staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132051059/penelitian/2...web viewjurdik fisika, fmipa,...

32
IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN IPA (SAINS) Insih Wilujeng 1) 1) Dosen Jurdik Fisika, FMIPA, UNY, email: [email protected] Abstrak Secara akademik, pendidikan karakter dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak yang tujuannya mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik itu dan mewujudkan kebaikkan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati. Urgensi dari pelaksanaan komitmen nasional pendidikan karakter, telah dinyatakan pada Sarasehan Nasional Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa sebagai kesepakatan nasional pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa yang dibacakan pada akhir-akhir sarasehan tanggal 14 Januari 2010. Pendidikan karakter memiliki landasan yuridis dalam Permendiknas No 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan yang memuat nilai-nilai dasar dalam SKL Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. Pengembangan budaya karakter dapat dilakukan dengan beberapa strategi, antara lain integrasi dalam mata pelajaran IPA (Sains); pembiasaan dalam kehidupan keseharian di satuan pendidikan; integrasi ke dalam kegiatan ekstrakurikuler; penerapan pembiasaan kehidupan keseharian di rumah. Khusus untuk integrasi dalam pembelajaran IPA dapat dilakukan dengan penerapan model KBSB, dimana dalam model ini mengintegrasikan keterampilan-keterampilan berpikir dan strategi-strategi berpikir dalam aktivitas siswa. Manakala siswa sudah terlatih dengan budaya keterampilan berpikir, strategi berpikir dan bernalar untuk memiliki nilai mulia maka akan menjadi siswa yang berkarakter, yaitu siswa yang memiliki kemampuan mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan- keterampilan dan sikap dalam usaha untuk memahami lingkungan. Cara lain integrasi karakter dalam pembelajaran IPA adalah penerapan pendekatan STSE, dimana pembelajaran IPA/Sains mengambil tempat melalui penyelidikan dan diskusi didasarkan pada isu-isu sains dan teknologi dalam masyarakat. Dalam pendekatan STSE, pengetahuan sains dan teknologi dibelajarkan dengan aplikasi prinsip-prinsip sains, teknologi serta dampaknya pada masyarakat dan lingkungan, sehingga memunculkan

Upload: phungtuyen

Post on 22-Apr-2019

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132051059/penelitian/2...Web viewJurdik Fisika, FMIPA, UNY, email: insihuny@yahoo.co.id Abstrak Secara akademik, pendidikan karakter dimaknai

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM

PEMBELAJARAN IPA (SAINS)

Insih Wilujeng1)

1) Dosen Jurdik Fisika, FMIPA, UNY, email: [email protected]

Abstrak

Secara akademik, pendidikan karakter dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak yang tujuannya mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik itu dan mewujudkan kebaikkan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati. Urgensi dari pelaksanaan komitmen nasional pendidikan karakter, telah dinyatakan pada Sarasehan Nasional Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa sebagai kesepakatan nasional pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa yang dibacakan pada akhir-akhir sarasehan tanggal 14 Januari 2010.

Pendidikan karakter memiliki landasan yuridis dalam Permendiknas No 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan yang memuat nilai-nilai dasar dalam SKL Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. Pengembangan budaya karakter dapat dilakukan dengan beberapa strategi, antara lain integrasi dalam mata pelajaran IPA (Sains); pembiasaan dalam kehidupan keseharian di satuan pendidikan; integrasi ke dalam kegiatan ekstrakurikuler; penerapan pembiasaan kehidupan keseharian di rumah. Khusus untuk integrasi dalam pembelajaran IPA dapat dilakukan dengan penerapan model KBSB, dimana dalam model ini mengintegrasikan keterampilan-keterampilan berpikir dan strategi-strategi berpikir dalam aktivitas siswa. Manakala siswa sudah terlatih dengan budaya keterampilan berpikir, strategi berpikir dan bernalar untuk memiliki nilai mulia maka akan menjadi siswa yang berkarakter, yaitu siswa yang memiliki kemampuan mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan-keterampilan dan sikap dalam usaha untuk memahami lingkungan. Cara lain integrasi karakter dalam pembelajaran IPA adalah penerapan pendekatan STSE, dimana pembelajaran IPA/Sains mengambil tempat melalui penyelidikan dan diskusi didasarkan pada isu-isu sains dan teknologi dalam masyarakat. Dalam pendekatan STSE, pengetahuan sains dan teknologi dibelajarkan dengan aplikasi prinsip-prinsip sains, teknologi serta dampaknya pada masyarakat dan lingkungan, sehingga memunculkan rasa peduli pada lingkungan dan menjunjung tinggi budaya, teknologi serta kearifan lokal.

Pendidikan karakter yang merupakan tanggung jawab bersama perlu dilakukan melalui strategi pengembangan secara mikro bagi dunia pendidikan (sekolah), namun juga perlu dilakukan melalui strategi dalam konteks makro (nasional), agar pendidikan karakter menjadi habitual bukan sekedar wacana.

Kata Kunci: pendidikan karakter, pembelajaran IPA, model KBSB, pendekatan STSE

Page 2: staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132051059/penelitian/2...Web viewJurdik Fisika, FMIPA, UNY, email: insihuny@yahoo.co.id Abstrak Secara akademik, pendidikan karakter dimaknai

A. Pendahuluan

Pendidikan merupakan daya upaya memajukan pertumbuhan budi pekerti (kekuatan

batin, karakter), pikiran (intelect) dan tubuh anak, dimana bagian-bagian tersebut tidak boleh

dipisahkan agar kita dapat memajukan kesempurnaan hidup anak-anak kita (Bapak

Pendidikan Nasional: Ki hadjar Dewantara). Secara akademik, pendidikan karakter dimaknai

sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak yang

tujuannya mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik-

buruk, memelihara apa yang baik itu dan mewujudkan keabikkan itu dalam kehidupan sehari-

hari dengan sepenuh hati. Dalam konteks kehidupan bermasyatakat, berbangsa dan bernegara

Indonesia, diyakini bahwa nilai dan karakter yang secara legal-formal dirumuskan sebagai

fungsi dan tujuan pendidikan nasional, harus dimiliki peserta didik agar mampu menghadapi

tantangan hidup pada saat ini dan di masa mendatang.

Sampai saat ini, secara kurikuler telah dilakukan berbagai upaya untuk menjadikan

pendidikan lebih mempunyai makna bagi individu yang tidak sekedar memberi pengetahuan

pada tataran kognitif, tetapi juga menyentuh tataran afektif dan kognitif melalui mata

pelajaran Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan, Pendidikan IPS, Pendidikan

Bahasa Indonesia dan Pendidikan Jasmani.

