bab ii landasan teori - library & knowledge...
TRANSCRIPT
12
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Information Technology
Menurut Ward (2002, p. 2), Teknologi Informasi secara khusus mengacu
pada teknologi hardware, software dan jaringan telekomunikasi. Teknologi
informasi memfasilitasi akuisisi, proses, penyimpanan, penyampaian dan
pembagian informasi dan konten digital lainnya. Menurut Laudon dan Laudon
(2004, p. 14), teknologi informasi adalah salah satu dari banyak peralatan yang
digunakan oleh manajer untuk mengatasi perubahan. Berbeda dengan Sistem
Informasi, Teknologi Informasi secara khusus mengacu pada bagian teknis yang
meliputi hardware, software, database, network dan alat elektronik lainnya,
sehingga dapat dilihat sebagai salah satu sub sistem dari Sistem Informasi
(Turban,dkk, 2006, p. 21).
Secara garis besar Teknologi Informasi dapat dikelompokan menjadi 2
bagian, yakni hardware yang bersifat tangible (contoh: server, PC, router, kabel
jaringan, memori, printer, dan keyboard) dan software yang bersifat intangible.
Haag, dkk (2000) membagi Teknologi Informasi menjadi 6 kelompok yaitu:
1. Teknologi masukan (input technology).
2. Teknologi keluaran (output technology)
3. Teknologi perangkat lunak (software technology)
4. Teknologi penyimpan (strorage technology)
5. Teknologi telekomunikasi (telecommunication technology)
13
6. Mesin pemroses (processing machine) atau lebih dikenal dengan CPU.
Teknologi masukan adalah segala perangkat yang digunakan untuk
memasukan data/informasi dari sumber asalnya. Contohnya antara lain barcode
scanner dan keyboard. Kemudian untuk menciptakan informasi diperlukan
perangkat lunak atau sering disebut program. Program adalah sekumpulan
instruksi yang digunakan untuk mengendalikan perangkat keras komputer
sehingga informasi tersebut dapat diterima oleh pemakai yang membutuhkan,
informasi kemudian disajikan dalam berbagai bentuk. Dalam hal ini teknologi
keluaran mempunyai andil yang cukup besar. Pada umumnya informasi disajikan
dalam monitor, namun kadang kala juga ditampilkan melalui kertas (hard copy).
Pada keadaan seperti ini, piranti printer menentukan kualitas cetakan. Di sisi lain
terdapat teknologi penyimpan menyangkut segala peralatan yang digunakan untuk
menyimpan data dan teknologi telekomunikasi yang memungkinkan hubungan
jarak jauh. Bagian penting lainnya adalah mesin pemroses yang berfungsi untuk
mengingat data/program (berupa komponen memori) dan mengeksekusi program
(berupa komponen CPU).
2.2 Information System
Menurut McLeod, Jr (2001, p. 4), sistem informasi adalah suatu kumpulan
yang terorganisasi dari manusia, perangkat lunak, perangkat keras, jaringan
komunikasi, dan sumber daya data yang mengumpulkan, mentransformasikan,
serta menyerbarkan informasi dalam sebuah organisasi.
14
Menurut Turban, Rainer, dan Potter (2001, p. 17), sistem informasi adalah
mengambil/mengumpulkan, memproses, menyimpan, menganalisis dan
menyebarkan informasi untuk mencapai tujuan spesifik.
Jadi, dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa sistem
informasi adalah suatu komponen yang saling berhubungan yang mengumpulkan,
memproses, menganalisis, sehingga dapat menghasilkan informasi bagi suatu
organisasi untuk mencapai tujuan yang spesifik. Sistem informasi dapat
membantu para manajer dan karyawan dalam menganalisis masalah,
menyederhanakan subjek yang kompleks dan menciptakan produk yang baru.
Menurut O’Brien (2003, p. 11-14), sumber daya sistem informasi
mencakup:
1. Sumber daya manusia
Sumber daya manusia mencakup pengguna akhir dan spesialis IS.
Pengguna akhir adalah semua orang yang menggunakan sistem informasi
dalam melaksanakan kegiatan dan tugas mereka. Spesialis IS mencakup
system analyst, pengembang software dan orang yang mengoperasikan
sistem tersebut.
2. Sumber daya perangkat keras (hardware)
Hardware mencakup semua peralatan fisik dan material yang
digunakan dalam mengolah informasi termasuk di dalamnya mesin seperti
computer (baik itu merupakan komputer desktop, laptop, mainframe, dan
lain sebagainya) serta semua perlengkapan lainnya seperti media
penyimpanan, media untuk input dan output.
15
3. Sumber daya perangkat lunak (software)
Software mencakup program dan prosedur. Program adalah
serangkaian perintah yang mengontrol jalannya hardware. Prosedur adalah
serangkaian intruksi untuk mengolah informasi seperti prosedur input data,
prosedur untuk mengoreksi kesalahan.
4. Sumber daya data
Data di sini mencakup semua bentuk data termasuk data berupa angka,
alphabet, maupun karakter lain yang mendeskripsikan transaksi bisnis dan
kejadian lainnya. Termasuk juga di dalamnya adalah konsep penyimpanan
data seperti database.
5. Sumber daya jaringan
Sumber daya jaringan mencakup media komunikasi seperti teknologi
komunikasi wireless, microwave, kabel serat optik dan lain sebagainya
serta dukungan untuk jaringan seperti modem.
