinggi derajat

bangsa. Smith memberikan tiga sasaran umum dalam mencapai sasaran utama, yaitu otonomi

nasional, kesatuan nasional dan identitas nasional. Bagi para nasionalis, suatu bangsa tidak

dapat melangsungkan hidup jika tidak terdapat ke tiga sasaran ini dalam derajat yang

memadai. Untuk itu ketika ke 3 sasaran ini dapat tercapai, menurut Smith akan muncul

definisi kerja nasionalisme, yaitu suatu gerakan ideologis untuk mencapai dan

mempertahankan otonomi, kesatuan dan identitas bagi suatu populasi yang sejumlah

anggotanya bertekad untuk membentuk suatu bangsa yang aktual dan potensial.26

Smith menekankan definisi nasionalisme yang ia usulkan, mengasumsikan suatu

konsep bangsa, tetapi tidak menyatakan bangsa-bangsa lebih dahulu ada ketimbang

nasionalisme mereka. kata-kata bangsa yang potensial mencakup banyaknya situasi, dimana

suatu minoritas kecil kaum nasionalis yang memiliki konsep umum tentang bangsa yang

absatrak, berusaha mewujudkan agar bangsa itu menjadi ada (real). Smith mengatakan,

kerapkali kita menjumpai nasionalisme, namun tanpa bangsanya. Hal tersebut dapat dilihat

pada beberapa negara-negara pascakolonial seperti di Afrika dan Asia. menurut Smith,

nasionalisme tidak hanya terbatas pada pencapaian kemerdekaan belaka atau hanya untuk

25Ibid.,10 26Ibid.,10-11

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edu...Nation berasal dari bahasa Latin natio, yang dikembangkan dari kata nascor (saya dilahirkan), maka pada awalnya nation (bangsa) dimaknai

Gerald J. Tampi 752011042| 18

sasaran-sasaran politik. Namun dalam prosesnya, nasionalisme akan mengejar sasaran

identitas nasional dalam tingkat-tingkat yang berbeda, dan selalu kembali kepada ide awal

dari bangsa itu sendiri.27

B.2.3 Benedict RO’G Anderson: Komunitas-Komunitas Terbayang

Gagasan ketiga mengenai nasionalisme disampaikan oleh Benedict RO’G Anderson.

Anderson merumuskan bangsa (nation) sebagai komunitas politis dan dibayangkan sebagai

sesuatu yang bersifat terbatas secara inheren sekaligus berkedaulatan.28 Gagasan Anderson

tentang bangsa menyangkut empat hal pokok: terbayang, terbatas, berdaulat dan komunitas.

1. Terbayang (imagined)

Bangsa adalah sesuatu yang terbayang (imagined) karena para anggota bangsa

terkecil sekalipun tidak bakal tahu dan takkan kenal sebagian besar anggota lain, tidak

akan bertatap muka dengan mereka, bahkan mungkin tidak pula pernah mendengar

tentang mereka. Meski demikian, bangsa itu sendiri selalu dipahami sebagai

kesetiakawanan yang merasuk mendalam, dan melebar mendatar.29

2. Terbatas (limited)

Bangsa merupakan sesuatu yang pada hakikatnya bersifat terbatas (limited),

karena bangsa-bangsa paling besar pun, yang anggotanya mungkin semilyar manusia,

memiliki garis-garis perbatasan yang pasti meski elastis. Di luar perbatasan itu adalah

bangsa-bangsa lain. Tak satu bangsa pun membayangkan dirinya meliputi seluruh

27Ibid.,11-12. 28Benedict RO’G Anderson, Imagined Communities: Reflections on the Origin and Spread of

Nationalism, terj. Omi Intan Naomi, Komunitas-Komunitas Terbayang, (Yogyakarta: INSIST & Pustaka Pelajar

2008), 8. 29Ibid., 8.

