bab ii landasan teori -...
TRANSCRIPT
20
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 HUMAN RESOURCE MANAGEMENT
Noe, R.A., et.al. (2006) menyatakan bahwa human resource management
adalah peraturan, praktek, dan sistem yang mempengaruhi perilaku, sikap, dan
performa dari karyawan, sedangkan menurut Dessler, G. (2004) human resource
management menunjukkan praktek dan peraturan yang perlu dilaksanakan tentang
aspek anggota pada pekerjaan manajemen, terutama dalam hal perekrutan, pelatihan,
penilaian, pemberian hadiah, dan menyediakan lingkungan kerja yang aman, etis, dan
juga adil untuk karyawan perusahaan.
Terdapat banyak bagian yang termasuk ke dalam human resource
management, antara lain:
• Membuat analisis pekerjaan.
• Perencanaan kebutuhan tenaga kerja dan perekrutan kandidat untuk
pekerjaan.
• Pemilihan kandidat untuk pekerjaan.
• Orientasi dan pelatihan karyawan baru.
• Pengaturan gaji dan kompensasi.
21
• Menyediakan insentif dan keuntungan.
• Penilaian performa.
• Komunikasi (interview, konseling, dan disiplin).
• Pelatihan dan pengembangan.
• Menciptakan komitmen karyawan.
Gambar 1. Penerapan Human Resource Management (Noe, 2006)
BINUS University sendiri memiliki direktorat Talent Management (TM) yang
memiliki fungsi sebagai Human Resource Department (HRD) yang mempunyai tugas
dan tanggung jawab merealisasikan semua program kerja yang berkaitan dengan
sumber daya manusia di lingkungan BINUS.
Penerapan HRM sendiri dapat terlihat dari pembagian departemen di dalam
direktorat Talent Management BINUS University, yaitu departemen Recruitment &
Staffing, Employee Communication, Compensation & Benefit, Performance & Career
Management, Learning & Development, dan juga Relationship Management, dimana
Ana
lysi
s &
Des
ign
of W
ork
HR
Plan
ning
Rec
ruiti
ng
Sele
ctio
n
Trai
ning
&D
evel
opm
ent
Com
pens
atio
n
Perf
orm
ance
Man
agem
ent
Empl
oyee
Rel
atio
ns CompanyPerformance
22
departemen-departemen ini menunjukkan bagaimana penerapan HRM dijalankan di
BINUS University.
2.1.1. STRATEGIC HUMAN RESOURCE MANAGEMENT
Menurut Dessler, G. (2004) strategic human resource management adalah
bagaimana menghubungkan HRM dengan tujuan dan sasaran yang strategis dalam
rangka meningkatkan performa bisnis dan membangun kultur organisasi yang pada
akhirnya akan meningkatkan inovasi dan fleksibilitas, atau dengan kata lain pola
penyebaran dan aktivitas perencanaan sumber daya manusia yang bertujuan untuk
membantu organisasi mencapai tujuannya.
Gambar 2. Strategi dan Dasar Human Resource Management (Dessler, 2004)
2.2 EMPLOYEE ENGAGEMENT
Menurut CIPD (2011), employee engagement dapat dilihat sebagai kombinasi
dari komitmen terhadap organisasi dan nilai-nilai yang dimiliki organisasi, serta
kesediaan untuk membantu rekan kerja. Hal ini melewati tahap kepuasan terhadap
Company’s Strategic Plan
Conform to ethical standards and EEOC and other HR related laws
Develop personnelplans and jobdescriptions
Recruitcandidates
Interview andselect
employees
Train employeesbased on jobrequirement
Appraise andreward employees
*Equal Employment Opportunity Commision
23
pekerjaan dan bukan sekedar motivasi yang sederhana.Keterlibatan (engagement)
adalah sesuatu yang ditawarkan oleh karyawan dan tidak dapat diminta sebagai
bagian dari kontrak.
Employee engagement adalah kesempatan bagi karyawan untuk terlibat dalam
pengambilan keputusan dan atau menjalankan bisnis melebihi ruang lingkup
pekerjaan mereka (Martin, 2010). Menurut Furness (2008), employee engagement
bisa memiliki beberapa arti, jadi dari pihak perusahaan harus menentukan arti yang
cocok untuk perusahaan mereka. Survei yang diadakan oleh Chartered Institute of
Personnel and Development's (CIPD) pada November 2006 menunjukkan bahwa
perusahaan yang memiliki tingkat engagement yang tinggi memiliki kemungkinan
yang lebih besar untuk mendapat karyawan-karyawan dengan performa yang tinggi.
Lebih jauh lagi, studi tenaga kerja yang dilakukan Towers Perrin's Global
pada Oktober 2007 menunjukkan bahwa karyawan yang highly-engaged memiliki
kemungkinan yang lebih besar untuk tetap bekerja pada tempat yang sama
dibandingkan dengan karyawan yang tidak puas, dan juga para karyawan merasa
mereka dapat melakukan kontribusi yang berarti terhadap hasil yang diinginkan
perusahaan.