Urgensi dari pelaksanaan komitmen nasional pendidikan karakter, telah dinyatakan

pada Sarasehan Nasional Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa sebagai kesepakatan

nasional pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa yang dibacakan pada akhir-

akhir sarasehan tanggal 14 Januari 2010, sebagai berikut.

1. Pendidikan budaya dan karakter bangsa merupakan bagian integral yang tak terpisahkan

dari pendidikan nasional secara utuh

2. Pendidikan budaya dan karakter bangsa harus dikembangkan secara komprehensif sebagai

proses pembudayaan.Oleh karena itu pendidikan dan kebudayaan secara kelembagaan

perlu diwadahi secara utuh

3. Pendidikan budaya dan karakter bangsa merupakan tanggung jawab bersama antara

pemerintah, masyarakat, sekolah dan orang tua. Oleh karena itu pelaksanan budaya dan

karakter bangsa harus melibatkan keempat unsur tersebut

4. Dalam upaya merevitalisasi pendidikan budaya dan karakter bangsa diperlukan gerakan

nasional guna menggugah semangat kebersamaan dalam pelaksanaan di lapangan

Page 3: staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132051059/penelitian/2...Web viewJurdik Fisika, FMIPA, UNY, email: insihuny@yahoo.co.id Abstrak Secara akademik, pendidikan karakter dimaknai

B. Pembahasan

1. SKL Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah memMat Nilai-nilai Dasar

Permendiknas No 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan secara formal

sudah digariskan untuk masing-masing jenis atau satuan pendidikan sejumlah rumusan

Standar Kompetensi lulusan (SKL). Jika dicermati secara mendalam, sesungguhnya hampir

pada setiap rumusan SKL tersebut implisit atau eksplisit termuat substansi nilai/karakter.

Tabel 1 adalah nilai-nilai dasar/karakter yang secara implisit termyat dalam setiap rumusan

SKL.

Tabel 1. Muatan nilai dasar/karakter dalam rumusan SKL

No Rumusan SKL Nilai/karakter

1 Berperilaku sesuai dengan ajaran agama yang dianut sesuai dengan perkembangan remaja

Iman dan taqwa

2 Mengembangkan diri secara optimal dengan memanfaatkan kelebihan diri serta memperbaiki kekurangannya

Adil

3 Menunjukkan sikap percaya diri dan bertanggungjawab atas perilaku, perbuatan dan pekerjaannya

Tanggungjawab

4 Berpartisipasi dalam penegakan aturan-aturan sosial Disiplin

5 Menghargai keragaman agama, bangsa, suku, ras dan golongan sosial ekonomi dalam lingkungan global

Nasionalistik

6 Membangun dan menerapkan informasi dan pengetahuan secara logis, kritis, kreatif dan inovatif

Bernalar

7 Menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif dan inovatif dalam pengambilan keputusan

Bernalar

8 Menunjukkan kemampuan mengembangkan budaya belajar untuk pemberdayaan diri

Bervisi

9 Menunjukkan sikap kompetitif dan sportif untuk mendapatkan hasil yang terbaik

Gigih

10 Menunjukkan kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah ko,pleks

Bernalar

11 Menunjukkan kemampuan menganalisis gejala alam dan sosial Bernalar

12 Memanfaatkan lingkungan secara produktif dan bertanggungjawab Tanggung jawab

13 Berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara secara demokratis dalam wadah negara kesatuan republik indonesia Nasionalistik

14 Mengekspresikan diri melalui kegiatan seni dan budaya Peduli

15 Mengapresiasi karya seni dan budaya Kreatif

16 Menghasilkan karya kreatif, baik individual maupun kelompok Kreatif

17 Menjaga kesehatan dan keamanan diri, kebugaran jasmani serta kebersihan lingkungan

Bersih

18 Berkomunikasi lisan dan tulisan secara efektif dan santun Santun

19 Memahami hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam pergaulan Tanggung jawab

Page 4: staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132051059/penelitian/2...Web viewJurdik Fisika, FMIPA, UNY, email: insihuny@yahoo.co.id Abstrak Secara akademik, pendidikan karakter dimaknai

No Rumusan SKL Nilai/karakter

di masyarakat20 Menghargai adanya perbedaan pendapat dan berempati terhadap

orang lainTerbuka, peduli

2. Strategi Pengembangan Budaya Karakter

Pada konteks mikro pengembangan karakter berlangsung dalam konteks satuan

pendidikan atau sekolah secara holistik (the whole school reform). Sekolah sebagai leading

sector berupaya memanfaatkan dan memberdayakan semua lingkungan belajar yang ada

untuk menginisiasi, memperbaiki, menguatkan dan mnyempurnakan secara terus menerus

proses pendidikan karakter di sekolah. Program pengembangan karakter pada latar mikro

digambarkan sebagai berikut.

3. Desain pendidikan karakter

a. Kerangka pengembangan budaya sekolah

Budaya sekolah diyakini merupakan salah satu aspek yang berpengaruh terhadap

perkembangan anak. Yang terpenting adalah iklim atau budaya sekolah, jika suasana

sekolah penuh kedisiplinan, kejujuran, kasih sayang maka hal ini akan menghasilkan out

put yang diinginkan berupa karakter yang baik. Guru akan merasakan kedamaian dan

suasana sekolah akan meningkatkan pengelolaan kelas. Pengelolaan kelas yang baik akan

menyebabkan prestasi akademik yang tinggi. Sebelum temuan penting lainnya adalah bila

PembelajaranBudaya sekolah (Kegiatan/kehidupan keseharian di satuan pendidikan

Kegiatan Ekstra kurikuler

Kegiatan keseharian di rumah

Integrasi ke dalam pembelajaran setiap mapel

Pembiasaan dalam kehidupan keseharian di satuan pendidikan

Integrasi ke dalam kegiatan Ekstrakurikuler (Pramuka, olah raga, karya tulis, dsb)

Penerapan pembiasaan kehidupan keseharian di rumah yang sama dengan di satuan pendidikan

Page 5: staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132051059/penelitian/2...Web viewJurdik Fisika, FMIPA, UNY, email: insihuny@yahoo.co.id Abstrak Secara akademik, pendidikan karakter dimaknai

siswa memiliki karakter yang baik, maka hal ini akan berpengaruh langsung terhadap

prestasi akademik yang tinggi. Karena itu langkah pertama dalam mengaplikasikan

pendidikan karakter di sekolah adalah menciptakan suasana atau iklim sekolah yang cocok

yang akan membantu transformasi guru-guru dan siswa, juga staf-staf sekolah.