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edu...Nation berasal dari bahasa Latin natio, yang dikembangkan dari kata nascor (saya dilahirkan), maka pada awalnya nation (bangsa) dimaknai

Gerald J. Tampi 752011042| 19

umat manusia di bumi. Dalam bahasa Anderson, para nasionalis yang paling

mendekati sikap juru selamatpun tidak mendambakan datangnya hari agung dimana

seluruh anggota spesies manusia bakal bergabung dengan bangsa mereka dengan cara

seperti pada zaman-zaman tertentu, orang-orang Kristen memimpikan sebuah planet

yang seutuhnya Kristen.30

3. Berdaulat (sovereign)

Bangsa sebagai sesuatu yang berdaulat (sovereign), lantaran konsep itu lahir

dalam kurun waktu dimana Pencerahan dan Revolusi memporak-porandakan

keabsahan ranah berbagai tatanan sebelumnya. Bangsa-bangsa bermimpi tentang

kebebasan, dan andai pun di bawah lindungan Tuhan, itu terjadi secara langsung,

tanpa perantara. Panji-panji kebebasan ini adalah negara berdaulat.31

4. Komunitas (community)

Bangsa adalah sebuah komunitas (community), sebab tak peduli akan

ketidakadilan yang ada dan penghisapanyang mungkin tak terhapuskan dalam setiap

bangsa, bangsa itu sendiri selaludipahami sebagai kesetiakawanan yang masuk

mendalam dan melebar-mendatar. Rasa persaudaraan semacam inilah yang

memungkinkan begitubanyak orang, jutaan jumlahnya, bersedia, jangankan

melenyapkan nyawa orang lain, merenggut nyawa sendiri pun, rela demi

pembayangan tentang yang terbatas itu. Apa sebenarnya yang menjadikan

pembayangan-pembayanganyang kian menciut dalam kerangka sejarah terkini bisa

menggugah pengorbananyang luar biasa, seperti dalam sejarah kemerdekaan

30Ibid., 10. 31Ibid., 10-11.

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edu...Nation berasal dari bahasa Latin natio, yang dikembangkan dari kata nascor (saya dilahirkan), maka pada awalnya nation (bangsa) dimaknai

Gerald J. Tampi 752011042| 20

Indonesia sendiri? Anderson meyakini bahwa, jawaban atas pertanyaan tersebut

terletak pada akar-akar budaya nasionalisme.32

Menurut Daniel Dhakidae, kritik yang dikemukakan Anderson dalam buku Imagined

Communities, semata diberikan kepada kekeliruan yang memberikan Nasionalisme dengan

huruf ‘N’ besar yang seharusnya ‘n’ dengan huruf kecil. Dalam arti nasionalisme dengan

huruf ’n’ kecil maka nasionalisme akan lebih mudah dipahami bila orang memperlakukan

nasionalisme sejajar dengan ‘kekerabatan’ dan ‘agama’, bukannya dengan liberalisme atau

fasisme.33

B.2.4 Ernest Gellner

Ernest Gellner memandang nasionalisme sebagai prinsip politik, yang berarti bahwa

satuan nasion harus sejalan dengan satuan politik. Nasionalisme sebagai sentimen, atau

sebagai gerakan, paling tepat didefinisikan dalam konteks prinsip ini. Sentimen nasionalis

adalah rasa marah yang timbul akibat pelanggaran prinsip ini, atau rasa puas karena prinsip

ini dijalankan dengan baik. Gerakan nasionalis diaktualisasikan oleh sentimen semacam ini.

Pandangan Gellner tentang nasionalisme ini lebih cocok untuk konteks negara-bangsa (nation

state).34 Hal ini terlihat dari konsep “satuan nasion” yang terkandung dalam kutipan di atas.

Nampaknya Gellner masih memandang “satuan nasion” sama dengan kelompok etnik atau

setidak-tidaknya suatu kelompok etnik yang ditegaskan keberadaannya oleh para nasionalis.