2.3 Strategic Information System
Di akhir tahun 1970-an, sejumlah organisasi telah mulai menggunakan
IS/IT untuk mengubah bisnis yang mereka adopsi, mengubah keseimbangan
kekuatan industri mereka dengan lebih menghormati kompetitor, customers
dan/atau supplier. Penggunaan IS/IT telah secara langsung terbukti
mempengaruhi posisi kompetitif mereka dan telah menjadi sebuah senjata baru
untuk meningkatkan kompetisi, pengimplementasian hubungan baru antara
investasi IS/IT dan pengembangan strategis (John Ward, 2002, p. 25).
16
Strategic Information System (SIS) merupakan bagian dari Sistem
Informasi yang dibangun dengan tujuan akhir menciptakan competitive advantage
atau memperkuat posisi persaingan sebuah organisasi. Lebih jauh lagi SIS
berperan untuk mendukung dan/atau membentuk strategi perusahaan dalam
bentuk pengembangan inovasi, penciptaan peluang bisnis yang baru, atau
pengembangan produk dan bisnis yang sudah ada dengan berdasar pada
Teknologi Informasi. Empat kunci dasar dalam pengembangan SIS dijabarkan
sebagai berikut:
1. Decision Support Systems (DSS) yang memungkinkan untuk membangun
pendekatan strategis dengan menyelaraskan IS/IT dengan strategi bisnis
2. Primarily Enterprise resource planning solutions yang mengintegrasikan
proses-proses bisnis untuk mencapai tujuan perusahaan dalam
mengoptimalisasi sumber daya perusahaan
3. Database systems dengan kemampuan “data mining” untuk
memaksimalkan penggunaan informasi untuk marketing, produksi,
promosi, dan inovasi
4. Real time Information Systems yang memungkinkan penyediaan informasi
dengan respon yang cepat dan indikator kualitas
Dalam perkembangannya ada empat tipe dari sistem strategis yaitu:
1. Sistem yang membagi informasi melalui sistem berbasis teknologi dengan
customers/consumers dan/atau suppliers.
2. Sistem yang menghasilkan integrasi yang efektif dari penggunaan
informasi dalam suatu proses penambahan value pada organisasi.
17
3. Sistem yang memungkinkan organisasi untuk mengembangkan,
menghasilkan, memasarkan, dan menyampaikan perbaikan produk atau
produk baru atau layanan-layanan berbasis informasi.
4. Sistem yang menyediakan suatu informasi yang mendukung tahap
development dan implementation dari strategi bagi manajemen eksekutif
(khususnya, pada informasi eksternal dan internal bersangkutan dengan
analisis terintegrasi).
Dewasa ini peran SIS semakin penting dalam perusahaan dan turut menentukan
keberhasilan bisnis perusahaan. Dengan keberadaannya, SIS diharapkan dapat
memberikan arahan informasi yang lebih baik dan memberikan kontribusi yang
signifikan terhadap pencapaian keseluruhan objektvitas perusahaan.
2.4 Business Intelligence (BI)
2.4.1 Definisi
Steve Williams dan Nancy Williams pada tahun 2007 melalui bukunya
yang berjudul “The Profit Impact of Business Intelligence” menyatakan bahwa BI
bukanlah sebuah single product, atau hanya sekedar sebuah teknologi, atau
bahkan sebuah metodologi. BI dinyatakan sebagai kombinasi utuh dari produk,
teknologi, dan metode yang digunakan untuk mengatur kunci-kunci informasi
yang diperlukan manajemen untuk meningkatkan profit dan performance. Lebih
luas lagi BI didefinisikan sebagai informasi bisnis dan analisa bisnis yang
berperan sebagai kunci proses bisnis dan digunakan dalam pengambilan
keputusan serta tindakan, dengan tujuan akhir meningkatkan performance bisnis.
Beberapa definisi senada mengenai BI dijabarkan sebagai berikut.
18
“Business Intelligence merupakan proses peningkatan keuntungan kompetitif
dari sebuah bisnis dengan penggunaan kemampuan intelijen data terhadap
pengambilan keputusan.”1
“Business Intelligence merupakan suatu proses mengumpulkan informasi
mengenai persoalan bisnis atau industri; representasi aplikasi dan teknologi
untuk mengumpulkan, menyimpan, menganalisis, dan menyediakan akses ke
data untuk membantu membuat keputusan bisnis.”2
Dari semua definisi di atas diketahui bahwa aktivitas Business Intelligence pada
intinya adalah melakukan transformasi data mentah menjadi informasi dengan
bantuan tools atau aplikasi, dengan tujuan utama untuk membantu proses
pengambilan keputusan bisnis sehingga menjadi lebih baik.
2.4.2 Karakteristik
Sistem Business Intelligence yang baik mempunyai berbagai karakteristik
[stev08], di antaranya:
1. Tujuan utama
Menyuguhkan beragam informasi yang disesuaikan dengan kebutuhan
setiap user
2. Ketersediaan data yang relevan
Masalah ketersediaan data merupakan poin yang paling penting dalam
sistem business intelligence yang efektif. Dalam proses pembuat
keputusan sering terjadi penyampaian informasi yang tidak lengkap atau
1 http://www.cmis.csiro.au/bi/what-is-bi.htm#Decision 2 http://dictionary.reference.com/browse/business%20intelligence
19
bahkan yang tidak sebenarnya. Namun dengan dukungan BI, ketersediaan
data yang relevan dapat diatasi
3. Kemampuan
Dalam hal ini terdapat kemampuan BI yang paling utama yaitu dapat
memberikan kemudahan akses untuk informasi terbaru dari bisnis yang
berjalan serta peluang yang diproyeksikan, selain itu BI dapat memenuhi
kapabilitas untuk melakukan analisis dan memenuhi permintaan user
4. Struktur Pendukung
Dalam BI, sistem pendukung di dalamnya tidak hanya terdiri dari
hardware dan software, namun juga terdiri dari suatu proses yang dibuat
untuk pengambilan keputusan yang lebih baik serta untuk menentukan
strategi untuk misi dan tujuan ke depan.