Contoh kecil tentang kebersihan lingkungan sekolah baik di kamar mandi/WC,

ruang kelas, lorong-lorong maupun di luar gedung sekolah/taman sekolah. Hal itu hanya

dapat dilakukan di sekolah dengan dukungan manajemen sekolah yang mempunyai

kepedulian yang tinggi terhadap kebersihan lingkungan. Kondisi sekolah seperti itu

dilaksanakan melalui program sekolah bersama manajemen sekolah, guru, siswa dan

orang tua siswa. Di setiap sudut ruang, terdapat tempat sampah yang dapat digunakan

untuk menyimpan sampah kering dan basah serta sampah yang dapat didaur ulang. Siswa

dikondisikan untuk membuang sampah ke tempat yang sesuai dengan jenis sampah dan

melalui pembiasaan seperti itu diharapkan kepedulian siswa menjadi lebih tinggi terhadap

kebersihan lingkungan

b. Integrasi nilai dalam kegiatan intrakurikuler dan kokurikuler

Perencanaan dan pelaksanaan pendidikan budaya dan karakter bangsa dilakukan

oleh kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan secara bersama-sama sebagai suatu

komunitas pendidik diterapkan ke dalam kurikulum melalui kegiatan-kegiatan sebagai

berikut.

1. Kegiatan rutin sekolah

Contoh kegiatan ini adalah: upacara pada hari besar kenegaraan, pemeriksaan

kebersihan badan (kuku, telinga, rambut dan lain-lain) setiap hari Senin, beribadah

bersama/sembahyang bersama bersama setiap dhuhur (bagi yang beragama Islam), berdoa

waktu mulai dan selesai pelajaran, mengucap salam bila bertemu guru/tenaga

kependidikan yang lain dan sebagainya.

2. Kegiatan spontan

Contoh kegiatan tersebut adalah: membuang sampah tidak pada tempatnya, berteriak-

teriah sehingga mengganggu pihak lain, berkelahi, memalak, berlaku tidak sopan,

mencuri, berpakaian tidak senonoh dan sebagainya.

3. Teladan

Misalnya berpakaian rapi, datang tepat pada waktunya, bekerja keras, bertutur kata sopan,

kasih sayang, perhatian terhadap peserta didik, jujur, menjaga kebersihan dan sebagainya.

4. Pengkondisian

Page 6: staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132051059/penelitian/2...Web viewJurdik Fisika, FMIPA, UNY, email: insihuny@yahoo.co.id Abstrak Secara akademik, pendidikan karakter dimaknai

Misalnya toilet yang selalu bersih, bak sampah ada di berbagai tempat dan selalu

dibersihkan, sekolah terlihat rapi dan alat belajar ditempatkan teratur.

c. Pengintegrasian dalam semua Mata Pelajaran

Pengembangan nilai-nilai dan karakter diintegrasikan dalam setiap pokok bahasan

dari setiap mata pelajaran. Nilai-nilai tersebut dicantumkan dalam Silabus dan Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Pengembangan nilai-nilai tersebut dalam Silabus

ditempuh melalui cara-cara sebagai berikut.

1. Mengkaji Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) untuk menentukan

apakah kandungan nilai-nilai dan karakter yang secara tersirat atau tersurat dalam SK

dan KD di atas sudah tercakup di dalamnya.

2. Menggunakan tabel rumusan SKL dengan karakter yang memperlihatkan keterkaitan

antara SK/KD dengan nilai dan indikator untuk menentukan nilai yang akan

dikembangkan

3. Mencantumkan nilai-nilai dan karakter bangsa ke dalam silabus

4. Mencantumkan nilai-nilai yang sudah tercantum dalam silabus ke RPP

5. Mengembangkan proses pembelajaran peserta didik aktif yang memungkinkan peserta

didik memiliki kesempatan melakukan internalisasi nilai dan menunjukkannya dalam

perilaku yang sesuai

6. Memberikan bantuan kepada peserta didik yang mengalami kesulitan untuk

internalisasi nilai maupun untuk menunjukkannya dalam perilaku.

d. Muatan pendidikan karakter dalam pendidikan IPA?

1. Model “KBSB” dalam pembelajaran IPA membentuk siswa berkarakter

“KBSB” adalah model pembelajaran yang mengintegrasikan keterampilan-

keterampilan berpikir dan strategi-strategi berpikir dalam aktivitas siswa. Bentuk

pengintegrasian model KBSB adalah mengacu pada indikator-indikator pembelajaran yang

dikembangkan guru dari standar kompetensi dan kompetensi dasar, sehingga dapat ditetapkan

hasil belajar. Penetapan hasil belajar menuntun guru untuk menentukan jenis strategi berpikir

dan keterampilan berpikir yang akan dilatihkan pada siswa, dan menentukan nilai mulia yang

akan mengikuti sebagai nurturant efect dari pembelajaran IPA (Insih Wilujeng, 2011: 7).

Penetapan indikator pembelajaran dalam model KBSB tentu saja harus berbasis proses yang

melatihkan keterampilan berpikir dan strategi berpikir (a way of thinking and a way of

investigating). Keterampilan berpikir dan strategi berpikir akan memiliki efek pengikut pada

terbentuknya nilai mulia, jika ditekankan pada penalaran. Manakala siswa sudah terlatih

dengan budaya keterampilan berpikir, strategi berpikir dan bernalar untuk memiliki nilai

Page 7: staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132051059/penelitian/2...Web viewJurdik Fisika, FMIPA, UNY, email: insihuny@yahoo.co.id Abstrak Secara akademik, pendidikan karakter dimaknai

mulia maka akan menjadi siswa yang berkarakter, yaitu siswa yang memiliki kemampuan

mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan-keterampilan dan sikap dalam usaha

untuk memahami lingkungan (Anna Poedjiadi, 2005: 7)

Berpikir adalah proses mental yang diperlukan individu untuk mengintegrasikan

pengetahuan, keterampilan-keterampilan dan sikap dalam usaha untuk memahami

lingkungan. Satu dari tujuan sistem pendidikan adalah untuk mengubah kemampuan berpikir

siswa. Tujuan ini dapat diterima melalui kurikulum yang mengutamakan pembelajaran penuh

perhatian. Pembelajaran yang mengutamakan keterampilan berpikir adalah suatu dasar untuk

pembelajaran penuh perhatian. Pembelajaran penuh perhatian diterima jika siswa secara aktif

terlibat dalam proses pembelajaran. Aktivitas seharusnya diorganisasikan untuk memberi

kesempatan siswa menerapkan keterampilan-keterampilan berpikir dan konseptualisasi,

pemecahan masalah dan pembuatan keputusan (Curriculum Development Center, 2002: 7).

Keterampilan-keterampilan berpikir dapat dikategorikan menjadi keterampilan berpikir

kritis dan keterampilan berpikir kreatif. Seseorang yang berpikir kritis selalu mengevaluasi

ide-ide dalam cara sistematik sebelum menerimanya. Seseorang yang berpikir kreatif

memiliki tingkatan imajinasi yang tinggi yang dapat menurunkan ide-ide asal dan inovatif

dan memodifikasi ide dan hasil-hasil (Carribbean Examination Council, 2007: 12).