Organisasi tertarik dengan employee engagement karena brand dari
perusahaan semakin lama dianggap semakin penting. Adanya karyawan yang
memiliki terlibat secara positif akan mampu mempromosikan brand dari perusahaan
dan mencegahnya dari pelayanan yang buruk ataupun produk yang tidak berkualitas,
24
dan di satu sisi, brand yang kuat akan lebih baik dalam menarik ataupun
mempertahankan karyawan.
Menurut Castellano (2009), karyawan dapat bereaksi positif terhadap lima
dimensi pekerjaan inti:
• Varietas kemampuan (skill variety).
• Identitas tugas (task identity).
• Kejelasan tugas (task significance).
• Otonomi (autonomy).
• Umpan balik (feedback).
Komponen dari komitmen organisasi:
• Affective commitment: Karyawan tetap bekerja karena mereka
menginginkannya.
• Continuance commitment: Karyawan tetap bekerja karena mereka
membutuhkannya.
• Normative commitment: Karyawan tetap bekerja karena mereka harus
melakukannya.
25
Karakteristik dari engagement:
• Semangat (vigor): energi dan ketahanan yang tinggi, kesediaan untuk
menginvestasikan usaha pada pekerjaan, kemampuan untuk tidak mudah
lelah, dan ketekunan dalam menghadapi kesulitan.
• Dedikasi (dedication): keikutsertaan yang kuat untuk pekerjaan seseorang,
diikuti dengan perasaan antusias dan berarti, dan juga rasa bangga dan
inspirasi.
• Penyerapan (absorption): kondisi senang pada pekerjaan, yang
digambarkan dengan perasaan waktu yang berlalu dengan cepat, dan
keengganan untuk lepas dari suatu pekerjaan.
Menurut Gallup (2010), Karyawan yang actively disengaged dapat
mengganggu jalannya visi dari organisasi, dan juga merusak semangat dari rekan
kerja mereka. Di Amerika sendiri, berdasarkan penelitian Gallup, biaya kerugian
yang terjadi karena hal ini dapat mencapai $300 Milyar.
Ada beberapa fokus yang dilakukan oleh perusahaan kelas dunia untuk
membuat employee engagement menjadi prioritas, antara lain:
• Strategi: organisasi mengembangkan formula kesuksesan dengan melihat
secara objektif dan ketat terhadap permasalahan bisnis yang mereka hadapi
dan berfokus pada pencarian karyawan yang tepat dan membuat mereka
menjadi engaged.
26
• Akuntabilitas dan performa: perusahaan fokus pada hasil, dan mengukur
secara ketat tingkat kesuksesan di semua level organisasi.
• Komunikasi: Organisasi melakukan komunikasi korporat untuk membantu
komunikasi mereka terhadap karyawan dan pelanggan.
• Pengembangan: Perusahaan fokus di pengembangan, dimana mereka fokus
bukan hanya pada potensial kepemimpinan, tapi juga fokus pada
penciptaan jalur pengembangan untuk manajer dan pemimpin yang
sekarang maupun yang akan datang.
BINUS University memiliki beberapa faktor yang menunjukkan pengertian
ciri dari employee engagement, yaitu keleluasaan bagi karyawan untuk melakukan
usaha (discretionary efforts), komitmen karyawan secara emosional dan intelektual
(emotionally and intellectually committed), perasaan nyaman dan merasa dihargai
(people enjoy & feel valued), karyawan bekerja dan mengekspresikan diri mereka
secara fisik, pemikiran, dan emosional (physically, cognitively, and emotionally),
kebanggaan, usaha yang lebih dan keinginan untuk tetap bekerja di organisasi (proud,
extra effort and stay at the organization).
Menurut Castellano (2009), ada dua jenis keterlibatan karyawan (employee
engagement), yaitu karyawan yang terlibat secara positif (positively engaged)dan
karyawan yang terlibat secara negatif (negatively engaged), dimana masing-masing
jenis dapat memberikan pengaruh-pengaruh sebagai berikut:
27
• Karyawan yang terlibat secara positif (positively engaged)
• Produktivitas yang tinggi.
• Profit yang tinggi.
• Catatan kedatangan (attendance) yang lebih baik.
• Retensi yang tinggi.
• Karyawan yang terlibat secara negatif (negatively engaged)
• Di Amerika Serikat, perusahaan mengalami kerugian mencapai $300
milyar per tahun karena hal ini.
• Setiap harinya merusak hubungan pelanggan dengan fasilitas yang
baik.
Menurut penelitian yang dilakukan Gallup (2010), dapat diketahui
perbandingan dari karyawan yang engaged, not engaged, dan actively disengaged
sebagai berikut:
28
Gambar 3. Perbandingan Karyawan yang Engaged dan Actively Disengaged
Berdasarkan Penelitian Gallup (2010)
Dari gambar di atas dapat diketahui bahwa pada perusahaan-perusahaan kelas
dunia, sebagian besar karyawannya (67%) merupakan karyawan-karyawan yang
sangat engaged pada perusahaan tempat mereka bekerja.