Selain itu dalam Business Intelligence juga terdapat lima tahap kunci,
seperti yang dijabarkan berikut ini:
1. Data Sourcing
merupakan proses dari mengekstrak data dari berbagai sumber data yang
tersedia.
2. Data Analysis
merupakan proses menyeleksi informasi yang dibutuhkan dari data
source.
3. Situation Awareness
Situation awareness berarti bahwa BI harus dapat beradaptasi terhadap
lingkungan bisnis dengan mengatur konteks masalah dan menyaring
informasi sesuai konteksnya.
20
4. Risk Assessment
BI harus mampu membantu user dalam menghitung resiko saat ini dan
yang akan datang, ketika suatu keputusan diambil.
5. Decision Support
BI berperan sebagai pendukung pengambilan keputusan yang berarti
menyediakan informasi-informasi penting yang akan membantu user
untuk mengambil preventive decision yang akan terhindar dari bencana.
2.4.3 Istilah-Istilah yang Berhubungan dengan BI
Beberapa istilah yang penting untuk diketahui terkait dengan Business
Intelligence antara lain:
• Data Warehouse
Data warehouse adalah suatu tempat yang penyimpanan data-data digital
perusahaan yang akan digunakan untuk melakukan analisa dan reporting.
Gambar 2.1 menunjukkan tahapan-tahapan yang diperlukan dalam
membangun sebuah data warehouse yang sekaligus mencakup komponen-
komponen pembentukan sebuah solusi BI.
21
Gambar 2.1 Data warehouse processes
• Data Mining
Merupakan ekstraksi dari informasi pemakai dari database dengan
mengutilisasi software yang dapat mengisolasi dan mengidentifikasikan
pattern yang sebelumnya tidak terdeteksi atau trend dari suatu data dari
keseluruhan data yang berjumlah besar
• OLTP (Online Transactional Processing)
OLTP merupakan metode yang memungkinkan sistem secara cepat
merespon dari respon dan input user.
• OLAP (Online Analytical Processing)
OLAP merupakan metode yang memungkinkan penyediaan jawaban yang
cepat. OLAP memiliki kemampuan manajemen, pengambil keputusan dan
sistem informasi eksekutif yang memberikan support untuk menganalisa
data yang interaktif dari data yang besar dalam berbagai perspektif.
22
2.5 System Development Life Cycle (SDLC)
Menurut McLeod (2001, p. 123) SDLC adalah pengaplikasian pendekatan
sistem untuk pengembangan sistem informasi dan subsistem berbasis komputer.
SDLC terdiri dari rangkaian tugas yang mengikuti pola tertentu dan dilakukan
secara top-down sehingga dikenal dengan pendekatan water fall.
SDLC dapat juga didefinisikan sebagai suatu proses berkesinambungan
untuk menciptakan atau mengubah sebuah sistem. SDLC juga bisa diartikan
sebagai sebuah model atau metodologi yang digunakan untuk melakukan
pengembangan sistem. Secara umum, satu siklus SDLC meliputi setidaknya lima
tahapan, yakni:
1. Perencanaan
Adalah tahap di mana sumber daya dialokasikan dan tim dibentuk. Pada
tahap ini juga dijabarkan secara jelas alasan mengapa sebuah sistem ingin
dibangun dan tujuan akhir yang ingin dicapai dari pengembangan sistem
tersebut. Tahap ini lazimnya menghabiskan 5% time frame proyek.
2. Analisis dan Desain
Adalah tahap menganalisa kebutuhan dan permintaan user secara detail,
sekaligus mentransformasikan seluruh detail kebutuhan tersebut ke dalam
rancangan sistem. Tahap ini lazimnya menghabiskan 25% waktu dari
keseluruhan time frame proyek.
3. Pengembangan Sistem (development) dan pengujian (testing)
Adalah tahap aktivitas pengembangan sistem seperti coding, penyediaan
database, persiapan test script, pengujian internal, dan pengujian oleh
23
user. Tahap ini biasanya menghabiskan 40% waktu dari time frame
proyek.
4. Implementasi
Adalah tahap delivery aplikasi untuk penggunaan yang sebenarnya, yakni
di production environment. Tahap ini biasanya menghabiskan 10% time
frame proyek.
5. Maintenance
Adalah tahap Maintenance aplikasi di production environment yang
meliputi perbaikan bugs, penambahan dan/atau perubahan fitur aplikasi.
Untuk aktivitas ini bisa dilakukan dalam kesepakatan terpisah atau sebagai
bagian dari masa garansi.
Untuk lebih detailnya mengenai tahapan SDLC, ditampilkan pada gambar 2.2
berikut ini.
Gambar 2.2 Tahapan SDLC
24
2.6 Efektivitas
Kinerja perusahaan merupakan hasil prestasi kerja suatu perusahaan.
Menurut Helfert (2000) mendefinisikan kinerja perusahaan sebagai hasil dari
banyak keputusan individual yang dibuat secara terus menerus oleh manajemen.