Strategi berpikir adalah proses berpikir tingkat yang lebih tinggi yang meliputi tahap

tahap bervariasi. Setiap tahap meliputi variasi keterampilan berpikir kritis dan kreatif.

Kemampuan untuk memformulasikan strategi berpikir adalah tujuan utama dari pendahuluan

aktivitas berpikir dalam proses pembelajaran

Disamping keterampilan-keterampilan berpikir dan strategi-strategi berpikir,

keterampilan yang lainnya mengutamakan penalaran. Penalaran adalah suatu keterampilan

yang digunakan untuk membuat pembenaran logis dan rasional. Ketuntasan keterampilan-

keterampilan berpikir kritis dan kreatif dan strategi berpikir dibuat lebih sederhana jika

seseorang dapat beralasan secara induktif dan deduktif. Ketuntasan keterampilan-

keterampilan berpikir dan strategi-strategi berpikir dapat diwujudkan dalam model “KBSB”

dalam pembelajaran sains.

Pengalaman pembelajaran sains juga dapat digunakan sebagai perolehan sikap ilmiah

dan nilai mulia/nilai luhur bagi siswa. Sikap-sikap dan nilai-nilai ini meliputi 1) memiliki

ketertarikan dan rasa ingin tahu terhadap lingkungan, 2) kejujuran dan akurasi dalam

pencatatan dan validasi data, 3) menjadi rajin dan tidak mudah menyerah, 4) menjadi mudah

merespon tentang keselamatan diri, orang lain dan lingkungan, 5) merealisasikan sains

sebagai makna memahami alam, 6) mengapresiasi dan praktik hidup bersih dan sehat, 7)

Page 8: staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132051059/penelitian/2...Web viewJurdik Fisika, FMIPA, UNY, email: insihuny@yahoo.co.id Abstrak Secara akademik, pendidikan karakter dimaknai

mengapresiasi kesetimbangan alam, 8) menjadi respek dan cara yang bagus, 9) mengapresiasi

kontribusi sains dan teknologi, 10) menjadi bersyukur pada Tuhan, 11) memiliki pemikiran

kritis dan analitis, 12) menjadi fleksibel dan berpikiran terbuka, 13) menjadi pendengar baik

dan peduli, 14) menjadi obyektif, 15) menjadi sistematis dan kooperatif (Lemin et al, 1994:

27). Permasalahan yang muncul adalah “Bagaimanakah menerapkan model KBSB dalam

pembelajaran sains, sehingga mampu membentuk siswa berkarakter?”

2. Aplikasi Model “KBSB” dalam Pembelajaran Sains

Kurikulum sains mengutamakan pembelajaran berbasis pada keterampilan-

keterampilan berpikir dan keterampilan-keterampilan ilmiah. Ketuntasan keterampilan-

keterampilan berpikir dan keterampilan-keterampilan ilmiah diintegrasikan dengan perolehan

pengetahuan dalam mencapai hasil pembelajaran. Dalam pembelajaran sains, guru perlu

mengutamakan ketuntasan keterampilan-keterampilan bersama-sama dengan perolehan

pengetahuan dan mengulang nilai mulia dan sikap-sikap ilmiah

Tabel 2 adalah contoh dan penjelasan implementasi model ‘KBSB” dalam

pembelajaran sains yang didasarkan pada keterampilan-keterampilan berpikir, strategi-

strategi berpikir dan nilai-nilai mulia (Insih Wilujeng, 2011: 7-9).

Tabel 2. Contoh-contoh Implementasi Model “KBSB” dalam Pembelajaran Sains

1 Hasil belajar Membandingkan dan membedakan unsur-unsur logam dan non logam

Keterampilan-keterampilan berpikir

Perbandingan dan Perbedaan

Strategi-strategi Berpikir KonseptualisasiNilai-nilai Mulia Memiliki ketertarikan dan rasa ingin tahu terhadap

lingkungan; merealisasikan sains sebagai makna memahami alam

2 Hasil belajar Membuat model untuk mengilustrasikan siklus airKeterampilan-keterampilan berpikir

Visualisasi, Analogi

Strategi-strategi Berpikir Konseptualisasi, Pemecahan masalahNilai-nilai Mulia Mengapresiasi kesetimbangan alam; mengapresiasi

kontribusi sains dan teknologi; menjadi bersyukur pada Tuhan, memiliki ketertarikan dan rasa ingin tahu terhadap lingkungan; merealisasikan sains sebagai makna memahami alam

3 Hasil belajar Mengidentifikasi substansi yang termasuk asam atau basa dalam kehidupan sehari-hari

Keterampilan-keterampilan berpikir

Membandingkan; Membedakan; Analisis

Strategi-strategi Berpikir Konseptualisasi, Pengambilan Keputusan dan Pemecahan Masalah

Nilai-nilai Mulia Menjadi mudah merespon tentang keselamatan diri,

Page 9: staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132051059/penelitian/2...Web viewJurdik Fisika, FMIPA, UNY, email: insihuny@yahoo.co.id Abstrak Secara akademik, pendidikan karakter dimaknai

orang lain dan lingkungan, mengapresiasi kontribusi sains dan teknologi, memiliki ketertarikan dan rasa ingin tahu terhadap lingkungan; merealisasikan sains sebagai makna memahami alam

4 Hasil belajar Melakukan game dengan Leggo (puzzle) untuk menjelaskan bentuk dan struktur sel

Keterampilan-keterampilan berpikir

Menghubungkan, Mengurutkan, Membuat Kesimpulan, Sintesis

Strategi-strategi Berpikir Konseptualisasi, Pengambilan KeputusanNilai-nilai Mulia Memiliki pemikiran kritis dan analitis

Menjadi kooperatifMenjadi rajin dan tidak mudah menyerah

5 Hasil belajar Melakukan kegiatan interview di instansi pertanian untuk mengindentifikasi jenis-jenis hama dalam wilayah tertentu dan bagaimana usaha pengendaliannya

Keterampilan-keterampilan berpikir

Prioritas, Evaluasi, Membuat Kesimpulan, Analogi, Menciptakan/Membuat

Strategi-strategi Berpikir Konseptualisasi, Pemecahan Masalah dan Pengambilan Keputusan

Nilai-nilai Mulia Mengapresiasi kesetimbangan alamMengapresiasi kontribusi sains dan teknologiMemiliki pemikiran kritis dan analitisMenjadi pendengar baik dan peduliMenjadi kooperatif

6 Hasil belajar Mencari informasi dan mendiskusikan penerapan tekanan udara pada alat injeksi, pipa lengkung, pompa penyemprot, dan sedotan minum