Ringkas kata, nasionalisme adalah suatu teori legitimasi politik, yakni bahwa batas-batas

etnik tidak harus berpotongan dengan batas-batas politik”.

32Ibid., 11. 33Ibid., XXXV. Bandingkan dengan pernyatan Anderson pada hal. 8. 34Ernest Gellner, Nations and Nationalism, (New York: Cornell University Press, 1983), 1.

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edu...Nation berasal dari bahasa Latin natio, yang dikembangkan dari kata nascor (saya dilahirkan), maka pada awalnya nation (bangsa) dimaknai

Gerald J. Tampi 752011042| 21

Gellner mendefinisikan bangsa sebagai suatu kondisi di mana sebuah komunitas

memiliki budaya yang sama, termasuk kesamaan dalam konteks sistem ide, simbol,

perkumpulan dan cara bertingkah laku dan berkomunikasi, dan mengakui bahwa mereka

terikat oleh persaudaraan atas dasar kebangsaan.35Definisi nasionalisme yang digagas oleh

Gellner didasarkan pada dua hal: negara dan bangsa.Definisi Gellner tentang negara

didasarkan pada pernyataan Weber tentang monopoli kekerasan. Meskipun beberapa negara

mungkin tidak mengklaim monopoli atas kekerasan yang sah, logika yang mendasari definisi

Weber masih memegang hal ini dikarenakan, negara merupakan elaborasi yang sangat khas

dan penting dari pembagian kerja sosial. Dari sini terlihat bahwa negara memiliki spesialisasi

dan konsentrasi pemeliharaan ketertiban. Gellner juga menyinggung tentang tahapan

kehidupan manusia yang telah melewati tiga tahap fundamental dalam sejarah, yaitu: pra-

agraris, agraris, dan industri. Pada tahap industri ini, kehadiran negara menjadi tidak

terhindarkan atau nyata.36Gellner menegaskan, sulit membayangkan bangsa tanpa negara,

maksudnya, bangsa itu seperti negara sama-sama memiliki sejarah, Namun bukan sejarah

yang sama.37

Menurut Gellner, petunjuk untuk memahami nasionalisme adalah kelemahannya,

bukan kekuatannya. Potensi jumlah nasionalisme jauh melebihi jumlah negara.

Nasionalismetidak dapat menggunakan semua budaya yang ada. Seringkali nasionalisme

menciptakan budaya baru dan menghancurkan yang sudah ada. Hal ini dibangun pada

prinsip-prinsip yang sesuai dengan pembagian kerja baru.38 Bagi Gellner, Di era industri,

budaya yang sering diakses oleh banyak orang disebut sebagai budaya tinggi karena budaya

tersebut cakupannya luas dan universal. Sedangkan di masa lalu, budaya lebih sering

35Ibid.,7. 36Ibid.,3-5. 37Ibid.,5-7. 38Ibid.,42-48.

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edu...Nation berasal dari bahasa Latin natio, yang dikembangkan dari kata nascor (saya dilahirkan), maka pada awalnya nation (bangsa) dimaknai

Gerald J. Tampi 752011042| 22

membuang perlindungan politik. Untuk itu, Dalam era nasionalis, negara memiliki peran

yang sangat efektif dalam melindungi budaya.39

Gellner menggabungkan tiga faktor yaitu daya, pendidikan, dan budaya bersama,

untuk menciptakan tipologi nasionalisme. hal tersebut dikarenakan Gellner melihat, dalam

masyarakat tradisional, kekuasaan disebarkansedangkan dalam masyarakat modern,

kekuasaan berada di tangan beberapa orang. Menurut Gellner, nasionalisme hanya muncul

dalam situasi perbedaan budaya. Selain itu, nasionalisme juga muncul dari kesadaran