Menurut Rusdin (2000), kinerja perusahaan merupakan sesuatu yang dihasilkan
oleh suatu perusahaan dalam periode tertentu dengan mengacu pada standar yang
ditetapkan. Kinerja perusahaan hendaknya merupakan sesuatu yang dapat diukur
dan menggambarkan kondisi empiric suatu perusahaan dari berbagai ukuran yang
disepakati.
Atas dasar hal tersebut di atas, penilaian terhadap kinerja perusahaan perlu
dilakukan untuk mengetahui hasil usaha yang diperoleh selama satu periode
tertentu. Hasil penilaian kinerja tersebut bermanfaat untuk memprediksi kapasitas
perusahaan dalam menghasilkan arus kas dari sumber yang ada, serta berguna
untuk pertimbangan efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan sumber daya.
Untuk dapat mengetahui apakah kemampuan perusahaan meningkat atau
tidak, perusahaan harus melakukan pengukuran atau penilaian atas kinerja
perusahaan tersebut. Secara umum kinerja merupakan refleksi dari pencapaian
keberhasilan perusahaan atas berbagai aktivitas yang dilakukan. Keberhasilan
ditentukan oleh seberapa baik perusahaan memanfaatkan keuntungan yang
diperoleh dari skala dan ruang lingkup ekonomis. Penilaian kinerja perusahaan
yang baik adalah penilaian atas berbagai aktivitas dan berbagai level organisasi
perusahaan.
Menurut Atmosoeprapto (2001) produktivitas merupakan hasil dari
pendapatan manajemen yang efisien dan pencapaian tujuan yang efektif. Untuk
25
meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam rangka mencapai tingkat
produktivitas yang tinggi, sumber daya manusia haruslah lebih aktif, termotivasi
dan dilatih untuk mencapai tujuan secara bersama-sama. Motivasi mendorong
manusia untuk bertindak dan bertingkah laku sesuai dengan apa yang seharusnya
mereka lakukan. Para pekerja yang puas dengan pekerjaan mereka termotivasi
dengan menunjukkan performa kerja yang baik. Motivasi ini membuat mereka
untuk menyelesaikan dan mempercepat pekerjaan mereka dengan lebih baik.
2.7 Kepuasan User
Siapapun yang menggunakan Sistem Informasi atau informasi yang
dihasilkannya ialah end user. Kepuasan user umumnya mengacu pada
perbandingan ekspektasi dari user Sistem Informasi untuk merasakan kinerja atau
kemampuan dari Sistem Informasi tersebut (Remenyi, at all, 2007).
Bisnis dan organisasi lainnya membutuhkan orang-orang yang dapat
menggunakan jaringan komputer untuk memperbaiki produktivitas pribadi
mereka dan produktivitas dari workgoups, tim proses, departemen, dan organisasi.
(Remenyi, at all, 2007). Suatu hasil yang positif didapat jika kinerja dirasa di atas
perkiraan, di lain pihak suatu hasil yang negatif didapat jika kinerja dirasa di
bawah perkiraan. Peningkatan kinerja dibutuhkan untuk faktor layanan dari hasil
yang negatif sehingga akan menghasilkan hasil yang positif di masa depan.
Kepuasan user meliputi pendapat user mengenai isi informasi, ketepatan
informasi, format informasi, kemudahan penggunaan, akses dan waktu pemakaian
(timeliness), serta keamanan yang diperoleh dari performance sistem. Di luar itu,
kepuasan user juga meliputi pemeliharaan sistem, dokumentasi, dan pelatihan
26
penggunaan sistem sebagai sarana pendukung. Pada akhirnya kepuasan user
berhubungan dengan bagaimana sistem informasi dapat meningkatkan kinerja
mereka. Lebih penting lagi ialah perilaku manajer dalam mendapatkan informasi
yang dibutuhkan dari sesuatu yang tersedia dan menjadi puas terhadap hal
tersebut. Untuk mendapatkan kepuasan user, suatu sistem pertama-tama harus
mendapatkan penerimaan dari user sebagai suatu kunci utama dari kepuasan user.
Ini dapat berupa penerimaan sosial dan penerimaan praktek. Salah satu kunci
pengukuran untuk mendapatkannya yakni penggunaan sistem yang mudah untuk
dipelajari atau digunakan, aman, efektif dan efisien.
2.8 Importance Performance Analysis (IPA)
Metode Importance Performance Analysis (IPA) pertama kali
diperkenalkan oleh Martilla dan James (1977) dengan tujuan untuk mengukur
hubungan antara persepsi konsumen dan prioritas peningkatan kualitas produk/
jasa yang dikenal pula sebagai quadrant analysis (Brandt, 2000 dan Latu &
Everett, 2000). IPA telah diterima secara umum dan dipergunakan pada berbagai
bidang kajian karena kemudahan untuk diterapkan dan tampilan hasil analisa yang
memudahkan usulan perbaikan kinerja (Martinez, 2003). IPA mempunyai fungsi
utama untuk menampilkan informasi berkaitan dengan faktor-faktor pelayanan
yang menurut konsumen sangat mempengaruhi kepuasan dan loyalitas mereka,
dan faktor-faktor pelayanan yang menurut konsumen perlu ditingkatkan karena
kondisi saat ini belum memuaskan.