Keterampilan-keterampilan berpikir

Menurunkan ide, Generalisasi

Strategi-strategi Berpikir Konseptualisasi dan Pemecahan MasalahNilai-nilai Mulia Memiliki ketertarikan dan rasa ingin tahu terhadap

lingkungan, mengapresiasi kontribusi sains dan teknologi, Berpikir kritis dan analitis

7 Hasil belajar Melakukan diskusi dengan bantuan gambar untuk menjelaskan struktur dan fungsi bagian-bagian dari kulit manusia

Keterampilan-keterampilan berpikir

Menurunkan ide, Mengurutkan, Analisis, membuat kesimpulan, Visualisasi

Strategi-strategi Berpikir Konseptualisasi, Pengambilan KeputusanNilai-nilai Mulia Menjadi bersyukur pada tuhan, apresiasi cara hidup

bersih dan sehat,

8 Hasil belajar Melakukan aktivitas untuk menyelidiki dampak konversi energi pada kehidupan manusia dan hasil diskusi ditulis dalam bentuk paper dan dipresentasikan di kelas

Keterampilan-keterampilan berpikir

Analisis, Inferensi, Evaluasi, Generalisasi

Page 10: staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132051059/penelitian/2...Web viewJurdik Fisika, FMIPA, UNY, email: insihuny@yahoo.co.id Abstrak Secara akademik, pendidikan karakter dimaknai

Strategi-strategi Berpikir Konseptualisasi, Pemecahan masalah dan Pengambilan keputusan

Nilai-nilai Mulia Memiliki ketertarikan dan rasa ingin tahu terhadap alam, rajin dan tidak mudah menyerah, merealisasikan sains sebagai makna memahami alam, mengapresiasi keseimbangan alam, menjadi respek terhadap lingkungan, menjadi kritis dan analitis, bersifat obyektif, menjadi kooperatif

9 Hasil belajar Siswa menyusun rangkaian sederhana, dan menggunakan berbagai bahan untuk pengganti saklar (kayu, lempengan alumunium, plastik, karet) untuk mengklasifikasikan bahan-bahan sebagai konduktor atau isolator

Keterampilan-keterampilan berpikir

Membandingkan dan membedakan, analisis, evaluasi, membuat/menciptakan, generalisasi

Strategi-strategi Berpikir Konseptualisasi, Pemecahan MasalahNilai-nilai Mulia Kejujuran dan akurasi dalam mencatat data,

mengapresiasi kontribusi sains dan teknologi, menjadi obyektif

10 Hasil belajar Melakukan kegiatan percobaan tentang pemantulan dan pembiasan gelombang cahaya

Keterampilan-keterampilan berpikir

Semua jenis keterampilan berpikir baik kritis maupun kreatif

Strategi-strategi Berpikir Konseptualisasi dan Pemecahan MasalahNilai-nilai Mulia Kejujuran dan akurasi dalam mencatat data, rajin

dan tidak mudah menyerah, apresiasi terhadap kontribusi sains dan teknologi, berpikir kritis dan analitis, menjadi obyektif

3. Membentuk Siswa yang memiliki literasi sains dan berkarakter melalui pendekatan

STSE

Standar materi IPA (sains) untuk siswa dari jenjang sekolah dasar sampai sekolah

menengah selalu mengemukakan permasalahan tentang kerja ilmiah dalam sains, dimana di

dalamnya membahas antara lain tentang sains dan teknologi, tantangan-tantangan

penggunaan sains dan teknologi serta peranan sains dan teknologi dalam mengatasi

permasalahan-permasalahan (AAAS, 1993: 59). Mencermati standar materi tersebut, maka

sebenarnya tidak perlu ada kekhawatiran bagi kita para pendidik untuk ikut andil dalam

mewujudkan harapan pemerintah/bangsa untuk menjadikan siswa kita memiliki literasi

(melek) sains, berkarakter dan pada akhirnya mewujudkan siswa yang bermoral. Siswa yang

memiliki literasi sains adalah siswa yang memiliki kemampuan menyelesaikan masalah

menggunakan konsep-konsep sains yang diperoleh dalam pendidikan sesuai jenjangnya,

mengenal produk teknologi yang ada di sekitarnya beserta dampaknya, mampu menggunakan

Page 11: staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132051059/penelitian/2...Web viewJurdik Fisika, FMIPA, UNY, email: insihuny@yahoo.co.id Abstrak Secara akademik, pendidikan karakter dimaknai

produk teknologi dan memeliharanya, kreatif membuat hasil teknologi yang disederhanakan

dan mampu mengambil keputusan berdasarkan nilai (Anna Poedjiadi, 2005: 5).

Perkembangan sains yang amat pesat menghasilkan produk-produk teknologi yang

terlibat hampir di semua aspek kehidupan manusia. Dampak positip perkembangan sains dan

produk teknologi memberikan kemudahan dan kenyamanan bagi kita dalam melaksanakan

kegiatan sehari-hari, seperti penggunaan listrik, telepon, sepeda motor, mobil, radio atau

komputer. Produk teknologi berupa mikroskop elektron mampu mengidentifikasi virus flu

burung yang menyebabkan kematian juga berdampak positip pada perkembangan berbagai

cabang ilmu pengetahuan, yaitu anatomi, kimia, biologi, geologi, metalurgi, patologi dan

lain-lain.

Perkembangan sains dan produk teknologi disamping memiliki dampak positip,

ternyata juga memiliki dampak negatif terhadap lingkungan hidup, seperti gas-gas

karbondioksida, sulfur dioksida, beberapa oksida nitrogen dan hidrokarbon hasil pembakaran

industri kimia memberikan dampak negatif terhadap lingkungan hidup seperti efek rumah

kaca dan hujan asam. Ulah manusia yang menggunakan hasil perkembangan sains dan

produk teknologi juga menimbulkan dampak negatif, seperti penangkapan ikan menggunakan

racun dan bahan peledak, sehingga 52% terumbu karang di wilayah barat dan 47% di wilayah

timur mengalami kerusakan, dan diperparah dengan pembuangan limbah industri ke laut.

Penggunaan mesin-mesin penggergaji yang besar telah membabat hutan sehingga jutaan

hektar lahan hutan menjadi gundul dan hilangnya flora dan fauna; penggunaan pestisida yang

berlebihan dapat menyebabkan punahnya predator yang berguna dalam menghilangkan hama

tanaman dan masih banyak lagi dampak negatif yang ditimbulkan dari tidak adanya

kepedulian masyarakat terhadap lingkungan hidupnya (Sukara, 2003: 12-15).