penguasa dan pemerintah mengenai arti pentingnya pendidikan bergaya modern.40

Gellner memiliki pandangan bahwa pada masa depan, nasionalisme akan di

modifikasi dalam beberapa cara, jika masyarakat industrinya stabil dan tetap.41 Adanya

kemerdekaan internasional dan kendala bersama masyarakat industri dapat menyebabkan

penurunan ketajaman konflik internasional. Serta nasionalisme akan tetap menjadi penting,

karena adanya kecocokan unit politik dan budaya yang akan berlaku terus.42

C. Nasionalisme dan Cara Berpikir Nasional

Nasionalisme sebagai manifestasi kesadaran bernegara tumbuh dinegara merdeka.

Sesungguhnya dinegara merdeka nasionalisme dapat berkembang secara leluasa menurut

kemampuan dan kemauan para warganegara sendiri tanpa mengalami tekanan dari pihak lain.

sampai berapa jauh nasionalisme bebas itu berkembang, bergantung kepada bagaimana

penerapan cara berpikir nasional para warganegaranya. Yang dimaksud dengan cara berpikir

nasional ialah sikap seseorang terhadap kesadaran bernegara. Cara berpikir nasional

39Ibid.,48-51. 40Ibid.,84-95. 41Ibid.,108-109. 42Ibid.,115-116.

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edu...Nation berasal dari bahasa Latin natio, yang dikembangkan dari kata nascor (saya dilahirkan), maka pada awalnya nation (bangsa) dimaknai

Gerald J. Tampi 752011042| 23

mempunyai ciri khusus, berupa norma objektif: mengutamakan kepentingan kehidupan

nasional. Segala perbuatan baik yang bersifat keluar maupun kedalam diukur dengan norma

tersebut. Apakah suatu tindakan itu menguntungkan kehidupan nasional, atau malah justru

merugikan. Yang merugikan perlu, bahkan wajib ditinggalkan, jika kesadaran bernegara

memang terdapat dalam hati warganegara yang bersangkutan. Dengan dalih apapun

perbuatan yang merugikan kehidupan nasional wajib ditinggalkan. Dalam hal ini maka cara

berpikir nasional adalah antitesis dari pada cara berpikir individualistik atau perorangan.

Orang dapat berbuat sesuatu demi keuntungan materi/spiritual dengan merugikan kehidupan

nasionalisme. Inilah yang dimaksud dengan cara berpikir perorangan dalam rangka

kehidupan nasional. Jika perbuatan yang menguntungan itu tidak merugikan kehidupan

nasional, wajar dilakukan, bahkan diajurkan untuk melakukannya, karena perbuatan yang

demikian itu sesungguhnya juga menguntungkan kehidupan nasional. Peningkatan

kebahagiaan anggota keluarga adalah peningkatan kebahagiaan keluarga. Yang perlu

dihindarkan ialah segala tindak tanduk yang merugikan kehidupan nasional.43

Cara berpikir nasional dapat juga merupakan antitesis cara berpikir kedaerahan. Yang

dimaksud dengan cara berpikir kedaerahan ialah cara berpikir yang sangat menguntungkan

kepentingan daerah tanpa memperhatikan kepentingan kehidupan nasional. Kasarnya dapat

dikatakan: biarlah negara roboh, asal daerahnya makmur. Dalam rangka kehidupan nasional

cara berpikir yang demikian adalah salah. Cara berpikir kedaerahan atau regional yang

demikian sebenarnya mempunyai dasar yang sama dengan cara berpikir individu atau

perorangan. Bedanya hanya yang satu diterapkan pada individu sebagai warganegara, yang

lain diterapkan pada daerah sebagai bagian dari negara. Ini tidak berarti bahwa cara berpikir

regional dan individu itu harus mutlak mengabdi kepada cara berpikir nasional. Tindakan

yang menguntungkan kepentingan daerah tanpa merugikan kepentingan nasional, perlu

43 Prof. Dr. Slametmuljana, Nasionalisme Sebagai Modal Perdjuangan Bangsa Indonesia, (Djakarta :

P.N. Balai Pustaka, 1968), 10.