IPA menggabungkan pengukuran faktor tingkat kepentingan dan tingkat
kepuasan dalam grafik dua dimensi yang memudahkan penjelasan data dan
27
mendapatkan usulan praktis. Interpretasi grafik IPA sangat mudah, dimana grafik
IPA dibagi menjadi empat buah kuadran berdasarkan hasil pengukuran
sebagaimana terlihat pada Gambar 2.3
Gambar 2.3 Pembagian Kuadran Importance Performance Analysis
Berikut penjelasan untuk masing-masing kuadran (Brandt, 2000):
• Kuadran Pertama, “Pertahankan Kinerja” (high importance & high
performance)
Faktor-faktor yang terletak pada kuadran ini dianggap sebagai faktor
penunjang bagi kepuasan konsumen sehingga pihak manajemen
berkewajiban memastikan bahwa kinerja institusi yang dikelolanya dapat
terus mempertahankan prestasi yang telah dicapai.
• Kuadran Kedua, “Cenderung Berlebihan” (low importance & high
performance)
28
Faktor-faktor yang terletak pada kuadran ini dianggap tidak terlalu penting
sehingga pihak manajemen perlu mengalokasikan sumber daya yang
terkait dengan faktor-faktor tersebut kepada faktor-faktor lain yang
mempunyai prioritas penanganan lebih tinggi yang masih membutuhkan
peningkatan, semisal dikuadran keempat.
• Kuadran Ketiga, “Prioritas Rendah” (low importance & low performance)
Faktor-faktor yang terletak pada kuadran ini mempunyai tingkat kepuasan
yang rendah dan sekaligus dianggap tidak terlalu penting bagi konsumen,
sehingga pihak manajemen tidak perlu memprioritaskan atau terlalu
memberikan perhatian pada faktor –faktor tersebut.
• Kuadran Keempat, “Tingkatkan Kinerja” (high importance & low
performance)
Faktor-faktor yang terletak pada kuadran ini dianggap sebagai faktor yang
sangat penting oleh konsumen namun kondisi pada saat ini belum
memuaskan sehingga pihak manajemen berkewajiban mengalokasikan
sumber daya yang memadai untuk meningkatkan kinerja berbagai faktor
tersebut. Faktor-faktor yang terletak pada kuadran ini merupakan prioritas
untuk ditingkatkan.
Ada dua macam metode untuk menampilkan data IPA (Martinez, 2003)
yaitu: Pertama, menempatkan garis perpotongan kuadran pada nilai rata-rata
pada sumbu tingkat kepuasan dan sumbu prioritas penangganan dengan tujuan
untuk mengetahui secara umum penyebaran data terletak pada kuadran berapa.
Pada bagian ini digunakan nilai rata-rata pada skala pengukuran tingkat kepuasan
dan prioritas penanganan sebagai garis pemisah antar kuadran. Kedua,
29
menempatkan garis perpotongan kuadran pada nilai rata-rata hasil pengamatan
pada sumbu tingkat kepuasan dan sumbu prioritas penangganan dengan tujuan
untuk mengetahui secara spesifik masing-masing faktor terletak pada kuadran
berapa. Pada bagian ini digunakan nilai rata-rata hasil pengukuran tingkat
kepuasan dan prioritas penanganan sebagai garis pemisah antar kuadran. Berikut
prosedur berkaitan dengan penggunaan metode IPA:
• Penentuan faktor-faktor yang akan dianalisa,
• Melakukan survey melalui penyebaran kuesioner,
• Menghitung nilai rata-rata tingkat kepuasan dan prioritas penanganan,
• Membuat grafik IPA,
• Melakukan evaluasi terhadap faktor sesuai dengan kuadran masing-
masing.
2.9 Istilah-Istilah Perbankan
2.9.1 Account Profitability Ratio
Account Profitability Ratio atau yang disingkat APR adalah suatu ratio
pengukuran profit untuk setiap account yang dimiliki oleh setiap nasabah bank.
Perhitungan APR pada dasarnya sama dengan perhitungan Customer Profitabily
Ratio. Perbedaan keduanya hanya terletak pada level perhitungan profit yang
dilakukan, di mana pada APR profit yang dihitung mencapai level per nomor
rekening/account. Untuk lebih jelasnya, secara sederhana perhitungan APR
dilakukan sesuai dengan rumusan di bawah ini.
30
APR = (Pendapatan Bunga + Pendapatan lain di luar Bunga + Non‐related Loan) –
Ongkos
= (Pendapatan Bunga dari Penyediaan Dana kepada Debitur + Pendapatan Bunga
dari Penempatan Dana Debitur + Provisi + Trade Finance + Komisi Transaksi) –
(PPAP + Over Head Cost)
Saat ini seluruh Pendapatan Bunga baik dari Penyediaan Dana kepada
Debitur maupun dari Penempatan Dana Debitur diatur dan dikontrol melalui FTP
system yang running setiap hari. Untuk lebih jelasnya mengenai FTP system
dapat dilihat pada subbab berikutnya. Sedangkan untuk Pendapatan lain di luar
Bunga (fee based income) yang terdiri dari Provisi dan Trade Finance,
informasinya didapat dengan melibatkan unit lain di dalam bank seperti unit
Treasury sampai Bank Trade. Demikian halnya dengan ongkos-ongkos yang
dibebankan, seperti PPAP (Pencadangan Penghapusan Aktiva Produktif) dan
Over Head Cost didapat sebagai hasil kalkulasi sesuai dengan ketentuan dari
Bank Indonesia. Berdasarkan penjabaran rumusan tersebut dapat terlihat bahwa
perhitungan APR memang melibatkan banyak sekali sumber data dan informasi
yang tersebar pada masing-masing unit yang memegang peranan.