Permasalahan yang muncul adalah “Mengapa dampak-dampak negatif dari

perkembangan sains dan produk teknologi selalu terjadi?; Bagaimana upaya-upaya yang

dapat kita lakukan untuk mencapai solusi yang diinginkan sejak dini?”

a) Pendekatan Pembelajaran STSE

Pembelajaran sains yang bermakna terjadi jika siswa dapat menghubungkan

pembelajaran mereka dengan pengalaman sehari-hari. Pembelajaran sains bermakna terjadi

dalam pendekatan pembelajaran seperti pembelajaran kontekstual dan STSE. Tema

pembelajaran dan tujuan pembelajaran yang membawa unsur-unsur STSE digabung dalam

kurikulum . Pendekatan STSE mengharapkan pembelajaran sains mengambil tempat melalui

penyelidikan dan diskusi didasarkan pada isu-isu sains dan teknologi dalam masyarakat.

Page 12: staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132051059/penelitian/2...Web viewJurdik Fisika, FMIPA, UNY, email: insihuny@yahoo.co.id Abstrak Secara akademik, pendidikan karakter dimaknai

Pengetahuan, keterampilan, proses dan nilai untuk memahami aplikasi

Diskusi aktivitas yang berhubungan dengan aplikasi dan memperkuat pengetahuan, keterampilan, proses dan nilai-nilai

Aktivitas yang:Mengembangkan pengetahuan, keterampilan, proses dan niali-nilaiMenyediakan konteks aplikasiMemberi ilustrasi prinsip-prinsip

Dalam pendekatan STSE, pengetahuan sains dan teknologi dibelajarkan dengan aplikasi

prinsip-prinsip sains, teknologi serta dampaknya pada masyarakat dan lingkungan.

Pendekatan STSE direkomendasikan untuk sains pada K-12, dimana pendekatan STSE

berbeda dengan presentasi IPA secara tradisonal. Secara ideal untuk mengantarkan

pembelajaran melalui deskripsi suatu aplikasi (penerapan). Dalam tujuan untuk memahami

sains disamping aplikasinya, pengetahuan dan keterampilan harus dikembangkan melalui

aktivitas yang memberikan tujuan untuk pengetahuan dan keterampilan baru yang diperlukan.

Secara alternatif, kegiatan mungkin mengikuti diskusi aplikasi dan melayani pengembangan

pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk memahami aplikasi. Gambar 1

menunjukkan variasi jalur dari deskripsi aplikasi ke diskusi akhir dari pendekatan

STSE(Carribbean Examination Council, 2007: 4).

Deskripsi Suatu aplikasi

Gambar 1. Variasi Jalur dalam Pendekatan STSE

b) STSE dalam Perwujudan Literasi Sains dan Karakter Siswa

Berikut dipaparkan contoh-contoh analisis aplikasi STSE yang mampu mewujudkan

literasi sains serta teknologi dan karakter siswa (Insih Wilujeng, 2011:5)

Tabel 2. Keterkaitan literasi sains, teknologi dan karakter siswa

Sains Teknologi Masyarakat dan

Lingkungan

Karakter

Struktut mata dan fungsinya, proses melihat (Biologi); Sifat cahaya

Kacamata Kesehatan mata);Gangguan-

Berpikir kritis dan kreatif; memiliki strategi berpikir secara konseptualisasi dan

Page 13: staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132051059/penelitian/2...Web viewJurdik Fisika, FMIPA, UNY, email: insihuny@yahoo.co.id Abstrak Secara akademik, pendidikan karakter dimaknai

Sains Teknologi Masyarakat dan

Lingkungan

Karakter

sebagai gelombang, alat indera/mata (Fisika); vitamin A (Kimia)

gangguan pada mata dan mengatasinya

mampu memutuskan masalah; menjadi bersyukur kepada Tuhan dan mengapresiasikan cara hidup sehat.

Sistem koordinasi dalam tubuh (Biologi); Konsep listrik statis(Fisika); Atom, ion dan molekul (Kimia)

Penangkal petir

Cara menghindari kesambar petir

Berpikir kritis dan kreatif, strategi berpikir pemecahan masalah; mudah merespon tentang keselamatan diri, orang lain dan lingkungan

Nutrisi yang diperlukan tanaman (Biologi); Pengukuran (pertambahan besar dan tinggi tumbuhan)(Fisika); jenis, kegunaan dan rumus kimia pestisida (Kimia)

Alat Ukur Efek samping penggunaan pestisida yang berlebihan

Berpikir kritis dan kreatif; memiliki strategi berpikir secara konseptualisasi dan mampu membuat keputusan; menjadi bersyukur kepada Tuhan dan mengapresiasikan keseimbangan alam

Alat-alat pencernaan dan fungsinya(Biologi); Tekanan dan kerapatan zat cair (Fisika); Sifat asam dan basa (Kimia)

Alat ukur tekanan zat cair dan obat maag

Fungsi budidaya makanan berserat

menghubungkan, membandingkan/ membedakan, menurunkan ide, membuat hipotesis, prediksi dan mensintesis, strategi berpikir konseptualisasi, mengambilkeputusan dan pemecahan masalah, tertarik dan rasa ingin tahu terhadap lingkungan

Alat-alat pencernaan dan fungsinya(Biologi); Konversi energi (kimia menjadi gerak)(Fisika); Karbohidrat (Perlunya makanan pokok sebagai sumber energi)(Kimia)

Budidaya pangan (pengganti beras)

Pengaturan diet para atlit dan pasien di rumah sakit

Berpikir kritis dan kreatif; memiliki strategi berpikir pemecahan masalah dan mampu membuat keputusan; menjadi bersyukur kepada Tuhan dan mengapresiasikan cara hidup sehat.

Klasifikasi makanan (Biologi); Perhitungan energi kalor tiap g makanan (per g karbohidrat terdapat 4 kal; per g lemak = 9 kal, dsb.(Fisika); bahan kimia buatan dan alami, rumus kimia bahan makanan (Kimia)

Bioteknologi pangan

Efek samping bahan kimia buatan

Mengapresiasi dan praktik hidup sehat, merealisasikan sains sebagai makna memahami alam, mengapresiasi kontribusi sain dan teknologi, kemampuan berpikir kritis dan kreatis serta strategi berpikir pemecahan masalah dan pengambilan keputusan

e. Integrasi nilai dalam kegiatan ko-kurikuler dan ekstrakurikuler

Kegiatan ko-kurikuler dan ekstrakurikuler akan semakin bermakna (meaningful

learning) jika diisi dengan berbagai kegiatan bermuatan nilai yang menarik dan bermanfaat

bagi siswa

Page 14: staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132051059/penelitian/2...Web viewJurdik Fisika, FMIPA, UNY, email: insihuny@yahoo.co.id Abstrak Secara akademik, pendidikan karakter dimaknai

f. Pembiasaan perilaku bermuatan nilai

Dalam kehidupan sehari-hari di sekolah, sekolah harus menerapkan totalitas pendidikan

dengan mengadakan keteladanan, penciptaan lingkungan dan pembiasaan melalui berbagai