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edu...Nation berasal dari bahasa Latin natio, yang dikembangkan dari kata nascor (saya dilahirkan), maka pada awalnya nation (bangsa) dimaknai

Gerald J. Tampi 752011042| 24

dilakukan. Namun jika perbuatan itu karenanya merugikan kepentingan kehidupan nasional,

wajib ditinggalkan.44

Cara berpikir nasional dapat juga merupakan antitesis dari pada cara berpikir

kepartaian atau golongan. Yang dimaksud dengan cara berpikir kepartaian dalam rangka

kehidupan nasional ialah cara berpikir yang hanya mengutamakan kepentingan partai atau

golongan tanpa memperhatikan kepentingan kehidupan nasional. Cara berpikir kepartaian

atau golongan sebenarnya bentuk peningkatan cara berpikir individual atau perorangan.

Bedanya hanya yang satu diterapkan pada individu, yang lain pada sekelompok individu.

Juga cara berpikir kepartaian dapat merugikan kehidupan nasional. Segala perbuatan yang

merugikan kehidupan nasional demi keuntungan/kepentingan kepartaian, wajib

ditinggalkan.45

Cara berpikir nasional adalah mutlak antitesis dari pada cara berpikir kolonial. Ini

hanya dapat terjadi didaerah jajahan. Di negara yang merdeka pertentangan ini tidak ada.

Selama kolonialisme itu berlangsung, pertentangan antara nasionalisme dan kolonialisme

tetap ada, karena kepentingan nasionalisme berlawanan dengan kepentingan kolonialisme.

Demi kesuburan pertumbuhannya kedua antipoden ini berusaha saling menghapus. Gerakan

nasionalisme akan selalu tertekan, selama masih ada kolonialisme diwilayah yang sama.

Kebalikannya kolonialisme selalu mendapat tentangan dalam tindakkannya, oleh karena itu

kolonialisme pasti berusaha menindas gerakan nasionalisme paling sedikit berusaha

menyerimpungnya, agar dapat bergerak lebih bebas. Pada hakekatnya kolonialisme pun

adalah manifestasi kesadaran bernegara diwilayah bangsa lain. Jadi kolonialisme ditinjau dari

kepentingan negara induk adalah juga nasionalisme, yang diterapkan dinegara orang lain

demi keagungan/kepentingan negara induk. Akibat penghisapan kolonialisme terhadap rakyat

44Ibid., 10-11. 45Ibid., 11.

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edu...Nation berasal dari bahasa Latin natio, yang dikembangkan dari kata nascor (saya dilahirkan), maka pada awalnya nation (bangsa) dimaknai

Gerald J. Tampi 752011042| 25

jajahan dapat timbul kemerosotan moral sedemikian rupa, sehingga rakyat jajahan itu

merasakan ketidak-mampuannya untuk bangkit sebagai bangsa yang merdeka, bahkan

karenanya malah mencintai kolonialisme itu sendiri; merasa senang hidup dibawah pimpinan

kaum kolonialis dan takut untuk mengurus negaranya sendiri. Dalam hal yang demikian

rakyat tetap merasa mentah untuk bernegara dan mengharapkan bimbingan para kolonialis

untuk menuju kematangan. Jika suatu bangsa telah dihinggapi merdeka-phobia, maka ini

adalah tanda bahwa cekokan kolonialisme telah termakan benar; kebangkitan nasional susah

diharapkan, karena bangsa itu telah kehilangan semangat.46

Tujuan nasionalisme di daerah jajahan adalah tunggal, yakni menghapus

kolonialisme. Oleh karena itu cara berpikir nasional juga hanya dipusatkan kepada

penghapusan kolonialisme. Segala gerakan dalam berbagai bidang kehidupan dijiwai oleh

semangat menentang penjajahan, karena penjajahan adalah musuhnya utama. Jika didaerah

jajahan nasionalisme telah bangkit, maka nasionalisme dan kolonialisme saling mengintip

untuk memperoleh kesempatan melumpuhkan lawannya. Pembangunan ekonomi dan

pembangunan kebudayaan dimaksudkan sebagai senjata untuk menghadapi lawannya.