Perhitungan APR di atas idealnya perlu dilakukan mengingat cukup
banyak manfaat yang dapat diambil dari informasi tersebut, seperti yang
dijabarkan pada point-point berikut ini:
• Mengetahui kontribusi setiap account terhadap profit dan portofolio Bank
secara keseluruhan
• Memprediksi potensi pengembalian yang diharapkan dari setiap account
31
• Sebagai bahan pertimbangan utama bagi pihak manajemen iinternal dalam
mengambil berbagai keputusan strategi bisnis baik untuk jangka pendek
maupun jangka panjang, seperti misalnya:
o Pricing strategy
o Cross selling product
o Keputusan pemberian kredit kepada nasabah
o Keputusan pemberian reward kepada nasabah
• Mempermudah pihak manajerial untuk mengetahui performance AO
dengan lebih transparan, yang berujung pada keputusan pemberian reward
yang tepat kepada setiap AO.
2.9.2 Fund Transfer Pricing (FTP) System
Dalam dunia perbankan, agar tetap dapat bertahan dalam persaingan, bank
harus terus berupaya untuk mencari tahu produk dan jasa apa saja pada bank
tersebut yang dapat memberikan nilai tambah ekonomis, artinya produk dan jasa
yang dapat memberikan imbal hasil atau return sesuai dengan risiko yang melekat
pada produk dan jasa tadi. Apabila bank dapat mengetahui kelompok produk atau
jasa yang memberikan nilai tambah pada bank, maka bank dapat mengalokasikan
sumber daya bank, termasuk modal, pada segmen produk atau jasa tersebut.
Masalahnya, untuk dapat mengetahui produk dan jasa unggulan tersebut bukan
pekerjaan yang sederhana. Untuk itu diperlukan suatu sistem yang disebut dengan
FTP (Funds Transfer Pricing). 3FTP merupakan sistem yang bertugas menetapkan
nilai/tarif, baik nilai imbalan yang dapat diberikan pada unit dana yang
3 Setiawan, Eman A., 2005, “Fund Transfer Pricing”, http://hipmi.org/arsip‐blog/?cat=4&paged=2
32
menghimpun Dana Pihak Ketiga (DPK), maupun nilai berupa harga yang harus
dibayar oleh unit kredit atas dana yang digunakan untuk membiayai kredit yang
diberikan. Dengan FTP maka dimungkinkan bank dapat memperkirakan tingkat
profitabilitas dari masing-masing produk dan jasa, serta yang diberikan oleh setiap
nasabah bank, baik itu nasabah kredit ataupun nasabah dana.
Sistem FTP harus ditetapkan sedemikian rupa sehingga dapat diterima
dengan baik oleh unit dana maupun unit kredit dan tidak menyebabkan salah satu
pihak dirugikan. Apabila FTP ditentukan terlalu tinggi, maka unit dana yang
diuntungkan dan unit kredit dirugikan, sebaliknya juga terjadi apabila FTP
ditetapkan terlalu rendah. Selain hal tersebut, sistem FTP juga harus
memperhitungkan resiko pasar yang terjadi akibat perbedaan repricing bunga
kredit dengan repricing dana, atau yang disebut dengan risiko ‘mismatch’,
memperhitungkan biaya cadangan GWM (Giro Wajib Minimum), biaya premis
asuransi, biaya overhead dalam rangka penghimpunan dana dan proses
pengelolaan kredit, serta biaya modal yang dialokasikan untuk aktivitas tertentu
Dalam upaya menetapkan tingkat FTP yang ‘adil’ ini, sudah banyak cara
yang diusulkan. Cara yang tergolong tradisional adalah pertama metode “single
pool” di mana ditetapkan satu tarif FTP untuk kredit dan dana, yang cenderung
merugikan salah satu pihak; cara kedua adalah “double pool” di mana terdapat
dua tarif FTP untuk unit dana dan unit kredit. Pada cara ini kedua unit pada
umumnya dapat menerima, namun laba yang ditunjukan oleh sistim FTP menjadi
terlalu berlebihan. Cara ketiga adalah metode “multiple pool” di mana terdapat
banyak tarif FTP sesuai dengan karakteristik dana misalnya repricing, kandungan
opsi dan sebagainya. Cara keempat adalah menggunakan rata-rata biaya dana dan
33
bunga kredit. Semua cara di atas belum memperhitungkan adanya ‘mismatch’ di
antara dana dan kredit. Cara yang lebih cermat dalam penetapan kurva FTP adalah
ketika sudah memperhitungkan risiko ‘mismatch’ dan membagi spread ke dalam
unit kredit, unit dana dan unit ALM atau treasury. Selain itu, sistem FTP yang
baik juga harus memperhitungkan risiko-risiko lain yang dapat teridentifikasi
selain risiko suku bunga, misalnya risiko likuiditas, risiko kandungan opsi, dan
basis risk.
2.9.3 Fee Based Income
Jenis pendapatan yang diperoleh bank atas produk dan jasa yang diberikan
kepada masyarakat dapat dibagi menjadi dua golongan (Kasmir, 2002), yaitu:
1. Pendapatan bunga (Interest Income)
Adalah pendapatan yang diperoleh dalam bentuk bunga atas pemberian
kredit sebagai penyalur dana kepada masyarakat, baik perorangan atau
badan usaha dan juga penempatan dana kepada bank lain.
2. Pendapatan non bunga (Fee Based Income)
Adalah pendapatan provisi, fee atau komisi yang diperoleh bank, yang
bukan merupakan pendapatan bunga, melainkan berasal dari suatu
kegiatan dengan mengandalkan pelayanan atas jasa. Pendapatan ini dapat
juga diperoleh dari pemasaran produk Perbankan.