tugas kegiatan. Sehingga seluruh apa yang dilihat, didengar, dirasakan dan dikerjakan oleh

siswa adalah pendidikan. Selain menjadikan keteladanan sebagai metode pendidikan utama,

penciptaan nilai juga sangat penting. Penciptaan lingkungan di sekolah dapat dilakukan

melalui: 1) penugasan, 2) pembiasaan, 3) pelatihan, 4) pengajaran, 5) pengarahan, serta 6)

keteladanan. Setiap kegiatan mengandung unsur-unsur pendidikan, sebagai contoh dalam

kegiatan kepramukaan, terdapat pendidikan kesederhanaan, kemandirian, kesetiakawanan dan

kebersamaan, kecintaan pada lingkungan dan kepemimpinan. Dalam kegiatan olahraga

terdapat pendidikan kesehatan jasmani, penanaman sportivitas, kerjasama (team work) dan

kegigihan untuk berusaha. Pengaturan kegiatan di sekolah ditangani oleh organisasi pelajar

yang terbagi dalam banyak bagian, seperti Ketua, Sekretaris, Bendahara, Keamanan,

Pengajaran, Penerangan, Koperasi pelajar, Kantin pelajar, Bersih Lingkungan, Pertamanan,

Kesenian, Keterampilan, Olahraga, Penggerak bahasa.

g. Prinsip dan pendekatan serta program Pengembangan Pendidikan Karakter

Secara prinsipil, pengembangan karakter terintegrasi ke dalam mata pelajaran,

pengembangan diri dan budaya sekolah. Oleh karena itu guru dan sekolah perlu

mengintegrasikan nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan budaya dan karakter

bangsa ke dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP, Silabus dan RPP) yang

sudah ada

Berikut prinsip-prinsip yang digunakan dalam pengembangan pendidikan budaya dan

karakter bangsa.

1). Berkelanjutan. Pendidikan budaya dan karakter bangsa di SMP adalah kelanjutan dari

proses yang telah terjadi selama 6 tahun (SD)

2). Melalui semua mata pelajaran, pengembangan diri, dan budaya sekolah mesyaratkan

bahwa proses pengembangan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa dilakukan melalui

setiap mata pelajaran dan dalam setiap kegiatan kurikuler dan ekstra kurikuler

Mata pelajaran

Pengembangan Diri

Budaya Sekolah

NILAI

Page 15: staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132051059/penelitian/2...Web viewJurdik Fisika, FMIPA, UNY, email: insihuny@yahoo.co.id Abstrak Secara akademik, pendidikan karakter dimaknai

3) Nilai tidak diajarkan tapi dikembangkan

4) Proses pendidikan dilakukan peserta didik secara aktif dan menyenangkan

h. Pengembangan Proses pembelajaran

Pembelajaran pendidikan budaya dan karakter bangsa menggunakan pendekatan proses

belajar peserta didik belajar aktif dan berpusat pada anak, dilakukan melalui berbagai

kegiatan di kelas, sekolah, dan masyarakat.

1. Di kelas dilaksanakan melalui proses belajar setiap mata pelajaran atau kegiatan yang

dirancang khusus

2. Di sekolah melalui berbagai kegiatan sekolah yang diikuti seluruh peserta didik, guru,

kepala sekolah dan tenaga administrasi di sekolah tersebut, direncanakan sejak awal tahun

pelajaran, dan dimasukkan ke kalender akademik dan yang dilakukan sehari-hari sebagai

bagian dari budaya sekolah.

3. Di luar sekolah melalui kegiatan ekstra kurikuler dan kegiatan lain yang diikuti oleh

seluruh/sebagian peserta didik, dirancang sekolah sejak awal tahun pelajaran dan

dimasukkan ke dalam kalender akademik

i. Penilaian hasil belajar

Penilaian pencapaian nilai-nilai budaya dan karakter didasarkan pada indikator. Sebagai

contoh, indikator untuk nilai jujur di suatu semester dirumuskan dengan “mengatakan

dengan sesungguhnya perasaan dirinya mengenai apa yang

dilihat/diamati/dipelajari/dirasakan” maka guru mengamati (melalui berbagai cara): lisan

dan tertulis, serta bergradasi.

Dari hasil pengamatan, catatan anekdot, tugas, laporan dan sebagainya guru dapat

memberikan kesimpulannya/pertimbangan tentang pencapaian suatu indikator atau bahkan

suatu nilai seperti berikut.

BT : Belum Terlihat (apabila peserta didik belum memperlihatkan tanda-tanda awal

perilaku yang dinyatakan dalam indikator)

MT : Mulai Terlihat (apabila peserta didik sudah mulai memperlihatkan adanya tanda-

tanda awal perilaku yang dinyatakan dalam indikator tetapi belum konsisten)

MB : Mulai berkembang (apabila peserta didik sudah memperlihatkan berbagai tanda

perilaku yang dinyatakan dalam indikator dan mulai konsisten)

MK : Membudaya (apabila peserta didik terus menerus memperlihatkan perilaku yang

dinyatakan dalam indikator secara konsisten)

Page 16: staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132051059/penelitian/2...Web viewJurdik Fisika, FMIPA, UNY, email: insihuny@yahoo.co.id Abstrak Secara akademik, pendidikan karakter dimaknai

C. Penutup

Pendidikan karakter yang merupakan tanggung jawab bersama perlu dilakukan melalui

strategi pengembangan secara mikro bagi dunia pendidikan (sekolah), namun juga perlu

dilakukan melalui strategi dalam konteks makro (nasional). Strategi pengembangan

pendidikan karakter pada konteks makro mencakup keseluruhan konteks perencanaan dan

implementasi pengembangan nilai/karakter yang melibatkan seluruh pemangku kepentingan

pendidikan nasional.

Apabila kedua konteks mikro dan makro dilakukan seirama dalam pengembangan

karakter, maka akan mampu menciptakan proses pembudayaan dan pemberdayaan, sehingga

akhirnya akan mampu mencapai harapan dari makna pendidikan sebenarnya menurut Ki

Hajar Dewantoro, serta mampu membangun peserta didik yang berkarakter ditinjau dari

aspek akademik maupun konteks kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dengan

tetap menjunjung tinggi identitas lokal dan nasional untuk tetap bisa bersaing secara global.

Sumber Bacaan

Anna Poedjiadi. (2005). Pendidikan sains dan Pembangunan Moral bangsa. Bandung : Yayasan Cendrawasih

American Assosiation for the Advancement of Science. (1993). Benchmarks for Science Literacy. Project 2061. New York: Oxford University Press.

Arends, Richard I. (1996). Classroom Instructional and Management. The McGraw-Companies, Inc.