Nasionalisme dalam alam penjajahan adalah manifestasi keinginan untuk bernegara dan

mempunyai watak khas yakni menghapus penjajahan.47

Baik dialam merdeka maupun dialam penjajahan cara berpikir nasional adalah etik

kehidupan tiap nasionalis, menetapkan nilai pengabdiannya terhadap bangsa dan tanah

airnya. Oleh karena cara berpikir nasional adalah pegangan hidup seorang nasionalis, maka

cara berpikir nasional tidak boleh ditinggalkan. Dalam segala tindakannya harus diterapkan.

Meninggalkan cara berpikir nasional berarti meninggalkan watak kenasionalannya.

Demikianlah sudah sewajarnya bahwa seorang nasionalis berpikir nasional. Jika tidak, maka

46Ibid., 11-12. 47Ibid., 12.

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edu...Nation berasal dari bahasa Latin natio, yang dikembangkan dari kata nascor (saya dilahirkan), maka pada awalnya nation (bangsa) dimaknai

Gerald J. Tampi 752011042| 26

sebenarnya ia bukan nasionalis. Jika ada seorang yang menyebut dirinya nasionalis tanpa

menerapkan cara berpikir nasionalis, ia adalah nasionalis gadungan atau nasionalis munafik.

Sebenarnya tidak ada tekanan dari manapun yang mewajibkan seseorang berpikir nasional,

mewajibkan seseorang menjadi nasionalis. Timbulnya karena kesadaran warganegara itu

sendiri dalam menanggapi kepentingan bangsa dan tanah airnya. Tindakan sukarela tidak

membawa hak apa-apa. Oleh karena itu nasionalisme tidak mempunyai hak atas pembayaran

jasa yang pernah diberikannya kepada bangsa dan negaranya. Cara berpikir nasional

merupakan moral dalam kehidupan nasionalis; oleh karena itu cara berpikir nasional adalah

jalan yang harus dianut untuk mencapai cita-cita yang dituju yakni kebahagian bangsa dan

negaranya. Jalan yang menuju kebahagian bangsa dan negara itu disebut moral nasional.

Barang siapa dalam hidupnya menempuh jalan itu, ia mengabdi kebahagiaan bangsa dan

negaranya; ia adalah abdi bangsa dan negara; ia adalah abdi rakyat. Demikianlah ada

identifikasi antara abdi rakyat dan nasionalis. Tiap abdi rakyat menjunjung tinggi dan

mengindahkan moral nasional, bekerja demi kebahagiaan bangsa dan keagungan negara

tanpa ada paksaan dari pihak manapun. Demikianlah moral nasional itu merupakan perintah

yang tidak tersurat, yang diperuntukkan bagi dirinya oleh warganegara yang bersangkutan

untuk berbuat demi kebahagiaan bangsa dan keagungan negara. Dalam rangka ini maka dapat

ditetapkan bahwa apa yang disebut baik adalah segala perbuatan yang menguntungkan

kehidupan bangsa dan negara; segala yang merugikan kehidupan bangsa dan negara adalah

buruk. Penerapan cara berpikir nasional menguntungkan kehidupan bangsa dan negara, oleh

karena itu baik. Korupsi merugikan kehidupan bangsa dan negara, oleh karena itu buruk.

Korupsi bertentangan dengan penerapan cara berpikir nasional.48

48Ibid.,12-13.