Dewasa ini, pendapatan dari transakasi dalam jasa-jasa yang disebut fee
based income semakin diupayakan untuk ditingkatkan oleh bank-bank komersial.
Meskipun perolehannya relatif kecil, namun mengandung suatu kepastian dan
sangat berperan besar dalam memperlancar transaksi simpan pinjam di dunia
34
Perbankan. Hal ini disebabkan resiko terhadap jasa-jasa bank ini lebih kecil jika
dibandingkan dengan pendapatan bunga kredit. Adapun pendapatan yang
termasuk dalam kategori fee based income antara lain biaya administrasi, biaya
kirim, biaya tagih, biaya provisi dan komisi, biaya iuran, dan biaya sewa yang
dibebankan kepada nasabah sehubungan dengan produk dan jasa bank yang
dinikmatinya.
2.9.4 Pricing Strategy
Pricing strategy adalah suatu strategi penentuan harga atas produk-produk
yang dijual atau ditawarkan oleh sebuah perusahaan. Dalam konteks bank,
berhubung produk yang dijual adalah produk-produk perbankan seperti loan,
deposit, saving, dan financial services lainnya, jadi harga jual/pricing yang
dimaksud adalah bunga yang dibebankan ke nasabah (untuk lending seperti
corporate loan, personal loan, microfinance, KPR, dan sebagainya) serta bunga
yang dijanjikan dari pengembalian investasi nasabah (untuk funding seperti
deposito, saving, giro, dan sebagainya). Sedangkan untuk konteks financial
services lainnya seperti layanan transaksi dan trade finance, penetapan harga atau
pricing yang dimaksud adalah besarnya komisi atau fee yang akan dibebankan
kepada nasabah.
2.9.5 Cross Selling Product
Cross selling product dalam konteks ini didefinisikan sebagai terms yang
biasa digunakan untuk menggambarkan aktivitas yang dilakukan sales untuk
menjual produk-produk bank di luar produk yang menjadi tanggung jawab
35
utamanya. Sebagai contoh, sales Business Banking memiliki tanggung jawab
utama untuk menjual produk-produk Business Banking. Namun ternyata
berdasarkan data dan informasi yang didapat bahwa nasabah di direktorat ini juga
memiliki potensi yang bagus sebagai target penjualan produk tertentu lainnya
seperti KPR, KPM, ataupun Credit Card. Maka juga menjadi tugas sales Business
Banking untuk menawarkan dan menjual produk-produk yang dirasa berpotensi
tersebut kepada nasabah Business Banking.
2.10 Pengujian Kelayakan
2.10.1 Uji Validitas
Uji validitas menunjukkan sejauh mana skor/nilai/ukuran yang diperoleh
benar-benar menyatakan hasil pengukuran/pengamatan yang ingin diukur (Agung,
1990). Validitas pada umumnya dipermasalahkan berkaitan dengan hasil
pengukuran psikologis atau non fisik. Berkaitan dengan karakteristik psikologis,
hasil pengukuran yang diperoleh sebenarnya diharapkan dapat menggambarkan
atau memberikan skor suatu karakteristik lain yang menjadi perhatian utama.
Macam validitas umumnya digolongkan dalam tiga kategori besar, yaitu validitas
isi (content validity), validitas berdasarkan kriteria (criterion-related validity) dan
validitas konstruk.
Uji validitas dilakukan dengan mengukur korelasi antara variabel dengan
skor total variabel. Cara mengukur validitas konstruk salah satunya yaitu dengan
mencari korelasi antara masing-masing pertanyaan dengan skor total
menggunakan rumus teknik korelasi “product moment” (Masri Singarimbun, et
al., 1989), yakni:
36
Keterangan:
r = Korelasi product momen
X = Skor pertanyaan
Y = Skor total seluruh pertanyaan
XY = Skor pertanyaan dikalikan skor total
N = Jumlah responden
Kriteria validasi suatu pertanyaan dapat ditentukan jika:
• r hitung > r table, maka pertanyaan yang diajukan dinyatakan valid.
• r hitung < r table, maka pertanyaan yang diajukan dinyatakan tidak valid.
2.10.2 Uji Reliabilitas
Reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat
pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Setiap alat pengukur seharusnya
memiliki kemampuan untuk memberikan hasil pengukuran relatif yang konsisten
dari waktu ke waktu. Salah satu teknik yang bisa digunakan untuk mengukur
reliabilitas adalah teknik belah dua. Teknik ini diperoleh dengan membagi
variabel-variabel yang sudah valid secara acak menjadi dua bagian. Skor untuk
masing-masing variabel pada tiap belahan dijumlahkan, sehingga diperoleh skor
total untuk masing-masing variabel belahan. Selanjutnya skor total belahan
pertama dan belahan kedua dicari korelasinya dengan menggunakan teknik
korelasi product moment. Angka korelasi yang dihasilkan lebih rendah daripada
angka korelasi yang diperoleh jika alat ukur tersebut tidak dibelah. Cara mencari
37
reliabilitas untuk keseluruhan variabel adalah dengan mengkoreksi angka korelasi
yang diperoleh menggunakan rumus:
di mana, = angka reabilitas keseluruhan variabel
= angka reabilitas belahan pertama dan kedua
2.11 Teori Analisis Statistik
2.11.1 Pearson Correlation Coefficient (Pearson Product Moment)
Korelasi antara variabel satu dengan variabel lain pada dasarnya adalah
untuk menentukan apakah kedua variabel ini secara statistik independent/bebas.