Gambar perbandingan di atas adalah indikator level makro terhadap kesehatan
organisasi yang memungkinkan eksekutif untuk mencari proporsi dari karyawan yang
engaged ataupun yang actively disengaged. Rata-rata perbandingan untuk populasi
karyawan yang engaged terhadap yang actively disengaged adalah mendekati 2:1.
Karyawan yang actively disengaged dapat mengganggu jalannya visi dari
organisasi, dan juga merusak semangat dari rekan kerja mereka.
29
2.2.1 EMPLOYEE ENGAGEMENT INDEX
Menurut Bucknall (2006), Employee-engagement Index (EEI) adalah satu
perhitungan yang didasarkan pada survei periodik dalam rangka mengukur opini dari
karyawan.
Rating, ranking, perbandingan dan tren dari waktu ke waktu dapat
memberikan indikasi yang jelas terhadap tindakan yang dilakukan di masa lalu yang
membantu meningkatkan suasana kerja.Hasil dari perhitungan ini menyediakan
kesempatan untuk meningkatkan performa bisnis di seluruh bagian organisasi.
EEI = x 100%Jumlah karyawan yang ikut survei
Jumlah karyawan yang puas
2
M
s
2.3 PROS
Menurut Co
sebagai berik
SES RISE
ooper, D.R
kut:
G
ET
dan Schind
Gambar 5. P
dler, P.S (20
roses Riset (
006), proses
(Cooper, 200
riset dapat
06)
t digambark
30
kan
31
Dari proses di atas, dapat terlihat bahwa pertanyaan manajemen seperti asal,
seleksi, pernyataan, eksplorasi, dan perbaikan menjadi aktivitas yang penting pada
rangkaian tersebut.
2.4 SKALA LIKERT
Skala Likert, yang dikembangkan oleh Rensis Likert, merupakan variasi yang
paling sering digunakan untuk pernyataan-pernyataan yang mengekspresikan tingkah
laku yang setuju atau tidak setuju terhadap satu objek yang menarik. Partisipan
diminta untuk menjawab setuju atau tidak setuju untuk setiap pernyataan.Setiap
respon diberikan nilai berupa angka untuk merefleksikan tingkat kesukaan terhadap
pernyataan itu, dan nilai dapat dijumlahkan untuk menentukan sikap partisipan secara
keseluruhan, namun penjumlahan tidak terlalu diperlukan dan dalam kondisi tertentu
justru dapat menyesatkan. (Cooper, 2006).
Skala Likert memiliki banyak kelebihan sehingga membuatnya menjadi
populer.Skala Likert mudah untuk digunakan dan cepat untuk dibuat.Periset harus
berhati-hati dalam menentukan item yang dapat memenuhi tes empiris untuk
menentukan apakah benar-benar dapat memisahkan antara sikap yang positif maupun
negatif dalam menentukan satu pernyataan.Skala Likert kemungkinan lebih dapat
diandalkan dan menyediakan lebih banyak data dibanding skala-skala yang lainnya.
Skala ini menciptakan interval data.
32
Untuk membuat skala Likert, diperlukan sebuah prosedur yang disebut item
analysis. Pada langkah pertama, sejumlah pernyataan dikumpulkan yang memenuhi 2
kriteria, yaitu:
1. Setiap pernyataan relevan terhadap sikap yang sedang diteliti.
2. Setiap pernyataan dipercaya dapat merefleksikan sikap yang positif
ataupun negatif terhadap satu hal.
Kemudian orang-orang yang memiliki kesamaan ditanya mengenai setiap
pernyataan dan mereka menyatakan tingkat persetujuan mereka terhadap pernyataan
itu, dengan menggunakan 5 skala, yang terdiri dari 1 (sangat tidak setuju), 2 (tidak
setuju), 3 (netral), 4 (setuju), dan 5 (sangat setuju). Respon dari setiap orang juga
ditambahkan untuk mendapatkan nilai total. Kemudian nilai total tersebut dibuat
porsi-porsi yang merepresentasikan nilai yang tertinggi dan terendah (biasanya
digunakan sebagai yang tertinggi dan yang terendah adalah 10 - 25 persen distribusi),
sedangkan grup tengah (50 - 80% dari partisipan) dikeluarkan dari analisis berikutnya.
Kedua grup ekstrim yang setuju dan tidak setuju kemudian dipelajari, dimana
item individual dievaluasi. Item analysis menilai setiap item berdasarkan seberapa
baik item tersebut dapat memisahkan orang yang mendapatkan nilai tinggi dan yang
mendapatkan nilai rendah.
33
BINUS University menggunakan skala Likert untuk survei yang digunakan.
Ada 6 nilai skala yang dipergunakan oleh BINUS University, yaitu sangat tidak
setuju, tidak setuju, kurang setuju, cukup setuju, setuju, dan sangat setuju, dimana
nanti akan memberikan hasil berupa rating dengan nilai maksimum 6 untuk setiap
item.