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edu...Nation berasal dari bahasa Latin natio, yang dikembangkan dari kata nascor (saya dilahirkan), maka pada awalnya nation (bangsa) dimaknai

Gerald J. Tampi 752011042| 27

D. Nasionalisme Sebagai Identitas

Terkait erat dengan teori nasionalisme, yang penting juga untukdikemukakan di sini

adalah konsep mengenai identitas. Di dalamnya bukunyaNation and Identity, Ross Poole

mengutip pandangan Erik H. Erikson tentang apa itu identitas. Dengan menggunakan ilustrasi

psikoanalisis, Erikson mengatakan identitas itu berkaitan dengan tahap perkembangan

manusia, di mana, di saat seseorang menjelang dewasa dia akan berhadapanlangsung formasi

sosial di sekitarnya. Ketika seseorang ternyata tidak mampumemasuki formasi sosial tersebut,

maka seseorang akan dikatakan mengalami ‘krisis identitas’. Dengan meminjam konsep

Erikson, Poole menyatakan bahwa, kita memiliki identitas karena kita memang

mengidentifikasikan diri kitadengan gambaran atau representasi yang memang disediakan

untuk kita gunakan.Jadi konsep identitas, menurut Poole, berimplikasi bahwa ada keterkaitan

antara bentuk-bentuk subyektivitas, yaitu bagaimana kita memandang orang lain dandiri kita

sendiri, dan bentuk-bentuk obyektivitas sosial, dimana pola-pola kehidupan masyarakat

tempat kita hidup.49

Pandangan lain tentang identitas dikemukakan oleh Stuart Hall. Menurut Hall,

identitas bukanlah sesuatu yang transparanatau tanpa problem seperti yang kita duga. Meski

sekilas hal itu tampak sebagaisesuatu begitu saja terjadi, dan telah menjadi praktik-praktik

kebudayaan yangdirepresentasikan oleh suatu masyarakat, tetapi sebagai suatu ‘produk’,

identitastidak pernah menjadi sesuatu yang selesai. Dan ia juga selalu berada di dalam(bukan

di luar) representasi itu sendiri.Meski adalah benar bahwa identitas itu dibentuk oleh para

partisipannyadi dalam tindakan-tindakan sosial dan politik mereka, namun menurut Hall,para

partisipan itu sendiri tidak sepenuhnya memiliki terhadap apa yang telahmereka bentuk

tersebut. Hall lalu mencontohkan tentang bagaimana dan apa itu identitas Inggris. Menurut

Hall, kita hanya tahu apa itu menjadi ‘Inggris’ hanyakarena ‘cara-cara ke-Inggrisan’

49Ross Poole, Nation and Identity, (London: Rouhedge, 1999), 44-45.

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edu...Nation berasal dari bahasa Latin natio, yang dikembangkan dari kata nascor (saya dilahirkan), maka pada awalnya nation (bangsa) dimaknai

Gerald J. Tampi 752011042| 28

telahdirepresentasikan, sebagai seperangkatmakna, oleh budaya bangsa Inggris. “Dengan

demikian, bangsa itu tidaksekadar entitas politik, melainkan sesuatu yang memproduksi

makna sebuah sistem representasi budaya”. Hall juga mengatakan bahwa, budaya nasional itu

merupakan suatu wacana, sebuah cara mengkonstruksi makna yang mempengaruhi

danmengorganisir tindakan-tindakan dan konsepsi-konsepsi kita mengenai diri kita sendiri.