Pearson Product Moment adalah salah satu alat yang digunakan untuk mengukur
nilai korelasi dari satu faktor ke faktor lain. Formula koefisien kolerasi pearson
product moment ialah:
Nilai korelasi digunakan untuk mengetahui sedekat apa hubungan antara
dua faktor tersebut. Nilainya antara -1 dan +1. Nilai positif memperlihatkan
hubungan yang positif, yang artinya semakin tinggi nilai dari faktor X akan
38
menghasilkan nilai yang tinggi juga pada faktor Y, nilai negatif memperlihatkan
sebaliknya. Nilai -1 memperlihatkan hubungan negatif yang kuat, 0
memperlihatkan tidak adanya relasi, dan +1 memperlihatkan hubungan positif
yang kuat. “Hubungan antara kedua variabel adalah suatu ukuran dari derajat
asosiasi linear antara dua variabel” (Aczel, 1999).
Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel X terhadap Y,
digunakan rumus koefisien determinasi (R²) dengan cara ”mengkuadratkan nilai
koefisien korelasi (r) yang telah dihitung”, dengan rumus:
R² = r²
di mana,
R = Koefisien Determinasi; r = Koefisien Korelasi
2.11.2 Correlation Analysis
Analisis korelasi sering digunakan untuk mendeskripsikan tujuan sebagai
poin penilai dari koefisien populasi kolerasi ρ. Analisis ini digunakan untuk
menganalisa hubungan linear antara dua variabel. Untuk dilakukan pengetesan
dibutuhkan distribusi normal dari kedua variabel. Formulanya ialah:
di mana,
n = besar sampel
r = sample koefisien kolerasi ( koefisien kolerasi pearson product moment)
Hyphothesis statistik:
39
H0: ρ = 0; H1: ρ ≠ 0
Tes hypothesis diselesaikan dengan nilai t-test pada tingkat kepercayaan 95%.
H0 diterima jika nilai t-value berada pada titik kritis (0.05;n-2) ≤ t-measure
H1 ditolak jika nilai t-value berada pada titik kritis (0.05;n-2) ≥ t-measure
2.11.3 Multiple Regression Analysis
Menurut Galliers (1991) multiple regression analysis merupakan metode
untuk menganalisa perubahan dari satu variabel (dependent variable) dengan
menggunakan satu set dari variabel lainnya yang sudah diketahui sebelumnya
(independent variables), untuk memprediksi atau meramalkan arti nilai dari
variabel bebas berdasarkan nilai yang diketahui dari variabel tidak bebas.
Hasil dari multiple regression analysis ialah R-kuadrat dan multiple
koefisien determinasi. Koefisien R-kuadrat mengukur bagaimana persamaan
regresi cocok dengan data. Multiple koefisien dari determinasi mendeskripsikan
bagaimana suatu set variabel menjelaskan variabel bebas (Aczel, 1999).
Analisis ini juga menggunakan F-test dan T-test. T-test digunakan untuk
menemukan korelasi antara masing-masing variabel bebas dengan sebuah variabel
tidak bebas. Aczel (1999) menjelaskan bahwa t-test ialah sebuah hypothesis
statistik yang penting untuk keberadaan dari hubungan yang linear antara variabel
bebas dan tidak bebas.
Hyphothesis statistik:
H0: ßi = 0
H1: ßi ≠ 0, dimana i = 1, 2, 3, …, i
40
t-measure formula:
�
di mana,
n = besar sample, n-2 = derajat kebebasan
bi = estimasi least-square dari regression slope
= nilai dari di bawah null hypothesis = 0
S(bi) = standar error dari bi
H0 diterima jika t-measures lebih kecil dari t-value pada titik kritis, sebaliknya H0
ditolak.
F-test menjelaskan hypothesis statistic tes untuk keberadaan hubungan
yang linear antara variabel tidak bebas dan variabel bebas lainnya (Aczel, 1999).
Hyphothesis statistik untuk F-test:
H0: ß1 = ß2 = ß3 = … ßi = 0
H1: tidak semua ßi (i = 1,2,3,…,k) = 0
F-measure formula:
dimana,
MSR = mean square of regression
41
MSE = mean square of error
SSR = sum square of regression
SSE = sum square of error
k = jumlah variabel tidak bebas
2.12 Teori Transformasi Interval
Metode transformasi yang digunakan yakni method of successive interval,
dikeluarkan oleh Hays (1976). Metode tersebut digunakan untuk melakukan
transformasi data ordinal menjadi data interval. Pada umumnya jawaban
responden yang diukur dengan menggunakan skala likert (Lykert scale) diadakan
scoring yakni pemberian nilai numerikal 1, 2, 3, 4, dan 5. Setiap skor yang
diperoleh akan memiliki tingkat pengukuran ordinal. Nilai numerikal tersebut
dianggap sebagai objek dan selanjutnya melalui proses transformasi ditempatkan
ke dalam interval. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
1. Untuk setiap pertanyaan, hitung frekuensi jawaban setiap kategori (pilihan
jawaban).
2. Berdasarkan frekuensi setiap kategori dihitung proporsinya.
3. Dari proporsi yang diperoleh, hitung proporsi kumulatif untuk setiap
kategori.
4. Tentukan pula nilai batas Z untuk setiap kategori.
5. Hitung scale value (interval rata-rata) untuk setiap kategori melalui
persamaan berikut:
42
6. Hitung score (nilai hasil transformasi) untuk setiap kategori melalui
persamaan:
score = scaleValue + | scaleValuemin | + 1