Bruce Joice & Marsha Weil. (1996). Models of Teaching 5th Ed. United States of America: Allyn & Bacon. A. Simon & Schuster Company.

Carribbean Examination Council. (2007). Integrated Science. Carribbean Certificate of Secondary Level Competence.

Curriculum Development Center. (2002) . Integrated Curriculum for Secondary School (Curriculum Specification. Science Form 2. Ministry of Education Malaysia.

Idris Harta, Ph.D. (2010). Pendidikan Karakter dan Budaya Bangsa. Makalah Lokakarya Mayoga

Insih Wilujeng. (2011). Model KBSB dalam Pembelajaran Sains Membentuk Siswa Berkarakter. Makalah Disampaikan dalam Seminar Nasional Hasil Penelitian dan Pendidikan MIPA di FMIPA UNY

Insih wilujeng.(2011). Membentuk siswa yang memiliki literasi sains dan berkarakter melalui pendekatan pembelajaran STSE. Artikel majalah ilmiah populer WUNY, LPM, UNY

Page 17: staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132051059/penelitian/2...Web viewJurdik Fisika, FMIPA, UNY, email: insihuny@yahoo.co.id Abstrak Secara akademik, pendidikan karakter dimaknai

Lemin, M., Potts, H. And Welsford, P. Editor. (1994). Valuaes Strategies for Classroom Teachers. Victoria: The Australian Council for Educational

Permendiknas No 23/2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan

--------------------. (2007). Panduan Penyusunan KTSP Lengkap. Yogyakarta: Pustaka Yustisia

Richard Paul dan Linda elder. (2004). The Nature of Critical & Creative Thinking, Foundation for Critical thinking First Edition www.critical thinking. Org

Page 18: staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132051059/penelitian/2...Web viewJurdik Fisika, FMIPA, UNY, email: insihuny@yahoo.co.id Abstrak Secara akademik, pendidikan karakter dimaknai

CURRICULUM VITAE

Nama Lengkap dan Gelar : Dr.Insih WilujengTempat dan Tanggal Lahir : Madiun, 2 Desember 1967 (Sesuai Akte Kelahiran)Instansi/Tempat Kerja Utama : FMIPA Universitas Negeri YogyakartaBidang Keahlian : Pendidikan Sains (Fisika)Email : [email protected]

RIWAYAT PENDIDIKAN

Tingkat Nama Pendidikan

Jurusan, Universitas Tahun Lulus

Tempat

S1 Pendidikan Fisika

Pendidikan Fisika, IKIP Yogyakarta

1991 Yogyakarta

S2 Pendidikan Sains

Pendidikan Sains, UNESA

1999 Surabaya

S3 Pendidikan IPA

Pendidikan IPA UPI 2011 Bandung

NARA SUMBER DAN INSTRUKTUR (DALAM 2 TAHUN TERAKHIR)

1. Nara sumber dalam : Diklat Mapel UAN IPA Kabupaten Cilacap, Workshop Pengembangan Kurikulum Pendidikan IPA S1 FMIPA UNNES

2. Instruktur dalam : PLPG guru-guru IPA SMP; SMA (Model-model Pembelajaran IPA/Fisika) dan guru-guru SD (Konsep Dasar IPA dan Pendidikan IPA SD)

TUGAS DAN KEGIATAN TAMBAHAN:

1. Konsultan DAPS /Disaster Awarenes in Primary School (Kerjasama Kementrian Pendidikan, Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah dengan pemerintah Jerman) tahun 2006-2008)

2. Konsultan DES /Disaster Education in School (Kerjasama Kementrian Pendidikan , Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah dengan Pemerintah Jepang) tahun 2008-sekarang

3. Konsultan Bimtek IPA Terpadu (Direktorat pendidikan Dasar dan Menengah, kantor Kementrian Pendidikan Nasional) tahun 2009 – sekarang

4. Penulis Modul Universitas Terbuka untuk mata Kuliah Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Fisika (2010)

RESEARCH/PENELITIAN (DALAM 2 TAHUN TERAKHIR):

Judul-judul Penelitian:

1. The Development of Integrated Service Program for the Students of Physics Teacher Training as the effort in improving the Proffessionalsm in the Teaching Practice in Schools (2010)

2. “Self Efficacy” awal mahasiswa Pendidikan IPA FMIPA UNY untuk menjadi calon guru IPA SMP (2009)

3. Peningkatan Penguasaan Konsep-konsep Dasar Sains Calon Guru SD Melalui

Page 19: staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132051059/penelitian/2...Web viewJurdik Fisika, FMIPA, UNY, email: insihuny@yahoo.co.id Abstrak Secara akademik, pendidikan karakter dimaknai

Perangkat Perkuliahan Berbasis Struktur Pembelajaran SEQIP (2009)4. Deskripsi Hasil Analisis Standar Content dan Pedagogy IPA Jenjang SMP Sebagai

Dasar Pengembangan IPA Terintegrasi (2010)5. Peningkatan Ranah Kognitif dan Self Efficacy Calon Guru SD Melalui Integrasi

Perangkat Perkuliahan Berbasis Struktur Pembelajaran SEQIP ke dalam Learning Cycle(2010)

6. Pengembangan IPA Terintegrasi guna Membekali Calon Guru IPA SMP (Disertasi)7. Ketercapaian kompetensi Pedagogy-Content-Knowledge Integrated Science

Mahasiswa S1 Pendidikan IPA melalui Mata Kuliah IPA Terintegrasi dan Pembelajarannya (Hibah Doktor)

8. Pengembangan Assesment of Practical Skill in Science and Technology untuk Meningkatkan Literasi sains dan Keterampilan Praktik Mahasiswa S1 Pendidikan IPA Kelas Bilingual (2011)

Page 20: staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132051059/penelitian/2...Web viewJurdik Fisika, FMIPA, UNY, email: insihuny@yahoo.co.id Abstrak Secara akademik, pendidikan karakter dimaknai

KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONALSMP N 2 GODEAN DAN MAHASISWA KKN-PPL TAHUN 2011

Alamat : ........................................................................

SURAT KETERANGAN

Sekolah Menengah Pertama negeri 2 Godean bekerjasama dengan mahasiswa KKN-PPL UNY Tahun 2011 menerangkan, bahwa:

Nama : Dr. Insih WilujengNIP : 196712021993032001Jurusan/Prodi : Pendidikan Fisika/Pendidikan IPA

Sebagai Narasumber pada kegiatan Seminar dan Workshop Implementasi pendidikan Karakter dalam pembelajaran. Kegiatan diselenggarakan pada Sabtu, 23 Juli 2011.

Demikian surat keterangan kami sampaikan, semoga dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Yogyakarta, 23 Juli 2011Mengetahui Ketua PanitiaKa. SMP N 2 Godean

(.....................................................). (..............................................)NIP. ................................. NIM.