Hall mengatakan bahwa, gagasan tentang bangsa sebenarnya merupakan suatu ‘narasi’ yang

asal-usulnya tidak jelas, tetapi kekuatan simbolik yang dimilikinya untuk memobilisasikan

perasaan identitas dan kesetiaan sangatlah besar. Jadi di sini, menurut Hall, identitas adalah

representasi budaya ataudiskursus yang memfasilitasi tetapi sekaligus juga membatasi

pilihan. Dan yang penting juga adalah bahwa, identitas nasional tidak pernah menjadi sesuatu

yang diterima begitu saja (taken for granted), ia merefleksikan kekuatan sosial dankarena itu

di dalamnya selalu mengandung kompetisi.50

E. Nasionalisme sebagai Ideologi

Karl Mannheim (1893-1947) memberikan suatu uraian mengenai ideologi yang mirip

dengan uraian Marx. Namun perbedaannya, Mannheim mencoba menghindari semua

konotasi negatif yang diinginkan Marx dalam definisinya. Bagi Marx ideologi adalah ilusi

yang membuat suatu kelas memahami dimana tempatnya yang sebenarnya dalam masyarakat.

Sedangkan bagi Mannheim, ideologi adalah sesuatu yang ia namakan “konsepsi total

ideologi.” Maksudnya ideologi merupakan seperangkat keyakinan yang menyaring massa

informasi yang diterima; serta hanya memungkinkan untuk mengetahui sejumlah pandangan

terbatas tentang dunia ini. Selain itu, Mannheim juga menggunakan apa yang dia namakan

50Robert G Dunn, Identity Crises: a Social Critic of Postmodernity,( Minneapolis: University of

Minnesota Press, 1998), 25-26.

Page 22: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edu...Nation berasal dari bahasa Latin natio, yang dikembangkan dari kata nascor (saya dilahirkan), maka pada awalnya nation (bangsa) dimaknai

Gerald J. Tampi 752011042| 29

“Konsep ideologi tertentu.” Disini ia lebih mendekati definisi Marx karena dalam konsep ini,

ia mengatakan bahwa ide-ide lawan kita adalah kurang lebih merupakan suatu pengakuan

sejati yang tidak sesuai dengan kepentingannya. Sekali lagi ini merupakan keyakinan bahwa

gagasan orang lain, bukan gagasan kita adalah representasi dunia yang palsu, suatu ilusi atau

topeng, yang tergantung pada apakah semua itu diakui secara sadar atau tidak.51

Sampai pada saat ini, masih terdapat perbedaan pandangan para ahli ilmu politik,

sosiolog dan ilmu lainnya mengenai makna dan pengaruh ideologi contohnya seperti Marx

dan Mannheim yang telah diuraikan sebelumnya. Namun diluar dari perbedaan itu, ideologi

sebenarnya memiliki pengaruh yang sangat besar bagi manusia. hal tersebut dapat dilihat dari

definisi ideologi yang dipaparkan oleh Lyman Tower Sargent yang mengatakan ideologi

adalah suatu sistem nilai atau keyakinan yang diterima sebagai fakta atau kebenaran oleh

kelompok tertentu.52 Beranjak dari definisi yang diutarakan oleh Lyman, serta dengan

melihat gagasan umum dari nasionalisme itu sendiri yang telah dipaparkan oleh para sosiolog

pada bagian sebelumnya, dapat disimpulkan nasionalisme merupakan ideologi53 dan bukan

hanya sebatas ideologi, nasionalisme juga memiliki pengaruh terhadap ideologi-ideologi

lainnya (demokrasi, komunis, dll).

51Ibid.,3-4 52Lyman Tower Sargent, Contemporary Political Ideologis, terj. A.R. Henry Sitanggang, Ideologi-

ideologi Politik Kontemporer: Sebuah analisis Komparatif, (Jakarta: Erlangga, 1984), 2. 53Menurut Lyman, terdapat 2 kriteria utama dalam ideologi, pertama ideologi yang memiliki arti yang

sangat penting dalam dunia ini dan kedua ideologi yang menunjukkan jangkauan yang luas dari keyakinan-

keyakinan politik. Nasionalisme sendiri masuk dalam kategori yang pertama, hal tersebut mengacu pada

kecocokan nasionalisme dengan definisi umum ideologi yaitu suatu sistem nilai atau keyakinan yang diterima

sebagai fakta atau kebenaran oleh kelompok tertentu.Ibid., 1-8.